Ciri neo gotik ..., Anyari Indah Lestari, FIB UI, 2013

advertisement
Ciri neo gotik ..., Anyari Indah Lestari, FIB UI, 2013
Ciri neo gotik ..., Anyari Indah Lestari, FIB UI, 2013
Ciri neo gotik ..., Anyari Indah Lestari, FIB UI, 2013
Ciri neo gotik ..., Anyari Indah Lestari, FIB UI, 2013
DAFTAR ISI
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME.................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................................................ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH......................................................iii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iv
ABSTRAK / ABSTRACT........................................................................................................v
1. PENDAHULUAN.................................................................................................................1
2. NEO-GOTIK.........................................................................................................................2
3. GEREJA KATEDRAL JAKARTA..,...................................................................................5
4. CIRI NEO-GOTIK PADA ARSITEKTUR GEREJA KATEDRAL
JAKARTA.............................................................................................................................6
5. SIMPULAN.........................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................13
iv
Ciri neo gotik ..., Anyari Indah Lestari, FIB UI, 2013
Ciri Neo-Gotik Pada Arsitektur Gereja Katedral Jakarta
Anyari Indah Lestari
Zahroh Nuriah
Program Studi Belanda, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia (UI),
Depok 16424, Indonesia
Abstrak
Artikel ini memaparkan ciri-ciri gaya Neo-Gotik yang diaplikasikan pada Gereja Katedral
Jakarta. Gaya arsitektur Neo-Gotik dibawa ke Indonesia pada masa kolonial Belanda.
Informasi mengenai gaya gereja diperoleh melalui komponen-komponen arsitektural dan
ornamental yang terdapat pada bangunan tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode deskriptif dengan penerapan teori Neo-Gotik dari Nicola Coldstream. Hasil
penelitan berupa paparan ciri khas gaya arsitektur Neo-gotik pada Gereja Katedral Jakarta
tergambar dari komponen arsitektural dan komponen ornamental bangunan tersebut seperti
penggunaan material beton, kayu dan konstruksi baja.
Kata kunci: Arsitektur Eropa; Arsitektur Kolonial Belanda; Gereja Katedral Jakarta; NeoGotik; Neo-Klasik
The Characteristics of Neo-Ghotic in the Architecture of Cathedral Church in
Jakarta
Abstract
This article describes the characteristics of Neo-Gothic of Cathedral Church in Jakarta. NeoGothic style was brought to Indonesia on the Dutch colonial period. The informations about
the church’s style will be obtained through the architectural components and ornamental
components of the building. The method used in this article is a descriptive method by
applicating the theory of Neo-Gothic style by Nicola Coldstream. Research results present the
typical Neo-Gothic architectural style of the Cathedral that can be seen from the architectural
components and ornamental components of the building such as the use of concrete materials,
wood, and steel construction.
Keywords: Cathedral Church Jakarta; Dutch Colonial Architecture; European Architectur;
Neo-Gothic; Neo-Classical
v
Ciri neo gotik ..., Anyari Indah Lestari, FIB UI, 2013
Ciri Neo-Gotik Pada Arsitektur Gereja Katedral Jakarta
1. PENDAHULUAN
Kolonialisasi Belanda di Indonesia membawa banyak pengaruh bagi perkembangan
bangsa ini. Dalam bukunya yang berjudul Arsitektur Kolonial Belanda di Indonesia (1993),
Yulianto Sumalyo mengungkapkan bahwa selama masa pejajahan Belanda, Indonesia
mengalami pengaruh Occidental (barat) dalam berbagai aspek yang ikut terpengaruh adalah
arsitektur. Pengaruh tersebut dapat dilihat melalui bentuk kota dan bangunan-bangunan yang
ada (Sumalyo, 1993 :1). Bangsa Belanda merasa berkepentingan untuk membuat bangunanbangunan sebagai fasilitas penunjang kegiatan mereka selama di Indonesia.
Pada masa bangsa Belanda mulai menguasai Indonesia, tentu mereka juga memiliki
keinginan untuk melaksanakan ibadah menurut keyakinan mereka, sehingga dibangunlah
gereja-gereja sebagai fasilitas tempat ibadah mereka, juga bagi masyarakat pribumi yang
mempunyai keyakinan yang sama, salah satunya Gereja Katedral Jakarta.
Kolonialisasi yang dilakukan oleh bangsa Belanda di Indonesia berlangsung dalam
rentang waktu yang lama sehingga menghasilkan banyak bangunan bergaya arsitektur Eropa.
Tren Gaya Bagunan yang terjadi di Eropa juga terbawa ke daerah jajahan seperti Indonesia,
walaupun tidak sama persis seperti yang ada di Eropa. Hal ini disebabkan karena Indonesia
memiliki iklim yang jauh berbeda dengan iklim negara Belanda.
Gereja Katedral Jakarta merupakan satu dari bangunan-bangunan yang dibangun pada
masa kolonial. Pengaruh gaya arsitektur Eropa jelas terlihat pada bangunan ini. Dalam artikel
ini akan dipaparkan gaya arsitektur Neo-Gotik yang mempengaruhi Gereja Katedral tersebut.
Data mengenai gaya gereja diperoleh melalui komponen-komponen arsitektural1 dan
1
Komponen arsitektural adalah komponen bangunan yang cara pengerjaannya dilakukan bersamaan dengan
pengerjaan bangunan secara keseluruhan, berupa komponen bangunan yang secara teknis merupakan struktur
yang menerima beban konstruksi tertentu atau konstruksi bangunan secara keseluruhan. Dapat juga berupa
komponen bangunan yang menjadi faktor terbentuknya bangunan (Alputila, 2009 ; 12)
1
Ciri neo gotik ..., Anyari Indah Lestari, FIB UI, 2013
ornamental2 yang terdapat pada bangunan zaman kolonial tersebut. Artikel ini memberikan
penjelasan kepada pembaca bahwa bangunan-bangunan di Indonesia banyak ditulari oleh
bangsa Belanda. Dengan begitu dapat dipelajari bentuk dan ciri-ciri arsitektur yang
diaplikasikan pada bangunan di Indonesia, contohnya ciri gaya Neo-Gotik pada bangunan
Gereja Katedral Jakarta ini.
Penelitian terhadap bangunan Gereja Katedral Jakarta dilakukan secara deskriptif
dengan tujuan untuk memberikan gambaran secara jelas tentang gaya yang digunakan pada
Gereja Katedral Jakarta. Penelitian ini merupakan studi kasus, yaitu penelitian tentang status
subyek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan
personalitas untuk memberikan sebuah gambaran secara mendetil tentang latar belakang,
sifat-sifat dan karakter yang khas dari kasus (Moh. Nazir, 1988:66).
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Neo-Gotik dari Nicola
Coldstream. Pengumpulan data dilakukan dalam beberapa langkah, yaitu dengan observasi
bangunan secara langsung, pendokumentasian, serta studi literatur, antara lain, buku dan
jurnal, serta artikel yang terdapat di beberapa situs internet. Tahap selanjutnya mengolah dan
menganalisis data yang telah diperoleh. Terakhir ditarik kesimpulan dari penelitian ini.
2. NEO-GOTIK
Perkembangan arsitektur bangunan di dunia selalu mengalami perubahan dari waktu ke
waktu. Klasikisme adalah aliran pemikiran yang muncul di Eropa dan memberi pengaruh kuat
kepada kebudayaan abad ke-17 dan ke-18 secara keseluruhan. Arsitektur klasik di Eropa
muncul dan berkembang dari sekitar 3000 SM (jaman Yunani) sampai abad ke-17 dan ke-18.
Pengulangan gaya arsitektur yang dimulai pada abad ke-18 di Eropa menandakan bahwa
arsitektur Klasik masih diminati dan dianggap sebagai karya yang bermutu tinggi.
Neo-Gotik mulai muncul dalam Neo-Stijlen atau disebut juga arsitektur Neo-Klasik yang
berkembang antara abad ke-18 dan ke-19 hingga sekarang. Arsitektur Neo-Klasik merupakan
pengulangan bentuk arsitektur Klasik (Arsitektur Yunani, Romawi, Kristen Awal, Bisantin,
2
Komponen ornamental adalah komponen bangunan yang secara teknik pengerjaannya dapat dilakukan setelah
pengerjaan bangunan secara keseluruhan selesai dikerjakan. Komponen ornamental ini terutama berupa hiasanhiasan (seni dekoratif) pada bangunan (Alputila, 2009 ; 12).
2
Ciri neo gotik ..., Anyari Indah Lestari, FIB UI, 2013
Carolingian dan Romanes, Gotik, Reinaisans, Barok dan Rokoko) secara sebagian atau utuh.
Pengulangan bentuk Klasik yang terjadi pada zaman sesudahnya ini membuktikan bahwa
bangunan dengan gaya seperti itu diapresiasi dengan baik oleh masyarakat pada zaman
arsitektur ini dibangun (Alputila, 2009 ; 10).
Neo-Gotik atau juga dikenal Gothic Revival atau Victorian Gothic mulai berkembang di
Inggris pada tahun 1740. Gaya ini diterapkan hampir di seluruh bangunan peribadatan
(gereja), kastil, istana, dan bangunan-bangunan yang dihuni oleh pemerintahan ataupun kaum
bangsawan di beberapa negara Eropa. Gaya arsitektur abad pertengahan lebih mementingkan
konstruksi bangunan dari pada segi estetika (Nicola Coldstream: 2002 : 27).
Di Belanda, Neo-Gotik pertama kali diperkenalkan ketika raja Willem II memberikan
perintah membangun balai kota di Tilburg. Gaya arsitektur yang digunakan mencontoh
dekorasi bangunan Inggris bergaya Neo-Gotik di Oxford. Ciri khas arsitektur bangunan NeoGotik tentunya tidak terlepas dari gaya lamanya, Gotik. Di Belanda arsitektur Neo-Gotik
banyak diaplikasikan pada bangunan-bangunan yang memiliki fungsi yang berguna untuk
masyarakat umum. Bangunan dengan gaya Neo-Gotik yang paling mencolok ialah gereja
(Architectenweb: 2001-2011).
Tokoh yang terkenal dengan gaya arsitektur Neo-Gotik di Belanda adalah Pierre Cuypers.
Ia adalah seorang yang bertanggung jawab atas banyak gereja Neo-Gotik di Belanda.
Meskipun terkadang ia memasukkan unsur kontemporer pada karyanya, tetap saja sebagian
besar bangunan tersebut berada pada garis arsitektur Neo-Gotik (Architectenweb: 2001-2011).
Neo-Gotik adalah gaya arsitektur berupa gaya Gotik yang berkembang ke arah lebih
modern. Pada arsitektur gaya Gotik yang asli, langit-langit bangunan dibuat dari batu alam
dan merupakan kesatuan konstruksi sebagai penyangga atap. Gereja Gotik abad pertengahan
hampir seluruhnya dibuat dari batu alam, maka ciri khasnya adalah lengkungan yang bertemu
melancip ke atas dan memberikan ekspresi ke atas yang sangat sesuai dengan bangunan
ibadah (Nicola Coldstream : 2002 : 35,55).
Menurut buku A History of Interior Design oleh John Pile (2003), karakter umum dari
gaya Gotik adalah :
1. Hampir semua bangunan gaya Gotik menggunakan material batu alam sebagai bahan
pembangunannya.
3
Ciri neo gotik ..., Anyari Indah Lestari, FIB UI, 2013
2. Bangunan dengan gaya Gotik banyak yang menggunakan patung orang suci dalam
jumlah yang besar. Penggunaan flying buttresses (penopang tiang yang melayang)
juga merupakan ciri khas dari gaya Gotik.
3. Ornamen dekoratif pada gaya gotik memiliki detil yang sangat rumit.
Dalam bukunya yang berjudul Medieval Architecture, Nicola Coldstream (2002)
menjelaskan karakter umum gaya Neo-Gotik :
1. Gaya Neo-Gotik merupakan pengulangan dari gaya Gotik yang mengalami
penyederhanaan karena tumbuh pada saat modernisasi.
2. Pada bangunan bergaya Neo-Gotik, ornamen pada dinding yang rumit digantikan
dengan permainan molding (ornamen hias) yang lebih sederhana.
3. Dengan berkembangnya pengetahuan dan teknologi bahan dasar batu alam yang
digunakan pada bangunan bergaya Gotik digantikan dengan material beton, kayu, dan
konstruksi baja yang memungkinkan bentuk bangunan menjadi lebih ramping, dan
dengan demikian penggunaan flying buttresses (penopang tiang yang melayang)
dihilangkan.
Bangunan bergaya Neo-Gotik menekankan vertikalitas dan ketinggian bangunan dengan
jendela kaca yang sangat besar tersebut memiliki fungsi agar cahaya lebih banyak masuk ke
dalam bangunan. Jendela-jendela tersebut bersudut lengkung patah (pointed arch) dan sangat
dekoratif. Ornamen yang digunakan pada bangunan bergaya Neo-Gotik berupa permainan
molding (ornamen hias) yang lebih sederhana dibandingkan dengan yang bergaya Gotik.
Diantaranya Gargoyle, yaitu ornamen ukir makhluk imajiner dari batu atau kayu yang
merepresentasikan sosok manusia atau binatang. Selain itu, pada pangkal pilar ada pula
ornamen berbentuk tumbuhan atau dedaunan yang disebut Foliage sculpture. Material yang
digunakan dalam gaya Neo-Gotik menggunakan material beton, kayu dan konstruksi baja
yang memungkinkan bentuk bangunan menjadi lebih ramping. Penggunaan material ini bukan
hanya pada bangunan namun juga ornamen-ornamen bangunan.
4
Ciri neo gotik ..., Anyari Indah Lestari, FIB UI, 2013
3. GEREJA KATEDRAL JAKARTA
Gereja Katedral Jakarta atau yang bernama resmi Gereja Santa Maria Pelindung
Diangkat Ke Surga (De Kerk van Onze Lieve Vrouwe ten Hemelopneming) adalah salah satu
tempat peribadatan umat beragama Katholik yang terletak di Jakarta. Bangunan Gereja
Katedral yang megah dan berdiri kokoh ini mulai didirikan pada tahun 1891 untuk
menggantikan bangunan gereja lama yang runtuh pada tanggal 9 April 1980. Gereja ini
dirancang dan dimulai oleh Pastor Antonius Dijkmans kemudian diresmikan dan diberkati
pada 21 April 1901 oleh Mgr. Edmundus Sybradus Luypen, SJ, Vikaris Apostolik Jakarta (R.
Kurris, S.J., 1992 : 130).
Pastor Antonius Dijkmans seorang ahli bangunan yang pernah berguru kepada Violetle-Duc dari Perancis dan dan juga kepada Cuypers dari Belanda, menjadi Orang yang ditunjuk
dan dipercaya untuk menjadi perencana dan arsitek pembangunan gereja ini (Katedral Jakarta
Website, 2006).
Gereja katedral yang sudah berdiri lebih dari 100 tahun dan bercorak arsitektur NeoGotik ini bentuk dasarnya merupakan salib sepanjang 60 meter, lebar bagian utama 10 meter
ditambah 5 meter di setiap sisinya. Gereja ini berukuran cukup besar dengan bangku-bangku
cukup kokoh dan ketinggian ruang yang sangat mengagumkan. Ketinggian pada bagian
tengah langit-langit gereja ini mencapai 17 meter yang dimahkotai oleh sebuah menara kecil
yang puncaknya mencapai 45 meter, sedangkan dua menara besi di sisi kanan dan kiri pintu
utama mencapai 60 meter (Gambar 1). Ruang altar menempati bagian atas batang salibnya (R.
Kurris, S.J., 1992 : 130).
GAMBAR 1 : Gereja Katedral merupakan jenis gereja salib (Trimble 3D Warehouse : 2013).
5
Ciri neo gotik ..., Anyari Indah Lestari, FIB UI, 2013
Pintu utama pada Gereja Katedral Jakarta ini mengikuti gaya dasar Gotik karena
dijadikan titik pusat perhatian pada sisi depan gereja tersebut dengan adanya hiasan dan
ornamen yang bernilai seni tinggi (Gambar 2).
GAMBAR 2 : Pada Pintu utama Gereja Katedral Jakarta. (Dokumen Pribadi)
4. CIRI NEO-GOTIK PADA ARSITEKTUR GEREJA KATEDRAL JAKARTA.
Dalam buku Handinoto (1996) yang berjudul “ Perkembangan Kota dan Arsitektur
Kolonial Belanda di Surabaya (1870-1940)”, Hellen Jessup menjelaskan bahwa pada tahun
1800-an sampai tahun 1902 bangunan yang ada di Indonesia dibangun dengan arsitektur NeoKlasik. Hal ini bertujuan untuk menonjolkan status orang Belanda sebagai penguasa pada saat
itu.
Gereja Katedral Jakarta mulai dibangun pada tahun 1891. Jika dimasukan dalam
pembabakan gaya yang diajukan Hellen Jessup, maka gaya arsitektur Gereja Katedral Jakarta
mengacu pada periode 1800-1902. Dengan begitu gaya arsitektur yang melatari Gereja
Katedral Jakarta sedikit banyak mengikuti gaya arsitektur yang secara keseluruhan sedang
berkembang di Indonesia yaitu Neo-Klasik, termasuk Neo-Gotik sebagai salah satu
cabangnya.
6
Ciri neo gotik ..., Anyari Indah Lestari, FIB UI, 2013
Ciri-ciri Neo-Gotik pada komponen bangunan Gereja Katedral di Jakarta pertama
dapat dilihat dari bentuk menara. Menara yang dalam arsitektur asli Gotik dibuat dari susunan
batu alam secara filigran (rajutan halus), pada Gereja Katedral sudah diganti dengan baja
(Gambar 3). Di Eropa digunakan konstruksi baja dengan hiasan seolah-olah berupa pahatan
batu. Gaya ini merupakan pengaruh guru besar arsitek Violet le Duc, yang memiliki banyak
pengikut, termasuk Dijkmans. Di Belanda, Cuypers juga menerapkan arsitektur Neo-Gotik ini
pada bangunan-bangunan di Belanda (Han Awal, 2001).
GAMBAR 3 : Menara Gereja Katedral sudah diganti dengan bahan modern, yaitu baja. (Dokumen
Pribadi)
Ciri yang kedua adalah ciri hiasan lengkung menyudut atau pointed architecture yang
berbentuk ramping, meninggi, dan berujung lengkung menyudut. Penggunaan pointed
architecture ini terlihat dari bentuk ambang pintu utama, pintu sayap kanan dan kiri, jendela,
hiasan pada langit-langit, pagar, tiang, dan kaca patri (Gambar 4).
GAMBAR 4 : Bentuk pointed architecture pada ambang pintu utama, pintu sayap kanan dan
kiri, jendela, hiasan pada langit-langit, pagar, tiang, dan kaca patri. (Dokumen Pribadi)
7
Ciri neo gotik ..., Anyari Indah Lestari, FIB UI, 2013
Ciri ketiga dapat dilihat dari penggunaan jendela bundar pada dinding di atas pintu
masuk utama yang berbentuk bunga mawar dan terbuat dari kaca mosaik yang berwarnawarni. Jendela ini bernama Rozeta (Gambar 5). Selain itu juga dapat dilihat dari penggunaan
jendela-jendela besar dengan kaca mosaik warna-warni dari bahan stained glass atau kaca
timah yang terdapat pada sekitar altar (Gambar 6).
GAMBAR 5 : Jendela bundar pada dinding di atas pintu masuk utama yang berbentuk bunga
mawar dan terbuat dari kaca mosaik yang berwarna-warni. (Dokumen Pribadi)
GAMBAR 6 : Penggunaan jendela-jendela besar dengan kaca mosaik warna-warni dari bahan
kaca timah (stained glass) yang terdapat pada sekitar altar. (Dokumen Pribadi)
8
Ciri neo gotik ..., Anyari Indah Lestari, FIB UI, 2013
Ciri keempat terlihat dari adanya jendela-jendela kecil memanjang yang diletakan
berhimpitan dalam satu lengkungan kusen seperti yang terdapat pada sisi kanan dan kiri pintu
masuk utama gereja, juga jendela di sisi kanan dan kiri gereja yang diberi hiasan dan ukiran
(Gambar 7).
GAMBAR 7 : Jendela-jendela kecil memanjang yang diletakan berhimpitan dalam satu
lengkungan kusen yang diberi hiasan dan ukiran. (Dokumen Pribadi)
9
Ciri neo gotik ..., Anyari Indah Lestari, FIB UI, 2013
Ciri kelima ialah penggunaan hiasan yang berbentuk mata tombak yang terdapat pada
sudut teratas sisi kiri dan kanan bangunan gereja (Gambar 8).
GAMBAR 8 : Mata tombak yang terdapat pada sudut teratas pada sisi kiri dan kanan bangunan
gereja. (Dokumen Pribadi)
Ciri-ciri Neo-Gotik juga tergambar dari material bangunan Gereja Katedral Jakarta,
baik material ornamental seperti yang telah dijelaskan di atas, juga material bangunan pada
umumnya. Ornamen-ornamen tersebut antara lain adanya ornamen gargoyle (Ornamen ukir
makhluk imajiner dari batu atau kayu yang merepresentasikan sosok manusia atau binatang)
seperti pada bangunan bergaya Gotik, akan tetapi ornamen tersebut terbuat dari kayu dan
bukan batu sebagai cerminan gaya Neo-Gotik (Gambar 9).
GAMBAR 9 : Ornamen gargoyle yang terbuat dari kayu. (Dokumen Pribadi)
10
Ciri neo gotik ..., Anyari Indah Lestari, FIB UI, 2013
Ornamen pada pilar di dalam gereja ini menggunakan ornamen dedaunan (Foliage
Sculpture) yang berbentuk seperti rumput laut. Ornamen ini biasanya digunakan dalam pilarpilar bangunan bergaya Neo-Gotik, namun bentuknya bisa berbeda-beda sesuai dengan gaya
arsiteknya (Gambar 10).
GAMBAR 10 : Ornamen sederhana yg berbentuk menyerupai daun. (Dokumen Pribadi)
Di bagian dalam gereja dapat terlihat penggunaan langit-langit kayu jati dengan
bentuk seolah-olah “Gotik”(Gambar 11). Konstruksi langit-langit berselang-seling dan
berbentuk lengkung patah (rib vault). Dalam gaya Gotik langit-langit yang digunakan juga
berbentuk sama akan tetapi bahan yang digunakan adalah batu, sedangkan pada Gereja
Katedral Jakarta ini digunakan kayu jati, sehingga dengan jelas terlihat manggunakan unsur
Neo-Gotik.
GAMBAR 11 : Penggunaan langit-langit kayu jati. (Dokumen Pribadi)
11
Ciri neo gotik ..., Anyari Indah Lestari, FIB UI, 2013
5. SIMPULAN
Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa ciri khas gaya arsitektur Neo-Gotik pada
Gereja Katedral Jakarta dapat dilihat dari komponen arsitektural dan ornamental bangunan.
Bangunan Gereja Katedral Jakarta berbentuk dasar salib yang menekankan vertikalitas dan
ketinggian bangunan itu sendiri dengan jendela kaca berdudut lengkung patah (pointed
architecture) yang sangat besar, dan sangat dekoratif. Jendela-jendela besar dengan kaca
mosaik warna-warni terbuat dari bahan stained glass atau kaca timah. Penggunaan pointed
architecture juga membentuk ambang pintu utama, pintu sayap kanan dan kiri, hiasan pada
langit-langit, pagar, tiang, dan kaca patri. Ornamen yang terdapat pada bangunan gereja
adalah molding (ornamen hias) yang sederhana. Ornamen di dalam gereja yang menjadi ciri
dalam gaya Neo-Gotik adalah ornamen Gargoyle pada bagian bawah mimbar gereja yang
terbuat dari kayu. Selain itu ada pula ornamen pada pangkal pilar yang berbentuk tumbuhan
atau dedaunan yang disebut Foliage sculpture. Material yang digunakan pada bangunan
gereja adalah beton, kayu, dan konstruksi baja yang memungkinkan bentuk bangunan menjadi
lebih ramping seperti yang digunakan pada menara, pilar, langit-langit, dinding, dan ornamen
gereja. Konstruksi langit-langit berselang-seling dan berbentuk lengkung patah (rib vault)
seperti gaya Gotik namun material yang digunakan berbeda. Gereja Katedral memiliki bentuk
bangunan, material dan ornamen bangunan bergaya Neo-Gotik seperti yang dijelaskan oleh
Nicola Coldstream. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Gereja Katedral Jakarta
bergaya arsitektur Neo-Gotik yang diaplikasikan oleh bangsa Belanda pada masa kolonial.
12
Ciri neo gotik ..., Anyari Indah Lestari, FIB UI, 2013
DAFTAR PUSTAKA
Alputila, Cheviano Eduardo. 2009. Skripsi: Gaya Bangunan Gereja Santa Perawan Maria,
Bogor. Depok: Universitas Indonesia.
Architectenweb. 2001-2011. “Neogotiek-Archipedia”.
http://www.architectenweb.nl/aweb/archipedia/archipedia.asp?ID=132 , diunduh pada
tanggal 6 Maret 2013.
Awal, Han. “Arsitektur Neogotik Gereja Katedral Jakarta”. Kompas 21 April 2001.
http://www.arsitekturindis.com/?p=122, diunduh pada tanggal 25 Februari 2013.
Coldstream, Nicola. 2002. Medieval Architecture. London: Oxford University Press.
Handinoto. 1996. Perkembangan Kota dan Arsitektur Kolonial Belanda di Surabaya (18701940). Yogyakarta: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Universitas
Kristen PETRA dan penerbit Andi.
Katedral Jakarta Website. 2006. “Tentang Gereja, Sebuah Catatan Sejarah 1891 – 1901”.
http://www.katedraljakarta.or.id/gereja/tentanggereja_sejarah3.html, diunduh pada
tanggal 26 Februari 2013.
Kurris, S.J.R. 1992. Sejarah Seputar Katedral Jakarta. Jakarta: Penerbit Obor.
Nazir, Mohammad. 1998. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Pile, John F. 2003. A History of Interior Design. Edisi ketiga. London: Pearson/prentice hall.
Sumalyo, Yulianto. 1993. Arsitektur Kolonial Belanda di Indonesia. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Trimble 3D Warehouse. 2013. “Gereja Katedral Jakarta”.
http://sketchup.google.com/3dwarehouse/details?mid=e957ecde8a497f72306c7280d616a
c56 , diunduh pada tanggal 26 Februari 2013.
13
Ciri neo gotik ..., Anyari Indah Lestari, FIB UI, 2013
Download