Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 5 no.3, Oktober 2017 PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERINTEGRASI KEARIFAN LOKAL MEMBUAT MINYAK LALA UNTUK MELATIH KARAKTER SANGGAM Dewinta Oktaviana, Sri Hartini, dan Misbah Program Studi Pendidikan Fisika, FKIP, Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin [email protected] Abstrak: Tidak tersedianya modul fisika yang memuat kaitan antara materi fisika dengan kearifan lokal melatarbelakangi dilakukannya penelitian ini. Oleh sebab itu, dilakukan penelitian pengembangan modul fisika materi suhu dan kalor berintegrasi kearifan lokal membuat minyak lala untuk melatih karakter sanggam. Tujuan dari penelitian ini yaitu mendeskripsikan kelayakan modul fisika materi suhu dan kalor berintegrasi kearifan lokal yang layak untuk digunakan pada pembelajaran, dengan tujuan khususnya yaitu mendeskripsikan validitas modul fisika, kepraktisan modul fisika, efektivitas modul fisika, dan pencapaian karakter sanggam. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dengan menggunakan model pengembangan ADDIE. Subjek ujicoba adalah siswa kelas X-2 di SMA Negeri 2 Paringin. Data diperoleh melalui lembar validasi, angket respon siswa, tes hasil belajar, dan lembar observasi karakter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) validasi berupa isi dan tampilan modul berkategori cukup valid dengan nilai yaitu 79,41% dan 78,20%, (2) kepraktisan modul berkategori praktis dengan skor rerata 3,18, (3) efektivitas modul berkategori tinggi dengan skor Ngain yaitu 0,89, dan (4) pencapaian karakter sanggam berkategori baik dengan skor rerata yaitu 3,61. Simpulan penelitian adalah bahwa modul fisika berintegrasi kearifan lokal pembuatan minyak lala layak digunakan dalam pembelajaran. Kata Kunci: Modul fisika, kearifan lokal, sanggam. Abstract: There is no physics module that contain between physisc and local wisdom, becomes the background of this research. It is also the reason why the research is conducted to develop physics module with local wisdom of making “minyak lala” to exercise “sanggam” character. This research aimed to describe the appropriateness of physics module of temperature and heat material that interacted with local wisdom which was suitable to use in learning activity, with the special purposes of describing physics module validity, practicality of physics module, effectiveness of physics module, and achievement of “sanggam” character. This research was the development study by using ADDIE development model. The samples of the subject were students in X-2 class in SMA Negeri 2 Paringin. The data was obtained from sheet validation, questioner of student’s response, the learning outcome, the sheet of character observation. The result of the research showed that: (1) the validation of the contain and view of the module was valid enough with the score of 79,42% and 78,20%, (2) the module practicality categorized practice with the average score of 3,18, (3) the effectiveness module had high category with N-gain score 0.89, and (4) the achievement of “sanggam” character was good character with the average score of 3,61. The conclusion of this research is physics module that interact with local wisdom of making “minyak lala” is appropriate to use in learning activity. Keywords: physics module, local wisdom, “sanggam”. 272 Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 5 no.3, Oktober 2017 PENDAHULUAN Pendidikan harus dapat merupakan bagian dari Provinsi Kalimantan Selatan. Masyarakat di diwujudkan dengan suasana serta proses Kabupaten Balangan masih sangat kuat pembelajaran agar menjunjung adat istiadat dan kearifan membuat siswa dapat menumbuhkan lokal yang menjadi ciri khas daerah potensi diri serta karakter dalam dirinya tersebut. yang kondusif Berdasarkan dengan usaha yang sadar dan terencana. hasil pengamatan Seorang pendidik dalam bidang Fisika yang telah dilakukan di SMA Negeri 2 harus mampu menguasai berbagai media Paringin, dalam pembelajaran fisika serta yang strategi agar ilmu yang selama ini berjalan, tidak disampaikan dapat diterima oleh peserta mengintegrasikan materi pembelajaran didik. (2017) dengan identitas maupun kearifan lokal menyatakan bahwa seorang guru harus daerah Kabupaten Balangan, belum mampu membuat sendiri materi yang tersedianya buku atau modul sebagai diajarkan dan dikemas dalam bentuk bahan ajar yang digunakan sebagai yang menarik agar menarik minat siswa penghubung antara materi pembelajaran untuk mempelajarinya. Fisika akan lebih fisika dengan kearifan lokal setempat, bermakna keterkaitan serta pembelajaran fisika di kelas masih antara materi yang diajarkan dengan dalam konteks hanya pemberian materi aktivitas lingkungan saja, tidak terlalu menekankan pada tempat siswa tinggal sebagai sarana pengembangan karakter yang sesuai belajar peserta didik. Integrasi materi dengan karakter daerah setempat. Rahmayanti, jika dkk terdapat sehari-hari di fisika dengan identitas atau kearifan Oleh karena itu, solusi yang lokal sekitar tempat siswa tinggal, tidak diyakini mampu untuk dapat mengatasi hanya bertujuan agar siswa lebih mudah permasalahan yang diperoleh di SMA memahami materi fisika tetapi juga agar Negeri siswa lebih mengenal budaya sekitarnya dikembangkannya bahan ajar yang tidak yang mungkin mulai tergantikan dengan hanya terdapat materi fisika di dalamnya budaya luar. tetapi juga terdapat keterkaitan antara 2 Paringin yaitu dengan negara materi fisika tersebut dengan kearifan kesatuan yang terdiri dari pulau-pulau lokal serta karakter daerah tersebut. Hal dengan setiap daerah memiliki kearifan tersebut dimaksudkan agar peserta didik lokalnya tersendiri, salah satunya yaitu dapat memperoleh pengalaman belajar daerah secara langsung dengan keadaan di Indonesia merupakan Kabupaten Balangan yang 273 Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 5 no.3, Oktober 2017 sekitar tempat tinggal. Hal tersebut peserta didik sesuai dengan tingkat didasari oleh penelitian yang telah pengetahuan dan usia peserta didik, ini dilakukan oleh Hidayanto, dkk (2016) ditujukan agar peserta didik dapat juga dengan belajar secara sendiri (mandiri) dengan mengembangkan modul fisika berbasis bantuan dan bimbingan yang minimal kearifan lokal dapat mengoptimalkan dari pendidik. Sehingga, modul adalah karakter siswa serta dapat membuat salah satu bahan ajar yang disajikan pembelajaran dalam bentuk cetak yang tersusun secara menyatakan sains bahwa lebih beragam dengan mengoptimalkan kearifan lokal. Berdasarkan permasalahan yang sistematis serta berfungsi untuk membantu siswa menguasai materi telah diuraikan di atas, maka penulis dengan hanya belajar secara mandiri melakukan sebuah penelitian dengan karena judul spesifik dan mudah dipahami. Menurut Fisika yaitu “Pengembangan Materi Suhu dan Modul Kalor berisi Mukarramah tujuan belajar (2016), tujuan yang dari Berintegrasi Kearifan Lokal Pembuatan penggunaan modul yaitu agar siswa Minyak Lala untuk Melatih Karakter dapat belajar sendiri dengan sedikit Sanggam”. Berdasarkan latar belakang bantuan atau tanpa bantuan dari guru di atas, maka rumusan masalah pada yang hanya bertindak sebagai fasilitator. penelitian yaitu “Bagaimana kelayakan Menurut Fajarini (2014) kearifan modul fisika materi suhu dan kalor lokal merupakan suatu pandangan hidup berintegrasi kearifan lokal pembuatan serta ilmu pengetahuan serta strategi minyak lala untuk melatih karakter kehidupan yang berupa aktivitas yang sanggam?”. Adapun tujuan umum dari biasa dilakukan oleh masyarakat luas di penelitian ini adalah mendeskripsikan suatu daerah dalam menangani masalah modul fisika materi suhu dan kalor serta memenuhi kebutuhannya. Kearifan berintegrasi kearifan lokal pembuatan lokal minyak lala untuk melatih karakter kecerdasan sanggam. kehidupan bermasyarakat pemilik dari merupakan yang suatu bentuk dihasilkan dalam kebudayaan tersebut. Sehingga, kearifan KAJIAN PUSTAKA lokal adalah suatu pemikiran tentang Menurut Prastowo (2015) modul hidup yang dilandasi budi baik yang adalah sebuah bahan ajar yang tersusun dijadikan secara sistematis dengan menggunakan aktivitas dalam masyarakat lokal untuk bahasa yang mudah dimengerti oleh memenuhi 274 pandangan hidup kebutuhan berupa hidupnya. Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 5 no.3, Oktober 2017 Kearifan lokal selalu bersumber dari Masyarakat. Namun, kata sanggam hidup masyarakat melalui pengalaman memiliki arti tersendiri dalam bahasa yang Banjar. yang berintergrasi dialaminya. kearifan Pendidikan lokal adalah Konteks budaya dalam masyarakat Balangan, karakter Sanggam pendidikan yang mengajarkan peserta memiliki didik untuk mengenal sesuatu yang Lamun Kada Tuntung (tidak berhenti konkret bila belum selesai). Artinya bahwa dalam kehidupannya bermasyarakat (Wagiran, 2012). makna Kada Bamandak dalam melaksanakan pekerjaan harus Menurut Kamus Besar Bahasa dilakukan dengan penuh kesungguhan Indonesia istilah “karakter” diartikan dan sebagai tabiat, sifat kejiwaan, budi tersebut selesai (Hidayat, 2008). Sesuai pekerti dengan karakter yang sudah melekat atau akhlak yang menjadi kerja keras sampai perbedaan antara seseorang dengan yang dalam lain, serta watak. Pendidikan karakter sanggam, maka pada penelitian ini sudah tertuang dalam Undang-Undang digunakan karakter kerja keras untuk Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem dilatihkan Pendidikan Nasional pembelajaran menyatakan bahwa Nasional berfungsi Pasal 3 “Pendidikan masyarakat pekerjaan fisika. Balangan kepada siswa melalui menggunakan Konteks yaitu pembelajaran modul yang mengembangkan melibatkan peserta didik, karakter kerja kemampuan dan membentuk watak serta keras merupakan sikap peserta didik peradaban bangsa yang bermartabat yang pantang menyerah dalam memacu dalam rangka mencerdaskan kehidupan daya tahan kerjanya. Maksud dari tahan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya kerja yaitu perilaku peserta didik yang potensi peserta didik agar menjadi mampu manusia yang beriman dan bertakwa memecahkan masalah terhadap materi kepada yang dipelajarinya, serta menyelesaikan Tuhan Yang Maha Esa, sekuat tenaga berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, tugasnya kreatif, mandiri, dan menjadi warga (Patmawati, dkk, 2013). negara yang demokratis dengan dalam sebaik-baiknya serta bertanggung jawab” (Asriati, 2012). METODE PENELITIAN Sanggam merupakan salah satu Penelitian ini yaitu merupakan karakter yang menjadi slogan dari penelitian Kabupaten Balangan yang merupakan dan pengembangan atau sering disebut singkatan dari Sanggup Bagawi Gasan juga dengan “pengembangan” adalah 275 pengembangan. Penelitian Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 5 no.3, Oktober 2017 strategi atau metode penelitian yang yang ditinjau dari validitas, kepraktisan, cukup memperbaiki dan efektivitas modul tersebut. Subjek praktik pembelajaran. Pada penelitian uji coba yaitu siswa kelas X-2 di SMA ini, produk yang dikembangkan yaitu Negeri 2 Paringin tahun ajaran 2016- berupa bahan ajar dalam bentuk modul 2017. ampuh untuk fisika materi suhu dan kalor berintegrasi Teknik pengumpulan data yang kearifan lokal pembuatan minyak lala digunakan untuk melatih karakter sanggam. pengembangan ini yaitu lembar validasi Model digunakan pengembangan dalam yang penelitian yang dan pada digunakan validitas modul penelitian sebagai penilaian fisika yang pengembangan ini adalah model ADDIE dikembangkan yang dinilai oleh tiga (Analyze, Development, orang pakar yaitu dua orang pakar Implementation, Evaluation). Pemilihan validasi akademisi dan satu orang pakar model ADDIE ini didasarkan pada validasi praktisi, angket respon siswa ini pertimbangan bahwa model tersebut digunakan untuk dikembangkan secara sistematis dan mengetahui kepraktisan dari berlandaskan fisika yang dikembangkan yang akan Design, pada teori desain pembelajaran. diisi oleh siswa mengukur setelah serta modul proses Waktu penelitian direncanakan pembelajaran selesai dilaksanakan, tes akan dilaksanakan pada bulan Januari hasil belajar kognitif siswa berupa sampai dengan Juni 2017. Tempat pretest dan posttest digunakan untuk pelaksanaan penelitian yaitu di kelas X- mengukur 2 SMA beralamat Komplek Negeri di bagaimana efektivitas 2 Paringin yang penggunaan modul yang dikembangkan Jalan Ahmad Yani saat proses pembelajaran berlangsung, Terpadu serta lembar observasi digunakan untuk Pendidikan Kelurahan Batu Piring, Harapan Baru, mengetahui Kecamatan Paringin Selatan, Kabupaten sanggam siswa yang dilatihkan dalam Balangan. proses pembelajaran diamati oleh dua Subjek pada penelitian ini yaitu pencapaian karakter orang observer. modul fisika materi suhu dan kalor Menurut Rahmayanti, dkk (2017), berintegrasi kearifan lokal pembuatan validasi dilakukan berdasarkan penilaian minyak lala untuk melatih karakter validator dengan menggunakan lembar sanggam. Objek penelitian ini yaitu validasi yang sediakan oleh peneliti kelayakan modul yang dikembangkan yang beisi beberapa aspek yang akan 276 Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 5 no.3, Oktober 2017 Tabel 3. Kriteria reliabilitas validasi modul penilaian validasi. Data yang diperoleh dalam penelitian ini untuk validitas akademisi dan praktisi. Tabel 1. Kriteria penilaian tiap aspek validasi modul No. Rerata Skor (𝑋) Kriteria 1 2 3 4 5 𝑋 > 3,4 2,8 < 𝑋 ≤ 3,4 2,2 < 𝑋 ≤ 2,8 1,6 < 𝑋 ≤ 2,2 𝑋 ≤ 1,6 Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik Tidak Baik menilai praktis atau tidaknya modul yang siswa kesesuaian dari hasil validasi dengan 3 50,01 % 70,00 % 4 01,00 % 50,00 % Adapun angket Sangat valid, atau dapat digunakan tanpa revisi. Cukup valid, atau dapat digunakan namun perlu direvisi kecil. Kurang valid, disarankan tidak dipergunakan karena perlu revisi besar. pada saat respon siswa mengenai manfaat modul, serta efisiensi waktu pembelajaran ketika menggunakan modul. Pada Tabel 4 berikut merupakan kriteria kepraktisan modul berdasarkan analisis angket respon siswa. Tabel 4. Kriteria kepraktisan modul menentukan reabilitas instrumen penilaian modul dapat digunakan rumus Alpha Cronbach No. Rerata Skor (𝑋) Kriteria 1 2 3 4 5 𝑋 > 3,4 2,8 < 𝑋 ≤ 3,4 2,2 < 𝑋 ≤ 2,8 1,6 < 𝑋 ≤ 2,2 𝑋 ≤ 1,6 Sangat Praktis Praktis Cukup Praktis Kurang Praktis Tidak Praktis (Adaptasi Widoyoko, 2016) yaitu sebagai berikut: 𝑘 disebar kemudahan dalam menggunakan modul, Tidak valid, atau tidak boleh dipergunakan. (Akbar, 2015) 𝑟11 = (𝑘−1) (1 − yang kepraktisan modul fisika diperoleh dari Kriteria untuk diukur Sehingga pada penelitian ini, data Tabel 2. Kriteria validitas modul 70,01 % 85,00 % dapat pembelajaran dengan modul selesai. kriteria penilaian seperti pada Tabel 2. 2 dikembangkan, berdasarkan penilaian dari angket respon yang dikembangkan ditentukan dari 1 0,00 ≤ 𝑟11 < 0,20 Tinggi Cukup Rendah Sangat Rendah Tidak Reliabel Menurut Wati, dkk (2017) untuk Valid atau tidaknya modul fisika No. 5 Kriteria (Adaptasi Arikunto, 2013) (Adaptasi Widoyoko, 2016) Persentase Validitas 85,01 % 100,00 % 1 2 3 4 Koefisien Reliabilitas (r) 0,80 ≤ 𝑟11 ≤ 1,00 0,60 ≤ 𝑟11 < 0,80 0,40 ≤ 𝑟11 < 0,60 0,20 ≤ 𝑟11 < 0,40 No. modul yaitu dari hasil penilaian oleh Menurut Misbah, dkk (2016), ∑ 𝜎𝑏2 𝜎𝑡2 ) efektivitas modul diperoleh dari data (1) prestasi siswa berupa tes hasil belajar. Sehingga pada penelitian ini, efektivitas 277 Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 5 no.3, Oktober 2017 Tabel 6. Kriteria pencapaian karakter sanggam modul fisika yang dikembangkan dilihat dari ketercapaian peserta didik dalam pembelajaran dengan menggunakan modul yang ditinjau dari tes hasil belajar kognitif siswa yaitu berupa pretest dan posttest. Digunakan persamaan normalized gain (N-gain) mengetahui bagaimana No. Rerata Skor (𝑋) 1 2 3 4 5 𝑋 > 3,9 3,0 < 𝑋 ≤ 3,9 2,0 < 𝑋 ≤ 3,0 1,1 < 𝑋 ≤ 2,0 𝑋 ≤ 1,1 Kriteria Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik Tidak Baik (Adaptasi Widoyoko, 2016) untuk peningkatan hasil belajar siswa setelah pembelajaran HASIL DAN PEMBAHASAN dengan menggunakan modul fisika. Hasil Adapun persamaan N-gain yaitu sebagai Hasil berikut: validasi pengembangan modul fisika berintegrasi kearifan lokal 〈𝑔〉 = pembuatan minyak lala untuk melatih (%〈𝑆𝑓 〉 − %〈𝑆𝑖 〉) (2) (100 − %〈𝑆𝑖 〉) karakter sanggam yaitu dapat dilihat Tabel 5. Kriteria efektivitas modul pada Tabel 7, 8, 9, dan 10. No. 1 2 3 Tabel 7. Hasil perhitungan validasi isi modul Nilai N-gain (〈𝑔〉) ≥ 0,7 0,7 > (〈𝑔〉) ≥ 0,3 (〈𝑔〉) < 0,3 Kriteria Tinggi Sedang Rendah (Hake, 1998) Kualitas Isi Organisasi Kebahasaan Evaluasi Menurut Maulida, dkk (2015) untuk mengetahui ketercapaian karakter siswa yang digunakan ingin lembar diamati maka observasi untuk karakter. Sehingga pada penelitian ini, dalam setiap proses menggunakan lembar observasi yang 79,41% Reliabilitas 0,65 Konsistensi Format Daya Tarik Bentuk dan Ukuran Huruf Kebahasaan diisi oleh dua orang observer selama pembelajaran 3,18 3,33 3,08 3,17 Validitas Aspek Penilaian pembelajaran diperoleh yaitu dengan proses RataRata Kategori Baik Baik Baik Baik Cukup valid Cukup Tabel 8. Hasil perhitungan validasi tampilan modul data pencapaian karakter sanggam yang diinginkan Jumlah Item Soal 9 2 4 2 Aspek Penilaian berlangsung. Kriteria pencapaian karakter sanggam siswa dapat dilihatpada Tabel 6. 278 Jumlah Item Soal 3 2 4 RataRata Kategori 3,22 3,00 3,00 Baik Baik Baik 3 3,33 Baik 1 3,00 Baik Cukup valid Cukup Validitas 78,20% Reliabilitas 0,77 Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 5 no.3, Oktober 2017 Tabel 9. Hasil perhitungan validasi angket respon siswa Aspek Penilaian Jumlah Item Soal RataRata Kategori 5 2,93 Baik 5 2,73 4 3,00 Cukup Baik Baik Cukup valid Tinggi Format Instrumen Isi Instrumen Konstruksi Validitas 72,02% Reliabilitas 0,99 Efektivitas modul dapat ditinjau dari tes hasil belajar (THB) siswa. Tes hasil belajar digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa saat sebelum dan sesudah digunakannya modul fisika yang Aspek Penilaian RataRata Kategori 7 3,38 Baik 13 3,33 Baik Konstruksi Umum Validitas Butir Validitas 83,75% Reliabilitas 0,81 selama proses pembelajaran. Adapun hasil perhitungan N-gain untuk tes hasil belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 10. Hasil perhitungan validasi tes hasil belajar siswa Jumlah Item Soal dikembangkan Tabel 12. Hasil perhitungan N-gain tes hasil belajar siswa RataRata Pretest 8,22 Rata-Rata Posttest N-gain Kategori 89,69 0,89 Tinggi Pencapaian Cukup valid Tinggi oleh siswa karakter diukur sanggam melalui hasil observasi oleh 2 orang melalui lembar Responden yang mengisi angket observasi. Hasil analisis pencapaian respon siswa yaitu adalah siswa kelas X- karakter sanggam sebanyak 4 kali 2 SMA Negeri 2 Paringin sebanyak 25 pertemuan dengan menghitung skor orang yang telah diajarkan dengan rata-rata pada setiap pertemuan dapat menggunakan modul fisika. Adapun dilihat pada Tabel 13. hasil analisis angket respon siswa untuk Tabel 13. Hasil analisis pencapaian karakter sanggam mengukur kepraktisan modul fisika Pertemu an 1 I 2 II 3 III 4 IV Rata-Rata Keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 11. No. Tabel 11. Hasil analisis angket respon siswa No. Aspek 1 2 Manfaat Efisiensi Waktu Pembelajaran Kemudahan Penggunaan Rata-Rata 3 RataRata 3,13 3,19 Kategori Praktis Praktis 3,21 Praktis 3,18 Praktis RataRata 2,96 3,48 3,84 4,16 Cukup Baik Baik Baik Sangat Baik 3,61 Baik Kategori Pembahasan Modul yang dikembangkan pada penelitian ini adalah modul fisika materi suhu dan kalor berintegrasi kearifan 279 Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 5 no.3, Oktober 2017 lokal pembuatan minyak lala untuk dikategorikan cukup valid dan dapat melatih karakter sanggam. Modul fisika digunakan walaupun dengan revisi kecil. ini dikembangkan agar dapat digunakan Kemudian, sebagai panduan dan sumber belajar sebesar 0,77 dengan kategori derajat mandiri oleh siswa mengenai materi reliabilitas cukup. suhu dan kalor. Namun, tidak hanya diperoleh reliabilitasnya Berdasarkan hasil validasi isi dan sebagai modul panduan belajar saja validasi tetapi modul ini juga dikembangkan bahwa modul fisika materi suhu dan yaitu kalor dengan tujuan agar siswa tampilan modul berintegrasi diperoleh kearifan lokal memahami mengenai kearifan lokal pembuatan minyak lala untuk melatih disekitarnya pembuatan karakter sanggam dikategorikan cukup minyak lala dan kaitannya dengan mata valid dan dapat digunakan dengan revisi pelajaran fisika yang dipelajari siswa di kecil. sekolah. bahwa modul fisika yang dikembangkan khususnya Hasil tersebut menunjukkan Hasil validasi modul fisika ini ini layak dan dapat digunakan dalam dilihat dari dua aspek penilaian yaitu tahap uji coba di sekolah serta modul validasi isi modul dan validasi tampilan tersebut reliabel. Hal tersebut sesuai modul. Pada Tabel 7 dapat dilihat hasil dengan hasil penelitian yang dilakukan perhitungan validasi isi modul secara oleh Hidayanto, dkk (2016) bahwa keseluruhan yang telah divalidasi oleh validasi modul fisika dilakukan untuk akademisi dan praktisi diperoleh nilai mengetahui kelayakan modul apakah sebesar 79,41% sehingga isi modul layak atau tidak untuk dapat digunakan fisika yang dikembangkan dikategorikan pada cukup mengoptimalkan karakter siswa. valid dan dapat walaupun dengan Kemudian, diperoleh digunakan revisi kecil. pembelajaran Pada reliabilitasnya mengukur dalam penelitian kepraktisan ini, untuk modul yang sebesar 0,65 dengan kategori derajat dikembangkan reliabilitas cukup. Selanjutnya, pada angket respon siswa. Angket respon Tabel 8 dapat dilihat hasil perhitungan siswa terlebih dahulu divalidasi oleh validasi secara akademisi keseluruhan yang telah divalidasi oleh disebarkan akademisi dan praktisi diperoleh nilai menggunakan modul tersebut. Pada sebesar 78,20% tampilan Tabel 9 dapat dilihat hasil perhitungan modul fisika dikembangkan validasi untuk angket respon siswa tampilan modul sehingga yang 280 dengan rangka dan menggunakan praktisi kepada siswa sebelum yang Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 5 no.3, Oktober 2017 diperoleh nilai validitasnya yaitu sebesar tersebut menunjukkan bahwa tes hasil 72,02% sehingga angket respon siswa belajar kognitif siswa layak digunakan dikategorikan cukup valid dan dapat dan digunakan walaupun dengan revisi kecil. efektivitas Kemudian, reliabilitasnya dikembangkan serta tes hasil belajar sebesar 0,99 dengan kategori derajat tersebut reliabel walaupun masih ada reliabilitas tersebut beberapa butir soal yang direvisi sesuai respon dengan kritik dan saran dari validator. siswa layak serta reliabel untuk dapat Sesuai dengan menurut Purwanto (2014) digunakan dan disebarkan kepada siswa bahwa tes hasil belajar yang dibuat agar dapat mengukur kepraktisan modul harus mampu mengukur bagaimana fisika yang telah dikembangkan. Hal ini penguasaan siswa terhadap materi yang seperti yang dinyatakan oleh Darvina, telah dipelajari oleh siswa di modul atau dkk (2015) menyatakan bahwa validitas diajarkan oleh guru di kelas. diperoleh tinggi. menunjukkan Hasil bahwa angket diujicobakan untuk modul mengukur fisika yang merupakan suatu penilaian terhadap Kepraktisan modul fisika yang rancangan suatu instrumen di mana dikembangkan pada penelitian ini diukur instrumen tersebut dinilai apakah sudah dengan menggunakan angket respon layak atau belum. siswa yang disebarkan kepada siswa Tes hasil belajar kognitif berupa kelas X-2 di SMA Negeri 2 Paringin pretest dan posttest digunakan untuk setelah proses belajar mengajar dengan mengetahui efektivitas modul fisika menggunakan modul fisika materi suhu yang telah dikembangkan. Sebelum tes dan kalor berintegrasi kearifan lokal hasil belajar diujicobakan di sekolah, pembuatan minyak lala untuk melatih terlebih belajar karakter sanggam selesai. Pada Tabel 11 divalidasi oleh akademisi dan praktisi. dapat dilihat hasil analisis nilai angket Pada Tabel 10 dapat dilihat hasil respon perhitungan validasi tes hasil belajar modul yang diberikan siswa secara siswa diperoleh keseluruhan diperoleh rata-rata sebesar nilainya sebesar 83,75% sehingga tes 3,18 dengan kategori praktis. Hasil hasil belajar dikategorikan cukup valid analisis tersebut menunjukkan bahwa dan dapat digunakan walaupun dengan modul fisika materi suhu dan kalor revisi diperoleh berintegrasi kearifan lokal pembuatan dengan minyak lala untuk melatih karakter dahulu secara keecil. reliabilitasnya tes hasil keseluruhan Kemudian, sebesar 0,81 kategori derajat reliabilitas tinggi. Hasil sanggam 281 siswa dapat terhadap kepraktisan dikatakan praktis Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 5 no.3, Oktober 2017 digunakan saat pembelajaran di kelas siswa dalam pembelajaran. Hal tersebut oleh siswa agar mampu belajar secara didukung mandiri Azizahwati, dengan tujuan yang akan hasil penelitian dari (2015) yang dkk dicapai dapat terarah, serta memudahkan menyatakan bahwa hasil penelitian yang siswa untuk memahami materi suhu dan didapat menunjukkan bahwa melalui kalor serta aplikasinya terhadap kearifan pembelajaran berorientasi kearifan lokal lokal sekitar. Sesuai dengan teori dari mampu Widoyoko (2016) yaitu bahwa modul kognitif siswa. meningkatkan hasil belajar dapat dikatakan memiliki praktibilitas Pada penelitian ini modul fisika (kepraktisan) yang tinggi jika produk yang dikembangkan digunakan untuk tersebut melatih karakter daerah yang sudah bersifat dipahami praktis, dalam mudah pelaksanaan turun-temurun pembelajaran. Untuk kepada siswa yaitu karakter sanggam. Sanggam sendiri mengetahui seberapa menurut Kamus Bahasa Banjar memliki efektif modul fisika yang dikembangkan arti yang dilihat dari tes hasil kognitif siswa, karakter sanggam/kerja keras oleh siswa maka data nilai pretest dan posttest kelas X-2 dinilai dengan menggunakan dihitung dengan menggunakan N-gain. lembar Pretest dilaksanakan pada saat sebelum observer. Tingkat pencapaian karakter pembelajaran menggunakan sanggam atau kerja keras selalu diamati modul fisika berlangsung, sedangkan oleh observer pada setiap pertemuan posttest saat dapat dilihat pada Tabel 13. Dari hasil menggunakan analisis pencapaian karakter sanggam modul fisika selesai diajarkan kepada untuk setiap pertemuan, maka diperoleh siswa. Pada Tabel 12 terlihat bahwa rata-rata hasil perhitungan dengan menggunakan pertemuan pertama yaitu sebesar 2,96 persamaan N-gain untuk tes hasil belajar dengan kategori cukup baik, pada siswa sebanyak 25 orang diperoleh nilai pertemuan kedua sebesar 3,48 dengan <g> sebesar 0,89 dengan kategori tinggi. kategori baik, pada pertemuan ketiga Oleh karena itu, modul fisika materi sebesar 3,84 dengan kategori baik, dan suhu dan kalor berintegrasi kearifan pada pertemuan keempat sebesar 4,16 lokal pembuatan minyak lala untuk dengan kategori sangat baik. dilaksanakan pembelajaran melatih dengan dengan karakter pada sanggam dapat yaitu observasi Secara dikatakan efektif untuk dapat membantu kerja keras. oleh Pencapaian dua ketercapaiannya keseluruhan orang pada diperoleh rata-rata ketercapaian karakter sanggam 282 Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 5 no.3, Oktober 2017 yaitu sebesar 3,61 dengan kategori baik. penelitian yaitu sebagai berikut: (1) Artinya bahwa ketercapaian karakter validitas sanggam atau kerja keras siswa kelas X- dikembangkan 2 selama pembelajaran menggunakan lembar validasi oleh validator akademisi modul fisika yang telah dikembangkan dan praktisi dan dikategorikan cukup terus valid, (2) kepraktisan modul fisika yang meningkat pada setiap modul diukur yang menggunakan pertemuannya sehingga diperoleh hasil dikembangkan bahwa ketercapaiannya dikategorikan angket respon siswa dan dikategorikan baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa praktis untuk digunakan pada saat siswa mulai mampu melatih karakter proses pembelajaran, (3) efektivitas sanggam pada dirinya secara terus modul fisika yang dikembangkan diukur menerus mulai dari awal pertemuan menggunakan tes hasil belajar kognitif sampai pada akhir pertemuan dengan siswa berupa pretest dan posttest dengan menggunakan untuk kategori efektivitas modul fisika yaitu melatih karakter sanggam siswa agar tinggi, dan (4) pencapaian karakter karakter sanggam modul tersebut fisika dapat terus atau diukur fisika kerja menggunakan keras diukur berkembang. Hal tersebut sesuai dengan menggunakan lembar observasi oleh hasil penelitian Hidayanto, dkk (2016) observer dan diperoleh hasil pencapaian yaitu bahwa dengan mengembangkan karakter siswa dikategorikan baik. modul fisika berbasis kearifan lokal dapat mengoptimalkan karakter siswa DAFTAR PUSTAKA serta dapat membuat pembelajaran sains kearifan lokal. Akbar, S. (2015). Instrumen Perangkat Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. SIMPULAN Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta. lebih beragam dengan mengoptimalkan Berdasarkan hasil pengembangan Asriati, N. (2012). Mengembangkan Karakter Peserta Didik Berbasis Kearifan Lokal Melalui Pembelajaran di Sekolah. Jurnal Pendidikan Sosiologi dan Humaniora , 3(2), 106-119. dan uji coba yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahawa: Modul Fisika materi suhu dan kalor berintegrasi kearifan lokal pembuatan minyak lala untuk melatih karakter sanggam layak Azizahwati, Maaruf, Z., Yassin, R. M., & Yuliani, E. (2015). Pengembangan Modul untuk digunakan. Hal tersebut didukung berdasarkan pada data temuan saat 283 Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 5 no.3, Oktober 2017 Pembelajaran Fisika SMA Berbasis Kearifan Lokal untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Prosiding Pertemuan Ilmiah XXIX HFI Jateng & DIY, ISSN: 0853-0823, 70-73. Misbah, Wati, M., & Lestari, P. A. (2016). Effectiveness Physics Module Class X Using Cooperative Learning Model With a Peer Assessment. International Conference on Educational Research and Innovation Proceedings, ISSN:2443-1753 , 199-202. Darvina, Y., Masril, & Murtiani. (2015). Implementasi Buku Ajar Fisika Bermuatan Nilai-Nilai Karakter pada Kelas XI Semester 1 di SMA Kota Padang. Prosiding Semirata bidang MIPA BKS-PTN Barat, 132-140. Mukarramah (2016). Pengembangan Modul Fisika pada Pokok Bahasan Listrik Dinamis Menggunakan Model Discovery Learning di SMAN 5 Banjarmasin. Skripsi. Banjarmasin: Universitas Lambung Mangkurat. Tidak Dipublikasikan. Fajarini, U. (2014). Peranan Kearifan Lokal dalam Pendidikan Karakter. Jurnal Sosio Didaktika, 1(2), 123130. Hake, Patmawati, D., Johar, R., & Zubaidah, T. (2013). Pembelajaran Segitiga dengan Pendekatan Konstektual Berbasis Karakter di Kelas VII SMP Negeri 3 Banda Aceh Tahun Pelajaran 2012/2013. Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, 6(2) , 120-129. R. R. (1998). Interactiveengagement versus traditional methods: A six-thousand-student survey of mechanics test data for introductory physics courses. American Journal of Physics, 66(1), 64-74. Hidayanto, F., Sriyono, & Ngazizah, N. (2016). Pengembangan Modul Fisika SMA Berbasis Kearifan Lokal untuk Mengoptimalkan Karakter Peserta Didik. Jurnal Radiasi 9(1) , 24-29. Prastowo, A. (2015). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: DIVA Press. Purwanto. (2014). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hidayat, K. (2008). SANGGAM Perjalanan Panjang Menuju Otonomi Balangan (1963-2003). Surabaya: Perum Percetakan Negara RI. Rahmayanti, P. R., Wati, M., & Mastuang. (2017). Pengembangan Modul Suhu dan Kalor Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Somatic, Auditory, Visual, and Intellegent (SAVI) untuk Siswa Kelas X SMA Negeri 7 Banjarmasin. Berkala Ilmiah Fisika, 4(3) , 192-200. Maulida, M., Wati, M., & Annur, S. (2015). Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Pendidikan Karakter dalam Mendukung Implementasi Kurikulum 2013. Berkala Ilmiah Fisika, 3(1), 1119. 284 Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 5 no.3, Oktober 2017 Wagiran. (2012). Pengembangan Karakter Berbasis Kearifan Lokal Hamemayu Hayuning Bawana. Jurnal Pendidikan Karakter. ISSN: 2089-5003, 2(3), 329-339. Wati, M., Misbah, Ramadhaniah, N. I., & Mahtari, S. (2017). Pengembangan Modul Fisika pada Pokok Bahasan Fluida Statik dengan Menggunakan Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) di SMAN 4 Banjarmasin. Proceeding Seminar Nasional IPA VIII, ISBN: 978602-70197-3-7 , 117-123. Widoyoko, E. P. (2016). Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 285