FORMULASI STRATEGI PEMASARAN PRODUK OLAHAN IKAN PADA RAGAJAYA MANDIRI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT SKRIPSI IWAN KURNIAWAN H34050778 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 RINGKASAN IWAN KURNIAWAN. Formulasi Strategi Pemasaran Produk Olahan Ikan Pada Ragajaya Mandiri Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan NETTI TINAPRILLA) Indonesia memiliki kekayaan sumberdaya laut yang sangat berlimpah, karena dua per tiga wilayah Indonesia terdiri dari laut dengan potensi perikanan tangkap sebesar 6,26 juta ton/tahun (KKP 2010). Keragaman jenis ikan di perairan Indonesia belum seluruhnya dimanfaatkan secara optimal. Dari total produksi tangkapan laut, sebesar 57,05 % dimanfaatkan dalam bentuk basah, sebesar 30,19% bentuk olahan tradisional, sebesar 10,90 % bentuk olahan modern dan olahan lainnya 1,86%. Salah satu usaha untuk meningkatkan nilai dan mengoptimalkan pemanfaatan produksi hasil tangkapan laut adalah dengan pengembangan produk bernilai tambah (Ditjen P2HP-KKP 2007). Adanya perkembangan teknologi dan perubahan pola konsumsi masyarakat modern merupakan peluang bagi usaha diversifikasi pengolahan ikan seperti Ragajaya Mandiri dalam memasarkan produk olahan yang bersifat praktis, mudah, cepat cara penyajiannya serta bernilai gizi baik. Saat ini, Ragajaya Mandiri belum melakukan upaya pemasaran yang aktif. Pelanggan datang langsung atau memesan langsung kepada perusahaan. Pemasaran kepada konsumen hanya dilakukan oleh distributor dan agen saja. Sehingga ada selisih antara rata-rata produksi dengan rata-rata penjualan tiap bulannya. Lingkungan eksternal seperti perkembangan teknologi, selera konsumen, dan persaingan usaha yang selalu berubah secara tidak langsung mempengaruhi Ragajaya Mandiri dalam memasarkan produknya. Selain itu, pemasaran Ragajaya Mandiri yang hanya mengandalkan distributor dan agen berakibat pada tidak optimumnya produksi dan penjualan yang cenderung menurun, sehingga Ragajaya Mandiri memerlukan strategi pemasaran yang tepat dan sesuai dengan kondisi internal dengan memanfaatkan kekuatan dan mengatasi kelemahan yang dimiliki. Selain itu, strategi juga harus memperhatikan lingkungan eksternal yang bersifat dinamis yang bisa menjadi peluang dan ancaman bagi Ragajaya Mandiri dalam memasarkan produknya. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Mengidentifikasi faktor lingkungan internal dan eksternal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman Ragajaya Mandiri, (2) Memformulasikan alternatif strategi pemasaran yang dapat diterapkan oleh Ragajaya Mandiri, dan (3) Menentukan prioritas strategi pemasaran yang sesuai dengan Ragajaya Mandiri. Penelitian ini dilaksanakan pada Ragajaya Mandiri yang berlokasi di Kampung Bambon, RT 01/07, Desa Ragajaya, Kecamatan Bojong gede, Kabupaten Bogor. Pemilihan responden dipilih secara sengaja. Responden dalam penelitian ini terdiri dari pihak internal dan eksternal. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data kualitatif dan data kuantitatif dan berbentuk data primer dan sekunder. Metode pengolahan dan analisis data terdiri dari analisis deskriptif, dan analisis lingkungan perusahaan melalui analisis tiga tahap formulasi strategi. Alat bantu analisis yang digunakan untuk merumuskan strategi adalah matriks faktor internal (IFE), matriks faktor eksternal (EFE), matriks IE, analisis SWOT, dan matriks QSP (QSPM). Hasil identifikasi faktor internal menghasilkan lima faktor kunci kekuatan dan tujuh faktor kunci kelemahan yang dimiliki oleh Ragajaya Mandiri Berdasarkan analisis matriks IFE, faktor strategis internal yang dianggap sebagai faktor terpenting terhadap keberhasilan suatu perusahaan dalam pemasaran produk olahan ikan yaitu memiliki banyak varian produk dengan nilai bobot ratarata sebesar 0,1035. Kekuatan utama bagi Ragajaya Mandiri adalah memiliki banyak varian produk yang diindikasikan dengan nilai rating rata-rata sebesar 4,0000. Sedangkan kelemahan utama bagi Ragajaya Mandiri adalah perusahaan belum mempunyai cold storage yang diindikasikan dengan nilai rating rata-rata sebesar 1,3333. Total nilai rata-rata tertimbang matriks IFE sebesar 2,5383 mengindikasikan bahwa kondisi Ragajaya Mandiri berada pada kondisi rata-rata tetapi posisi internal Ragajaya Mandiri belum berada pada posisi internal yang kuat sehingga Ragajaya Mandiri harus lebih mengoptimalkan kekuatan yang dimiliki dalam mengatasi kelemahannya. Hasil identifikasi faktor eksternal, terdapat lima faktor kunci peluang dan enam faktor kunci ancaman yang dihadapi perusahaan. Berdasarkan analisis matriks EFE, faktor strategis eksternal yang dianggap sebagai faktor terpenting dalam mempengaruhi pemasaran produk olahan ikan yaitu perkembangan teknologi dan informasi dengan nilai bobot rata-rata sebesar 0,1197. Peluang yang dapat direspon dengan sangat baik oleh Ragajaya Mandiri adalah perubahan pola konsumsi masyarakat dan perkembangan teknologi dan informasi yang diindikasikan dengan nilai rating rata-rata sebesar 3,0000; Sedangkan ancaman terbesar yang dihadapi Ragajaya Mandiri adalah laju pertumbuhan ekonomi yang melambat dan tingkat inflasi yang fluktuatif yang ditunjukan dengan nilai rating rata-rata sebesar 1,667. Total nilai matriks EFE sebesar 2,5167 mengindikasikan bahwa peluang dan ancaman yang mempengaruhi kondisi Ragajaya Mandiri berada pada kondisi menengah. Formulasi strategi pemasaran kombinasi kekuatan, kelemahan, peluang, ancaman hasil analisis matriks SWOT adalah meningkatkan kegiatan promosi, menetapkan target pasar dalam penjualan produk, rekrutmen tenaga penjual sendiri, menggunakan sistem teknologi data base terkomputerisasi dalam pemasaran produk, menetapkan jalur utama distribusi produk, menerapkan kebijakan harga yang bersaing dengan harga pesaing, dan menyediakan pemesanan produk secara online. Prioritas strategi pemasaran terbaik yang dapat dijalankan perusahaan berdasarkan hasil analisis matriks QSP secara berurutan adalah sebagai berikut (1) Meningkatkan kegiatan promosi (STAS = 5,1432); (2) Menetapkan target pasar dalam penjualan produk (STAS = 5,0655); (3) Menetapkan jalur utama distribusi produk (STAS = 5,0540); (4) Menggunakan sistem teknologi data base terkomputerisasi dalam pemasaran produk (STAS = 5,0139); (5) Menerapkan kebijakan harga yang bersaing dengan harga pesaing (STAS = 4,8524); (6) Rekrutmen tenaga penjual sendiri (STAS = 4,5692); dan (7) Menyediakan pemesanan produk secara online (STAS = 4,0960). FORMULASI STRATEGI PEMASARAN PRODUK OLAHAN IKAN PADA RAGAJAYA MANDIRI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT IWAN KURNIAWAN H34050778 Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribsnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 Judul Skripsi : Formulasi Strategi Pemasaran Produk Olahan Ikan Pada Ragajaya Mandiri Kabupaten Bogor, Jawa Barat Nama : Iwan Kurniawan NIM : H34050778 Disetujui, Pembimbing Ir. Netti Tinaprilla, MM NIP. 19690410 199512 2 001 Diketahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002 Tanggal Lulus : PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Formulasi Strategi Pemasaran Produk Olahan Ikan Pada Ragajaya Mandiri Kabupaten Bogor, Jawa Barat adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Juli 2011 Iwan Kurniawan H34050778 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 September 1987. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak H. Karmawan dan Ibu Hj. Apong Rohayati. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Gadog 1 pada tahun 1999 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2002 di SLTP Negeri 1 Ciawi. Kemudian pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2005 di SMU Negeri 3 Bogor. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2005. Kemudian pada tahun 2006, penulis diterima pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif di organisasi Keluarga Ekonomi dan Manajemen Pecinta Alam Fakultas Ekonomi dan Manajemen (KAREMATA FEM IPB) sebagai Ketua Divisi Gunung Hutan pada periode 2007-2008, Ketua Bidang Pelatihan dan Pengembangan periode 2008-2009, dan Staf Divisi Climbing periode 2009-2010. Selain aktif dalam kelembagaan kampus, penulis juga pernah terlibat dalam berbagai kepanitian kegiatan kampus. KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT yang dengan berkat rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Formulasi Strategi Pemasaran Produk Olahan Ikan Pada Ragajaya Mandiri Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal perusahaan yang dapat digunakan untuk menentukan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman perusahaan, serta merumuskan alternatif dan prioritas strategi pemasaran usaha yang dapat diterapkan oleh Ragajaya Mandiri Dalam menyelesaikan skripsi ini banyak pihak yang membantu baik secara langsung maupun tidak langsung yang akan selalu penulis kenang dan syukuri. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan mengingat keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak dan dapat memperkaya ilmu pengetahuan. Bogor, Juli 2011 Iwan Kurniawan UCAPAN TERIMA KASIH Skripsi ini dapat terselesaikan diantaranya karena bantuan dari berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada : 1. Ir. Netti Tinaprilla, MM selaku dosen pembimbing skripsi atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. 2. Ir. Narni Farmayanti, MSc selaku dosen penguji utama pada ujian sidang yang telah berkenan meluangkan waktunya serta memberikan masukan dan saran demi perbaikan skripsi ini. 3. Ir. Juniar Atmakusuma, MS selaku dosen penguji dari wakil komisi pendidikan pada ujian sidang yang telah berkenan meluangkan waktunya serta memberikan masukan dan saran demi perbaikan skripsi ini. 4. Bapak, Umi, Santi atas dukungan, doa dan cinta kasihnya selama ini. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik. 5. Ibu Ida dan Mba Dian atas bantuan yang diberikan selama penyusunan skripsi ini. 6. Pihak Ragajaya Mandiri, khususnya Bapak Yudhi dan Ibu Dian atas waktu, informasi, dan dukungan yang diberikan. 7. Pihak Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor, khususnya Ibu Lili Nus Chalimah, S.Pt. yang berkenan memberikan informasi dan menjadi responden eksternal dalam penelitian ini. 8. Hasanudin yang telah menjadi pembahas seminar, atas, masukan, informasi, saran dan kritik yang diberikan selama penyusunan skripsi ini. Bogor, Juli 2011 Iwan Kurniawan DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ................................................................................. xii DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xiii DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xiv I PENDAHULUAN ...................................................................... 1.1 Latar Belakang ............................................................... 1.2. Perumusan Masalah ......................................................... 1.3. Tujuan Penelitian ............................................................ 1.4. Manfaat Penelitian ........................................................... 1.5. Ruang Lingkup Penelitian ............................................... 1 1 4 8 8 8 II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 2.1. Pengolahan Hasil Perikanan ............................................ 2.2. Penelitian Terdahulu .......................................................... 9 9 11 III KERANGKA PEMIKIRAN ..................................................... 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ........................................... 3.1.1. Pengertian Strategi ................................................. 3.1.2. Jenis-jenis Strategi ................................................. 3.1.3. Konsep Manajemen Strategis ................................ 3.1.4. Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan ........................ 3.1.5. Pengertian dan Tujuan Pemasaran .......................... 3.1.6. Strategi Pemasaran ................................................. 3.1.7. Bauran Pemasaran .................................................. 3.1.8. Analisis Lingkungan Perusahaan .......................... 3.1.8.1. Analisis Lingkungan Internal .................. 3.1.8.2. Analisis Lingkungan Eksternal ................ 3.1.9. Matriks EFE dan IFE ............................................ 3.1.10.Matriks IE ............................................................. 3.1.11.Matriks SWOT ..................................................... 3.1.12.Matriks QSP (QSPM) .......................................... 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional .................................... 13 13 13 13 17 18 19 19 21 24 25 27 30 30 30 31 32 IV METODE PENELITIAN ......................................................... 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................... 4.2. Metode Penentuan Sampel .............................................. 4.3. Data dan Instrumentasi .................................................... 4.4. Metode Pengumpulan Data ............................................. 4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data ............................ 4.5.1. Analisis Formulasi Strategi ................................... 4.5.1.1. Tahap Input .............................................. 4.5.1.2. Tahap Pencocokan ................................... 4.5.1.3. Tahap Keputusan ..................................... 35 35 35 35 36 36 37 37 41 44 x V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN .................................. 5.1. Sejarah Perusahaan .......................................................... 5.2. Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan .................................... 5.3. Struktur Organisasi Perusahaan ....................................... 5.4. Kegiatan Operasional Perusahaan ................................... 5.4.1. Pengadaan Bahan Baku .......................................... 5.4.2. Proses Produksi ...................................................... 5.4.3. Penjualan Produk .................................................... 5.5. Sarana dan Prasarana ....................................................... 46 46 47 47 49 49 50 51 52 VI ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN ........................ 6.1. Analisis Lingkungan Internal .......................................... 6.1.1. Manajemen ........................................................... 6.1.2. Pemasaran .............................................................. 6.1.3. Keuangan .............................................................. 6.1.4. Produksi dan Operasi ............................................ 6.1.5. Sumber Daya Manusia .......................................... 6.1.6. Penelitian dan Pengembangan ............................... 6.2. Analisis Lingkungan Eksternal ........................................ 6.2.1. Lingkungan Jauh . .................................................. 6.2.2. Lingkungan Industri ............................................... 54 54 54 55 60 60 63 64 64 64 72 VII FORMULASI STRATEGI PEMASARAN .............................. 7.1. Tahap Input ........................................................................ 7.1.1. Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan..................... 7.1.2. Identifikasi Peluang dan Ancaman ......................... 7.1.3. Analisis Matriks IFE .............................................. 7.1.4. Analisis Matriks EFE ............................................. 7.2. Tahap Pencocokan ............................................................ 7.2.1. Analisis Matriks IE ................................................ 7.2.2. Analisis Matriks SWOT .......................................... 7.3. Tahap Keputusan (Analisis QSPM) .................................. 76 76 76 79 84 85 88 88 89 94 VIII KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 8.1. Kesimpulan ...................................................................... 8.2. Saran ................................................................................ 96 96 97 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 98 LAMPIRAN ........................................................................................... 101 xi DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Volume Produksi Perikanan Tahun 2005 – 2009 ............................ 1 2. Nilai Produksi Perikanan Tahun 2005 – 2009 ................................. 2 3. Tingkat Konsumsi Ikan Per Kapita Indonesia Tahun 2001-2006 ..... 2 4. Jumlah Rata-rata Permintaan Otak-Otak dan Kaki Naga untuk Daerah Jabodetabek Tahun 2004 – 2006 .......................................... 5 5. Perusahaan Pesaing Ragajaya Mandiri di Jabodetabek Tahun 2010.. 6 6. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Perusahaan ...................... 38 7. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Perusahaan .................. 40 8. Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif (QSPM) .......................... 45 9. Jumlah Rata-rata Pembelian Bahan Baku Per Bulan Ragajaya Mandiri Bulan Agustus 2010 – Januari 2011 ................................... 50 10. Jumlah Rata-rata Produksi Per Bulan Produk Ragajaya Mandiri Bulan Agustus 2010 – Januari 2011 ................................................. 51 11. Jumlah Rata-rata Penjualan Produk Per Bulan Ragajaya Mandiri Bulan Agustus 2010 – Januari 2011 ................................................ 52 12. Fasilitas Produksi dan Sarana Prasarana Ragajaya Mandiri ............. 53 13. Nama dan Spesifikasi Produk Olahan Ikan Ragajaya Mandiri ........ 56 14. Daftar Harga Produk Olahan Ragajaya Mandiri .............................. 57 15. Distributor dan Agen Ragajaya Mandiri ........................................... 59 16. Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Bogor Tahun 2007 – 2009 ... 66 17. PDRB Kabupaten Bogor Atas Dasar Harga Berlaku tahun 2006 – 2009 ...................................................................................... 67 18. Perkembangan Tingkat Inflasi Periode Januari 2010 – Februari 2011 ................................................................................... 68 19. Jumlah Penduduk Indonesia Tahun 2006 – 2010 ............................ 70 20. Jumlah Penduduk Kabupaten Bogor Tahun 2007 – 2009 ................ 70 21. Perusahaan Sejenis Dengan Ragajaya Mandiri .................................. 73 22. Hasil Identifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman Perusahaan ........................................................................................ 83 23. Analisis Matriks IFE Ragajaya Mandiri .......................................... 84 24. Analisis Matriks EFE Ragajaya Mandiri ......................................... 86 25. Prioritas Alternatif Strategi Pemasaran Pada Ragajaya Mandiri ..... 95 xii DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Grafik Penjualan per Bulan Ragajaya Mandiri Bulan Agustus 2010 – Maret 2011 ........................................................................................ 7 2. Model Komprehensif Manajemen Strategis ..................................... 18 3. Bauran Pemasaran ............................................................................ 22 4. Kerangka Pemikiran Operasional .................................................... 34 5. Matriks IE ........................................................................................ 42 6. Matriks SWOT ................................................................................. 43 7. Struktur Organisasi Ragajaya Mandiri ............................................. 48 8. Saluran Distribusi Ragajaya Mandiri ............................................... 59 9. Diagram Alur Produksi Produk Olahan Ikan Ragajaya Mandiri ..... 62 10. Analisis Matriks IE Ragajaya Mandiri .............................................. 88 11. Analisis Matriks SWOT ................................................................... 90 xiii DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Usaha Pengolahan Ikan di Kabupaten Bogor Tahun 2009 ............... 102 2. Kuisioner Penelitian ......................................................................... 104 3. Matriks Perbandingan Berpasangan untuk Pembobotan Faktor Internal ............................................................................................ 112 4. Penentuan Peringkat Faktor Internal Strategis ................................. 115 5. Hasil Pembobotan Rata-Rata Faktor Strategi Internal pada Ragajaya Mandiri ............................................................................... 118 Hasil Rating Rata-Rata Faktor Strategi Internal pada Ragajaya Mandiri ............................................................................................... 119 Matriks Perbandingan Berpasangan untuk Pembobotan Faktor Eksternal .......................................................................................... 120 8. Penentuan Peringkat Faktor Eksternal Strategis .............................. 123 9. Hasil Pembobotan Rata-Rata Faktor Strategi Eksternal pada Ragajaya Mandiri ............................................................................... 126 10. Hasil Rating Rata-Rata Faktor Strategi Eksternal pada Ragajaya Mandiri ............................................................................................... 127 11. Analisis Matriks QSP (QSPM) Pada Ragajaya Mandiri .................. 128 12. Produk Ragajaya Mandiri ................................................................. 132 6. 7. xiv I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki kekayaan sumberdaya laut yang sangat berlimpah, karena dua per tiga wilayah Indonesia terdiri dari laut dengan potensi perikanan tangkap sebesar 6,26 juta ton/tahun. Produksi perikanan tangkap Indonesia sampai dengan tahun 2007 berada pada peringkat ke-3 dunia dengan tingkat produksi perikanan tangkap pada periode 2003-2007 mengalami kenaikan rata-rata produksi sebesar 1,54%. (Kementerian Kelautan dan Perikanan 2010). Volume produksi perikanan Indonesia baik sektor penangkapan maupun budidaya pada kurun waktu tahun 2005-2009 terus mengalami peningkatan. Peningkatan volume produksi perikanan selama tahun 2005-2009 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Volume Produksi Perikanan Indonesia Tahun 2005 – 2009 (Ton) Sektor Tahun Kenaikan Rata-rata (%) 2009* 2005 2006 2007 2008 Penangkapan 4.705.869 4.806.112 5.044.737 5.196.328 5.285.020 2,95 Budidaya 2.163.674 2.682.596 3.193.565 3.855.200 4.780.100 21,93 6.869.543 7.488.708 8.238.302 9.051.528 10.065.120 10,02 Jumlah 2005-2009 *Angka Sementara Sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan , 2010 Berdasarkan Tabel 1, laju pertumbuhan produksi perikanan tangkap tahun 2005-2009 mengalami kenaikan rata rata sebesar 2,95% dan produksi perikanan budidaya sebesar 21,93%. Pada tahun 2009, volume produksi perikanan tangkap Indonesia sudah mencapai 5,28 juta ton tetapi produksi tersebut masih belum optimal karena potensi perikanan tangkap Indonesia mencapai 6,26 juta ton/tahun. Laju pertumbuhan produksi perikanan nasional baik sektor perikanan tangkap maupun sektor budidaya tahun 2005-2009 mengalami kenaikan rata-rata sebesar 10,02% dengan total produksi perikanan nasional tahun 2009 sebesar 10,06 juta ton. Selain volume produksi, nilai produksi perikanan Indonesia juga mengalami peningkatan dari Rp57,62 triliun pada tahun 2005 menjadi Rp102,78 triliun pada tahun 2009 dengan kenaikan rata-rata sebesar 15,61%. Nilai Produksi perikanan Indonesia dari tahun 2005-2009 bisa dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Nilai Produksi Perikanan Indonesia Tahun 2005 – 2009 (Juta Rupiah) Sektor Tahun Kenaikan Rata-rata (%) 2009* 2005 2006 2007 2008 Penangkapan 36.171,33 40.069,05 48.431,93 51.611,69 56.077,35 11,72 Budidaya 21.451,44 23.776,08 27.928,28 37.842,76 46.705,70 21,81 57.662,78 63.845,14 76.360,22 89.454,45 102.783,05 15,61 Total Nilai 2005-2009 *Angka Sementara Sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan , 2010 Dukungan konsumsi dalam negeri sangat diperlukan untuk mendorong produksi perikanan Indonesia. Selain itu, peningkatan konsumsi ikan juga dinilai penting bagi ketahanan pangan dan mengurangi ketergantungan terhadap impor protein hewani lainnya. Pada kurun waktu tahun 2000 – 2006 konsumsi ikan di Indonesia mengalami peningkatan. Tingkat konsumsi ikan per kapita Indonesia dari tahun 2000 – 2006 dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Tingkat Konsumsi Ikan Per Kapita Indonesia Tahun 2001-2006 (Kg) Tahun Sektor 2001 2002 2003 2004 2005 2006 Pertumbuhan (%) 2000-2006 Penangkapan 19,24 19,53 20,64 20,34 20,39 20,54 1,3 Budidaya 3,40 3,51 3,68 3,72 4,35 4,31 4,9 Total Konsumsi 22,64 23,04 24,32 24,06 24,74 24,86 6,2 Sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan , 2009 Berdasarkan Tabel 3, dalam enam tahun terakhir konsumsi ikan di Indonesia mengalami peningkatan. Pada sektor penangkapan tingkat konsumsi ikan mengalami pertumbuhan 1,3 %, sektor budidaya juga meningkat dengan pertumbuhan mencapai 4,9 % dalam kurun waktu enam tahun. 2 Pada tahun 2006, tingkat konsumsi ikan per kapita pertahun mencapai 24,86 kg. Dengan pertumbuhan yang terus meningkat tiap tahun, tingkat konsumsi ikan dapat menunjukan kesadaran yang mulai meningkat di masyarakat akan pentingnya makanan bergizi. Tahun 2010, tingkat konsumsi ikan sudah mencapai 30,47 kg per kapita, meningkat dibandingkan konsumsi 2009 sebesar 29,08 kg per kapita.1 Keragaman jenis ikan di perairan Indonesia belum seluruhnya dimanfaatkan secara optimal. Apabila dilihat dari tingkat pemanfaatan, terutama untuk ikan-ikan non ekonomis pemanfaatan terhadap ikan masih belum optimal. Hal ini disebabkan pemanfaatannya masih terbatas dalam bentuk olahan tradisional dan konsumsi segar. Akibatnya ikan-ikan tidak ditangani dengan baik dikapal, sehingga ikan yang didaratkan bermutu rendah (20–30%). Selain itu, penanganan ikan yang tidak baik dikapal berdampak pada tingginya tingkat kehilangan (losses) sekitar 30-40%. Dari total produksi tangkapan laut, sebesar 57,05 % dimanfaatkan dalam bentuk basah, sebesar 30,19% bentuk olahan tradisional, sebesar 10,90 % bentuk olahan modern dan olahan lainnya 1,86%. (Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Kementerian Kelautan dan Perikanan 2007). Upaya pengolahan bertujuan untuk memberi nilai tambah dan memperpanjang masa simpan ikan, sehingga dapat dikonsumsi kapan saja dan lebih praktis. Hal ini terkait dengan karateristik ikan yang tidak tahan lama dan merupakan bahan pangan yang mudah membusuk, karena aktivitas zat-zat dan mikroorganisme yang dapat menyebabkan kerusakan mutu ikan. Salah satu usaha untuk meningkatkan nilai dan mengoptimalkan pemanfaatan produksi hasil tangkapan laut adalah dengan pengembangan produk bernilai tambah, baik olahan tradisional maupun modern. Namun produk bernilai tambah yang diproduksi di Indonesia masih dari ikan ekonomis seperti tuna/udang kaleng, tuna steak, dan lain sebagainya yang memiliki nilai jual meski tanpa dilakukan proses lanjutan (Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Kementerian Kelautan dan Perikanan 2007). 1 Outlook Perikanan Tahun 2011.http// www.kkp.go.id [7 Maret 2011] 3 Sedangkan apabila ingin merubah nilai jual ikan non ekonomis, salah satu cara yang bisa ditempuh adalah melalui teknologi produk perikanan (pengembangan produk hasil perikanan) menjadi produk siap saji agar sesuai dengan selera pasar dan lebih bisa diterima oleh masyarakat. Selain itu, pengembangan produk hasil perikanan menjadi produk siap saji memungkinkan untuk meningkatkan keragaman produk perikanan. Salah satu cara pengembangan produk hasil perikanan menjadi produk siap saji adalah dengan diversifikasi pengolahan ikan. Diversifikasi produk olahan ikan dilakukan untuk mengoptimalkan pengolahan dan untuk memenuhi keinginan dan selera konsumen. Diversifikasi produk olahan ikan diantaranya petis, abon, dendeng, kerupuk, sosis, nugget, siomay, bakso, kaki naga, ekado, otak-otak, dan empek-empek. Salah satu pelaku bisnis yang memproduksi hasil perikanan menjadi produk olahan ikan bernilai tambah dan terdaftar pada Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor adalah Ragajaya Mandiri (Lampiran 1). 1.2. Perumusan Masalah Perkembangan teknologi menyebabkan pengolahan hasil perikanan semakin berkembang, tidak hanya sebatas proses pengolahan saja, tetapi sudah disesuaikan dengan keinginan dan selera konsumen. Salah satunya dengan diversifikasi pengolahan ikan yang menghasilkan berbagai produk olahan ikan siap saji seperti bakso ikan, lumpia ikan, karage ikan, ekkado, nugget, otak-otak dan kaki naga. Peningkatan pengetahuan masyarakat akan gizi, kesibukan pekerjaan dan peningkatan pendapatan, secara bersamaan diikuti oleh perilaku hidup merubah pola konsumsi masyarakat modern. Pola konsumsi masyarakat modern saat ini semakin menyadari pentingnya mengkonsumsi makanan yang bergizi yaitu dengan mengkonsumsi makanan praktis siap saji namun memiliki nilai gizi yang baik. Adanya perkembangan teknologi dan perubahan pola konsumsi masyarakat modern merupakan peluang bagi usaha diversifikasi pengolahan ikan seperti Ragajaya Mandiri dalam memasarkan produk olahan ikan yang bersifat praktis, mudah, cepat cara penyajiannya, serta bernilai gizi baik. 4 Permintaan produk olahan perikanan untuk area Jabodetabek pada tahun 2010 cukup besar yaitu sebanyak 80 ton per bulan (setara 160 ribu kemasan).2 Permintaan untuk produk olahan ikan lain khususnya untuk otak-otak dan kaki naga sebagian besar berasal dari wilayah Jabodetabek. Permintaan lainnya berasal dari luar Jabodetabek seperti Bandung, Banten dan daerah lainnya.3 Permintaan otak-otak dan kaki naga untuk daerah Jabodetabek tahun 2004-2006 mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2004 permintaan otak-otak sebesar 72 juta pcs dan meningkat menjadi 90 juta pcs tahun 2006 sedangkan untuk kaki naga dari 57,6 juta pcs tahun 2004 menjadi 72 juta pcs pada tahun 2006. Permintaan otak-otak dan kaki naga untuk daerah Jabodetabek pada tahun 2004-2006 dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Jumlah Rata-rata Permintaan Otak-Otak dan Kaki Naga untuk Daerah Jabodetabek Tahun 2004 – 2006 (pcs) Produk Tahun 2005 Olahan 2004 2006 Otak-Otak 72.000.000 72.000.000 90.000.000 Kaki naga 57.600.000 57.600.000 72.000.000 Sumber : Direktorat Kredit, BPR dan UMKM. 2008. Ragajaya Mandiri menghadapi persaingan dengan perusahaan lain dalam memasarkan produknya khususnya di daerah Jabodetabek. Pesaing yang dihadapi Ragajaya Mandiri tidak hanya perusahaan skala menengah dan kecil tetapi juga skala besar. Selain pesaing-pesaing dalam industri pengolahan ikan, Ragajaya Mandiri menghadapi ancaman produk substitusi yang mulai banyak beredar salah satunya adalah produk olahan daging ayam seperti nugget ayam dan sosis ayam dengan merk “Sozis”, “Fiesta”, “Champ”, “So Nice” dan “So Good”. Beberapa pesaing Ragajaya Mandiri untuk daerah Jabodetabek pada tahun 2010 bisa dilihat pada Tabel 5. 2 http://www.agrina-online.com [7 Maret 2011] 3 Pola Pembiayaan Pengolahan Ikan Berbasis Fish Jelly Product (otak-otak dan kaki naga).. Jakarta . http://www.bi.go.id/ [25 April 2011] 5 Tabel 5. Perusahaan Pesaing Ragajaya Mandiri di Jabodetabek Tahun 2010 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Nama Produk Bening Food Ocean King Diva Food Bakso Super 14 Pak celup Revi Food Perusahaan Bening Jati Anugrah Citra Mandiri Samaky PT. Frozen Food Pahala PT. Makanan Sehat Nusantara ( MSN) Ikan Sehat Nusantara Bakso Super 14 Rumah Daging Olah ”Saudaraku” Mitra Sukses Armani Fathan frozen food PT Salimah Prima Cita Oryza Frozen Food Revi Lokasi Bogor Bogor Bogor Bogor Jakarta Bekasi Tangerang Bekasi Tangerang Jakarta Jakarta Jakarta Jakarta Sumber : Profil Perusahaan .http://olahanikan.indonetwork.co.id (Diolah), 2011 Persaingan yang terjadi pada lingkungan industri dapat mempengaruhi pemasaran produk dan berakibat pada penjualan perusahaan. Rata-rata produksi Ragajaya Mandiri selama enam bulan yaitu pada bulan Agustus 2010 – Januari 2011 sebesar 3,44 ton per bulan atau setara dengan 8480 bks per bulan. Sedangkan penjualan kepada distributor dan agen Ragajaya Mandiri pada bulan Agustus 2010 – Januari 2011 rata-rata sebesar 8110 bks per bulan. Sehingga produk yang belum terjual setiap bulannya rata-rata sebesar 370 bks. Selain itu, kapasitas produksi optimum Ragajaya Mandiri adalah 150 kg per hari atau 4,5 ton per bulan. Adanya selisih rata-rata produksi dengan rata-rata penjualan tiap bulan dan jumlah produksi yang masih belum optimum tersebut dikarenakan pemasaran yang dilakukan masih tergolong pasif. Saat ini, Ragajaya Mandiri belum melakukan upaya pemasaran yang aktif. Pelanggan datang langsung atau memesan langsung kepada perusahaan dan pemasaran produk kepada konsumen hanya dilakukan oleh distributor dan agen. Tingkat penjualan produk Ragajaya Mandiri pada periode bulan Agustus 2010 – Maret 2011 cenderung mengalami penurunan. Pada bulan Agustus 2010 penjualan Ragajaya Mandiri sebesar Rp135 juta. Penjualan terendah terjadi pada bulan Januari 2011 yaitu sebesar Rp102,5 juta (Gambar 1). 6 160000000 Penjualan (Rp) 140000000 120000000 100000000 80000000 60000000 40000000 20000000 0 Gambar 1. Grafik Penjualan Ragajaya Mandiri Bulan Agustus 2010 – Maret 2011 Sumber : Ragajaya Mandiri (diolah) Lingkungan eksternal seperti perkembangan teknologi, selera konsumen, dan persaingan usaha yang selalu berubah secara tidak langsung mempengaruhi Ragajaya Mandiri dalam memasarkan produknya. Selain itu, pemasaran Ragajaya Mandiri yang hanya mengandalkan distributor dan agen berakibat pada tidak optimumnya produksi dan penjualan yang cenderung menurun, sehingga Ragajaya Mandiri memerlukan strategi pemasaran yang tepat dan sesuai dengan kondisi internal dengan memanfaatkan kekuatan dan mengatasi kelemahan yang dimiliki. Selain itu, strategi juga harus memperhatikan lingkungan eksternal yang bersifat dinamis yang bisa menjadi peluang dan ancaman bagi Ragajaya Mandiri dalam memasarkan produknya. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan di bahas dalam penelitian ini, yaitu : 1. Faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal apa saja yang mempengaruhi pemasaran produk olahan ikan Ragajaya Mandiri ? 2. Strategi apa saja yang dapat diterapkan dalam pemasaran produk olahan ikan Ragajaya Mandiri ? 3. Strategi apa yang menjadi prioritas dalam pemasaran produk olahan ikan yang sesuai dengan Ragajaya Mandiri ? 7 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi faktor lingkungan internal dan eksternal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman Ragajaya Mandiri. 2. Memformulasikan alternatif strategi pemasaran yang dapat diterapkan oleh Ragajaya Mandiri. 3. Menentukan prioritas strategi pemasaran yang sesuai dengan Ragajaya Mandiri. 1.4. Manfaat Penelitian Berdasarkan Penelitian yang dilakukan maka manfaat penelitian ini, yaitu: 1) Bagi Penulis Hasil penelitian ini diharapkan memberikan pengetahuan bagi penulis mengenai perkembangan dan strategi yang diterapkan oleh industri pengolahan ikan. 2) Bagi Perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan memberikan tambahan informasi dan bisa menjadi bahan masukan dan pertimbangan bagi perusahaan dalam menjalankan usahanya. 3) Bagi Pembaca Hasil penelitian ini diharapkan memberikan tambahan wawasan dan informasi kepada pembaca mengenai industri pengolahan ikan dan dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini hanya sampai pada tahap formulasi strategi dan perumusan alternatif strategi pemasaran yang menjadi prioritas bagi perusahaan, sedangkan tahap implementasi dan tahap evaluasi strategi diserahkan sepenuhnya kepada pihak perusahaan. 8 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengolahan Hasi Perikanan Ikan dan hasil perikanan merupakan bahan pangan yang mudah membusuk, sehingga proses pengolahan bertujuan untuk menghambat atau menghentikan aktivitas zat-zat dan mikroorganisme yang dapat menyebabakan kerusakan mutu ikan. Selain untuk menghambat atau menghentikan aktivitas zatzat dan mikroorganisme, pengolahan juga bertujuan untuk memperpanjang daya awet dan mendiversifikasikan produk olahan hasil perikanan. Proses pengolahan hasil perikanan meliputi pengolahan dengan suhu rendah, penggaraman, pemindangan, pengeringan, pengasapan, fermentasi, pengolahan dengan suhu tinggi, dan diversifikasi pengolahan ikan. 1. Penanganan dengan suhu rendah Pengolahan dengan suhu rendah merupakan proses pemindahan panas dari tubuh ikan ke ke bahan lain. Penanganan dengan suhu rendah terdiri dari pendinginan dan pembekuan. Pendinginan terhadap ikan memiliki kelebihan yaitu sifat-sifat asli ikan tidak mengalami perubahan tekstur, rasa, dan bau. Pembekuan ikan menggunakan suhu jauh dibawah titik beku ikan dan mengubah hampir seluruh kandungan air pada ikan menjadi es. Pendinginan dan pembekuan hanya mampu menghambat pertumbuhan mikroorganisme dan menghambat aktivitas mikroorganisme sehingga aktivitas akan kembali normal jika suhu tubuh ikan kembali naik. 2. Penggaraman Penggaraman merupakan cara pengawetan yang sudah lama dilakukan dalam pengolahan hasil perikanan. Tujuan dari penggaraman adalah untuk memperpanjang daya tahan dan daya simpan ikan. Pengawetan ikan dengan cara penggaraman terdiri dari dua proses yaitu proses pengeringan dan proses penggaraman. Proses pengeringan dilakukan dengan mengurangi kadar air dalam badan ikan sampai titik tertentu sehingga bakteri tidak dapat hidup dan berkembang lagi. Ikan yang mengalami proses penggaraman menjadi awet karena garam dapat menghambat dan membunuh bakteri penyebab kebusukan ikan. 3. Pemindangan Pemindangan ikan merupakan cara pengawetan ikan sekaligus pengolahan ikan yang menggunakan teknik penggaraman dan pemanasan ikan. Prinsip pemindangan adalah perebusan ikan dalam suasana bergaram selama jangka waktu tertentu da dalam suatu wadah terbuka atau tertutup. Perebusan ikan pada suhu dan tekanan normal tersebut dapat membunuh bakteri yang ada pada ikan. Penambahan garam akan mengawetkan produk karena garam mempunyai sifat bakterisidal dan bakteriostatik. Lama perebusan dan konsentrasi garam air perebus berpengaruh terhadap rasa dan daya awet produk pindang. 4. Pengeringan Pengeringan ikan merupakan cara pengawetan ikan dengan mengurangi kandungan air pada ikan yang dapat menyebabkan pembusukan terhambat atau terhenti sehingga ikan yang dikeringkan mempunyai waktu simpan lebih lama. 5. Pengasapan Pengasapan merupakan cara pengolahan atau pengawetan dengan memanfaatkan kombinasi perlakuan pengeringan dan pemberian senyawa kimia alami dari hasil pembakaran bahan bakar alami. Pengasapan ikan bertujuan untuk mengawetkan ikan dengan memanfaatkan bahan alam dan memberi rasa dan aroma yang khas. 6. Fermentasi Fermentasi merupakan cara pengolahan melalui proses penguraian senyawa dari bahan-bahan protein kompleks. Fermentasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu fermentasi yang menghasilkan produk dengan bentuk dan sifat yang berubah, misalnya terasi, kecap ikan, dan fermentasi yang menghasilkan senyawasenyawa yang memiliki kemampuan atau daya awet dalam produk, misalnya pembuatan ikan peda. 7. Pengolahan dengan suhu tinggi Pengalengan ikan merupakan cara pengawetan dengan penggunaan panas untuk mengurangi jumlah seminimal mungkin serta mematikan mikroorganisme pembusuk dan mengubah ikan dari bentuk mentah menjadi produk yang siap disajikan. 10 Pengalengan harus memperhatikan kemasan dan sterilisasi. Kemasan harus tertutup dengan sangat rapat sehingga tidak dapat ditembus oleh air, udara, kerusakan akibat oksidasi, atau perubahan cita rasa. Sterilisasi adalah usaha untuk membebaskan alat-alat atau bahan-bahan dari segala bentuk macam kehidupan terutama mikroorganisme. 8. Diversifikasi pengolahan ikan Perkembangan teknologi menyebabkan pengolahan hasil perikanan semakin berkembang, tidak hanya sebatas proses pengolahan saja, tetapi sudah disesuaikan dengan keinginan dan selera konsumen. Diversifikasi produk olahan ikan dilakukan untuk mengoptimalkan pengolahan dan untuk memenuhi keinginan dan selera konsumen. Diversifikasi produk olahan ikan diantaranya petis, abon, dendeng, kerupuk, sosis, nugget, siomay, bakso, kaki naga, ekado, otak-otak, dan empek-empek. 2.2. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian mengenai perumusan strategi pemasaran pernah dilakukan oleh Nisa (2005), Kaharudin (2006), Putri (2008), Purnama (2009), dan Risman (2009). Penelitian-penelitian ini meneliti tentang perumusan strategi pemasaran yang paling tepat untuk perusahaan dengan menggunakan analisis formulasi strategi. Penelitian yang dilakukan oleh Nisa (2005) mengenai strategi pemasaran tanaman Anggrek, Kaharudin (2006) meneliti tentang analisis strategi pemasaran jambu biji organik, Purnama (2009) mengenai strategi pemasaran produk olahan wortel, dan Risman (2009) meneliti tentang strategi pemasaran produk DAFA Yoghurt. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian adalah matriks IFE dan matriks EFE untuk tahap input, sedangkan Nisa (2005) menambah alat analisis lain yaitu matriks profil persaingan (CPM). Tahap pencocokan menggunakan matriks IE dan matriks SWOT untuk merumuskan alternatif strategi pemasaran. Matriks QSP (QSPM) digunakan untuk tahap keputusan dalam menentukan urutan prioritas strategi perusahaan. Hasil penelitian pada umumnya menunjukan bahwa perusahaan berada pada posisi kuadran V (pertahankan dan pelihara), belum dapat disimpulkan faktor apa yang menyebabkan sebagian penelitian mengenai strategi pemasaran menghasilkan posisi perusahaan pada kuadran V. 11 Penelitian yang dilakukan oleh Putri (2008) tentang formulasi strategi pemasaran obat tradisional menggunakan alat analisis AHP pada tahap keputusan dalam menentukan strategi pemasaran yang paling tepat untuk diterapkan pada perusahaan yang ditelitinya. Pemilihan strategi dengan menggunakan alat anallisis AHP menghasilkan alternatif strategi yang didasarkan pada prioritas dalam pengambilan keputusan. Dari penellitian-penelitian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa perumusan strategi dapat dilakukan melalui identifikasi lingkungan perusahaan internal dan eksternal. Metode yang digunakan antara lain matriks profil persaingan (CPM), matriks IFE, dan matriks EFE untuk tahap input, tahap pencocokan menggunakan matriks IE dan matriks SWOT. Strategi yang telah dirumuskan kemudian dapat diurutkan dalam prioritas menggunakan Matriks QSP (QSPM) dan AHP. Penelitian ini mengenai formulasi strategi pemasaran produk olahan ikan dengan analisis formulasi strategi. Alat analisis pada tahap input menggunakan matriks IFE dan matriks EFE, tahap pencocokan menggunakan matriks IE dan matriks SWOT untuk merumuskan alternatif strategi, dan matriks QSP pada tahap keputusan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya di atas antara lain lokasi dan produk yang dipasarkan perusahaan. 12 III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengertian Strategi Strategi adalah alat untuk mencapai tujuan, dalam perkembangannya konsep mengenai strategi terus berkembang (Rangkuti 2006). Menurut David (2006), strategi adalah alat untuk mencapai tujuan jangka panjang. Strategi merupakan rencana yang disatukan, luas dan terintegrasi yang menghubungkan keunggulan strategis dengan tantangan lingkungan dan dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat (Glueck dan Jauch 1992). 3.1.2. Jenis-jenis Strategi Strategi merepresentasikan tindakan yang akan diambil untuk mencapai tujuan perusahaan. Jenis-jenis strategi yang dapat dijalankan oleh sebuah perusahaan (David 2006), yaitu : a) Strategi Integrasi Strategi integrasi memungkinkan sebuah perusahaan untuk mendapatkan kontrol atas distributor, pemasok, dan/atau pesaing. Strategi dapat dikategorikan menjadi tiga strategi alternatif, yaitu : a) Integrasi ke Depan Integrasi ke depan melibatkan akuisisi kepemilikan atau peningkatan kontrol atas distributor atau pengecer. Integrasi ke depan bisa menjadi strategi yang efektif dalam beberapa situasi yaitu ketika distributor tidak dapat diandalkan, sangat mahal, ketersediaan distributor yang berkualitas terbatas. Distributor tidak mampu memenuhi kebutuhan perusahaan, ketika sebuah perusahaan bersaing dalam industri yang bertumbuh, ketika perusahaan memiliki keuntungan dari produksi yang stabil sangat tinggi sehingga dapat meningkatkan kepastian permintaan outputnya, atau ketika distributor atau pengecer memiliki margin yang tinggi sehingga perusahaan dapat menetapkan harga secara kompetitif dengan integrasi ke depan. b) Integrasi ke Belakang Integrasi ke belakang adalah strategi untuk mencari kepemilikan atau meningkatkan kontrol atas pemasok perusahaan. Integrasi ke belakang menjadi strategi yang efektif ketika pemasok perusahaan saat ini sangat mahal, jumlah pemasok sedikit dan jumlah pesaing banyak, perusahaan memiliki sumberdaya modal dan manusia untuk mengelola bisnis baru yang memasok bahan bakunya sendiri, perusahaan bersaing dalam industri yang tumbuh dengan cepat, atau ketika suatu perusahaan perlu membeli sumber daya yang dibutuhkan dengan cepat. c) Integrasi Horizontal Integrasi horizontal mengacu pada strategi yang mencari kepemilikan atau meningkatkan kontrol atas pesaing perusahaan seperti merger dan akuisisi. Strategi integrasi horizontal bisa menjadi strategi yang efektif yaitu pada situasi ketika perusahaan mendapatkan karakteristik monopolistik dalam area atau daerah tertentu, perusahaan bersaing dalam industri yang berkembang, meningkatnya skala ekonomi perusahaan, atau ketika pesaing kebingungan karena kurangnya keahlian dalam memiliki kebutuhan atas sumber daya tertentu yang dimiliki oleh perusahaan. b) Strategi Intensif Strategi intensif dibutuhkan jika posisi kompetitif perusahaan dengan produk yang ada pada saat ini akan membaik. Strategi intensif terdiri dari penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk. a) Penetrasi Pasar Strategi penetrasi pasar berusaha meningkatkan pangsa pasar untuk produk/jasa saat ini melalui upaya pemasaran yang lebih besar. Penetrasi pasar mencakup meningkatkan jumlah tenaga penjual, meningkatkan jumlah belanja iklan, menawarkan promosi penjualan yang ekstensif, atau meningkatkan usaha publisitas. Penetrasi pasar bisa menjadi strategi yang efektif yaitu ketika pasar saat ini tidak jenuh dengan produk atau jasa yang ada, tingkat penggunaan pelanggan saat ini dapat meningkat secara signifikan atau pangsa pasar pesaing utama menurun sementara penjualan total industri meningkat. 14 b) Pengembangan Pasar Pengembangan pasar melibatkan perkenalan produk yang ada saat ini ke area geografi yang baru dan menjadi strategi yang efektif jika ada pasar yang belum tersentuh atau belum jenuh, perusahaan memiliki kelebihan kapasitas produksi, tersedia jaringan distribusi baru yang dapat diandalkan, murah, berkualitas bagus, atau ketika ruang lingkup industri dasar perusahaan menjadi global dengan cepat. c) Pengembangan Produk Pengembangan produk adalah strategi yang mencari peningkatan penjualan dengan memperbaiki atau memodifikasi produk/jasa saat ini dan biasanya melibatkan biaya penelitian dan pengembangan yang besar. Pengembangan produk bisa menjadi strategi yang efektif ketika perusahaan memiliki produk yang berhasil yang berada pada tahap dewasa dalam siklus hidup produk dan mencoba menarik pelanggan untuk mencoba produk yang baru, perusahaan bersaing dalam industri yang memiliki perkembangan teknologi yang cepat, perusahaan memiliki kemampuan litbang yang kuat, atau ketika pesaing utama menawarkan produk dengan kualitas yang lebih baik pada harga yang bersaing. c) Strategi Diversifikasi Ada tiga tipe dari strategi yaitu diversifikasi konsentrik, horizontal, dan konglomerat. Strategi diversifikasi dipakai untuk mengelola aktivitas bisnis yang berbeda-beda sehingga tidak tergantung pada satu industri. a) Diversifikasi Konsentrik Diversifikasi konsentrik atau terfokus yaitu menambah produk atau jasa baru yang masih berkaitan dengan produk atau jasa lama kepada pasar atau pelanggan lama. Diversifikasi Konsentrik bisa menjadi strategi yang efektif ketika suatu perusahaan bersaing dalam industri yang tidak tumbuh atau tumbuh dengan lambat, produk perusahaan saat ini berada pada tahap penurunan dari siklus hidup produk, dan produk baru dapat ditawarkan pada harga yang sangat kompetitif. 15 b) Diversifikasi Horizontal Diversifikasi Horizontal yaitu menambah produk atau jasa baru yang tidak berkaitan dengan produk atau jasa lama kepada pasar atau pelanggan lama. Diversifikasi horizontal bisa menjadi strategi yang efektif ketika pendapatan yang dihasilkan dari produk atau jasa saat ini akan meningkat secara signifikan, perusahaan bersaing dalam industri yang sangat kompetitif dan atau tidak tumbuh, dan jalur distribusi saat ini dapat digunakan untuk memasarkan produk baru ke pelanggan lama. c) Diversifikasi konglomerat Diversifikasi konglomerat yaitu menambahkan produk atau jasa baru yang tidak berkaitan dengan produk atau jasa lama kepada pasar atau pelanggan baru. Diversifikasi konglomerat bisa menjadi strategi yang efektif ketika industri dasar perusahaan mengalami penurunan penjualan dan laba, ada peluang investasi dan membeli bisnis yang tidak berkaitan, perusahaan harus memiliki modal dan manajerial yang kuat untuk bersaing di industri yang baru, pasar produk perusahaan saat ini sudah jenuh. d) Strategi Defensif Strategi defensif atau bertahan umumnya dijalankan oleh perusahaan untuk bertahan hidup dari ancaman kebangkrutan. Strategi defensif terdiri dari retrenchment, divestasi, dan likuidasi. a) Retrenchment Retrenchment yaitu mengelompokkan ulang melalui pengurangan biaya dan aset terhadap penurunan penjualan dan laba. Retranchment dapat melibatkann penjualan tanah dan gedung untuk meningkatkan kas, memotong lini produk, menutup bisnis yang labanya sangat tipis, menutup pabrik yang sudah tua, mengotomatisasi proses, mengurangi jumlah karyawan, dan menetapkan sistem kontrol pengeluaran. b) Divestasi Divestasi yaitu menjual satu divisi atau bagian dari suatu perusahaan. divestasi menjadi strategi yang efektif, yaitu ketika perusahaan gagal untuk mencapai perbaikan dengan cara retrenchment. 16 Selain itu, strategi divestasi bisa menjadi strategi yang efektif ketika sebuah divisi membutuhkan lebih banyak sumber daya baru untuk meningkatkan kompetitif perusahaan, atau ketika sebuah divisi sudah tidak cocok dengan keseluruhan perusahaan yang disebabkan oleh pasar, pelanggan, manjer, karyawan, nilai-nilai. c) Likuidasi Likuidasi yaitu menjual seluruh aset perusahaan, secara terpisah-pisah atau sepotong-potong, untuk nilai riilnya. Strategi likuidasi efektif pada situasi ketika alternatif perusahaan hanyalah kebangkrutan, likuidasi mewakili cara yang terencana dan rapi untuk mendapatkan kas dalam jumlah yang sebesar-besarnya untuk aset perusahaan. Perusahaan dapat dengan legal mengumumkan kebangkrutan lebih dahulu dan kemudian melikuidasi berbagai divisi untuk menghasilkan modal yang dibutuhkan. 3.1.3. Konsep Manajemen Strategis Manajemen strategis adalah seni dan ilmu untuk memformulasi, mengimplementasi, dan mengevaluasi keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi dapat mencapai tujuannya (David 2006). Menurut David (2006), proses manajemen strategis terdiri atas tiga tahap, yaitu formulasi strategi, implementasi strategi, dan evaluasi strategi (Gambar 2). Formulasi strategi termasuk mengembangkan visi dan misi, mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal, menentukan kekuatan dan kelemahan internal, menetapkan tujuan jangka panjang, merumuskan alternatif strategi, dan memilih strategi tertentu yang akan dilaksanakan. Implementasi strategi disebut tahap pelaksanaan dalam manajemen strategis dan mensyaratkan perusahaan untuk menetapkan tujuan tahunan, membuat kebijakan, memotivasi karyawan, dan mengalokasikan sumber daya sehingga strategi yang telah diformulasikan dapat dijalankan. Evaluasi strategi adalah tahap akhir dalam manajemen strategis yang terdiri dari aktivitas meninjau ulang faktor eksternal dan internal, mengukur kinerja, dan mengambil tindakan korektif. 17 Menjalankan Audit Eksternal Mengembangk an Pernyataan Visi dan Misi Menetapkan Tujuan Jangka Panjang Merumuskan, Mengevaluasi , dan memilih Strategi Implementasi Strategi – Isu Manajemen Implementasi Strategi – Isu pemasaran, keuangan, akuntansi, Penelitian dan Pengembangan Mengukur dan Mengevalu asi Kinerja Menjalankan Audit Internal Formulasi Strategi Implementasi Strategi Evaluasi Strategi Gambar 2. Model Komprehensif Manajemen Strategis Sumber : David (2006) 3.1.4. Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan perusahaan. Visi menggambarkan apa yang ingin perusahaan capai. Visi disusun secara strategik dan mudah artikulasikan, mudah dipahami, dan diterima oleh semua pihak dalam organisasi. Visi yang dipahami dan diterima oleh semua pihak termasuk karyawan akan menjadi faktor yang mengikat mereka pada perusahaan. Ketika karyawan memiliki komitmen tinggi dan jangka panjang pada organisasi, maka keputusan-keputusan bisnis akan dapat dihasilkan dan dilaksanakan dengan lebih mudah. Misi merupakan pernyataan cara mencapai visi atau rumusan umum yang luas dan bersifat tahan lama tentang keinginan atau maksud perusahaan. Menurut David (2006), misi bisnis adalah fondasi untuk prioritas, strategi, rencana, dan penugasan. Ada sembilan karakteristik atau komponen penting dalam penyusunan misi, yaitu : pelanggan, produk, pasar, teknologi, perhatian akan keberlangsungan pertumbuhan, filosofi, konsep diri, perhatian akan citra publik, dan perhatian akan karyawan. 18 Misi perusahaan masih perlu diterjemahkan kedalam pernyataanpernyataan yang lebih terukur kinerjanya atau disebut dengan tujuan. Tujuan perusahaan menggambarkan hasil atau outcome yang ingin dicapai perusahaan. Prinsip- prinsip dalam penyusunan tujuan yaitu cocok (suitable), layak (feasible), dapat dicapai (achievable), lentur (flexible), memotivasi (motivating), dapat dimengerti (understandable), terkait dengan misi (linkage), dan dapat diukur (measurable). 3.1.5. Pengertian dan Tujuan Pemasaran Menurut Kotler (2005), pemasaran merupakan proses sosial yang dengan proses itu individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain. Tujuan pemasaran adalah mengetahui dan memahami pelanggan sehingga produk atau jasa yang ditawarkan cocok dengan pelanggan. 3.1.6. Strategi Pemasaran Strategi pemasaran merupakan sekumpulan tindakan pemasaran yang terintegrasi dalam rangka memberikan nilai kepada konsumen dan menciptakan keunggulan bersaing bagi perusahaan. Strategi pemasaran harus bersifat disdinctive (bersifat unik, tidak mudah ditiru oleh pesaing, dan spesifik) dan didukung oleh semua potensi yang dimiliki oleh perusahaan secara optimal (Rangkuti 2006). Strategi pemasaran beroperasi pada dua level yaitu stratejik dan taktis. Pemasaran stratejik menentukan pasar sasaran dan proporsi nilai yang ditawarkan berdasarkan pada suatu analisis peluang pasar terbaik yaitu segmentasi, target dan penentuan posisi (Segmentation, Targetting, Positioning). Pemasaran taktis menspesifikasikan taktik pasar, produk, promosi, perdagangan, penetapan harga, saluran penjualan dan layanan (Kotler & Keller 2007). 19 Segmentation Segmen pasar terdiri kelompok pelanggan yang memiliki seperangkat keinginan yang sama. Pembagian segmen pasar dapat diidentifikasi berdasarkan segmentasi geografis, demografis, psikografis, dan perilaku di kalangan pembeli (Kotler & Keller 2007). a) Segmentasi Geografis Segmentasi geografis yaitu melakukan pembagian pasar menjadi unit-unit geografis yang berbeda seperti negara, wilayah, propinsi, kota atau lingkungan rumah tangga. b) Segmentasi demografis Segmentasi demografis yaitu pasar dibagi menjadi kelompok-kelompok berdasarkan variabel seperti usia ukuran keuarga, siklus hidup keluarga, jenis kelamin, penghasilan, pekerjaan, pendidikan, agama, ras, generasi, kewarganegaraan, dan kelas sosial. c) Psikografis Segmentasi psikografis yaitu membagi para pembeli menjadi kelompok yang berbeda berdasarkan gaya hidup, kepribadian dan nilai. d) Perilaku Segmentasi perilaku yaitu membagi para pembeli menjadi kelompok yang berbeda berdasarkan pengetahuan, sikap, pemakaian atau tanggapan mereka terhadap produk tertentu. Targetting Perusahaan dapat mempertimbangkan lima pola pemilihan pasar sasaran (Kotler & Keller 2007), yaitu : a) Konsentrasi segmen tunggal, perusahaan memillih berkonsentrasi pada satu segmen tertentu dengan memiliki pengetahuan yang kuat tentang kebutuhan segmen dan meraih posisi yang kuat di segmen tersebut. b) Spesialisasi selektif perusahaan memilih sejumlah segmen pasar secara obyektif masing-masing segmen menarik dan memadai. c) Spesialisasi produk, perusahaan menghasilkan produk yang dijualnya ke beberapa segmen. 20 d) Spesialisasi pasar, perusahaan berkonsentrasi untuk melayani berbagai kebutuhan kelompok pelanggan tertentu. e) Cakupan ke seluruh pasar, perusahaan berusaha melayani semua kelompok pelanggan dengan menyediakan semua produk yang mungkin mereka butuhkan. Positioning Penetapan posisi adalah tindakan merancang tawaran dan citra perusahaan sehingga menempati posisi yang khas di benak pelanggan sasarannya (Kotler & Keller 2007). Terdapat tujuh kemungkinan strategi penetapan posisi yang dapat dilakukan, yaitu: a) Penetapan berdasarkan atribut, perusahaan memposisikan diri menurut atribut, seperti ukuran dan lama keberadaanya. b) Manfaat, produk diposisikan sebagai pemimpin berdasarkan manfaat tertentu. c) Penggunaan, memposisikan produk sebagai yang terbaik untuk sejumlah penggunaan atau penerapan. d) Pemakai, memposisikan produk sebagai yang terbaik bagi sejumlah kelompok pemakai. e) Pesaing, memposisikan produk sebagai lebih baik dari pesaing tertentu. f) Kategori produk, produk diposisikan sebagai pemimpin pada kategori produk tertentu. g) Mutu atau harga, produk diposisikan sebagai yang menawarkan nilai terbaik. 3.1.7. Bauran Pemasaran Strategi pemasaran dapat didekati dengan konsep bauran pemasaran atau marketing mix yang merupakan kumpulan variabel produk (product), harga (price), saluran distribusi (place), dan promosi (promotion) (Gambar 3). 21 Bauran Pemasaran Pasar sasaran Produk Harga Keragaman produk Kualitas Design Ciri Nama Merek Kemasan Ukuran Pelayanan Garansi Imbalan Daftar harga Rabat/diskon Potongan harga khusus Periode pembayaran Syarat kredit Tempat Saluran pemasaran Cakupan pasar Pengelompokan Lokasi Persediaan Transportasi Promosi Promosi penjualan Periklanan Tenaga penjualan Kehumasan Pemasaran langsung Gambar 3. Bauran Pemasaran Sumber : Kotler (2005) 1) Produk Produk adalah elemen kunci dalam tawaran pasar dan merupakan yang paling penting dari bauran pemasaran. Produk diartikan sebagai segala sesuatu yang ditawarkan ke suatu pasar untuk memenuhi keinginan atau kebutuhan (Kotler 2005). Strategi produk didefinisikan sebagai strategi yang dilaksanakan oleh suatu perusahaan yang berkaitan dengan produk yang dipasarkan. 2) Harga Harga adalah elemen bauran pemasaran yang paling fleksibel dan harga dapat diubah dengan cepat. Harga merupakan salah satu elemen bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan, elemen lainnya menimbulkan biaya (Kotler 2005). Pendekatan dalam penetapan harga umumnya ada tiga macam, yaitu: a) Cost based pricing, pendekatan berdasarkan pada biaya yaitu penetapan harga cost plus dan penetapan harga titik impas. Penentuan harga berdasarkan biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi sebuah produk, kemudian ditambah dengan profit yang diinginkan perusahaan. 22 b) Value based pricing, pendekatan berdasarkan pembeli yaitu penetapan harga berdasarkan nilai produk di mata pelanggan. c) Competitor based pricing, pendekatan berdasarkan persaingan yaitu penetapan harga dengan mengikuti harga pesaing atau didasarkan bagaimana pesaing menetapkan harga. 3) Distribusi Distribusi adalah kegiatan pemasaran yang bertujuan menciptakan nilai tambah produk melalui fungsi pemasaran dengan menyalurkan, menyebarkan, mengirimkan atau menyampaikan barang dan jasa dari produsen ke konsumen yang digunakan sesuai keperluan (jenis, jumlah, harga, tempat dan waktu). Saluran distribusi merupakan serangkaian organisasi yang saling tergantung yang terlibat dalam proses menjadikan produk atau jasa siap untuk digunakan atau dikonsumsi (Kotler 2005). Dilihat dari jauh pendeknya rantai distribusi, saluran distribusi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: a) Saluran distribusi langsung, yaitu saluran distribusi dimana produk dari produsen langsung ke tangan konsumen tanpa melalui perantara atau penyalur. b) Saluran distribusi tidak langsung, yaitu perusahaan dalam mendistribusikan produknya menggunakan penyalur atau agen perantara dan juga pengecer sebelum sampai ke tangan konsumen. 4) Promosi Promosi adalah berbagai kegiatan yang dilakukan oleh produsen untuk mengkomunikasikan manfaat dari produknya, membujuk dan mengingatkan para konsumen sasaran agar membeli produk tersebut yang bertujuan untuk meningkatkan volume penjualan dengan cara mempengaruhi konsumen baik secara langsung maupun tidak langsung (Kotler 2005). Bauran komunikasi pemasaran terdiri dari lima cara komunikasi utama, yaitu: a) Periklanan : digunakan untuk membangun citra jangka panjang bagi suatu produk. Dalam periklanan terdapat sifat-sifat yang dapat diperhatikan yaitu presentasi umum, tersebar luas, ekspresi yang lebih kuat dan tidak bersifat pribadi. 23 b) Promosi penjualan : berbagai insentif jangka pendek untuk mendorong orang mencoba atau membeli produk atau jasa. Alat promosi penjualan dapat berupa kupon, potongan harga, contoh produk, dan pameran. c) Hubungan masyarakat dan publisitas : hubungan masyarakat dan publisitas didasarkan pada tiga sifat khusus yaitu kredibilitas yang tinggi, kemampuan menangkap pembeli yang tidak dibidik sebelumnya, dan dramatisasi. Humas dan publisitas dapat berupa seminar, sumbangan amal dan peran berbagai sponsor. d) Penjualan pribadi : interaksi tatap muka dengan satu atau beberapa calon pembeli dengan maksud untuk melakukan presentasi, menjawab pertanyaan dan memperoleh pemesanan. Penjualan personal memiliki tiga cirri khusus yaitu pertemuan pribadi, perkembangan hubungan dan tanggapan. e) Pemasaran langsung : yaitu penggunaan surat, telepon, faksimili, email, dan alat penghubung non personal lainnya untuk berkomunikasi secara langsung dengan mendapatkan tanggapan langsung dari pelanggan dan calon pelanggan tertentu. 3.1.8. Analisis Lingkungan Perusahaan Keberadaan suatu perusahaan tidak terlepas dari pengaruh lingkungan baik lingkungan internal maupun eksternal perusahaan. Lingkungan perusahaan mengalami perubahan yang cukup dinamis yang mengakibatkan persaingan yang ketat antara perusahaan sehingga faktor lingkungan perlu mendapat perhatian yang mendalam oleh perusahaan. Faktor lingkungan berpengaruh terhadap perubahan strategi sehingga perusahaan perlu mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan apa saja yang menjadi kendala dalam pelaksanaan tujuan perusahaan saat ini dan faktor-faktor lingkungan apa saja yang memberikan peluang terhadap pencapaian tujuan perusahaan. Dengan menganalisis lingkungan, perusahaan dapat mengetahui gambaran lengkap mengenai ancaman, peluang, kekuatan, dan kelemahan sehingga perusahaan dapat menerapkan strategi yang paling efektif bagi perkembangan perusahaan. 24 3.1.8.1. Analisis Lingkungan Internal Lingkungan internal adalah lingkungan dalam perusahaan yang dapat dikendalikan oleh pihak manajemen. Analisis lingkungan internal dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan. Lingkungan internal terdiri dari manajemen, pemasaran, keuangan, produksi dan operasi, sumber daya manusia, dan penelitian dan pengembangan. Manajemen Fungsi manajemen terdiri atas lima aktivitas dasar yaitu perencanaan, pengorganisasian, pemberian motivasi, pengelolaan staf, dan pengendalian (David 2006). Perencanaan terdiri atas aktivitas yang terkait dengan persiapan masa depan yang mencakup peramalan, penetapan sasaran, formulasi strategi, pengembangan kebijakan, dan penetapan tujuan. Perencanaan memungkinkan perusahaan untuk mengidentifikasi dan memanfaatkan peluang eksternal dan meminimalkan pengaruh ancaman eksternal. Tujuan pengorganisasian adalah untuk mencapai usaha terkoordinasi dengan mendefinisikan hubungan pekerjaan dan otoritas. Pemberian motivasi adalah proses mempengaruhi orang untuk mencapai tujuan tertentu. Pengelolaan staf terdiri dari aktivitas perekrutan, pengujian, promosi, pemindahan karyawan, dan pemecatan karyawan. Pengendalian dilakukan untuk memastikan operasi aktual sesuai dengan operasi yang direncanakan dan terdiri atas empat tahap dasar (menetapkan standar kinerja, mengukur kinerja individu dan organisasi, membandingkan kinerja aktual dengan standar kinerja yang direncanakan, dan melakukan tindakan korektif). Pemasaran Pemasaran dapat digambarkan sebagai proses mendefinisikan, mengantisipasi, menciptakan, serta memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan atas barang dan jasa. Ada tujuh fungsi dasar pemasaran yaitu analisis pelanggan, penjualan produk/jasa, perencanaan produk/jasa, penetapan harga, distribusi, riset pemasaran, dan analisis peluang. 25 Keuangan Kondisi keuangan perusahaan perlu untuk diketahui, karena faktor keuangan bisa mengubah strategi dan rencana implementasi strategi yang akan dilakukan oleh perusahaan. Faktor keuangan terdiri dari modal perusahaan, likuiditas, pembukukan, dan pengelolaan keuangan. Produksi dan Operasi Produksi dan operasi dari suatu bisnis terdiri atas semua aktivitas yang mengubah input menjadi barang dan jasa (David 2006). Menurut Roger Schroeder dalam David (2006), Manajemen produksi dan operasi terdiri dari lima fungsi dasar, yaitu : (a) Proses, proses berhubungan dengan desain produksi fisik dan mencakup pilihan teknologi, layout fasilitas, arus proses, lokasi fasilitas, keseimbangan lini, pengendalian proses, dan analisis transportasi, (b) Kapasitas, keputusan kapasitas berhubungan dengan penentuan tingkat output yang optimal untuk perusahaan dan mencakup perencanaan fasilitas, penjadwalan, dan perencanaan kapasitas, (c) Persediaan, persediaan berhubungan dengan pengelolaan bahan mentah, barang setengah jadi, dan barang jadi yang terdiri dari apa yang harus dipesan, kapan harus memesan, berapa banyak yang harus dipesan, dan penanganan bahan baku, (d) Tenaga kerja, keputusan tenaga kerja berhubungan dengan pengelolaan karyawan yang terampil atau tidak terampil yang mencakup desain pekerjaan, standar kerja, dan teknik motivasi, (e) Kualitas, diperlukan untuk memastikan bahwa barang dan jasa yang diproduksi berkualitas tinggi. Sumber daya Manusia Sumber daya manusia perusahaan berperan dalam semua kegiatan perusahaan sehingga perusahaan harus merekrut orang-orang yang tepat untuk ditempatkan pada posisi dan jabatan yang tepat pada perusahaan. Identifikasi sumber daya manusia pada perusahaan terdiri dari pekerjaan apa yang ada pada saat ini, berapa banyak orang yang mengerjakan setiap tugas, berapa pentingnya masing-masing tugas tersebut, pekerjaan manakah yang membutuhkan penerapan strategi perusahaan, dan apa saja karakteristik dari pekerjaan yang diharapkan. 26 Penelitian dan Pengembangan Fungsi dari litbang adalah untuk mendukung bisnis, membantu peluncuran bisnis baru, pengembangan produk baru, memperbaiki kualitas produk, memperbaiki efisiensi produksi, dan memperluas kemampuan teknologi perusahaan. Aktivitas litbang biasanya dilakukan oleh suatu unit, lembaga atau pusat khusus yang dimiliki oleh suatu perusahaan yang berorientasi ke masa yang akan datang dan untuk jangka panjang. 3.1.8.2. Analisis Lingkungan Eksternal Lingkungan eksternal adalah suatu lingkungan yang berada di luar perusahaan. Perubahaan yang terjadi dalam lingkungan eksternal akan mempengaruhi kinerja di dalam perusahaan secara keseluruhan. Lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan jauh dan lingkungan industri. 1. Lingkungan jauh Lingkungan jauh yaitu lingkungan di luar perusahaan yang berkaitan dan berpengaruh dengan kegiatan perusahaan. Faktor-faktor lingkungan jauh perusahaan terdiri dari faktor politik, pemerintah, dan hukum, ekonomi, sosial, budaya, demografi, dan teknologi. Politik, pemerintah, dan hukum Faktor politik, pemerintah, dan hukum dapat menjadi peluang atau ancaman utama bagi perusahaan seperti perubahan dalam undang-undang dan tarif pajak. Variabel dalam politik, pemerintah, dan hukum, yaitu peraturan pemerintah, perubahan dalam peraturan pajak, tarif khusus, jumlah paten, tingkat subsidi pemerintah, dan perubahan kebijakan fiskal dan moneter pemerintah. Ekonomi Faktor ekonomi memiliki pengaruh langsung terhadap potensi daya tarik dari berbagai strategi. Variabel-variabel ekonomi kunci yang perlu diperhatikan antara lain : ketersediaan kredit, tingkat pendapatan yang dapat dibelanjakan, kesediaan orang untuk membelanjakan, tingkat bunga, tingkat inflasi, pola konsumsi, tren pengangguran, dan tren produk domestik kotor. 27 Sosial, budaya, demografi Perubahan sosial, budaya, dan demografi memiliki pengaruh besar terhadap semua produk, jasa, pasar, dan pelanggan. Tren sosial, budaya, dan demografi membentuk cara orang hidup, bekerja, berproduksi, dan mengkonsumsi produk dan jasa. Variabel utama sosial, budaya, dan demografi antara lain jumlah anak, tingkat kelahiran, tingkat kematian, tingkat perpindahan penduduk, gaya hidup, perilaku konsumsi, rata-rata tingkat pendidikan, dan perubahan populasi berdasarkan usia, jenis kelamin, kota, kabupaten. Teknologi Kekuatan teknologi dapat menggambarkan peluang dan ancaman utama perusahaan yang harus dipertimbangkan dalam formulasi strategi. Kemajuan teknologi dapat mempengaruhi produk, jasa, pasar, pemasok, distributor, pesaing, pelanggan, proses produksi, praktik pemasaran, menciptakan pasar baru, dan posisi kompetitif perusahaan. 2. Lingkungan industri Lingkungan industri yaitu lingkungan yang langsung berkaitan dengan perusahaan yang mempengaruhi kemampuannya untuk melayani pasar. Faktor lingkungan industri memberi pengaruh yang lebih besar daripada lingkungan jauh. Lingkungan industri terdiri dari lima kekuatan Porter , yaitu : Persaingan Antara Perusahaan Sejenis Persaingan antara perusahaan sejenis umumnya merupakan kekuatan terbesar dalam lima kekuatan Porter. Persaingan antara perusahaan sejenis akan meningkat ketika pelanggan dapat berpindah merek dengan mudah, hambatan untuk meninggalkan pasar tinggi, produk mudah rusak, perusahaan pesaing berbeda dalam hal strategi, tempat asal, dan budaya. Perusahaan yang berada pada tingkat persaingan antar perusahaan sejenis yang semakin intensif, laba perusahaan menurun, sehingga perusahaan harus manjalankan strategi yang memberikan keunggulan kompetitif dibanding strategi yang dijalankan perusahaan pesaing. 28 Pendatang Baru Masuknya pendatang baru dalam industri dapat meningkatkan intensitas persaingan antar perusahaan. Masuknya pendatang baru tergantung mudah tidaknya hambatan masuk dalam industri seperti besarnya kebutuhan modal, teknologi, pengetahuan khusus, peraturan pemerintah, kurangnya akses terhadap berang mentah, dan kurangnya jalur distribusi yang memadai. Pendatang baru yang berhasil masuk industri ada yang menghasilkan produk berkualitas lebih tinggi, harga lebih rendah, dan sumber daya pemasaran yang besar, sehingga perusahaan harus menyusun strategi untuk mengidentifikasi perusahaan yang berpotensi masuk ke pasar, memonitor strategi pesaing baru, dan memanfaatkan kekuatan dan peluang yang ada saat ini. Produk Substitusi Keberadaan produk substitusi menciptakan batas harga tertinggi yang dapat dibebankan oleh perusahaan kepada konsumen sebelum konsumen beralih ke produk substitusi. Persaingan yang berasal dari produk substitusi meningkat sejalan dengan menurunnya harga relatif dari produk substitusi dan menurunnya biaya konsumen untuk beralih ke produk lain. Kekuatan Tawar Menawar Pemasok Kekuatan tawar-menawar pemasok mempengaruhi intensitas persaingan dalam suatu industri, yaitu ketika biaya untuk mengganti bahan baku sangat mahal atau hanya ada sedikit barang substitusi yang cukup bagus. Pemasok dikatakan memiliki data tawar yang kuat apabila pemasok didominasi oleh beberapa perusahaan dan lebih terkonsentrasi daripada industri dimana mereka menjual, pemasok tidak menghadapi produk pengganti lain untuk dijual kepada industri, atau pemasok telah menciptakan biaya peralihan. Kekuatan Tawar Menawar Pembeli Intensitas persaingan dalam suatu industri dipengaruhi oleh kekuatan tawar menawar pembeli atau konsumen. Kekuatan tawar menawar pembeli yang kuat terjadi ketika konsumen besar jumlahnya, konsumen membeli dalam jumlah besar, dan produk yang dibeli adalah produk standar atau tidak terdiferensiasi. 29 3.1.9. Matriks EFE dan IFE a) Matriks External Factor Evaluation (EFE) Matriks EFE digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor eksternal. Data eksternal dikumpulkan untuk menganalisis lingkungan jauh (ekonomi, sosial, politik, pemerintahan, hukum, teknologi) dan lingkungan industri (pendatang baru, kekuatan tawar menawar pembeli, kekuatan tawar menawar pemasok, persaingan antara perusahaan sejenis, produk substitusi). Hal ini penting karena faktor eksternal berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap perusahaan. b) Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) Matriks IFE digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal perusahaan berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan. Informasi internal perusahaan diperoleh dari fungsional perusahaan, yaitu manajemen, pemasaran, keuangan, produksi dan operasi, SDM, dan penelitian dan pengembangan. 3.1.10. Matriks IE Matriks Internal-Eksternal (IE) bertujuan untuk memetakan Strategi Bisnis Unit (SBU) perusahaan ke dalam matriks yang terdiri atas 9 sel. Pada prinsipnya kesembilan sel dapat dikelompokkan menjadi tiga strategi utama, yaitu Growth strategy yang merupakan pertumbuhan perusahaan itu sendiri atau upaya diversifikasi. Stability strategy adalah strategi yang diterapkan tanpa mengubah arah strategi yang telah ditetapkan, dan Retrenchment strategy adalah usaha memperkecil atau mengurangi usaha yang dilakukan perusahaan (Rangkuti 2006). 3.1.11. Matriks SWOT Analisis SWOT adalah analisis identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi yang didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang, secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman. Analisis SWOT adalah suatu cara untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis dalam rangka merumuskan suatu strategi yang didasarkan pada logika. 30 Matriks SWOT adalah alat untuk merumuskan strategi dengan mencocokkan berbagai faktor eksternal dan internal kunci. Ada empat tipe strategi yang dapat dikembangkan dalam analisis SWOT (David 2006), yaitu : 1. Strategi SO (Strengths-Opportunities – kekuatan-peluang) Strategi SO dibuat dengan memanfaatkan kekuatan internal perusahaan untuk memanfaatkan peluang eksternal 2. Strategi WO (Weakness-Opportunities – kelemahan-peluang) Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang eksternal. 3. Strategi ST (Strengths-Threats – kekuatan-ancaman) Strategi ST menggunakan kekuatan perusahaan untuk menghindari atau mengurangi pengaruh dari ancaman eksternal. 4. Strategi WT (Weakness-Threats – kelemahan-ancaman) Strategi WT adalah taktik defensif yang dirahkan pada pengurangan kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal. 3.1.12. Matriks QSP (QSPM) QSPM adalah alat untuk melakukan evaluasi pilihan strategi alternatif secara obyektif berdasarkan faktor internal dan eksternal yang telah diidentifikasi sebelumnya. Tujuan QSPM adalah untuk menetapkan daya tarik relatif (relative attractiveness) dari strategi-strategi yang bervariasi yang telah dipilih, untuk menentukan strategi mana yang dianggap paling baik untuk diimplementasikan dengan menggunakan penilaian intuitif yang baik dalam menyeleksi strategi alternatif tersebut (David 2006). Dalam QSPM, strategi yang akan dipilih dievaluasi secara bertahap atau bersama-sama dan keputusan prioritas strategi harus diintegrasikan dengan faktor internal dan eksternal yang relevan dalam proses keputusan sehingga membuat kecil kemungkinan suatu faktor kunci akan terabaikan. 31 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional Salah satu bahan makanan yang baik untuk dikonsumsi karena nilai gizi yang terkandung di dalamnya adalah ikan. Perkembangan teknologi menyebabkan pengolahan hasil perikanan semakin berkembang, tidak hanya sebatas proses pengolahan saja, tetapi sudah disesuaikan dengan keinginan dan selera konsumen. Salah satunya dengan diversifikasi pengolahan ikan yang menghasilkan berbagai produk olahan ikan siap saji seperti bakso ikan, lumpia ikan, karage ikan, ekkado, nugget, otak-otak dan kaki naga. Pola konsumsi masyarakat modern saat ini semakin menyadari pentingnya mengkonsumsi makanan yang bergizi yaitu dengan mengkonsumsi makanan praktis siap saji namun memiliki nilai gizi yang baik. Salah satu perusahaan yang bergerak pada usaha pengolahan ikan bernilai tambah dalam bentuk olahan modern adalah Ragajaya Mandiri. Saat ini, Ragajaya Mandiri belum melakukan upaya pemasaran yang aktif. Pelanggan datang langsung atau memesan langsung kepada perusahaan. Pemasaran kepada konsumen hanya dilakukan oleh distributor dan agen, sehingga penjualan produk Ragajaya Mandiri cenderung menurun. Lingkungan eksternal yang selalu berubah yaitu persaingan dalam industri akan mempengaruhi kegiatan dan kondisi internal perusahaan tersebut. Melihat kondisi tersebut maka Ragajaya Mandiri memerlukan rancangan strategi pemasaran yang tepat yaitu strategi yang mampu memanfaatkan kekuatan dan mengatasi kelemahan serta menghadapi peluang dan mengatasi ancaman. Proses formulasi strategi dilakukan dengan tiga tahap, tahap pertama yaitu tahap input dengan menganalisis lingkungan perusahaan yang terdiri dari lingkungan internal dan eksternal. Setelah itu diidentifikasi faktor-faktor strategis internal dan eksternal perusahaan yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman perusahaan. Langkah selanjutnya yaitu pembobotan dan peratingan faktor strategis melalui matriks IFE dan matriks EFE. 32 Tahap pencocokan dilakukan dengan menggunakan matriks IE dan matriks SWOT. Setelah diperoleh skor pada matriks IFE dan matriks EFE, total skor kedua matriks tersebut dipetakan ke dalam matriks IE untuk mengetahui posisi perusahaan dalam industrinya, sehingga akan diterapkan strategi yang sesuai untuk perusahaan. Selanjutnya dengan menggunakan matriks SWOT, faktor-faktor strategis internal dan eksternal perusahaan yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dianalisis untuk mendapatkan alternatif strategi pemasaran. Tahap terakhir yaitu tahap keputusan dengan menggunakan matriks QSP. QSPM disusun dengan menggunakan input dari tahap masukan (input) dan tahap pencocokan kemudian setelah itu ditentukan nilai daya tarik dari setiap alternatif strategi. Setelah diperoleh nilai daya tarik, nilai tersebut dijumlahkan dan nilai yang memiliki total nilai daya tarik paling tinggi merupakan strategi pemasaran yang terbaik bagi perusahaan. Secara lebih lengkap, kerangka pemikiran operasional ditunjukkan pada Gambar 4. 33 Perkembangan teknologi Perubahan pola konsumsi masyarakat modern Persaingan usaha Pemasaran secara pasif RAGAJAYA MANDIRI Visi, Misi, dan Tujuan perusahaan Analisis Lingkungan perusahaan Analisis Lingkungan Internal Manajemen Pemasaran Keuangan Produksi dan Operasi Sumberdaya Manusia Penelitian dan Pengembangan Analisis Lingkungan Eksternal 1. Lingkungan Jauh Politik Ekonomi Sosial Teknologi 2. Lingkungan Industri Persaingan Antara Perusahaan Sejenis Pendatang Baru Produk Substitusi Kekuatan Tawar Menawar Pemasok Kekuatan Tawar Menawar Pembeli Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan Identifikasi Peluang dan Ancaman Matriks EFE Matriks IFE Posisi perusahaan (Matriks IE) Perumusan Alternatif Strategi (Matriks SWOT) Keputusan Prioritas Strategi (Matriks QSP) Rekomendasi Strategi Pemasaran Gambar 4. Kerangka Pemikiran Operasional 34 IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Ragajaya Mandiri yang berlokasi di Kampung Bambon, RT 01/07, Desa Ragajaya, Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa Ragajaya Mandiri merupakan perusahaan yang memiliki varian produk paling banyak diantara perusahaan sejenis di Kabupaten Bogor. Kegiatan pengumpulan dan pengolahan data dilakukan selama bulan November 2010 sampai dengan bulan Mei 2011. 4.2. Metode Penentuan Sampel Responden dalam penelitian ini dipilih secara sengaja. Responden terdiri dari pihak internal dan eksternal. Pihak internal meliputi pemilik usaha dan asisten atau manajer perusahaan. Pemilihan responden internal dilakukan dengan alasan bahwa para responden tersebut memiliki wewenang dalam pengambilan keputusan. Pihak eksternal meliputi Kepala Seksi Pengembangan Usaha Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. Pemilihan responden eksternal didasarkan bahwa para pihak tersebut memilliki kaitan terhadap perkembangan usaha ini sehingga keterlibatan pihak eksternal dalam penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan alternatif strategi yang lebih objektif. 4.3. Data dan Instrumentasi Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder yang berasal dari lingkungan internal dan eksternal perusahaan. Data primer diperoleh dari wawancara dan observasi langsung kepada perusahaan sedangkan data sekunder diperoleh dari data internal perusahaan, bahan pustaka, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, dan BPS Kabupaten Bogor. Instrumen dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan, alat pencatat, alat penyimpan data dan dalam perhitungan menggunakan kalkulator dan software microsoft excel 2007. 4.4. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data primer dilakukan dengan berbagai cara, antara lain: 1. Observasi, yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap kegiatan operasional perusahaan yang berkaitan dengan penelitian. 2. Wawancara, yaitu pengumpulan data dengan bertanya jawab langsung antara peneliti dengan responden. Wawancara dilakukan terhadap responden yang menjadi objek penelitian untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Wawancara dilakukan kepada pihak internal perusahaan yaitu pimpinan dan karyawan Ragajaya Mandiri dan pihak eksternal perusahaan yaitu Kepala Seksi Pengembangan Usaha Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. 3. Kuesioner, yaitu daftar pertanyaan yang dibagikan kepada responden untuk diisi dan kemudian dikembalikan kepada peneliti (Juanda 2007). Kuesioner yang diberikan berupa kuesioner pembobotan dan peratingan faktor strategis internal dan eksternal perusahaan yang diberikan pihak internal yaitu kepada pimpinan usaha Ragajaya Mandiri yang bertanggung jawab terhadap proses dan pengambil keputusan tertinggi perusahaan, serta pihak eksternal yaitu Kepala Seksi Pengembangan Usaha Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. Pertimbangan Kepala Seksi Pengembangan Usaha Dinas Peternakan dan Perikanan sebagai responden eksternal perusahaan karena pihak tersebut memilliki kaitan terhadap perkembangan usaha ini. Pengumpulan data sekunder diperoleh dari data internal perusahaan, bahan pustaka, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, BPS Kabupaten Bogor, skripsi, browsing internet dan literatur lain yang terkait dengan penelitian. 4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data Metode pengolahan dan analisis melalui analisis tiga tahap formulasi strategi. Alat bantu analisis yang digunakan untuk merumuskan strategi adalah matriks faktor internal (IFE), matriks faktor eksternal (EFE), matriks IE, analisis SWOT, dan matriks QSP (QSPM). 36 4.5.1. Analisis Formulasi Strategi Analisis formulasi strategi bertujuan untuk mengidentifikasi, menyusun, dan memilih prioritas strategi bagi perusahaan. Teknik formulasi strategi dapat diintegrasikan ke dalam kerangka kerja pengambilan keputusan tiga tahap, yaitu: 1. Tahap input, yaitu menganalisis lingkungan internal dan eksternal perusahaan dan terdiri atas matriks IFE dan matriks EFE yang bertujuan untuk merumuskan informasi dasar yang dibutuhkan untuk merumuskan strategi. 2. Tahap pencocokan, yaitu berfokus pada menciptakan alternatif strategi yang layak dengan mencocokkan faktor eksternal dan internal kunci. Teknik tahap pencocokkan terdiri atas matriks IE dan matriks SWOT. 3. Tahap keputusan, yaitu untuk mengevaluasi secara objektif alternatif-alternatif strategi yang layak dan memilih strategi yang spesifik. Tahap keputusan menggunakan strategi tunggal, yaitu QSPM . 4.5.1.1. Tahap Input A. Analisis Lingkungan Internal Analisis lingkungan internal, yaitu menganalisis informasi perusahaan mengenai manajemen, pemasaran, keuangan, produksi operasi, sumberdaya manusia serta penelitian dan pengembangan yang bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor strategis internal perusahaan. Analisis matriks IFE Tahapan dalam membuat matriks IFE adalah sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi faktor-faktor strategis internal perusahaan yang menjadi kekuatan dan kelemahan perusahaan. Faktor-faktor strategis internal yang telah diidentifikasi kemudian dikelompokkan menjadi kekuatan atau kelemahan perusahaan dan disusun pada matriks IFE dengan menuliskan kekuatan terlebih dahulu kemudian kelemahan. 37 2. Penentuan bobot Penentuan bobot setiap variabel pada analisis internal perusahaan dilakukan dengan cara mengajukan identifikasi faktor strategis internal kepada responden dengan menggunakan metode paired comparison. Bobot setiap variabel ditentukan menggunakan skala 1, 2, dan 3. 1 = jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal 3 = jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal Bentuk penilaian pembobotan dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 . Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Perusahaan Faktor strategis Internal A B C D .... A Total Bobot Xi B C D ..... ∑ Xi Total 1,00 Sumber : Kinnear dan Taylor (2001), diacu dalam Indariawati (2009) Bobot setiap variabel diperoleh dengan membagi jumlah nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan varabel dengan menggunakan rumus: αi = Xi n ∑ Xi i Keterangan : αi = bobot variabel ke-i; i = 1, 2, 3, ... xi = nilai variabel ke-i; n = jumlah variabel Adapun bobot yang diberikan berkisar 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (sangat penting) untuk masing-masing faktor. Bobot yang diberikan kepada masingmasing faktor mengindikasikan tingkat penting relatif dari faktor terhadap keberhasilan perusahaan dalam industri. Tanpa memandang apakah faktor kunci itu adalah kekuatan dan kelemahan internal, faktor yang dianggap memiliki pengaruh paling besar dalam kinerja perusahaan harus diberikan bobot yang paling tinggi. Jumlah seluruh bobot harus sama dengan 1,0. 38 3. Penentuan rating Penentuan rating terhadap variabel-variabel dilakukan oleh stakeholder yaitu pihak yang berperan penting dalam menentukan strategi bisnis. Pengukuran masing-masing variabel menggunakan skala 1, 2, 3, dan 4 terhadap masingmasing faktor strategis. Skala nilai rating yang digunakan untuk matriks IFE adalah : 1 = kelemahan utama/ mayor; 2 = kelemahan kecil/ minor; 3 = kekuatan kecil/minor 4 = kekuatan besar/mayor 4. Nilai dari pembobotan kemudian dikalikan dengan peringkat pada tiap faktor dan semua hasil kali tersebut dijumlahkan secara vertikal untuk memperoleh total skor pembobotan. Total skor pembobotan akan berkisar antara 1 sampai 4 dengan rata-rata 2,5. Jika total skor pembobotan IFE 3,0 – 4,0 berarti kondisi internal perusahaan tinggi atau kuat, kemudian jika 2,0 – 2,99 berarti kondisi internal perusahaan rata-rata atau sedang dan 1,0 – 1,99 berarti kondisi internal perusahaan rendah atau lemah. B. Analisis Lingkungan Eksternal Analisis lingkungan eksternal, yaitu menganalisis lingkungan yang mungkin mempengaruhi perusahaan dan terdiri dari lingkungan jauh (Ekonomi, Sosial, Pemerintah, Teknologi) dan lingkungan industri (pendatang baru, kekuatan tawar menawar pembeli, kekuatan tawar menawar pemasok, persaingan antara perusahaan sejenis, produk substitusi) yang bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor strategis eksternal. Analisis matriks EFE Tahapan dalam membuat matriks EFE adalah sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi faktor-faktor strategis eksternal perusahaan yang menjadi peluang dan ancaman perusahaan. Faktor-faktor strategis eksternal yang telah diidentifikasi kemudian dikelompokkan menjadi peluang dan ancaman perusahaan dan disusun pada matriks EFE dengan menuliskan peluang terlebih dahulu kemudian ancaman. 39 2. Penentuan bobot Penentuan bobot setiap variabel pada analisis eksternal perusahaan dilakukan dengan cara mengajukan identifikasi faktor strategis eksternal kepada responden dengan menggunakan metode paired comparison. Bobot setiap variabel ditentukan menggunakan skala 1, 2, dan 3. 1 = jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal 3 = jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal Bentuk penilaian pembobotan dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 . Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Perusahaan Faktor strategis Eksternal A B C D A .... Total Bobot Xi B C D ..... ∑ Xi Total 1,00 Sumber : Kinnear dan Taylor (2001), dalam Indariawati (2009) Bobot setiap variabel diperoleh dengan membagi jumlah nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan varabel dengan menggunakan rumus: αi = Xi n ∑ Xi i Keterangan : αi = bobot variabel ke-i; i = 1, 2, 3, ... xi = nilai variabel ke-i; n= jumlah variabel 40 3. Penentuan rating Penentuan rating terhadap variabel-variabel dilakukan oleh stakeholder yaitu pihak yang berperan penting dalam menentukan strategi bisnis. Pengukuran masing-masing variabel menggunakan skala 1, 2, 3, dan 4 terhadap masingmasing faktor strategis. Skala nilai rating yang digunakan untuk matriks EFE adalah : 1 = Kurang 3 = Baik 2 = Sedang 4 = Sangat Baik Untuk faktor peluang, peringkat yang diberikan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam merespon peluang yang ada. Untuk faktor ancaman, peringkat yang diberikan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghindari ancaman yang dihadapi. 4. Nilai dari pembobotan kemudian dikalikan dengan peringkat pada tiap faktor dan semua hasil kali tersebut dijumlahkan secara vertikal untuk memperoleh total skor pembobotan. Total skor pembobotan akan berkisar antara 1 sampai 4 dengan rata-rata 2,5. Jika total skor pembobotan EFE 3,0 – 4,0 berarti perusahaan sangat baik merespon terhadap peluang dan ancaman yang mempengaruhi perusahaan, kemudian jika 2,0 – 2,99 berarti perusahaan merespon sedang terhadap peluang dan ancaman yang ada dan 1,0 – 1,99 berarti perusahaan tidak dapat merespon peluang dan ancaman yang ada. 4.5.1.2. Tahap Pencocokan a) Analisis matriks IE Matriks IE didasari pada dua dimensi kunci, yaitu total rata-rata tertimbang IFE pada sumbu x dan total rata-rata tertimbang EFE pada sumbu y. Pada sumbu x dari matriks IE menggambarkan posisi internal dimana total ratarata tertimbang dari 1,0 hingga 1,99 dianggap rendah; nilai dari 2,0 hingga 2,99 adalah menengah; dan nilai dari 3,0 hingga 4,0 adalah tinggi. Sedangkan pada sumbu y dari matriks IE menggambrkan posisi eksternal dimana dimana total ratarata tertimbang dari 1,0 hingga 1,99 dianggap rendah; nilai dari 2,0 hingga 2,99 adalah menengah; dan nilai dari 3,0 hingga 4,0 adalah tinggi. Berikut ini merupakan ilustrasi mengenai matriks IE (Gambar 5). 41 TOTAL RATA RATA TERTIMBANG IFE Kuat Rata-rata Lemah 3,0 – 4,0 2,0 – 2,99 1,0 – 1,99 4,0 3,0 2,0 Tinggi 3,0 – 4,0 Menengah 2,0 – 2,99 I II III 3,0 IV V VI 1,0 2,0 Rendah 1,0 – 1,99 VII VIII IX 1,0 Gambar 5. Matriks IE Sumber : David (2006) Daerah pertama, yaitu sel I, II, atau IV dapat digambarkan sebagai tumbuh dan kembangkan. Strategi yang dapat digunakan adalah strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk) atau strategi integratif (integrasi ke belakang, integrasi ke depan, dan integrasi horizontal). Daerah kedua, yaitu yang berada pada sel III, V, atau VII dapat digambarkan sebagai pelihara dan pertahankan. Strategi paling sesuai adalah strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. Daerah yang ketiga adalah yang berada pada sel VI, VIII, dan IX dapat digambarkan sebagai tuai atau divestasi. Strategi yang sesuai untuk perusahaan yang berada pada sel ini adalah strategi defensif (retrenchment dan divestasi). b) Analisis matriks SWOT Selain menggunakan matriks IE pada tahap pencocokan, alat lain yang digunakan dalam tahap pencocokan adalah dengan menggunakan matriks SWOT. Unsur SWOT terdiri dari Kekuatan (S-Strengths), Kelemahan (W-Weaknesses), Peluang (O-Opportunities), dan Ancaman (T-Threaths) dimana dari matriks ini dapat menghasilkan empat tipe alternatif strategi, yaitu : (1) Strategi S-O (Strengths—Opportunities), (2) Strategi W-O (Weaknesses—Opportunities), (3) Strategi S-T (Strengths—Threaths),dan (4) Strategi W-T (Weaknesses—Threaths). 42 Hasil dari pencocokan dengan menggunakan matriks SWOT adalah alternatif strategi yang layak dipakai oleh perusahaan. Adapun langkah-langkah dalam menentukan strategi yang dibangun melalui matriks SWOT adalah : 1. Membuat daftar faktor-faktor peluang eksternal perusahaan. 2. Membuat daftar faktor-faktor ancaman eksternal perusahaan. 3. Membuat daftar kekuatan kunci internal perusahaan. 4. Membuat daftar kelemahan kunci internal perusahaan. 5. Mencocokkan kekuatan-kekuatan internal dan peluang-peluang eksternal dan hasilnya dicatat dalam sel strategi S-O. 6. Mencocokkan kelemahan-kelemahan internal dan peluang eksternal perusahaan yang hasilnya dicatat dalam sel strategi W-O. 7. Mencocokkan kekuatan-kekuatan internal perusahaan dan ancaman-ancaman eksternal yang hasilnya dicatat dalam sel strategi S-T. 8. Mencocokkan kelemahan-kelemahan internal perusahaan dan ancamanancaman eksternal yang hasilnya dicatat dalam sel strategi W-T. Langkah selanjutnya menyusun hasil analisis ke dalam format tabel matriks SWOT (Gambar 6). Internal STHRENGHS (S) WEAKNESS (W) Daftar kekuatan internal Daftar kelemahan internal STRATEGI S-O STRATEGI W-O Daftar peluang eksternal Gunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang Meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang THREATS (T) STRATEGI S-T STRATEGI W-T Daftar ancaman eksternal Gunakan kekuatan untuk menghindari ancaman Meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman Eksternal OPPORTUNITIES (O) Gambar 6. Matriks SWOT Sumber : David (2006) 43 4.5.1.3. Tahap Keputusan Analisis QSPM Matriks QSP menghasilkan alternatif strategi yang terbaik bagi perusahaan. QSPM menggunakan input dari tahap masukan (input), yaitu analisis matriks IFE dan matriks EFE dan tahap pencocokan, yaitu matriks IE dan matriks SWOT. Menurut David (2006), ada enam langkah untuk mengembangkan QSPM, yaitu : 1. Membuat daftar peluang atau ancaman eksternal dan kekuatan atau kelemahan internal kunci perusahaan pada kolom kiri dalam QSPM. Informasi diambil langsung dari matriks EFE dan IFE. 2. Memberikan bobot untuk masing-masing faktor internal dan eksternal. Bobot ini identik dengan yang ada pada matriks EFE dan IFE dan disajikan di samping kanan faktor keberhasilan kunci eksternal dan internal. 3. Mengevaluasi matriks tahap pencocokan (matriks IE dan matriks SWOT), dan identifikasi alternatif strategi yang harus dipertimbangkan organisasi untuk diimplementasikan dan dicatat pada baris atas QSPM. 4. Menentukan Nilai Daya Tarik (Attractiveness Scores – AS) Nilai Daya Tarik ditentukan dengan mengevaluasi masing-masing faktor eksternal dan internal kunci, jika faktor eksternal dan internal kunci tersebut mempengaruhi terhadap strategi yang dibuat, maka strategi tersebut harus dibandingkan secara relatif terhadap faktor kunci tersebut. Skala yang digunakan untuk Nilai Daya Tarik adalah sebagai berikut : 1 = tidak menarik; 3 = cukup menarik 2 = agak menarik; 4 = sangat menarik Sedangkan, jika faktor eksternal dan internal kunci tidak memiliki dampak terhadap strategi yang dibuat maka tidak perlu memberikan Nilai Daya Tarik dan digunakan tanda minus (-). 5. Menghitung Total Nilai Daya Tarik Total Nilai Daya Tarik didapat dari pengalian bobot masing-masing faktor internal dan eksternal dengan Nilai daya tarik. Semakin tinggi total Nilai Daya Tarik, semakin menarik alternatif tersebut. 44 6. Menghitung Penjumlahan Total Nilai Daya Tarik (STAS) Jumlahkan total Nilai Daya Tarik dalam masing-masing kolom strategi dari QSPM. Penjumlahan Total Nilai Daya Tarik (STAS) mengungkapkan strategi mana yang paling menarik dari setiap set alternatif. Bentuk Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif (QSPM) dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif (QSPM) ALTERNATIF STRATEGI Faktor Kunci Bobot Strategi 1 AS TAS Strategi 2 AS TAS Strategi3 AS TAS Kekuatan 1. …….. 2. …….. 3. …….. …………. Kelemahan 1. …….. 2. …….. 3. …….. ………….. Peluang 1. …….. 2. …….. 3. …….. ………….. Ancaman 1. …….. 2. …….. 3. …….. …………. Total Sumber : David (2006) 45 V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1. Sejarah Perusahaan Usaha pengolahan ikan Ragajaya Mandiri dirintis dengan skala rumah tangga oleh Bapak Yudhi Winarsono Basuki dengan latar belakang lulusan Sekolah Tinggi Perikanan (STP) dan istrinya Ibu Dewi Mulyawati yang pernah bekerja di bagian Research and Development (R & D) sebuah perusahaan nasional yang bergerak di bidang makanan olahan berbasis ikan, kemudian ibu Dewi menciptakan aneka jenis resep yang cocok diproduksi untuk skala rumah tangga. Berawal dari jualan eceran dengan menggunakan sepeda motor maka pada 5 Juli 2005 dibuatlah unit Produksi skala rumah tangga di Wangunreja Sukabumi (WANGUN MANDIRI) dengan tenaga kerja 3 orang dan menggunakan peralatan seminimal mungkin. Setelah itu, Bapak Yudhi memutuskan mendirikan usaha dengan nama PT Sakana Makmur Abadi (PT SMA), dan ibu Dewi mengeluarkan puluhan resep produk ciptaannya. Semua resep ciptaannya dibeberkan pada karyawan bagian produksi dan rekan investor. Dalam waktu kurang dari setahun, hampir semua jenis produknya ditiru oleh pesaing baru yang diproduksi oleh teman sendiri. Akhirnya, Bapak Yudhi memilih mundur dari PT Sakana Makmur Abadi (PT SMA). Pada awal tahun 2007, Bapak Yudhi mulai lagi merintis usaha sejenis dengan skala rumah tangga. Dengan modal awal Rp 800.000,00 untuk membeli mesin giling ukuran kecil dan sisanya untuk membeli bahan sebanyak 10 kg, Bapak Yudhi mulai memproduksi dengan kapasitas 5–10 kg per hari. Resep lama yang sudah menyebar tidak dipakai lagi. Bapak Yudhi menciptakan puluhan resep baru untuk semua jenis produknya ini. Pada bulan Maret 2008 Bapak Yudhi membuka Home Industri (UKM) di Ragajaya Bogor (RAGAJAYA MANDIRI) juga dengan tenaga kerja 3 orang. Saat ini, produk yang dikembangkannya pun makin bervariasi di antaranya keong mas, kaki naga ikan, kaki naga udang, ekado, siomai, udang gulung, lumpia ikan, lumpia udang, otak-otak, fish stick, fish finger dan bakso ikan, semua produk ini berbahan dasar Ikan kakap dengan campuran udang dan jenis ikan lain seperti mata goyang dan kuniran. Skala produksi yang sebelumnya hanya 5–10 kg per hari, dengan teknologi dan peralatan baru, kapasitas produksi sudah mencapai 100–150 kg per hari. Walaupun sebagian peralatan sudah modern, tetapi seluruh proses pengolahan dikerjakan dengan teknologi hand made, sehingga bisa menyerap lebih banyak tenaga kerja, terutama kaum perempuan. Pemberdayaan Perempuan dan ibu rumah tangga sebagai tenaga kerja yang terampil diharapkan bisa membantu meningkatkan taraf hidup keluarga pada masyarakat menengah kebawah. 5.2. Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan Visi dari Ragajaya Mandiri adalah membuat produk olahan yang bersaing khususnya terhadap kualitas dan rasa dengan menggunakan teknologi hand made. Misinya yaitu (1) Perusahaan yang menyediakan produk olahan yang bebas bahan pengawet, (2) Perusahaan yang menyerap lebih banyak tenaga kerja, terutama masyarakat yang berada di lingkungan sekitar. Sedangkan tujuan dari Ragajaya Mandiri adalah selalu menjaga kualitas produksi sehingga diharapkan terjaga mutu, kesehatan, dan keamanan pangan. 5.3. Struktur Organisasi Perusahaan Dalam menjalankan organisasi perusahaan, perlu adanya struktur organisasi dan pembagian tugas dari setiap bagian yang berhubungan didalam perusahaan tersebut untuk meningkatkan efisiensi kerja. Struktur organisasi perusahaan menggambarkan hubungan kerja antara pemimpin dengan setiap orang atau kelompok, dan hubungan di antara anggota-anggota itu sendiri baik secara perorangan dan kelompok dalam suatu organisasi. 47 Dengan adanya struktur organisasi yang disusun secara baik maka dapat memudahkan setiap tingkatan jabatan untuk melaksanakan kegiatan demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan semula sehingga efisiensi dan efektifitas perusahaan dapat tercapai. Secara fisik struktur organisasi dapat dinyatakan dalam bentuk gambar dan grafik yang memperlihatkan hubungan unit- unit organisasi dan garis- garis wewenang yang ada. Berdasarkan hasil observasi di lapangan, Ragajaya Mandiri belum memiliki struktur organisasi secara tertulis, tetapi secara umum gambaran mengenai struktur organisasi tersirat dalam wawancara dengan pemilik usaha. Struktur organisasi yang digunakan oleh Ragajaya Mandiri masih sederhana dan belum adanya pembagian kerja yang jelas pada karyawannya. Perusahaan dikelola oleh pemilik selaku pimpinan perusahaan dan dibantu oleh seorang asisten dan karyawan di bagian pembelian, bagian produksi, dan bagian pemasaran. Struktur organisasi Ragajaya Mandiri dapat dilihat pada Gambar 7 . PIMPINAN ASISTEN BAGIAN PEMBELIAN BAGIAN PRODUKSI BAGIAN PEMASARAN Gambar 7. Struktur Organisasi Ragajaya Mandiri Sumber : Data Primer Penjelasan dari masing-masing bagian dalam struktur organisasi Ragajaya Mandiri adalah sebagai berikut : (1) Pimpinan Perusahaan, Bapak Yudhi Winarsono Basuki adalah pemilik perusahaan pengolahan ikan Ragajaya Mandiri sekaligus sebagai pimpinan perusahaan. Pemimpin perusahaan bertugas untuk menyusun perencanaan, mengawasi jalannya perusahaan dan melakukan evaluasi terhadap kegiatan perusahaan. 48 Pimpinan perusahaan mempunyai wewenang untuk menentukan visi dan misi perusahaan, menentukan kebijakan-kebijakan perusahaan, mengambil keputusan dan bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup perusahaan. (2) Asisten, pimpinan Ragajaya Mandiri memiliki seorang asisten yaitu Ibu Dian, asisten bertugas dalam mengatur proses pendistribusian barang, sebagai penanggung jawab dalam proses pendistribusian barang, memberikan laporan penjualan kepada pimpinan, mengawasi pekerjaan karyawan dan memiliki wewenang untuk menentukan kebijakan-kebijakan perusahaan, mengangkat dan memberhentikan karyawan dan mengambil keputusan. (3) Bagian Pembelian, bagian pembelian bertanggung jawab dalam pembelian bahan baku maupun bumbu untuk proses produksi, melakukan transaksi pembelian bahan baku baik dari pabrik maupun dari nelayan, melakukan sortir, terhadap kualitas bahan baku, penimbangan, penyimpanan beku, dan menjaga hubungan dengan para pemasok. (4) Bagian Produksi, bagian produksi mempunyai tugas dalam proses pengolahan bahan baku menjadi berbagai macam produk olahan, mengemas produk, bertanggung jawab dalam kualitas produksi dengan memperhatikan sanitasi dan higienitas, mengawasi serta mengontrol keadaan peralatan produksi. (5) Bagian Pemasaran, bagian pemasaran bertugas dalam mendistribusikan produk kepada distributor dan agen. 5.4. Kegiatan Operasional Perusahaan Kegiatan operasional yang dilakukan oleh Ragajaya Mandiri meliputi pengadaan bahan baku, proses produksi, dan penjualan produk olahan ikan. 5.4.1. Pengadaan Bahan Baku Dalam memproduksi produk olahan ikan, bahan baku yang digunakan berupa udang, rajungan dan ikan berjenis kakap, tuna, mata goyang, dan kuniran. Untuk bahan baku ikan kakap, tuna, dan rajungan, Ragajaya Mandiri membeli dari pabrik, sedangkan udang, mata goyang dan kuniran dari nelayan. Ikan kakap dibeli dari pabrik dengan pertimbangan yaitu harga dari pabrik lebih stabil daripada harga dari nelayan. Selain itu, pabrik memiliki fasilitas pendingin sehingga kesegaran ikan lebih terjamin. 49 Ragajaya Mandiri memperoleh bahan baku dari wilayah Muara Baru, Jakarta dan pembelian bahan baku dilakukan dua kali dalam seminggu. Rata-rata pembelian bahan baku untuk proses produksi pada Ragajaya Mandiri dapat dillihat pada Tabel 9. Tabel 9. Jumlah Rata-rata Pembelian Bahan Baku Per Bulan Ragajaya Mandiri Bulan Agustus 2010 – Januari 2011 (Kg) Jenis Bahan Baku Kakap Udang Tuna Mata goyang Kuniran Rajungan Rata-rata Per Pembelian 258 86 4,3 32,25 32,25 17,2 Rata-rata Per Bulan 2064 688 34,4 258 258 137,6 Sumber : Ragajaya Mandiri (Diolah) Berdasarkan Tabel 9, jenis bahan baku terbanyak yang dibeli oleh Ragajaya Mandiri adalah ikan kakap yaitu rata-rata sebanyak 258 kg setiap kali pembelian, karena sebagian besar produk yang diproduksi menggunakan bahan baku ikan kakap dicampur dengan ikan mata goyang dan kuniran. Sedangkan produk yang menggunakan bahan baku udang hanya tiga jenis produk dan yang menggunakan bahan baku ikan tuna dan rajungan masing-masing satu jenis produk. 5.4.2. Proses Produksi Proses produksi yang dilakukan oleh Ragajaya Mandiri adalah mengolah bahan baku ikan menjadi berbagai macam produk olahan siap saji. Tahapan proses pengolahan produk yang dilakukan oleh Ragajaya Mandiri secara umum meliputi ikan dirubah menjadi fillet, kemudian dilanjutkan dengan proses penggilingan, pengadukan adonan, pencetakan, pemasakan, penirisan, dan pengemasan. Teknologi yang digunakan adalah campuran mekanik (mesin) dan manual (tenaga manusia). Beberapa peralatan yang digunakan antara lain grinder, blender dan sealer machine. Kapasitas produksi dari Ragajaya Mandiri adalah 150 kg per hari. Jumlah rata-rata produksi per bulan dari Ragajaya Mandiri dapat dilihat pada Tabel 10. 50 Tabel 10. Jumlah Rata-rata Produksi Per Bulan Produk Ragajaya Mandiri Bulan Agustus 2010 – Januari 2011 (bks) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Nama Produk Spesifikasi Siomay 500 gr/ 22-23 pcs/bks Ekado 500 gr/ 17 pcs/bks Keong mas 500 gr/ 14 pcs/bks Udang gulung 500 gr/ 3 pcs/bks Kaki naga ikan 500 gr/ 19-20 pcs/bks Otak-otak panjang 500 gr/ 22-24 pcs/bks Lumpia udang 250 gr/ 12 pcs/bks Lumpia ikan 10-12 pcs/bks Kaki naga udang 500 gr/ 19-20 pcs/bks Fish stick 500 gr/ pjng 7-8 cm Bakwan ikan 500 gr/ 24 pcs/bks Nugget ikan 500 gr/bks Bakso ikan 500 gr/ 32-34 pcs/bks Otak-otak bulat 500 gr/ 34-36 pcs/bks Pangsit seafood 250 gr/ 16-20 pcs/bks Rajungan 250 gr/ 5 pcs/bks Karage 250 gr/bks Donat ikan 500 gr/bks Abon tuna 100 gr/bks Sosis 12 pcs/pack, p 10 cm Jumlah Rata-rata Produksi Per Bulan Rata-rata Produksi Per Bulan 722 622 516 619 464 413 828 825 344 361 310 309 258 258 412 550 309 103 206 51 8480 Sumber : Ragajaya Mandiri (Diolah) Berdasarkan Tabel 10, jumlah rata-rata produk per bulan yang diproduksi oleh Ragajaya Mandiri sebanyak 8480 bks. Produk yang paling banyak diproduksi adalah lumpia udang dengan jumlah rata-rata produksi per bulan sebanyak 828 bks dan yang paling sedikit diproduksi adalah sosis yaitu sebanyak 51 bks per bulan. 5.4.3. Penjualan Produk Bentuk pemasaran berupa jual beli sesuai dengan pesanan. Penetapan harga yang dilakukan oleh Ragajaya Mandiri untuk produk yang dijual berbeda terhadap distributor dan agen. Ketentuan kategori harga didasarkan pada jumlah total transaksi produk dalam satu bulannya. Ragajaya Mandiri menjual produknya melalui distributor dan agen ke wilayah Jabodetabek, Jawa Tengah, dan Jombang. 51 Produk olahan tersebut dipasarkan dalam kemasan plastik. Untuk area Jabodetabek, produk ada yang diambil langsung dari tempat produksi oleh distributor atau agen ada juga yang didistribusikan oleh perusahaan. Sedangkan untuk daerah Jawa Tengah, pemasaran produk dikirimkan melalui jasa pengiriman dan biaya pengiriman ditanggung oleh pelanggan. Jumlah pesanan dari distributor dan agen tidak tetap setiap bulannya. Jumlah rata-rata penjualan produk per bulan Ragajaya Mandiri kepada distributor dan agen dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Jumlah Rata-rata Penjualan Produk Per Bulan Ragajaya Mandiri Bulan Agustus 2010 – Januari 2011 (bks) No Nama 1 RIZKY FOOD Jakarta 2 Bapak Kursilan 3 Toko "SURYA" 4 Bapak ARIK 5 Toko "ANEKA SAYUR" 6 IBU NILA FAJARONO 7 Theo 8 Cilaut Suplier Seafood dan Olahan Ikan 9 Ibu Yuni Dwi Kushartati 10 Ustadz Syamsuri (Betawi Tambak) 11 Ibu Rumanti Agustina 12 Bapak Hermawan Prasojo 13 Mbak Rosalina Indaryatmo 14 Lukman Agung 15 Bapak AGUS Jumlah Rata-rata Penjualan Ragajaya Mandiri Per Bulan Rata-rata Pembelian Per Bulan 1466 347 1084 165 806 245 1282 914 241 248 270 226 250 306 260 8110 Sumber : Ragajaya Mandiri (Diolah) 5.5. Sarana dan Prasarana Ragajaya Mandiri memiliki lahan seluas 100 m2 dengan luas bangunan 60 m2 yang terdiri dari dua bangunan yaitu untuk kegiatan produksi dan satu bangunan lagi yaitu tempat tinggal Ibu Dian dan berfungsi sebagai tempat administrasi Ragajaya Mandiri yang dilengkapi dengan satu unit komputer. Untuk kegiatan produksi, terdapat beberapa peralatan yang dibutuhkan untuk proses pengolahan dan pemasaran. 52 Peralatan kegiatan produksi termasuk dalam semi mekanik karena dalam pengerjaannya masih menggunakan tenaga manusia. Peralatan yang termasuk semi mekanik antara lain grinder, sealer machine, dan blender. Fasilitas produksi dan Sarana Prasarana yang dimiliki oleh Ragajaya Mandiri bisa dillihat pada Tabel 12. Tabel 12. Fasilitas Produksi dan Sarana Prasarana Ragajaya Mandiri No 1 Fasilitas Keterangan Fasilitas Produksi: Grinder (Penggiling Untuk melumatkan daging ikan yang telah daging ikan) di fillet sehingga membentuk pasta Blender Menghancurkan bumbu 3 Penggorengan, Untuk mengoreng adonan yang baru ukuran 1 x 1 meter dicetak Meja penirisan Untuk meniriskan adonan setelah dimasak (dilengkapi dengan dalam penggorengan, untuk mendinginkan kipas angin) , ukuran 2 dan mengurangi kadar minyak dalam x1m produk Timbangan Kapasitas 250 kg Rak penyimpanan menyimpan fillet ikan 20 Pisau, 20 Talenan, 8 ember, 5 ayakan, 10 baskom besar, 4 tabung gas 2 Sealer machine Menutup kemasan Prasarana: Freezer 1 unit Mobil box Penyimpanan produk Kegiatan Pengadaan bahan baku dan Pemasaran 2 unit sepeda motor Kegiatan Pemasaran Sumber : Ragajaya Mandiri, 2010 53 VI ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN 6.1. Analisis Lingkungan Internal Analisis lingkungan internal adalah analisis lingkungan dalam perusahaan yang berpengaruh langsung terhadap tindakan perusahaan dan dapat dikendalikan oleh pihak perusahaan. Analisis lingkungan internal dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan. Analisis lingkungan internal yang dianalisis meliputi manajemen, pemasaran, keuangan, produksi dan operasi, sumber daya manusia, dan penelitian dan pengembangan. 6.1.1. Manajemen Fungsi manajemen terdiri atas lima aktivitas dasar yaitu perencanaan, pengorganisasian, pemberian motivasi, pengelolaan staf, dan pengendalian (David, 2006). Perencanaan perusahaan menunjukan persiapan masa depan untuk penetapan sasaran, formulasi strategi, pengembangan kebijakan, dan penetapan tujuan. Ragajaya Mandiri belum memiliki perencanaan yang tertulis mengenai tujuan jangka pendek, menengah maupun jangka panjang. Pengorganisasian bertujuan agar usaha terkoordinasi dengan mendefinisikan hubungan pekerjaan dengan otoritas. Ragajaya Mandiri dipimpin oleh pemilik perusahaan yang memiliki wewenang untuk menentukan kebijakankebijakan perusahaan, dan mengambil keputusan dan dibantu oleh seorang asisten. Pendekatan yang digunakan Ragajaya Mandiri dalam menjalankan operasionalnya adalah pendekatan top down yaitu seluruh keputusan ada di tangan pimpinan. Pemberian motivasi adalah proses mempengaruhi orang untuk mencapai tujuan tertentu. Pemberian motivasi penting dilakukan ketika karyawan kurang semangat be kerja yang berimplikasi pada kinerja perusahaan. Dalam pemberian motivasi, tidak ada hal khusus yang dilakukan oleh Ragajaya Mandiri kepada karyawannya. Pengelolaan staf memilki peranan penting dalam implementasi yang akan dilakukan oleh perusahaan. Pengelolaan staf terkait dengan budaya kerja yang diterapkan oleh perusahaan. Pada Ragajaya Mandiri, pengelolaan staf yang diterapkan lebih cenderung ke arah kekeluargaan karena sebagian besar karyawannya berasal dari lingkungan sekitar sehingga komunikasi sudah terjalin dengan baik antara pimpinan dengan karyawannya. Pengendalian dilakukan untuk memastikan operasi aktual sesuai dengan operasi yang direncanakan. Pengendalian yang dilakukan oleh Ragajaya Mandiri terbatas pada proses produksi yaitu pengendalian bahan baku dan proses produksi. 6.1.2. Pemasaran Menurut Kotler (2005), pemasaran merupakan proses sosial yang dengan proses itu individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain. Proses pemasaran terkait pada pemilihan target pasar (Segmentation, Targetting, Positioning) dan bauran pemasaran. 6.1.2.1. Segmentation, Targetting, Positioning Saat ini, perusahaan belum melakukan pemilihan target pasar untuk produk yang dijualnya. Perusahaan melakukan pemasaran secara pasif yaitu pelanggan datang langsung atau memesan langsung kepada perusahaan. Pemasaran produk kepada konsumen hanya dilakukan oleh distributor dan agen. 6.1.2.2. Bauran Pemasaran Bauran pemasaran atau marketing mix merupakan kumpulan variabel produk (product), harga (price), saluran distribusi (place), dan promosi (promotion). 1. Produk Produk yang dihasilkan oleh Ragajaya Mandiri adalah produk olahan ikan dengan merk “Rizky Food”. Produk olahan ikan berasal dari udang, kakap, tuna, mata goyang, dan kuniran yang diproses hingga menjadi pasta, lalu diolah menjadi berbagai varian. Semua produk olahan yang diproduksi oleh Ragajaya Mandiri tidak menggunakan bahan pengawet dan MSG. Agar produk tahan lama produk harus disimpan dalam suhu beku freezer agar sesuai masa expired selama 6 - 8 bulan, jika disimpan di dalam lemari es (bukan freezer beku) hanya tahan 30 hari. Sedangkan dalam suhu ruangan (tanpa pendingin) produk Ragajaya Mandiri dalam waktu 24 jam rasanya sudah berubah dan produk olahan ikan paling lama tahan sekitar dua hari. 55 Saat ini ada 20 produk yang dikeluarkan Ragajaya Mandiri dengan spesifikasi yang berbeda-beda. Nama produk olahan ikan dan spesifikasi yang dihasilkan oleh Ragajaya Mandiri dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 . Nama dan Spesifikasi Produk Olahan Ikan Ragajaya Mandiri No Nama Produk Spesifikasi 1 Siomay 500 gr/ 22-23 pcs/bks 2 Ekado 500 gr/ 17 pcs/bks 3 Keong mas 500 gr/ 14 pcs/bks 4 Udang gulung 500 gr/ 3 pcs/bks 5 Kaki naga ikan 500 gr/ 19-20 pcs/bks 6 Otak-otak panjang 500 gr/ 22-24 pcs/bks 7 Lumpia udang 8 Lumpia ikan 9 Kaki naga udang 10 Fish stick 11 Bakwan ikan 500 gr/ 24 pcs/bks 12 Nugget ikan 500 gr/bks 13 Bakso ikan 500 gr/ 32-34 pcs/bks 14 Otak-otak bulat 500 gr/ 34-36 pcs/bks 15 Pangsit seafood 250 gr/ 16-20 pcs/bks 16 Rajungan 17 Karage 250 gr/bks 18 Donat ikan 500 gr/bks 19 Abon tuna 100 gr/bks 20 Sosis 250 gr/ 12 pcs/bks 10-12 pcs/bks 500 gr/ 19-20 pcs/bks 500 gr/ panjang 7-8 cm 250 gr/ 5 pcs/bks 12 pcs/pack, panjang 10 cm Sumber : Ragajaya Mandiri, 2010 Kemasan yang digunakan oleh Ragajaya Mandiri dalam mengemas produknya yaitu plastik tipe Polyethylene yang dilengkapi dengan informasi yang lengkap seperti merk, netto, isi, label halal LP-POM MUI JABAR 01031035011108 dan P-IRT No. 202320201087. 56 Jaminan yang diberikan oleh Ragajaya Mandiri kepada konsumen jika seandainya produk yang dibeli atau dipesan tidak sesuai dengan keinginan konsumen adalah produk tersebut bisa ditukar. 2. Harga Harga adalah elemen bauran pemasaran yang paling fleksibel dan harga dapat diubah dengan cepat. Pada umumnya ada empat pendekatan yang bisa dilakukan oleh perusahaan dalam penetapan harga, yaitu berdasarkan biaya, analisis pulang pokok, berdasarkan persepsi pembeli, dan berdasarkan persaingan (Umar, 1999). Penetapan harga yang dilakukan oleh Ragajaya Mandiri adalah berdasarkan biaya, yaitu dengan memberikan atau menambahkan „mark up‟ baku untuk labanya. Ragajaya Mandiri menetapkan harga yang berbeda untuk distributor, agen dan retail. Perbedaan harga untuk distributor, agen, dan retail ditetapkan sebesar Rp 2.500. Daftar harga produk olahan Ragajaya Mandiri dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Daftar Harga Produk Olahan Ragajaya Mandiri (Rp) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Nama Produk Siomay Ekado Keong mas Udang gulung Kaki naga ikan Otak-otak panjang Lumpia udang Lumpia ikan Kaki naga udang Fish stick Bakwan ikan Nugget ikan Bakso ikan Otak-otak bulat Pangsit seafood Rajungan Karage Donat ikan Abon tuna Sosis PROMO Spesifikasi 500 gr/ 22-23 pcs/bks 500 gr/ 17 pcs/bks 500 gr/ 14 pcs/bks 500 gr/ 3 pcs/bks 500 gr/ 19-20 pcs/bks 500 gr/ 22-24 pcs/bks 250 gr/ 12 pcs/bks 10-12 pcs/bks 500 gr/ 19-20 pcs/bks 500 gr/ pjng 7-8 cm 500 gr/ 24 pcs/bks 500 gr/bks 500 gr/ 32-34 pcs/bks 500 gr/ 34-36 pcs/bks 250 gr/ 16-20 pcs/bks 250 gr/ 5 pcs/bks 250 gr/bks 500 gr/bks 100 gr/bks 12 pcs/pack, p 10 cm 12 pcs/pack, p 10 cm Distributor 15.000 16.000 15.000 14.500 15.000 10.000 10.000 15.500 15.750 14.750 13.500 15.250 14.500 12.250 10.750 10.750 10.500 14.500 12.500 17.000 14.500 Agen 17.500 18.500 17.500 17.000 17.500 12.500 12.500 18.000 18.250 17.250 16.000 17.750 17.000 14.750 13.250 13.250 13.000 17.000 15.000 19.500 17.000 Retail 20.000 21.000 20.000 19.500 20.000 15.000 15.000 20.500 20.750 19.750 18.500 20.250 19.500 17.250 15.750 15.750 15.500 19.500 17.500 22.000 19.500 Sumber : Ragajaya Mandiri, 2010 57 Penetapan harga yang berbeda yang dilakukan oleh Ragajaya Mandiri terhadap distributor, agen, dan retail karena pembelian yang dilakukan oleh mereka berbeda dari segi jumlahnya. Ketentuan kategori harga didasarkan pada jumlah total transaksi produk dalam satu bulannya, dengan ketentuan sebagai berikut : Harga Distributor : Total pembelian produk > 500 pack/bulan Harga Agen : Total pembelian produk > 100 pack/bulan Jumlah minimal pembelian yang ditetapkan oleh Ragajaya Mandiri agar konsumen memperoleh potongan harga adalah sebanyak 30 bungkus/pack, besarnya potongan harga disesuaikan dengan melihat jumlah pembelian yang dilakukan oleh konsumen. Pembelian diatas Rp. 1.000.000, mendapatkan discount 5% dan pembelian diatas Rp. 3.000.000, mendapatkan discount 15%. Kendala paling besar yang dihadapi perusahaan adalah proses pembayaran. Sebagian besar pelanggan melakukan pembayaran dengan sistem retur yaitu pembayaran dilakukan ketika pemesanan kedua. Bahkan beberapa pelanggan membayar setelah pengiriman ketiga. 3. Distribusi Distribusi adalah kegiatan pemasaran yang bertujuan untuk menyalurkan, menyebarkan, mengirimkan atau menyampaikan barang dari produsen ke konsumen, yang digunakan sesuai keperluan (jenis, jumlah, harga, tempat dan waktu). Dilihat dari jauh pendeknya rantai distribusi, saluran distribusi dapat dikelompokkan menjadi dua (Kotler, 2005) yaitu saluran distribusi langsung, yaitu saluran distribusi dimana produk dari produsen langsung ke tangan konsumen tanpa melalui perantara atau penyalur dan saluran distribusi tidak langsung, yaitu perusahaan dalam mendistribusikan produknya menggunakan penyalur atau agen perantara dan juga pengecer sebelum sampai ke tangan konsumen. Ragajaya Mandiri melakukan distribusi dengan saluran distribusi tidak langsung. Saluran distribusi Ragajaya Mandiri bisa dilihat pada Gambar 8. 58 Ragajaya Mandiri Pelanggan: Distributor, Agen, dan Pedagang Konsumen Gambar 8. Saluran Distribusi Ragajaya Mandiri Perusahaan melakukan pemasaran secara pasif yaitu pelanggan datang langsung atau memesan langsung kepada perusahaan. Pelanggan sebagian besar adalah agen atau pedagang. Saluran distribusi yang digunakan oleh Ragajaya Mandiri adalah saluran distribusi tidak langsung yaitu perusahaan dalam mendistribusikan produknya menggunakan penyalur atau agen perantara dan juga pengecer sebelum sampai kepada konsumen. Biaya kirim ditanggung pembeli dan dibayar ke perusahaan expedisi masing - masing ketika pengambilan. Lama pengiriman maksimal 24 jam. Beberapa distributor dan agen Ragajaya Mandiri dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Distributor dan Agen Ragajaya Mandiri No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Nama RIZKY FOOD Jakarta Bapak Kursilan Toko "SURYA" Bapak ARIK Toko "ANEKA SAYUR" IBU NILA FAJARONO Theo Cilaut Suplier Seafood dan Olahan Ikan Ibu Yuni Dwi Kushartati Ustadz Syamsuri (Betawi Tambak) Ibu Rumanti Agustina Bapak Hermawan Prasojo Mbak Rosalina Indaryatmo Lukman Agung Bapak AGUS Daerah Jakarta, Tangerang, Bekasi Bali Jombang Jombang Jombang Jombang Jombang Jombang Bogor Purbalingga Purwokerto Kober Grendeng, Jawa Tengah Batu raden Tangerang selatan Sumber : Ragajaya Mandiri, 2010 59 4. Promosi Promosi merupakan kegiatan pemasaran yang bertujuan untuk meningkatkan volume penjualan dengan cara mempengaruhi konsumen baik secara langsung maupun tidak langsung. Promosi yang telah dilakukan oleh Ragajaya Mandiri adalah promosi tidak langsung yaitu melalui media internet dan promosi penjualan yaitu untuk setiap produk baru, Ragajaya Mandiri melakukan harga promosi misalnya pada harga sosis yang berharga sebesar Rp 17.000 menjadi harga promo sebesar Rp 14.500. 6.1.3. Keuangan Modal merupakan salah satu faktor yang penting dalam menjalankan usaha selain faktor sumberdaya dan tenaga kerja. Pada awal berdiri, permodalan Ragajaya Mandiri hanya berasal dari milik sendiri. Dalam perkembangannya, Ragajaya Mandiri mendapatkan tambahan modal dari modal patungan sebesar Rp 75 juta untuk memperbesar skala produksinya. Dari awal berdiri sampai saat ini, Ragajaya Mandiri belum pernah melakukan peminjaman dana dari lembaga keuangan. Salah satu kelemahan perusahaan adalah keterbatasan dalam pengelolaan keuangan secara rapi dan baik. Kondisi ini terjadi pada Ragajaya Mandiri dimana perusahaan tidak memiliki sumberdaya manusia yang ahli dalam hal pembukuan keuangan. Biasanya transaksi yang terjadi hanya dicatat dalam bentuk nota dan itupun tidak disimpan dengan baik sehingga sumber dana yang dimiliki tidak digunakan secara efektif untuk pengembangan usaha. Meskipun pengelolaan keuangan pada Ragajaya Mandiri belum tertata rapi, akan tetapi untuk hal yang berkaitan dengan proses produksi biasanya dicatat oleh asisten yang digunakan sebagai kontrol dalam pemberian upah kepada karyawan setiap minggunya. 6.1.4. Produksi dan Operasi Ragajaya Mandiri melakukan proses produksi yaitu mengolah bahan baku menjadi berbagai macam aneka produk olahan ikan. Proses produksi yang dilakukan oleh Ragajaya Mandiri membutuhkan bahan baku yaitu fillet ikan yang berasal dari ikan berjenis kakap, mata goyang, dan kuniran. Bahan baku tersebut diproses hingga menjadi pasta, lalu diolah menjadi berbagai varian. 60 Selain itu, dibutuhkan juga bahan-bahan lain yaitu bahan penunjang, bahan bakar, dan pengemasan. Bahan penunjang yang dibutuhkan berupa sagu, tapioka, garam, gula, bawang merah, bawang putih, lada, minyak goreng, wortel, dan telur. Bahan bakar yang digunakan oleh Ragajaya Mandiri adalah gas elpiji, dan jenis kemasan yang digunakan oleh Ragajaya Mandiri dalam mengemas produknya yaitu plastik tipe Polyethylene. Teknologi yang digunakan adalah campuran mekanik (mesin) dan manual (tenaga manusia). Beberapa peralatan yang digunakan antara lain grinder, blender dan sealer machine. Grinder digunakan untuk penggilingan daging sehingga daging lebih halus dan berbentuk pasta gel. Penggunaan grinder masih memerlukan tenaga manusia. Sedangkan untuk menghancurkan bumbu menggunakan blender yang menggunakan tenaga listrik. Sementara pengemasan menggunakan sealer machine yang menggunakan energi listrik. Secara umum, tahap-tahap proses produksi pengolahan produk Ragajaya Mandiri adalah sebagai berikut : 1. Pemiletan ikan Daging ikan dipisahkan dari durinya dan menjadi fillet ikan. 2. Fillet Ikan Fillet ikan merupakan bahan baku utama. Sebelum digiling Fillet ikan ditaruh dalam ember ataupun bak penampungan selanjutnya diberi es agar fillet ikan tetap segar dan tidak mengeras. 3. Penggilingan daging ikan Fillet ikan yang sudah dicuci kemudian dimasukkan ke dalam grinder untuk digiling sehingga berbentuk pasta. Pada saat penggilingan ditambahkan garam secukupnya. Garam diberikan pada awal penggilingan guna meningkatkan kerekatan pasta ikan, jika dilakukan pada akhir penggilingan sifat kerekatan pasta akan menurun. 4. Pengadonan Daging yang sudah berbentuk pasta dimasukkan ke dalam baskom besar untuk dilakukan pengadonan dengan penambahan bahan baku lainnya seperti tepung tapioka, santan dan telur yang berguna untuk menjaga kualitas kekenyalan. 61 Selanjutnya adonan ditambahkan bumbu berupa garam, gula, bawang merah, bawang putih dan merica yang sebelumnya telah dihaluskan dengan blender. Pengadukan adonan masih menggunakan tenaga manual. Hasil adonan yang telah selesai dimasukkan ke dalam ember untuk dilakukan pencetakan. Adonan yang sudah selesai diaduk menghasilkan adonan yang homogen yang siap dibentuk menjadi berbagai macam produk olahan. 5. Pencetakan Pencetakan adonan menggunakan tangan dan sendok atau garpu. Proses pencetakan berlangsung cepat, adonan yang telah dicetak langsung dimasukan ke dalam penggorengan untuk dimasak. 6. Pemasakan Pemasakan adonan dilakukan diatas penggorengan dengan menggunakan minyak sayur yang dicanpur dengan air dengan suhu yang tidak terlalu panas. 7. Penirisan Penirisan dilakukan untuk mendinginkan produk yang telah masak dan mengurangi kadar minyak yang terdapat dalam produk setelah dimasak. Penirisan dilakukan di meja penirisan yang berukuran panjang 2 meter x lebar 1 meter. Pada bagian lebar meja penirisan dipasang kipas yang berguna untuk mempercepat proses penirisan. 8. Pengemasan Setelah produk yang ditiriskan selesai, produk tersebut dikemas dalam plastik menggunakan sealer machine untuk menutup kemasan. Pengemasan dilakukan untuk menjaga agar produk tidak mudah rusak ketika dalam proses pemasaran.Secara ringkas, proses produksi produk olahan ikan Ragajaya Mandiri dapat dilihat pada Gambar 9. 1. Ikan 2. Fillet Ikan 3. Penggilingan daging ikan 6. Penirisan 7. Pemasakan 5. Pencetakan 4. Pengadonan (Penambahan bumbu) 8. Pengemasan Gambar 9. Alur Proses Produksi Produk Olahan Ikan Ragajaya Mandiri Sumber: Ragajaya Mandiri, 2010 62 6.1.5. Sumber Daya Manusia Sumberdaya manusia merupakan komponen yang sangat penting bagi kemajuan perusahaan. Perusahaan yang memiliki jumlah dan jenis orang yang tepat di tempat kerja, dan pada saat yang tepat mampu menyelesaikan tugas-tugas dengan baik maka sumberdaya tersebut akan membantu perusahaan mencapai sasaran-sasaran perusahaan secara efektif dan efisien. Selain itu, setiap perusahaan harus menjaga loyalitas karyawan sebab secara tidak langsung karyawan juga berperan serta dalam menentukan pertumbuhan perusahaan. Manajemen sumber daya manusia Ragajaya Mandiri masih bersifat sederhana dan belum memiliki bagian khusus untuk menangani sumber daya manusia. Saat ini, jumlah karyawan tetap berjumlah 3 orang dan yang bekerja pada proses produksi berjumlah 15 orang dengan status karyawan tidak tetap. Karyawan Ragajaya Mandiri kebanyakan terdiri dari perempuan dan berasal dari daerah sekitar perusahaan. Ragajaya Mandiri ingin memberdayakan perempuan dan ibu rumah tangga sebagai tenaga kerja yang terampil dan diharapkan bisa membantu meningkatkan taraf hidup keluarga pada masyarakat menengah ke bawah. Sistem kompensasi karyawan yang ditetapkan perusahaan berdasarkan per kg hasil produksi produk olahan ikan yang dihasilkan per harinya dan dibayarkan setiap minggu. Besarnya kompensasi untuk karyawan adalah kg hasil produksi dikali Rp. 2000 dibagi dengan jumlah tenaga kerja. Sistem perekrutan karyawan dilakukan sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan sebagian besar karyawan Ragajaya Mandiri berasal dari daerah sekitar perusahaan. Dalam proses perekrutan karyawan, Ragajaya Mandiri tidak melakukan proses perekrutan secara terstruktur dan tidak melalui tes, sistem perekrutan dilakukan secara kekeluargaan. Ragajaya Mandiri melakukan proses produksi setiap hari dengan waktu kerja karyawan rata-rata 8 jam per hari. Tidak ada fasilitas dan perlengkapan khusus yang diberikan oleh perusahaan, karyawan hanya berpakaian apa adanya dari rumahnya. 63 6.1.6. Penelitian dan Pengembangan Pengembangan yang dilakukan oleh Ragajaya Mandiri tidak dilakukan oleh bagian khusus karena belum memiliki bagian penelitian dan pengembangan pada unit perusahaannya. Pengembangan yang dilakukan oleh Ragajaya Mandiri masih terbatas pada pengembangan varian produk. Pada tahun 2008, produk Ragajaya Mandiri berjumlah 14, sedangkan pada tahun 2009 berkembang menjadi 18 varian produk, dan untuk saat ini, produk yang dihasilkan oleh Ragajaya Mandiri sudah mencapai 20 varian produk dan akan terus dikembangkan. 6.2. Analisis Lingkungan Eksternal Lingkungan eksternal adalah suatu lingkungan yang berada di luar perusahaan yang terdiri dari lingkungan jauh dan lingkungan industri yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kinerja di dalam perusahaan. Analisis lingkungan eksternal bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor kunci yang menjadi peluang dan ancaman bagi Ragajaya Mandiri. 6.2.1. Lingkungan Jauh Lingkungan jauh perusahaan terdiri dari faktor-faktor yang bersumber dari luar perusahaan. Faktor-faktor utama yang dianalisis dalam lingkungan jauh yaitu faktor politik, ekonomi, sosial, dan teknologi. 1. Politik Kondisi politik dan keamanan yang stabil akan memberikan pengaruh positif terhadap keberlangsungan suatu usaha. Peraturan dan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi usaha yang ada di negara tersebut. Berikut ini merupakan beberapa kebijakan pemerintah yang memiliki pengaruh terhadap perkembangan perusahaan. Undang-undang nomor 45 tahun 2009 Tentang Perikanan Pasal 23 yaitu Setiap orang dilarang menggunakan bahan baku, bahan tambahan makanan, bahan penolong, dan/atau alat yang membahayakan kesehatan manusia dan/atau lingkungan dalam melaksanakan penanganan dan pengolahan ikan. 64 Berdasarkan undang-undang tersebut, maka setiap pelaku usaha pengolahan ikan harus menjaga kualitas produksinya agar produk yang dihasilkan tidak berbahaya bagi konsumen. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor. PER. 01/MEN/2007 tentang Pengendalian Sistem Jaminan Mutu Dan Keamanan Hasil Perikanan. Dalam peraturan ini dinyatakan bahwa keamanan pangan harus dijamin sepanjang rantai produksi, dan semua pihak yang terlibat dalam penyediaan produk perikanan bertanggung jawab terhadap aspek keamanan pangannya. Dalam merealisasikan peraturan tersebut, Dinasdinas terkait harus aktif dalam pengawasan mulai dari ikan turun dari kapal sampai pada tahap produksi usaha-usaha yang bergerak didalam pengolahan ikan. Selain itu, untuk mendukung peraturan tersebut salah satu dari misi Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor adalah “Menjaga lingkungan yang kondusif bagi masyarakat peternakan dan perikanan serta masyarakat veteriner”. Misi ini mengandung makna yaitu menciptakan rasa aman bagi masyarakat peternakan dan perikanan serta masyarakat veteriner dari bahaya penularan penyakit hewan menular dan zoonosis serta dari pangan asal hewan dan ikan serta hasil pangan asal hewan dan ikan yang mengandung bahan tambahan makanan berbahaya. Pendirian WARALABA pengolahan ikan. Waralaba pengolahan ikan pertama berdiri di Kabupaten Bogor yaitu di Jalan Raya Tonjong Sudimampir RT 03/01 Desa Cimanggis Kecamatan Bojong gede. Waralaba ini diharapkan menjadi fasilitas penyediaan sumber permodalan melalui lembaga keuangan dan peningkatan konsumsi ikan. Hadirnya usaha pemasaran ikan, dapat dikelola profesional dalam bentuk waralaba. Itu diharapkan terjadi proses kemitraan yang saling menguntungkan di antara pelaku usaha perikanan, khususnya kelompok UKM. Rencananya waralaba akan didirikan di beberapa kota. Tapi untuk sekarang fokus di Jawa Barat. 65 Kerjasama Direktorat Usaha dan Investasi Departemen Perikanan dan Kelautan dengan UKM di bidang perikanan dan lembaga keuangan, yakni Bank Bukopin dalam mendirikan badan usaha Arta Fish dan Swamitra Syariah. Tujuannya adalah melakukan terobosan melalui program pemberdayaan masyarakat. Salah satunya kemudahan berusaha dan akses permodalan kelompok UKM perikanan, mulai dari produksi hingga pemasaran. 2. Ekonomi Kondisi ekonomi memiliki pengaruh secara tidak langsung terhadap perkembangan suatu pelaku usaha yang terdapat pada suatu daerah tertentu. Kondisi ekonomi dapat mendukung kelancaran atau menghambat usaha yang berkembang di suatu daerah tertentu. Beberapa faktor yang berkaitan dengan kondisi ekonomi suatu daerah, antara lain : Laju Pertumbuhan Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi suatu daerah bisa dilihat dengan menggunakan indikator laju pertumbuhan PDRB. PDRB merupakan indikator yang menunjukan kemampuan daerah untuk menghasilkan nilai tambah. Laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Bogor bisa dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Bogor Tahun 2007 – 2009 (%) Kode Lapangan usaha sektor Tahun 2007 2008 2009 1 Pertanian 4,63 3,93 4,12 2 Pertambangan 4,79 2,56 3,10 3 Industri 5,34 5,10 2,79 4 Listrik, Gas, Air bersih 8,02 5,45 1,71 5 Bangunan 6,55 6,18 8,96 6 Perdagangan 8,38 8,01 8,03 7 Angkutan 9,32 6,12 8,69 8 Keuangan 7,63 7,07 6,22 9 Jasa 5,43 5,14 4,52 6,05 5,58 4,14 PDRB Sumber : BPS Kabupaten Bogor, 2010 66 Berdasarkan Tabel 16 dapat diketahui bahwa kondisi perekonomian Kabupaten Bogor pada tahun 2007 tumbuh sebesar 6,05 persen namun pada tahun 2008 dan tahun 2009 mengalami pertumbuhan melambat yaitu sebesar 5,58 persen dan 4,14 persen. Laju pertumbuhan yang melambat bisa menghambat kelancaran suatu usaha. Struktur Ekonomi Struktur ekonomi suatu daerah bisa dilihat dari PDRB atas dasar harga berlaku. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah serta nilai PDRB yang besar menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang besar. Berikut ini Tabel 17 PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten Bogor. Tabel 17. PDRB Kabupaten Bogor Atas Dasar Harga Berlaku tahun 2006 – 2009 Lapangan usaha Tahun 2006 2007 2008 2009 2.091.009,87 2.439.762,17 2.662.442,43 2.904.499,04 510.672,58 583.972,74 705.284,45 800.324,90 Industri Pengolahan 28.800.577,71 32.304.257,86 36.063.100,58 40.428.260,00 Listrik,gas,air bersih 1.463.090,42 1.660.347,05 1.936.331,22 2.059.574,60 Bangunan 1.444.729,87 1.687648,42 2.079.205,89 2.465.044,65 Perdagangan,hotel 6.935.058,45 8.037.785,30 9.674.902,80 11.435.852,36 Angkutan,komunikasi 1.835.578,16 2.049.535,56 2.396.127,48 2.798.037,98 662.988,12 751.008,09 875.666,95 992.733,03 1.575.325.41 1.765.902,49 1.996.349,64 2.199.461,99 45.319.030,59 51.280.219,68 58.389.411,43 66.083.788,55 Pertanian Pertambangan Keuangan Jasa PDRB Sumber : BPS Kabupaten Bogor, 2010 Struktur perekonomian Kabupaten Bogor dari tahun 2006 hingga tahun 2009 merupakan struktur yang didominasi oleh sektor industri pengolahan. Pada tahun 2009 dominasi sektor industri pengolahan sebesar 61,18 persen dari jumlah PDRB atas dasar harga berlaku. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, pembentukan PDRB sektor industri pengolahan didominasi oleh subsektor industri makanan, minuman, dan tembakau. 67 Industri pengolahan ikan merupakan salah satu bagian dari subsektor industri makanan, minuman, dan tembakau. Struktur ekonomi Kabupaten Bogor yang semakin membaik khususnya sektor industri pengolahan merupakan peluang bagi kelompok usaha-usaha tertentu yang akan mengembangkan usahanya. Laju Inflasi Laju inflasi adalah meningkatnya tingkat harga barang atau jasa kebutuhan masyarakat secara rata-rata Tingginya tingkat inflasi menunjukkan adanya kenaikan harga rata-rata barang atau jasa tingkat konsumen yang cukup tinggi, sehingga terjadi penurunan kemampuan daya beli uang untuk memperoleh barang atau jasa. Angka inflasi di Indonesia selama kurun Januari 2010 sampai dengan Februari 2011 mengalami kondisi yang fluktuatif. Nilai inflasi tertinggi yaitu pada bulan Januari 2011 sebesar 7,02 persen. Sedangkan nilai inflasi terendah yaitu pada bulan Maret 2010 sebesar 3,43 persen. Perkembangan laju inflasi selama kurun waktu bulan Januari 2010 sampai dengan Februari 2011 dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Perkembangan Tingkat Inflasi Periode Januari 2010– Februari 2011(%) Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Tahun 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2011 2011 Tingkat Inflasi 3,72 3,81 3,43 3,91 4,16 5,05 6,22 6,44 5,80 5,67 6,33 6,96 7,02 6,84 Sumber : [BI] Bank Indonesia. 2011. Laporan Inflasi : Berdasarkan Perhitungan Inflasi Tahunan. Jakarta. http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/Inflasi/ 68 Berdasarkan tabel 18, tingkat inflasi sejak Januari 2010 mengalami kenaikan hingga Agustus 2010. Setelah itu, pada bulan September 2010 sampai dengan Oktober 2010, inflasi menurun hingga mencapai 5,67. Namun keadaan ini tidak berlangsung lama, inflasi kembali naik secara fluktuatif hingga mencapai 7,02 pada Januari 2011 dan turun kembali hingga mencapai 6,84 pada Februari 2011. Kondisi inflasi yang berfluktuatif berpengaruh pada stabilitas ekonomi dan dapat berdampak terhadap daya beli masyarakat yang rendah. Dengan demikian, laju inflasi Indonesia tetap menjadi faktor ancaman bagi pelaku usaha karena nilainya cenderung masih fluktuatif. Kenaikan harga bahan baku Industri pengolahan ikan sangat bergantung pada peranan bahan baku yaitu ikan atau daging/fillet ikan. Peningkatan harga ikan akan mempengaruhi besarnya biaya produksi perusahaan. Bahan baku pada Ragajaya Mandiri adalah ikan kakap dan tambahan ikan lain seperti mata goyang dan kuniran yang diperoleh di Muara Baru. Harga ikan kakap di pasar dipengaruhi oleh pasokan yang mengalami fluktuatif. Jika cuaca buruk datang, di daerah Muara Baru pasokannya turun 3040% dari situasi normal yang mencapai 500 ton per hari. Pada bulan September 2010, harga ikan kakap mencapai harga Rp. 38.500; Harga ikan kakap pada bulan November 2010 berada pada kisaran Rp. 29.000 – Rp. 34.000 dan fillet ikan kakap pada harga 37.000. (Warta Pasar ikan, 2010). 3. Sosial Faktor sosial dan budaya mempengaruhi suatu perusahaan mencakup keyakinan, nilai, sikap, opini yang berkembang, dan gaya hidup dari orang-orang yang berada di lingkungan perusahaan tersebut (David, 2006). Meningkatnya pengetahuan masyarakat akan gizi, kesibukan pekerjaan dan peningkatan pendapatan, secara bersamaan diikuti oleh perilaku hidup merubah pola konsumsi masyarakat modern yaitu dengan mengkonsumsi makanan praktis siap saji namun memiliki nilai gizi yang baik. Hal ini merupakan pangsa pasar potensial bagi industri pengolahan ikan yang bersifat praktis, mudah, dan cepat cara penyajiannya serta bernilai gizi baik. 69 Salah satu faktor lingkungan eksternal yang juga mempengaruhi perusahaan adalah faktor demografi. Peningkatan jumlah penduduk merupakan faktor sosial yang berpotensi dapat menciptakan pangsa pasar yang potensial untuk setiap bidang usaha. Selama periode 2006 - 2010 perkembangan penduduk Indonesia terus mengalami peningkatan (BPS, 2010). Peningkatan jumlah penduduk Indonesia selama periode 2006 - 2010 dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Jumlah Penduduk Indonesia Tahun 2006 – 2010 Tahun Jumlah Penduduk (orang) Pertumbuhan (Persen) 2006 222.550.700 2007 225.642.000 1,39 2008 228.523.300 1,28 2009 231.471.251 237.641.326 1,29 2010* 1,49 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010 Keterangan : *) angka sementara Pertumbuhan jumlah penduduk juga terjadi di Kabupaten Bogor, dari tahun 2007 hingga tahun 2009 terjadi pertumbuhan penduduk sebanyak 225.506 jiwa atau sebesar 5,04 persen. Perkembangan jumlah penduduk Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Jumlah Penduduk Kabupaten Bogor Tahun 2007 - 2009 Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa) Pertumbuhan (persen) 2007 4.251.838 -- 2008 4.340.520 2,03 2009 4.477.344 3,01 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, 2010 Pertumbuhan jumlah penduduk Kabupaten Bogor diduga memberikan peluang tersedianya pasar potensial bagi usaha pengolahan ikan karena peningkatan laju perkembangan penduduk berbanding lurus dengan peningkatan konsumsi penduduk terhadap bahan makanan dan minuman. 70 4. Teknologi Perkembangan teknologi dapat menjadi peluang bagi suatu industri dalam menghadapi persaingan. Perkembangan teknologi yang sangat cepat dapat memberikan kemudahan-kemudahan bagi siapa saja termasuk para pelaku usaha dalam upaya mengembangkan bisnisnya. Perkembangan teknologi pengolahan ikan memberi pengaruh bagi usaha ini. Dalam industri pengolahan ikan, perkembangan teknologi pada aspek produksi dapat dilihat dari mesin-mesin atau peralatan-peralatan yang digunakan selama proses produksi, misalnya penggunaan food processor dalam pengadukan adonan. Untuk mengaduk adonan daging yang sudah ada dalam bentuk pasta dan tepung tapioka serta bumbu dalam food processor membutuhkan waktu pengadonan 45- 60 menit dengan kapasitas 75-120 kg/jam. Dengan pemanfaatan teknologi secara optimal, maka proses produksi akan semakin cepat dan mampu menghasilkan produk dalam jumlah yang lebih banyak daripada jika dikerjakan secara manual. Untuk mendukung proses produksi dalam pembuatan produk, saat ini Ragajaya Mandiri hanya memiliki grinder (mesin penggiling daging ikan) menjadi pasta ikan, tetapi proses pengadukan adonan masih dikerjakan secara manual. Perkembangan teknologi pada aspek pemasaran adalah dengan adanya Selimut gel untuk kebutuhan pengiriman produk agar dapat tahan lama sehingga dapat menjaga kesegaran mulai dari pengemasan hingga sampai di tujuan. Selimut gel diproduksi dalam bentuk gulungan dengan ukuran lebar 450 mm. Terdiri dari sel-sel kecil berukuran 75 x 90 mm dilaminasi dengan film plastik di satu sisi dan kain, setiap sel mengandung polimer, gel terbiodegradasi tidak beracun dan dapat menyerap air sehingga dapat mengembang. Selimut gel bisa mempertahankan suhu produk sensitif yang membutuhkan perlindungan kestabilan suhu selama dalam rantai pasokan. Selimut gel bisa digunakan selama masa transportasi untuk menjaga produk agar tetap segar sampai ditujuan dan cocok untuk produk seperti ikan segar dan olahan ikan agar terjaga kualitasnya. Selain itu, penggunaan selimut gel dapat meminimkan biaya pengiriman, ruang penyimpanan dan beratnya. Jika dirawat dengan baik selimut gel dingin dapat digunakan berulangulang. 71 Perkembangan teknologi di bidang telekomunikasi seperti telepon dan media internet akan mempermudah promosi dan komunikasi antara pelaku usaha dengan pelanggan atau dengan pemasok ketika melakukan pemesanan produk. Perkembangan teknologi di bidang transportasi, seperti jasa pengiriman akan mempercepat pendistribusian dari produsen ke konsumen sehingga akan memperlancar proses pemasaran produk. Dalam mendukung pemasaran produk, Ragajaya Mandiri telah memiliki fasilitas berupa telepon dan mobil yang digunakan pengangkutan bahan baku dari pemasok. Ragajaya Mandiri memanfaatkan jasa pengiriman untuk pendistribusian produk ke agen yang ada di Jawa Tengah, dan Jombang. 6.2.2. Lingkungan Industri Lingkungan industri merupakan lingkungan yang berada di sekitar usaha yang memiliki pengaruh langsung terhadap operasional usaha. Faktor lingkungan industri memberi pengaruh yang lebih besar daripada lingkungan jauh. Lingkungan industri terdiri dari lima kekuatan Porter, yaitu persaingan antar perusahaan sejenis, ancaman pendatang baru, produk substitusi, kekuatan tawarmenawar pemasok, dan kekuatan tawar-menawar pembeli/konsumen. 1. Persaingan antar Perusahaan Sejenis Persaingan yang terjadi dalam industri pengolahan ikan cukup kompetitif. Secara umum, persaingan yang terjadi dalam industri pengolahan ikan adalah persaingan pangsa pasar, kualitas produk, dan harga jual produk. Persaingan pangsa pasar terjadi jika jumlah pelaku usaha pengolahan ikan yang beroperasi semakin banyak sehingga para pelaku usaha harus menentukan daerah atau pasar mana yang dapat dimasuki untuk memasarkan produknya. Persaingan kualitas produk terjadi karena setiap pelaku usaha ingin produk yang dijualnya diterima oleh konsumen sehingga harus mampu melihat selera konsumen baik melalui kualitas rasa, variasi bentuk, maupun variasi ukuran. Selain itu, dalam industri pengolahan ikan terdapat persaingan harga jual produk. Pesaing usaha pengolahan ikan tidak hanya perusahaan skala menengah, dan kecil tetapi juga skala besar dengan modal besar, kapasitas besar, dan jaringan distribusi yang luas. Adapun beberapa perusahaan sejenis dengan Ragajaya Mandiri dapat dilihat pada Tabel 21. 72 Tabel 21. Perusahaan Sejenis Dengan Ragajaya Mandiri No 1 Nama Produk Bening Food Perusahaan Lokasi Bening Jati Anugrah Bogor Bogor 3 Citra Mandiri Samaky 4 PT. Frozen Food Pahala Bogor 2 Bogor 5 Ocean King PT. Makanan Sehat Nusantara ( MSN) Jakarta 6 Diva Food Ikan Sehat Nusantara Bekasi 7 Bakso Super 14 Bakso Super 14 Tangerang 8 Rumah Daging Olah ”Saudaraku” Bekasi 9 Fathan frozen food Jakarta PT Salimah Prima Cita Jakarta Oryza Frozen Food Jakarta 10 Pak celup 11 Sumber : Profil Perusahaan .http://olahanikan.indonetwork.co.id (Diolah), 2011 2. Ancaman Pendatang Baru Masuknya pendatang baru dalam industri dapat meningkatkan intensitas persaingan antar perusahaan. Masuknya pendatang baru tergantung mudah tidaknya hambatan masuk dalam industri. Jika hambatan ini besar, ancaman masuknya pendatang baru akan rendah. Beberapa hambatan dalam memasuki suatu industri yaitu skala ekonomis, diferensiasi produk, kebutuhan modal, biaya beralih pemasok, akses saluran distribusi, biaya tidak menguntungkan terlepas dari skala. a. Skala Ekonomis Pelaku usaha pada industri pengolahan ikan tidak hanya beroperasi pada skala besar, tetapi siapa saja dapat memulai usaha pengolahan ikan dari skala usaha kecil maupun skala rumah tangga dan dapat melakukan produksi sesuai dengan kemampuan kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan. b. Diferensiasi Produk Produk olahan ikan yang dihasilkan dalam industri umumnya sama. Perbedaan yang terjadi antara perusahaan adalah pada kualitas rasa, variasi bentuk dan ukuran, harga jual produk, komposisi bahan baku serta pengemasan. 73 c. Kebutuhan Modal Kebutuhan modal yang digunakan untuk membuka usaha pengolahan ikan tidak begitu besar, untuk skala rumah tangga pelaku usaha minimal memiliki mesin giling ukuran kecil dan peralatan rumah tangga untuk proses produksi. d. Biaya Beralih Pemasok Biaya beralih pemasok yang harus dikeluarkan oleh pendatang baru cukup besar agar pelaku usaha yang telah ada pindah dari pemasok tetapnya. Biaya beralih pemasok dalam industri ini umumnya adalah biaya untuk menguji atau menerima sumber baru. Selain itu, pasokan bahan baku yang fluktuatif menyebabkan pendatang baru akan kesulitan dalam memaksa perusahaan pengolahan yang telah ada agar beralih dari pemasok lama. e. Akses ke Saluran Distribusi Pendatang baru pada industri pengolahan ikan memiliki peluang untuk memasuki saluran distribusi yang telah dikuasai oleh perusahaan yang telah ada, yaitu dengan memproduksi produk yang sama atau lebih baik namun dengan harga yang relatif lebih murah. f. Biaya tidak Menguntungkan terlepas dari Skala Perusahaan yang telah lama dan besar umumnya memiliki keunggulan bersaing yang tidak dimiliki oleh perusahaan pendatang baru yang akan masuk ke industri pengolahan ikan, misalnya dalam hal pengalaman, teknologi, penguasaan terhadap sumberdaya produksi, dan lokasi yang menguntungkan. Tetapi proses pengolahan ikan relatif mudah dipelajari dan mudah untuk mendapatkan teknologi pengolahannya. Hal tersebut memberikan kemudahan bagi para pendatang baru untuk memasuki industri ini. 3. Ancaman Produk Substitusi Keberadaan produk substitusi dapat menjadi ancaman bagi suatu perusahaan jika produk substitusi tersebut mempunyai harga yang lebih murah namun memiliki kualitas yang sama dengan produk yang ditawarkan perusahaan. Pada umumnya faktor harga jual dan mutu produk sering digunakan oleh pelaku usaha sebagai alat dalam menghadapi keberadaan produk substitusi. 74 Produk yang dapat digolongkan menjadi produk substitusi pada produk olahan ikan adalah bakso sapi, nugget ayam, sosis sapi, sosis ayam, dan produk olahan lainnya yang menggunakan daging sapi dan ayam. Meskipun keberadaan produk substitusi ini tinggi, tetapi keputusan pembelian tetap berada di tangan konsumen yang memiliki kebebasan untuk memilih sesuai dengan seleranya. 4. Kekuatan Tawar Menawar Pemasok Kekuatan tawar-menawar pemasok mempengaruhi intensitas persaingan dalam suatu industri, yaitu ketika biaya untuk mengganti bahan baku sangat mahal atau hanya ada sedikit barang substitusi yang cukup bagus. Keberadaan pemasok bahan baku seperti kakap, udang, mata goyang, dan kuniran memiliki peranan yang sangat penting terhadap keberlangsungan proses produksi. Kekuatan tawar menawar pemasok dalam industri ini relatif kecil, hal ini karena jumlah pemasok ikan kakap dan udang cukup banyak dan pemasok mata goyang dan kuniran pun berasal dari banyak nelayan. Berdasarkan hal tersebut, maka kekuatan tawarmenawar pemasok dapat dikatakan tidak terlalu kuat, karena perusahaan tidak terlalu sulit untuk berganti dari satu pemasok ke pemasok lainnya. 5. Kekuatan Tawar Menawar Pembeli Kekuatan tawar-menawar pembeli atau konsumen dikatakan cukup kuat, ketika konsumen besar jumlahnya, konsumen membeli dalam jumlah besar, dan produk yang dibeli adalah produk standar atau tidak terdiferensiasi. Untuk kekuatan tawar menawar dapat dikatakan memiliki kekuatan tawar-menawar yang cukup kuat karena pembeli memiliki alternatif pilihan yang sangat beragam sehingga pembeli dapat memilih produk mana yang terbaik dengan harga yang relatif murah. Hal ini disebabkan oleh semakin meningkatnya jumlah perusahaan sejenis, dimana masing-masing perusahaan menawarkan produk yang semakin banyak jenisnya termasuk dari harga jual produk. Selain itu, pembeli juga menghadapi biaya peralihan yang relatif kecil karena pembeli dapat dengan mudahnya berpindah dari satu perusahaan ke perusahaan yang lain untuk memperoleh produk olahan ikan. 75 VII FORMULASI STRATEGI PEMASARAN 7.1. Tahap Input Tahap input yaitu mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan perusahaan dan terdiri atas analisis matriks IFE dan analisis matriks EFE yang bertujuan untuk merumuskan informasi dasar yang dibutuhkan untuk merumuskan strategi. 7.1.1. Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan Pengalaman pemilik perusahaan Usaha pengolahan ikan Ragajaya Mandiri dirintis oleh Bapak Yudhi Winarsono Basuki dengan latar belakang lulusan Sekolah Tinggi Perikanan (STP) dan istrinya Ibu Dewi Mulyawati yang pernah bekerja di bagian Research and Development (R & D) sebuah perusahaan nasional yang bergerak di bidang makanan olahan berbasis ikan. Dengan latar belakang tersebut, pemilik perusahaan memiliki pengalaman dan jaringan pemasaran untuk produk olahan ikan yang diproduksi, sehingga pengalaman dari pemilik perusahaan tersebut merupakan kekuatan perusahaan dalam memasarkan produk olahan ikannya kepada distributor dan agen. Pengendalian yang baik terhadap bahan baku Walaupun pengendalian hanya terbatas pada bahan baku dan proses produksi tetapi pengendalian yang baik terhadap bahan baku bisa menjadi kekuatan perusahaan karena produk yang dihasilkan akan memiliki mutu yang baik. Pengendalian terhadap bahan baku bisa dilihat dari bahan baku ikan kakap, Ragajaya Mandiri membeli ikan kakap dari pabrik dengan pertimbangan yaitu pabrik memiliki fasilitas pendingin sehingga kesegaran ikan lebih terjamin. Pengendalian yang baik terhadap bahan baku juga sesuai dengan tujuan perusahaan yaitu selalu menjaga kualitas sehingga diharapkan terjaga mutu, kesehatan, dan keamanan pangan. Produk yang memiliki mutu yang baik akan menjadi kekuatan bagi perusahaan dalam memasarkan produknya kepada konsumen. Memiliki banyak varian produk Produk yang dikeluarkan Ragajaya Mandiri berjumlah 20 varian dengan spesifikasi dan harga yang berbeda-beda. Hal ini merupakan kekuatan bagi perusahaan karena dengan memiliki banyak varian produk, maka pilihan produk yang ditawarkan kepada konsumen semakin beraneka ragam dari segi varian dan harga. Memiliki kelengkapan perizinan pada label kemasan Produk Ragajaya Mandiri telah memiliki kelengkapan perizinan pada label kemasan produk seperti merek produk, nama perusahaan, berat isi, tanggal kadaluarsa, komposisi, keterangan halal, dan izin depkes. Sertifikat halal didapat dari POM MUI JABAR dengan nomor 01031035011108 dan izin usaha yaitu PIRT No. 202320201087. Kelengkapan perizinan pada label merupakan kekuatan yang dimiliki produk Ragajaya Mandiri. Hal ini dikarenakan labelisasi menjadikan konsumen lebih percaya terhadap produk yang dipasarkan perusahaan. Akses terhadap Bahan Baku Cukup Terjamin Bahan baku utama dalam pembuatan produk olahan ikan pada Ragajaya Mandiri adalah ikan kakap yang dibeli dari pabrik dengan pertimbangan bahwa harga dari pabrik lebih stabil dan pabrik memiliki fasilitas pendingin sehingga kesegaran ikan lebih terjamin. Selain itu, ikan kakap cukup mudah diperoleh dan banyak tersedia pada pemasok. Hal ini dapat menjadi kekuatan bagi perusahaan karena ketersediaan bahan baku untuk proses produksi cukup terjamin, sehingga bisa memenuhi permintaan setiap bulan dari distributor dan agen. Belum memiliki perencanaan pemasaran secara tertulis Perencanaan perusahaan menunjukan persiapan masa depan untuk penetapan sasaran, formulasi strategi, pengembangan kebijakan, dan penetapan tujuan. Saat ini, perusahaan hanya memiliki rencana memasarkan produk olahan ikan pada area kompleks perumahan tetapi belum memiliki perencanaan secara tertulis sehingga belum bisa menganalisis apakah rencana pemasaran tersebut bisa berhasil atau tidak. 77 Pembagian tugas tidak terkoordinasi dengan baik Koordinasi dalam pembagian berpengaruh terhadap kelancaran selama pelaksanaan aktivitas kerja, sehingga proses kerja yang dilakukan tidak terhambat. Pada Ragajaya Mandiri, pembagian tugas kurang terkoordinasi dengan baik karena tugas dari karyawan biasanya berubah sesuai dengan perintah sehingga proses kerja yang dilakukan agak terhambat. Saat ini, kegiatan distribusi produk yang dilakukan oleh karyawan kepada distributor dan agen belum ada pembagian tugas yang jelas. Pembayaran dengan sistem retur Sistem pembayaran yang dilakukan sebagian besar pelanggan kepada perusahaan adalah pembayaran dengan sistem retur yaitu pembayaran tidak dilakukan saat pemesanan pertama tetapi dilakukan ketika pemesanan kedua. Pembayaran dengan sistem retur menyebabkan perusahaan tidak langsung menerima uang tunai untuk keperluan operasional lainnya dan bisa menjadi kelemahan pada usaha kecil dan menengah seperti Ragajaya Mandiri. Pemasaran secara pasif Perusahaan melakukan pemasaran secara pasif yaitu pelanggan datang langsung atau memesan langsung kepada perusahaan. Saat ini, perusahaan belum memiliki tenaga penjual sendiri untuk melakukan upaya pemasaran yang aktif. Pemasaran kepada konsumen hanya dilakukan oleh distributor dan agen. Sehingga ada produk yang belum terjual setiap bulannya. Perusahaan belum menentukan target pasar Proses pemasaran terkait pada pemilihan target pasar (Segmentation, Targetting, Positioning) dan bauran pemasaran. Saat ini, perusahaan belum melakukan pemilihan target pasar untuk produk yang dijualnya. Perusahaan melakukan pemasaran dengan cara pelanggan datang langsung atau memesan langsung kepada perusahaan. Pemasaran produk kepada konsumen hanya dilakukan oleh distributor dan agen tanpa menentukan target pasar yang akan dimasuki perusahaan untuk produk olahan ikan. 78 Perusahaan belum mempunyai cold storage Saat ini, perusahaan hanya memiliki satu unit freezer dan belum mempunyai cold storage untuk menyimpan produknya sehingga bisa menjadi kelemahan perusahaan dalam menjaga mutu dan proses distribusi produk kepada distributor dan agen karena semua produk olahan yang diproduksi oleh Ragajaya Mandiri harus disimpan dalam suhu beku agar sesuai masa expired selama 6 - 8 bulan. Jika disimpan di dalam lemari es (bukan freezer beku) hanya tahan 30 hari. Sedangkan dalam suhu ruangan (tanpa pendingin) produk Ragajaya Mandiri dalam waktu 24 jam rasanya sudah berubah dan produk olahan ikan paling lama tahan sekitar dua hari. Sehingga jalur distribusi produk Ragajaya Mandiri harus memerlukan waktu kurang dari 24 jam agar mutu produk bisa terjamin kualitasnya. Tingkat keluar masuk karyawan tinggi Karyawan yang bekerja berjumlah 15 orang dengan status karyawan tidak tetap yang terdiri dari perempuan dan berasal dari daerah sekitar perusahaan. Karyawan bisa bebas keluar masuk perusahaan karena sistem perekrutan karyawan dilakukan sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Tingginya tingkat keluar masuk karyawan bisa menjadi kelemahan bagi perusahaan yang berakibat pada kegiatan operasional perusahaan salah satunya kegiatan penjualan produk. 7.1.2. Identifikasi Peluang dan Ancaman Pendirian waralaba pengolahan ikan Waralaba pengolahan ikan pertama berdiri di Kabupaten Bogor yaitu di Jalan Raya Tonjong Sudimampir RT 03/01 Desa Cimanggis Kecamatan Bojong gede. Waralaba ini diharapkan menjadi fasilitas penyediaan sumber permodalan melalui lembaga keuangan dan peningkatan konsumsi ikan. Hadirnya usaha pemasaran ikan, dapat dikelola profesional dalam bentuk waralaba dan diharapkan terjadi proses kemitraan yang saling menguntungkan di antara pelaku usaha perikanan, khususnya kelompok UKM. Rencananya waralaba akan didirikan di beberapa kota. Tapi untuk sekarang fokus di Jawa Barat. Pendirian waralaba pengolahan ikan bisa menjadi peluang bagi Ragajaya Mandiri dalam memasarkan produknya. 79 Pemerintah mencanangkan Gerakan Makan Ikan Nasional Pemerintah melalui KKP telah mencanangkan meningkatkan konsumsi ikan nasional melalui Gerakan Makan Ikan Nasional (Gemarikan) sebagai upaya meningkatkan kecerdasan masyarakat. Peningkatan konsumsi ikan didukung oleh target KKP pada tahun 2014 yaitu pemanfaatan produksi ikan nasional yang ditargetkan sebesar 22,39 juta ton. Dengan adanya Gerakan Makan Ikan Nasional (Gemarikan) yang dicanangkan oleh pemerintah maka peluang permintaan produk olahan ikan diduga akan meningkat dan bisa menjadi salah satu peluang bagi Ragajaya Mandiri untuk memasarkan produknya. Peningkatan jumlah penduduk Peningkatan jumlah penduduk merupakan faktor sosial yang diduga dapat menciptakan pangsa pasar yang potensial untuk setiap bidang usaha begitupun bagi perkembangan usaha pengolahan ikan seperti Ragajaya Mandiri. Hal ini dikarenakan seiring dengan pertumbuhan penduduk yang meningkat, permintaan makanan dan minuman akan meningkat karena peningkatan laju perkembangan penduduk berbanding lurus dengan peningkatan konsumsi penduduk terhadap bahan makanan dan minuman. Sehingga pertumbuhan jumlah penduduk diduga dapat menyebabkan permintaan pasar meningkat karena tingkat kebutuhan yang tinggi. Perubahan pola konsumsi masyarakat Salah satu bahan makanan yang baik untuk dikonsumsi karena nilai gizi yang terkandung di dalamnya adalah ikan. Perkembangan teknologi menyebabkan pengolahan hasil perikanan semakin berkembang, tidak hanya sebatas proses pengolahan saja, tetapi sudah disesuaikan dengan keinginan dan selera konsumen. Pola konsumsi masyarakat modern saat ini semakin menyadari pentingnya mengkonsumsi makanan yang bergizi yaitu dengan mengkonsumsi makanan praktis siap saji namun memiliki nilai gizi yang baik seperti makanan olahan setengah jadi dari produk berbahan baku ikan, misalnya bakso ikan, sosis ikan, kaki naga, nugget ikan. Perubahan pola konsumsi masyarakat merupakan peluang bagi Ragajaya Mandiri untuk memasarkan produknya. 80 Perkembangan teknologi dan informasi Perkembangan teknologi pada aspek pemasaran yaitu adanya produk selimut gel yang berfungsi untuk kebutuhan pengiriman produk agar produk tidak rusak dan tahan lama. Perkembangan teknologi di bidang telekomunikasi seperti telepon dan media internet akan mempermudah promosi dan komunikasi antara pelaku usaha dengan pelanggan ketika melakukan pemesanan produk. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor yang melambat Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor yang melambat bisa menghambat kelancaran dan perkembangan berbagai kelompok usaha yang beroperasi di Kabupaten Bogor. Oleh karena itu, kondisi ini merupakan ancaman bagi Ragajaya Mandiri dalam memasarkan produknya karena laju pertumbuhan ekonomi yang melambat bisa berakibat pada menurunnya daya beli masyarakat. Tingkat inflasi yang fluktuatif Tingkat inflasi yang fluktuatif dapat mempengaruhi keberlangsungan suatu usaha dan berpengaruh pada stabilitas ekonomi. Inflasi yang tinggi memberikan dampak negatif terhadap kondisi masyarakat. Hal ini karena inflasi yang tinggi menunjukkan adanya kenaikan harga rata-rata barang atau jasa di tingkat konsumen yang cukup tinggi, sehingga terjadi penurunan kemampuan daya beli uang untuk memperoleh barang atau jasa. Laju inflasi Indonesia tetap menjadi faktor ancaman bagi pelaku usaha karena nilainya masih cenderung berfluktuatif sehingga standar hidup masyarakat turun dan akhirnya menurunnya daya beli masyarakat. Kenaikan harga bahan baku Kenaikan harga bahan baku sangat mempengaruhi biaya produksi. Peningkatan harga bahan baku akan mempengaruhi biaya operasional perusahaan yang semakin meningkat. Biaya operasional yang tinggi akan semakin menurunkan besarnya marjin laba yang didapatkan perusahaan atau harga jual produk akan semakin tinggi. Hal ini menjadi ancaman karena menyebabkan produk Ragajaya Mandiri kurang bisa bersaing dengan perusahaan pesaing lainnya. 81 Persaingan antar perusahaan sejenis Persaingan yang terjadi dalam industri pengolahan ikan adalah persaingan pangsa pasar, kualitas produk, dan harga jual produk. Pesaing usaha pengolahan ikan tidak hanya perusahaan skala besar dengan modal besar, kapasitas besar, dan jaringan distribusi yang luas, tetapi juga skala menengah, dan kecil. Persaingan yang terjadi antar perusahaan sejenis merupakan ancaman bagi usaha Ragajaya Mandiri dalam memasarkan produknya kepada konsumen. Hambatan masuk industri pengolahan ikan rendah Hambatan masuk ke dalam industri pengolahan ikan yang rendah menyebabkan setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk mendirikan usaha sejenis. Kondisi ini dapat menjadi ancaman bagi perusahaan yang telah ada termasuk Ragajaya Mandiri karena bisa terjadi perebutan pangsa pasar. Pembeli memiliki kekuatan dalam memilih produk olahan ikan Dalam industri pengolahan ikan, pembeli memiliki kekuatan tawar menawar yang tergolong kuat karena pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan dalam membeli produk olahan ikan sesuai dengan seleranya. Selain itu, masing-masing perusahaan menawarkan produk yang semakin bervariasi dan semakin banyak jenisnya termasuk dari segi mutu produk dan harga jual produk menyebabkan pembeli menghadapi biaya peralihan yang relatif kecil karena pembeli dapat dengan mudah berpindah dari satu perusahaan ke perusahaan yang lain untuk memperoleh produk olahan ikan. Oleh karena itu, kondisi ini dapat menjadi ancaman bagi Ragajaya Mandiri yang bisa kehilangan konsumennya. Hasil identifikasi faktor internal menghasilkan lima faktor kunci kekuatan dan tujuh faktor kunci kelemahan yang dimiliki oleh Ragajaya Mandiri. Sedangkan hasil identifikasi faktor eksternal, terdapat lima faktor kunci peluang dan enam faktor kunci ancaman yang dihadapi Ragajaya Mandiri. Ringkasan hasil identifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman perusahaan dapat dilihat pada Tabel 22. 82 Tabel 22. Hasil Identifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman Perusahaan Faktor Strategis Internal Kekuatan Kelemahan Manajemen Pengalaman pemilik perusahaan Pengendalian yang baik terhadap bahan baku Pemasaran Memiliki banyak varian produk Memiliki kelengkapan perizinan pada label kemasan Belum memiliki perencanaan pemasaran secara tertulis Pembagian tugas tidak terkoordinasi dengan baik Pembayaran dengan sistem retur Pemasaran secara pasif Perusahaan belum menentukan target pasar Keuangan Produksi dan Operasi Sumberdaya Manusia Penelitian dan Pengembangan Akses terhadap bahan baku Perusahaan belum mempunyai cukup terjamin cold storage Tingkat keluar masuk karyawan tinggi Faktor Strategis Eksternal Politik Peluang Pendirian waralaba pengolahan ikan Pemerintah mencanangkan Gerakan Makan Ikan Nasional (Gemarikan) Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor yang melambat Tingkat inflasi yang fluktuatif Kenaikan harga bahan baku Ekonomi Sosial Teknologi Ancaman Peningkatan jumlah penduduk Perubahan pola konsumsi masyarakat Perkembangan teknologi dan informasi Lingkungan industri Persaingan antar perusahaan sejenis Hambatan masuk industri pengolahan ikan rendah Pembeli memiliki kekuatan dalam memilih produk olahan ikan Sumber : Data Primer (diolah) 83 7.1.3. Analisis Matriks IFE Analisis matriks IFE dilakukan dengan mengidentifikasi faktor-faktor strategis internal perusahaan. Berdasarkan hasil analisis terhadap lingkungan internal perusahaan, terdapat lima faktor kunci kekuatan dan tujuh faktor kunci kelemahan yang dimiliki oleh Ragajaya Mandiri. Setelah itu dilakukan pengisian kuesioner mengenai pembobotan dengan menggunakan metode matriks perbandingan berpasangan, selanjutnya pemberian peringkat (rating) terhadap variabel - variabel kekuatan dan kelemahan tersebut. Pembobotan yang diberikan mengindikasikan tingkat kepentingan relatif dari faktor strategis internal terhadap keberhasilan perusahaan dalam industri tanpa memandang apakah faktor kunci tersebut merupakan kekuatan atau kelemahan perusahaan. Hasil Analisis matriks IFE Ragajaya Mandiri dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Analisis Matriks IFE Ragajaya Mandiri Faktor Internal Utama Kekuatan Pengalaman pemilik perusahaan Pengendalian yang baik terhadap bahan baku Memiliki banyak varian produk Memiliki kelengkapan perizinan pada label kemasan Akses terhadap bahan baku cukup terjamin Bobot rata-rata Rating rata-rata Rata-rata Tertimbang 0,0934 0,0972 0,1035 3,0000 3,0000 4,0000 0,2803 0,2917 0,4141 0,0909 3,3333 0,3030 0,0960 3,0000 0,2879 1,5770 Kelemahan Belum memiliki perencanaan pemasaran secara tertulis Pembagian tugas tidak terkoordinasi dengan baik Pembayaran dengan sistem retur Pemasaran secara pasif 0,0707 2,0000 0,1414 0,0606 2,0000 0,1212 0,0972 0,0707 2,0000 1,6667 0,1944 0,1178 Perusahaan belum menentukan target pasar 0,0821 2,0000 0,1641 Perusahaan belum mempunyai cold storage Tingkat keluar masuk karyawan tinggi 0,0795 0,0581 1,3333 2,0000 0,1061 0,1162 0,9613 Total 2,5383 Sumber : Data Primer 84 Berdasarkan analisis matriks IFE pada Tabel 23, faktor strategis internal yang dianggap sebagai faktor terpenting terhadap keberhasilan suatu perusahaan dalam pemasaran produk olahan ikan bisa dilihat dari faktor yang memiliki bobot rata-rata terbesar yaitu memiliki banyak varian produk dengan nilai bobot ratarata sebesar 0,1035. Dengan memiliki banyak varian produk, maka pilihan produk yang ditawarkan perusahaan kepada konsumen semakin beraneka ragam dari segi varian maupun harga. Kekuatan utama bagi Ragajaya Mandiri adalah memiliki banyak varian produk yang diindikasikan dengan nilai rating rata-rata sebesar 4,0000. Kekuatan utama yang dimiliki Ragajaya mandiri yaitu memiliki banyak varian produk merupakan faktor yang dianggap penting oleh responden dalam keberhasilan suatu perusahaan dalam pemasaran produk olahan ikan. Dengan memiliki kekuatan utama tersebut, Ragajaya Mandiri dituntut untuk mempertahankan kekuatan utamanya tersebut agar bisa berhasil dalam pemasaran produk olahan ikan. Sedangkan kelemahan utama bagi Ragajaya Mandiri adalah perusahaan belum mempunyai cold storage yang diindikasikan dengan nilai rating rata-rata sebesar 1,3333. Total nilai rata-rata tertimbang faktor kekuatan sebesar 1,5770 dan untuk faktor kelemahan sebesar 0,9613. Hal ini mengindikasikan bahwa Ragajaya Mandiri bisa memanfaatkan kekuatan yang dimiliki dalam menjalankan usahanya. Total nilai rata-rata tertimbang matriks IFE sebesar 2,5383 mengindikasikan bahwa kondisi Ragajaya Mandiri berada pada kondisi rata-rata tetapi posisi internal Ragajaya Mandiri belum berada pada posisi internal yang kuat sehingga Ragajaya Mandiri harus lebih mengoptimalkan kekuatan yang dimiliki dalam mengatasi kelemahannya. 7.1.4. Analisis Matriks EFE Analisis matriks EFE dilakukan dengan mengidentifikasi faktor-faktor strategis eksternal perusahaan. Berdasarkan hasil identifikasi, terdapat enam faktor kunci peluang dan enam faktor kunci ancaman yang dihadapi perusahaan. Pembobotan yang diberikan mengindikasikan tingkat kepentingan relatif dari faktor strategis eksternal tersebut dalam mempengaruhi industri. 85 Selanjutnya pemberian peringkat (rating) terhadap enam faktor kunci peluang dan enam faktor kunci ancaman. Untuk faktor peluang, peringkat yang diberikan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam merespon peluang yang ada. Untuk faktor ancaman, peringkat yang diberikan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghindari ancaman yang dihadapi. Hasil Analisis matriks EFE Ragajaya Mandiri dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24. Analisis Matriks EFE Ragajaya Mandiri Bobot rata-rata Rating rata-rata Rata-rata Tertimbang 0,0636 1,3333 0,0848 0,1061 2,0000 0,2121 0,0879 0,1045 0,1197 2,6667 3,0000 3,0000 0,2343 0,3136 0,3591 1,2041 Ancaman Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor yang melambat Tingkat inflasi yang fluktuatif 0,0742 1,6667 0,1237 Kenaikan harga bahan baku Persaingan antar Perusahaan Sejenis Hambatan masuk industri pengolahan ikan rendah Pembeli memiliki kekuatan dalam memilih produk olahan ikan 0,0697 0,0879 0,1136 1,6667 3,3333 3,3333 0,1162 0,2929 0,3788 0,0894 2,0000 0,1788 0,0833 2,6667 0,2222 Faktor Eksternal Utama Peluang Pendirian waralaba pengolahan ikan Pemerintah mencanangkan Gerakan Makan Ikan Nasional Peningkatan jumlah penduduk Perubahan pola konsumsi masyarakat Perkembangan teknologi dan informasi 1,3126 2,5167 Total Sumber : Data Primer Berdasarkan analisis matriks EFE pada Tabel 24, faktor strategis eksternal yang dianggap sebagai faktor terpenting dalam mempengaruhi pemasaran produk olahan ikan bisa dilihat dari faktor yang memiliki bobot rata-rata terbesar yaitu Perkembangan teknologi dan informasi dengan nilai bobot rata-rata sebesar 0,1197. Perkembangan teknologi pada aspek pemasaran adalah dengan adanya selimut gel untuk kebutuhan pengiriman produk agar dapat tahan lama sehingga dapat menjaga kesegaran mulai dari pengemasan hingga sampai di tujuan. 86 Selain itu, penggunaan selimut gel dapat meminimkan biaya pengiriman, ruang penyimpanan dan beratnya. Jika dirawat dengan baik selimut gel dingin dapat digunakan berulang-ulang. Perkembangan teknologi di bidang telekomunikasi seperti telepon dan media internet akan mempermudah promosi dan komunikasi antara pelaku usaha dengan pelanggan ketika melakukan pemesanan produk. Peluang yang dapat direspon dengan sangat baik oleh Ragajaya Mandiri dalam pemasaran produk olahan ikan adalah perubahan pola konsumsi masyarakat dan Perkembangan teknologi dan informasi yang diindikasikan dengan nilai rating rata-rata sebesar 3,0000; Perubahan pola konsumsi masyarakat yang bisa direspon dengan sangat baik dicirikan dengan semakin bertambahnya varian produk yang diproduksi oleh Ragajaya Mandiri dibandingkan dengan awal pendiriannya. Perkembangan teknologi dan informasi bisa direspon dengan sangat baik karena didukung oleh kemudahan perusahaan dalam mengakses teknologi tersebut melalui berbagai media, baik cetak maupun elektronik seperti internet, seminar, dan majalah. Ancaman terbesar yang dihadapi Ragajaya Mandiri adalah laju pertumbuhan ekonomi yang melambat dan tingkat inflasi yang fluktuatif yang ditunjukan dengan nilai rating rata-rata sebesar 1,667. Nilai rata-rata tersebut mengindikasikan perusahaan kurang mampu untuk menghindari ancaman tersebut. Hal ini terjadi karena Ragajaya Mandiri sangat jarang dalam mengakses informasi mengenai laju pertumbuhan ekonomi atau tingkat inflasi. Total nilai rata-rata tertimbang faktor peluang sebesar 1,2041 dan untuk faktor ancaman sebesar 1,3126. Hal ini mengindikasikan bahwa faktor ancaman yang dihadapi sedikit direspon lebih baik jika dibandingkan dengan faktor peluang yang ada oleh Ragajaya Mandiri terhadap pemasaran produk olahan ikan. Total nilai matriks EFE sebesar 2,5167 mengindikasikan bahwa peluang dan ancaman yang mempengaruhi kondisi Ragajaya Mandiri berada pada kondisi menengah. 87 7.2. Tahap Pencocokan Tahap pencocokan berfokus pada menciptakan alternatif strategi yang layak dengan mencocokkan faktor eksternal dan internal kunci. Teknik tahap pencocokkan terdiri atas analisis matriks IE dan analisis matriks SWOT. 7.2.1. Analisis Matriks IE Total nilai yang diperoleh dari matriks IFE sebesar 2,5383 dan total nilai matriks EFE sebesar 2,5167. Total nilai yang diperoleh dari matriks IFE dan total nilai matriks EFE tersebut melalui matriks IE dapat digunakan untuk menunjukkan posisi perusahaan dalam industri. Analisis matriks IE menunjukkan bahwa posisi Ragajaya Mandiri berada pada sel V yaitu memiliki kemampuan internal rata-rata dan pengaruh eksternal pada kondisi menengah. Pada kondisi seperti ini perusahaan dapat dikelola dengan strategi pertahankan dan pelihara (hold and maintain) (Gambar 10). TOTAL RATA-RATA TERTIMBANG IFE Kuat 3,0 - 4,0 4,0 Rata-rata 2,0 – 2,99 Lemah 1,0 – 1,99 2,0 3,0 1,0 TOTAL RATA-RATA TERTIMBANG EFE 2,5383 Tinggi 3,0 - 4,0 I II IV V III 3,0 Menengah 2,0 – 2,99 2,5167 VI Pertahankan dan Pelihara 2,0 Rendah 1,0 – 1,99 VI I VI II IX 1,0 Gambar 10. Analisis Matriks IE Ragajaya Mandiri Sumber : Data Primer 88 Berdasarkan analisis matriks IE pada Gambar 10, strategi yang biasa digunakan oleh perusahaan pada kondisi ini adalah strategi penetrasi pasar dan strategi pengembangan produk. Strategi penetrasi pasar bertujuan untuk meningkatkan posisi perusahaan yang dihubungkan dengan produk dan pasar yang sedang dilayani perusahaan sekarang ini. Penetrasi pasar bisa menjadi strategi yang efektif yaitu ketika pasar saat ini tidak jenuh dengan produk atau jasa yang ada, tingkat penggunaan pelanggan saat ini dapat meningkat secara signifikan atau pangsa pasar pesaing utama menurun sementara penjualan total industri meningkat. Sedangkan strategi pengembangan produk adalah strategi yang mencari peningkatan penjualan dengan memperbaiki atau memodifikasi produk/jasa saat ini dan biasanya melibatkan biaya penelitian dan pengembangan yang besar. Pengembangan produk bisa menjadi strategi yang efektif ketika perusahaan memiliki produk yang berhasil yang berada pada tahap dewasa dalam siklus hidup produk dan mencoba menarik pelanggan untuk mencoba produk yang baru, perusahaan bersaing dalam industri yang memiliki perkembangan teknologi yang cepat, perusahaan memiliki kemampuan litbang yang kuat, atau ketika pesaing utama menawarkan produk dengan kualitas yang lebih baik pada harga yang bersaing. 7.2.2. Analisis Matriks SWOT Setelah mengetahui posisi perusahaan saat ini dan didapatkan inti strategi berdasarkan kekuatan (strenghts), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats), maka dapat diformulasikan alternatif strategi. Analisis SWOT adalah analisis identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi yang didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang, secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman. Matriks SWOT disusun dengan mengkombinasikan faktor kunci internal (kekuatan-kelemahan) dan faktor kunci eksternal (peluangancaman) sehingga menghasilkan alternatif strategi yang dapat diterapkan oleh perusahaan. Analisis matriks SWOT Ragajaya Mandiri dapat dilihat pada Gambar 11. 89 Internal Eksternal Opportunities-O 1. Pendirian waralaba pengolahan ikan 2. Pemerintah mencanangkan Gerakan Makan Ikan Nasional 3. Peningkatan jumlah penduduk 4. Perubahan pola konsumsi masyarakat 5. Perkembangan teknologi dan informasi 1. 2. 3. 4. 5. 6. Strengths-S 1. Pengalaman pemilik perusahaan 2. Pengendalian yang baik terhadap bahan baku 3. Memiliki banyak varian produk 4. Memiliki kelengkapan perizinan pada label kemasan 5. Akses terhadap bahan baku cukup terjamin Strategi S-O : 1. Meningkatkan kegiatan promosi (S3, S4, O1, O2, O3, O4, O5) Weaknesses-W 1. Belum memiliki perencanaan pemasaran secara tertulis 2. Pembagian tugas tidak terkoordinasi dengan baik 3. Pembayaran dengan sistem retur 4. Pemasaran secara pasif 5. Perusahaan belum menentukan target pasar 6. Perusahaan belum memiliki cold storage 7. Tingkat keluar masuk karyawan tinggi Strategi W-O : 2. Menetapkan target pasar dalam penjualan produk (W5, O2 O3, O4) 3. Rekrutmen tenaga penjual sendiri (W4, W7, O2, O3, O4, O5) 4. Menggunakan sistem teknologi data base terkomputerisasi dalam pemasaran produk (W1, W3, O4, O5) 5. Menetapkan jalur utama distribusi produk (W6, O2, O3, O4, O5) Threats-T Strategi S-T : Strategi W-T : Laju pertumbuhan 6. Menerapkan kebijakan 7. Menyediakan pemesanan ekonomi Kabupaten harga yang bersaing produk secara online (W2, Bogor yang melambat dengan harga pesaing (S1, W7, T1, T2, T4, T6) Tingkat inflasi yang S2, S3, S5, T1, T2, T3, fluktuatif T4, T6) Kenaikan Harga Bahan Baku Persaingan antar Perusahaan Sejenis Hambatan masuk industri pengolahan ikan rendah Pembeli memiliki kekuatan dalam memilih produk olahan ikan Gambar 11. Analisis Matriks SWOT Sumber : Data Primer 90 Berdasarkan hasil analisis matriks SWOT, maka alternatif strategi yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut : 1. STRATEGI S-O Strategi S-O dibuat dengan memanfaatkan kekuatan internal perusahaan untuk memanfaatkan peluang eksternal. Alternatif strategi yang direkomendasikan kepada perusahaan yaitu: Meningkatkan kegiatan promosi Pemasaran produk yang dilakukan oleh Ragajaya Mandiri selama ini hanya melalui distributor dan agen, membuat penjualan tidak mengalami peningkatan yang signifikan. Meningkatkan kegiatan promosi yang lebih gencar bertujuan untuk meningkatkan penjualan produk Ragajaya Mandiri. Promosi yang telah dilakukan oleh Ragajaya Mandiri adalah promosi tidak langsung yaitu melalui media internet dan promosi potongan harga untuk setiap varian produk baru. Promosi bisa dilakukan melalui berbagai media baik media cetak ataupun elektronik. Promosi melalui media internet yang sudah dilakukan bisa ditingkatkan dengan membuat web sendiri, atau menjadi bagian dari promosi yang dilakukan oleh situs-situs lain, sedangkan promosi harga yang sudah dilakukan bisa dipertahankan. Selain itu, promosi bisa dilakukan dengan menyebarkan brosur produk yang berisi manfaat dan kandungan gizi produk secara kontinyu. Banyaknya varian produk dan memiliki perizinan yang dicantumkan pada label kemasan merupakan faktor yang bisa mendukung keberhasilan kegiatan promosi yang dilakukan Ragajaya Mandiri. 2. STRATEGI W-O Strategi W-O bertujuan untuk meminimalkan kelemahan internal perusahaan dengan memanfaatkan peluang eksternal. Beberapa alternatif strategi yang direkomendasikan kepada perusahaan yaitu: Menetapkan target pasar dalam penjualan produk Proses pemasaran terkait pada pemilihan target pasar (Segmentation, Targetting, Positioning) dan bauran pemasaran. Saat ini, perusahaan belum melakukan pemilihan target pasar untuk produk yang dijualnya. Perusahaan melakukan pemasaran dengan cara pelanggan datang langsung atau memesan langsung kepada perusahaan. 91 Pemasaran produk kepada konsumen hanya dilakukan oleh distributor dan agen tanpa menentukan target pasar yang akan dimasuki perusahaan untuk produk olahan ikan. Selain produk yang sudah dijual oleh perusahaan kepada distributor dan agen, perusahaan bisa menetapkan target pasar terlebih dahulu dalam penjualan produknya sehingga dengan menetapkan target pasar untuk penjualan produk diharapkan penjualan produk dari perusahaan akan naik secara signifikan. Rekrutmen tenaga penjual sendiri Sebagian besar pelanggan Ragajaya Mandiri melakukan pembayaran dengan sistem retur yaitu pembayaran dilakukan ketika pemesanan kedua. Selain itu, Ragajaya Mandiri melakukan pemasaran secara pasif yaitu pelanggan datang langsung atau memesan langsung kepada perusahaan. Salah satu strategi yang bisa dilakukan adalah dengan cara memiliki tenaga penjual sendiri dalam memasarkan produknya selain melalui distributor dan agen. Perusahaan yang memiliki tenaga penjual sendiri langsung memasarkan produknya kepada konsumen dan sistem pembayaran yang dipakai sebaiknya sistem pembayaran tunai sehingga perusahaan bisa meningkatkan penjualan produknya. Menggunakan sistem teknologi data base terkomputerisasi dalam pemasaran produk Pengelolaan keuangan yang dilakukan perusahaan tergolong sederhana dan cenderung kurang rapi. Biasanya transaksi penjualan yang terjadi hanya dicatat dalam bentuk nota dan pembukuan yang dilakukan juga sederhana. Selain itu, sistem pembayaran yang dilakukan sebagian besar pelanggan kepada perusahaan adalah pembayaran dengan sistem retur yaitu pembayaran tidak dilakukan saat pemesanan pertama tetapi dilakukan ketika pemesanan kedua. Strategi untuk meminimalkan kelemahan tersebut adalah dengan menggunakan sistem teknologi data base terkomputerisasi, sehingga transaksi penjualan produk dan pembayaran pelanggan akan bisa dikelola dengan baik. Selain itu, dengan menggunakan sistem teknologi data base terkomputerisasi maka data-data penjualan produk tiap bulannya akan terdata dengan baik sehingga perusahaan bisa menganalisis kegiatan pemasaran produk yang sudah dan harus dilakukan untuk meningkatkan penjualan produknya. 92 Menetapkan jalur utama distribusi produk Saluran distribusi yang digunakan oleh Ragajaya Mandiri adalah saluran distribusi tidak langsung yaitu perusahaan dalam mendistribusikan produknya menggunakan penyalur atau agen perantara dan juga pengecer sebelum sampai kepada konsumen. Biaya kirim ditanggung pembeli dan dibayar ke perusahaan expedisi masing - masing ketika pengambilan. Produk olahan ikan yang bersifat mudah rusak yang dalam suhu ruangan (tanpa pendingin) produk Ragajaya Mandiri dalam waktu 24 jam rasanya sudah berubah dan produk olahan ikan paling lama tahan sekitar dua hari. Sehingga Ragajaya Mandiri harus menetapkan jalur utama distribusi dengan lama pengiriman maksimal 24 jam agar produk yang diterima oleh distributor atau agen dalam kondisi baik. Jalur utama distribusi yang bisa dilakukan oleh Ragajaya Mandiri adalah melalui Expedisi/jasa pengiriman PT. HERONA EXPRESS (via kereta api) dan JNE (Paket 1 hari sampai). 3. STRATEGI S-T Strategi S-T adalah strategi yang menggunakan kekuatan perusahaan untuk menghindari atau mengurangi pengaruh dari ancaman eksternal. Alternatif strategi yang direkomendasikan kepada perusahaan yaitu: Menerapkan kebijakan harga yang bersaing dengan harga pesaing Penetapan harga jual yang dilakukan oleh Ragajaya Mandiri berdasarkan biaya produksi ditambah margin keuntungan. Margin keuntungan yang besar akan berakibat pada harga jual yang mahal kepada konsumen untuk produk yang dihasilkan dan hal tersebut bisa mengakibatkan produk kalah bersaing di pasar karena harga jualnya terlalu mahal daripada produsen lain yang menghasilkan produk sejenis. Produk yang dikeluarkan Ragajaya Mandiri berjumlah 20 varian produk dengan spesifikasi dan harga yang berbeda-beda, harga yang diterima oleh konsumen akhir cenderung lebih mahal dibandingkan dengan harga pesaing karena besarnya margin keuntungan untuk tiap agen perantara. Perusahaan bisa menerapkan kebijakan harga yang bersaing dengan harga pesaing dengan cara sedikit menurunkan margin keuntungan sehingga harga yang diterima oleh konsumen akhir tidak terlalu berbeda dengan harga yang ditawarkan pesaing. 93 4. STRATEGI W-T Strategi W-T adalah strategi yang didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. Alternatif strategi yang direkomendasikan kepada perusahaan yaitu: Menyediakan pemesanan produk secara online Adanya perkembangan teknologi internet dan perubahan pola konsumsi masyarakat modern merupakan peluang bagi Ragajaya Mandiri dalam memasarkan produk olahan yang bersifat praktis, mudah, cepat cara penyajiannya serta bernilai gizi baik. Saat ini, Ragajaya Mandiri belum melakukan upaya pemasaran yang aktif. Pemasaran kepada konsumen hanya dilakukan oleh distributor dan agen saja, sehingga ada selisih antara rata-rata produksi dengan rata-rata penjualan tiap bulannya. Ragajaya Mandiri bisa menyediakan pemesanan produk secara online untuk memasarkan produknya sehingga selisih antara ratarata produksi dengan rata-rata penjualan tiap bulannya bisa dihindari. 7.3. Tahap Keputusan (Analisis Matriks QSP) Analisis matriks QSP bertujuan untuk menghasilkan alternatif strategi pemasaran yang terbaik bagi perusahaan dari berbagai alternatif strategi pemasaran yang ada dengan menentukan daya tarik relatif berdasarkan seberapa jauh faktor strategis internal dan eksternal dimanfaatkan. Analisis matriks QSP menggunakan input dari tahap masukan (input), yaitu analisis lingkungan internal dan eksternal melalui matriks IFE dan EFE dan tahap pencocokan, yaitu matriks IE dan alternatif strategi pemasaran pada matriks SWOT. Nilai AS (Alternatif Score) digunakan sebagai penentu daya tarik relatif dari berbagai alternatif strategi pemasaran yang dihasilkan dari analisis SWOT, didasarkan pada sejauh mana faktor tersebut mempengaruhi strategi pemasaran yang dibuat. Nilai TAS (Total Attractiveness Scores) diperoleh dari hasil perkalian antara bobot rata-rata dan nilai AS dari setiap faktor kunci strategis. Kemudian menghitung nilai STAS (Sum Total Attractiveness Scores) dengan cara menjumlahkan seluruh nilai TAS dari masing-masing faktor internal dan eksternal (Lampiran 11). Setelah itu, nilai STAS dibagi dengan jumlah responden untuk mendapatkan nilai STAS rata-rata. Hasil perhitungan STAS rata-rata pada Ragajaya Mandiri dapat dilihat pada Tabel 25. 94 Tabel 25. Prioritas Alternatif Strategi Pemasaran Pada Ragajaya Mandiri STAS Rata- Prioritas Rata Strategi 5,2285 5,1432 1 5,2419 5,0202 5,0655 2 4,3639 4,7212 4,6225 4,5692 6 STAS Strategi 4 5,1856 4,8917 4,9644 5,0139 4 STAS Strategi 5 5,1008 5,1273 4,9338 5,0540 3 STAS Strategi 6 5,0432 4,9775 4,5366 4,8524 5 STAS Strategi 7 4,2280 3,8606 4,1992 4,0960 7 Responden 1 Responden 2 Responden 3 STAS Strategi 1 5,0588 5,1422 STAS Strategi 2 4,9343 STAS Strategi 3 Sumber : Data Primer Keterangan Tabel : Responden 1 : Bapak Yudhi (Pemilik Ragajaya mandiri) Responden 2 : Ibu Dian (Asisten/ManajerRagajaya mandiri) Responden 3 : Ibu Lili Nus Chalimah, S.Pt (Kepala Seksi Pengembangan Usaha Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor) Berdasarkan hasil perhitungan STAS rata-rata pada Tabel 25, prioritas strategi pemasaran terbaik yang dilakukan Ragajaya Mandiri saat ini adalah meningkatkan kegiatan promosi dengan STAS (Sum Total Attractiveness Scores) rata-rata tertinggi sebesar 5,1432. Urutan prioritas strategi pemasaran produk olahan ikan pada Ragajaya Mandiri adalah sebagai berikut : 1. Meningkatkan kegiatan promosi (STAS = 5,1432) 2. Menetapkan target pasar dalam penjualan produk (STAS = 5,0655) 3. Menetapkan jalur utama distribusi produk (STAS = 5,0540) 4. Menggunakan sistem teknologi data base terkomputerisasi dalam pemasaran produk (STAS = 5,0139) 5. Menerapkan kebijakan harga yang bersaing dengan harga pesaing (STAS = 4,8524) 6. Rekrutmen tenaga penjual sendiri (STAS = 4,5692) 7. Menyediakan pemesanan produk secara online (STAS = 4,0960) 95 VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada Ragajaya Mandiri, maka diperoleh kesimpulan : 1. Faktor strategis internal yang menjadi kekuatan yaitu pengalaman pemilik perusahaan, pengendalian yang baik terhadap bahan baku, memiliki banyak varian produk, memiliki kelengkapan perizinan pada label kemasan, dan akses terhadap bahan baku cukup terjamin. Sedangkan faktor strategis internal yang menjadi kelemahan yaitu belum memiliki perencanaan pemasaran secara tertulis, pembagian tugas tidak terkoordinasi dengan baik, pembayaran dengan sistem retur, pemasaran secara pasif, perusahaan belum menentukan target pasar, perusahaan belum mempunyai cold storage, dan tingkat keluar masuk karyawan tinggi. Faktor strategis eksternal yang menjadi peluang yaitu pendirian waralaba pengolahan ikan, pemerintah mencanangkan Gerakan Makan Ikan Nasional, peningkatan jumlah penduduk, perubahan pola konsumsi masyarakat, dan perkembangan teknologi dan informasi. Sedangkan faktor strategis eksternal yang menjadi ancaman adalah laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor yang melambat, tingkat inflasi yang fluktuatif, kenaikan harga bahan baku, persaingan antar perusahaan sejenis, hambatan masuk industri pengolahan ikan rendah, dan pembeli memiliki kekuatan dalam memilih produk olahan ikan. 2. Posisi Ragajaya Mandiri berada pada sel V (pertahankan dan pelihara). Alternatif strategi pemasaran pada Ragajaya Mandiri, yaitu : meningkatkan kegiatan promosi, menetapkan target pasar dalam penjualan produk, rekrutmen tenaga penjual sendiri, menggunakan sistem teknologi data base terkomputerisasi dalam pemasaran produk, menetapkan jalur utama distribusi produk, menerapkan kebijakan harga yang bersaing dengan harga pesaing, dan menyediakan pemesanan produk secara online. 3. Strategi pemasaran yang menjadi prioritas bagi Ragajaya Mandiri adalah meningkatkan kegiatan promosi dengan nilai STAS (Sum Total Attractiveness Scores) rata-rata tertinggi sebesar 5,1432. 8.2. Saran 1. Perusahaan sebaiknya menggunakan sistem teknologi data base terkomputerisasi dalam pemasaran produk. 2. Perusahaan sebaiknya menyediakan pemesanan produk secara online untuk mengatasi kelebihan produksi setiap bulannya. 97 DAFTAR PUSTAKA Adwiyah, R. 2007. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Edisi ke-1. Jakarta : Bumi Aksara. [BI] Bank Indonesia. 2011. Laporan Inflasi : Berdasarkan Perhitungan Inflasi Tahunan. Jakarta. http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/Inflasi/ [7 Maret 2011] [BPS] Badan Pusat Statistik. 2009. Kabupaten Bogor dalam Angka. Bogor: BPS Kabupaten Bogor. _______. 2009. PDRB Kabupaten Bogor Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009. Bogor: BPS Kabupaten Bogor. _______. 2010. Statistik Indonesia 2010. Jakarta. David, FR. 2006. Manajemen Strategis Konsep. Edisi ke-10. Budi IS, penerjemah. Jakarta : Salemba Empat. Terjemahan dari : Strategic Management. [Direktorat Kredit, BPR dan UMKM]. 2008. Pola Pembiayaan Pengolahan Ikan Berbasis Fish Jelly Product (otak-otak dan kaki naga).. Jakarta . http://www.bi.go.id/ [25 April 2011] [Dirjen P2HP-KKP] Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Kementerian Kelautan dan Perikanan 2007. Masalah dan Kebijakan Peningkatan Produk Perikanan Untuk Pemenuhan Gizi Masyarakat. Di dalam Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia; Jakarta, 21 November 2007. [Disnakan] Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. 2010. Usaha Pengolahan Ikan di Kabupaten Bogor Tahun 2009. Bogor . http://disnakan.bogorkab.go.id [ 7 Maret 2011] Glueck, W. F. dan Jack Lawrance R. 1992. Manajemen Strategis dan Kebijakan Perusahaan. Jakarta : Erlangga Herman. November 2010. Selimut Gel Dingin/Panas Solusi Praktis Menjaga Rantai Dingin/Hangat. Warta Pasar Ikan : Vol. 87 Halaman 29. Indariawati, P. 2009. Kajian Strategi Pengembangan Usaha Industri Keripik Singkong PT Inti Sari Rasa di Bekasi. [Tesis]. Bogor : Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Irianto H, Giyatmi S. 2009. Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan. Jakarta : Universitas Terbuka. Juanda, B. 2007. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Bogor : IPB Press. [KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2010. Kelautan dan Perikanan dalam Angka 2009. Jakarta . http://www.kkp.go.id [7 Maret 2011] ______. 2011. Outlook Perikanan Tahun 2011. Jakarta . http://www.kkp.go.id [7 Maret 2011] Kaharuddin, Sylvia R. 2006. Analisis Strategi Pemasaran Jambu Biji Organik di PT Sawangan Makmur Parung, Bogor. [Skripsi]. Bogor : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Kotler P, Amstrong. 2005. Prinsip-Prinsip Pemasaran. jilid 1. Jakarta : Erlangga. Kotler P, Keller KL. 2007. Manajemen Pemasaran. Ed ke-12. Jilid 1. Molan B, penerjemah. Jakarta: PT Indeks. Terjemahan dari: Marketing Management. Nisa, YK. 2005. Strategi Pemasaran Tanaman Anggrek (Studi Kasus : Antika Anggrek, Taman Anggrek Ragunan. [Skripsi]. Bogor : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Risman. 2009. Strategi Pemasaran Produk DAFA Yoghurt Pada Unit Pengolahan Peternakan Yayasan Darul Fallah Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. [Skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Porter, Michael E. 1991. Strategi Bersaing : Teknik Menganalisis Industri dan Pesaing. Maulana A, penerjemah; Hutauruk G, editor. Jakarta : Erlangga. Terjemahan dari Competitif Strategy Purnama DF. 2009. Strategi Pemasaran Produk Olahan Wortel (Studi Kasus Kelompok Wanita Tani Kartini di Kawasan Rintisan Agropolitan Kecamatan Cipanas, Kabupaten Bogor). [Skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Putri, Fanny SA. 2008. Formulasi Strategi Pemasaran Obat Tradisional Pada Taman Syifa di Kota Bogor, Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Rangkuti, F. 2006. Analisis SWOT : teknik membedah kasus bisnis. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama 99 Umar, H. 1999. Riset Strategi Perusahaan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Widayat, W. November 2010. Sistem Ketertelusuran Produk Perikanan Budidaya. Warta Pasar Ikan : Vol. 87 Halaman 23. 100 LAMPIRAN Lampiran 1. Usaha Pengolahan Ikan di Kabupaten Bogor Tahun 2009 No Nama Perusahaan Bidang Usaha Rata-rata Pemasaran prod/tahun (ton) 1 2 PETIKAN CITA HALUS Pengasapan Ikan 2.16 KELOMPOK CITRA DUMBO Pengasapan Lele 18.00 4 5 6 7 8 9 Ujang Kodir Sirod Solihin Harun Satibi Pengolahan Pindang/Cue Bandeng Presto Pemindangan Ikan Pemindangan Ikan Pemindangan Ikan Pemindangan Ikan Pemindangan Ikan Pemindangan Ikan 10 Asep Kusnadi Pemindangan Ikan 840.00 11 12 13 14 15 16 17 18 Oman Andi Maman Awang Hj. Yuhindun H. Gopur H. Dimin Mumuh Pemindangan Ikan Pemindangan Ikan Pemindangan Ikan Pemindangan Ikan Pemindangan Ikan Pemindangan Ikan Pemindangan Ikan Pemindangan Ikan 20.40 22.80 41.40 40.50 84.00 48.00 36.00 60.00 19 H. Oban Pemindangan Ikan 192.00 20 Pajri Pemindangan Ikan 96.00 21 22 23 24 25 Neman Suma Midud Suhandi Deden 192.00 180.00 84.00 36.00 180.00 26 H. Dimas 27 Sanusi 28 Rosidah 29 Ina 30 Medi 31 32 33 34 Sajum Komsiah Asmi Nasir Pemindangan Ikan Pemindangan Ikan Pemindangan Ikan Pemindangan Ikan Pemindangan Ikan Pemindangan Ikan (Tongkol) Pemindangan Ikan (Tongkol) Pemindangan Ikan (Tongkol) Pemindangan Ikan (Bandeng, Pemindangan Ikan (Bandeng, Pindang Ikan Mas Pindang Ikan Mas Pindang Ikan Mas Pengepakan ebi 3 P.D. DELLA 1,620.00 218.40 12.00 12.00 18.00 22.08 9.80 192.00 24.00 Swalayan-swalayan di Jabodetabek Pasar Senen - Jkt Pasar Anyar - Bogor Tangerang Cibinong, Citeureup, Cisalak - Depok, Pasar Pasar Cibinong Lokal Lokal Lokal Lokal Lokal Bogor, Ciawi, Cijeruk, Cigombong, Caringin Cisarua Ciawi Cigudeg, Jasinga Cigudeg, Jasinga Parung Panjang Parung Panjang Parung Panjang Parung Panjang Pasar Leuwiliang, Cigudeg, Ciampea Pasar Lw liang Ps, Cigudeg, Ciampea & Pasar Jambu Dua Pasar Leuwiliang, Ciampea Pasar Leuwliang,Ciampea Pasar Leuwiliang Pasar Leuwiliang Pasar Cibungbulang Pasar Cibungbulang Pasar Citeureup 24.00 Pasar Citeureup 48.00 Cariu, Tanjungsari 21.60 Cariu, Karawang, Tanjungsari 3.00 1.92 1.92 72.00 Tanjung Sari Tanjung Sari Tanjung Sari 102 35 36 37 38 39 Roni Syaputra Amung M. Edi Mei Gunawan/Rama Guna Makmur 40 Ragajaya Mandiri 41 Bening Jati Anugrah 42 Citra Mandiri 43 Samaky 44 Maria 45 Hanada Pengepakan ebi Pengepakan ebi Pengepakan ebi Pengepakan ebi Pengepakan ebi Value Added(Ekado, keong mas, udang gulung, kaki naga, siomay, karageikan , rajungan, donat ikan) Value Added(Ekado, keong mas, udang gulung, kaki naga, siomay, bakso marlin, cilok ikan, otak- otak, udang gulung, lumpia, dll) Kaki naga, Nugget, Otak-otak Kaki naga, Nugget Pempek, kerupuk 3 jenis, pem- pek kulit, tekwan, pindang patin A. Produksi Teri nasi goreng,peyek udang, peyek teri B. Goreng Kerupuk kulit C. Pengemasan Kerupuk Ikan teri goreng tepung Pasteurisasi daging rajungan Frozen baby clam 48.00 36.00 48.00 48.00 36.00 60.00 Jabodetabek, Jawa Tengah, Jombang 4.011.40 Jabodetabek, Banten, Bandung 0.19 Rumah Sakit Milenia, Perumdos IPB, Ciampea Leuwiliang 1,716.00 Sukaraja, Jakarta, Kota Bogor 0.43 0.48 3.36 Jabodetabek, Pekanbaru, Kalimantan 8.40 46 CV. Quindofood 47 PT. Fresh On Time Seafood 48 PT. Frozen Food Pahala Shrimp Nugget Dragon Leg 4.82 2.81 49 PT. Kusuma Kaisan Ubur-ubur 1,440.00 Jumlah Tangerang, Cikarang, Bekasi, Bogor 6.00 450.00 180.00 USA, Asia Swalayan di Indonesia(Alfa, Superindo, Hero, Hypermart, Yogya) Jepang, China 12,576.61 103 Lampiran 2. Kuisioner Penelitian KUISIONER PENELITIAN PENILAIAN BOBOT DAN RATING FAKTOR STRATEGIS EKSTERNAL DAN INTERNAL PERUSAHAAN FORMULASI STRATEGI PEMASARAN PRODUK OLAHAN IKAN PADA RAGAJAYA MANDIRI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT IDENTITAS RESPONDEN Nama : ……………………………………………………………….. Pekerjaan/Jabatan : ……………………………………………………………….. Alamat : ……………………………………………………………….. Kami mohon Bapak/Ibu dapat mengisinya secara objektif dan benar, karena kuisioner ini adalah untuk penelitian skripsi dengan tujuan ilmiah. Peneliti : IWAN KURNIAWAN H34050778 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 104 A. Kuisioner pemberian nilai bobot terhadap faktor strategis internal dan eksternal perusahaan Petunjuk pengisian Pemberian bobot terhadap faktor strategis internal dan eksternal perusahaan dengan memberikan nilai pada kolom yang tersedia Bobot setiap variabel ditentukan menggunakan skala 1, 2, dan 3 berdasarkan pada keterangan berikut : 1 = jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal 3 = jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal A B C D E F G H I J K L Faktor-Faktor Strategis Internal Pengalaman pemilik perusahaan Pengendalian yang baik terhadap bahan baku Memiliki banyak varian produk Memiliki kelengkapan perizinan pada label kemasan Akses terhadap bahan baku cukup terjamin Belum memiliki perencanaan pemasaran secara tertulis Pembagian tugas tidak terkoordinasi dengan baik Pembayaran dengan sistem retur Pemasaran secara pasif Perusahaan belum menentukan target pasar Perusahaan belum mempunyai cold storage Tingkat keluar masuk karyawan tinggi A x x x x x x x x x x x x B C D E F G H I J K L x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x Cara membaca perbandingan dimulai dari variabel pada baris 1 terhadap kolom 1 dan seterusnya secara konsisten 105 A x x x x x x x x x x B C D E F G H I J A B C D E F G H I J Faktor-Faktor Strategis Eksternal Pendirian waralaba pengolahan ikan Pemerintah mencanangkan Gerakan Makan Ikan Nasional Peningkatan jumlah penduduk Perubahan pola konsumsi masyarakat Perkembangan teknologi dan informasi Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor yang melambat Tingkat inflasi yang fluktuatif Kenaikan harga bahan baku Persaingan antar Perusahaan Sejenis Hambatan masuk industri pengolahan ikan rendah x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x K Pembeli memiliki kekuatan dalam memilih produk olahan ikan x x x x x x x x x x K x Cara membaca perbandingan dimulai dari variabel pada baris 1 terhadap kolom 1 dan seterusnya secara konsisten 106 B. Kuisioner pemberian nilai peringkat/rating terhadap faktor strategis Internal dan Eksternal Perusahaan 1. Pemberian nilai peringkat /rating terhadap faktor strategis Internal Faktor strategis internal terdiri dari kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan. Faktor internal yang dilihat mencakup manajemen, pemasaran, keuangan, produksi dan operasi, sumberdaya manusia serta penelitian dan pengembangan. Petunjuk pengisian : Tentukan nilai peringkat/rating terhadap faktor-faktor internal tersebut dengan memberikan tanda x (silang) pada kolom yang tersedia Penilaian rating berdasarkan pada keterangan berikut : Nilai 4 = kekuatan besar/mayor Nilai 2 = kelemahan kecil/ minor Nilai 3 = kekuatan kecil/minor Nilai 1 = kelemahan utama/ mayor Faktor Strategis Internal Peringkat (Rating) 4 3 2 1 Pengalaman pemilik perusahaan Pengendalian yang baik terhadap bahan baku Memiliki banyak varian produk Memiliki kelengkapan perizinan pada label kemasan Akses terhadap bahan baku cukup terjamin Belum memiliki perencanaan pemasaran secara tertulis Pembagian tugas tidak terkoordinasi dengan baik Pembayaran dengan sistem retur Pemasaran secara pasif Perusahaan belum menentukan target pasar Perusahaan belum mempunyai cold storage Tingkat keluar masuk karyawan tinggi 107 2. Pemberian nilai peringkat /rating terhadap faktor strategis eksternal Faktor strategis eksternal terdiri dari peluang yang harus dimanfaatkan dan ancaman yang harus dihindari oleh perusahaan. Petunjuk pengisian Tentukan nilai peringkat/rating terhadap faktor-faktor eksternal tersebut dengan memberikan tanda x (silang) pada kolom yang tersedia Penilaian rating berdasarkan pada keterangan berikut: 1 = Kurang 3 = Baik 2 = Sedang 4 = Sangat Baik Untuk faktor peluang, peringkat yang diberikan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam merespon peluang yang ada. Untuk faktor ancaman, peringkat yang diberikan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghindari ancaman yang dihadapi. Faktor Strategis Eksternal Peringkat (Rating) 4 3 2 1 Pendirian waralaba pengolahan ikan Pemerintah mencanangkan Gerakan Makan Ikan Nasional Peningkatan jumlah penduduk Perubahan pola konsumsi masyarakat Perkembangan teknologi dan informasi Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor yang melambat Tingkat inflasi yang fluktuatif Kenaikan harga bahan baku Persaingan antar Perusahaan Sejenis Hambatan masuk industri pengolahan ikan rendah Pembeli memiliki kekuatan dalam memilih produk olahan ikan 108 Kuisioner Penelitian Penentuan Strategi Terpilih QSPM Pengisian kuisioner ini ditujukan untuk mendapatkan kemenarikan relatif dari alternatif-alternatif strategi yang diperoleh melalui analisis matriks IE dan analisis SWOT dan menetapkan strategi yang terbaik untuk direkomendasikan kepada pihak perusahaan. Petunjuk pengisisan Tentukan daya tarik relatif dari masing-masing faktor kunci internal dan eksternal untuk masing-masing alternatif strategi dengan cara memberikan nilai pada kolom yang tersedia Penentuan nilai berdasarkan keterangan berikut : Nilai 4 = sangat menarik Nilai 3 = cukup menarik Nilai 2 = agak menarik Nilai 1 = tidak menarik Alternatif strategi : STRATEGI 1 = Meningkatkan kegiatan promosi STRATEGI 2 = Menetapkan target pasar dalam penjualan produk STRATEGI 3 = Rekrutmen tenaga penjual sendiri STRATEGI 4 = Menggunakan sistem teknologi data base terkomputerisasi dalam pemasaran produk STRATEGI 5 = Menetapkan jalur utama distribusi produk STRATEGI 6 = Menerapkan kebijakan harga yang bersaing dengan harga pesaing STRATEGI 7 = Menyediakan pemesanan produk secara online 109 Faktor Kunci Bobot Rata-Rata Kekuatan A B C D E Kelemahan F G H I J K L Peluang M N O P Q Ancaman R S T U V W STAS Strategi 1 AS TAS Strategi 2 AS TAS Strategi 3 AS TAS Strategi 4 AS TAS Strategi 5 AS TAS Strategi 6 AS TAS Strategi 7 AS TAS 0,0934 0,0972 0,1035 0,0909 0,0960 0,0707 0,0606 0,0972 0,0707 0,0821 0,0795 0,0581 0,0636 0,1061 0,0879 0,1045 0,1197 0,0742 0,0697 0,0879 0,1136 0,0894 0,0833 110 Keterangan : Faktor-Faktor Kunci Strategi Internal-Eksternal : KEKUATAN A B C D E KELEMAHAN F G H I J K L PELUANG M N O P Q ANCAMAN R S T U V W Pengalaman pemilik perusahaan Pengendalian yang baik terhadap bahan baku Memiliki banyak varian produk Memiliki kelengkapan perizinan pada label kemasan Akses terhadap bahan baku cukup terjamin Belum memiliki perencanaan pemasaran secara tertulis Pembagian tugas tidak terkoordinasi dengan baik Pembayaran dengan sistem retur Pemasaran secara pasif Perusahaan belum menentukan target pasar Perusahaan belum mempunyai cold storage Tingkat keluar masuk karyawan tinggi Pendirian waralaba pengolahan ikan Pemerintah mencanangkan Gerakan Makan Ikan Nasional Peningkatan jumlah penduduk Perubahan pola konsumsi masyarakat Perkembangan teknologi dan informasi Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor yang melambat Tingkat inflasi yang fluktuatif Kenaikan harga bahan baku Persaingan antar Perusahaan Sejenis Hambatan masuk industri pengolahan ikan rendah Pembeli memiliki kekuatan dalam memilih produk olahan ikan 111 Lampiran 3. Matriks Perbandingan Berpasangan untuk Pembobotan Faktor Internal A. Nama Responden : Bapak Yudhi (Pemilik Ragajaya Mandiri) A B C D E F G H I J K L Faktor-Faktor Strategis Internal Pengalaman pemilik perusahaan Pengendalian yang baik terhadap bahan baku Memiliki banyak varian produk Memiliki kelengkapan perizinan pada label kemasan Akses terhadap bahan baku cukup terjamin Belum memiliki perencanaan pemasaran secara tertulis Pembagian tugas tidak terkoordinasi dengan baik Pembayaran dengan sistem retur Pemasaran secara pasif Perusahaan belum menentukan target pasar Perusahaan belum mempunyai cold storage Tingkat keluar masuk karyawan tinggi Total A B x 1 3 x 2 1 3 2 2 2 1 1 2 1 1 2 3 2 2 1 2 2 1 1 C 2 3 x 2 2 1 1 2 2 1 2 1 D 1 2 2 x 2 1 1 2 2 1 2 1 E 2 2 2 2 x 2 1 2 1 2 3 1 F 3 3 3 3 2 x 2 1 1 1 2 2 G 2 3 3 3 3 2 x 2 2 2 3 2 H 3 2 2 2 2 3 2 x 2 3 3 1 I 1 2 2 2 3 3 2 2 x 2 3 1 J 2 3 3 3 2 3 2 1 2 x 3 1 K M 2 3 2 3 2 3 2 3 1 3 2 2 1 2 1 3 1 3 1 3 x 3 1 x Total 22 28 25 27 24 21 17 19 21 19 28 13 264 Bobot 0,0833 0,1061 0,0947 0,1023 0,0909 0,0795 0,0644 0,0720 0,0795 0,0720 0,1061 0,0492 1,0000 Keterangan : 1= Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal 3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal 112 B. Nama Responden : Ibu Dian (Asisten/manajer Ragajaya Mandiri) A B C D E F G H I J K Faktor-Faktor Strategis Internal Pengalaman pemilik perusahaan Pengendalian yang baik terhadap bahan baku Memiliki banyak varian produk Memiliki kelengkapan perizinan pada label kemasan Akses terhadap bahan baku cukup terjamin Belum memiliki perencanaan pemasaran secara tertulis Pembagian tugas tidak terkoordinasi dengan baik Pembayaran dengan sistem retur Pemasaran secara pasif Perusahaan belum menentukan target pasar Perusahaan belum mempunyai cold storage A B x 2 2 x 2 2 1 2 2 2 1 1 1 1 2 3 1 1 2 2 1 1 C 2 2 x 2 2 1 1 2 1 2 1 D 3 2 2 x 2 1 1 3 2 1 2 E 2 2 2 2 x 1 1 2 1 1 1 F 3 3 3 3 3 x 2 3 2 2 2 G 3 3 3 3 3 2 x 3 1 2 3 H 2 1 2 1 2 1 1 x 1 1 1 I 3 3 3 2 3 2 3 3 x 2 2 J 2 2 2 3 3 2 2 3 2 x 1 K 3 3 3 2 3 2 1 3 2 3 x L 3 3 3 2 3 2 2 3 2 2 2 Total 28 26 27 23 28 16 16 30 16 20 17 Bobot 0,1061 0,0985 0,1023 0,0871 0,1061 0,0606 0,0606 0,1136 0,0606 0,0758 0,0644 L Tingkat keluar masuk karyawan tinggi 1 1 2 1 2 2 1 2 2 2 x 17 0,0644 264 1,0000 Total 1 Keterangan : 1= Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal 3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal 113 C. Nama Responden : Ibu Lili Nus Chalimah, S,Pt (Kepala Seksi Pengembangan Usaha Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor) A B C D E F G H I J K Faktor-Faktor Strategis Internal Pengalaman pemilik perusahaan Pengendalian yang baik terhadap bahan baku Memiliki banyak varian produk Memiliki kelengkapan perizinan pada label kemasan Akses terhadap bahan baku cukup terjamin Belum memiliki perencanaan pemasaran secara tertulis Pembagian tugas tidak terkoordinasi dengan baik Pembayaran dengan sistem retur Pemasaran secara pasif Perusahaan belum menentukan target pasar Perusahaan belum mempunyai cold storage A x 2 3 2 2 1 1 3 1 2 2 B 2 x 3 2 2 2 1 3 2 2 1 C 1 1 x 1 2 2 1 2 1 1 1 D 2 2 3 x 2 2 1 2 2 3 2 E 2 2 2 2 x 1 1 2 2 2 2 F 3 2 2 2 3 x 1 2 3 3 2 G 3 3 3 3 3 3 x 3 2 2 2 H 1 1 2 2 2 2 1 x 1 2 1 I 3 2 3 2 2 1 2 3 x 3 2 J 2 2 3 1 2 1 2 2 1 x 1 K 2 3 3 2 2 2 2 3 2 3 x L 3 3 3 3 2 2 2 3 2 3 2 Total 24 23 30 22 24 19 15 28 19 26 18 Bobot 0,0909 0,0871 0,1136 0,0833 0,0909 0,0720 0,0568 0,1061 0,0720 0,0985 0,0682 L Tingkat keluar masuk karyawan tinggi 1 1 1 1 2 2 2 1 2 1 2 x 16 0,0606 264 1,0000 Total Keterangan : 1= Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal 3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal 114 Lampiran 4. Penentuan Peringkat Faktor Internal Strategis A.Nama Responden : Bapak Yudhi (Pemilik Ragajaya Mandiri) Peringkat (Rating) Faktor Strategis Internal 4 3 Pengalaman pemilik perusahaan x Pengendalian yang baik terhadap bahan baku x 2 1 x Memiliki banyak varian produk Memiliki kelengkapan perizinan pada label kemasan x Akses terhadap bahan baku cukup terjamin x Belum memiliki perencanaan pemasaran secara tertulis x Pembagian tugas tidak terkoordinasi dengan baik x Pembayaran dengan sistem retur x x Pemasaran secara pasif Perusahaan belum menentukan target pasar x x Perusahaan belum mempunyai cold storage Tingkat keluar masuk karyawan tinggi x Keterangan : 1 = Kelemahan utama/mayor 3 = kekuatan kecil/minor 2 = Kelemahan kecil/minor 4 = Kekuatan besar/mayor 115 B. Nama Responden : Ibu Dian (Asisten/manajer Ragajaya Mandiri) Peringkat (Rating) Faktor Strategis Internal 4 3 Pengalaman pemilik perusahaan x Pengendalian yang baik terhadap bahan baku x Memiliki banyak varian produk x Memiliki kelengkapan perizinan pada label kemasan x 2 x Akses terhadap bahan baku cukup terjamin Belum memiliki perencanaan pemasaran secara tertulis x Pembagian tugas tidak terkoordinasi dengan baik x Pembayaran dengan sistem retur x Pemasaran secara pasif x Perusahaan belum menentukan target pasar x Perusahaan belum mempunyai cold storage x Tingkat keluar masuk karyawan tinggi x Keterangan : 1 = Kelemahan utama/mayor 3 = kekuatan kecil/minor 2 = Kelemahan kecil/minor 4 = Kekuatan besar/mayor 116 1 C. Nama Responden : Ibu Lili Nus Chalimah, S.Pt (Kepala Seksi Pengembangan Usaha Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor) Peringkat (Rating) Faktor Strategis Internal 4 3 Pengalaman pemilik perusahaan x Pengendalian yang baik terhadap bahan baku x 2 1 x Memiliki banyak varian produk Memiliki kelengkapan perizinan pada label kemasan x Akses terhadap bahan baku cukup terjamin x Belum memiliki perencanaan pemasaran secara tertulis x Pembagian tugas tidak terkoordinasi dengan baik x Pembayaran dengan sistem retur x Pemasaran secara pasif x Perusahaan belum menentukan target pasar x x Perusahaan belum mempunyai cold storage Tingkat keluar masuk karyawan tinggi x Keterangan : 1 = Kelemahan utama/mayor 3 = kekuatan kecil/minor 2 = Kelemahan kecil/minor 4 = Kekuatan besar/mayor 117 Lampiran 5. Hasil Pembobotan Rata-Rata Faktor Strategi Internal pada Ragajaya mandiri Pengalaman pemilik perusahaan 0,0833 0,1061 0,0909 Bobot Rata-Rata 0,0934 Pengendalian yang baik terhadap bahan baku 0,1061 0,0985 0,0871 0,0972 Memiliki banyak varian produk 0,0947 0,1023 0,1136 0,1035 Memiliki kelengkapan perizinan pada label kemasan 0,1023 0,0871 0,0833 0,0909 Akses terhadap bahan baku cukup terjamin 0,0909 0,1061 0,0909 0,0960 Belum memiliki perencanaan pemasaran secara tertulis 0,0795 0,0606 0,0720 0,0707 Pembagian tugas tidak terkoordinasi dengan baik 0,0644 0,0606 0,0568 0,0606 Pembayaran dengan sistem retur 0,0720 0,1136 0,1061 0,0972 Pemasaran secara pasif 0,0795 0,0606 0,0720 0,0707 Perusahaan belum menentukan target pasar 0,0720 0,0758 0,0985 0,0821 Perusahaan belum mempunyai cold storage 0,1061 0,0644 0,0682 0,0795 Tingkat keluar masuk karyawan tinggi 0,0492 0,0644 0,0606 0,0581 Total 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000 Faktor-Faktor Strategi Internal Bobot 1 Bobot 2 Bobot 3 Keterangan : Bobot 1 = hasil pembobotan faktor strategi internal oleh Bapak Yudhi (Pemilik Ragajaya Mandiri) Bobot 2 = hasil pembobotan faktor strategi internal oleh Ibu Dian (Asisten/manajer Ragajaya mandiri) Bobot 3 = hasil pembobotan faktor strategi internal oleh Ibu Lili Nus Chalimah, S.Pt (Kepala Seksi Pengembangan Usaha Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor) 118 Lampiran 6. Hasil Rating Rata-Rata Faktor Strategi Internal pada Ragajaya mandiri FAKTOR-FAKTOR STRATEGIS INTERNAL Pengalaman pemilik perusahaan Pengendalian yang baik terhadap bahan baku Memiliki banyak varian produk Memiliki kelengkapan perizinan pada label kemasan Akses terhadap bahan baku cukup terjamin Belum memiliki perencanaan pemasaran secara tertulis Pembagian tugas tidak terkoordinasi dengan baik Pembayaran dengan sistem retur Pemasaran secara pasif Perusahaan belum menentukan target pasar Perusahaan belum mempunyai cold storage Tingkat keluar masuk karyawan tinggi Rating Rating 1 2 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 Rating 3 3 3 4 3 3 2 2 2 2 2 1 2 Rating Rata-Rata 3,0000 3,0000 4,0000 3,3333 3,0000 2,0000 2,0000 2,0000 1,6667 2,0000 1,3333 2,0000 Keterangan : Rating 1 = hasil rating faktor strategi internal oleh Bapak Yudhi (Pemilik Ragajaya mandiri) Rating 2 = hasil rating faktor strategi internal oleh Ibu Dian (Asisten/ManajerRagajaya mandiri) Rating 3 = hasil rating faktor strategi internal oleh Ibu Lili Nus Chalimah, S.Pt (Kepala Seksi Pengembangan Usaha Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor) 119 Lampiran 7. Matriks Perbandingan Berpasangan untuk Pembobotan Faktor Eksternal A. Nama Responden : Bapak Yudhi (Pemilik Ragajaya Mandiri) Faktor-Faktor Strategis Eksternal Pendirian waralaba pengolahan ikan Pemerintah mencanangkan Gerakan Makan Ikan Nasional Peningkatan jumlah penduduk A x 3 3 B 1 x 1 C 1 3 x D 1 2 2 E 1 2 1 F 2 3 3 G 2 3 3 H 1 2 2 I 1 2 1 J 1 2 2 K 1 3 2 Total Bobot 12 25 20 0,0545 0,1136 0,0909 Perubahan pola konsumsi masyarakat 3 2 2 x 2 3 3 3 2 2 2 24 0,1091 F G H I Perkembangan teknologi dan informasi Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor yang melambat Tingkat inflasi yang fluktuatif Kenaikan harga bahan baku Persaingan antar Perusahaan Sejenis 3 2 2 3 3 2 1 1 2 2 3 1 1 2 3 2 1 1 1 2 x 1 1 1 2 3 x 3 2 3 3 1 x 2 3 3 2 2 x 2 2 1 1 2 x 2 1 2 2 3 3 2 1 2 3 26 13 15 19 26 0,1182 0,0591 0,0682 0,0864 0,1182 J Hambatan masuk industri pengolahan ikan rendah 3 2 2 2 2 3 2 2 1 x 2 21 0,0955 K Pembeli memiliki kekuatan dalam memilih produk olahan ikan Total 3 1 2 2 1 2 3 2 1 2 x 19 0,0864 220 1,0000 A B C D E 120 B. Nama Responden : Ibu Dian (Asisten/manajer Ragajaya Mandiri) A x 3 3 B 1 x 2 C 1 2 x D 1 2 2 E 1 2 1 F 2 3 3 G 2 2 2 H 2 2 2 I 1 1 2 J 1 2 2 K 2 2 2 Total A B C Faktor-Faktor Strategis Eksternal Pendirian waralaba pengolahan ikan Pemerintah mencanangkan Gerakan Makan Ikan Nasional Peningkatan jumlah penduduk 14 21 21 0,0636 0,0955 0,0955 D Perubahan pola konsumsi masyarakat 3 2 2 x 2 3 3 2 2 3 3 25 E F G H I Perkembangan teknologi dan informasi Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor yang melambat Tingkat inflasi yang fluktuatif Kenaikan harga bahan baku Persaingan antar Perusahaan Sejenis 3 2 2 2 3 2 1 2 2 3 3 1 2 2 2 2 1 1 2 2 x 1 1 1 2 3 x 2 2 3 3 2 x 2 3 3 2 2 x 3 2 1 1 1 x 2 2 1 2 3 3 1 2 2 3 26 14 16 18 27 0,1136 0,1182 J Hambatan masuk industri pengolahan ikan rendah 3 2 2 1 2 2 3 2 1 x 2 20 0,0909 K Pembeli memiliki kekuatan dalam memilih produk olahan ikan 2 2 2 1 1 3 2 2 1 2 x 18 220 0,0818 Total Bobot 0,0636 0,0727 0,0818 0,1227 1,0000 121 C. Nama Responden : Ibu Lili Nus Chalimah, S.Pt (Kepala Seksi Pengembangan Usaha Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor) Faktor-Faktor Strategis Eksternal A B C D E F G H I J K Total A Pendirian waralaba pengolahan ikan x 1 2 2 1 2 2 1 1 2 2 16 0,0727 B Pemerintah mencanangkan Gerakan Makan Ikan Nasional 3 x 2 2 2 2 3 2 2 3 3 24 0,1091 C Peningkatan jumlah penduduk 2 2 x 2 1 2 2 2 2 1 1 17 0,0773 D Perubahan pola konsumsi masyarakat 2 2 2 x 1 2 3 2 2 2 2 20 0,0909 E Perkembangan teknologi dan informasi 3 2 3 3 x 3 3 2 2 3 3 27 0,1227 F Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor yang melambat 2 2 2 2 1 x 3 3 2 3 2 22 0,1000 G Tingkat inflasi yang fluktuatif 2 1 2 1 1 1 x 2 1 2 2 15 0,0682 H Kenaikan harga bahan baku 3 2 2 2 2 1 2 x 2 2 3 21 0,0955 I Persaingan antar Perusahaan Sejenis 3 2 2 2 2 2 3 2 x 2 2 22 0,1000 J Hambatan masuk industri pengolahan ikan rendah 2 1 3 2 1 1 2 2 2 x 2 18 0,0818 K Pembeli memiliki kekuatan dalam memilih produk olahan ikan 2 1 3 2 1 2 2 1 2 2 x 18 0,0818 220 1,0000 Total Bobot 122 Lampiran 8. Penentuan Peringkat Faktor Esternal Strategis A. Nama Responden : Bapak Yudhi (Pemilik Ragajaya mandiri) Faktor Strategis Eksternal Peringkat (Rating) 4 3 2 x Pendirian waralaba pengolahan ikan x Pemerintah mencanangkan Gerakan Makan Ikan Nasional Peningkatan jumlah penduduk x Perubahan pola konsumsi masyarakat x Perkembangan teknologi dan informasi x x Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor yang melambat x Tingkat inflasi yang fluktuatif x Kenaikan harga bahan baku Persaingan antar Perusahaan Sejenis x x Hambatan masuk industri pengolahan ikan rendah Pembeli memiliki kekuatan dalam memilih produk olahan ikan x Keterangan : 1 = Kurang 3 = Baik 2 = Sedang 4 = Sangat Baik 1 Untuk faktor peluang, peringkat yang diberikan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam merespon peluang yang ada. Untuk faktor ancaman, peringkat yang diberikan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghindari ancaman yang dihadapi. 123 B. Nama Responden : Ibu Dian (Asisten/manajer Ragajaya Mandiri) Faktor Strategis Eksternal Peringkat (Rating) 4 3 2 Pendirian waralaba pengolahan ikan x Pemerintah mencanangkan Gerakan Makan Ikan Nasional x Peningkatan jumlah penduduk x Perubahan pola konsumsi masyarakat x Perkembangan teknologi dan informasi x Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor yang melambat x Tingkat inflasi yang fluktuatif x Kenaikan harga bahan baku x Persaingan antar Perusahaan Sejenis x Hambatan masuk industri pengolahan ikan rendah x Pembeli memiliki kekuatan dalam memilih produk olahan ikan x Keterangan : 1 = Kurang 3 = Baik 2 = Sedang 4 = Sangat Baik Untuk faktor peluang, peringkat yang diberikan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam merespon peluang yang ada. Untuk faktor ancaman, peringkat yang diberikan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghindari ancaman yang dihadapi. 124 1 C. Nama Responden : Ibu Lili Nus Chalimah, S.Pt (Kepala Seksi Pengembangan UsahaDinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor) Faktor Strategis Eksternal Peringkat (Rating) 4 3 2 1 x Pendirian waralaba pengolahan ikan Pemerintah mencanangkan Gerakan Makan Ikan Nasional x Peningkatan jumlah penduduk x Perubahan pola konsumsi masyarakat x Perkembangan teknologi dan informasi x x Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor yang melambat x Tingkat inflasi yang fluktuatif x Kenaikan harga bahan baku Persaingan antar Perusahaan Sejenis x x Hambatan masuk industri pengolahan ikan rendah Pembeli memiliki kekuatan dalam memilih produk olahan ikan x Keterangan : 1 = Kurang 3 = Baik 2 = Sedang 4 = Sangat Baik Untuk faktor peluang, peringkat yang diberikan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam merespon peluang yang ada. Untuk faktor ancaman, peringkat yang diberikan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghindari ancaman yang dihadapi. 125 Lampiran 9. Hasil Pembobotan Rata-Rata Faktor Strategi Eksternal pada Ragajaya mandiri Pendirian waralaba pengolahan ikan 0,0545 0,0636 0,0727 Bobot Rata-Rata 0,0636 Pemerintah mencanangkan Gerakan Makan Ikan Nasional 0,1136 0,0955 0,1091 0,1061 Peningkatan jumlah penduduk 0,0909 0,0955 0,0773 0,0879 Perubahan pola konsumsi masyarakat 0,1091 0,1136 0,0909 0,1045 Perkembangan teknologi dan informasi 0,1182 0,1182 0,1227 0,1197 Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor yang melambat 0,0591 0,0636 0,1000 0,0742 Tingkat inflasi yang fluktuatif 0,0682 0,0727 0,0682 0,0697 Kenaikan harga bahan baku 0,0864 0,0818 0,0955 0,0879 Persaingan antar Perusahaan Sejenis 0,1182 0,1227 0,1000 0,1136 Hambatan masuk industri pengolahan ikan rendah 0,0955 0,0909 0,0818 0,0894 Pembeli memiliki kekuatan dalam memilih produk olahan ikan Total 0,0864 1,0000 0,0818 1,0000 0,0818 1,0000 0,0833 1,0000 Faktor-Faktor Strategi Eksternal Bobot 1 Bobot 2 Bobot 3 Keterangan : Bobot 1 = hasil pembobotan faktor strategi internal oleh Bapak Yudhi (Pemilik Ragajaya Mandiri) Bobot 2 = hasil pembobotan faktor strategi internal oleh Ibu Dian (Asisten/manajer Ragajaya mandiri) Bobot 3 = hasil pembobotan faktor strategi internal oleh Ibu Lili Nus Chalimah, S,Pt (Kepala Seksi Pengembangan UsahaDinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor) 126 Lampiran 10. Hasil Rating Rata-Rata Faktor Strategi Eksternal pada Ragajaya mandiri FAKTOR-FAKTOR STRATEGIS EKSTERNAL Pendirian waralaba pengolahan ikan Rating Rating 1 2 1 2 Rating 3 1 Rating Rata-Rata 1,3333 Pemerintah mencanangkan Gerakan Makan Ikan Nasional 2 2 2 2,0000 Peningkatan jumlah penduduk 3 3 2 2,6667 Perubahan pola konsumsi masyarakat 3 3 3 3,0000 Perkembangan teknologi dan informasi 3 3 3 3,0000 Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor yang melambat 1 2 2 1,6667 Tingkat inflasi yang fluktuatif 2 2 1 1,6667 Kenaikan harga bahan baku 4 3 3 3,3333 Persaingan antar Perusahaan Sejenis 3 3 4 3,3333 Hambatan masuk industri pengolahan ikan rendah 2 2 2 2,0000 Pembeli memiliki kekuatan dalam memilih produk olahan ikan 3 2 3 2,6667 Keterangan : Rating 1 = hasil rating faktor strategi internal oleh Bapak Yudhi (Pemilik Ragajaya mandiri) Rating 2 = hasil rating faktor strategi internal oleh Ibu Dian (Asisten/ManajerRagajaya mandiri) Rating 3 = hasil rating faktor strategi internal oleh Ibu Lili Nus Chalimah, S,Pt (Kepala Seksi Pengembangan Usaha Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor) 127 Lampiran 11. Analisis Matriks QSP (QSPM) Pada Ragajaya mandiri A. Nama Responden : Bapak Yudhi (Pemilik Ragajaya mandiri) Bobot Rata-Rata Faktor Kunci Kekuatan A B C D E Kelemahan F G H I J K L Peluang M N O P Q Ancaman R S T U V W STAS Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4 Strategi 5 Strategi 6 Strategi 7 AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS 0.0934 0.0972 0.1035 0.0909 0.0960 2 2 4 3 2 0,1869 0,1944 0,4141 0,2727 0,1919 2 3 3 3 3 0,1869 0,2917 0,3106 0,2727 0,2879 2 1 3 3 2 0,1869 0,0972 0,3106 0,2727 0,1919 2 2 3 2 3 0,1869 0,1944 0,3106 0,1818 0,2879 2 3 3 2 3 0,1869 0,2917 0,3106 0,1818 0,2879 2 3 3 2 3 0,1869 0,2917 0,3106 0,1818 0,2879 2 3 2 2 2 0,1869 0,2917 0,2071 0,1818 0,1919 0.0707 0.0606 0.0972 0.0707 0.0821 0.0795 0.0581 2 2 2 3 2 1 2 0,1414 0,1212 0,1944 0,2121 0,1641 0,0795 0,1162 2 1 2 2 2 3 3 0,1414 0,0606 0,1944 0,1414 0,1641 0,2386 0,1742 1 3 2 3 2 2 2 0,0707 0,1818 0,1944 0,2121 0,1641 0,1591 0,1162 2 2 2 3 1 4 3 0,1414 0,1212 0,1944 0,2121 0,0821 0,3182 0,1742 2 3 2 2 2 2 4 0,1414 0,1818 0,1944 0,1414 0,1641 0,1591 0,2323 2 1 2 2 3 1 2 0,1414 0,0606 0,1944 0,1414 0,2462 0,0795 0,1162 3 3 2 2 3 1 2 0,2121 0,1818 0,1944 0,1414 0,2462 0,0795 0,1162 0,0636 0,1061 0,0879 0,1045 0,1197 2 2 3 3 3 0,1273 0,2121 0,2636 0,3136 0,3591 2 3 3 3 2 0,1273 0,3182 0,2636 0,3136 0,2394 2 2 3 3 2 0,1273 0,2121 0,2636 0,3136 0,2394 3 2 3 3 4 0,1909 0,2121 0,2636 0,3136 0,4788 2 3 2 3 4 0,1273 0,3182 0,1758 0,3136 0,4788 2 2 3 3 3 0,1273 0,2121 0,2636 0,3136 0,3591 1 2 1 1 3 0,0636 0,2121 0,0879 0,1045 0,3591 0,0742 0,0697 0,0879 0,1136 0,0894 0,0833 2 2 3 3 3 4 0.1485 0.1394 0.2636 0.3409 0.2682 0.3333 5,0588 2 2 3 2 2 3 0.1485 0.1394 0.2636 0.2273 0.1788 0.2500 4,9343 2 1 2 2 2 3 0.1485 0.0697 0.1758 0.2273 0.1788 0.2500 4,3639 2 2 3 3 2 3 0.1485 0.1394 0.2636 0.3409 0.1788 0.2500 5,1856 2 2 3 2 3 2 0.1485 0.1394 0.2636 0.2273 0.2682 0.1667 5,1008 3 3 4 2 3 3 0.2227 0.2091 0.3515 0.2273 0.2682 0.2500 5,0432 2 1 2 3 3 2 0.1485 0.0697 0.1758 0.3409 0.2682 0.1667 4,2280 128 B. Nama Responden : Ibu Dian (Asisten/manajer Ragajaya Mandiri) Faktor Kunci Bobot Rata-Rata Kekuatan A B C D E Kelemahan F G H I J K L Peluang M N O P Q Ancaman R S T U V W STAS Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4 Strategi 5 Strategi 6 Strategi 7 AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS 0,0934 0,0972 0,1035 0,0909 0,0960 2 2 4 3 2 0,1869 0,1944 0,4141 0,2727 0,1919 2 3 2 3 3 0,1869 0,2917 0,2071 0,2727 0,2879 1 2 3 2 2 0,0934 0,1944 0,3106 0,1818 0,1919 2 2 3 2 3 0,1869 0,1944 0,3106 0,1818 0,2879 2 3 3 2 3 0,1869 0,2917 0,3106 0,1818 0,2879 2 3 3 2 3 0,1869 0,2917 0,3106 0,1818 0,2879 2 2 1 2 2 0,1869 0,1944 0,1035 0,1818 0,1919 0,0707 0,0606 0,0972 0,0707 0,0821 0,0795 0,0581 2 3 2 3 2 1 2 0,1414 0,1818 0,1944 0,2121 0,1641 0,0795 0,1162 2 2 2 3 2 3 2 0,1414 0,1212 0,1944 0,2121 0,1641 0,2386 0,1162 3 3 2 3 2 2 2 0,2121 0,1818 0,1944 0,2121 0,1641 0,1591 0,1162 2 1 2 2 2 3 3 0,1414 0,0606 0,1944 0,1414 0,1641 0,2386 0,1742 2 2 2 2 2 3 4 0,1414 0,1212 0,1944 0,1414 0,1641 0,2386 0,2323 2 1 2 2 2 2 3 0,1414 0,0606 0,1944 0,1414 0,1641 0,1591 0,1742 3 3 2 2 3 1 2 0,2121 0,1818 0,1944 0,1414 0,2462 0,0795 0,1162 0,0636 0,1061 0,0879 0,1045 0,1197 2 3 3 3 3 0,1273 0,3182 0,2636 0,3136 0,3591 2 3 3 4 3 0,1273 0,3182 0,2636 0,4182 0,3591 2 2 3 3 3 0,1273 0,2121 0,2636 0,3136 0,3591 2 3 2 3 3 0,1273 0,3182 0,1758 0,3136 0,3591 2 2 2 3 4 0,1273 0,2121 0,1758 0,3136 0,4788 1 2 2 3 3 0,0636 0,2121 0,1758 0,3136 0,3591 1 1 2 2 2 0,0636 0,1061 0,1758 0,2091 0,2394 0,0742 0,0697 0,0879 0,1136 0,0894 0,0833 2 2 3 3 3 3 0,1485 0,1394 0,2636 0,3409 0,2682 0,2500 5,1422 2 2 3 3 2 3 0,1485 0,1394 0,2636 0,3409 0,1788 0,2500 5,2419 2 2 2 3 2 3 0,1485 0,1394 0,1758 0,3409 0,1788 0,2500 4,7212 2 2 3 3 2 3 0,1485 0,1394 0,2636 0,3409 0,1788 0,2500 4,8917 2 2 3 3 3 2 0,1485 0,1394 0,2636 0,3409 0,2682 0,1667 5,1273 3 3 4 3 3 2 0,2227 0,2091 0,3515 0,3409 0,2682 0,1667 4,9775 2 2 2 2 2 2 0,1485 0,1394 0,1758 0,2273 0,1788 0,1667 3,8606 129 C. Nama Responden : Ibu Lili Nus Chalimah, S.Pt (Kepala Seksi Pengembangan UsahaDinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor ) Faktor Kunci Bobot Rata-Rata Kekuatan A B C D E Kelemahan F G H I J K L Peluang M N O P Q Ancaman R S T U V W STAS Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4 Strategi 5 Strategi 6 Strategi 7 AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS 0,0934 0,0972 0,1035 0,0909 0,0960 2 2 3 3 2 0,1869 0,1944 0,3106 0,2727 0,1919 2 3 2 3 3 0,1869 0,2917 0,2071 0,2727 0,2879 2 2 2 2 2 0,1869 0,1944 0,2071 0,1818 0,1919 2 2 3 2 2 0,1869 0,1944 0,3106 0,1818 0,1919 2 3 2 2 3 0,1869 0,2917 0,2071 0,1818 0,2879 2 3 3 1 2 0,1869 0,2917 0,3106 0,0909 0,1919 2 2 1 2 2 0,1869 0,1944 0,1035 0,1818 0,1919 0,0707 0,0606 0,0972 0,0707 0,0821 0,0795 0,0581 3 3 3 3 2 2 2 0,2121 0,1818 0,2917 0,2121 0,1641 0,1591 0,1162 2 2 2 2 2 3 3 0,1414 0,1212 0,1944 0,1414 0,1641 0,2386 0,1742 2 3 3 3 2 2 2 0,1414 0,1818 0,2917 0,2121 0,1641 0,1591 0,1162 2 2 2 3 2 3 2 0,1414 0,1212 0,1944 0,2121 0,1641 0,2386 0,1162 2 2 2 2 2 3 3 0,1414 0,1212 0,1944 0,1414 0,1641 0,2386 0,1742 1 1 2 2 2 2 3 0,0707 0,0606 0,1944 0,1414 0,1641 0,1591 0,1742 3 3 2 2 3 2 2 0,2121 0,1818 0,1944 0,1414 0,2462 0,1591 0,1162 0,0636 0,1061 0,0879 0,1045 0,1197 2 3 3 3 4 0,1273 0,3182 0,2636 0,3136 0,4788 2 2 2 3 3 0,1273 0,2121 0,1758 0,3136 0,3591 2 2 3 2 3 0,1273 0,2121 0,2636 0,2091 0,3591 2 3 2 3 4 0,1273 0,3182 0,1758 0,3136 0,4788 2 2 3 3 3 0,1273 0,2121 0,2636 0,3136 0,3591 1 2 2 2 3 0,0636 0,2121 0,1758 0,2091 0,3591 2 2 2 2 2 0,1273 0,2121 0,1758 0,2091 0,2394 0,0742 0,0697 0,0879 0,1136 0,0894 0,0833 2 2 2 3 2 3 0,1485 0,1394 0,1758 0,3409 0,1788 0,2500 5,2285 2 2 3 3 3 3 0,1485 0,1394 0,2636 0,3409 0,2682 0,2500 5,0202 1 2 3 2 3 3 0,0742 0,1394 0,2636 0,2273 0,2682 0,2500 4,6225 2 2 3 2 3 3 0,1485 0,1394 0,2636 0,2273 0,2682 0,2500 4,9644 2 2 3 3 3 2 0,1485 0,1394 0,2636 0,3409 0,2682 0,1667 4,9338 2 3 3 3 3 3 0,1485 0,2091 0,2636 0,3409 0,2682 0,2500 4,5366 2 2 2 2 3 2 0,1485 0,1394 0,1758 0,2273 0,2682 0,1667 4,1992 130 Keterangan : Faktor-Faktor Kunci Strategi Internal-Eksternal : KEKUATAN A B C D E KELEMAHAN F G H I J K L PELUANG M N O P Q ANCAMAN R S T U V W Alternatif Strategi : STRATEGI 1 = Meningkatkan kegiatan promosi Pengalaman pemilik perusahaan Pengendalian yang baik terhadap bahan baku Memiliki banyak varian produk Memiliki kelengkapan perizinan pada label kemasan Akses terhadap bahan baku cukup terjamin STRATEGI 2 = Menetapkan target pasar dalam penjualan produk STRATEGI 3 = STRATEGI 5 = Rekrutmen tenaga penjual sendiri Menggunakan sistem teknologi data base terkomputerisasi dalam pemasaran produk Menetapkan jalur utama distribusi produk Belum memiliki perencanaan pemasaran secara tertulis Pembagian tugas tidak terkoordinasi dengan baik Pembayaran dengan sistem retur Pemasaran secara pasif Perusahaan belum menentukan target pasar Perusahaan belum mempunyai cold storage Tingkat keluar masuk karyawan tinggi STRATEGI 6 = Menerapkan kebijakan harga yang bersaing dengan harga pesaing STRATEGI 7 = Menyediakan pemesanan produk secara online STRATEGI 4 = Pendirian waralaba pengolahan ikan Pemerintah mencanangkan Gerakan Makan Ikan Nasional Peningkatan jumlah penduduk Perubahan pola konsumsi masyarakat Perkembangan teknologi dan informasi Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor yang melambat Tingkat inflasi yang fluktuatif Kenaikan harga bahan baku Persaingan antar Perusahaan Sejenis Hambatan masuk industri pengolahan ikan rendah Pembeli memiliki kekuatan dalam memilih produk olahan ikan 131 Lampiran 12. Produk Ragajaya Mandiri Lumpia Ikan Lumpia Udang Siomay Ekado Sosis Ikan Nugget Ikan Bakso Ikan Fish Stick Kaki Naga Udang 132 Bakwan Ikan Pangsit Ikan Donat Ikan Udang Gulung Otak-otak Panjang Kekian Rajungan 133