Tangguh berkat reformasi

advertisement
Juni 2016
Tangguh berkat reformasi
Supported by funding from the Australian Government
(Department of Foreign Affairs and Trade, DFAT), under the
Support for Enhanced Macroeconomic and Fiscal Policy Analysis
(SEMEFPA) program.
PERKEMBANGAN TRIWULANAN
PEREKONOMIAN INDONESIA
Tangguh berkat reformasi
Juni 2016
Kata pengantar
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia (Indonesia Economic Quarterly/IEQ)
mempunyai dua tujuan. Pertama, untuk menyajikan perkembangan utama perekonomian
Indonesia dalam tiga bulan terakhir, dan menempatkan dalam konteks jangka panjang dan global.
Berdasarkan perkembangan ini, serta perubahan kebijakan dalam periode tersebut, laporan ini
menyediakan perkembangan terkini secara rutin tentang prospek perekonomian dan
kesejahteraan sosial Indonesia. Kedua, laporan IEQ ini memberikan penilaian mendalam
terhadap isu-isu ekonomi dan kebijakan tertentu, dan analisis terhadap tantangan pembangunan
jangka menengah Indonesia. Laporan ini ditujukan untuk khalayak luas termasuk pembuat
kebijakan, pemimpin bisnis, pelaku pasar keuangan, serta komunitas analis dan profesional yang
terlibat dan mengikuti perkembangan ekonomi Indonesia.
IEQ merupakan laporan Bank Dunia di Jakarta dan mendapatkan bimbingan editorial dan
strategis oleh dewan editorial yang dipimpin oleh Rodrigo Chaves, Country Director untuk
Indonesia. Laporan ini disusun oleh tim Macroeconomic and Fiscal Management Global Practice,
dibawah bimbingan Shubham Chaudhuri, Practice Manager, Ndiame Diop, Lead Economist, dan
Hans Beck, Senior Economist. Tim utama penyusun laporan ini dipimpin oleh Elitza Mileva, Country
Economist dan bertanggung jawab di bagian A, pengeditan dan produksi, tim inti terdiri dari
Magda Adriani, Arsianti, Masyita Crystallin, Indira Maulani Hapsari, Ahya Ihsan, Taufik
Indrakesuma, Yue Man Lee, Dhruv Sharma, Violeta Vulovic, dan Kelly Wyett. Dukungan
administrasi diberikan oleh Titi Ananto. Diseminasi dilakukan oleh Jerry Kurniawan, GB Surya
Ningnagara, Kurniasih Suditomo, Nugroho Sunjoyo, dan Suryo Utomo Tomi, dibawah
bimbingan Dini Sari Djalal.
Edisi ini juga mencakup kontribusi dari Christopher Juan Costain dan Tatiana Nenova (Bagian
B.1, Tingginya bunga pinjaman), Babatunde Abidoye, Massimiliano Cali, dan Stephen Marks
(Pomona College) (Bagian B.2, Perlindungan perdagangam dan harga domestik), Ndiame
Diop dan Fitria Fitrani (Bagian C.1, Menghidupkan daya saing industri manufaktur), Taufik
Indrakesuma dan Matthew Wai-Poi (Bagian C.2, Kebijakan fiskal dan ketimpangan). Laporan
ini juga mendapat masukan yang penting dari Nathaniel Adams, Sarah Moyer, Shudhir Shetty,
Nikola L. Spatafora, Amanda Apsden dan Nikhilesh Bhattacharya (Australia Department of
Foreign Affairs and Trade), Ben Bingham (IMF), David Nellor (Australia Indonesia Partnership for
Economic Governance).
Laporan ini disusun oleh para staf International Bank for Reconstruction and Development Bank Dunia,
dengan dukungan pendanaan dari Pemerintah Australia (Departemen Luar Negeri dan
Perdagangan atau Department of Foreign Affairs and Trade, DFAT) melalui program Support for
Enhanced Macroeconomic and Fiscal Policy Analysis (SEMEFPA).
Temuan-temuan, interpretasi dan kesimpulan-kesimpulan yang dinyatakan di dalam laporan ini
tidak mencerminkan pandangan AusAID dan Pemerintah Australia, para Direktur Pelaksana
Bank Dunia atau pemerintah yang diwakilinya. Bank Dunia tidak menjamin ketepatan data-data
yang termuat dalam laporan ini. Batas-batas, warna, denominasi dan informasi-informasi lain yang
digambarkan pada setiap peta di dalam laporan ini tidak mencerminkan pendapat Bank Dunia
mengenai status hukum dari wilayah atau dukungan atau penerimaan dari batas-batas tersebut.
Semua foto merupakan Hak Cipta Bank Dunia, kecuali Bagian B, yang merupakan Hak Cipta
Masyitha Mutiara Ramadhan. Semua Hak Cipta dilindungi.
Untuk mendapatkan lebih banyak analisis Bank Dunia tentang ekonomi
Indonesia:
Untuk informasi mengenai Bank Dunia serta kegiatannya di Indonesia, silakan berkunjung ke
website ini www.worldbank.org/id
Untuk mendapatkan publikasi ini melalui e-mail, silakan hubungi [email protected].
Untuk pertanyaan dan saran berkaitan dengan publikasi ini, silakan hubungi
[email protected].
Daftar isi
KATA PENGANTAR ............................................................................................................. iii RINGKASAN EKSEKUTIF: TANGGUH BERKAT REFORMASI ...................................... I A. PERKEMBANGAN EKONOMI DAN FISKAL TERKINI ............................................... 1 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Ekonomi dunia belum mendukung ............................................................................................... 1 Lemahnya kondisi kuartal pertama menandakan risiko pertumbuhan......................................... 2 Inflasi IHK mengalami moderasi namun harga bahan pangan tetap bergejolak ......................... 5 Sektor swasta mencatat aliran keluar modal bersih pada kuartal satu 2016 .................................. 7 Pertumbuhan kredit dalam negeri tetap lemah walaupun ada pelonggaran moneter .................10 Realisasi anggaran meningkat namun penerimaan masih lemah ................................................ 11 Penanganan hambatan penerimaan fiskal menjadi prioritas .......................................................16 B. BEBERAPA PERKEMBANGAN TERKINI PEREKONOMIAN INDONESIA .......... 17 1. 2. Mengapa bunga pinjaman dan margin bunga bersih di Indonesia tinggi? .................................17 a. Komponen apa yang mendorong tingginya NIM di Indonesia? ..................................................................... 18 b. Faktor struktural apa sajakah di balik tingginya NIM? ................................................................................... 19 c. Mendorong bank untuk menurunkan tingkat suku bunga dapat merugikan pertumbuhan jangka panjang 20 Biaya dari proteksi perdagangan di Indonesia ............................................................................ 23 a. Kenapa kebijakan pembatasan non-tarif berpotensi membahayakan?........................................................... 23 b. Apakah dampak NTM terhadap harga-harga dalam negeri? ......................................................................... 25 c. Apakah produsen dalam negeri terlindungi?................................................................................................... 28 C. INDONESIA 2018 DAN SELANJUTNYA: TINJAUAN PILIHAN ............................... 29 1. 2. Membangkitkan daya saing industri ........................................................................................... 29 a. Perjalanan manufaktur Indonesia: keluar jalur akibat krisis tahun 1997 .............................................................. 29 b. Ekspor manufaktur: Menelusuri lebih dari sekadar angka agregat ...................................................................... 31 c. Mengembalikan daya saing manufaktur ............................................................................................................... 32 d. Bagaimana membuat manufaktur kembali menjadi mesin pendorong pertumbuhan ....................................... 36 Kebijakan fiskal dapat menargetkan lebih baik penurunan ketimpangan .................................. 39 a. Belanja publik pada tahun 2012 kurang efektif mengatasi Ketimpangan ....................................................... 40 b. Reformasi subsidi BBM ikut membantu menurunkan kemiskinan dan ketimpangan.................................. 42 LAMPIRAN: INDIKATOR GAMBARAN EKONOMI INDONESIA ................................ 44 DAFTAR GAMBAR
Gambar 1: Momentum pertumbuhan dan perdagangan dunia melemah… ............................ 2 Gambar 2: …sementara perdagangan komoditas bersih Indonesia sedikit meningkat .......... 2 Gambar 3: Konsumsi dan investasi swasta mendukung pertumbuhan pada kuartal 1 2016…. 3 Gambar 4: Pendapatan riil petani padi menurun sejak kuartal 4 2015 ...................................... 3 Gambar 5: Indikator kepercayaan usaha mengalami peningkatan .......................................... 4 Gambar 6: Inflasi menurun seiring dengan penurunan lanjutan harga energi… ..................... 5 Gambar 7: …sementara harga bahan pangan masih bergejolak .............................................. 5 Gambar 8: Penurunan investasi lain mendorong defisit neraca pembayaran .......................... 8 Gambar 9: Impor turun lebih lambat dibanding kuartal-kuartal sebelumnya ......................... 8 Gambar 10: Sektor swasta Indonesia menurunkan pinjaman luar negeri mereka.................... 9 Gambar 11: Aliran masuk modal ke pasar berkembang diperkirakan sedikit naik selama 2016
................................................................................................................................ 9 Gambar 12: Volatilitas valuta pasar berkembang meningkat pada kuartal 2 2016 ...................10 Gambar 13: Suku bunga kebijakan BI yang baru adalah reverse repo 7-hari .......................... 11 Gambar 14: Pertumbuhan pinjaman dan simpanan terus menurun ........................................ 11 Gambar 15: Pungutan penerimaan tahun berjalan mencatat penurunan yang besar… ..........12 Gambar 16: …termasuk pajak penghasilan badan dan PPN ...................................................12 Gambar 17: Suku bunga di Indonesia lebih tinggi daripada di negara-negara yang setara
lainnya....................................................................................................................18 Gambar 18: NIM di Indonesia juga lebih tinggi daripada di negara-negara setara di ASEAN
dan G20 ..................................................................................................................18 Gambar 19: Biaya overhead yang tinggi berkontribusi pada NIM yang lebih tinggi … .........19 Gambar 20: … demikian pula pendapatan non-bunga yang rendah .......................................19 Gambar 21:Tren pembebasan perdagangan mulai terlihat..................................................... 23 Gambar 22: Pembatasan perdagangan menjaga tetap tingginya harga tepung terigu setelah
tahun 2008 ............................................................................................................. 26 Gambar 23: Hasil estimasi menunjukkan kebijakan perdagangan baru-baru ini
meningkatkan harga lintas sektor ........................................................................ 26 Gambar 24: Barang konsumen, terutama bahan pangan, mencatat kenaikan harga terbesar
karena kebijakan pembatasan perdagangan ........................................................ 27 Gambar 25: Tingkat proteksi lebih tinggi bila dihitung berdasarkan nilai tambah ............... 27 Gambar 26: Pertumbuhan manufaktur Indonesia tidak seperti sebelumnya… ..................... 30 Gambar 27: …dan ekonomi mengalami de-industrialisasi prematur ..................................... 30 Gambar 28: Pangsa pasar manufaktur Indonesia di dunia tertahan pada tingkat yang rendah
.............................................................................................................................. 30 Gambar 29: Produk teknologi rendah mendominasi ekspor Indonesia ..................................31 Gambar 30: Sejumlah ekspor teknologi menengah meningkat tajam … ............................... 32 Gambar 31: …sementara ekspor teknologi tinggi telah menyusut belakangan ini ................ 32 Gambar 32: REER mencatat apresiasi yang kuat pada tahun 2000-2011… ............................ 33 Gambar 33: …dengan depresiasi belakangan ini yang terkait kenaikan pertumbuhan ekspor
manufaktur ........................................................................................................... 33 Gambar 34: Rendahnya rata-rata upah bulanan manufaktur di Indonesia…......................... 34 Gambar 35: … namun biaya tenaga kerja unit relatif tinggi ................................................... 34 Gambar 36: Kebijakan fiskal di Indonesia belum cukup efektif dalam menurunkan
ketimpangan ......................................................................................................... 40 Gambar 37: Tahun 2012, belanja terbesar dialokasikan untuk subsidi energi dan belanja
terkecil dialokasikan untuk bantuan tunai ............................................................41 Gambar 38: Bantuan tunai langsung – yang paling efektif dalam menurunkan ketimpangan
– memiliki alokasi anggaran paling rendah ..........................................................41 Gambar 39: Dari semua program transfer, PKH, program bantuan paling efektif, juga
memiliki anggaran terkecil ................................................................................... 42 Gambar 40: Namun belanja pendidikan akan mengurangi Ketimpangan ............................. 42 DAFTAR GAMBAR LAMPIRAN
Lampiran Gambar 1: Pertumbuhan PDB riil .......................................................................... 44 Lampiran Gambar 2: Kontribusi terhadap PDB pengeluaran ................................................ 44 Lampiran Gambar 3: Kontribusi terhadap PDB produksi ...................................................... 44 Lampiran Gambar 4: Penjualan mobil dan sepeda motor ...................................................... 44 Lampiran Gambar 5: Indikator konsumen ............................................................................. 44 Lampiran Gambar 6: Indikator produksi industri .................................................................. 44 Lampiran Gambar 7: Neraca pembayaran .............................................................................. 45 Lampiran Gambar 8: Komponen neraca berjalan ................................................................... 45 Lampiran Gambar 9: Ekspor barang ...................................................................................... 45 Lampiran Gambar 10: Impor barang ...................................................................................... 45 Lampiran Gambar 11: Cadangan devisa dan arus modal ........................................................ 45 Lampiran Gambar 12: Inflasi dan kebijakan moneter ............................................................ 45 Lampiran Gambar 13: Rincian IHK bulanan .......................................................................... 46 Lampiran Gambar 14: Perbandingan inflasi beberapa negara................................................ 46 Lampiran Gambar 15: Harga beras domestik dan internasional ............................................ 46 Lampiran Gambar 16: Tingkat kemiskinan dan pengangguran ............................................. 46 Lampiran Gambar 17: Indeks saham regional ........................................................................ 46 Lampiran Gambar 18: Nilai tukar dollar AS............................................................................ 46 Lampiran Gambar 19: Imbal hasil obligasi pemerintah 5-tahunan dalam mata uang lokal .. 47 Lampiran Gambar 20: Spread obligasi dolar AS kelompok negara-negara EMBI Global ..... 47 Lampiran Gambar 21: Pertumbuhan kredit komersial, pedesaan dan deposito ................... 47 Lampiran Gambar 22: Indikator sektor perbankan ................................................................ 47 Lampiran Gambar 23: Utang pemerintah ............................................................................... 47 Lampiran Gambar 24: Utang luar negeri ................................................................................ 47 DAFTAR TABEL
Tabel 1: Pada kasus dasar (base case), pertumbuhan PDB diproyeksikan pada 5,1 persen
untuk tahun 2016 ..........................................................................................................iii Tabel 2: Pada keadaan dasar (base case), pertumbuhan PDB diproyeksikan pada 5,1 persen
untuk 2016 dan 5,3 persen untuk 2017........................................................................... 7 Tabel 3: Defisit neraca berjalan diperkirakan akan sedikit meningkat pada tahun 2016 ......... 9 Tabel 4: Bank Dunia memproyeksikan penerimaan dan pengeluaran yang lebih rendah
dibanding APBN 2016 .................................................................................................15 DAFTAR TABEL LAMPIRAN
Lampiran Tabel 1: Realisasi dan anggaran belanja Pemeritah............................................... 48 Lampiran Tabel 2: Neraca pembayaran ................................................................................. 48 Lampiran Tabel 3: Perkembangan indikator ekonomi makro Indonesia .............................. 49 Lampiran Tabel 4: Sekilas indikator perkembangan Indonesia ............................................. 50 Tangguh berkat reformasi
Perkembangan Triwulanan
Perekonomian Indonesia
Ringkasan Eksekutif: Tangguh berkat reformasi
Dengan pemulihan
global yang masih
tertundan, ketahanan
perekonomian
Indonesia lebih baik
dibanding negara
ekportir komoditas
lainnya,
Sejumlah data global kuartal pertama yang mengecewakan menunjukkan bahwa
pemulihan dunia yang diproyeksikan untuk 2016 belum dimulai. Pada tanggal 7 Juni,
Bank Dunia menurunkan proyeksi pertumbuhan globalnya sebesar setengah poin
persentase, menjadi 2,4 persen. Separuh dari revisi ini diakibatkan oleh perkiraan
perlambatan pertumbuhan negara-negara berkembang yang merupakan eksportir
komoditas menjadi hanya 0,4 persen tahun ini. Ekonomi Indonesia terlihat lebih
baik dibandingkan dengan kinerja negara-negara eksportir komoditas lainnya,
dengan proyeksi pertumbuhan PDB sebesar 5,1 persen untuk tahun 2016.
Dibandingkan dengan negara-negara pembandingnya di wilayah yang sama,
perkiraan pertumbuhan Indonesia lebih tinggi dibanding Malaysia (4,4 persen) dan
Thailand (2,5 persen), namun lebih rendah dibanding Filipina (6,4 persen) dan
Vietnam (6,2 persen).
Kebijakan moneter
yang kuat dan
kenaikan investasi
publik telah
mendukung
ekonomi, sementara
deregulasi telah
mendorong
kepercayaan usaha…
Sejumlah kebijakan yang baik telah berkontribusi kepada daya tahan Indonesia.
Pertama, kebijakan moneter dan kurs tukar valuta yang berhati-hati, bersama dengan
kondisi keuangan internasional yang lebih baik dibanding setahun yang lalu,
berkontribusi terhadap penurunan inflasi dan menstabilkan Rupiah. Faktor-faktor
tersebut, serta lebih rendahnya harga energi, mendorong konsumsi rumah tangga
secara agregat. Kedua, belanja infrastruktur publik menjadi prioritas bagi ruang fiskal
Indonesia yang terbatas. Selain itu, peraturan-peraturan yang ditetapkan pada kuartal
pertama 2016 sebagai bagian dari paket-paket kebijakan ekonomi tampaknya akan
menghasilkan peningkatan jangka menengah yang lebih berarti dalam kebijakan
perdagangan dan iklim investasi, dibanding peraturan-peraturan yang diumumkan
pada kuartal yang lalu. Sementara peraturan-peraturan terbaru merupakan campuran
dari aturan yang membatasi dan melonggarkan, tindakan-tindakan terakhir
diperkirakan akan lebih banyak bersifat melonggarkan. Semua peraturan tersebut,
secara bersama-sama, dapat menandai titik balik dalam pembuatan kebijakan publik,
yang pada gilirannya dapat mendorong -peningkatan sentimen dunia usaha.
Juni 2016
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
i
Tangguh berkat reformasi
Perkembangan Triwulanan
Perekonomian Indonesia
…namun risiko
penurunan
pertumbuhan
semakin meningkat
Namun prospek Indonesia yang lebih baik dari rata-rata tersebut juga terpengaruh
oleh risiko penurunan yang jelas. Semakin melambatnya pertumbuhan negara-negara
berkembang utama, lemahnya pemulihan pada negara-negara maju, volatilitas pasar
keuangan dunia, dan periode rendahnya harga komoditas yang lebih panjang dari
perkiraan, merupakan risiko-risiko global utama. Risiko-risiko fiskal dalam negeri
juga meningkat, dengan RAPBN-P 2016 yang diserahkan ke DPR pada tanggal 2
Juni mengasumsikan penerimaan yang signifikan dari pengampunan pajak. Jika aliran
masuk dana dari pengampunan pajak itu tidak memenuhi harapan, maka potongan
belanja tambahan harus dilakukan, sehingga meningkatkan risiko terhadap
momentum belanja infrastruktur. Akhirnya, aturan-aturan deregulasi yang terakhir
memfokuskan pada peningkatan prosedural. Pengecualian terhadap hal ini adalah
pelonggaran terhadap sejumlah pembatasan investasi asing, walau banyak sektor
masih tertutup atau setengah tertutup terhadap investasi asing. Dibutuhkan lebih
banyak perubahan fundamental dalam kebijakan perdagangan dan iklim investasi,
dan juga implementasi yang efektif pada tingkat nasional dan daerah, untuk
mendorong kenaikan berkelanjutan dalam investasi swasta.
Pertumbuhan PDB
pada kuartal pertama
2016 sebesar 4,9
persen yoy, dengan
belanja publik yang
lebih rendah dari
perkiraan
Pertumbuhan PDB riil Indonesia mencapai 4,9 persen tahun-ke-tahun (year-on-year,
yoy) pada kuartal pertama tahun 2016, sedikit lebih lambat dari perkiraan terutama
karena belanja publik yang lebih rendah dari perkiraan. Pertumbuhan konsumsi
swasta tetap bertahan pada 5 persen yoy, walau pendapatan riil yang stagnan terus
membebani konsumsi rumah tangga pada desil distribusi pendapatan yang paling
rendah, seperti petani padi. Pertumbuhan investasi tetap melambat ke 5,6 persen yoy
pada kuartal pertama 2016, dibanding 6,9 persen pada kuartal terakhir tahun 2015,
karena lebih rendahnya belanja modal pemerintah pusat. Walau dengan permulaan
tahun yang lambat, investasi pemerintah diperkirakan akan meningkat pada kuartalkuartal berikut, mengikuti tren historis.
Defisit neraca
berjalan menyusut
ke 2,1 persen dari
PDB, dengan impor
yang turun lebih
cepat dibanding
ekspor
Ekspor dan impor terus menurun baik secara volume dan nilai. Penurunan ekspor
secara luas itu didorong oleh rendahnya permintaan global, apresiasi kurs tukar
valuta sebesar 3,1 persen pada kuartal pertama 2016, dan melemahnya harga untuk
semua komoditas utama dibanding kuartal pertama 2015. Impor bahan mentah dan
barang modal menurun, sementara impor barang-barang konsumsi (tidak termasuk
BBM) meningkat secara tahun-ke-tahun untuk pertama kali sejak kuartal empat
2014. Defisit neraca berjalan menyusut ke 2,1 persen dari PDB karena penurunan
impor yang lebih tajam dibanding ekspor secara kuartalan.
Sektor swasta
mencatat aliran
keluar modal bersih
pada kuartal 1 tahun
2016
Walau dengan peningkatan pada saldo neraca berjalan, neraca pembayaran mencatat
defisit tipis pada kuartal pertama 2016. Investasi langsung (Foreign Direct Investment)
sedikit berkontraksi dibanding kuartal yang lalu menjadi 2,2 miliar dolar AS. Aliran
modal portofolio tetap kuat pada 4,4 miliar dolar AS, didorong seluruhnya melalui
hutang pemerintah jangka panjang. Namun investasi lain mencatat defisit kuartalan
akibat aliran keluar simpanan swasta dan penurunan pinjaman asing oleh sektor
swasta.
Risiko-risiko fiskal
masih bertahan,
karena RAPBN-P
2016 secara
signifikan
bergantung kepada
Beralih ke kebijakan fiskal, pada akhir bulan April penerimaan menurun sebesar 9,8
persen dibanding periode yang sama tahun 2015, terutama karena lebih rendahnya
harga komoditas, permintaan dalam negeri dan sejumlah perubahan kebijakan dan
administrasi. Pada saat yang bersamaan, jumlah pengeluaran meningkat sebesar 9,2
persen. Menanggapi prospek penerimaan yang lebih rendah, Pemerintah
menyerahkan RAPBN-P 2016 kepada DPR. Proyeksi penerimaan hanya lebih
rendah sebesar Rp 88,0 triliun dibanding APBN, karena dampak negatif dari kondisi
Juni 2016
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
ii
Tangguh berkat reformasi
Perkembangan Triwulanan
Perekonomian Indonesia
penerimaan
pengampunan pajak
makroekonomi yang lebih lemah dari perkiraan diimbangi dengan perkiraan
penerimaan dari pengampunan pajak yang signifikan. Sasaran penerimaan dari
pengampunan pajak yang besar ini meningkatkan risiko potensi pemotongan
pengeluaran tambahan yang besar, termasuk kepada proyek-proyek belanja yang
diprioritaskan, di paruh kedua tahun ini.
Prospek dasar
(baseline) PDB
sebesar 5,1 persen
untuk tahun 2016
tidak berubah
Tabel 1: Pada kasus dasar (base case), pertumbuhan PDB
Melihat ke depan,
diproyeksikan pada 5,1 persen untuk tahun 2016
Bank Dunia
2015
2016p
2017p
memproyeksikan
(Persen
pertumbuhan PDB
PDB riil
perubahan
4,8
5,1
5,3
pada 5,1 persen pada
tahunan)
tahun 2016 dan 5,3
(Persen
Indeks harga
perubahan
6,4
3,9
4,4
persen pada tahun
konsumen
tahunan)
2017, tetap sama
(Persen dari
dengan proyeksi pada Saldo neraca
-2,1
-2,3
-2,5
berjalan
PDB)
Triwulanan bulan
dari
Tidak
-2,6
-2,8
Maret 2016 (Tabel 1). Saldo anggaran (Persen
PDB)
ada
Konsumsi swasta
Sumber: BI; BPS; Kementerian Keuangan; perhitungan staf Bank Dunia
diperkirakan akan
sedikit meningkat karena inflasi yang moderat, Rupiah yang relatif stabil, lebih
rendahnya harga energi, perkiraan kenaikan dalam batas pajak penghasilan pribadi,
dan gaji ke-14 untuk pegawai negeri. Pengeluaran pemerintah, terutama pengeluaran
modal, diproyeksikan akan meningkat pada tiga kuartal berikut sejalan dengan tren
historis. Perhitungan Bank Dunia menunjukkan bahwa 90 persen dari sasaran
investasi APBN 2016 dapat dicapai dengan proyeksi penerimaan yang bahkan lebih
rendah dibanding APBN-P 2016, kenaikan defisit fiskal hingga 2,8 persen dari PDB,
dan pemotongan pengeluaran yang bukan merupakan prioritas (lihat Bagian 6).
Menuju akhir tahun 2016 dan setelahnya, prospeknya akan bergantung kepada
peningkatan investasi swasta berkat upaya reformasi iklim usaha oleh Pemerintah
dan pemulihan bertahap dalam pertumbuhan dan perdagangan internasional.
Tingginya harga
bahan pangan dalam
negeri merupakan
salah satu biaya
distrosi perdagangan
dalam ekonomi
Indonesia
Selama beberapa bulan terakhir, inflasi IHK juga mengalami moderasi, menjadi 3,3
persen yoy pada bulan Mei. Namun inflasi IHK yang kecil itu sesungguhnya
menutupi inflasi harga bahan pangan yang tetap tinggi (sebesar 7,7 persen yoy pada
bulan Mei). Salah satu alasan mengapa inflasi bahan pangan dalam negeri tetap tinggi
sementara harga bahan pangan dunia mengalami penurunan selama beberapa tahun
terakhir, adalah proteksi perdagangan. Menurut data yang dikumpulkan oleh Bank
Dunia dan Australia Indonesia Partnership for Economic Governance (AIPEG), jumlah
aturan non-tarif tingkat produk (non-tariff measures, NTM) untuk impor Indonesia
meningkat dua kali lipat antara tahun 2009 dan 2015, memperluas jumlah produk
yang tercakup ke dalam NTM hingga lebih dari 38 persen. Penelitian yang sama
menunjukkan bahwa pada tahun 2015 harga beras giling dalam negeri ternyata 68
persen lebih tinggi bila dibanding keadaan tanpa peraturan perdagangan. Dengan
memperhitungkan bahwa sejumlah produk tertentudigunakan sebagai barang jadi
dan masukan (input) ke produksi, analisis tersebut menunjukkan bahwa pada tahun
2015, seluruh kebijakan perdagangan telah meningkatkan biaya hidup di Indonesia
sebesar 7,4 persen dibandingkan skenario tanpa pembatasan perdagangan.
Tingginya suku
bunga dan margin
bunga bersih (net
interest margin) di
Inflasi yang moderat juga merupakan salah satu alasan Bank Indonesia (BI)
memotong BI Rate hingga tiga kali sepanjang tahun ini. Namun penurunan BI Rate
belum sepenuhnya mempengaruhi ke suku bunga simpanan dan pinjaman
perbankan. Hal ini mendukung persepsi bahwa bank-bank di Indonesia
Juni 2016
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
iii
Tangguh berkat reformasi
Perkembangan Triwulanan
Perekonomian Indonesia
Indonesia
disebabkan oleh
struktur pendapatan
dan pengeluaran
bank, dangkalnya
pasar keuangan dan
crowding out akibat
pinjaman luar negeri
pemerintah
menetapkan suku bunga dan margin bunga bersih (net interest margin, NIM) yang
terlalu tinggi. Penelitian oleh Bank Dunia menunjukkan bahwa berbagai tantangan
dalam struktur pendapatan dan pengeluaran perbankan Indonesia, terutama
rendahnya pendapatan biaya, tingginya biaya overhead, tingginya rasio modal, dan
rendahnya cadangan untuk kredit macet, merupakan penjelasan untuk tingginya
tingkat NIM. Analisis empiris lanjutan menunjukkan bahwa pasar ekuitas dan
hutang yang kurang berkembang, pasar bank yang cenderung oligopolistis dan
pengaruh penurunan belanja investasi swasta karena kenaikan suku bunga (crowding
out) pinjaman pemerintah merupakan penentu utama dari NIM di Indonesia.
Pengalaman internasional menunjukkan bahwa solusi berkelanjutan jangka panjang
untuk tantangan seperti itu adalah dengan memperbesar ukuran pasar finansial dan
meningkatkan persaingan.
Beberapa prioritas
kebijakan
Pemerintah yang
berjalan dapat
membantu
membangkitkan
daya saing
manufaktur, namun
masih banyak yang
perlu dilakukan
Tajamnya penurunan pendapatan ekspor komoditas menyebabkan peningkatan
ekspor bukan komoditas menjadi prioritas utama. Komposisi ekspor Indonesia saat
ini sangat didominasi oleh produk-produk “berteknologi rendah” (sepertiga dari
ekspor manufaktur pada tahun 2014), diikuti oleh ekspor industri teknologi
menengah sebesar 28 persen. Ekspor teknologi tinggi (terutama elektronik)
menurun pasca krisis tahun 1997. Jadi bagaimana Indonesia dapat membuat
manufaktur kembali menjadi mesin pertumbuhan? Pemerintah dapat
mempertimbangkan memfokuskan upayanya dalam mendukung industri-industri
(ekspor) yang bertumbuh sangat cepat walau menghadapi banyak rintangan dan
memberdayakan sumber daya alam Indonesia yang berlimpah. Kemitraan yang
transparan dan strategis dengan sektor swasta merupakan hal yang penting. Menjaga
inflasi tetap rendah melalui investasi dalam produktivitas pertanian dan melalui
penurunan hambatan perdagangan akan mendukung pertumbuhan ekspor melalui
pembatasan apresiasi kurs tukar valuta riil. Akhirnya, kenaikan belanja infrastruktur
dan reformasi peraturan, yang telah menjadi prioritas kebijakan, akan membantu
meningkatkan daya saing.
Kebijakan fiskal di
Indonesia belum
efektif dalam
menurunkan
ketimpangan, walau
telah dibantu oleh
reformasi subsidi
BBM
Baru-baru ini perhatian dialihkan kepada pengembangan fiskal jangka pendek dan
dampaknya terhadap pertumbuhan. Namun, kebijakan fiskal juga merupakan alat
utama yang tersedia bagi pemerintah untuk menurunkan ketimpangan. Ketimpangan
di Indonesiayang telah meningkat sejak awal tahun 2000an dan sebagian besar
penduduk Indonesia berpendapat bahwa hal ini perlu segera diatasi dengan tindakan
yang tepat.1 Pilihan kebijakan pajak dan belanja disusun dengan pertimbangan untuk
menurunkan ketidaksetaraan pada sejumlah negara. Di Brasil, misalnya, koefisien
Gini (suatu ukuran ketidaksetaraan) lebih rendah sebesar 14 poin setelah
memperhitungkan dampak kebijakan fiskal pada tahun 2009. Menurut suatu
penelitian Bank Dunia, kebijakan fiskal di Indonesia pada tahun 2012 menurunkan
koefisien Gini hanya sebesar 2,5 poin. Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa
Pemerintah mengalokasikan belanja dana terkecil untuk program-program yang
paling efektif dan sebaliknya. Namun reformasi subsidi BBM tahun 2015, dan
kompensasi bagi penduduk miskin, telah membantu menurunkan ketidaksetaraan,
karena penghematan belanja diarahkan kembali kepada bidang infrastruktur,
kesehatan dan bantuan sosial.
1
Juni 2016
Bagian B.2 dari Triwulanan edisi bulan Maret membahas perhatian publik tentang kenaikan
ketidaksetaraan di Indonesia.
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
iv
Tangguh berkat reformasi
Perkembangan Triwulanan
Perekonomian Indonesia
A. Perkembangan ekonomi dan fiskal terkini
1. Ekonomi dunia belum mendukung
Data terkini belum
menunjukkan tandatanda dimulainya
pemulihan global
Data produksi dan perdagangan bulanan dunia menunjukkan kegiatan ekonomi yang
lambat pada kuartal pertama. Selain itu, minat risiko investor internasional untuk
aset-aset negara berkembang menyusut seiring dengan ketidakpastian terkait
kebijakan moneter AS mendatang Faktor-faktor tersebut menyebabkan perkiraan
pertumbuhan dunia tahun 2016 menjadi lebih rendah. Menurut proyeksi terkini
Bank Dunia, pertumbuhan global diproyeksikan sebesar 2,4 persen, sama dengan
laju pada tahun 2015. Sedikit peningkatan dalam iklim usaha Indonesia di
internasional berasal dari kenaikan sebagian harga-harga komoditas pada beberapa
bulan terakhir. Secara keseluruhan, risiko penurunan terhadap prospek jangka
pendek Indonesia terkait kondisi luar negeri meningkat.
Bukannya meraih
momentum seperti
yang diperkirakan,
pertumbuhan dan
perdagangan dunia
kembali menyusut
pada kuartal pertama
2016…
Data perdagangan dan industri bulanan dunia menunjukkan awal yang lemah tahun
2016. Menurut data CPB World Trade Monitor bulan Maret 2016, volume impor
dunia mengalami kontraksi sebesar 1,8 persen pada kuartal pertama dibanding tiga
bulan sebelumnya (Gambar 1).2 Negara-negara maju mencatat momentum impor
yang cukup positif, didorong oleh zona Euro dan Jepang, sementara pasar-pasar
berkembang mengalami kontraksi lanjutan, terutama di Asia dan Amerika Latin.
Produksi industri dunia (tidak termasuk konstruksi) hanya tumbuh sebesar 0,2
persen pada periode yang sama, dengan momentum negatif di AS dan Jepang serta
momentum positif dengan peningkatan pada zona Euro dan negara-negara maju
lainnya pada kuartal pertama tahun 2016. Di antara negara berkembang,
pertumbuhan produksi industri tetap positif namun melambat di Asia, sementara
pertumbuhan produksi industri masih negatif di Amerika Latin sejak bulan
Desember 2014. Selain itu, volatilitas pasar keuangan global telah sedikit meningkat
pada beberapa bulan terakhir, seiring dengan pengumuman kenaikan suku bunga
2
Juni 2016
CPB Netherlands Bureau for Economic Policy Analysis: http://www.cpb.nl/en/figure/cpb-worldtrade-monitor-march-2016.
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
1
Tangguh berkat reformasi
Perkembangan Triwulanan
Perekonomian Indonesia
oleh Bank Sentral AS, walaupun data ekonomi AS masih memperlihatkan kondisi
beragam.
Gambar 1: Momentum pertumbuhan dan
perdagangan dunia melemah…
(data penyesuaian musiman tiga bulan pada pertumbuhan tiga
bulanan, persen)
120
2.5
2.0
1.5
Gambar 2: …sementara perdagangan komoditas
bersih Indonesia sedikit meningkat
(indeks, 2011=100)
Produksi
industri
Impor
1.0
100
80
0.5
60
0.0
-0.5
40
-1.0
-1.5
20
-2.0
-2.5
Jan-15
Apr-15
Jul-15
Oct-15
Jan-16
Catatan: Pengamatan terakhir pada bulan Maret 2016.
Sumber: CPB Netherlands Bureau for Economic Policy Analysis;
perhitungan staf Bank Dunia
…namun hargaharga sejumlah
komoditas ekspor
utama Indonesia
telah meningkat
dalam beberapa
bulan terakhir
0
Mar-14
Sep-14
Mar-15
Sep-15
Mar-16
Catatan: Indeks harga perdagangan tertimbang bersih dari enam
komoditas ekspor utama Indonesia (karet, logam dasar, batubara,
minyak, gas, dan minyak sawit).
Sumber: BPS; World Bank; perhitungan staf Bank Dunia
Pada saat yang bersamaan, sejumlah harga komoditas dunia meningkat dalam
beberapa bulan terakhir, mendorong sedikit peningkatan pada rasio perdagangan
(terms of trade) Indonesia (Gambar 2). Harga-harga karet, logam dasar, batubara, dan
minyak sawit telah meningkat sejak bulan Januari maupun Februari 2016. Hargaharga minyak dunia juga mencapai titik terendah pada bulan Januari, namun
peningkatan harga minyak mentah akan menurunkan rasio perdagangan bersih
Indonesia karena Indonesia adalah importir minyak bersih (walau kenaikan harga
minyak memang membawa peningkatan penerimaan negara). Secara keseluruhan,
indeks harga perdagangan tertimbang Bank Dunia untuk enam komoditas ekspor
utama Indonesia meningkat sebesar 9,0 persen pada kuartal pertama 2016 dibanding
kuartal terakhir 2015, namun tetap lebih rendah sebesar 19,6 persen dari nilainya
satu tahun yang lalu.
2. Lemahnya kondisi kuartal pertama menandakan risiko pertumbuhan
PDB pada kuartal
pertama 2016
tumbuh 4,9 persen
yoy, dengan belanja
publik lebih rendah
dari perkiraan
Juni 2016
PDB riil Indonesia meningkat 4,9 persen tahun-ke-tahun (year-on-year, yoy) pada
kuartal pertama 2016, sedikit lebih lambat dari perkiraan terutama karena belanja
publik yang lebih lemah dari perkiraan (Gambar 3). Konsumsi swasta masih bertahan,
didukung oleh rendahnya tekanan inflasi pada kuartal pertama dan Rupiah yang stabil.
Walau tahun 2016 dimulai dengan lambat, investasi Pemerintah diperkirakan akan
meningkat mengikuti perkembangan historis. Prospek pertumbuhan untuk tahun
2016 masih tetap pada 5,1 persen yoy, yang didukung oleh kenaikan permintaan dalam
negeri secara perlahan, termasuk percepatan belanja modal Pemerintah. Namun
prospek itu dapat terpengaruh oleh risiko-risiko fiskal dan luar negeri signifikan yang
tidak menguntungkan.
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
2
Tangguh berkat reformasi
Konsumsi swasta
tetap bertahan…
Laju pengeluaran konsumsi swasta mencapai 5,0 persen yoy, laju yang sama dengan
paruh kedua tahun 2015. Rupiah yang stabil dan inflasi yang rendah mendukung
belanja rumah tangga secara keseluruhan, sementara pendapatan riil yang stagnan
terus membebani konsumsi rumah tangga pada desil distribusi pendapatan terendah.
Menurut Sakernas bulan Agustus 2015, rata-rata upah nasional meningkat sebesar 0,1
persen yoy secara riil (setelah deflasi IHK) setelah turun sebesar 2,2 persen yoy pada
tahun 2014. Namun rata-rata upah bulanan riil dalam bidang pertanian, kehutanan,
dan perikanan, dimana sepertiga tenaga kerja bekerja, menurun sebesar 2,3 persen yoy
pada tahun 2015. Di antara petani, petani padi belakangan ini mengalami tekanan dari
penurunan pendapatan riil mereka. Rasio perdagangan (terms of trade) petani padi, yaitu
perbandingan antara harga yang mereka terima untuk produksi dibanding biaya yang
dibayarkan untuk produksi dan investasi, menurun pada kuartal keempat 2015
(Gambar 2). Kondisi perdagangan untuk semua petani tidak menurun pada periode
yang sama.
Gambar 3: Konsumsi dan investasi swasta
mendukung pertumbuhan pada kuartal 1 2016…
(kontribusi terhadap pertumbuhan PDB yoy, poin persentase)
10
8
Perkembangan Triwulanan
Perekonomian Indonesia
Stat. discrepancy*
Net exports
Investment
Government consumption
Private consumption
GDP
Gambar 4: Pendapatan riil petani padi menurun sejak
kuartal 4 2015
(indeks terms of trade petani, data dengan penyesuaian musiman)
112
110
108
Semua petani
6
106
4
104
2
102
0
100
-2
98
-4
Mar-13 Sep-13 Mar-14 Sep-14 Mar-15 Sep-15 Mar-16
96
Jun-13 Dec-13 Jun-14 Dec-14 Jun-15 Dec-15
Catatan: *Perbedaan statistik meliputi perubahan persediaan.
Sumber: BPS; perhitungan staf Bank Dunia
Petani padi
Catatan: Terms of trade petani adalah rasio indeks harga produsen
yang diterima petani dibanding indeks biaya yang dibayar petani
untuk produksi dan investasi.
Sumber: BPS; perhitungan staf Bank Dunia
…sementara belanja
konsumsi publik
melemah
Berbeda dengan bertahannya belanja rumah tangga secara keseluruhan, belanja
konsumsi Pemerintah menurun ke 2,9 persen yoy, dari 7,1 dan 7,3 persen yoy pada
dua kuartal sebelumnya. Namun, belanja publik pada kuartal pertama 2016 secara
umum sejalan dengan tren historis rendahnya pengelolaan pada kuartal pertama, dan
jauh lebih tinggi dibanding tingkatan rata-rata yang tercatat selama lima tahun terakhir
(lihat Bagian 6).
Penurunan belanja
modal Pemerintah
juga berkontribusi
terhadap
perlambatan
pertumbuhan
investasi tetap
Investasi tetap meningkat sebesar 5,6 persen yoy pada kuartal pertama 2016,
dibanding 6,9 persen pada kuartal terakhir tahun 2015. Perlambatan itu disebabkan
oleh penurunan belanja Pemerintah pusat – hanya Rp 10 triliun pada tiga bulan
pertama tahun 2016 (5 persen dari target anggaran tahunan). Porsi investasi
Pemerintah pusat pada kuartal pertama hanya mencapai 1,0 persen dari jumlah
nominal investasi tetap, dibanding 13,3 persen pada kuartal keempat 2015. Walau
terdapat peningkatan yang signifikan dalam pencairan belanja modal publik pada
periode yang sama tahun lalu (lihat Bagian 6), sangat rendahnya porsi investasi
Pemerintah pusat menunjukkan bahwa sebagian besar pertumbuhan investasi pada
Juni 2016
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
3
Tangguh berkat reformasi
Perkembangan Triwulanan
Perekonomian Indonesia
kuartal pertama ditopang oleh sektor swasta. Hal ini memperlihatkan fakta bahwa
keuntungan dunia usaha pada sejumlah sektor, seperti barang-barang konsumsi dan
telekomunikasi, meningkat secara signifikan pada kuartal terakhir tahun 2015 dan
kuartal pertama tahun ini.3
Tidak terdapat
kontribusi ekspor
bersih terhadap
pertumbuhan
Volume ekspor menurun sebesar 3,9 persen yoy, sementara volume impor menurun
sebesar 4,2 persen yoy. Dengan demikian, ekspor bersih berkontribusi sebesar 0 poin
persentase terhadap pertumbuhan PDB yoy, suatu kemajuan dibanding kontribusi
negatif pada kuartal sebelumnya. Namun terdapat tanda-tanda tentatif bahwa
perdagangan mungkin telah mencapai titik terendahnya, karena laju penurunan ekspor
dan impor riil telah melambat secara signifikan pada kuartal pertama 2016. Sebagai
perbandingan, volume ekspor dan impor menyusut masing-masing sebesar 6,4 persen
yoy dan 8,1 persen yoy pada kuartal penutup tahun 2015.
Sejumlah indikator
sentimen baru-baru
ini mengalami
peningkatan, namun
beberapa data
lainnya memberi
gambaran yang
beragam
Gambar 5: Indikator kepercayaan usaha mengalami
Tingkat kepercayaan usaha
peningkatan
dan konsumen telah
(indeks, poin)
membaik dalam beberapa
bulan terakhir. Indeks
60
kegiatan usaha BI
meningkat tajam pada awal
50
tahun 2016 dan indeks
PMI
manager pembelian
40
Nikkei/Markit (purchasing
manager index, PMI)
30
meningkat melampaui 50
pada bulan Maret, yang
20
Kegiatan usaha:
menandakan peningkatan
perkiraan
kegiatan (Gambar 5).
10
Setelah agak melemah pada
kuartal pertama tahun 2016,
Kegiatan usaha: realisasi
0
penjualan semen komersial
Mar-14
Sep-14
Mar-15
Sep-15
Mar-16
meningkat pada bulan
Catatan: Nilai PMI di atas 50 menunjukkan peningkatan
April. Namun, impor
kegiatan ekonomi.
barang modal kembali
Sumber: BI; Nikkei/Markit; perhitungan staf Bank Dunia
menurun pada kuartal
pertama, sebesar 18,9 persen yoy. Serupa dengan itu, kepercayaan usaha meningkat
pada empat bulan pertama tahun ini, namun indikator-indikator konsumsi bulanan
lainnya memberikan gambaran beragam. Penjualan sepeda motor mengalami
kontraksi sebesar 8,3 persen yoy pada bulan April, sementara penjualan mobil
meningkat hingga 3,6 persen yoy (dari laju pertumbuhan negatif yang tercatat sejak
bulan Agustus 2014).
Pada skenario dasar
(base case),
pertumbuhan PDB
pada 5,1 persen
untuk tahun 2016
tetap sama seperti
IEQ edisi Maret
2016…
Proyeksi Bank Dunia untuk pertumbuhan PDB tetap pada 5,1 persen untuk 2016 dan
5,3 persen untuk 2017, walau dengan belanja publik yang lebih rendah dari perkiraan
pada kuartal pertama. Konsumsi swasta diperkirakan akan sedikit meningkat karena
inflasi yang moderat, Rupiah yang relatif stabil, dan penurunan harga energi pada
bulan April. Pengumuman kenaikan batas pajak penghasilan pribadi PTKP dari Rp
36 juta ke Rp 54 juta per tahun pada tahun 2016, serta gaji bulan ke-14 bagi pegawai
negeri sipil, akan memberikan dorongan tambahan bagi belanja rumah tangga.
Proyeksi dasar (baseline) itu juga memperhitungkan percepatan belanja Pemerintah,
3
Juni 2016
Berdasarkan data dari sekitar 100 perusahaan besar yang tercatat pada Bursa Efek Indonesia.
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
4
Tangguh berkat reformasi
Perkembangan Triwulanan
Perekonomian Indonesia
terutama belanja modal, pada tiga kuartal berikut sesuai dengan tren historis. Namun,
prospek pada akhir 2016 dan kedepannya akan bergantung pada peningkatan
pertumbuhan investasi swasta sebagai respon dari upaya reformasi iklim usaha
Pemerintah dan lambatnya pemulihan perdagangan dan pertumbuhan ekonomi
global. Walau masih menurun pada tahun 2016, ekspor telah direvisi naik karena data
kuartal pertama yang lebih baik dari perkiraan.
… namun risiko
penurunan terhadap
proyeksi tersebut
meningkat
Skenario dasar (baseline) juga tergantung pada risiko-risiko penurunan yang
signifikan. Dari dalam negeri, kekurangan penerimaan yang lebih tinggi dari proyeksi
akan menghambat rencana-rencana pembangunan infrastruktur Pemerintah (lihat
Bagian 6), sementara pertumbuhan kredit yang masih lemah dapat menghambat
pemulihan investasi swasta (lihat Bagian 5). Dari sisi eksternal, risiko-risiko utama
mencakup lebih lemahnya pertumbuhan dan perdagangan global dibanding
perkiraan serta tingkat volatilitas pasar keuangan global yang lebih besar (lihat
Bagian 1). Terdapat risiko-risiko peningkatan terkait dengan potensi penerimaan dari
program Pengampunan Pajak, yang akan mendorong belanja Pemerintah dan
swasta. Investasi tetap dapat terbantu oleh suntikan modal kepada BUMN, jika
disetujui oleh DPR sebagai bagian dari APBN-P 2016 (lihat Bagian 6).
3. Inflasi IHK mengalami moderasi namun harga bahan pangan tetap
bergejolak
Tekanan inflasi
melemah, sebagian
berakibat dari
penurunan harga
energi…
Inflasi IHK tahun berjalan tidaklah besar, sebagian karena rendahnya harga energi.
Pemerintah menurunkan harga BBM sebesar 11,5 persen pada bulan April. Sebagai
akibatnya, rata-rata ongkos transportasi turun sebesar 2,4 persen bulan-ke-bulan.
Inflasi IHK terus turun ke 3,3 persen yoy pada bulan Mei, dari 3,4 persen yoy pada
bulan April (Gambar 6). Selain itu, inflasi inti, yang tidak menyertakan harga-harga
bahan pangan dan energi yang lebih bergejolak, mengalami perlambatan selama
enam bulan terakhir, hingga 3,4 persen yoy pada bulan Mei.
Gambar 6: Inflasi menurun seiring dengan penurunan Gambar 7: …sementara harga bahan pangan masih
lanjutan harga energi…
bergejolak
(perubahan yoy, persen)
(perubahan yoy, persen)
16
Ramadan
Ramadan
120
Beras
12
Pangan
Bawang
Cabai
80
40
Daging
8
IHK
4
Inti
0
May-14
Jan-15
Sep-15
May-16
Catatan: Harga bahan pangan adalah rata-rata tertimbang dari
komponen harga bahan pangan mentah dan olahan dari IHK.
Sumber: BPS; perhitungan staf Bank Dunia
Juni 2016
0
Gula
Kedelai
Beras
-40
-80
May-14
Jan-15
Sep-15
May-16
Sumber: BPS; Bank Dunia; perhitungan staf Bank Dunia
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
5
Tangguh berkat reformasi
Perkembangan Triwulanan
Perekonomian Indonesia
…sementara harga
bahan pangan terus
bertahan tinggi
Namun, inflasi IHK yang stabil ini menutupi inflasi harga bahan pangan yang tetap
bertahan tinggi. Pada bulan Mei, harga bahan pangan mentah meningkat sebesar 7,7
persen yoy dan harga bahan pangan olahan meningkat sebesar 6,1 persen. Harga
sejumlah bahan pangan utama, seperti beras, bawang, cabai, dan daging sapi, tetap
tinggi, yang mencerminkan kurangnya pasokan dan tantangan distribusi (Gambar 7).
Antara bulan Oktober 2015 dan Maret 2016, inflasi harga beras mengalami moderasi
yang signifikan, kemungkinan besar disebabkan karna ijin impor yang lebih besar
oleh Pemerintah pada periode tersebut. Namun pada bulan April dan Mei inflasi
harga beras kembali meningkat – menjadi 5,3 persen yoy pada bulan Mei dari 1,6
persen yoy pada bulan Maret.
Inflasi diperkirakan
akan tetap moderat,
namun harga bahan
pangan menjadi
risiko yang
signifikan menjelang
Idul Fitri
Bank Dunia memproyeksikan rata-rata inflasi IHK tahunan sebesar 3,9 persen
untuk tahun 2016, dan meningkat ke 4,4 persen untuk tahun 2017. Inflasi
diperkirakan berada di batas sasaran BI sebesar 3-5 persen per tahun. Harga bahan
pangan diperkirakan akan tetap bergejolak terutama selama bulan Ramadan dan
libur Lebaran, dari 5 Juni hingga 7 Juli. Bagian B.2 dari Triwulanan ini memberikan
bukti-bukti dampak inflasi dari pembatasan perdagangan internasional. Guna
membatasi inflasi harga bahan pangan untuk jangka pendek, Pemerintah dapat
menerapkan kebijakan pengijinan impor untuk komoditas-komoditas bahan pangan
utama.
Juni 2016
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
6
Tangguh berkat reformasi
Perkembangan Triwulanan
Perekonomian Indonesia
Tabel 2: Pada keadaan dasar (base case), pertumbuhan PDB diproyeksikan pada 5,1 persen untuk 2016 dan 5,3
persen untuk 2017
(persentase perubahan, kecuali dinyatakan lain)
Tahunan
YoY pada kuartal empat
Revisi tahunan
2015
2016
2017
2015
2016
2017
2016
2017
4,9
4,8
5,2
4,8
5,0
4,0
-0,2
0.0
Pengeluaran konsumsi swasta
4,8
5,1
5,2
5,0
5,1
4,0
0,2
0,0
Konsumsi pemerintah
5,4
3,0
4,9
2,9
3,7
4,2
-3,0
-0,3
5,1
5,2
5,3
5,6
4,6
4,2
0,1
0,1
Ekspor barang dan jasa
-2,0
-1,1
3,6
-3,9
3,4
2,7
2,8
0,0
Impor barang dan jasa
-5,8
-1,0
2,8
-4,2
1,5
2,6
-1,2
0,0
4,8
5,1
5,3
4,9
5,4
4,0
0,0
0,0
-1,1
1,4
5,8
-
-
-
-0,1
-1,9
-17,8
-21,1
-24,9
-
-
-
0,0
1,1
-2,0
-2,3
-2,5
-
-
-
0,0
0,0
4,8
4,2
3,0
-
-
-
2,1
4,9
17,1
22,5
30,7
-
-
-
-0,1
-3,0
13,1
12,1
-
-
-
-0,1
-
1. Indikator ekonomi utama
Jumlah pengeluaran konsumsi
Pembentukan modal tetap bruto
Produk Domestik Bruto
2. Indikator luar negeri
Neraca pembayaran (Miliar AS$)
Saldo neraca transaksi berjalan
(miliar AS$)
Sebagai bagian dari PDB
(persen)
Neraca perdagangan (Miliar
AS$)
Saldo neraca keuangan & modal
(miliar AS$)
3. Indikator Fiskal
Pendapatan pem. pusat (% dari
PDB)
Pengeluaran pem. pusat (% dari
PDB)
15,7
14,9
-
-
-
-0,2
-
Neraca fiskal (% dari PDB)
-2,6
-2,8
-
-
-
0,0
-
Neraca primer (% dari PDB)
-1,2
-1,4
-
-
-
-0,1
-
Indeks harga konsumen
6,4
3,9
4,4
4,8
4,0
4,7
-0,1
-0,2
Deflator PDB
4,2
2,9
4,5
4,0
3,6
4,5
-1,7
-0,4
PDB nominal
9,2
8,1
10,1
9,2
8,8
10,1
-1,8
-0,4
4. Pengukuran ekonomi lainnya
5. Asumsi ekonomi
Kurs tukar (Rp/AS$)
13389
13300
13300
-500,0
-500,0
Harga minyak mentah Indonesia
(AS$/barel)
49
40
49
0,0
2,0
Catatan: Angka ekspor dan impor merujuk kepada volume dari neraca nasional. Semua angka-angka berdasarkan PDB yang direvisi dan
diubah tahun dasarnya. Asumsi kurs tukar dan harga minyak mentah adalah berdasar rata-rata terbaru. Revisi-revisi adalah relatif
dibanding proyeksi pada Triwulanan edisi bulan Maret 2016.
Sumber: BPS; BI; CEIC; proyeksi staf Bank Dunia
4. Sektor swasta mencatat aliran keluar modal bersih pada kuartal satu 2016
Penurunan pada
jenis investasi
lainnya
menghasilkan defisit
yang kecil pada
neraca pembayaran
Juni 2016
Penurunan yang besar dalam investasi lain mendorong defisit yang kecil dalam neraca
pembayaran untuk kuartal pertama, setelah surplus yang besar pada kuartal
sebelumnya (Gambar 8). Defisit neraca berjalan menyusut ke 2,1 persen dari PDB.
Namun perbaikan ini disebabkan oleh penurunan kuartalan yang lebih tajam dalam
impor ketimbang ekspor. Pada kuartal pertama 2016, saldo neraca keuangan
Indonesia juga mengalami penurunan akibat aliran keluar modal bersih sektor swasta,
walau aliran masuk modal ke obligasi pemerintah masih tetap kuat. Risiko-risiko
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
7
Tangguh berkat reformasi
Perkembangan Triwulanan
Perekonomian Indonesia
pembiayaan luar negeri terkait lemahnya perdagangan dan volatilitas aliran modal
jangka pendek masih tetap tinggi.
Gambar 8: Penurunan investasi lain mendorong
defisit neraca pembayaran
(AS$ miliar)
Current account
Portfolio investment
Overall balance
20
15
Direct investment
Other investment
Basic balance
Gambar 9: Impor turun lebih lambat dibanding
kuartal-kuartal sebelumnya
(kontribusi ke pertumbuhan tahun-ke-tahun, poin persentase)
5
0
10
-5
5
-10
0
-15
-5
-20
-10
-15
Mar-13
Mar-14
Mar-15
Mar-16
Catatan: Neraca dasar = investasi langsung + saldo neraca
berjalan.
Sumber: BI; perhitungan staf Bank Dunia
Fuel
Capital
-25
Consumer goods net of fuels
Raw materials net of fuel
-30
Imports
Mar-14
Mar-15
Mar-16
Sumber: BI; perhitungan staf Bank Dunia
Defisit neraca
berjalan menyusut
ke 2,1 persen dari
PDB pada kuartal 1
2016, karena impor
turun lebih cepat
dibanding ekspor
Defisit neraca berjalan sedikit membaik ke 2,1 persen dari PDB, dari 2,4 persen
pada kuartal sebelumnya. Neraca perdagangan masih mencatat surplus pada 1,6
miliar dolar AS. Baik ekspor maupun impor masih terus menurun, masing-masing
sebesar 12,3 persen yoy dan 12,5 persen yoy. Penurunan ekspor tercatat pada
seluruh kategori sebagai akibat dari lemahnya permintaan global, apresiasi kurs tukar
valuta riil sebesar 3,1 persen pada kuartal pertama 2016, dan melemahnya harga
untuk semua komoditas utama dibanding kuartal pertama 2015.4 Impor untuk bahan
mentah maupun barang modal mencatat penurunan, sementara impor barangbarang konsumsi (kecuali BBM) memberikan kontribusi sebesar 1,8 poin persentase
terhadap pertumbuhan impor yoy, yang merupakan kontribusi pertumbuhan positif
pertama (yoy) sejak kuartal pertama tahun 2014 (Gambar 9).
Aliran keluar modal
bersih sektor swasta
mendorong
penurunan dalam
neraca keuangan
Beralih ke neraca keuangan, sektor swasta mencatat aliran keluar modal bersih,
sementara aliran masuk modal bersih sektor publik mencatat nilai positif (Gambar
10). Investasi langsung mencatat kontraksi kecil dibanding kuartal sebelumnya
menjadi 2,2 miliar dolar AS. Aliran portofolio juga sedikit lebih rendah, namun masih
kukuh pada 4,4 miliar dolar AS, yang sepenuhnya didorong oleh pinjaman pemerintah
jangka panjang. Namun pinjaman pemerintah sedikit lebih rendah dibanding kuartal
pertama tahun lalu, akibat langkah-langkah pembiayaan awal pemerintah pada kuartal
akhir 2015. Investasi lainnya mencatat defisit kuartalan, yang didorong oleh aliran
keluar modal simpanan swasta, serta penurunan pinjaman luar negeri oleh sektor
swasta.
4
Juni 2016
Harga CPO dan karet meningkat pada kuartal pertama tahun ini dibanding kuartal akhir 2015.
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
8
Tangguh berkat reformasi
Perkembangan Triwulanan
Perekonomian Indonesia
Gambar 10: Sektor swasta Indonesia menurunkan
pinjaman luar negeri mereka
(miliar AS$)
20
Financial derivatives
Net public capital flows
Net private capital flows
Financial account
Gambar 11: Aliran masuk modal ke pasar
berkembang diperkirakan sedikit naik selama 2016
(rata-rata bergerak empat kuartalan, miliar AS$)
forecast
Indonesia (LHS)
25 emerging markets (RHS)
30
350
300
25
15
250
20
10
200
15
150
5
10
0
-5
Mar-13
Mar-14
Mar-15
Sumber: BI; perhitungan staf Bank Dunia
Defisit neraca
berjalan diperkirakan
akan melebar
menjadi 2,3 persen
dari PDB pada 2016
dan 2,5 persen pada
2017
Juni 2016
100
5
Mar-16
50
0
Mar-12
0
Mar-13
Mar-14
Mar-15
Mar-16
Sumber: The Institute of International Finance; perhitungan staf
Bank Dunia
Tabel 3: Defisit neraca berjalan diperkirakan akan
Bank Dunia
sedikit
meningkat pada tahun 2016
memperkirakan defisit
(miliar
AS$
kecuali dinyatakan lain)
neraca berjalan untuk
2015
2016
2017
tahun 2016 dan 2017
Keseluruhan neraca
-1,1
1,4
5,8
masing-masing berada
pembayaran
pada 2,3 dan 2,5 persen
-0,1
0,2
0,6
Sebagai % dari PDB
-21,1
-24,9
-17,7
dari PDB (Tabel 3).
Neraca berjalan
-2,3
-2,5
-2,0
Sebagai % dari PDB
Mengingat perkembangan
Neraca perdagangan
harga komoditas yang
13,3
12,6
13,8
barang
bervariasi sampai pada
Neraca perdagangan jasa
-8,3
-8,4
-10,8
tahun 2016, dan
Penerimaan
-28,2
-30,7
-33,4
Transfer
5,5
5,4
5,5
penurunan penerimaan
Neraca
modal
dan
keuangan
17,1
22,5
30,7
ekspor pada kuartal
Sebagai % dari PDB
2,0
2,4
2,9
pertama 2016, ekspor
9,9
11,3
9,9
Investasi
langsung
tampaknya akan tetap
16,7
13,7
18,1
Investasi portofolio
lemah selama tahun 2016.
Derivatif keuangan
0,0
0,0
-0,1
Namun, neraca
Investasi lain
-9,8
-1,1
1,4
perdagangan diperkirakan
Catatan:
akan tetap positif, karena
-7,7
-11,2
-13,6
Neraca dasar
impor diperkirakan akan
-1,2
-1,5
-0,9
Sebagai % dari PDB
Catatan: Neraca dasar = investasi langsung bersih + saldo neraca
turun lebih besar
berjalan.
dibanding ekspor. Secara
Sumber: BPS; perhitungan staf Bank Dunia
keseluruhan, aliran masuk
modal ke Indonesia diperkirakan akan sedikit meningkat selama sisa tahun 2016,
sejalan dengan perkiraan kenaikan aliran modal ke ekonomi-ekonomi berkembang
secara umum (Gambar 11). Aliran bersih ke obligasi pemerintah tampaknya akan
sedikit lebih rendah dibanding tahun 2015, akibat pra-pembiayaan Pemerintah
sebesar 3,5 miliar dolar AS pada bulan Desember 2015.
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
9
Tangguh berkat reformasi
Perkembangan Triwulanan
Perekonomian Indonesia
5. Pertumbuhan kredit dalam negeri tetap lemah walaupun ada pelonggaran
moneter
Kondisi keuangan
relatif ketat dengan
melemahnya
pertumbuhan kredit
dan penurunan
aliran masuk modal
Seperti pada banyak pasar berkembang, harga-harga aset keuangan di Indonesia
telah terkena dampak kenaikan ketidakpastian pasar keuangan dunia. Kondisi kredit
dalam negeri Indonesia masih ketat, dengan tingkat pertumbuhan kredit yang
hampir mencapai nilai terendah dalam tujuh tahun terakhir. Lebih lanjut,
pelonggaran kebijakan moneter oleh Bank Indonesia (pemotongan BI Rate selama
tiga kali berturut-turut pada awal tahun ini) belum secara efektif mempengaruhi suku
bunga pinjaman dan simpanan. Dalam upaya untuk menjawab tantangan ini, BI
mengumumkan perubahan kerangka kebijakan moneternya: dari tanggal 19 Agustus
2016, alat kebijakan utamanya adalah suku bunga reverse repo 7 hari.
Harga-harga aset
keuangan bersifat
volatil selama kuartal
kedua
Gambar 12: Volatilitas valuta pasar berkembang
Pemulihan Rupiah yang
tercatat pada kuartal pertama meningkat pada kuartal 2 2016
(Indeks, 4 Jan = 100)
2016 terhenti pada kuartal
kedua. Bersama dengan mata 115
uang pasar berkembang
Dolar AS/
lainnya, Rupiah mengalami
110
Rupiah
depresiasi terhadap dolar AS
pada periode akhir Maret
105
dan kemudian pulih kembali,
menghasilkan depresiasi
100
keseluruhan sebesar 0,5
JP Morgan EMCI
persen antara akhir Maret
95
dan 13 Juni (Gambar 12).
Sebagai perbandingan, pada
90
periode yang sama, JP
Morgan Emerging Market
85
Currency Index (EMCI)
Jan-16
Mar-16
May-16
terdepresiasi sebesar 1,5
Sumber: BI; JP Morgan; perhitungan staf Bank Dunia
persen. Tren penurunan
yang tercatat sejak awal tahun ini dalam imbal hasil (yield) obligasi pemerintah
berlanjut pada kuartal kedua 2016. Yield obligasi 10-tahun turun sebesar 33 basis
poin antara 31 Mei dan 13 Juni menjadi 7,6 persen. Yield obligasi ini jauh lebih
rendah dibanding satu tahun lalu ketika pasar-pasar berkembang menghadapi
pembalikan arah aliran modal asing.
Ekuitas Indonesia
juga tercatat turun
dari keuntungan
sebelumnya
Setelah meningkat 5,5 persen pada kuartal pertama 2016, Indeks Harga Saham
Gabungan terkoreksi sebesar 0,5 persen sejak 31 Maret. Kinerja lintas sektor
bervariasi, dengan pertanian turun 8,3 persen antara 31 Maret dan 14 Juni. Di lain
pihak, sektor pertambangan meningkat 13,6 persen, didorong oleh stabilisasi harga
komoditas, sementara infrastruktur meningkat 5,6 persen pada periode yang sama.
Pengaruh
pelonggaran moneter
ke penurunan suku
bunga pinjaman dan
simpanan masih
terbatas…
Dengan relatif stabilnya Rupiah serta inflasi yang berada di dalam batas sasaran 3
hingga 5 persen, BI menurunkan suku bunga kebijakan utamanya dari 7,5 persen
pada bulan Desember 2015 ke 6,5 persen pada bulan Juni 2016 (Gambar 13).
Walaupun pelonggaran kebijakan moneter telah mempengaruhi JIBOR, dampaknya
terhadap suku bunga pinjaman dan simpanan perbankan masih belum terlihat.
Juni 2016
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
10
Tangguh berkat reformasi
…dan pertumbuhan
pinjaman dan
simpanan masih
lemah, sementara
kredit bermasalah
(NPL) merayap naik
Perkembangan Triwulanan
Perekonomian Indonesia
Pertumbuhan kredit, hampir di seluruh sektor dan jenis pinjaman, tetap lemah,
dimana hampir menyentuh nilai terendahnya selama tujuh tahun terakhir (Gambar
14). Pertumbuhan pinjaman investasi sedikit meningkat ke 12,2 persen yoy pada
bulan April 2016, dari 11,6 persen yoy pada bulan Maret. Pinjaman modal kerja, yang
merupakan sekitar 45 persen dari seluruh pinjaman, tumbuh sedikit sebesar 4,8
persen yoy pada bulan April, turun dari 6,4 persen yoy pada bulan Maret.
Pertumbuhan simpanan juga terus menurun, menyentuh angka terendah dalam 12
tahun. Kredit bermasalah (non-performing loan, NPL) meningkat menjadi 2,9 persen
dari seluruh pinjaman pada bulan April, dari 2,7 persen pada bulan Januari. Namun
Rasio Kecukupan Modal (capital adequacy ratio, CAR) mencapai 22 persen pada bulan
Maret (data terkini), jauh di atas batas minimum BI sebesar 8 persen, selaras dengan
kerangka aturan global Basel III.
Gambar 13: Suku bunga kebijakan BI yang baru
adalah reverse repo 7-hari
(persen per tahun)
9
Gambar 14: Pertumbuhan pinjaman dan simpanan
terus menurun
(pertumbuhan yoy, persen)
17
O/N lending facility
15
8
7
O/N JIBOR
Pertumbuhan simpanan
13
BI rate
reverse repo 7-hari
Pertumbuhan
pinjaman
11
6
9
5
4
May-15
O/N deposit facility
kebijakan bunga BI
7
5
Sep-15
Jan-16
Sumber: BI; perhitungan staf Bank Dunia
BI mengubah suku
bunga kebijakan
utamanya dalam
upaya peningkatan
efektivitas kebijakan
moneter
May-16
Jan-15
Apr-15
Jul-15
Oct-15
Jan-16
Apr-16
Sumber: BI; perhitungan staf Bank Dunia
Pada tanggal 15 April, BI mengumumkan perumusan ulang kerangka kebijakan
moneternya. Mulai tanggal 19 Agustus 2016, suku bunga kebijakan utama akan
bergeser dari BI Rate (acuan) ke suku bunga reverse repo 7 hari. BI berencana
menetapkan koridor suku bunga 75 basis poin yang simetris (dan lebih sempit) di
atas dan di bawah reverse repo rate 7 hari tersebut. Perubahan instrumen kebijakan ini
– dari suku bunga acuan menjadi suku bunga efektif (reverse repo) – dimaksudkan
untuk meningkatkan mekanisme transmisi dari suku bunga kebijakan BI dan suku
bunga perbankan. Pada jangka pendek, perubahan instrumen kebijakan ini
diperkirakan tidak akan mempengaruhi suku bunga pasar antar bank secara
signifikan, karena suku bunga overnight telah mendekati suku bunga overnight deposit
facility selama beberapa tahun terakhir (akibat surplus likuiditas sistem perbankan).
Revisi kerangka tersebut adalah langkah yang positif, namun keberhasilannya perlu
didukung dengan penanganan tantangan-tantangan lain, seperti tidak adanya jalur
kredit antar bank dan tidak meratanya distribusi likuiditas pada sektor perbankan.
6. Realisasi anggaran meningkat namun penerimaan masih lemah
Memasuki empat
Pengumpulan penerimaan antara bulan Januari dan April mencatat penurunan yang
bulan pertama tahun cukup besar, sebesar 9,8 persen dibanding periode yang sama pada tahun 2015,
fiskal, pelaksanaan
terutama karena turunnya harga-harga komoditas dan permintaan dalam negeri, serta
Juni 2016
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
11
Tangguh berkat reformasi
Perkembangan Triwulanan
Perekonomian Indonesia
APBN 2016
menghadapi
sejumlah tantangan
sejumlah perubahan kebijakan dan administrasi penerimaan. Di sisi lain, total belanja
meningkat sebesar 9,2 persen, didukung oleh kuatnya pertumbuhan belanja barang
(66 persen yoy) dan belanja modal (106 persen yoy). Dalam hal pelaksanaan anggaran
hal ini merupakan peningkatan yang signifikan walaupun dalam hal dukungan
terhadap pertumbuhan PDB angka ini berada di bawah perkiraan. Pencairan
meningkat sebesar 89 persen untuk barang dan 39 persen untuk modal dibanding
angka rata-rata lima tahun terakhir, yang tampaknya didukung oleh pengadaan dini
yang diprakarsai oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Penerimaan tahun
berjalan melemah
karena berlanjutnya
penurunan harga
migas…
Beralih ke penerimaan, realisasi pada empat bulan pertama tahun 2016 menunjukkan
penurunan yang besar yaitu sebesar 9,8 persen (Gambar 15). Penerimaan terkait
migas berkontribusi sebesar 2,4 poin persentase terhadap penurunan keseluruhan
penerimaan, yang merupakan cerminan dari penurunan harga migas internasional
sebesar 34,6 persen pada bulan Januari-April 2016 dibanding periode yang sama
tahun lalu dan apresiasi Rupiah sebesar 4,7 persen. Penerimaan migas melemah
meski terdapat kenaikan rata-rata produksi minyak harian sebesar 2,6 persen
dibanding empat bulan pertama tahun 2015.
Gambar 15: Pungutan penerimaan tahun berjalan
mencatat penurunan yang besar…
(kontribusi ke pertumbuhan penerimaan yoy, persen)
O&G related revenues
VAT/LGST
International trade taxes
Income taxes N-O&G
Excises
Other
15
Gambar 16: …termasuk pajak penghasilan badan dan
PPN
(pertumbuhan yoy, persen)
40
Jan-Apr 2014
Jan-Apr 2015
Jan-Apr 2016
30
20
10
10
5
0
-10
0
-20
-5
-10
Jan-Apr 2014
Jan-Apr 2015
Jan-Apr 2016
Catatan: O&G adalah migas, N-O&G adalah non-migas; LGST
adalah PPnBM.
Sumber: Kementerian Keuangan; perhitungan staf Bank Dunia
…sebagian juga
karena moderasi
dalam permintaan
dalam negeri…
Juni 2016
Catatan: PIT – PPh pribadi pasal 21 dan 25/UU PPh No. 36
Tahun 2008; CIT – PPh badan pasal 25; WT – pemotongan pajak
pasal 22; FWT – pemotongan pajak final pasal 4(2) UU PPh;
LGST – PPnBM.
Sumber: Kementerian Keuangan; perhitungan staf Bank Dunia
Selain itu, pajak penghasilan dari sektor non-migas berkontribusi 1,8 poin persentase
terhadap penurunan penerimaan pada periode yang sama, walau terdapat kenaikan
PDB nominal sebesar 8,0 persen yoy pada kuartal pertama 2016. Serupa dengan itu,
pungutan PPN berkontribusi 2,5 poin persentase terhadap penurunan penerimaan,
yang didorong oleh PPN dalam negeri (turun 9,1 persen yoy) dan PPN impor (turun
12,3 persen yoy) (Gambar 16). Sementara penurunan PPN impor sejalan dengan
lemahnya impor (-5,4 persen yoy secara nominal pada kuartal pertama), penerimaan
PPN dalam negeri menyusut walau dengan pertumbuhan nominal konsumsi swasta
sebesar 8,3 persen yoy. Peningkatan 39 persen yoy dalam restitusi PPN selama
empat bulan pertama tahun 2016 kemungkinan juga telah berkontribusi terhadap
penurunan penerimaan PPN bruto sebesar 1,3 persen yoy.
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
12
Tangguh berkat reformasi
Perkembangan Triwulanan
Perekonomian Indonesia
…serta perubahan
dalam kebijakan
pajak dan
administrasi …
Selain faktor-faktor makro global dan dalam negeri, perubahan dalam kebijakan
pajak dan administrasi juga dapat berkontribusi terhadap penurunan penerimaan.
Pungutan pajak penghasilan pribadi hanya meningkat sebesar 0,2 persen dibanding
bulan Januari-April 2015 (dibanding rata-rata tahun 2014-2015 sebesar 13 persen).
Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh kenaikan dalam batas Penghasilan Tidak
Kena Pajak (PTKP) dari Rp 24,3 juta ke Rp 36,0 juta, dalam peraturan yang
diterbitkan pada tahun 2015 untuk mendukung belanja rumah tangga.5 Pajak
penghasilan badan bukan migas menyusut sebesar 11,3 persen yoy, sebagian karena
penurunan keuntungan perusahaan di sejumlah sektor, seperti pertambangan nonmigas. Direktorat Jenderal Pajak juga melaporkan kenaikan restitusi pajak badan
bukan migas sebesar 66,5 persen pada periode bulan Januari-April 2016 dibanding
periode yang sama tahun lalu. Selain itu, cukai berkontribusi sebesar 3,6 poin
persentase terhadap penurunan penerimaan, karena adanya perubahan aturan
pembayaran cukai oleh produsen tembakau.6 Terakhir, ketidakpastian yang berlanjut
tentang UU Pengampunan Pajak kemungkinan telah berdampak negatif terhadap
moral wajib pajak dan upaya administrasi perpajakan. Sebagai contoh, Direktorat
Jenderal Pajak diberitakan telah menyatakan bahwa pihaknya menunda prosesproses pemeriksaan pajak sementara menunggu keputusan DPR tentang UU
Pengampunan Pajak.7
Pemerintah telah
mengusulkan
RAPBN-P 2016,
dengan target
penerimaan yang
lebih rendah…
Menanggapi berlanjutnya moderasi dalam harga-harga komoditas dan penurunan
permintaan dalam negeri, Pemerintah menurunkan proyeksi penerimaan sebesar Rp
88,0 triliun menjadi Rp 1.734,5 triliun dalam RAPBN-P 2016 (yang diperkirakan
akan disetujui pada bulan Juli) (Tabel 4). Dalam RAPBN-P itu, penerimaan terkait
migas direvisi turun sebesar Rp 67,3 triliun, penerimaan pertambangan bukan pajak
turun sebesar Rp 24,3 triliun, dan PPN turun sebesar Rp 97,5 triliun. Namun
proyeksi pajak penghasilan non-migas direvisi naik sebesar Rp 103,4 triliun untuk
mencerminkan perkiraan yang lebih optimistis terkait penerimaan dari program
Pengampunan Pajak sekitar Rp 165 triliun.8
… defisit fiskal yang
lebih besar dan
sejumlah
penyesuaian
belanja…
Dengan prospek penerimaan yang lemah, Pemerintah mengusulkan untuk
menurunkan keseluruhan belanja sekitar Rp 48 triliun (2,3 persen dari jumlah
anggaran), meningkatkan defisit fiskal ke 2,5 persen dari PDB, dan menggunakan
Sisa Anggaran Lebih (SAL) 2016 sebesar Rp 19 triliun. Pemotongan belanja itu
diperkirakan akan menggunakan sejumlah langkah-langkah, termasuk penurunan
alokasi kementerian/lembaga sebesar Rp 50 triliun untuk belanja yang bukan
merupakan prioritas, seperti biaya perjalanan, honorarium, biaya rapat, dan lainnya;9
pemotongan lanjutan biaya subsidi BBM sebesar Rp 23 triliun dengan menurunkan
subsidi tetap maksimum per liter untuk solar; dan menurunkan transfer ke daerah
sebesar Rp 8,3 triliun melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) dan sebesar Rp 4,7
triliun melalui penurunan bagi hasil. Di sisi lain, RAPBN-P 2016 juga mengusulkan
peningkatan sebesar Rp 39 triliun dalam bidang pengeluaran lain seperti subsidi
Peraturan Menteri Keuangan PMK No 122/PMK.010/2015.
Peraturan Menteri Keuangan PMK No. 20/PMK.04/2015, diterbitkan 2 Februari 2015. Sebelumnya,
produsen diperkenankan untuk menunda pembayaran cukai dua bulan setelah memesan pita cukai,
tanpa menghiraukan bulan pemesanannya. Mulai tahun 2015, semua pembayaran pita harus dilakukan
sebelum 31 Desember dari tahun tersebut. Akibatnya, hampir tidak ada pembayaran pada bulan
Januari dan Februari 2016 dan pembayaran bulan penuh pertama mulai diterima pada bulan Maret.
7 http://www.thejakartapost.com/news/2016/05/17/tax-office-reluctant-mood-tax-amnestystalls.html
8 http://jakartaglobe.beritasatu.com/business/finance-minister-big-hopes-tax-amnesty/
9 INPRES No. 4 Tahun /2016.
5
6
Juni 2016
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
13
Tangguh berkat reformasi
Perkembangan Triwulanan
Perekonomian Indonesia
listrik,10 subsidi bukan energi, persiapan Asian Games 2018, dan program-program
fasilitas rumah tahanan. Secara keseluruhan, pemotongan belanja itu relatif kecil,
jauh di bawah proyeksi penurunan belanja yang diproyeksikan oleh Bank Dunia
sebesar Rp 236 triliun (lihat di bawah).
…serta kenaikan
Dana Investasi
Pemerintah untuk
mendukung
investasi
infrastruktur
RAPBN-P 2016 juga mengusulkan peningkatan Dana Investasi Pemerintah dari Rp
58 triliun ke Rp 92,5 triliun. Kenaikan ini termasuk peningkatan suntikan modal
kepada PLN sebesar Rp 13,6 triliun (untuk mendukung program penambahan
kapasitas pembangkit listrik sebesar 35.000 MW), Rp 6,8 triliun bagi Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), dan Rp 16 triliun untuk mendukung
penyediaan tanah bagi pembangunan infrastruktur.
Bank Dunia sedikit
merevisi turun
proyeksi penerimaan
tahun 2016, yang
mencerminkan revisi
prospek
makroekonomi
Perubahan dalam proyeksi makroekonomi Bank Dunia – khususnya melemahnya
PDB nominal, impor, dan pertumbuhan konsumsi swasta, serta penguatan Rupiah
– dibanding Triwulanan edisi bulan Maret, telah mendorong revisi terhadap proyeksi
penerimaan 2016 dari Rp 1.547 triliun pada bulan Maret ke Rp 1.506 triliun (Tabel
4). Proyeksi itu tidak menyertakan potensi penerimaan dari pengampunan pajak,
karena masih belum pasti kapan UU Pengampunan Pajak akan ditetapkan dan
dilaksanakan.11 Dengan asumsi-asumsi tersebut, kekurangan penerimaan tahun 2016
dapat mencapai Rp 316 triliun (2,5 persen dari PDB) dari sasaran APBN. Bila
dibandingkan dengan RAPBN-P 2016, sebagian besar dari perbedaan dengan
proyeksi penerimaan Bank Dunia umumnya terkait dengan asumsi hasil
pengampunan pajak tersebut.
Proyeksi defisit
fiskal 2016 tetap
sebesar 2,8 persen
dari PDB
Untuk mengimbangi sebagian dari penurunan penerimaan, Pemerintah dapat
meningkatkan defisit fiskal dalam batas aturan 3 persen dari PDB dan menurunkan
pengeluaran bukan prioritas untuk mengedepankan investasi publik demi
mendukung pertumbuhan. Bila diasumsikan bahwa Pemerintah akan menggunakan
pilihan-pilihan ini, Bank Dunia memproyeksikan defisit fiskal sebesar 2,8 persen dari
PDB untuk 2016, tidak berubah dibanding proyeksi pada Triwulanan edisi bulan
Maret 2016. Proyeksi-proyeksi tersebut mencerminkan tingkat pencairan belanja
sebesar 89 persen dari seluruh APBN dan kenaikan defisit fiskal dibanding sasaran
sebesar 2,5 persen dari PDB pada RAPBN-P 2016. Walau dengan perkiraan defisit
fiskal 2016 yang lebih besar dibanding APBN, risiko-risiko keuangan tetap terjaga.
Pada tanggal 7 Juni 2016, Pemerintah telah memperoleh sekitar Rp 440 triliun dalam
sekuritas dan pinjaman multilateral, dari kebutuhan pendanaan bruto 2016 sebesar
Rp 708 triliun yang diperkirakan oleh Bank Dunia.
Biaya subsidi listrik lebih tinggi akibat penundaan pelaksanaan penyesuaian tarif bagi rumah tangga
dengan pasokan daya 450 VA dan 900 VA (hingga Juli), yang awalnya direncanakan mulai berlaku
pada bulan Januari 2016.
11 Pengalaman internasional menunjukkan bahwa dampak penerimaan pengampunan pajak sangat
beragam dan tergantung pada rancangan dari program tersebut. Faktor-faktor kunci mencakup
kredibilitas bahwa langkah reformasi ini merupakan peluang satu kali saja dan informasi wajib pajak
tidak akan digunakan untuk kepentingan lain; penegakan pajak yang lebih baik; denda pasca
pengampunan yang lebih tinggi; serta struktur tarif pajak dan denda yang layak diterapkan.
Pengampunan cenderung menghasilkan penerimaan lebih ketika tarif pajak standar diberlakukan.
Sebagai contoh, Irlandia memungut 1,9 persen dari PDB pada tahun 1988 dengan membebaskan
bunga dan denda, tapi tidak dengan menurunkan tarif pajak. Sebaliknya, Italia memungut hanya 0,1
persen dari PDB pada tahun 2001, karena sejumlah besar penurunan tarif pajak (berikut beberapa
faktor lain) berkontribusi terhadap dampak penerimaan yang rendah. Sumber: Baer. K. and E. Le
Borgne, 2008, “Tax amnesties: theory, trends, and some alternatives,” IMF.
10
Juni 2016
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
14
Tangguh berkat reformasi
Perkembangan Triwulanan
Perekonomian Indonesia
Tabel 4: Bank Dunia memproyeksikan penerimaan dan pengeluaran yang lebih rendah dibanding APBN 2016
(triliun Rp, kecuali dinyatakan lain)
2015
2016
2016
2016
2016
2016
Bank Dunia
(Juni)
Jan – Apr
A. Penerimaan
1.508
1.822
1.734
Selisih
antara
RAPBN-P
dan APBN
-88
1.506
387
1. Penerimaan pajak
1.240
1.547
1.527
-20
1.304
321
602
757
844
87
652
186
50
41
24
-17
n.a.
12
553
716
819
103
n.a.
174
424
572
474
-98
448
101
Realisasi
Audit
Pajak penghasilan
Migas
Bukan migas
PPN/PPNBM
Pajak properti
Cukai
Pajak perdagangan
internasional
Bea impor
Pajak ekspor
Pajak lainnya
2. Penerimaan bukan pajak
Pendapatan sumber daya
alam
Migas
Bukan Migas
Pendapatan bukan pajak
lainnya
3. Hibah
APBN
RAPBN-P
29
19
18
-1
31
1
145
146
148
2
134
19
35
40
36
-4
34
11
31
37
33
-4
31
11
4
3
3
0
4
1
6
12
7
-5
6
2
256
274
205
-69
200
66
101
125
50
-75
51
17
78
79
28
-51
n.a.
11
23
46
22
-24
n.a.
6
155
149
155
6
149
49
10
2
2
0
2
0
B. Pengeluaran
1.806
2.096
2.048
-48
1.860
545
1. Pemerintah pusat
-37
1.150
276
1.173
1.326
1.289
Pegawai
281
348
n.a.
306
97
Barang
232
325
n.a.
255
42
Modal
215
202
n.a.
183
18
Pembayaran bunga
156
185
192
7
183
64
Subsidi
186
183
189
6
162
40
30
Subsidi energi
119
102
98
-4
97
BBM
61
64
41
-23
42
18
Listrik
58
38
57
19
55
13
10
67
81
91
10
65
Hibah
Subsidi non-energi
4
4
8,5
5
2
0
Sosial
97
55
n.a.
54
12
Pengeluaran lain-lain
10
25
n.a.
2. Transfer ke daerah
623
770
758
Neraca keseluruhan
-298
-273
(% dari PDB)
-2,6
-2,2
Asumsi
Pertumbuhan PDB riil (%)
4,8
5,3
5,2
5,1
IHK (yoy, %)
6,4
4,7
4,0
3,9
13.458
13.900
13.500
13.300
51
50
40
40
Kurs tukar (Rp/AS$)
Harga minyak (AS$/barel)
6
2
710
269
-313
-353
-158
-2,5
-2,8
-12
Catatan
PDB nominal
11.541
12.716
12.635
Catatan: Proyeksi Bank Dunia tidak menyertakan potensi penerimaan dari pengampunan pajak.
Sumber: Kementerian Keuangan; Proyeksi staf Bank Dunia
Juni 2016
12.480
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
15
Tangguh berkat reformasi
Perkembangan Triwulanan
Perekonomian Indonesia
7. Penanganan hambatan penerimaan fiskal menjadi prioritas
Pemulihan ekonomi
global yang
diharapkan masih
belum menunjukkan
kepastian…
Walau proyeksi Bank Dunia untuk Indonesia belum berubah dari Triwulanan edisi
bulan Maret 2016, risiko-risiko penurunan telah meningkat. Risiko-risiko penurunan
perekonomian luar negeri berhubungan dengan naiknya ketidakpastian yang terjadi
belakangan ini. Sebagai contoh, waktu dan potensi dampak dari kenaikan suku
bunga Bank Sentral AS, serta hasil referendum Inggris tentang keanggotaan UE,
telah meningkatkan volatilitas pasar keuangan beberapa minggu terakhir. Di
Tiongkok, laju dan cara penerapan upaya-upaya penyeimbangan dan pengumpulan
kembali juga memiliki potensi risiko-risiko global. Faktor-faktor tersebut
berkontribusi pada sikap tunggu dan lihat (wait-and-see) yang diambil oleh para
investor terhadap pasar-pasar sedang berkembang.
…dan terdapat risiko
bahwa kenaikan
harga komoditas
baru-baru ini
mungkin tidak
berlanjut…
Kedua, terdapat ketidakpastian tentang prospek harga-harga komoditas. Seperti
dibahas pada Bagian 1, ketidakpastian itu telah meningkat pada beberapa minggu
terakhir. Namun kenaikan itu mungkin hanya bersifat sementara karena, ditilik dari
proyeksi dasar (baseline), pertumbuhan global diperkirakan meningkat hanya secara
moderat pada jangka menengah. Hal ini sekali lagi menyiratkan ketidakpastian yang
lebih tinggi bagi investor Indonesia dan untuk penerimaan fiskal.
…sementara di
dalam negeri, risiko
fiskal telah
meningkat sejak
Triwulanan bulan
Maret 2016 terbit…
Ketidakpastian yang tinggi juga terkait dengan situasi dalam negeri. Kegiatan
ekonomi, terutama belanja publik, kurang berpengaruh pada awal tahun dan
indikator-indikator dengan frekuensi tinggi menunjukkan isyarat yang bervariasi. Hal
ini menyiratkan semakin tingginya risiko-risiko penurunan terhadap prospek
Indonesia berdasarkan perhitungan Bank Dunia, terutama terkait dengan
keterbatasan ruang fiskal. Pemerintah menyerahkan RAPBN-P 2016 ke DPR pada
tanggal 2 Juni, yang merupakan langkah teramat penting guna melindungi belanja
investasi publik, sebagai tumpuan ekonomi.
…karena RAPBN-P
2016 membutuhkan
penyesuaian lanjutan
untuk mengelola
risiko fiskal secara
lebih baik
Namun, seperti dibahas pada bagian sebelumnya, revisi anggaran yang diusulkan
oleh Pemerintah belum cukup mencerminkan penurunan kondisi makroekonomi
sejak APBN 2016 dibahas di DPR tahun lalu. Khususnya, rancangan anggaran
perubahan terakhir menyertakan kenaikan penerimaan pajak bukan migas sebesar
48,1 persen dibanding hasil perhitungan awal penerimaan tahun 2015. Bahkan bila
pengampunan pajak disetujui oleh DPR dan dilaksanakan sebelum akhir tahun 2016
pun, akan sulit untuk memenuhi sasaran pungutan pajak yang demikian besar.
Juni 2016
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
16
Tangguh berkat reformasi
Perkembangan Triwulanan
Perekonomian Indonesia
B. Beberapa perkembangan terkini perekonomian Indonesia
1. Mengapa bunga pinjaman dan margin bunga bersih di Indonesia tinggi?
Suku bunga
pinjaman di
Indonesia dianggap
terlalu tinggi
Dalam beberapa bulan terakhir ini, telah ada banyak diskusi dan perdebatan kebijakan
seputar persepsi bahwa suku bunga dan margin bunga bersih (net interest margin, NIM)
yang dikenakan oleh bank-bank Indonesia lebih tinggi dari yang sepatutnya. Selain itu,
transmisi kebijakan penurunan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia pada tiga bulan
pertama tahun 2016, untuk suku bunga pinjaman dan suku bunga deposito bank
sejauh ini masih terbatas (lihat Bagian A.5). Dalam upaya mendorong suku bunga
deposito yang lebih rendah, pada bulan Oktober 2014 Otoritas Jasa Keuangan telah
membatasi (capped) suku bunga deposito yang dikenakan oleh bank-bank besar pada
200 atau 225 basis poin di atas tingkat suku bunga BI (BI Rate), tergantung pada
tingkat modal intinya. OJK memperketat pembatasan suku bunga deposito menjadi
75 dan 100 basis poin di atas BI Rate pada bulan Maret 2016. Artikel ini berupaya
untuk menyoroti faktor-faktor penentu tingkat suku bunga dan margin di Indonesia
serta peran kontribusi dari faktor struktural maupun kebijakan.12
Suku bunga di
Indonesia memang
yang tertinggi di
wilayah ini, dengan
risiko sovereign dan
sektor swasta
merupakan faktor
penting
Baik suku bunga nominal maupun riil, serta imbal hasil obligasi pemerintah, selama
ini di Indonesia relatif lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara lainnya di G20
dan ASEAN (Gambar 17). Selain itu, selisih antara suku bunga bank dan imbal hasil
obligasi pemerintah di Indonesia selama ini jauh lebih tinggi ketimbang di negaranegara tetangga. Hal ini berarti bahwa, meskipun faktor-faktor risiko sovereign (risiko
kerugian yang mungkin timbul akibat kegagalan pemerintah dari negara penerbit surat utang untuk
memenuhi kewajibannya (bunga & pokoknya) – pent.) dapat berperan penting dalam
penetapan suku bunga bank, namun Indonesia tetaplah merupakan pencilan (outlier)
di antara negara-negara ASEAN dalam hal premi risiko (risk premia) sektor swasta.
Artikel mengenai topik ini, yang dipicu oleh perlambatan pertumbuhan kredit di tahun 2009, dimuat
di IEQ edisi bulan Juni 2010 (hlm. 26-33).
12
Juni 2016
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
17
Tangguh berkat reformasi
Gambar 17: Suku bunga di Indonesia lebih tinggi
daripada di negara-negara yang setara lainnya
(rata-rata tahun 2010-2015, persen per tahun) Thailand
Malaysia
Philippines
Perkembangan Triwulanan
Perekonomian Indonesia
Gambar 18: NIM di Indonesia juga lebih tinggi
daripada di negara-negara setara di ASEAN dan G20
(pendapatan bersih bunga bank sebagai bagian dari rata-rata
pendapatan dari aset penghasil bunga, persen)
Indonesia
IDN
Regional average
G20 peers
8
Lending-5yr gov bond
yield
7
6
Deposit-5yr gov bond
yield
5
4
Lending-deposit
3
2
1
Lending-inflation
0
-2
0
2
4
6
Sumber: CEIC; perhitungan staf Bank Dunia
8
10 12
2005
2007
2009
2011
2013
Sumber: Finstat; perhitungan staf Bank Dunia
a. Komponen apa yang mendorong tingginya NIM di Indonesia?
NIM merupakan
ukuran profitabilitas
bank
Salah satu cara untuk memahami faktor apa yang dapat menjelaskan tingginya suku
bunga di Indonesia adalah dengan menganalisa faktor-faktor penentu NIM. NIM
adalah nilai pendapatan bersih bunga bank sebagai bagian dari rata-rata pendapatan
aset penghasil bunga (total penghasilan). Hal ini mencerminkan pinjaman yang
terealisasi, berbeda dengan selisih (spread) suku bunga, yang merupakan indikasi dari
tingkat suku bunga yang ditawarkan oleh bank.
NIM selama ini
tinggi dan akan tetap
demikian di
Indonesia
NIM Indonesia secara signifikan lebih tinggi dan lebih stabil dibandingkan dengan
NIM di negara-negara setara di wilayah dan di antara negara-negara G20 (Gambar
18).13 Koefisien variasi dari NIM di Indonesia sepanjang periode 1999-2015 adalah
yang terendah kedua (13,4 persen) di negara-negara ASEAN yang dianalisa, yakni
setelah Vietnam (12,2 persen). Ini juga jauh lebih rendah daripada di pasar keuangan
yang lebih maju seperti Singapura (51,1 persen), Korea Selatan (48,1 persen), dan
Hong Kong (37,1 persen). NIM yang tinggi, serta variasinya yang rendah, dapat
menunjukkan adanya tantangan struktural dalam sektor keuangan Indonesia.
Perbankan Indonesia
memiliki biaya
operasional
(overhead) yang
tinggi
Salah satu komponen dari NIM adalah biaya operasional (overhead), dan biaya tidak
langsung ini di Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara setara
(Gambar 19). Hal ini mencerminkan tantangan geografis yang dimiliki Indonesia dan
barangkali sistem keuangan Indonesia yang tidak terlalu inklusif. Jika bank ingin
memenuhi target rasio profitabilitasnya (return on equity), biaya operasional yang
semakin tinggi akan menuntut sumber pendapatan yang lebih tinggi pula, baik melalui
pendapatan non-bunga (pendapatan provisi) maupun NIM.
Pendapatan nonbunga yang rendah
juga mendorong
naiknya NIM …
Pendapatan non-bunga di Indonesia lebih rendah daripada di negara-negara lain,
sehingga bank lebih mengandalkan pendapatan bunga (Gambar 20). Hal ini
menyiratkan perlunya NIM yang tinggi untuk menghasilkan rasio profitabilitas yang
setara. Perlu dicatat bahwa rasio profitabilitas perbankan Indonesia tidak lebih tinggi
Negara-negara setara di ASEAN termasuk Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam;
Negara-negara setara di kelompok G20 - Tiongkok, India, Meksiko, Afrika Selatan, dan Turki.
13
Juni 2016
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
18
Tangguh berkat reformasi
Perkembangan Triwulanan
Perekonomian Indonesia
dari negara-negara pembanding. Ini tidak berarti bahwa bank-bank tersebut sangat
kompetitif. Hal ini mungkin bisa terjadi akibat adanya ketidakefisienan di beberapa
bidang yang dikompensasi oleh margin bunga yang tinggi.
Gambar 19: Biaya overhead yang tinggi berkontribusi Gambar 20: … demikian pula pendapatan non-bunga
pada NIM yang lebih tinggi …
yang rendah
(biaya overhead sebagai bagian dari total aset, persen)
(pendapatan non-bunga sebagai bagian dari total pendapatan, persen)
IDN
Regional average
G20 peers
4.5
45
4.0
40
3.5
35
3.0
30
2.5
25
2.0
20
1.5
15
1.0
10
0.5
5
0.0
IDN
Regional average
G20 peers
0
2005
2007
2009
2011
Sumber: Finstat; perhitungan staf Bank Dunia
2013
2005
2007
2009
2011
2013
Sumber: Finstat; perhitungan staf Bank Dunia
… demikian pula
rasio permodalan
yang tinggi …
Demikian pula halnya dengan rasio permodalan yang sedikit lebih tinggi di Indonesia,
yang kemudian membuat bank memerlukan pendapatan yang lebih besar dan margin
bunga yang lebih tinggi pula. Menurut data Bankscope, rasio modal terhadap aset dari
perbankan Indonesia 2 persen lebih tinggi dibandingkan negara-negara tetangga
setara, serta 4 persen lebih tinggi dari negara-negara G20 setara di tahun 2014.
Tingginya permodalan secara langsung berkontribusi terhadap NIM, karena hal ini
akan meningkatkan jumlah aktiva produktif tanpa biaya bunga yang besar.
… dan penurunan
dana pencadangan
kerugian kredit (loan
loss provision)
Komponen paling menarik dari NIM adalah yang berhubungan dengan pencadangan
dana (provisioning, yaitu pengeluaran yang dicadangkan untuk mengimbangi kredit
bermasalah). Secara historis, jumlah kredit bermasalah (non-performing loan, NPL) di
Indonesia tercatat cukup tinggi, tetapi telah membaik, dan ini akan meningkatkan
NIM. Menurut data Bankscope, tingkat NPL di Indonesia tahun 2010-2014, yaitu
sebesar 2,0 persen dari kredit kotor, lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara
seperti Jerman (2,8 persen) dan Belanda (3,0 persen). Mungkin dapat dikatakan bahwa
efek dari kondisi pasar global, harga komoditas yang menurun, dan pertumbuhan di
Tiongkok yang melambat bisa berkontribusi terhadap perekonomian Indonesia yang
membutuhkan peningkatan pencadangan dana. Kinerja perbankan pada kuartal
pertama 2016 menunjukkan bahwa tren ini akan muncul.
b. Faktor struktural apa sajakah di balik tingginya NIM?
Analisa regresi
membantu
mengidentifikasi
faktor-faktor
struktural di balik
tingginya NIM
Juni 2016
Analisis mengenai rincian komponen NIM dapat menjadi titik awal yang bisa
menjelaskan tingginya margin bunga di Indonesia, akan tetapi
hal tersebut tidak menjelaskan faktor apa saja dalam perekonomian yang
mendasarinya. Untuk tujuan inilah, analisa regresi dilakukan sesuai dengan literatur
akademis.
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
19
Tangguh berkat reformasi
Perkembangan Triwulanan
Perekonomian Indonesia
Salah satu faktor
tersebut adalah pasar
keuangan yang
dangkal
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terbatasnya jumlah lembaga keuangan non-bank
dan belum berkembangnya pasar ekuitas dan utang menyebabkan minimnya pilihan
pendanaan selain dari pinjaman bank. Pada tahun 2015, 79 persen dari total aset
sistem keuangan dipegang oleh bank. Nilai dan jumlah penerbitan saham telah
menurun sejak tahun 2013. Utang korporasi sebagai bagian dari PDB di Indonesia
adalah yang terendah di antara negara-negara setara di ASEAN, berada di bawah
Filipina. Studi global menunjukkan pentingnya peranan pasar utang jika berfungsi
secara optimal, yaitu menjadi alternatif pilihan pembiayaan bagi para peminjam selain
pinjaman dari bank komersial. Selain itu, seiring dengan semakin ketatnya standar
internasional untuk tingkat permodalan bank dalam beberapa tahun terakhir, di
banyak negara, pasar utang kini bertindak sebagai saluran yang penting bagi
pembiayaan dengan jangka waktu yang lebih panjang; hal yang sangat berbeda dengan
struktur pinjaman bank komersial yang berjangka pendek.
Walau sektor
perbankan tidak
terlalu
terkonsentrasi,
namun ada tandatanda rendahnya
persaingan
Namun demikian, sektor perbankan di Indonesia tidaklah terlalu oligopolistik. Indeks
Herfindahl, suatu ukuran konsentrasi pasar, dari 15 bank papan atas Indonesia
berdasarkan total aset adalah 0,049 pada tahun 2015, turun dari 0,058 pada tahun
2011.14 Posisi Indonesia cukup baik bila dibandingkan dengan negara-negara lain.
Misalnya indeks Herfindahl tercatat 0,068 untuk semua bank di Uni Eropa, 0,210 di
Belanda, dan 0,308 di Finlandia. Hal ini juga tercermin pada konsentrasi yang lebih
rendah di lembaga-lembaga keuangan terbesar: 13 bank terbesar di Indonesia
menguasai sekitar 83 persen aset, suatu angka yang setara atau bahkan dilampaui oleh
5 bank terbesar di Belgia, Estonia, Belanda, atau Finlandia.15 Namun, konsentrasi
pasar yang rendah tidak selalu menghalangi bank dari berperilaku tidak kompetitif
(begitu pula sebaliknya). Rendahnya variasi margin bunga yang dibahas di atas dapat
menunjukkan adanya persaingan antar bank yang rendah dan tingginya tingkat
kebijaksanaan diskresi dalam penetapan tingkat suku bunga pinjaman.16
Pinjaman
pemerintah
menurunkan NIM
Keseimbangan fiskal muncul sebagai faktor penentu penting dari NIM. Meskipun
analisa yang disajikan di sini tidak mengidentifikasi mekanisme transmisinya, ada
kemungkinan bahwa hal ini mencerminkan adanya tekanan pada tingkat suku bunga
deposito karena bank dan Pemerintah bersaing untuk mendapatkan dana. Obligasi
pemerintah adalah suatu pengganti atau substitusi bagi deposito. Dalam hal ini, rasio
pinjaman terhadap deposito yang tinggi, sebesar 93,3 persen pada tahun 2014, telah
menjadi faktor yang berpotensi memperburuk, karena likuiditas perbankan sudah
cukup ketat sejak tahun 2009.
c. Mendorong bank untuk menurunkan tingkat suku bunga dapat merugikan
pertumbuhan jangka panjang
Pembatasan tingkat
suku bunga
merugikan
pertumbuhan jangka
panjang …
Beralih ke persoalan pembatasan tingkat suku bunga bank, ada sejarah panjang dari
pemerintah di seluruh dunia yang berusaha untuk membatasi tingkat suku bunga
pinjaman, dan banyak literatur yang membahas argumen tersebut secara
komprehensif.17 Bukti menunjukkan bahwa penetapan batasan pada tingkat suku
14
Departemen Kehakiman Amerika Serikat menggambarkan suatu pasar dengan indeks Herfindahl
antara 0,15 dan 0,25 sebagai “konsentrasi sedang.”
15 Sumber: Bank Sentral Eropa, 2014, Indikator-indikator keuangan struktural.
16 Suatu analisa tentang perilaku terkoordinasi oleh bank-bank, yang berada di luar cakupan artikel ini,
diperlukan untuk memberikan bukti atas persaingan pasar yang rendah.
17 Secara khusus disampaikan dalam Demirguc-Kunt, A., T. Beck, dan P. Honohan, 2008, “Finance for
all?: Policies and pitfalls in expanding access,.” Washington, DC: Bank Dunia.
Juni 2016
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
20
Tangguh berkat reformasi
Perkembangan Triwulanan
Perekonomian Indonesia
bunga membebani kerugian pertumbuhan ekonomi jangka panjang karena beberapa
alasan.
… dengan
membatasi
keuangan inklusif
(financial inclusion)
…
Pertama, suku bunga yang sangat tinggi pada lembaga keuangan mikro (di atas 40
persen per tahun di beberapa negara) dapat dibenarkan oleh jumlah pinjaman yang
kecil dan biaya operasional yang tinggi.18 Bahkan untuk pinjaman yang lebih besar,
upaya untuk memberlakukan tingkat suku bunga rendah dapat membuat rumah
tangga berpendapatan rendah, yang ingin meminjam dan yang layak untuk
mendapatkan pinjaman pada tingkat suku bunga tinggi, tersisih (sementara bunga
yang tinggi diperlukan untuk menutup biaya pemrosesan pinjaman). Meskipun banyak
negara masih memberlakukan plafon tingkat suku bunga (interest rate ceilings), plafon
ini telah diperlunak atau diberlakukan dengan pengecualian.19 Apabila terdapat
permasalahan pada suku bunga, bank menjadi semakin selektif untuk memilih
nasabah yang layak, dan semakin mengesampingkan nasabah yang lebih miskin karena
dibutuhkan biaya transaksi yang relatif tinggi dibandingkan pendapatan bunga yang
akan diterima bank.
… memberlakukan
biaya tambahan dan
penyediaan layanan
yang tidak perlu…
Kedua, beberapa argumen berpendapat bahwa pembatasan tingkat suku bunga perlu
diberlakukan, karena para pemberi pinjaman memiliki posisi oligopolistik yang
memungkinkan mereka untuk mengambil rente (rent) melalui tingkat suku bunga yang
berlebihan. Sementara ada kebutuhan nyata untuk menanggapi praktik monopoli, hal
ini harus dilakukan melalui peningkatan persaingan di sektor keuangan tersebut. Jika
tidak, bank akan menggunakan kekuatan pasar mereka untuk memberlakukan struktur
biaya yang kabur (opaque), seperti biaya jasa dan denda, mengakibatkan biaya kredit
yang jauh melebihi tingkat suku bunga yang ditetapkan. Cara lain yang dapat dilakukan
adalah melalui produk bundling (bundling adalah strategi untuk menggabungkan penjualan
beberapa produk menjadi satu paket penjualan – pent.) di mana peminjam harus membeli
layanan lain untuk mendapatkan akses ke pinjaman.
… menurunkan
insentif untuk
berinovasi …
Ketiga, insentif yang tepat adalah kunci untuk mendorong bank memperluas layanan
ke segmen masyarakat yang selama ini dikesampingkan. Utamanya, bank tidak akan
berinvestasi dalam teknologi baru jika mereka tidak dapat memperoleh biaya
pemulihan (cost recovery) dan akan berusaha untuk mengurangi kualitas layanan yang
diberikan guna mengakomodasi tingkat suku bunga yang lebih rendah.
… membatasi
layanan perbankan
hanya untuk klien
dengan kualitas
lebih tinggi dan
debitur yang ada …
Keempat, jika bank tidak diperbolehkan untuk menetapkan tingkat suku bunga yang
dapat mengimbangi risiko mereka yang lebih besar terkait dengan pinjaman untuk
perusahaan-perusahaan kecil dan masih baru, mereka cenderung berkonsentrasi pada
perusahaan-perusahaan yang lebih besar dan sudah mapan, yakni dengan mereka telah
memiliki hubungan pinjam-meminjam sebelumnya. Dengan cara ini, mereka dapat
menghindari biaya transaksi yang lebih tinggi dari menciptakan hubungan pinjammeminjam yang baru.
… menyebabkan
ketidakcukupan
modal
(undercapitalization)
Selain itu, penelitian di Eropa menunjukkan bahwa di negara-negara yang membatasi
tingkat suku bunga, perusahaan-perusahaan cenderung melakukan pinjaman yang
berlebihan, yang mengakibatkan kemungkinan gagal bayar yang lebih besar. Pada
dasarnya, pemberian dukungan terhadap kredit mendorong perusahaan-perusahaan
untuk terlalu mengandalkan utang dalam struktur modal mereka.20 Kecenderungan
Lihat berbagai publikasi yang disiapkan oleh Consultative Group untuk Membantu Masyarakat Miskin
(http://www.cgap.org/publications)
19 Lihat Policis 2004; Helms dan Reille 2004; Goodwin-Groen 2007.
20 Policis, 2006, “Economic and social risks of consumer credit market regulations.”
18
Juni 2016
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
21
Tangguh berkat reformasi
Perkembangan Triwulanan
Perekonomian Indonesia
bagi operasi
perusahaan …
ini juga terlihat di antara para peminjam ritel di AS, dimana kejadian gagal bayar pada
kartu kredit secara signifikan lebih tinggi di negara-negara bagian yang membatasi
tingkat suku bunga.21
… dan menciptakan
insentif untuk
alokasi kredit yang
diatur secara buruk
Akhirnya, di setiap pasar di mana akses ke produk memang dibatasi, terciptalah
insentif untuk alokasi produk yang sulit didapat (scarce), memberikan peluang bagi
korupsi. Selain itu, adalah penting agar fokus pada suku bunga tidak mengabaikan
para depositor, yang tentunya berhak atas tingkat pengembalian yang wajar.
Pengalaman akhir akhir ini memberikan banyak contoh di mana represi keuangan
telah menurunkan imbal hasil bagi para depositor. Pengekangan keuangan
dipraktikkan di negara-negara OECD, seperti Inggris dan Amerika Serikat, sampai
munculnya liberalisasi pasar pada tahun 1980-an. Contoh yang lebih baru, termasuk
di Asia Timur, telah dikaitkan dengan perkembangan kegiatan perbankan bayangan
(shadow banking) dan investasi berlebihan dalam peralatan modal.
Solusi jangka
panjangnya yang
berkelanjutan adalah
dengan
meningkatkan
ukuran pasar dan
memperbaiki
persaingan
Secara keseluruhan, bukti-bukti yang ada menunjukkan bahwa, walaupun bisa saja ada
saatnya bank menetapkan suku bunga yang sangat tinggi sehingga kualitas kredit
terpengaruh secara negatif (karena pengusaha hanya akan melakukan pinjaman untuk
investasi berisiko tinggi jika imbal hasilnya pun tinggi), solusinya adalah dengan
berupaya untuk memperbesar pasar keuangan dan dengan menetapkan kebijakan
yang bertujuan untuk meningkatkan persaingan antar bank. Pembatasan suku bunga
hanya akan menurunkan persaingan.
21
Juni 2016
Lihat catatan kaki nomor 17.
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
22
Tangguh berkat reformasi
Perkembangan Triwulanan
Perekonomian Indonesia
2. Biaya dari proteksi perdagangan di Indonesia
Indonesia baru-baru ini telah mulai membalikkan tren proteksi perdagangan yang
berlaku pada tahun-tahun sebelumnya. Sejak bulan September 2015, Pemerintah
telah mengumumkan dan melaksanakan sebagian dari rangkaian 12 paket reformasi
dengan penekanan yang kuat pada penurunan batasan non-tarif. Sebagai contoh,
Kementerian Perdagangan telah menghapus sejumlah persyaratan untuk impor dan
ekspor berbagai produk (seperti penghapusan izin impor spesifik produk serta izin
ekspor spesifik produk untuk sejumlah besar produk). Kementerian Perdagangan
juga menghapus syarat label Bahasa Indonesia sebagai bagian dari deklarasi impor,
sehingga barang impor kini dapat dilabeli on-shore dibandingkan diberikan label di
negara produsen sebelum pengiriman. Selain itu, Badan Pengawas Obat dan
Makanan (BPOM) juga menyusun daftar jasa prioritas bagi barang masukan farmasi
dan makanan serta obat-obatan, yang mencakup lebih dari 2000 lini produk.
… menghasilkan
kebijakan-kebijakan
perdagangan yang
lebih membebaskan,
dibanding dengan
kebijakan yang
membatasi untuk
diberlakukan sejauh
ini sepanjang tahun
2016
Gambar 21:Tren pembebasan perdagangan mulai
Reformasi-reformasi
terlihat
tersebut hadir setelah
(Jumlah
kebijakan pembebasan dan pembatasan
selama beberapa tahun
perdagangan)
Indonesia menjadi salah
satu pengguna batasan
Restricting
Liberalizing
37
perdagangan utama di dunia 40
35
menurut data Global Trade
Alert (Gambar 21). Dalam
28
30
empat kuartal terakhir, rasio
25
kebijakan yang
21
19
20
membebaskan perdagangan
18
16
16
dibanding dengan yang
15
12
12
10
membatasi telah meningkat,
11
9
10
suatu tren yang menguat
6
6
6
5
4
4
4
3
pada dua kuartal terakhir
5
1
1
1
01
00 0 0 0
00 1
0
dan memuncak pada kuartal
0
pertama 2016 dengan
jumlah kebijakan yang
membebaskan perdagangan Sumber: Global Trade Alert diakses pada 10 Mei 2016; perhitungan
staf Bank Dunia
tiga kali lebih banyak
dibanding kebijakan yang membatasi. Peringkat Indonesia di dunia dalam hal
kebijakan pembatasan telah menurun selama tiga kuartal berturut-turut – dari
peringkat 3 pada kuartal kedua 2015 ke peringkat 8 pada kuartal pertama 2016.
Sebaliknya, peringkatnya terkait kebijakan yang membebaskan naik – dari peringkat
12 ke 6. Reformasi-reformasi perdagangan ini adalah perubahan arah yang penting,
mengingat peningkatan proteksi dagang baru-baru ini yang diterapkan utamanya
melalui kebijakan pembatasan non-tarif (non-tariff measures, NTMs) kian intensif.
12Q1
12Q2
12Q3
12Q4
13Q1
13Q2
13Q3
13Q4
14Q1
14Q2
14Q3
14Q4
15Q1
15Q2
15Q3
15Q4
16Q1
Paket-paket
kebijakan ekonomi
telah meniadakan
beberapa batasan
non-tarif…
a. Kenapa kebijakan pembatasan non-tarif berpotensi membahayakan?
Sementara Indonesia
telah menurunkan
tarif impor,
Indonesia juga
Seperti hampir semua negara lain di dunia, Indonesia secara bertahap menurunkan
tarif impornya ke titik yang tidak lagi menjadi hambatan yang signifikan bagi
perdagangan untuk sebagian besar produk.22 Rata-rata tarif yang berlaku di
Indonesia turun dari 7,7 persen pada tahun 1996 menjadi 2,3 persen pada tahun
Pengecualian yang penting adalah kenaikan dalam tarif impor Indonesia pada sejumlah besar barang
konsumen yang diluncurkan pada bulan Agustus tahun lalu.
22
Juni 2016
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
23
Tangguh berkat reformasi
Perkembangan Triwulanan
Perekonomian Indonesia
meningkatkan
kebijakan
pembatasan nontarif perdagangan
(non-tariff measures,
NTM)
2013.23 Di sisi lain, penggunaan NTM telah berkembang. Menurut data yang
dikumpulkan Bank Dunia dan Kemitraan Australia Indonesia untuk Tata Kelola
Ekonomi (Australia Indonesia Partnership for Economic Governance, AIPEG), jumlah
NTM untuk produk pada ekspor Indonesia meningkat dua kali lipat antara tahun
2009 dan 2015, sehingga jumlah produk yang tercakup dalam NTM meningkat
hingga lebih dari 38 persen.24,25 Pada sisi ekspor, yang lebih jarang menerapkan
NTM, jumlah NTM untuk produk meningkat empat kali lipat dan jumlah produk
yang tercakup meningkat tiga kali lipat.
NTM bertujuan
melindungi
pelanggan namun
dapat mendistorsi
pasar dalam negeri
secara signifikan
NTM seringkali merupakan tanggapan terhadap permintaan masyarakat untuk
pelacakan produk dan perlindungan pelanggan terhadap berbagai risiko, seperti
bahan pangan yang tidak sehat, produk-produk yang merusak lingkungan hidup,
obat-obatan palsu, mainan yang berbahaya dan sebagainya.26 Namun, NTM juga
dapat menjadi hambatan perdagangan yang signifikan dan pada keadaan tertentu
digunakan oleh Pemerintah dengan tujuan proteksi murni seiring dengan aturan
perdagangan global yang kian mempersulit penggunaan tarif impor. NTM dapat
melindungi produsen atau perantara dalam negeri, sehingga meningkatkan
keuntungan mereka, namun meningkatkan harga dan/atau menurunkan
ketersediaan bagi para pengguna produk.
NTM di Indonesia
adalah gabungan
kebijakan spesifik
produk yang sangat
membatasi dan
kebijakan yang tidak
terlalu menghambat
namun bercakupan
luas
Di Indonesia banyak NTM menetapkan pembatasan kuantitas pada ekspor dan
impor, seperti kuota (seperti pada impor tepung terigu), pelarangan (seperti ekspor
produk mineral mentah atau produk setengah jadi, kayu gelondongan dan rotan) dan
izin impor wajib (seperti untuk gula, beras, minuman keras, buah dan sayur segar
dan terproses, ternak dan produk ternak, produk-produk baja dasar, telepon selular
dan komputer tablet). Kebijakan-kebijakan ini berpotensi mendistorsi pasar dalam
negeri, karena secara signifikan membatasi kemampuan mengimpor produk-produk
tersebut. NTM yang lain memiliki pembatasan perdagangan yang lebih ringan
namun memiliki cakupan yang lebih luas. Sebagai contoh, inspeksi pra-pengiriman
disyaratkan untuk impor sebagian besar bahan pangan dan minuman terproses,
produk-produk perawatan diri, obat tradisional, hampir seluruh produk pakaian dan
tekstil jadi, alas kaki, kebanyakan alat listrik rumah tangga, produk-produk elektronik
konsumen, dan mainan anak-anak. Inspeksi karantina dilakukan untuk hampir
semua produk primer dan manufaktur yang mengandung bahan tanaman atau
hewan. Inspeksi itu meningkatkan baik waktu maupun biaya perdagangan, yang
dapat menaikkan harga dalam negeri dan menurunkan ketersediaan dari produkproduk tersebut.
23 Rata-rata dihitung dengan memboboti masing-masing tarif dengan bagian impor produk untuk setiap
mitra negara (sumber: Indikator Pembangunan Dunia Bank Dunia). Sedapat mungkin, tarif spesifik
telah diubah ke tarif yang setara dan telah disertakan ke dalam perhitungan tarif mean tertimbang.
24 Artikel ini menjelaskan sejumlah temuan dari Marks, S.V., September 2015, “Non‐tariff trade
regulations in Indonesia: Measurement of their economic impact”:
http://research.pomona.edu/stephen-marks/files/2016/05/Analysis-of-NTM-in-Indonesia.pdf
25 Pengumpulan data yang lebih menyeluruh dan lebih baru oleh Economic Research Institute for ASEAN
and East Asia menunjukkan bahwa persentase produk yang termasuk ke dalam setidaknya satu NTM
adalah 62 persen di Indonesia.
26 Lihat Cadot and Malouche (2012) “Non-tariff measures – a fresh look at trade policy’s new
frontier,” Washington DC: The World Bank.
Juni 2016
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
24
Tangguh berkat reformasi
Perkembangan Triwulanan
Perekonomian Indonesia
b. Apakah dampak NTM terhadap harga-harga dalam negeri?27
Bagian ini
membahas perkiraan
biaya dari distorsi
perdagangan
terhadap ekonomi
Indonesia
Terlepas dari tujuannya, salah satu pengaruh utama dari NTM adalah kenaikan harga
barang perdagangan di dalam negeri akibat kenaikan biaya perdagangan dan/atau
penurunan pasokan barang-barang di dalam negeri. Tingkat nominal proteksi
(nominal rate of protection, NRP) memberikan suatu perkiraan atas dampak dari seluruh
kebijakan pembatasan yang mendistorsi perdagangan (tarif dan non-tarif) terhadap
harga-harga dalam negeri. Perkiraan tersebut sangat penting karena menggambarkan
besarnya biaya distorsi perdagangan terhadap ekonomi Indonesia.
Sebagai contoh
antara tahun 2011
dan 2014, NTM
mengakibatkan
harga tepung terigu
lebih tinggi 22
persen dibanding
bila tanpa kebijakan
tersebut
Pendekatan perkiraan NRP yang ideal – yang hanya dapat diterapkan pada sejumlah
kecil produk akibat kurangnya data – mengukur perbedaan antara perubahan harga
barang di Indonesia sebelum dan setelah penetapan kebijakan perdagangan dan
perubahan yang sama untuk barang tersebut di pasar rujukan yang tidak menerapkan
kebijakan pembatasan perdagangan tersebut. Sebagai contoh, harga eceran tepung
terigu di Indonesia masih tetap tinggi setelah tahun 2008, sementara harga kulakan
tepung terigu di Amerika Serikat menurun tajam (Gambar 22). Kenaikan selisih
(spread) antara kedua harga tersebut berasal dari serangkaian tindakan kebijakan yang
diambil oleh Pemerintah Indonesia antara bulan Oktober 2008 dan tahun 2014,
termasuk peraturan anti-dumping dan kuota impor.28 Akibatnya, impor tepung terigu
pada tahun 2014 lebih rendah sebesar 73,6 persen dibanding tahun 2011 dan harga
tepung terigu akan 22 persen lebih tinggi bila tanpa kebijakan-kebijakan tersebut.29
Pada kasus lain,
larangan impor
hortikultura tahun
2012 di pelabuhan
Jakarta
mengakibatkan
kenaikan harga
hingga 8 persen di
ibukota
Contoh lain dari biaya distorsi perdagangan adalah pelarangan penggunaan
pelabuhan Jakarta, Tanjung Priok, untuk mengimpor produk-produk hortikultura ke
Pulau Jawa. Sejak bulan Juni 2012, produk-produk yang biasanya diimpor langsung
melalui Tanjung Priok harus melalui pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya.30
Perbandingan perubahan harga buah-buahan dan sayur mayur di Jakarta dibanding
perubahan di Surabaya, dengan perubahan keseluruhan harga di kedua kota itu
sebagai faktor pengendali, menunjukkan bahwa pembatasan ini meningkatkan harga
hortikultura sebesar 8,2 persen di Jakarta dibanding Surabaya.
Bagian ini menyajikan sejumlah temuan dari Marks, S.V., September 2015, “Non‐tariff trade
regulations in Indonesia: Measurement of their economic impact”:
http://research.pomona.edu/stephen-marks/files/2016/05/Analysis-of-NTM-in-Indonesia.pdf
28 Secara khusus, Pemerintah memprakarsai penyelidikan anti-dumping pada bulan Oktober 2008 dan
kemudian menetapkan bea anti-dumping untuk impor tepung terigu dari Turki pada tahun 2009, bea
pengaman sementara sebesar 20 persen untuk semua impor tepung terigu, dan bea anti-dumping
sementara bagi India, Sri Lanka, dan Turki pada tahun 2013, diikuti dengan kuota impor keseluruhan
sementara pada tahun 2014.
29 Pendekatan ini dilengkapi oleh metode lain yang lebih tidak intensif-data yang memungkinkan
penghitungan NRP untuk sejumlah besar barang-barang di Indonesia. Satu pendekatan adalah
membandingkan harga eceran dari produk-produk yang sama di Jakarta dan Singapura dan
memperhitungkan perbedaan biaya hidup antara dua kota tersebut. Karena Singapura tidak
menetapkan tarif impor untuk hampir seluruh barang, dan relatif bebas dari pembatasan perdagangan
apapun, perbandingan itu seharusnya mengisolir pengaruh harga dari pembatasan perdagangan di
Indonesia. Metode kedua adalah membandingkan harga kulakan dalam negeri dari suatu barang,
bersih dari biaya penanganan dan margin kulakan, dengan harga batas termasuk biaya, asuransi, dan
pengiriman. Kedua harga itu seharusnya sama kecuali terdapat biaya-biaya dari melewati batas wilayah.
30 Produk-produk hortikultura dapat diimpor melalui melalui Bandara internasional Jakarta SoekarnoHatta namun hanya untuk produk-produk kelas atas.
27
Juni 2016
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
25
Tangguh berkat reformasi
Gambar 22: Pembatasan perdagangan menjaga tetap
tingginya harga tepung terigu setelah tahun 2008
(harga tepung terigu Indonesia dan AS, dolar AS/kg)
0.80
Gambar 23: Hasil estimasi menunjukkan kebijakan
perdagangan baru-baru ini meningkatkan harga
lintas sektor
(perbedaan harga dibanding skenario perdagangan bebas, persen)
2008 NRP
1.00
0.90
Perkembangan Triwulanan
Perekonomian Indonesia
Harga eceran ratarata tepung terigu,
20
0.70
10
0.60
0
0.50
-10
0.40
-20
0.30
0.20
0.10
2015 NRP
30
Harga kulakan, tepung
bakery, Minneapolis
0.00
Catatan: Harga rujukan AS dari kota Minneapolis.
Sumber: Kementerian Perdagangan Indonesia; Buku Tahunan
Tepung Departemen Pertanian AS, Jasa Riset Ekonomi;
perhitungan staf Bank Dunia
Sumber: Marks dan Rahardja (2012);31 perhitungan staf Bank
Dunia
Hasil menunjukkan
bahwa kebijakan
pembatasan
perdagangan barubaru ini
berkontribusi
terhadap lebih
tingginya harga
dalam negeri,
terutama untuk
bahan pangan
Hasil estimasi menunjukkan bahwa secara keseluruhan NRP Indonesia meningkat
hampir tiga kali lipat antara tahun 2008 dan 2015 sejalan dengan kenaikan NTM
(Gambar 23). Sektor yang paling terproteksi adalah tanaman pangan: harga bahan
pangan dalam negeri pada tahun 2015 secara rata-rata 33 persen lebih tinggi
dibanding bila tidak ada pembatasan perdagangan. Selain itu, NRP bagi tanaman
pangan lebih dari dua kali lipat dibanding pada tahun 2008. Kenaikan serupa pada
NRP teramati pada sektor-sektor utama lain, seperti bahan pangan, minuman, dan
tembakau (dari 4,5 pada tahun 2008 ke 13,7 persen pada tahun 2015) serta peralatan
mesin dan transportasi (dari 3,4 ke 7,8 persen). Lonjakan lebih besar tercatat pada
NRP peternakan dan produknya, dari 0,7 persen pada tahun 2008 ke 8,8 persen
pada tahun 2015. Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa kebijakan perdagangan
menyebabkan harga bahan pangan dan peralatan modal tetap tinggi, sehingga
meningkatkan biaya bagi rumah tangga dan produsen dalam negeri.
Harga gabah kering
giling, gula, daging
dan buah-buahan
Indonesia lebih
tinggi 20 persen
akibat pembatasan
perdagangan
Pada tingkat produk, barang-barang konsumen, khususnya produk bahan pangan,
merupakan delapan dari sepuluh produk dengan NRP tertinggi pada tahun 2015
(Gambar 24). Pada tahun 2015, harga gabah kering giling dalam negeri lebih tinggi
sebesar 68 persen dibanding bila tidak ada kebijakan pembatasan perdagangan.
Minuman keras, gula, daging, dan buah-buahan memiliki NRP di atas 20 persen
pada tahun 2015, naik dari hampir mendekati nol pada tahun 2008 (kecuali gula).
Sementara kebijakan pembatasan perdagangan tidak mempengaruhi harga semen
pada tahun 2008, kebijakan tersebut meningkatkan harganya sebesar 11,6 persen
dibanding harga perdagangan bebas pada tahun 2015.
Pada sejumlah kasus Pada ujung spektrum yang lain, pertambangan bukan migas, serta sektor kehutanan,
– produk
memiliki NRP yang negatif. Hal ini mengindikasikan bahwa harga dalam negeri dari
pertambangan
produk-produk tersebut menerima subsidi, misalnya melalui pajak ekspor dan/atau
Marks, S. V. dan S. Rahardja, April 2012, “Effective rates of protection revisited for Indonesia,”
Bulletin of Indonesian Economic Studies 47, 53–80.
31
Juni 2016
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
26
Tangguh berkat reformasi
bukan migas dan
kehutanan – harga
dalam negeri lebih
rendah berkat
subsidi
larangan ekspor. Subsidi ini meningkat antara tahun 2008 dan 2015. Sebagai contoh,
harga bijih perak (NRP tahun 2015 sebesar -90,5 persen, dari +2,9 persen pada
2008) dan bijih timah (-56,8 persen, dari 0 persen pada 2008) menerima subsidi yang
besar. Besarnya nilai negatif NRP tersebut mencerminkan dampak larangan ekspor
terhadap mineral mentah, yang bertujuan mendorong penambahan nilai dalam
negeri.
Gambar 24: Barang konsumen, terutama bahan
pangan, mencatat kenaikan harga terbesar karena
kebijakan pembatasan perdagangan
(perbedaan harga dibanding skenario perdagangan bebas, persen)
60
40
20
0
-20
-40
-60
-80
2008 NRP
2015 NRP
90
2008 ERP
2015 ERP
50
30
10
-10
-30
Sumber: Marks dan Rahardja (2012); perhitungan staf Bank Dunia
Kenaikan harga pada sektor tertentu akibat kebijakan pembatasan perdagangan juga
mempengaruhi tingkat proteksi pada sektor-sektor ekonomi lain yang menggunakan
barang-barang tersebut sebagai masukan (input) produksi mereka. Dengan
memperhitungkan pengaruh tersebut, perkiraan tingkat efektif proteksi (effective rates
of protection, ERP) memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang dampak harga
dari kebijakan pembatasan pendistorsi perdagangan terhadap ekonomi secara
keseluruhan, memperkuat nilai distorsi yang dicatat oleh NRP. ERP didefinisikan
sebagai seberapa besar proporsi nilai tambah per unit keluaran (output) dengan
kebijakan distortif melampaui tingkat pada skenario perdagangan bebas.32 Dalam hal
ERP, harga-harga tanaman pangan lebih tinggi 83 persen pada tahun 2015
dibanding skenario perdagangan bebas (Gambar 25). Sejalan dengan ini, harga dalam
negeri untuk logam dan bahan kimia lebih tinggi masing-masing sebesar 65 persen
dan 58 persen, akibat pembatasan perdagangan. Proteksi yang diberikan kepada para
produsen di sektor-sektor tersebut bergantung tidak hanya pada hambatan
perdagangan impor pada produk yang sama, namun juga pada subsidi perdagangan
untuk input yang mereka gunakan (mis. pupuk untuk tanaman pangan, mineral dll.).
Seperti pada NRP, perkiraan tersebut menunjukkan peningkatan besar bila
dibandingkan tahun 2008 pada seluruh sektor.
32
Juni 2016
Gambar 25: Tingkat proteksi lebih tinggi bila dihitung
berdasarkan nilai tambah
(perbedaan nilai tambah per unit output dibanding skenario
perdagangan bebas, persen)
70
Sumber: Marks dan Rahardja (2012); perhitungan staf Bank Dunia
Kenaikan harga yang
didorong proteksi
perdagangan lebih
tinggi setelah
memperhitungkan
pengaruhnya pada
harga input…
Perkembangan Triwulanan
Perekonomian Indonesia
ERP diperkirakan dengan menggunakan NRP sektoral yang dipasangkan dengan tabel input-output
yang menunjukkan jumlah input yang digunakan suatu sektor dari sektor lain dari ekonomi.
Perkiraan itu menggunakan metode Humphrey, yang mengasumsikan bahwa kebijakan perdagangan
mempengaruhi harga jasa secara langsung maupun tidak langsung: kebijakan mendorong harga jasa
hingga harga input yang diperdagangkan yang digunakan untuk memproduksi jasa-jasa itu meningkat,
dan juga karena pekerja diasumsikan meminta upah nominal yang lebih tinggi untuk
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
27
Tangguh berkat reformasi
…menyebabkan
peningkatan sebesar
7,4 persen dari biaya
hidup secara
keseluruhan di
Indonesia
Perkembangan Triwulanan
Perekonomian Indonesia
Agregasi perkiraan ERP menunjukkan bahwa secara keseluruhan kebijakan
perdagangan meningkatkan biaya hidup di Indonesia sebesar 7,4 persen dibanding
dengan skenario tanpa pembatasan perdagangan. Sebagian besar pengaruh ini
disebabkan oleh pembatasan impor beras: jika pembatasan non-tarif untuk beras
ditiadakan dan hanya tarif impor beras yang berlaku, kenaikan biaya hidup akibat
kebijakan perdagangan akan menurun menjadi 4,7 persen. Selain itu, bila hanya tarif
impor dan pajak ekspor yang berlaku pada tingkatannya sekarang, kenaikan biaya
hidup hanya mencapai 2,9 persen, sehingga menegaskan bahwa sebagian besar
pengaruh terhadap kenaikan biaya hidup berasal dari NTM.
c. Apakah produsen dalam negeri terlindungi?
Data menunjukkan
bahwa pergerakan
harga beras
internasional
diteruskan ke
pedagang kulakan
dalam negeri namun
tidak ke harga
produsen…
Salah satu tujuan kebijakan publik yang paling menonjol dari aturan pembatasan
perdagangan adalah perlindungan produsen dalam negeri dari persaingan impor. Hal
ini jelas, misalnya, pada kasus beras. Impor gabah kering giling kualitas menengah
berada di bawah monopoli yang ketat oleh Bulog. Namun data menunjukkan bahwa
sementara proteksi perdagangan telah meningkatkan harga beras dalam negeri secara
signifikan, proteksi itu tidak berdampak signifikan terhadap harga beras di tingkat
petani padi. Selama periode tahun 1998-2003, ketika monopoli impor beras
dihapuskan, sebagian besar perubahan dalam harga beras internasional diteruskan ke
harga kulakan dalam negeri namun tidak kepada harga produsen beras.33 Di sisi lain,
selama periode dengan pembatasan perdagangan (setelah tahun 2003) perubahan
harga internasional tidak diteruskan baik ke harga kulakan maupun harga produsen.
…secara konsisten
dengan besarnya
kekuatan pasar
kulakan dan
pengusaha
penggilingan
dibanding dengan
petani padi
Hasil di atas mengkonfirmasi bahwa pembatasan perdagangan umumnya melindungi
pasar beras konsumen Indonesia dari pergerakan harga internasional. Tidak adanya
pengaruh terhadap harga petani selama masa pembebasan perdagangan konsisten
dengan kuatnya pengaruh pasar oleh pedagang besar dan usaha penggilingan padi
dibanding dengan petani padi. Kekuatan pasar yang berat sebelah ini menyiratkan
bahwa harga-harga internasional yang lebih rendah tidak diteruskan ke produsen
beras, karena margin mereka telah ditekan oleh pedagang besar dan usaha
penggilingan dan tidak menyisakan ruang bagi penyesuaian turun selanjutnya dalam
jangka pendek. Hasil itu juga menyiratkan bahwa ketika terjadi kenaikan pada harga
internasional, pengaruh dari kenaikan itu tertahan pada tingkat pedagang besar dan
tidak diteruskan kepada petani padi. Karena itu, pembatasan perdagangan mungkin
bukan merupakan alat yang efektif untuk melindungi pendapatan petani, setidaknya
pada sektor beras.
mengkompensasikan harga yang lebih tinggi untuk seluruh barang dan jasa sehingga upah riilnya
tetap konstan.
33 Analisis itu berdasarkan pada harga bulanan dan menggunakan model Vector Error Correction. Model
itu sesuai karena rangkaiannya turut terintegrasi, seperti dikonfirmasikan melalui uji Engle-Granger.
Masing-masing harga dalam negeri (pada perbedaan pertama) diregresikan terhadap harga
internasional (juga pada perbedaan pertama) dan pada jedanya sendiri. Hasilnya menunjukkan bahwa
penurunan harga 10 persen pada harga internasional mendorong penurunan harga kulakan sebesar 2
persen. Pada sisi lain, tidak ada tanggapan yang signifikan secara statistik pada harga-harga produsen.
Juni 2016
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
28
Tangguh berkat reformasi
Perkembangan Triwulanan
Perekonomian Indonesia
C. Indonesia 2018 dan selanjutnya: Tinjauan pilihan
1. Membangkitkan daya saing industri
a. Perjalanan manufaktur Indonesia: keluar jalur akibat krisis tahun 1997
Kinerja manufaktur
Indonesia merosot
pasca krisis
keuangan Asia…
Pertumbuhan manufaktur Indonesia mengalami kemunduran struktural setelah
krisis keuangan Asia tahun 1997/98. Pertumbuhan manufaktur riil merosot dari 11
persen per tahun pada periode 1990-96 menjadi 4,8 persen pada periode 2001-14.
Rendahnya kinerja manufaktur pasca tahun 2000 ini tampaknya menurunkan
pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan (Gambar 26). Kuatnya korelasi antara
pertumbuhan manufaktur dan keseluruhan pertumbuhan ekonomi tidaklah
mengejutkan karena manufaktur masih mencakup hampir seperlima dari jumlah
produksi (output) dan 13 persen dari keseluruhan lapangan kerja di Indonesia.
… dan Indonesia
mengalami “deindustrialisasi
prematur”
Setelah mengalami kenaikan kuat pada tahun 1990an, proporsi manufaktur dalam
total output mengalami penurunan tajam sejak tahun 2005, membuka jalan bagi
pesatnya pertumbuhan jasa-jasa rendah keterampilan yang menyerap tenaga kerja
yang keluar dari kegiatan pedesaan34 Saat perekonomian mencapai tingkat
pendapatan per kapita yang lebih tinggi, sektor jasa diharapkan melampaui
manufaktur. Hal ini disebabkan oleh jauh lebih tingginya peningkatan permintaan
untuk jasa dibandingkan untuk manufaktur, sejalan dengan kenaikan pendapatan
rumah tangga.35 Namun untuk Indonesia, perubahan struktural ini terjadi pada
tingkat pendapatan per kapita yang rendah dan sebelum industrialisasi mencapai
kematangan, yang mencerminkan “de-industrialisasi” yang prematur (Gambar 27).36
Lihat World Bank, 2014, “Indonesia development policy review: Avoiding the trap.”
Lihat Chenery, H., S. Robinson, and M. Syrquin, eds., 1986, “Industrialization and growth: A
comparative study,” Oxford, U.S.: Oxford University Press untuk Bank Dunia.
36 Rodrik D. (2015) menghubungkan fenomena ini, yang juga terlihat pada banyak negara berkembang,
dengan globalisasi dan kemajuan teknologi hemat tenaga kerja pada bidang manufaktur. Lihat Rodrik,
D., 2015, “Premature Deindustrialization,” NBER Working Paper No. 20935.
34
35
Juni 2016
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
29
Tangguh berkat reformasi
Perkembangan Triwulanan
Perekonomian Indonesia
Gambar 26: Pertumbuhan manufaktur Indonesia tidak Gambar 27: …dan ekonomi mengalami deseperti sebelumnya…
industrialisasi prematur
(pertumbuhan dalam PDB dan output manufaktur riil, persen)
(manufaktur sebagai bagian dari PDB, persen)
16
14
GDP
Manufacturing growth
Sebelum krisis
1997/98
Thailand
Tiongkok
Tiongkok 2005 Thailand
1990
2014
2005
Malaysia
2005
30
Tiongkok
Thai 1990
Malaysia
2014
Indonesia
2014
2005
25
Malaysia
1990
35
12
Pasca krisis 1997/98
10
40
8
6
20
4
2
Indonesia
1990
Indonesia
2014
15
PDB per kapita, PPP
(konstan 2011 int USD)
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
0
Sumber: Perhitungan staf Bank Dunia
10
0
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
Sumber: UN-COMTRADE; perhitungan staf Bank Dunia
Pangsa manufaktur
Indonesia di dunia
tertahan pada
tingkat yang rendah
Gambar 28: Pangsa pasar manufaktur Indonesia di
Rendahnya kinerja
dunia tertahan pada tingkat yang rendah
manufaktur juga terlihat
(bagian pasar manufaktur dunia, persen)
pada data ekspor. Setelah
pernah menjadi salah satu
Indonesia
Malaysia
pemain besar bidang
Vietnam
China (RHS)
2.5
20
manufaktur di dunia,
18
pangsa manufaktur
2.0
16
Indonesia di pasar dunia
14
kini tertahan di kisaran 0,6
1.5
12
persen selama 15 tahun
10
terakhir (Gambar 28).
Ekspor juga tidak
1.0
8
berkembang di Malaysia,
6
namun pangsanya dua kali
4
0.5
lipat dibanding Indonesia.
2
Tren pada kedua negara ini
0
0.0
1990
1995
2000
2005
2010
2015
sangat berlawanan dengan
Tiongkok di mana pangsa
Sumber: UN-COMTRADE; perhitungan staf Bank Dunia
pasarnya meningkat dari
2,5 persen ke 17 persen dari permintaan dunia. Yang lebih mengejutkan adalah kini
Indonesia berada di belakang Vietnam, satu negara yang bahkan belum terdengar di
pasar manufaktur dunia pada awal tahun 1990an.
Komoditas telah
melampaui
manufaktur sebagai
ekspor terbesar
Indonesia sejak
tahun 2006
Lemahnya kinerja ekspor manufaktur merupakan sisi lain dari lonjakan ekspor
komoditas pada periode tahun 2003-12. Dari tahun 2000 hingga 2010, harga rujukan
internasional untuk batubara, CPO, karet, dan minyak mentah masing-masing
meningkat tiga kali lipat dalam dolar AS riil. Akibatnya, sektor komoditas
melampaui manufaktur sebagai ekspor terbesar Indonesia pada tahun 2006. Saat ini,
tujuh dari sepuluh produk ekspor teratas Indonesia merupakan produk komoditas
dan sekitar 60 persen dari ekspor Indonesia merupakan komoditas atau terkait
dengan komoditas. Sebagian besar komoditas tersebut diekspor dalam bentuk
Juni 2016
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
30
Tangguh berkat reformasi
Perkembangan Triwulanan
Perekonomian Indonesia
mentah, yang menunjukkan keterkaitan yang lemah antara sektor manufaktur dan
komoditas.
b. Ekspor manufaktur: Menelusuri lebih dari sekadar angka agregat
Bagaimana sektor
manufaktur
Indonesia berubah
sejak krisis tahun
1997/98?
Dengan tajamnya penurunan penerimaan ekspor komoditas sejak tahun 2012, upaya
mendorong ekspor non-komoditas menjadi prioritas utama bagi Indonesia. Agar
kebijakan-kebijakan industri terinformasikan secara memadai, sangatlah penting
untuk mencermati lebih dari sekadar angka-angka agregat serta meneliti dinamika
ekspor pada tingkat cabang industri. Jenis industri mana yang mendorong ekspor
manufaktur selama 25 tahun terakhir? Bagaimana perubahan komposisi ekspor
manufaktur? Apa saja kontribusi sektor teknologi rendah, menengah, dan tinggi
terhadap kinerja ekspor?
Sayangnya ekspor
manufaktur
teknologi tinggi
mengalami
penurunan tajam
Gambar 29: Produk teknologi rendah mendominasi
Dengan didasari laporan
ekspor Indonesia
Diop dan Ghali (2012), 37
(bagian dari jumlah ekspor, persen)
berikut kami petakan
produk-produk ekspor
High technology
Medium-high technology
Indonesia berdasarkan
Medium-low technology
Low-technology
45
tingkat teknologi.38
Komposisi ekspor
36
Indonesia sangat
didominasi oleh produkproduk berteknologi rendah 27
(sepertiga dari ekspor
18
manufaktur pada tahun
2014), walau telah menurun
9
dari puncaknya sebesar 43
persen pada tahun 1993
0
(Gambar 29). Penurunan ini
membuka jalan bagi
kenaikan berkelanjutan
Sumber: UN-COMTRADE, digit HS4 dan kode industri OECD;
perhitungan staf Bank Dunia
dalam ekspor teknologi
menengah yang pada tahun 2014 mencapai 28 persen dari keseluruhan ekspor,
meningkat dari 10 persen pada tahun 2000. Namun tren paling tajam adalah pada
industri teknologi tinggi yang, setelah kenaikan awal pada tahun 1990an (dari 1
persen pada tahun 1990 ke 12 persen pada tahun 2000), mencatat penurunan tajam
pada tahun-tahun berikutnya ke 4 persen pada tahun 2014.
Di dalam industri
teknologi rendah dan
menengah, minyak
sawit, ban karet, dan
mobil yang dibuat
seluruhnya mencatat
Kenaikan berkelanjutan dalam ekspor teknologi menengah mencerminkan kuatnya
kinerja minyak sawit, ban karet (teknologi rendah-menengah), mobil yang dibuat
seluruhnya (completely built), suku cadang otomotif, dan serat kabel terisolasi
(teknologi menengah-tinggi) (Gambar 30). Ekspor ban karet bertumbuh rata-rata
N. Diop dan S. Ghali, 2012, “Are Jordan and Tunisia's exports becoming more technologically
sophisticated? Analisis menggunakan database ekspor yang sangat terpilah,” MNA Working Paper
No. 56, Bank Dunia.
38 Produk-produk dicatat pada tingkat digit HS-6 dengan sektor asalnya, menggunakan kode industri
ISIC REV2. Klasifikasi lanjutan menurut tingkat teknologi (teknologi rendah, rendah-menengah,
menengah-tinggi dan tinggi dari OECD) memungkinkan penelitian produk-produk tertentu yang
mendorong pertumbuhan dan taraf pendakian tangga teknologi Indonesia pada tahun 1990-2014.
37
Juni 2016
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
31
Tangguh berkat reformasi
Perkembangan Triwulanan
Perekonomian Indonesia
sebesar 24,8 persen per tahun selama periode tahun 2002-11.39 Ekspor mobil
meningkat dari 1.258 unit pada tahun 2002 ke 207.691 unit pada tahun 2015.
Peningkatan ini mengagumkan, namun tertinggal dibanding Thailand yang
mengekspor mobil enam kali lebih banyak dibanding Indonesia dan merupakan
pusat ekspor mobil regional.
prestasi ekspor
terbaik Indonesia
Gambar 30: Sejumlah ekspor teknologi menengah
meningkat tajam …
(bagian dari jumlah ekspor, persen)
Rubber tyres
Cars
Automotive spareparts
Palm oil prod (RHS)
Insulated cable fiber
1.6
1.4
1.2
1.0
0.8
0.6
Gambar 31: …sementara ekspor teknologi tinggi telah
menyusut belakangan ini
(bagian dari jumlah ekspor, persen)
12
6
10
5
8
4
6
3
4
2
2
1
Office & computer equipment
Radio, TV & commmunication equipment
0.4
0.2
0
0.0
1990 1993 1996 1999 2002 2005 2008 2011 2014
Sumber: UN-COMTRADE, digit HS4 dan kode industri OECD;
perhitungan staf Bank Dunia
Ekspor teknologi
tinggi keluar jalur
setelah krisis 1997
0
1990 1993 1996 1999 2002 2005 2008 2011 2014
Sumber: UN-COMTRADE, digit HS4 dan kode industri OECD;
perhitungan staf Bank Dunia
Ekspor peralatan kantor dan komputer, radio dan TV, serta peralatan komunikasi
menurun setelah krisis tahun 1997 (Gambar 31). Satu-satunya titik terang dalam
sektor teknologi tinggi adalah kenaikan ekspor obat-obatan yang tumbuh dari
tingkat yang sangat rendah.
c. Mengembalikan daya saing manufaktur
i.
Menjaga inflasi agar tetap rendah dan menghindari apresiasi kurs
tukar valuta riil yang terlalu besar
Apresiasi kurs tukar
valuta riil berperan
penting dalam
lemahnya kinerja
manufaktur pada
tahun 2003-2014
Salah satu faktor utama pendorong penurunan relatif sektor manufaktur Indonesia
adalah apresiasi kurs tukar valuta efektif (real effective exchange rate, REER). REER
adalah kurs tukar valuta nominal efektif (nilai suatu mata uang dibanding rata-rata
tertimbang dari sejumlah valuta asing) yang dibagi suatu deflator harga relatif atau
indeks biaya. Kenaikan tajam harga komoditas pada tahun 2003-2012 menciptakan
banjir pendapatan, mendukung aliran masuk modal asing, dan mendorong kenaikan
permintaan akan jasa-jasa yang bukan diperdagangkan secara internasional (seperti
transportasi, logistik, dan real estate) serta kenaikan harga jasa-jasa tersebut. Hal itu
mendorong apresiasi REER (Gambar 32).
Sektor manufaktur
menerima dampak
terbesar ketika harga
meningkat
Perusahaan-perusahaan pada sektor-sektor yang bukan diperdagangkan secara
internasional (seperti hotel, restoran, dan perdagangan ritel) dapat mengakomodasi
kenaikan harga dengan meneruskannya kepada pelanggan. Namun perusahaanperusahaan dalam sektor yang dapat diperdagangkan, seperti manufaktur,
Investasi asing langsung yang terjadi belakangan ini dapat membantu pertumbuhan lebih lanjut
sektor ini. Pada tahun 2013, Hankook Tire dari Rep. Korea dan Pirelli Tyre S.p.A dari Italia membuka
pabrik produksi dunia mereka di Indonesia (bekerja sama dengan PT. Astra Indonesia).
39
Juni 2016
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
32
Tangguh berkat reformasi
Perkembangan Triwulanan
Perekonomian Indonesia
merupakan penerima harga dan tidak dapat meneruskan kenaikan itu kepada hargaharga bukan diperdagangkan. Karenanya, kenaikan dalam harga barang-barang
bukan diperdagangkan relatif terhadap barang-barang yang dapat diperdagangkan
merupakan rintangan bagi industri manufaktur, karena membuat sektor-sektor itu
menjadi kurang menguntungkan dibanding sektor jasa atau sektor-sektor sumber
daya yang sedang meningkat.40
Ke depannya, REER
dapat mendukung
ekspor, bila inflasi
terjaga tetap rendah
Terutama akibat faktor-faktor global (seperti kekuatan dolar AS dan rendahnya
harga komoditas), Rupiah tidak lagi tertekan menuju apresiasi berkelanjutan. Sebagai
contoh, Rupiah terdepresiasi sebesar 16 persen secara perdagangan tertimbang
nominal sejak bulan Desember 2012. Selain itu, dengan rendahnya harga komoditas,
daya tarik relatif kegiatan-kegiatan manufaktur bagi para investor yang mencari
tingkat pengembalian yang tinggi dapat dipulihkan. Ke depannya, REER dapat
mendukung ekspor, bila inflasi dijaga tetap rendah. Walau inflasi diproyeksikan akan
lebih rendah dibanding tiga tahun terakhir (3,9 persen pada tahun 2016 dibanding
rata-rata 6,5 persen pada tahun 2013-15), terdapat bukti bahwa pembatasan
perdagangan (batasan tarif dan bukan tarif) mendorong peningkatan harga dalam
negeri, baik bagi konsumen maupun produsen (lihat Bagian B.2). Karenanya sangat
penting untuk menurunkan batasan-batasan itu guna mendukung daya saing.
Gambar 32: REER mencatat apresiasi yang kuat pada Gambar 33: …dengan depresiasi belakangan ini yang
tahun 2000-2011…
terkait kenaikan pertumbuhan ekspor manufaktur
(indeks, 2000=100)
(pertumbuhan ekspor bukan komoditas yoy, kiri; perubahan REER
yoy, kanan; persen)
120
Non-commodity exports
Real effective exchange rate (rhs)
6
110
-15
5
100
-10
4
3
90
-5
2
1
80
0
0
5
-1
70
-2
10
-3
60
-4
15
Feb-12
Catatan: Penurunan dalam REER menunjukkan apresiasi.
Sumber: BIS; perhitungan staf Bank Dunia
Aug-12
Mar-13
Sep-13
Apr-14
Oct-14
Catatan: Penurunan dalam REER menunjukkan apresiasi.
Sumber: BIS; perhitungan staf Bank Dunia
Untuk pengembangan teoritis, lihat Corden, W. M., 1984, “Booming sector and Dutch disease
economics: Consolidation and survey,” Oxford Economic Papers 36, 359–80; dan Corden, W. M. and
J. P. Neary, Desember 1982, “Booming sector and de-industrialisation in a small open economy,”
Economic Journal, 92(368), 825–48. Untuk uji empiris dari konsep-konsep tersebut, lihat Rodrik, D.,
2008, “The real exchange rate and economic growth,” Brookings Papers on Economic Activity
2008(2); and Havrylyshyn, O., 2010, “Does the global crisis mean the end of export-led openeconomy strategies?”, laporan yang disiapkan untuk Bank Dunia.
40
Juni 2016
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
33
Tangguh berkat reformasi
ii.
Walau Indonesia
memiliki biaya
tenaga kerja
terendah di Asia,
keunggulan itu
hilang akibat
rendahnya
produktivitas
Perkembangan Triwulanan
Perekonomian Indonesia
Kenaikan produktivitas tenaga kerja
Pola biaya tenaga kerja Indonesia sangat menarik. Walaupun Indonesia memiliki
biaya tenaga kerja terendah dalam dolar AS di Asia, keunggulan ini hilang ketika
disandingkan dengan produktivitas tenaga kerja (Gambar 34 dan Gambar 35). Pada
tahun 2014, biaya tenaga kerja-unit—rasio antara upah pekerja dibanding jumlah
yang mereka hasilkan—lebih tinggi dibanding Filipina, Vietnam, dan Malaysia,
bukan karena upah yang dibayar namun karena kecilnya jumlah yang dihasilkan
(kenaikan biaya tenaga kerja unit di Thailand mencerminkan masalah yang sama).
Malaysia menunjukkan bagaimana produktivitas tenaga kerja yang tinggi sangat
penting bagi daya saing biaya. Walau dengan tingginya upah manufaktur, tenaga
kerja Malaysia masih tetap berdaya saing karena memiliki produktivitas yang tinggi.
Biaya tenaga kerja unit mereka sedikit lebih tinggi dibanding Indonesia, walau
upahnya lebih tinggi 7 hingga 8 kali lipat. Upah di Tiongkok meningkat tiga kali lipat
sejak tahun 2005, namun tidak tersedianya data menghalangi upaya penghitungan
biaya tenaga kerja unit mereka. Karenanya, belum jelas apakah Tiongkok mengalami
penurunan daya saing biaya, karena kenaikan upah dapat diimbangi dengan kenaikan
produktivitas.
Gambar 34: Rendahnya rata-rata upah bulanan
manufaktur di Indonesia…
(dalam dolar AS riil tahun 2012)
Gambar 35: … namun biaya tenaga kerja unit relatif
tinggi
(2012 = 100)
China
Indonesia
Malaysia
Indonesia
Malaysia
Philippines
Thailand
Vietnam
Vietnam
Philippines
900
Thailand
150
800
140
700
130
600
500
120
400
110
300
100
200
90
100
-
80
2005
2007
2009
2011
2013
Sumber: CEIC; perhitungan staf Bank Dunia
Lonjakan komoditas
membalik kenaikan
Indonesia pada
rantai nilai
manufaktur
Juni 2016
2011
2012
2013
2014
Sumber: CEIC; perhitungan staf Bank Dunia
Produktivitas tenaga kerja bergantung kepada jenis produksi (misalnya, produksi
bernilai tambah rendah dibanding tinggi), tingkat teknologi yang digunakan, tingkat
keterampilan pekerja, dan gangguan pekerjaan. Indonesia secara bertahap mendaki
rantai nilai manufaktur pada tahun 1990an, namun tren itu berbalik arah ketika
harga komoditas melonjak naik dan terjadi penurunan ekspor teknologi tinggi
sebagai bagian dari ekspor manufaktur keseluruhan. Yang kini dibutuhkan adalah
kembali menarik FDI ke manufaktur, namun dalam konteks strategi industri yang
dirancang dengan baik dengan fokus pada peningkatan nilai tambah untuk
meningkatkan produktivitas sektor manufaktur secara keseluruhan.
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
34
Tangguh berkat reformasi
iii.
Perkembangan Triwulanan
Perekonomian Indonesia
Menurunkan biaya logistik dan operasi usaha
Indonesia memiliki
biaya tidak langsung
yang lebih tinggi
dari negara-negara
pembandingnya
Selain itu, survei menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan Indonesia
mengeluarkan biaya-biaya tidak langsung yang besar akibat buruknya logistik,
kesenjangan dalam infrastruktur, dan prosedur izin dan lisensi yang membatasi. Hal
ini melemahkan perusahaan-perusahaan yang berlokasi di Indonesia dibanding
negara-negara pembandingnya yang beroperasi dengan biaya lebih rendah.
Perubahan kebijakan untuk menurunkan biaya lgoistik serta mempermudah fasilitasi
perdagangan dan pengurangan hambatan non tarif (non-tariff measures), sangat
penting seiring dengan berkembangnya rantai nilai dunia dimana efisiensi impor
sangat penting untuk keberhasilan ekspor.
Buruknya logistik
adalah salah satu
alasan utama dari
tingginya biaya
Logistik yang baik merupakan prasyarat utama untuk mewujudkan pasokan pasar
dalam negeri yang efisien dan berdaya saing internasional. Dengan kisaran 24 persen
dari PDB, biaya logistik—pengiriman barang-barang dalam suatu negara, serta ke
dan dari negara tersebut--merupakan biaya yang tinggi di Indonesia, sementara
Thailand mencatat kisaran 16 persen dari PDB.41 Bagi Indonesia, perbedaan itu
bernilai sekitar 70 miliar dolar AS dalam tambahan biaya per tahun.
Biaya transportasi
dan penanganan peti
kemas merupakan
kontributor utama
tingginya biaya
logistik
Survei terbaru Bank Dunia terhadap manufaktur pada aglomerasi utama Indonesia
menunjukkan rincian biaya logistik. Jumlah biaya logistik rata-rata mencerminkan
biaya transportasi dan penanganan peti kemas (45 persen dari jumlah), biaya
persediaan (26 persen), pergudangan (17 persen) dan administrasi logistik (17
persen). Biaya persediaan jauh lebih tinggi dibanding sejumlah pesaing Indonesia:
hanya 13 persen dari jumlah biaya di Malaysia dan 16 persen di Thailand.
Perusahaan
menyimpan
persediaan yang
tinggi untuk berjagajaga atas
ketidakpastian
hubungan dengan
daerah pedalaman
Tingginya biaya persediaan mencerminkan ketidakpastian dalam mata rantai
pasokan. Sumber ketidakpastian utama terletak pada hubungan dengan daerah
pedalaman. Biaya membawa peti kemas ke pelabuhan utama Jakarta, Tanjung Priok,
dua kali lipat dibanding Malaysia, walau jaraknya sama. Survei terhadap 83
perusahaan pengiriman darat yang beroperasi di Jabotabek mengungkapkan
penyebabnya: waktu tunggu dan diam yang berkepanjangan akibat kemacetan;
antrian panjang di pelabuhan; dan rendahnya efisiensi dalam sinkronisasi pengiriman
dan pengambilan kargo.
Sulitnya memperoleh
izin, membayar
pajak dan
melaksanakan
kontrak
Prosedur-prosedur peraturan, perizinan, dan lisensi pada tingkat pusat juga sangat
rumit, sehingga menambah biaya dan waktu. Selain izin konstruksi, secara global,
pembayaran pajak dan pelaksanaan kontrak merupakan prosedur-prosedur yang
paling menyulitkan (Bank Dunia, Survei Doing Business 2016).42
iv.
Pengalaman
Indonesia
menunjukkan tidak
adanya strategi
Menyusun strategi industri yang kuat dan menyeluruh
Kenyataan bahwa ekspor teknologi tinggi (terutama elektronik) secara semu
menghilang setelah krisis tahun 1997 menunjukkan tidak adanya strategi industri
yang kuat dan berbasis dalam negeri di Indonesia. Indonesia menerima penanaman
modal asing langsung (foreign direct investment, FDI) dari Jepang, Hong Kong, Taiwan,
Korea Selatan, dan Singapura pada awal tahun 1990an. Namun alih teknologi
Lihat Bagian C.1 pada Triwulanan edisi bulan Maret 2016 untuk rincian dari tantangan yang dihadapi
oleh sistem logistik pengiriman Indonesia.
42 Kinerja terburuk Indonesia adalah: memulai usaha (peringkat 173), pelaksanaan kontrak (170) dan
membayar pajak (148). Dalam izin konstruksi, peringkat Indonesia adalah 107, di bawah rata-rata Asia
Timur dan Pasifik (Filipina pada peringkat 59, Tiongkok 90, Thailand 26, dan Malaysia 18).
41
Juni 2016
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
35
Tangguh berkat reformasi
Perkembangan Triwulanan
Perekonomian Indonesia
industri yang kuat
dan menyeluruh
maupun pengembangan kapasitas dari sisi rancangan, rekayasa, dan pengembangan
produk, yang membutuhkan keterlibatan pemerintah, belum signifikan. Kegiatan
operasional manufaktur terutama terfokus pada pencampuran dan perakitan, yang
membuat Indonesia rawan terhadap perubahan dalam strategi lokasi multinasional,
karena tidak ada negara yang dapat terus menjaga daya saingnya dalam bidang
perakitan dan manufaktur ringan selamanya. Suatu pembelajaran utama dari
pengalaman Indonesia adalah untuk meningkatkan industri dan mendaki tangga
teknologi, dibutuhkan keterlibatan pemerintah dan kemitraan dengan sektor swasta.
Pengalaman di Asia
Timur dan dunia
dapat menjadi
masukan berharga
bagi strategi industri
baru Indonesia
Negara-negara Asia Timur seperti Jepang, Korea, Singapura, dan Taiwan
memberikan contoh yang jelas tentang keberhasilan pelaksanaan kebijakan industri.
Banyak negara berkembang yang mencoba meniru pengalaman tersebut namun
gagal, karena dukungan pemerintah terperangkap oleh kepentingan pribadi.
Indonesia kini dapat menarik pembelajaran dari keberhasilan dan kegagalan dari
seluruh dunia untuk menyusun kebijakan industri yang kuat dan menyeluruh. Yang
terutama dibutuhkan adalah fokus kebijakan dan dukungan yang pragmatis,
akuntabel, dan transparan untuk industri-industri yang menjanjikan, seperti industri
yang telah berjalan baik selama 25 tahun dan berhasil melewati berbagai rintangan.
Pengalaman global menunjukkan bahwa kunci utama keberhasilan kebijakan industri
adalah: menghubungkan dukungan dengan kriteria keberhasilan, daya saing di pasar
dunia dan mempertahankan daya saing.
KEK dapat menjadi
perangkat strategis
untuk mendukung
industrialisasi
dengan kondisi
tertentu
Pemerintah telah mengumumkan penetapan sejumlah kawasan ekonomi khusus
(KEK), yang dapat membantu menurunkan beban peraturan untuk sektor-sektor
yang menjanjikan dengan cepat dan memberikan lingkungan yang bersahabat untuk
membangun basis pasokan bagi investor-investor besar. Tiongkok adalah contoh
penerapan KEK untuk mendukung pembangunan industri di daerah pesisir. Namun
efektivitas KEK akan bergantung pada kepatutan perencanaan dan perancangannya.
Menimbang apa yang menjadi rintangan daya saing di Indonesia (lihat di bawah),
KEK perlu dirancang sebagai iklim mikro yang mendukung pertumbuhan
produktivitas perusahaan dengan penekanan pada sejumlah kecil sektor yang
menunjukkan kinerja kuat dan bukan sekadar tempat perusahaan menikmati insentif
pajak.43 Selain itu, dengan hanya menekankan pada sejumlah kecil sektor,
Pemerintah dapat mempertimbangkan mendorong kerjasama pemerintah-swasta
guna mempersempit kesenjangan keterampilan melalui pusat-pusat pelatihan dan
sekolah-sekolah khusus. Investasi yang terfokus pada penelitian dan pengembangan
yang menyasar sektor-sektor menjanjikan tersebut juga merupakan kunci untuk
bergerak menjadi yang terdepan dalam teknologi dunia.
d. Bagaimana membuat manufaktur kembali menjadi mesin pendorong
pertumbuhan
Empat rangkaian
kebijakan akan
membantu
Indonesia menjawab
tantangan tersebut
Berakhirnya lonjakan harga komoditas membuka peluang bagi Indonesia untuk
kembali membangkitkan daya saing manufakturnya. Pembelajaran dari pengalaman
Indonesia sendiri, sejumlah keberhasilan global, serta berbagai kegagalan dari
seluruh dunia dapat memberi informasi yang berharga untuk strategi industri
Indonesia yang baru. Berikut sejumlah langkah nyata yang dapat membantu
keberhasilan Indonesia.
Kawasan ekonomi umumnya ditetapkan untuk bertindak sebagai katalis bagi perdagangan,
investasi, dan pertumbuhan ekonomi yang lebih luas. Tujuan khususnya pada masingmasing negara beragam, dari menarik FDI hingga menciptakan lapangan kerja dan
bereksperimen dengan reformasi.
43
Juni 2016
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
36
Tangguh berkat reformasi
Perkembangan Triwulanan
Perekonomian Indonesia
Pertama, kemitraan
strategis dan
transparan dengan
sektor swasta adalah
hal yang penting
KEK dapat menjadi perangkat strategis bagi keterlibatan Pemerintah, bila mereka
dirancang sebagai iklim mikro yang mendukung pertumbuhan produktivitas
perusahaan, dengan fokus pada sejumlah kecil sektor yang menunjukkan kinerja
yang kuat dan tidak sekadar menjadi tempat bagi perusahaan untuk menikmati
insentif pajak. Dengan fokus pada sektor-sektor tersebut, kerjasama pemerintahswasta dapat dirancang untuk membantu menurunkan kesenjangan keterampilan
(melalui pemberian pelatihan terfokus) dan melaksanakan investasi terfokus pada
penelitian dan pengembangan yang menargetkan sektor-sektor yang menjanjikan
untuk mendukung pengembangan produk dalam negeri.
Kedua, menjaga
rendahnya inflasi
akan membantu
membatasi apresiasi
REER
Menjaga inflasi yang rendah dengan berinvestasi dalam produktivitas pertanian dan
menurunkan batasan perdagangan akan mendukung pertumbuhan ekspor melalui
penurunan tekanan apresiasi REER. Kenyataannya, serangkaian apresiasi
berkepanjangan REER pada tahun 2003-2012 memang telah menghambat daya
saing manufaktur. Apresiasi tersebut utamanya didorong oleh inflasi di Indonesia
yang lebih tinggi dibanding dengan para mitra dagangnya.
Ketiga, belanja
infrastruktur yang
lebih tinggi dan
reformasi peraturan
dapat mendorong
daya saing
Selain itu, Pemerintah Indonesia memiliki rencana ambisius untuk menutup
kesenjangan infrastruktur pada tahun-tahun mendatang. Pemerintah, sejak bulan
September 2015, juga telah mulai menurunkan pembatasan peraturan melalui
serangkaian “paket kebijakan”. Untuk menekan biaya logistik, kuncinya adalah
memperkuat koordinasi antar lembaga negara untuk pelaksanaan kebijakan logistik
yang lebih baik, memangkas peraturan yang menghambat dalam rantai pasokan, dan
memperkecil kesenjangan dalam infrastruktur logistik. Jika dilaksanakan dengan
baik, kebijakan-kebijakan tersebut dapat menurunkan biaya logistik dan biaya
pelaksanaan usaha di Indonesia secara signifikan, sehingga mendukung daya saing
Indonesia secara keseluruhan.
Keempat, kebijakan
perlu terfokus pada
sektor-sektor yang
menjanjikan
Tidak semua sektor dapat mendukung strategi industri yang berhasil, dan
memfokuskan pada kekuatan suatu negara adalah hal yang penting. Pemerintah
Indonesia dapat mempertimbangkan fokus pada upaya-upaya mendukung industri
yang tumbuh dengan sangat cepat walau menghadapi banyak rintangan dan telah
menunjukkan kapasitas yang kuat untuk ekspor selama 25 tahun terakhir.
Memberdayakan sumber daya alam Indonesia yang berlimpah, bila diperlukan, akan
menjadi bagian utama dari strategi tersebut. Contohnya industri ban karet, yang
menggunakan karet Indonesia sebagai bahan mentah, memprosesnya sesuai dengan
standar kualitas internasional, dan menjual produk jadinya ke industri mobil dalam
negeri yang berkembang dan ke pasar dunia adalah contoh hal yang dapat dilakukan.
Namun tantangan
pelaksanaan harus
diatasi. Sejumlah
faktor dapat menjadi
titik awal
Indonesia beruntung karena memiliki pilihan-pilihan reformasi yang jelas dan
kepemimpinan yang siap mengatasi tantangan-tantangan daya saing negara. Namun
seperti pada reformasi bidang-bidang lain, kesulitannya terletak pada pelaksanaan
reformasi dalam kerangka kelembagaan dan desentralisasi yang rumit. Dalam
konteks ini, mengenali titik awal dan menggunakannya untuk mendorong maju
reformasi adalah hal yang penting. “Paket kebijakan” yang baru diluncurkan
memberikan kerangka untuk pelaksanaan banyak reformasi yang dibutuhkan. Selain
itu, momentum yang diciptakan oleh kemungkinan pembaruan keterlibatan
Indonesia dalam Kemitraan Trans-Pasifik (Trans-Pacific Partnership, TPP) dan
perjanjian perdagangan bebas dengan UE dapat menjadi jangkar lain untuk
reformasi. Jika Indonesia hendak mencapai sasaran-sasarannya, sekarang adalah
Juni 2016
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
37
Tangguh berkat reformasi
Perkembangan Triwulanan
Perekonomian Indonesia
waktu untuk melaksanakan semua upaya agar kembali ke status yang pernah
diraihnya sebagai salah satu kekuatan manufaktur utama.
Juni 2016
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
38
Tangguh berkat reformasi
Perkembangan Triwulanan
Perekonomian Indonesia
2. Kebijakan fiskal dapat menargetkan lebih baik penurunan ketimpangan
Ketimpangan di
Indonesia meningkat
selama 15 tahun
terakhir
Ketimpangan di Indonesia meningkat sejak awal 2000an dan banyak penduduk
Indonesia merasa bahwa perlu segera diambil tindakan yang tepat. Selama krisis
keuangan Asia tahun 1997-98, tingkat kemiskinan meningkat tajam, sementara
indikator ketimpangan koefisien Gini menurun, karena penduduk kaya merasakan
dampak terbesar. Sejak itu, koefisien Gini meningkat dari 30 poin pada tahun 2000
menjadi 41 poin pada tahun 2014, merupakan yang tertinggi yang pernah tercatat.
Konsekuensi daritidak adanya upaya untuk mengatasi tingginya tingkat ketimpangan
tersebut dapat berakibat serius. Tingginya ketimpangan dapat menghambat
pertumbuhan ekonomi dan meperlambat laju penurunan kemiskinan. Terdapat juga
bukti bahwa kabupaten-kabupaten di Indonesia dengan tingkat ketimpangan yang
lebih tinggi memiliki tingkat konflik yang lebih tinggi pula. Masyarakat juga memiliki
pandangan serupa: 88 persen penduduk Indonesia yang disurvei pada tahun 2014
berpendapat bahwa sangat mendesak bagi Pemerintah untuk menangani masalah
ketimpangan.
Kebijakan fiskal
merupakan pilihan
utama untuk
menurunkan
ketimpangan ini…
Kebijakan fiskal merupakan salah satu perangkat utama yang tersedia bagi
pemerintah untuk menurunkan ketimpangan, baik untuk jangka panjang maupun
pendek. Kebijakan fiskal – bagaimana dan untuk apa saja Pemerintah
membelanjakan dana, serta bagaimana Pemerintah mengumpulkan dana untuk
membiayai pembelanjaan tersebut – adalah satu dari empat tanggapan kebijakan
utama untuk mengatasi ketimpangan, seperti yang ditemukan melalui penelitian
terbaru Bank Dunia.44 Pada jangka panjang, peningkatan alokasi anggaran untuk
kesehatan dan belanja yang lebih efektif dari alokasi pendidikan sebesar 20 persen
sesuai dengan peraturan dapat membantu anak-anak miskin dan yang berada di
daerah-daerah terpencil untuk memiliki kehidupan yang lebih baik dan
mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan oleh pasar kerja modern. Pada saat
yang sama, peningkatan investasi di bidang infrastruktur tidak hanya akan
menurunkan harga bahan pangan dan barang-barang lain yang dikonsumsi oleh
kaum miskin dan rentan miskin, tetapi juga membuat perusahaan-perusahaan dan
pekerja menjadi lebih produktif, sehingga mendorong penciptaan kesempatan kerja
untuk tenaga terampil bagi para pekerja dengan keterampilan lebih tinggi yang lulus
dari sistem pendidikan dan kesehatan yang lebih baik. Selain itu, kebijakan fiskal
dapat menurunkan ketimpangan dalam jangka pendek dengan meningkatkan
pendapatan melalui pajak yang lebih besar yang dibayar oleh rumah tangga yang
lebih mampu dan belanja dengan cara yang paling menguntungkan penduduk miskin
dan rentan.
Laporan Bank Dunia tahun 2015 “Ketimpangan yang Semakin Lebar: Mengapa ketimpangan
semakin lebar, mengapa hal ini penting, dan apa solusinya?” membahas penyebab, konsekuensi dan
usulan kebijakan tanggapan secara lebih rinci. Tersedia pada:
http://www.worldbank.org/in/news/feature/2015/12/08/indonesia-rising-divide
44
Juni 2016
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
39
Tangguh berkat reformasi
…dan sejumlah
negara berkembang
berhasil
melaksanakannya
Perkembangan Triwulanan
Perekonomian Indonesia
Gambar 36: Kebijakan fiskal di Indonesia belum
Di sejumlah negara,
terutama di Amerika Latin cukup efektif dalam menurunkan ketimpangan
yang memiliki ketimpangan (Penurunan koefisien Gini dari pendapatan pasar ke pendapatan
tertinggi dibanding wilayah akhir, poin)
lain, pilihan kebijakan
0
-2
belanja dan pajak diambil
-4
dengan pertimbangan
-6
untuk menurunkan
-8
ketimpangan. Perubahan
-10
ketimpangan di suatu
-12
negara melalui kebijakan
-14
fiskal dapat dilihat ketika
-16
distribusi pendapatan pasar
-18
(market incomes) dari upah,
-20
suku bunga, sewa dan
transfer, dan remitansi
dibandingkan dengan
pendapatan akhir (final
incomes) setelah seluruh
Catatan: Armenia (Younger dkk. 2014); Bolivia (Paz dkk. 2014);
Brasil (Higgins dan Pereira 2014); Etiopia (Woldehanna dkk. 2014);
pajak dibayar, jasa
Meksiko (Scott 2014); Peru (Jaramillo 2014); Uruguay (Bucheli dkk.
digunakan ditambah
2014); Lustig (2014) berdasar pada Costa Rica (Sauma dkk. 2014), El
Salvador (Beneke de Sanfeliu dkk. 2014), dan Guatemala (Cabrera
seluruh biaya terkait,
dkk. 2014); Afrika Selatan (Inchauste dkk. 2014); perhitungan staf
transfer publik diterima
Bank Dunia untuk Indonesia berdasarkan pada Susenas 2012.45
(setelah memperhitungkan
seluruh dampak kebijakan fiskal). Di Brasil, sebagai contoh, koefisien Gini yang
dihitung untuk pendapatan pasar mencapai 14 poin lebih tinggi dibanding
pendapatan akhir, menunjukkan penurunan ketimpangan yang sangat besar karena
kebijakan fiskal pada tahun 2009 (Gambar 36). Di Afrika Selatan, penurunan
koefisien Gini pada tahun 2010 bahkan lebih besar lagi, mencapai 17,5 poin.
Penurunan sebesar 6 poin atau lebih juga terlihat di Costa Rica, Uruguay, Meksiko,
dan Bolivia pada beberapa tahun terakhir. Namun koefisien Gini di Indonesia pada
tahun 2012 hanya menurun sebesar 2,5 poin, nomor dua terkecil setelah Etiopia,
pada sampel berjumlah 12 negara.
a. Belanja publik pada tahun 2012 kurang efektif mengatasi Ketimpangan
Studi Bank Dunia
meneliti tentang
dampak kebijakan
fiskal terhadap
ketimpangan di
Indonesia…
Penelitian “Komitmen pada Kesetaraan (Commitment to Equity)46” diprakarsai oleh
Bank Dunia untuk menganalisis dampak kebijakan fiskal terhadap ketimpangan di
Indonesia dengan menggunakan data tahun 2012. Penelitian itu menganalisis 57
persen dari seluruh belanja pemerintah, yang mencakup bantuan sosial, subsidi
energi dan pensiun. Dua komponen terbesar – subsidi energi (sebagian besar untuk
BBM)47 dan pendidikan – menyumbang sebesar 69 persen dari jumlah belanja sosial,
subsidi, dan pensiun (Gambar 37). Sesuai UU, pendidikan harus menerima 20
persen dari seluruh anggaran. Hanya 5 persen dari anggaran dialokasikan untuk
kesehatan dan kurang dari 3 persen untuk bantuan sosial melalui bantuan tunai bagi
rumah tangga miskin dan rentan miskin. Karena alasan metodologis, penelitian itu
Untuk seluruh rujukan lihat Inchauste, G. dan N. Lustig, akan terbit pada tahun 2016, “The
distributional impact of fiscal policy: Evidence from developing countries”, Bank Dunia.
46 “Commitment to Equity” adalah proyek bersama untuk Center for Inter-American Policy and
Research (CIPR), Tulane University, dan Inter-American Dialogue, dirancang untuk menganalisis
dampak perpajakan dan belanja sosial terhadap Ketimpangan dan kemiskinan di masing-masing
negara.
47 Reformasi pemerintahan baru pada tahun 2015 sangat menyusutkan belanja untuk subsidi BBM.
45
Juni 2016
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
40
Tangguh berkat reformasi
Perkembangan Triwulanan
Perekonomian Indonesia
tidak mengikutsertakan belanja perumahan dan perkotaan serta subsidi-subsidi lain
(umumnya untuk pupuk dan bibit) yang relatif kecil.
Penelitian tersebut menemukan bahwa pada tahun 2012 Indonesia mengalokasikan
belanja paling kecil justru untuk program-program yang paling efektif dari segi biaya
untuk menurunkan ketimpangan. Pemerintah justru mengalokasikan belanja paling
besar untuk program-program yang paling tidak efektif. Hal ini dapat terlihat pada
indeks efektivitas, yang dihitung melalui perubahan koefisien Gini dari pendapatan
pasar ke pendapatan akhir untuk suatu program dibagi proporsi belanja program
tersebut terhadap PDB. Subsidi energi, yang dari segi biaya paling tidak efektif dalam
menurunkan ketimpangan, menerima alokasi tertinggi pada tahun 2012 (3,7 persen
dari PDB) (Gambar 38). Sebaliknya, bantuan langsung, yang memiliki indeks
efektivitas tertinggi, menerima alokasi belanja terendah (0,3 persen dari PDB).
Efektivitas sektor pendidikan hanya setengah dibandingkan dengan bantuan
langsung, namun karena besarnya jumlah belanja yang dialokasikan (2,6 persen dari
PDB) maka sektor ini memiliki pengaruh keseluruhan yang paling besar. Efektivitas
kesehatan hanya sepertiga dibandingkan dengan bantuan langsung dalam
menurunkan ketimpangan, dan hanya memiliki pengaruh yang kecil karena
rendahnya alokasi belanja sektor tersebut (0,9 persen dari PDB).
…menemukan
bahwa Pemerintah
mengalokasikan
belanja paling
sedikit untuk
program-program
yang paling efektif
dan sebaliknya
Gambar 37: Tahun 2012, belanja terbesar dialokasikan
untuk subsidi energi dan belanja terkecil dialokasikan
untuk bantuan tunai
(Belanja publik menurut jenis, terhadap jumlah belanja sosial,
pensiun, dan subsidi dalam persen)
Gambar 38: Bantuan tunai langsung – yang paling
efektif dalam menurunkan ketimpangan – memiliki
alokasi anggaran paling rendah
(Indeks efektivitas, kiri; belanja per PDB dalam persen, kanan)
Budget (RHS)
4% 4%
5%
Cash Transfers
Non-contributory pensions
9%
Health
1.2
1.0
Housing/Urban
33%
8%
2%
Contributory Pensions
Energy Subsidies
4.0
3.5
3.0
0.8
Education
36%
Effectiveness Index (LHS)
0.6
0.4
2.5
2.0
1.5
1.0
0.2
Non-Energy Subsidies
0.5
0.0
Catatan: APBN 2012 setelah audit; perhitungan staf Bank Dunia
Program yang paling
efektif yaitu bantuan
tunai juga menerima
alokasi anggaran
yang paling rendah
Juni 2016
0.0
Direct
Education
Health
Subsidies
Transfers
Catatan: Efektivitas adalah perubahan koefisien Gini dari
pendapatan pasar ke pendapatan akhir untuk suatu program dibagi
belanja program dalam persen dari PDB.
Catatan: Susenas 2012, APBN 2012, perhitungan staf Bank Dunia
Dalam belanja bantuan tunai sendiri, anggaran paling kecil dialokasikan pada
Program Keluarga Harapan (PKH), yaitu program bantuan tunai bersyarat
Indonesia. Setiap Rupiah yang dibelanjakan untuk PKH dapat menurunkan
ketimpangan sebesar 2,5 kali lebih besar dibanding setiap Rupiah yang dibelanjakan
untuk Raskin, program distribusi beras Pemerintah bagi rakyat miskin, namun besar
anggaran untuk Raskin mencapai lebih dari 10 kali lebih besar dibanding PKH
(Gambar 39). Belanja sebesar empat kali lipat lebih besar dari PKH digunakan untuk
Bantuan Siswa Miskin (BSM), dan akibat penargetan yang buruk, efektivitas BSM
bahkan lebih buruk dibandingkan Raskin. Sebaliknya, sebagian besar belanja untuk
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
41
Tangguh berkat reformasi
Perkembangan Triwulanan
Perekonomian Indonesia
pendidikan dihabiskan untuk sekolah dasar dan menengah pertama, yang memiliki
dampak pengurang ketimpangan terbesar, karena rumah tangga yang lebih miskin
cenderung memiliki jumlah anak yang lebih banyak dibanding rumah tangga yang
lebih mampu (Gambar 40). Sebagai pembanding, belanja untuk pendidikan yang
lebih tinggi akan meningkatkan ketimpangan, karena sangat sedikit anak-anak dari
keluarga paling miskin yang melanjutkan pendidikan hingga ke perguruan tinggi.
Gambar 39: Dari semua program transfer, PKH,
program bantuan paling efektif, juga memiliki
anggaran terkecil
(Indeks efektivitas, kiri; belanja per PDB dalam persen, kanan)
Spending as % GDP
Gambar 40: Namun belanja pendidikan akan
mengurangi Ketimpangan
(Indeks efektivitas, kiri; belanja per PDB dalam persen, kanan)
Effectiveness Index
350
Spending as % GDP
0.3
Effectiveness Index
120
1.2
100
300
0.2
250
200
0.2
150
0.1
1.0
80
0.8
60
0.6
40
20
0.4
0
100
0.1
50
0.2
-20
0.0
-40
0
0.0
PKH
Raskin
BSM
Catatan: Lihat catatan untuk Gambar 4.
Catatan: Susenas 2012, APBN 2012, perhitungan staf Bank Dunia
Pengalaman
internasional
menunjukkan bahwa
perbaikan pungutan
pajak juga dapat
membantu dalam
mengatasi masalah
ketimpangan
Primary
Junior
Senior
Secondary Secondary
Tertiary
Catatan: Lihat catatan untuk Gambar 4.
Catatan: Susenas 2012, APBN 2012, perhitungan staf Bank Dunia
Walaupun dampak terbesar terhadap ketimpangan tampaknya bergantung kepada
pilihan jenis belanja, bagaimana cara pemerintah meningkatkan pendapatan juga
penting. Jika terlalu banyak dihabiskan pada redistribusi dan belanja sosial lain
terdahap pendapatan, kerangka fiskal menjadi tidak berkelanjutan. Sebagai contoh,
bantuan tunai di Brasil kini mencapai 4 persen dari PDB, sehingga penerimaan dari
pajak juga harus ditingkatkan. Di Indonesia, menurut penelitian Bank Dunia, pajakpajak tidak langsung, seperti PPN dan cukai tembakau, bersifat relatif netral dan
tidak memiliki banyak pengaruh terhadap ketimpangan. Pungutan pajak pendapatan
pribadi tidaklah tinggi, hanya 10 persen dari jumlah penerimaan pajak, atau sekitar
1,9 persen dari PDB. Peningkatan kepatuhan dan perluasan basis pajak akan
meningkatkan penerimaan dan menurunkan ketimpangan. Di negara-negara lain,
pajak pendapatan pribadi akan secara signifikan meningkatkan penerimaan dan lebih
banyak ditanggung oleh penduduk mampu, sehingga secara langsung membantu
menurunkan ketimpangan dan mendanai belanja yang berpihak pada kaum miskin.
b. Reformasi subsidi BBM ikut membantu menurunkan kemiskinan dan
ketimpangan
Beberapa kebijakan
kenaikan harga BBM
bersubsidi, ditambah
dengan bantuan bagi
kaum miskin,
berujung pada
Juni 2016
Pada bulan Juni 2013 dan November 2014, menanggapi tingginya harga minyak
internasional dan lemahnya kurs Rupiah, Indonesia meningkatkan harga BBM
bersubsidi sebesar 30 persen atau lebih. Seperti pada tahun-tahun yang lalu (tahun
2005 dan 2008), Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) juga
dilaksanakan pada tahun 2013 sebagai kompensasi bagi kaum miskin dan rentan
miskin. Bantuan itu diberikan kepada 25 persen rumah tangga paling miskin di
Indonesia sebesar Rp 150.000 (12 dolar AS) per bulan selama tujuh bulan. Pada
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
42
Tangguh berkat reformasi
Perkembangan Triwulanan
Perekonomian Indonesia
reformasi subsidi
BBM…
tahun 2014, Presiden Joko Widodo meningkatkan harga BBM segera setelah
menjabat. Langkah ini dibarengi pula oleh pembayaran BLSM sebagai kompensasi
bagi kaum miskin. Namun, pada bulan Desember 2014, penurunan yang tajam
dalam harga minyak mengakibatkan harga Pemerintah berada di atas harga pasar.
Pemerintah menanggapi dengan menghapus sebagian besar subsidi BBM dan
mengalokasikan kembali belanja ke bidang infrastruktur, kesehatan, dan bantuan
sosial.
… membawa
dampak positif bagi
penurunan
kemiskinan dan
Ketimpangan
Pembayaran BLSM memiliki dampak yang signifikan (walau bersifat sementara)
terhadap kemiskinan dan ketimpangan. Pada tahun 2013, Bank Dunia
memperkirakan bahwa tingkat kemiskinan akan lebih tinggi sebesar 2,5 poin
persentase akibat pengaruh langsung maupun tidak langsung dari peningkatan harga
BBM, bila tidak terdapat BLSM.48 Selain itu, karena pembayaran BLSM hanya untuk
rumah tangga miskin dan rentan miskin, bantuan itu juga berkontribusi terhadap
penurunan ketimpangan. Dengan gabungan BLSM dan alokasi ulang belanja ke
kebijakan-kebijakan yang lebih efektif, dampak keseluruhan dari kebijakan fiskal
dalam menurunkan ketimpangan untuk tahun 2013, 2014, dan 2015 tampaknya
lebih tinggi dibanding tahun 2012. Penelitian Bank Dunia yang masih berjalan
mencoba mengkuantisir pengaruh-pengaruh tersebut dan akan memperbaharui
hasil-hasil penelitian “Komitmen pada Kesetaraan” yang dijelaskan di atas.
48
Juni 2016
Lihat bagian B.2 Triwulanan edisi bulan Desember 2013 untuk pembahasan yang lebih rinci.
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
43
Tangguh berkat reformasi
Perkembangan Triwulanan
Perekonomian Indonesia
LAMPIRAN: INDIKATOR GAMBARAN EKONOMI INDONESIA
Lampiran Gambar 2: Kontribusi terhadap PDB
pengeluaran
(kontribusi terhadap pertumbuhan PDB riil yoy, persen)
Lampiran Gambar 1: Pertumbuhan PDB riil
(persen)
8
Tahun ke tahun, kanan
6
3
2
Private cons.
Investment
Stat.discrepancy*
8
4
Gov cons.
Net exports
GDP
6
4
kuartal ke kuartal,
penyesuaian musim (kkk sa)
4
2
Rata-rata kkk sa
2
1
0
-2
0
Mar-10
Mar-12
Mar-14
Sumber: BPS; Perhitungan staf Bank Dunia
0
Mar-16
Lampiran Gambar 3: Kontribusi terhadap PDB
produksi
(kontribusi terhadap pertumbuhan PDB riil yoy, persen)
Agriculture
Manufacturing
Trade, hotel & rest
GDP
8
-4
Mar-13
Mar-14
Mar-15
Catatan: * sudah termasuk perubahan inventori.
Sumber: BPS; Perhitungan staf Bank Dunia
Mar-16
Lampiran Gambar 4: Penjualan mobil dan sepeda
motor
(pertumbuhan penjualan penyesuaian musim, persen)
Mining and constr.
Comm & transport
Other services
40
20
Cement sales
Penjualan mobil
6
0
4
-20
2
Penjualan sepeda motor
0
Mar-13
Mar-14
Mar-15
Sumber: BPS; Perhitungan staf Bank Dunia
Mar-16
Lampiran Gambar 5: Indikator konsumen
(tahun dasar pernjualan eceran 2010=100)
200
180
-40
Apr-13
Apr-14
Apr-15
Sumber: CEIC; Perhitungan staf Bank Dunia
Apr-16
Lampiran Gambar 6: Indikator produksi industri
(indeks difusi PMI dan pertumbuhan sektor industry, yoy, persen)
20
60
Index penjualan ritel BI
Indeks konsumen
survey, BI
160
55
Produksi sektor industri, kanan
10
140
Manufaktur PMI
100
80
May-13
May-14
May-15
Sumber: BI; Perhitungan staf Bank Dunia
Juni 2016
0
50
120
May-16
-10
45
May-13
May-14
May-15
May-16
Sumber: BPS; Nikkei/Markit: ; Perhitungan staf Bank Dunia
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
44
Tangguh berkat reformasi
Perkembangan Triwulanan
Perekonomian Indonesia
Lampiran Gambar 7: Neraca pembayaran
(miliar dolar AS)
16
Lampiran Gambar 8: Komponen neraca berjalan
(miliar dolar AS)
Current account
Capital and financial
Errors and omissions
Overall BoP inflows
8
Perdagangan
barang
Pendapatan sekunder
4
8
0
0
-4
-8
Neraca
perdagangan
-8
-16
Perdagangan jasa
Pendapatan primer
Mar-13
Mar-14
Mar-15
Mar-16
Sumber: BI; Perhitungan staff Bank Dunia
-12
Mar-13
Mar-14
Mar-15
Sumber: BI; Perhitungan staff Bank Dunia
Mar-16
Lampiran Gambar 9: Ekspor barang
(miliar dollar AS)
Lampiran Gambar 10: Impor barang
(miliar dollar AS)
18
18
15
15
Total ekspor (fob)
12
Total impor (cif)
12
Manufaktur
9
9
6
Barang mentah
6
Minyak dan gas
3
Minyak dan gas
Pertanian
0
May-14
Nov-14
May-15
Nov-15
Sumber: BPS; Perhitungan staff Bank Dunia
Barang modal
3
Pertambangan
Barang konsumsi
May-16
0
May-14
Nov-14
May-15
Nov-15
Sumber: BPS; Perhitungan staff Bank Dunia
May-16
Lampiran Gambar 11: Cadangan devisa dan arus modal Lampiran Gambar 12: Inflasi dan kebijakan moneter
(miliar dolar AS)
(persen)
8
150
12.0
3.8
Inflasi headline, tahun ke tahun
Cadangan devisa,
kiri
125
6
8.0
100
4
75
2
50
0
4.0
Tingkat bunga BI
2.6
Inflasi inti,
tahun ke
tahun
0.0
1.4
0.2
-2
25
Aliran masuk portfolio:
Equities
SUN
Inflasi utama, bulan ke bulan, kanan
SBI
Global bonds
-4
0
Apr-14
Oct-14
Apr-15
Oct-15
Apr-16
Sumber: BI; Kementerian Keuangan; Perhitungan staff Bank Dunia
Juni 2016
-4.0
May-13
May-14
May-15
Sumber: BPS; BI; Perhitungan staff Bank Dunia
-1.0
May-16
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
45
Tangguh berkat reformasi
Perkembangan Triwulanan
Perekonomian Indonesia
Lampiran Gambar 13: Rincian IHK bulanan
(persen kontribusi terhadap pertumbuhan bulanan)
Core
Volatile
4
Lampiran Gambar 14: Perbandingan inflasi beberapa
negara
(perubahan, yoy)
Administered
Headline
India
Indonesia *
3
China
Malaysia
2
Philippines
USA
1
Korea
Thailand *
0
Japan
-1
May-13
May-14
May-15
Sumber: BPS; Perhitungan staf Bank Dunia
Singapore
May-16
Lampiran Gambar 15: Harga beras domestik dan
internasional
(perbedaan harga persen kiri, harga kulakan Rp per kg, kanan)
-2
-1
0
1
2
3
4
*Catatan: May 2016; lainnya data bulan April.
Sumber: BPS; CEIC; Perhitungan staf Bank Dunia
24
10,000
20
80
8,000
16
60
6,000
12
40
4,000
8
100
Harga beras lokal IR64-II
Beras Vietnam 5% pecah
6
7
Lampiran Gambar 16: Tingkat kemiskinan dan
pengangguran
(persen)
12,000
120
5
Tingkat kemiskinan
Tingkat pengangguran
20
Persentasi perbedaan harga, kiri
2,000
4
0
0
May-13
May-14
May-15
May-16
Sumber: Pasar Induk Beras Cipinang; FAO; Perhitungan staf Bank
Dunia
0
2003
2005
2007
2009
2011
Sumber: BPS; Perhitungan staf Bank Dunia
Lampiran Gambar 17: Indeks saham regional
(indeks harian, mata uang lokal, 14 Juni 2013=100)
Lampiran Gambar 18: Nilai tukar dollar AS
(indeks bulanan, May 2013=100)
250
100
2015
South Africa
India
Shanghai-China
200
2013
80
Indonesia
150
BSE-India
JSI-Indonesia
60
Turkey
100
SET-Thailand
Brazil
SGX-Singapore
40
50
May-13
May-14
May-15
Jun-13
Jun-14
Jun-15
Jun-16
Sumber: CEIC; Perhitungan staf Bank Dunia
Sumber: CEIC; Perhitungan staf Bank Dunia
Juni 2016
May-16
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
46
Tangguh berkat reformasi
Perkembangan Triwulanan
Perekonomian Indonesia
Lampiran Gambar 19: Imbal hasil obligasi pemerintah Lampiran Gambar 20: Spread obligasi dolar AS
5-tahunan dalam mata uang lokal
kelompok negara-negara EMBI Global
(persen)
(basis poin)
420
10
Indonesia
60
Perbedaan Indonesia spreads dan EMBIG
bonds stripped spreads, kanan
8
360
0
6
300
-60
240
-120
Malaysia
4
Thailand
United States
2
180
Singapore
0
Jun-12
Jun-13
Jun-14
Jun-15
Sumber: CEIC; Perhitungan staf Bank Dunia
-180
Indonesia obligasi dolar AS stripped
spreads
Jun-16
120
Jun-13
Jun-14
Jun-15
Sumber: JP Morgan; Perhitungan staf Bank Dunia
-240
Jun-16
Lampiran Gambar 21: Pertumbuhan kredit komersial, Lampiran Gambar 22: Indikator sektor perbankan
pedesaan dan deposito
(bulanan, persen)
(pertumbuhan tahun ke tahun, persen)
30
100
Kredit bank komersial dan
kredit pedesaan
25
5
Rasio pinjaman terhadap deposito,
80
4
Rasio pengembalian aset-ROA, kanan
20
60
3
Rasio kredit bermasalah, kanan
15
40
10
20
2
Rasio kecukupan modal
1
Deposito swasta
5
Apr-12
Apr-13
Apr-14
Sumber: BI; Perhitungan staf Bank Dunia
Apr-15
Apr-16
Lampiran Gambar 23: Utang pemerintah
(persen terhadap PDB; miliar dolar AS)
Rasio likuiditas terhadap aset
0
Mar-12
Mar-13
Mar-14
Mar-15
Sumber: BI; Perhitungan staf Bank Dunia
0
Mar-16
Lampiran Gambar 24: Utang luar negeri
(persen terhadap PDB; miliar dolar AS)
Private external debt, RHS
Public external debt, RHS
Total external debt to GDP, LHS
300
60
225
45
240
30
150
30
160
15
75
15
80
0
0
60
Utang dalam negeri, kanan
Utang luar negeri, kanan
Total utang terhadap PDB
45
2008
2010
2012
2014
Sumber: BI; MoF; Perhitungan staf Bank Dunia
Juni 2016
2016
Maret
320
0
0
2008
2010
2012
2014
2016
Maret
Sumber: BI; Perhitungan staf Bank Dunia
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
47
Tangguh berkat reformasi
Perkembangan Triwulanan
Perekonomian Indonesia
Lampiran Tabel 1: Realisasi dan anggaran belanja Pemeritah
(triliun rupiah)
2011
2012
2013
2014
2015
2016
Realisasi
Realisasi
Realisasi
Realisasi
Realisasi
APBN
A. Penerimaan dan hibah
1,211
1,338
1,439
1,550
1,508
1,822
1. Penerimaan pajak
874
981
1,077
1,147
1,240
1,547
2. Penerimaan non-pajak
331
352
355
399
256
274
1,295
1,491
1,651
1,777
1,807
2,096
1. Pemerintah pusat
884
1,011
1,137
1,204
1,183
1,326
2. Transfer ke pemerintah daerah
411
481
513
574
623
770
9
-53
-99
-93
-142
-89
-84
-153
-212
-227
-298
-273
B. Pengeluraran
C. Neraca utama
D. Surplus/defisit
(persen dari PDB)
-1.1
-1.8
-2.2
-2.1
-2.6
-2.2
Catatan: Budget balance sebagai persentase dari PDB menggunakan PDB yang direvisi dengan tahun dasar yang disesuaikan.
Sumber: Kementerian Keuangan; Perhitungan staf Bank Dunia
Lampiran Tabel 2: Neraca pembayaran
(miliar dolar AS)
2014
2015
2014
2015
2016
Neraca Pembayaran
Persen dari PDB
Neraca berjalan
Persen dari PDB
Neraca perdagangan
15.2
1.7
-27.5
-3.1
-3.0
-1.1
-0.1
-17.7
-2.0
5.0
Q4
2.4
1.1
-6.0
-2.7
-0.1
Pendapatan bersih & transfer berjalan
-24.5
-22.6
-5.8
-5.4
-5.8
-6.2
-5.3
-6.3
Neraca modal & keuangan
45.4
16.9
9.6
5.0
1.8
0.2
9.8
4.2
Persen dari PDB
5.1
2.0
4.4
2.2
0.8
0.1
4.3
1.8
Investasi langsung
14.7
9.9
5.0
1.7
3.7
1.8
2.8
2.2
Investasi porfolio
26.1
16.7
1.9
8.5
5.6
-2.2
4.9
4.4
4.1
-9.8
5.0
-5.2
-7.4
0.6
2.2
-2.4
Investasi lain
Q1
1.3
0.6
-4.1
-1.8
1.2
Q2
-2.9
-1.3
-4.3
-1.9
1.5
Q3
-4.6
-1.9
-4.2
-1.7
2.0
Q4
5.1
2.2
-5.1
-2.2
0.2
Q1
-0.3
-0.1
-4.7
-2.0
1.6
-2.6
0.0
-1.3
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
111.6
Cadangan devisa*
Catatan: * Cadangan devisa pada akhir periode.
Sumber: BI; BPS; Perhitungan staf Bank Dunia
101.7
111.9
111.6
108.0
101.7
105.9
107.5
Kesalahan & pembulatan
Juni 2016
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
48
Tangguh berkat reformasi
Perkembangan Triwulanan
Perekonomian Indonesia
Lampiran Tabel 3: Perkembangan indikator ekonomi makro Indonesia
2000
2005
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Neraca Nasional (% perubahan)1
PDB riil
4.9
5.7
6.2
6.2
6.0
5.6
5.0
4.8
11.4
10.9
8.5
8.9
9.1
5.0
4.6
5.1
4.6
64.0
4.1
5.1
5.4
5.7
4.7
4.9
3.7
0.9
4.8
5.1
5.5
5.5
5.3
4.8
14.2
6.6
0.3
5.5
4.5
6.7
1.2
5.4
30.6
16.6
15.3
14.8
1.6
4.2
1.0
-2.0
26.6
17.8
17.3
15.0
8.0
1.9
2.2
-5.8
Investasi riil
Konsumsi riil
Swasta
Pemerintah
Ekspor rill, barang dan jasa
Impor riil, barang dan jasa
Investasi (% PDB)
Nominal PDB (milyar dolar AS)
PDB per kapita (dolar AS)
Anggaran Pemerintah Pusat (% GDP)
20
24
31
31
33
32
33
33
165
286
755
893
918
913
890
862
857
1,396
3,167
3,688
3,741
3,668
3,530
3,374
20.8
16.8
14.5
15.5
15.5
15.1
14.7
13.1
9.0
5.0
3.9
4.2
4.1
3.7
3.8
2.2
11.7
11.7
10.5
11.2
11.4
11.3
10.9
10.7
22.4
17.3
15.2
16.5
17.3
17.3
16.8
15.7
4.0
2.8
3.6
3.8
3.9
4.1
4.0
4.5
2.6
1.1
1.2
1.5
1.7
1.9
1.4
1.9
5.1
2.2
1.3
1.2
1.2
1.2
1.3
1.4
6.3
4.1
2.8
3.8
4.0
3.7
3.7
1.6
2
Penerimaan dan hibah
Penerimaan bukan pajak
Penerimaan pajak
Pengeluaran
Konsumsi
Modal
Bunga pinjaman
Subsidi
Surplus/defisit
Utang Pemerintah
Utang luar negeri pemerintah
Total utang luar negeri (juga utang swasta)
-1.6
-0.6
-0.7
-1.1
-1.8
-2.2
-2.1
-2.6
97.9
44.3
24.3
22.8
22.6
24.1
23.8
25.6
51.4
23.4
11.1
10.2
9.9
11.2
10.2
10.8
87.1
47.1
26.8
25.2
27.5
29.2
32.9
36.0
..
0.2
4.0
1.3
0.0
-0.8
1.7
-0.1
4.8
0.1
0.7
0.2
-2.7
-3.2
-3.1
-2.0
42.8
35.0
22.0
23.8
23.0
22.5
22.3
19.8
33.9
32.0
19.2
21.2
23.2
23.2
22.7
19.2
8.9
2.9
2.8
2.7
-0.2
-0.7
-0.3
0.6
..
0.0
3.5
1.5
2.7
2.4
5.1
2.0
Neraca Pembayaran (% PDB)3
Neraca pembayaran keseluruhan
Neraca transaksi berjalan
Ekspor, barang dan jasa
Impor, barang dan jasa
Transaksi berjalan
Neraca transaksi keuangan
Penanaman modal langsung, neto
Cadangan devisa bruto (USD billion)
-2.8
1.8
1.5
1.3
1.5
1.3
1.7
1.2
29.4
34.7
96.2
110.1
112.8
99.4
111.6
101.7
20.4
14.3
8.3
7.5
3.8
5.0
5.4
4.2
Moneter (% change)3
Deflator PDB1
Suku bunga Bank Indonesia (%)
Kredit domestik
Nilai tukar Rupiah/Dolar AS (rata-rata)4
..
9.1
6.5
6.0
5.8
7.5
7.8
7.5
..
24.3
22.8
24.6
23.1
21.6
11.6
10.4
8,392
9,705
9,087
8,776
9,384
10,460
11,869
13,389
9.4
17.1
7.0
3.8
3.7
8.1
8.4
3.4
3.7
10.5
5.1
5.3
4.0
6.4
6.4
6.4
Harga-harga (% perubahan)1
Indeks harga konsumen (akhir periode)
Indeks harga konsumen (rata-rata)
5
Harga minyak mentah Indonesia (US$ per barel)
28
53
79
112
113
107
60
36
Sumber: 1 BPS dan kalkulasi staf Bank Dunia, angka PDB sudah menyesuaikan dengan SNA 2008. 2 Kementerian Keuangan, dan perhitungan
staf bank dunia (untuk tahun 2000 meliputi 9 bulan), 3 BI, 4 IMF, 5 CEIC
Juni 2016
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
49
Tangguh berkat reformasi
Perkembangan Triwulanan
Perekonomian Indonesia
Lampiran Tabel 4: Sekilas indikator perkembangan Indonesia
2000
2005
2010
2011
2012
2013
2014
1
2015
Kependudukan
Penduduk (juta)
213
227
242
245
248
251
254
258
Tingkat pertumbuhan penduduk (%)
1.3
1.2
1.3
1.3
1.3
1.3
1.3
1.3
Penduduk perkotaan (% terhadap total)
42
46
50
51
51
52
53
..
Rasio ketergantungan (% penduduk usia kerja)
55
54
51
51
50
50
49
..
Angkatan Kerja2
Angkatan kerja, total (juta)
98
106
117
117
120
120
122
122
Laki-laki
60
68
72
73
75
75
76
77
Perempuan
38
38
45
44
46
45
46
46
Kontribusi tenaga kerja sektor pertanian (%)
45
44
38
36
35
35
34
33
Kontribusi tenaga kerja sektor industri (%)
17
19
19
21
22
20
21
22
Kontribusi tenaga kerja sektor jasa (%)
37
37
42
43
43
45
45
45
Tingkat pengangguran, total (% angkatan kerja)
8.1
11.2
7.1
7.4
6.1
6.2
5.9
6.2
Kemiskinan dan Distribusi Pendapatan3
Konsumsi rumah tangga, median (Rp 000 per bulan)
104
211
374
421
446
487
548
623
Garis kemiskinan nasional (Rp 000 per bulan)
73
129
212
234
249
272
303
331
Jumlah penduduk miskin (juta)
38
35
31
30
29
28
28
29
Penduduk miskin (% penduduk dibawah garis kemiskinan)
19.1
16.0
13.3
12.5
12.0
11.4
11.3
11.2
Di perkotaan
14.6
11.7
9.9
9.2
8.8
8.4
8.3
8.3
Di perdesaan
22.4
20.0
16.6
15.7
15.1
14.3
14.2
14.2
Laki-laki sebagai kepala rumah tangga
15.5
13.3
11.0
10.2
9.5
9.2
9.0
9.3
Perempuan sebagai kepala rumah tangga
12.6
12.8
9.5
9.7
8.8
8.6
8.6
11.1
GINI indeks
0.30
0.35
0.38
0.41
0.41
0.41
0.41
0.41
Kontribusi konsumsi pada 20% kelompok termiskin (%)
9.6
8.7
7.9
7.4
7.5
7.4
7.5
7.2
Kontribusi konsumsi pada 20% kelompok terkaya (%)
38.6
41.4
40.6
46.5
46.7
47.3
46.8
47.3
..
0.4
0.4
0.4
0.4
0.6
0.5
0.6
Pengeluaran pemerintah untuk kesejahteraan masyarakat (% PDB)4
Kesehatan dan Gizi1
Tenaga kesehatan (per 1,000 people)
0.16
0.13
0.29
..
0.20
..
..
Tingkat kematian balita (per 1000 anak usia dibawah 5 tahun)
52
42
33
32
30
29
28
27
Tingkat kematian bayi lahir (per 1000 kelahiran hidup)
22
19
16
16
15
15
14
14
Tingkat kematian bayi (per 1000 kelahiran hidup)
41
34
27
26
25
24
24
23
Rasio kematian persalinan (perkiraan, per 100,000 kelahiran hidup)
265
212
165
156
148
140
133
126
Imunisasi campak (% anak usia dibawah 2 tahun)
74
77
78
80
85
84
77
..
Total pengeluaran untuk kesehatan (% GDP)
2.0
2.8
2.9
2.7
2.9
2.9
2.8
..
Pengeluaran pemerintah untuk kesehatan (% GDP)
0.7
0.8
1.1
1.1
1.2
1.2
1.1
..
Pendidikan3
Angka partisipasi murni (APM) SD, (%)
..
92
92
92
93
92
93
97
APM perempuan (% dari total partisipasi)
..
48
48
49
49
50
48
49
Angka partisipasi murni pendidikan tingkat menengah, (%)
..
52
61
60
60
61
65
66
APM perempuan (% dari total partisipasi)
..
50
50
50
49
50
50
51
Angka partisipasi murni universitas/pendidikan tinggi, (%)
..
9
16
14
15
16
18
20
APM perempuan (% dari total partisipasi)
..
55
53
50
54
54
55
56
Angka melek huruf Dewasa (%)
..
91
91
91
92
93
93
95
..
2.7
3.5
3.6
3.8
3.8
3.6
..
Pengeluaran pemerintah untuk pendidikan (% terhadap PDB)5
..
14.5
20.0
20.2
20.1
20.0
19.9
20.6
Pengeluaran pemerintah untuk pendidikan (% terhadap APBN)5
Air Bersih dan Kesehatan lingkungan1
Penduduk dengan akses air bersih disempurnakan (% tot penduduk)
78
81
85
85
86
86
87
87
Di perkotaan (% penduduk perkotaan)
91
92
93
93
94
94
94
94
Di perdesaan (% penduduk perdesaan)
68
71
76
77
77
78
79
80
Penduduk dengani akses kesehatan lingkungan (% tot penduduk)
44
53
57
58
59
60
61
61
Di perkotaan (% penduduk perkotaan)
64
70
70
71
71
72
72
72
Di perdesaan (% penduduk perdesaan)
30
38
44
45
46
47
48
48
Lainnya1
Pengurangan resiko bencana (skala 1-5; 5=terbaik)
..
..
..
3.3
..
..
..
..
8
11
18
18
19
19
17
17
Proporsi perempuan yang duduk di parlemen (%)6
Sumber: 1 World Development Indicators; 2 BPS (Sakernas); 3 BPS (Susenas) dan Bank Dunia; 4 Kementerian Keuangan dan perhitungan staf
Bank Dunia dan hanya termasuk pengeluaran aktual untuk Raskin, Jamkesmas, BLT, BSM, PKH (kecuali tahun 2012 dari APBN-perubahan; 5
Kementerian keuangan; 6 Inter-Parliamentary Union
Juni 2016
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
50
June 2016
Resilience through reforms
Supported by funding from the Australian Government
(Department of Foreign Affairs and Trade, DFAT), under the
Support for Enhanced Macroeconomic and Fiscal Policy Analysis
(SEMEFPA) program.
Download