perbedaan pengaruh latihan lempar bolabasket

advertisement
PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN LEMPAR BOLABASKET
TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN
DAYA LEDAK OTOT LENGAN
Dina Meilani Rusyda
Siti Nurrochmah
Febrita Pauilina Heynoek
Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang No.5 Malang
Email: [email protected]
Abstrak: Dalam cabang olahraga bolabasket, latihan kondisi fisik sangat diperlukan
untuk menunjang peningkatan kemampuan kondisi fisik peserta ekstrakurikuler dalam
melakukan kegiatan passing bolabasket. Salah satu kondisi fisik yang diperlukan
adalah daya ledak otot. Latihan daya ledak otot dapat dilakukan dengan banyak
latihan pliometrik yang dalam penelitian ini berupa latihan lempar bolabasket pullchestpass dan latihan lempar bolabasket duduk di lantai bersandar di tembok yang
dilakukan di SMPN 6 Tulungagung. Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk
mengetahui perbedaan pengaruh diantara latihan lempar bola pull-chestpass dan
duduk di lantai bersandar di tembok yang lebih meningkatkan daya ledak otot lengan.
Sehingga dengan adanya latihan lempar bolabasket dapat meningkatkan kemampuan
daya ledak otot lengan peserta ekstrakurikuler bolabasket.
Kata Kunci: Daya ledak otot lengan, Melempar, Passing, Chestpass, Bolabasket.
Abstract: In basketball, exercise physical condition is needed to support the
enhancing ability the physical condition of participants in extracurricular activities
passing basketball. One of the necessary physical condition is the of explosive power
muscles. Muscle of explosive power exercises can be done with lots of plyometric
exercises that in this study a basketball throwing drill of pull-chestpass basketball
throw exercise and sitting on the floor leaning against a wall basketball throw exercise
done in Junior High School 6 Tulungagung.The purpose of this research is to find the
difference influence of between pull-chestpass basketball throw exercise and sitting
on the floor leaning against a wall basketball throw exercise that further enhance the
explosive power of the arm muscles. So, students can to enhanching the the explosive
power arm muscles with throwing basketball excersise. .
Keywords: Explosive power arm muscles, Throwing, Passing, Chestpass,
Basketball.
Olahraga merupakan aktifitas fisik yang
dapat dilakukan oleh seluruh kalangan di
dunia. Di Indonesia, bidang olahraga bukan
hanya dilakukan di kalangan masyarakat
luar yang bisa dilakukan di saat-saat
senggang dalam berbagai kesibukan.
Kegiatan olahraga sekarang ini sudah
masuk di dalam ranah pendidikan. Kegiatan
olahraga yang dilakukan dalam ranah
pendidikan masuk dalam salah satu mata
pelajaran yang wajib dilakukan dan
merupakan salah mata pelajaran yaitu
pendidikan jasmani dan kesehatan. Selain
kegiatan wajib yang dijadikan mata
pelajaran di sekolah, kegiatan olahraga pula
menjadi salahsatu kegiatan tambahan yang
dilakukan di luar jam pelajaran yang biasa
disebut dengan kegiatan ekstrakurikuler.
Kegiatan ekstrakurikuler meru-pakan
kegiatan non-akademik yang di-lakukan
oleh peserta didik di luar jam belajar.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia nomor 62
tahun 2014 tentang kegiatan ekstrakurikuler
pada pendidikan dasar dan pendidikan
menengah pasal 1 ayat 1 menetapkan
bahwa kegiatan ekstrakurikuler adalah
kegiatan yang dilakukan oleh para peserta
318
Dina Meilani R., Pengaruh Latihan Lempar Bolabasket Terhadap Daya Ledak Otot
didik di luar jam belajar kegiatan intrakurikuler dan kegiatan kokurikuler, di bawah
bimbingan
dan
pengawasan
satuan
pendidikan. Sedangkan menurut Kompri
(2015:224) menyatakan bahwa kegiatan
ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang
dilakukan di luar kelas dan di luar jam
pelajaran (kurikulum) untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia
yang dimiliki oleh peserta didik.
Kegiatan ekstrakurikuler tercantum
dalam peraturan menteri pendidikan dan
kebudayaan republik Indonesia nomor 62
tahun 2014 tentang kegiatan ekstrakurikuler
pada pendidikan dasar dan pendidikan
menengah pasal 1 ayat 1 menyatakan
bahwa kegiatan ekstrakurikuler adalah
kegiatan kurikuler yang dilakukan oleh
peserta didik di luar jam belajar kegiatan
intrakurikuler dan kegiatan kokulikuler, di
bawah bimbingan dan pengawasan satuan
pendidikan. Tujuan dari program ekstrakurikuler adalah untuk memperdalam dan
memperluas pengetahuan peserta didik,
mengenal hubungan antara berbagai
pelajaran, menyalurkan bakat dan minat,
serta melengkapi upaya pembinaan manusia seutuhnya (Hernawan, 2010:12.4).
Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan
pelajran yang diselenggarakan di luar jam
pelajaran biasa. Kegiatan ini dilaksanakan
sore hari bagi sekolah-sekolah yang masuk
pagi, dan dilaksanakan pagi hari bagi
sekolah-sekolah yang masuk sore.
Sebagai upaya peningkatan sumber
daya manusia, pada dasarnya pendidikan di
sekolah maupun madrasah bertujuan untuk
mengembangkan aspek-aspek kemanusiaan peserta didik secara utuh, yang meliputi
aspek kedalaman spiritual, aspek prilaku,
aspek ilmu pengetahuan dan intelektual,
dan aspek keterampilan. Sejalan dengan
semakin pesatnya tingkat perkembangan
saat ini, maka tuntutan akan ketersediaan
sumber daya manusia semakin tinggi.
Dengan demikian kualitas yang memadai
dan output merupakan sesuatu yang harus
dihasilkan oleh sekolah maupun madrasah
sebagai satuan pendidikan yang tujuan
dasarnya adalah menyiapkan manusiamanusia berkualitas baik secara intelektual,
integritas, maupun perannya dalam kehidupan bermasyarakat. Untuk itu baik
sekolah maupun madrasah harus mem-
319
bekali dirinya dengan kurikulum yang
memadai.
Dalam proses pendidikan dikenal ada
dua kegiatan yang cukup elementer, yaitu
kegiatan kurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler. Kurikuler merupakan kegiatan
pokok pendidikan yang di dalamnya terjadi
proses belajar mengajar antara peserta
didik dan guru untuk mendalami materimateri ilmu pengetahuan yang berkaitan
dengan tujuan pendidikan dan kemampuan
yang hendak diperoleh peserta didik.
Sedangkan kegiatan ekstrakurikuler adalah
kegiatan yang dilakukan dalam rangka
mengembangkan aspek-aspek tertentu dari
apa yang ditemukan ada kurikulum yang
sedang dijalankan, termasuk yang berhubungan dengan bagian penerapan sesungguhnya dari ilmu pengetahuan yang
dipelajari oleh peserta didik sesuai dengan
kebutuhan hidup mereka maupun lingkungan sekitarnya.
Dengan demikian kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilakukan di luar kelas dan di luar jam pelajaran
untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia yang dimiliki peserta
didik, baik berkaitan dengan aplikasi ilmu
pengetahuan yang didapatkannya mapupun
dalam pengertian khusus untuk membimbing peserta didik dalam mengembangkan
potensi dan bakat yang ada dalam dirinya
melalui kegiatan yang wajib maupun pilihan.
Dengan memberikan kebebasan kepada para peserta didik mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler, maka sekolah juga berperan serta dalam meningkatkan potensi
peserta didik untuk menjadi pribadi yang
lebih kreatif, aktif dan sportif. Ada banyak
kegiatan ekstrakurikuler yang dapat diikuti
oleh para peserta didik disekolah, diantaranya dalam bidang olahraga, seni, karya
ilmiah, dan masih banyak yang lain.
Permainan bolabasket merupakan
salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang
bertujuan untuk memberikan edukasi
kepada peserta didik lebih menguasai
permainan bolabasket, di samping peserta
didik dituntut untuk memiliki kemampuan
yang baik dalam setiap kompetisi yang
diselenggarakan di dalam kota maupun di
luar kota. Terbukti di Indonesia terdapat
banyak sekali event-event yang diselenggarakan tingkat pelajar di Indonesia, seperti
Developmental Basketball League (DBL),
320
PENDIDIKAN JASMANI, Volume 26, Nomor 02, Tahun 2016, Halaman 318-331
Junior Developmental Basketball League
(JDBL), Pekan Olahraga Pelajar Daerah
(POPDA),
Pekan
Olahraga
Provinsi
(Porprov), Olimpiade Olahraga dan Seni
Nasional Junior (O2SNJ), Kumo Basketball
Competition di Kota Kediri, Kompetisi
Basket Pelajar (Kobalajar) tingkat Kabupaten Tulungagung dan masih banyak
sekali event yang tersebar diseluruh
Indonesia. Dengan adanya kegiatan
ekstrakurikuler di sekolah diharapkan peserta didik yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler bolabasket dapat menyalurkan
bakat dan kemampuannya untuk dapat
berprestasi di event-event yang diselenggarakan di wilayah antar sekolah se
Kabupaten hingga ke event tingkat
nasional.
Keterampilan dan teknik dasar permainan bolabasket yaitu pada saat melakukan strategi menyerang dan bertahan.
Santoso (2012:27) menyatakan bahwa
keterampilan adalah derajat keberhasilan
yang konsisten dalam mencapai suatu
tujuan dengan efektif dan efisien yang
ditentukan oleh beberapa komponen
kondisi fisik dan kemampuan untuk menyesuaikan diri. Di dalam permainan bolabasket terdapat teknik-teknik dasar yang
harus dimiliki oleh para pemain bolabasket
diantaranya adalah (1) teknik menggiring
bola (dribble),(2) teknik melempar dan
menangkap bola (passing), (3) teknik menembak (shooting), (4) teknik gerakan
poros (pivot), (5) teknik lay up shoot (Oliver,
2009:35). Beberapa teknik dan keterampilan dasar dalam permainan bolabasket yaitu
(1) teknik dasar mengoper bola (passing),
(2) teknik dasar menggiring bola (dribble),
(3) dan teknik menembak bola (shooting)
(Ahmadi, 2007:13).
Ada 4 passing yang sangat mendasar
yang harus diketahui oleh pemain bolabasket diantaranya adalah (1) operan dada
(chest-pass), (2) operan pantul (bouncepass), (3) operan dari atas kepala
(overhead-pass), dan (4) operan baseball
(baseball-pass). Dari keempat passing
tersebut chestpass merupakan passing
yang sangat sering digunakan oleh para
pemain bolabasket di SMP Negeri 6
Tulungagung, karena passing chest-pass
memiliki tingkat kecepatan dan ketepatan
passing yang sulit untuk direbut oleh pihak
lawan dan untuk memiliki passing yang baik
harus memenuhi komponen kondisi fisik
yang baik pula.
Kondisi fisik merupakan faktor untuk
meningkatkan dan memantapkan prestasi
atlet dalam bidang olahraga. Aktivitas
latihan dilakukan untuk menunjang kondisi
fisik yang prima pada berbagai cabang
olahraga, salah-satunya adalah cabang
olahraga bolabasket karena kondisi fisik
sangat diperlukan oleh seorang olahragawan, dimana unsur-unsur latihan fisik
tersebut meliputi kekuatan, kelincahan,
daya tahan otot, daya tahan kardiovaskuler,
daya ledak otot, respiratori, kecepatan,
kelenturan, keseimbangan, ketepatan dan
koordinasi (Budiwanto, 2013: 77).
Irianto (2009: 1) latihan adalah proses
penyempurnaan berolahraga melalui pendekatan ilmiah, khususnya prinsip-prinsip
pendidikan, secara teratur dan terencana
sehingga mempertinggi kemampuan dan
kesiapa olahragwan Dalam chestpass,
kondisi fisik yang sangat berpengaruh
adalah daya ledak otot. Daya ledak otot
adalah kemampuan otot untuk mengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang
amat singkat.
Daya ledak otot merupakan gabungan
dari unsur kondisi fisik yang menggabungkan antara kekuatan dan kecepatan reaksi
seseorang dalam melakukan aktivitas fisik.
Daya ledak otot bisa terdapat di bagian otot
kaki, otot lengan. Daya ledak otot dapat
terlihat jika seseorang melakukan lompatan,
lemparan, tolakan. Kondisi fisik yang baik
akan mampu menghasilkan daya ledak otot
yang baik pula dalam melakukan kegiatan
aktivitas fisik. Kekuatan dan daya ledak otot
pada umumnya diakui sebagai hal yang
penting dalam semua bidang olahraga dan
olahraga
tersebut
didominasi
oleh
kecepatan (Bompa: 2009,261).
Mahardika
(2014:2)
menyatakan
bahwa daya ledak otot (power) merupakan
salah satu komponen-komponen dari
kondisi fisik. Daya ledak otot adalah
kemampuan seseorang untuk melakukan
kekuatan semaksimal mungkin dengan
usahanya yang dikerahkan dalam waktu
sependek-pendeknya.
Chu
&
Myer
(2013:181), latihan untuk meningkatkan
kemampuan daya ledak otot lengan adalah
latihan pliometrik bola medicine. Dikarenakan keterbatasan alat, maka penelitian ini
menggunakan bolabasket sebagia peng-
Dina Meilani R., Pengaruh Latihan Lempar Bolabasket Terhadap Daya Ledak Otot
ganti bola medicine. Guna memiliki aspek
yang menunjang dalam gerakan passing
latihan yang dipilih adalah salah satunya
adalah pull-chestpass, dan sebagai perbandingan latihan yang diberikan adalah
lempar bola duduk di lantai bersandar di
tembok. Menurut Chu & Myer (2013:181),
latihan untuk meningkatkan kemampuan
daya ledak otot lengan adalah latihan
pliometrik bola medicine. Dikarenakan
keterbatasan alat, maka penelitian ini
menggunakan bolabasket sebagia pengganti bola medicine. Guna memiliki aspek
yang menunjang dalam gerakan passing
latihan yang dipilih adalah salah satunya
adalah
pull-chestpass,
dan
sebagai
perbandingan latihan yang diberikan adalah
lempar bolabasket duduk di lantai bersandar di tembok.
Peneliti telah melakukan studi pendahuluan pada tanggal 16 Agustus 2015
dalam pertandingan Kompetisi Basket
Pelajar (Kobalajar) Kabupaten Tulungang
antara tim bolabasket SMP Negeri 6
Tulungagung melawan SMP Negeri 3
Tulungagung. Peneliti melakukan penghitungan jumlah passing yang dilakukan oleh
tim bolabasket SMP Negeri 6 Tulungagung,
maka ditemukan data sebesar 151 jumlah
passing keseluruhan dalam 1 pertandingan
diantaranya adalah diketahui dari 151
passing dalam satu kali pertandingan
bolabasket peserta ekstrakurikuler yang
bertanding melakukan 18 kali (12%)
passing bonce-pass, diketahui dari 151
passing dalam satu kali pertandingan
bolabasket pada saat pelaksanaan kegiatan
ekstrakurikuler bolabasket peserta ekstrakurikuler yang bertanding melakukan 105
kali (70%) passing chestpass, diketahui dari
151 passing dalam satu kali pertandingan
bolabasket pada saat pelaksanaan kegiatan
ekstrakurikuler bolabasket peserta ekstrakurikuler yang bertanding melakukan 20 kali
(13%) passing overheadpass, diketahui dari
151 passing dalam satu kali pertandingan
bolabasket pada saat pelaksanaan kegiatan
ekstrakurikuler bolabasket peserta ekstrakurikuler yang bertanding melakukan 8 kali
(5 %) passing baseballpass.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan,
dapat disimpulkan chestpass merupakan
passing yang sering digunakan dalam
pertandingan bolabasket, namun demikian
peserta kegiatan ekstrakurikuler kurang
321
dapat melakukan passing dengan jarak
yang jauh dikarenakan otot tangan bagian
atas kurang kuat untuk melemparkan
bolabasket.
Selain melakukan statistik penjumlahan dalam satu pertandingan bolabasket
pada tanggal 16 Agustus 2015, peneliti juga
melakukan studi pendahuluan berupa
pemberian angket pada peserta kegiatan
ekstrakurikuler bolabasket yang dilakukan
pada tanggal 25 September 2015 tentang
daya ledak otot lengan dalam melakukan
kegiatan passing, diketahui dari 44 peserta
ekstrakurikuler yang mengikuti kegiatan
passing chestpass bolabasket 38 peserta
ekstrakurikuler (86,4%) belum mampu
melakukan passing chestpass dengan jarak
yang jauh,
sejumlah 44 peserta didik
(100%) dari 44 peserta didik menyatakan
menginginkan latihan untuk meningkatkan
kemampuan chestpass, sejumlah 42
peserta didik (95,5%) dari 44 peserta didik
menyatakan menginginkan bentuk latihan
fisik.
Sedangkan sejumlah 44 peserta didik
(100%) dari 44 peserta didik menyatakan
setuju jika diadakan latihan fisik untuk
meningkatkan kemampuan daya ledak otot
lengan, sejumlah 43 peserta didik (97,8%)
dari 44 peserta didik menyatakan membutuhkan latihan kondisi fisik untuk
meningkatkan yang diperlukan adalah daya
ledak otot, sejumlah 38
peserta didik
(86,4%) dari 44 peserta didik menyatakan
latihan fisik yang dibutuhkan adalah latihan
yang sesuai dengan aktifitas chestpass
seperti latihan lempar bola dan latihan
menggunakan barbell dipilih oleh 6 orang
sebesar (13,6%). Dengan demikian, dari
hasil studi pendahuluan dapat disimpulkan
bahwa hampir seluruh peserta ekstrakulikuler menyatakan membutuhkan latihan
fisik untuk meningkatkan daya ledak otot
lengan. Latihan lempar bola dipilih hampir
seluruh peserta ekstrakurikuler.
Power merupakan kombinasi kecepatan kontraksi dan kecepatan gerak, power
yaitu kemampuan melakukan gerakan secara eksplosif (Hariyanto, 2009:22). Kedua
unsur tersebut merupakan komponenen
yang sangat penting untuk melakukan
aktivitas pada cabang olahraga yang
membutuhkan kemampuan eksplosif. Dapat
diambil kesimpulan bahwa, daya ledak otot
adalah kemampuan seseorang untuk
322
PENDIDIKAN JASMANI, Volume 26, Nomor 02, Tahun 2016, Halaman 318-331
melakukan kegiatan olahraga dengan
kekuatan maksimal dalam waktu yang
singkat.
Daya ledak otot merupakan salah
satu unsur kondisi fisik yang banyak
dibutuhkan dalam cabang-cabang olahraga
seperti lempar lembing, lompat jauh, lempar
cakram, bola voli, bola basket. Ditinjau dari
unsur kondisi fisik yang membutuhkan daya
ledak otot yaitu unsur kekuatan dan
kecepatan, maka faktor-faktor yang mempengaruhi daya ledak otot adalah unsur (1)
Kekuatan dan (2) Kecepatan.
Latihan adalah suatu proses yang
sistematik dari aktivitas gerak jasmani yang
dilakukan dalam waktu relatif lama,
ditingkatkan secara bertahap dan individual
yang mengarah kepada ciri-ciri fungsi
fisiologis dan psikologis manusia untuk
mencapai
sasaran
yang
ditentukan
(Yudiana, dkk, 2008:53). Sedangkan
Budiwanto (2011:12) menyatakan bahwa
latihan merupakan suatu kegiatan olahraga
yang sistematis dalam waktu yang panjang,
ditingkatkan secara bertahap dan perorangan, bertujuan untuk membentuk
manusia yang berfungsi fisiologis dan
psikologisnya untuk memenuhi tuntutan
tugas.
Chu & Myer (2013:181), latihan pulloverpass dapat melatih daya ledak otot
lengan untuk cabang olahraga bolabasket.
Dengan demikian peneliti memodifikasi
bentuk pull-overpass menjadi pull-chestpass dengan alasan latihan ini diperuntukan
untuk meningkatkan kemampuan daya
ledak otot lengan yang diperuntukkan
dalam melakukan kegiatan passing chestpass bolabasket.
Berdasarkan permasalahan yang
dipaparkan tersebut diatas, peneliti telah
mengkaji mengenai latihan fisik dengan
bentuk latihan lempar bola pull-chestpass
dan duduk lantai bersandar di tembok untuk
mengukur peningkatan daya ledak otot
lengan melalui penelitian yang berjudul
“Perbedaan Pengaruh Latihan Lempar
Bolabasket Terhadap Peningkatan Kemampuan Daya Ledak Otot Lengan “.
Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk
mengetahui pengaruh latihan bolabasket
pull-chestpass terhadap peningkatan kemampuan daya ledak otot lengan. (2) Untuk
mengetahui pengaruh lempar bola duduk di
lantai bersandar di tembok terhadap
peningkatan kemampuan daya ledak otot
lengan. (3) Untuk mengetahui perbedaan
pengaruh diantara latihan lempar bola pullchestpass dan duduk di lantai bersandar di
tembok yang lebih meningkatkan daya
ledak otot lengan.
METODE
Rancangan penelitian yang digunakan
berupa rancangan ekperimental berbentuk
Desain Randomized Control Group PretestPosttest (Nazir, 2005: 240). Ditinjau dari
sifat permasalahan penelitian ini termasuk
penelitian eksperimental.
Variabel-variabel yang diteliti dalam
penelitian ini meliputi (1) variabel terikat
yaitu peningkatan daya ledak otot lengan,
(2) variabel bebas yaitu pelatihan lempar
bolabasket pull-chestpass dan lempar
bolabasket posisi duduk lantai bersandar
ditembok, (3) variabel terkendali yaitu
latihan lempar bola pull-chestpass latihan
lempar bola posisi duduk latai bersandar
tembok, jenis kelamin laki-laki, orang coba
merupakan peserta ekstrakurikuler, lembaga SMPN 6 Tulungagung, (4) Variabel
moderator yaitu kekuatan otot lengan.
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh peserta ekstrakurikuler olahraga di
SMPN 6 Tulungagung, Kabupaten Tulungagung yang berjumlah 44 orang. Teknik
pengambilan sampel menggunakan purposive sistematis random samping proporsional menggunakan dari total keseluruhan
populasi 44 orang yaitu 36 orang. Pembagian kelompok penelitian menggunakan
teknik ordinal pairing matched yaitu menjodohkan urutan berimbang (Hadi, 1994:
485). Kelompok penelitian ini terdiri dari (a)
kelompok pull-chestpass
yaitu kelmpok
yang memperoleh perlakuan latihan lempar
bola pull-chestpass (b) kelompok lantai
kelompok yang memperoleh perlakuan
latihan lempar bola posisi duduk di lantai
bersandar di tembok, setiap kelompok
berjumlah 18 orang, sehingga jumlah
sampel seluruhnya sebanyak 36 orang.
Instrumen penelitian adalah suatu alat
yang digunakan untuk mengukur nilai
variabel yang diteliti (Sugiyono, 2011:92).
Instrumen penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan instrumen (1)
tes dan (2) non tes. Tes yang digunakan
berupa tes lempar bolabasket bersandar di
tembok mengukur kemampuan daya ledak
Dina Meilani R., Pengaruh Latihan Lempar Bolabasket Terhadap Daya Ledak Otot
otot lengan dengan petunjuk teknis pelaksanaan tes (Nurrochmah, 2012:135).
Instrumen non tes yang digunakan berupa
eksperimen, observasi.
Dalam penelitian ini data dikumpulkan
dengan menggunakan teknik eksperimen,
obsevasi, dan pengukuran bentuk tes fisik
yaitu tes lempar bolabasket posisi duduk di
lantai bersandar di tembok. Teknik eksperimen digunakan pada waktu pelaksanaan
eksperimen yang diberikan perlakuan
selama 6 minggu untuk 2 kelompok eksperimental yaitu kelompok latihan lempar
bolabasket pull-chestpass dan lempar bolabasket posisi duduk di lantai bersandar di
tembok. Teknik observasi digunakan untuk
mengamati pelaksanaan perlakuan dan
pada waktu pengambilan data awal dan
akhir.
Teknik pengukuran bentuk tes fisik
digunakan untuk mengukur kemampuan
daya ledak otot lengan peserta didik
dengan tes lempar bolabasket tanpa
awalan pada waktu tes awal dan akhir.Tes
dilakukan pada waktu pretest dan posttest
yang dilengkapi dengan petunjuk teknis
pelaksanaan tes. Adapun langkah-langkah
pengumpulan data, meliputi: (1) langkah
persiapan, (2) langkah pelaksanaan, (3)
langkah pelaporan hasil pengumpulan data.
Teknik analisis data dalam penelitian ini
adalah teknik analisis data kuantitatif
berupa teknik analisis uji-t berpasangan, uji
ANAVA satu jalur dan uji t tidak
berpasangan. Untuk analisis data tersebut
sebelumnya data di uji dengan uji persyaratan analisis yaitu uji normalitas menggunakan teknik Lilifors dan uji homogenitas
menggunakan Hartly’s max, dan uji
hipotesis menggunakan α = 0,05.
HASIL
Berdasarkan pengumpulan data, data
yang diperoleh dalam penelitian ini berasal
dari data hasil tes awal (pre test) dan tes
akhir (post test) kemampuan daya ledak
otot lengan yang dilakukan oleh masingmasing kelompok peserta kegiatan ekstrakurikuler bolabasket SMPN 6 Tulungagung.
Selanjutnya, setelah data dikumpulkan
maka data di hitung dan di deskriptifkan
sebagai berikut: (1) Deskriptif data hasil tes
awal, (2) Deskriptif data hasil tes akhir.
Subjek penelitian kelompok pullchest-pass berjumlah 18 orang dengan
323
mean tes awal sebesar 557,222 cm,
sedangkan simpangan baku tes awal
sebesar 143,557 cm, skor maksimal tes 795
cm dan skor minimal 215 cm.
Subjek penelitian kelompok duduk di
lantai bersandar di tembok berjumlah 18
orang dengan mean tes awal sebesar
557,555 cm, sedangkan simpangan baku
tes awal sebesar 133,0554 cm, skor
maksimal tes 771 cm dan skor minimal 310
cm.
Subjek penelitian kelompok pullchestpass berjumlah 18 orang dengan
mean tes akhir sebesar 653,166cm,
sedangkan simpangan baku tes akhir
sebesar 145,144 cm, skor maksimal tes 855
cm dan skor minimal 345 cm.
Subjek penelitian kelompok duduk di
lantai bersandar di tembok berjumlah 18
orang dengan mean tes akhir sebesar 600
cm, sedangkan simpangan baku tes akhir
sebesar 135,910 cm, skor maksimal tes
818 cm dan skor minimal 315 cm.
Dalam hasil uji normalitas masingmasing dan keseluruhan kelompok latihan
terdapat perbedaan data kemampuan
lempar bolabasket pull-chestpass dan
duduk di lantai bersandar di tembok. Teknik
analisis yang digunakan teknik analisis data
Lilifors pada tafar signifikan α = 0,05.
Berdasarkan
hasil
analisis
uji
normalitas data sebagaimana diperoleh
harga masing-masing kelompok Lhitung <
Ltabel α=0,05. Tes awal kelompok pullchestpass, diketahui Lhitung sebesar 0,07696
untuk tes akhirnya sebesar 0,09114.
Selanjutnya untuk tes awal kelompok duduk
di lantai bersandar di tembok diketahui
Lhitung 0,07696 dan untuk tes akhir sebesar
0,06717. Berdasarkan hasil seluruh kelompok latihan, Lhitung lebih kecil jika dibandingkan dengan Ltabel α=0,05 dengan taraf
signifikan α = 0,05, sebesar 0,05859 untuk
tes awal dan 0,07171 untuk tes akhir.
dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
seluruh kelompok latihan menunjukan
berdistribusi normal dan analisis data teknik
analisis varian dapat dilanjutkan.
Untuk mengetahui mana yang lebih
baik terhadap kemampuan daya ledak otot
lengan, maka dilakukan uji lanjutan berupa
uji-t berpasangan . Berdasarkan hasil uji-t
berpasangan dalam tabel thitung > ttabel
α=0,05, maka hipotesis nihil ditolak dan
hipotesis kerja diterima, berarti terdapat
324
PENDIDIKAN JASMANI, Volume 26, Nomor 02, Tahun 2016, Halaman 318-331
perbedaan antara latihan lempar bolabasket
pull-chestpass dan lempar bolabasket
duduk di lantai bersandar di tembok.
Latihan lempar bolabasket pull-chestpass
lebih baik dibandingkan dengan latihan
lempar bolabasket duduk di lantai
bersandar di tembok terhadap peningkatan
kemampuan daya ledak otot lengan.
Oleh karena thitung > ttabel α=0,05, maka
hipotesis nihil yang menyatakan latihan
lempar bolabasket pull-chestpass dan lempar bolabasket duduk di lantai bersandar di
tembok sama baiknya ditolak. Hipotesis
kerja yang menyatakan latihan lempar
bolabasket pull-chestpass lebih baik
dibandingkan dengan lempar bolabasket
duduk di lantai bersandar di tembok
diterima. Dengan demikian, latihan lempar
bolabasket pull-chestpass lebih baik
terhadap peningkatan kemampuan daya
ledak otot lengan.
Untuk dapat mengetahui perbedaan
yang signifikan antara kelompok latihan
pull-chestpass dan duduk di lantai
bersandar di tembok maka dilakukan lah uji
analisis varian yang disebut dengan
(ANAVA). Data-data yang telah terkumpul
dalam pre test dan post test di uji dalam
analsis varian
Berdasarkan hasil uji analisis varian
dapat disimpulkan bahwa Fhitung 10,6669 >
Ftabel α=0,05 2,22, artinya ada perbedaan
antara rata-rata hitung dari kemampuan
daya ledak otot lengan atau dapat
dijelaskan bahwa terdapat peningkatan
yang signifikan terhadap kemampuan
kemampuan daya ledak otot lengan.
Oleh karena Fhitung > Ftabel α=0,05
maka hipotesis nihil yang menyatakan tidak
terdapat peningkatan kemampuan daya
ledak otot lengan akibat latihan lempar
bolabasket
pull-chestpass
ditolak.
Selanjutnya hipotesis kerja akan terdapat
peningkatan kemampuan daya ledak otot
lengan akibat latihan lempar bolabasket
pull-chestpass diterima.
Oleh karena Fhitung > Ftabel α=0,05
maka hipotesis nihil yang menyatakan tidak
terdapat peningkatan kemampuan daya
ledak otot lengan akibat latihan lempar
bolabasket duduk di lantai bersandar di
tembok ditolak. Selanjutnya hipotesis kerja
akan terdapat peningkatan kemampuan
daya ledak otot lengan akibat latihan lempar
bolabasket duduk di lantai bersandar di
tembok diterima.
Untuk mengetahui perbedaan ratarata perlakuan kelompok latihan lempar
bolabasket pull-chestpass dan kelompok
latihan lempar bolabasket duduk di lantai
bersandar di tembok, maka diperlakukan
perhitungan menggunakan uji-t tidak berpasangan. Rangkuman hasil perhitungan
uji-t tidak berpasangan.
Berdasarkan hasil uji-t tidak berpasangan dapat dapat disimpulkan bahwa
rata-rata (mean) kelompok pull-chestpass
adalah 95,9444 dan kelompok duduk di
lantai bersandar di tembok memiliki ratarata (mean) sebesar 42,4444, sedangkan
thitung lebih besar dibandingkan dengan ttabel
α=0,05.
Dengan demikian data uji-t tidak
berpasangan terdapat perbedaan rata-rata
yang signifikan terhadap kelompok latihan
pull-chestpass dan duduk di lantai
bersandar di tembok.
Berdasarkan hasil analisis pada penelitian tentang kemampuan daya ledak
otot lengan maka dipotesis yang dilakukan
berdasarkan rumusan masalah yang
disajikan pada bab I, sehingga pengujian
hipotesis dilakukan sebagai berikut. (1)
Hasil analisis uji lanjut menggunakn teknik
uji-t berpasangan telah ditemukan thitung >
ttabel α=0,05, sehingga hipotesis nihil yang
berbunyi
tidak
adanya
peningkatan
kemampuan daya ledak otot lengan akibat
latihan lempar bolabasket pull-chestpass
dinyatakan ditolak dan hipotesis kerja yang
menyatakan ada peningkatan kemampuan
daya ledak otot lengan akibat latihan lempar
bolabasket pull-chestpass diterima. Berarti
latihan pull-chetspass dapat meningkatkan
daya ledak otot lengan. (2) Hasil analisis uji
lanjut menggunakn teknik uji-t berpasangan
telah ditemukan thitung > ttabel0,05, sehingga
hipotesis nihil yang berbunyi tidak adanya
peningkatan kemampuan daya ledak otot
lengan akibat latihan lempar bolabasket
duduk di lantai bersandar di tembok
dinyatakan ditolak dan hipotesis kerja yang
menyatakan ada peningkatan kemampuan
daya ledak otot lengan akibat latihan lempar
bolabasket duduk di lantai bersandar di
tembok diterima. Berarti latihan duduk di
lantai
bersandar
di
tembok
dapat
meningkatkan daya ledak otot lengan. (3)
Berdasarkan hasil uji F ditemukan Fhitung >
Dina Meilani R., Pengaruh Latihan Lempar Bolabasket Terhadap Daya Ledak Otot
Ftabel0,05 dan berdasarkan hasil uji lanjut
menggunakan teknik uji-t tidak berpasangan (menggunakan data beda antara
post test dengan pre test) diperoleh hasil
thitung > ttabel α=0,05 maka hipotesis nihil yang
menyatakan
tidak
ada
peningkatan
kemampuan daya ledak otot lengan akibat
latihan lempar bolabasket pull-chestpass
dan latihan lempar bolabasket duduk di
lantai bersandar di tembok ditolak dan
hipotesis kerja yang menyatakan adanya
peningkatan kemampuan daya ledak otot
lengan akibat latihan lempar bolabasket
pull-chestpass dan latihan lempar bolabasket duduk di lantai bersandar di tembok
diterima.
PEMBAHASAN
Latihan
pull-chestpass
adalah
modifikasi dari latihan pull-overpass. Dalam
buku Plyometrics, Chu & Myer (2013: 181)
menjelaskan bahwa latihan pull-overpass
merupakan latihan yang memiliki tingkat
kesulitan yang rendah dan cocok untuk
cabang olahraga bolabasket. Dengan
kesulitan yang rendah, latihan ini tepat
untuk peserta kegiatan ekstrakurikuler
jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Latihan pull-overpass menggunakan bola
medicine untuk alat bantu nya dan seorang
partner yang berada di depan orang coba
yang melakukan. Dalam penelitian ini
latihan pull-chestpass menggunakan bolabasket sebagai pengganti dari bola
medicine dikarenakan keterbatasan alat
dan penggunaan bolabasket sebagai
pengganti bola medicine sesuai dengan
penggunaan bola dalam kegiatan cabang
olahraga bolabasket. Beban yang terlalu
ringan tidak akan meningkatkan kemampuan atlet sehingga prestasi akan tetap
(plato), sebaliknya beban yang terlalu berat
akan menyebabkan penurunan kemampuan
atlet, prestasi menurun (involusi) akan
mengakibatkan overtraining (Ambarukmi,
2007:12). Berarti, latihan yang pull-chestpass yang menjadi modifikasi dari latihan
pull-overpass juga dapat mampu meningkatkan kemampuan daya ledak otot
lengan dengan baik.
Permainan bolabasket merupakan
cabang olahraga yang membutuhkan
kondisi fisik dan jika dilakukan dengan baik
mampu meningkatkan kemampuan biomotorik tubuh seperti kekuatan, kecepatan,
325
daya ledak otot dan daya tahan. Latihan
lempar bolabasket pull-overpass yang
dimodifikasi menjadi pull-chestpass merupakan salah satu bentuk latihan kondisi fisik
yang mampu meningkatkan daya ledak otot
dengan menggunakan bola medicine
(dalam penelitian ini diganti dengan menggunakan bolabasket dikarena-kan dilakukan
oleh anak usia 11-14 tahun yang sesuai
dengan prinsip laihan) (Chu & Myer, 2013:
181).
Pate, Rotella & McClenaghan (1984:
284) berpendapat bahwa cabang olahraga
bolabasket merupakan salah satu cabang
olahraga yang membutuhkan unsur biomotorik seperti kekuatan, kecepatan, daya
ledak otot, dan daya tahan yang menjadi
kunci keberhasilan untuk mencapai prestasi, dan komponen tersebut sangat penting
ditingkatkan melalui latihan fisik yang
sistematik dengan kurun waktu tertentu.
Daya ledak otot lengan yang ditingkatkan
melalui latihan lempar bolabasket pullchetspass sesuai dengan prinsip latihan
beban lebih (overload) yaitu bahwa intensitas kerja harus bertambah secara
bertahap memenuhi ketentuan program
latihan yang merupakan kapasitas kebugaran yang bertambah baik. Latihan dilakukan
sebanyak 3 kali dalam satu minggu dalam
kurun waktu 6 minggu, dan setiap
minggunya beban yang diberikan akan naik
5% dari minggu sebelumnya. Akibat
pemberian latihan beban fisik tersebut
organisme atlet akan mengalami perubahan
dan adaptasi, dan selanjutnya atlet akan
mengalami kenaikan kemampuan (superkompensasi) (Budiwanto, 2011:14).
Latihan lempar bolabasket pull-chestpass merupakan latihan yang sangat baik
untuk meningkatkan kemampuan daya
ledak otot lengan dalam cabang olahraga
bolabasket, pernyataan ini diperkuat oleh
Chu & Mayer (2013:181) menyatakan
bahwa latihan pull-overpass merupakan
latihan yang ringan dan cocok untuk cabang
olahraga bolabasket. Dengan pernyataan
tersebut, dapat disimpulkan pula bahwa
latihan pull-overpass yang peneliti modifikasi menjadi pull-chestpass cocok untuk
peserta kegiatan ekstrakurikuler SMPN 6
Tulungagung dikarekanan gerakan yang
tidak terlalu sulit dan mudah untuk
dilakukan.
326
PENDIDIKAN JASMANI, Volume 26, Nomor 02, Tahun 2016, Halaman 318-331
Dalam penelitian perlakuan yang
diberikan adalah pull-chestpass. Latihan
lempar bolabasket pull-chestpass merupakan latihan berbentuk latihan pliometrik
yaitu adanya gerakan melempar sejahjauhnya dengan menggunakan alat berupa
bolabasket. Latihan lempar bolabasket pullchestpass dapat dilakukan dengan cara
orang coba berada dalam posisi tidur
dengan telapak kaki ditekuk dan menempel
di bagian tanah dan posisi kepala menghadap kearah teman yang berada di depan
orang coba dengan posisi ditahan selama
20 detik dan melemparkan bola sebanyakbanyaknya dan sejauh-jauhnya dan kekuatan tersebut membutuhkan unsur kondisi
fisik kekuatan otot dan kecepatan yang
dilakukan dengan serentak. Karakteristik
dari latihan tersebut sejalan dengan karakteristik gerak daya ledak otot lengan.
Daya ledak otot adalah kemampuan
otot untuk mengatasi tahanan dengan
kontraksi yang sangat cepat, power (daya
ledak otot) sangat penting untuk cabangcabang olahraga yang membutuhkan
gerakan dari komponen kondisi fisik kekuatan dan kecepatan yang dilakukan secara
serentak (Setiagraha, 2011:23). Latihan
lempar bolabasket pull-chestpass merupakan latihan yang tidak berat untuk peserta
kegiatan
ekstrakurikuler,
dikarenakan
menggunakan alat yang sama dengan yang
digunakan dalam cabang olahraga bolabasket yaitu dengan mengganti bola
medicine dengan bolabasket yang memiliki
berat sekitar 600-650 gram.
Latihan yang diberikan memenuhi
kriteria prinsip latihan mengenai beban
lebih, suatu hal yang penting adalah
menghindari kelebihan beban yang terlalu
sebab sistem fisiologi tidak dapat menyesuaikan diri dengan tekanan yang
sangat berlebihan (Pate, Rotella, &
McClenaghan, 1984:318). Dalam melakukan kegiatan olahraga secara teratur dalam
kurun waktu dengan intensitas yang
memadai disesuaikan dengan potensi
seseorang, akan berpengaruh pada penyesuaian khusus dalam organ-organ atlet
muda sesuai dengan kekhususan dan
kebutuhan olahraga (Budiwanto, 2011:15).
Kondisi fisik adalah salah satu
prasyarat yang sangat diperlukan dalam
setiap usaha peningkatan prestasi olahraga
pemain, bahkan dapat dikatakan dasar
landasan titik tolak suatu awalan olahraga
prestasi (Setiagraha, 2011:21). Sama
halnya dengan kelompok latihan lempar
bolabasket pull-chestpass, kelompok lempar bolabasket duduk di lantai bersandar di
tembok merupakan latihan untuk meningkatkan kemampuan daya ledak otot.
Latihan kelompok lempar bolabasket
duduk di lantai bersandar di tembok lebih
memfokuskan pada bagian tangan saja
dengan dengan gerakan lurus kedepan dan
berulang, posisi tubuh duduk dan bersandar
pada tembok. Dikarenakan tangan yang
menjadi fokus, daya ledak otot yang diberi
perlakuan adalah daya ledak otot lengan.
Dalam penelitian ini, perlakuan yang
diberikan adalah lempar bolabasket duduk
di lantai bersandar di tembok. Latihan lempar bolabasket duduk di lantai bersandar di
tembok merupakan latihan berbentuk latihan pliometrik yaitu adanya gerakan melempar sejah-jauhnya dengan menggunakan
alat berupa bolabasket. Latihan lempar
bolabasket duduk di lantai bersandar di
tembok dapat dilakukan dengan cara, orang
coba berada dalam posisi duduk dengan
kaki diluruskan dan bagian tubuh belakang
menempel di tembok dan posisi kepala
menghadap kearah teman yang berada
didepan orang coba dengan posisi ditahan
selama 20 detik dan melemparkan bola
sebanyak-banyak nya dan sejauh-jauhnya
dan kekuatan tersebut membutuhkan unsur
kondisi fisik kekuatan otot dan kecepatan
yang dilakukan dengan serentak.
Karakteristik dari latihan tersebut
sejalan dengan karakteristik gerak daya
ledak otot lengan. Agar mendapat power
yang baik, dibutuhkan latihan dasar kekuatan yang baik. Apabila kekuatan otot tidak
dimiliki terlebih dahulu maka kemampuan
melakukan gerakan yang eksplosif tidak
mungkin dapat dilakukan. Otot yang dilatih
adalah yang sesuai dengan gerakangerakan yang dilakukan dalam cabang
olahraga yang bersangkutan (Mulyana,
2014: 64).
Persamaan latihan lempar bolabasket
duduk di lantai bersandar di tembok dan
lempar bolabasket pull-chestpass adalah
sama-sama merupakan bentuk latihan
pliometrik. Latihan ini merupakan latihan
yang tidak berat untuk peserta kegiatan
ekstrakurikuler, dikarenakan menggunakan
alat yang sama dengan yang digunakan
Dina Meilani R., Pengaruh Latihan Lempar Bolabasket Terhadap Daya Ledak Otot
dalam cabang olahraga bolabasket yaitu
dengan mengganti bola medicine dengan
bolabasket yang memiliki berat sekitar 600650 gram. Berarti latihan yang diberikan
memenuhi kriteria prinsip latihan mengenai
beban lebih, suatu hal yang penting adalah
menghindari kelebihan beban yang terlalu
sebab sistem fisiologi tidak dapat menyesuaikan diri dengan tekanan yang
sangat berlebihan (Pate, Rotella, &
McClenaghan, 1984:318).
Dalam melakukan kegiatan olahraga
secara teratur dalam kurun waktu dengan
intensitas yang memadai disesuaikan
dengan
potensi
seseorang,
akan
berpengaruh pada penyesuaian khusus
dalam organ-organ atlet muda sesuai
dengan kekhususan dan kebutuhan olahraga (Budiwanto, 2011:15). Ditinjau dari
hasil analisis deskriptif tentang rata-rata
hitung kemampuan daya ledak otot lengan
pada kelompok latihan lempar bolabasket
pull-chestpass dan kelompok lempar
bolabasket duduk di lantai bersandar di
tembok. Diperoleh hasil rata-rata hitung
kelompok latihan lempar bolabasket pullchestpass tes awal dan tes akhir adalah
sebesar 95,944 cm dan sedangkan hasil
rata-rata hitung kelompok latihan lempar
bolabasket duduk di lantai bersandar di
tembok tes awal dan tes akhir adalah
sebesar 42,445 cm. Berarti latihan lempar
bolabasket pull-chestpass lebih baik
dibandingkan dengan latihan lempar bolabasket duduk di lantai bersandar di tembok
terhadap peningkatan kemampuan daya
ledak otot lengan.
Latihan lempar bolabasket dengan
menggunakan perbedaan intensitas lemparan setiap minggunya sebesar 5% dengan
rincian minggu pertama dan kedua sebesar
40%, minggu ketiga naik 5% yaitu sebesar
45%, minggu ke empat dan ke lima turun
5% yaitu sebesar 40%, dan minggu ke
enam naik menjadi 50%, dikarenakan
dipergunakan oleh peserta didik di jenjang
sekolah menengah pertama (SMP) maka
zona intensitas yang di pakai adalah zona
sangat rendah dengan intensitas dalam
1RM (Repetisi Maskimal) adalah sebesar
30-50 % (Bompa, 2009:272).
Perancangan kondisioning
harus
sesuai bagi kegiatan olahraga tertentu yang
terlibat dan harus memenuhi kebutuhan
individu tiap olahragawan (Pate, Rotella, &
327
McClenaghan, 1984:282), berarti pelatih
harus mampu menganalisis tuntutan fisik
berbagai cabang olahraga dan dapat
menilai keadaan kesehatan tiap olahragawan. Latihan dengan perbedaan intensitas
yang dilakukan, sesuai dengan kebutuhan
individu dikarenakan jumlah repetisi yang
dilakukan oleh peserta kegiatan ekstrakurikuler sesuai dengan jumlah 1RM yang
dilakukan pada awal pengambilan data.
Latihan dapat dilakukan untuk membentuk power otot tentu saja otot yang
dilatih adalah yang sesuai dengan gerakangerakan yang dilakukan dalam cabang
olahraga yang bersangkutan (Mulyana,
2014: 64), dalam hal ini adalah daya ledak
otot lengan yang akan memberikan
kontribusi pada unjuk kerja lemparan saat
melakukan chestpass. Kemampuan khusus
adalah koordinasi gerak dalam melakukan
kegiatan melempar, menembak, melompat,
berenang, dan lain-lain. Tidak satupun tidak
memperhatiikan komponen yang lain, dalam
melakukan kegiatan yang baik harus melakukan proses latihan yang lama contohnya adalah daya tahan, kelincahan,
ketepatan, daya ledak otot dan kecepatan
adalah kondisi fisik yang umum dalam
permainan bolabasket, shooting, passing,
dribbling, dan rebounding adalah kemampuan khusus yang unik dalam permainan
bolabasket (Jenssen, 1983: 381).
Latihan lempar bolabasket pull-chestpass dan latihan lempar bolabasket duduk
dilantai bersandar di tembok menggunakan
beban luar dalam melakukan kegiatan
lemparan yaitu bolabasket. Kegiatan ini
sejalan dengan sistem beban berlebih yang
menyatakan bahwa beban latihan dapat
berupa berat beban sendiri atau beban dari
luar (Nurrochmah, 1994: 44). Bolabasket
memiliki berat yang cukup sebagai beban
luar dikarenakan peserta kegiatan ekstrakurikuler bolabasket yang masih dalam
jenjang sekolah menengah pertama dan
latihan beban luar ini dapat meningkatkan
reaksi fisiologis dan faktor psikologis..
Latihan lempar bolabasket pullchestpass lebih baik dibandingkan dengan
latihan bolabasket duduk di lantai bersandar
di tembok karena gerakan lempar bolabasket pull-chestpass dilakukan dengan
serentak dan melawan gravitasi sesuai
dengan posisi tubuh yang sebagian tidur
dan kaki ditekuk, posisi lemparan bola
328
PENDIDIKAN JASMANI, Volume 26, Nomor 02, Tahun 2016, Halaman 318-331
mengarah ke peserta didik lain yang yang
berdiri di depannya dorongan bola yang
mengarah ke depan atas memberikan
tekanan udara yang lebih besar dibandingkan posisi duduk di lantai bersandar di
tembok yang hanya melemparkan bola
lurus ke depan objek (Chu & Myer, 2013:
181). Untuk mempercepat peningkatan
kemampuan atlet perlu adanya suatu
latihan yang benar, dalam hal ini untuk
meningkatkan kekuatan, kecepatan, dan
waktu reaksi (Mulyana, 2014:64). Setiap
perubahan kemiringannya atau kecepatan
udara akan menghasilkan perbedaan dalam
gaya tarik, gaya angkat, dan perbedaan
hasil dari jarak yang di tempuh oleh objek
(Soedarminto, 2009:36).
Berdasarkan unsur yang membentuk
daya ledak otot yaitu kekuatan dan
kecepatan gerak, maka melakukan gerakan
lempar bola tubuh bagian atas (lengan)
membantu memberikan reaksi. Jika pada
bagian kepala diangkat dengan tangan
terus melakukan kegiatan melempar bola,
tangan tidak diperbolehkan untuk menopang bagian kepala sehingga usaha
yang dilakukan akan lebih besar dalam. Di
dalam gerakan melempar bolabasket
seperti pull-chestpass, anggota tubuh membutuhkan unsur kekuatan dan kecepatan
secara serempak untuk menghasilkan
kekuatan daya ledak otot. Agar kedua
lengan mampu mendorong bola kedepan,
Soedarminto
(2009:5.13)
menyatakan
bahwa besarnya gaya yang digunakan
dalam aktivitas mendorong kedepan
ditingkatkan dengan cara menggerakan
tubuh bagian atas. Berarti anggota tubuh
bagian atas yang berfungsi untuk mendorong suatu benda/objek/bola yang
bercirikan keterlibatan unsur kekuatan dan
kecepatan secara serempak seperti latihan
pull-chestpass.
Posisi tangan yang miring akan
mengalami baik gaya tarik maupun gaya
angkat. Gaya angkat disebabkan oleh
bertambahnya tekanan udara pada bagian
bawah dibandingkan pada bagian atas,
dengan demikian usaha uang dibutuhkan
harus maksimal untuk mengangkat bola dan
melemparkannya ke objek yang berada di
depan (Soedarminto, 2009: 36). Dalam
gerakan tersebut latihan lempar bola pullchestpass merupakan latihan yang mem-
butuhkan usaha maksimal dalam melakukannya.
Posisi tubuh latiahn lempar bolabasket pull-chestpass memerlukan energi
yang cukup besar dalam kegiatannya
energi yang di pakai adalah energi gerak
dan energi tanpa gerak, di dalam kegiatan
energi gerak ini adalah tangan yang
melakukan gerakan melempar sedangkan
energi tanpa gerak dalam hal ini adalah
dengan mempertahankan posisi tubuh atau
sikap dengan menahan kepala melihat
objek yang berada di depan dengan tangan
bekerka untuk melempar (Soedarminto,
2009: 39).
Dibandingkan dengan latihan
lempar bolabasket duduk di lantai
bersandar di tembok dengan gerakan nya
hanya duduk mendatar dan bersandar di
tembok gerakan yang dilakukan lebih santai
dan hambatan untuk mendorong atau
melemparkan bola mendatar dikarenakan
tekanan udara yang stabil.
Untuk mencapai prestasi yang maksimal, diperlukan latihan fisik yang terarah
dan terprogram dengan baik. Setiap latihan
fisik ditujukan untuk mengembangkan dan
meningkatkan kondisi fisik. Latihan lempar
bolabasket pull-chetspass dan latihan
lempar bolabasket duduk di lantai bersandar di tembok merupakan latihan fisik
yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan daya ledoak otot, terutama daya
ledak otot lengan. Komponen kekuatan dan
kecepatan merupakan komponen yang
sangat dibutuhkan oleh beberapa cabang
olahraga, keduanya merupakan komponen
pembentuk
daya
ledak
otot
yang
dibutuhkan untuk kontraksi otot cepat dan
kuat utama nya pada kegiatan yang
membutuhkan gerakan eksplosif seperti
cabang olahraga bolabasket (Pate, Rotella,
& McClenaghan, 1984: 284).
Dalam melakukan lemparan bolabasket pull-chetspass dibutuhkan usaha
yang maksimal, bukan hanya tenaga kerja
saja tetapi kecepatan dalam melakukan
kerja pula harus diperhatikan itulah yang
disebut dengan power (daya ledak otot).
Power sangat penting untuk cabang
olahraga yang berkarakteristik pengerahan
tenaga yang eksplosif seperti nomor-nomor
lempar dalam atletik, melempar dalam
bolabasket, smash dalam bulutangkis
(Mulyana, 2014: 64).
Dina Meilani R., Pengaruh Latihan Lempar Bolabasket Terhadap Daya Ledak Otot
Dengan demikian, lempar bolabasket
merupakan salah satu bentuk latihan untuk
meningkatkan kemampuan daya ledak otot
(power). Semakin cepat orang dapat
memindahkan gaya tersebut, semakin
besar pula dayanya (Soedarminto, 2009:
38). Dalam kegiatan lempar bolabasket pullchestpass mengkombinasikan energi kinetik
dengan energi potensial, energi kinetik
disebut juga dengan energi gerak yang
dikeluarkan sebagai hasil dan kerja
sedangkan ditambahkan dengan energi
potensial yang tersimpan di dalam badan
karena posisi badan, yang merupakan
kemampuan
untuk
melakukan
kerja
(Soedarminto, 2009: 36-37).
Berdasarkan unsur daya ledak otot
yang menggabungkan antara kekuatan dan
kecepatan, jika ada peningkatan kekuatan
otot yang disertai dengan kecepatan yang
baik maka dapat diikuti dengan daya ledak
otot yang baik pula (Roesdiyanto &
Budiwanto, 2008:142). Dalam penelitian ini
telah dihitung mengenai peningkatan
kemampuan daya ledak otot lengan dengan
teknik uji anava satu jalur yang diperoleh
Fhitung10,6669 > Ftabel0,05 2,22. Berarti
terdapat peningkatan kemampuan daya
ledak otot lengan akibat latihan lempar
bolabasket pull-chestpass dan lempar
bolabasket duduk di lantai bersandar di
tembok.
Besarnya peningkatan kemampuan
daya ledak otot akibat latihan lempar
bolabasket pull-chestpass sebesar 95,944
cm, sedangkan besarnya peningkatan
kemampuan daya ledak otot akibat latihan
lempar bolabasket duduk di lantai
bersandar di tembok sebesar 42,445 cm.
Peningkatan tersebut sejalan dengan
beberapa teori yang telah mendukung
tersebut. Secara keseluruhan dapet dikemukakan bahwa peningkatan kemampuan daya ledak otot lengan akibat latihan
lempar bolabasket pull-chestpass lebih baik
dibandingkan dengan latihan lempar
bolabasket duduk di lantai bersandar di
tembok.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan pada rumusan masalah,
hasil analisis data dan mengacu pada hasil
329
pengujian hipotesis, maka penelitian dapat
disimpulkan sebagai berikut: (1) Terdapat
perbedaan pengaruh latihan lempar bolabasket pull-chestpass terhadap peningkatan
kemampuan daya ledak otot lengan (α =
0,05). (2) Terdapat perbedaan pengaruh
latihan lempar bolabasket duduk di lantai
bersandar di tembok terhadap peningkatan
kemampuan daya ledak otot lengan (α =
0,05). (3) Latihan lempar bolabasket pullchestpass lebih baik dalam meningkatkan
kemampuan daya ledak otot lengan
dibandingkan latihan lempar bolabasket
duduk di lantai bersandar di tembok (α =
0,05).
Saran
Berdasarkan hasil analisis data dan
temuan-temuan yang dihasilkan dalam
penelitian ini, maka dapat dikemukakan
saran bagi para pelatih kegiatan ekstrakurikuler, peserta kegiatan ekstrakurikuler
bolabasket SMP Negeri 6 Tulungagung,
dan bagi calon peneliti lainnya sebagai
berikut: (1) Bagi Pelatih Ekstrakurikuler
Bolabasket untuk memberikan latihan
lempar bolabasket pull-chestpass dalam
kegiatan pelatihan dikarenakan latihan
lempar bolabasket pull-chestpass lebih baik
digunakan untuk meningkatkan kemampuan daya ledak otot lengan pada peserta
kegiatan ekstrakurikuler bolabasket yang
dapat digunakan pada atlet dalam kegiatan
chestpass dibandingkan dengan latihan
lempar bolabasket duduk di lantai bersandar di tembok, maka pelatih eksperimen
diharapkan perlu untuk mengupayakan
pemberian latihan lempar bolabasket pullchestpass yang lebih intensif kepada para
peserta kegiatan ekstrakurikuler di sekolah
agar dapat memiliki prestasi yang maksimal. (2) bagi peserta kegiatan ekstrakurikuler bolabasket diharapkan dapat
digunakan sebagai bentuk latihan para
peserta kegiatan ekstrakurikuler bolabasket
untuk meningkatkan kemampuan daya
ledak otot lengan, terutama cabang olahraga yang dalam kinerjanya dipengaruhi
atau tergantung pada daya ledak otot
lengan. (3) bagi calon peneliti lainnya dalam
penelitiian ini masih banyak kekuarangan
yang terjadi, diharapkan melalui penelitian
lain dapat disajikan sebagai bekal untuk
mengkaji lebih dalam serta dikembangkan
dalam bentuk penelitian lain dengan varia-
330
PENDIDIKAN JASMANI, Volume 26, Nomor 02, Tahun 2016, Halaman 318-331
bel bebas yang berbeda dengan subjek
penelitian yang lebih luas.
Daftar Rujukan
Ambarukmi, Dwi Hatmisari, dkk. 2007.
Pelatih Fisik Level 1. Jakarta: Asdep
Pengembangan Tenaga dan Pembinaan Keolahragaan Deputi Peningkatan Prestasi dan IPTEK Olahraga
Kementrian Negara Pemuda dan
Olahraga
Bompa, Tudor O. 2009. Periodization Theory and Methodology of Training.
United State: Human Kinetics.
Budiwanto, Setyo. 2012. Metodologi Latihan
Olahraga. Malang: Universitas Negeri
Malang Press
Budiwanto,
Setyo.2011.
Metodologi
Kepelatihan
Olahraga.
Malang:
Universitas Negeri Malang Press.
Chu, Donald A. Myer, Gregorey D. 2013.
Plyometrics. United State of America:
Human Kinetics..
Hadi,
Sutrisno. Metodologi
Yogyakarta: Andi Offset
Research.
Hariyanto, Agus. 2009. Pengaruh Pelatihan
Box Jump, Squat Thrust, dan Rop
Jump Dengan Metode Interval
Training
Terhadap
Power,
Kelincahan, dan Kecepatan Reaksi.
Disertasi tidak diterbitkan. Surabaya:
Pascasarjana UNESA.
Hernawan, Asep Herry, dkk. 2010.
Pengembanga
Kurikulum
dan
Pembelajaran. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Irianto, Djoko Pekik, dkk. 2009. Pelatihan
Kondisi Fisik Dasar. Jakarta: Asdep
Pengembangan Tenaga dan Pembina
Keolahragaan.
Jensen, Clayne R, Schultz, Gordon &
Bangerter, Blauer L. 1984. Appiled
Kinesiology and Biomechanics. United
State Of America: McGraw-Hill Book
Company.
Kompri. 2015. Manajemen Pendidikan.
Yogyakarta: Ar-Ruz Media.
Mahardika, I Wyn. Sudiana, I Kt.
Sudarmada, I Nyn. 2014. Pengaruh
Pelatihan Medicine Ball scoop Toss
dan Medicine Ball Throw Terhadap
Daya Ledak Otot Lengan, 2 (1).
(Online), (http:// www.undiksha.ac.id),
diakses 25 Oktober 2015.
Mulyana, dkk. 2014. Metode Latihan Power
Tungkai Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Start Pada Atlet
Renang Indonesia Sea Games 2013.
Jurnal Iptek Olahraga, 16 (1): 60-78.
Jakarta:
Assisten
Deputi
Iptek
Olahraga, Deputi Bidang Peningkatan
Prestasi
Dan
Iptek
Olahraga
Kementrian Negara Pemuda Dan
Olahraga.
Nazir, Moh. 2005. Metode
Bogor: Ghalia Indonesia.
Penelitian.
Nurrochmah, Siti. 1994. Perbandingan
Pengaruh Latihan Terjun Langsung
Loncat Dengan Terjun Berhenti Lalu
Loncat Terhadap Peningkatan Loncat
Tegak, Loncat Jauh Tanpa Awalan
Dan Kekuatan Statis Otot Tungkai.
Tesis tidak diterbitkan. Surabaya:
Pasca Sarjana Universitas Airlangga.
Oliver, Jon. 2009. Dasar-Dasar Bolabasket.
Bandung: Pakar Raya.
Pate, Russell R. McClenaghan, Bruce.
Rotell,
Robert.1984.
Scientific
Foundations of Coaching. New York:
Saunders College Publishing
Peraturan
Menteri
Pendidikan
dan
Kebudayaan Republik Indonesia.
2014. Kegiatan Ekstrakurikuler pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah.
Jakarta:
Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia.
Santoso, J. 2012. Tingkat Keterampilan
Dasar Bermain Bolabasket Peserta
Ekstrakurikuler Putra Sekolah Menengah
Pertama
Negeri
Satu
Kalasan. Skripsi tidak diterbitkan.
Yogyakarta:
Prodi
Pendidikan
Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta. (Online).
(http:/journal.student.uny.ac. id/ jurnal/
baca/67), diakses tanggal 12 Oktober
2015.
Dina Meilani R., Pengaruh Latihan Lempar Bolabasket Terhadap Daya Ledak Otot
Setiagraha, Etno. 2011. Hubungan Daya
Ledak Lengan dan Daya Ledak
Tungkai Dengan Kemampuan Jump
Shoot Pada Permainan Bolabasket
Siswa SMA Negeri 4 Makassar.
Makassar: FIK UNM
Soedarminto. 2009. Dasar-Dasar Kinesiologi. Jakarta: Universitas Terbuka
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta Bandung.
331
Download