MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No. 5 Tahun 2016 ISSN : 2301-9085 PENGARUH TEKNIK PEMBELAJARAN PROBING PROMPTING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI GARIS DAN SUDUT DI KELAS VII SMP NEGERI 1 BANGSAL MOJOKERTO Lina Izza Mazidah Pendidikan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya, e-mail : [email protected] Ika Kurniasari Pendidikan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya, e-mail : [email protected] Abstrak Hasil belajar merupakan dasar yang digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa menguasai suatu materi pelajaran. Masalah yang dihadapi oleh pendidikan di Indonesia saat ini adalah hasil belajar siswa yang kurang memuaskan, terutama pada mata pelajaran matematika. Banyak yang beranggapan bahwa matematika sulit dipelajari. Pelajaran yang sulit bagi siswa membuat mereka pasif di dalam kelas, khususnya ketika diberi pertanyaan oleh guru atau disuruh maju ke depan kelas untuk menyelesaikan soal. Selain itu juga membuat siswa cemas dan takut terhadap pelajaran matematika. Salah satu cara untuk membuat siswa aktif saat pembelajaran atau saat diminta menyelesaikan soal di depan kelas adalah dengan menerapkan teknik pembelajaran Probing Prompting. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dan rancangan penelitian yang digunakan adalah Non-equivalent Control Group Design. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah teknik pembelajaran Probing Prompting berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada materi garis dan sudut di kelas VII SMP Negeri 1 Bangsal Mojokerto. Sampel yang digunakan yaitu kelas VII-H sebagai kelas eksperimen dengan jumlah 32 siswa dan kelas VII-G sebagai kelas kontrol dengan jumlah 32 siswa. Hasil analisis data menunjukkan: Hasil belajar kelas eksperimen mempunyai nilai rata-rata 77 dan kelas kontrol mempunyai nilai rata-rata 68,79. Hasil uji normalitas kelas eksperimen menunjukkan bahwa uji normalitas kelas eksperimen menunjukkan bahwa πβ 2 = 9,64 < ππ‘ 2 = 11,070 dan kelas kontrol menunjukkan bahwa πβ 2 = 8,59 < ππ‘ 2 = 11,070. Artinya distribusi data kedua kelas dinyatakan normal. Hasil uji homogenitas menunjukkan nilai πΉβππ‘π’ππ lebih kecil dari πΉπ‘ππππ (1,32 < 1,83), maka data tersebut dinyatakan homogen. Uji hipotesis menunjukkan nilai π‘βππ‘π’ππ lebih besar dari π‘π‘ππππ (2,91 > 2,00), maka H0 ditolak dan H1 diterima. Berarti terdapat perbedaan hasil tes hasil belajar yang signifikan antara siswa yang mendapatkan perlakuan teknik pembelajaran probing prompting dengan siswa yang tidak mendapatkan perlakuan. Jadi kesimpulannya teknik pembelajaran probing prompting berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Kata Kunci: Probing Prompting, Matematika, Garis dan Sudut. Abstract Learning outcomes are the basis used to determine the success rate of students to master a subject matter. The problems faced by education in Indonesia at this time is the student learning outcomes are unsatisfactory, particularly in mathematics. Many have assumed that math is difficult to learn. A tough lesson for students to make them passive in the classroom, especially when given the questions by the teacher or told to forward to the next class to resolve the problem. It also make students anxious and afraid of math lessons. One way to make students active learning or when prompted to resolve the matter in front of the classroom is a learning technique by applying Probing Prompting. Volume 3 No 5 Tahun 2015 This research is experimental research and research design used was the Non-equivalent Control Group Design. The purpose of this research is find out whether the learning technique of Probing Prompting effect on student learning outcomes on the material line and angle for the seventh grade of SMP Negeri 1 Bangsal Mojokerto. The sample is used class VII-H as experiment class with a number of 36 students and class VII-G as control class with a number of 36 students. The result showed: The results of study experiment class an average rating 77 and control class has an average rating 68,79. The result of normality test experimental class, show that πβ 2 = 9,64 < ππ‘ 2 = 11,070 and the control class show that πβ 2 = 8,59 < ππ‘ 2 = 11,070. It means that data distribution of both class show as normal class. Homogeneity test result show the calculated F value is smaller than the value of F table (1,32 < 1,83), so the data is shown homogeneous. Hypothesis testing showed π‘πππ’ππ‘ is greater than π‘π‘ππππ (2,91 > 2,00), so H0 is rejected and H1 is accepted. Means that there is difference in student learning outcomes significantly between students who receive treatment probing prompting learning techniques with students who did not receive treatment. In conclusion, probing prompting learning techniques effect on student learning outcomes Key words: Probing Prompting, Mathematics, Line and Angle. PENDAHULUAN pelajaran matematika. Seperti yang dikemukakan oleh Keswara (2013) berdasarkan data Trends International Mathematics and Science Study (TIMSS), bahwa pelajaran matematika di Indonesia berada di peringkat bawah. Hal itu ditunjukkan pada hasil skor rata-rata prestasi matematika kelas 8 di Indonesia berdasarkan TIMSS tahun 2011 menduduki peringkat 38 dari 42 negara. Bahkan Indonesia jauh tertinggal dibandingkan dengan Negara ASEAN lainnya seperti Singapura, Thailand, dan Malaysia. Sependapat dengan data TIMSS, menurut survey yang dilakukan oleh Program for International Student Assessment (PISA) di bawah Organization Economic Cooperation and Development (OECD) (Detik, 4 Desember 2013) bahwa PISA melakukan survey tentang kemampuan siswa dan sistem pendidikan, yang diadakan 3 tahun sekali. Terakhir, survei PISA tahun 2012 lalu yang baru dirilis awal pekan Desember 2013 melibatkan responden 510 ribu pelajar berusia 15-16 tahun dari 65 negara dunia yang mewakili populasi 28 juta siswa berusia 15-16 tahun di dunia. Hasil terbaru dari PISA 2013 seperti yang dilansir dalam detikNews bahwa Mendikbud menyatakan hasil survei PISA, Indonesia menempati posisi 64 dari 65 negara. Kurang dari satu persen siswa di Indonesia yang memiliki kemampuan bagus di bidang Matematika. Rendahnya hasil belajar matematika siswa disebabkan kurang minatnya siswa terhadap pelajaran matematika. Seperti yang Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia (Depdiknas, 2007:33). Matematika juga merupakan salah satu mata pelajaran yang menduduki peran paling penting dalam dunia pendidikan karena dari segi waktu yang digunakan, untuk mata pelajaran matematika relatif lebih banyak dibandingkan mata pelajaran lain. Dari segi pelaksanaan, matematika sudah dikenalkan pada semua jenjang pendidikan mulai dari SD sampai perguruan tinggi. Bahkan pada jenjang pra sekolah seperti TK dan Playgroup sudah mulai dikenalkan dengan matematika, walaupun hanya sekedar mengenal angka 1 sampai 10. Selain matematika, pendidikan merupakan kebutuhan utama bagi bangsa yang ingin maju dan berkembang. Menjadi bangsa yang maju dan berkembang adalah impian setiap negara di dunia. Maju dan tidaknya suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh faktor pendidikan. Dengan pendidikan yang matang, suatu bangsa akan memiliki sumber daya manusia yang berkualitas dan tidak mudah diperbudak oleh pihak lain. Peningkatan mutu pendidikan sangat berpengaruh terhadap perkembangan suatu bangsa. Masalah yang dihadapi oleh pendidikan di Indonesia saat ini adalah hasil belajar siswa yang kurang memuaskan, terutama pada mata 241 Volume No. Tahun 2016 dikemukakan oleh Abdurrahman (1999:252) bahwa, “dari berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah, matematika merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit oleh siswa, baik yang tidak berkesulitan belajar, dan lebih-lebih bagi siswa yang berkesulitan belajar”. Tidak sedikit siswa yang menganggap bahwa matematika sulit dipelajari. Pelajaran yang sulit membuat siswa cenderung pasif pada saat proses pembelajaran di dalam kelas. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika kelas VII SMP Negeri 1 Bangsal Mojokerto bahwa pembelajaran yang dilakukan selama ini siswa kurang berperan dalam pembelajaran. Selain itu, hasil nilai ratarata ulangan harian 3 kali berturut-turut adalah 68,36; 74,16; 65,66. Nilai tersebut masih di bawah KKM yaitu 75. Berdasarkan pengalaman peneliti sebagai guru pemula, siswa cenderung pasif ketika guru meminta untuk menyelesaikan soal di depan kelas. Siswa pasif dikarenakan takut salah dalam menjawab pertanyaan atau menyelesaikan soal di depan kelas. Berdasarkan kenyataan di lapangan tersebut, guru sebaiknya mencari cara agar siswa aktif dan mempunyai keberanian menjawab ketika diberi pertanyaan atau diminta mengerjakan soal di depan kelas. Menurut pandangan konstruktivisme, belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa perlu dibiarkan untuk memecahkan masalah, menentukan sesuatu yang berguna bagi dirinya sendiri agar mereka benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan yang dimilikinya. Silberman (2013:9) mengungkapkan bahwa siswa untuk bisa mempelajari sesuatu dengan baik perlu “mengerjakannya”, yakni menggambarkan sesuatu dengan cara mereka sendiri, menunjukkan contohnya, mencoba mempraktikkan keterampilan dan mengerjakan tugas yang menuntut pengetahuan yang telah atau harus mereka dapatkan. Saat ini banyak teknik pembelajaran yang dapat digunakan guru, tetapi tidak semua teknik pembelajaran cocok digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini bergantung dari karakteristik peserta didik, materi pembelajaran, dan konteks lingkungan di mana pembelajaran berlangsung (Yaumi, 2013:232). Teknik pembelajaran didefinisikan cara yang dilakukan guru dalam mengimplementasikan metode secara spesifik dalam proses pembelajaran. Salah satu cara untuk membuat siswa aktif saat pembelajaran atau saat diminta menyelesaikan soal di depan kelas adalah dengan menerapkan berbagai teknik pembelajaran yang tepat. Probing Prompting adalah teknik pembelajaran dengan menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali gagasan siswa sehingga dapat melejitkan proses berpikir yang mampu mengaitkan pengetahuan dan pengalaman siswa dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari menurut Suherman (dalam Huda, 2008:6). Pembelajaran probing prompting memungkinkan terciptanya suatu pembelajaran di dalam kelas yang lebih interaktif antara guru dengan siswa maupun siswa yang satu dengan siswa yang lain. Pertanyaan yang diajukan oleh guru kepada siswa adalah pertanyaan yang menuntun siswa untuk memahami konsep dengan sendirinya, sehingga pemahaman konsep siswa akan lebih baik dan lebih optimal. Selanjutnya, siswa mengkonstruksi konsepprinsip dan aturan menjadi pengetahuan baru, dengan demikian pengetahuan baru tidak diberitahukan. Proses tanya jawab dalam pembelajaran dilakukan dengan menunjuk siswa secara acak sehingga setiap siswa mau tidak mau harus berpartisipasi aktif. Siswa tidak bisa menghindar dari proses pembelajaran, karena setiap saat ia bisa dilibatkan dalam proses tanya jawab. Pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan kepada siswa akan membuat siswa berpikir lebih rasional tentang pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya dan mengaitkan pertanyaan-pertanyaan yang datang sehingga timbul pengetahuan baru. Proses probing prompting dapat mengaktifkan siswa dalam belajar yang penuh tantangan, sebab ia menuntut konsentrasi dan keaktifan. Perhatian siswa terhadap pembelajaran yang sedang dipelajari cenderung lebih terjaga karena siswa selalu mempersiapkan jawaban sebab mereka harus 242 Volume No. Tahun 2016 selalu siap jika tiba-tiba ditunjuk oleh guru. Dengan teknik pembelajaran probing prompting ini, siswa akan percaya diri saat menjawab pertanyaan atau menyelesaikan soal di depan kelas karena dibimbing oleh guru ketika ia menemui kesulitan. Selain itu hasil penelitian dengan menerapkan teknik pembelajaran probing prompting yang dilakukan Kurniasari (2012) menunjukkan bahwa hasil kemampuan penalaran matematika siswa kelas VII G di SMPN 1 Rejoso Kabupaten Nganjuk tergolong baik. Proses penalaran, pengambilan keputusan, dan pemecahan masalah merupakan aktivitas mental yang membentuk inti berpikir. Untuk membangun gagasan atau membuktikan suatu gagasan dalam matematika diperlukan penalaran, apabila penalaran matematika baik diharapkan hasil belajar yang diperoleh juga baik. Oleh karena itu, peneliti ingin melakukan penelitian untuk mengetahui apakah teknik pembelajaran probing prompting berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Penelitian dilakukan di kelas VII SMP Negeri 1 Bangsal Mojokerto. SMP Negeri 1 Bangsal Mojokerto masih menggunakan kurikulum 2006. Berdasarkan kurikulum 2006, bab garis dan sudut ini memuat materi mengenai hubungan antara dua garis, serta besar dan jenis sudut; sifat-sifat sudut yang terbentuk jika dua garis berpotongan atau dua garis sejajar berpotongan dengan garis lain; serta cara melukis dan membagi sudut. Peneliti memilih materi ini karena menggunakan materi pada RPP yang telah diterapkan oleh peneliti sebelumnya yaitu pada bab Garis dan Sudut. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui apakah teknik pembelajaran probing prompting berpengaruh terhadap hasil belajar siswa apabila diterapkan pada materi garis dan sudut. Dengan judul penelitian “PENGARUH TEKNIK PEMBELAJARAN PROBING PROMPTING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI GARIS DAN SUDUT DI KELAS VII SMP NEGERI 1 BANGSAL MOJOKERTO”. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah teknik pembelajaran probing prompting berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada materi garis dan sudut di kelas VII SMP Negeri 1 Bangsal Mojokerto. METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian penelitian eksperimen semu (quasi eksperimen). Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2015/2016 di SMP Negeri 1 Bangsal Mojokerto. Sampel yang digunakan yaitu kelas VII-H sebagai kelas eksperimen dan kelas VII-G sebagai kelas kontrol di SMP Negeri 1 Bangsal Mojokerto tahun ajaran 2015/2016. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Non-equivalent Control Group Design. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Tes Tes berupa soal uraian diberikan sebelum kegiatan pembelajaran (tes awal) dan sesudah kegiatan pembelajaran (tes hasil belajar). Tes digunakan untuk mengetahui kemampuan awal dan hasil belajar siswa dalam memahami sub materi hubungan antar sudut. Tes diberikan kepada kelas eksperimen maupun kelas kontrol dengan alat tes yang sama dan hasil pengolahan data digunakan untuk menguji kebenaran hipotesis. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Uji Prasyarat a. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah sampel yang digunakan adalah sampel yang berdistribusi normal atau tidak. Uji kenormalan yang digunakan adalah Chi Kuadrat. Langkah-langkah pengujian normalitas data dengan Chi Kuadrat menurut Sugiyono (2012:80-82) adalah sebagai berikut.: 1) Merumuskan hipotesis statistik H0 = sampel berdistribusi normal H1 = sampel berdistribusi tidak normal 2) Menentukan taraf signifikan πΌ = 0,05 Taraf signifikan πΌ = 0,05 dipilih karena merupakan tingkat signifikan yang umum digunakan dalam bidang penelitian sosial yang juga dinilai 243 Volume No. Tahun 2016 cukup ketat untuk mewakili hubungan antar variabel yang diteliti. 3) Menentukan jumlah kelas interval π½π’πππβ πππππ = 1 + 3,3 log π 4) Menentukan panjang kelas interval πππππππ πππππ πππ‘π π‘πππππ ππ − πππ‘π π‘πππππππ = ππ’πππβ πππππ πππ‘πππ£ππ hal lain H0 diterima jika Chi Kuadrathitung < Chi Kuadrattabel b. 5) Menyusun ke dalam tabel distribusi frekuensi, yang sekaligus merupakan tabel penolong untuk menghitung harga Chi Kuadrat. Inte rval π0 πβ π0 − πβ (π0 − πβ )2 (π0 2 − πβ ) πβ … … … … … … … … … … … … … Jum … … … … lah Keterangan: π0 = Frekuensi atau jumlah data hasil observasi πβ = Frekuensi atau jumlah data yang diharapkan(presentase luas tiap bidang dikalikan dengan n) π0 − πβ = Selisih data π0 dengan πβ 6) Menghitung πβ (frekuensi yang diharapkan) dengan cara mengalikan presentasi luas tiap bidang kurva normal dengan jumlah data observasi (jumlah individu dalam sampel) 7) Masukkan harga-harga πβ ke daalm tabel kolom πβ , sekaligus menghitung hargaharga (π0 − πβ )2 dan (π0 −πβ )2 πβ adalah (π0 −πβ )2 merupakan πβ . Harga harga Chi Kuadrat (π ) hitung. 8) Membandingkan harga Chi Kuadrat hitung dengan Chi Kuadrat tabel. Kriteria pengujian Chi Kuadrathitung < Chi Kuadrattabel, maka data berdistribusi normal Chi Kuadrathitung > Chi Kuadrattabel, maka data tidak berdistribusi normal Chi Kuadrathitung > Chi Kuadrattabel dengan taraf signifikan πΌ = 0,05. Dalam 2 244 Uji Homogenitas Uji homogenitas sampel bertujuan untuk mengetahui homogenitas varians yang diambil atau dengan kata lain seragam tidaknya varians sampel-sampel yang diambil dari populasi yang sama. Langkah-langkah untuk melakukan uji homogenitas antara lain sebagai berikut: 1) Merumuskan hipotesis statistik H0 : π12 = π22 : varians sampel homogen H1 : π12 ≠ π22 : varians sampel tidak homogen Dengan kriteria pengujian sebagai berikut: Tolak H0 jika Fhitung ≥ Ftabel, yang berarti varians kedua populasi tidak homogen. Terima H0 jika Fhitung < Ftabel, yang berarti varians kedua populasi homogen. 2) Menentukan taraf signifikan πΌ = 0,05 Taraf signifikan πΌ = 0,05 dipilih karena merupakan tingkat signifikan yang umum digunakan dalam bidang penelitian sosial yang juga dinilai cukup ketat untuk mewakili hubungan antar variabel yang diteliti. 3) Merangkum data seluruh variabel yang akan di uji homogenitasnya 4) Menghitung nilai rata-rata (π₯) 5) Menghitung nilai (π₯π − π₯) 6) Menghitung nilai (π₯π − π₯)2 7) Menghitung nilai Σ(π₯π − π₯)2 8) Menghitung simpangan baku dengan rumus: Σ(π₯π − π₯)2 π 2 = π−1 Keterangan: π₯π : nilai siswa π₯ : mean atau nilai rata-rata kelas π : jumlah sampel π 2 : varians sampel 9) Menghitung nilai πΉ digunakan rumus: π£ππππππ π‘πππππ ππ πΉβππ‘π’ππ = π£ππππππ π‘πππππππ Volume No. Tahun 2016 Membandingkan nilai πΉβππ‘π’ππ dengan πΉπΌ(π1−1,π2−1) sesuai dengan kriteria 2. 5. 6. pengujian dan menyimpulkannya. Uji Hipotesis Uji hipotesis ini dilakukan setelah melakukan uji prasyarat. Analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian ini adalah analisis pengujian hipotesis komparatif. Menurut Sugiyono (2012:117) menguji hipotesis komparatif berarti menguji parameter populasi yang berbentuk perbandingan melalui ukuran sampel yang juga berbentuk perbandingan. Jenis analisis komparatifnya adalah uji dua fihak dengan dua sampel yang independen. Langkah-langkahnya sebagai berikut: 1. Merumuskan hipotesis statistik: H0 : tidak terdapat perbedaan hasil tes hasil belajar yang signifikan antara siswa yang mendapatkan perlakuan teknik pembelajaran probing prompting dengan siswa yang tidak mendapatkan perlakuan H1 : terdapat perbedaan hasil tes hasil belajar yang signifikan antara siswa yang mendapatkan perlakuan teknik pembelajaran probing prompting dengan siswa yang tidak mendapatkan perlakuan 2. Menentukan Thitung dengan menggunakan rumus: π₯1 − Μ Μ Μ Μ Μ Μ π₯2 π‘= π 2 π 2 √1 + 2 π1 3. 4. Membandingkan Thitung dengan Ttabel. Menarik kesimpulan. Jika H0 diterima maka tidak terdapat perbedaan hasil tes hasil belajar yang signifikan antara siswa yang mendapatkan perlakuan teknik pembelajaran probing prompting dengan siswa yang tidak mendapatkan perlakuan. Sedangkan, jika H1 diterima maka terdapat perbedaan hasil tes hasil belajar yang signifikan antara siswa yang mendapatkan perlakuan teknik pembelajaran probing prompting dengan siswa yang tidak mendapatkan perlakuan. Dengan kata lain, teknik pembelajaran probing prompting berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengambilan data penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Bangsal Mojokerto pada kelas VII-H sebagai kelas eksperimen selama tiga kali pertemuan, yaitu pada tanggal 10, 12, dan 14 Maret 2016. Pada kelas VII-G sebagai kelas kontrol pada tanggal 11 dan 14 Maret 2016. Deskripsi Data Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Untuk mengetahui hasil belajar siswa dilakukan dengan memberi tes hasil belajar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah kegiatan pembelajaran. Dalam tes hasil belajar terdapat 7 soal uraian yang sudah dikonsultasikan dengan dosen pembimbing. Adapun nilai tes hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1 Nilai Tes Hasil belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol π2 Keterangan: π₯1 Μ Μ Μ : rata-rata nilai tes hasil belajar kelas eksperimen π₯2 Μ Μ Μ : rata-rata nilai tes hasil belajar kelas kontrol π1 : jumlah kelas eksperimen π2 : jumlah kelas kontrol Menentukan Ttabel dengan πΌ = 0,05 dan dk = π1 + π2 − 2 Menentukan Kriteria Pengujian Hipotesis statistik: H0 : π1 = π2 , jika π‘βππ‘π’ππ < π‘π‘ππππ , maka H0 Kelas Eksperimen Nama Nilai AAA 98 SKFA 98 AS 90 AKMD 90 BKW 90 DF 90 NAMP 90 FAR 89 diterima H1 : π1 ≠ π2 , jika π‘βππ‘π’ππ > π‘π‘ππππ , maka H1 diterima 245 Kelas Kontrol Nama Nilai MAS 90 AMA 88 JAF 84 SPP 84 WF 78 CKP 75 MS 75 MHP 75 Volume No. Tahun 2016 Kelas Eksperimen Nama Nilai MRPHP 88 FQAF 83 MBAP 83 RPP 82 SA 82 IK 81 DSD 80 SY 80 AAD 79 AA 79 DD 79 NM 76 AD 75 NMB 70 KL 69 REP 69 HMI 67 NYS 66 FIM 65 FDR 62 EDG 57 PR 57 AKA 52 FE 48 Jumlah 2464 Rata77 rata Kelas Kontrol Nama Nilai NLM 75 WLH 75 ANF 74 AKM 74 ENWA 74 TMK 74 AAP 73 NM 73 AP 67 DSS 67 IAF 67 RDN 67 MMAP 66 AYA 65 DJW 65 JAG 65 MUNA 65 MRY 59 RM 57 AAN 56 AWR 55 ABR 51 DRA 48 MJA 40 Jumlah 2201 Rata68,79 rata b. Kelas Interval Hasil Belajar 76-93 58-75 40-57 Jumlah c. Berdasarkan Tabel 1 di atas, dapat diketahui bahwa siswa kelas VII-H sebagai kelas ekeperimen berjumlah 32 siswa dengan rata-rata hasil belajar 77, sedangkan siswa kelas VII-G sebagai kelas kontrol berjumlah 32 siswa dengan rata-rata hasil belajar 68,79. Frekuensi 9 17 6 32 Frekuensi 5 21 6 32 Persentase 15,625% 65,625% 18,750% 100% Berdasarkan Tabel 3 di atas, diketahui bahwa skor kelas interval tertinggi dengan nilai 76-93 sebanyak 5 siswa dengan persentase 15,625%. Skor kelas interval sedang dengan nilai 58-75sebanyak 21 siswa dengan persentase 65,625%. Skor kelas interval rendah dengan nilai 40-57 sebanyak 6 siswa dengan persentase 18,750%. Perbedaan distribusi frekuensi data hasil belajar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol Tabel 4 Perbedaan distribusi frekuensi data hasil belajar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol Kelas Eksperimen Kelas Interv al Freku Perse Hasil ensi ntase Belaj ar 849 28,125 100 % 66-83 17 53,125 % 48-65 6 18,750 % Jumla 32 100% h Distribusi Frekuensi Data Hasil Belajar pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol a. Distribusi frekuensi data hasil belajar pada kelas eksperimen Tabel 2 Distribusi Frekuensi Data Hasil Belajar pada Kelas Eksperimen Kelas Interval Hasil Belajar 84-100 66-83 48-65 Jumlah persentase 53,125%. Skor kelas interval rendah dengan nilai 48-65 sebanyak 6 siswa dengan persentase 18,750%. Distribusi frekuensi data hasil belajar pada kelas kontrol Tabel 3 Distribusi Frekuensi Data Hasil Belajar pada Kelas Kontrol Persentase 28,125% 53,125% 18,750% 100% Kelas Kontrol Kelas Interv al Freku Perse Hasil ensi ntase Belaj ar 76-93 5 15,625 % 58-75 21 65,625 % 40-57 6 18,750 % Jumla 32 100% h Berdasarkan Tabel 4 di atas, skor kelas interval tinggi dengan nilai 84-100 pada kelas VII-H sebagai kelas eksperimen sebanyak 9 siswa dengan persentase 28,125%,sedangkan pada kelas VII-G sebagai kelas kontrol dengan nilai 76-93 sebanyak 5 siswa dengan persentase Berdasarkan Tabel 2 di atas, diketahui bahwa skor kelas interval tertinggi dengan nilai 84-100 sebanyak 9 siswa dengan persentase 28,125%. Skor kelas interval sedang dengan nilai 66-83 sebanyak 17 siswa dengan 246 Volume No. Tahun 2016 Tabel 5 Data Perhitungan Uji-t Nilai Tes Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 15,625%. Skor kelas interval sedang dengan nilai 66-83 pada kelas VII-H sebagai kelas eksperimen sebanyak 17 siswa dengan persentase 53,125%,sedangkan pada kelas VII-G sebagai kelas kontrol dengan nilai 58-75 sebanyak 21 siswa dengan persentase 65,625%. Skor kelas interval rendah dengan nilai 48-65 pada kelas VII-H sebagai kelas eksperimen sebanyak 6 siswa dengan persentase 18,750%,sedangkan pada kelas VII-G sebagai kelas kontrol dengan nilai 40-57 sebanyak 6 siswa dengan persentase 18,750%. Jumlah Sampel (n) 32 Varians (πΊπ ) Eksperimen Ratarata (π) 77 Kontrol 68,79 32 119,46 Kelas 143,08 Untuk mengetahui terdapat perbedaan atau tidak antara kedua sampel tersebut, selanjutnya akan dilakukan uji-t dua pihak. Karena π1 = π2 dan varians homogen (π12 = π22 ), maka dapat digunakan rumus t-test, baik separated maupun polled varians. Besarnya dk = π1 + π2 − 2 (Sugiyono, 2012). Berdasarkan rumus separated varians dilakukan perhitungan uji-t sebagai berikut: Analisis Data Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Teknik analisis hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol menggunakan uji-t dua pihak. Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang mendapat perlakuan berupa teknik pembelajaran probing prompting dengan siswa yang tidak mendapatkan perlakuan. Bila harga π‘βππ‘π’ππ ≥ π‘π‘ππππ , maka maka H0 ditolak dan H1 diterima. Sedangkan bila harga π‘βππ‘π’ππ < π‘= Μ Μ Μ π₯1Μ − Μ Μ Μ π₯2Μ π 2 π 2 √ 1 + 2 π1 π‘= √ π‘= π‘= π‘π‘ππππ , maka H0 diterima dan H1 ditolak. Langkah-langkah uji-t dua pihak adalah sebagai berikut: a. Merumuskan hipotesis H0 : π1 = π2 : tidak terdapat perbedaan hasil tes hasil belajar yang signifikan antara siswa yang mendapatkan perlakuan teknik pembelajaran probing prompting dengan siswa yang tidak mendapatkan perlakuan H1 : π1 ≠ π2 : terdapat perbedaan hasil tes hasil belajar yang signifikan antara siswa yang mendapatkan perlakuan teknik pembelajaran probing prompting dengan siswa yang tidak mendapatkan perlakuan b. Menetapkan taraf signifikan (πΌ = 0,05) c. Melakukan perhitungan Uji-t dua pihak Data perhitungan uji-t dua pihak nilai tes hasil belajar dapat dilihat pada tabel di bawah ini. π2 77−68,79 135,87 119,46 + 32 32 8,21 √4,24+3,73 8,21 √7,97 π‘ = 2,91 Setelah diketahui nilai π‘βππ‘π’ππ = 2,91, selanjutnya dibandingkan dengan nilai π‘π‘ππππ . Harga π‘π‘ππππ dengan taraf kesalahan (πΌ)= 5% dan dk=62 adalah 2,00. Ternyata π‘βππ‘π’ππ lebih besar dari π‘π‘ππππ (2,91 > 2,00). Dengan demikian H0 ditolak dan H1 diterima. Berarti terdapat perbedaan hasil tes hasil belajar yang signifikan antara siswa yang mendapatkan perlakuan teknik pembelajaran probing prompting dengan siswa yang tidak mendapatkan perlakuan. Jadi kesimpulannya teknik pembelajaran probing prompting berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. PENUTUP Simpulan Berdasarkan dari hasil penelitian dan analisis data, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Teknik pembelajaran probing prompting berpengaruh terhadap hasil belajar siswa karena terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang signifikan antara siswa yang mendapatkan 247 Volume No. Tahun 2016 perlakuan teknik pembelajaran probing prompting dengan siswa yang tidak mendapatkan perlakuan (pembelajaran sesuai perangkat pembelajaran SMP Negeri 1 Bangsal Mojokerto). Hal ini ditunjukkan dengan nilai πΉβππ‘π’ππ < πΉπ‘ππππ (1,32 < 1,83) dan setelah diuji lanjut, diperoleh nilai π‘βππ‘π’ππ lebih Matematika Siswa Kelas 7G di SMPN Rejoso. Skripsi yang tidak dipublikasikan. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. Silberman, Melvin L.. 2013. Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nuansa Cendekia. Sugiyono. 2012. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Yaumi, Muhammad. 2013. Prinsip- Prinsip Desain Pembelajaran disesuaikan dengan Kurikulum 2013. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group. besar dari π‘π‘ππππ (2,91 > 2,00). Diketahui pembelajaran dengan menerapkan teknik pembelajaran probing prompting memiliki rata-rata hasil belajar sebesar 77 sedangkan pembelajaran sesuai perangkat pembelajaran di SMP Negeri 1 Bangsal Mojokerto memiliki rata-rata hasil belajar 68,79. Berarti hasil belajar siswa dengan menerapkan teknik pembelajaran probing prompting lebih baik. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti mengemukakan beberapa saran sebagai berikut. Untuk penelitian lebih lanjut, agar nilai hasil belajar lebih baik, sebaiknya penggunaan teknik pembelajaran probing prompting juga menggunakan media pembelajaran matematika. DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, Mulyono. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Depdiknas. 2007. Model-model Pembelajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta. Detik. 2013. Ini Peringkat Kemampuan Matematika Siswa di Dunia, Indonesia Nomor Berapa? , (online), http://news.detik.com/berita/2432402/ini -peringkat-kemampuan-matematika-siswadi-dunia-indonesia-nomor-berapa, diakses 15 Juni 2016) Huda, Miftahul. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran: Isu-isu Metodis dan Paradigmatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Keswara, Ratih. 2013. Pembelajaran Matematika di Indonesia Masuk Peringkat Rendah, (online), http://nasional.sindonews.com/read/8040 91/15/pembelajaran-matematika-diindonesia-masuk-peringkat-rendah1384111047, diakses 15 Juni 2016) Kurniasari, Yayuk. 2012. Penerapan Teknik Pembelajaran Probing Prompting Untuk Mengetahui Kemampuan Penalaran 248