BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka dipergunakan untuk mendukung penelitian ini lebih lanjut. Pada kajian pustaka dicantumkan beberapa penelitian terdahulu yang dianggap memiliki relevansi dengan penelitian ini. Penelitian-penelitian tersebut dapat dijadikan bahan acuan, referensi perbandingan dan pertimbangan dalam penelitian ini. Pasaribu (2011) dalam skripsinya yang berjudul Analisis Perbandingan Mitologi Masyarakat Jepang dan Masyarakat Batak Toba Tentang Asal Usul Manusia. Dalam skripsinya Pasaribu memfokuskan pada perbandingan mitologi masyarakat Jepang dan masyarakat Batak Toba mengenai asal usul manusia. Dalam skripsinya, Pasaribu menggunakan teori semiotik yang dikemukakan oleh Paul Cobbley dan Litza Janz untuk mengetahui mitologi masyarakat Jepang dan masyarakat Batak Toba tentang asal-usul manusia, sedangkan untuk mengetahui persamaan dan perbedaan kedua masyarakat tersebut, Pasaribu menggunakan teori komparatif yang dikemukakan oleh Soekanto. Metode dan teknik pengumpulan data yang digunakan oleh Pasaribu adalah metode kepustakaan, sedangkan metode dan teknik penganalisan data menggunakan metode deskriptif analisis. Hasil analisis diketahui bahwa dalam mitologi Jepang diketahui bahwa pulau Jepang berasal dari Dewa Izanagi dan Dewi Izanami. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Pasaribu, yaitu sama-sama meneliti mengenai mitologi jepang. Dalam skripsi milik Pasaribu meneliti 9 10 mengenai mitologi jepang berkhusus kepada dewa-dewa pembentuk dan penciptaan manusia, sedangkan dalam penelitian ini meneliti mengenai dewa kematian. Karena asal usul mengenai dewa-dewa yang menciptakan manusia sudah diperkenalkan dalam penelitian Pasaribu, dalam penelitian ini dibahas mengenai dewa kematian yang masih jarang diteliti. Penelitian Pasaribu dapat digunakan sebagai kajian dalam penelitian. Dwi Putra (2010), dalam thesisnya yang berjudul Analisis Pengaruh Dewa-dewa Budha di Cina dan Hindu di India Terhadap Shichifukujin dalam Kepercayaan Shintou, memfokuskan penelitiannya mengenai pengaruh masuknya kepercayaan-kepercayaan Budha dan Hindu di Jepang terhadap Shichifukujin yang merupakan tujuh dewa keberuntungan dalam kepercayaan Shintou. Dewadewa tersebut adalah dewa kebijaksanaan dan dewa panjang umur (Juroujin dan Fukurokuju), dewa kebahagiaan (Hotei), dewa kekayaan dan pelindung pertanian (Daikouten), dewi seni dan musik (Benzaiten), dewa perang atau dewa pejuang (Bishamonten), dan dewa pelindung pelayaran (Ebisu). Dalam skripsinya, Ronny lebih berfokus pada penelitian mengenai Hotei, Daikouten, Benzaiten, dan Bishamonten. Ia menggunakan konsep difusi dan asimilasi untuk menentukan pengaruh masuknya penggambaran dewa-dewa melalui kepercayaan Budha dan Hindu, terhadap Shichifukujin. Dari hasil penelitiannya, Hotei merupakan dewa yang mendapat pengaruh dari dewa dalam agama Buddha di Cina (Budai). Sedangkan Daikouten, Benzaiten, dan Bishamonten mendapat pengaruh dari dewa-dewa dalam agama Hindu (Mahakala, Sarasvati, dan Kuvera). Dalam penelitiannya, Ronny mengangkat mengenai mitologi masyarakat Jepang 11 mengenai Shichifukujin yaitu tujuh dewa keberuntungan di Jepang, sedangkan dalam penelitan ini lebih difokuskan pada Shinigami yaitu dewa kematian. Yudiawati (2013), dalam skripsinya yang berjudul Mitologi Jepang dalam komik Naruto karya Masashi Kishimoto, memfokuskan penelitiannya pada penggunaan nama-nama dewa-dewi dalam mitologi Jepang, yang digunakan sebagai nama-nama jurus yang digunakan Naruto dan kawan-kawannya. Contohnya jurus susanoo o ataupun jurus amaterasu. Dalam penelitiannya, Yudiawati menggunakan teori antropologi sastra, dan menggunakan teori semiotika Danesi. Adapun persamaan penelitian ini dengan skripsi Yudiawati, terletak pada penggunaan teori semiotika Danesi, dan penggunaan metode teknik penganalisisan data dengan menggunakan metode deskripstif analisis. Perbedaannya terletak pada penekanan mitologi Jepang yaitu Shinigami yang terdapat dalam komik Bleach. Penelitian Yudiawati dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan penganalisisan menggunakan teori semiotika Danesi. Saraswati (2013), dalam skripsinya yang berjudul Youkai dalam komik Inuyasha karya Takahashi Rumiko, menggunakan teori antropologi sastra dengan teori semiotika Danesi. Penelitian dalam skripsi Saraswati, memfokuskan kepada jenis dan peran youkai dalam manga Inuyasha dan makna youkai bagi masyarakat Jepang. Metode penganalisisan data menggunakan metode deskriptif analisis. Persamaan skripsi Saraswati dengan penelitian ini, terletak pada penggunaan teori semiotika Danesi. Perbedaannya adalah objek yang dikaji yaitu youkai dan shinigami. Penelitian Saraswati yang menggunakan teori semiotika Marcel Danesi 12 dapat dijadikan acuan menganalisis tugas shinigami yang terdapat dalam penelitian ini. 2.2 Konsep Penelitian ini mempergunakan beberapa konsep yaitu sebagai berikut : 2.2.1 Mitos Kata mitos berasal dari bahasa Yunani mythos “kata”, “ujaran”, “kisah tentang dewa-dewa”. Sebuah mitos adalah narasi yang karakter-karakter utamanya adalah para dewa, para pahlawan, dan makhluk mistis, plotnya berputar di sekitar asal-muasal benda-benda atau di sekitar makna benda-benda, dan setingnya adalah dunia metafisika yang berlawanan dengan dunia nyata. Pada tahap awal kebudayaan manusia, mitos berfungsi sebagai teori asli mengenai dunia. Seluruh kebudayaan telah menciptakan kisah-kisah semacam itu untuk menjelaskan asalusul mereka (Danesi, 2010: 206-207). Mitos diartikan sebagai cerita suatu bangsa tentang dewa dan pahlawan zaman dahulu, mengandung penafsiran tentang asalusul semesta alam, manusia, dan bangsa tersebut mengandung arti mendalam yang diungkapkan secara gaib. 2.2.2 Shinigami Shinigami adalah dewa kematian, malaikat maut (Kenji Matsuura, 1994: 921). Penggambaran umum mengenai Shinigami yang terdapat dalam Ehon Hyaku Monogatari 1841, adalah sesosok roh yang menyebabkan orang berkeinginan untuk bunuh diri dan sosok tersebut juga kerap kali mengganggu manusia dan membuat orang meninggal ditempat yang sama berulang kali 13 Issei Handa dan Daniel Komen (The Bleach Breakdown, 2007) menyebutkan: “perception of shinigami, one of a god of order who brings souls to their rightful place and maintains peace in the world after dead. Shinigami have been called “the gods most indispensable serfs”, and it has been said that shinigami are necessary to leads souls to heaven before they start wandering around out of their bodies and causing mischief” (The Bleach Breakdown, 2007: 18). Terjemahan: Shinigami adalah sebuah persepsi dari salah satu dewa yang membawa jiwa menuju tempat yang damai dan mempertahankan kedamaian di dunia yang ada setelah kematian. Shinigami disebut sebagai “dewa yang paling penting dalam pelayanan”, dan disebutkan bahwa shinigami penting untuk menuntun jiwa menuju surga sebelum mereka mulai berkeliaran keluar dari tubuh dan menyebabkan kerusakan. Dalam kutipan diatas disebutkan bahwa shinigami adalah dewa yang mempunyai peran yang penting karena shinigami menuntun jiwa menuju surga sebelum jiwa tersebut membuat kerusakan. Selain itu shinigami juga menuntun jiwa menuju tempat yang tenang di dunia yang ada setelah kematian. 2.3 Kerangka Teori. Teori merupakan sebuah landasan yang akan menjadi acuan pokok untuk penganalisisan data. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori strukturalisme dan teori semiotika Danesi. 2.3.1 Teori Strukturalisme Teori strukturalisme memandang dan memahami karya sastra dari segi struktur karya sastra itu sendiri. Karya sastra dipandang sebagai sesuatu yang otonom, berdiri sendiri, bebas dari pengarang, realitas, maupun pembaca (Teeuw, 1984). Pendekatan structural bertujuan membongkar dan memaparkan secermat, 14 seteliti, semendetail, dan semendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua unsur dan aspek karya sastra yang sama-sama menghasilkan makna yang menyeluruh (Teeuw, 1984). Analisis teori strukturalisme difokuskan pada unsur intrinsik karya sastra. Unsur intrinsik tersebut antara lain tema dan amanat, tokoh dan penokohan, alur, latar, dan sudut pandang. Dalam penelitian ini difokuskan kepada penggunaan teori strukturalisme tentang tokoh dan penokohan. Tokoh adalah para pelaku yang terdapat dalam sebuah fiksi. Tokoh dalam fiksi merupakan ciptaan pengarang, meskipun dapat juga merupakan gambaran dari orang yang hidup di alam nyata. Oleh sebab itu, dalam sebuah fiksi tokoh hendaknya dihadirkan secara alamiah. Dalam arti tokoh-tokoh itu memiliki “kehidupan” atau berciri “hidup”, atau memiliki derajat lifelikeness (Sayuti, 2000: 68). Sama halnya dengan manusia yang ada di alam nyata, yang bersifat tiga dimensi, maka tokoh dalam fiksi pun hendaknya memiliki dimensi fisiologis, sosiologis, dan psikologis. Dimensi fisiologis meliputi usia, jenis kelamin, keadaan tubuh, ciri-ciri muka, dan sebagainya. Dimensi sosiologis meliputi status sosial, pekerjaan, jabatan, peranan di dalam masyarakat, pendidikan, agama, pandangan hidup, ideologi, aktivitas sosial, organisasi, kebiasaan, bangsa, suku, dan keturunan. Dimensi psikologis meliputi mentalitas, ukuran moral, keinginan dan perasaan pribadi, sikap dan kelakuan (tempramen), juga intelektualitasannya (IQ). Teori strukturalisme digunakan untuk menganalisis tokoh-tokoh shinigami dalam komik Bleach dari dimensi sosiologis dan fisiologis yaitu penggambaran 15 secara fisik dari dimensi fisologis sedangkan dimensi sosiologis yaitu membahas tugas shinigami. 2.3.2 Teori Semiotika Teori semiotika digunakan untuk menganalis tanda-tanda yang ada di dalam komik, seperti pakaian, ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan lain-lain. Teori semiotika yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori semiotika Danesi. Danesi (2010: 223) menjelaskan bahwa, komik adalah narasi yang diceritakan melalui sejumlah gambar yang diatur di dalam garis-garis horizontal, strip, atau kotak, yang disebut panel, dan dibaca seperti teks verbal dari kiri ke kanan. Komik biasanya menggambarkan petualangan suatu karakter atau lebih dalam rangkaian waktu yang terbatas. Dialog direpresentasikan oleh kata-kata yang dilingkari di dalam balon, yang dikeluarkan dari mulut atau kepala karakter yang berbicara. Sebagian besar gerakan diilustrasikan melalui penggunaan garis dari berbagai ukuran. Dalam penelitian ini, teori semiotika digunakan untuk menganalisis penggambaran Shinigami dalam bentuk fisik, warna, ekspresi wajah, pakaian, bahasa tubuh, maupun kata-kata, serta makna yang terkandung dalam penggambaran tersebut.