KONSTRUKSI RETORIKA POLITIK ANGGOTA DPD PROVINSI SUMATERA UTARA Drs. RIJAL SIRAIT PADA PEMILU DPD TAHUN 2014 Alfi Syahri Magister Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara Jalan Dr. Sofyan No 1 Email:[email protected] Abstract The research aimed to be achieved is to get the effect of the use of Islamic symbols in the DPD election in 2014 in North Sumatra. The theories that are used as guidelines in this thesis is to use an interpretive paradigm, consisting of theory phenomenology, hermeneutics theory, symbolic interactionism theory, political communication as a communication persuasion propaganda, advertising and rhetoric. Research data collection techniques using observation techniques and in-depth interviews with the analysis of data using an interactive model of Miles and Huberman through data collection, data reduction and conclusion (verification). The results showed that the symbol of Islam through the use of white lobe and white koko for prospective DPD No. 20 in the perspective of political communication is communication success. Able to penetrate the complexity of communication that is not singular. North Sumatra community participation on 9 April 2014 DPD election to the White Lobe is inseparable from Islamic symbolism displayed. North Sumatra public recruitment techniques in the last election by the candidate DPD DPD No. 20 of the White Lobe, the part that can not be separated from the political persuasive communication messages rhetoric. Keywords: Political Persuasion, DPD RI Rijal Sirait. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan efek penggunaan simbol Islam dalam Pemilu DPD 2014 di Sumatera Utara. Teori-teori yang digunakan sebagai pedoman dalam penulisan tesis ini menggunakan paradigma interpretif, terdiri dari teori fenomenologi, teori hermeneutika, teori interaksionisme simbolis, komunikasi politik sebagai komunikasi persuasi retorika. Informan penelitian dibedakan menjadi tiga kategori, yakni informan kunci 1 orang, informan utama 4 orang, dan informan tambahan 3 orang. Teknik pengumpulan data penelitian dengan menggunakan teknik observasi dan wawancara mendalam dengan analisis data menggunakan model interaktif Miles dan Huberman melalui kegiatan pengumpulan data, reduksi data dan penarikan kesimpulan (verifikasi). Hasil penelitian: simbol Islam melalui penggunaan lobe putih dan baju koko putih bagi calon DPD RI No. 20 dalam perspektif komunikasi politik merupakan keberhasilan komunikasi. Mampu menembus rumitnya komunikasi. Partisipasi masyarakat Sumatera Utara pada Pemilu DPD 9 April 2014 terhadap si Lobe Putih tidak terlepas dari simbolisasi Islami yang ditampilkan. Teknik perekrutan masyarakat 72 Alfi Syahri I Konstruksi Retorika Politik Anggota........73 Sumatera Utara pada Pemilu DPD lalu oleh calon DPD RI No. 20 si Lobe Putih, tidak dapat dipisahkan dari komunikasi persuasif politik pada pesan-pesan retorika. Kata kunci: Persuasi Politik, DPD RI Rijal Sirait. luar organisasi politik akibat dari Pendahuluan Masyarakat disenangkan calon dengan pemilih penampilan sirkus, dipertontonkan mereka melalui kepada politik. Relasi antara politik, pribadi dan Tuhan menjadi standar perilaku politik dalam cara kontestasi politik. Inilah sikap yang kandidat, mulai dari kemampuan selalu diminta dalam setiap konteks orasi, pemaaf, rendah hati, hingga kontestasi menjadi pun, menang layaknya dipertontonkan di ruang diusung publik. Pesan disampaikan dalam Pemilihan Umum (Pemilu) baik di komunikasi persuasi diidentifikasi di tingkat nasional, dan di daerah. dalam kondektur proses retorika) beragam kontestasi dan sekali persuader yang (ahli dengan dan jargon “siap kalah” yang siap oleh penyelenggaran Pendekatan sistem politik dipersuasi diwakili oleh penelitian dilakukan (anggota kelompok, perseorangan, Indrayani (2009), yang disebutkan atau Perilaku sebagai era opini publik menandai ditunjukkan para politisi itu bukan politik Indonesia kontemporer. Opini sungguhan, hanya sebuah suguhan, publik menggiring peranan media akan dalam kaitannya dengan pencitraan kolaborator). tetapi masyarakat senang dengan hal seperti itu. kandidat politik. Pengaruh media Kepercayaan tentang sistem atas opini publik menjadi semakin politik stabil menjadi kontradiktif pelik ketika industri media terkait ketika dikaitkan dengan kekuasaan, dengan lingkaran kekuasan serta karena sesungguhnya kekuasan yang pemilik dicari bahkan diperebutkan dengan industri memperoleh suara terbanyak dalam melanggengkan kontestasi politik tidak akan pernah Sebagai image making machine, stabil, akan terjadi terus konflik di media berkolaborasi untuk mencetak dalam organisasi politik dan juga di kandidat politik sebagai komoditas. modal. Sebagai budaya, fenomena sebuah media hype. 74 Jurnal Interaksi | Volume : 1 | Nomor : 1 | Edisi : Januari 2017 | hlm 72-92 Arendt mengkritik kecenderungan merupakan dasar sangat penting bagi zaman tidak pemilih rasional dalam menentukan memisahkan ruang publik dan ruang pilihannya, termasuk apakah akan privat. Pembedaan kerja dan karya tetap mempertahankan wakil yang dipertahankan dipilih modern yang oleh hanya sebelumnya sebagai pembedaan lingkup ekonomi-sosial penghargaan atas kinerja politik yang dan lingkup politik (Haryatmoko, ditunjukkan 2014: 182). hukuman berupa cabutan dukungan Politik memberikan menjadi terhadap mereka yang selama ini pasar, politikus dianggap pengusaha dipercayakan menjadi wakil mereka. dan pasar adalah politik, sedangkan Ketersediaan informasi yang cukup pemilih adalah konsumen. Semua akan memberikan alternatif pilihan tindakan politikus dinilai sebagai kandidat dari partai yang selama ini pilihan rasional dikur dari ongkos dibela untuk menjadi wakil atau ada atau yang lain dari partai berbeda akan biaya direduksi atau dan keuntungannya. Semua yang dilakukan politikus tetapi sesuai dengan pilihan mereka. dinilai sebagai bentuk investasi untuk Pemilih tidak semuanya memenangkan pasar, investasi, entah rasional, masih terdapat pemilih- waktu, dan pemilih karena keterkaitan dogmatis konsultasi. Semua ada biaya, entah ideologis dan kultural yang kuat. Di keuangan, biaya psikologis, atau kalangan pemilih demikian, terdapat biaya politik. pandangan “baik atau tidak, benar tempat, komunikasi, Masalah akuntabilitas wakil atau salah”, yang penting memilih rakyat menjadi masalah cukup serius, partainya sendiri. Bahkan belakangan tidak berdiri sendiri yang berkenaan ini muncul pemilih rasional-material, dengan diri, masyarakat, dan sikap tentang materi apa yang akan ia ketika dikaitkan dengan konstituen. terima dari para kandidat yang Realitas bahwa para pemilih tidak memunculkan istilah-istilah lazim sepenuhnya memiliki informasi yang seperti wani piro, ambil duitnya cukup terhadap wakilnya. Padahal, jangan penguasaan informasi yang cukup semuanya merupakan kondisi politik pilih orangnya, yang Alfi Syahri I Konstruksi Retorika Politik Anggota........75 di dalam masyarakat dalam diri persuasi. individu dan kelompok. ditunjukkan oleh para politisi atau Masyarakat Tujuan sadar yang memberikan bahkan calon politisi yang secara suaranya kepada kandidat pilihan, sadar dilakukan menjadi indikator hadiah (reward) oleh pemilih untuk persuasi, yang menjadi ciri khas mewakili pembeda antar satu pribadi dengan mereka memberikan suara dengan di Pemilihan lainnya. Umum (Pemilu). Hadiah (reward) dilihat dari perspektif Persuasi sebagai satu teknik persuasi, memperkenalkan diri secara terbuka sebagai satu proses di dalamnya baik kepada calon pemilih mengharuskan persuader (calon politisi) maupun pembentukan opini publik positif yang sama-sama dari citra diri kandidat terlebih responsif, bukan reaktif terhadap satu dahulu. Hingga hubungan antara sama lain. Perilaku yang terbangun calon antara persuader dengan khalayak menunjukkan proses dua arah, timbal calon konstruktif, balik, di mana politisi sebagai aktor dipikirkan, politik dipersuasi pemilih interpretatif, itu dan wakil dan terwakil harus itu menyesuaikan membuktikan bahwa pemilih dan imbauannya dengan titik pandangan calon pemilih tidak pasif dan tidak pendengar bukan memilih memikirkan mereka informasi akan yang siapa tetapi calon terkadang mereka peroleh mereka karena, komunikasi “khalayak yang dianggap menyenangkan” (Nimmo, oleh paling 1989: sebagai pemberitahuan dari masing- 168). Kapasitas politisi atau calon masing kandidat tidak sepenuhnya politisi benar. Dalam terminologi persuasi, mengharuskan mereka kreatif dan setiap jenis persuasi adalah tindakan, dinamis, bukan dalam subjektif mereka sendiri. Sebagai Nimmo, 1989: 162). Sebagai sebuah makhluk sosial, kesadaran kehidupan tindakan, merupakan sehari-hari adalah sebuah kesadaran pemilihan cara menanggapi, cara sosial yang menempatkan setiap diri yang dinamis berdasarkan tujuan individu gerakan (Burke persuasi sebagai aktor berdasarkan (aktor politik) politik orientasi sebagai 76 Jurnal Interaksi | Volume : 1 | Nomor : 1 | Edisi : Januari 2017 | hlm 72-92 penanaman kesadaran diciptakan dan dengan diri yang dikomunikasikan pandangan satu sama lain melalui tindakan timbal balik satu sama lain. kelompok-kelompok individu. Pada penelitian ini, penulis ingin melihat tentang komunikasi Penggunaan komunikasi persuasi oleh Calon DPD Provinsi persuasi sebagai pilihan komunikasi Sumatera Utara pada Pemilu DPD 9- yang menyenangkan bagi khalayak April-2014, Drs. H. Rijal Sirat, yang menunjukkan suatu strategi, cara berani tertentu dimainkan calon politisi muslim dengan menggunakan lobe sebagai aktor menampilkan citra diri politik tentang putih dan baju koko putih khas, yang seharusnya pesan berbeda dengan calon lainnya secara dikemas dan disampaikan kepada simbolis menggunakan kopiah hitam calon berbeda dan jas menggambarkan perspektif menyenangkan satu individu dengan berbeda kepada para pemilih dengan individu lain, satu kelompok dengan identitas nasionalis. Keberanian si kelompok satu Lobe Putih menggunakan simbolisasi kerumunan massa dengan massa Islami pada dirinya di Pemilu DPD lainnya menjadi strategi politik para 2014 awalnya dinilai tidak efektif. aktor bahkan aktris politik. Inilah Perkiraan yang tindakan jam’iyatul Washliyah yang secara rasional dan irasional pemilih yang historis setelah tahun 1999 pada menempatkan menjadi Pemilu DPD di Sumatera Utara individu atau kelompok yang bisa belum mampu melahirkan kembali didekati melalui teknik komunikasi figur layaknya Almarhum Abdul persuasif Halim Harahap, sosok ulama yang bagaimana pemilih. Cara lainnya, disebut dan sebagai mereka dengan menggunakan retorika. lain organisasi Al- diterima luas di kalangan kader dan Persuasi disertai masyarakat luas di Sumatera Utara dengan retorika, sebagai komunikasi dengan perolehan suara mencapai satu kepada satu, yang terjadi secara 800 ribu suara. Sosok Rijal Sirait, dua arah, masing-masing dengan bukan tokoh sekelas Abdul Halim sadar Harahap. Berani melanggar aturan untuk politik mempengaruhi Alfi Syahri I Konstruksi Retorika Politik Anggota........77 umum yang berlaku dari perspektif mengantarkannya kontestasi partai politik sejak Pemilu rakyat tahun 1999-2004, kemudian 1999, 2004, 2009 perolehan suara Kota Siantar, Kabupaten Simalungun partai-partai dengan tahun 2009-2009, dan Kota Medan simbolisasi Islam menurun drastis, tahun 2009-2014, putra daerah Kota seperti yang dialami pada tahun 1999 Tanjung perolehan suara gabungan partai- Asahan. Jargon Islami, dan tidak partai transaksional yang selama Pemilu Islam Islam (PPP, PKS, PBB, menjadi Balai dan wakil Kabupaten PKNU) mencapai 36,8%, tahun 2004 DPD sebanyak 38,1 dan tahun 2009 keinginan sebanyak 29%, dibandingkan dengan tentang transaksi uang di dalam Pemilu tahun 1955 perolehan suara kampanye dengan berbagai alasan gabungan Islam transaksional pemilih dengan calon (Masyumi, NU, PSII, dan Perti) di politisi, tidak lagi mengedepankan atas 43,7%. Satu hal yang diyakini keterkaitan sejak awal oleh kader Alwashliyah Menghadapi ini bahwa pemilih Islam di Sumatera tentang pemilih rasional dan irasional Utara tidak memilih organisasinya di semata, dukungan partai-partai tetapi tetap digunakan menentang umum (fenemologi) internal dogmatis ideologis. benturan kultural organisasi. Bermodal organisatoris dari Al- memperhitungkan siapa calon yang Washliyah Provinsi Sumatera Utara diajukan organisasi, dikenal atau dengan mencalonkan diri menjadi tidak. calon anggota DPD RI daerah Idealisme diri berdasarkan Sumatera Utara dan terpilih dengan pengalaman yang dilakukan selama perolehan suara 445.059 suara dari menjadi Anggota DPRD dari PPP total suara terkumpul 1.937.775, Provinsi Sumatera Utara menjadikan Lobe Putih berhasil memperoleh si Lobe Putih cukup dikenal luas total suara pemilih 22,96% dari terutama di Kabupaten Labuhan Batu seluruh total pemilih di Sumatera Induk, Kabupaten Labuhan Batu Utara, peringkat ke 2 setelah Prof. Utara, Kabupaten Labuhan Batu Darmayanti Lubis. Selatan daerah pemilihan yang 78 Jurnal Interaksi | Volume : 1 | Nomor : 1 | Edisi : Januari 2017 | hlm 72-92 Metode Penelitian Sumatera Utara, dan penggunaan Penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif dengan strategi iklan serta retorika untuk masyarakat di luar kedua organisasi tersebut. fenomenologi. Metodologi kualitatif peneliti gunakan sebagai prosedur Hasil Penelitian Dan Pembahasan penelitian untuk menghasilkan data Retorika dalam persuasi tentang komunikasi politik yang politik merupakan komunikasi dua dinamis, menggunakan pertanyaan- arah, satu kepada satu, dalam arti pertanyaan bahwa terbuka, melalui satu atau lebih orang pengumpulan data-data wawancara (seseorang dan observasi, menggunakan analisis beberapa orang maupun seseorang tekstual, dengan berbicara kepada orang lain) masing- menggunakan interpretasi peneliti. masing berusaha dengan sadar untuk Komunikasi persuasi politik yang mempengaruhi dianalisis, teknik retorika politik melalui tindakan timbal balik satu yang dilakukan oleh calon DPD sama lain. Penempatan diri pada Provinsi Sumatera Utara Rijal Sirait masing-masing pada Pemilu DPD 9 Apil 2014. berkomunikasi menempatkan dialog dan Aspek analisis kajian berbicara satu kepada sama pihak lain yang peneliti sebagai demokrasi kata, masing- berkenaan dengan pendalaman masing pihak coba mamahami dan terhadap bentuk partisipasi ingin dipahami. Dalam arti luas, masyarakat dari komunikasi politik retorika membangun citra diri yang dilakukan mempelajari oleh si Lobe Putih sebagai subjek komposisi kata-kata agar timbul penelitian yang kesan yang dikehendaki pada diri pendekatan komunikasi berbeda, yakni propaganda bagi Jam’iyatul Washliyah menggunakan cara yang mengatur khalayak”. Rakhmat, mengemukakan penggunaan arti retorika secara sempit, yakni: kader (PPP) “ilmu persuasi Al- “ilmu yang mempelajari prinsip- Provinsi prinsip persiapan, penyusunan, dan di Sumatera Utara dan Partai Persatuan Pembangunan berarti: Provinsi penyampaian pidato sehingga Alfi Syahri I Konstruksi Retorika Politik Anggota........79 tercapai tujuan yang dikehendaki” memberikan (Sobur, 2014: 692). penguasaan masalah sosial dan tema- Retorika dipandang secara sebagai ilmiah ilmu yang nilai kemampuan tema lainnya yang diusung melalui pidato. Bagaimana yakinnya memelajari proses pernyataan antar masyarakat terhadap satu kandidat manusia. politisi Meminjam pengertian tertentu yang mampu retorika yang dikemukakan oleh membangun masa depan bersama, Socrates (469-432 SM), adalah: demi masa untuk bertindak nyata melalui kebenaran dengan dialog sebagai kekuatan pidato yang disampaikan. tekniknya. Alasan ini dimunculkan Melalui retorika persuader dan yang Socrates diri dipersuasi saling bekerja sama dalam tentang kebenaran timbul dengan merumuskan kepercayaan, nilai, dan sendrinya melalui dialog. pengharapan karena keyakinan Artinya, retorika merupakan komunikasi dua arah, satu kepada mereka, sebagai substansi perasaan, konsep, citra, gagasan, dan sikap yang sama. satu bahwa satu atau lebih orang Secara lugas ini menjadi masing-masing secara sadar berusaha pemahaman disiplin ilmu tentang mempengaruhi domain terpenting dari persoalan satu pandangan dengan lainnya. Akan tetapi perlu komunikasi diingat persuasi timbal balik dalam adalah pesan, tidak perlu dibatasi pada Zulkarimein orang-orang memberi contoh lintas disiplin ilmu perdebatan, yang bila turut dalam ditayangkan politik studi di antaranya pemberian suara. Nasution (1990) di dalam pembentukan televisi misalnya, penonton dapat politik yakni: melihat dan merasakan pengaruh dari sosiologi mendorong minat tentang retorika politik yang disuguhkan linguistik dan simbolisme serta telah kepada mereka. Dengan mengingat menumbuhkan studi-studi mengenai sifat bahasa transaksional mengatakan bahwa ini, saya retorika psikologi komunikasi “Antropologi politik; sosial psikologi dan dan membangkitkan digunakan sebagai kemampun setiap minat tentang aspek-aspek subjektf diri dalam kontestasi politik untuk komunikasi, studi perubahan sikap 80 Jurnal Interaksi | Volume : 1 | Nomor : 1 | Edisi : Januari 2017 | hlm 72-92 mental dan belajar, efek dari daya tindakan timbal balik satu sama lain. tarik politik yang bermedia, serta Dengan sosialisasi transaksional ini, kita katakan bahwa politik; komunikasi sedangkan wicara (speech communication) telah mengingat retorika adalah: lambang untuk sifat “penggunaan mengidentifikasi menyumbangkan analisis historis, pembicara dengan (para) pendengar kritikal, dan kuantitatif mengenai melalui pidato” (Nimmo, 1989: 155). pesan-pesan Retorika dalam arti luas, ilmu yang dan penerimaannya. Ilmuwan politik melaksanakan studi- mempelajari studi tentang voting yang sejak lama komposisi kata-kata agar timbul membentuk konsep mengenai kesan yang dikehendaki pada diri komunikasi dalam kampanye khalayak (Sobur, 2014: 692). pemilihan umum, sedangkan komunikasi massa menyelidiki penggunaan teknologi meyakinkan dampak perubahan cara mengatur Retorika merupakan bahasa atau untuk mempengaruhi komunikasi dalam kehidupan sosial orang lain, dan bahasa merupakan yang perhatian hasil dari praktik ini. Tujuan retorika mengenai peran komunikasi massa dalam persuasi politik adalah untuk dalam mengubah sistem politik” membantu kandidat tertentu yang (Nasution, 1990: 36). dipersuasi dalam membangun citra menunjukkan Propaganda dan periklanan tentang masa depan, masa untuk melibatkan komunikasi satu kepada bertindak; melalui retorika, persuader banyak. Retorika adalah komunikasi dan yang dipersuasi saling bekerja dua arah, satu kepada satu, dalam arti sama bahwa orang kepercayaan, nilai dan pengharapan kepada mereka. Sifat ini oleh Burke disebut beberapa orang maupun seorang konsubstansialitas; orang-orang yang berbicara lain) “bertindak bersama-sama... memiliki dengan perasaan, konsep, citra, gagasan, mempengaruhi sikap yang sama yang membuat satu (seseorang atau berbicara kepada masing-masing sadar lebih untuk seorang berusaha pandangan satu sama lain melalui mereka dalam merumuskan konsubstansial” (Nimmo, Alfi Syahri I Konstruksi Retorika Politik Anggota........81 1989: 156). Kesadaran akan identifikasi seperti ini inheren di Uraian teori penelitian saya gambarkan sebagai berikut: dalam retorika. Identifikasi sebagai Teori Fenomenologi proses membangkitkan di dalam Perspektif Interpretif suatu khalayak kesadaran bekerja sama dengan pembicara sehingga khalayak merasa berpartisipasi bahwa dengan Teori Hermeneutika Teori Interaksionisme Simbolik Konstruksi Pesan Persuasi Politik mereka Komunikasi Persuasif pembicara Retorika Politik dalam menciptakan dan mencapai tujuan. Tujuan retorika dalam komunikasi persuasif agar membantu Gambar 01. Teorisasi (Theorizing) Sumber: Kajian Pustaka dan Kerangka Pemikiran Penelitian Tahun 2015. kandidat politik mencapai citra diri. Retorika politik, persuasif Citra diri ini berhubungan dengan politik dilakukan calon anggota DPD bagian diri manusia menginterpretasi RI No. 20 si Lobe Putih, lebih pada keadaan dalam teknik pendekatan tradisional, seni pengalaman diri, membentuk sistem merumuskan argumen menggunakan sosial, bahasa, memersuasi orang lain. Si yang dan terjadi melakukan transaksi simbolis. Lobe Guna menangkap nuansa dan Putih mensosialisasikan sebutan untuk diri senator kompleksitas dari konstruksi pesan Sumatera Utara ini pada Pemilu DPD persuasi politik aggota DPD Provinsi RI 2014 lalu, hanya menggunakan Sumatera Utara Rijal Sirait pada argumen penggunaan Pemilu DPD Tahun 2014. Konstruksi “Ingatkan saya. pesan harus dipahami sebagai upaya terpilih pada Pemilu DPD RI dan membangun sikap pemilih di internal mewakili organisasi Aljam’iyatul Washliyah Utara. Saya akan datang lagi, Sumatera Utara, yang dibedakan berkunjung seperti saya datang saat menjadi ini”. Atau dengan kata lain, “Datang irasional. pemilih rasional dan nampak Doakan Alwashliyah muka, punggung”, bahasa: pulang saya Sumatera nampak mengisyaratkan 82 Jurnal Interaksi | Volume : 1 | Nomor : 1 | Edisi : Januari 2017 | hlm 72-92 kedatangan yang memang diinginkan dan pulang memang di lepas dengan ikhlas. Penekanan berkunjung kembali merupakan cita-cita yang harus dimenangkan bersama, dengan segala kehormatan dan kepercayaan yang diberikan kader Alwashliyah Sumatera Utara. Retorika politik yang dilakukan Rijal Sirait dalam Pemilu DPD 2014, berdasarkan hasil penelitian mampu mengkonstruksi pemikiran pemilih yang diuraikan pada tabel sebagai berikut: Tabel 01. Issues Vs Personality Issues: Islam Rijal Sirait sebagai Entitas sebagai Tokoh dan Identitas Islam Sumut 1) Membela status quo 2) Anti regenerasi kekuasaan di Aljam’iyatul Washliyah 3) Memecah massa Alwashliyah dengan sebutan “kader” dan “pekerja” 4) Melakukan transaksi kepentingan 5) Pertukaran kesempatan dengan pimpian 1) Pilihan terakhir untuk mewakili Alwashliyah untuk DPD Sumatera Utara 2) Pribadi yang tenang 3) Menghargai orang lain Alwashliyah untuk kekuasaan mendatang 6) Monopolistik kekuasaan 6) Satu-satunya calon DPD yang menggunakan lobe putih 7) Anti perbedaan 7) Tidak suka pilihan memberikan janji 8) Penolakan kader 8) Tidak PPP Tapanuli melakukan Tengan politik transaksional (money politik, hadiah) 9) Gerakan anti Rijal 9) Pribadi yang Sirait yang baik dilakukan secara peronal oleh kader Alwashliyah 10) Diterima masyarakat suku Jawa Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2015 (Data Diolah) Dari temuan penelitian menunjukkan, bahwa Rijal Sirait sebagai tokoh Islam Sumatera Utara, kader Alwashliyah, mampu menjadi opini positif ini dinilai cukup efektif dalam membangun citra diri positif mengalahkan issue politik. Kesannya bahwa selain berempati, tokoh Alwashliyah ini juga rendah hati, 4) Sosok yang dikenal sebagai Sekretaris Alwashliyah Sumatera Utara dan tokoh PPP Sumatera Utara 5) Mudah diterima setiap orang tidak terkesan keinginan diri sombong tetap karena diingatkan. Diperkuat dengan sosok diri calon yang secara organisatoris lebih kurang 25 tahun sudah menjadi bagian dari organisasi Aljam’iyatul Alfi Syahri I Konstruksi Retorika Politik Anggota........83 Washliyah, mulai kepemudaan Sekretaris dari tingkat hingga menjadi Alwashliyah Sumatera Provinsi Sumatera Utara, Sisingamangaraja Medan. suasana yang berbeda Ada peneliti Utara. Selain juga aktif secara politik tangkap, menjadi anggota DPRD Provinsi pencalonan menjadi DPD tahun 2014 Sumatera Utara mulai dari tahun lalu, peneliti bisa masuk bersama tim 1999 hingga terakhir tahun 2014, ke Sekretariat Alwashliyah Sumatera sebelum memutuskan menjadi calon Utara hingga ke ruangan pimpinan, perseorangan kali ini, tahun 2015, peneliti dan non parpol pada Pemilu DPD 9 April 2014. Kekuatan kalau Jl. tahun-tahun saudara Ali Sirait hanya duduk di massa PPP Musholla yang tempatnya sudah tidak dapat dipindahkan. Washillah yang hanya diabaikan, karena dalam kurun waktu tinggal menjadi kenangan, karena 15 tahun menjadi anggota DPRD kekalahan kubu Hasbullah Hadi, Provinsi Sumatera Utara dengan mantan ketua Alwashliyah Sumatera daerah pemilihan berbeda, menjadi Utara modal Alwashliyah tahun 2015. Politik Sumatera Utara sosial sosialisasi diri dalam H. rangkan Rijal Siriat. Ungkapan ini, dijelaskan oleh salah pada yang pemilihan mengalahkan ketua persaudaraan (washillah). seorang tim sukses Sumatera Utara, Sebagai satu-satunya calon saudara Ali Sirait: “selain kekuatan DPD RI yang didukung Alwashliyah, massa PPP Lobe Putih, diuntungkan dengan Sumatera Utara, mulai dari Labuhan penggunaan lambang Alwashliyah Batu, Sumatera Utara secara internal setiap Alwashliyah, Siantar kader Simalungun, Kota Medan, memberikan suara cukup kali signifikan untuk Ijal”, muka di internal organisasi massa pernyataan ini dapatkan Islam Sumatera Utara ini. Diperkuat bang penulis melakukan sosialisasi ketika upaya memperbaiki tesis dari dengan rekomendasi seminar hasil yang Alwashliyah pada setiap daerah (PD) harus diperjelas dalam penelitian, di yang Alwashliyah kesempatan kedatangan calon DPD Sumatera Utara dukungan tatap ikut serta pengurus pada setiap 84 Jurnal Interaksi | Volume : 1 | Nomor : 1 | Edisi : Januari 2017 | hlm 72-92 RI ini, maka layak kalau tokoh DPRD Alwashliyah ini menyatakan bahwa: minim atau bahkan tidak ada berita “Saya Alwashliyah dan Alwashliyah miring adalah bahagian yang tidak dapat kelemahan beliau, juga lemah dalam dipisahkan dari hidup saya”, bukan pemberitaan tentang langkah dan keyakinan tidak beralasan, karena 15 perjuangan politis yang dilakukan tahun karir politik di PPP tidak bisa dalam waktu kekuasaan itu. Jadi, dilepaskan dari simbol organisasi aktor politik dari Alwashliyah dan massa bekas politisi PPP Sumatera Utara yang memang juga Provinsi Sumatera yang menyebutkan menjadikan PPP sebagai aspirasi ini, politik selama ini. memodifikasi pengharapan. Keadaan ini digambarkan mampu untuk retorika (interpretasi), lambang menciptakan dan Fenomenologi bagian teori oleh Nimmo (1989: 155), bahwa menggunakan Utara memperkuat sebagai interpretif penafsiran untuk mengindentifikasi pembicara terhadap dengan pendengar (labenswelt), abstraksi dari realitas. Lambang Bahasa dan pembentukan makna Alwashliyah yang digunakan secara bersama menjadi dasar keyakinan, di eksternal organisasi melalui kartu nilai dan teknik komunikasi yang nama, baleho, dan alat peraga diri dilakukan, sebagai realitas yang tidak lainnya yang tidak terlepas dari logo dapat diabaikan. Dunia sehari-hari Alwashliyah, membangun citra diri membentuk bahasa dan makna, yang tentang masa depan Alwashliyah diyakini, yang dalam berkomunikasi, sehingga akan (para) melalui para pidato. menjadi tanggung jawab dunia-kehidupan dinilai dan digunakan kandidat jika perjuangan ini berhasil membentuk sosialitas, mencapai tujuan. pembentukan makna Kekuatan retorika calon DPD dan bersama. Pidato adalah konsep yang sama No. 20 ini selain penyampaian pesan pentingnya yang retorika (Nimmo, 1989: 156), konsep tidak persuader, dapat karena ditolak selama oleh kurun waktu 15 tahun menjadi anggota negosiasi; dalam proses menganalisis memberi dan menerima yang kreatif. “Doakan Alfi Syahri I Konstruksi Retorika Politik Anggota........85 saya akan datang lagi kemari”, pesan (komunikan), di mana harus merupakan biasa dipahami bahwa kontrol sosial dapat diucapkan dalam setiap pertemuan dilakukan jika khalayak yang dituju tatap muka di internal Alwashliyah, adalah bahagian dari orang-orang di berkonotasi pada permintaan yang dalam organisasi yang diikat oleh sangat kuat yang mengikat seluruh ideologi, cita-cita dan impian yang kader Alwashliyah agar takut kepada sama pesan politik yang digunakan Allah secara adalah propaganda, kemudian pesan organisatoris telah diputuskan untuk satu kepada banyak orang di luar mendukung satu-satunya calon DPD organisasi berakibat RI untuk Sumatera Utara yang keselektifan konvergen, dikenal luas sebagai si Lobe Putih. diperkuat dengan retorika politik Ketika beliau tidak datang lagi, tentu, sebagai konstruksi pesan persuasi pada antarpribadi kalimat Swt, waktu yang karena itu kegagalan yang pada dan memungkinkan organisatoris dan penghianatan yang terbentuknya nilai, keyakinan dan dilakukan oleh kader Alwashliyah komunikasi Sumatera Utara harus dibayar mahal pada negosiasi. karena tidak bersama berdasarkan mensosialisasikan, Identitas posisi diri dan calon memperjuangkan, dan memenangkan DPD RI dari Alwashliyah Sumatera beliau, tanpa lagi bertanya apa Utara manfaat bagi diri secara pribadi atas penting keterpilihan atau tidaknya kandidat kader PPP Sumatera Utara, karena tersebut. secara pribadi, kader PPP merupakan Konstruksi pesan persuasi kader ini juga yang menjadi diyakini bagian mengikat Alwashliyah politik pada penelitian ini harus Memungkinkan dipahami sebagai upaya-upaya nyata kedekatan emosional, dan perkenalan yang antar pribadi yang terjalin baik dilakukan dalam proses terjadi juga. karena komunikasi di mana persuasi politik selama proses sebelumnya dan (pesan) tidak dapat dilepaskan dari hingga waktu pemilihan DPD pribadi aktor politik (komunikator), Provinsi Sumatera Utara pada 9 dan jangkauan khalayak sasaran April 2014 lalu. 86 Jurnal Interaksi | Volume : 1 | Nomor : 1 | Edisi : Januari 2017 | hlm 72-92 Dalam pengklasifikasian 9 April 2014 akan datang tidak lagi retorika sebagai bagian dari persuasi menjadi calon dari PPP akan tetapi politik, menggunakan berdasarkan pendapat jalur perseorangan Aristoteles dalam karyanya Retorika melalui DPD RI Provinsi Sumatera (Nimmo, 1989: 157), diidentifikasi Utara, kalimat ini disebutkan tokoh atau dapat dikenali tipe-tipe retorika ini, ketika reses di Kecamatan Medan politik, terdiri dari: 1) deliberatif, 2) Deli, forensik, dan 3) demonstratif. petikannya sebagai berikut: “Jangan Kelurahan Mabar, yang Deliberatif merupakan salah cari saya di kertas selain warna biru, satu tipe retorika, yakni komunikasi lihat nomor 20, si Lobe Putih”, antarpribadi pesan persuasi retorika demonstratif yang dikembangkan dalam setiap pertemuan tatap muka untuk memperkuat daya ingat yang dilakukan kandidat, dengan pemilih dan agar tidak salah dalam mengusung kata: “Saya Alwashliyah...”, fokusnya adalah Interpretif sebagai paradigma pada apa yang akan terjadi jika yakni keyakinan, nilai, dan teknik Alwashliyah yang tidak menentukan menentukan pilihan kedepan. peneliti dalam pilihannya pada pencalonan DPD RI penelitian untuk Sumatera Utara dan itu adalah pendekatan saya. Pada pertemuan lain, reses fungsional) yang menjadi keyakinan, yang dilakukan calon DPD RI dari nilai, dan teknik komunikasi selain Alwashliyah ini, misalnya secara peneliti. Perspektif interpretif peneliti retorika forensik, ia menunjukkan gunakan dirinya pemahaman tentang konstruksi pesan sebagai bagian dari ini gunakan mengesampingkan positivis dalam (struktural rangka mencari kekuasaan yang tidak korup: “Insya persuasi Allah 15 tahun saya menjadi anggota Provinsi Sumatera Utara Rijal Sirait DPRD Provinsi Sumatera Utara dari pada Pemilu DPD tahun 2014. politik anggota DPD PPP, tetap amanah”, menunjukkan Tindakan sosial jika dikaitkan bentuk ketidakbersalahan beliau di dengan penelitian ini akan dibentuk depan berdasarkan hukum dan sekaligus menyatakan diri beliau pada Pemilu tindakan komunikasi yang dilakukan oleh kandidat. Pada Alfi Syahri I Konstruksi Retorika Politik Anggota........87 penelitian ini, calon DPD RI Provinsi kebaikan dan keadilan, membuat, Sumatera Utara merupakan individu mempertahankan, secara langsung dapat diamati baik bagian-bagian dari peraturan umum verbal atau tanda-tanda nonverbal dalam kehidupan bernegara, dan dan pembangunan citra diri yang tujuannya dibangun untuk menampilkan kehidupan secara pribadi dan diri mewakili dan adalah merubah harmonisasi bersama. Artinya, komunikasi politik yang dimaksud organisasi. Artinya, sebagai individu, dalam pendekatan penelitian calon DPD RI No. 20 si Lobe Putih sebagai ini, dapat dinilai dari interaksi di pemahaman bersama dan arti dari mana ia mengetengahkan dirinya pengalaman masing-masing individu sendiri (the self), yang menjadi ciri dalam kelompok atau masyarakat khas, atau karakter diri sendiri dan secara timbal balik sebagai warga citra yang diterima oleh orang lain di negara luar dirinya. terhadap masyarakat guna tercapai Komunikasi politik yang dilakukan si kebaikan, keadilan dan harmonisasi Lobe Putih harus dilihat sebagai kehidupan bersama dalam negara. dasar dan ini membangun kewajiban negara suatu proses yang memungkinkan orang berbagi pengertian perasaan bahwa masing-masing atau Simpulan pengalaman individu Pengukuran persuasi politik dalam dengan model komunikasi persuasi kelompok atau masyarakat dapat retorika yang dilakukan si Lobe dipahami dan menjadi berarti. Pada Putih dalam upaya menanamkan konteks tujuan politik, komunikasi digunakan sebagai membangun kehidupan proses dan pencarian (dialektika) ke dalam kebenaran pemikiran yang pemilih. Pendekatan fenomenologi dipahami bersama dan berarti dalam sebagai salah satu varian penelitian hubungan timbal balik antara negara kualitatif yang menjadi model dan warga negara. Hubungan timbal penelitian ini diterapkan untuk balik memperoleh yang komunikasi diinginkan politik dari mencapai ungkapan-ungkapan pengalaman personal dengan tujuan 88 Jurnal Interaksi | Volume : 1 | Nomor : 1 | Edisi : Januari 2017 | hlm 72-92 memahami makna dari berbagai dan gejala dan peristiwa yang dialami Gitanyali. orang-orang dalam situasi tertentu, Aplikasi. Buchari, Sri bahwa fenomena masyarakat sebagai Kebangkitan dunia Politik sehari-hari kenyataan paling merupakan dasar, dengan bahasa dan pembentukan makna Yogyakarta: Astuti. (2014). Etnis Menuju Identitas. Jakarta: Pustaka Obor Indonesia. Budiharsana, Suyuti S. (2003). bersama menjadi realitas terpenting Politik Komunikasi. Jakarta: dalam kehidupan manusia. Dengan GramediaWidiasarana begitu, Indonesia (GRASINDO). fenomenologi pengalaman nyata membuat sebagai data Bungin, B. (2013). Metodologi pokok sebuah realitas membentuk Penelitian Sosial & Ekonomi. masyarakat dengan makna bersama. Jakarta: Retorika politik merupakan teknik Media Grup. perekrutan masyarakat Sumatera Creswell, Kencana Jhon W. Prenada Penerjemah Utara pada Pemilu DPD lalu oleh Ahmad calon DPD RI No. 20 si Lobe Putih Research Desaign: Pendekatan dan mendapat dukungan luas dari Kualitatif, masyarakat Sumatera Utara pada Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pemilu DPD 9 April 2014. Pelajar. Ginting, Elvinora, dan Anees, Bambang Q. (2007). Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Politik. Bandung: Nembah F. Widya Padjajaran. Birowo, Antonius. (2004). Metode Penelitian Komunikasi: Teori dan Hartimbul. Manajemen Pemasaran. Bandung: Yrama Widya. Halim, Abdul. (2014). Politik Lokal: Pola Arrianie, Lely. (2010). Komunikasi (2013). Kuantitatif, (2011). Daftar Pustaka Ardianto, Fawaid. Aktor Dramatikalnya. & Alur Yogykarta: LP2B. Haryatmoko. (2014). Etika Politik Kekuasaan. Jakarta: Kompas Media Nusantara. Alfi Syahri I Konstruksi Retorika Politik Anggota........89 Ihza, Yustiman. (2013). Bujuk Rayu Moleong, Lexy Konsumerisme: Menelaah Metodologi Persuasi di Kualitatif. Iklan Era Konsumsi. Depok: Linea. Iskandar. (2009). J. Penelitian Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Metodologi Penelitian Kualitatif: Aplikasi Morissan. (2013). Teori Komunikasi Untuk Penelitian Pendidikan, Individu Hukum, Jakarta: Kencana. Ekonomi Manajemen, Humaniora, (2006). & Sosial, politik, Agama dan Filsafat. Jakarta: Gaung Persada. ------------. (2012). Massa. Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jakarta: Kencana. Mulyana, Khaeron, Herman. (2013). Etika Hingga Deddy. Komunikasi (2014). Politik Politik Politik: Paradigma Politik Komunikasi: Membedah Visi Bersih, Cerdas, Santun dan Gaya Komunikasi Praktisi Berbasis Islam. Bandung: Nuansa Cendikia. Riset Bandung: Komunikasi. Jakarta: Kencana. ---------------------. (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif: Littlejhon, Stephen W dan Karen A. Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Foss. Penerjemah M. Yusuf Sosial Hamdan. Remaja Rosdakarya. Komunikasi Human Remaja Rosdakarya. Kriyantono, Rachmat. (2010). Teknik Praktis Politik. (2011). Teori (Theories of Communication). Jakarta: Salemba Humanika. Marijan, Kacung. (2012). Sistem Politik Indonesia: Konsolidasi Muslimin. Lainnya. (2009). Masyarakat Bandung: Hubungan dan Konsep Kepribadian. Malang: UMM Press. Nimmo, Dan. (1989). Komunikasi Demokrasi Pasca – Orde Baru. Politik: Jakarta: Kencana. dan Media. Bandung: Remadja Karya. Komunikasi, Pesan 90 Jurnal Interaksi | Volume : 1 | Nomor : 1 | Edisi : Januari 2017 | hlm 72-92 Poerwanto, dan Zakaria Lantang Severin, Werner J dan Jr, James W. Sukirno. (2014). Komunikasi Tankard. Bisnis: Perspektif Konseptual Komunikasi: Sejarah, Metode, dan dan Terapan di Dalam Media Kultural. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. (2005). Teori Massa. Jakarta: Kencana. Priyatna, Soeganda, dan Elvinaro Simarmata, Salvatore. (2014). Media Ardianto. (2009). Komunikasi & Politik: Sikap Pers terhadap Bisnis: Tuju Pilar Strategi Pemerintahan Komunikasi Bisnis. Bandung: Indonesia. Widya Padjajaran. Obor Indonesia. Koalisi Jakarta: di Pustaka Putra, Dedi Kurnia Syah. (2012). Sobur, Alex. (2014). Ensiklopedia Media dan Politik: Menemukan Komunikasi A – Z. Bandung: Relasi Remaja Rosdakarya. Antara Dimensi Simbiosis-Mutualisme Media ----------------. (2013). Filsafat dan Politik. Yogyakarta: Graha Komunikasi: Tradisi Ilmu. Metode Fenomenologi. Rangkuti, Freddy. (2009). Strategi Promosi Yang Analisis Kasus Marketing Jakarta: Kreatif & Integrated Communication. Gramedia Pustaka Utama. Bandung: Remaja Rosdakarya. Soyomukti, Nurani. Komunikasi Politik Muka Dua: Topeng Kekuasaan Politik: Komunikasi Malang: Sumarwan, dkk. (2013). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bogor: IPB Press. Komunikasi Politik. Dulah. Intrans dan Riset Konsumen. (2014). Sunyoto, Danang. (2012). Dasar- Pemasaran dasar Manajemen Pemasaran: Bandung: Rosdakarya. dan Publishing. Pemasaran Solatun Kudeta Analisis Rakyat dari Hobbes hingga Orwell. Sayuti, (2013). Media, Penguasa. Runciman, David. (2012). Politik dan Remaja Konsep, Strategi, dan Kasus. Yogyakarta: CAPS. Alfi Syahri I Konstruksi Retorika Politik Anggota........91 Suryabrata, Sumadi. (2011). Psikologi Kepribadian. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Suyanto, Bagong, dan Political Marketing. Thousand Oaks: Sage. Kuswarno, E. (2006). Tradisi Sutinah. Fenomenologi pada Penelitian (2006). Metode Penelitian Komunikasi Kualitatif: Sebuah Sosial Berbagai Alternatif Pengalaman Akademis. Jurnal Pendekatan. Jakarta: Prenada Mediator, Vol. 7, No. 1. 30 Media Grup. Agustus Syam, Nina W. (2013). Model-Model Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. 2015. www.portalgaruda.org. Suryadi, Karim. (2007). Budaya Komunikasi Wirawan, IB. (2012). Teori-teori Politik Santri: Penetrasi Simbol Agama Ke Sosial Dalam Tiga Paradigma: Dalam Pola Komunikasi Fakta Sosial, Definisi Sosial & Politik Partai Kebangkitan Perilaku Bangsa (PKB). Jurnal Ilmu Sosial. Jakarta: Kencana. Zulkarimen Komunikasi 5.3, hlm. 139-152. Nasution. Komunikasi Pengenalan (1990). Pembangunan: Teori dan Tesis dan Desertasi: Indrayani, Khairunnisa. (2009). Opini Publik dalam Indonesia Penerapannya.. Jakarta: Raja Kontemporer. Tesis Master Grafindo Persada. Tidak Dipublikasikan, Fakultas Jurnal: Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Kaid, Linda L. dan Daniela V. Udayana, Bali. Dimitrova. 2005. Television Battleground Presidential in “The Novitayani. (2014). Warung Kopi Advertising Sebagai Sarana Komunikasi the 2004 Election”. Jurnalism Studies 6.2. Kinsey, Dennis E. 1999. “Political Consulting”. Dalam Bruce. I Newaman, ed. Handbook of dan Sumber Informasi Bagi Profesi Wartawan. Tesis Master Tidak Dipublikasikan, Magister Ilmu Komunikasi, FISIP, USU, Medan. 92 Jurnal Interaksi | Volume : 1 | Nomor : 1 | Edisi : Januari 2017 | hlm 72-92 Rotua Nurnaini Tampubolon. (2015). Komunikasi Intim di Kalangan Gay Urban Indonesia (Studi Fenomenologi tentang Penggunaan Grindr Sebagai Medium Komunikasi). Tesis Master Tidak Dipublikasikan, Magister Ilmu Komunikasi, FISIP, USU, Medan. Sadikin, Aning Sofyan. (2013). Pengaruh Pemasaran Politik terhadap Sikap Kader Politik: Studi Partai Golkar di Jawa Barat. Desertasi Doktor Tidak Dipublikasikan, Pascasarjana Program Universitas Padjajaran. Wahyuningsih, Sri. (2014). Efek Komodifikasi Perempuan dalam Iklan. Tesis Master Ilmu Komunikasi, FISIP. Madura: Universitas Trunojoyo. Undang-undang: Undang-Undang RI Nomor 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan Yogyakarta: Mahardika. DPRD. 2015. Pustaka