PRODUKSI PENDEDERAN IKAN CTENOPOMA Ctenopoma acutirostre PADA PADAT TEBAR BERBEDA DENGAN PERGANTIAN AIR 45%/HARI AWAN SANTIKO DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Produksi Pendederan Ikan Ctenopoma Ctenopoma acutirostre pada Padat Tebar Berbeda dengan Pergantian Air 45%/Hari adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2015 Awan Santiko NIM C14134008 ABSTRAK AWAN SANTIKO. Produksi Pendederan Ikan Ctenopoma Ctenopoma acutirostre pada Padat Tebar Berbeda dengan Pergantian Air 45%/Hari. Dibimbing oleh DADANG SHAFRUDDIN dan IIS DIATIN. Ikan ctenopoma merupakan salah satu komoditas ekspor, yang produksinya masih tergolong rendah. Penelitian ini bertujuan meningkatkan produktivitas melalui peningkatan padat penebaran. Ikan ctenopoma berukuran 2.35±0.12 cm dipelihara dalam akuarium dengan kepadatan 2, 4, 6 dan 8 ekor/liter dengan pergantian air 45%. Selama pemeliharaan ikan diberi pakan cacing sutera tiga kali sehari secara at satiation dan kualitas air dikelola melalui penyifonan dan pergantian air pada sore hari. Hasil penelitian menunjukan bahwa peningkatan padat penebaran tidak mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup dan keragaman ikan pada akhir pemeliharaan, namun laju pertumbuhan spesifik, pertumbuhan panjang mutlak dan efisiensi pakan semakin menurun seiring dengan meningkatnya padat penebaran. Berdasarkan analisa usaha padat penebaran terbaik dalam produksi ikan ctenopoma adalah 8 ekor/liter. Kata kunci: ikan ctenopoma, padat penebaran dan pergantian air ABSTRACT AWAN SANTIKO. Production of Leopard Ctenopoma Ctenopoma acutirostre with Different Stocking Density with Water Exchange 45%/Day. Supervised by DADANG SHAFRUDDIN and IIS DIATIN. Ctenopoma fish is one of export commodities, but the production relatively still be low. The study was aimed to increase the productivity with increasing stocking density. The ctenopoma fish seed length of 2.35±0.12 cm were reared in aquarium with different stocking density of 2, 4, 6 and 8 fish/liter with 45% water change from the total water volume. During the rearing, the fish fed on tubificed three times a day with at satiation method, and water quality was maintaned by siphoning and replacing bad quality of the water with the better one at afternoon. The result showed that the survival rate and the coefficient of variability did not influenced by increasing the stocking density, but the growth rate and feed effisiency was decreased with increasing the stocking density. However based on the economic analisis, the best stocking density of ctenopoma production was 8 fish/liter. Keywords: ctenopoma fish, stocking density and water change PRODUKSI PENDEDERAN IKAN CTENOPOMA Ctenopoma acutirostre PADA PADAT TEBAR BERBEDA DENGAN PERGANTIAN AIR 45 %/HARI AWAN SANTIKO Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Budidaya Perairan DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2015 sampai April 2015 ini ialah produktivitas ikan hias, dengan judul Produksi Pendederan Ikan Ctenopoma Ctenopoma acutirostre pada Padat Tebar Berbeda dengan Pergantian Air 45%/Hari. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ir Dadang Shafruddin MS dan Ibu Ir Iis Diatin MM selaku pembimbing, serta Bapak Dr Ir Eddy Supriyono MSc selaku penguji tamu dan Dr Ir Mia Setiawati MSi selaku perwakilan Ketua Program Studi yang telah memberikan banyak masukan pada penyelesaian skripsi ini. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Abe dan Bapak Jajang dari Laboratorium Lingkungan Departemen Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor, serta Bapak Arman dari Laboratorium Teknik Produksi dan Manajemen Akuakultur Departemen Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor, yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibu serta seluruh keluarga, atas do’a dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Agustus 2015 Awan Santiko DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian METODE Rancangan Penelitian Prosedur penelitian Persiapan Wadah Penebaran Ikan Pemeliharaan Ikan Paramater Penelitian Tingkat Kelangsungan Hidup Laju Pertumbuhan Spesifik Pertumbuhan Panjang Mutlak Koefisien Keragaman Efisiensi Pakan Kualitas Air Perhitungan Ekonomi Analisa Data HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Tingkat Kelangsungan Hidup (TKH) Laju Pertumbuhan Spesifik (LPS) Pertumbahan Panjang Mutlak (PPM) Koefisien Keragaman (KK) Efisiensi Pakan (EP) Hasil Pengukuran Kualitas Air Perhitungan Ekonomi Pembahasan KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA RIWAYAT HIDUP Halaman vii vii vii 1 1 2 2 2 2 2 3 3 3 3 4 4 4 4 5 5 5 6 6 6 6 7 8 8 9 11 11 14 14 14 14 29 DAFTAR TABEL 1 Alat pengukuran kualitas air 2 Kualitas media pemeliharaan ikan ctenopoma 3 Grade ukuran panen ikan ctenopoma 4 Perhitungan analisis usaha budidaya ikan ctenopoma Halaman 5 9 11 11 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Kelangsungan hidup ikan ctenopoma pada akhir pemeliharaan 6 2 Bobot ikan ctenopoma pada kepadatan 2 ekor/liter (●), 4 ekor/liter (□), 6 ekor/liter (◊) dan 8 ekor/liter (Δ) 6 3 Pertumbuhan spesifik ikan ctenopoma pada akhir pemeliharaan 7 4 Panjang ikan ctenopoma pada kepadatan 2 ekor/liter (●), 4 ekor/liter (□),6 ekor/liter (◊) dan 8 ekor/liter (Δ) 7 5 Pertumbuhan panjang mutlak ikan ctenopoma pada akhir pemeliharaan 8 6 Koefisien keragaman ikan ctenopoma pada akhir pemeliharaan 8 7 Efisiensi pakan ikan ctenopoma pada akhir pemeliharaan 9 8 Hasil pengukuran DO(a), pH (b) dan ammonia (c) selama pemeliharaan 10 DAFTAR LAMPIRAN 1 Gambar ikan ctenopoma 2 Analisis statistik parameter uji yang diamati pada akhir pemeliharaan 3 Hasil pengukuran kualitas air ikan ctenopoma 4 Perhitungan analisis usaha pendederan ikan ctenopoma 5 Rincian perhitungan biaya investasi 6 Rincian perhitungan biaya tetap 7 Rincian perhitungan biaya variabel 8 Perhitungan analisa usaha Halaman 17 18 20 21 23 24 25 27 PENDAHULUAN Latar Belakang Ikan hias merupakan produk perikanan nonkonsumsi yang memiliki prospek menjanjikan secara ekonomi untuk dikembangkan dalam kegiatan usaha. Menurut Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (2014) nilai perdagangan produk perikanan non konsumsi Indonesia pada tahun 2011 mencapai 565 milyar, sedangkan pada tahun 2012 mencapai 1.4 triliun rupiah dan terus mengalami kenaikan hingga mencapai 1.7 triliun rupiah pada tahun 2013. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (2014) menargetkan produksi ikan hias Indonesia pada tahun 2015-2019 mencapai 2.5 milyar ekor dengan nilai sebesar 358.8 triliun rupiah. Ikan ctenopoma merupakan salah satu komoditas ikan hias yang diperdagangkan oleh Indonesia, ikan tersebut berasal dari sungai Congo di Afrika Tengah dan telah berhasil dibudidayakan (Lampiran 1). Harga jual ikan ini cukup tinggi, menurut hasil survei beberapa pembudidaya ikan hias di Kabupaten Bogor harga ikan ukuran 2 cm dapat dijual dengan harga Rp 900 sedangkan ukuran 6.5 cm dengan harga Rp 3 200. Kegiatan produksi ikan ctenopoma dikelompokan menjadi kegiatan pembenihan dan pendederan. Kegiatan pendederan merupakan kegiatan pemeliharaan ikan hingga mencapai ukuran yang sesuai dengan permintaan pasar. Pembudidaya ikan ctenopoma di Kabupaten Bogor umumnya menerapkan teknologi ekstensif dengan padat penebaran 2-3 ekor/liter, sehingga dari 203 pelaku usaha budidaya hanya mampu menghasilkan 4000-5000 ekor/bulan (BPS 2014). Pada kegiatan produksi untuk ikan sejenis dapat dilakukan dengan padat penebaran yang lebih tinggi seperti pada ikan gurame (Darmawangsa 2008), tambakan (Sulaiman and Daud 2002) serta pada jenis ikan hias lainnya seperti manvish (Wahyu 2012) dan corydoras (Diatin et al. 2015). Produksi ikan ctenopoma dapat ditingkatkan, salah satunya melalui peningkatan padat penebaran, Hepher & Pruginin (1981) menyatakan bahwa peningkatan padat penebaran tidak selamanya menurunkan pertumbuhan selama pakan yang dibutuhkan tetap terjaga ketersediannya serta kualitas lingkungan dapat mendukung pertumbuhan ikan. Selain mampu meningkatkan produktivitas, peningkatan padat penebaran dapat mengakibatkan meningkatnya jumlah konsumsi oksigen dan limbah metabolik sehingga menyebabkan menurunnya kualitas lingkungan pemeliharaan (Stickney 1979). Lingkungan yang buruk dapat mempengaruhi kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan, jika menurunnya kualitas lingkungan dapat ditoleransi maka ikan dapat tumbuh dan bertahan hidup, sedangkan kondisi lingkungan yang tidak dapat ditoleransi akan menyebabkan kematian. Lingkungan pemeliharaan yang baik dan terbebas dari limbah yang berbahaya dapat meningkatkan kelangsungan hidup serta mendukung pertumbuhan. Perbaikan kualitas media pemeliharaan dapat dilakukan melalui proses pergantian air selama pemeliharaan. Pergantian air berfungsi untuk mempertahankan kualitas media pemeliharaan dengan cara mengurangi kadar ammonia dan nitrat, mempertahankan nilai pH dan mensuplai oksigen sehingga kualitas lingkungan pemeliharaan dapat mendukung pertumbuhan ikan. 2 Intensifikasi budidaya melalui peningkatan padat penebaran dapat dilakukan dengan pengontrolan faktor ekologis seperti suhu air, suplai oksigen dan penghilangan zat-zat hasil metabolisme ikan (Hepher & Pruginin 1981). Pemeliharaan kualitas air dapat memperbesar kelangsungan hidup ikan karena akan menambah daya dukung lingkungan terhadap kelangsungan hidup ikan yang dibudidayakan. Pembudidaya ikan ctenopoma di Kabupaten Bogor menerapkan pergantian air sebesar 20-30%/hari dengan padat tebar 2-3 ekor/liter. Sebagai upaya dalam mempertahankan kualitas lingkungan peningkatan padat penebaran harus diiringi dengan peningkatan pergantian air (Budiardi et.al 2011). Oleh karena itu perlu dilakukan sebuah penelitian untuk mengetahui padat penebaran optimum pendederan ikan ctenopoma dengan manajemen kualitas air berupa pergantian air yang tepat. Hasil yang didapatkan diharapkan mampu memberikan sebuah metode pemeliharaan yang lebih baik dan mampu meningkatkan produksi ikan ctenopoma para pembudidaya. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menentukan padat penebaran terbaik ikan ctenopoma ukuran 2 cm yang memberikan produksi tertinggi dengan pergantian air sebanyak 45%/hari. METODE Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari empat perlakuan padat penebaran yang berbeda yaitu 2, 4, 6 dan 8 ekor/liter disertai dengan pergantian air sebanyak 45%/hari dengan tiga kali ulangan setiap perlakuannya. Parameter penelitian terdiri atas parameter utama yang menyangkut pertumbuhan seperti tingkat kelangsungan hidup, pertumbuhan panjang dan bobot, laju pertumbuhan spesifik serta pertumbuhan panjang mutlak, selain itu terdapat parameter pendukung seperti koefisien keragaman, efisiensi pakan, kualitas air dan analisa usaha. Prosedur penelitian Persiapan Wadah Wadah pemeliharaan yang digunakan adalah akuarium dengan dimensi 30 cm x 25 cm x 25 cm sebanyak 12 buah. Volume air yang digunakan pada saat pemeliharaan sebanyak 10.5 liter atau setinggi 14 cm setiap akuarium serta dilengkapi dengan aerasi satu titik. Wadah tandon air berupa sebuah drum plastik berbahan dasar Polyethilen (PE) bervolume 120 liter. Wadah ini berfungsi sebagai tempat penampungan air yang akan digunakan dalam proses pergantian air selama pemeliharaan. Sebelum digunakan akuarium beserta wadah tandon air terlebih dahulu didesinfeksi menggunakan Kalium Permanganat (KMnO4) selama 24 jam dengan cara perendaman, kemudian dilakukan pembilasan menggunakan air bersih. 3 Penebaran Ikan Ikan yang digunakan pada penelitian ini adalah benih ikan ctenopoma yang diperoleh dari pembudidaya di daerah Ciluar Kabupaten Bogor dengan bobot 0.43±0.10 g dan panjang 2.35±0.12 cm. Sebelum ikan ditebar ke dalam wadah penelitian dan diberikan perlakuan pemeliharaan, dilakukan pengadaptasian selama ±7 hari pada bak fiber bervolume 2 m3 yang dilengkapi dengan instalasi aerasi. Selama masa adaptasi, ikan diberikan pakan berupa cacing sutera sebanyak tiga kali sehari dan dilakukan pergantian air sebanyak 30% dari volume total setiap hari. Pemeliharaan Ikan Pemeliharaan dilakukan selama 40 hari, selama pemeliharaan ikan diberi pakan berupa cacing sutera yang diperoleh dari pedagang cacing di daerah Pasar Dramaga Kabupaten Bogor. Pemberian pakan dilakukan sebanyak tiga kali sehari pada pagi (09.00 WIB), siang (12.00 WIB) dan sore hari (17.00 WIB). Pemberian pakan dilakukan secara at satiation atau sekenyang-kenyangnya dengan memperhatikan respon ikan terhadap pakan yang diberikan. Cacing sutera ditimbang bobotnya terlebih dahulu, kemudian diberikan kepada ikan dan setelah 15 menit atau setelah nafsu makan ikan menurun cacing sutera yang tersisa ditimbang kembali. Pengelolaan kualitas air dilakukan dengan pergantian air sebanyak 45% dari total volume air yang dilakukan pada sore hari (16.00 WIB) yang dilakukan setiap hari. Selama pemeliharan dilakukan pengamatan terhadap kematian ikan, setiap terjadi kematian dilakukan pencatatan jumlah, bobot dan panjang ikan yang mati. Pengambilan data bobot dan panjang dilakukan secara berulang pada masa pemeliharaan setiap sepuluh hari sekali selama 40 hari. Penimbangan bobot dilakukan menggunakan bantuan alat berupa timbangan digital dengan ketelitian 0.01 g, sedangkan pengukuran panjang dilakukan dengan bantuan alat berupa jangka sorong digital dengan ketelitian 0.01 cm. Pengukuran kualitas air juga dilakukan setiap sepuluh hari sekali bersamaan dengan pengambilan data panjang dan bobot. Air yang akan diukur kualitasnya diambil menggunakan botol sampel, kemudian dilakukan pengukuran terhadap parameter kualitas air seperti oksigen terlarut, pH, alkalinitas, ammonia dan nitrit dengan menggunakan alat-alat yang tertera pada Tabel 1. Paramater Penelitian Tingkat Kelangsungan Hidup Kelangsungan hidup merupakan perbandingan jumlah ikan pada akhir pemeliharaan dengan jumlah ikan pada awal pemeliharaan, yang dapat dihitung dengan rumus (Zonneveld et al. 1991). TKH = Nt x 100 N0 Keterangan : TKH = Kelangsungan hidup (%) Nt = Jumlah ikan pada akhir pemeliharaan (ekor) N0 = Jumlah ikan pada awal pemeliharaan (ekor) 4 Laju Pertumbuhan Spesifik Pertumbuhan spesifik merupakan persentase pertumbuhan bobot ikan yang terjadi dalam waktu satu hari dan dapat dihitung dengan rumus (Huissman 1987). 𝑡 LPS = [ √ Keterangan : LPS Wt W0 t 𝑊𝑡 − 1 ] x 100 𝑊0 = Pertumbuhan spesifik (%) = Bobot rata-rata akhir (gr) = Bobot rata-rata awal (gr) = waktu (hari) Pertumbuhan Panjang Mutlak Pertumbuhan panjang mutlak merupakan selisih panjang ikan pada akhir pemeliharaan dengan panjang ikan pada awal pemeliharaan yang dapat dihitung menggunakan rumus (Effendie 1979). PPM = Lt − L0 Keterangan : PPM = Pertumbuhan panjang mutlak (cm) Lt = Pertumbuhan panjang pada saat akhir (cm) L0 = Pertumbuhan panjang pada saat awal (cm) Koefisien Keragaman Koefisien keragaman merupakan variasi ukuran ikan dalam suatu populasi, yang dapat dihitung menggunakan rumus (Steel dan Torrie 1993). KK = Keterangan : KK S Y 𝑆 x 100 𝑌 = Koefisien keragaman (%) = Simpangan baku = Rata-rata contoh Efisiensi Pakan Efisiensi pakan merupakan jumlah pakan yang dapat dimanfaatkan oleh ikan sebagai energi untuk pertumbuhan dari total pakan yang diberikan. Efisiensi pakan dapat dihitung dengan rumus (Zonneveld et al. 1991). EP = Keterangan : EP Wt Wd W0 F (Wt + Wd) − W0 x 100 F = Efisiensi pakan (%) = Biomassa ikan waktu ke-t pemeliharaan (g) = Biomassa ikan mati (g) = Biomassa ikan pada awal pemeliharaan (g) = Jumlah pakan yang diberikan (g) 5 Kualitas Air Beberapa parameter yang diukur dalam pengamatan kualitas air terdapat pada Tabel 1 berikut beserta dengan alat yang digunakan untuk pengukuran kualitas air. Tabel 1 Alat pengukuran kualitas air Parameter Oksigen terlarut pH Suhu Alkalinitas Ammonia Nitrit Satuan mg/liter o C mg/liter mg/liter mg/liter Alat Pengukuran DO meter pH meter Termometer Titrasi Volumetrik Spektrofotometer Spektrofotometer Perhitungan Ekonomi 1. Keuntungan merupakan selisih antara total penerimaan suatu usaha dengan biaya total produksinya. Keuntungan = Total Penerimaan (TR) − Biaya Total (TC) 2. Analisa R/C Ratio yaitu perhitungan yang digunakan untuk menganalisa kelayakan dari suatu usaha dalam satu tahun. Suatu usaha akan dikatakan layak untuk dijalankan apabila hasil R/C Ratio >1 (Kadariyah 1998). Total Penerimaan (TR) R/C = Biaya Total (TC) 3. Break Event Point (BEP) digunakan untuk mengetahui batasan nilai produksi untuk mencapai titik impas yaitu tidak untung atau tidak rugi dalam suatu usaha, jika nilai BEP lebih rendah dari harga yang berlaku, suatu usaha dapat dikatakan layak (Kadariyah 1998). Biaya Tetap (FC) BEP (Rp) = Biaya Variabel (VC) 1 − Penerimaan (R) Biaya Tetap (FC) BEP (Unit) = Biaya Variabel (VC) Harga jual/ekor − Pendapatan (R) 4. Payback period (PP) bertujuan untuk mengetahui tingkat kembalinya modal investasi yang telah ditanamkan dalam usaha (Kadariyah 1998). Biaya Investasi PP = Keuntungan Analisa Data Data-data yang telah diperoleh kemudian ditabulasi ke dalam program Microsoft Exel 2013 dan dilanjutkan dengan analisa statistik menggunakan program SPSS 20.0. Analisis data secara statistik yang dilakukan berupa analisis statistik ragam (Anova), yang bertujuan untuk mengetahui perlakuan yang diberikan pada penelitian ini memberikan pengaruh yang nyata atau tidak terhadap parameter penelitian, apabila perlakuan memberikan pengaruh nyata maka dilakukan pengujian lanjutan berupa uji Tukey dengan selang kepercayaan 95%. Penjelasan mengenai parameter produksi, kualitas media pemeliharaan dan kelayakan usaha dijelaskan menggunakan analisa deskriptif. 6 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Tingkat kelangsungan hidup (%) Tingkat Kelangsungan Hidup (TKH) Tingkat kelangsungan hidup berkisar antara 93.65±1.82%-98.41±2.75%. Secara statistik peningkatan padat penebaran tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kelangsungan hidup ikan (p>0.05). 100,00 90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 a 2 a a a 4 6 8 Padat penebaran (ekor/liter) Gambar 1 Kelangsungan hidup ikan ctenopoma pada akhir pemeliharaan Laju Pertumbuhan Spesifik (LPS) Bobot ikan pada setiap perlakuan mengalami kenaikan dari awal hingga akhir pemeliharaan, namun besarnya kenaikan bobot yang terjadi semakin menurun bersamaan dengan peningkatan padat penebaran (Gambar 2). 1,4 Bobot (gr) 1,2 1,0 0,8 0,6 0,4 0,2 0 10 20 30 40 Waktu pemeliharaan (hari) Gambar 2 Bobot ikan ctenopoma pada kepadatan 2 ekor/liter (●), 4 ekor/liter (□), 6 ekor/liter (◊) dan 8 ekor/liter (Δ) 7 Laju pertumbuhan spesifik (%) Laju pertumbuhan spesifik (LPS) tertinggi terdapat pada perlakuan 2 ekor/liter sebesar 2.72±0.15%, sedangkan LPS terendah dicapai pada perlakuan 6 ekor/liter sebesar 1.83±0.15%. Perlakuan padat penebaran memberikan pengaruh nyata terhadap LPS (p<0.05). 4,00 3,50 3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 a b b b 2 4 6 8 0,00 Padat penebaran (ekor/liter) Keterangan : Huruf yang berbeda menunjukan beda nyata (p<0.05) Gambar 3 Pertumbuhan spesifik ikan ctenopoma pada akhir pemeliharaan Pertumbahan Panjang Mutlak (PPM) Panjang ikan pada setiap perlakuan juga mengalami kenaikan dari awal hingga akhir pemeliharaan, namun seperti yang terjadi pada pertambahan bobot, besarnya kenaikan panjang yang terjadi semakin menurun bersamaan dengan peningkatan padat penebaran (Gambar 4). 3,4 Panjang (cm) 3,2 3,0 2,8 2,6 2,4 2,2 0 10 20 30 40 Waktu pemeliharaan (hari) Gambar 4 Panjang ikan ctenopoma pada kepadatan 2 ekor/liter (●),4 ekor/liter (□),6 ekor/liter (◊) dan 8 ekor/liter (Δ) Pertumbuhan panjang mutlak (PPM) pada akhir penelitian menunjukkan terdapat perbedaan nyata (p<0.05). PPM tertinggi dicapai pada perlakuan kepadatan 2 ekor/liter sebesar 3.27±0.07 cm sedangkan PPM terendah dicapai pada perlakuan 8 Pertumbuhan panjang mutlak (cm) kepadatan 8 ekor/liter sebesar 2.73±0.03 cm. Perlakuan peningkatan padat penebaran pemeliharaan ikan ctenopoma memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan panjang mutlak. 1,00 0,90 0,80 0,70 0,60 0,50 0,40 0,30 0,20 0,10 0,00 a b c c 2 4 6 8 Padat penebaran (ekor/liter) Keterangan : Huruf yang berbeda menunjukan beda nyata (p<0.05) Gambar 5 Pertumbuhan panjang mutlak ikan ctenopoma pada akhir pemeliharaan Koefisien Keragaman (KK) Koefisien keragaman pada akhir penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan nyata antar perlakuan (p>0.05). KK berkisar antara 4.22±1.01% hingga 4.94±0.47%. Koefisien keragaman 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 a a a a 4 6 8 0,00 2 Padat penebaran (ekor/liter) Gambar 6 Koefisien keragaman ikan ctenopoma pada akhir pemeliharaan . Efisiensi Pakan (EP) Efisiensi pakan tertinggi dicapai pada perlakuan kepadatan 2 ekor/liter dengan nilai 33.09±1.48%, sedangkan EP terendah dicapai oleh perlakuan kepadatan 8 ekor/liter dengan nilai 19.97±1.11%. Perlakuan peningkatan padat penebaran ikan ctenopoma memberikan pengaruh nyata terhadap efisiensi pakan (p<0.05). Efisiensi pakan (%) 9 50,00 45,00 40,00 35,00 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00 a b b c 2 4 6 8 Padat penebaran (ekor/liter) Keterangan : Huruf yang berbeda menunjukan beda nyata (p<0.05) Gambar 7 Efisiensi pakan ikan ctenopoma pada akhir pemeliharaan Hasil Pengukuran Kualitas Air Parameter pengamatan kualitas air terdiri dari suhu, pH, oksigen terlarut (DO), alkalinitas, ammonia dan nitrit. Pada parameter pH, DO dan alkalinitas mengalami penurunan seiring dengan bertambahanya masa pemeliharaan, sedangkan parameter suhu, ammonia dan nitrit berfluktuatif selama masa pemeliharaan (Lampiran 3). Tabel 2 Kualitas media pemeliharaan ikan ctenopoma pH Perlakuan Padat Penebaran (ekor/liter) 2 4 6 8 25.426.226.026.027.8 27.6 27.8 27.6 5.6-7.8 5.2-7.8 5.0-7.7 5.0-7.7 DO (mg/liter) 3.1-5.9 2.7-5.8 2.1-5.9 2.0-5.8 Alkalinitas (mgCaCO3/liter) 20-40 16-40 12-44 12-44 Ammonia (mgNH3/liter) 0.00050.0187 0.1-0.7 0.00030.0384 0.1-0.7 0.00020.0338 0.2-1.1 0.00020.0381 0.3-1.3 Parameter Suhu (oC) Nitrit (mgNO2/liter) *) Kualitas air khusus ikan ctenopoma Kisaran 21-26o C (Randle and Chapman 2004)* 5.27 (Randle and Chapman 2004)* 0.37-1.36 (Randle and Chapman 2004)* 50 (Alderton 2008)* 0.5-5 (Boyd 1998) <0.1 (Boyd 1998) Selama pemeliharaan suhu air mengalami fluktuasi, dengan suhu terendah yang pernah dicapai sebesar 25.4o C dan tertinggi sebesar 27.8o C. Nilai pH pada awal pemeliharaan sebesar 7-8, kemudian mengalami penurunan hingga mencapai nilai pH 5.0-5.6. Jumlah oksigen terlarut dalam perairan mengalami penurunan selama pemeliharaan, pada awal pemeliharan kandungan oksigen terlarut dalam air sebesar 5.8-5.9 mg/liter, sedangkan pada akhir pemeliharaan kandungan oksigen terlarut sebesar 2.0-3.1 mg/liter. Nilai alkalinitas (CaCO3) dalam air juga 10 Oksigen terlarut (mg/liter) mengalami penurunan, pada awal pemeliharaan nilai alkalinitas 40-44 mg/liter sedangkan pada akhir pemeliharaan nilai alkalinitas turun hingga 12-20 mg/liter. Kandungan ammonia dalam air selama pemeliharaan berfluktuatif, dengan nilai terendah sebesar 0.0002-0.0003 mg/liter dan tertinggi 0.0381-0.0384 mg/liter, kandungan nitrit juga mengalami fluktuasi selama pemeliharaan dengan nilai terendah sebesar 0.1-0.3 mg/liter dan tertinggi 1.1-1.3 mg/liter. 6,0 5,5 5,0 4,5 4,0 3,5 3,0 2,5 0 10 20 30 40 Pemeliharaan hari ke(a) 8,0 7,5 pH 7,0 6,5 6,0 5,5 5,0 0 10 20 30 40 Pemeliharaan hari ke(b) 0,035 NH3 (mg/liter) 0,030 0,025 0,020 0,015 0,010 0,005 0,000 0 10 20 30 40 Pemelihraan hari ke(c) Keterangan: Perlakuan padat penebaran 2 ekor/liter (●), 4 ekor/liter (□), 6 ekor/liter (◊) dan 8 ekor/liter (Δ) Gambar 8 Hasil pengukuran DO(a), pH (b) dan ammonia (c) selama pemeliharaan 11 Perhitungan Ekonomi Pada akhir pemeliharaan dihasilkan ikan ctenopoma dalam beberapa ukuran panjang (Tabel 3), harga jual ikan sangat ditentukan oleh ukuran panjang yang dihasilkan pada akhir pemeliharaan. Tabel 3 Grade ukuran panen ikan ctenopoma Perlakuan 2 ekor/liter 4 ekor/liter 6 ekor/liter 8 ekor/liter Persentasi grade (%) 2.5 cm % ekor 0.00 0 2.38 4 6.35 12 16.27 41 2.75 cm % ekor 12.70 8 51.59 65 65.61 115 58.73 148 3 cm % 88.89 45.24 25.40 23.41 ekor 56 57 42 59 Perhitungan analisis produksi dilakukan dengan menghitung penerimaan, keuntungan, payback period, break event point dan R/C rasio (Tabel 4). Asumsi yang digunakan dalam perhitungan produksi adalah satu siklus produksi dilakukan dalam waktu 40 hari pemeliharaan, sehingga dalam satu tahun terdapat delapan siklus produksi, serta setiap pembelian peralatan dan komponen produksi yang dibutuhkan dalam kegiatan usaha pendederan ikan ctenopoma disesuaikan dengan harga yang berlaku di daerah Bogor pada bulan April 2015 (Lampiran 4-8). Tabel 4 Perhitungan analisis usaha budidaya ikan ctenopoma No Keterangan 2 ekor/liter 4 ekor/liter 6 ekor/liter 8 ekor/liter 1. Penerimaan Rp 270 650 992 Rp 467 406 214 Rp 669 707 198 Rp 913 269 836 2. Total Cost 3. Keuntungan Rp 231 660 131 Rp 38 990 861 Rp 374 767 975 Rp 92 729 329 Rp 535 380 277 Rp 134 326 921 Rp 686 940 680 Rp 226 329 156 4. R/C Ratio 1.17 1.25 1.25 1.33 5. PP (Tahun) 6. BEP (Rp) 7 BEP (Unit) 1.58 0.67 0.46 0.27 Rp 176 578 823 Rp 206 290 163 Rp 261 634 026 Rp 347 518 437 40 679 40 678 47 867 47 866 *Keterangan: PP (Payback Period), BEP (Break Event Point) dan R/C Ratio (Revenue Cost Ratio) Berdasarkan Tabel 4 diatas asumsi pemeliharaan sebanyak delapan kali siklus dalam periode satu tahun dapat diketahui bahwa analisa usaha terbaik terdapat pada perlakuan padat penebaran 8 ekor/liter dengan keuntungan sebesar Rp 226 329 156, R/C rasio sebesar 1.33, PP 0.27 tahun dan BEP Rp 347 518 437 atau 47 866 unit. Pembahasan Hasil penelitian menunjukan bahwa semakin ditingkatkannya padat penebaran dalam pemeliharaan ikan ctenopoma, akan berdampak secara nyata terhadap menurunnya parameter pertumbuhan (p<0.05). Menurunnya pertumbuhan dapat dibuktikan dengan nilai LPS dan PPM tertinggi yang dicapai oleh perlakuan 2 ekor/liter, kemudian mengalami penurunan seiring dengan meningkatnya perlakuan padat penebaran. Peningkatan padat penebaran akan meningkatkan konsumsi oksigen 12 dan sekresi hasil metabolisme, seperti yang dikemukakan oleh Effendi et al. (2006) bahwa semakin meningkat padat penebaran akan memperbanyak jumlah ikan yang dibudidayakan, sehingga meningkatkan konsumsi oksigen dan buangan metabolit. Kadar oksigen terlarut yang semakin rendah dan limbah metabolit yang semakin tinggi akan memperburuk kualitas lingkungan pemeliharaan. Lingkungan yang buruk dapat menjadi stressor bagi ikan yang menyebabkan ikan stres. Menurut Royan et al. (2014) stres merupakan respon bertahan ikan terhadap stressor, yang dapat berdampak negatif terhadap perubahan fisiologis tubuh meliputi gangguan pertumbuhan. Selama pemeliharaan dilakukan upaya-upaya pengelolaan kualitas air berupa pergantian air dan aerasi, sehingga dapat mempertahankan kualitas lingkungan dalam batas toleransi ikan ctenopoma untuk bertahan hidup. Selama pemeliharaan suhu media pemeliharaan berkisar antara 25.4-27.8 oC, kisaran suhu tersebut berada dalam batas toleransi ikan ctenopoma menurut Randle and Chapman (2014) yang menyatakan ikan ctenopoma mampu bertahan hidup dengan suhu terendah mencapai 21oC. Alkalinitas media pemeliharaan berada dalam kisaran nilai 12-44 mg/liter CaCO3, nilai alkalinitas tersebut berada dalam batas toleransi menurut Alderton (2008) yang menyatakan ikan ctenopoma mampu hidup dalam perairan dengan alkalinitas 50 mg/liter CaCO3. Selama pemeliharaan nilai ammonia berkisar antara 0.0002-0.0384 mg/liter, sedangkan nitrit berkisar antara 0.1-1.3 mg/liter. Menurut Boyd (1998) kadar ammonia pada perairan umum berada dibawah 0.1 mg/liter, sedangkan untuk nitrit berkisar antara 0.5-5 mg/liter. Randle and Chapman (2004) mengemukakan bahwa ikan ctenopoma mampu bertahan hidup di dalam perairan dengan nilai pH yang cenderung asam hingga 5.27, sedangkan pH media selama pemeliharaan berkisar antara 5.0-7.7. Ikan ctenopoma mampu bertahan hidup dalam air dengan kadar oksigen 0.37-1.36 mg/liter (Randle and Chapman 2004), kisaran nilai oksigen terlarut selama pemeliharaan berkisar antara 2.1-5.9 mg/liter. Kualitas lingkungan selama pemeliharaan berada dalam batas toleransi ikan untuk bertahan hidup, namun hasil penelitian menunjukan bahwa kualitas lingkungan belum mampu mendukung pertumbuhan yang maksimal. Menurut Wijaya et al. (2014) oksigen terlarut dan ammonia dalam air dapat menjadi faktor pendukung dan pembatas pertumbuhan organisme budidaya. Hasil pengukuran oksigen terlarut selama pemeliharaan menunjukan bahwa semakin tinggi padat penebaran menyebabkan konsumsi oksigen yang semakin meningkat sehingga menyebabkan kandungan oksigen terlarut dalam air rendah. Berkurangnya kandungan oksigen dalam air dapat menurunkan pertumbuhan, karena oksigen sangat dibutuhkan untuk sumber energi bagi jaringan tubuh, aktivitas pergerakan dan aktivitas pengolahan makanan (Zonneveld et al. 1991). Hasil pengukuran ammonia selama pemeliharaan menunjukan bahwa semakin meningkatnya padat penebaran akan meningkatkan kandungan ammonia di dalam media pemeliharaan. Kandungan ammonia hasil metabolisme yang meningkat cenderung menyebabkan gangguan yang bersifat fisiologis yang dapat menurunkan pertumbuhan ikan (Boyd 1990). Peningkatan kandungan ammonia dalam air dapat menurunkan ekskresi ammonia ikan sehingga menyebabkan kandungan ammonia dalam darah dan jaringan meningkat (Boyd 1990), jika terjadi secara terus-menerus dapat menyebabkan kerusakan insang dan menurunkan kemampuan darah dalam mengikat oksigen. Kandungan ammonia yang tinggi 13 dalam perairan dapat bersifat racun bagi organisme budidaya, tidak hanya mampu menghambat pertumbuhan namun juga dapat mengakibatkan kematian. Tingkat kelangsungan hidup yang diperoleh pada akhir pemeliharaan dapat dikatakan tinggi berkisar antara 93.65±1.82% hingga 98.41±2.75%. Hasil analisis ragam menunjukan bahwa peningkatan padat penebaran tidak memberikan pengaruh nyata terhadap TKH (p>0.05), namun peningkatan padat penebaran cenderung menghasilkan TKH yang menurun. Peningkatan padat penebaran membuat ruang gerak ikan semakin kecil dan menimbulkan persaingan dalam memperoleh makanan, seperti yang dikemukakan oleh Effendi et al. (2006) bahwa peningkatan padat penebaran akan menyebabkan kompetisi dalam memperebutkan makanan meningkat. Ikan yang ditemukan mati selama pemeliharaan mengalami abnormalitas dengan ciri-ciri tubuh yang kurus dan kecil, kondisi tersebut dikarenakan ikan yang tersebut tidak mampu bersaing dalam memperoleh makanan. Peluang ikan dalam memperoleh makanan tidak hanya ditentukan oleh kemampuan ikan tersebut dalam bersaing, Kristiana (2014) menyatakan peningkatan padat penebaran dapat memperbesar terjadinya kontak individu yang berlebihan sehingga memicu terjadinya stres sehingga menurunkan respon ikan terhadap pakan. Kondisi ini akan memperburuk keadaan ikan, karena ikan yang mengalami stres dapat dipastikan tidak mampu bersaing untuk bertahan hidup dan mengalami kematian. Persaingan dalam memperoleh makanan ditunjukan dengan keragaman ukuran ikan, berdasarkan hasil uji statistik menunjukan bahwa peningkatan padat penebaran tidak memberikan pengaruh terhadap keragaman ikan, namun pola yang dicapai menunjukan bahwa keragaman semakin meningkat bersamaan dengan peningkatan padat penebaran. Toko et al. (2007) menyatakan bahwa semakin meningkat padat penebaran dapat menyebabkan peningkatan keragaman ikan. Pada penelitian ini pertumbuhan yang terjadi dalam kondisi yang seragam karena nilai keragaman pada setiap perlakuan dibawah 20 % (Mattjik dan Sumertajaya 2002). Hasil penelitian menunjukan bahwa semakin meningkatnya padat penebaran akan berdampak pada menurunnya efisiensi pakan (p<0.05). Efisiensi pakan yang rendah disebabkan oleh rendahnya biomassa akhir yang dihasilkan dibandingkan dengan jumlah pakan yang dikonsumsi selama pemeliharaan. Zonneveld et al. (1991) menyatakan bahwa semakin besar jumlah biomassa yang dihasilkan dan semakin sedikit jumlah pakan yang dikonsumsi akan memperbesar hasil perbandingan antara biomassa dan jumlah pakan, sehingga menghasilkan nilai efisiensi pakan yang lebih baik. Produksi merupakan fungsi dari pertumbuhan dan kelangsungan hidup, dalam pemeliharaan ikan ctenopoma, faktor kelangsungan hidup dan pertumbuhan panjang menentukan keberhasilan produksi. Produk akhir dalam usaha budidaya ikan hias dijual dengan menghitung jumlah individu yang dihasilkan, berbeda dengan jenis ikan konsumsi yang bergantung pada bobot biomassa akhir. Ukuran panjang ikan juga menentukan harga jual, semakin panjang tubuh ikan yang dihasilkan maka akan menambah harga jual. Pada akhir pemeliharaan panjang ikan yang dipanen mencapai 2.75-3 cm. Perhitungan produksi ikan ctenopoma dilakukan menggunakan akuarium sebanyak 100 unit dengan volume air 10.5 liter. Padat penebaran yang digunakan yaitu 2, 4, 6 dan 8 ekor/liter dengan pergantian air sebesar 45% dari volume air total. Produksi yang dilakukan selama satu tahun, dengan waktu satu siklus produksi 40 hari sehingga dalam setahun dapat melakukan 14 produksi sebanyak delapan siklus serta perhitungan konversi pakan dan kelangsungan hidup ikan sesuai dengan hasil perlakuan penelitian. Hasil analisis usaha menunjukkan bahwa perlakuan padat penebaran 8 ekor/liter menghasilkan keuntungan terbesar yaitu Rp 226 329 156, R/C rasio 1.33, Break Event Point (BEP) sebesar Rp 347 518 437 atau 47 866 unit dan Payback Periode (PP) selama 0.27 tahun atau tiga bulan tujuh hari. Keuntungan terbesar tersebut dikarenakan kelangsungan hidup ikan yang tinggi serta hampir 80% dari ikan yang dihasilkan termasuk dalam ukuran panen dengan harga tertinggi sehingga hasil penjualan mendapatkan pendapatan yang tinggi, serta mempengaruhi parameter produksi lainnya terutama dalam perolehan keuntungan usaha. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Padat penebaran terbaik pada pemeliharaan ikan ctenopoma dengan pergantian air sebanyak 45% adalah 8 ekor/liter, memberikan nilai tertinggi terhadap kelangsungan hidup, pertumbuhan dan keberhasilan produksi. Saran Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai tingkat ketahanan ikan ctenopoma terhadap stres lingkungan yang diakibatkan oleh peningkatan padat penebaran ikan. DAFTAR PUSTAKA Alderton D. 2008. Encyclopedia of Aquarium & Pond Fish. Dorling Kindersley. New York. 114 hal. Budiardi T, Solehudin MA, Wahjuningrum D. 2008. Produksi Ikan Neon Tetra (Paracheirodon innesi) Ukuran M dengan Padat Tebar 25, 50, 75 dan 100 ekor/liter dalam Sistem Resirkulasi. Jurnal Akuakultur Indonesia. 7(1): 19-24. Boyd CE. 1990. Water Quality In Pond For Aquaculture. Binningham Publishing Co. Boyd CE. 1998. Pond Aquaculture Water Quality Management. New York. Springer Sience. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Kabupaten Bogor dalam Angka 2014. Katalog BPS: 1102001.3201: hlm 234. Darmawangsa GM. 2008. Pengaruh Padat Penebaran 10, 15 dan 20 ekor/liter Terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Gurami 15 (Osphronemus goramy lac.) Ukuran 2 cm. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Diatin I, Harris E, Suprayudi MA, Budiardi T. 2015. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Koridoras (Corydoras aeneus Gill 1858) pada Budidaya Kepadatan Tinggi. Jurnal Ikhtiologi Indonesia. 14(2):123-134. [DJP2HPKKP] Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2014. Ikan Hias [Internet]. [Diunduh 2015 Juli 10]. Tersedia pada http: //www.kkp.go.id/ ikanhias/ index.php/ news/ c/ 98/ Ikan-Hias-Sebagai-Komoditas-Unggulan-Baru/?category_id=1. [DJPBKKP] Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2014. Pengembangan Perikanan Budidaya yang Mandiri, Berdaya Saing dan Berkelanjutan 2015-2019 [Internet]. [Diunduh 2015 September 13]. Tersedia pada http: www.djpb.kkp.go.id/ index.php/ mobile/// arsip/ c/ 184/ Pengembangan-Perikanan-Budidaya-yang-Mandiri-Berdaya-Saing-danBerkelanjutan-2015-2019/ ?category_id=11. Effendi I, Bugri HJ, Widanarni. 2006. Pengaruh Padat Penebaran Terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Gurami Osphronemus gouramy lac. Ukuran 2 cm. Jurnal Akuakultur Indonesia. 5(2) : 127-135. Effendie MI. 1979. Metode Biologi Perikanan. Bogor (ID): Yayasan Dewi Sri. Hepher B and Pruginin Y. 1981. Commercial Fish Farming: With Special Reference to Fish Culture in Israel. New York (US): John Wiley and Sons. Huissman EA. 1987. The Principles of Fish Culture Production. Netherland (NL): Wageningen University. Kadariyah. 1998. Evaluasi Proyrek Analisa Ekonomi Edisi II. Fakultas Ekonomi UI Press, Jakarta. Kristiana R, Endang A, Hastuti S. 2014. Pengaruh Padat Tebar Tinggi Terhadap Kelangsungan Hidup, Konsumsi Pakan dan Efisiensi Pakan Serta Pertumbuhan Juvenil Lobster Air Tawar (Cherax Sp.). Jurnal of Aquaculture Mangement and Technology. 3(3): 95-104. Mattjik AA, Sumertajaya M. 2002. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab. Bogor (ID): IPB Press. Randle AM and Chapman LJ. 2004. Habitat used by African Anabantid Fish Ctenopoma murei: Implication for Cost of Air Breathing. Ecology of fresh water fish. 13: 37-45. Royan F, Rejeki S, Haditomo CAH. 2014. Pengaruh Salinitas yang Berbeda Terhadap Profil Darah Ikan Nila (Orechromis niloticus). Jurnal of Aquaculture Mangement and Technology. 3(2): 109-117. 16 Satyani D. 2001. Kualitas Air untuk Ikan Hias Air Tawar. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Sulaiman ZH and Daud HK. 2002. Pond Aquaculture of Kissing Gouramis (Helosotoma temminckii) in Bukit Udal, Tutong a Preliminary Investigation. Bruneiana: Anthology of Science Articles 3 2002. Steel GD and Torrie JH. 1993. Prinsip-Prinsip dan Prosedur Statistika. Terjemahan. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Utama. Stickney RR. 1979. Principal of Warmwater Aquaculture. New York (US): John Wiley dan Sons Publisher. Toko I, Fiogbe ED, Koukpode B, Kestemont P. 2007. Rearing of African Catfish (Clarias gariepinus) and Vundu Catfish (Heterobranchus longifilis) in Traditional Fish Ponds (whedos): Effect of Stocking Density on Growth, Production and Body Composition. Aquaculture. 262: 65–72. Wahyu. 2012. Peningkatan Produksi Ikan Maanvis (Pterophyllum scalare) dalam Budidaya Sistem Resirkulasi Melalui Peningkatan Padat Tebar. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Wijaya O, Rahardja BS, Prayogo. 2014. Pengaruh Padat Tebar Ikan Lele Terhadap Laju Pertumbuhan dan Survival Rate pada Sistem Akuaponik. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 6(1): 2014. Zonneveld N, Huisman EA, Boon JH. 1991. Prinsip-prinsip Budidaya Ikan. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Utama. 17 Lampiran 1 Gambar ikan ctenopoma Ikan ctenopoma merupakan ikan hias air tawar yang berasal dari sungai Congo Afrika, ikan tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Phylum: Chordata, Sub phylum: Vertebrata, Superclass: Osteichthyes, Series: Pisces, Class: Actynopterigii, Subsclass: Neopterigii, Order: Perciformes, Suborder: Acanthopterygii, Family: Anabantidae dan Genus: Ctenopoma. Ikan ctenopoma hidup di perairan dengan kisaran suhu 23-28oC, pH 5.6 dan alkalinitas 50 ppm (Alderton 2008). Tubuh ikan ini memiliki corak berupa bintik-bintik hitam di seluruh bagian tubuhnya dengan warna dasar tubuh kecokelatan. Beberapa jenis ikan ctenopoma yang terdapat di dunia diantaranya Anabas acutirostris, Anabas ocellatus, Anabas ocellatus acutirostris, dan Ctenopoma acutirostris. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS 2014), wilayah Kabupaten Bogor memiliki 30-33 Kelompok Pembudidaya Ikan Hias (Pokdakkan) dan Tanaman Air, dengan 203 anggota kelompok yang terdata sebagai pembudidaya ikan ctenopoma. Kelompok-kelompok tersebut tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Bogor dengan lima wilayah terbesar yaitu Cibinong, Kemang, Ciseeng, Tajurhalang dan Parung. Wilayah-wilayah tersebut merupakan sentra ikan hias di Kabupaten Bogor. Produksi ikan ctenopoma di Kabupaten Bogor pada tahun 2012 cukup tinggi mencapai 12 486 000 ekor dan meningkat pada tahun 2013 menjadi 14 586 000. 18 Lampiran 2 Analisis statistik parameter uji yang diamati pada akhir pemeliharaan 1. Analisis statistik tingkat kelangsungan hidup (%) ikan ctenopoma a. Anova Sumber Keragaman JK DB KT F P Perlakuan 39.176 3 13.059 2.806 0.108 *) Sisa 37.235 8 4.654 Total 76.411 11 *) Perlakuan padat penebaran tidak memberikan berpengaruh nyata terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan ctenopoma (P>0.05) 2. Analisis statistik laju pertumbuhan spesifik (%) ikan ctenopoma a. Anova Sumber Keragaman JK DB KT F P Perlakuan 1.598 3 0.533 21.63 0 *) Sisa 0.197 8 0.025 Total 1.795 11 *) Perlakuan padat penebaran memberikan berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan spesifik ikan ctenopoma (P<0.05) b. Tukey Perlakuan 8 ekor/liter 6 ekor/liter 4 ekor/liter 2 ekor/liter P N 3 3 3 3 1 1.8267 1.8467 2.0033 2 2.72 1 0.544 3. Analisis statistik pertumbuhan panjang mutlak (g/hari) ikan ctenopoma a. Anova Sumber Keragaman JK DB KT F P Perlakuan 0.354 3 0.118 78.681 0*) Sisa 0.012 8 0.002 Total 0.366 11 *) Perlakuan padat penebaran memberikan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan panjang mutlak ikan ctenopoma (P<0,05) b. Tukey Perlakuan 8 ekor/liter 6 ekor/liter 4 ekor/liter 2 ekor/liter P N 3 3 3 3 1 0.4867 0.5267 2 3 0.69 0.607 1 0.9233 1 19 4. Analisis statistik koefisien keragaman (%) ikan ctenopoma a. Anova Sumber Keragaman JK DB KT F P Perlakuan 1.193 3 0.398 0.745 0.555 *) Sisa 4.27 8 0.534 Total 5.463 11 *) Perlakuan padat penebaran tidak memberikan berpengaruh nyata terhadap koefisien keragaman ikan ctenopoma (P>0.05) 5. Analisis statistik efisiensi pakan (%) ikan ctenopoma a. Anova Sumber Keragaman JK DB KT F P Perlakuan 263.072 3 87.691 29.941 0 *) Sisa 23.43 8 2.929 Total 286.502 11 *) Perlakuan padat penebaran memberikan berpengaruh nyata terhadap efisiensi pakan ikan ctenopoma (P<0,05) b. Tukey Perlakuan 8 ekor/liter 6 ekor/liter 4 ekor/liter 2 ekor/liter P N 3 3 3 3 1 19.97 2 3 26.8533 28.08 1.00 0.816 33.0933 1 20 Lampiran 3 Hasil pengukuran kualitas air ikan ctenopoma Parameter DO (mg/L O2) pH (Unit) Suhu (oC) Amonia (mg/L NH3) Nitrit (mg/L NO2) Alkalinitas (mg/L CaCO3) Sampel 2 ekor/liter 4 ekor/liter 6 ekor/liter 8 ekor/liter Tandon 2 ekor/liter 4 ekor/liter 6 ekor/liter 8 ekor/liter Tandon 2 ekor/liter 4 ekor/liter 6 ekor/liter 8 ekor/liter Tandon 2 ekor/liter 4 ekor/liter 6 ekor/liter 8 ekor/liter Tandon 2 ekor/liter 4 ekor/liter 6 ekor/liter 8 ekor/liter Tandon 2 ekor/liter 4 ekor/liter 6 ekor/liter 8 ekor/liter Tandon Hari ke0 5.8 5.6 5.7 5.7 8.7 7.66 7.56 7.59 7.59 7.94 Pemeliharaan Hari keHari keHari ke10 20 30 4.4 4.2 4.0 4.6 4.4 3.9 3.6 3.5 3.4 3.5 3.3 3.1 7.65 7.04 6.48 7.69 6.61 6.33 7.55 6.22 5.85 7.13 6.10 5.66 - Hari ke40 3.1 2.9 2.4 2.1 5.6 5.71 5.53 5.08 5.21 7.9 26.83 26.80 26.50 26.50 25.7 26.70 26.57 26.43 26.57 - 25.97 26.33 26.10 26.57 - 27.03 27.00 26.93 26.97 - 27.63 27.33 27.63 27.47 27.8 0.0010 0.0037 0.0007 0.0046 0.001 0.0152 0.0314 0.0275 0.0188 - 0.0040 0.0025 0.0026 0.0026 - 0.0028 0.0017 0.0008 0.0005 - 0.0006 0.0007 0.0002 0.0004 0.003 0.106 0.175 0.231 0.262 0.025 0.347 0.337 0.341 0.346 - 0.547 0.661 0.705 0.821 - 0.663 0.655 1.028 1.266 - 0.429 0.450 0.978 0.972 0.008 36.00 38.67 33.33 38.67 40.0 36.00 33.33 26.67 26.67 - 27.61 25.43 24.71 24.71 - 26.67 22.67 22.67 22.67 - 22.67 18.67 14.67 14.67 24.0 21 Lampiran 4 Perhitungan analisis usaha pendederan ikan ctenopoma Analisis usaha pendederan ikan ctenopoma dihitung berdasarkan hasil survei kepada toko-toko yang menyediakan peralatan produksi perikanan yang dibutuhkan serta asumsi-asumsi lain yang dibutuhkan, diantaranya sebagai berikut: 1. Satu siklus pendederan dimulai dengan ukuran 2 cm kemudian dilakukan pemeliharaan selama 40 hari. Pada kegiatan budidaya yang dilakukan oleh para pembudidaya ikan hias, dalam waktu 40 hari ikan ctenopoma ukuran 2 cm dapat tumbuh hingga 3.1 cm dengan padat penebaran 3 ekor/liter dan pergantian air 20-30%. Pada perhitungan ekonomi penelitian ini menggunakan hasil pengukuran parameter penelitian sebagai berikut: Tingkat kelangsungan hidup ikan ctenopoma pada akhir pemeliharaan berkisar antara 93-98% (Gambar 1). Efisiensi pakan berkisar antara 19-33% (Gambar 7) Ukuran panen ikan pada akhir penelitian berbeda-beda mulai dari 2 cm hingga 3 cm (Tabel 3) sehingga didapatkan penerimaan yang berbeda-beda pada setiap perlakuannya. 2. Satu siklus pemeliharaan mulai dari persiapan wadah hingga panen dilakukan selama 45 hari, sehingga dalam satu tahun (365 hari) dapat diperoleh delapan siklus produksi. 3. Jumlah pekerja yang digunakan disesuaikan dengan beratnya beban pekerjaan yang ditanggung dalam kegiatan usaha. Pegawai yang dibutuhkan berupa satu orang manajer dan satu sampai dua orang teknisi lapangan, satu orang pekerja mampu mengerjakan 50 akuarium. Manajer berfungsi sebagai teknisi sekaligus memanajemen kegiatan produksi, sehingga gaji yang diberikan lebih besar dibandingkan dengan teknisi lapang. Tanggung jawab pekerjaan masing-masing pegawai meliputi pemberian pakan, pergantian air dan pemanenan ikan. Upah minimum kota Bogor sebesar Rp 2 658 155, dengan masa kerja 8 jam/hari dan 5 hari/minggu, sehingga didapatkan upah perjamnya sebesar Rp 19 000. Pada perhitungan ekonomi ini digunakan dua sampai tiga orang pegawai dengan waktu kerja 8 jam/hari dalam 7 hari/minggu. Tunjangan hari raya yang diberikan sebesar Rp 1 000 000/tahun. Struktur operasional pegawai yang digunakan adalah sebagi berikut: Jam masuk kerja dimulai pukul 08.00 WIB sampai dengan 17.00 WIB Gaji manajer sebesar Rp 1 300 000 Pemberian pakan pertama pada pukul 08.00-09.00 WIB Pemberian pakan kedua pada pukul 11.00-12.00 WIB Istirahat makan siang 12.00-13.00 WIB Pergantian air dilakukan pada pukul 13.00-15.30 WIB Pemberian pakan ketiga dan pengisian tandon dilakukan pada pukul 15.30-17.00 WIB. 4. Akuarium yang digunakan sebanyak 100 buah dengan dimensi 60 cm x 40 cm x 45 cm, dengan tinggi air 40 cm sehingga volume air yang digunakan 96 liter. Pergantian air sebesar 45% atau sebesar 43.2 liter, sehingga dalam satu hari untuk pergantian air 45% untuk 100 akuarium dengan volume air 96 liter dibutuhkan air sebanyak 4320 liter. 5. Biaya listrik yang digunakan berupa peralatan pendukung produksi yang menggunakan daya listrik seperi lampu, blower udara, pompa sumur dan pompa celup tandon, dengan rumus perhitungan: waktu pemakaian (jam) x daya listrik 22 (Kwh) x Rp1 352. Kapasitas peralatan yang digunakan haruslah mampu mendukung skala produksi dan operasional kerja seperti: Blower dengan kemampuan 100 titik. Pompa sumur berkapasitas 4320 liter dalam waktu 1.5 jam. Pompa celup berkapasitas 4320 liter dalam waktu 2.5 jam untuk pergantian air. 6. Daya atau kapasitas genset disesuaikan dengan daya listrik atau kapasitas listrik yang digunakan, dengan asumsi dalam satu bulan terjadi dua kali pemadaman selama 12 jam dengan total 24 jam/bulan. Perhitungan bahan bakar genset disesuaikan dengan kapasitas genset. 7. Wadah transportasi produk yang digunakan berupa plastik ukuran 70 cm x 50 cm, dengan kemampuan tampung 250 ekor ikan dalam satu buah kemasannya. Satu buah kemasan menggunakan dua buah plastik dan empat buah karet gelang dan menggunakan oksigen tambahan. Satu pack karet gelang berisi 328 buah karet dan 1 pack plastik berisi 20 lembar plastik. Satu buah tabung oksigen penuh mampu mengisi 100-150 kantong packing. Transportasi ikan menggunakan mobil pick up hasil dari penyewaan. 8. Harga peralatan yang digunakan merupakan harga yang berlaku di daerah Bogor pada tahun 2014-2015. Berdasarkan data-data dan asumsi diatas, selanjutnya dilakukan perhitungan mengenai biaya Investasi, biaya variabel dan biaya tetap. Lampiran 5 Rincian perhitungan biaya investasi Ukuran Spesifikasi Satuan 60x40x45 cm Kaca Hiblow 0.045mpa Besi unit Jumlah (unit) 100 unit 1 980 000 980 000 3 400 000 193 333 unit 12 1 128 000 13 536 000 6 9 600 000 656 000 600 watt 46 liter/menit unit 1 8 800 000 8 800 000 5 4 400 000 880 000 200x100x100 cm Fiber unit 3 4 900 000 14 700 000 7 6 000 000 1 242 857 Pompa celup 115 watt 5000 liter/jam unit 1 470 000 470 000 3 350 000 40 000 Generator 900 watt - unit 1 10 750 000 10 750 000 4 5 000 000 1 437 500 Selang aerasi - Plastik rol 2 75 000 150 000 2 0 75 000 9. Selang pompa 1 inchi Plastik unit 2 280 000 560 000 3 0 187 000 10. Selang sifon 1/2 inchi Plastik unit 2 24 000 48 000 2 0 24 000 11. Paralon 1 inchi PVC unit 1 36 000 36 000 8 0 4 500 12. Paralon 3/4 inchi PVC unit 10 27 500 275 000 8 0 34 375 13. Overshock 1 inchi PVC unit 2 6 000 12 000 9 0 1 333 14. Pipa L 3/4 inchi PVC unit 11 1 800 19 800 9 0 2 200 15. Penutup pipa 3/4 inchi PVC unit 2 2 000 4 000 5 0 800 16. Pipa T 3/4 inchi PVC unit 1 2 500 2 500 6 0 417 17. Jangka sorong 0.01 cm Besi unit 2 180 000 360 000 3 0 120 000 18. Tabung oksigen - - unit 1 1 475 000 1 475 000 10 0 147 500 No Komponen Biaya 1. Akuarium 2. Blower 3. 5. Rak akuarium Pompa sumur jetpump Bak fiber 6. 7. 8. 4. 76 watt 180x45x135 cm Jumlah Harga Satuan (Rp) 95 000 Jumlah Total (Rp) 9 500 000 61 678 300 Umur teknis (tahun) 10 Nilai Sisa (Rp) 8 500 000 Biaya Penyusutan (Rp) 100 000 5 146 815 23 23 24 24 Lampiran 6 Rincian perhitungan biaya tetap No Komponen Jumlah Komponen/Perlakuan (ekor/liter) 2 4 6 8 Waktu (Bulan) Harga Total Tiap Perlakuan (Tahun) Harga satuan (Bulan) 2 ekor/liter (Rp) 4 ekor/liter (Rp) 6 ekor/liter (Rp) 8 ekor/liter (Rp) 1. Penyusutan investasi* 1 1 1 1 - - 5 146 815 5 146 815 5 146 815 5 146 815 2. Manajer 1 1 1 1 12 Rp1 300 000 15 600 000 15 600 000 15 600 000 15 600 000 3. 1 1 2 2 12 Rp1 178 000 14 136 000 14 136 000 28 272 000 28 272 000 1 1 1 1 - - 1 000 000 1 000 000 1 000 000 1 000 000 5. Teknisi Tunjangan hari raya manajer* Tunjangan hari raya teknisi* 2 2 2 2 - - 800 000 800 000 1 600 000 1 600 000 6. Sewa lahan dan bangunan 1 1 1 1 12 Rp2 175 000 26 100 000 26 100 000 26 100 000 26 100 000 7. Listrik lampu** 1 1 1 1 12 - 8. Bonus panen*** 2 2 2 2 - Rp 500 000 9. Katup aerasi 100 100 100 100 - 10. Batu aerasi 100 100 100 100 11. Lampu 3 3 3 3 4. 29 203 29 203 29 203 29 203 8 000 000 8 000 000 8 000 000 8 000 000 - 450 000 450 000 450 000 450 000 - - 1 250 000 1 250 000 1 250 000 1 250 000 - - 675 000 675 000 675 000 675 000 73 187 218 73 187 218 86 123 018 86 123 018 Jumlah *) Biaya yang hanya dibayarkan satu tahun sekali sebesar Rp1 000 000 setiap pegawainya **) Perhitungan biaya menggunakan rumus yang terdapat pada asumsi perhitungan ekonomi ***) Bonus panen dibayarkan setiap selesai panen atau setiap satu siklus, dalam satu tahun terdapat delapan siklus Lampiran 7 Rincian perhitungan biaya variabel No Komponen 1. Benih 2. Cacing Bahan bakar generator 3. 4. Tarif listrik dasar Rincian Blower* Pompa sumur jet pump* Pompa celup* Jumlah Komponen/Perlakuan (ekor/liter)/Siklus 2 4 6 8 Satuan Harga/Satuan (Rp) Harga Total Tiap Perlakuan/ Siklus 2 ekor/liter (Rp) 4 ekor/liter (Rp) 6 ekor/liter (Rp) 8 ekor/liter (Rp) 19200 38400 57600 76800 ekor 900 17 280 000 34 560 000 51 840 000 69 120 000 166 235 332 525 takar 8 000 1 326 043 1 878 561 2 652 086 4 199 137 8 8 8 8 liter 7 700 61 000 61 000 61 000 61 000 1 1 1 1 unit - 2 466 2 466 2 466 2 466 1 1 1 1 unit - 1 217 1 217 1 217 1 217 1 1 1 1 unit - 388 388 388 388 1 1 1 1 trip 500 000 500 000 500 000 500 000 500 000 8 15 22 29 pack 16 000 240 000 990 000 352 000 464 000 1 2 3 4 pack 6 000 6 000 12 000 18 000 24 000 7. Transportasi pengantaran Plastik Packing Karet 8. Baskom 4 4 6 6 unit 48 000 192 000 192 000 288 000 288 000 9. Ember 2 2 4 4 unit 32 000 64 000 64 000 128 000 128 000 10. Gayung 2 2 4 4 unit 20 000 40 000 40 000 80 000 80 000 11. Centong 2 2 3 3 unit 8 000 16 000 16 000 24 000 24 000 12. Scoop Net 2 2 4 4 unit 15 000 Reffile tabung 1 2 3 3 50 000 Oksigen *) Perhitungan biaya menggunakan rumus yang terdapat pada asumsi perhitungan ekonomi 30 000 30 000 60 000 60 000 50 000 100 000 150 000 150 000 5. 6. 13. 25 25 26 26 Lanjutan dari lampiran 7 No Komponen Rincian Harga Total/Tahun (8 siklus produksi) 2 ekor/liter (Rp) 4 ekor/liter (Rp) 6 ekor/liter (Rp) 8 ekor/liter (Rp) 1. Benih 138 240 000 276 480 000 414 720 000 552 960 000 2. Cacing 10 608 345 15 028 489 21 216 691 33 593 094 3. Bahan bakar generator 488 000 488 000 488 000 488 000 19 728 19 728 19 728 19 728 9 736 9 736 9 736 9 736 Blower 4. Tarif dasar listrik Pompa air jet pump 3 104 3 104 3 104 3 104 5. Transportasi 4 000 000 4 000 000 4 000 000 4 000 000 6. Plastik Packing 1 920 000 1 920 000 2 816 000 3 712 000 7. Karet 48 000 96 000 144 000 192 000 8. Baskom 1 536 000 1 536 000 2 304 000 2 304 000 9. Ember 512 000 512 000 1 024 000 1 024 000 10. Gayung 320 000 320 000 640 000 640 000 11. Centong 128 000 128 000 192 000 192 000 12. Scoop Net 240 000 240 000 480 000 480 000 13. Reffile tabung Oksigen 400 000 800 000 1 200 000 1 200 000 158 472 913 301 580 757 449 257 259 600 817 662 Pompa air Jumlah 27 Lampiran 8 Perhitungan analisa usaha Berdasarkan perhitungan biaya investasi, variabel dan tetap, selanjutnya dapat dilakukan analisa usaha terhadap kegiatan pendederan ikan ctenopoma, analisa usaha dalam kegiatan pendederan ikan ctenopoma adalah sebagai berikut: a. Penerimaan dalam satu siklus No Keterangan 2 ekor/liter 4 ekor/liter 6 ekor/liter 8 ekor/liter 1. Jumlah awal 19 200 ekor 38 400 ekor 57 600 ekor 76 800 ekor 2. TKH 98.41 % 94.11 % 95.77 % 93.63 % 3. Jumlah akhir Harga jual/ekor 2.5 cm 18 895 ekor 36 138 ekor 55 163 ekor 71 908 ekor Rp 1 200 Rp 1 200 Rp 1 200 Rp 1 200 2.75 cm Rp 1 500 Rp 1 500 Rp 1 500 Rp 1 500 3 cm Rp 1 800 Rp 1 800 Rp 1 800 Rp 1 800 2.5 cm 0% 2.38 % 6.35 % 16.27 % 2.75 cm 12.7 % 51.59 % 65.61 % 58.73 % 3 cm 88.89 % 45.24 % 25.4 % 28.41 % 2.5 cm 0 ekor 723 ekor 3 310 ekor 11 505 ekor 2.75 cm 2 267 ekor 18 430 ekor 35 855 ekor 41 707 ekor 3 cm 16 628 ekor 16 262 ekor 13 791 ekor 20 134 ekor 4. 5. 6. 7. Grade panen Jumlah Panen Penerimaan 2.5 cm Rp 2.75 cm Rp 3 cm Total penerimaan - Rp 867 600 Rp 3 972 000 Rp 13 806 000 3 400 500 Rp 27 645 000 Rp 53 782 500 Rp 62 560 500 Rp 29 930 400 Rp 29 271 600 Rp 24 823 800 Rp 36 241 200 Rp 33 330 900 Rp 57 784 200 Rp 82 578 300 Rp 112 607 700 28 b. Analisis usaha dalam satu tahun No Keterangan 1. Jumlah awal 2. TKH 3. Jumlah akhir Harga jual/ekor 2.5 cm 4. 5. 2 ekor/liter 4 ekor/liter 6 ekor/liter 8 ekor/liter 153 600 ekor 307 200 ekor 460 800 ekor 614 400 ekor 98.41 % 94.11 % 95.77 % 93.63 % 151 158 ekor 289 106 ekor 441 308 ekor 575 263 ekor Rp 1 200 Rp 1 200 Rp 1 200 Rp 1 200 2.75 cm Rp 1 500 Rp 1 500 Rp 1 500 Rp 1 500 3 cm Rp 1 800 Rp 1 800 Rp 1 800 Rp 1 800 0% 2.38 % 6.35 % 16.27 % 2.75 cm 12.7 % 51.59 % 65.61 % 58.73 % 3 cm 88.89 % 45.24 % 25.4 % 28.41 % 0 ekor 6 881 ekor 28 023 ekor 93 595 ekor 2.75 cm 19 197 ekor 149 150 ekor 289 542 ekor 337 852 ekor 3 cm 134 364 ekor 130 792 ekor 112 092 ekor 163 432 ekor 8 256 865 Rp 33 627 682 Rp 112 314 293 Grade panen 2.5 cm 6. Jumlah Panen 2.5 cm 7. Penerimaan 2.5 cm Rp 2.75 cm Rp 28 795 553 Rp 223 724 616 Rp 34 313 426 Rp 506 777 693 Rp 241 855 439 Rp 235 424 733 Rp 201 766 091 Rp 294 177 850 Rp 270 650 992 Rp 467 406 214 Rp 669 707 198 Rp 913 269 836 9. 3 cm Total penerimaan Biaya tetap Rp 73 187 218 Rp 73 187 218 Rp 86 123 018 Rp 86 123 018 10. Biaya variabel Rp 158 472 913 Rp 301 580 757 Rp 449 257 259 Rp 600 817 662 11. Total Cost 12. Keuntungan* Rp 231 660 131 Rp 38 990 861 Rp 374 767 975 Rp 92 729 329 Rp 535 380 277 Rp 134 326 921 Rp 686 940 680 Rp 226 329 156 13. R/C Ratio* 14. PP (Tahun)* 15. BEP (Rp)* 8. - 1.17 1.58 Rp 176 578 823 Rp 1.25 0.67 Rp 206 290 163 1.25 0.46 Rp 261 634 026 16. BEP (Unit)* 40 679 40 678 47 867 *) Perhitungan yang dilakukan berdasarkan rumus pada halaman lima 1.33 0.27 Rp 347 518 437 47 866 29 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bekasi pada tanggal 20 Maret 1992 dengan nama lengkap Awan Santiko dari ayah bernama Ganis Danarto dan ibu bernama Sih Supadmi. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Jenjang pendidikan formal tahun 2007 masuk Sekolah Menengah Atas Yadika 7 Bogor dan lulus pada tahun 2010. Tahun 2013 penulis menyelesaikan studi Program Diploma Institut Pertanian Bogor dengan Program Keahlian Teknologi Produksi dan Manajemen Perikanan Budidaya. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan studi Strata I melalui seleksi jalur Alih Jenis dan diterima pada Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Selama mengenyam pendidikan, penulis pernah menjadi anggota Badan Eksekutif Mahasiswa Diploma IPB (BEM) pada tahun (2010-2011), menjadi ketua dalam Acara Wisuda Angkatan 46 (2011-2012) dan pada tahun 2014-2015 menjadi asisten mata kuliah Dasar-Dasar Genetika (BDP 302) dan Konstruksi Wadah Akuakultur di Diploma IPB, serta aktif ikut serta dalam kepanitiaan kegiatan Departemen Budidaya Perairan dan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Tugas Akhir dalam pendidikan tinggi sarjana diselesaikan oleh penulis dengan menyusun skripsi yang berjudul Produksi Pendederan Ikan Ctenopoma Ctenopoma acutirostre pada Tingkat Padat Penebaran yang Berbeda dengan Pergantian Air 45%/Hari.