Matakuliah: Farmakologi dan Toksikologi II Program Studi Sarjana Farmasi (T.A. 2016/2017) Antiinflamasi, Analgetika & Antipiretika Dadang Irfan Husori, S.Si., M.Sc., Apt. Departemen Farmakologi Farmasi Fakultas Farmasi USU Materi Perkuliahan A. PENDAHULUAN - Eikosanoid (Biosintesis, Fungsi Fisiologis dan Patologis) - Enzim COX-1 dan COX-2 B. ANTIINFLAMASI - Antiinflamasi Non-Steroid (NSAIDs) - Antiinflamasi Steroid (SAIDs) C. ANALGETIKA - Analgetika Non-Opioid - Analgetika Opioid D. ANTIPIRETIKA - Antipiretika 2 PENDAHULUAN 3 Eikosanoid Eicosa (Latin) = dua puluh Eikosanoid merujuk pada senyawa-senyawa yang diturunkan dari senyawa 20 karbon polyunsaturated fatty acids/PFAs (asam lemak tak jenuh ganda) dengan kerangka karbon 18, 20 dan 22. Contoh senyawa eikosanoid: prostaglandin, tromboksan, leukotrien dan senyawa sejenis. Senyawa karbon 20 PFA yang paling penting bagi pembentukan senyawa ekosanoid adalah Asam arakidonat (5,8,11,14-eicosatetraenoic acid). Asam arakidonat (AA) dibentuk dari asam linoleat yang dikonversi menajdi asam linolenat. Kedua asam tersebut tidak dibentuk oleh tubuh manusia, oleh karenanya harus disuplai melalui makanan. Senyawa ekosanoid tidak disimpan di dalam sel. Biosintesis senyawa ini tergantung pada ketersediaan prekursor AA bebas. AA bebas diperoleh dari pelepasan AA dari lipid membran sel oleh enzim fosfolipase yang diaktifkan oleh rangsangan spesifik dan non-spesifik. 4 Prekursor Eikosanoid • Asam Arakidonat (ω6) • Asam Eikosatrienoat (Asam γ-linolenat, ω6) • Asam Eikosapentaenoat (ω3) Asam Eikosatrienoat Asam Arakidonat Asam Eikosapentaenoat 5 Diet Tinggi Asam Linoleat (C18: ∆9,12) Elongasi rantai Desaturasi Asam Arakidonat (C20: ∆5, 8, 11, 14) Membran Fosfolipid 6 Pelepasan Asam Arakidonat dari Membran Lipid Stimulus Fosfatidil kolin Fosfatidilinositol bisfosfat Enz. Fosfolipase C Enz. Fosfolipase A2 Asam Arakidonat 1,2 Diasilgliserol (DAG) DAG lipase Asam Arakidonat Monoasilgliserol (MAG) MAG lipase Asam Arakidonat 7 BIOSINTESIS EIKOSANOID Asam Arakidonat dimetabolisme oleh 2 jalur enzim utama untuk menghasilkan senyawa eikosanoid yaitu: - Jalur enzim sikooksigenase (menghasilkan prostaglandin dan tromboksan) - Jalur enzim lipooksigenase (menghasilkan leukotrien) 8 Jalur Metabolisme Asam Arakidonat Asam Arakidonat Jalur Enzim Lipoxygenase Jalur Enzim Cyclo-oxygenase HPETE PGG2 Leukotrien Prostaglandin Tromboksan Lipoksin HETE 9 10 JALUR CYCLO-OXYGENASE (sintesis PG dan TX ) 2GSH PGD sintase PGD2 PGE sintase PGE2 PGE 9-keto reduktase PGF2a 2GSSG PGI sintase TXA sintase PGI2 TXA2 11 Enzim Cyclooxygenase (COX) - Terdapat 2 isoform COX : COX-1 (konstitutif) & COX-2 (inducible) - COX-1 secara konstitutif diekspresi pada berbagai jenis sel - COX-2 secara konstitutif direkspresi di ginjal dan SSP - Transkripsi gen COX-2 distimulasi oleh faktor pertumbuhan, sitokin, dan endotoksin 12 13 14 Prostaglandin (PG) PGA, PGD, PGE, PGF, PGG, PGH, PGI Tergantung pada gugus fungsi pada posisi X dan Y PGF 1, 2 atau 3 Tergantung pada jumlah ikatan rangkap pada rantai hidrokarbon 15 PGE 1, 2 atau 3 Asam Eikosatrienoat Asam Arakidonat Asam Eikosapentaenoat 16 Tromboksan A2 (TXA2) 17 Reseptor Prostanoid Reseptor Prostanoid adalah G-protein coupled Reseptors (melalui jalur Adenil Siklase (AC) atau Fosfolipase C (PLC)) 5 Kelas Utama ; Reseptor DP (PGD2), Res. FP (PGF2α), Res. IP (PGI2), Res. TP (TXA2), & Res. EP (PGE2) 18 Prostaglandin biosynthetic cascade Nonspecific physical and chemical stimuli mobilize release of arachidonic acid from the sn-2 position of membrane phospholipids, permitting metabolism by PGG2/H2 synthases. These enzymes possess both cyclooxygenase (COX) and hydroperoxidase (HOX) activities and catalyze the sequential formation of prostaglandin (PG) endoperoxides. These are then further metabolized by isomerases and synthases (for example PGE synthases), which are expressed with some tissue specificity and generate distinct PGs. These activate distinct G protein coupled receptors which derive from an ancestral E prostanoid (EP) receptor with one exception. The DP2 (also known as CRTH2) belongs to the fMLP receptor superfamily. COX, cyclooxygenase; DP, PGD2 receptor; EP, 19 PGE2 receptor; FP, PGF2 receptor; HOX, hydroperoxidase; IP, PGI2 receptor; TP, TxA2 receptor. © 2003 Nature Publishing Group FitzGerald, G. A. COX-2 and beyond: approaches to prostaglandin inhibition in human disease. Nature Reviews Drug Discovery 2, 879–890 (2003). Fungsi Prostaglandin PGI2, PGE2, PGD2 • ↑ Vasodilasi, ↑ cAMP • ↓ Platelet dan agregasi leukosit, IL1 and IL2, proliperasi sel T, migrasi limfosit PGF2a • ↑ Vasokonstriksi, Bronkokonstriksi, kontraksi otot polos TXA2 • ↑ Vasokonstriksi, Agregasi Platelet, proliferasi limfosit, bronkokonstriksi 20 Efek Biologis Prostanoid Sistem Kardiovaskuler PGI2/D2/E2 : → dilatasi arteriol → peningkatan aliran darah & cardiac output TXA2 dan PGF2 : vasokonstriktor TXA2 & PGI2 : TXA menginduksi agregasi platelet & PGI2 menghambatnya PGI2 : de-aggregasi platelet PGI2, PGE2, & NO : secara simultan dilepas oleh endotelium 21 Efek Biologis Prostanoid • OTOT POLOS: - PGE1/2 & PGI2 : Relaksasi otot bronkus - PGF2α TXA2, LTC4 & LTD4 : Kontriksi otot bronkus - PGE2, dan PGF2α : mengkontraksi uterus wanita hamil saat akan partus • Saluran cerna (GIT): - PGEs & PGI2 : menghambat sekresi asam lambung & menurunkan pepsin - PGEs & PGI2 : meningkatkan bikarbonat, mucus & aliran darah - PGE2 & PGF2α : kontraksi otot longitudional usus - PGI2 & PGF2α : kontraksi otot sirkuler usus 22 Efek Biologis Prostanoid Ginjal • PG meningkatkan pembentukan urine, natriuresis, & kaliuresis melalui aksi pada aliran darah ginjal & tubulus • PGE2, PGI2 merangsang pelepasan renin • PGs menghambat reabsorption air Sistem Saraf • Hipertermia oleh PGE2, berhubungan dengan demam • Induksi Nyeri (Algesia) & sensitifvasi reseptor nyeri terhadap histamine, Bradikinin atau stimulus mekanis 23 24 JALUR Lipoxygenase 25 26 Fungsi Leukotrien LTB4 • ↑ permeabilitas vaskuler, proliferasi sel T, agregasi leukosit, IL -1, IL-2, IFN-g LTC4 dan LTD4 • ↑ Bronkokonstriksi, permeabilitas vaskuler, IFN-g 27 Leukotrien dan alergi • Leukotrien 100 x lebih poten dibanding histamin • Histamin memberi respon cepat atas alergen • Leukotrien pada tahap akhirfase alergi bertanggung jawab pada inflamasi, kontraksi otot polos, kontraksi saluran nafas dan sekresi mukus 28 INFLAMASI 29 INFLAMASI Definisi • Inflamasi adalah lokalisasi rekasi imun pada organisme dalam upaya melokalisir agen-agen patogen (mekanisme pertahanan diri) • Proses terjadi secara vaskuler, metabolik, perubahan seluler, yang dipicu oleh masuknya suatu agen patogen ke jaringan sehat Tanda/Simptom Inflamasi • Inflamasi akan memberikan tanda pada daerah terjadinya inflamasi: (cardinal signs of inflammation). – – – – – rubor (kemerahan) tumor (membengkak) calor (panas) dolor (nyeri) functio laesa, atau kehilangan fungsi 30 Etiologi 1. Penyebab Eksogen : • Fisika: – Agen Mekanis: patah, pasir – Agen termal: terbakar, freezing • Kimia: gas toksik, asam, basa • Biologi: bakteri, virus, parasit 2. Penyebab Endogen: • Gangguan sirkulasi: trombosis, infark, perdarahan • Aktivasi enzim: akut pankreatitis • Produk metabolit : asam urat, urea 31 Kerusakan Jaringan • Perubahan terjadi begitu terjadi cedera: – Aksi agen patogen pada jaringan menyebabkan dilepaskannya mediatormediator yang berperan dalam inflamasi yaitu: makrofag, monosit, sel mast, platelet, dan sel endotel yang akan memproduksi sitokin. Sitokin Tissue Necrosis Factor-a (TNF-a) dan interleukin (IL)–1 dilepaskan pertama dan menginisiasi rangkaian inflamasi. – TNF-a dan IL-1 bertanggung jawab pada terjadinya demam dan pelepasan hormon stress (norepinefrin, vasopressin, aktivasi sistem reninangiotensin-aldosteron). – TNF-a dan IL-1 bertanggung jawab pada sintesis IL-6, IL-8, dan interferon gamma. – Sitokine, khususnya IL-6, akan mestimulasi pelepasan reaktan fase I seperti C-reactive protein (CRP). – Interleukin juga berfungsi langsung pada jaringan sehingga menyebabkan terjadinya rangkaian koagulasi,peepasan nitrik oxida, PAF, prostaglandin, dan leukotrien. 32 Mediator Inflamasi • Fragmen sitokin – Menstimulasi kemotaksis dari neutrofil, eosinofil dan monosit; • Sitokin – Interleukin (IL1, IL 6, IL8) • Stimulasi kemotaksis, degranulation neutrofil dan aktivitas pagositosis • Meningkatkan extravaskularization granulosit • Fever – Tumor necrosis factor (TNF) dan IL 8 • Leukositosis • Fever • Stimulasi produksi prostaglandin • Prostaglandin – Prostaglandin berkontribusi pada vasodilasi, permeabilitas kapiler, nyeri dan demam pada inflamasi – PGE1 dan PGE2 menginduki inflamasi dan mempotensiasi efek histamin dan mediator inflamasi lainnya 33 Mediator Inflamasi • Leukotrien – Histamin dan leukotrien memiliki aksi saling melengkapi – Histamin diproduksi secara cepat dan memberikan efek ketika leukotrien masih disintesis – Leukotrienes C4 dan D4 merupakan komponen utama slow reacting substance of anaphylaxis (SRS-A) yang mengakibatkan kontriksi bronkial – Leukotrien juga meningkatkan permeabilitas vena, meningkatkan adesi senyawa yang dihasilkan sel endotel, menstimulasi kemotaksis dan ekstravaskularisasi neutrofil, eosinofil dan monosit • Histamin – Senyawa ini ditemukan dalam konsentrasi tinggi di platelet, basofil dan sel mast. – Mengakibatkan dilatasi dan peningkatan permeabilitas kapiler – Histamin beraksi melalui reseptor H1 34 Mediator Inflamasi • Platelet-activating factor (PAF) – Menginduksi agragasi platelet; – Mengaktifkan neutrofil dan kemoattraktan untuk esionofil; – Berkontribusi pada ekstravaskularisasi plasma protein menhasilkan edema dan • Plasma Protease • Kinin – Bradikinin : peningkatan permebilitas (implikasi: hipertermia dan kemerahan) dan nyeri 35 COX dan LOX pada inflamasi 36 Respon Vaskuler • Fase I = vasokonstriksi (konstriksi sementara pembuluh darah kecil disekitar area inflamasi). – Spasme vaskuler mulai 30 detik sejak cedera, melalui aktivasi saraf oleh katekolamin. • Fase II = vasodilatasi aktif – Dilatasi arteriol dan kapiler (kemerahan= rubor) oleh saraf; – Peningkatan aliran darah; – Hipertermia di kulit (heat = calor). • Fase III = vasodilatasi pasif – Pembuluh darah kehilangan reaktivitas terhadap saraf. – Cairan bergerak secara progresif menuju jaringan (akibat peningkatan permeabilitas vaskuler dan pelebaran pembuluh darah) dan karena tumor, pain, dan hilangnya fungsi jaringan. Respons Seluler • Respon seluler pada akut inflamasi ditandai dengan pergerakan fagositik sel darah putih (leukosit) menuju daerah inflamasi 37 • . OBAT-OBAT ANTIINFLAMASI 38 Klasifikasi Obat-obat Antiinflamasi (1) Non-Steroid Anti-inflammatory Drugs (NSAIDs) / Obat Antiinflamasi Non-Steroid (AINS) (Anatiinflamasi, Ananlgesik,antipiretik) cth: aspirin, asetaminofen, indometasin, COX inhibitor, ibuprofen (2) Steroid Anti-inflammatory Drugs (SAID) / Obat Antiinflamasi Steroid (AIS) glukokortikoid: dexametason 39 (1) Non-Steroid Anti-inflammatory Drugs (NSAIDs) / Obat Antiinflamasi Non-Steroid (AINS) 40 Non-Steroid Anti-inflammatory Drugs (NSAIDs) Mekanisme Aksi NSAID 41 Mekanisme Aksi NSAID 42 Mekanisme Aksi NSAID Target aksi obat NSAID 43 Cyclooxygenase: COX 1, COX 2 - PG diproduksi oleh COX-1 yang hadir secara konsekutif hampir di semua jaringan; dan COX-2 yang hadir secara konsekutif hanya di otak, ginjal, tulang, organ reproduksi - Pada kondisi fisiologis normal, PG berperan penting dalam homeostatis seperti sitoproteksi mukosa lambung (COX-1 dominan di mukosa lambung), hemostasis, fisiologi ginjal dan melahirkan - Pada pembentukkan platelet hanya COX-1 yang berperan (konversi asam arakidonat menjadi TxA2) - Produksi PG sebagai manifestasi induksi aktivitas COX-2 (>> COX-1) terjadi pada daerah inflamasi, nyeri, demam 44 Mekanisme Aksi NSAID NSAID bekerja menghambat produksi PG yang meningkat terkait dengan kondisi patofisiologis, akan tetapi hambatan ini juga mempengaruhi fungsi fisiologis normal. Karena pentingnya fungsi PG pada normal fisiologis Konsekuensinya adalah penggunaan jangka panjang NSAID non-spesifik akan menimbulkan gangguan proteksi lambung bleeding 45 Efek Positif NSAID (Aspirin) Analgesik (0.3-0.6 g/hari) – mengobati nyeri - efek analgesik sedang (dibawah analgesik opioid) Anti-inflamasi (3-5 g/hari) – digunakan untuk mengobati inflamasi dan cedera Antipiretik (0.3-0.6 g/hari) – mengurangi demam melalui aksi pada hipotalamus, namun tidak menurunkan suhu normal antiplatelet (30-100 mg/hari)- menghambat agregasi platelet, memperpanjang waktu perdarahan; dan memiliki efek antikoagulasi 46 NSAID Antipiretik NSAIDs Klorpromazin Menghambat sintesis PG dan meningkatkan enhance termolisis Menghambat pusat termotaksis di hipotalamus. Temperatur tubuh disesuaikan dengan kondisi lingkungan Penggunaan Klinis Lower the abnormal high temperature to normal. Used for various fever. Hibernasi artifisial Efek Samping Saluran cerna, tidak adiksi Efek Efek Ekstrapiramidal 47 NSAID Analgesik NSAID Opioid Menghambat sintesisi PG dan TxA2 dengan cara menghambat enzim COX Menstimulasi reseptor opioid Penggunaan Klinis Headache, toothache, neuralgia, arthronalgia, courbature, menalgia Berbagai jenis nyeri Efek Samping Saluran cerna, tanpa adiksi Adiksi Efek 48 Anti-inflamasi NSAID Glukokortikoid Menghambat sintesis PG dan TxA2 melalui penghambatan enz. COX Beragam efek salah satunya menghambat enz. Fosfolipase A2 Penggunaan klinis Rheumatik, rheumatoid, trauma Beragam inflamasi Efek samping Saluran cerna Beragam efek samping: gangguan metabolisme, penurunan imunitas Efek 49 NSAID dan Platelet/sel Endothelial 50 NSAID NSAID dan Platelet/ Sel Endothelial - NSAID menurunkan agregasi platelet - NSAID akan mempotensiasi aksi dari obat oral antikoagulasi seperti Coumarin melalui efek menurunkan agregasi platelet Catatan: Inhibitor COX-2 Selektif akan menghambat produksi PGI2 tetapi tidak menghambat Tromboksan A2 yang diproduksi COX-1. 51 Berdasarkan Selektivitasnya terhadap COX NSAID dibagi menjadi 2: 1. NSAID Non-Selektif 2. NSAID Selektif COX-2 52 NSAID non-selektif (kerja pada COX-1 dan COX-2) 53 NSAID Selektif COX-2 54 NSAID NON-SELEKTIF COX-2 : Salisilat: Aspirin Mekanisme Aksi Aspirin (Asam Asetil Salisilat) secara kovalen dan irreversibel berikatan dengan COX-1 dan COX-2 melalui asetilasi asam amino serine-530 di struktur COX Asetilasi menghasilkan blokade sterik sehingga asam arakidonat tidak bisa masuk 55 Mekanisme Aksi Aspirin 56 Salisilisme Aspirin Efek Dosis-Dependen: rendah: < 300mg Blokade agregasi platelet Intermediet: 300-2400mg/hari efek antipiretik dan analgesik Tinggi : 2.400-4.000 mg/hari efek anti-inflamasi 57 Efek Samping Aspirin??? 58 EFEK SAMPING NSAID NSAID Non-selective Iritasi lambung Penurunan perfusi darah ginjal Pendarahan 59 Efek Samping NSAID pada Saluran Cerna (Lambung) Secara normal PG menurunkan produksi sekresi H+ dan meningkatkan produksi mukus. Kalau produksi PG dihambat??? - Proton Pump Inhibitor/PPI (Omeprazol, lanzoprazol) dapat menurunkan resiko pembentukan tukak peptik (peptik ulcer) - Misoprostol: analog PG sintesis dapat juga menurunkan resiko efek samping NSAID dilambung 60 Efek Samping NSAID pada Fungsi Ginjal Arteriol Aferent Arteriol Efferent normal NSAID, Penurunan volume urin Penurunan perfusi darah PG tidak berpartisifasi pada kondisi normal PG berfungsi sebagai vasodilator ketika Angiotensin II atau NE/E meningkat (vasokontriksi) ACEI/ ARB 61 Selektivitas NSAID pada COX Penghambat COX-1-non selektif menghasilkan efek samping GIT dan masalah platelet Asesmen aktivitas COX-1 – COX-2 Sleisenger & Fordtran's Gastrointestinal and Liver Disease, 8th ed., Copyright © 2006 Saunders, 62 An Imprint of Elsevier Penghambatan COX-1 vs COX-2 63 COX-1 dibanding COX-2 COX-1 COX-2 Konstitutif (diaktivasi oleh rangsangan fisiologis normal) Diinduksi oleh rangsangan proinflamasi (LPS, TNFa, IL-2, IFNg) Jaringan Hampir di semua jaringan Inflamasi dan (konstitutif di ginjal, uterus, ovarium, SSP[ hippocampus]) Peran pemeliharaan Pro-inflamasi Ekspresi Gen 64 Inhibitor Selektif COX-2 Inhibitor Selektif COX-2 merupakan senyawa dengan struktur molekul lebih besar dari NSAID pada umumnya. Inhibitor Selektif COX-2 lebih menghambat COX-2 dibandingkan COX-1 karena kanal hidrofobik COX-2 lebih besar daripada COX-1. Tetapi sukar masuk ke saku COX-1 65 Senyawa obat selective COX2 tidak mampu masuk ke situs aksi pada enzim COX1 karena efek bulky struktur enzim tersebut. 66 (2) Steroid Anti-inflammatory Drugs (SAID) / Obat Antiinflamasi Steroid (AIS) 67 Mekanisme Aksi Obat SAID SAID bekerja seperti layaknya senyawa kortikosteroid alami. SAID bekerja pada reseptor glukokortikoid (suatu reseptor inti). Aktivasi reseptor glukokortikoid akan mengaktifkan transkripsi gen. 68 Senyawa kortikostereod • Skema translokasi reseptor glukokortikoid (GR) dari sitoplasma ke inti sel dibantu oleh Heat Shock Protein 90 (Hsp90). Dalam sitoplasma, GR membentuk kompleks kompleks dengan Hsp90 dan immunophilin FKBP51. Pengikatan hormon pada GR ini menyebabkan perubahan konformasi pada kompleks, yang menghasilkan pertukaran FKBP51 untuk FKBP52 . FKBP52 pada gilirannya mengikat protein motorik dynein (dyn) yang melekat pada sitoskeleton dan mengangkut kompleks GR ke dalam inti sel. Setelah di dalam inti sel, kompleks melepaskan GR, yang akan mengikat DNA. Ikatan GR ini akan memfasilitasi transkripsi DNA menjadi mRNA. mRNA yg dihasilkan akan diterjemahkan oleh ribosom menjadi produk protein. Atau adanya kompleks GR akan menyebabkan hambatan faktor 69 pengaktivasi gen lain terhambat. 1. Transaktivasi • Mekanisme aksi langsung aksi melibatkan homodimerization dari reseptor, translokasi melalui transpor aktif ke dalam inti, dan mengikat elemen responsif spesifik DNA yang mengaktifkan transkripsi gen. Mekanisme aksi ini disebut sebagai transactivation. Respon biologis tergantung pada jenis sel. 2. Transrepression • Dengan tidak diaktifkannya GR, faktor transkripsi lainnya seperti NFkB atau AP-1 sendiri mampu mentransaktivasikan gen target. Namun jika GR diaktikkan maka akan terbentuk kompleks GR dengan faktor-faktor transkripsi lain dan mencegah faktor-faktor transripsi lain untuk mengikat gen targetnya. Sehingga menekan ekspresi gen yang biasanya diregulasi oleh NF-kB atau AP-1. Mekanisme tidak langsung ini disebut sebagai transrepresi. 70 71 72 Penghambat enzim fosfolipase A2 73 Golongan AIS seperti Glukokortikoid (prednison, prednisolon, deksametason, betametason dll) dapat mengobati reumatoid dan arthritis segera dan dramatis. Melalui penghambatan terhadap enzim Fosfolipase A2. Selain itu golongan ini juga mampu menghambat ekspresi gen untuk menghasilkan COX-II 74 secara selektif Efek Glukokjotrikoid Efek metabolisme Di Hati: peningkatan penimbunan glikogen (merangsang glikogen sintase) -Peningkatan produksi glukosa dari protein katabolisme otot otot melemah dalam penggunaan jangka panjang -- peningkatan glukosa mningkatkan eksresi insulin peningkatan lipogenesis (penimbunan lemak) - menurunkan ambilan glukosa oleh sel lemak: peningkatan lipolisis tetapi efek ini kalah dibanding penimbunana lemak Efek Katabolik -Penggunaan jangka panjang akan mengganggu fungsi jaringan -- limfoid -- ikat -- lemak -- kulit -- tulang osteoporosis pada dewasa dan gangguan tulang pada anak2 (penghambatan transpor kalsium intestinal yang diperantarai oleh Vit D, meningkatkan ekskresi kalsium dari ginjal, menurunkan sintesis kolagen tulang) 75 Efek Glukokjotrikoid Efek Imunosupressan Dosis tunggal: -Meningkatkan konsentrasi neutrofil -Menurunkan konsentrasi lifosit (sel T dan B), monosit, eosinofil dan basofil - menurunkan fungsi leukosit menurunkan reaksi antigen (bermanfaat untuk menurunkan penolakan atas transplantasi organ) -Menurunkan kemampuan fagositosis (melemahkan kemampuan tubuh membunuh mikroorganisme) Efek pada Ginjal Menurunkan eksreksi air (retensi air) volume darah meningkat Efek pada saluran cerna Meningkatkan produksi asam dan pepsin 76 References • Basic & Clinical Pharmacology (11th edition), 2010. • Goodman & Gilman’s the Pharmacological basis of therapeutics (12th), 2010 • Katzung, Farmakologi Dasar dan Klini, Edisi VI • Barnes, PJ, 1998, Anti-inflammatory actions of glucocorticoids : molecular mechanisms. Clinical Science, 94, 557-572 77