PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA SISWA KELAS V SD Rini Rohmahdiani [email protected] Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Siliwangi Bandung ABSTRAK Komunikasi adalah penyampaian pesan dari seorang komunikator kepada seorang komunikan dengan menggunakan suatu media tertentu sehingga terjadi saling pengertian diantara mereka. Salah satu media yang bisa diggunakan adalah pesan tulisan yang berupa karangan, mengingat begitu pentingnya kemampuan mengungkapkan bahasa dalam bentuk tulisan maka kemampuan tersebut harus dibina secara sungguh-sungguh. Kemampuan dan keterampilan mengarang itu harus dibina dan ditumbuhkan secara terencana. Penelitian ini mengkaji masalah yang berkaitan pembelajaran menulis karangan argumentasi. Masalah tersebut terdiri atas 3 butir ; 1) Bagaimana tingkat kemampuan Siswa dalam menulis karanga Argumentasi menggunakan pendekatan Kostruktivisme, 2) Mampukah Siswa meningkatkan kemampuan mengarang Argumentasi secara efektif, 3) Tepatkah pendekatan konstruktivisme digunakan dalam pembelajaran menulis karangan Argumentasi pada siswa kelas V. Berdasarkan hasil penelitian ini maka model pembelajaran menulis karangan argumentasi dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme pada siswa kelas V Sekolah Dasar dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran, karena berdasarkan hasil tes siswa menunjukkan ada penigkatan kemampuan keterampilan menulis karangan argumentasi. Kata Kunci : Argumentasi, Pendekatan Konstruktivisme PENDAHULUAN Menulis merupakan aspek produktif, yaitu kemampuan memahami dan mengeluarkan isi hati kepada orang lain secara tertulis. Karena itu, keterampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Dalam berkomunikasi tidak langsung, bahasa yang digunakan harus jelas dari pada bahasa yang digunakan pada komunikasi langsung. Untuk berkomunikasi dengan baik, setiap komunikasi harus dapat menyusun gagasan atau pesan yang disampaikan tersebut dalam bentuk kalimat yang dapat dipahami oleh penerima. Hal ini sangat menunjang kelancaran komunikasi. Apalagi pesan tersebut disampaikan dalam bentuk tulisan yang hanya dibaca oleh penerimanya tanpa dibantu dengan gerak dan mimik muka seperti dalam bahasa lisan. Setiap orang pasti menghendaki karangannya dipahami dan disenangi oleh pembaca. Untuk memenuhi keiginan tersebut, selain penulis harus memikirkan objek yang akan dibicarakan, perlu juga memiliki keterampilan dalam menuangkan gagasan secara jelas dan teratur. Karena hal di atas, bahasa yang digunakan oleh penulis harus baik dan mudah dimegerti oleh pembaca. Bila pembaca tidak berhasil memahami maksud penulis, maka tulisan itu tidak komunikatif. Akan tetapi, dalam kegiatan menulis tidak semua orang mampu menuangkan ide atau isi hati dalam bentuk tulisan dengan baik. Hanya orang-orang 1 tertentu yang mampu menuangkan ide dalam bentuk tulisan dengan baik, karena “ keterampilan menulis dan mengarang tidak akan datang dengan sendirinya, melainkan harus dengan latihan dan praktek yang sering dan teratur ” (Tarigan, 1983 : 4). Di dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan Konstruktivisme. Filosofi kontruktivisme yaitu pengetahuan dibagun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas menjadi konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan dingat. Siswa harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Dalam kegiatan pembelajaran menulis karangan argumentasi pandangan kontruktivisme ini diterapkan pada siswa merekontruksi pengalaman bacaan dan visualisasi yang mereka dapatkan dalam pembelajaran. Kontruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan adalah hasil kontruksi manusia. Manusia mengkontruksi pengetahuan melalui interaksi mereka dengan objek, fenomen, pengalaman, dan lingkungan mereka. Suatu pengetahuan dianggap benar bila pengetahuan itu dapat berguna untuk menghadapi dan memecahkan persoalan atau fenomen yang sesuai. Bagi kontruktivisme, pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang kepada yang lain, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing orang. Tiap orang harus mengkontruksi pengetahuan sendiri. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang berkembang terus menerus. Dalam proses itu keaktifan seseorang yang ingin tahu amat berperan dalam perkembangan pengetahuannya. Beberapa faktor seperti keterbatasan pengalaman konstruksi yang terdahulu dan struktur kognitif seseorang dapat dibatasi pembentukan pengetahuan orang tersebut. Dalam kontruktivisme pembelajaran akan terasa bermakna, apabila belajar secara langsung berhubungan dengan pengalaman sehari-hari yang dialami siswa. Oleh karena itu setiap guru harus memiliki bekal dan wawasan luas, sehingga dengan wawasan luas tersebut mudah memberikan ilustrasi dalam menggunakan sumber belajar dan media pembelajaran, merangsang siswa untuk aktif mencari dan melakukan transformasi terhadap pemecahan masalah yang memiliki keterkaitan, meskipun terjadi pada ruang dan waktu yang berbeda. Setelah masalah dalam penelitian ini penulis batasi, selanjutnya masalah tersebut dirumuskan dalam kalimat pertayaan berikut : 1) Bagaimanakah tingkat kemampuan menulis karangan argumentasi siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontruktivisme pada siswa kelas V SD, 2) Mampukah siswa kelas V meningkatkan kemampuan menulis karangan argumentasi secara efektif dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme, 3) Tepatkah pendekatan konstruktivisme digunakan dalam pembelajaran menulis karangan argumentasi pada siswa kelas V SD. Tujuan penelitian merupakan arah penelitian, setiap penelitian mempunyai tujuan baik tujuan itu jelas atau tidak. Tanpa ada tujuan kegiatan yang dilaksanakan tidak akan berjalan dengan lancar. Tujuan penulis mengadakan penelitian ini adalah ;1) Mengetahui tingkat kemampuan menulis karangan argumentasi pada siswa kelas V, 2) Dengan pendekatan kontruktivisme pada pembelajaran menulis dapat menigkatkan kemampuan karangan argumentasi siswa, 3) Pendekatan kontruktivisme cukup efektif pada pembelajaran menulis karangan argumentasi. Suatu Penelitian yang dilakukan tidak terlepas dari manfaat yang ingin dicapai. Oleh karena itu penulis mengharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi siswa, guru, dan peneliti dan dunia pendidikan. Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah yang ditentukan. Adapun hipotesis yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut ; 1) Tingkat kemampuan menulis karangan argumentasi pada siswa kelas V, lebih meningkat setelah menggunakan pendekatan konstruktivisme, 2) Siswa mampu meningkatkan kemampuan menulis karangan argumentasi secara efektif setelah menggunakan pendekatan konstruktivisme, 3) Pendekatan kontruktivisme tepat digunakan dalam pembelajaran menulis karangan argumentasi pada siswa kelas V SD. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh hasil menulis karangan argumentasi siswa kelas V. Dan jumlah sampel yang dijadikan sumber dalam penelitian ini baik tes maupun jumlah siswa yang diteliti sebanyak 30 orang. KAJIAN TEORI DAN METODE PENELITIAN Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara komponen-komponen yang mendukung terjadinya proses belajar. Di dalam kata pembelajaran, ditekankan pada kegiatan belajar siswa yang dilakukan melalui usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar. Dalam proses pembelajaran terjadi pengorganisasian, pengolahan, transformasi informasi oleh guru kepada siswa. Pembelajaran pada hakikatnya mempunyai empat unsur, yaitu sebagai berikut ; 1) Persiapan, 2) Penyampaian, 3) Pelatihan, 4) Penampilan hasil. Setiap kegiatan yang kita lakukan pastilah mempunyai tujuan-tujuan. Demikian halnya dengan pembelajaran. Pembelajaran yang dilakukan sudah pasti memiliki tujuan-tujuan tertentu menjadi titik tolak pencapaian keberhasilan sebuah sistem pembelajaran. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ) tujuan-tujuan pembelajaran terdapat dalam Standar Isi ( SI ). Standar Kompetensi ( SK ), dan Kompetensi Dasar ( KD ) yang ditetapkan berdasarkan musyawarah antara pemegang wewenang dalam mengatur pendidikan di setiap sekolah dengan melibatkan peran serta anggota masyarakat (Komite Sekolah). Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif dengan memanfaatkan keterampilan struktur bahasa, dan kosa kata. Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis, melainkan harus banyak melalui latihan dan praktek yamg banyak dan teratur (Tarigan, 1994: 4). Menulis bukan hanya suatu bentuk berpikir, mengungkapkan gagasan yang ingin disampaikan secara tidak langsung kepada pembacanya tetapi juga 2 merupakan bentuk berfikir bagi pembaca tertentu dan pada waktu tertentu, supaya pembaca biasa menyikapi maksud penulis maka diperlukan keterampilan dan kemampuan seorang penulis dalam mengkomunikasikan lambang-lambang grafis menjadi suatu alat untuk menyapaikan tujuan dari penulisannya. menganalisis data-data tersebu, dapat menggagalkan seluruh usaha pembuktiannya. Adapun ciri-ciri umum yang dikemukakan dibawah ini berdasarkan hal-hal yang sering dijumpai dalam karangan argumentasi yaitu :a) Karangan argumentasi bersumber dari fakta, atau berangkat dari kenyataan yang pernah terjadi atau sedang terjadi, b) Argumentasi mengandung kebenaran untuk mengubah sikap dan keyakinan orang mengenai topik yang akan diargumentasikan. (keraf, 1994 : 103), c) Dalam Karangan argumentasi, logika dan penalaran sangat penting. Logika dan penalaran berhubungan dengan fakta dan bukti dan alasan yang dikemukakan. Seorang penulis perlu memiliki keterampilan seperti penggunaan ejaan, pemilihan kata, pengkalimatan dan pewacanaan. Selain itu juga penulis harus menguasai keterampilan yang lain yaitu kemampuan menyampaikan ide, gagasan, perasaan, atau informasi dalam arti lain tulisan yang dibuatnya harus mempunyai isi yang hendak disampaikan. Salah satu contoh menulis karangan seperti karangan argumentasi. Keraf (1994: 104) menjelaskan tentang struktur argumentasi yang terjadi atas 3 bagian diantaranya: Karangan Argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar mereka itu percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penulis atau pembicara. Melalui argumentasi penulis berusaha merangkaikan faktafakta sedemikian rupa, sehingga ia mampu menujukkan apakah suatu pendapat atau satu hal tertentu itu benar atau tidak. Argumentasi merupakan dasar yang paling fundamental dalam ilmu pengetahuan. Dan dalam dunia ilmu pengetahuan, argumentasi itu tidak lain dari pada usaha untuk mengajukan bukti-bukti atau menentukan kemungkinan-kemungkinan untuk menyatakan sikap atau pendapat mengenai suatu hal. Karangan argumentasi merupakan karangan yang berisi uraian untuk memperbedakan sesuatu agar orang lain percaya, dengan menyajikan bukti-bukti atau alasanalasan yang mendukung suatu kebenaran. Dasar sebuah tulisan yang bersifat argumentasi adalah berfikif logis dan kritis dan logis. Untuk itu karangan argumentasi harus bertolak dari fakta-fakta atau evidensi-evidensi yang ada. Fakta-fakta dan evidensi itu dapat dijalin dalam metode-metode dipergunakan juga oleh eksposisi. Tetapi dalam argumentasi terdapat motivasi yang lebih kuat. Eksposisi hanya memerlukan kejelasan, sebab itu fakta-fakta dipakai seperlunya. Namun argumentasi di samping memerlukan juga keyakinan dengan perantaraan fakta-fakta itu. Sebab itu, penulis harus meneliti apakah semua fakta yang akan dipergunakan itu benar, dan harus meneliti pula bagaimana relevansi kualitasnya dengan maksudnya. Dengan fakta yang benar, penulis dapat merangkaikan suatu penuturan yang logis menuju kepada suatu kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan. Seorang yang kurang hati-hati dan tidak cermat 1) Pendahuluan, pendahuluan adalah usaha penulis untuk menarik minat pembaca kepada argumenargumen yang akan dikemukakan, serta menunjukan dasar-dasar mengapa argumen itu harus dikemukakan. 2) Tubuh argumentasi, seluruh proses penyusunan argumen terletak pada kelahiran dan keahlian penulisnya, apakah dia sanggup menyakinkan pembaca bahwa hal yang dikemukakannya itu benar, sehingga konklusi yang disimpulkannya juga benar. 3) Simpulan dan Ringkasan, dengan tidak mempersoalkan topik mana yang dikemukakan dalam argumentasi, pengarang harus menjaga agar konklusi yang disimpulkanya tetap memelihara tujuan, dan menyegarkan kembali ingatan pembaca tentang apa yang telah tercapai, dan mengapa konklusi-konklusi itu diterima sebagai suatu hal yang logis. Pembelajaran Kontruktivisme didasarkan pada teori belajar kognitif yang menekankan pada pembelajaran kooperatif dan belajar menemukan sendiri permasalahan yang ada Pembelajaran Koomperatif itu adalah :1) Studen Team Achievemat Divisions (STAD), yaitu menggunakan suatu langkah pembelajaran di kelas dengan menempatkan siswa ke dalam tim campuran berdasarkan prestasi, jenis kelamin, dan suku kata. bekerja sama, 2) Team Assisted Individualization (TAI) yang menekankan pengajaran individual, meskipun tetap menggunakan pola kooperatif, 3) Cooperative Integrated Reading and Compotition (CIRC) adalah bagian metode kooperatif yang kooperehensif atau luas dan lengkap untuk pembelajar membaca dan menulis kelas tinggi, 4) Jigsaw. Dalam jigsaw ini siswa dikelompokan ke dalam tim yang beranggotakan enam orang yang 3 telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub bab, 5) Belajar bersama (learning together). Metode ini melibatkan siswa hiterogen untuk menuangi tugas tertentu, kemudian melaporkan tugas itu. Metode belajar bersama ini lebih mengarah kepada pembinaan belajar bersama dan keberhasilannya. apakah hipotesis telah ditolak. dirumuskan diterima atau Analisis adalah penyelidikan terhadap sesuatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (Kamus besar Bahasa Indonesia 1991 ; 37). Analisis data pada penelitian ini adalah analisis terhadap skor, untuk memperoleh skor penulis menggunakan prosedur dan langkah sebagai berikut : Prosedur yang mendapatkan skor menulis karangan argumentasi sebelum menggunakan pendekatan konstruktivisme dan setelah menggunakan pendekatan konstruktivisme adalah dengan menghitung nilai rata-rata atau mean dari data distribusi tunggal yaitu dengan cara menjumlah seluruh skor kemudian dibagi dengan jumlah seluruh skor kemudian dibagi dengan subjek. Rumus yang di pergunakan adalah : Driver dan Oldham dalam Matthews, dalam buku Paul Suparno (1997 ; 69) menjalankan beberapa ciri mengajar konstruktivisme sebagai berikut : 1) Orientasi. Murid diberi kesempatan mengembangkan motivasi dalam mempelajari suatu topik. Murid diberi kesempatan untuk mengadakan observasi terhadap topik yang hendak dipelajari. 2) Elicitasi. Murid dibantu untuk mengungkapkan idenya secara jelas dengan berdiskusi, menulis, dan lain-lain. 3) Restrukturisasi ide, dalam hal ini ada tiga hal yaitu : a) Klarifikasi ide yang dikontraskan dengan ide-ide orang lain, 2) Membangun ide yang baru, 3) Mengevaluasi ide barunya dengan eksperimen. 4) Penggunaan ide dalam bayak situasi. Ide atau pengetahuan yang telah dibentuk siswa perlu diaplikasikan pada bermacam-macam situasi yang dihadapi. 5) Riview, bagaiman ide itu berubah. Dapat terjadi bahwa dalam aplikasi pengetahuan pada situasi yang dihadapi sehari-hari. S PI = -------------- X 100 STI Keterangan : PI = Pemahaman Materi S STI = Skor = Skor Total Ideal Nilai rata-rata siswa/ Mean = FX N KET HASIL DAN PEMBAHASAN : FX = Jumlah keseluruhan hasil siswa N = Jumlah Siswa yang diteliti Pada penelitian ini data diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu data mengenai menulis karangan argumentasi tanpa menggunakan pendekatan konstruktivisme dan data mengenai menulis karangan argumentasi dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme. Berdasarkan penelitian ini maka hasil yang penulis dapatkan nilai rata-rata pada saat pretes adalah 30,36. Persentase nilai siswa berkatagori sangat baik 0 %, persentase nilai siswa berkatagori baik adalah 26,46%, persentase nilai siswa berkatagori cukup adalah 47,94%, dan persentase nilai siswa berkatagori kurang adalah 15,83%. Sedangkan nilai rata-rata pada saat postes 86,66. Persentase nilai siswa berkatagori sagat baik adalah 5,9%, persentase nilai siswa berkatagori baik adalah 79,4%, persentase nilai siswa berkatagori cukup adalah 14,7 dan nilai siswa berkatagori kurang adalah 20%. Setelah penulis selesai melaksanakan uji coba pembelajaran menulis karangan argumentasi sebelum dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme dan sesudah memberikan tes pembelajaran menulis karangan argumentasi dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme maka penulis menentukan langkah-langkah berikutnya antara lain : 1) Mengecek kelengkapan data, memeriksa instrumen, 2) Memasukan data-data dalam tabulasi, 3) Membuat konversi nilai tes pretes dan postes, 4) Mengubah skor menjadi nilai selanjutnya menghitung rata-rata atau mean, 5) Mengadakan uji untuk mengetahui diterima atau tidaknya hipotesis, 6) Mengadakan uji hipotesis untuk membuktikan SIMPULAN Berdasarkan pengolahan dan penganalisisan data, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut:1) Pembelajaran menulis karangan argumentasi dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme dapat dikatakan baik. Hal ini dapat 4 dilihat dari perubahan rata-rata nilai pre tes 30,36 terhadap nilai rata-rata post tes 86,66. Artinya ada peningkatan kemampuan siswa pada pembelajaran menulis karangan Argumentasi di kelas V SD, 2) Adanya peningkatan yang signifikan dalam hasil belajar menulis karangan argumentasi dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme pada siswa kelas V SDN Cibeureum Mandiri 1 Cimahi, 3) Pembelajaran menulis karangan argumentasi dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme merupakan salah satu alternatif pada proses pembelajaran untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan belajar khususnya pembelajaran menulis karangan siswa secara efektif. DAFTAR PUSTAKA Keraf, Gorys. 2003. Argumentasi dan Narasi. Jakarta : Gramedia. Supriyadi, et al. 1993. Pendidikan Bahasa Indonesia 2. Jakarta : Universitas Terbuka. Muchlisoh, et al. 1993. Pendidikan Bahasa Indonesia 3. Jakarta : Universitas Terbuka. Ali, Mohammad. 1992. Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung : Angkasa. Darmosoedirjo, Ali Soegito. 1980. Pengajaran Mengarang Bahasa Indonesia. Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud. Poerwadarminta, Wjs. 1984. Bahasa Indonesia Untuk Karang Mengarang. Yogy: Up Indonesia. Tarigan, H.G. 1982. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa. Depdikbud. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan. Yogyakarta : Penerbit Kanisius. 5