DAFTAR ISI

advertisement
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................. 3
1. Infeksi Citomegalovirus Kongenital............................................................................. 3
A. Etiologi .................................................................................................................... 3
B. Definisi .................................................................................................................... 3
C. Epidemiologi ........................................................................................................... 3
D. Manifestasi Klinis .................................................................................................... 4
E. Diagnosis ................................................................................................................. 4
2. Ultrasonografi Kehamilan ........................................................................................... 7
A. Kepala ..................................................................................................................... 8
B. Vertebra .................................................................................................................. 9
C. Dada11...................................................................................................................... 9
D. Abdomen .............................................................................................................. 10
E. Ekstremitas ............................................................................................................ 11
BAB III PEMBAHASAN........................................................................................................ 12
BAB. IV KESIMPULAN ........................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 17
LAMPIRAN ......................................................................................................................... 19
i
BAB I
PENDAHULUAN
Citomegalovirus termasuk kelompok DNA virus, famili herpes virus.
CMV dapat menyebabkan infeksi laten. CMV ditularkan secara horizontal seperti,
donor organ, tranfusi darah, kontak seksual, kontak dengan saliva dan urin yang
terinfeksi CMV. Sedikitnya 50% wanita usia reproduktif terbukti terkena infeksi
CMV. Prevalensi infeksi CMV ini meningkat pada wanita dengan status
sosioekonomi rendah1. Infeksi CMV menyebabkan infeksi intrauterin dan
kerusakan otak pada anak. Infeksi primer terjadi sebanyak 2,2% pada wanita
hamil dan terbukti secara kultur atau serologi fetus terinfeksi CMV intrauterin
telah dilaporkan sebanyak 0,2-2.2% pada semua bayi lahir hidup2. Sedangkan di
negara berkembang infeksi citomegalovirus mengenai sekitar 0,3%-2,4% dari
semua bayi lahir hidup3.
Infeksi primer CMV selama kehamilan sangat sering dan kondisi serius
terhadap fetus dimasa kehamilan. Tiap tahun di USA diperkirakan 40.000 wanita
hamil mendapatkan infeksi CMV primer (serologi positif) selama kehamilan, dan
40.000 wanita dengan serologi positif memiliki kira-kira 6000-8000 bayi mereka
mengalami kerusakan neurologi yang parah dan permanen(4).
Sepuluh sampai limapuluh persen bayi terinfeksi citomegalovirus
memiliki gejala saat lahir seperti IUGR, mikrosefali, hepatosplenomegali, petekie,
jaundice, chorioretinitis, trombositopeni, dan anemia serta 20%-30% dari bayi
tersebut
akan
meninggal,
terutama
pada
disseminated
intravascular
coagulation,hepatic dysfunction dan superinfeksi bakteri. Sebagian besar infeksi
kongenital pada bayi (80%-90%) tidak mempunyai tanda atau gejala saat lahir
tetapi 5%-15% dari bayi tersebut akan terganggu perkembangannya seperti tuli
sensorineural,
keterlambatan
perkembangan
psikomotor
dan
gangguan
penglihatan5.
Standar baku emas untuk mendiagnosis infeksi CMV menggunakan uji
serologi dengan cara mendeteksi antibodi IgG terhadap CMV wanita hamil.
1
Sensitivitas dan spesifitas pemeriksaan IgG mendekati 100%, mudah digunakan,
dan memiliki kapasitas cakupan yang luas. Dengan tidak adanya skrining serial
serologi yang luas pada wanita hamil, diagnosis melalui serologi jarang tercapai
ketika serum seronegatif awal tidak digunakan. Test terbaik untuk diagnosis
infeksi intrauterin adalah menggunakan kultur dan PCR cairan amnion untuk
mendeteksi CMV. Salah satu penelitian menyimpulkan bahwa amniosintesis
mengidentifikasi 12 dari 13 (92%) fetus dengan infeksi CMV kongenital dan
beberapa penelitian mendapatkan bahwa amniosintesis memiliki sensitifitas 100%
dalam mendiagnosis infeksi CMV kongenital4.
Pada kasus yang telah dikonfirmasi adanya infeksi CMV pada ibu hamil,
penting untuk dilakukan evaluasi resiko infeksi intrauterin pada fetus melalui
konseling dan guideline yang tepat pada orangtua3. Infeksi CMV intrauterin
disebabkan transmisi CMV melalui transplasenta. Probabilitas transmisi
intrauterin setelah infeksi primer selama kehamilan adalah 30-40% dibandingkan
dengan 1% setelah infeksi sekunder5. Prenatal ultrasonografi dapat membantu
identifikasi struktur atau perkembangan abnormal yang menunjukkan infeksi
CMV pada fetus, meskipun temuan ultrasonografi tidak spesifik untuk infeksi
CMV kongenital akan tetapi jika didapatkan hasil ultrasonografi yang abnormal
pada wanita hamil dengan infeksi primer CMV menunjukkan adanya infeksi pada
fetus3.
Ultrasonografi digunakan sebagai dasar penegakan diagnosis kecurigaan
infeksi citomegalovirus pada fetus dan untuk memprediksi outcome atau
prognosis dan kelainan jangka panjang pada bayi baru lahir4,6. Oleh karena itu,
sebagai spesialis radiologi perlu mengetahui gambaran ultrasonografi prenatal
pada fetus dengan infeksi citomegalovirus sehingga hasil ultrasonografi tersebut
dapat membantu penegakan diagnosis infeksi citomegalovirus pada fetus dan
memprediksi prognosis pada bayi baru lahir.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Infeksi Citomegalovirus Kongenital
A. Etiologi
Citomegalovirus merupakan kelompok DNA virus, famili herpesvirus
yang tersebar luas di alam dengan masa inkubasi 3-12 minggu. Virus ini
dapat ditularkan melalui kontak langsung dengan cairan tubuh seseorang
yang terinfeksi CMV, seperti air liur, urine, sekresi cairan cervik atau semen
dan air susu ibu. Selain itu penularan CMV dapat terjadi secara
transplasenta ke fetus dengan insidensi 0,6% dari semua kelahiran hidup6.
B. Definisi
Infeksi citomegalovirus kongenital merupakan suatu kondisi dimana
citomegalovirus ditransmisikan ke fetus pada periode perinatal. Penularan
infeksi dapat terjadi di intrauterin yang biasa dikenal sebagai infeksi
citomegalovirus kongenital dan periode postnatal sebagai infeksi dapatan7,8.
C. Epidemiologi
Infeksi CMV merupakan infeksi paling sering yang menyebabkan
infeksi kongenital, sekitar 0,25%-2% bayi baru lahir. Sebagai contoh di
amerika serikat sekitar 30.000-40.000 bayi dilahirkan tiap tahun dengan
infeksi CMV. Ketika wanita terinfeksi selama kehamilan, kemungkinan
virus ditransmisikan ke fetus sekitar 40% infeksi. Walaupun infeksi primer
pada materna lebih tinggi resiko keparahan penyakit pada fetus, selain itu
infeksi rekuren pada ibu dengan kekebalan yang sudah ada dapat juga
menyebabkan infeksi kongenital dikarenakan sebuah kejadian dari infeksi
berulang strains CMV yang berbeda. Sekitar 1%-2% wanita hamil terinfeksi
dengan CMV selama kehamilan dan lainnya banyak dengan infeksi
berulang CMV7.
3
D. Manifestasi Klinis
Sekitar 5%-10% bayi yang terinfeksi CMV di intrauterin memiliki
manifestasi klinis yang jelas saat lahir, yang dikenal sebagai infeksi
kongenital CMV simptomatik atau CMV disease. Tanda klinis ini terdiri
dari berbagai derajat manifestasi sistemik, neurologi, audiologi, dan
optalmiologi. Tanda sistemik infeksi CMV, yaitu jaundice, hepatomegali,
splenomegali, intrauterine growth retardation, and petekie atau purpura
(trombositopenia)7.
Manifestasi penyakit CMV ke audiologi, optalmologi dan neurologi
relatif kecil pada periode neonatus, seperti tuli sensorineural, mikrosefali,
chorioretinitis, optic atrophy dan hipotonia atau hipertonia. Tuli
sensorineural dan mikrosefali memiliki prevalensi tertinggi sebagai
manifestasi klinis infeksi CMV, sekitar 30%-50% atau lebih dari neonatus
dengan infeksi CMV dan mengalami komplikasi optalmologi hanya 10%.
Katarak tidak termasuk manifestasi infeksi CMV kongenital7.
Sekitar 90-95% infeksi CMV pada bayi baru lahir tidak mempunyai
tanda klinis saat lahir, kondisi ini disebut sebagai infeksi CMV kongenital
asimptomatik. Akan tetapi 10% dari bayi dengan infeksi CMV kongenital
asimptomatik mempunyai tuli sensorineural, oleh sebab itu jika didapatkan
bayi dengan tuli sensorineural dapat dicurigai adanya infeksi CMV
kongenital karena infeksi CMV merupakan penyebab nongenetik ketulian
pada anak yang paling sering7.
E. Diagnosis
1. Diagnosis infeksi CMV pada materna
Penegakan diagnosis infeksi citomegalovirus kongenital ditinjau
dari dua hal, yaitu aspek materna dan fetus yang terinfeksi. Pada materna
dengan infeksi citomegalovirus biasa asimtomatis, oleh karena itu
peningkatan empat kali lipat titer serologi antibodi IgG spesifik
citomegalovirus selama 4-6 minggu, disertai perubahan IgM dari negatif
menjadi positif. Antibodi IgM pada citomegalovirus tidak selalu ada
selama infeksi primer, tetapi dapat juga terdeteksi pada reinfeksi
4
citomegalovirus, atau sebagai positif palsu yang disebabkan oleh infeksi
viral6.
Cara lain untuk menentukan infeksi citomegalovirus adalah
mengevaluasi kekuatan atau aviditas antibodi dengan antigen, aviditas
antibodi merupakan pengukuran tidak langsung kerapatan ikatan antibodi
terhadap antigen target, meningkat pada minggu pertama setelah infeksi
primer. Jika respon imunologi yang matur, maka aviditas meningkat.
Aviditas yang rendah pada kehamilan awal menunjukkan infeksi yang
baru dan aviditas antibodi IgG pada CMV akan menetap sampai 20
minggu setelah infeksi CMV primer4,6. Aviditas antibodi yang tinggi
pada trimester pertama kehamilan mengindikasikan kemungkinan infeksi
yang tinggi pada hasil konsepsi6 dan sekarang kombinasi adanya antibodi
IgM spesifik CMV dan aviditas rendah dari antibodi IgG spesifik
CMVdengan gejala pada materna dan fetus dapat digunakan sebagai
diagnosis infeksi primer pada materna4.
Setelah
adanya
kecurigaan
infeksi
materna
yang
baru,
amniosintesis dapat dilakukan untuk mengkonfirmasi keterlibatan fetus.
Hasil titer IgG dan IgM materna tidak selalu jelas, amniosintesis harus
juga
dilakukan
ketika
ada
beberapa
temuan
sonografi
yang
mengindikasikan infeksi in-utero. Amniosintesis merupakan tes terbaik
dalam mendiagnosis CMV dengan cara kultur dan PCR4,6.
Amniosintesis harus dilakukan setelah usia kehamilan 21 minggu
dan setidaknya 5-6 minggu setelah onset infeksi materna. Jeda waktu
antara infeksi dan amniosintesis diperlukan agar replikasi virus cukup
dan ekskresi renal berlanjut ke dalam cairan amnion. Hasil negatif palsu
dari amniosintesis sering terjadi jika prosedur dilakukan lebih awal4.
Keberadaan CMV di cairan amnion dengan metode Polymerase
Chain Reaction (PCR) mempunyai sensitivitas 90-98% dan spesifitas 9298%. Beberapa studi menyatakan bahwa amniosintesis mempunyai
5
sensitivitas 100% dalam mendiagnosis infeksi CMV kongenital dan
banyak penelitian terbaru menyatakan bahwa kultur virus dari
amniosintesis mempunyai sensitifitas 77% dan spesifitas 100% dalam
mendeteksi infeksi CMV kongenital4,6.
Untuk akurasi maksimal, kultur virus dan PCR harus didapatkan
walaupun diagnosis infeksi CMV pada fetal tidak cukup kuat dalam
memprediksi prognosis bayi baru lahir. Sejumlah besar virus yang
terukur PCR pada cairan amnion sering dihubungkan dengan usia
kehamilan dan tidak dapat digunakan sebagai prediktor independen
prognosis outcome fetus4.
2. Diagnosis infeksi CMV pada fetus
Setelah penegakan diagnosis infeksi CMV pada materna, maka
diperlukan pemeriksaan ultrasonografi. Pemeriksaan ultrasonografi ini
sangat membantu tetapi bukan untuk diagnosis karena infeksi CMV
mempunyai gambaran yang umum dengan infeksi intrauterin dan
penyakit fetus lainnya. Ultrasonografi digunakan untuk memprediksi
kelainan dan prognosis outcome bayi baru lahir. Pada ultrasonografi,
adanya infeksi intrauterin mempunyai gambaran yang bervariasi
tergantung tipe organismenya dan usia kehamilan pada wanita yang
terinfeksi. Tanda khas ultrasonografi pada wanita dengan positif TORCH
saat tes skrining mempunyai nilai prediktif yang tinggi untuk infeksi
kongenital dan kemungkinan prognosis yang signifikan9.
Penelitian yang dilakukan Gisela et.al, menyatakan bahwa resiko
transmisi intrauterin infeksi primer CMV pada kehamilan trimester
ketiga lebih tinggi (72,2%) daripada trimester pertama (30%), tetapi
resiko kelainan neonatalnya rendah. Resiko terjadinya gejala yang berat
pada fetus dan bayi baru lahir yaitu infeksi CMV yang terjadi antara
pembuahan / konsepsi dan trimester pertama kehamilan10.
Prenatal ultrasonografi dapat mengidentifikasi abnormalitas
struktur atau pertumbuhan fetus yang mengarah pada infeksi kongenital
6
pada fetus dengan infeksi CMV, abnormalitas tersebut meliputi kelainan
kranial berupa serebral ventrikulomegali (gambar 1), kalsifikasi
intrakranial (gambar 2), dan mikrosefali. Kelainan abdomen berupa
hiperekoik usus (gambar 3), hepatosplenomegali dan ascites (gambar 4).
Kelainan lainnya (Intrauterine growth restriction, hidrops fetalis,,
oligohidramnion/polihidramnion
dan
pembesaran
plasenta
atau
placentomegaly (gambar 5)3,5,9.
2. Ultrasonografi Kehamilan
Skreening kelainan pada fetus merupakan salah satu tujuan utama
ultasonografi selama kehamilan. Banyak anomali fetus terjadi pada pasien yang
tidak memiliki resiko, dikarenakan alasan ini hanya ada satu cara untuk
menyingkirkan kemungkinan anomali tersebut yaitu dengan cara skreening
sistematik setiap pasien hamil untuk mengevaluasi anatomi fetus11.
Organogenesis embrio sangat komplek dan merupakan suatu proses
perkembangan yang tidak dapat dilakukan sekali pemeriksaan ultrasonografi,
evaluasi yang akurat harus memperlihatkan evolusi morfologi fetus yang
komplek sehingga memerlukan beberapa pemeriksaan ultrasonografi selama
kehamilan. Pada praktek klinik, program skrining yang rumit tidak dapat
diaplikasikan pada populasi umum wanita hamil karena disebabkan tingginya
biaya dan tidak ada kebijakan hukum penggunaan sumber daya kesehatan.
Karena alasan tersebut maka skrining malformasi fetus tidak didasarkan pada
satu kali pemeriksaan ultrasonografi tetapi harus direncanakan sesuai usia
kehamilan11
Gambaran anatomi fetus dapat ditunjukkan dengan ultrasonografi.
Beberapa
organisasi
menyarankan
pedoman
pelaporan
yang
dapat
menggambarkan struktur fetus selama pemeriksaan rutin selama trimester
kedua. Pedoman dari Italian Society of Ultrasound in Obstetrics and
Gynecology menunjukkan cara memvisualisasikan dan pengukuran dari
struktur fetus. Terdapat potongan tomografi yang biasa digunakan untuk
7
memvisualisasikan anatomi fetus, yaitu potongan axial, coronal dan sagittal
terutama yang sering posisi midline (Gambar 6)11,12.
A. Kepala
Pengukuran lingkar kepala dan BPD diperoleh dari potongan axial
kepala fetus yang akan memperlihatkan thalamus, cavum septum pellucidum
dan cornu anterior of the lateral ventricles. Potongan ini disebut juga
dengan transthalamic scan (Gambar. 7a). BPD diperoleh dari batas luar
calvaria ke permukaan dalam pada sisi bawah tengkorak (Gambar. 7b)11,12.
Probe sedikit dimiringkan ke arah belakang menuju basis tengkorak,
atrium dan cornu occipitalis ventrikel lateralis yang berisi pleksus koroid
dapat dilihat pada potongan transventricular (Gambar. 8), pada level ini lebar
atrial dapat diukur. ukuran normal lebih kurang 10 mm11.
Jika probe lebih dimiringkan lagi ke arah belakang akan terlihat fossa
posterior dengan cerebellum dan cisterna magna dikenal sebagai potongan
transcerebellar ( Gambar. 9), jika
probe diarahkan ke sisi orbita akan
memperlihatkan potongan transorbital (Gambar 10). Empat potongan
tersebut
dapat digunakan sebagai evaluasi yang akurat dalam menilai
anatomi otak dan mengetahui sebagian besar anomali otak. Kadang kadang
scanning yang lebih lanjut dapat digunakan untuk melihat lebih banyak detail
pada struktur otak khususnya ketika fetus dalam posisi sungsang atau posisi
transversal, dapat digunakan potongan koronal dan sagital. Potongan
midsagittal
memperlihatkan
corpus
callosum
diatas
cavum
septum
pellucidum yang terlihat baik pada fossa posterior dimana vermis cerebelum
dan ventrikel empat dapat terlihat juga (Gambar .11) 11.
Potongan parasagittal memperlihatkan perbedaan komponen ventrikel
lateral (Gambar. 12). Potongan koronal akan memperlihatkan ventrikel
lateralis
dengan
gambaran
yang
berbeda.
bagian
anterior
akan
memperlihatkan cornu frontal diantara cavum septum pellucidum (Gambar.
13), bagian posterior akan memperlihatkan cornu oksipitalis dengan
gambaran bulatan yang khas (Gambar. 14) 11
8
Wajah
fetus
dapat
dievaluasi
dengan
potongan
midsagital
memperlihatkan tampilan en profile (Gambar. 15) dan potongan coronal
memperlihatkan bibir dan nostril (Gambar. 16)11 .
B. Vertebra
Vertebra dapat dievaluasi ada potongan longitudinal coronal dan aksial.
Tampilan longitudinal adalah yang terbaik karena akan memperlihatkan
vertebra dari aspek posterior ke anterior (Gambar.17) selain itu akan
memperlihatkan kanalis vertebra. Sebaliknya potongan anterior-posterior
tidak baik karena bayangan yang disebabkan oleh korpus vertebra
menghalangi kanalis spinalis. Salah satu alternatif untuk memperlihatkan
kanalis spinalis yaitu dengan cara melakukan scan potongan koronal melewati
lamina (Gambar.18). Gambaran ultrasonografi vertebra potongan axial sangat
bervariasi tergantung bagian yang di scan (Gambar.19). Kita juga dapat
melihat struktur tulang seperti clavicula (Gambar.20a) scapula (Gambar 20b)
dan alla ilii (Gambar 20c)11
C. Dada11
Potongan terbaik untuk mengevaluasi struktur dada hanya satu, yaitu
potongan aksial, setinggi jantung. Potongan ini memperlihatkan gambaran
hiperekoik dari paru-paru melingkupi area jantung. Potongan axial ini juga
digunakan untuk menunjukkan empat ruangan jantung. Untuk menunjukkan
secara benar tampilan empat ruangan jantung, langkah pertama adalah
melokalisasi lambung pada abdomen potongan axial dan lalu pindahkan
tranduser ke kranial tanpa dimiringkan. Metode ini sebagai cara
mengkonfirmasi letak jantung kiri yang normal. Gambaran empat ruangan
jantung dapat dilihat pada posisi apikal ketika gelombang ultrasonografi
paralel dan posisi transversal ketika tegak lurus terhadap septum
interventrikel. Jadi potongan apikal optimal menilai katup atrioventrikular
dan posisi transversal untuk menilai interventrikular dan septum interatrial
(Gambar. 21). Adapun bagian yang dapat dinilai pada potongan
ultrasonosgrafi tersebut adalah :
9
1. Atrium : masing-masing memiliki ukuran yang sama, salah satu sebelah
kiri lebih dekat vertebra dan terdapat katup foramen ovale. Dua vena
pulmonalis terbuka pada atrium kiri. Septum interatrial yang terputus
karena adanya foramen ovale.
2. Dapat menilai septum interventrikular dan katup atrioventrikular :
insersi katup trikuspid lebih dibawah septum dibandingkan katup
mitral.
3. Ventrikel : mempunyai ukuran yang sama tetapi bentuk yang berbeda,
ventrikel kanan lebih bulat dan berisi moderate band di dekat apeks
jantung.
Setelah dapat memvisualisasikan empat ruangan jantung selanjutnya kita
dapat memvisualisasikan saluran aliran keluar (outflow) dan bagian
subaortic dari septum interventrikular. Gambaran saluran outflow kiri,
disebut juga long axis kiri diperoleh setelah kita mendapatkan potongan
empat ruangan jantung kemudian putar tranduser ke arah bahu kanan fetus
sehingga kita dapat mengevaluasi struktur sebagai berikut (Gambar. 22):
1. Hubungan antara ventrikel kiri dengan aorta
2. Integritas bagian subaortic septum interventrikular
3. Menilai ada tidaknya katup aorta dan juga menilai fungsinya
Jika tampilan long axis kita arahkan dekat kepala fetus, maka akan
memvisualisasi saluran outflow kanan sehingga kita dapat menilai struktur
sebagai berikut (Gambar. 23):
1. Menggerakkan tranduser dari axis kiri ke kanan maka akan terlihat
hubungan antara ventrikel kanan dengan arteri pulmonalis dan
persilangan pembuluh darah pulmonalis akan terlihat.
2. Menilai ada tidaknya katup pulmonalis dan juga menilai fungsinya.
D. Abdomen
Potongan terbaik untuk visualisasikan abdomen adalah posisi
transversal dimana kita dapat mengukur lingkar abdomen. Pada level ini kita
10
dapat melihat struktur dari jalur intrahepatik vena umbilical aspek anterior,
posisi gaster berada di sisi kiri vertebra dengan potongan transversal dari
aorta abdominalis pada aspek posteriornya (Gambar. 24). Jalur masuk vena
umbilikal pada tali pusat akan terlihat di dinding abdomen (Gambar. 25).
Ginjal akan terlihat pada potongan axial sebagi dua structure dengan
echogenitas pada kedua sisi vertebra (Gambar 26a), kadang terlihat pelebaran
ringan pelvis renalis yang fisiologis. Pada potongan koronal ginjal terlihat
seperti bentuk kacang (Gambar. 26b). Kandung kemih mudah terlihat dengan
gambaran kistik pada struktur tengah abdomen bawah (Gambar. 27)11
E. Ekstremitas
Untuk memvisualisasikan ekstremitas perlu diketahui dengan benar
posisi fetus intrauterus dan kemampuan mengikuti pergerakan fetus. Kita
harus mengukur panjang tulang terutama tulang femur (Gambar 28a dan
28b), selain memperlihatkan tangan dan kaki kita juga harus mengidentifikasi
apakah tangan dan kaki tersebut ada atau tidak ada. Kita dapat menghitung
jumlah jari pada posisi tangan yang terbuka11.
11
BAB III
PEMBAHASAN
Pemeriksaan ultrasonografi merupakan salah satu jenis pemeriksaan yang
digunakan sebagai skrining pada antenatal care atau pemeriksaan kehamilan
secara periodik. Dalam kasus-kasus ibu hamil dengan infeksi citomegalovirus,
pemeriksaan perinatal ultrasonografi digunakan sebagai tahap skrining adanya
infeksi citomegalovirus transplasenta ke fetus sehingga dapat membantu
penegakan
diagnosis
dan
memprediksi
outcome
fetus
dengan
infeksi
citomegalovirus.
Berdasarkan patofisiologi infeksi CMV pada fetus, hal pertama yang harus
dinilai dari ultrasonografi dengan kecurigaan infeksi citomegalovirus pada fetus
adalah
penebalan
plasenta
atau
placentomegaly
(gambar
5)
karena
mengindikasikan ada tidaknya penyebaran tranplasenta infeksi CMV dari materna
ke fetus. Infeksi plasenta mengawali infeksi pada fetus, hal ini terjadi karena
lapisan sinsisiotrofoblas plasenta bertindak sebagai reservoir untuk CMV,
replikasi CMV didalam plasenta menyebabkan insufisiensi plasenta sehingga pada
trimester pertama dapat terjadi keguguran walaupun belum ada tranmisi infeksi ke
fetus dan juga dapat menyebabkan kelahiran mati, retardasi pertumbuhan
intrauterin dan gangguan pertumbuhan otak6,7.
Sebuah penelitian telah mengevaluasi penebalan plasenta pada wanita
dengan infeksi primer CMV selama kehamilan. Pada penelitian itu, dievaluasi
ukuran plasenta pada 93 wanita dengan infeksi primer dan 73 wanita hamil
dengan seropositif CMV tanpa infeksi primer. Didapatkan wanita dengan infeksi
primer CMV dan fetus atau bayi baru lahir dengan penyakit CMV secara
signifikasn terjadi penebalan plasenta dibanding wanita dengan infeksi primer
CMV tanpa infeksi pada fetus atau bayi baru lahir (P<0,0001) dan
memperlihatkan bahwa plasenta yang terinfeksi belum tentu terdapat infeksi pada
fetus. Evaluasi plasenta menggunakan ultrasonografi dikerjakan dari usia
kehamilan 16-36 minggu, setiap dua minggu sekali dan ukuran plasenta berkisar
12
antara 22-33 mm dengan sensitivitas dan spesifitas pada usia kehamilan 28-32
minggu4.
Prenatal ultrasonografi dapat mengidentifikasi abnormalitas struktur atau
pertumbuhan fetus yang mengarah pada infeksi kongenital pada fetus dengan
infeksi CMV, abnormalitas yang terlihat pada ultrasonografi meliputi kelainan
pada kranial berupa serebral ventrikulomegali (gambar 1), kalsifikasi intrakranial
(gambar 2), dan mikrosefali. Kelainan pada abdomen berupa hiperekoik usus
(gambar 3), hepatosplenomegali dan ascites (gambar 4). Kelainan lainnya berupa
Intrauterine
growth
restriction
(IUGR),
hidrops
fetalis
dan
oligohidramnion/polihidramnion3,5,9.
Kecurigaan adanya infeksi CMV pada fetus ditandai dengan adanya
ventrikulomegali yang berhubungan dengan hiperekoik fokal (kalsifikasi) di
intrakranial, pada infeksi CMV karakteristik kalsifikasi intrakranial terletak di
area periventrikuler terutama dibawah ependyma ventrikel lateralis14,10.
Kelainan pada abdomen yang perlu diperhatikan pada infeksi CMV pada
fetus adalah adanya hiperekoik usus (Gambar. 31). Hiperekoik usus merupakan
indikator adanya infeksi CMV pada fetus15. Hiperekoik usus berhubungan dengan
infeksi kongenital telah dilaporkan sebanyak 10% dan infeksi yang paling umum
adalah CMV serta diikuti oleh infeksi Parvovirus. Total 19 fetus dengan infeksi
virus dan terdapat hiperekoik usus, yang terdiagnosa CMV sebanyak 15 fetus
(2,2%) dan 4 (0,6%) Parvovirus16.
Berdasarkan temuan-temuan ultrasonografi tersebut dapat disusun beberapa
diagnosis banding sebagai berikut (Tabel.1) :
a. Toksoplasmosis
Toksoplasmosis disebabkan oleh organisme protozoa yaitu
Toxoplasma gondii. Protozoa ini mempunyai definitive host yaitu kucing
dan intermediate host terutama manusia, walaupun beberapa mamalia
dan burung juga dapat terinfeksi dari oocyst yang ada di feses kucing.
Rata-rata ibu hamil dengan penularan ke fetus bergantung pada usia
13
kehamilan dan waktu terjadinya infeksi awal, sekitar 15% pada trimester
pertama, 30% pada trimester kedua, dan 60%-70% pada trimester
ketiga9.
Gambaran
utama
ultrasonografi
pada
infeksi
prenatal
toksoplasmosis adalah ventrikulomegali, kalsifikasi intrakranial (gambar
1 dan 2), kemudian tanda lainnya berupa hepatosplenomagali dan asites
(gambar 4). Choroidoretinitis sering terdeteksi pada postnatal9.
Kalsifikasi intrakranial yang terjadi pada infeksi toxoplasmosis
biasanya terlihat pada otak aspek posterior dengan kalsifikasi berbentuk
curvilinier pada ganglia basalis dan thalamus (Gambar. 29)13.
b. Varicella Zoster
Varicella zoster (chicken fox) merupakan tipe virus DNA famili
herpes, reaktivasi virus bisa terjadi pada semua usia tetapi dengan
peningkatan insidensi transmisi pada masa dewasa melalui droplet
terinfeksi dan akan teraktivasi saat tingkat imunitas menurun. Infeksi pada
ibu hamil dan fetus sangat penting dan kondisi serius. Kehamilan
meningkatkan resiko penyakit yang berhubungan komplikasi pada akhir
kehamilan. Varisela sindrom terjadi ketika fetus terinfeksi selama ibu
hamil dengan kondisi viremia pada 20 minggu pertama masa kehamilan.
Resiko varisela sindrom fetus diperkirakan 0,4% pada 12 minggu pertama
kehamilan, 2% antara 13 dan 20 minggu kehamilan, sindrom ini tidak
terjadi pada ibu hamil yang terinfeksi setelah 20 minggu9,10.
Diagnosa
prenatal
sindrom
varisela
fetus
tergantung
pada
pemeriksaan USG minggu kelima atau setelah infeksi primer akan
memperlihatkan tanda hipoplasia ekstremitas (Gambar. 32), intrakranial
kalsifikasi dengan atrofi kortikal, polihidramnion, microsefali, kalsifiksasi
hati (Gambar.30), NIHF, katarak, chorioretinitis dan mikro-oftalmika10.
Kelainan dermatologis juga dapat terlihat pada fetus dengan infeksi
14
varisela yaitu lesi kulit berupa lesi hiperekoik bentuk halo spicular di
perikranium (Gambar. 33)18.
15
BAB. IV
KESIMPULAN
Citomegalovirus merupakan salah satu virus yang dapat menginfeksi ibu
hamil dan fetus yang dikandungnya. Ibu hamil yang terinfeksi CMV dapat
menularkan virus ke fetus melalui transplasenta. Penegakan diagnosis infeksi
CMV pada ibu hamil dan fetus harus didasarkan pada hasil serologi yang
menunjukkan seropositif terhadap CMV. Peranan ultrasonografi prenatal dapat
membantu penegakan diagnosis infeksi CMV terhadap fetus dengan menilai
abnormalitas struktur dan pertumbuhan pada fetus serta memprediksi outcome
fetus tersebut.
Prenatal ultrasonografi pada fetus dengan infeksi CMV menunjukkan
penebalan plasenta (placentomegaly) yang merupakan tanda awal adanya infeksi
intrauterin terutama pada infeksi CMV. Kelainan kranial berupa serebral
ventrikulomegali,
kalsifikasi intrakranial
di
subependimal
periventrikular
ventrikel lateralis, dan mikrosefali. Kelainan abdomen yang khas adalah
hiperekoik pada usus fetus. Selain itu terdapat juga hepatosplenomegaly dan
ascites. Kelainan lainnya (Intrauterine growth restriction, hidrops fetalis dan
oligohidramnion/polihidramnion3,5,9. Dari gambaran ultrasonografi, diagnosis
banding yang menyerupai infeksi CMV adalah infeksi toksoplasmosis dan virus
varicella zoster. Pada infeksi toksoplasmosis, kalsifikasi intrakranial berbentuk
curvilinier pada ganglia basalis dan thalamus sedangkan infeksi varisela
kalsifikasi intrakranial disertai kortikal atrofi dan terdapat lesi hiperekoik bentuk
halo spicular di area perikranium. Pada infeksi varisela juga terdapat hipoplasia
ekstremitas.
16
DAFTAR PUSTAKA
1.
Duff P, Nick a. M, Schmeler K, Marianne Thoresen MD, Sacks D a.
Diagnosis and Management of CMV Infection in Pregnancy. Perinatology.
2010;1:1–6.
2.
Malinger G, Lev D, Zahalka N, Ben Aroia Z, Watemberg N, Kidron D, et
al. Fetal cytomegalovirus infection of the brain: The spectrum of
sonographic findings. Am J Neuroradiol. 2003;24(1):28–32.
3.
Carlson A, Norwitz ER, Stiller RJ. Cytomegalovirus infection in
pregnancy: should all women be screened? Rev Obstet Gynecol.
2010;3(4):172–9.
4.
Adler SP. Screening for cytomegalovirus during pregnancy. Infect Dis
Obstet Gynecol. 2011;2011.
5.
Starr JG. Cytomegalovirus infection in pregnancy. N Engl J Med.
1970;282(1):50–1.
6.
La Torre R, Nigro G, Mazzocco M, Best AM, Adler SP. Placental
enlargement in women with primary maternal cytomegalovirus infection is
associated with fetal and neonatal disease. Clin Infect Dis. 2006;43(8):994–
1000.
7.
Anonim. Sonographic Assessment of Congenital Cytomegalovirus.
Available from:
https://iame.com/online/congenital_cytomegalovirus/content.php
8.
Bale JF. Cytomegalovirus Infections. Semin Pediatr Neurol [Internet].
Elsevier Inc.; 2012;19(3):101–6. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.spen.2012.02.008
9.
Reynolds DW, Stagno S, Alford C a. Congenital cytomegalovirus
infection. Teratology [Internet]. 1978;17(2):179–81. Available from:
http://en.wikipedia.org/wiki/Congenital_cytomegalovirus_infection
10.
Ebrashy A. USG Role in Perinatal Infection. Donald Sch J Ultrasound Obs
Gynecol. 2013;7(2):160–7.
11.
Enders G, Daiminger A, Bäder U, Exler S, Enders M. Intrauterine
transmission and clinical outcome of 248 pregnancies with primary
cytomegalovirus infection in relation to gestational age. J Clin Virol
[Internet]. Elsevier B.V.; 2011;52(3):244–6. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.jcv.2011.07.005
17
12.
Datta S. Ultrasound in obstetrics and gynaecology. Obstetrics,
Gynaecology and Reproductive Medicine. 2013. 202-207 p.
13.
Ultrasound : Artistry in Practice. Sciences-New York.
14.
Avva R, Shah HR, Angtuaco TL. US Case of the Day 1.
1999;(August):1089–92.
15.
Nigro G, Adler SP, Gatta E, Mascaretti G, Megaloikonomou A, Torre R
La, et al. Fetal hyperechogenic bowel may indicate congenital
cytomegalovirus disease responsive to immunoglobulin therapy. J Matern
Neonatal Med. 2012;25(11):2202–5.
16.
Suchet, Ian B. D. ECHOGENIC ( HYPERECHOGENIC ) BOWEL.
2015;(Cmv):1–7. Available from:
http://www.fetalultrasound.com/online/text/2-042.htm
17.
Pretorius DH, Hayward I, Jones KL, Stamm E. Sonographic evaluation of
pregnancies with maternal varicella infection. Journal of ultrasound in
medicine : official journal of the American Institute of Ultrasound in
Medicine. 1992. p. 459–63.
18.
Verstraelen H, Vanzieleghem B, Defoort P, Vanhaesebrouck P,
Temmerman M. Prenatal ultrasound and magnetic resonance imaging in
fetal varicella syndrome: Correlation with pathology findings. Prenat
Diagn. 2003;23(9):705–9.
18
LAMPIRAN
Gambar 1. ventrikulomegali
Gambar 2. Kalsifikasi intrakranial
19
Gambar 3. Hiperekoik usus
Gambar 4. Hepatosplenomegali dengan ascites
20
Gambar 5 : Pembesaran plasenta (Placentomegaly)
Gambar. 6. Skema bidang pengambilan ultrasonografi : axial (a) dan coronal (b),
sagital (c). T:Thalamus, C:cavum, CC: corpus callosum, CV:Cereberallar vermis.
21
Gambar. 7. Transthalamic Scan
a. Biparietal Diameter
b. Transthalamic scan memperlihatkan
thalamus, dengan sela ventrikel tiga
dan kornu anterior
Gambar. 8. Potongan Transventrikuler memperlihatkan kornu atrial dan ocipital
ventrikel lateralis yang berisi plexus koroideus
22
Gambar. 9. Potongan Transcerebellar memperlihatkan cerebellum dan cisterna
magna
Gambar. 10. Potongan Transorbita
23
Gambar. 11. Potongan Midsagittal pada otak memperlihatkan corpus callosum,
cavum septum pellucidum dan fossa posterior dimana terlihat juga vermis
cerebelum dan ventrikel empat.
Gambar. 12. Potongan Parasagittal pada otak memperlihatkan komponen yang
berbeda dari ventrikel lateral
24
Gambar. 13. Potongan koronal anterior otak setinggi kornu frontal ventrikel
lateral.
Gambar. 14. Potongan koronal posterior otak setinggi kornu ocipitalis ventrikel
lateral
25
Gambar. 15. Potongan Mid-sagital pada wajah en profile
Gambar. 16. Potongan koronal pada wajah menunjukkan bibir dan nostril
26
Gambar. 17. Potongan longitudinal vertebra
Gambar. 18. Potongan koronal vertebra melewati lamina dan memperlihatkan
beberapa prosesus spinosus
Gambar. 19. Potongan transversal vertebra toraks memperlihatkan korpus vertebra
dan kanalis spinal
27
Gambar. 20. Struktur Tulang Pada Fetus (a) Clavicula dan vertebra servikalis, (b)
Scapula, (c) Alla Ilii
Gambar. 21. Tampilan empat ruang jantung
Gambar. 22. Jalur outflow kiri jantung (Left long axis)
28
Gambar. 23. Jalur outflow kanan jantung (Right short axis)
Gambar. 24. Potongan transversal abdomen memperlihatkan lambung dan jalur
intrahepatic vena umbilical
Gambar. 25. Masuknya tali pusat ke dinding abdominal
29
(a)
(b)
Gambar. 26. (a) Potongan axial dari ginjal, (b) Potongan koronal ginjal
Gambar. 27. Kandung Kemih
(a)
(b)
Gambar. 28. (a) Ekstremitas Atas, (b) Ekstremitas Bawah
30
Gambar. 29. (a) Pada ultrasonografi potongan koronal kepala neonatus setinggi
kornu oksipital ventrikel lateralis memperlihatkan kalsifikasi subependimal yang
luas (panah). (b) Gambaran ultrasonografi potongan parasagittal kanan kepala
memperlihatkan kalsifikasi pada ganglia basalis (panah)
Gambar. 30. Kalsifikasi hati
31
Gambar. 31. Hiperekoik usus pada fetus terinfeksi CMV
Gambar. 32. Hipoplasi ekstremitas bawah kiri (potongan longitudinal) dengan
deformitas club-foot pada ekstremitas bawah kanan.
32
Gambar. 33. Potongan ultrasonografi transversal (panel B) dan transversal oblik
(panel A) pada fetus usia 32 minggu menunjukkan multipel lesi hiperekoik di tepi
tengkorak fetus yang memperlihatkan lesi varisela di kulit kepala fetus
Tabel 1. Diagnosis Banding
Kelainan
Kranial
Citomegalovirus



Abdomen 

Lain-lain





Kalsifikasi
intrakranial di
area
periventrikuler
terutama dibawah
ependyma
ventrikel lateralis
Ventrikulomegali
Mikrosefali
Hiperekoik usus
Hepatosplenomeg
aly
Ascites
Placentomegaly
IUGR
Fetal hydrop
Oligohidramnion/
polihidramnion
Toksoplasmosis


Varisela
Kalsifikasi

berbentuk
curvilinier pada
ganglia
basalis
dan thalamus

Ventrikulomegali


Hepatosplenomeg 
aly
Ascites

Choroidoretinitis





Lesi hiperekoik
bentuk halo
spicular di
perikranium
Kalsifikasi
intrakranial
disertai
atrofi
kortikal
Mikrosefali
Kalsifiksasi hati
Choroidoretinitis
Polihidramnion
Fetal Hydrop
Mikro-oftalmika
33
Download