Untitled - PERPUSTAKAAN - Dewan Kesenian Jakarta

advertisement
PEKAN KOMPONIS INDONESIA: MUSIK EKSPERIMENTAL ELEKTRONIK
1
PENANGGUNGJAWAB / PERSONS IN CHARGE
KOMITE MUSIK – DEWAN KESENIAN JAKARTA
PENULIS / WRITER
OTTO SIDHARTA, CITRA ARYANDARI
PENYUNTING / EDITOR
WINDA ANGGRIANI
PENERJEMAH / TRANSLATOR
MARTIN ALEIDA
PENYELARAS / PROOFREADER
HELLY MINARTI
DESAINER GRAFIS / GRAPHIC DESIGNER
RIOSADJA
DEWAN KESENIAN JAKARTA (DKJ) ADALAH LEMBAGA YANG
DIBENTUK OLEH MASYARAKAT SENIMAN DAN DIKUKUHKAN
OLEH GUBERNUR DKI JAKARTA, ALI SADIKIN, PADA TANGGAL 7
JUNI 1968. TUGAS DAN FUNGSI DKJ ADALAH SEBAGAI MITRA
KERJA GUBERNUR KEPALA DAERAH PROPINSI DKI JAKARTA
UNTUK MERUMUSKAN KEBIJAKAN GUNA MENDUKUNG KEGIATAN
DAN PENGEMBANGAN KEHIDUPAN KESENIAN DI WILAYAH
PROPINSI DKI JAKARTA. ANGGOTA DEWAN KESENIAN JAKARTA
DIANGKAT OLEH AKADEMI JAKARTA (AJ) DAN DIKUKUHKAN OLEH
GUBERNUR DKI JAKARTA. PEMILIHAN ANGGOTA DKJ DILAKUKAN
SECARA TERBUKA, MELALUI TIM PEMILIHAN YANG TERDIRI DARI
BEBERAPA AHLI DAN PENGAMAT SENI YANG DIBENTUK OLEH
AJ. NAMA-NAMA CALON DIAJUKAN DARI BERBAGAI KALANGAN
MASYARAKAT MAUPUN KELOMPOK SENI. MASA KEPENGURUSAN
DKJ ADALAH TIGA TAHUN.
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KESENIAN TERCERMIN DALAM
BENTUK PROGRAM TAHUNAN YANG DIAJUKAN DENGAN
MENITIKBERATKAN PADA SKALA PRIORITAS MASING-MASING
KOMITE. ANGGOTA DKJ BERJUMLAH 25 ORANG, TERDIRI DARI
PARA SENIMAN, BUDAYAWAN DAN PEMIKIR SENI, YANG TERBAGI
DALAM 6 KOMITE: KOMITE FILM, KOMITE MUSIK, KOMITE SASTRA,
KOMITE SENI RUPA, KOMITE TARI DAN KOMITE TEATER.
2
THE THE JAKARTA ARTS COUNCIL (DEWAN KESENIAN JAKARTA
– DKJ) IS ONE OF SEVERAL ORGANIZATIONS FOUNDED BY
INDONESIAN ARTISTS AND HAD BEEN OFFICIALLY STATED BY
THE GOVERNOR OF JAKARTA, ALI SADIKIN, ON JUNE 17, 1969.
THE RESPONSIBILITY AND THE FUNCTION OF THE THE JAKARTA
ARTS COUNCIL ARE TO BUILD PARTNERSHIP WITH THE GOVERNOR
OF JAKARTA, FORMULATING POLICIES FOR SUPPORTING THE
ACTIVITIES AND DEVELOPMENT OF THE ARTS IN THE CAPITAL
REGION. DURING THE EARLY STAGES, THE MEMBERS OF THE
JAKARTA ARTS COUNCIL HAD BEEN APPOINTED BY THE ACADEMY
OF JAKARTA, CONSISTING OF INTELLECTUALS AND PEOPLE OF THE
CULTURAL AND ARTS OF INDONESIA. AS TIME PROGRESSES THE
SELECTION PROCESS IS CONDUCTED TRANSPARENTLY THROUGH
A TEAM OF ART SCHOLARS AND EXPERTS, BOTH FROM WITHIN
AND OUTSIDE THE ACADEMY OF JAKARTA. THEY RECEIVE THE
CANDIDATES FROM THE PUBLIC AND RESPECTED ARTS GROUPS,
AND THEIR ADMINISTRATION TERM WILL RUN FOR 3 YEARS.
THE ARTS DEVELOPMENT POLICIES WILL BE CARRIED OUT
THROUGH ANNUAL PROGRAMS FROM EACH COMMITTEE, ALL
PRUDENTLY CURATE IT INTERNALLY. DKJ CONSISTS OF 25
MEMBERS AND DIVIDED INTO 6 COMMITTEES: FILM, MUSIC,
LITERATURE, FINE ARTS, DANCE AND DRAMA
PEKAN KOMPONIS INDONESIA: MUSIK EKSPERIMENTAL ELEKTRONIK
DAFTAR ISI /
TABLE OF CONTENTS
SAMBUTAN DEWAN KESENIAN JAKARTA
FOREWORD FROM JAKARTA ARTS COUNCIL
05
PENGANTAR KOMITE MUSIK DEWAN KESENIAN JAKARTA
PREFACE FROM THE MUSIC COMMITTEE
07
PEKAN KOMPONIS INDONESIA 1979-2014
INDONESIA COMPOSER WEEK 1979-2014
12
“MUSIK ELEKTRONIK” OLEH OTTO SIDHARTA
“ELECTRONIC MUSIC” BY OTTO SIDHARTA
16
“MENDOBRAK NADA, MENGHENTAK IRAMA: ELECTRONIC DANCE MUSIC DALAM JELAJAH RUANG WAKTU” OLEH CITRA ARYANDARI
“BREAKING THE TONE, STOMPING THE RHYTHM: ELECTRONIC DANCE MUSIC IN THE TIME SPACE EXPLORATION” BY CITRA ARYANDARI
22
PAMERAN ORGANOLOGI
ORGANOLOGI EXHIBITION
42
BIOGRAFI
BIOGRAPHIES
44
KERABAT KERJA
THE CREW
62
UCAPAN TERIMA KASIH
ACKNOWLEDGEMENTS
63
JADWAL ACARA
SCHEDULE
64
PEKAN KOMPONIS INDONESIA: MUSIK EKSPERIMENTAL ELEKTRONIK
3
4
PEKAN KOMPONIS INDONESIA: MUSIK EKSPERIMENTAL ELEKTRONIK
PENGANTAR DEWAN KESENIAN JAKARTA /
FOREWORD FROM JAKARTA ARTS COUNCIL
Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) dengan
bangga kembali mempersembahkan Pekan
Komponis Indonesia, sebuah program yang
berorientasi pada aktivitas eksperimentasi
serta melibatkan setiap peluang yang
memberikan munculnya karya-karya musik
progresif. Ada semangat dari Komite Musik
DKJ untuk terus-menerus mencari karyakarya baru dengan cara pandang yang
menghindar dari cara pikir yang mapan.
Setelah tema “Keroncong:
Riwayatmu, Kini…” menjadi pilihan di tahun
2014 lalu, tahun ini Komite Musik DKJ
mengajukan tema “Musik Eksperimental
Elektronik”, sebuah genre musik yang
mempunyai peluang menjanjikan untuk
terus dieksplorasi, mengingat pesatnya
lompatan-lompatan teknologi saat ini.
Pada momen ini, Komite Musik DKJ
tidak hanya menampilkan karya-karya
musik dalam Panggung Eksperimental
komponis muda, tetapi juga menggelar
Pameran Organologi sebagai sebuah
prestasi membanggakan seniman musik
yang perlu diangkat dan diberi apresiasi.
Di samping itu, kami juga meneruskan apa
Once again, the Jakarta Arts Council
proudly presents the Indonesia’s
Composers Week, a program oriented
toward musical experimentation providing
opportunities for the emergence of
progressive music. The Music Committee of
the Jakarta Arts Council has been eager to
endlessly find new works with the outlook
that avoids the mainstream thinking.
In 2014 the theme for the
Indonesia Composers Week was
“Keroncong: Then, Now …” For this
year, the Music Committee has opted
for the theme “Electronic Experimental
Music”, a music genre which provides
a promising opportunity to continuing
exploration, considering the current rapid
information technology development.
On this occasion, the Music
Committee of the Jakarta Arts Council will
not only present the works on experimental
stage by young composers, but also to
display Organology Exhibition as a proud
achievement by musicians which needs to
be promoted and appreciated. In addition,
we will also carry on what had been done
PEKAN KOMPONIS INDONESIA: MUSIK EKSPERIMENTAL ELEKTRONIK
5
6
yang sudah dilakukan pada tahun 2015,
yaitu Diskusi Meja Bundar Musik sebagai
bagian komunikasi dengan publik lebih luas
tentang perkembangan seni musik terkini.
Rangkaian perhelatan ini dilengkapi dengan
klinik Masterclass, sebuah pertemuan yang
lebih intim antara publik dengan pakar musik.
Ke depannya diharapkan terjadi transfer
informasi untuk bersama-sama menjaga
kualitas musik pada khususnya, serta
kebudayaan Indonesia secara lebih luas.
in 2015, namely to organize a Roundtable
Discussion as part of communicating
with a larger audience on the current
development of art of music. The series
of events will include a Masterclass clinic
as a more intimate encounter between the
public and the experts. It is expected that
transfer of information will be achieved in
the future as way to jointly maintaining the
quality of music in particular, and of the
Indonesian culture in a broader sense.
Irawan Karseno
Ketua Pengurus Harian
Dewan Kesenian Jakarta
2015-2018
Irawan Karseno
Chairman of the Executive Board
The Jakarta Arts Council
2015-2018
PEKAN KOMPONIS INDONESIA: MUSIK EKSPERIMENTAL ELEKTRONIK
PENGANTAR KOMITE MUSIK DKJ /
PREFACE FROM THE MUSIC COMMITTEE
Salam Musik,
Musik adalah bagian dari seni dan budaya
Indonesia. Membahas musik, tidak hanya
berbicara tentang not balok, tetapi jauh lebih
luas dari sekadar not balok. Musik dimulai
dari bunyi, baik itu bunyi biasa yang kerapkali
disebut sebagai bunyi dalam tanda kutip
“normal” maupun bunyi yang tidak biasa.
Mengingat esensi bunyi yang amat
vital, Komite Musik periode kepengurusan
2015-2018, menggelar kembali program
Pekan Komponis Indonesia tahun ini dengan
tema “Musik Eksperimental Elektronik”.
Melalui event besar ini, kami berharap
dapat melahirkan komponis-komponis baru,
sekaligus melahirkan organologist yang
sophisticated “canggih” dan progresif, untuk
ke depannya membantu bangsa kita mampu
berada dalam konteks musik Internasional.
Demi mendorong “keliaran” daya
eksperimental komponis muda, kami juga
menyajikan event publik yang merupakan
pengembangan dari program-program
Komite Musik sebelumnya, yaitu Pameran
Organologi, Panggung Eksperimental
yang berisi pertunjukan komponis muda,
Greetings,
Music is a part of arts and culture of
Indonesia. Discussing music is not only
talking about musical notes; it is that and
much more. Music starts from sound,
whether it is a common one which is
frequently referred to as “normal” sound,
between quotes, or unusual sound.
Taking into account the vital essence
of the sound, the Music Committee selected
for the period of 2015-2018, once again for
this year, presents the Indonesia Composers
Week now with the theme of “Electronic
Experimental Music”. Through this big event,
it is hoped that new composers will be born,
and at the same time sophisticated and
progressive organologists will emerge to help
bring our nation to a meaningful position
in the context of international music.
For the sake of stimulating “the
wildness” of experimental power of the young
composers, we also organize a public event
cultivating on the previous Music Committee’s
programs, namely Organology Exhibition,
Experimental Stage including for young
composers’ performances, a Roundtable Music
PEKAN KOMPONIS INDONESIA: MUSIK EKSPERIMENTAL ELEKTRONIK
7
8
Meja Bundar Musik sebagai wadah diskusi
komponis bersama publik yang dapat terlibat
aktif, serta Masterclass yang memberikan
pengajaran musik bagi siapa saja yang
ingin mendalami musik elektronik.
Semoga rangkaian acara dalam
program ini dapat mengedukasi dan
mengapresiasi musik dalam bentuk dan
bebunyian berbeda. Mari menyimak tidak
hanya dengan pandangan mata, tetapi
juga mendengar dan merasakannya.
Terima kasih kepada semua pecinta
musik Indonesia atas kehadirannya
dalam Pekan Komponis Indonesia 2016
“Musik Eksperimental Elektronik”.
Discussion as a means of exchange of ideas
with the composers in which the public can
actively take part, and Masterclass program
that provides music teaching for those willing
to go deeper into the electronic music.
Hopefully, the program’s series of
events will be able to educate about and
appreciate music in various forms and
different ways of expressions. Let us gather
around and watch the events not through our
eyes, but also by listening and feeling them.
Thank you to all Indonesian music
lovers for your presence in the Indonesia
Composers Week 2016 with theme of
“Electronic Experimental Music”.
Komite Musik
Dewan Kesenian Jakarta
2015-2018
The Music Committee
The Jakarta Arts Council
2015-2018
Anto Hoed
Anusirwan
Aksan Sjuman
Otto Sidharta
Anto Hoed
Anusirwan
Aksan Sjuman
Otto Sidharta
PEKAN KOMPONIS INDONESIA: MUSIK EKSPERIMENTAL ELEKTRONIK
“… Dewan Kesenian Jakarta menganggap
sudah waktunya menyelenggarakan
pertemuan komponis muda dengan kreasinya
dalam satu kesempatan tatap muka, baik
bagi pencipta karya yang bertolak dari tradisi
maupun yang bertolak dari gaya nontradisi.
Meskipun penciptanya sedikit banyaknya
adalah hasil pendidikan lembaga-lembaga
pendidikan musik yang formal. Namun adalah
juga tujuan kami untuk menumbuhkan sikap
pencipta terhadap karyanya sendiri dalam
forum diskusi pada akhirnya pekan tersebut.”
(Iravati M. Sudiarso – Ketua Dewan
Kesenian Jakarta, 1979)
“ … The Jakarta Arts Council is of the opinion
that it is timely to organize a meeting
between young composers with their
creations in a face to face encounter which
includes both those with the starting point
of traditional as well as of non-traditional
music styles. Although the composers are
more or less graduated from formal music
educational institutions, it is our aim to
develop the attitude of the composers toward
their works in a discussion forum by the
end of the Indonesian Composers Week.”
(Iravati M. Sudiarso – Chairman of
the Jakarta Arts Council, 1979)
PEKAN KOMPONIS INDONESIA: MUSIK EKSPERIMENTAL ELEKTRONIK
9
10
PEKAN KOMPONIS INDONESIA: MUSIK EKSPERIMENTAL ELEKTRONIK
PEKAN KOMPONIS INDONESIA: MUSIK EKSPERIMENTAL ELEKTRONIK
11
PEKAN
KOMPONIS
INDONESIA
1979-2014
/
INDONESIA
COMPOSER
WEEK
1979-2014
12
PEKAN KOMPONIS INDONESIA: MUSIK EKSPERIMENTAL ELEKTRONIK
TAHUN/YEARS
1979
1981
1982
1983
KOMPONIS/COMPOSERS
JUDUL LAGU/SONG TITLE
OTTO SIDHARTA
KEMELUT (TURBULENCE)
SRI HASTANTO
DANDANG GULA
KRISYANTO CHRISTINUS
A DAN B
NANO SURATNO
SANGKURIANG
RAHAYU SUPANGGAH
GAMBUH
SUTANTO
SKETSA IDE (SKETCH OF IDEA) KOMANG ASTITA
GEMA EKA DASA RUDRA
FRANKI RADEN
DILARANG BERTEPUK TANGAN DI TOILET (IT IS
FORBIDDEN TO CLAP HANDS IN THE TOILET)
PANDE MADE SUKERTA
GORA SUARA
DJOKO WALUYO
JENAR (IJO-IJO)
I WAYAN SADRA
LAD-LUD-AN
I GUSTI BAGUS SUARSANA
GEGIRAHAN: LUMRAH
I WAYAN RAI. S.
TEROMPONG BERUK
YOESBAR DJAELANI
TANYA YANG TAK TERJAWAB (UNANSWERED QUESTION)
T. SLAMET SUPARNO
A.L. SUWARDI
RUSTOPO
NGALOR-NGIDUL
PRAMINTO ADI
SUTEDJO ADI
DALU-DALU
HARRY RUSLI
TANPA JUDUL (WITHOUT TITLE)
ROYKE D. KOAPAHA
SONATINA
B. SUBONO
SANTOSA
OWAH-OWAH
ROCHDIAT
LAGU DENGKLUNG
GUSMIATI SUID
GERAK SAROMPAK
I NYOMAN WINDHA
SANGKEP
PANDE MADE SUKERTA
LARAS
A.L. SUWARDI
GENDER – SEBUAH PROSES (GENDER - A PROCESS) NOTE: GENDER HERE
REFERS TO ONE INSTRUMENT PART OF JAVANESE GAMELAN ORCHESTRA
YOYO R.W.
MENJELANG SIANG (TOWARD AFTERNOON)
I KETUT GEDE ASNAWA
KOSONG (EMPTY)
I WAYAN BERATA
IDA BAGUS NYOMAN MAS
ANAK AGUNG JAYA UTAMA
WRESTI
ACHYAR ADAM
TABEDO TARUMIK
MARUSYA NAINGGOLAN
MALAM: REMEMBERANCE: CONVERSATION
YAZEED DJAMIN
SRIKANDI; DEVOIRS; PUCINELA; NUSA PENIDA
DJOKO PURWANTO
SUPARDI
SUKAMSO
BONANG – SITER - VOKAL
1984
1985
PEKAN KOMPONIS INDONESIA: MUSIK EKSPERIMENTAL ELEKTRONIK
13
SUYANA
MENJELANG PAGI (TOWARD MORNING)
DJADUK FERIANTO
OTOK BIMA SIDHARTA
ANTARA TUGU - NGEJAMAN (BETWEEN TUGU-NGEJAMAN)
HADJIZAR
ROMBOK SIJOBANG
WAHYUNI SUTRISNO
PADA SUATU KETIKA SI KEPRAK BERMAIN DALAM RUANG IMPROVISASI
(ONCE UPON A TIME, KEPRAK PLAYS IN THE IMPROVISATION ROOM)
SUWARMIN
KLUMPUK
I WAYAN SUWECA
NI KETUT SURYATINI
IRAMA HIDUP (LIFE’S RHYTHM)
TRISUTJI DJULIATI KAMAL
LAKON: CINTA, CANDA, DAN TAWA (ACT: LOVE, JOKE AND LAUGH)
ELIZAR
BAKUCIMANG
SUWARMIN
LALONGEDHAN
A.L. SUWARDI
SAK-SAKE
I NYOMAN WINDHA
BALI AGE
PALAPA II
DIDI AGP
RUMAH TANGGA II: TEJO (HOUSEHOLD II: TEJO)
ANUSIRWAN (IWAN SYIRWAN)
TABEDO; TALU BA TALU
EMBI C. NOER
GAMBUH INSTAN (INSTANT GAMBUH)
AHMAD FAHMY ALATAS
INTRO; SOLO GITAR; BLUES FOR MR. DEWEY
SOLO CLARINET; BELAJAR BERHITUNG
JAKARTA; GAMELAN-TUNING; CODA
IWAN HASAN
CONDISSONANCE FOR VIOLIN, BASS CLARINET AND HARP GUITAR
A. SUBONO
DALANG GOYANG GENDHENG-GENDHING
SUWARMIN
SESINGIDAN
I GUSTI KOMPYANG RAKA
PANDE MADE SUKERTA
I WAYAN SUDRA
BON BALI
HARIS M.A.MD
GARUNDANG
ADE RUDIANA
KARIAAM
SUBIYANTORO
JULA-JULI TOKCER
BEBAN
NELSON GRIMALDI SETIAWAN ILOT
STUDY NO.5 INAIRSAN UNTUK 2 BIOLA DAN 1 CELLO
ZAKI ANDEGA
AURA
ANDREAS ARIANTO YANUAR
CLARINET UNTUK KLARINET DAN TAPE
(CLARINET FOR KLARINET AND TAPE)
PURWA ASKANTA
NYI LENGGER
FANTASIA FROM DUALOLO
TONY MARYANA
PUTARAN NO.1 DAN PUTARAN NO.2
YOVIEAL TRIPURNOMO VIRGIE
MARKETSTRA
CAHAYA
I KETUT GARWA
SKIN RHYTHM
MARITZA THAHER
ACEH: PEGUNUNGAN-PESISIR-KEPULAUAN (ACEH:
MOUNTAIN-COAST-ARCHIPELAGO)
SUGIYANTO
SLENDRO
1987
1988
1998
2005
14
PEKAN KOMPONIS INDONESIA: MUSIK EKSPERIMENTAL ELEKTRONIK
TEMA: “MUSIK DAWAI NUSANTARA” - INSPIRASI LUKISAN
MIND SICK NO.1; DREAMER; AWANG; IMAGE NO.3
SETA DEWA
RONTOK
*TERINSPIRASI LUKISAN KARYA SUDJOJONO “RONTOK”
(INSPIRED BY “RONTOK”, A PAINTING BY SUDJOJONO
ENTEUNG
DINAR RIZKIANTI
PERAHU-PERAHU
*TERINSPIRASI LUKISAN KARYA RUSLI “PERAHU-PERAHU”
(INSPIRED BY “PERAHU-PERAHU”, A PAINTING BY RUSLI.
KAPACAK NAGARI
2013
RIO EKA PUTRA
RONTOK
*TERINSPIRASI LUKISAN KARYA SUDJOJONO “RONTOK”
AMMALISI
HAMRIN SAMAD
BULANG KEKE’ (PURNAMA BERNYANYI DI BURITAN)
*TERINSPIRASI LUKISAN KARYA RUSLI “PERAHU-PERAHU”
CULO
RAMASONA ALHAMD
KLOTOK
*TERINSPIRASI LUKISAN KARYA RUSLI “PERAHU-PERAHU”
SIMPANG SIUR
YAN PRIYA KUMARA JANARDHANA
KEMBUNG
*TERINSPIRASI LUKISAN KARYA RUSLI “PERAHU-PERAHU”
TEMA “KERONCONG: RIWAYATMU, KINI..” - INSPIRASI PUISI (POEM-INSPIRED)
AMMIR GITA PRADANA
1.SHIVA;
3.PARVATI;
3.SARASVATI
KANGEN (LONGING)
*TERINSPIRASI PUISI KARYA W.S. RENDRA “KANGEN” (INSPIRED
BY A POEM BY W.S. RENDRA “KANGEN” OR LONGING).
DONY KOESWINARNO
1. KR. BAHANA PANCASILA KARYA BUDIMAN BJ;
2. LANGGAM BUNGA ANGGREK KARYA ISMAIL MARZUKI
3. STAMBUL TERKENANG KARYA SAPARI
4. MEDLEY: JEMBATAN MERAH, BENGAWAN SOLO, ANDENGANDENG, CAPING GUNUNG KARYA GESANG (MEDLEY: RED
BRIDGE, BENGAWAN SOLO, ANDENG, ANDENG, CAPING
GUNUNG - ALL COMPOSITIONS BY GESANG)
KANGEN
*TERINSPIRASI PUISI KARYA W.S. RENDRA “KANGEN” - SAME AS ABOVE
MIGI PUSPITA PARAHITA
MENTARI MALAM (SUN NIGHT)
KANGEN
*TERINSPIRASI PUISI KARYA W.S. RENDRA “KANGEN” - SAME AS ABOVE
NICOLAUS EDWIN
SEPASANG MATA BOLA KARYA ISMAIL MARZUKI (A
PAIR OF ROUND EYES BY ISMAIL MARZUKI)
KANGEN
*TERINSPIRASI PUISI KARYA W.S. RENDRA “KANGEN” - SAME AS ABOVE
ROBERT BASUKI MULYARAHARDJA
1. DAMAI TAPI GERSANG (ADJIE BANDI)
2. DI WAJAHMU KULIHAT BULAN (DIPOPULERKAN OLEH SAM SAIMUN)
- I SEE THE MOON IN YOUR FACE (POPULARIZED BY SAM SAIMUN)
3. NURLELA (DIPOPULERKAN OLEH BING SLAMET) NURLELA (POPULARIZED BY BING SLAMET)
KANGEN
*TERINSPIRASI PUISI KARYA W.S. RENDRA “KANGEN”
2014
PEKAN KOMPONIS INDONESIA: MUSIK EKSPERIMENTAL ELEKTRONIK
15
MUSIK
ELEKTRONIK
/
ELECTRONIC
MUSIC
oleh / by Otto Sidharta
16
PEKAN KOMPONIS INDONESIA: MUSIK EKSPERIMENTAL ELEKTRONIK
Sepanjang perjalanan sejarah musik di
dunia, banyak jenis musik yang lahir seiring
dengan dinamika ilmu pengetahuan dan
teknologi pada zamannya. Sebagai contoh
instrumen musik piano, clarinet, saxophone
dan lain sebagainya menjadi sempurna
setelah teknologi pengolahan kayu dan
logam dikuasai. Di Barat, setelah melalui
fase atau periode klasik, barock, renaisans,
pada akhir abad ke 19 muncul gerakan yang
selalu memodernisasi musik terus terjadi.
Filosofi dan pernyataan estetik dalam musik
selalu diperbaharui hingga memunculkan
beragam bahasa musik yang baru—suatu
periode di mana terjadi berbagai macam
penafsiran kembali atas elemen-elemen
musik dari jaman sebelumnya, serta
reaksi inovatif yang mengarah kepada
tata cara baru dalam pengertian unsurunsur musik seperti nada, harmoni, melodi,
tonalitas, timbre, dan aspek ritme.
Kemajuan teknologi dalam hal alat
dan sumber bunyi—seperti peralatan
rekam dan reproduksi bunyi serta
peralatan musik—juga berkembang
dengan pesat, terutama pada jenis-jenis
Along the course of the history of music in
the world, many types of music came into
being together with the dynamics of science
and technology of the time. For example,
musical instruments such as piano, clarinet,
saxophone, and many more were becoming
perfectionized, following the mastery of
carpentry and metal processing. In the
West, after the periods of classics, baroque,
renaissance, by the end of the19th century
appeared various movements that continually
modernized music. Philosophy and aesthetic
expressions in music underwent a renewal,
resulting in the emergence of various
languages of expression in music – a period
in which various reinterpretations on musical
elements from the previous era appeared,
and innovative reactions led to a new
criteria and standard of understanding the
musical elements, such as tone, harmony,
melody, tonality, timbre, and rhythm.
Technological development in
instruments and source of sound – such as
recording equipment, sound reproduction
and musical instruments – had also
improved rapidly, particularly in types
PEKAN KOMPONIS INDONESIA: MUSIK EKSPERIMENTAL ELEKTRONIK
17
alat musik yang menggunakan listrik. Hal
ini memicu tumbuh dan berkembangnya
berbagai macam jenis dan aliran musik
yang sangat berbeda dengan musik-musik
yang ada pada tradisi musik sebelumnya.
Tidak terkecuali, musik elektroakustik.
Musik elektroakustik adalah musik
yang dalam proses penciptaannya dilakukan
dengan menggunakan peralatan elektronik.
Pada awalnya penggunaan peralatan
elektronik dalam penciptaan musik dilakukan
pada aktivitas eksperimen oleh kelompok
yang disebut Groupe de Recherces Musicales
(GRMC) di Office de Radiodiffusion Television
Francaise (ORTF) di Paris. Aktivitas di
studio ini yang kemudian menjadi tempat
kelahiran Musique Concrete. Kemudian
eksperimentasi musikal menggunakan
perangkat elektronik ini juga dilakukan
di studio Nord West Deutscher Rundfunk
(NWDR) di Cologne, serta di ColumbiaPrincenton Electronic Music Center New
York. Kemudian di tempat-tempat tersebut
electronic music didalami hingga menemukan
apa yang disebut computer music.
GRMC yang didirikan pada tahun 1951
oleh komponis Perancis Pierre Schaeffer,
komponis/perkusionis Pierre Henry, dan
sound engineer Jacquest Poullin adalah
studio elektroakustik yang pertama di RTF.
Mereka bereksperimen dengan menggunakan
perangkat elektronik, terutama alat perekam
dengan pita magnetik. Kegiatan ini kemudian
sangat diminati oleh beberapa komponis,
antara lain: Olivier Messiaen, Pierre Boulez,
Jean Barraque, Karlheinz Stockhausen, Edgar
Varese, Iannis Xenakis, Michael Philippot,
dan Arthur Honegger. (Mack, 2004: 52-58)
Materi utama dari musik elektroakustik
adalah apa yang disebut sebagai acousmatic
sounds, yaitu bunyi-bunyi yang terdengar
tetapi tidak terlihat lagi sumber aslinya.
Dengan demikian, bunyi yang dijadikan
sebagai bahan dalam proses pengolahan
musik elektroakustik bisa dari rekaman alat
musik, rekaman vokal, bunyi lingkungan
yang sudah direkam atau apapun, tidak
terkecuali bunyi synthesizer atau digital
signal processing seperti yang dihasilkan
oleh komputer dan diproses secara
elektronik. Dengan demikian, bunyi apapun
18
of musical instruments which utilize
electricity. This condition had stimulated
the growth and development of various
kinds and genres of music which are very
different from previous musical tradition.
This included electro-acoustical music.
Electro-acoustical music is a
type of music which in the process of
writing uses electronic equipment. In
the beginning, the use of electronic
equipment in composing music was done
through experiments by a group called
Groupe de Recherces Musicals (GRMC)
in Office de Radiodiffusion Television
Francaise (ORTF) in Paris. Then, the
experiments in that studio became
the birth place of Musique Concrete.
Afterward, experimental music using
electronic equipment had also been done
in Nord West Deutscher Rundfunk (NWDR)
in Cologne, and in Columbia-Princenton
Electronic Music Center New York. In
those places, electronic music obtained
deeper understanding leading to the
finding of the so called computer music.
GRMC, established in 1951 by French
composer Pierre Schaeffer, composer/
percussionist Pierre Henry, and sound
engineer Jacquest Poullin, is the first
electro-acoustic studio in RTF. They
conducted their experiment using electronic
equipment, particularly recording equipment
with magnetic tapes. In the process,
this activity had drawn the interest of
several other composers, including Olivier
Messiaen, Pierre Boulez, Jean Barraque,
Karlheinz Stockhausen, Edgar Varese,
Iannis Xenakis, Michael Philippot, and
Arthur Honegger (Mack, 2004: 52-58).
The main subject matter of the
electro-acoustical music is the so called
acousmatic sounds, a sound that is audible
but the original sources are invisible. As
such, the sound used as the material in
the process of composing electro-acoustic
music could be from the recording of
musical equipment, vocal recording,
recorded sounds of the surroundings
or anything, including the sound of the
synthesizer or digital signal processing,
such as sounds produced by computers
PEKAN KOMPONIS INDONESIA: MUSIK EKSPERIMENTAL ELEKTRONIK
yang didengar, tanpa melihat atau terlihat
sumber utama penyebab bunyinya, dapat
disebut sebagai acousmatic sounds.
Dari karakter peralatan yang
digunakan serta tata cara yang dilakukan
pada proses penciptaan karya musik
elektroakustik, semua peralatan harus
diperlakukan secara tepat dan terstruktur
dengan seksama. Hal inilah yang menjadikan
sifat musik elektroakustik cenderung
menjadi fixed music dengan tingkat
ketepatan yang hampir sempurna.
Namun, justru ketepatan itulah
yang sering menimbulkan ketidakpuasan
kebanyakan audiens, sebab ketepatan presisi
yang nyaris sempurna bisa memunculkan
kekakuan yang mekanistik, bahkan bisa
melahirkan monotonitas. Hal ini dikarenakan
oleh proses penciptaan yang lebih banyak
dilakukan di dalam studio atau personal
komputer. Garap musik seperti ini menafikan
aspek ekspresi spontan dari para pemain
musiknya pada saat dipertunjukan.
Keterbatasan ekspresi spontan tersebut
terjadi karena media yang digunakan
untuk menyimpan dan mementaskan karya
tersebut berupa rekaman yang tentunya
ketika diperdengarkan kembali hasilnya
akan selalu sama, kecuali amplitudo,
dinamik, dan spektrum bunyi yang
dipengaruhi oleh akustik ruangannya.
Di luar dinamika material musik
elektronik yang hampir stagnan,
perkembangan teknologinya justru semakin
canggih dan distribusinya pun menyebar
ke seluruh pelosok dunia. Komputer yang
memiliki fitur-fitur kebutuhan musik
sudah tersedia tidak hanya di studio atau
laboratorium saja, tetapi sudah menjadi
bagian dari aktivitas sehari-hari terutama
pada masyarakat urban. Melalui perangkat
ini, eksplorasi dan eksperimentasi musik
menjadi semakin luas, terutama untuk
musik-musik yang memerlukan ketelitian
dan ketepatan yang tinggi serta kalkulasi
matematik yang rumit. Dari sini pula
kemudian banyak lahir musik-musik
yang semakin rumit, bahkan terlalu jauh
meninggalkan pendengarnya terutama yang
terbiasa dengan musik hiburan ringan.
Disisi lain pengimitasian bunyi-bunyi
and processed electronically. Therefore,
whatever sounds heard without seeing or
seen the main source/cause of the sounds,
could be called as acousmatic sounds.
The character of equipment
being used and the process undertaken
during the writing of the electro-acoustic
music, including all the equipment, must
be treated accurately and structured
carefully. The whole processes make
the character of electro-acoustic music
tend to become fixed music with the
level of accuracy of almost perfect.
However, the level of accuracy
frequently caused dissatisfaction of most
of the audience, since the almost perfect
level of accuracy could caused mechanistic
awkwardness, could even engender
monotony. This happens because most
of the process of composing has been
done in the studio or personal computer.
Working on such music is denying the
spontaneous expressions of the performing
musicians at the time of the show. The
limited spontaneous expressions occur
because the medium used to store and to
perform the works in the form of records
will produce similar outcome whenever
they are replayed, except for the amplitudo,
dynamics, and the sound spectrum being
affected by the acoustic of the room.
Despite the dynamic of the electronic
music material which is almost stagnant,
the development of its technology is even
more sophisticated and its distribution is
spreading worldwide. The computers which
have features to meet the requirement of
music are available not only in studio or
laboratory, but also have become part of
the daily activities, especially in the urban
society. Using these devices, the exploration
and experimental music endeavor have
increasingly spread, especially for music
which needs high level of accuracy and
complicated mathematic calculations. This
condition subsequently produced a lot of
music which are increasingly complicated,
even they leave their audience too far
behind, especially for those accustomed
to light entertainment music.
On the other hand, the imitation
PEKAN KOMPONIS INDONESIA: MUSIK EKSPERIMENTAL ELEKTRONIK
19
instrumen musik juga hampir sempurna,
hampir semua bunyi instrumen musik dapat
dihasilkan dengan sebuah synthesizer.
Dengan sebuah laptop dapat dihasilkan
karya untuk sebuah orkestra bukan hanya
sekedar partiturnya, tetapi lengkap dengan
bunyinya, yang bagi telinga awam sulit
untuk membedakan yang mana yang
dimainkan oleh pemain sungguhan atau
dengan komputer. Para komponis avant garde
sering mengkritisi keadaan ini dan menolak
penggunaan instrumen musik yang artifisial.
Mulai pada awal tahun 1970-an
perkembangan teknologi musik ini juga
berpengaruh pada musik populer, berbagai
macam sebutan jenis musik bermunculan
seperti Electropop, Disco, Dance Music, House
Music, dan lain sebagainya. Berbeda dengan
perkembangan musik lainnya, di mana kemampuan peralatan elektronik juga mempengaruhi perkembangan pemikiran, gaya, dan
gramatika musik secara keseluruhan, pada
jenis musik populer penggunaan peralatan
elektronik tidak terlalu berpengaruh terhadap
gramatika musiknya, musik yang dihasilkan
pada dasarnya merupakan musik tonal yang
diperkaya dengan berbagai macam warna bunyi baru dan berbagai macam effect
yang sangat menarik, dan sesungguhnya
di wilayah inilah perkembangan teknologi
musik berkembang dengan sangat pesat.
20
of the sound of music instruments
has reached a perfect level. Almost
all music instrument sounds can be
produced using a synthesizer. Using a
laptop, one can produce a composition
for an orchestra, not just only for
writing scores, but complete with the
sounds which are difficult for the public
in general to differentiate which one
is played by a real player or just by a
computer. The avant garde composers
often criticize this situation and refuse
to using artificial music instruments.
Since the beginning of the 1970s
the development of music technology
has also affected the popular music.
Various names of music types came into
being, such as Electropop, Disco, Dance
Music, House Music, etc. Different from
another music development, in which
the capacity of electronic equipment
has also affected the development of
ideas, style, and music grammar as a
whole, in the field of popular music the
effect is not substantial; basically the
music being produced is tonal music
enriched with various forms of new
types of sound and various effects
which are very interesting, and indeed
in this area the development of music
technology improved very rapidly.
PEKAN KOMPONIS INDONESIA: MUSIK EKSPERIMENTAL ELEKTRONIK
PEKAN KOMPONIS INDONESIA: MUSIK EKSPERIMENTAL ELEKTRONIK
21
MENDOBRAK
NADA,
MENGHENTAK
IRAMA
ELECTRONIC DANCE MUSIC (EDM)
DALAM JELAJAH RUANG-WAKTU
/
BREAKING THE
TONE, BEATING
THE RHYTHM
ELECTRONIC DANCE MUSIC (EDM)
IN EXPLORING SPACE-TIME
oleh / by Citra Aryandari
22
PEKAN KOMPONIS INDONESIA: MUSIK EKSPERIMENTAL ELEKTRONIK
Abstrak
Abstract
Elektronic Dance Music (EDM) adalah
sebuah genre musik yang lekat akan
persepsi negatif. Bagaimana tidak, genre
musik ini lekat akan dunia malam yang
sarat akan obat-obatan terlarang dan
minuman beralkohol. Hentakan irama yang
dihadirkan mampu menggugah hasrat
untuk bergoyang, memberikan kenikmatan
sesaat untuk sekadar melupakan penatnya
kehidupan. Meski dapat dikatakan musik
genre ini mampu membantu pendengar
melupakan “problema” hidup, tetapi sangat
jarang kaum akademisi melirik genre musik
ini menjadi sebuah kajian yang menarik.
“Mendobrak Nada, Menghentak
Irama” merupakan tulisan sederhana dari
sebuah pengamatan di ruang sosial yang
awal mulanya sarat akan ketertutupan
sehingga tampak tabu untuk didiskusikan.
Kehadiran EDM seiring dengan kemajuan
teknologi merupakan gambaran
kompleksitas relasi sosial masyarakat yang
mulai mencari identitas baru di tengah
permainan kekuasaan, politik, dan ideologi.
Electronic Dance Music (EDM) is a music
genre which has been perceived in negative
way. No wonder, since this music genre is
closely related to night life in which alcoholic
drinks and illegal drugs are alledgedly
circulated. The beatings of the rhythm
presented can arouse a desire to shake the
body, giving instant pleasure to escape from
the weariness of life. Although it could be
said that this music genre is able to help
the listeners to forget “the problems” of life,
however, it is very rarely that the academic
circle look into this music genre and make
it as an subject of interesting studies.
“Breaking the Tone, Beating the
Rhythm” is a simple article written out of
observations in social sphere on subjects
containing a lot of secrecies and initially
considered as a taboo to be discussed. The
existence of EDM in line with the technological
developments reflects the complexity of
social relations, attempting to embark on a
new identity in power, politics, and ideological
trappings. The phenomenon comes into sight
PEKAN KOMPONIS INDONESIA: MUSIK EKSPERIMENTAL ELEKTRONIK
23
24
Fenomena ini secara spesifik tampak dalam
lagu ‘Ora Minggir Tabrak’ soundtrack film
Ada Apa Dengan Cinta 2 dan lebih luas
dapat dilihat dalam ajang pencarian bakat
musisi EDM yang ditayangkan Net TV
(the ReMix), serta beberapa event besar
bertaraf internasional yang diselenggarakan
berkala setiap tahun, seperti DWP (Djakarta
Warehouse Project); dan Greenfield di GWK
Bali, menjadi layak didiskusikan di tengah
hiruk-pikuk pasar musik di Indonesia.
specifically in the song of “Ora Minggir Tabrak”,
literally means if you get on my way I will hit
you, a soundtrack of Ada Apa Dengan Cinta 2
feature film. And it obviously could be seen
in talent hunting for EDM musicians program
broadcast by Net TV (the ReMix), and several
other big events with internationally standard
organized annually, such as DWP (Djakarta
Warehouse Project); and Greenfield at GWK
Bali, which are worth-discussing amidst the
hustle and bustle of music market in Indonesia.
‘Intro’
‘Intro’
Film Ada Apa Dengan Cinta 2 yang baru saja
diluncurkan beberapa saat lalu menghadirkan
kota Yogyakarta sebagai salah satu setting
tempat. Sebagai sebuah lokus yang banyak
memiliki teks budaya, beberapa teks lokal pun
dipilih untuk memperkuat nuansa Yogyakarta.
Lagu Ora Minggir Tabrak salah satunya, adalah
lagu dolanan anak yang dihadirkan kembali
dalam nyanyian hip-hop dalam balutan EDM
(Electric Dance Music) oleh Kill the DJ dan
Libertaria sebagai soundtrack film AADC 2.
Kill the DJ dan Libertaria tampil dalam
sebuah scene yang menunjukan dunia gemerlap (dugem) di Yogyakarta. Kehidupan dunia
gemerlap tak bisa lepas dari aksi sang DJ (Disk
Jockey) yang merupakan sebutan seseorang
yang terampil dalam memilih dan memutar
rekaman musik, dalam rangka menciptakan sebuah musical journey bagi penikmat.
Seorang DJ bertindak sebagai pe­ngendali
dan penyeleksi lagu-lagu yang diputar sesuai
dengan suasana maupun aliran musik yang
dimainkan. Dalam hal menyeleksi lagu ini,
DJ akan menggabungkan teknik-teknik
skill khusus dengan pengetahuan di bidang
musik untuk membangun sebuah live show
yang spektakuler dan disukai para pende­
ngar. Dunia gemerlap malam kini tak pelak
sebagai tanda “realita” citra kota modern.
Boshe (tempat hiburan malam di Yog­
yakarta), 3 Mei 2016, menggelar sebuah acara
dengan tajuk “Locally Session” menampilkan
lagu ‘Ora Minggir Tabrak’ yang dibawakan oleh
DJ Tehara sebagai salah satu lagu andalan
sebagai tanda malam akan segera habis
dengan beat yang semakin menghentak. Nada
sederhana dari lagu ini mendapat respons
yang luar biasa dari penonton. Tembang ‘Ora
The movie of Ada Apa Dengan Cinta
2(shortened AADC 2), just released some
time ago, presents Yogyakarta as one of
its settings. As a locus enriched by plenty
cultural texts, some local texts are chosen
to strengthen the nuances of the city.
Ora Minggir Tabrak song is one of them.
This playful children song is represented
as hip-hop song of EDM (Elctric Dance
Music) mode by Kill the DJ and Libertaria
as a soundtrack of AADC 2 movie.
Kill the DJ and Libertaria appear in
a scene portraying a glamorous world in
Yogyakarta. The glamorous atmosphere
cannot be separated from the action of
the DJ (Disk Jockey), a title given to a
skillful person in choosing and playing
musical records to create a sort of musical
journey for the audience. A DJ acts as
a controller and selector of music to be
played in accordance with the atmosphere
as well as the type of music to be played.
In the process of selecting the songs,
the DJ will combine particular technical
skills with knowledge in the field of
music in order to create a spectacular
live show loved by the audience. The
glamorous night life is certainly a “reality”
sign of an image of a modern city.
Boshe (a club in Yogyakarta) on 3
May 2016 presented a program entitled
“Locally Session” displaying “Ora Minggir
Tabrak” sung by DJ Tehara as one of the
leading songs to send a signal that the
entertaining evening would soon come to
an end marked by increasingly louder beats.
A simple tone of the song got a spectacular
response from the audience. The “Ora
PEKAN KOMPONIS INDONESIA: MUSIK EKSPERIMENTAL ELEKTRONIK
Minggir Tabrak’ merupakan tembang Jawa
yang biasanya dinyanyikan anak-anak saat
bermain, kini lagu tersebut hadir dalam lokus
dan kepentingan berbeda. Melalui film AADC 2,
lagu yang mulai memudar di kalangan anakanak, hadir menjadi hits yang perlu ditanggapi
dengan cepat oleh pemilik bisnis tempat
hiburan sebagai permintaan pasar. ‘Ora
Minggir Tabrak’ menjadi populer dalam waktu
singkat. Kini, seni menjadi semakin terintegrasi dengan ekonomi - keduanya digunakan
untuk mendorong orang mengonsumsi melalui
peranan besar yang dimainkan dalam iklan,
maupun karena seni telah menjadi barang
komersial tersendiri (Dominic Strinati, 2007).
Kepanikan moral masih meng­hing­­
gapi tatkala dunia gemerlap malam diper­
bincangkan. Kepanikan moral dipahami
sebagai gerakan media yang dihasilkan
berdasarkan pada persepsi bahwa seorang individu, kelompok atau budaya yang
menyimpang dan menimbulkan ancaman bagi
masyarakat (Stanley Cohen, 1972). Meski demikian postmodern menawarkan pembebasan
sekat-sekat, yang kemudian memungkinkan
dunia gemerlap malam dikaji lebih mendalam.
Hadirnya tembang dolanan anak ‘Ora Minggir
Tabrak’ menjadi objek materi bagaimana
batas tersebut ditembus; bagaimana tembang dolanan anak diaransemen ulang
mengikuti selera pasar dalam bentuk EDM
yang kemudian menjadi soundtrack film?
Melalui film AADC 2 dan soundtracknya tampak bahwa EDM (Elektronic Dance
Music) tumbuh berkembang melewati batas
keistimewaan kota Yogyakarta, bagaimana
resonansi terhadap budaya yang berkaitan
dengan masyarakat menjadi persoalan
yang ingin diketahui jawabannya.
Minggir Tabrak” song is a Javanese song
sung by children while they are playing
and now get a particular place and sung
for a different need. Through AADC 2 the
movie, the slowly disappearing childen
song, is now back popular and become the
hit that needed to be responded quickly by
businessmen running entertainment places
to meet the market demand. “Ora Minggir
Tabrak” has regained popularity in such a
short time. Now, the art has become more
integrated in the economy and used to
encourage people to consume through a
big role played by commercials, in addition
to the fact that art has become a separate
commercial goods (Dominic Strinati, 2007).
The morality panic remains lingering
around whenever the glamorous night
life being discussed. The morality panic
is understood as a media movement
resulted from the perception that an
individual, a group, or a culture with
divert outlook could create a threat to the
public. (Stanley Cohen, 1972). However,
postmodernism has broken some partitions
to enable people looking deeper into the
glamorous night life. The children song
“Ora Minggir Tabrak” becomes a subject
to be considered in how to get through
these partitions; how to arrange this
playful children song in order to satisfy the
taste of the market in form of EDM which
later used as a soundtrack for a movie?
It seems that through AADC 2 and
its soundtrack, EDM (Electronic Dance
Music) has developed and crossed the
borders of Yogyakarta city; and how it has
resonated and affected the local culture
is now a problem that needs an answer.
‘Verse 1’
‘Verse 1’
Tembang dolanan anak ‘Ora Minggir Tabrak’
dikemas menarik dalam genre musik EDM
(Electric Dance Music), menjadi inovasi
menarik dalam hiruk pikuk pasar musik
Indonesia. Inovasi tersebut berhubungan
dengan kolase, pastiche (kerja seni), dan
pengutipan, dengan perpaduan aliran yang
secara musikal maupun historis berbeda,
dengan penggabungan acak dan selektif.
The children song “Ora Minggir Tabrak”
packaged interestingly into the format of EDM
(Electronic Dance Music) music genre is an
interesting innovation in the hustle bustle of
the Indonesian music market. The innovation
is related with collage, pastiche (art work),
and quotations, a combination of different
genres - musically and historically - coupled
with random and selective combining.
PEKAN KOMPONIS INDONESIA: MUSIK EKSPERIMENTAL ELEKTRONIK
25
EDM sebagai sebuah genre musik
mengalami pasang surut sampai akhirnya
meraih popularitas. Sejarah mencatat EDM
bermula dari tahun 1970, dan menurut
Rawley Bornstein seorang programmer MTV,
“EDM is the new rock and roll”. Pendapat
ini terbukti bahwa kini EDM sudah tidak
segmented lagi, hampir setiap menit radioradio memutar lagu-lagu EDM, bahkan TV
nasional (Net TV) sempat menayangkan
ajang pencarian bakat DJ dalam program
TV The Re-Mix, juga banyak festival besar
diselenggarakan untuk genre musik ini.
Kini para DJ pun sudah seperti rockstar.
Awalnya, EDM adalah musik elektronik yang diproduksi untuk diputar di klub
malam, atau di tempat yang digunakan untuk
berdansa. Electronic Dance Music biasanya
dikategorikan berdasarkan beat per minute
(bpm). Tempo EDM paling lambat berkisar
antara 60-90bpm, sedangkan genre seperti
speedcore bisa melampaui lebih dari 240bpm.
Pergerakan EDM muncul saat musik disco
mulai meninggalkan proses penggarapan
musik secara orkestrasi tradisional, dan
mulai menggunakan alat musik elektronik
seperti synthesizer dan drum machine pada
1970-an. Di era itu, banyak produser dan DJ
bereksperimen dengan teknik blend mixing (Bennet, 2001), yakni menggabungkan
beberapa piringan hitam sehingga menghasilkan suara baru dengan tekstur nada yang
berbeda. Teknik ini kemudian berkembang
seiring dengan perkembangan teknologi.
EDM pun berkembang sejalan dengan
perkembangan ruang dan waktu. Ibiza, sebuah
kota dalam kepulauan Balearic di Spanyol,
mengeksplorasi teks lokal yang kemudian
berkembang menjadi Balearic beat. Sebuah
beat yang sangat terkenal dalam genre EDM.
Balearic sebagai sebuah ruang yang dikelilingi
pantai indah merupakan destinasi wisata yang
sangat terkenal di Eropa, ini menjadikan Ibiza
dikunjungi wisatawan sehingga resort dan
beach club banyak dijumpai di kota ini. Beach
club di Ibiza dalam sebuah brosur menawarkan
‘rave party’ clubbing dimulai dari matahari terbenam hingga matahari terbit, ini menjadikan
EDM dalam gaya lokal berkembang mengikuti
permintaan pasar, dan Balearic beat menjadi
sebuah subgenre yang dikenal secara luas dan
26
EDM as a music genre which has
undergone a decreasing moment until it
regained its popularity later. The history
recorded that the EDM started in 1970,
and according to Rawley Bornstein, an
MTV programmer, “EDM is the new rock
and roll”. This idea has become a reality
since the EDM is not segmented any more,
and almost every minute the radio play
the EDM songs, even also a national TV
station (Net TV) once ran a program to
search new DJ talents programcalled The
Re-Mix, and a good number of festivals
organized for this music genre. Nowadays,
the DJs perform as if they were rockstars.
In the beginning, the EDM is an
electronic music produced to be played at
night clubs, or places used for people to
dance. The Electronic Dance Music is usually
categorized on beat per minute (bpm). The
slowest EDM tempo is between 60 and 90
bpm, while the genre such as speedcore
may surpass the level of 240 bpm. The EDM
movement appeared when the disco music
started to leave the process of composing
by way of traditional orchestration, and
began using electronic musical instruments,
such as synthesizer and drum machine in
the 1970s. In those era, many producers
and DJs conducted experimentations using
blend mixing technique (Bennet, 2001), by
combining several discs so as to produce
new sounds with different tonal texture.
Later on, this technique further developed
following technological development.
The EDM developed in line with the
development of space and time. Ibiza, a town
in Balearic islands of Spain, had explored
local texts and developed them into Balearic
beat, now avery popular beat in EDM genre.
Balearic is a place surrounded by beautiful
beaches and has become a very popular
tourist destination in Europe, making Ibiza
crowded by tourists, a town now dotted by
a lot of resorts and beach clubs. A beach
club in Ibaza, to quote a brochure, offers
a ‘rave party’ clubbing, starting from dusk
until dawn, , giving birth to the local-styled
EDM following the demand of the market.
And the Balearic beat became a subgenre
known widely and attracted the attention
PEKAN KOMPONIS INDONESIA: MUSIK EKSPERIMENTAL ELEKTRONIK
diminati beach club lain di luar wilayah Balearic. Tidak hanya itu, industri rekaman Balearic
beat mendapat respon pasar yang luar biasa.
Hampir seluruh Beach club yang ada di dunia
menjadikan Balearic beat sebagai soundscape
saat club tersebut tidak menggelar event. Bahkan beach club ternama di Bali juga menjadikan Balearic Beat sebagai soundscape ruang,
tatkala tidak ada DJ live yang dipertontonkan.
of beach clubs in other areas. In addition to
that, the Balearic beat recording industry got
a tremendous response from the market.
Almost all beach clubs all over the world
now make Balearic beat as soundtrack at
times when the club doesn’t organize a
musical event. Even a popular beach club
in Bali also uses Balearic beat as a room
soundspace when there is no DJ presented.
Di akhir tahun 1980-an dan awal 1990an, di Detroit mulai terdengar subgenre lain
dari EDM. Kebisingan kota menjadi reference
dalam inovasi yang dilakukan. ‘Industrial
Noise’ sebuah tanda kehidupan urban
seperti soundscape jalanan, mesin pabrik,
shopping mall, dan keramaian kota menjadi
ide pengembangan musik EDM dan kemudian
subgenre ini lebih dikenal sebagai musik
Techno. Techno berkembang pesat dalam
ruang kota padat yang sarat akan kebisingan.
Duesseldorf - pusat kota industri di Jerman
- disinyalir menjadi akar dari perkembangan
aliran musik Techno. Ralf Hutter dan Florian
Schneider - mahasiswa musik klasik yang
frustasi akan latihan musik klasik yang
diterapkan di konservatori - memulai
eksperimen bermain musik dengan komputer
yang memungkinkan melakukan penataan
musik dengan tingkat kerumitan yang tinggi
dan digabungkan dengan soundscape yang
hadir di Duesseldorf Jerman (Gill, 1997). Hutter
dan Schneider kemudian membentuk kelompok
musik Techno bernama Kraftwerk yang dikenal
hingga kini dan tercatat dalam sejarah EDM.
Di Indonesia, EDM lumayan
berkembang - ini dapat dilihat dari
menjamurnya pesta-pesta EDM di Tanah
By the end of the 1980s and the
beginning of 1990s, in Detroit, emerged
another subgenre of EDM. The noise of the
city became a reference in the innovation
process. The ‘Industrial Noise’ is a sign of
urban life similar to street soundspace,
factory machine, shopping mall, and the noise
of the city became the basic idea for the
development of EDM music, and this subgenre
later known as techno music. It developed
rapidly in the crowded cities densed with
noises. It is assumed that Duesseldorf, an
industrial city in Germany, is the home for the
development of techno music. Ralf Hutter and
Florian Schneider, the students of classical
music, who were frustrated by the classical
music training in the conservatory, started
to conduct experiments by playing music
using computers which enabled them to
compose music with high level of complexity
combined with soundspace available in
Duesseldorf, Germany (Gill, 1977). Hutter
and Schneider then established a techno
music group called Kraftwerk known until
nowadays and recorded in the EDM history.
In Indonesia, the EDM enjoyed
reasonable development. It could be seen
through the spreading of EDM festivals
PEKAN KOMPONIS INDONESIA: MUSIK EKSPERIMENTAL ELEKTRONIK
27
28
Air. Tahun 2008, Blowfish Warehouse
Project mencoba pangsa pasar Indonesia,
dan kini berganti nama menjadi Djakarta
Warehouse Project (DWP). DWP yang
diselenggarakan oleh Ismaya Live seolah
menjadi ‘hari raya’ para pecinta musik pesta.
Sejak 2008 hingga kini DWP tidak pernah
sepi pengunjung, bahkan menjadi festival
EDM terbesar di dunia yang diramaikan
oleh DJ dan Musisi EDM papan atas dunia
yang dikunjungi puluhan ribu penonton.
all over the country. In 2008, Blowfish
Warehouse Project tried to attract Indonesia’s
market, and it changed its name to Djakarta
Warehouse Project (DWP). Organized by
Ismaya Live, the DWP seemed to become a
“big holiday” for music lovers. Since 2008
until recently, the DWP programs continue
to attract the audience; it even has become
the biggest EDM festival in the world starred
by world known DJs and EDM musicians
and attended by thousands of spectators.
Selain DWP, festival EDM yang
ramai dikunjungi masyarakat lokal dan asing
adalah Dreamfields yang diselenggarakan
di Garuda Wisnu Kencana (GWK) Bali. Sejak
diadakan pertama kali pada tahun 2014,
tercatat lebih dari 10,000 penonton memadati
GWK. Selain Dreamfield, ada juga festival EDM
lain yang diselenggarakan di Bali sejak awal
tahun 1999-an, yakni Ultra Music Festival.
Perkembangan EDM di Indonesia
selain ditandai dengan festival internasional
yang dikunjungi puluhan ribu penonton,
juga tampak pada ajang pencarian bakat DJ
di layar kaca. The ReMix - sebuah program
In addition to the DWP, the EDM
festival which attracted the local as well as
foreign audience was Dreamfields taking
place at Garuda Wisnu Kencana (GWK) Bali.
Since first organized in 2014, it was attended
- according to a record - by more than ten
thousand spectators. Besides the Dreamfield,
another EDM festival organized in Bali
since early 1999 was Ultra Music Festival.
The EDM development in Indonesia is
marked by the organization of international
festivals attended by thousands of spectators
and also the broadcasting of DJ talents hunter
by TV stations. The ReMix, a competition
PEKAN KOMPONIS INDONESIA: MUSIK EKSPERIMENTAL ELEKTRONIK
acara berformat kompetisi yang ditayangkan
oleh Net TV - ikut meramaikan kehadiran
EDM di Indonesia. Acara ini merupakan
adaptasi acara serupa yang sukses besar di
pertelevisian Vietnam pada awal tahun 2015.
TV yang bergerak dalam dunia kapital lebih
tertarik untuk mengambil dan mendaur ulang
trend daripada menyebarluaskan inovasi
yang riskan secara komersial. Kesuksesan
kompetisi EDM di Vietnam, membuat Tripar
Multivision sebagai produser The ReMix
yakin untuk menghadirkan di Indonesia.
Tentu saja keyakinan ini juga didasari
“realita” tren gaya hidup yang tampak dalam
masyarakat. Acara televisi merupakan
tanda yang dapat disebut teks sosial
(Danesi, 2008). Teks yang mereprentasikan
pelbagai nilai yang ada dalam masyarakat.
format program broadcast by Net TV, was
also an obvious presence of the EDM in
Indonesia. This program is an adaptation of a
similar show which had gained a big success
in television programs in Vietnam in early
2015. With the capital as a background, the
television program seemed to be interested
more in taking and recycling the trend rather
than spreading the innovations deemed
financially risky. Thesuccess of the EDM
competition in Vietnam led Tripar Multivision
as the producer of The ReMix being confident
to organize it in Indonesia. Of course, the
confidence was also based on the “reality” of
the lifestyle trend in the society. Television
programs are signs that could be called
the social texts (Danesi, 2008). Texts that
represen various values in the society.
‘Chorus’
‘Chorus’
Teknologi digital membuka jalan bagi era
baru dalam rekaman suara, pita mesin analog
digantikan dengan komputer. Kompu­
ter mampu menyimpan dan mereproduksi
suara yang jauh lebih akurat daripada
mesin rekaman analog lama dan dapat
menghasilkan unsur-unsur yang beda dari
‘white noise’, meskipun sering dianggap
ketidaksempurnaan, tetapi juga memberi
warna dalam rekaman itu sendiri. Teknologi
digital juga memfasilitasi sejumlah hal lain
dalam proses rekaman, termasuk membuat
sampel dari beberapa bagian musik pendek
dengan menggunakan keyboard dari synthesi­
zer, drum pad, juga bahkan suara manusia
dengan mikrofon yang kemudian disimpan
dalam bentuk MIDI. Berbagai instrument
digabung bersama sehingga menjadi sebuah
komposisi yang tersimpan dalam memori
komputer. Sampel memungkinkan untuk
dimanipulasi menjadi sumber suara pada
skala yang belum pernah mungkin. Teknik
sampling merupakan cara efektif dalam
mengambil suara dari konteks aslinya dan
mereka ulang menjadi potongan-potongan,
sehingga menghasilkan produk musik baru.
Hadirnya EDM di kancah industri
musik populer dunia dari sudut pandang teori
postmodern, merupakan kecenderungan
ke arah perpaduan secara eksplisit dan
terang-tera­ngan terhadap berbagai macam
The digital technology has opened the way
for the emergence of a new era in sound
recording. The analogue tape machine has
been replaced by computer. The computer
has the ability to store and produce sound
recording far more accurate than the
old analogue recording machine and can
produce elements different from ‘white
noise’, even though frequently considered
as imperfection, but nonetheless it gives
a nuance or colour to the recording itself.
The digital technology has also facilitated
a number of other things during the
recording process, including making samples
of various kinds of short music utilizing
keyboard or synthesizer, drum pad, and
also including the voice using microphone
which later kept in the MIDI form. Various
instruments were combined altogether so
as to prepare a composition and kept in
the computer memory. The samples might
be manipulated as a source of sound at an
unimaginable scale. The sampling technique
provided an effective way in taking sound
from the origin and repeat them into
pieces in order to produce a new music.
The EDM’s presence in the world
popular music industry - seen from
the viewpoint of postmodernism - is
a trend leading to explicit and blunt
combination of various kinds of musical
PEKAN KOMPONIS INDONESIA: MUSIK EKSPERIMENTAL ELEKTRONIK
29
aliran dan genre musik secara langsung
dan sadar (Hebdige, 1987). Perpaduan ini
berkisar antara perpaduan ulang secara
langsung dari lagu-lagu yang sudah direkam
dari era yang sama atau berbeda pada
rekaman yang sama, sampai mengambil
dan ‘mencicipi’ musik, bunyi dan instrumen
yang berbeda dengan tujuan menciptakan
identitas subcultural yang baru.
Kreativitas dalam EDM telah
menghasilkan perubahan besar peran seorang
musisi, khususnya DJ. Seorang DJ dapat
melakukan re-mixing beberapa hasil rekaman
suara artis yang sudah ada dan membuat
interpretasi baru dengan mengolah dan
menyusun menjadi tren baru. Hal ini kemu­
dian menjadikan pengaburan peran yang jelas
sekali tampak dalam produksi EDM. Seorang
DJ sekarang dapat mengklaim dirinya sebagai
komposer, arranger, produser sekaligus artis.
Ini menarik dibahas jika ditarik dari
pendekatan postmodern, bahwasanya tak
hanya musik yang dicampur melampaui
batas, bahkan peran musisi dalam hal
ini DJ juga terjadi pengaburan, tentunya
berbeda dengan rock band atau grup musik
konvensional. Pergeseran peran ini memberi
konsekuensi bagi seorang DJ. DJ Melechi
(1993) menyatakan bahwa generasi muda
mulai bosan dengan konvensi pertunjukan
rock; sehingga memunculkan scene tanpa
bintang, tontonan dan identifikasi (Bennet,
2001). DJ sebagai status memungkinkan
untuk membuang konvensi prestise, dan
pujian yang sering diterima rock star.
Identitas subkultur pun terbentuk
se­arah dengan postmodernisme yang
melingkari. Subkultur dipahami sebagai
gejala budaya dalam masyarakat yang
umumnya terbentuk berdasarkan usia dan
kelas. Secara simbolis diekspresikan dalam
bentuk penciptaan gaya (style) dan bukan
hanya merupakan penenta­ngan terhadap
hegemoni atau jalan keluar dari suatu
ketegangan sosial (Chris Barker, 2008)
DWP dan Dreamfield yang meramaikan
pasar musik Indonesia merupakan ajang
legitimasi kemeriahan pesta EDM. DWP,
Dreamfield, Ultra dan masih banyak event
pesta EDM diibaratkan sebuah karnaval
di mana semua suara berada dalam satu
30
trends and genres in direct and conscious
way (Hebdige, 1987). This combination
included the repetition of combining
songs recorded from the same era or
otherwise on the same recording, until
it ‘arrived’ to be a music, eg sound and
different instruments targetting to
create a new subcultural identity.
Creativity in EDM has resulted in
a changing role of musician, particularly
the DJs. A DJ can do re-mixing of the
available voices or artists and make
new interpretation by processing and
rearranging them to become a new
trend. This situation shows the blurring
role of musician in the production
process of EDM. A DJ right now can
claim her/himself as composer, arranger,
producer and artist altogether.
This is an interesting subject
to discuss, especially viewed from
postmodernism approach - that it is not
only music which has been so mixed
beyond limit,but also the role of the
musicians, in this case also the blurring
role of DJ. It is definitely different from
rock band or conventional music group.
The shifting role brings consequence
to a DJ. DJ Melechi (1993) states that
the young generation is fed up with
the convention of rock performance,
leading to the emergence of scene
without a star, a performance, and an
identification (Bennet, 2001). As a status,
a DJ has the possibility to throw away
the convention on prestige and the praise
frequently received by a rock star.
Thus, the subculture identity is
formed in line with the postmodernism
surround it. Subculture is understood
as a cultural symptom generally formed
based on age and class. Symbolically, it
is expressed in the form of the creation
of style and not only a resistance
against the hegemony or a way out of
social strains (Chris Barker, 2008).
The DWP and the Dreamfield which play their role in the music market
in Indonesia - provide a legitimate EDM
festivity. DWP, Dreamfield, Ultra and a lot
more EDM events resemble a carnival in
PEKAN KOMPONIS INDONESIA: MUSIK EKSPERIMENTAL ELEKTRONIK
irama. Tak ada ras yang lebih tinggi dari ras
lain, tak ada laki dan perempuan, semua
individu menyatu dalam kebersamaan. Tawa
dan hirarki sosial melebur dan membaur
tanpa batas dalam hentakan irama.
which all voices are in one rhythm. There is
no race higher that the other, no men and
women, all persons united in togetherness.
Laughter and social hierarchy merge and
mix without limits in the rhythmal beat.
‘Verse 2’
‘Verse 2’
Kembali ke lagu ‘Ora Minggir Tabrak’ yang
bergenre EDM, dihadirkan kembali oleh
Kill the DJ yang diprakarsai oleh Marzuki
Mohammad (pendiri Jogja Hip-Hop
Foundation) yang mengaku terinspirasi
dari pengalaman masa kecil. Lagu tersebut
menurut Marzuki Mohammad dalam sebuah
wawancara, “Pas buat AADC 2 sebab hidup
memang seperti ini, kalau tidak minggir
pasti ketabrak.” Begitu pun dengan masa
sekarang di mana kita tidak dapat berdiam
diri sedangkan waktu terus berjalan dan
kehidupan berlanjut (Marzuki, 30 April 2016).
Bagi Marzuki, lagu ‘Ora Minggir Tabrak’
memiliki arti yang sangat mendalam dalam
kisah Rangga dan Cinta (Tokoh dalam AADC
2). Sebab pada saat terpisah keduanya
harus tetap menjalani hidup masing-masing
sampai akhirnya kembali dipertemukan di
AADC 2 dan begitulah filosofi hidup yang
dituangkan Kill The DJ dalam lagunya yang
dimaknainya jika kamu tidak melanjutkan
hidup maka kamu akan tertabrak.
Kill the DJ memulai karir bermusik
sejak 2001, dan mendirikan Jogja Hip Hop
Foundation (JHF) pada tahun 2003. Marzuki
mengaku bahwa perkembangan Rave Party di
Yogyakarta menjadi alasan utama mengapa
memilih jalur EDM. Nama Kill the DJ dipilih
karena penolakannya terhadap tokoh idola
(DJ) dan sudah saatnya menginspirasi diri
dengan apa yang dimiliki, sehingga JHF hadir
sebagai ruang tanpa tembok yang menaungi
para pecinta musik hip hop di Yogyakarta
(Marzuki, 23 Juli 2014). Yogyakarta dengan
kultur budaya Jawa mengenal pantun
yang sering disebut parikan, dan parikan
inilah yang kemudian dikembangkan oleh
JHF sebagai teks lagu yang dinyanyikan.
AADC 2 film remaja yang disutradari
oleh Riri Riza, menceritakan tentang kisah
persahabatan empat orang perempuan
dengan warna kehidupan cinta salah satu
tokohnya yang bernama Cinta. Kisah dimulai
Back to the ‘Ora Minggir Tabrak’ in EDM
genre, presented by Kill the DJ initiated
by Marzuki Moohammad (the founder of
Jogja Hip-Hop Foundation) who admitted
that he was inspired by his experiences
in his childhood. The song, according to
Marzuki Mohammad in an interview, “It
fits for AADC 2 because life is just like
that. If you don’t give way you will be hit.”
The same also today, we cannot remain
being ignorant while time and life are
moving on (Marzuki, 30 April 2016).
For Marzuki, ‘Ora Minggir Tabrak’
song carries a very meaningful message
in the story of Rangga and Cinta (the
leading characters in AADC 2). When
they were separated they had to go
through their respective life until they
met again, and that was the philosophy
of life reflected by Kill the DJ in that song,
meaning that if you didn’t continue to
go on with your life, you would be hit.
Kill The DJ started his career in
music in 2001, and established Jogja Hip
Hop Foundation (JHF) in 2003. Marzuki
admitted that the development of rave
party in Yogyakarta had been the main
reason why he chose the EDM way.
The name Kill the DJ has been selected
because of his refusal against an idol (DJ)
and that it was about time to inspire his
own life with what he has gone through,
so that JHF is there to provide a space
without a wall providing shelter for the
hip hop lovers in Yogyakarta (Marzuki, 23
July 2014). Yogyakarta with the Javanese
culture knows pantun (traditional poetry)
called parikan, and later it has been
developed by JHF and used as song lyrics.
The AADC 2, a movie catering
the young generation, directed by Riri
Riza, related on the friendship of four
girls with their respective love stories.
One of them was Cinta. The story began
PEKAN KOMPONIS INDONESIA: MUSIK EKSPERIMENTAL ELEKTRONIK
31
32
ketika empat orang perempuan mengadakan
perjalanan wisata ke kota Yogyakarta.
Yogyakarta sebagai destinasi wisata yang
memiliki banyak tempat yang menarik untuk
dikunjungi. Hanya saja dalam kisah tersebut
tempat yang dikunjungi pertama adalah
tempat hiburan malam, bukan keraton dan
tempat bersejarah lainnya. Rave Party menjadi
scene pertama kunjungan wisata yang
dilakukan empat sahabat perempuan tersebut.
Rave Party menjadi daya tarik hiburan
yang jarang dibicarakan, meski pada ke­
nyataannya spanduk-spanduk yang menawarkan hiburan dan minuman sering dijumpai di
sudut kota. Ada satu hal yang dengan mudah
membedakan antara Yogyakarta dengan
Jakarta. Di Jakarta, kota metropolitan, terutama
pada jalan-jalan utama sepanjang bandara ke
pusat kota Sudirman – Thamrin, di beberapa
tempat akan menemukan baliho atau spanduk
bernuansa acara keagamaan, seperti pengajian
oleh para Habib dan acara-acara kea­gamaan
lainnya. Sebaliknya, di Yogyakarta, kota yang
menurut banyak orang kota budaya dan
pendidikan, akan sulit menemukan spanduk
serupa, karena akan lebih sering menemukan
spanduk atau baliho dari berbagai tempat
hiburan malam yang menawarkan musik,
(sexy) dance dan juga minuman keras, yang
seringkali ditawarkan dengan terang-terangan
berapa harga per botolnya. Ini sebenarnya
bukan fenomena baru, karena sejak awal
millenium yang lalu sepertinya sudah muncul berbagai spanduk serupa, seiring dengan
munculnya berbagai tempat hiburan di Yogya.
Lagu ‘Ora Minggir Tabrak’ yang
dinyanyikan Kill the DJ dalam scene Rave
Party, memiliki banyak makna jika dianalisis secara tekstual. Parikan yang biasanya
untuk tembang dolanan anak berubah
makna dan fungsi dalam ruang berbeda.
Apabila dicermati teks lagu ‘Ora Minggir Tabrak’ memiliki makna filosofis yang
mendalam jika dikaitkan dengan kondisi
sosial masyarakat yang tampak saat ini.
Berikut lirik lagu ‘Ora Minggir Tabrak’:
when the four girls went on vacation
to Yogyakarta. The city has quite a
number of attractive tourist destinations
to visit. Unluckily, the first place they
visited was a night club, not the keraton
(palace) and other historic places. Rave
party was the first scene of tourist
destination visited by the four girls.
As an attractive entertainment, rave
party is rarely discussed, even though in
reality, street banners offer entertainment
and drinks appeared on the corners
across the city. There is one thing that
makes it easier to differentiate between
Yogyakarta and Jakarta. In Jakarta, the
metropolitan city, particularly along the
main streets from the airport to the city
center of Sudirman-Thamrin area, in
several places one likely spot ballyhoos
or street banners announcing religious
gathering, such as religious classes
delivered by certain Habibs (Muslim clerics)
and other religious events. On the contrary,
in Yogyakarta, a city considered of culture
and education, it is difficult to find similar
street banners. There are a lot of banners
and ballyhoos on night entertainment
offering music, (sexy) dance and alcoholic
drinks which - in many cases - the prices
are even mentioned straight away. In
fact, this is not a phenomenon, because
since the beginning of the new millennia,
similar banners have appeared in many
entertainment places in Yogyakarta.
‘Ora Minggir Tabrak’ sung by Kill
the DJ in a rave party scene, has a lot
of meanings if it is analyzed as a text.
The parikan usually used in the children
songs has changed its meanings and
functions when applied in different
spaces. If we look deeper into the
‘Ora Minggir Tabrak’, the lyric has a
philosophically penetrating meaning in
the context of the recent social condition.
Following is the lyric
of ‘Ora Minggir Tabrak’:
Nggir Ra Minggir Tabrak (Minggir kalau
tidak minggir akan tertabrak)
Minggir Ra Minggir Tabrak (Give
way otherwise will be hit)
Mijil-tuwuh, urip-urup, muksa-pati (Lahir-
Mijil-tuwuh, urip-urip, muksa-pati (Born-
PEKAN KOMPONIS INDONESIA: MUSIK EKSPERIMENTAL ELEKTRONIK
Tumbuh, Hidup-Menghidupi, Hilang-Mati)
develop, live and to live, disappear-die)
Esuk-awan, surup-sirep, rina-wengi (PagiSiang, Senja-Menghilang, Siang-Malam)
Esuk-awan, surup-sirep, rina-wengi (morningnoon, twilight-disappearing, noon-evening)
Saiki, neng kene, ngene, dilakoni
(Sekarang, di sini, begini, dijalani)
Saiki, neng kene, ngene, dilakoni
(now, here, like this, undergo)
Semeleh, kudu gelem, lan nggelemi
(Ikhlas, harus mau, dan memang mau)
Semeleh, kudu gelem, lan nggelemi
(sincere, should be willing, and willing)
Wiji wutuh, wutah pecah, pecah tuwuh,
wiji maneh (Biji utuh, jatuh pecah,
pecah tumbuh, kembali menjadi biji)
Wiji wutuh, wutah pecah, pecah tuwuh, wiji
maneh (seeds are intact, fell and broken,
broken and grow, again become seed)
Laku, lakon, dilakoni kanthi semeleh (Laku,
perjalanan, dijalani dengan ikhlas)
Laku, lakon, dilakoni kanthi semeleh
(behave, behavior, play, do it sincerely)
Obah mamah, mingset nggeget,
nyikut nggrawut, ngglethak penak
(Bergerak makan, mengecil menggigit,
sikutan cakaran, rebah nyaman)
Obah mamah. mingset nggeget, nyikut
nggrawut, ngglethak penak (move and
eat, disparaging and biting, elbowing
scratching, lie down comfortably)
Nggir ra minggir tabrak wong urip kudhu
tumindak (Minggir kalau tidak minggir
akan tertabrak, hidup harus dijalani)
Nggir ra minggir tabrak wong urip kudhu
tumindak (give way otherwise will be
hit, life should be gone through)
Lirik tersebut tampak pas jika dilihat
dari perjalanan cinta tokoh Rangga dan Cinta,
di mana pada awalnya terpisah dalam jarak
dan ruang, serta banyak persoalan yang
masih belum terselesaikan namun hidup
terus berjalan. Hingga pada akhirnya mereka
dipertemukan dan masalah terpecahkan dan
hidup tetap terus berjalan. Jika dikontekskan
dengan kondisi sosial masyarakat Yogyakarta
yang lebih luas, hadirnya Rave Party di tengah
identitas budaya yang masih diagungkan
tentunya menjadi dua hal yang bertolak
belakang, tetapi hidup terus berjalan
pertarungan ekonomi menjadi hal yang patut
diperhitungkan. Pasar menuntut hadirnya
ruang baru yang menawarkan kebebasan.
That lyrics sounds fitting if seen
from the love story of Rangga and Cinta
characters, where they are initially
separated in distance and space, and have
a lot more unsettled problems, however,
life goes on. At the end, they meet again
and all problems are settled and life moves
on. If it is connected to a larger social
condition in Yogyakarta, the presence of
rave party in a city with a cultural identity
still considered honorable, clearly it provides
two things which are contradictory, but
life is still going on, and the economic
struggle ought to be taken into account.
The market demands the presence of
a new room that offers freedom.
‘Chorus’
‘Chorus’
‘Ora Minggir Tabrak’ sebagai sebuah teks
dianalisis dengan pendekatan kritis. Lagu
genre EDM tersebut dalam soundtrack
film yang menarasikan perjalanan wisata
di kota Yogyakarta dalam scene Rave
Party mengisyaratkan “realita” hadirnya
‘Ora Minggir Tabrak’ as a text analyzed
with a critical approach. The EDM genre
song in a move soundtrack narrating
on a touristic trip in Yogyakarta in rave
party scene indicates a “reality” on the
presence of night entertainment place
PEKAN KOMPONIS INDONESIA: MUSIK EKSPERIMENTAL ELEKTRONIK
33
34
hiburan malam sebagai destinasi wisata
yang diperhitungkan di Yogyakarta.
Kepanikan moral yang biasa
didengungkan tertembus batas kebutuhan
pasar. Max Richter dalam tulisan “Dunia lain
di Yogyakarta: Dari Jatilan hingga Musik
Elektronik”, menyebutkan bahwasanya
musik elektronik menciptakan zona
otonomi temporer, yang membebaskan
para peserta dari kungkungan negara
dan kekuasaan komersial. Pertunjukan di
zona komersial di Yogyakarta pada derajat
tertentu memperbolehkan para peserta
untuk menantang dan melewati peran
gender yang dibatasi oleh konservatisme
negara dan komodifikasi global (Ariel
Heryanto, 2012). Perempuan dalam citra
masa kini telah dibebaskan dari belenggu
aturan moral. Empat tokoh perempuan
dalam AADC 2 mempertegasnya bahwa
lantai dansa adalah milik siapapun yang
ingin melantai. Batas-batas belenggu
moral tampak telah ditembus oleh ruangwaktu. ‘Ora Minggir Tabrak’ secara
tekstual menggambarkan hal tersebut.
as a tourist destination in Yogyakarta
that should be thoroughly considered.
The circulated moral panic have
been attacked by the market demand.
In his article, “Dunia lain di Yogyakarta:
Dari Jatilan hinggga Musik Elektronik”
(Another World in Yogyakarta: From Jatilan
to Electronic Music), Max Richter said that
electronic music has created a temporary
autonomous zone, which has liberated the
participants from the shackles of the state
and the commercial power. Performances
in commercial zones in Yogyakarta, to a
certain level, allow participants to challenge
and go beyond the role of gender limited
by the state conservatism and the global
commercialization of commodity (Ariel
Heryanto, 2012). Right now, the image
of women has been liberated from the
shackles of moral set-up. The four girls in
AADC 2 have stressed that the dance floors
belong to whoever wants to dance. The
shackles of moral set-up seems to have
been broken by space-time. ‘Ora Minggir
Tabrak’ textually referred to that matter.
‘Ending’
‘Ending’
EDM telah menjelajah dunia muda dengan
berbagai bentuk sesuai dengan ruang dan
waktu. Bermula dari klub dengan disko
kemudian mewabah tanpa batas ke seluruh
penjuru dunia. EDM sebagai sebuah budaya
anak muda sangat fluid, banyak formasi
berkelindan di mana hal tersebut selalu
melebihi setiap upaya memetakan hadirnya.
EDM sebagai budaya anak muda
telah mendobrak nada dalam legitimasi
kemeriahan karnaval di mana semua suara
berada dalam satu irama. Tak ada ras
yang lebih tinggi dari ras lain, tak ada laki
dan perempuan, semua individu menyatu
dalam kebersamaan. Tawa dan hirarki sosial
melebur dan membaur tanpa batas dalam
hentakan irama. Electronic Dance Music
menawarkan perlawanan dan kebebasan.
The EDM has explored the world of the
young generation in various forms in line
with space and time. Starting from a disco
club and then spread like epidemic without
borders throughout the world. As a culture
of the young generation, EDM is very fluid,
many formations are entwined which is
beyond any efforts to map out its presence.
EDM as a culture of the young
generation has broken the tone in the
legitimate festivity of a carnival in which
all sounds are represented in one and
only rhythm. There is no race higher than
anothere, there is no man and woman,
all persons are united in togetherness.
Laughter and social hierarchy are melt in
the beating of the rhythm. The Electronic
Dance Music offers resistance and freedom.
PEKAN KOMPONIS INDONESIA: MUSIK EKSPERIMENTAL ELEKTRONIK
Daftar Pustaka
Publications
Barker, C. 2004., Cultural
Studies, Teori dan Praktek.
Yogyakarta: Kreasi Wacana.
Bennet, A. 2001., Cultures of
Popular Music. Open University Press.
Cohen, S. 1987.,Folks Devils
and Moral Panics: The Creation
of the Mods and Rockers, 3rd
edn. Oxford: Basil Blackwell.
Danesi, M. 2008., Popular
Culture: Introductory Perspectives.
Rowman & Littlefield Publishers Inc.
Gill, A. 1997., We can be a
heroes. Mojo, 41, April: 54-80.
Hebdige, D. 1987., Cut n Mix:
Culture, Identity and Caribbean
Music. London: Routledge.
Melechi, A. 1993., The Ecstasy
of Disappereance, in Redhead 1993.
Readhead, S. (ed). 1993: Rave Off:
Politics and Deviance in Contemporary
Youth Culture. Aldershot: Avebury.
Strinati, D. 2007., Popular
Culture. Yogyakarta: Jejak.
Barker, C. 2004. Cultural
Studies, Teori dan Praktik (tans.).
Yogyakarta: Kreasi Wacana.
Bennet, A. 2001, Cultures of
Popular Music. Open University Press.
Cohen, S. 1987., Folks Devils and
Moral Panics: The Creation of the Mods and
Rockers, 3rd edn. Oxford: Basil Blackwell.
Danesi, M. 2008., Popular
Culture: Introductory Perspectives.
Rowman &Liittlefield Publishers Inc.
Gill, A. 1997., “We Can be
Heroes”. Mojo, 41, April: 54-80.
Hebdige, D. 1987., Cut n Mix:
Culture, Identity and Caribbean
Music. London: Routledge.
Melechi, A. 1993., The Ecstacy
of Disappearance, in Redhead 1993.
Redhead, S. (ed). 1993.,
Rave Off: Politics and Deviance in
Contemporary Youth Culture.
Aldershot: Avebury.
Strinati, D. 2007., Popular
Culture. trans. Yogyakarta Jejak.
PEKAN KOMPONIS INDONESIA: MUSIK EKSPERIMENTAL ELEKTRONIK
35
TRANSFORMASI
PUREDATA BERBASIS
SUARA UNTUK
ELECTROACOUSTIC
MUSIC
/
PUREDATABASED SOUND
TRANSFORMATION
FOR
ELECTROACOUSTIC
MUSIC
oleh / by Antonius S. Priyanto
36
PEKAN KOMPONIS INDONESIA: MUSIK EKSPERIMENTAL ELEKTRONIK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengeksplorasi kemungkinan-kemungkinan
baru untuk mengubah suara yang akan
digunakan sebagai desain dasar untuk
komposisi berbasis suara. Transformasi suara
dapat didefinisikan sebagai metamorfosis
timbral dalam satu peristiwa tunggal
suara atau sonorous gesture. Sementara
transformasi timbral bukanlah konsep
baru atau fitur musik, sebagian besar telah
dieksplorasi dalam karya-karya banyak
komponis modern. Penggunaan berbagai
teknik yang diperpanjang berperan dalam
banyak komposisi, setelah tahun 1945
menunjukkan meningkatnya minat dalam
mengeksplorasi kemungkinan-kemungkinan
baru transformasi timbral. Perkembangan
musik electroacoustic bersama dengan
penemuan komputer yang lebih kuat
memungkinkan komponis untuk membuat
suara baru dan struktur suara sejauh
imajinasi seseorang memungkinkan.
Puredata adalah bahasa
pemrograman visual yang dikembangkan
oleh Miller Puckette di tahun 1990-an untuk
menciptakan musik komputer dan multimedia
The purpose of this study is to explore
new possibilities of transforming
sound to be used as basic design for
sound-based composition. Sound
transformation may be defined as a
timbral metamorphosis within one single
sound event or sonorous gesture. While
timbral transformation is not a new
concept or feature in music, it has largely
been explored in the works of many
modern composers. The use of various
instrumental extended techniques in
many compositions composed after 1945
shows growing interest in exploring new
possibilities of timbral transformation.
The development of electroacoustic
music along with the invention of more
powerful computer enables composer to
create new sounds and sound structures
as far as one’s imagination allows.
Puredata is a visual programming
language developed by Miller Puckette
in the 1990s for creating interactive
computer music and multimedia works. In
Puredata all properties of sound can be
represented into numbers and its visual
PEKAN KOMPONIS INDONESIA: MUSIK EKSPERIMENTAL ELEKTRONIK
37
karya interaktif. Dalam puredata semua
properti suara dapat direpresentasikan
dalam angka dan representasi visual.
Perpustakaan mengembangkan puredata
objects yang membuka kemungkinan
takterbatas dari kinerja dengan suara
digital untuk tujuan komposisi. Proses
transformasi suara suara digital dengan
demikian mudah dilakukan sesuai dengan
niat komponis dan imajinasi kreatif.
V-Spectra adalah program berbasis
puredata yang ditulis untuk mengubah
suara dengan mengirimkannya melalui filter
tertentu. Karakter suara tertentu setelah
proses filtrasi akan ditentukan oleh jenis
filter yang digunakan. V-Spectra bekerja
dengan menganalisis spektrum sinyal audio
tertentu, dan ‘snapshot’ sifat-sifat spektral
dari sinyal audio pada titik waktu tertentu.
Sifat spektral yang diambil terdiri dari daftar
fundamental dan parsial dalam dua dimensi:
frekuensi dan amplitudo. Informasi ‘snapshot’
ini kemudian digunakan sebagai filter dalam
proses transformasi suara melalui sistem.
V-Composer adalah program
berbasis puredata sebagai proyek perluasan
V-Spectra yang mengembangkan untuk
real-time komputer komposisi interaktif.
Elaborasi berbagai teknik manipulasi suara
seperti: konvolusi, waktu peregangan,
dengung, penjajaran suara, spasialisasi,
pergeseran frekuensi, filtrasi, perulangan
bahwa semua yang dilakukan dalam real
time. Tantangannya adalah bagaimana
membuat konstruksi bermakna suara.
representation. The growing library of
Puredata Objects opens up unlimited
possibilities of working with digitalized
sound for composition purposes.
The process of sound transformation
of digitalized sound can thus easily
be done according to composer’s
intention and creative imagination.
V-Spectra is a Puredata-based
program written to transform sound
by sending it through certain filter. The
character of certain sound after the
filtration process will be determined by
the kind of filter being used. V-Spectra
works by analyzing the spectrum of
certain audio signal, and ‘snapshot’ the
spectral properties of the audio signal
at certain point of time. The captured
spectral properties consist of a list of
fundamentals and its partials in two
dimensions: frequencies and amplitude.
This ‘snapshot’ information is then being
used as filter in the proses of transforming
sound fed through the system.
V-Composer is a Puredata-based
program as an expansion project of
V-Spectra that was developed for realtime computer interactive composition.
The elaboration of various techniques of
sound manipulation such as convolution,
time stretching, reverberation, sound
juxtaposition, spatialization, frequency
shift, filtration, looping, all being done in a
real time. The challenge is how to make a
meaningful construction of sound out of it.
Leigh Landy, “Sound Transformations in Electroacoustic Music,” Composers Desktop Project Ltd.,
Accessed September 9th, 2016. http://www.composersdesktop.com/landyeam.html#TMETA
1
38
PEKAN KOMPONIS INDONESIA: MUSIK EKSPERIMENTAL ELEKTRONIK
PEKAN KOMPONIS INDONESIA: MUSIK EKSPERIMENTAL ELEKTRONIK
39
KURATORIAL
KOMPONIS MUDA
2016
/
CURATORIAL
OF YOUNG
COMPOSERS 2016
40
PEKAN KOMPONIS INDONESIA: MUSIK EKSPERIMENTAL ELEKTRONIK
Selama bulan Juli-Agustus 2016, Dewan
Kesenian Jakarta membuka kesempatan bagi
komponis muda untuk menjadi bagian dari
program Pekan Komponis Indonesia “Musik
Eksperimental Elektronik”. Komite Musik
DKJ telah mengkurasi sebanyak 60 karya
musik elektronik dari 52 calon peserta yang
mendaftar dan menetapkan 6 (enam)
komponis muda yang tampil dalam
panggung eksperimental konser.
During July-August 2016, the Jakarta Arts
Council opens the opportunity for young
composers to become part of the Indonesian
Composers Week under the theme of
“Experimental Electronic Music”. The Music
Committee of the Jakarta Arts Council has
received 60 electronic music compositions
from 52 registered participants and decided
that six young composers will appear on
the experimental stage concert program.
PEKAN KOMPONIS INDONESIA: MUSIK EKSPERIMENTAL ELEKTRONIK
41
PAMERAN
ORGANOLOGI
/
ORGANOLOGI
EXHIBITION
42
PEKAN KOMPONIS INDONESIA: MUSIK EKSPERIMENTAL ELEKTRONIK
IHSANUL FIKRI
ARTMOSF
ORKESTRASI MEMANFAATKAN TUMBUHAN, AIR, DAN
TUBUH. SUMBER BUNYI BERASAL DARI ROBOT BERBAHAN
BESI YANG DIKENDALIKAN OLEH MOTOR/DINAMO.
ORCHESTRATION USE THE PLANTS, WATER, AND BODY.
THE SOUND SOURCE THAT A ROBOT MADE OF IRON
WHICH IS CONTROLLED BY THE MOTOR / DYNAMO.
LINTANG RADITYA
CHAOS BOX
MIX MEDIA - MODULAR SYNTHESIZER
OZSA ERLANGGA
COWONG SURA
BAHAN DASAR BAMBU 150 CM SEBANYAK 3 BUAH, RANTING
POHON KERING, KAIN TALI PENGIKAT, LASER (MAINAN),
SYNTHESIZER (NOISE GENERATOR), QUAD OCS, NAND
GATE OSC, KRP VIBRATOR, SYNTHESITER, TIMER OSC.
THE BASIC INGREDIENTS OF BAMBOO 150 CM 3 PIECES,
DRIED TREE TWIGS, FABRIC STRAP, LASER (TOYS),
SYNTHESIZER (NOISE GENERATOR), QUAD OCS, NAND
GATE OSC, KRP VIBRATOR, SYNTHESITER, TIMER OSC.
NOVAN YOGI HERNANDO MAUPULA
REKA GENTA
BAHAN DASAR PLYWOOD, KAYU, KELERENG,
BELL, LONCENG, SENAR, DAN KAWAT.
THE BASIC INGREDIENTS OF PLYWOOD, WOOD,
MARBLE, BELL, CHIMES, STRINGS AND WIRE.
PEKAN KOMPONIS INDONESIA: MUSIK EKSPERIMENTAL ELEKTRONIK
43
BIOGRAFI
/
BIOGRAPHIES
44
PEKAN KOMPONIS INDONESIA: MUSIK EKSPERIMENTAL ELEKTRONIK
KOMPONIS MUDA / YOUNG COMPOSERS
DYLAN AMIRIO
DYLAN AMIRIO (DKI JAKARTA) – Lahir di
Jakarta, 2 Februari 1992. Dylan menyelesaikan
pendidikan formal Politics and International
Studies di University of Melbourne, Australia
(2010-2013). Saat ini Dylan bekerja
sebagai jurnalis bisnis dan teknologi di The
Jakarta Post. We like to disappear adalah
karya komposisi Dylan yang mencoba
menggambarkan keinginannya untuk
menghilang, sebuah proses “menghilang”
yang berasal dari keinginan, hingga perlahanlahan berangsur hilang, sampai kehilangan
dan ketidakberadaan benar-benar terjadi.
DYLAN AMIRIO (DKI JAKARTA) – born
in Jakarta, 2 February 1992. Dylan
graduated from Politics and International
Studies at the University of Melbourne,
Australia (2010-2013). Right now Dylan
works as a journalist for The Jakarta
Post, covering business and technology.
We like to disappear is a composition by
Dylan depicting his desire to disappear,
a process of “disappearing” emanating
existence are really take place.
PEKAN KOMPONIS INDONESIA: MUSIK EKSPERIMENTAL ELEKTRONIK
45
KOMPONIS MUDA / YOUNG COMPOSERS
FAHMI MURSYID
FAHMI MURSYID (BANDUNG, JAWA BARAT)
– Lahir di Tasikmalaya, 12 Desember
1993. Fahmi adalah lulusan Fakultas Seni
Rupa dan Desain di Institut Teknologi
Nasional. Karya komposisi Fahmi, Eklektik
Tropikal memiliki konsep eklektik, yaitu
dengan cara menggabungkan unsur musik
modern (hip hop) dan tradisional Indonesia
(suling, kalimba, dan mini-gamelan).
46
FAHMI MURSYID (BANDUNG, WEST
JAWA) – born in Tasikmalaya, 12 December
1993. Fahmi graduated from the Faculty of
Fine Arts and Design of Institut Teknologi
Nasional (National Institute of Technology).
Fahmi’s work, Elektrik Tropikal comes
with electric concept by way of combining
modern music elements (hip hop) and
Indonesian traditional music equipment
(suling, kalimba, and gamelan).
PEKAN KOMPONIS INDONESIA: MUSIK EKSPERIMENTAL ELEKTRONIK
KOMPONIS MUDA / YOUNG COMPOSERS
HARRY HARYONO
HARRY HARYONO (SUKABUMI, JAWA BARAT)
– Lahir di Sukabumi, 11 November 1982. Harry
menyelesaikan studi Pendidikan Seni Musik
di Universitas Pendidikan Indonesia. Harry
sempat terlibat dalam organisasi Ensemble
Kyai Fatahillah dan mengikuti International
Gamelan Festival Amsterdam sebagai
perwakilan perkembangan komposisi gamelan
di Jawa Barat (2010). Di Pojok Di Lebok
merupakan karya Harry yang berlandaskan
pemikiran bahwa belakangan ini ia merasa
dikepung arus informasi yang datang
dari berbagai arah, seperti kemunafikan
orang-orang dalam mengemukakan
pemikiran, tetapi memiliki standar ganda,
tanpa tahu sumber berita sebenarnya.
HARRY HARYONO (SUKABUMI, WEST JAWA)
– born in Sukabumi, 1 November 1982. Harry
completed his study at Pendidikan Seni Musik
at Universitas Pendidikan Indonesia. He was
involved in the organization of Ensemble
Kyai Fatahillah and participated at the
International Gamelan Festival Amsterdam
representating the development of gamelan
compositions in West Jawa (2010). Di Pojok
Di Lebok (At the Corner in Lebok) is Harry’s
composition based on the idea that lately he
felt surrounded by the flow of information
coming from various directions, including
the hypocrisy of people in forwarding their
ideas, their double-standardness without
knowing the real source of information.
PEKAN KOMPONIS INDONESIA: MUSIK EKSPERIMENTAL ELEKTRONIK
47
KOMPONIS MUDA / YOUNG COMPOSERS
HERY BUDIAWAN
HERY BUDIAWAN (DKI JAKARTA) –
Lahir di Jakarta, 28 Oktober 1979. Hery
menempuh pendidikan Seni Musik (Mayor
Gitar) di Universitas Negeri Jakarta
dan Institut Seni Indonesia Surakarta
Jurusan Penciptaan Karya. Saat ini Hery
aktif di ansambel gitar Jakarta Enam
Senar sebagai pengaba. A C & H, sebuah
judul karya Hery yang menggambarkan
fenomena gejala alam di Indonesia yang
kerapkali memberikan berita duka.
48
HERY BUDIAWAN (DKI JAKARTA) – born
in Jakarta, 28 October 1979. He studied
music (guitar) at Universitas Negeri
Jakarta (University of National Jakarta)
and Institut Seni Indonesia Surakarta
(Indonesia Arts Institute in Surakarta), with
the field of study on composition. Right
now Hery is active in the guitar assemble
Jakarta Enam Senar as a conductor. A C
& H, is a title of Hery’s work describing
the phenomenon of nature in Indonesia
frequently brings in miserable news.
PEKAN KOMPONIS INDONESIA: MUSIK EKSPERIMENTAL ELEKTRONIK
KOMPONIS MUDA / YOUNG COMPOSERS
MUHAMMAD FADHIL WAFY
MUHAMMAD FADHIL WAFY (MALANG, JAWA
TIMUR) – Lahir di Malang, 25 November
1989. Wafi menyelesaikan pendidikan formal
di Desain Komunikasi Visual Universitas
Negeri Malang (2008-2016). Karya Wafi
Escalating Wanderlust, diartikannya sebagai
sebuah keinginan mengembara yang perlahan
menggebu-gebu. Karya ini bercerita tentang
bagaimana seseorang mulai bertanya tentang
apa yang terjadi di dalam dirinya, kegelisahan
yang membuatnya diam, mempertanyakan
eksistensi dan jati dirinya kepada “Dia
yang ada di mana-mana”, lalu memulai
perjalanan mengarungi lapisan-lapisan
langit. Sebuah fase meditasi berdiam diri.
MUHAMMAD FADHIL WAFY (MALANG, EAST
JAWA) – born in Malang, 25 November
1989. Wafi graduated from Visual Design
Department, Universitas Negeri Malang or
state-owned university of Malang, East Java
(2008-2016). Escalating Wanderlust is the
work of Wafi through which he expressed
his strong desire to wander. It relates to how
a person starts to ask what is happening in
himself, restlessness that makes him quiet,
asking about his identity to “Him who are
in every where”, and starts to explore the
layers of the sky. A moment of meditation.
PEKAN KOMPONIS INDONESIA: MUSIK EKSPERIMENTAL ELEKTRONIK
49
KOMPONIS MUDA / YOUNG COMPOSERS
PATRICK GUNAWAN HARTONO
PATRICK GUNAWAN HARTONO (LONDON,
UNITED KINGDOM) – Lahir di Makassar, 23
Februari 1988. Patrick menempuh pendidikan
Computer Music and Live Electronic Workshop
di IRCAM (Perancis), Computer Music Courses
di Institute of Sonology (Den Haag, Belanda),
Bachelor of Music in Composition di Codarts
University of the Arts Rotterdam, dan saat
ini sedang menjalani studi Master of Music in
Sonic Art di Goldsmith, University of London,
United Kingdom. Noise to Signal adalah karya
Patrick yang terinspirasi dari fenomena
suara di balik pembuatan gamelan, seperti
kebisingan dan sinyal yang dipahami dalam
konteks konseptual, sebagai perjalanan suara
dari gamelan yang masih sepiring logam,
hingga pada akhirnya menghasilkan nada
yang unik, kaya, dan kompleks harmonik.
50
PATRICK GUNAWAN HARTONO (LONDON,
UNITED KINGDOM) – born in Makassar, 23
Fabruary 1988. Patrick studied Computer
Music and Live Electronic Workshop in IRCAM
(French), Computer Music Courses at Institute
of Sonology (Den Haag, the Netherlands), and
earned a Bachelor of Music in Composition
at Codarts University of the Arts Rotterdam.
At the moment he is comleting a Master of
Music in Sonic Art at Goldsmith, University
of London, UK. Noise to Signal is Patrick’s
work inspired by sound phenomenon of
gamelan-making process, such as the noise
and signal he understood as a conceptual
context, as part of the traveling path of the
sound of gamelan which is still in the form
of a piece of metal, until it produces unique
and rich tones with harmonic complexity.
PEKAN KOMPONIS INDONESIA: MUSIK EKSPERIMENTAL ELEKTRONIK
PAMER AN ORGANOLOGI / E XHIBITION OF ORGANOLOGY
IHSANUL FIKRI
IHSANUL FIKRI (MUARA ENIM, SUMATERA
SELATAN) - Lahir di Muara Enim, 12
November 1982. Ihsanul lulusan STKIP
PGRI Jombang. Artmosf adalah nama alat
musik buatan Ihsanul yang berasal dari
kata art (seni) dan mosf (kependekan dari
kata ‘atmosfer’) yang diartikan sebagai
‘suasana’. Sehingga Artmosf diumpakan
sebagai seni yang membangun suasana
dengan bunyi. Karya ini memanfaatkan
tumbuhan, air, dan tubuh sebagai
orkestrasi. Robot sebagai sumber bunyi
berbahan besi dengan pengendali robot
menggunakan motor/dynamo. Dalam
pembuatannya di bulan November 2013,
alat musik ini mengalami beberapa kali
perubahan bentuk dan komposisi.
IHSANUL FIKRI (MUARA ENIM, SOUTH
SUMATRA) born in Muara Enim, 12 November
1982. Ihsanul is a graduate of STKIP PGRI
Jombang - a teacher academy in Jombang,
East Java. Artmosf is the name of a musical
instrument he made. Art is derived from ‘art’
and mosf is a short of ‘atmosphere’ which
referred to ‘situation’. Artmosft is understood
as an art that creates an atmosphere using
sounds. This work makes use of plants, water,
and the body as orchestration. A Robot, the
source of the sounds, is made of iron with
the robot controller uses a motor/dynamo.
During its production in November 2013, this
musical instrument underwent several times
of changes in form and its composition.
PEKAN KOMPONIS INDONESIA: MUSIK EKSPERIMENTAL ELEKTRONIK
51
PAMER AN ORGANOLOGI / E XHIBITION OF ORGANOLOGY
LINTANG RADITYA
LINTANG RADITYA (YOGYAKARTA) - Lahir
di Yogyakarta, 18 Januari 1981. Lintang
menempuh pendidikan formal di Institut
Seni Indonesia Yogyakarta. Karya yang
dipamerkannya adalah Chaos Box. Chaos
adalah sistem yang sangat berubah-ubah
atau dinamis, sangat sensitif dari nilai
awalannya dan mustahil untuk diprediksi
hasil atau kemungkinan selanjutnya. Teori
yang cukup menarik untuk bisa diwujudkan
menjadi sebuah synth. Segi menariknya
adalah karena Lintang hidup di Indonesia
yang selalu memiliki chaos. Chaos karena
listrik yang tidak stabil, dan chaos karena
susah mendapatkan komponen yang
bagus. Sehingga hal ini menerbitkan tanya
mengenai bagaimana jika semua bentuk
chaos ini diwujudkan dalam sebuah synth.
52
LINTANG RADITYA (YOGYAKARTA) - Born
in Yogyakarta, 18 January 1981. Lintang
studied at Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
His work for this exhibition is Chaos Box.
Chaos is a system which is very sensitive
and easily changing. It is an interesting
theory that could be transformed into
synth. It is interesting since Lintang lives
in Indonesia which frequently has to cope
with chaos. Chaos due to unstable electric
supply, as well as chaos due to difficulty
to find good components. The question is
how all forms of chaos to be materialized.
PEKAN KOMPONIS INDONESIA: MUSIK EKSPERIMENTAL ELEKTRONIK
PAMER AN ORGANOLOGI / E XHIBITION OF ORGANOLOGY
NOVAN YOGI HERNANDO MAUPULA
NOVAN YOGI HERNANDO MAUPULA
(YOGYAKARTA) – Lahir di Purwakarta, 30
November 1993. Saat ini Novan tercatat
sebagai mahasiswa di Institut Seni Indonesia
Yogyakarta. Reka Genta adalah konsep
instalasi yang menggunakan prinsip gravitasi
yaitu sebuah kelereng yang menjadi media
pemukul bell, pegas, lonceng, senar, dan
beberapa potongan besi yang tersusun
sehingga menghasilkan bunyi. Sirkulasi
kelereng dirancang secara otomatis
melalui proses mekanik menggunakan
pompa yang digerakan oleh sebuah motor
DC, sehingga kelereng dapat bergerak
secara kontinu dalam sebuah frame.
NOVAN YOGI HERNANDO MAUPULA
(YOGYAKARTA) – born in Purwakarta, 30
November 1993. At the moment Novi is a
student of Institut Seni Indonnesia Yogyakarta
(Indonesia Arts Institute of Yogyakarta). Reka
Genta is a concept of installation using the
principle of gravitation; in this case marbles
being used as a medium to knock bell, spring,
string, and several pieces of iron arranged in
such a way in order to produce sounds. The
circulation of the marbles automatically is
designed through mechanic process using
a pump moved by a DC motor so that the
marbles will ceaselessly move inside a frame.
PEKAN KOMPONIS INDONESIA: MUSIK EKSPERIMENTAL ELEKTRONIK
53
PAMER AN ORGANOLOGI / E XHIBITION OF ORGANOLOGY
OZSA ERLANGGA
OZSA ERLANGGA (BANYUMAS, JAWA
TENGAH) - Lahir di Banyumas, 4 Maret 1984.
Ozsa lulusan SMK YPT Purbalingga I dan
saat ini bekerja sebagai desainer grafis di
Jalal Kreatif. Alat musik Cowong Sura adalah
instalasi yang mengambil bentuk tubuh.
Cowong (boneka) diambil dari jenis ritual
meminta hujan masyarakat Banyumas dan
dikombinasikan dengan beberapa perangkat
alat musik berbasis synthesizer mandiri.
Dalam masing-masing boneka cowong
diletakan sensor cahaya yang terkoneksi
dengan gerak tubuh, sehingga menimbulkan
bunyi sesuai jenis synth. Pada masing-masing
boneka cowong diletakan sensor cahaya yang
terkoneksi dengan gerak tubuh sehingga
menimbulkan bunyi sesuai jenis Synth. Sura
atau Suro dianggap keramat dan memiliki
banyak pandangan bagi masyarakat Jawa.
Sura dipilih untuk berbagai kegiatan, seperti
workshop atau membuat instrumen berbasis
synthesizer. Ritual cowong atau cowong-an
di Banyumas masih dianggap tabu, karena itu
Ozsa mencoba menerapkan Cowong dalam
kemasan instalasi, sebagai hiburan semata
sekaligus sebagai identitas Banyumas.
54
OZSA ERLANGGA (BANYUMAS,
CENTRAL JAWA) - Born in Banyumas,
4 March 1984. Ozsa graduated from
SMK YPT Purbalingga I (a vocational
high school) and right now works as
graphic designer at Jalal Kreatif. His
Cowong Sura ia an installation taking
the shape of a body. Cowong (doll) is
originated from a ritual of expecting
rains in Banyumas area combined with
several musical instruments based
on synthesizer. Every cowong doll is
attached with a sensor connected to the
body. Sura or Suro is considered sacred
by the Javanese people. Sura is used
for many activities, such as workshop or
making synthesizer-based instruments.
Cowong ritual or cowong-an in Banyumas
is still considered a taboo, that is why
Ozsa presents Cowong in the form of
installation, just as an entertainment
as well as an identity of Banyumas,
a small town in Central-West Java.
PEKAN KOMPONIS INDONESIA: MUSIK EKSPERIMENTAL ELEKTRONIK
P ENGIS I AC A R A TA MU / GUE S T CON T RIBU T OR S
ANTONIUS PRIYANTO
ANTONIUS PRIYANTO – Komponis,
konduktor, dan dosen pengajar bidang
musik. Antonius menempuh pendidikan
formal di di Institut Pastoral Indonesia
(IPI-Malang); Bachelor of Church Music
di Institute for Liturgy & Music Quezon
City, the Phillippines; dan Master of Music
(Composition) di University of The Philippines.
Antonius adalah pendiri sekaligus Direktur
Lippo Karawaci Community Choir & Orchestra
(2006-2009). Di Universitas Pelita Harapan,
ia menjabat sebagai Koordinator Program
Studi Komposisi (2007-2013), Kepala
Departemen (2011-sekarang), dan Dekan
Conservatory of Music (2012-sekarang).
ANTONIUS PRIYANTO – Composer,
conductor, and music lecturer. Antonius
studied at Institut Pastoral Indonesia
(IPI-Malang); Bachelor of Church Music at
Institut for Liturgy & Music Quezon City,
Philipina; and Master of Music (Composition)
at University of the Philippines. He is the
founder-cum-Director of Lippo Karawachi
Community Choir & Orchestra (20062009). At Universitas Pelita Harapan he is a
coordinator of composition study program.
Head of the Deparment (2011 till now), and
Dean of Conservatory of Music (2012- now).
PEKAN KOMPONIS INDONESIA: MUSIK EKSPERIMENTAL ELEKTRONIK
55
P ENGIS I AC A R A TA MU / GUE S T CON T RIBU T OR S
CITRA ARYANDARI
CITRA ARYANDARI – Musikolog, Peneliti
(Citra Research Center), Produser Film
Independen, dan dosen pengajar di
Program Studi Etnomusikologi, Institut Seni
Indonesia Yogyakarta sejak tahun 2006,
serta pengajar tamu di Arts Departement of
Art, Religion and Cultural Studies University
of Amsterdam (2014 hingga sekarang).
Citra berlatar belakang pendidikan formal
di Jurusan Etnomusikologi ISI Yogyakarta,
Magister Program Studi Psikologi Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
serta Doktoral Program Studi Pengkajian
Seni Pertunjukan dan Seni Rupa Universitas
Gadjah Mada. Pendidikan nonformal
Citra ditempuhnya di Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta untuk Ilmu Religi
dan Budaya, serta Sandwich Program
di Aberdeen University United Kingdom,
School of Divinity, History, and Philosophy.
56
CITRA ARYANDARI - Musicologist,
Researcher (Citra Research Center),
independent film producer, and lecturer
at Ethnomusicoloy, Institut Seni Indonesia
Yogyakarta (Indonesia’s Arts Institute of
Yogyakarta) since 2006, visiting lecturer
at the Department of Art, Religion and
Cultural Studies University of Amsterdam
(2014 until now). Citra studied at Jurusan
EtnomusikoIogi ISI Yogyakarta, earned an
Master in Pscycholgy of Education from
at private Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta, and a Ph.D in Performing Arts
Studies and Fine Art from Universitas
Gadjah Mada, Yogykarta. She also studied at
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta on
Religious and Cultural Studies and sandwich
Program in Aberdeen University, UK, of
School of Divinity, History, and Philosophy.
PEKAN KOMPONIS INDONESIA: MUSIK EKSPERIMENTAL ELEKTRONIK
P ENGIS I AC A R A TA MU / GUE S T CON T RIBU T OR S
NYAK INA “UBIET” RASEUKI
NYAK INA “UBIET” RASEUKI – Musisi
Indonesia yang menamatkan pendidikan
di Jurusan Musik-Vokal Institut Kesenian
Jakarta (IKJ), Master Etnomusikologi dari
Universitas Wisconsin, Madison, dan Ph.D
dalam Etnomusikologi dari universitas yang
sama dengan tesis Seudati in Acehnese
Tradition: A Premiliminary Study (2009). Sejak
tahun 1993 hingga sekarang, Ubiet mengajar
di Sekolah Pascasarjana IKJ. Ubiet pernah
menjadi Sekretaris Jenderal Pendidikan Seni
Nusantara (2002-2006) dan anggota Komite
Musik Dewan Kesenian Jakarta (2006-2009).
NYAK INA “UBIET” RASEUKI – Indonesian
musician graduated from Jakarta Institute
of the Arts (IKJ), earned a Master in
Etnomusicology from Wisconsin University,
Madison, and Ph.D in ethnomusicology
from the same university with the thesis of
Seudati in Acehnese Tradition: A Preliminary
Study (2009). Since 1993 till now, Ubiet is a
lecturer at the Postgraduate Studies at IKJ.
She has been in the position of Sekretary of
General of Nusantara Educational Art (20022006) and a member of Music Committee
of the Jakarta Arts Council (2006-2009).
PEKAN KOMPONIS INDONESIA: MUSIK EKSPERIMENTAL ELEKTRONIK
57
KONSEPTOR / THE CONCEPTORS
ANTO HOED
ANTO HOED – Komponis dan penata musik
Indonesia yang menempuh pendidikan
di Fakultas Hukum Universitas Indonesia
dan Institut Kesenian Jakarta. Tahun 1990,
Anto meraih prestasi Best Bass Player versi
BEX Yamaha. Tahun 1995, Anto mendirikan
grup band Potret bersama Melly Goeslaw
dan aktif berkarya hingga saat ini. Anto
meraih sejumlah penghargaan, sebagai Artis
Interprestasi Terbaik (Grand Final Karya
Cipta Viseo Musik Indonesia) di Video Klip
“Diam”, Penyanyi Duo/Group (Potret) Terbaik
Kategori Alternatif Ska dari AMI, Album “Café
Potret” Terbaik Kategori Alternatif Ska dari
AMI, dan The Best Scene (Potret) Video Music
MTV – ANTV - semua di tahun 1999. Anto
juga meraih penghargaan sebagai Penata
Musik Terbaik untuk album OST. Ada Apa
dengan Cinta? (2004) dan OST. Eiffel I’m in
Love (2005) dari Festival Film Indonesia, serta
OST. My Heart (2007) dari Indonesian Movie
Award dan Bali Movie Award. Anto terpilih
sebagai Ketua Komite Musik Dewan Kesenian
Jakarta untuk periode pengurusan 2015-2018.
58
ANTO HOED – Indonesian composer and
music arranger studied at Fakultas Hukum
Universitas Indonesia and Jakarta Institute of
the Arts (IKJ). In 1990, Anto gained an award
of the Best Bass Player versi BEX Yamaha.
In 1995, he established the band Potret
together with Melly Goeslaw and actively
produces works up till now. He received a
number of awards including the Best Artist for
Interpretation (Grand Final, Indonesia Music
Video) for Video Clip “Diam”, (Quiet), . Best
Duo/Group (Potret) for Alternative Category
(Ska) from AMI, Best Album “Café Potret”
for Ska Alternative from AMI, and The Best
Scene (Potret) Video Music MTV – ANTV,
all in 1999. Anto also gained an award as
The Best Music Arranger for albums of OST.
Ada Apa dengan Cinta? (2004) and OST. Eifel
I’m in Love (2005) from Indonesia’s Film
Festival, and OST. My Heart (2007) from
the Indonesian Movie Award and Bali Movie
Award. He was selected as the Chairman
of the Music Committee of the Jakarta
Arts Council for the period of 2015-2018.
PEKAN KOMPONIS INDONESIA: MUSIK EKSPERIMENTAL ELEKTRONIK
KONSEPTOR / THE CONCEPTORS
ANUSIRWAN
ANUSIRWAN - Komponis yang berkonsentrasi
pada perkembangan musik tradisi Indonesia.
Pendidikan formal ditempuhnya dari Institut
Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Bali dan
Program Pascasarjana Institut Kesenian
Jakarta (IKJ). Sejak tahun 1997 aktif
sebagai dosen pengajar di Program Studi
Etnomusikologi IKJ. Sepanjang perjalanan
kariernya di bidang musik, ia sempat
bergabung dengan beberapa komunitas
tari di Jakarta, seperti Dedy Luthan Dance
Company, Liga Tari Mahasiswa UI, hingga
menjadi penata musik Pos Indonesia Dance
Company yang dipimpin oleh Tom Ibnur, serta
mendirikan komunitas Altajaru. Tahun 1996
dan 1997, Anusirwan mendapat penghargaan
sebagai penata musik terbaik dalam Parade
Tari Nusantara di Taman Mini Indonesia
Indah. Anusirwan terpilih sebagai Komite
Musik Dewan Kesenian Jakarta periode
2015-2018 sebagai Sekretaris Komite Musik.
ANUSIRWAN – Composer who focuses on
the development of the Indonesian traditional
music. He studied at the Indonesia’s
Arts Institute (ISI), Denpasar, Bali and
Postgraduate Program of the Jakata Institute
of the Arts (IKJ). Since 1997 he has been an
active lecturer at Etnomusicology atIKJ. Along
his career in music he has also joined several
dance communities in Jakarta, including Dedy
Luthan Dance Company, The UI Dance League,
and as the musical director of Pos Indonesia
Dance Company led by choreographer Tom
Ibnur, and founded Altajaru community.
In 1996 and 1997, Anusirwan received an
award as the best music director in Parade
Musik Nusantara at Taman Mini Indonesia
Indah. He was selected to the membership
of the Music Committee of the Jakarta Arts
Council for the period of 2015-2018 and
became the Secretary of the Committee.
PEKAN KOMPONIS INDONESIA: MUSIK EKSPERIMENTAL ELEKTRONIK
59
KONSEPTOR / THE CONCEPTORS
AKSAN SJUMAN
AKSAN SJUMAN – Komponis lulusan
Folkwang Hochschule Essen, Jerman yang
dikenal sebagai musisi alat musik tabuh.
Aksan tergabung dalam grup band Dewa
19 (1995-1998), Potret (2001-sekarang),
dan membentuk band yang berisi karya
musik eksperimentalnya dengan nama
Aksan Sjuman & The Committee of The Fest
(2014-sekarang). Sejak tahun 2006, Aksan
meluaskan kariernya sebagai film scorer dan
memperoleh beberapa penghargaan untuk
film Laskar Pelangi, Belenggu, dan Sokola
Rimba. Aksan juga membuat komposisi dan
aransemen musik untuk Krativitaet Dance
Company Indonesia dan Ballet Sumber Cipta.
Tahun 2010, Aksan turut berkontribusi
dalam bidang pendidikan musik Indonesia
dengan mendirikan Sjuman Music of School
dan berkonsentrasi membuat alat musik
dengan merek Sjuman Instruments yang
diluncurkan sejak tahun 2015. Aksan terpilih
sebagai Komite Musik Dewan Kesenian
Jakarta periode 2015-2018 sebagai CoBidang Program Pengurus Harian.
60
AKSAN SJUMAN – Composer and percussion
musician graduated from Folkwang
Hochschule Essen, Germany. Aksan joined
the band Dewa 19 (1995-1998), Potret (2001
until now), and established a band in which
his experimental music was included with
the name of Aksan Sjuman & The Committee
of The Fest (2014 until now). Since 2006
Aksan developed his career in the field of film
working as a film scorer and has received a
number of awards or his works in film entitled
Laskar Pelangi, Belenggu, and Sokola Rimba.
He also composed and arranged music for
Krativitaet Dance Company Indonesia and
Ballet Sumber Cipta. In 2010, he contributed
his talent in music education by establishing
Sjuman Music of School and concentrated
on producing musical instruments with
the trademark of Sjuman Instruments
launched since 2015. Aksan was selected as
a member of Music Committee of the Jakarta
Arts Council for the period of 2015-2018.
PEKAN KOMPONIS INDONESIA: MUSIK EKSPERIMENTAL ELEKTRONIK
KONSEPTOR / THE CONCEPTORS
OTTO SIDHARTA
OTTO SIDHARTA – Komponis yang juga
aktif sebagai dosen pengajar di Sekolah
Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta dan
Universitas Pelita Harapan. Otto menempuh
pendidikan di Institut Kesenian Jakarta,
menerima beasiswa “Komposisi Instrumental,
Musik Elektronik, dan Musik Komputer”
di Sweelinck Conservatorium Amsterdam,
Belanda, dan menyelesaikan pendidikan
doktoral di Institut Seni Indonesia Surakarta.
Dengan variasi karyanya yang beragam
dari instrumental, orkestra, hingga musik
elektronik dan komputer, Otto kerapkali
menggelar pertunjukan di berbagai negara,
menjadi penyelenggara festival musik, serta
memimpin Orkes Simfoni Nusantara. Otto
bersama Slamet Abdul Sjukur menjadi salah
satu pendiri Asosiasi Komponis Indonesia.
Atas dedikasinya dalam bidang musik,
Otto terpilih sebagai Komite Musik Dewan
Kesenian Jakarta periode 2015-2018.
OTTO SIDHARTA – Composer and active
as a lecturer at the Postgraduate Program
of IKJ and Universitas Pelita Harapan. Otto
studied at IKJ and then on scholarship
of “Instrumental Composition, Electronic
Music and Contemporary Music at
Sweelinck Conservatorium Amsterdam, the
Netherlands, and completed his doctoral
study at ISI Surakarta. With his variety
of works from instrumental, orchestra,
and electronic and computer music, Otto
has frequently organized performances
in several countries, organizer of music
festivals, and led Orkes Simfoni Nusantara.
Together with the late composer Slamet
Abdul Sjukur he established the Association
of Indonesian Composers. Based on his
dedication in music he was selected as a
member of Music Committee of the Jakarta
Arts Council for the period of 2015-2018.
PEKAN KOMPONIS INDONESIA: MUSIK EKSPERIMENTAL ELEKTRONIK
61
KERABAT KERJA /
THE CREW
PENANGGUNG JAWAB / PERSONS IN CHARGE
DEWAN KESENIAN JAKARTA 2015-2018 /
JAKARTA ARTS COUNCIL 2015-2018
PENGURUS HARIAN / ORGANIZING COMMITTEE
IRAWAN KARSENO (KETUA PENGURUS HARIAN / CHAIRMAN)
DANTON SIHOMBING (SEKRETARIS UMUM
/ GENERAL SECRETARY)
AINI SANI HUTASOIT (KETUA BIDANG ADMINISTASI DAN
KEUANGAN / HEAD OF ADMINISTRATION AND FINANCE)
HAFIZ (KETUA BIDANG UMUM / HEAD OF GENERAL AFFAIR)
HELLY MINARTI - AKSAN SJUMAN (CO-BIDANG PROGRAM)
KONSEPTOR – KOMITE MUSIK /
CONCEPTORS – MUSIC COMMITTEE
ANTO HOED, ANUSIRWAN, OTTO SIDHARTA, AKSAN SJUMAN
TIM TEKNIS / TECHNICAL TEAM
KOORDINATOR PAMERAN / COORDINATOR OF EXHIBITION
ANDIKE WIDYANINGRUM
KRU PAMERAN / CREW OF EXHIBITION
RIZKI PONGA
MANAJER PANGGUNG / STAGE MANAGER
IRWAN SETYADI
KRU PANGGUNG / CREW OF STAGE
APRY WIBOWO - DANANG TOGARMAN - DICKY –
FARAS ANASE - MAMET - NOVAN TRIJAYA
SERI PUTRA - RICHARD HAMDAM
PUBLIKASI / PUBLICATION
PAMERAN ORGANOLOGI / ORGANOLOGI EXHIBITION
PEMBUAT ALAT MUSIK / MUSICAL INSTRUMENTAL MAKERS
LINTANG RADITYA, NOVAN YOGI HERNANDO
MAUPULA, OZSA ERLANGGA, IHSANUL FIKRI
DISKUSI MEJA BUNDAR MUSIK / ROUNDTABLE DISCUSSION
PEMBICARA / SPEAKERS
CITRA ARYANDARI, OTTO SIDHARTA
FASILITATOR / FACILITATOR
AKSAN SJUMAN
PEMASARAN / MARKETING
ANGGARA SUDIARIANTA SUBOWO
HUMAS / PUBLIC RELATION
DITA KURNIA
DESAINER GRAFIS / GRAPHIC DESIGNER
RIOSADJA
PEMANDU TAMU / LIASSON OFFICER
SERLEY BANOWATI, WINDA ANGGRIANI, STELLA PELUPESSY
PENERIMA TAMU / RECEPTION DESK
SHINTA MAULITA, ANNISA HERLIN ANETASYA
NOTULIS / SCRIBES
WA ODE WULAN RATNA
GERAI BUKU / BOOK STAND
NADIA OKTAVIANI
MASTERCLASS
RUNNER & USHER
ADJI, AGUNG MUHAMMAD FATWA, LEO LAWONO
PEMATERI / LECTURE
ANTONIUS PRIYANTO
KOMPONIS / COMPOSERS
DYLAN AMIRIO, FAHMI MURSYID, HARRY
HARYONO, HERY BUDIAWAN,
MUHAMMAD FADHIL WAFY, PATRICK GUNAWAN HARTONO
DOKUMENTASI / DOCUMENTATION
FOTOGRAFER / PHOTOGRAPHER
EVA TOBING
GUEST CONTRIBUTORS
VIDEOGRAFER / VIDEOGRAPHER
JOEL TAHER
KOMPONIS PAKAR / EXPERT COMPOSER
OTTO SIDHARTA
LOGISTIK / LOGISTIC
PESUARA / VOCAL
NYAK INA “UBIET” RASEUKI
KONSUMSI / MEALS COORDINATORS
SERLEY BANOWATI, TRISUCI MEILAWATI, META DEWI, ANDRI
PEMBAWA ACARA / MASTER OF CEREMONY
ANITA DEWI PUSPITA HUTASUHUT
OFFICE BOY
JULIANSYAH, SYAIFUL ANWAR, JAELANI, DEDI GUNAWAN
PROGRAM
KEAMANAN / SECURITY
PURBOYO, TRIYANTO
PELAKSANA PROGRAM / PROGRAM OFFICER
WINDA ANGGRIANI
PELAKSANA PROYEK / PROJECT OFFICER
STELLA PELUPESSY
MANAJER KEUANGAN / HEAD OF FINANCE
TRISUCI MEILAWATI
62
PEKAN KOMPONIS INDONESIA: MUSIK EKSPERIMENTAL ELEKTRONIK
UCAPAN TERIMA KASIH / ACKNOWLEDGEMENTS
PEMERINTAH DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA /
THE JAKARTA MUNICIPALITY
DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA /
DEPARTMENT OF TOURISM AND CULTURE OF JAKARTA MUNICIPALITY
UNIT PENGELOLA PUSAT KESENIAN JAKARTA, TAMAN ISMAIL MARZUKI /
THE UP JAKARTA ARTS CENTRE, TAMAN ISMAIL MARZUKI
RUMAH KARYA SJUMAN
SUMBER RIA SOUND
ALEX SIHAR
SELURUH KERABAT YANG TELAH MEMBANTU TERSELENGGARANYA PROGRAM INI, YANG TIDAK DAPAT KAMI SEBUTKAN SATU PER SATU /
COUNTLESS FRIENDS AND COLLEAGUES WHO CONTRIBUTE INTO THIS PROGRAM
PEKAN KOMPONIS INDONESIA: MUSIK EKSPERIMENTAL ELEKTRONIK
63
JADWAL ACARA / EVENT SCHDULE
PEKAN KOMPONIS INDONESIA 2016 “MUSIK EKSPERIMENTAL ELEKTRONIK” /
INDONESIA COMPOSERS WEEK 2016 “MUSIC EXPERIMENTAL ELECTRONIC”
TEATER KECIL, TAMAN ISMAIL MARZUKI
SENIN, 3 OKTOBER 2016 / MONDAY, OCTOBER 3TH, 2016
15:00 WIB
KONFERENSI PERS / PRESS CONFERENCE
19:30 WIB
PAMERAN ORGANOLOGI / EXHIBITION OF ORGANOLOGY
IHSANUL FIKRI (MUARA ENIM) - LINTANG RADITYA (YOGYAKARTA)
KONSER / CONCERT
FAHMI MURSYID (BANDUNG) - HERY BUDIAWAN (JAKARTA) - HARRY HARYONO (SUKABUMI)
SELASA, 4 OKTOBER 2016 / TUESDAY, OCTOBER 4TH, 2016
19:30 WIB
PAMERAN ORGANOLOGI / EXHIBITION OF ORGANOLOGY
NOVAN YOGI HERNANDO MAUPULA (PURWAKARTA) - OZSA ERLANGGA (BANYUMAS)
KONSER / CONCERT
DYLAN AMIRIO (JAKARTA) - PATRICK GUNAWAN HARTONO (LONDON, UK) - MUHAMMAD FADHIL WAFY (MALANG)
OTTO SIDHARTA & NYAK INA “UBIET” RASEUKI
RABU, 5 OKTOBER 2016 / WEDNESDAY, OCTOBER 5 TH, 2016
15:00 WIB
MASTERCLASS
ANTONIUS PRIYANTO (KOMPONIS)
19:30 WIB
MEJA BUNDAR MUSIK / ROUNDTABLE MUSIC
DISKUSI “MUSIK ELEKTRONIK” / DISCUSSION “ELECTRONIC MUSIC”
PEMBICARA / SPEAKERS: OTTO SIDHARTA (KOMPONIS / KOMPOSER)
CITRA ARYANDARI (MUSIKOLOG)
FASILITATOR / FACILITATOR: AKSAN SJUMAN (KOMPONIS / COMPOSER)
64
PEKAN KOMPONIS INDONESIA: MUSIK EKSPERIMENTAL ELEKTRONIK
DIDUKUNG OLEH / SUPPORTED BY
REKANAN MEDIA / MEDIA PARTNER
Download