PRODUKSI PENDEDERAN IKAN CTENOPOMA

advertisement
PRODUKSI PENDEDERAN IKAN CTENOPOMA Ctenopoma
acutirostre PADA PADAT TEBAR BERBEDA DENGAN
PERGANTIAN AIR 45%/HARI
AWAN SANTIKO
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Produksi Pendederan Ikan
Ctenopoma Ctenopoma acutirostre pada Padat Tebar Berbeda dengan Pergantian
Air 45%/Hari adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
Awan Santiko
NIM C14134008
ABSTRAK
AWAN SANTIKO. Produksi Pendederan Ikan Ctenopoma Ctenopoma acutirostre
pada Padat Tebar Berbeda dengan Pergantian Air 45%/Hari. Dibimbing oleh
DADANG SHAFRUDDIN dan IIS DIATIN.
Ikan ctenopoma merupakan salah satu komoditas ekspor, yang produksinya
masih tergolong rendah. Penelitian ini bertujuan meningkatkan produktivitas
melalui peningkatan padat penebaran. Ikan ctenopoma berukuran 2.35±0.12 cm
dipelihara dalam akuarium dengan kepadatan 2, 4, 6 dan 8 ekor/liter dengan
pergantian air 45%. Selama pemeliharaan ikan diberi pakan cacing sutera tiga kali
sehari secara at satiation dan kualitas air dikelola melalui penyifonan dan
pergantian air pada sore hari. Hasil penelitian menunjukan bahwa peningkatan
padat penebaran tidak mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup dan keragaman
ikan pada akhir pemeliharaan, namun laju pertumbuhan spesifik, pertumbuhan
panjang mutlak dan efisiensi pakan semakin menurun seiring dengan meningkatnya
padat penebaran. Berdasarkan analisa usaha padat penebaran terbaik dalam
produksi ikan ctenopoma adalah 8 ekor/liter.
Kata kunci: ikan ctenopoma, padat penebaran dan pergantian air
ABSTRACT
AWAN SANTIKO. Production of Leopard Ctenopoma Ctenopoma acutirostre
with Different Stocking Density with Water Exchange 45%/Day. Supervised by
DADANG SHAFRUDDIN and IIS DIATIN.
Ctenopoma fish is one of export commodities, but the production relatively
still be low. The study was aimed to increase the productivity with increasing
stocking density. The ctenopoma fish seed length of 2.35±0.12 cm were reared in
aquarium with different stocking density of 2, 4, 6 and 8 fish/liter with 45% water
change from the total water volume. During the rearing, the fish fed on tubificed
three times a day with at satiation method, and water quality was maintaned by
siphoning and replacing bad quality of the water with the better one at afternoon.
The result showed that the survival rate and the coefficient of variability did not
influenced by increasing the stocking density, but the growth rate and feed
effisiency was decreased with increasing the stocking density. However based on
the economic analisis, the best stocking density of ctenopoma production was 8
fish/liter.
Keywords: ctenopoma fish, stocking density and water change
PRODUKSI PENDEDERAN IKAN CTENOPOMA Ctenopoma
acutirostre PADA PADAT TEBAR BERBEDA DENGAN
PERGANTIAN AIR 45 %/HARI
AWAN SANTIKO
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Budidaya Perairan
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2015 sampai April 2015 ini ialah
produktivitas ikan hias, dengan judul Produksi Pendederan Ikan Ctenopoma
Ctenopoma acutirostre pada Padat Tebar Berbeda dengan Pergantian Air
45%/Hari.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ir Dadang Shafruddin MS dan
Ibu Ir Iis Diatin MM selaku pembimbing, serta Bapak Dr Ir Eddy Supriyono MSc
selaku penguji tamu dan Dr Ir Mia Setiawati MSi selaku perwakilan Ketua Program
Studi yang telah memberikan banyak masukan pada penyelesaian skripsi ini. Di
samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Abe dan Bapak Jajang
dari Laboratorium Lingkungan Departemen Budidaya Perairan Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor, serta Bapak Arman dari Laboratorium
Teknik Produksi dan Manajemen Akuakultur Departemen Budidaya Perairan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor, yang telah
membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan
kepada Ibu serta seluruh keluarga, atas do’a dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2015
Awan Santiko
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
METODE
Rancangan Penelitian
Prosedur penelitian
Persiapan Wadah
Penebaran Ikan
Pemeliharaan Ikan
Paramater Penelitian
Tingkat Kelangsungan Hidup
Laju Pertumbuhan Spesifik
Pertumbuhan Panjang Mutlak
Koefisien Keragaman
Efisiensi Pakan
Kualitas Air
Perhitungan Ekonomi
Analisa Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tingkat Kelangsungan Hidup (TKH)
Laju Pertumbuhan Spesifik (LPS)
Pertumbahan Panjang Mutlak (PPM)
Koefisien Keragaman (KK)
Efisiensi Pakan (EP)
Hasil Pengukuran Kualitas Air
Perhitungan Ekonomi
Pembahasan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP
Halaman
vii
vii
vii
1
1
2
2
2
2
2
3
3
3
3
4
4
4
4
5
5
5
6
6
6
6
7
8
8
9
11
11
14
14
14
14
29
DAFTAR TABEL
1 Alat pengukuran kualitas air
2 Kualitas media pemeliharaan ikan ctenopoma
3 Grade ukuran panen ikan ctenopoma
4 Perhitungan analisis usaha budidaya ikan ctenopoma
Halaman
5
9
11
11
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Kelangsungan hidup ikan ctenopoma pada akhir pemeliharaan
6
2 Bobot ikan ctenopoma pada kepadatan 2 ekor/liter (●), 4 ekor/liter (□), 6
ekor/liter (◊) dan 8 ekor/liter (Δ)
6
3 Pertumbuhan spesifik ikan ctenopoma pada akhir pemeliharaan
7
4 Panjang ikan ctenopoma pada kepadatan 2 ekor/liter (●), 4 ekor/liter (□),6
ekor/liter (◊) dan 8 ekor/liter (Δ)
7
5 Pertumbuhan panjang mutlak ikan ctenopoma pada akhir pemeliharaan
8
6 Koefisien keragaman ikan ctenopoma pada akhir pemeliharaan
8
7 Efisiensi pakan ikan ctenopoma pada akhir pemeliharaan
9
8 Hasil pengukuran DO(a), pH (b) dan ammonia (c) selama pemeliharaan
10
DAFTAR LAMPIRAN
1 Gambar ikan ctenopoma
2 Analisis statistik parameter uji yang diamati pada akhir pemeliharaan
3 Hasil pengukuran kualitas air ikan ctenopoma
4 Perhitungan analisis usaha pendederan ikan ctenopoma
5 Rincian perhitungan biaya investasi
6 Rincian perhitungan biaya tetap
7 Rincian perhitungan biaya variabel
8 Perhitungan analisa usaha
Halaman
17
18
20
21
23
24
25
27
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan hias merupakan produk perikanan nonkonsumsi yang memiliki prospek
menjanjikan secara ekonomi untuk dikembangkan dalam kegiatan usaha. Menurut
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (2014) nilai
perdagangan produk perikanan non konsumsi Indonesia pada tahun 2011 mencapai
565 milyar, sedangkan pada tahun 2012 mencapai 1.4 triliun rupiah dan terus
mengalami kenaikan hingga mencapai 1.7 triliun rupiah pada tahun 2013.
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan
(2014) menargetkan produksi ikan hias Indonesia pada tahun 2015-2019 mencapai
2.5 milyar ekor dengan nilai sebesar 358.8 triliun rupiah. Ikan ctenopoma
merupakan salah satu komoditas ikan hias yang diperdagangkan oleh Indonesia,
ikan tersebut berasal dari sungai Congo di Afrika Tengah dan telah berhasil
dibudidayakan (Lampiran 1). Harga jual ikan ini cukup tinggi, menurut hasil survei
beberapa pembudidaya ikan hias di Kabupaten Bogor harga ikan ukuran 2 cm dapat
dijual dengan harga Rp 900 sedangkan ukuran 6.5 cm dengan harga Rp 3 200.
Kegiatan produksi ikan ctenopoma dikelompokan menjadi kegiatan
pembenihan dan pendederan. Kegiatan pendederan merupakan kegiatan
pemeliharaan ikan hingga mencapai ukuran yang sesuai dengan permintaan pasar.
Pembudidaya ikan ctenopoma di Kabupaten Bogor umumnya menerapkan
teknologi ekstensif dengan padat penebaran 2-3 ekor/liter, sehingga dari 203 pelaku
usaha budidaya hanya mampu menghasilkan 4000-5000 ekor/bulan (BPS 2014).
Pada kegiatan produksi untuk ikan sejenis dapat dilakukan dengan padat penebaran
yang lebih tinggi seperti pada ikan gurame (Darmawangsa 2008), tambakan
(Sulaiman and Daud 2002) serta pada jenis ikan hias lainnya seperti manvish
(Wahyu 2012) dan corydoras (Diatin et al. 2015).
Produksi ikan ctenopoma dapat ditingkatkan, salah satunya melalui
peningkatan padat penebaran, Hepher & Pruginin (1981) menyatakan bahwa
peningkatan padat penebaran tidak selamanya menurunkan pertumbuhan selama
pakan yang dibutuhkan tetap terjaga ketersediannya serta kualitas lingkungan dapat
mendukung pertumbuhan ikan. Selain mampu meningkatkan produktivitas,
peningkatan padat penebaran dapat mengakibatkan meningkatnya jumlah konsumsi
oksigen dan limbah metabolik sehingga menyebabkan menurunnya kualitas
lingkungan pemeliharaan (Stickney 1979). Lingkungan yang buruk dapat
mempengaruhi kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan, jika menurunnya
kualitas lingkungan dapat ditoleransi maka ikan dapat tumbuh dan bertahan hidup,
sedangkan kondisi lingkungan yang tidak dapat ditoleransi akan menyebabkan
kematian. Lingkungan pemeliharaan yang baik dan terbebas dari limbah yang
berbahaya dapat meningkatkan kelangsungan hidup serta mendukung
pertumbuhan.
Perbaikan kualitas media pemeliharaan dapat dilakukan melalui proses
pergantian air selama pemeliharaan. Pergantian air berfungsi untuk
mempertahankan kualitas media pemeliharaan dengan cara mengurangi kadar
ammonia dan nitrat, mempertahankan nilai pH dan mensuplai oksigen sehingga
kualitas lingkungan pemeliharaan dapat mendukung pertumbuhan ikan.
2
Intensifikasi budidaya melalui peningkatan padat penebaran dapat dilakukan
dengan pengontrolan faktor ekologis seperti suhu air, suplai oksigen dan
penghilangan zat-zat hasil metabolisme ikan (Hepher & Pruginin 1981).
Pemeliharaan kualitas air dapat memperbesar kelangsungan hidup ikan karena akan
menambah daya dukung lingkungan terhadap kelangsungan hidup ikan yang
dibudidayakan. Pembudidaya ikan ctenopoma di Kabupaten Bogor menerapkan
pergantian air sebesar 20-30%/hari dengan padat tebar 2-3 ekor/liter. Sebagai upaya
dalam mempertahankan kualitas lingkungan peningkatan padat penebaran harus
diiringi dengan peningkatan pergantian air (Budiardi et.al 2011). Oleh karena itu
perlu dilakukan sebuah penelitian untuk mengetahui padat penebaran optimum
pendederan ikan ctenopoma dengan manajemen kualitas air berupa pergantian air
yang tepat. Hasil yang didapatkan diharapkan mampu memberikan sebuah metode
pemeliharaan yang lebih baik dan mampu meningkatkan produksi ikan ctenopoma
para pembudidaya.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan padat penebaran terbaik ikan
ctenopoma ukuran 2 cm yang memberikan produksi tertinggi dengan pergantian air
sebanyak 45%/hari.
METODE
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri
dari empat perlakuan padat penebaran yang berbeda yaitu 2, 4, 6 dan 8 ekor/liter
disertai dengan pergantian air sebanyak 45%/hari dengan tiga kali ulangan setiap
perlakuannya. Parameter penelitian terdiri atas parameter utama yang menyangkut
pertumbuhan seperti tingkat kelangsungan hidup, pertumbuhan panjang dan bobot,
laju pertumbuhan spesifik serta pertumbuhan panjang mutlak, selain itu terdapat
parameter pendukung seperti koefisien keragaman, efisiensi pakan, kualitas air dan
analisa usaha.
Prosedur penelitian
Persiapan Wadah
Wadah pemeliharaan yang digunakan adalah akuarium dengan dimensi 30 cm
x 25 cm x 25 cm sebanyak 12 buah. Volume air yang digunakan pada saat
pemeliharaan sebanyak 10.5 liter atau setinggi 14 cm setiap akuarium serta
dilengkapi dengan aerasi satu titik. Wadah tandon air berupa sebuah drum plastik
berbahan dasar Polyethilen (PE) bervolume 120 liter. Wadah ini berfungsi sebagai
tempat penampungan air yang akan digunakan dalam proses pergantian air selama
pemeliharaan. Sebelum digunakan akuarium beserta wadah tandon air terlebih
dahulu didesinfeksi menggunakan Kalium Permanganat (KMnO4) selama 24 jam
dengan cara perendaman, kemudian dilakukan pembilasan menggunakan air bersih.
3
Penebaran Ikan
Ikan yang digunakan pada penelitian ini adalah benih ikan ctenopoma yang
diperoleh dari pembudidaya di daerah Ciluar Kabupaten Bogor dengan bobot
0.43±0.10 g dan panjang 2.35±0.12 cm. Sebelum ikan ditebar ke dalam wadah
penelitian dan diberikan perlakuan pemeliharaan, dilakukan pengadaptasian selama
±7 hari pada bak fiber bervolume 2 m3 yang dilengkapi dengan instalasi aerasi.
Selama masa adaptasi, ikan diberikan pakan berupa cacing sutera sebanyak tiga kali
sehari dan dilakukan pergantian air sebanyak 30% dari volume total setiap hari.
Pemeliharaan Ikan
Pemeliharaan dilakukan selama 40 hari, selama pemeliharaan ikan diberi
pakan berupa cacing sutera yang diperoleh dari pedagang cacing di daerah Pasar
Dramaga Kabupaten Bogor. Pemberian pakan dilakukan sebanyak tiga kali sehari
pada pagi (09.00 WIB), siang (12.00 WIB) dan sore hari (17.00 WIB). Pemberian
pakan dilakukan secara at satiation atau sekenyang-kenyangnya dengan
memperhatikan respon ikan terhadap pakan yang diberikan. Cacing sutera
ditimbang bobotnya terlebih dahulu, kemudian diberikan kepada ikan dan setelah
15 menit atau setelah nafsu makan ikan menurun cacing sutera yang tersisa
ditimbang kembali. Pengelolaan kualitas air dilakukan dengan pergantian air
sebanyak 45% dari total volume air yang dilakukan pada sore hari (16.00 WIB)
yang dilakukan setiap hari. Selama pemeliharan dilakukan pengamatan terhadap
kematian ikan, setiap terjadi kematian dilakukan pencatatan jumlah, bobot dan
panjang ikan yang mati. Pengambilan data bobot dan panjang dilakukan secara
berulang pada masa pemeliharaan setiap sepuluh hari sekali selama 40 hari.
Penimbangan bobot dilakukan menggunakan bantuan alat berupa timbangan digital
dengan ketelitian 0.01 g, sedangkan pengukuran panjang dilakukan dengan bantuan
alat berupa jangka sorong digital dengan ketelitian 0.01 cm. Pengukuran kualitas
air juga dilakukan setiap sepuluh hari sekali bersamaan dengan pengambilan data
panjang dan bobot. Air yang akan diukur kualitasnya diambil menggunakan botol
sampel, kemudian dilakukan pengukuran terhadap parameter kualitas air seperti
oksigen terlarut, pH, alkalinitas, ammonia dan nitrit dengan menggunakan alat-alat
yang tertera pada Tabel 1.
Paramater Penelitian
Tingkat Kelangsungan Hidup
Kelangsungan hidup merupakan perbandingan jumlah ikan pada akhir
pemeliharaan dengan jumlah ikan pada awal pemeliharaan, yang dapat dihitung
dengan rumus (Zonneveld et al. 1991).
TKH =
Nt
x 100
N0
Keterangan : TKH = Kelangsungan hidup (%)
Nt
= Jumlah ikan pada akhir pemeliharaan (ekor)
N0
= Jumlah ikan pada awal pemeliharaan (ekor)
4
Laju Pertumbuhan Spesifik
Pertumbuhan spesifik merupakan persentase pertumbuhan bobot ikan yang
terjadi dalam waktu satu hari dan dapat dihitung dengan rumus (Huissman 1987).
𝑡
LPS = [ √
Keterangan : LPS
Wt
W0
t
𝑊𝑡
− 1 ] x 100
𝑊0
= Pertumbuhan spesifik (%)
= Bobot rata-rata akhir (gr)
= Bobot rata-rata awal (gr)
= waktu (hari)
Pertumbuhan Panjang Mutlak
Pertumbuhan panjang mutlak merupakan selisih panjang ikan pada akhir
pemeliharaan dengan panjang ikan pada awal pemeliharaan yang dapat dihitung
menggunakan rumus (Effendie 1979).
PPM = Lt − L0
Keterangan : PPM = Pertumbuhan panjang mutlak (cm)
Lt
= Pertumbuhan panjang pada saat akhir (cm)
L0
= Pertumbuhan panjang pada saat awal (cm)
Koefisien Keragaman
Koefisien keragaman merupakan variasi ukuran ikan dalam suatu populasi,
yang dapat dihitung menggunakan rumus (Steel dan Torrie 1993).
KK =
Keterangan : KK
S
Y
𝑆
x 100
𝑌
= Koefisien keragaman (%)
= Simpangan baku
= Rata-rata contoh
Efisiensi Pakan
Efisiensi pakan merupakan jumlah pakan yang dapat dimanfaatkan oleh ikan
sebagai energi untuk pertumbuhan dari total pakan yang diberikan. Efisiensi pakan
dapat dihitung dengan rumus (Zonneveld et al. 1991).
EP =
Keterangan :
EP
Wt
Wd
W0
F
(Wt + Wd) − W0
x 100
F
= Efisiensi pakan (%)
= Biomassa ikan waktu ke-t pemeliharaan (g)
= Biomassa ikan mati (g)
= Biomassa ikan pada awal pemeliharaan (g)
= Jumlah pakan yang diberikan (g)
5
Kualitas Air
Beberapa parameter yang diukur dalam pengamatan kualitas air terdapat pada
Tabel 1 berikut beserta dengan alat yang digunakan untuk pengukuran kualitas air.
Tabel 1 Alat pengukuran kualitas air
Parameter
Oksigen terlarut
pH
Suhu
Alkalinitas
Ammonia
Nitrit
Satuan
mg/liter
o
C
mg/liter
mg/liter
mg/liter
Alat Pengukuran
DO meter
pH meter
Termometer
Titrasi Volumetrik
Spektrofotometer
Spektrofotometer
Perhitungan Ekonomi
1. Keuntungan merupakan selisih antara total penerimaan suatu usaha dengan
biaya total produksinya.
Keuntungan = Total Penerimaan (TR) − Biaya Total (TC)
2. Analisa R/C Ratio yaitu perhitungan yang digunakan untuk menganalisa
kelayakan dari suatu usaha dalam satu tahun. Suatu usaha akan dikatakan
layak untuk dijalankan apabila hasil R/C Ratio >1 (Kadariyah 1998).
Total Penerimaan (TR)
R/C =
Biaya Total (TC)
3. Break Event Point (BEP) digunakan untuk mengetahui batasan nilai produksi
untuk mencapai titik impas yaitu tidak untung atau tidak rugi dalam suatu
usaha, jika nilai BEP lebih rendah dari harga yang berlaku, suatu usaha dapat
dikatakan layak (Kadariyah 1998).
Biaya Tetap (FC)
BEP (Rp) =
Biaya Variabel (VC)
1 − Penerimaan (R)
Biaya Tetap (FC)
BEP (Unit) =
Biaya Variabel (VC)
Harga jual/ekor − Pendapatan (R)
4. Payback period (PP) bertujuan untuk mengetahui tingkat kembalinya modal
investasi yang telah ditanamkan dalam usaha (Kadariyah 1998).
Biaya Investasi
PP =
Keuntungan
Analisa Data
Data-data yang telah diperoleh kemudian ditabulasi ke dalam program
Microsoft Exel 2013 dan dilanjutkan dengan analisa statistik menggunakan program
SPSS 20.0. Analisis data secara statistik yang dilakukan berupa analisis statistik
ragam (Anova), yang bertujuan untuk mengetahui perlakuan yang diberikan pada
penelitian ini memberikan pengaruh yang nyata atau tidak terhadap parameter
penelitian, apabila perlakuan memberikan pengaruh nyata maka dilakukan
pengujian lanjutan berupa uji Tukey dengan selang kepercayaan 95%. Penjelasan
mengenai parameter produksi, kualitas media pemeliharaan dan kelayakan usaha
dijelaskan menggunakan analisa deskriptif.
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tingkat kelangsungan hidup (%)
Tingkat Kelangsungan Hidup (TKH)
Tingkat kelangsungan hidup berkisar antara 93.65±1.82%-98.41±2.75%.
Secara statistik peningkatan padat penebaran tidak memberikan pengaruh yang
nyata terhadap kelangsungan hidup ikan (p>0.05).
100,00
90,00
80,00
70,00
60,00
50,00
40,00
30,00
20,00
10,00
0,00
a
2
a
a
a
4
6
8
Padat penebaran (ekor/liter)
Gambar 1 Kelangsungan hidup ikan ctenopoma pada akhir pemeliharaan
Laju Pertumbuhan Spesifik (LPS)
Bobot ikan pada setiap perlakuan mengalami kenaikan dari awal hingga akhir
pemeliharaan, namun besarnya kenaikan bobot yang terjadi semakin menurun
bersamaan dengan peningkatan padat penebaran (Gambar 2).
1,4
Bobot (gr)
1,2
1,0
0,8
0,6
0,4
0,2
0
10
20
30
40
Waktu pemeliharaan (hari)
Gambar 2 Bobot ikan ctenopoma pada kepadatan 2 ekor/liter (●), 4 ekor/liter (□),
6 ekor/liter (◊) dan 8 ekor/liter (Δ)
7
Laju pertumbuhan spesifik (%)
Laju pertumbuhan spesifik (LPS) tertinggi terdapat pada perlakuan 2
ekor/liter sebesar 2.72±0.15%, sedangkan LPS terendah dicapai pada perlakuan 6
ekor/liter sebesar 1.83±0.15%. Perlakuan padat penebaran memberikan pengaruh
nyata terhadap LPS (p<0.05).
4,00
3,50
3,00
2,50
2,00
1,50
1,00
0,50
a
b
b
b
2
4
6
8
0,00
Padat penebaran (ekor/liter)
Keterangan : Huruf yang berbeda menunjukan beda nyata (p<0.05)
Gambar 3 Pertumbuhan spesifik ikan ctenopoma pada akhir pemeliharaan
Pertumbahan Panjang Mutlak (PPM)
Panjang ikan pada setiap perlakuan juga mengalami kenaikan dari awal
hingga akhir pemeliharaan, namun seperti yang terjadi pada pertambahan bobot,
besarnya kenaikan panjang yang terjadi semakin menurun bersamaan dengan
peningkatan padat penebaran (Gambar 4).
3,4
Panjang (cm)
3,2
3,0
2,8
2,6
2,4
2,2
0
10
20
30
40
Waktu pemeliharaan (hari)
Gambar 4 Panjang ikan ctenopoma pada kepadatan 2 ekor/liter (●),4 ekor/liter
(□),6 ekor/liter (◊) dan 8 ekor/liter (Δ)
Pertumbuhan panjang mutlak (PPM) pada akhir penelitian menunjukkan
terdapat perbedaan nyata (p<0.05). PPM tertinggi dicapai pada perlakuan kepadatan
2 ekor/liter sebesar 3.27±0.07 cm sedangkan PPM terendah dicapai pada perlakuan
8
Pertumbuhan panjang mutlak (cm)
kepadatan 8 ekor/liter sebesar 2.73±0.03 cm. Perlakuan peningkatan padat
penebaran pemeliharaan ikan ctenopoma memberikan pengaruh nyata terhadap
pertumbuhan panjang mutlak.
1,00
0,90
0,80
0,70
0,60
0,50
0,40
0,30
0,20
0,10
0,00
a
b
c
c
2
4
6
8
Padat penebaran (ekor/liter)
Keterangan : Huruf yang berbeda menunjukan beda nyata (p<0.05)
Gambar 5 Pertumbuhan panjang mutlak ikan ctenopoma pada akhir pemeliharaan
Koefisien Keragaman (KK)
Koefisien keragaman pada akhir penelitian menunjukkan tidak terdapat
perbedaan nyata antar perlakuan (p>0.05). KK berkisar antara 4.22±1.01% hingga
4.94±0.47%.
Koefisien keragaman
6,00
5,00
4,00
3,00
2,00
1,00
a
a
a
a
4
6
8
0,00
2
Padat penebaran (ekor/liter)
Gambar 6 Koefisien keragaman ikan ctenopoma pada akhir pemeliharaan
.
Efisiensi Pakan (EP)
Efisiensi pakan tertinggi dicapai pada perlakuan kepadatan 2 ekor/liter
dengan nilai 33.09±1.48%, sedangkan EP terendah dicapai oleh perlakuan
kepadatan 8 ekor/liter dengan nilai 19.97±1.11%. Perlakuan peningkatan padat
penebaran ikan ctenopoma memberikan pengaruh nyata terhadap efisiensi pakan
(p<0.05).
Efisiensi pakan (%)
9
50,00
45,00
40,00
35,00
30,00
25,00
20,00
15,00
10,00
5,00
0,00
a
b
b
c
2
4
6
8
Padat penebaran (ekor/liter)
Keterangan : Huruf yang berbeda menunjukan beda nyata (p<0.05)
Gambar 7 Efisiensi pakan ikan ctenopoma pada akhir pemeliharaan
Hasil Pengukuran Kualitas Air
Parameter pengamatan kualitas air terdiri dari suhu, pH, oksigen terlarut (DO),
alkalinitas, ammonia dan nitrit. Pada parameter pH, DO dan alkalinitas mengalami
penurunan seiring dengan bertambahanya masa pemeliharaan, sedangkan
parameter suhu, ammonia dan nitrit berfluktuatif selama masa pemeliharaan
(Lampiran 3).
Tabel 2 Kualitas media pemeliharaan ikan ctenopoma
pH
Perlakuan Padat Penebaran (ekor/liter)
2
4
6
8
25.426.226.026.027.8
27.6
27.8
27.6
5.6-7.8
5.2-7.8
5.0-7.7
5.0-7.7
DO (mg/liter)
3.1-5.9
2.7-5.8
2.1-5.9
2.0-5.8
Alkalinitas
(mgCaCO3/liter)
20-40
16-40
12-44
12-44
Ammonia
(mgNH3/liter)
0.00050.0187
0.1-0.7
0.00030.0384
0.1-0.7
0.00020.0338
0.2-1.1
0.00020.0381
0.3-1.3
Parameter
Suhu (oC)
Nitrit
(mgNO2/liter)
*) Kualitas air khusus ikan ctenopoma
Kisaran
21-26o C (Randle and
Chapman 2004)*
5.27 (Randle and
Chapman 2004)*
0.37-1.36 (Randle and
Chapman 2004)*
50 (Alderton 2008)*
0.5-5 (Boyd 1998)
<0.1 (Boyd 1998)
Selama pemeliharaan suhu air mengalami fluktuasi, dengan suhu terendah
yang pernah dicapai sebesar 25.4o C dan tertinggi sebesar 27.8o C. Nilai pH pada
awal pemeliharaan sebesar 7-8, kemudian mengalami penurunan hingga mencapai
nilai pH 5.0-5.6. Jumlah oksigen terlarut dalam perairan mengalami penurunan
selama pemeliharaan, pada awal pemeliharan kandungan oksigen terlarut dalam air
sebesar 5.8-5.9 mg/liter, sedangkan pada akhir pemeliharaan kandungan oksigen
terlarut sebesar 2.0-3.1 mg/liter. Nilai alkalinitas (CaCO3) dalam air juga
10
Oksigen terlarut
(mg/liter)
mengalami penurunan, pada awal pemeliharaan nilai alkalinitas 40-44 mg/liter
sedangkan pada akhir pemeliharaan nilai alkalinitas turun hingga 12-20 mg/liter.
Kandungan ammonia dalam air selama pemeliharaan berfluktuatif, dengan nilai
terendah sebesar 0.0002-0.0003 mg/liter dan tertinggi 0.0381-0.0384 mg/liter,
kandungan nitrit juga mengalami fluktuasi selama pemeliharaan dengan nilai
terendah sebesar 0.1-0.3 mg/liter dan tertinggi 1.1-1.3 mg/liter.
6,0
5,5
5,0
4,5
4,0
3,5
3,0
2,5
0
10
20
30
40
Pemeliharaan hari ke(a)
8,0
7,5
pH
7,0
6,5
6,0
5,5
5,0
0
10
20
30
40
Pemeliharaan hari ke(b)
0,035
NH3 (mg/liter)
0,030
0,025
0,020
0,015
0,010
0,005
0,000
0
10
20
30
40
Pemelihraan hari ke(c)
Keterangan: Perlakuan padat penebaran 2 ekor/liter (●), 4 ekor/liter (□), 6 ekor/liter (◊) dan
8 ekor/liter (Δ)
Gambar 8 Hasil pengukuran DO(a), pH (b) dan ammonia (c) selama pemeliharaan
11
Perhitungan Ekonomi
Pada akhir pemeliharaan dihasilkan ikan ctenopoma dalam beberapa ukuran
panjang (Tabel 3), harga jual ikan sangat ditentukan oleh ukuran panjang yang
dihasilkan pada akhir pemeliharaan.
Tabel 3 Grade ukuran panen ikan ctenopoma
Perlakuan
2 ekor/liter
4 ekor/liter
6 ekor/liter
8 ekor/liter
Persentasi grade (%)
2.5 cm
%
ekor
0.00
0
2.38
4
6.35
12
16.27
41
2.75 cm
%
ekor
12.70
8
51.59
65
65.61
115
58.73
148
3 cm
%
88.89
45.24
25.40
23.41
ekor
56
57
42
59
Perhitungan analisis produksi dilakukan dengan menghitung penerimaan,
keuntungan, payback period, break event point dan R/C rasio (Tabel 4). Asumsi
yang digunakan dalam perhitungan produksi adalah satu siklus produksi dilakukan
dalam waktu 40 hari pemeliharaan, sehingga dalam satu tahun terdapat delapan
siklus produksi, serta setiap pembelian peralatan dan komponen produksi yang
dibutuhkan dalam kegiatan usaha pendederan ikan ctenopoma disesuaikan dengan
harga yang berlaku di daerah Bogor pada bulan April 2015 (Lampiran 4-8).
Tabel 4 Perhitungan analisis usaha budidaya ikan ctenopoma
No
Keterangan
2 ekor/liter
4 ekor/liter
6 ekor/liter
8 ekor/liter
1.
Penerimaan
Rp 270 650 992
Rp 467 406 214
Rp 669 707 198
Rp 913 269 836
2.
Total Cost
3.
Keuntungan
Rp 231 660 131
Rp 38 990 861
Rp 374 767 975
Rp 92 729 329
Rp 535 380 277
Rp 134 326 921
Rp 686 940 680
Rp 226 329 156
4.
R/C Ratio
1.17
1.25
1.25
1.33
5.
PP (Tahun)
6.
BEP (Rp)
7
BEP (Unit)
1.58
0.67
0.46
0.27
Rp 176 578 823
Rp 206 290 163
Rp 261 634 026
Rp 347 518 437
40 679
40 678
47 867
47 866
*Keterangan: PP (Payback Period), BEP (Break Event Point) dan R/C Ratio (Revenue Cost
Ratio)
Berdasarkan Tabel 4 diatas asumsi pemeliharaan sebanyak delapan kali siklus
dalam periode satu tahun dapat diketahui bahwa analisa usaha terbaik terdapat pada
perlakuan padat penebaran 8 ekor/liter dengan keuntungan sebesar Rp 226 329 156,
R/C rasio sebesar 1.33, PP 0.27 tahun dan BEP Rp 347 518 437 atau 47 866 unit.
Pembahasan
Hasil penelitian menunjukan bahwa semakin ditingkatkannya padat penebaran
dalam pemeliharaan ikan ctenopoma, akan berdampak secara nyata terhadap
menurunnya parameter pertumbuhan (p<0.05). Menurunnya pertumbuhan dapat
dibuktikan dengan nilai LPS dan PPM tertinggi yang dicapai oleh perlakuan 2
ekor/liter, kemudian mengalami penurunan seiring dengan meningkatnya perlakuan
padat penebaran. Peningkatan padat penebaran akan meningkatkan konsumsi oksigen
12
dan sekresi hasil metabolisme, seperti yang dikemukakan oleh Effendi et al. (2006)
bahwa semakin meningkat padat penebaran akan memperbanyak jumlah ikan yang
dibudidayakan, sehingga meningkatkan konsumsi oksigen dan buangan metabolit.
Kadar oksigen terlarut yang semakin rendah dan limbah metabolit yang semakin tinggi
akan memperburuk kualitas lingkungan pemeliharaan. Lingkungan yang buruk dapat
menjadi stressor bagi ikan yang menyebabkan ikan stres. Menurut Royan et al.
(2014) stres merupakan respon bertahan ikan terhadap stressor, yang dapat
berdampak negatif terhadap perubahan fisiologis tubuh meliputi gangguan
pertumbuhan.
Selama pemeliharaan dilakukan upaya-upaya pengelolaan kualitas air berupa
pergantian air dan aerasi, sehingga dapat mempertahankan kualitas lingkungan
dalam batas toleransi ikan ctenopoma untuk bertahan hidup. Selama pemeliharaan
suhu media pemeliharaan berkisar antara 25.4-27.8 oC, kisaran suhu tersebut berada
dalam batas toleransi ikan ctenopoma menurut Randle and Chapman (2014) yang
menyatakan ikan ctenopoma mampu bertahan hidup dengan suhu terendah
mencapai 21oC. Alkalinitas media pemeliharaan berada dalam kisaran nilai 12-44
mg/liter CaCO3, nilai alkalinitas tersebut berada dalam batas toleransi menurut
Alderton (2008) yang menyatakan ikan ctenopoma mampu hidup dalam perairan
dengan alkalinitas 50 mg/liter CaCO3. Selama pemeliharaan nilai ammonia berkisar
antara 0.0002-0.0384 mg/liter, sedangkan nitrit berkisar antara 0.1-1.3 mg/liter.
Menurut Boyd (1998) kadar ammonia pada perairan umum berada dibawah 0.1
mg/liter, sedangkan untuk nitrit berkisar antara 0.5-5 mg/liter. Randle and Chapman
(2004) mengemukakan bahwa ikan ctenopoma mampu bertahan hidup di dalam
perairan dengan nilai pH yang cenderung asam hingga 5.27, sedangkan pH media
selama pemeliharaan berkisar antara 5.0-7.7. Ikan ctenopoma mampu bertahan
hidup dalam air dengan kadar oksigen 0.37-1.36 mg/liter (Randle and Chapman
2004), kisaran nilai oksigen terlarut selama pemeliharaan berkisar antara 2.1-5.9
mg/liter.
Kualitas lingkungan selama pemeliharaan berada dalam batas toleransi ikan
untuk bertahan hidup, namun hasil penelitian menunjukan bahwa kualitas
lingkungan belum mampu mendukung pertumbuhan yang maksimal. Menurut
Wijaya et al. (2014) oksigen terlarut dan ammonia dalam air dapat menjadi faktor
pendukung dan pembatas pertumbuhan organisme budidaya. Hasil pengukuran
oksigen terlarut selama pemeliharaan menunjukan bahwa semakin tinggi padat
penebaran menyebabkan konsumsi oksigen yang semakin meningkat sehingga
menyebabkan kandungan oksigen terlarut dalam air rendah. Berkurangnya
kandungan oksigen dalam air dapat menurunkan pertumbuhan, karena oksigen
sangat dibutuhkan untuk sumber energi bagi jaringan tubuh, aktivitas pergerakan
dan aktivitas pengolahan makanan (Zonneveld et al. 1991).
Hasil pengukuran ammonia selama pemeliharaan menunjukan bahwa
semakin meningkatnya padat penebaran akan meningkatkan kandungan ammonia
di dalam media pemeliharaan. Kandungan ammonia hasil metabolisme yang
meningkat cenderung menyebabkan gangguan yang bersifat fisiologis yang dapat
menurunkan pertumbuhan ikan (Boyd 1990). Peningkatan kandungan ammonia
dalam air dapat menurunkan ekskresi ammonia ikan sehingga menyebabkan
kandungan ammonia dalam darah dan jaringan meningkat (Boyd 1990), jika terjadi
secara terus-menerus dapat menyebabkan kerusakan insang dan menurunkan
kemampuan darah dalam mengikat oksigen. Kandungan ammonia yang tinggi
13
dalam perairan dapat bersifat racun bagi organisme budidaya, tidak hanya mampu
menghambat pertumbuhan namun juga dapat mengakibatkan kematian.
Tingkat kelangsungan hidup yang diperoleh pada akhir pemeliharaan dapat
dikatakan tinggi berkisar antara 93.65±1.82% hingga 98.41±2.75%. Hasil analisis
ragam menunjukan bahwa peningkatan padat penebaran tidak memberikan
pengaruh nyata terhadap TKH (p>0.05), namun peningkatan padat penebaran
cenderung menghasilkan TKH yang menurun. Peningkatan padat penebaran
membuat ruang gerak ikan semakin kecil dan menimbulkan persaingan dalam
memperoleh makanan, seperti yang dikemukakan oleh Effendi et al. (2006) bahwa
peningkatan padat penebaran akan menyebabkan kompetisi dalam memperebutkan
makanan meningkat. Ikan yang ditemukan mati selama pemeliharaan mengalami
abnormalitas dengan ciri-ciri tubuh yang kurus dan kecil, kondisi tersebut
dikarenakan ikan yang tersebut tidak mampu bersaing dalam memperoleh
makanan. Peluang ikan dalam memperoleh makanan tidak hanya ditentukan oleh
kemampuan ikan tersebut dalam bersaing, Kristiana (2014) menyatakan
peningkatan padat penebaran dapat memperbesar terjadinya kontak individu yang
berlebihan sehingga memicu terjadinya stres sehingga menurunkan respon ikan
terhadap pakan. Kondisi ini akan memperburuk keadaan ikan, karena ikan yang
mengalami stres dapat dipastikan tidak mampu bersaing untuk bertahan hidup dan
mengalami kematian.
Persaingan dalam memperoleh makanan ditunjukan dengan keragaman
ukuran ikan, berdasarkan hasil uji statistik menunjukan bahwa peningkatan padat
penebaran tidak memberikan pengaruh terhadap keragaman ikan, namun pola yang
dicapai menunjukan bahwa keragaman semakin meningkat bersamaan dengan
peningkatan padat penebaran. Toko et al. (2007) menyatakan bahwa semakin
meningkat padat penebaran dapat menyebabkan peningkatan keragaman ikan. Pada
penelitian ini pertumbuhan yang terjadi dalam kondisi yang seragam karena nilai
keragaman pada setiap perlakuan dibawah 20 % (Mattjik dan Sumertajaya 2002).
Hasil penelitian menunjukan bahwa semakin meningkatnya padat penebaran
akan berdampak pada menurunnya efisiensi pakan (p<0.05). Efisiensi pakan yang
rendah disebabkan oleh rendahnya biomassa akhir yang dihasilkan dibandingkan
dengan jumlah pakan yang dikonsumsi selama pemeliharaan. Zonneveld et al.
(1991) menyatakan bahwa semakin besar jumlah biomassa yang dihasilkan dan
semakin sedikit jumlah pakan yang dikonsumsi akan memperbesar hasil
perbandingan antara biomassa dan jumlah pakan, sehingga menghasilkan nilai
efisiensi pakan yang lebih baik.
Produksi merupakan fungsi dari pertumbuhan dan kelangsungan hidup,
dalam pemeliharaan ikan ctenopoma, faktor kelangsungan hidup dan pertumbuhan
panjang menentukan keberhasilan produksi. Produk akhir dalam usaha budidaya
ikan hias dijual dengan menghitung jumlah individu yang dihasilkan, berbeda
dengan jenis ikan konsumsi yang bergantung pada bobot biomassa akhir. Ukuran
panjang ikan juga menentukan harga jual, semakin panjang tubuh ikan yang
dihasilkan maka akan menambah harga jual. Pada akhir pemeliharaan panjang ikan
yang dipanen mencapai 2.75-3 cm. Perhitungan produksi ikan ctenopoma dilakukan
menggunakan akuarium sebanyak 100 unit dengan volume air 10.5 liter. Padat
penebaran yang digunakan yaitu 2, 4, 6 dan 8 ekor/liter dengan pergantian air
sebesar 45% dari volume air total. Produksi yang dilakukan selama satu tahun,
dengan waktu satu siklus produksi 40 hari sehingga dalam setahun dapat melakukan
14
produksi sebanyak delapan siklus serta perhitungan konversi pakan dan
kelangsungan hidup ikan sesuai dengan hasil perlakuan penelitian. Hasil analisis
usaha menunjukkan bahwa perlakuan padat penebaran 8 ekor/liter menghasilkan
keuntungan terbesar yaitu Rp 226 329 156, R/C rasio 1.33, Break Event Point (BEP)
sebesar Rp 347 518 437 atau 47 866 unit dan Payback Periode (PP) selama 0.27
tahun atau tiga bulan tujuh hari. Keuntungan terbesar tersebut dikarenakan
kelangsungan hidup ikan yang tinggi serta hampir 80% dari ikan yang dihasilkan
termasuk dalam ukuran panen dengan harga tertinggi sehingga hasil penjualan
mendapatkan pendapatan yang tinggi, serta mempengaruhi parameter produksi
lainnya terutama dalam perolehan keuntungan usaha.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Padat penebaran terbaik pada pemeliharaan ikan ctenopoma dengan
pergantian air sebanyak 45% adalah 8 ekor/liter, memberikan nilai tertinggi
terhadap kelangsungan hidup, pertumbuhan dan keberhasilan produksi.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai tingkat ketahanan ikan
ctenopoma terhadap stres lingkungan yang diakibatkan oleh peningkatan padat
penebaran ikan.
DAFTAR PUSTAKA
Alderton D. 2008. Encyclopedia of Aquarium & Pond Fish. Dorling Kindersley.
New York. 114 hal.
Budiardi T, Solehudin MA, Wahjuningrum D. 2008. Produksi Ikan Neon Tetra
(Paracheirodon innesi) Ukuran M dengan Padat Tebar 25, 50, 75 dan 100
ekor/liter dalam Sistem Resirkulasi. Jurnal Akuakultur Indonesia. 7(1): 19-24.
Boyd CE. 1990. Water Quality In Pond For Aquaculture. Binningham Publishing
Co.
Boyd CE. 1998. Pond Aquaculture Water Quality Management. New York.
Springer Sience.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Kabupaten Bogor dalam Angka 2014. Katalog
BPS: 1102001.3201: hlm 234.
Darmawangsa GM. 2008. Pengaruh Padat Penebaran 10, 15 dan 20 ekor/liter
Terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Gurami
15
(Osphronemus goramy lac.) Ukuran 2 cm. [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Diatin I, Harris E, Suprayudi MA, Budiardi T. 2015. Pertumbuhan dan
Kelangsungan Hidup Ikan Koridoras (Corydoras aeneus Gill 1858) pada
Budidaya Kepadatan Tinggi. Jurnal Ikhtiologi Indonesia. 14(2):123-134.
[DJP2HPKKP] Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan
Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2014. Ikan Hias [Internet]. [Diunduh 2015
Juli 10]. Tersedia pada http: //www.kkp.go.id/ ikanhias/ index.php/ news/ c/ 98/
Ikan-Hias-Sebagai-Komoditas-Unggulan-Baru/?category_id=1.
[DJPBKKP] Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan
Perikanan. 2014. Pengembangan Perikanan Budidaya yang Mandiri, Berdaya
Saing dan Berkelanjutan 2015-2019 [Internet]. [Diunduh 2015 September 13].
Tersedia pada http: www.djpb.kkp.go.id/ index.php/ mobile/// arsip/ c/ 184/
Pengembangan-Perikanan-Budidaya-yang-Mandiri-Berdaya-Saing-danBerkelanjutan-2015-2019/ ?category_id=11.
Effendi I, Bugri HJ, Widanarni. 2006. Pengaruh Padat Penebaran Terhadap
Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Gurami Osphronemus
gouramy lac. Ukuran 2 cm. Jurnal Akuakultur Indonesia. 5(2) : 127-135.
Effendie MI. 1979. Metode Biologi Perikanan. Bogor (ID): Yayasan Dewi Sri.
Hepher B and Pruginin Y. 1981. Commercial Fish Farming: With Special
Reference to Fish Culture in Israel. New York (US): John Wiley and Sons.
Huissman EA. 1987. The Principles of Fish Culture Production. Netherland (NL):
Wageningen University.
Kadariyah. 1998. Evaluasi Proyrek Analisa Ekonomi Edisi II. Fakultas Ekonomi
UI Press, Jakarta.
Kristiana R, Endang A, Hastuti S. 2014. Pengaruh Padat Tebar Tinggi Terhadap
Kelangsungan Hidup, Konsumsi Pakan dan Efisiensi Pakan Serta Pertumbuhan
Juvenil Lobster Air Tawar (Cherax Sp.). Jurnal of Aquaculture Mangement and
Technology. 3(3): 95-104.
Mattjik AA, Sumertajaya M. 2002. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS
dan Minitab. Bogor (ID): IPB Press.
Randle AM and Chapman LJ. 2004. Habitat used by African Anabantid Fish
Ctenopoma murei: Implication for Cost of Air Breathing. Ecology of fresh water
fish. 13: 37-45.
Royan F, Rejeki S, Haditomo CAH. 2014. Pengaruh Salinitas yang Berbeda
Terhadap Profil Darah Ikan Nila (Orechromis niloticus). Jurnal of Aquaculture
Mangement and Technology. 3(2): 109-117.
16
Satyani D. 2001. Kualitas Air untuk Ikan Hias Air Tawar. Jakarta (ID): Penebar
Swadaya.
Sulaiman ZH and Daud HK. 2002. Pond Aquaculture of Kissing Gouramis
(Helosotoma temminckii) in Bukit Udal, Tutong a Preliminary Investigation.
Bruneiana: Anthology of Science Articles 3 2002.
Steel GD and Torrie JH. 1993. Prinsip-Prinsip dan Prosedur Statistika. Terjemahan.
Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Utama.
Stickney RR. 1979. Principal of Warmwater Aquaculture. New York (US): John
Wiley dan Sons Publisher.
Toko I, Fiogbe ED, Koukpode B, Kestemont P. 2007. Rearing of African Catfish
(Clarias gariepinus) and Vundu Catfish (Heterobranchus longifilis) in
Traditional Fish Ponds (whedos): Effect of Stocking Density on Growth,
Production and Body Composition. Aquaculture. 262: 65–72.
Wahyu. 2012. Peningkatan Produksi Ikan Maanvis (Pterophyllum scalare) dalam
Budidaya Sistem Resirkulasi Melalui Peningkatan Padat Tebar. [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Wijaya O, Rahardja BS, Prayogo. 2014. Pengaruh Padat Tebar Ikan Lele Terhadap
Laju Pertumbuhan dan Survival Rate pada Sistem Akuaponik. Jurnal Ilmiah
Perikanan dan Kelautan. 6(1): 2014.
Zonneveld N, Huisman EA, Boon JH. 1991. Prinsip-prinsip Budidaya Ikan. Jakarta
(ID): PT. Gramedia Pustaka Utama.
17
Lampiran 1 Gambar ikan ctenopoma
Ikan ctenopoma merupakan ikan hias air tawar yang berasal dari sungai Congo
Afrika, ikan tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Phylum: Chordata, Sub
phylum: Vertebrata, Superclass: Osteichthyes, Series: Pisces, Class: Actynopterigii,
Subsclass: Neopterigii, Order: Perciformes, Suborder: Acanthopterygii, Family:
Anabantidae dan Genus: Ctenopoma. Ikan ctenopoma hidup di perairan dengan
kisaran suhu 23-28oC, pH 5.6 dan alkalinitas 50 ppm (Alderton 2008). Tubuh ikan
ini memiliki corak berupa bintik-bintik hitam di seluruh bagian tubuhnya dengan
warna dasar tubuh kecokelatan. Beberapa jenis ikan ctenopoma yang terdapat di
dunia diantaranya Anabas acutirostris, Anabas ocellatus, Anabas ocellatus
acutirostris, dan Ctenopoma acutirostris.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS 2014), wilayah Kabupaten Bogor
memiliki 30-33 Kelompok Pembudidaya Ikan Hias (Pokdakkan) dan Tanaman Air,
dengan 203 anggota kelompok yang terdata sebagai pembudidaya ikan ctenopoma.
Kelompok-kelompok tersebut tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Bogor dengan
lima wilayah terbesar yaitu Cibinong, Kemang, Ciseeng, Tajurhalang dan Parung.
Wilayah-wilayah tersebut merupakan sentra ikan hias di Kabupaten Bogor.
Produksi ikan ctenopoma di Kabupaten Bogor pada tahun 2012 cukup tinggi
mencapai 12 486 000 ekor dan meningkat pada tahun 2013 menjadi 14 586 000.
18
Lampiran 2 Analisis statistik parameter uji yang diamati pada akhir pemeliharaan
1. Analisis statistik tingkat kelangsungan hidup (%) ikan ctenopoma
a. Anova
Sumber
Keragaman
JK
DB
KT
F
P
Perlakuan
39.176
3
13.059
2.806
0.108 *)
Sisa
37.235
8
4.654
Total
76.411
11
*) Perlakuan padat penebaran tidak memberikan berpengaruh nyata terhadap tingkat
kelangsungan hidup ikan ctenopoma (P>0.05)
2. Analisis statistik laju pertumbuhan spesifik (%) ikan ctenopoma
a. Anova
Sumber
Keragaman
JK
DB
KT
F
P
Perlakuan
1.598
3
0.533
21.63
0 *)
Sisa
0.197
8
0.025
Total
1.795
11
*) Perlakuan padat penebaran memberikan berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan
spesifik ikan ctenopoma (P<0.05)
b. Tukey
Perlakuan
8 ekor/liter
6 ekor/liter
4 ekor/liter
2 ekor/liter
P
N
3
3
3
3
1
1.8267
1.8467
2.0033
2
2.72
1
0.544
3. Analisis statistik pertumbuhan panjang mutlak (g/hari) ikan ctenopoma
a. Anova
Sumber
Keragaman
JK
DB
KT
F
P
Perlakuan
0.354
3
0.118
78.681
0*)
Sisa
0.012
8
0.002
Total
0.366
11
*) Perlakuan padat penebaran memberikan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan
panjang mutlak ikan ctenopoma (P<0,05)
b. Tukey
Perlakuan
8 ekor/liter
6 ekor/liter
4 ekor/liter
2 ekor/liter
P
N
3
3
3
3
1
0.4867
0.5267
2
3
0.69
0.607
1
0.9233
1
19
4. Analisis statistik koefisien keragaman (%) ikan ctenopoma
a. Anova
Sumber Keragaman
JK
DB
KT
F
P
Perlakuan
1.193
3
0.398
0.745
0.555 *)
Sisa
4.27
8
0.534
Total
5.463
11
*) Perlakuan padat penebaran tidak memberikan berpengaruh nyata terhadap koefisien
keragaman ikan ctenopoma (P>0.05)
5. Analisis statistik efisiensi pakan (%) ikan ctenopoma
a. Anova
Sumber Keragaman
JK
DB
KT
F
P
Perlakuan
263.072
3
87.691
29.941
0 *)
Sisa
23.43
8
2.929
Total
286.502
11
*) Perlakuan padat penebaran memberikan berpengaruh nyata terhadap efisiensi pakan
ikan ctenopoma (P<0,05)
b. Tukey
Perlakuan
8 ekor/liter
6 ekor/liter
4 ekor/liter
2 ekor/liter
P
N
3
3
3
3
1
19.97
2
3
26.8533
28.08
1.00
0.816
33.0933
1
20
Lampiran 3 Hasil pengukuran kualitas air ikan ctenopoma
Parameter
DO
(mg/L O2)
pH
(Unit)
Suhu
(oC)
Amonia
(mg/L NH3)
Nitrit
(mg/L NO2)
Alkalinitas
(mg/L CaCO3)
Sampel
2 ekor/liter
4 ekor/liter
6 ekor/liter
8 ekor/liter
Tandon
2 ekor/liter
4 ekor/liter
6 ekor/liter
8 ekor/liter
Tandon
2 ekor/liter
4 ekor/liter
6 ekor/liter
8 ekor/liter
Tandon
2 ekor/liter
4 ekor/liter
6 ekor/liter
8 ekor/liter
Tandon
2 ekor/liter
4 ekor/liter
6 ekor/liter
8 ekor/liter
Tandon
2 ekor/liter
4 ekor/liter
6 ekor/liter
8 ekor/liter
Tandon
Hari ke0
5.8
5.6
5.7
5.7
8.7
7.66
7.56
7.59
7.59
7.94
Pemeliharaan
Hari keHari keHari ke10
20
30
4.4
4.2
4.0
4.6
4.4
3.9
3.6
3.5
3.4
3.5
3.3
3.1
7.65
7.04
6.48
7.69
6.61
6.33
7.55
6.22
5.85
7.13
6.10
5.66
-
Hari ke40
3.1
2.9
2.4
2.1
5.6
5.71
5.53
5.08
5.21
7.9
26.83
26.80
26.50
26.50
25.7
26.70
26.57
26.43
26.57
-
25.97
26.33
26.10
26.57
-
27.03
27.00
26.93
26.97
-
27.63
27.33
27.63
27.47
27.8
0.0010
0.0037
0.0007
0.0046
0.001
0.0152
0.0314
0.0275
0.0188
-
0.0040
0.0025
0.0026
0.0026
-
0.0028
0.0017
0.0008
0.0005
-
0.0006
0.0007
0.0002
0.0004
0.003
0.106
0.175
0.231
0.262
0.025
0.347
0.337
0.341
0.346
-
0.547
0.661
0.705
0.821
-
0.663
0.655
1.028
1.266
-
0.429
0.450
0.978
0.972
0.008
36.00
38.67
33.33
38.67
40.0
36.00
33.33
26.67
26.67
-
27.61
25.43
24.71
24.71
-
26.67
22.67
22.67
22.67
-
22.67
18.67
14.67
14.67
24.0
21
Lampiran 4 Perhitungan analisis usaha pendederan ikan ctenopoma
Analisis usaha pendederan ikan ctenopoma dihitung berdasarkan hasil survei
kepada toko-toko yang menyediakan peralatan produksi perikanan yang dibutuhkan
serta asumsi-asumsi lain yang dibutuhkan, diantaranya sebagai berikut:
1. Satu siklus pendederan dimulai dengan ukuran 2 cm kemudian dilakukan
pemeliharaan selama 40 hari. Pada kegiatan budidaya yang dilakukan oleh para
pembudidaya ikan hias, dalam waktu 40 hari ikan ctenopoma ukuran 2 cm dapat
tumbuh hingga 3.1 cm dengan padat penebaran 3 ekor/liter dan pergantian air
20-30%. Pada perhitungan ekonomi penelitian ini menggunakan hasil
pengukuran parameter penelitian sebagai berikut:
 Tingkat kelangsungan hidup ikan ctenopoma pada akhir pemeliharaan
berkisar antara 93-98% (Gambar 1).
 Efisiensi pakan berkisar antara 19-33% (Gambar 7)
 Ukuran panen ikan pada akhir penelitian berbeda-beda mulai dari 2 cm
hingga 3 cm (Tabel 3)
sehingga didapatkan penerimaan yang berbeda-beda pada setiap perlakuannya.
2. Satu siklus pemeliharaan mulai dari persiapan wadah hingga panen dilakukan
selama 45 hari, sehingga dalam satu tahun (365 hari) dapat diperoleh delapan
siklus produksi.
3. Jumlah pekerja yang digunakan disesuaikan dengan beratnya beban pekerjaan
yang ditanggung dalam kegiatan usaha. Pegawai yang dibutuhkan berupa satu
orang manajer dan satu sampai dua orang teknisi lapangan, satu orang pekerja
mampu mengerjakan 50 akuarium. Manajer berfungsi sebagai teknisi sekaligus
memanajemen kegiatan produksi, sehingga gaji yang diberikan lebih besar
dibandingkan dengan teknisi lapang. Tanggung jawab pekerjaan masing-masing
pegawai meliputi pemberian pakan, pergantian air dan pemanenan ikan. Upah
minimum kota Bogor sebesar Rp 2 658 155, dengan masa kerja 8 jam/hari dan
5 hari/minggu, sehingga didapatkan upah perjamnya sebesar Rp 19 000. Pada
perhitungan ekonomi ini digunakan dua sampai tiga orang pegawai dengan
waktu kerja 8 jam/hari dalam 7 hari/minggu. Tunjangan hari raya yang diberikan
sebesar Rp 1 000 000/tahun. Struktur operasional pegawai yang digunakan
adalah sebagi berikut:
 Jam masuk kerja dimulai pukul 08.00 WIB sampai dengan 17.00 WIB
 Gaji manajer sebesar Rp 1 300 000
 Pemberian pakan pertama pada pukul 08.00-09.00 WIB
 Pemberian pakan kedua pada pukul 11.00-12.00 WIB
 Istirahat makan siang 12.00-13.00 WIB
 Pergantian air dilakukan pada pukul 13.00-15.30 WIB
 Pemberian pakan ketiga dan pengisian tandon dilakukan pada pukul
15.30-17.00 WIB.
4. Akuarium yang digunakan sebanyak 100 buah dengan dimensi 60 cm x 40 cm x
45 cm, dengan tinggi air 40 cm sehingga volume air yang digunakan 96 liter.
Pergantian air sebesar 45% atau sebesar 43.2 liter, sehingga dalam satu hari
untuk pergantian air 45% untuk 100 akuarium dengan volume air 96 liter
dibutuhkan air sebanyak 4320 liter.
5. Biaya listrik yang digunakan berupa peralatan pendukung produksi yang
menggunakan daya listrik seperi lampu, blower udara, pompa sumur dan pompa
celup tandon, dengan rumus perhitungan: waktu pemakaian (jam) x daya listrik
22
(Kwh) x Rp1 352. Kapasitas peralatan yang digunakan haruslah mampu
mendukung skala produksi dan operasional kerja seperti:
 Blower dengan kemampuan 100 titik.
 Pompa sumur berkapasitas 4320 liter dalam waktu 1.5 jam.
 Pompa celup berkapasitas 4320 liter dalam waktu 2.5 jam untuk
pergantian air.
6. Daya atau kapasitas genset disesuaikan dengan daya listrik atau kapasitas listrik
yang digunakan, dengan asumsi dalam satu bulan terjadi dua kali pemadaman
selama 12 jam dengan total 24 jam/bulan. Perhitungan bahan bakar genset
disesuaikan dengan kapasitas genset.
7. Wadah transportasi produk yang digunakan berupa plastik ukuran 70 cm x 50
cm, dengan kemampuan tampung 250 ekor ikan dalam satu buah kemasannya.
Satu buah kemasan menggunakan dua buah plastik dan empat buah karet gelang
dan menggunakan oksigen tambahan. Satu pack karet gelang berisi 328 buah
karet dan 1 pack plastik berisi 20 lembar plastik. Satu buah tabung oksigen penuh
mampu mengisi 100-150 kantong packing. Transportasi ikan menggunakan
mobil pick up hasil dari penyewaan.
8. Harga peralatan yang digunakan merupakan harga yang berlaku di daerah Bogor
pada tahun 2014-2015.
Berdasarkan data-data dan asumsi diatas, selanjutnya dilakukan perhitungan
mengenai biaya Investasi, biaya variabel dan biaya tetap.
Lampiran 5 Rincian perhitungan biaya investasi
Ukuran
Spesifikasi
Satuan
60x40x45 cm
Kaca
Hiblow
0.045mpa
Besi
unit
Jumlah
(unit)
100
unit
1
980 000
980 000
3
400 000
193 333
unit
12
1 128 000
13 536 000
6
9 600 000
656 000
600 watt
46 liter/menit
unit
1
8 800 000
8 800 000
5
4 400 000
880 000
200x100x100 cm
Fiber
unit
3
4 900 000
14 700 000
7
6 000 000
1 242 857
Pompa celup
115 watt
5000 liter/jam
unit
1
470 000
470 000
3
350 000
40 000
Generator
900 watt
-
unit
1
10 750 000
10 750 000
4
5 000 000
1 437 500
Selang aerasi
-
Plastik
rol
2
75 000
150 000
2
0
75 000
9.
Selang pompa
1 inchi
Plastik
unit
2
280 000
560 000
3
0
187 000
10.
Selang sifon
1/2 inchi
Plastik
unit
2
24 000
48 000
2
0
24 000
11.
Paralon
1 inchi
PVC
unit
1
36 000
36 000
8
0
4 500
12.
Paralon
3/4 inchi
PVC
unit
10
27 500
275 000
8
0
34 375
13.
Overshock
1 inchi
PVC
unit
2
6 000
12 000
9
0
1 333
14.
Pipa L
3/4 inchi
PVC
unit
11
1 800
19 800
9
0
2 200
15.
Penutup pipa
3/4 inchi
PVC
unit
2
2 000
4 000
5
0
800
16.
Pipa T
3/4 inchi
PVC
unit
1
2 500
2 500
6
0
417
17.
Jangka sorong
0.01 cm
Besi
unit
2
180 000
360 000
3
0
120 000
18.
Tabung oksigen
-
-
unit
1
1 475 000
1 475 000
10
0
147 500
No
Komponen Biaya
1.
Akuarium
2.
Blower
3.
5.
Rak akuarium
Pompa sumur
jetpump
Bak fiber
6.
7.
8.
4.
76 watt
180x45x135 cm
Jumlah
Harga Satuan
(Rp)
95 000
Jumlah Total
(Rp)
9 500 000
61 678 300
Umur teknis
(tahun)
10
Nilai Sisa (Rp)
8 500 000
Biaya Penyusutan
(Rp)
100 000
5 146 815
23
23
24
24
Lampiran 6 Rincian perhitungan biaya tetap
No
Komponen
Jumlah
Komponen/Perlakuan
(ekor/liter)
2
4
6
8
Waktu
(Bulan)
Harga Total Tiap Perlakuan (Tahun)
Harga satuan
(Bulan)
2 ekor/liter (Rp)
4 ekor/liter (Rp)
6 ekor/liter (Rp)
8 ekor/liter (Rp)
1.
Penyusutan investasi*
1
1
1
1
-
-
5 146 815
5 146 815
5 146 815
5 146 815
2.
Manajer
1
1
1
1
12
Rp1 300 000
15 600 000
15 600 000
15 600 000
15 600 000
3.
1
1
2
2
12
Rp1 178 000
14 136 000
14 136 000
28 272 000
28 272 000
1
1
1
1
-
-
1 000 000
1 000 000
1 000 000
1 000 000
5.
Teknisi
Tunjangan hari raya
manajer*
Tunjangan hari raya teknisi*
2
2
2
2
-
-
800 000
800 000
1 600 000
1 600 000
6.
Sewa lahan dan bangunan
1
1
1
1
12
Rp2 175 000
26 100 000
26 100 000
26 100 000
26 100 000
7.
Listrik lampu**
1
1
1
1
12
-
8.
Bonus panen***
2
2
2
2
-
Rp 500 000
9.
Katup aerasi
100
100
100
100
-
10.
Batu aerasi
100
100
100
100
11.
Lampu
3
3
3
3
4.
29 203
29 203
29 203
29 203
8 000 000
8 000 000
8 000 000
8 000 000
-
450 000
450 000
450 000
450 000
-
-
1 250 000
1 250 000
1 250 000
1 250 000
-
-
675 000
675 000
675 000
675 000
73 187 218
73 187 218
86 123 018
86 123 018
Jumlah
*) Biaya yang hanya dibayarkan satu tahun sekali sebesar Rp1 000 000 setiap pegawainya
**) Perhitungan biaya menggunakan rumus yang terdapat pada asumsi perhitungan ekonomi
***) Bonus panen dibayarkan setiap selesai panen atau setiap satu siklus, dalam satu tahun terdapat delapan siklus
Lampiran 7 Rincian perhitungan biaya variabel
No
Komponen
1.
Benih
2.
Cacing
Bahan bakar
generator
3.
4.
Tarif
listrik
dasar
Rincian
Blower*
Pompa sumur
jet pump*
Pompa celup*
Jumlah Komponen/Perlakuan
(ekor/liter)/Siklus
2
4
6
8
Satuan
Harga/Satuan
(Rp)
Harga Total Tiap Perlakuan/ Siklus
2 ekor/liter (Rp)
4 ekor/liter (Rp)
6 ekor/liter (Rp)
8 ekor/liter (Rp)
19200
38400
57600
76800
ekor
900
17 280 000
34 560 000
51 840 000
69 120 000
166
235
332
525
takar
8 000
1 326 043
1 878 561
2 652 086
4 199 137
8
8
8
8
liter
7 700
61 000
61 000
61 000
61 000
1
1
1
1
unit
-
2 466
2 466
2 466
2 466
1
1
1
1
unit
-
1 217
1 217
1 217
1 217
1
1
1
1
unit
-
388
388
388
388
1
1
1
1
trip
500 000
500 000
500 000
500 000
500 000
8
15
22
29
pack
16 000
240 000
990 000
352 000
464 000
1
2
3
4
pack
6 000
6 000
12 000
18 000
24 000
7.
Transportasi
pengantaran
Plastik
Packing
Karet
8.
Baskom
4
4
6
6
unit
48 000
192 000
192 000
288 000
288 000
9.
Ember
2
2
4
4
unit
32 000
64 000
64 000
128 000
128 000
10.
Gayung
2
2
4
4
unit
20 000
40 000
40 000
80 000
80 000
11.
Centong
2
2
3
3
unit
8 000
16 000
16 000
24 000
24 000
12.
Scoop Net
2
2
4
4
unit
15 000
Reffile tabung
1
2
3
3
50 000
Oksigen
*) Perhitungan biaya menggunakan rumus yang terdapat pada asumsi perhitungan ekonomi
30 000
30 000
60 000
60 000
50 000
100 000
150 000
150 000
5.
6.
13.
25
25
26
26
Lanjutan dari lampiran 7
No
Komponen
Rincian
Harga Total/Tahun (8 siklus produksi)
2 ekor/liter (Rp)
4 ekor/liter (Rp)
6 ekor/liter (Rp)
8 ekor/liter (Rp)
1.
Benih
138 240 000
276 480 000
414 720 000
552 960 000
2.
Cacing
10 608 345
15 028 489
21 216 691
33 593 094
3.
Bahan bakar generator
488 000
488 000
488 000
488 000
19 728
19 728
19 728
19 728
9 736
9 736
9 736
9 736
Blower
4.
Tarif dasar listrik
Pompa air jet pump
3 104
3 104
3 104
3 104
5.
Transportasi
4 000 000
4 000 000
4 000 000
4 000 000
6.
Plastik Packing
1 920 000
1 920 000
2 816 000
3 712 000
7.
Karet
48 000
96 000
144 000
192 000
8.
Baskom
1 536 000
1 536 000
2 304 000
2 304 000
9.
Ember
512 000
512 000
1 024 000
1 024 000
10.
Gayung
320 000
320 000
640 000
640 000
11.
Centong
128 000
128 000
192 000
192 000
12.
Scoop Net
240 000
240 000
480 000
480 000
13.
Reffile tabung Oksigen
400 000
800 000
1 200 000
1 200 000
158 472 913
301 580 757
449 257 259
600 817 662
Pompa air
Jumlah
27
Lampiran 8 Perhitungan analisa usaha
Berdasarkan perhitungan biaya investasi, variabel dan tetap, selanjutnya
dapat dilakukan analisa usaha terhadap kegiatan pendederan ikan ctenopoma,
analisa usaha dalam kegiatan pendederan ikan ctenopoma adalah sebagai berikut:
a. Penerimaan dalam satu siklus
No
Keterangan
2 ekor/liter
4 ekor/liter
6 ekor/liter
8 ekor/liter
1.
Jumlah awal
19 200 ekor
38 400 ekor
57 600 ekor
76 800 ekor
2.
TKH
98.41 %
94.11 %
95.77 %
93.63 %
3.
Jumlah akhir
Harga
jual/ekor
2.5 cm
18 895 ekor
36 138 ekor
55 163 ekor
71 908 ekor
Rp 1 200
Rp 1 200
Rp 1 200
Rp 1 200
2.75 cm
Rp 1 500
Rp 1 500
Rp 1 500
Rp 1 500
3 cm
Rp 1 800
Rp 1 800
Rp 1 800
Rp 1 800
2.5 cm
0%
2.38 %
6.35 %
16.27 %
2.75 cm
12.7 %
51.59 %
65.61 %
58.73 %
3 cm
88.89 %
45.24 %
25.4 %
28.41 %
2.5 cm
0 ekor
723 ekor
3 310 ekor
11 505 ekor
2.75 cm
2 267 ekor
18 430 ekor
35 855 ekor
41 707 ekor
3 cm
16 628 ekor
16 262 ekor
13 791 ekor
20 134 ekor
4.
5.
6.
7.
Grade panen
Jumlah Panen
Penerimaan
2.5 cm
Rp
2.75 cm
Rp
3 cm
Total penerimaan
-
Rp
867 600
Rp
3 972 000
Rp 13 806 000
3 400 500
Rp 27 645 000
Rp 53 782 500
Rp 62 560 500
Rp 29 930 400
Rp 29 271 600
Rp 24 823 800
Rp 36 241 200
Rp 33 330 900
Rp 57 784 200
Rp 82 578 300
Rp 112 607 700
28
b. Analisis usaha dalam satu tahun
No
Keterangan
1.
Jumlah awal
2.
TKH
3.
Jumlah akhir
Harga
jual/ekor
2.5 cm
4.
5.
2 ekor/liter
4 ekor/liter
6 ekor/liter
8 ekor/liter
153 600 ekor
307 200 ekor
460 800 ekor
614 400 ekor
98.41 %
94.11 %
95.77 %
93.63 %
151 158 ekor
289 106 ekor
441 308 ekor
575 263 ekor
Rp 1 200
Rp 1 200
Rp 1 200
Rp 1 200
2.75 cm
Rp 1 500
Rp 1 500
Rp 1 500
Rp 1 500
3 cm
Rp 1 800
Rp 1 800
Rp 1 800
Rp 1 800
0%
2.38 %
6.35 %
16.27 %
2.75 cm
12.7 %
51.59 %
65.61 %
58.73 %
3 cm
88.89 %
45.24 %
25.4 %
28.41 %
0 ekor
6 881 ekor
28 023 ekor
93 595 ekor
2.75 cm
19 197 ekor
149 150 ekor
289 542 ekor
337 852 ekor
3 cm
134 364 ekor
130 792 ekor
112 092 ekor
163 432 ekor
8 256 865
Rp 33 627 682
Rp 112 314 293
Grade panen
2.5 cm
6.
Jumlah Panen
2.5 cm
7.
Penerimaan
2.5 cm
Rp
2.75 cm
Rp 28 795 553
Rp 223 724 616
Rp 34 313 426
Rp 506 777 693
Rp 241 855 439
Rp 235 424 733
Rp 201 766 091
Rp 294 177 850
Rp 270 650 992
Rp 467 406 214
Rp 669 707 198
Rp 913 269 836
9.
3 cm
Total
penerimaan
Biaya tetap
Rp 73 187 218
Rp 73 187 218
Rp 86 123 018
Rp 86 123 018
10.
Biaya variabel
Rp 158 472 913
Rp 301 580 757
Rp 449 257 259
Rp 600 817 662
11.
Total Cost
12.
Keuntungan*
Rp 231 660 131
Rp 38 990 861
Rp 374 767 975
Rp 92 729 329
Rp 535 380 277
Rp 134 326 921
Rp 686 940 680
Rp 226 329 156
13.
R/C Ratio*
14.
PP (Tahun)*
15.
BEP (Rp)*
8.
-
1.17
1.58
Rp 176 578 823
Rp
1.25
0.67
Rp 206 290 163
1.25
0.46
Rp 261 634 026
16. BEP (Unit)*
40 679
40 678
47 867
*) Perhitungan yang dilakukan berdasarkan rumus pada halaman lima
1.33
0.27
Rp 347 518 437
47 866
29
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bekasi pada tanggal 20 Maret 1992 dengan nama
lengkap Awan Santiko dari ayah bernama Ganis Danarto dan ibu bernama Sih
Supadmi. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Jenjang pendidikan
formal tahun 2007 masuk Sekolah Menengah Atas Yadika 7 Bogor dan lulus pada
tahun 2010. Tahun 2013 penulis menyelesaikan studi Program Diploma Institut
Pertanian Bogor dengan Program Keahlian Teknologi Produksi dan Manajemen
Perikanan Budidaya. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan studi Strata I
melalui seleksi jalur Alih Jenis dan diterima pada Program Studi Teknologi dan
Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Selama mengenyam pendidikan, penulis pernah menjadi anggota Badan
Eksekutif Mahasiswa Diploma IPB (BEM) pada tahun (2010-2011), menjadi ketua
dalam Acara Wisuda Angkatan 46 (2011-2012) dan pada tahun 2014-2015 menjadi
asisten mata kuliah Dasar-Dasar Genetika (BDP 302) dan Konstruksi Wadah
Akuakultur di Diploma IPB, serta aktif ikut serta dalam kepanitiaan kegiatan
Departemen Budidaya Perairan dan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Tugas Akhir dalam pendidikan tinggi sarjana diselesaikan oleh penulis
dengan menyusun skripsi yang berjudul Produksi Pendederan Ikan Ctenopoma
Ctenopoma acutirostre pada Tingkat Padat Penebaran yang Berbeda dengan
Pergantian Air 45%/Hari.
Download