Optimalisasi Pemanfaatan Sistem Informasi Geografi dalam Perencanaan Ruang Konservasi Bogor, 2012 PEMANFAATAN DATA CITRA SATELIT DALAM MENDUKUNG PENGELOLAAN SDA Bambang Trisakti (e-mail: [email protected]) Peneliti di Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh, LAPAN PUSAT PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL Jalan LAPAN no. 70, Pekayon, Pasar Rebo, Jakarta 13710 ISI PRESENTASI PERKEMBANGAN UMUM TEKNOLOGI SATELIT PENGINDERAAN JAUH FASILITAS DAN DATA PENGINDERAAN JAUH LAPAN PEMANFAATAN DATA SATELIT UNTUK MENDUKUNG PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM (WILAYAH DARAT, PESISIR DAN LAUT) PERKEMBANGAN UMUM TEKNOLOGI SATELIT PENGINDERAAN JAUH PENGERTIAN PENGINDERAAN JAUH Penginderaan Jauh: Ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang permukaan bumi obyek, daerah, atau fenomena (geofisik) melalui perolehan data dengan suatu alat (sensor) yang dipasang pada satelit, pesawat udara, balon udara, dll tanpa kontak langsung dengan obyek, daerah, atau fenomena yang dikaji, dan dilanjutkan dengan pengolahan, analisis, dan interpretasi terhadap data tersebut. TEKNOLOGI SATELIT PENGINDERAAN JAUH (1) Remote sensing dimulai 1840 pengambilan foto menggunakan kamera yang dibawa dengan balon udara Tahun 1903 memanfaatkan burung merpati untuk pengiriman surat dan pengambilan foto dari udara Tahun 1914 Foto udara pada perang dunia pertama Tahun 1957 Peluncuran Sputnik-1 menjadikan manusia dapat memperoleh foto bumi dari angkasa Sumber: Earth Observation Centre UKM, Duygu Bayhan TEKNOLOGI SATELIT PENGINDERAAN JAUH (2) 1972: Peluncuran satelit ERTS-1 (Earth Resources Technology Satellite, menjadi “Landsat 1”), mengawali program satelit Landsat. Lanjutan program Landsat LDCM (Landsat Data Continuous Mission, Landsat 8) rencana 2013. 1986: Peluncuran SPOT 1, mengawali program satelit SPOT. Saat ini yang aktif adalah SPOT 4 (1998) dan SPOT 5 (2002) dengan resolusi spasial 2.5 – 20 m 1999 – 2001: Peluncuran IKONOS (1999) dan Quickbird (2001) merupakan satelit komersil dengan resolusi sangat tinggi, IKONOS (1-4 m) dan Quickbird (0.61-2.44 m) Sumber: http://www.springer.com/978-0-85729-666-5 TEKNOLOGI SATELIT PENGINDERAAN JAUH (3) 2006: Peluncuran ALOS, yang mempunyai 3 sensor: PRISM (Pan: 2.5 m), AVNIR (10 m), PALSAR 10 - 100 m ALOS 2 (SAR) 2013 dan ALOS 3 2014/15 2007: Peluncuran Terra SAR X menggunakan X band dengan dengan resolusi 1 – 18 m, dan juga meluncurkan satelit pendamping Tan DEM X dengan resolusi 3m. 2007-2009: Peluncuran Worldview 1 (2007), Worldview 2 (2009). Worldview 1 0.55 m (Pan), Worldview 2 0.48 (Pan), dan 1.8 (MS), total mempunyai 9 band. 2010: Peluncuran Geoeye 1 dengan resolusi spasial 0.41 – 1.65 m. Geoeye 2 belum diluncurkan, rencana mempunyai resolusi spasial berkisar 0,25 m. TEKNOLOGI SATELIT PENGINDERAAN JAUH (4) detil PERKEMBANGAN KE DEPAN ? Resolusi spasial makin tinggi kurang dari 1 m Waktu perulangannya makin tinggi Pemanfaatan data SAR dan Hyperspektral PROGRAM PENGEMBANGAN SATELIT, LAPAN 1. LAPAN-TUBsat atau LAPAN A1 • Kerjasama antara LAPAN dan Technical University of Berlin (TU Berlin) • Diluncurkan pada10 Januari 2007 • Membawa 2 video kamera: 1. Resolusi 5 m, cakupan 3.5 km 2. Resolusi 200 m, cakupan 81 km 2. LAPAN A2 • Misi: Mitigasi bencana, memantau lalu lintas pelayaran dan pengamatan bumi • Membawa : 1. Dijital kamera dgn resolusi 6 m 2. Video kamera dgn cakupan 81 km 3. LAPAN A3 atau Satelit ORARI • Misi: komunikasi radio amatir untuk mendukung mitigasi bencana dan pengamatan bumi • Rencana diluncurkan 2012/2013 • Membawa : 1. Dijital kamera dgn resolusi 17 m 2. Video kamera dgn cakupan 80 km 4. LAPAN-IPB (Lisat) • Misi: Menunjang program ketahanan pangan • Rencana diluncurkan 2014/2015 5. Satelit pendidikan • Misi: Menunjang program tele-education di Indonesia • Dalam taraf kajian CONTOH DATA LAPAN TUBSAT (A1) Sekitar Monas Gunung Merapi Bandara Sukarno Hatta Gunung Tangkuban Perahu Bandara Franskaisepo FASILITAS DAN DATA LAPAN STRUKTUR ORGANISASI LAPAN (PerKa LAPAN No. 2 Tahun 2011) KEPALA LAPAN INSPEKTORAT DEPUTI BIDANG PENGINDERAAN JAUH PUSAT PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH PUSAT TEKNOLOGI DAN DATA PENGINDERAAN JAUH SEKERTARIS UTAMA DEPUTI BIDANG SAINS, PENGKAJIAN DAN INFORMASI KEDIRGANTARAAN DEPUTI BIDANG TEKNOLOGI DIRGANTARA PUSAT PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH (perKa LAPAN No. 2 Tahun 2011) PUSAT PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH SUB BAGIAN TATA USAHA BIDANG SUMBERDAYA WILAYAH DARAT BIDANG SUMBER DAYA WILAYAH PESISIR DAN LAUT BIDANG LINGKUNGAN DAN MITIGASI BENCANA KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL BIDANG PRODUKSI INFORMASI FASILITAS YANG TERSEDIA DI LAPAN Lokasi penerima data: Instalasi Lingkungan dan Cuaca (Jakarta) Instalasi Penginderaan Jauh Sumberdaya Alam (Parepare, Sulawesi Selatan) Instalasi Penginderaan Jauh Cuaca (Biak, Papua) Sistem penerima, pengolahan, dan distribusi data/informasi: Sistem penerima data SPOT Sistem penerima data Aqua/Terra MODIS Sistem pengolahan data berbasis PC Sistem komunikasi dan jaringan data Sistem pencetakan kedalam hardcopy Website (www.rs.lapan.go.id) STASIUN BUMI SATELIT PENGINDERAAN JAUH LAPAN Stasiun Bumi Satelit Penginderaan Jauh LAPAN Parepare Stasiun Bumi Satelit Penginderaan Jauh LAPAN Jakarta dan Rumpin Stasiun Bumi Satelit Penginderaan Jauh LAPAN Biak FASILITAS AKUSISI DAN PRODUKSI DATA PENGINDERAAN JAUH LAPAN DATA YANG TERSEDIA Yang diterima oleh Stasiun Bumi Yang diterima melalui kerjasama LAPAN: internasional: GMS/MTSAT (1970 – sekarang) NOAA (1970 – sekarang) Feng Yun 1D (2006 – sekarang) Landsat-4 and Landsat-5 (1984 – 1992) ERS-1 and ERS-2 (1993 – 1998) JERS-1 (1995 – 1996) Landsat-7/ETM+ (2000 – 2007) Terra/Aqua MODIS (2004 – sekarang) SPOT-2 (2006 – Jul 2009) SPOT-4 (2006 – sekarang) Data: ALOS (AVNIR, PRISM, PALSAR) SPOT-5 IKONOS Quickbird Landsat TM dan ETM+ Lembaga/Organisasi Internasional: CRISP, Singapura MACRES, Malaysia GISTDA, Thailand JAXA, Jepang GeoSciences Australia (GA) DLR, Jerman UN Space-based Information for Disaster Management and Emergency Response (UN-SPIDER) INCAS, Indonesia-Australia dll PRODUK DATA PENGINDERAAN JAUH RESOLUSI RENDAH DAN MENENGAH NOAA (1km) MODIS (1 km) LANDSAT (30 m) SPOT 4 (10-20 m) PRODUK DATA RESOLUSI SANGAT TINGGI Lapan collaborates with international ground stations to provide high resolution data. SPOT-5 Ikonos ALOS (AVNIR+PRISM) Quickbird PEMANFAATAN DATA SATELIT UNTUK PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM IDENTIFIKASI LAHAN SAWAH SATELIT BERDASARKAN KONDISI FASE PERTUMBUHAN Fase air 0 - 1 bulan Fase vegetatif 1 - 2 bulan Fase generatif > 2 bulan Fase bera IDENTIFIKASI LAHAN SAWAH DENGAN SATELIT RESOLUSI MENENGAH (LANDSAT) Citra Landsat Wilayah Jawa Timur (Resolusi 30 m) P. Madura Sawah Jalan Surabaya Kab. Sidoarjo Pemukiman Provinsi Jawa Timur Kab. Sidoarjo IDENTIFIKASI LAHAN SAWAH DENGAN SATELIT RESOLUSI TINGGI (ALOS-AVNIR) Citra ALOS-AVNIR Wilayah Jawa Timur Resolusi spasial 10 m Surabaya Kab. Sidoarjo Kab. Sidoarjo Provinsi Jawa Timur IDENTIFIKASI LAHAN SAWAH DENGAN SATELIT RESOLUSI SANGAT TINGGI (IKONOS) Citra IKONOS (Resolusi 1 m) Sawah fase pertumbuhan (fase vegetatif/generatif) Sawah fase bera (setelah panen) CONTOH: PEMETAAN LAHAN SAWAH SECARA VISUAL DI KABUPATEN OKU TIMUR Batas administrasi Lahan sawah Lahan sawah CONTOH: PEMETAAN LAHAN SAWAH SECARA DIJITAL DENGAN METODE SEGMENTASI DI KABUPATEN KUNINGAN Non Sawah Salah Interpretasi Sawah Citra : Landsat Akurasi : 75 % INFORMASI SPASIAL LAHAN SAWAH DI BEBERAPA PROVINSI MENGGUNAKAN LANDSAT 2009 (LAPAN-KEMENKO) PEMANTAUAN PERTUMBUHAN PADI DI LAHAN SAWAH TINGKAT KEHIJAUAN VEGETASI VS. FASE PENANAMAN Citra Satelit MODIS (resolusi 250 - 1000 m) Fase vegetatif Fase bera Bekasi Fase air Fase generatif PEMANTAUAN TINGKAT KEHIJAUAN VEGETASI LAHAN SAWAH PERIODE 18 – 25 FEBRUARI 2012 PEMANTAUAN FASE TANAMAN PADI LAHAN SAWAH PERIODE 18 - 25 FEBRUARI 2012 PEMANTAUAN SUMBERDAYA AIR (KUALITAS DANAU) Sumberdaya air, seperti: danau dan waduk, merupakan penyedia air untuk pertanian, air minum, perikanan, PLTA, pariwisata dll Perlunya pemantauan kualitas danau, khususnya 15 danau prioritas Vegetasi air (contoh: eceng gondok) Air danau PEMANTAUAN LUAS PERMUKAAN AIR DANAU LIMBOTO, GORONTALO 26 April 1989 8 April 2000 14 April 2002 7 Mei 2010 Dengan vegetasi air Dengan vegetasi air tanpa vegetasi air Tanpa vegetasi air 50 Luas (Km2) 40 30 20 10 0 1989 2000 2002 2010 Kecenderungan luas semakin menurun dari tahun 1989-2010 PEMANTAUAN TINGKAT KEKERUHAN DI DANAU LIMBOTO, GORONTALO Landsat 1990 Landsat 2002 Rendah SPOT 2010 Tinggi Peningkatan kekeruhan air di Danau Limboto selama periode 1990-2010 PEMANTAUAN LUAS PERMUKAAN AIR DANAU TONDANO, SULAWESI UTARA 1990 2001 2003 1. Luas relatif tidak berubah Luas (Km2) 50 48 46 2. Vegetasi air teridentifikasi meluas pada tahun 2011 44 42 40 2011 1990 2001 2003 Tahun (-) 2011 PEMANTAUAN LUAS PERMUKAAN AIR DANAU TEMPE, SULAWESI SELATAN 1989 2000 2005 2010 Vegetasi air IDENTIFIKASI LOKASI EKSISTING KERAMBA Citra IKONOS 2003 (1 m) TONDANO 10 07 2002 Citra Landsat 2003 (30 m) 16 04 2003 INFORMASI SPASIAL SEBARAN KERAMBA, PERMUKIMAN DAN JARINGAN JALAN Keramba Permukiman Danau Jaringan jalan PEMETAAN POLA ALIRAN DAN BATAS CATCHMENT AREA DANAU TONDANO Metode: Pola aliran, slope termiring Sumber: DEM dan Peta RBI PEMETAAN BATAS DAS DAN POLA ALIRAN (DAS CILIWUNG) Outlet Karakteristik DAS Ciliwung Keliling Keterangan: Menggunakan data DEM SRTM resolusi spasial 90 m untuk menentukan batas DAS, pola aliran dan karakteristik DAS Sungai Ciliwung Pola aliran Sumber: SRTM PERUBAHAN PENUTUP LAHAN DAS CITARUM Penutup Lahan (2002) Penutup Lahan (2009) MOZAIK LANDSAT PULAU SUMATERA UNTUK PEMETAAN HUTAN 2000 2000 2006 2008 MOZAIK LANDSAT PULAU KALIMANTAN UNTUK PEMETAAN HUTAN 2008 2006 2006 2000 LAHAN HUTAN SECARA MULTI TEMPORAL WILAYAH KALIMANTAN TENGAH 2001 2002 2005 2008 Hutan PEMANTAUAN PERUBAHAN LAHAN HUTAN WILAYAH KALIMANTAN TENGAH 1997-2001 1997-2002 1997-2005 1997-2008 Hutan Clearing Reforestrasi KONVERSI LAHAN HUTAN PT. Bumi Prasaja PEMANTAUAN FASE PERTUMBUHAN PERKEBUNAN PEMBUKAAN LAHAN Sumber: LAPAN MASA PERTUMBUHAN (TUMBUHAN MUDA) MASA PANEN CONTOH PEMETAAN KEBUN KELAPA SAWIT PROVINSI JAMBI LANDSAT TM 1990 PEMANTAUAN PERTAMBANGAN EMAS (FREEPORT) SPOT 4, 2008 LANDSAT ETM+ 2002 SEDIMENTASI SUNGAI KARENA BUANGAN DARI PERTAMBANGAN EMAS (FREEPORT) Landsat, Maret 2003 Landsat, Maret 2011 PEMBUATAN DEM WILAYAH MERAPI DAN SEKITAR DARI DATA ALOS PRISM Data ALOS PRISM (nadir) DEM 2.5 m (ALOS PRISM) 2500 m 0 1600 DEM 30 m (SRTM X- C-band) Tinggi (m) - 1200 800 PrismDem 400 SRTM 0 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 Piksel sepanjang garis transek (-) 8000 9000 10000 Perbandingan ketinggian (sepanjang sumbu horisontal) antara DEM hasil pengolahan data ALOS PRISM dan SRTM PEMBUATAN DEM WILAYAH LAINNYA DARI DATA ALOS PRISM SRAGEN (50 – 500 m) BOGOR (10 – 1500 m) BANDUNG (500 – 2000 m) CITRA SATELIT UNTUK PEMETAAN WILAYAH Data Inderaja Jenis dan resolusi Skala peta • Landsat TM (30m) • Landsat ETM+ (15m) • ASTER (15m) • SPOT-2 (20m) • • • • ALOS AVNIR (10m) ALOS PALSAR (10m) SPOT-4 (10m) SPOT-5 (10m) • • • • • ALOS PRISM (2.5m) SPOT-2 (2.5m) IKONOS (1m) Quickbird (0.6m) Worldview (0.4m) 1 : 250.000 1 : 100.000 1 : 50.000 1 : 25.000 1 : 10.000 1 : 5.000 1 : 2.500 CONTOH: PENUTUP LAHAN KAB. TEGAL PEMANTAUAN PERLUASAN PERMUKIMAN DI JAKARTA 1973 1993 1983 2002 PEMETAAN WILAYAH INDUSTRI ALOS AVNIR (10 m) ALOS AVNIR+PRISM (2.5 m) IDENTIFIKASI OBJEK VITAL DAN STRATEGIS Bandara Halim PK PEMETAAN LINGKUNGAN STRATEGIS (1) PEMETAAN LINGKUNGAN STRATEGIS (2) GEODATABASE JAKARTA Citra Quick Bird Peta Gunther Jkt + = PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH UNTUK WILAYAH PESISIR DAN LAUT INVENTARISASI PULAU-PULAU KECIL TERLUAR NKRI ( Kegiatan LAPAN TA. 2008/2009 ) Peta Citra Satelit PULAU SEBATIK BERBATASAN DENGAN MALAYSIA (SABAH) Peta Citra Satelit 3 Dimensi Peta Penutup/Penggunaan Lahan Peta Citra Satelit PULAU MIANGAS BERBATASAN DENGAN PHILIPINA Peta Citra Satelit 3 Dimensi Peta Penutup/Penggunaan Lahan PEMETAAN ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN INVENTARISASI DAN PENGKAJIAN VEGETASI MANGROVE DENGAN DATA LANDSAT Sumber Data : Landsat-TM 11-02-1998 FENOMENA ABRASI DI WILAYAH PESISIR MENGGUNAKAN LANDSAT DAN ALOS MULTI TEMPORAL Landsat 1976 Landsat 1989 Landsat 2001 ALOS 2006 Perubahan garis pantai di pantai Bakti, Bekasi akibat abrasi PEMETAAN BATHIMETRI PERAIRAN DANGKAL DENGAN CITRA LANDSAT PEMETAAN TERUMBU KARANG DENGAN CITRA LANDSAT INFORMASI SPASIAL KESESUAIAN BUDIDAYA LAUT Batimetri Keterlindungan SPL Kesesuaian Lokasi : MPT Cukup Sesuai Kurang Sesuai Tidak Sesuai PENUTUP Perkembangan teknologi satelit penginderaan jauh yang cepat, menjadi suatu tantangan bagi bangsa Indonesia (khususnya LAPAN) untuk dapat menguasai dan memanfaatkannya dalam mendukung pembangunan yang berkelanjutan di seluruh wilayah Indonesia. Sesuai dengan tugas dan fungsinya, LAPAN mendukung kegiatan pengelolaan sumberdaya alam, dengan memanfaatkan data satelit penginderaan jauh untuk pemetaan sumberdaya wilayah darat, pesisir dan laut.