BAHAN AJAR PATOFISIOANATOMI Bagian-2 Untuk Mahasiswa Kesehatan Lingkungan Oleh : Sunarto, S.Kep.,Ners.,M.MKes POLITEKNIK KESEHATAN DEPKES SURABAYA JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN PRODI KESEHATAN LINGKUNGAN MADIUN 2009 1 Daftar Isi 1. Respon Tubuh terhadap Cedera-Peradangan dan Perbaikan 2. Patofisiologi Kardiovaskuler 3. Gangguan Saluran Percernaan 4. Patofisiologi Ginjal 5. Gangguan system Persyarafan 6. Trauma 2 Respon Tubuh terhadap Cedera-Peradangan dan Perbaikan Sunarto, S.Kep.,Ners.,M.MKes 1.1 Latar Belakang Pendidikan di Politeknik Kesehatan Depkes Surabaya merupakan pendidikan yang menghasilkan Ahli Madya Kesehatan (AMd.Kes). Keahlian ini membutuhkan pemahaman terhadap perubahan fungsi tubuh yang tidak normal. Perubahan demikian akan dipelajari di Patofisiologi. Tujuan pengajaran ini diharapkan mahasiswa dapat memahami bagaimana dan mengapa sign and symptom terjadi pada penderita di klinik (Putra, ST,1999). Mata kuliah Patofisiologianatomi merupakan penjabaran dari mata kuliah patologi anatomi dan patofisiologi. Patologi anatomi lebih menekankan pada penyebab penyakit, pathogenesis dan penyimpangan struktur (morphologic changes) dari suatu penyakit. Sedangkan Patofisiologi lebih menekankan pada bagaimana dan mengapa terjadi penyimpangan fungsi sehingga terjadi sign and symptom pada penyakit. Mahasiswa yang telah mempelajari; etiologi, pathogenesis, perubahan morfologik dan kejadian sign and symptom dari penyakit, akan lebih mudah memahami berbagai fenomena penyakit di klinik. 1.2 Iktisar Reaksi Peradangan Unit fungsional terkecil dari kehidupan adalah sel. Bila sel-sel tubuh mengalami cedera atau mati, selama hospes masih hidup, ada suatu respon yang dinamakan peradangan. Maka respon tubuh terhadap cedera ini dinamakan peradangan. Secara terminology fisiologis, peradangan adalah suatu reaksi vaskuler yang berupa pengiriman cairan, sel darah yang bersirkulasi ke dalam jaringan interstisial pada derah cedera atau nekrosis. Istilah peradangan tidak sama dengan infeksi. Peradangan merupakan respon tubuh akibat cedera. Sedangkan infeksi adalah istilah yang digunakan untuk menandakan adanya mikroorganisme hidup dalam jaringan. Karena 3 banyaknya keadaan yang mengakibatkan peradangan, maka pemahaman proses ini merupakan dasar bagi ilmu patofisioanatomi. Pemahaman bagaimana proses peradangan ini, orang dapat memahami prinsip penyakit menular, prinsip pembedahan, penyembuhan luka, respon trauma/luka, prinsip bagaimana tubuh mempertahankan fungsi jantung, dan fungsi organ yang lainnya dari bahaya kematian. Gambar 1.1 : Hubungan jaringan dan pembuluh darah 1.3 Gambaran Kasar Peradangan Akut Peradangan akut adalah respon segera dari tubuh terhadap cedera atau kematian sel. Tanda pokok peradangan mencakup; rasa sakit (dolor), kemerahan (rubor), panas (kalor), pembengkakan (tumor), dan perubahan fungsi (function laesa). Rasa Sakit Rasa sakit atau dolor ditimbulkan oleh perubahan pH local atau konsentrasi ion tertentu yang merangsang ujung-ujung syaraf. Mediator kimia berupa histamine juga berperanan dalam rangsangan aktif ujung syaraf ini. Pembengkakan jaringan yang meradang juga menimbulkan rasa sakit. 4 Kemerahan Kemerahan atau rubor biasanya tanda awal terjadinya peradangan. Reaksi awal proses peradangan dimulai dari pelebaran arteriol yang mensuplai darah sehingga banyak darah mengalir ke dalam mikrosirkulasi local. Akibat dari pelebaran arteriol ini kapiler yang kosong akan terisi darah, keadaan ini dinamakan hyperemia atau kongesti. Perubahan ini yang bertanggung jawab atas warna merah local karena peradangan akut. Mediator kimia berupa histamine yang berperanan dalam timbulnya hyperemia. Panas Panas atau kalor, berjalan sejajar dengan kemerahan reaksi peradangan akut. Panas merupakan respon subyektif akibat hipotalamus yang berperan sebagai thermostat tidak mampu meregulasi akibat adanya infeksi. Peradangan pada kulit lebih menimbulkan respon panas, karena di kulit banyak pembuluh darah. Hiperemia merupakan penyebab rangsangan hipotalamus sehingga timbul panas badan. Pembengkakan Pembengkakan atau tumor ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan selsel dari sirkulasi darah ke jaringan interstisiil. Campuran cairan dan sel yang tertimbun di daerah peradangan dinamakan eksudat. Perubahan Fungsi Perubahan fungsi atau function laesa terjadi karena adanya pembengkakan disertai rasa sakit local sehingga fungsi secara normal terganggu. 1.4 Histologi Leukosit Leukosit adalah sel darah yang mengandung inti, disebut juga sel darah putih. Di dalam darah manusia, normal didapati jumlah leukosit rata-rata 50009000 sel/mm3. Bila jumlahnya kurang dari 5000 sel/mm3 dinamakan leucopenia. Bila jumlahnya lebih dari 12.000 sel/mm3 dinamakan leukositosis. 5 Terdapat dua bentuk leukosit yaitu; leukosit bergranula dan leukosit tidak bergranula. Bentuk granula dalam keadaan hidup berupa tetesan setengah cair, dalam sitoplasmanya dan mempunyai bentuk inti yang bervariasi. Bentuk agranula, sitoplasmanya homogeny dengan inti bentuk bulat. Terdapat 3 bentuk leukosit granula yaitu; neutrofil, eosinofil dan basofil. Sedangkan leukosit agranula ada 2 bentuk yaitu; monosit dan lymfosit. Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral terhadap antigen dan imunogen. Leukosit dapat bergerak secara amuboid dan melalui proses diapedesis leukosit dapat meninggalkan kapiler dengan menerobos antara sel-sel endotel dan menembus kedalam jaringan penyambung. Jumlah leukosit per mikroliter darah pada orang dewasa normal 4.00011.000 sel, pada waktu lahir 15.000-25.000 sel, dan menjelang hari ke-empat turun sampai 12.000 sel, dan normal pada usia 4 tahun. 1.5 Aspek Seluler Peradangan Pada awal peradangan akut waktu arteriol dilatasi, aliran darah ke daerah radang bertambah. Namun sifat aliran darah berubah, berupa adanya kebocoran karena permiabilitas pembuluh darah meningkat, sehingga viskositas darah naik. Akibat dari naiknya viskositas darah, maka sel darah (leukosit) mulai mengalami marginasi, yaitu gerakan sel darah putih ke bagian arus perifer sepanjang pembuluh darah. Proses marginasi ini leukosit menempel pada endotel, maka pembuluh darah seperti jalan berbatu (pavementing). Marginasi dan pavementing merupakan proses permulaan emigrasi leukosit dari pembuluh darah ke jaringan sekitarnya. Emigrasi sel leukosit ini ternyata memiliki tujuan yang dinamakan (kemotaksis). Leukosit yang melakukan emigrasi dan kemotaksis ini berasal dari sumsum tulang, dimana tidak hanya leukosit saja sebetulnya juga diikuti oleh sel darah merah (eritrosit), dan trombosit. Di dalam sumsum tulang diantara ketiga 6 jenis sel darah itu produksi sel darah putih lebih dominan dan lebih di atur. Bila ada sinyal radang maka produksi leukosit di sumsum tulang ini ditingkatkan untuk melawan agent yang menyebabkan radang. Golongan leukosit ini dibagi menjadi bergranula dan tidak bergranula. Leuksoit bergranula terdiri dari; neutrofil, eosinofil dan basofil. Ketiga jenis ini sering disebut sel polimorfonuklear (PMN). Sedangkan monosit dan limfosit merupakan golongan leukosit tidak bergranula dan sering disebut morfonuklear (MN). Sel leukosit pertama yang muncul dalam jumlah banyak di eksudat adalah neutrofil. Sel neutrofil ini dewasa di sumsum tulang dalam waktu dua minggu. Bila meraka di lepas ke dalam pembuluh darah, maka setengah umur sirkulasinya kira-kira 6 jam. Per millimeter kubik terdapat 5.000 neutrofil. Cadangan di sumsum tulang lebih besar 100 kalinya, sehingga sewaktu ada radang maka cadangan neutrofil ini siap di lepas ke sirkulasi darah sebagai respon awal. Fungsi neutrofil sebagai fagositosis (pemakan mikroba). Di dalam neutrofil terdapat enzim lisosom, yang bermanfaat untuk fagositosis. Proses fagositosis dimulai dari adanya opsonisasi oleh zat kimia tertentu (system komplemen). Eosinofil adalah jenis granulosit lain yang dapat ditemukan dalam eksudat peradangan, tetapi dalam jumlah lebih kecil disbanding neutrofil. Fungsi khas eosinofil adalah membantu kemotaksis. Dengan pewarnaan neutrofil berwarna lembayung, sedangkan eosinofil berwarna cerah. Basofil merupakan jenis leukosit bergranula yang ketiga. Dengan pewarnaan basofil berwarna biru. Sel ini juga berasal dari sumsum tulang, basofil sering disebut mast cell atau basofil jaringan. Granula dari kedua jenis ini banyak mengandung, histamine, heparin dan berbagai enzim. Basofil berperan dalam kemotaksis dalam reaksi imunologis. Mast cell hanya berada di dalam jairngan, mast cell inilah yang banyak mengandung histamine. 7 Monosit adalah bentuk leukosit agranulosit. Umur sirkulasi dari monosit 3-4x lebih panjang di banding granulosit. Pada peradangan akut monosit juga mengalami emigrasi tetapi jumlahnya lebih sedikit dan jalannya lebih lambat disbanding neutrofil. Pada jam-jam pertama peradangan jumlah monosit relative lebih sedikit dalam eksudat. Monosit adalah bentuk leukosit agranulosit yang berada di dalam sirkulasi darah. Bila monosit berada di dalam jaringan dinamakan makrofag. Fungsi dari makrofag sebagai; antigen precenting cell, kemotaksis, fagositosis aktif dan mencerna berbagai mikroorganisme. Makrofag di dalam jaringan bisa bertahan sampai berbulan-bulan, sedangkan neutrofil tidak. Satu jenis lagi dari leukosit adalah limfosit. Sel darah putih ini bermanfaat sebagai reaksi imunologis. Rangsangan pada limfosit-T (celluler) dapat membantu proses peradangan. Rangsangan pada limfosit-B (humoral) dapat membantu pembentukan immunoglobulin. 1.6 Bentuk Peradangan Reaksi peradangan timbul dengan mekanisme sesuai yang diuraikan di atas. Beberapa bentuk peradangan dapat timbul didasarkan pada; jenis eksudatnya, organ atau jaringan yang terlibat, lama proses peradangan. Contoh bentuk-bentuk peradangan sebagaimana tabel berikut : 1.7 Faktor yang Mempengaruhi Peradangan dan Penyembuhan Beberapa factor yang mempengaruhi proses peradangan adalah; vaskularisasi, keadaan gizi, jenis trauma, imobilisasi. Efek vaskularisasi sangat tergantung pada kemampuan suplay darah menuju tempat peradangan, dikatakan vaskularisasi baik bila; tekanan dan volume darah disuplay cukup oksigen dan nutrient. Gizi yang jelek akan berpengaruh pada proses perbaikan dan pertumbuhan cell yang baru. Berat ringannya trauma akan mempengaruhi kerusahan organ tubuh. Proses mobilisasi yang baik juga akan berpengaruh pada percepatan lama penyembuhan proses peradangan. 8 Patofisiologi Kardiovaskuler Sunarto, S.Kep.,Ners.,M.MKes 1. Anatomi Sistem Kardiovaskuler Perhatikan dan amati gambar sistem sirkulasi kardiovaskuler berikut ini. Buatlah analisa bagaimana darah di suplay ke seluruh organ tubuh sesuai dengan pemahaman anda masing-masing. Anda juga bisa merujuk bahan bacaan lainnya. Gambar di samping terlihat ada organ jantung, paru-paru, hati, usus, ginjal, otak, ekstremitas atas dan ekstremitas bawah. Guna memudahkan anda memahami; sirkulasi darah secara sistemik di mulai dari organ jantung berupa kemampuan berkontraksi/memompa darah, selanjutnya ikuti anak panah. Gambar di bawah ini menunjukkan organ jantung, tugas anda adalah mengamati dan menghafalkan bagian-bagian jantung. Kemampuan anda menghafal bagian jantung memudahkan anda memahami fisiologi dan patofisiologi system kardiovaskuler. Dari pemahaman demikian anda bisa memahami dengan mudah gangguan penyakit jantung di klinik. Meskipun pekerjaan anda tidak langsung menangani penyakit di klinik, namun anda diharapkan mampu menganalisa factor resiko dan factor kemungkinan penyabab penyakit berdasarkan paradigm keilmuan yang anda miliki. 9 Sistem sirkulasi dibagi dua bagian utama yaitu : 1. Sistem sirkulasi darah, terdiri dari; jantung sebagai pompa, pembuluh darah dan darah yang beredar di sepanjang pembuluh darah. 2. Saluran limfe, terdiri dari kelenjar limfe dan pembuluh limfe. Sistem kardiovaskuler terdiri dari tiga komponen utama yaitu ; 1) jantung sebagai pompa, 2) pembuluh darah dan 3) sel darah. Fungsi system kardiovaskuler secara garis besar yaitu ; 1) sebagai aalat transportasi oksigen, karbondioksida, hormone, nutrient hasil metabolism, dan zat sisa metabolism lain ke dan dari jaringan tubuh, 2) berfungsi sebagai pengatur keseimbangan cairan ekstrasel. Bagaimana darah beredar ke seluruh tubuh ? Pada bab-bab di atas anda telah membaca bahwa sirkulasi dari dibagi menjadi 2 bagian yaitu ; 1) sirkulasi pulmonal dan 2) sirkulasi sistemik. Sirkulasi pulmonal dimulai dari aliran darah dari ventrikel kanan menuju ke arteri pulmonalis untuk dimasukkan ke paru-paru, setelah mengalami pertukaran gas, darah yang kaya oksigen dialirkan ke vena pulmonalis menuju ventrikel kiri. 10 Sirkulasi sistemik dimulai dari keluarnya darah dari ventrikel kiri menuju aorta kemudian disuplay ke seluruh tubuh untuk dipergunakan sel. Di sel inilah oksigen bermanfaat untuk pembentukan energy (ATP) guna aktivitas tubuh. Setelah proses pembentukan energy dari jalur metabolism yang menggunakan oksigen, darah dialirkan kembali ke ventrikel kanan jantung melalui vena cava superior dan vena cava inferior. Secara ringkas aliran darah dimulai dari ventrikel kiri-aortaarteri-arteriol-kapiler-venula-vena- vena cava superior dan inferior-atrium kanan. Perhatikan gambar berikut ini ! Warna merah : jalur arteri Warna biru : jalur vena Baca dan pahami aliran darah dengan cara mengikuti anak panah pada gambar. Jalur merah darah kaya oksigen jalur biru darah miskin oksigen. 2. Fisiologi Sistem kardiovaskuler Jumlah suplay darah menuju jantung sebesar 223 ml/mt atau sekitar 4-5% cardiac output. Jumlah tersebut berasal dari arteri coronaria kanan dan kiri. Arteria coronaria kanan memperdarahi atrium kanan, sebagian septum interventrikel, SA node, AV node, bundle his dan serabut purkinye. Sedangkan arteri coronaria kiri 11 memperdarahi bagian depan ventrikel kiri, sebagian SA node, bagian belakang ventrikel kiri dan serabut purkinye. Gambar : Bagian-Bagian jantung dan Arah Suplai Darah Jumlah darah total dalam tubuh sebanyak 7% dari BB ( 5,6 liter pada pria dengan BB 70Kg), sedangkan pada wanita komposisinya lebih sedikit. Komposisi darah 55% plasma (di plasma 91% air, 8% protein;albumin,globulin, protrombin 12 dan fibrinogen, 1% mineral; natrium clorida, natrium bikarbonat, kalsium, besi, fosfor, dll) dan 45% sel darah (eritrosit, leukosit, dan trombosit). Dinding otot jantung terdiri dari 3 lapisan; epikardium, miokardium dan endokardium, sebagaimana gambar berikut : Otot jantung merupakan otot polos bergaris yang bekerja secara ototnomik. Otot jantung ini memiliki kemampuan aktivitas listrik. Kelistrikan ini merupakan akibat dari perubahan permiabilitas membrane sel yang memungkinkan pergerakan ionion. Ada 3 ion penting yaitu; kalium, natrium dan kalsium. Ion Kalium dominan di dalam sel dan ion natrium dominan di ekstra sel. Proses masukknya ion natrium ke intrasel inilah menimbulkan potensial listrik / depolarisasi. 3. Sistem hantaran listrik jantung Sistem penghantar kelistrikan jantung terdiri dari : 1. S.A node sbg pemicu timbulnya aksi potensial (pace maker). Terletak di dinding anterior RA berdekatan dengan tempat masuknya vena cava sup. 2. A.V node terletak pada septum atrium bagian kanan dan sedikit posterior katup triskupidalis/ dekat muara sinus koronarius 13 3. Berkas His, lanjutan dari AV node, merupakan penghubung fungsional antara otot atrium dan ventrikel, kemudian bercabang menjadi left and right bundl branch. Kemudian ke serat-serat purkinye yang berada di sel-selmiokardium. EKG (Elektrokardiogram) Adalah rekaman listrik jantung pada permukaan tubuh. EKG menggambarkan aktivitas listrik jantung melalui elektgrode pada kulit yang di rekam pada kertas EKG atau pada monitor. Gambaran hasil sadapan EKG dinamakan elektrokardiografi. Secara berturut-turut hasil rekaman meliputi : 1. Gelombang P Gelombang P menggambarkan adanya depolarisasi atau kontraksi atrium 2. Gelombang Q Adalah defleksi negative pertama dari komplek QRS, dan merupakan fase awal depolarisasi ventrikel 3. Gelombang R Adalah defleksi positif pertama dari komplek QRS, menggambarkan fase depolarisasi ventrikel 4. Gelombang S Adalah defleksi negative sesudah gelombang R, menggambarkan fase depolarisasi ventrikel. 5. Komplek QRS Merupakan depolarisasi ventrikel diukur dari gelombang Q sampai akhir gelombang S 6. Gelombang T, menggambarkan fase repolarisasi ventrikel 7. Gelombang U, terjadi setelah gelombang T, normalnya tidak ada. Contoh sadapan elektrokardiogram sebagaimana gambar berikut : kotak datar merupakan garis waktu 1 kotak = 0,04 detik, dan garis tegak merupakan garis kekuatan dalam volt. 14 Gambar : rekaman EKG Normal Curah Jantung / Cardiac Output / CO Adalah banyaknya darah yang dikeluarkan atau dipompakan dalam satu menit. Cardiac output bisa dicari menggunakan rumus sebagai berikut : CO = SV x Hr dalam menit Normal frekiuensi / irama jantung = 60-80 x/mt SV/stroke volume normal = 60-70 ml/kontraksi Isi sekuncup/stroke volume/SV dipengaruhi oleh beberapa keadaan yaitu : 1) beban awal (pre-load) yaitu jumlah darah dalam ventrikel pada akhir diastole yang menyebabkan peregangan miokardium, 2) Kontraktilitas/daya kontraksi jantung; dipengaruhi oleh keadaan jantung, keseimbangan elektrolit, dan keadaan konduksi atau impuls listrik, dan 3) Beban akhir (After-load); jumlah tegangan yang harus dikeluarkan ventrikel selama kontraksi untuk mengeluarkan darah dari ventrikel kiri menuju aorta. After load ini dipengaruhi oleh tahanan pembuluh darah dan ukuran pembuluh darah ( R dan A). Tekanan darah dan Denyut Nadi Tekanan darah yaitu tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan sistolik : Tekanan puncak terjadi saat ventrikel kontraksi 15 Tekanan diastolic : Tekanan terendah yang terjadi saat jantung istirahat. Nilai normal pada orang dewasa : 100/60 mmHg s/d 140/90 mmHg, rata-rata 120/80 mmHg. Tekanan Nadi : perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolic, nilai normalnya yaitu sekitar 40 mmHg ( 40 – 50 mmHg ) Tekanan nadi mencerminkan : Tekanan nadi mencerminkan volume sekuncup, Laju ejeksi, Tahan vascular sistemik MAP(BP) = C O x T P R ; BP= blood pressure, CO=cardiac output, TPR= total perifer resisten Faktor yang mempertahankan tekanan darah antara lain; 1) kekuatan jantung dalam memompa, 2) banyaknya volume darah yang beredar, 3) kekentalan / viskositas darah, 4) elastisitas dinding pembuluh darah dan 5) tahanan tepi. Denyut arteri Adalah suatu gelombang yang teraba pada arteri bila darah dipompa keluar jantung. Denyut ini teraba di suatu tempat misalnya; arteri radaialis, arteri temporalis, arteri dorsalis pedis, dll. Normal pada orang dewasa dalam kondisi istirahat : 60-80 x/mt. Faktor yang mempengaruhi dneyut nadi; 1) posisi, berdiri lebih cepat disbanding tidur, 2) umur; anak lebih cepat disbanding dewasa, 3) jenis kelamin; pria lebih cepat disbanding wanita, 4) latihan, dan 5) emosi. 16 Gangguan Saluran Percernaan Sunarto, S.Kep.,Ners.,M.MKes 1. ANATOMI SISTEM PENCERNAAN Sistem pencernaan terdiri dari : a. Rongga mulut b. Esofagus c. Lambung d. Usus halus e. Usus besar f. Rektum g. Anus Gambar/ilustrasi system saluran pencernaan sebagaimana gambar berikut. Tugas anda adalah memahami alur system pencernaan ini. Gambar : Anatomi system pencernaan pada manusia 17 Rongga Mulut Mulut merupakan saluran pertama yang dilalui makanan. Pada mulut terdapat ; gigi, lidah, dan kelenjar ludah yang setiap hari memproduksi sekitar 1-2,5 liter dan terdiri dari air, mucus, enzim amylase, zat bakteri, dll. Esofagus Merupakan saluran yang menghubungkan antara rongga mulut dengan lambung. Pada ujung saluran esophagus setelah mulut terdapat daerah yang disebut faring. Pada faring terdapat klep, yaitu epiglotis yang mengatur makanan agar tidak masuk ke trakea (tenggorokan). Fungsi esophagus adalah menyalurkan makanan ke lambung. Agar makanan dapat berjalan sepanjang esophagus, terdapat gerakan peristaltik sehingga makanan dapat berjalan menuju lambung. Apabila terjadi penyempitan saluran esophagus ini akan menghambat masuknya makanan menuju lambung, keadaan ini menimbulkan penyakit obstruksi, gejala yang ditimbulkan adalah muntah. 18 Lambung Lambung adalah kelanjutan dari esophagus, berbentuk seperti kantung. Lambung dapat menampung makanan 1 liter hingga mencapai 2 liter. Dinding lambung disusun oleh otot-otot polos yang berfungsi menggerus makanan secara mekanik melalui kontraksi otot-otot tersebut. Ada 3 jenis otot polos yang menyusun lambung, yaitu otot memanjang, otot melingkar, dan otot menyerong. Selain pencernaan mekanik, pada lambung terjadi pencernaan kimiawi dengan bantuan senyawa kimia yang dihasilkan lambung. Senyawa kimiawi yang dihasilkan lambung adalah : Asam HCl ,Mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin. Sebagai disinfektan, serta merangsang pengeluaran hormon sekretin dan kolesistokinin pada usus halus Lipase , Memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Namun lipase yang dihasilkan sangat sedikit Renin , Mengendapkan protein pada susu (kasein) dari air susu (ASI). Hanya dimiliki oleh bayi. Mukus , Melindungi dinding lambung dari kerusakan akibat asam HCl. 19 Hasil penggerusan makanan di lambung secara mekanik dan kimiawi akan menjadikan makanan menjadi bubur yang disebut bubur kim. Fungsi HCI Lambung : 1. Merangsang keluamya sekretin 2. Mengaktifkan Pepsinogen menjadi Pepsin untuk memecah protein. 3. Desinfektan 4. Merangsang keluarnya hormon Kolesistokinin yang berfungsi merangsang empdu mengeluarkan getahnya. Usus Halus Usus halus merupakan kelanjutan dari lambung. Usus halus memiliki panjang sekitar 6-8 meter. Usus halus terbagi menjadi 3 bagian yaitu duodenum (± 25 cm), jejunum (± 2,5 m), serta ileum (± 3,6 m). Pada usus halus hanya terjadi pencernaan secara kimiawi saja, dengan bantuan senyawa kimia yang dihasilkan oleh usus halus serta senyawa kimia dari kelenjar pankreas yang dilepaskan ke usus halus. Senyawa yang dihasilkan oleh usus halus adalah : Disakaridase Menguraikan disakarida menjadi monosakarida 20 Erepsinogen Erepsin yang belum aktif yang akan diubah menjadi erepsin. Erepsin mengubah pepton menjadi asam amino. Hormon Sekretin Merangsang kelenjar pancreas mengeluarkan senyawa kimia yang dihasilkan ke usus halus Hormon CCK (Kolesistokinin) Merangsang hati untuk mengeluarkan cairan empedu ke dalam usus halus. Selain itu, senyawa kimia yang dihasilkan kelenjar pankreas adalah : Bikarbonat Menetralkan suasana asam dari makanan yang berasal dari lambung Enterokinase Mengaktifkan erepsinogen menjadi erepsin serta mengaktifkan tripsinogen menjadi tripsin. Tripsin mengubah pepton menjadi asam amino. Amilase Mengubah amilum menjadi disakarida Lipase Mencerna lemak menjadi asam lemak dan gliserol Tripsinogen Tripsin yang belum aktif. Kimotripsin Mengubah peptone menjadi asam amino Nuklease Menguraikan nukleotida menjadi nukleosida dan gugus pospat Hormon Insulin Menurunkan kadar gula dalam darah sampai normal Hormon Glukagon Menaikkan kadar gula darah sampai menjadi normal 2. PROSES PENCERNAAN MAKANAN Pencernaan makanan secara kimiawi pada usus halus terjadi pada suasana basa Prosesnya sebagai berikut : a. Makanan yang berasal dari lambung dan bersuasana asam akan dinetralkan oleh bikarbonat dari pancreas. b. Makanan yang kini berada di usus halus kemudian dicerna sesuai kandungan zatnya. Makanan dari kelompok karbohidrat akan dicerna oleh amylase pancreas menjadi disakaridase disakarida. menjadi Disakarida monosakarida, 21 yaitu kemudian diuraikan oleh glukosa. Glukaosa hasil pencernaan kemudian diserap usus halus, dan diedarkan ke seluruh tubuh oleh peredaran darah. c. Makanan dari kelompok protein setelah dilambung dicerna menjadi pepton, maka pepton akan diuraikan oleh enzim tripsin, kimotripsin, dan erepsin menjadi asam amino. Asam amino kemudian diserap usus dan diedarkan ke seluruh tubuh oleh peredaran darah. d. Makanan dari kelompok lemak, pertama-tama akan dilarutkan (diemulsifikasi) oleh cairan empedu yang dihasilkan hati menjadi butiranbutiran lemak (droplet lemak). Droplet lemak kemudian diuraikan oleh enzim lipase menjadi asam lemak dan gliserol. Asam lemak dan gliserol kemudian diserap usus dan diedarkan menuju jantung oleh pembuluh limfe. Usus Besar (Kolon) Merupakan usus yang memiliki diameter lebih besar dari usus halus. Memiliki panjang 1,5 meter, dan berbentuk seperti huruf U terbalik. Usus besar dibagi menjadi 3 daerah, yaitu : Kolon asenden, Kolon Transversum, dan Kolon desenden. 22 Fungsi kolon adalah : a. Menyerap air selama proses pencernaan. b. Tempat dihasilkannya vitamin K, dan vitamin H (Biotin) sebagai hasil simbiosis dengan bakteri usus, misalnya E.coli. c. Membentuk massa feses d. Mendorong sisa makanan hasil pencernaan (feses) keluar dari tubuh. Pengeluaran feses dari tubuh ddefekasi. Rektum dan Anus Merupakan lubang tempat pembuangan feses dari tubuh. Sebelum dibuang lewat anus, feses ditampung terlebih dahulu pada bagian rectum. Apabila feses sudah siap dibuang maka otot spinkter rectum mengatur pembukaan dan penutupan anus. Otot spinkter yang menyusun rektum ada 2, yaitu otot polos dan otot lurik. Gangguan Sistem Pencernaan • Apendikitis ;Radang usus buntu Diare ; feses yang sangat cair akibat peristaltik yang terlalu cepat. Kontipasi ; kesukaran dalam proses Defekasi (buang air besar) Maldigesti ; banyak makan atau makan suatu zat yang merangsang lambung. Parotitis ; infeksi pada kelenjar parotis disebut juga Gondong Tukak Lambung/Maag ; ”Radang” pada dinding lambung, umumnya diakibatkan infeksi Helicobacter pylori Xerostomia ; produksi air liur yang sangat sedikit Gangguan pada sistem pencernaan makanan dapat disebabkan oleh pola makan yang salah, infeksi bakteri, dan kelainan alat pencernaan. Di antara gangguangangguan ini adalah diare, sembelit, tukak lambung, peritonitis, kolik, sampai pada infeksi usus buntu (apendisitis). Diare Apabila peristaltic usus terlalu cepat maka defekasi menjadi lebih sering dengan feses yang mengandung banyak air. Keadaan seperti ini disebut diare. Penyebab 23 diare antara lain ansietas (stres), makanan tertentu, atau organisme perusak yang melukai dinding usus. Diare dalam waktu lama menyebabkan hilangnya air dan garam-garam mineral, sehingga terjadi dehidrasi. Konstipasi (Sembelit) Sembelit terjadi jika kim masuk ke usus dengan sangat lambat. Akibatnya, air terlalu banyak diserap usus, maka feses menjadi keras dan kering. Sembelit ini disebabkan karena kurang mengkonsumsi makanan yang berupa tumbuhan berserat dan banyak mengkonsumsi daging. Tukak Lambung (Ulkus) Dinding lambung diselubungi mukus yang di dalamnya juga terkandung enzim. Jika pertahanan mukus rusak, enzim pencernaan akan memakan bagian-bagian kecil dari lapisan permukaan lambung. Hasil dari kegiatan ini adalah terjadinya tukak lambung. Tukak lambung menyebabkan berlubangnya dinding lambung sehingga isi lambung jatuh di rongga perut. Sebagian besar tukak lambung ini disebabkan oleh infeksi bakteri jenis tertentu. Beberapa gangguan lain pada sistem pencernaan antara lain sebagai berikut: Peritonitis; merupakan peradangan pada selaput perut (peritonium). Gangguan lain adalah salah cerna akibat makan makanan yang merangsang lambung, seperti alkohol dan cabe yang mengakibatkan rasa nyeri yang disebut kolik. Sedangkan produksi HCl yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya gesekan pada dinding lambung dan usus halus, sehingga timbul rasa nyeri yang disebut tukak lambung. Gesekan akan lebih parah kalau lambung dalam keadaan kosong akibat makan tidak teratur yang pada akhirnya akan mengakibatkan pendarahan pada lambung. Gangguan lain pada lambung adalah gastritis atau peradangan pada lambung. Dapat pula apendiks terinfeksi sehingga terjadi peradangan yang disebut apendisitis. 24 Patofisiologi Ginjal Sunarto, S.Kep.,Ners.,M.MKes Dua ginjal yang Anda miliki merupakan organ yang memiliki fungsi sangat vital, seperti menyaring darah dan menjaga keseimbangan kimiawi dalam tubuh. Kerja organ yang berbentuk seperti kacang merah dan berukuran kira-kira sebesar kepalan tangan ini dapat terganggu oleh berbagai hal, mulai dari infeksi saluran kemih hingga penyakit ginjal kronik. Ginjal adalah organ yang memiliki kemampuan yang luar biasa, diantaranya sebagai penyaring zat-zat yang telah tidak terpakai (zat buangan atau sampah) yang merupakan sisa metabolisme tubuh. Setiap harinya ginjal akan memproses sekitar 200 liter darah untuk menyaring atau menghasilkan sekitar 2 liter ‘sampah’ dan ekstra (kelebihan) air. Sampah dan esktra air ini akan menjadi urin, yang mengalir ke kandung kemih melalui saluran yang dikenal sebagai ureter. Urin akan disimpan di dalam kandung kemih ini sebelum dikeluarkan pada saat Anda berkemih. Gambar : potongan nefron pada ginjal 25 Zat-zat yang sudah tidak terpakai lagi atau sampah tersebut diperoleh dari proses normal pemecahan otot dan dari makanan yang dikonsumsi. Tubuh akan memakai makanan tersebut sebagai energi dan untuk perbaikan jaringan. Setelah tubuh mengambil secukupnya dari makanan, sisanya akan dikirim ke dalam darah untuk kemudian disaring di ginjal. Jika fungsi ginjal terganggu maka kemampuan menyaring zat sisa ini dapat terganggu pula dan terjadi penumpukan dalam darah sehingga dapat menimbulkan berbagai manifestasi gangguan terhadap tubuh. Protein sangat dibutuhkan untuk membangun semua bagian tubuh, seperti otot, tulang, rambut dan kuku. Protein-protein yang ada dalam darah dapat keluar ke urin (bocor) bila unit penyaring ginjal – glomerulus – sudah mengalami kerusakan. Protein yang terkandung di dalam urin, disebut dengan albumin. 1. STRUKTUR GINJAL Ginjal memiliki struktur yang cukup unik, yaitu pembuluh darah dan unit penyaring. Proses penyaringan terjadi pada bagian kecil dalam ginjal, yang disebut dengan nefron. Setiap ginjal memiliki sekitar satu miliar nefron. Pada nefron ini terdapat pembuluh darah kecil-kecil – kapiler – yang saling jalin menjalin dengan saluran-saluran yang kecil, yaitu tubulus. Tubulus-tubulus ini pertama kali menerima gabungan antara zat-zat buangan dan berbagai kimia hasil metabolisme yang masih bisa digunakan tubuh. Ginjal akan ‘memilih’ zat-zat kimia yang masih berguna bagi tubuh (natrium, fosfor, dan kalium) dan mengembalikannya ke peredaran darah dan mengeluarkan lagi kembali ke dalam tubuh. Dengan cara demikian, ginjal turut mengatur kadar zat-zat kimia tersebut dalam tubuh. Apabila terjadi gangguan proses penyaringan plasma darah di nefron ginjal akan terjadi gangguan filtrasi yang menyebabkan penyakit gagal ginjal. 26 Gambar : Struktur ginjal dan potongan nefron Selain membuang sampah-sampah yang sudah tidak terpakai lagi, ginjal juga berfungsi menjadi ‘pabrik’ penghasil tiga hormon penting, yaitu: Eritropoietin (EPO), yang merangsang sumsum tulang membuat sel-sel darah merah (eritrosit) Renin, membantu mengatur tekanan darah Bentuk aktif vitamin D (kalsitriol), yang membantu penyerapan kalsium dan menjaga keseimbangan kimia dalam tubuh Dalam keadaan normal, manusia memiliki 2 ginjal. Setiap ginjal memiliki sebuah ureter, yang mengalirkan air kemih dari pelvis renalis (bagian ginjal yang merupakan pusat pengumpulan air kemih) ke dalam kandung kemih. Dari kandung kemih, air kemih mengalir melalui uretra, meninggalkan tubuh melalui penis (pria) dan vulva (wanita). Berikut dua gambar ginjal antara laki-laki dan perempuan, silahkan dilihat dan dipahami perbedaan keduanya. 27 Gambar struktur ginjal perempuan : Gambar struktur ginjal laki-laki : 28 2. FISIOLOGI SISTEM PERKEMIHAN Fungsi ginjal secara fisiologis adalah : Menyaring limbah metabolik Menyaring kelebihan natrium dan air dari darah Membantu membuang limbah metabolik serta natrium dan air yang berlebihandari tubuh Membantu mengatur tekanan darah (hormone RAA) Membantu mengatur pembentukan sel darah (eritropoetin). Setiap ginjal terdiri dari sekitar 1 juta unit penyaring (nefron). Sebuah nefron merupakan suatu struktur yang menyerupai mangkuk dengan dinding yang berlubang (kapsula Bowman), yang mengandung seberkas pembuluh darah (glomerulus). Kapsula Bowman dan glomerulus membentuk korpuskulum renalis. Darah yang masuk ke dalam glomerulus memiliki tekanan yang tinggi. Sebagian besar bagian darah yang berupa cairan disaring melalui lubang-lubang kecil pada dinding pembuluh darah di dalam glomerulus dan pada lapisan dalam kapsula Bowman; sehingga yang tersisa hanya sel-sel darah dan molekul-molekul yang besar (misalnya protein). Cairan yang telah disaring (filtrat) masuk ke dalam rongga Bowman (daerah yang erletak diantara lapisan dalam dan lapisan luar kapsula Bowman) dan mengalir ke dalam tubulus kontortus proksimal (tabung/saluran di bagian hulu yang berasal dari kapsula Bowman); natrium, air, glukosa dan bahan lainnya yang ikut tersaring diserap kembali dan dikembalikan ke darah. Ginjal juga menggunakan energi yang secara selektif menggerakkan molekulmolekul yang besar (termasuk obat-obatan, misalnya penicillin) ke dalam tubulus. Molekul tersebut dibuang ke dalam air kemih meskipun ukurannya cukup besar untuk dapat melewati lubang-lubang pada penyaring glomerulus. Bagian berikutnya dari nefron adalah ansa Henle. Ketika cairan melewati 29 ansa Henle, natrium dan beberapa elektrolit lainnya dipompa keluar sehingga cairan yang tersisa menjadi semakin pekat. Cairan yang pekat ini akan mengalir ke dalam tubulus kontortus distal. Di dalam tubulus distal, semakin banyak jumlah natrium yang dipompa keluar. Cairan dari beberapa nefron mengalir ke dalam suatu saluran pengumpul (duktus kolektivus). Di dalam duktus kolektivus, cairan terus melewati ginjal sebagai cairan yang pekat, atau jika masih encer, maka air akan diserap dari air kemih dan dikembalikan ke dalam darah, sehingga air kemih menjadi lebih pekat. Tubuh mengendalikan konsentrasi air kemih berdasarkan kebutuhannya terhadap air melalui hormon-hormon yang kerjanya mempengaruhi fungsi ginjal. Air kemih yang terbentuk di ginjal mengalir ke bawah melalui ureter menuju ke kandung kemih; aliran tersebut bukan merupakan aliran yang pasif. Ureter adalah pipa/tabung berotot yang mendorong sejumlah air kemih dalam gerakan bergelombang (kontraksi). Setiap ureter akan masuk ke dalam kandung kemih melalui suatu sfingter. Sfingter adalah suatu struktur muskuler (berotot) yang bisa membuka (sehingga air kemih bisa lewat) dan menutup. Air kemih yang secara teratur mengalir dari ureter akan terkumpul di dalam kandung kemih. Kandung kemih ini bisa mengembang, dimana ukurannya secara bertahap membesar untuk menampung jumlah air kemih yang semakin bertambah. Jika kandung kemih telah penuh, maka akan dikirim sinyal saraf ke otak, yang menyampaikan pesan untuk berkemih. Selama berkemih, sfingter lainnya yang terletak diantara kandung kemih dan uretra akan membuka sehingga air kemih mengalir keluar. Secara bersamaan, dinding kandung kemih berkontraksi sehingga terjadi tekanan yang mendorong air kemih menuju ke uretra. Tekanan ini dapat diperbesar dengan cara mengencangkan otot-otot perut. Sfinger pada pintu masuk kandung kemih tetap menutup rapat untuk mencegah aliran balik air kemih ke ureter. 30 3. ALIRAN DARAH GINJAL Ginjal diperfusi oleh sekitar 1200 ml darah per menit. Suatu volume yang sama dengan 20-25% curah jantung (CO). Aliran darah ke ginjal ini sungguh menakjubkan karena berat kedua organ ginjal kurang dari 1% BB. Lebih dari 90% darah melakukan perfusi ginjal disebarkan pada korteks, sedangkan sisanya disebarkan ke medulla, kenyataan ini berkaitan dengan filtrasi plasma untuk pembentukan urine. 4. GEJALA-GEJALA KELAINAN GINJAL & SALURAN KEMIH Gejala yang disebabkan oleh kelainan ginjal dan saluran kemih sangat bervariasi, tergantung kepada bagian ginjal atau saluran kemih yang terkena. Demam dan malaise (perasaan tidak enak badan) merupakan gejala yang umum, tetapi infeksi kandung kemih (sistitis) biasanya tidak menyebabkan demam. Suatu infeksi bakteri pada ginjal (pielonefritis) biasanya menyebabkan demam tinggi, kanker ginjal kadang menyebabkan demam Sebagian besar orang melakukan buang air kecil sebanyak 4-6 kali/hari, terutama pada siang hari. Frekuensi (sering berkemih) tanpa disertai peningkatan dalam jumlah total air kemih dalam sehari, merupakan suatu gejala dari infeksi kandung kemih atau iritasi kandung kemih (misalnya karena benda asing, batu atau tumor). Tumor atau massa lainnya yang menekan kandung kemih juga bisa menyebabkan peningkatan frekuensi berkemih. Iritasi kandung kemih juga bisa menyebabkan disuria (nyeri ketika berkemih) dan urgensi (desakan untuk berkemih), yang bisa dirasakan 31 sebagai tenesmus (nyeri ketika mengedan yang hampir dirasakan terus menerus). Jumlah air kemih biasanya sedikit, tetapi jika penderita tidak segera berkemih, air kemih bisa keluar dengan sendirinya (kontrol terhadap berkemih hilang). Nokturia adalah sering berkemih pada malam hari. Nokturia bisa tejadi pada stadium awal penyakit ginjal, tetapi bisa juga karena sebelum tidur seseorang terlalu banyak minum, terutama alkohol, kopi atau teh. Nokturia terjadi karena ginjal tidak dapat memekatkan air kemih dengan baik. Nokturia juga terjadi pada penderita gagal jantung, gagal hati atau diabetes, meskipun tidak terdapat kelainan pada saluran kemihnya. Nokturia dengan jumlah air kemih yang sangat sedikit bisa terjadi jika air kemih mengalir balik ke kandung kemih karena adanya penyumbatan; salah satu penyebabnya yang paling sering ditemukan pada pria lanjut usia adalah pembesaran kelenjar prostat. Enuresis (ngompol) pada usia 2-3 tahun merupakan hal yang normal. Enuresis yang terjadi setelah usia 3 tahun, menunjukkan adanya suatu masalah, misalnya: Tertundanya kematangan otot dan saraf pada saluran perkemihan bagian bawah Infeksi atau penyempitan uretra Neurogenic bladder (tidak adekuatnya pengontrolan saraf kandung kemih) Gejala-gejala yang sering ditemukan pada penyumbatan uretra adalah: Keraguan memulai berkemih. Berkemih dengan mengejan. Aliran urine menetes. Tidak ada rasa puas setelah berkemih. Pada pria, gejala tersebut paling sering disebabkan oleh pembesaraan 32 prostat dan penyempitan uretra (striktur uretra). Gejala yang sama pada anak laki-laki, bisa menunjukkan adanya kelainan bawaan berupa penyempitan uretra atau lubang uretra yang sangat kecil. Lubang uretra yang kecil juga bisa ditemukan pada wanita. Inkontinensia uri (ketidakmampuan menahan buang air kecil) bisa terjadi pada berbagai keadaan. Sistokel (herniasi/burut kandung kemih ke dalam vagina), air kemih bisa keluar ketika penderita tertawa, batuk, lari atau mengangkat beban berat. Sistokel biasanya terjadi akibat peregangan dan lemahnya otot panggul (karena melahirkan) atau akibat adanya perubahan kadar hormon estrogen pada saat menopause. Penyumbatan pada aliran dari kandung kemih bisa menyebabkan inkontinensia jika tekanan di dalam kandung kemih melebihi tahanan dari penyumbatan, meskipun kandung kemih tidak sepenuhnya menjadi kosong. Adanya gas di dalam air kemih merupakan gejala yang jarang terjadi, yang biasanya menunjukkan adanya fistula (hubungan yang abnormal) antara saluran kemih dan usus. Suatu fistula bisa merupakan komplikasi dari divertikulits, abses maupun kanker. Fistula diantara kandung kemih dan vagina bisa juga menyebabkan terdapatnya gas di dalam air kemih. Kadang bakteri di dalam air kemih juga membentuk gas. Dalam keadaan normal, seorang dewasa membuang sekitar 1 cangkir sampai 0,9L air kemih/hari. Berbagai penyakit ginjal menyebabkan terganggunya kemampuan ginjal untuk memekatkan air kemih, sehingga jumlah air kemih yang dibuang melebihi 2,25L. Jumlah air kemih yang sangat banyak biasanya merupakan akibat dari: Tingginya kadar gula dalam darah. Rendahnya hormone ADH yang dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis posterior. 33 Berkurangnya respon pada ADH seperti penyakit DM insipidus. Penyakit ginjal atau penyumbatan pada ureter, kandung kemih atau uretra bisa secara mendadak menyebabkan berkurangnya produksi air kemih sampai kurang dari 2 cangkir/hari. Jika produksi air kemih dengan jumlah kurang dari 1 cangkir/hari terus berlanjut, bisa terjadi penimbunan limbah metabolik di dalam darah (azotemia). Penurunan jumlah air kemih ini bisa menunjukkan adalah gagal ginjal akut atau memburuknya suatu kelainan ginjal kronis. Air kemih (urin) yang encer hampir tidak berwarna, sedangkan urin yang pekat berwarna kuning tua. Zat warna pada makanan bisa menyebabkan urin berwarna merah; sedangkan obat-obatan bisa menyebabkan urin berwarna coklat, hitam, biru, hijau atau merah. Selain karena makanan atau obat-obatan, urin yang tidak berwarna kuning adalah abnormal. Urin coklat mungkin mengandung hasil pemecahan hemoglobin (protein pengangkut oksigen di dalam sel darah merah) atau protein otot. Urin yang mengandung zat warna akibat porfiria menjadi merah, sedangkan zat warna akibat melanoma menyebabkan urin menjadi hitam. Urin yang keruh menunjukkan adanya nanah akibat infeksi saluran kemih atau kristal garam dari asam urat maupun asam fosfat. Penyebab dari warna urin yang abnormal bisa diketahui dengan melakukan pemeriksan mikroskopik terhadap sedimen urin dan analisa kimia urin. Hematuria (darah di dalam urin) dapat menyebabkan urin berwarna merah atau coklat, tergantung kepada jumlah darah, lamanya darah berada di dalam urin dan keasaman urin. Hematuria tanpa disertai nyeri bisa terjadi akibat kanker kandung kemih atau kanker ginjal. Hematuria ini biasanya hilang timbul, dan perdarahan berhenti secara spontan meskipun kankernya masih ada. Penyebab lain dari hematuria adalah: 34 Glomerulonepritis Batu ginjal Kista ginjal Kelainan sel darah merah Hidroneprosis Nyeri akibat penyakit ginjal biasanya dirasakan di punggung, yaitu di daerah flank (diantara tulang rusuk dan pinggul bagian belakang). Kadang nyerinya menjalar ke tengah-tengah perut. Penyebabnya adalah peregangan kapsula renalis (bagian luar ginjal, yang peka terhadap nyeri); hal ini bisa terjadi pada berbagai keadaan yang menyebabkan pembengkakan jaringan ginjal. Jika ginjal ditekan, seringkali timbul rasa nyeri. Jika sebuah batu ginjal melewati ureter, akan timbul nyeri yang hebat. Sebagai respon terhadap batu, ureter berkontraksi sehingga terjadi nyeri kram yang hebat di punggung bagian bawah, yang sering menjalar ke selangkangan. Jika batu telah sampai ke kandung kemih, maka nyeri akan menghilang. Nyeri pada kandung kemih paling sering disebabkan oleh infeksi bakteri. Nyeri ini biasanya dirasakan di atas tulang kemaluan dan pada ujung uretra ketika berkemih. Penyumbatan aliran urin juga menyebabkan nyeri di atas tulang kemaluan, tetapi jika penyumbatannya terjadi secara lambat, biasanya pelebaran kandung kemih tidak disertai dengan nyeri. Kanker dan pembesaran prostat biasanya tidak menimbulkan nyeri, tetapi peradangan prostat (orostatitis) bisa menyebabkan nyeri yang samar-samar atau rasa penuh di daerah antara anus dan kelamin. Pada saat ejakulasi, kadang keluar semen yang berdarah. Hal ini bisa terjadi pada pria yang menderita kelainan pembekuan. 5. BEBERAPA PENYAKIT GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN 5.1 Penyakit ginjal kronik 35 Ada beberapa penyakit yang mempengaruhi tubuh secara keseluruhan yang dapat memicu penyakit gagal ginjal kronik yaitu : a. DM Bila tubuh kita mengalami DM, maka tubuh tidak bisa optimal dalam merubah makanan menjadi energy sehingga glukosa darah meningkat. Kondisi ini dapat merusak pembuluh darah ginjal dengan gejala ; mata kabur, haus, sering kencing, berat badan turun, luka lama sembuh, mudah lapar, dan lemah. b. Hipertensi Tekanan darah merupakan tekanan yang ditimbulkan oleh darah yang mengalir dalam pembuluh darah arteri. Bila hipertensi terus menerus, maka arteri ginjal akan rusak sehingga kemampuan filtrasi turun. c. Batu ginjal Batu pada ginjal karena proses kristalisasi bahan-bahan yang terlarut yang ada di urine. Batu ini dapat mengenai seluruh organ dan saluran perkemihan. Gejala yang diitmbulkan; sakit bagian pinggang, hematuria, muntah, demam, dan sering berkemih. 36 5.2 Syndroma Nefrotik Adalah penyakit yang ditandai dengan sekumpulan gejala berupa proteinuria yang massif (50-100 mg/KgBB/24 jam), hipoalbunemia yang hebat (<2,5 g/dl), hiperkolesterolemia dan udema. 6 PROSEDUR DIAGNOSTIK Pada pemeriksaan fisik, ginjal yang normal tidak teraba dari luar, tetapi ginjal yang membengkak atau tumor ginjal bisa teraba dari luar. Kandung kemih yang membengkak juga bisa teraba dari luar. Pemeriksaan colok dubur dilakukan untuk merasakan kelenjar prostat. Pemeriksaan dalam vagina bisa membantu memberi keterangan mengenai kandung kemih dan uretra. Prosedur tambahan yang dilakukan untuk mendiagnosis kelainan ginjal dan saluran kemih adalah: 37 Analisa urine Pemeriksaan darah untuk menilai fungsi ginjal Prosedur imaging Biopsi sel/jaringan ginjal. Analisa urin Analisa urin rutin (urinalisis) terdiri dari analisa kimia (untuk mendeteksi protein, gula dan keton) dan pemeriksaan mikroskopik (untuk mendeteksi sel darah merah dan sel darah putih). Dengan pemeriksaan ini dapat diketahui dan diukur kadar berbagai zat di dalam urin. Biasanya digunakan sehelai plastik tipis (dipstick) yang mengandung bahan kimia yang akan bereaksi dengan zat di dalam urin dan merubah warna urin. Proteinuria (protein di dalam urin) bisa terjadi terus menerus atau hilang timbul, tergantung kepada penyebabnya. Proteinuria biasanya merupakan pertanda dari suatu penyakit ginjal, tetapi bisa juga terjadi secara normal setelah olah raga berat (misalnya maraton). Proteinuria juga bisa terjadi pada proteinuria ortostatik, dimana protein baru muncul di dalam urin setelah penderitanya berdiri cukup lama, dan tidak akan ditemukan di dalam urin setelah penderitanya berbaring. Glukosuria (gula di dalam urin) biasanya disebabkan oleh diabetes. Jika gula tetap ditemukan di dalam urin setelah kadar gula darah normal, maka penyebabnya adalah kelainan di ginjal. Ketonuria (keton di dalam urin) bisa disebabkan oleh kelaparan, diabetes yang tidak terkontrol dan keracunan alkohol. Keton merupakan hasil pemecahan lemak oleh tubuh. Hematuria (darah di dalam urin) bisa diketahui melalui pemeriksaan mikroskopik maupun dengan mata telanjang (jika darah sangat banyak, urin menjadi merah atau coklat). 38 Nitrituria (nitrat di dalam urin) biasanya menunjukkan adanya infeksi, karena kadar nitrat meningkat jika terdapat bakteri. Leukosit esterase (enzim yang ditemukan pada sel darah putih tertentu) di dalam urin merupakan pertanda adanya peradangan, yang paling sering disebabkan oleh infeksi bakteri. Pemeriksaan ini mungkin merupakan negatif palsu jika urin sangat pekat atau mengandung gula, garam empedu, obatobatan (misalnya rifampcin, vitamin C). Keasaman urin bisa meningkat karena makanan tertentu. Osmolaritas (kepekatan urin) penting dalam mendiagnosis kelainan fungsi ginjal. Bisa dilakukan analisa terhadap contoh urin acak atau dilakukan pemeriksaan untuk menilai kemampuan ginjal dalam memekatkan urin. Pada salah satu tes, seseorang tidak diperbolehkan minum air atau cairan lainnya selama 12-14 jam; sedangkan pada tes lainnya diberikan suntikan hormon vasopresin. Kemudian kepekatan urin diukur. Dalam keadaan normal, kedua tes seharusnya menunjukkan urin yang sangat pekat; tetapi pada penyakit ginjal tertentu, urin menjadi sangat encer. Dalam keadaan normal, urin mengandung sejumlah kecil sel dan pecahan lainnya yang terlepas dari saluran kemih bagian dalam. Pada penderita kelainan saluran kemih, pecahan dan sel tersebut terdapat dalam jumlah yang berlebihan, sehingga jika urin disentrifugasi (diputar dalam alat khusus) akan terbentuk sedimen (endapan). Sedimen ini dapat diperiksa dengan mikroskop untuk mengetahui penyakit yang diderita. Pembiakan urin adalah suatu proses untuk menumbuhkan bakteri pada urin, yang dilakukan untuk mendiagnosis suatu infeksi saluran kemih. Contoh urin yang belum terkontaminasi bisa diperoleh melalui: Urine awal Metode kateter 39 Tes Fungsi Ginjal Fungsi ginjal bisa dinilai melalui analisa darah dan urin. Laju penyaringan ginjal bisa diperkirakan dengan cara mengukur kreatinin serum. Kadar urea nitrogen darah juga bisa menunjukkan fungsi ginjal. Creatinine clearance adalah tes yang lebih akurat, yang menggunakan suatu rumus yang menghubungkan kadar serum kreatinin dengan usia, berat badan dan jenis kelamin. Prosedur Imaging Foto polos abdomen dapat memperlihatkan ukuran dan letak ginjal, tetapi kedua hal tersebut biasanya akan terlihat lebih baik pada pemeriksaan USG. Urografi intravena adalah suatu teknik rontgen yang digunakan untuk menampilkan ginjal dan saluran kemih bagian bawah. Suatu zat radioopak disuntikkan melalui pembuluh vena. Zat tersebut akan terdapat dalam ginjal biasanya dalam waktu kurang dari 5 menit. Kemudian dilakukan pemotretan, yang hasilnya akan menunjukkan gambaran ginjal serta perjalanan zat radioopak ke dalam kandung kemih. Jika ginjal tidak berfungsi dengan baik, maka urografi intravena tidak akan memberikan hasil yang baik, karena ginjal tidak dapat mengkonsentrasikan zat radioopak di dalam ginjal. Sistogram adalah suatu gambaran rontgen dari kandung kemih, yang diperoleh melalui urografi intravena. Sistogram retrograd diperoleh dengan cara memasukkan zat radioopak melalui uretra, sehingga didapat gambaran yang lebih jelas mengenai kandung kemih dan uretra. Foto rontgen diambil sebelum, selama dan sesudah 40 berkemih. Pada urografi retrograd, zat radioopak dimasukkan melalui kateter ke dalam ureter. Dengan teknik ini akan diperoleh gambaran yang jelas dari kandung kemih, ureter dan ginjal bagian bawah, jika urografi intravena gagal. Urografi retrograd juga bisa digunakan untuk menemukan adanya penyumbatan ureter atau untuk menilai seseorang yang alergi terhadap zat radioopak intravena. Kerugian dari teknik ini adalah resiko terjadinya infeksi dan perlu dilakukan pembiusan. USG menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan gambaran struktur anatomi ginjal. Teknik ini sederhana, tidak menimbulkan nyeri dan aman. USG bisa digunakan untuk: Mempelajari ginjal, ureter dan kandung kemih; dengan gambaran yang baik meskipun ginjal tidak berfungsi baik. Mengukur laju pembentukan urin pada janin yang berumur lebih dari 20 minggu dengan cara mengukur perubahan volume kandung kencing. Pada bayi baru lahir, USG merupakan cara terbaik untuk mengetahui adanya massa di dalam perut, infeksi saluran kemih dan kelainan bawaan pada sistem kemih. Memperkirakan ukuran ginjal dan mendiagnosis sejumlah kelainan ginjal, termasuk perdarahan ginjal. Menentukan lokasi yang terbaik guna mengambil contoh jaringan untuk keperluan biopsy CT Scan merupakan pemeriksaan yang lebih mahal dibandingkan dengan USG dan urografi intravena, tetapi mempunyai beberapa keuntungan: CT scan dapat membedakan struktur padat dengan cairan, sehingga sangat berguna dalam menilai jenis dan luasnya tumor ginjal atau massa 41 lainnya yang menyebabkan perubahan pada saluran kemih. Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas, bisa disuntikkan zat radioopak melalui pembuluh vena. CT scan dapat membantu menentukan penyebaran tumor ke luar ginjal. Campuran air dan zat radioopak yang dimasukkan ke dalam kandung kemih selama pemeriksaan CT scan dapat dengan jelas menggambarkan tumor kandung kemih. Pada angiografi disuntikkan zat radioopak ke dalam arteri. Angiografi merupakan pemeriksaan yang paling invasif dan hanya dilakukan pada keadaan tertentu, misalnya untuk menilai aliran darah ke ginjal. Komplikasi dari angiografi adalah cedera pada arteri dan organ di sekitarnya, reaksi terhadap zat radioopak serta perdarahan. Venografi adalah suatu rontgen vena yang menggunakan zat radioopak. Jarang terjadi komplikasi dan biasanya hanya terbatas pada perembesan darah serta zat radioopak di sekitar tempat penyuntikan. Bisa terjadi reaksi alergi terhadap zat radioopak. MRI scan dapat memberikan informasi mengenai massa ginjal yang tidak dapat ditampilkan oleh teknik lainnya. Bentuk suatu tumor dapat digambarkan secara 3 dimensi. Massa padat dapat dibedakan dari massa berrongga (kista), cairan di dalam kista bisa dibedakan antara perdarahan dengan infeksi. MRI juga memberikan gambaran yang sempurna dari pembuluh darah dan struktur di sekitar ginjal. Contoh Sel & Jaringan Pada biopsi ginjal, diambil contoh jaringan ginjal dan diperiksa dengan mikroskop. Biopsi dilakukan untuk memperkuat diagnosis dan untuk menilai hasil pengobatan. 42 Biopsi jarum (memasukkan sebuah jarum melalui kulit) seringkali merupakan bagian dari penilaian pada gagal ginjal dan biopsi ginjal yang dicangkokkan seringkali dilakukan untuk mencari tanda-tanda penolakan. Sitologi urin merupakan pemeriksaan mikroskopik terhadap sel-sel di dalam urin. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendiagnosis kanker saluran kemih. Sitologi urin juga dilakukan sebagai skrining (penyaringan) kanker pada orang-orang berresiko tinggi (misalnya perokok, pekerja petrokimia dan penderita perdarahan tanpa rasa nyeri). Untuk penderita yang telah menjalani pengangkatan tumor kandung kemih ataupun tumor ginjal, sitologi dilakukan untuk evaluasi follow-up. 43 Gangguan system Persyarafan Sunarto, S.Kep.,Ners.,M.MKes Sistem saraf tepi terdiri dari sistem saraf sadai dan sistem saraf tak sadar (sistem saraf otonom). Sistem saraf sadar mengontrol aktivitas yang kerjanya diatur oleh otak, sedangkan saraf otonom mengontrol aktivitas yang tidak dapat diatur otak antara lain denyut jantung, gerak saluran pencernaan, dan sekresi keringat. Gbr. Saraf tepi dan aktivitas-aktivitas yang dikendalikannya 44 1. Sistem Saraf Sadar Sistem saraf sadar disusun oleh saraf otak (saraf kranial), yaitu sarafsaraf yang keluar dari otak, dan saraf sumsum tulang belakang, yaitu saraf-saraf yang keluar dari sumsum tulang belakang. Saraf otak ada 12 pasang yang terdiri dari: 1. Tiga pasang saraf sensorik, yaitu saraf nomor 1, 2, dan 8 2. Lima pasang saraf motorik, yaitu saraf nomor 3, 4, 6, 11, dan 12 3. Empat pasang saraf gabungan sensorik dan motorik, yaitu saraf nomor 5, 7, 9, dan 10. Saraf otak dikhususkan untuk daerah kepala dan leher, kecuali nervus vagus yang melewati leher ke bawah sampai daerah toraks dan rongga perut. Nervus vagus membentuk bagian saraf otonom. Oleh karena daerah jangkauannya sangat luas maka nervus vagus disebut saraf pengembara dan sekaligus merupakan saraf otak yang paling penting. Saraf sumsum tulang belakang berjumlah 31 pasang saraf gabungan. Berdasarkan asalnya, saraf sumsum tulang belakang dibedakan atas 8 pasang saraf leher, 12 pasang saraf punggung, 5 pasang saraf pinggang, 5 pasang saraf pinggul, dan satu pasang saraf ekor. Beberapa urat saraf bersatu membentuk jaringan urat saraf yang disebut pleksus. Ada 3 buah pleksus yaitu sebagai berikut. a. Pleksus cervicalis merupakan gabungan urat saraf leher yang mempengaruhi bagian leher, bahu, dan diafragma. b. Pleksus brachialis mempengaruhi bagian tangan. c. Pleksus Jumbo sakralis yang mempengaruhi bagian pinggul dan kaki. 2. Saraf Otonom Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari otak maupun dari sumsum tulang belakang dan menuju organ yang bersangkutan. Dalam 45 sistem ini terdapat beberapa jalur dan masing-masing jalur membentuk sinapsis yang kompleks dan juga membentuk ganglion. Urat saraf yang terdapat pada pangkal ganglion disebut urat saraf pra ganglion dan yang berada pada ujung ganglion disebut urat saraf post ganglion. Sistem saraf otonom dapat dibagi atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik. Perbedaan struktur antara saraf simpatik dan parasimpatik terletak pada posisi ganglion. Saraf simpatik mempunyai ganglion yang terletak di sepanjang tulang belakang menempel pada sumsum tulang belakang sehingga mempunyai urat pra ganglion pendek, sedangkan saraf parasimpatik mempunyai urat pra ganglion yang panjang karena ganglion menempel pada organ yang dibantu. Fungsi sistem saraf simpatik dan parasimpatik selalu berlawanan (antagonis). Sistem saraf parasimpatik terdiri dari keseluruhan "nervus vagus" bersama cabang-cabangnya ditambah dengan beberapa saraf otak lain dan saraf sumsum sambung. Tabel Fungsi Saraf Otonom Parasimpatik Simpatik mengecilkan pupil menstimulasi aliran ludah memperlambat denyut jantung membesarkan bronkus menstimulasi sekresi kelenjar pencernaan mengerutkan kantung kemih 46 memperbesar pupil menghambat aliran ludah mempercepat denyut jantung mengecilkan bronkus menghambat sekresi kelenjar pencernaan menghambat kontraksi kandung kemih 3. Fisiologi peredaran darah otak Otak manusia kiran-kira 2 % dari BB, otak mendapatkan suplay dari kirakira 20% dari curah jantung (CO) dan membutuhkan kira-kira 20% pula dari seluruh pemakaian oksigen tubuh, serta butuh 400 kkal ATP per hari. Jaringan otak sangat rentan terhadap kebutuhan oksigen dan glukosa. Setiap kekurangan suplay sedikit saja pasti akan menimbulkan gangguan. Metabolisme otak selalu konstan tanpa diselingi istirahat. Bila aliran darah otak berhenti 10 detik saja akan menimbulkan gangguan kesadaran. Keterkaitan antara system saraf dan system hormone 47 4. Gangguan Pembuluh Darah Otak (GPDO) Stroke atau gangguan pembuluh darah otak merupakan penyakit neurologic yang timbul mendaadak dans erring mengakibatkan cacat dan kematian. Stroke adalah gangguan fungsi otak fokal, timbul mendadak, berlangsung lebihd ari 24 jam yang disebabkan karena gangguan peredaran darah otak (Islam, MS, 1999). Beberapa bagian otak penting antara lain : a. Thalamus Merupakan system relay untuk segala impuls/informasi yang masuk ke otak b. Hipotalamus Pusat perilaku, pusat suhu, pengatur hormone, dan pengatur tekanan darah c. Hipofisis Induk penghasil hormon d. Amigdala Mengatur denyut jantung dan proses emosi e. Hipokampus Berperan dalam memori/ingatan jangka panjang f. Ganglia basalis Berperan sebagai system pengontrol gerakan g. Serebelum (Otak Kecil) Berfungsi sebagai koordinasi keseimbangan badan h. Batang otak Menghubungkan otak dengan sumsum tulang belakang, pengontrol pernapasan, sirkulasi darah dan denyut jantung. 5. Aliran Darah Otak (ADO) Dalam keadaan normal, ADO berkisar antara 45-60 ml/100 gr/menit. Bila ADO berkisar 15 ml/100 gr/menit maka respon listrik otak menghilang. Beberapa factor yang mempengaruhi ADO antara lain : 1) Tekanan darah 48 2) Tekanan carbondioksida arteri, perubahan tekanan karbondioksida mempengaruhi jumlah aliran darah ke otak. 3) Tekanan oksigen arteri, bila tekanan kurang dari 50 mmHg terjadi vasodilatasi arteri. 4) Viskositas darah 5) Suhu Hukum Hagen-Poiseuille Pr4 Q = ------8L Q = aliran darah P = gradient tekanan r = jari-jari pembuluh darah L = panjang pembuluh darah = viskositas Patofisiologi stroke berkaitan dengan ; 1) iskemia atau penurunan aliran darah ke otak, dan 2) perdarahan atau keluarnya darah ke ruang ekstravaskuler di otak. 6. Faktor Resiko Stroke Form pengukuran potensi stroke Faktor resiko Tekanan darah 0 Rendah Merokok Kadar kolesterol Bukan perokok Dibawah rata-rata Berat badan Olah raga Normal Sangat aktif Diabetes Tidak ada Perilaku Santai Penyakit jantung Tidak ada 1 Meningkat atau normal 15 batang/hari Rata-rata/tidak tahuh Di atas normal Aktif sekali atau 2 kali seminggu Riwayat keluarga diabetes 2 Tinggi/tidak tahu >15 batang Di atas rata-rata Gemuk/obesitas Tidak pernah olah raga Penderita diabetes Sering terburu-buru, kompetitif dan tidak toleren Punya penyakit jantung 49 Nilai Riwayat keluarga Tidak ada serangan stroke di bawah 65 tahun <40 tahun Ada serangan stroke di bawah 55 tahun 40-45 tahun - Umur >55 tahun Penialain 0-3 resiko kecil 4-6 resiko sedang 7-10 resiko tinggi >11 resiko sangat tinggi Sumber : Saelan Yannaa, dr, SPS, Jawa Pos, Minggu, 20 Agustus 2006 halaman 31 SILAHKAN ANDA MENGHITUNG SENDIRI, APAKAH ANDA BERESIKO ? 50 Trauma Sunarto, S.Kep.,Ners.,M.MKes 1. ANATOMI TULANG PENYUSUN RANGKA MANUSIA a. Skeleton Aksial terdiri dari : 1) Tulang Tengkorak, terdiri dari : Tulang tempurung otak ; tulang kepala belakang, tulang baji, tulang tapis, tulang pelipis, tulang dahi, tulang ubun-ubun. Tulang Wajah ; tl. Rahang atas, tl rahang bawah, tl pipi, tl hidung, tl air mata. 2) Tulang Belakang, terdiri dari : 7 ruas tulang leher 12 ruas tulang punggung 5 ruas tulang pinggang 5 tulang kelangkang 4 tulang ekor 3) Tulang Rusuk dan Tulang Dada, terdiri dari : 7 pasang tulang rusuk 3 pasang tulang palsu 2 pasang tulang melayang b. Skeleton Apendikular terdiri dari : b.1 Gelang Bahu ; tulang belikat dan tulang selangka b.2 Gelang Panggul ; tulang usus, tulang duduk, dan tulang kemaluan b.3 Lengan ; tulang lengan atas (humerus), tulang pengumpil (radius), tulang hasta (ulna), 2 x 8 tulang pergelangan tangan (karpal), 2x5 tulang telapak tangan (Metakarpal), 2 x 14 tulang jari (Phalanges). 51 b.4 Kaki : tulang paha (Femur), tulang tempurung (patella), tulang betis (Fibula), tulang kering (Tibia) 2 x 7 tulang pergelangan kaki (Tarsal) 2 x 5 telapak kaki (Metatarsal) 2 x 14 tulang jari-jari kaki (Phalanges) c. Macam-macam persendian c.1 SINKONDROSIS persendian yang dihubungkan oleh tulang rawan contoh pada hubungan ruas antar tulang belakang c.2 SINARTROSIS Sinfibrosis persendian yang dihubungkan oleh jaringan ikat serabut pada tulang tengkorak (SUTURA) c.3 DIARTROSIS - ujung-ujung tulang dilindungi oleh tulang rawan, kedua tulan dihubungkan oleh ligament d. Struktur Persendian Diartrosis permukaan tulang dilindungi oleh membran sinovial yang menghasilkan minyak synovial dan tulang rawan 52 MACAM - MACAM PERSENDIAN DIARTROSIS Sendi Peluru ; kedua ujung tulang berbentuk lekuk dan bongkol pada sendi pada gelang bahu dan gelang panggul Sendi Engsel ; kedua ujung tulang berbentuk engsel pada siku, lutut, ruas antar jari Sendi Putar ; ujung tulang yang satu dapat mengitari ujung tulang yang lain antar tulang atlas dan tulang tengkorak , antar tulang hasta dan tulang pengumpil Sendi Pelana; antar tulang telapak tangan dengan ibu jari Sendi Ovoid ; antar tulang pengumpil dengan pergelangan tangan Sendi Luncur (sendi geser) ; antar tulang pergelangan tangan Kelainan dan gangguan pada sistem alat gerak: A. Kelainan pada otot 1. Atrofi: pengecilan ukuran otot karena tidak dapat berkontraksi 2. Hipertropi: membesarnya otot karena dilatih terus 3. Stiff peradangan otot trapesius leher terasa kaku 4. Lelah otot (kram) 5. Tetanus yang disebabkan infeksi Clostridium tetani B. Kelainan pada tulang dan persendian 1. Kelainan tulang belakang - Skoliosis : (tulang belakang seperti huruf S) 53 - Lordosis (tulang belakang bagian leher dan panggul bengkok kedepan) - Kifosis = bongkok 2. Dislokasi : tulang keluar dari persendian 3. Artritis sika nyeri sendi akibat rongga sendi kekurangan minyak synovial 4. Osteoartritis nyeri sendi karena menipisnya tulang rawan 5. Artritis gout : pembengkakan sendi karena menumpuknya asam urat 6. Artritis eksudatif : nyeri sendi akibat rongga terisi getah radang karena infeksi kuman 7. Layu semu yaitu : rusaknya cakra epifise tulang pipa pada anak dalam kandungan karena infeksi sifilis 8. Fisura = retak tulang pipa 9. Fraktura = patah tulang pipa 10. Nekrosa = lapisan periosteum tulang rusak 11. Ankilosis : sendi tidak dapat digerakkan 54 Macam-Macam Organ Penyusun Sistem Gerak Fungsi Rangka Pada Manusia 1. 2. 3. 4. 5. 6. Sebagai penegak tubuh Sebagai pembentuk tubuh Sebagai tempat melekatnya otot (otot rangka) Sebagai pelindung bagian tubuh yang penting Sebagai tempat pembentukkan sel darah merah Sebagai alat gerak pasif 55 56 57 58 DAFTAR PUSTAKA Price, SA, Wilson, L.Mc, 2000. Phatopysiology Clinical Concept of Disease Processes. 2nd edition, WB Souders Company, Philadelphia. Putra, ST, Soewandojo,E, 1997. Patofisiologi. Airlangga University Press, Surabaya. 59