PDF - Jurnal UNESA

advertisement
MATHEdunesa
Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No. 5 Tahun 2016
ISSN : 2301-9085
PENGARUH TEKNIK PEMBELAJARAN PROBING PROMPTING TERHADAP HASIL
BELAJAR SISWA PADA MATERI GARIS DAN SUDUT DI KELAS VII SMP NEGERI 1
BANGSAL MOJOKERTO
Lina Izza Mazidah
Pendidikan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya, e-mail : [email protected]
Ika Kurniasari
Pendidikan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya, e-mail : [email protected]
Abstrak
Hasil belajar merupakan dasar yang digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa
menguasai suatu materi pelajaran. Masalah yang dihadapi oleh pendidikan di Indonesia saat ini
adalah hasil belajar siswa yang kurang memuaskan, terutama pada mata pelajaran matematika.
Banyak yang beranggapan bahwa matematika sulit dipelajari. Pelajaran yang sulit bagi siswa
membuat mereka pasif di dalam kelas, khususnya ketika diberi pertanyaan oleh guru atau disuruh
maju ke depan kelas untuk menyelesaikan soal. Selain itu juga membuat siswa cemas dan takut
terhadap pelajaran matematika. Salah satu cara untuk membuat siswa aktif saat pembelajaran atau
saat diminta menyelesaikan soal di depan kelas adalah dengan menerapkan teknik pembelajaran
Probing Prompting.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dan rancangan penelitian yang digunakan
adalah Non-equivalent Control Group Design. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah
teknik pembelajaran Probing Prompting berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada materi garis
dan sudut di kelas VII SMP Negeri 1 Bangsal Mojokerto. Sampel yang digunakan yaitu kelas VII-H
sebagai kelas eksperimen dengan jumlah 32 siswa dan kelas VII-G sebagai kelas kontrol dengan
jumlah 32 siswa.
Hasil analisis data menunjukkan: Hasil belajar kelas eksperimen mempunyai nilai rata-rata 77
dan kelas kontrol mempunyai nilai rata-rata 68,79. Hasil uji normalitas kelas eksperimen
menunjukkan bahwa uji normalitas kelas eksperimen menunjukkan bahwa πœ’β„Ž 2 = 9,64 < πœ’π‘‘ 2 =
11,070 dan kelas kontrol menunjukkan bahwa πœ’β„Ž 2 = 8,59 < πœ’π‘‘ 2 = 11,070. Artinya distribusi data
kedua kelas dinyatakan normal. Hasil uji homogenitas menunjukkan nilai πΉβ„Žπ‘–π‘‘π‘’π‘›π‘” lebih kecil dari
πΉπ‘‘π‘Žπ‘π‘’π‘™ (1,32 < 1,83), maka data tersebut dinyatakan homogen. Uji hipotesis menunjukkan nilai π‘‘β„Žπ‘–π‘‘π‘’π‘›π‘”
lebih besar dari π‘‘π‘‘π‘Žπ‘π‘’π‘™ (2,91 > 2,00), maka H0 ditolak dan H1 diterima. Berarti terdapat perbedaan
hasil tes hasil belajar yang signifikan antara siswa yang mendapatkan perlakuan teknik
pembelajaran probing prompting dengan siswa yang tidak mendapatkan perlakuan. Jadi
kesimpulannya teknik pembelajaran probing prompting berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Kata Kunci: Probing Prompting, Matematika, Garis dan Sudut.
Abstract
Learning outcomes are the basis used to determine the success rate of students to master a subject matter.
The problems faced by education in Indonesia at this time is the student learning outcomes are unsatisfactory,
particularly in mathematics. Many have assumed that math is difficult to learn. A tough lesson for students to
make them passive in the classroom, especially when given the questions by the teacher or told to forward to
the next class to resolve the problem. It also make students anxious and afraid of math lessons. One way to
make students active learning or when prompted to resolve the matter in front of the classroom is a learning
technique by applying Probing Prompting.
Volume 3 No 5 Tahun 2015
This research is experimental research and research design used was the Non-equivalent Control Group
Design. The purpose of this research is find out whether the learning technique of Probing Prompting effect
on student learning outcomes on the material line and angle for the seventh grade of SMP Negeri 1 Bangsal
Mojokerto. The sample is used class VII-H as experiment class with a number of 36 students and class VII-G
as control class with a number of 36 students.
The result showed: The results of study experiment class an average rating 77 and control class has an
average rating 68,79. The result of normality test experimental class, show that πœ’β„Ž 2 = 9,64 < πœ’π‘‘ 2 = 11,070
and the control class show that πœ’β„Ž 2 = 8,59 < πœ’π‘‘ 2 = 11,070. It means that data distribution of both class
show as normal class. Homogeneity test result show the calculated F value is smaller than the value of F table
(1,32 < 1,83), so the data is shown homogeneous. Hypothesis testing showed π‘‘π‘π‘œπ‘’π‘›π‘‘ is greater than
π‘‘π‘‘π‘Žπ‘π‘™π‘’ (2,91 > 2,00), so H0 is rejected and H1 is accepted. Means that there is difference in student learning
outcomes significantly between students who receive treatment probing prompting learning techniques with
students who did not receive treatment. In conclusion, probing prompting learning techniques effect on
student learning outcomes
Key words: Probing Prompting, Mathematics, Line and Angle.
PENDAHULUAN
pelajaran
matematika.
Seperti
yang
dikemukakan oleh Keswara (2013) berdasarkan
data Trends International Mathematics and Science
Study (TIMSS), bahwa pelajaran matematika di
Indonesia berada di peringkat bawah. Hal itu
ditunjukkan pada hasil skor rata-rata prestasi
matematika kelas 8 di Indonesia berdasarkan
TIMSS tahun 2011 menduduki peringkat 38 dari
42 negara. Bahkan Indonesia jauh tertinggal
dibandingkan dengan Negara ASEAN lainnya
seperti Singapura, Thailand, dan Malaysia.
Sependapat dengan data TIMSS, menurut
survey yang dilakukan oleh Program for
International Student Assessment (PISA) di bawah
Organization
Economic
Cooperation
and
Development (OECD) (Detik, 4 Desember 2013)
bahwa PISA melakukan survey tentang
kemampuan siswa dan sistem pendidikan, yang
diadakan 3 tahun sekali. Terakhir, survei PISA
tahun 2012 lalu yang baru dirilis awal pekan
Desember 2013 melibatkan responden 510 ribu
pelajar berusia 15-16 tahun dari 65 negara dunia
yang mewakili populasi 28 juta siswa berusia
15-16 tahun di dunia. Hasil terbaru dari PISA
2013 seperti yang dilansir dalam detikNews
bahwa Mendikbud menyatakan hasil survei
PISA, Indonesia menempati posisi 64 dari 65
negara. Kurang dari satu persen siswa di
Indonesia yang memiliki kemampuan bagus di
bidang Matematika.
Rendahnya hasil belajar matematika siswa
disebabkan kurang minatnya siswa terhadap
pelajaran
matematika.
Seperti
yang
Matematika merupakan ilmu universal
yang mendasari perkembangan
teknologi
modern, mempunyai peran penting dalam
berbagai disiplin dan memajukan daya pikir
manusia (Depdiknas, 2007:33). Matematika juga
merupakan salah satu mata pelajaran yang
menduduki peran paling penting dalam dunia
pendidikan karena dari segi waktu yang
digunakan, untuk mata pelajaran matematika
relatif lebih banyak
dibandingkan mata
pelajaran lain. Dari segi pelaksanaan,
matematika sudah dikenalkan pada semua
jenjang pendidikan mulai dari SD sampai
perguruan tinggi. Bahkan pada jenjang pra
sekolah seperti TK dan Playgroup sudah mulai
dikenalkan dengan matematika, walaupun
hanya sekedar mengenal angka 1 sampai 10.
Selain matematika, pendidikan merupakan
kebutuhan utama bagi bangsa yang ingin maju
dan berkembang. Menjadi bangsa yang maju
dan berkembang adalah impian setiap negara di
dunia. Maju dan tidaknya suatu bangsa sangat
dipengaruhi oleh faktor pendidikan. Dengan
pendidikan yang matang, suatu bangsa akan
memiliki
sumber daya manusia yang
berkualitas dan tidak mudah diperbudak oleh
pihak lain. Peningkatan mutu pendidikan
sangat berpengaruh terhadap perkembangan
suatu bangsa.
Masalah yang dihadapi oleh pendidikan di
Indonesia saat ini adalah hasil belajar siswa
yang kurang memuaskan, terutama pada mata
241
Volume No. Tahun 2016
dikemukakan oleh Abdurrahman (1999:252)
bahwa, “dari berbagai
bidang studi yang
diajarkan di sekolah, matematika merupakan
bidang studi yang dianggap paling sulit oleh
siswa, baik yang tidak berkesulitan belajar, dan
lebih-lebih bagi siswa yang berkesulitan
belajar”. Tidak sedikit siswa yang menganggap
bahwa matematika sulit dipelajari.
Pelajaran yang sulit membuat siswa
cenderung pasif pada saat proses pembelajaran
di dalam kelas. Berdasarkan hasil wawancara
dengan guru matematika kelas VII SMP Negeri
1 Bangsal Mojokerto bahwa pembelajaran yang
dilakukan selama ini siswa kurang berperan
dalam pembelajaran. Selain itu, hasil nilai ratarata ulangan harian 3 kali berturut-turut adalah
68,36; 74,16; 65,66. Nilai tersebut masih di
bawah KKM yaitu 75. Berdasarkan pengalaman
peneliti sebagai guru pemula, siswa cenderung
pasif
ketika
guru
meminta
untuk
menyelesaikan soal di depan kelas. Siswa pasif
dikarenakan takut salah dalam menjawab
pertanyaan atau menyelesaikan soal di depan
kelas. Berdasarkan kenyataan di lapangan
tersebut, guru sebaiknya mencari cara agar
siswa aktif dan mempunyai keberanian
menjawab ketika diberi pertanyaan atau
diminta mengerjakan soal di depan kelas.
Menurut
pandangan
konstruktivisme,
belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa
perlu dibiarkan untuk memecahkan masalah,
menentukan sesuatu yang berguna bagi dirinya
sendiri agar mereka benar-benar memahami
dan dapat menerapkan pengetahuan yang
dimilikinya.
Silberman
(2013:9)
mengungkapkan bahwa siswa untuk bisa
mempelajari sesuatu dengan baik perlu
“mengerjakannya”, yakni menggambarkan
sesuatu
dengan
cara
mereka
sendiri,
menunjukkan
contohnya,
mencoba
mempraktikkan keterampilan dan mengerjakan
tugas yang menuntut pengetahuan yang telah
atau harus mereka dapatkan.
Saat ini banyak teknik pembelajaran yang
dapat digunakan guru, tetapi tidak semua
teknik pembelajaran cocok digunakan untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini
bergantung dari karakteristik peserta didik,
materi pembelajaran, dan konteks lingkungan
di mana pembelajaran berlangsung (Yaumi,
2013:232). Teknik pembelajaran didefinisikan
cara
yang
dilakukan
guru
dalam
mengimplementasikan metode secara spesifik
dalam proses pembelajaran. Salah satu cara
untuk membuat siswa aktif saat pembelajaran
atau saat diminta menyelesaikan soal di depan
kelas adalah dengan menerapkan berbagai
teknik pembelajaran yang tepat.
Probing
Prompting
adalah
teknik
pembelajaran dengan menyajikan serangkaian
pertanyaan yang sifatnya menuntun dan
menggali gagasan siswa sehingga dapat
melejitkan proses berpikir yang mampu
mengaitkan pengetahuan dan pengalaman
siswa dengan pengetahuan baru yang sedang
dipelajari menurut Suherman (dalam Huda,
2008:6).
Pembelajaran
probing
prompting
memungkinkan terciptanya suatu pembelajaran
di dalam kelas yang lebih interaktif antara guru
dengan siswa maupun siswa yang satu dengan
siswa yang lain. Pertanyaan yang diajukan oleh
guru kepada siswa adalah pertanyaan yang
menuntun siswa untuk memahami konsep
dengan sendirinya, sehingga pemahaman
konsep siswa akan lebih baik dan lebih optimal.
Selanjutnya, siswa mengkonstruksi konsepprinsip dan aturan menjadi pengetahuan baru,
dengan demikian pengetahuan baru tidak
diberitahukan. Proses tanya jawab dalam
pembelajaran dilakukan dengan menunjuk
siswa secara acak sehingga setiap siswa mau
tidak mau harus berpartisipasi aktif. Siswa
tidak
bisa
menghindar
dari
proses
pembelajaran, karena setiap saat ia bisa
dilibatkan dalam proses tanya jawab.
Pertanyaan-pertanyaan
yang
dilontarkan
kepada siswa akan membuat siswa berpikir
lebih rasional tentang pengetahuan yang telah
diperoleh
sebelumnya
dan
mengaitkan
pertanyaan-pertanyaan yang datang sehingga
timbul pengetahuan baru.
Proses
probing
prompting
dapat
mengaktifkan siswa dalam belajar yang penuh
tantangan, sebab ia menuntut konsentrasi dan
keaktifan.
Perhatian
siswa
terhadap
pembelajaran yang sedang dipelajari cenderung
lebih
terjaga
karena
siswa
selalu
mempersiapkan jawaban sebab mereka harus
242
Volume No. Tahun 2016
selalu siap jika tiba-tiba ditunjuk oleh guru.
Dengan teknik pembelajaran probing prompting
ini, siswa akan percaya diri saat menjawab
pertanyaan atau menyelesaikan soal di depan
kelas karena dibimbing oleh guru ketika ia
menemui kesulitan.
Selain itu hasil penelitian dengan
menerapkan teknik pembelajaran probing
prompting yang dilakukan Kurniasari (2012)
menunjukkan
bahwa
hasil
kemampuan
penalaran matematika siswa kelas VII G di
SMPN 1 Rejoso Kabupaten Nganjuk tergolong
baik.
Proses
penalaran,
pengambilan
keputusan,
dan
pemecahan
masalah
merupakan aktivitas mental yang membentuk
inti berpikir. Untuk membangun gagasan atau
membuktikan suatu gagasan dalam matematika
diperlukan penalaran, apabila penalaran
matematika baik diharapkan hasil belajar yang
diperoleh juga baik. Oleh karena itu, peneliti
ingin melakukan penelitian untuk mengetahui
apakah teknik pembelajaran probing prompting
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Penelitian dilakukan di kelas VII SMP
Negeri 1 Bangsal Mojokerto. SMP Negeri 1
Bangsal Mojokerto masih menggunakan
kurikulum 2006. Berdasarkan kurikulum 2006,
bab garis dan sudut ini memuat materi
mengenai hubungan antara dua garis, serta
besar dan jenis sudut; sifat-sifat sudut yang
terbentuk jika dua garis berpotongan atau dua
garis sejajar berpotongan dengan garis lain;
serta cara melukis dan membagi sudut. Peneliti
memilih materi ini karena menggunakan materi
pada RPP yang telah diterapkan oleh peneliti
sebelumnya yaitu pada bab Garis dan Sudut.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik
untuk mengetahui apakah teknik pembelajaran
probing prompting berpengaruh terhadap hasil
belajar siswa apabila diterapkan pada materi
garis dan sudut. Dengan judul penelitian
“PENGARUH
TEKNIK
PEMBELAJARAN
PROBING PROMPTING TERHADAP HASIL
BELAJAR SISWA PADA MATERI GARIS DAN
SUDUT DI KELAS VII SMP NEGERI 1
BANGSAL MOJOKERTO”. Tujuan penelitian
ini yaitu untuk mengetahui apakah teknik
pembelajaran probing prompting berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa pada materi garis
dan sudut di kelas VII SMP Negeri 1 Bangsal
Mojokerto.
METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian penelitian
eksperimen semu (quasi eksperimen). Penelitian ini
dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran
2015/2016 di SMP Negeri 1 Bangsal Mojokerto.
Sampel yang digunakan yaitu kelas VII-H sebagai
kelas eksperimen dan kelas VII-G sebagai kelas
kontrol di SMP Negeri 1 Bangsal Mojokerto tahun
ajaran 2015/2016. Rancangan penelitian yang
digunakan adalah Non-equivalent Control Group
Design.
Teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Tes
Tes berupa soal uraian diberikan sebelum
kegiatan pembelajaran (tes awal) dan sesudah
kegiatan pembelajaran (tes hasil belajar). Tes
digunakan untuk mengetahui kemampuan
awal dan hasil belajar siswa dalam memahami
sub materi hubungan antar sudut. Tes
diberikan kepada kelas eksperimen maupun
kelas kontrol dengan alat tes yang sama dan
hasil pengolahan data digunakan untuk
menguji kebenaran hipotesis.
Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Uji Prasyarat
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk
menguji apakah sampel yang digunakan
adalah sampel yang berdistribusi normal
atau tidak. Uji kenormalan yang digunakan
adalah Chi Kuadrat. Langkah-langkah
pengujian normalitas data dengan Chi
Kuadrat menurut Sugiyono (2012:80-82)
adalah sebagai berikut.:
1) Merumuskan hipotesis statistik
H0 = sampel berdistribusi normal
H1 = sampel berdistribusi tidak normal
2) Menentukan taraf signifikan 𝛼 = 0,05
Taraf signifikan 𝛼 = 0,05 dipilih karena
merupakan tingkat signifikan yang
umum digunakan dalam bidang
penelitian sosial yang juga dinilai
243
Volume No. Tahun 2016
cukup ketat untuk mewakili hubungan
antar variabel yang diteliti.
3) Menentukan jumlah kelas interval
π½π‘’π‘šπ‘™π‘Žβ„Ž π‘˜π‘’π‘™π‘Žπ‘  = 1 + 3,3 log 𝑛
4) Menentukan panjang kelas interval
π‘ƒπ‘Žπ‘›π‘—π‘Žπ‘›π‘” π‘˜π‘’π‘™π‘Žπ‘ 
π‘‘π‘Žπ‘‘π‘Ž π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘π‘’π‘ π‘Žπ‘Ÿ − π‘‘π‘Žπ‘‘π‘Ž π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘˜π‘’π‘π‘–π‘™
=
π‘—π‘’π‘šπ‘™π‘Žβ„Ž π‘˜π‘’π‘™π‘Žπ‘  π‘–π‘›π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘£π‘Žπ‘™
hal lain H0 diterima jika Chi Kuadrathitung
< Chi Kuadrattabel
b.
5) Menyusun ke dalam tabel distribusi
frekuensi, yang sekaligus merupakan
tabel penolong untuk menghitung
harga Chi Kuadrat.
Inte
rval
𝑓0
π‘“β„Ž
𝑓0
− π‘“β„Ž
(𝑓0 − π‘“β„Ž )2
(𝑓0
2
− π‘“β„Ž )
π‘“β„Ž
…
… …
…
…
…
…
… …
…
…
…
…
Jum … … …
…
lah
Keterangan:
𝑓0 = Frekuensi atau jumlah data hasil
observasi
π‘“β„Ž = Frekuensi atau jumlah data yang
diharapkan(presentase luas tiap bidang
dikalikan dengan n)
𝑓0 − π‘“β„Ž
= Selisih data 𝑓0 dengan π‘“β„Ž
6) Menghitung
π‘“β„Ž
(frekuensi
yang
diharapkan) dengan cara mengalikan
presentasi luas tiap bidang kurva normal
dengan jumlah data observasi (jumlah
individu dalam sampel)
7) Masukkan harga-harga π‘“β„Ž ke daalm tabel
kolom π‘“β„Ž , sekaligus menghitung hargaharga (𝑓0 − π‘“β„Ž )2 dan
(𝑓0 −π‘“β„Ž )2
π‘“β„Ž
adalah
(𝑓0 −π‘“β„Ž )2
merupakan
π‘“β„Ž
. Harga
harga
Chi
Kuadrat (πœ’ ) hitung.
8) Membandingkan harga Chi Kuadrat
hitung dengan Chi Kuadrat tabel.
Kriteria pengujian
Chi Kuadrathitung < Chi Kuadrattabel,
maka data berdistribusi normal
Chi Kuadrathitung > Chi Kuadrattabel,
maka data tidak berdistribusi normal
Chi Kuadrathitung > Chi Kuadrattabel
dengan taraf signifikan 𝛼 = 0,05. Dalam
2
244
Uji Homogenitas
Uji homogenitas sampel bertujuan
untuk mengetahui homogenitas varians
yang diambil atau dengan kata lain
seragam tidaknya varians sampel-sampel
yang diambil dari populasi yang sama.
Langkah-langkah untuk melakukan uji
homogenitas antara lain sebagai berikut:
1) Merumuskan hipotesis statistik
H0 : 𝜎12 = 𝜎22 : varians sampel homogen
H1 : 𝜎12 ≠ 𝜎22 : varians sampel tidak
homogen
Dengan kriteria pengujian sebagai
berikut:
Tolak H0 jika Fhitung ≥ Ftabel, yang berarti
varians kedua populasi tidak homogen.
Terima H0 jika Fhitung < Ftabel, yang
berarti
varians
kedua
populasi
homogen.
2) Menentukan taraf signifikan 𝛼 = 0,05
Taraf signifikan 𝛼 = 0,05 dipilih karena
merupakan tingkat signifikan yang
umum digunakan dalam bidang
penelitian sosial yang juga dinilai
cukup ketat untuk mewakili hubungan
antar variabel yang diteliti.
3) Merangkum data seluruh variabel yang
akan di uji homogenitasnya
4) Menghitung nilai rata-rata (π‘₯)
5) Menghitung nilai (π‘₯𝑖 − π‘₯)
6) Menghitung nilai (π‘₯𝑖 − π‘₯)2
7) Menghitung nilai Σ(π‘₯𝑖 − π‘₯)2
8) Menghitung simpangan baku dengan
rumus:
Σ(π‘₯𝑖 − π‘₯)2
𝑠2 =
𝑛−1
Keterangan:
π‘₯𝑖 : nilai siswa
π‘₯ : mean atau nilai rata-rata kelas
𝑛 : jumlah sampel
𝑠 2 : varians sampel
9) Menghitung nilai 𝐹 digunakan rumus:
π‘£π‘Žπ‘Ÿπ‘–π‘Žπ‘›π‘  π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘π‘’π‘ π‘Žπ‘Ÿ
πΉβ„Žπ‘–π‘‘π‘’π‘›π‘” =
π‘£π‘Žπ‘Ÿπ‘–π‘Žπ‘›π‘  π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘˜π‘’π‘π‘–π‘™
Volume No. Tahun 2016
Membandingkan nilai πΉβ„Žπ‘–π‘‘π‘’π‘›π‘” dengan
𝐹𝛼(𝑛1−1,𝑛2−1) sesuai dengan kriteria
2.
5.
6.
pengujian dan menyimpulkannya.
Uji Hipotesis
Uji hipotesis ini dilakukan setelah
melakukan uji prasyarat. Analisis yang
digunakan untuk menguji hipotesis penelitian
ini adalah analisis pengujian hipotesis
komparatif. Menurut Sugiyono (2012:117)
menguji hipotesis komparatif berarti menguji
parameter
populasi
yang
berbentuk
perbandingan melalui ukuran sampel yang juga
berbentuk
perbandingan.
Jenis
analisis
komparatifnya adalah uji dua fihak dengan dua
sampel yang independen. Langkah-langkahnya
sebagai berikut:
1. Merumuskan hipotesis statistik:
H0 : tidak terdapat perbedaan hasil tes
hasil belajar yang signifikan antara
siswa yang mendapatkan perlakuan
teknik pembelajaran probing prompting
dengan siswa yang tidak mendapatkan
perlakuan
H1 : terdapat perbedaan hasil tes hasil
belajar yang signifikan antara siswa
yang mendapatkan perlakuan teknik
pembelajaran probing prompting dengan
siswa
yang
tidak
mendapatkan
perlakuan
2. Menentukan Thitung dengan menggunakan
rumus:
π‘₯1 − Μ…Μ…Μ…
Μ…Μ…Μ…
π‘₯2
𝑑=
𝑠 2
𝑠 2
√1 + 2
𝑛1
3.
4.
Membandingkan Thitung dengan Ttabel.
Menarik kesimpulan.
Jika H0 diterima maka tidak terdapat
perbedaan hasil tes hasil belajar yang
signifikan antara siswa yang mendapatkan
perlakuan teknik pembelajaran probing
prompting dengan siswa yang tidak
mendapatkan perlakuan. Sedangkan, jika
H1 diterima maka terdapat perbedaan hasil
tes hasil belajar yang signifikan antara
siswa yang mendapatkan perlakuan teknik
pembelajaran probing prompting dengan
siswa yang tidak mendapatkan perlakuan.
Dengan kata lain, teknik pembelajaran
probing prompting berpengaruh terhadap
hasil belajar siswa.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengambilan data penelitian dilaksanakan di
SMP Negeri 1 Bangsal Mojokerto pada kelas VII-H
sebagai kelas eksperimen selama tiga kali
pertemuan, yaitu pada tanggal 10, 12, dan 14 Maret
2016. Pada kelas VII-G sebagai kelas kontrol pada
tanggal 11 dan 14 Maret 2016.
Deskripsi Data Hasil Belajar Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol
Untuk mengetahui hasil belajar siswa dilakukan
dengan memberi tes hasil belajar pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol setelah kegiatan
pembelajaran.
Dalam tes hasil belajar terdapat 7 soal uraian
yang sudah dikonsultasikan dengan dosen
pembimbing. Adapun nilai tes hasil belajar kelas
eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada
tabel di bawah ini:
Tabel 1
Nilai Tes Hasil belajar Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol
𝑛2
Keterangan:
π‘₯1
Μ…Μ…Μ…
: rata-rata nilai tes hasil belajar kelas
eksperimen
π‘₯2
Μ…Μ…Μ…
: rata-rata nilai tes hasil belajar kelas
kontrol
𝑛1
: jumlah kelas eksperimen
𝑛2
: jumlah kelas kontrol
Menentukan Ttabel dengan 𝛼 = 0,05 dan dk =
𝑛1 + 𝑛2 − 2
Menentukan Kriteria Pengujian
Hipotesis statistik:
H0 : πœ‡1 = πœ‡2 , jika π‘‘β„Žπ‘–π‘‘π‘’π‘›π‘” < π‘‘π‘‘π‘Žπ‘π‘’π‘™ , maka H0
Kelas Eksperimen
Nama
Nilai
AAA
98
SKFA
98
AS
90
AKMD
90
BKW
90
DF
90
NAMP
90
FAR
89
diterima
H1 : πœ‡1 ≠ πœ‡2 , jika π‘‘β„Žπ‘–π‘‘π‘’π‘›π‘” > π‘‘π‘‘π‘Žπ‘π‘’π‘™ , maka H1
diterima
245
Kelas Kontrol
Nama
Nilai
MAS
90
AMA
88
JAF
84
SPP
84
WF
78
CKP
75
MS
75
MHP
75
Volume No. Tahun 2016
Kelas Eksperimen
Nama
Nilai
MRPHP
88
FQAF
83
MBAP
83
RPP
82
SA
82
IK
81
DSD
80
SY
80
AAD
79
AA
79
DD
79
NM
76
AD
75
NMB
70
KL
69
REP
69
HMI
67
NYS
66
FIM
65
FDR
62
EDG
57
PR
57
AKA
52
FE
48
Jumlah
2464
Rata77
rata
Kelas Kontrol
Nama
Nilai
NLM
75
WLH
75
ANF
74
AKM
74
ENWA
74
TMK
74
AAP
73
NM
73
AP
67
DSS
67
IAF
67
RDN
67
MMAP
66
AYA
65
DJW
65
JAG
65
MUNA
65
MRY
59
RM
57
AAN
56
AWR
55
ABR
51
DRA
48
MJA
40
Jumlah
2201
Rata68,79
rata
b.
Kelas
Interval
Hasil
Belajar
76-93
58-75
40-57
Jumlah
c.
Berdasarkan Tabel 1 di atas, dapat diketahui
bahwa siswa kelas VII-H sebagai kelas ekeperimen
berjumlah 32 siswa dengan rata-rata hasil belajar 77,
sedangkan siswa kelas VII-G sebagai kelas kontrol
berjumlah 32 siswa dengan rata-rata hasil belajar
68,79.
Frekuensi
9
17
6
32
Frekuensi
5
21
6
32
Persentase
15,625%
65,625%
18,750%
100%
Berdasarkan Tabel 3 di atas, diketahui
bahwa skor kelas interval tertinggi dengan nilai
76-93 sebanyak 5 siswa dengan persentase
15,625%. Skor kelas interval sedang dengan
nilai 58-75sebanyak 21 siswa dengan persentase
65,625%. Skor kelas interval rendah dengan
nilai 40-57 sebanyak 6 siswa dengan persentase
18,750%.
Perbedaan distribusi frekuensi data hasil
belajar pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol
Tabel 4 Perbedaan distribusi frekuensi data
hasil belajar pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol
Kelas Eksperimen
Kelas
Interv
al
Freku Perse
Hasil
ensi
ntase
Belaj
ar
849
28,125
100
%
66-83
17
53,125
%
48-65
6
18,750
%
Jumla
32
100%
h
Distribusi Frekuensi Data Hasil Belajar pada
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
a. Distribusi frekuensi data hasil belajar pada
kelas eksperimen
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Data Hasil Belajar pada
Kelas Eksperimen
Kelas
Interval
Hasil
Belajar
84-100
66-83
48-65
Jumlah
persentase 53,125%. Skor kelas interval rendah
dengan nilai 48-65 sebanyak 6 siswa dengan
persentase 18,750%.
Distribusi frekuensi data hasil belajar pada
kelas kontrol
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Data Hasil Belajar
pada Kelas Kontrol
Persentase
28,125%
53,125%
18,750%
100%
Kelas Kontrol
Kelas
Interv
al
Freku Perse
Hasil
ensi
ntase
Belaj
ar
76-93
5
15,625
%
58-75
21
65,625
%
40-57
6
18,750
%
Jumla
32
100%
h
Berdasarkan Tabel 4 di atas, skor kelas
interval tinggi dengan nilai 84-100 pada kelas
VII-H sebagai kelas eksperimen sebanyak 9
siswa dengan persentase 28,125%,sedangkan
pada kelas VII-G sebagai kelas kontrol dengan
nilai 76-93 sebanyak 5 siswa dengan persentase
Berdasarkan Tabel 2 di atas, diketahui
bahwa skor kelas interval tertinggi dengan nilai
84-100 sebanyak 9 siswa dengan persentase
28,125%. Skor kelas interval sedang dengan
nilai 66-83 sebanyak 17 siswa dengan
246
Volume No. Tahun 2016
Tabel 5 Data Perhitungan Uji-t Nilai
Tes Hasil Belajar Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol
15,625%. Skor kelas interval sedang dengan
nilai 66-83 pada kelas VII-H sebagai kelas
eksperimen sebanyak 17 siswa dengan
persentase 53,125%,sedangkan pada kelas VII-G
sebagai kelas kontrol dengan nilai 58-75
sebanyak 21 siswa dengan persentase 65,625%.
Skor kelas interval rendah dengan nilai 48-65
pada kelas VII-H sebagai kelas eksperimen
sebanyak
6
siswa
dengan
persentase
18,750%,sedangkan pada kelas VII-G sebagai
kelas kontrol dengan nilai 40-57 sebanyak 6
siswa dengan persentase 18,750%.
Jumlah
Sampel
(n)
32
Varians
(π‘ΊπŸ )
Eksperimen
Ratarata
(𝒙)
77
Kontrol
68,79
32
119,46
Kelas
143,08
Untuk mengetahui terdapat perbedaan
atau tidak antara kedua sampel tersebut,
selanjutnya akan dilakukan uji-t dua pihak.
Karena 𝑛1 = 𝑛2 dan varians homogen (𝜎12 =
𝜎22 ), maka dapat digunakan rumus t-test,
baik separated maupun polled varians.
Besarnya dk = 𝑛1 + 𝑛2 − 2 (Sugiyono, 2012).
Berdasarkan rumus separated varians
dilakukan perhitungan uji-t sebagai berikut:
Analisis Data Hasil Belajar Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol
Teknik analisis hasil belajar kelas
eksperimen dan kelas kontrol menggunakan
uji-t dua pihak. Uji ini digunakan untuk
mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil
belajar siswa yang mendapat perlakuan berupa
teknik pembelajaran probing prompting dengan
siswa yang tidak mendapatkan perlakuan. Bila
harga π‘‘β„Žπ‘–π‘‘π‘’π‘›π‘” ≥ π‘‘π‘‘π‘Žπ‘π‘’π‘™ , maka maka H0 ditolak dan
H1 diterima. Sedangkan bila harga π‘‘β„Žπ‘–π‘‘π‘’π‘›π‘” <
𝑑=
Μ…Μ…Μ…
π‘₯1Μ…− Μ…Μ…Μ…
π‘₯2Μ…
𝑠 2 𝑠 2
√ 1 + 2
𝑛1
𝑑=
√
𝑑=
𝑑=
π‘‘π‘‘π‘Žπ‘π‘’π‘™ , maka H0 diterima dan H1 ditolak.
Langkah-langkah uji-t dua pihak adalah sebagai
berikut:
a. Merumuskan hipotesis
H0 : πœ‡1 = πœ‡2 : tidak terdapat perbedaan
hasil tes hasil belajar yang
signifikan antara siswa yang
mendapatkan
perlakuan
teknik pembelajaran probing
prompting dengan siswa yang
tidak mendapatkan perlakuan
H1 : πœ‡1 ≠ πœ‡2
: terdapat perbedaan hasil
tes hasil belajar yang
signifikan antara siswa yang
mendapatkan
perlakuan
teknik pembelajaran probing
prompting dengan siswa
yang tidak mendapatkan
perlakuan
b. Menetapkan taraf signifikan (𝛼 = 0,05)
c. Melakukan perhitungan Uji-t dua pihak
Data perhitungan uji-t dua pihak nilai tes
hasil belajar dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
𝑛2
77−68,79
135,87 119,46
+
32
32
8,21
√4,24+3,73
8,21
√7,97
𝑑 = 2,91
Setelah diketahui
nilai
π‘‘β„Žπ‘–π‘‘π‘’π‘›π‘” = 2,91,
selanjutnya dibandingkan dengan nilai
π‘‘π‘‘π‘Žπ‘π‘’π‘™ . Harga π‘‘π‘‘π‘Žπ‘π‘’π‘™ dengan taraf kesalahan
(𝛼)= 5% dan dk=62 adalah 2,00. Ternyata
π‘‘β„Žπ‘–π‘‘π‘’π‘›π‘” lebih besar dari π‘‘π‘‘π‘Žπ‘π‘’π‘™ (2,91 > 2,00).
Dengan demikian H0 ditolak dan H1
diterima. Berarti terdapat perbedaan hasil
tes hasil belajar yang signifikan antara
siswa yang mendapatkan perlakuan teknik
pembelajaran probing prompting dengan
siswa yang tidak mendapatkan perlakuan.
Jadi kesimpulannya teknik pembelajaran
probing prompting berpengaruh terhadap
hasil belajar siswa.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian dan analisis data,
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Teknik
pembelajaran
probing
prompting
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa karena
terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang
signifikan antara siswa yang mendapatkan
247
Volume No. Tahun 2016
perlakuan teknik pembelajaran probing prompting
dengan siswa yang tidak mendapatkan perlakuan
(pembelajaran sesuai perangkat pembelajaran SMP
Negeri 1 Bangsal Mojokerto). Hal ini ditunjukkan
dengan nilai πΉβ„Žπ‘–π‘‘π‘’π‘›π‘” < πΉπ‘‘π‘Žπ‘π‘’π‘™ (1,32 < 1,83) dan
setelah diuji lanjut, diperoleh nilai π‘‘β„Žπ‘–π‘‘π‘’π‘›π‘” lebih
Matematika Siswa Kelas 7G di SMPN Rejoso.
Skripsi
yang
tidak
dipublikasikan.
Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Silberman, Melvin L.. 2013. Active Learning 101 Cara
Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nuansa
Cendekia.
Sugiyono. 2012. Statistika Untuk Penelitian. Bandung:
Alfabeta.
Yaumi, Muhammad. 2013. Prinsip- Prinsip Desain
Pembelajaran disesuaikan dengan Kurikulum
2013. Jakarta: Kencana Prenadamedia
Group.
besar
dari
π‘‘π‘‘π‘Žπ‘π‘’π‘™
(2,91 > 2,00).
Diketahui
pembelajaran
dengan
menerapkan
teknik
pembelajaran probing prompting memiliki rata-rata
hasil belajar sebesar 77 sedangkan pembelajaran
sesuai perangkat pembelajaran di SMP Negeri 1
Bangsal Mojokerto memiliki rata-rata hasil belajar
68,79. Berarti hasil belajar siswa dengan
menerapkan teknik pembelajaran probing prompting
lebih baik.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan, peneliti mengemukakan beberapa saran
sebagai berikut.
Untuk penelitian lebih lanjut, agar nilai hasil belajar
lebih
baik,
sebaiknya
penggunaan
teknik
pembelajaran probing prompting juga menggunakan
media pembelajaran matematika.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 1999. Pendidikan Bagi Anak
Berkesulitan Belajar. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Depdiknas.
2007.
Model-model
Pembelajaran
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Jakarta.
Detik. 2013. Ini Peringkat Kemampuan Matematika
Siswa di Dunia, Indonesia Nomor Berapa? ,
(online),
http://news.detik.com/berita/2432402/ini
-peringkat-kemampuan-matematika-siswadi-dunia-indonesia-nomor-berapa, diakses
15 Juni 2016)
Huda, Miftahul. 2013. Model-model Pengajaran dan
Pembelajaran:
Isu-isu
Metodis
dan
Paradigmatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Keswara, Ratih. 2013. Pembelajaran Matematika di
Indonesia Masuk Peringkat Rendah, (online),
http://nasional.sindonews.com/read/8040
91/15/pembelajaran-matematika-diindonesia-masuk-peringkat-rendah1384111047, diakses 15 Juni 2016)
Kurniasari, Yayuk. 2012. Penerapan Teknik
Pembelajaran Probing Prompting Untuk
Mengetahui
Kemampuan
Penalaran
248
Download