PERUBAHAN FLUKTUASI PERMUKAAN AIR TANAH DI DAERAH ALIRAN CI LEUNGSI HULU JAWA BARAT 1 1)2)3) Hasratul Hasfarila, 2Eko Kusratmoko 3Supriatna Departemen Geografi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia, Depok 16424 [email protected] Abstrak Air tanah merupakan sumber daya yang sangat penting. Pengukuran dan analisis mengenai kedalaman air tanah diperlukan untuk mengetahui ketersediaan air tanah di suatu daerah. Penelitian ini membahas mengenai fluktuasi permukaan air tanah tahun 2013-2014 dan perubahan fluktuasi permukaan air tanah tahun 1991-1992 sampai 2013-2014 di Daerah Aliran Ci Leungsi Hulu, Jawa Barat. Data fluktuasi diperoleh dari pengukuran langsung di lapangan. Data fluktuasi tersebut kemudian dikaitkan dengan curah hujan, ketinggian, lereng, jenis batuan, dan penggunaan tanah. Hasil analisis menunjukkan bahwa fluktuasi permukaan air tanah tahun 2013-2014 secara temporal memiliki hubungan yang kuat dengan curah hujan dan secara spasial dipengaruhi oleh ketinggian, lereng, karakteristik batuan, dan penggunaan tanah. Disamping itu, hasil analisis menunjukkan bahwa selama tahun 1991-1992 sampai 2013-2014 telah terjadi perubahan fluktuasi permukaan air tanah sebesar 0,82 m dimana perubahan itu disebabkan oleh penambahan persentase pemukiman. Kata Kunci: Perubahan; fluktuasi; curah hujan; jenis batuan; penggunaan tanah Abstract Groundwater is an important resource. Measurement and analysis of water table is required to determine the availability of groundwater. This study discusses about water table fluctuation in 2013-2014 and the changes of water table fluctuation in 1991-1992 until 20132014 in upstream area of Ci Leungsi Watershed, West Java. Water table fluctuation data used comes from the field survey. Water table fluctuation data that correlates with rainfall, altitude, slope, characteristic of rock, and landuse. From analysis result showed that the water table fluctuation in 2013-2014 have a strong relationship with rainfall, temporally and spatially influenced by the altitude, slope, characteristic of rock, and landuse. Besides that, from analysis result showed that in 1991-1992 until 2013-2014 have occurred changes water table fluctuation by 0,82 meter where that change was caused by addition of a percentage of settlements. Keyword : Change; fluctuation; rainfall; rock; and landuse 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Air tanah merupakan sumber daya yang sangat penting. Pengukuran dan analisis mengenai ketinggian permukaan air diperlukan untuk mengetahui ketersediaan air tanah. Di seluruh dunia, jumlah air tanah sekitar sepertiga dari seluruh air di bumi, atau sekitar 20 kali lebih besar daripada total air yang ada dipermukaan benua dan pulau. Merealisasikan konsep sumber daya alam dan pemeliharaannya saat ini dipandang sebagai salah satu kepentingan utama peradaban manusia. (Bisht, dkk. 2013). Pada dasarnya permukaan bumi memiliki sifat yang berubah-ubah. Salah satu contohnya ialah naik turunnya permukaan air tanah atau biasa disebut dengan fluktuasi permukaan air tanah. Menurut Balek (1983) fluktuasi air tanah sangat dipengaruhi oleh interaksi antara curah hujan, jenis batuan, penggunaan tanah (vegetasi), jenis tanah,dan jaringan sungai. Higy dan Musy (2011) menyebutkan salah satu faktor yang mempengaruhi infiltrasi adalah landuse (penggunaan tanah). Wilayah penelitian ini adalah Daerah Aliran Ci Leungsi Hulu bagian barat yang merupakan bagian dari Kali Bekasi yang berhulu di Gunung Hambalang, Gunung Pancar, Gunung Putri dan sebagainya dengan luas 13.259,67 Ha. Daerah Aliran Ci Leungsi Hulu merupakan salah satu DAS yang memiliki kondisi geologi yang bervariasi mulai dari bentuk formasi dan topografi yang beragam. Selain itu, dilihat dari lokasinya, wilayah penelitian ini cukup stategis sehingga pertumbuhan wilayahnya tergolong cepat. Keberagaman dan kedinamisan Daerah Aliran Ci Leungsi Hulu inilah yang menjadi alasan dilakukannya penelitian mengenai perubahan fluktuasi permukaan air tanah di wilayah ini Perumusan Masalah 1. Bagaimana fluktuasi permukaan air tanah di Daerah Aliran Ci Leungsi Hulu tahun 20132014 dan perubahannya jika dibandingkan pada tahun 1991-1992? 2. Bagaimana pengaruh curah hujan, ketinggian, lereng, jenis batuan, dan penggunaan tanah tahun 2013 terhadap fluktuasi permukaan air tanah Daerah Aliran Ci Leungsi Hulu Tahun 2013-2014? 3. Bagaimana pengaruh perubahan penggunaan tanah terhadap perubahan fluktuasi permukaan air tanah tahun 1991-1992 hingga 2013-2014 di Daerah Aliran Ci Leungsi Hulu? Tujuan 1. Untuk mengetahui fluktuasi permukaan air tanah di Daerah Aliran Ci Leungsi Hulu tahun 2013-2014 dan perubahannya jika dibandingkan dengan fluktuasi permukaan air tanah tahun 1991-1992. 2. Untuk mengetahui pengaruh curah hujan, ketinggian lereng, jenis batuan, dan penggunaan tanah tahun 2013 terhadap fluktuasi permukaan air tanah Daerah Aliran Ci Leungsi Hulu Tahun 2013-2014. 3. Untuk mengetahui pengaruh perubahan penggunaan tanah terhadap perubahan fluktuasi permukaan air tanah tahun 1991-1992 hingga 2013-2014 Batasan Penelitian a. Penelitian ini membahas perubahan fluktuasi permukaan air tanah di Daerah Aliran Sungai Ci Leungsi Hulu di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. b. Daerah penelitian ini bukan di seluruh Daerah Aliran Ci Leungsi hulu, tetapi hanya Daerah Aliran Ci Leungsi hulu bagian barat dikarenakan cukup merepresentasikan jenis batuan dan wilayah ketinggian yang ada di seluruh Daerah Aliran Ci Leungsi Hulu. c. Untuk lebih memudahkan penunisan maka penulisan daerah penelitian menjadi DA Ci Leungsi Hulu. d. Perubahan fluktuasi permukaan air tanah di DA Ci Leungsi Hulu berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Supriatna tahun 1991-1992 dan dibandingkan dengan pengukuran fluktuasi permukaan air tanah yang dilakukan pada tahun 2013-2014. e. Air tanah yang menjadi fokus penelitian ini ialah air tanah bebas atau air tanah dangkal. f. Untuk mengetahui tinggi rendahnya permukaan air sumur dilakukan pengukuran langsung di lapangan, diukur kedalaman muka air sumur terhadap tinggi permukaan tanah. g. Pengukuran dilakukan 2 (dua) kali per bulan selama 3 (tiga) bulan yaitu NovemberDesember 2013 dan Januari 2014 kemudian hasilnya akan dihubungkan dengan curah hujan harian. h. Variabel penelitian ini yaitu fluktuasi permukaan air tanah, ketinggian, lereng, curah hujan, jenis batuan, dan penggunaan tanah. 2. TINJAUAN PUSTAKA Air Tanah Air tanah adalah air yang berada di wilayah jenuh dibawah permukaan tanah (Asdak, 2007). Air Tanah adalah air yang bergerak dalam tanah yang terdapat di dalam ruang-ruang antar bulir tanah yang membentuk itu dan dan didalam retak-retak dari batuan yang terdahulu (Sosrodarsono, 1987). Fluktuasi Air Tanah Fluktuasi air tanah ialah naik turunnya permukaan air tanah. Air tanah pada akuifer tidak terkekang disebut juga sebagai air tanah dangkal atau air tanah bebas. Kedudukan muka air tanah pada sistem akuifer tidak tertekan terutama dipengaruhi oleh curah hujan atau pergantian musim. Saat pada musim penghujan muka air tanah akan mengalami peningkatan dan pulih karena proses pengisian kembali (groundwater recharge) dan berada pada kedudukan tertinggi pada akhir musim penghujan. Lalu pada musim kemarau muka air tanah pada sistem akuifer cenderung menurun secara bertahap (groundwater depletion) (Harnandi & Pasaribu, 2009. Penyelidikan Konservasi Cekungan Air Tanah Bogor Jawa Barat) 3. METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Waktu penelitian ini dilakukan pada Bulan November-Desember 2013 dan Januari 2014. Lokasi penelitian di DA Ci Leungsi Hulu Bagian Barat, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Titik pengukuran dalam penelitian ini ialah sumur gali milik penduduk yang berada di DA Ci Leungsi Hulu Bagian Barat. Titik pengukuran diambil berdasarkan ketinggian dan jenis batuan yang berbeda serta mengacu pada titik pengukuran pada penelitian sebelumnya. Berikut adalah tabel dan peta wilayah admistrasinya DA Ci Leungsi Hulu. Tabel 3.1. Titik Pengukuran Permukaan Air Tanah No. 1 2 3 4 Kecamatan Citeureup Nama Sumur Leuwinutug Sanja Karangasem Barat Tarikolot Ketinggian (mdpl) 203 159 170 144 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Gunung Sari Tajur Pasir Mukti Puspanegara Citeureup 1 Citeureup 2 Gunung Putri Tlajung Udik Nambo 1 Klapanunggal Nambo 2 Lulut Citaringgul Cijayanti Babakan Karang Tengah Madang Kangumangu Babakan Madang 127 183 184 108 146 145 130 101 130 142 209 345 271 179 204 [Sumber: Survey Lapangan Tahun 2013] Alur Pikir Penelitian DA Ci Leungsi Hulu Kondisi Fisik Kondisi Geologi Curah Hujan Kondisi Sosial Jenis Batuan Induk Bervariasi Air Tanah Ketinggian Lereng Perubahan Tinggi Muka Air Tanah Fluktuasi Permukaan Air Tanah di DA Ci Leungsi Hulu Gambar 3.1. Alur Pikir Penelitian Geometry Penggunaan Tanah Variabel Penelitian Berdasarkan alur pikir penelitian, maka munculah beberapa variabel penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini diantaranya ialah: 1. Kedalaman permukaan air tanah 2. Curah hujan 3. Topografi 4. Lereng 5. Jenis batuan 6. Penggunaan tanah Perolehan Data Data-data yang diperlukan untuk mendukung penelitian ini yaitu: 1. Data Kedalaman Permukaan Air Tanah di DA Ci Leungsi Hulu Data kedalaman permukaan air tanah di DA Ci Leungsi Hulu ada 2 yaitu tahun 1991-1992 dan 2013-2014. Untuk data kedalaman permukaan air tanah tahun 1991-1992 diperoleh dari skrispi Supriatna (1992) yang berjudul “Fluktuasi Muka Air Tanah di DA Ci Leugsi Hulu” sedangkan data kedalaman permukaan air tanah tahun 2013-2014 diperoleh dari hasil pengukuran langsung di lapangan. 2. Data Curah Hujan Data curah hujan yang digunakan ialah data curah hujan harian Bulan November-Desember 2013 dan Januari 2014. Pemakaian data curah hujan berasal dari pengukuran curah hujan di pos curah hujan Stasiun Cibinong yang dikelola oleh UPT Pengairan Wilayah I Cibinong. 3. Data Ketinggian dan Lereng Data ketinggian diperoleh dari Peta RBI Kabupaten Bogor Skala 1:25.000. 4. Data Jenis Batuan di DA Ci Leungsi Hulu Untuk mendapatkan data jenis batuan di DA Ci Leungsi Hulu diperoleh dari Peta Geologi Lembar Bogor Edisi kedua, oleh A.C. Effendi, Kusnama, dan B. Hermanto tahun 1998 dengan skala peta 1: 100.000 yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. 5. Data Penggunaan Tanah di DA Ci Leungsi Hulu Data penggunaan tanah di DA Ci Leungsi Hulu juga terdiri atas penggunaan tanah tahun 1991 yang diperoleh dari Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bogor sedangkan data penggunaan tanah tahun 2013 diperoleh dari situs www.google.earth.com. Pengolahan Data Pengolahan data-data yang dikumpulkan kemudian diolah dengan menggunakan software microsoft excel untuk mengolah data kedalaman air tanah, Data Curah Hujan dan perhitungan penggunaan tanah tiap grid. Software Arcgis 10.1 untuk menglah data kedalaman air tanah, fluktuasi air tanah, kontur air tanah, Mengolah data SRTM, digitasi citra google earth dan overlay peta geologi, jenis batuan, kemiringan lereng, ketinggian, penggunaan tanah. Analisis Data Analisis yang digunakan dalam penelitian ini ialah analisis peta secara spasial dan temporal, analisis statistik dan analisis grid dengan ukuran 250x250 m. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Kedalaman rata-rata Air Tanah Hasil pengukuran yang telah dilakukan pada periode Bulan November-Desember 2013 dan Bulan Januari 2014, pada 19 titik pengukuran di DA Ci Leungsi Hulu menghasilkan rata-rata kedalaman air tanah dengan kisaran antara 0,74 m dmts (dari muka tanah setempat) sampai dengan 15,68 m dmts. Titik pengukuran No.6 (Sumur Lulut) merupakan lokasi dengan rata-rata kedalaman air tanah paling kecil atau semakin dekat dengan muka tanah setempat dan titik pengukuran No.1 dan No. 4 (sumur Nambo 1 dan Nambo 2) merupakan lokasi dengan rata-rara kedalaman air tanah paling besar atau semakin jauh dari muka tanah setempat (Lihat Lampiran 1). Berdasarkan sebaran data, rata-rata kedalaman air tanah di klasifikasikan menjadi 6 kelas yaitu < 3 m dmts, 3-6 m dmts, 6-9 m dmts, 9-12 m dmts, 12-15 m dmts, dan >15 m dmts. (lihat Peta 8)Wilayah kedalaman air tanah < 3 m dmts tersebar di bagian selatan dan bagian utara wilayah penelitian, mencakup seluruh Desa Babakan Madang, sebagian Desa Citaringgul, Cijayanti, Sumur Batu, Hambalang, Karang Tengah, Lulut, Nambo, Tarikolot, Sanja, dan Puspanegara dengan luas area 1680 Ha atau 12,67 % dari luas total wilayah penelitian. Untuk wilayah kedalaman air tanah >12 m dmts hanya dapat di temukan di utara wilayah penelitian diantaranya Desa Nambo, Tlajung Udik dan Kembang Kuning dengan luas area 7,27% dari luas total wilayah penelitian. Gambar 4.1. Peta Rata-rata Kedalaman Air Tanah di DA Ci Leungsi Hulu Fluktuasi Permukaan Air Tanah Tahun 2013-2014 Hasil pengukuran kedalaman air tanah selama periode Bulan November-Desember 2013 dan Januari 2014 menghasilkan kedalaman air tanah yang berubah-ubah setiap pengukurannya. Selama 3 bulan melakukan pengumpulan data, diperoleh kedalaman air tanah paling dangkal dan kedalaman air tanah paling dalam di 19 titik pengukuran. Selisih antara kedalaman air tanah paling dangkal dan kedalaman air tanah paling dalam itu lah yang merupakan nilai dari fluktuasi permukaan air tanah (lihat lampiran 1) Fluktuasi permukaan air tanah di DA Ci Leungsi Hulu berkisar antara 0,85 m sampai dengan 6,12 m. Fluktuasi permukaan air tanah terkecil terjadi pada sumur sanja (0,86 m) dan terbesar pada sumur pasir mukti (6,12 m). Rata-rata fluktuasi permukaan air tanah di sembilan belas sumur yaitu sebesar 3,08 m. Lokasi sumur no. 7,8,13,14,15,18, dan 19 merupakan sumur yang memilki fluktuasi permukaan air tanah di atas rata-rata sedangkan sumur lainnya memiliki fluktuasi di bawah rata-rata. Kemudian, nilai fluktuasi ini diklasifikasikan menjadi 7 kelas yaitu <1 m, 1-2 m, 2-3 m, 3-4 m, 4-5 m, 5-6 m, dan >6 m untuk kemudian dibuat peta fluktuasi permukaan air tanah (lihat Peta 12). Wilayah yang memiliki flutkuasi permukaan air tanah <1 m hanya ditemukan diperbatasan antara Desa Leuwinutug dengan Desa Sanja dengan luas area sebesar 29 Ha atau 0,22% dari luas total wilayah penelitian. Kemudian wilayah yang memiliki fluktuasi permukaan air tanah 1-2 m cenderung tersebar dibagian barat wilayah penelitian dan sebagian Desa Tajur dengan total luas area sebesar 1.118 Ha atau sebesar 8,44% dari luas total wilayah penelitian. Sementara itu, wilayah yang memiliki fluktuasi permukaan air tanah paling besar yaitu >6 m tersebar di bagian tengah wilayah penelitian, mencakup sebagian Desa Citeureup, Gunung Sari, Pasir Mukti, Tarikolot, dan Tajur dengan luas area sebesar 380 Ha atau sebesar 2,87% dari luas total wilayah penelitian. Gambar 4.2. Peta Wilayah Fluktuasi Permukaan Air Tanah Tahun 2013-2014 di DA Ci Leungsi Hulu Fluktuasi Permukaan Air Tanah Tahun 1991-1992 Hasil pengukuran kedalaman air tanah periode Bulan November-Desember 1991 dan Januari 1992 pada 19 titik pengukuran diperoleh kedalaman air tanah yang berfluktuasi (lihat Tabel 5.2). Pada Bulan November, kedalaman air tanah berkisar 2,4 m dmts sampai dengan 15,4 m dmts. Bulan Desember kedalaman air tanah berkisar antara 2,5 m dmts sampai dengan 15,4 m dmts kemudian Bulan Januari cenderung semakin dangkal dengan nilai kedalaman air tanah berkisar 0,1 m dmts 15,3 m dmts. Selisih antara kedalaman air tanah terdangkal dan terdalam diperoleh nilai fluktuasi dengan nilai kisaran 0,1 m-5,8 m. Fluktuasi permukaan air tanah terkecil terjadi pada sumur nambo 2, nambo 1, dan karangasem Barat sedangkan fluktuasi terbesar terjadi pada sumur tarikolot, citeureup 2, dan cijayanti. Sama dengan tahun 2013-2014, nilai fluktuasi ini kemudian di klasifikasikan sehingga hanya menjadi 6 kelas yaitu <1 m, 1-2 m, 2-3 m, 3-4 m, 4-5 m, dan 5-6 m. Perhatikan pada Peta 13, wilayah yang memiliki fluktuasi permukaan air tanah <1 m, 1-2 m, dan 2-3 m tersebar di bagian barat mencakup sebagian Desa Puspasari, Karangasem Barat, Sanja, Leuwinutug, Sentul, Kadumangu, dan Cipambuan serta dibagian utara mencakup sebagian Desa Kembang Kuning, Nambo, Bantar Jati, Gunung Putri, dan Tlajung Udik. Luas wilayah fluktuasi permukaan air tanah ini sebesar 1.050 Ha atau sebesar 7,92% dari luas total wilayah penelitian. Sementara itu wilayah yang memiliki fluktuasi permukaan air tanah paling tinggi yaitu 56 m dapat ditemukan di bagian tengah wilayah penelitian mencakup sebagian Desa Citeureup dan Tarikolot dengan luas area sebesar 172 Ha atau sebesar 1,30% dari luas total wilayah penelitian. Perubahan Fluktuasi Permukaan Air Tanah Tahun 1991-2013 Hasil pengukuran permukaan air tanah serta fluktuasi permukaan air tanah tahun 19911992 dan 2013-2014 yang telah dijelaskan sebelumnya, kemudian pada subbab ini akan coba dibandingkan perubahan yang telah terjadi. Pada Tahun 1991-1992 besar fluktuasi permukaan air tanah hanya sebesar 0,10-5,80 m dimana fluktuasi terendah terjadi pada sumur nambo 2 dan fluktuasi tertinggi terjadi pada sumur tarikolot sedangkan pada tahun 2013-2014 besar fluktuasi 0,86-6,12 m dimana fluktuasi terendah terjadi pada sumur sanja dan tertinggi pada sumur pasir mukti. Tidak hanya dari segi besar fluktuasi permukaan air tanah tetapi juga dari rata-rata fluktuasi permukaan air tanah berubah. Pada Tahun 1991-1992 fluktuasi rata-rata hanya sebesar 2,35 m sedangkan pada tahun 2013-2014 fluktuasi rata-rata-rata meningkat sebesar 0,82 m sehingga menjadi 3,17 m. Ini berarti selama kurun waktu 22 tahun terlah terjadi perbedaan yang ekstrim antara kedalaman air tanah terdangkal dengan kedalaman air tanah terdalam. Dengan melihat peta fluktuasi permukaan air tanah di DA Ci Leungsi Hulu Tahun 19911992 dan 2013-2014 dapat terlihat perubahan dan perbedaan yang terjadi. Baik dari segi luas cakupan wilayah fluktuasi air tanah maupun dari segi wilayahnya. Dari segi luas cakupan wilayah fluktuasi terlihat pada Gambar 5.2. bahwa terjadi perluasan cakupan wilayah fluktuasi air tanah untuk klasifikasi fluktuasi air tanah 2-3 m, 5-6 m, dan >6 m dan pengurangan cakupan wilayah fluktuasi untuk klasifikasi fluktuasi air tanah <1 m, 1-2 m, 3-4, dan 4-5 m. 2500 2000 1500 1000 500 0 -­‐500 <1 1-­‐2 2-­‐3 3-­‐4 4-­‐5 5-­‐6 >6 -­‐1000 -­‐1500 -­‐2000 Gambar 4.3. Grafik Perubahan Luas Fluktuasi Tahun 1991-2014 [Sumber: Pengolahan data 2013] Dari segi perubahan wilayahnya, tahun 1991-1992 wilayah fluktuasi permukaan air tanah <1 m cenderung terjadi di desa-desa sebelah barat dan utara wilayah penelitian sedangkan tahun 2013-2014 hanya terdapat di sebagian Desa Leuwinutug. Selain itu, bagian utara wilayah penelitian yang sebelumnya merupakan wilayah fluktuasi permukaan air tanah <1 m, 1-2 m, dan 2-3 m kemudian berubah menjadi wilayah fluktuasi permukaan tanah 2-3 m. Sedangkan di bagian selatan mengalami fluktuasi 4-5 m kemudian pada tahun 2013-2014 berubah mengalami fluktuasi sebesar 5-6 m. Fluktuasi 5-6 m pada tahun 19911992 kini berubah mengalami fluktuasi permukaan air tanah sebesar >6 m. Hubungan Antara Curah Hujan dengan Fluktuasi Air Tanah Tahun 2013-2014 Hasil penjabaran di atas kemudian dikorelasikan antara jumlah curah hujan dengan ratarata kedalaman air tanah tiap pengukurannya seperti terlihat pada Gambar 4.4. Kedalaman Air Tanah (cm) 900 800 700 600 500 400 y = -0.4188x + 753.82 R² = 0.7847 300 200 100 0 0 100 200 300 400 500 600 700 Curah Hujan (mm/15 hari) Gambar 4.4. Trendline Kedalaman Air Tanah dengan Curah Hujan Grafik pencar ini (Trendline) menghasilkan nilai R2 sebesar 0,7847 dimana artinya 78,47 % curah hujan memberikan pengaruh kuat terhadap rata-rata kedalaman permukaan air tanah. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin besar curah hujan, maka kedalaman air tanah di DA Ci Leungsi Hulu akan semakin dangkal atau semakin dekat dengan muka tanah setempat. Hubungan Ketinggian, Jenis Batuan, Lereng, dan Penggunaan Tanah Terhadap Fluktuasi Air Tanah Tahun 2013-2014 Wilayah fluktuasi permukaan air tanah rendah yaitu 1-2 m dan 2-3 m dapat ditemukan di wilayah ketinggian 100-225 m dpl. Di DA Ci Leungsi Hulu, wilayah dengan fluktuasi permukaan air tanah ini dapat ditemukan di dekat sungai dan memiliki karakteristik lereng datar hingga agak landai, jenis batuan alluvial serta keberadaan permukiman yang masih sedikit. Hal ini terjadi sebab pada musim penghujan air hujan yang jatuh pada wilayah ini akan mampu dengan mudah terinfiltrasi ke dalam tanah untuk membentuk air tanah dikarenakan karakteristik jenis batuan alluvial yang memiliki permeabilitas tinggi. Kemudian pada musim kemarau, saat curah hujan sebagai sumber air tanah berkurang maka keberadaan air sungai menjadi penting sebagai sumber air tanah pengganti. Jadi baik saat musim hujan maupun musim kemarau, persediaan air tanah selalu terjaga dan fluktuasi air tanah yang terjadi tidak terlalu besar. Persediaan air tanah yang tetap terjaga juga didukung oleh berkurangnya pengambilan air tanah sebab pada wilayah ini jarang ditemukan permukiman penduduk. Kemudian, wilayah fluktuasi permukaan air tanah tinggi yaitu 5-6 m dan >6 m dapat ditemukan di wilayah dengan ketinggian rendah dan tinggi. Wilayah ketinggian rendah berkisar 100-150 m dpl dan wilayah ketinggian tinggi berkisar 300-450 m dpl. Masing-masing wilayah ini memiliki karakteristik yang berbeda. Untuk wilayah fluktuasi permukaan air tanah tinggi di wilayah ketinggian rendah memiliki karakteristik lereng datar hingga agak landai dan jenis batuan kipas alluvial. Sesuai dengan karakteristiknya, kipas alluvial terdiri atas lanau, batu pasir, kerikil, dan kerakal yang membuat batuan ini mampu meloloskan air hujan dengan baik ke dalam tanah. Kondisi jenis batuan ini didukung oleh lereng pada wilayah ini yang datar hingga agak landai sehingga memudahkan air tanah mengumpul pada satu area. Tetapi keberadaan air tanah yang melimpah ini bertolak belakang dengan keadaan fluktuasi air tanahnya yang besar yaitu 5-6 m. Hal ini disebabkan oleh hampir seluruh wilayah fluktuasi air tanah tinggi ini berupa permukiman, sehingga pengambilan air tanah terjadi terus menerus. Selanjutnya untuk wilayah fluktuasi permukaan air tanah >6 m yang ditemukan di wilayah ketinggian 300-450 m dpl memiliki karakteristik lereng agak curam dan jenis batuan berupa breksi lava Gunung Kencana dan Gunung Limo. Sesuai karakteriksinya, jenis batuan breksi lava Gunung Kencana dan Gunung Limo terdiri atas bongkahan andesit dan breksi andesit. Jenis batuan ini merupakan hasil produk gunung api dan jenis batuan beku kategori menegah sehingga memiliki permeabilitas rendah hingga sedang. Disamping itu, pada wilayah fluktuasi permukaan air tanah ini memiliki lereng agak curam sehingga membuat air tanah yang ada bergerak ke wilayah yang jauh lebih rendah. Selain lereng yang agak curam dan karakteristik jenis batuan yang menghambat pembentukan air tanah, pada wilayah ini air tanah secara terus menerus dikonsumsi oleh penduduk. Hubungan Antara Perubahan Penggunaan Tanah Terhadap Perubahan Fluktuasi Air Tanah Tahun 1991-1992 sampai Tahun 2013-2014 Untuk membandingkan perubahan fluktuasi permukaan air tanah yang terjadi antara tahun 1991-1992 sampai tahun 2013-2014, diambil 5 titik pengukuran yaitu Sumur Nambo 1, Citeureup 2, Karangasem Barat, Kadumangu, dan Leuwinutug. Kelima titik pengukuran ini ialah titik pengukuran yang tidak mengalami perubahan selama kurun waktu 22 tahun dan kelima titik pengukuran ini cukup mewakili dari 19 titik pengukuran yang ada. Tabel 4.1. Persentase Perubahan Penggunaan Tanah di Kelima Grid Persentase Perubahan Penggunaan Tanah (%) No 1 2 3 4 5 Grid Pengukuran Nambo 1 Citeurep 2 Karangasem Barat Kadumangu Leuwinutug Hutan -2,12 -5.24 Kebun Campu ran Padang Rumput Sawah -44,17 -2,12 -2,48 -1,44 -11,52 -5,76 -65,68 -7,94 -17,99 -7,35 -42,97 -26,44 Tegal an -66,49 +22,99 -4,73 -81,92 Keterangan: (+): Bertambah Semak Belukar Industri +37,13 -28,79 -18,08 (-): Berkurang Permuki man +87,2 +45,80 +100 +77,01 +100 [Sumber: Pengolahan Data 2014] Jadi dapat disimpulkan bahwa pada kelima grid titik pengukuran, perubahan penggunaan tanah yang signifikan berupa permukiman dengan persentase berkisar antara 45,8% - 100 %. Oleh karena itu, jenis perubahan penggunaan tanah yang digunakan untuk dikorelasikan dengan perubahan fluktuasi permukaan air tanah hanyalah jenis penggunaan tanah permukiman. Tabel 4.2. Hubungan Perubahan Fluktuasi Air tanah dengan Persentase Penambahan permukiman No Grid Perubahan Fluktuasi Air Tanah (m) 1 2 3 4 5 Citeureup 2 Kadumangu Nambo1 Karangasem Barat Leuwinutug 0.60 1.20 1.68 2.22 2.95 Persentase Penambahan Permukiman (%) 45,80 77,01 87,20 100 100 [Sumber: Pengolahan Data 2014] Dari Tabel 5.8 dapat diketahui bahwa penambahan Permukiman diikuti oleh perubahan fluktuasi air tanah yang terjadi. Semakin besar persentase perubahan Permukiman, maka semakin tinggi juga perubahan fluktuasi permukaan air tanah. 5. KESIMPULAN Fluktuasi permukaan air tanah di DA Ci Leungsi Hulu tahun 2013-2014 sebesar 0,86 m 6,12 m dengan rata-rata fluktuasi 3,17 m, sedangkan fluktuasi permukaan air tanah pada tahun 1991-1992 sebesar 0,10 m - 5,80 m dengan rata-rata fluktuasi 2,35 m. Perubahan fluktuasi permukaan air tanah ini dipengaruhi oleh penambahan luas permukiman. Semakin besar luas permukiman, maka perubahan fluktuasi permukaan air tanah semakin besar. Fluktuasi permukaan air tanah di DA Ci Leungsi Hulu tahun 2013-2014 secara temporal dipengaruhi oleh curah hujan sebesar 78,47 %. Selain itu, besarnya fluktuasi permukaan air tanah di DA Ci Leungsi Hulu secara spasial dipengaruhi oleh ketinggian, lereng, karakteristik batuan serta penggunaan tanah yang ada dimana kelima aspek ini tidak dapat berdiri sendiri dalam mempengaruhi besarnya fluktuasi permukaan air tanah. 6. DAFTAR PUSTAKA Asdak, Chay. 2007. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Balek, J. 1983. Development in Water Science: Hidrology and Water Resources in Tropical Region. Amsterdam- Oxford. New York. Bisht, Dinesh., Shilpa Jain, M. Mohan Raju. 2013. Predection of Water Table Fluctuation Through Fuzzy Logic & Artificial Neural Network. International Journal of Advaced Science and Technology. Harnandi, Dadi., Pasaribu, Manaris. 2009. Penyelidikan Konservasi Cekungan Air Tanah Bogor Provinsi Jawa Barat. Dept. ESDM: Bandung. Sosrodarsono, Suyono., Kensaku Takeda. 1987. Hidrologi Untuk Pengairan. PT Pradnya Paramita. Jakarta.