pengaruh kematangan beragama terhadap sikap sosial mahasiswa

advertisement
PENGARUH KEMATANGAN BERAGAMA
TERHADAP SIKAP SOSIAL MAHASISWA
LEMBAGA DAKWAH KAMPUS SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
TAHUN 2012
SKRIPSI
Diajukan untuk memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh:
MAMIK NUR HAYATI
NIM: 11108044
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2012
Diameter 10cm
PENGARUH KEMATANGAN BERAGAMA
TERHADAP SIKAP SOSIAL MAHASISWA
LEMBAGA DAKWAH KAMPUS SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
TAHUN 2012
SKRIPSI
Diajukan untuk memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh:
MAMIK NUR HAYATI
NIM: 11108044
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2012
MOTTO
lebih baik dibenci jadi diri sendiri daripada dicintai jadi
orang lain, maka jadilah diri sendiri karena itu yang
terbaik.
PERSEMBAHAN
Dengan segenap ketulusan, skripsi ini penulis persembahkan kepada:
1. Kepada Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dalam penulisan
skripsi ini.
2. Kepada kedua orang tuaku yang selalu banting tulang untuk
pendidikanku, terimakasih telah memberikan yang terbaik untuk masa
depanku.
3. Kepada Dra. Ibu Djami’atul Islamiyah, M.Ag. selaku dosen pembimbing
yang dengan sabar membimbing dan mengarahkan saya, terimakasih
telah membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Kepada seluruh dosenku yang telah memberikan bimbingan dan berbagai
macam ilmu pengetahuan telah aku dapatkan di sini, semoga ilmu ini
bermanfaat bagiku dan masyarakat.
5. Kepada kakak dan adikku tercinta yang senantiasa memberi dorongan
dan semangatnya untukku.
6. Kepada seseorang disana yang selalu memberiku semangat untuk terus
berusaha dan berdo’a untuk terselesaikannya skripsi ini. Terimakasih
sudah setia menunggu.
7. Kepada sahabat karibku Ana Zaidatul F. yang selalu ada untuk
mendengarkan keluh kesahku selama ini. Semoga persahabatan kita tidak
putus sampai disini.
8. Kepada teman-temanku seperjuangan PAI B ’08: Zii, Janah, Imanah,
Anik, Risa, Maida, Enggar, Ana, Umami, dan yang tidak bisa disebutkan
satu-persatu, yang senantiasa memberikan semangat dan saling
membantu demi keberhasilan kita bersama.
9. Pembaca yang budiman.
ABSTRAK
Hayati, Mamik Nur. 2012.
Pengaruh kematangan beragama terhadap
sikap sosial mahasiswa lembaga dakwah
kampus sekolah tinggi agama islam negeri
salatiga tahun 2012
Dosen pembimbing
: Dra. Djami‟atul Islamiyah, M. Ag.
Kata kunci
: kematangan
mahasiswa
beragama,
sikap
sosial
Manusia seyogyanya tidak membeda-bedakan sesama dengan dalil apapun,
seperti karena perbedaan ras, keturunan, suku, bangsa, agama, dan sebagainya.
Justru perbedaan itu mendorong manusia untuk saling mengenal, saling
berhubungan, dan saling berlomba dalam kebaikan. Perbedaan derajat manusia
hanyalah di sisi Allah saja, sedangkan manusia sama sekali tidak berwenang
untuk menarik garis kesenjangan dengan cara-cara yang tidak menurut aturan
Allah, lebih-lebih dengan cara yang tidak manusiawi. Allah memandang manusia
bertingkat rendah atau tinggi, hina atau mulia itu sesuai dengan tinggi rendahnya
persentasi dimensi ketakwaan kepada-Nya.
Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui pengaruh kematangan
beragama terhadap sikap sosial mahasiswa Lembaga Dakwah Kampus Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga Tahun 2012. Pertanyaan utama yang ingin
dijawab dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah kematangan beragama
mahasiswa Lembaga Dakwah Kampus Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
Salatiga tahun 2012?, (2) Bagaimana sikap sosial mahasiswa Lembaga Dakwah
Kampus Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga tahun 2012?, (3) Adakah
pengaruh kematangan beragama terhadap sikap sosial mahasiswa Lembaga
Dakwah Kampus Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga tahun 2012?.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif korelasional.
Hasil penelitian ini adalah (1) tingkat kematangan beragama mahasiswa
Lembaga Dakwah Kampus Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga tahun
2012 dalam keadaan tingkat tinggi dengan prosentase 75%, (2) sikap sosial
mahasiswa Lembaga Dakwah Kampus Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
Salatiga tahun 2012 dalam keadaan sangat baik dengan prosentase 39% (3) ada
pengaruh yang signifikan antara variabel X dengan variabel Y pada mahasiswa
Lembaga Dakwah Kampus Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga tahun
2012. Artinya, ada pengaruh positif antara kematangan beragama terhadap sikap
sosial mahasiswa. Hal ini terbukti karena rxy lebih besar dari pada r tabel (r
product moment) yaitu 0,329 yang mana dengan N= 36 diperoleh nilai r pada taraf
signifikansi 5% sebesar 0,585 sehingga hipotesis dapat diterima kebenarannya.
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .................................................................................... i
HALAMAN LOGO ........................................................................................ ii
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................................... iv
PENGESAHAN ............................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN........................................................ vi
MOTTO.............................................................................................................. vii
PERSEMBAHAN............................................................................................. viii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ix
ABSTRAK ........................................................................................................ x
DAFTAR ISI...................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL.............................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... xv
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah......................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian.................................................................... 6
D. Hipotesis penelitian................................................................ 6
E. Manfaat Penelitian................................................................. 7
F. Definisi Operasional.............................................................. 7
G. Metodologi Penelitian........................................................... 11
H. Sistematika Penulisan Skripsi............................................... 15
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kematangan Beragama.....................................................
18
1. Definisi Kematangan Beragama .................................
18
2. Karakteristik Kematangan Beragama ...........................
19
3. Definisi Takwa ..........................................................
27
4. Karakteristik Takwa Menurut Al-Qur‟an ...................... 28
5. Fungsi Takwa ............................................................
32
B. Sikap Sosial ....................................................................
33
1. Definisi Sikap Sosial ..................................................
33
2. Aspek Sikap ..............................................................
34
3. Ciri-Ciri Sikap ...........................................................
34
4. Fungsi Sikap ..............................................................
38
5. Pembentukan Dan Perubahan Sikap .............................
39
6. Akhlak Kepada Sesama Muslim ..................................
43
C. Analisis Pengaruh Kematangan Beragama Terhadap
Sikap Sosial ....................................................................
BAB III
48
LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ..................................... 52
1. Gambaran Umum Organisasi Lembaga Dakwah Kampus
(LDK) STAIN Salatiga ................................................... 52
2. Visi dan Misi Lembaga Dakwah Kampus (LDK) STAIN
Salatiga ............................................................................ 57
3. Struktur Organisasi Lembaga Dakwah Kampus (LDK)
STAIN Salatiga ............................................................... 57
B. Penyajian Data Penelitian ................................................
59
1. Daftar Responden ............................................................ 59
2. Data Tentang Jawaban Angket Kematangan
Beragama.......................................................................... 61
3. Data Tentang Jawaban Angket Sikap Sosial ................... 64
BAB IV
ANALISIS DATA..................................................................
68
A. Analisis Data Tingkat Kematangan Beragama ................... 69
BAB V
B. Analisis Data Tingkat Sikap Sosial ....................................
76
C. Analisis uji hipotesis.........................................................
83
D. Interpretasi Data...............................................................
86
PENUTUP............................................................................
89
A. Kesimpulan.....................................................................
89
B. Saran-Saran ....................................................................
90
C. Penutup..........................................................................
90
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel I. Daftar Nama Responden .............................................................
59
Tabel II. Daftar Jawaban Angket Kematangan Beragama .......................
62
Tabel III. Daftar Jawaban Angket Sikap Sosial ........................................
65
Tabel IV. Daftar Jawaban Angket Kematangan Beragama .......................
70
Tabel V. Interval Tingkat Kematangan Beragama .....................................
73
Tabel VI. Nilai Nominasi Tingkat Kematangan Beragama ........................
73
Tabel VII. Distribusi Frekuensi Jawaban Kematangan Beragama..............
76
Tabel VIII. Daftar Jawaban Angket Sosial ................................................
77
Tabel IX. Interval Sikap Sosial ..................................................................
79
Tabel X. Nilai Nominasi Tingkat Sikap Sosial ..........................................
80
Tabel XI. Distribusi Frekuensi Jawaban Sikap Sosial ...............................
83
Tabel XII. Tabel Kerja Koefisien Korelasi Antara Tingkat Kematangan
Beragama (X) Terhadap Sikap Sosial (Y) ......................................................... 84
Tabel XIII. Nilai Product Moment ............................................................
87
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Angket penelitian
Lampiran 2. Daftar SKK
Lampiran 3. Lembar konsultasi skripsi
Lampiran 4. Surat ijin penelitian
Lampiran 5. Surat keterangan penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hadirnya arus globalisasi sebagai akibat perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, telah banyak menimbulkan dampak yang tidak
sedikit bagi bangsa ini. Tidak sedikit manusia yang cenderung individualis
yang mengarah pada pribadi egois, lebih mementingkan diri sendiri sehingga
mengorbankan orang lain demi kepentingan pribadi. Hal ini disebabkan oleh
perkembangan teknologi yang hari demi hari makin meningkat, namun tidak
diimbangi dengan pemberian bekal dasar-dasar keagamaan yang kuat.Dengan
ini agama sangat penting dan harus berperan aktif demi terciptanya insan yang
berjiwa sosial tinggi.
Islam sebagai agama universal memiliki seperangkat nilai-nilai bagi
pembentukan diri dan pembangunan manusia sempurna (insan kamil) yang
berlandaskan pada wahyu Allah dan Sunnah Nabi. Islam memandang manusia
berasal dari satu diri (Adam) dan Allah menciptakan Hawa yang kemudian
berkembang menjadi suku-suku dan bangsa-bangsa, baik dilihat dari asal
manusia yang satu diri itu maupun setelah ia berkembang biak memenuhi
bumi. Manusia seyogyanya tidak membeda-bedakan sesama dengan dalil
apapun, seperti karena perbedaan ras, keturunan, suku, bangsa, agama, dan
sebagainya. Justru perbedaan itu mendorong manusia untuk saling mengenal,
saling berhubungan, dan saling berlomba dalam kebaikan. Perbedaan derajat
manusia hanyalah di sisi Allah saja, sedangkan manusia sama sekali tidak
berwenang untuk menarik garis kesenjangan dengan cara-cara yang tidak
menurut aturan Allah, lebih-lebih dengan cara yang tidak manusiawi. Allah
memandang manusia bertingkat rendah atau tinggi, hina atau mulia itu sesuai
dengan tinggi rendahnya persentasi dimensi ketakwaan kepada-Nya.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur‟an surat Al-Hujarat (49:13)
            
         
Artinya: “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh,
yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling
bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti.”
Menurut Islam atribut inti manusia adalah kepribadian, yang
mencakup pemilikan kesadaran diri, pengarahan diri, kehendak dan intelek
kreatif. Secara pribadi-pribadi manusia bertanggung jawab kepada Tuhan
dalam hal-hal yang berkaitan dengan pengabdian (ibadah) secara vertikal
kepada-Nya. Akan tetapi sebagai makhluk, ia hidup dengan makhluk yang lain,
dan hidup berdampingan dengan sesamanya, atau biasa disebut dengan
dimensi horizontal (Kaelany HD, 2000:156-157).
Masyarakat dalam pandangan Islam merupakan alat atau sarana untuk
melaksanakan ajaran-ajaran islam yang menyangkut kehidupan bersama.
Karena itulah masyarakat harus menjadi dasar kerangka kehidupan duniawi
bagi kesatuan dan kerja sama umat menuju adanya suatu pertumbuhan
manusia yang mewujudkan persamaan dan keadilan. Pembinaan masyarakat
haruslah dimulai dari pribadi-pribadi, masing-masing wajib memelihara diri,
meningkatkan kualitas hidup, agar dalam hidup di tengah masyarakat itu
dirinya dapat berguna dan tidak merugikan orang lain (Kaelany HD,2000:157).
Seseorang dikatakan berguna bagi orang lain adalah orang yang mampu
menciptakan kesejahteraan bersama dalam lingkungan masyarakat. Hal ini
dapat direalisasikan dengan cara memberi bantuan kepada orang lain yang
tidak mampu atau dalam kesusahan. Setiap orang harus memahami fungsinya
masing-masing. Seorang muslim hendaklah mengunjungi saudara muslimnya
yang sakit, meringankan beban orang yang mendapat kesulitan, menciptakan
cinta kasih, persaudaraan dan solidaritas antara satu sama lain. Islam
menganjurkan, hendaklah menciptakan kebersamaan dalam masyarakat dan
saling membantu orang-orang yang mengalami kesusahan, karena Allah
menjanjikan pahala bagi orang-orang yang mau berbuat kebajikan.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Ali-Imron (3:134)
          
   
Artinya: “(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu
lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan
memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat
kebajikan.”
Seperti yang telah dikemukakan oleh Eysenck H.J dan Arnold. W.
(1972:238) dalam bukunya Islamiyah (2006:17), bahwa maturitas adalah
kondisi kematangan yakni satu kondisi dimana differensiasi dan integrasi
antara badan, jiwa dan mental telah sempurna dan terkonsolidasi, dan ketika
telah ada kesiapan dari individu dalam menghadapi tuntutan kehidupan. Pada
dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat berdiri sendiri tanpa
bantuan dari orang lain. Dengan itu agama mendorong manusia untuk
bersikap keberagamaan sesuai dengan ketaatannya terhadap agama.
Kepribadian yang matang bagi seseorang tidak tergantung pada
usianya, maka demikian juga dengan kematangan beragama, yang tidak
selamanya konsiden (bertepatan waktu) dengan kematangan fisik atau usia
seseorang. Artinya tidak selamanya orang sudah dewasa atau tua usianya pasti
memiliki kematangan beragama. Sebaliknya amat dimungkinkan seseorang
yang belum begitu tua (remaja misalnya) dapat memiliki kematangan
beragama (Islamiyah,2006:18).
Dewasa ini sikap sosial semakin ditinggalkan, justru sekarang lebih
banyak orang yang berlomba-lomba untuk memenuhi kepentingan pribadinya.
Sikap sosial belakangan ini justru dijadikan sarana untuk kepentingan politik,
kekuasaan, dan untuk mendapat pujian atau sanjungan semata.
Akan tetapi yang penulis maksud disini adalah sikap sosial yang murni
tanpa pamrih dan sepenuhnya dilakukan karena hanya ingin mendapat ridho
Allah SWT. Sikap mengutamakan orang lain diatas kepentingan pribadi
adalah sesuatu yang tidak mudah untuk dilakukan, melainkan penuh
perjuangan, kesabaran dan keikhlasan dalam melakukannya. Misalnya
seseorang mahasiswa yang merelakan uang jajan bulanannya untuk
kepentingan bakti sosial atau untuk membantu teman yang sakit.
Untuk memahami masalah di atas, maka perlu dilakukan kegiatan
penelitian yang berjudul “Pengaruh Kematangan Beragama Terhadap
Sikap Sosial Mahasiswa Lembaga Dakwah Kampus Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri Salatiga Tahun 2012”.
B. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang masalah di atas, maka penulis dapat
mengambil suatu pokok masalah yang penulis rumuskan sebagai berikut:
1.
Bagaimanakah kematangan beragama Mahasiswa Lembaga Dakwah
Kampus Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga Tahun 2012?
2.
Bagaimanakah sikap sosial Mahasiswa Lembaga Dakwah Kampus
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga Tahun 2012?
3.
Adakah pengaruh kematangan beragama terhadap sikap sosial Mahasiswa
Lembaga Dakwah Kampus Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga
Tahun 2012?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan diadakannya penelitian
ini adalah:
1. Mengetahui tingkat kematangan beragama Mahasiswa Lembaga Dakwah
Kampus Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga Tahun 2012.
2. Mengetahui sikap sosial Mahasiswa Lembaga Dakwah Kampus Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga Tahun 2012.
3. Mengetahui sejauh mana pengaruh kematangan beragama terhadap sikap
sosial Mahasiswa Lembaga Dakwah Kampus Sekolah Tinggi Agama
Islam Negeri Salatiga Tahun 2012.
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis berasal dari kata “hypo” yang berarti “di bawah” dan “thesa”
yang berarti “kebenaran”. Hipotesis dapat didefinisikan sebagai jawaban
sementara yang kebenarannya masih harus diuji, atau rangkuman kesimpulan
teoretis yang diperoleh dari tinjauan pustaka (Martono, 2011:63). Hipotesis
dalam penelitian ini adalah: “Ada pengaruh kematangan beragama terhadap
sikap sosial Mahasiswa Lembaga Dakwah Kampus Sekolah Tinggi Agama
Islam Negeri Salatiga Tahun 2012”.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pembaca dan
khususnya keluarga besar Lembaga Dakwah Kampus Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri Salatiga agar dalam bersikap selalu mencerminkan
akhlak mulia sesuai tuntunan Islam.
2. Bagi penulis, diharapkan menjadi bahan masukan untuk mengembangkan
wawasan dalam bertingkah laku dan sebagai bahan dokumentasi untuk
penelitian lebih lanjut.
3. Dapat memberikan tambahan informasi dan pengetahuan bagi para
pembaca pada umumnya.
F. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman penafsiran terhadap judul skripsi
di atas, maka penulis berusaha menjelaskan dari berbagai istilah pokok yang
terkandung dalam judul tersebut, yaitu:
1. Kematangan Beragama
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kematangan mempunyai
arti keadaan individu dalam perkembangan sepenuhnya yang ditandai oleh
kemampuan aktual dalam membuat pertimbangan secara dewasa.
Sedangkan beragama mempunyai arti taat kepada agama (Depdiknas,
2007:723).
Dalam studi psikologis kematangan beragama biasa disebut dengan
religious maturity atau maturitas beragama. Maturitas adalah kondisi
kematangan yakni satu kondisi dimana defferensiasi dan integrasi antara
badan, jiwa dan mental telah sempurna dan terkonsolidasi, dan ketika telah
ada kesiapan dari individu dalam menghadapi tuntutan kehidupan. Jadi
maturitas agama atau kematangan beragama dapat dipahami sebagai suatu
kondisi ideal dari perkembangan keagamaan seseorang sebagai hasil dari
proses penghayatan terhadap agamanya (Islamiyah, 2006:17). Jadi yang
dimaksud kematangan beragama dalam penelitian ini adalah keadaan
matang seseorang baik dari segi vertikal (dengan Allah) maupun dari segi
horizontal (dengan lingkungannya).
2. Sikap Sosial
Dalam Kamus Bahasa Indonesia, sikap mempunyai arti perbuatan
dan sebagainya yang berdasarkan pada pendirian. Sedangkan sosial yaitu
berkenaan dengan masyarakat, suka memperhatikan kepentingan umum
(Depdiknas, 2007:1063).
Menurut Ilmu Psikologi sikap adalah suatu hal yang menentukan
sikap sifat, hakikat, baik perbuatan sekarang maupun perbuatan yang akan
datang. Menurut Zimbardo dan Ebbesen, sikap adalah suatu predisposisi
(keadaan mudah terpengaruh) terhadap seseorang, ide atau obyek yang
berisi komponen-komponen cognitive, affective, dan behavior. Sedangkan
menurut L.L Thurstone orang dikatakan memiliki sikap positif terhadap
suatu obyek psikologi apabila ia suka (like) atau memiliki sikap yang
favorable, sebaliknya orang yang dikatakan memiliki sikap yang negatif
terhadap obyek psikologi bila ia tidak suka (dislike) atau sikapnya
unfavorable terhadap obyek psikologi. Sikap sosial adalah kesadaran
individu yang menentukan perbuatan yang nyata, yang berulang-ulang
terhadap obyek yang berkaitan dengan sosial (Ahmadi, 1999:162).
Sedangkan yang dimaksud dengan sikap sosial dalam penelitian ini adalah
kesadaran individu yang tercermin dalam perbuatan terhadap sesama.
Sementara untuk mengukur kematangan beragama, penulis
merujuk pada pendapat Allport, yang membentuk beberapa karakteristik
tentang kematangan beragama. Menurut Allport dalam bukunya Islamiyah
(2006:19), bahwa kematangan kepribadian menjadi prasyarat dari
kematangan beragama. Kepribadian yang matang ditandai oleh tiga hal
sebagai berikut:
a. Memiliki
wawasan
yang
luas,
tidak
egois,
dan
mampu
mengembangkan interes pribadinya (the expanding self).
b. Memiliki kemampuan pemahan terhadap diri sendiri secara objektif
serta mampu mempertahankan harmonisasi terhadap sesama secara
positif (self objectivication).
c. Memiliki filsafat hidup yang konsisten/menyatu (unifying philosophy
of life).
Dari konsep tersebut, Allport menyebutkan beberapa indikator dari
kematangan beragama sebagai berikut:
1) Well-differentiated dan self critical, yaitu memiliki alasan tertentu
ketika ditanya tentang, mengapa dia memilih Islam (motivasi
memeluk agama).
2) Dynamic in character, yaitu agama menjadi motivasi tersendiri dalam
aspek kehidupan (bersikap muttaqien).
3) Productive of a consistent morality, yaitu memiliki moral yang
konsisten dengan agama (berakhlak mulia sesuai dengan syariat
agama).
4) integral dan komprehensif, dalam penelitian ini yang dimaksud adalah
mengutamakan sikap Islami dalam seluruh aspek kehidupan.
5) Fundamentally
heuristic,
yakni
selalu
berusaha
menambah
pengetahuan tentang ajaran agamanya (Islamiyah, 2006:19-21).
Sedangkan untuk mengukur sikap sosial seseorang terhadap
sesama digunakan indikator sebagai berikut:
1) Ketika bertemu selalu mengucap salam atau menjawabnya
2) Berusaha menjenguk jika ada yang sakit
3) Menyayangi sesama
4) Menolong sesama yang membutuhkan
5) Rendah hati
6) Selalu berprasangka baik
7) Menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda
8) Berusaha memaafkan kesalahan sesama (Salamulloh, 2008:106-130).
G. Metodologi Penelitian
Metodologi di sini diartikan sebagai suatu cara atau teknis yang
dilakukan dalam proses penelitian. Sedangkan penelitian diartikan sebagai
upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh
fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati, dan sistematis untuk
mewujudkan kebenaran (Mardalis, 2002:24). Adapun komponen dalam
metode penelitian ini adalah:
1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian
a. Pendekatan
Pendekatan
yang dipakai
dalam
penelitian
ini
adalah
Kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah suatu proses ketika seseorang
mengamati fenomena secara mendalam dan mengumpulkan data yang
kemudian ditarik beberapa kesimpulan dari data tersebut (Martono,
2011:8).
b. Rancangan penelitian
Rancangan penelitian ini menerapkan: pengaruhnya/kausalitas
kematangan beragama terhadap sikap sosial mahasiswa lembaga
dakwah kampus (LDK) STAIN Salatiga. Dipilihnya rancangan
kausalitas dimaksud bahwa penelitian ini melihat apakah variabel
Kematangan Beragama memberikan pengaruh positif terhadap variabel
sikap sosial mahasiswa LDK STAIN Salatiga yang secara teoritik
dapat dipahami.
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
a. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian ini adalah Lembaga Dakwah Kampus (LDK)
STAIN Salatiga. Dipilihnya lokasi ini dengan alasan bahwa LDK
merupakan organisasi kampus yang berbasiskan Islam, sehingga
melahirkan kader-kader dakwah yang menjunjung tinggi nilai-nilai
ajaran Islam.
Sedangkan subyek penelitian disini adalah seluruh pengurus
LDK STAIN Salatiga tahun 2012. Dipilihnya subyek ini dengan alasan
bahwa peneliti tertarik untuk meneliti para mahasiswa yang mayoritas
taat dan tekun menjalankan ajaran agama serta memiliki sikap
solidaritas yang tinggi. Berangkat dari fenomena tersebut, maka
peneliti tertarik untuk menelitinya.
b. Waktu penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan sejak penyusunan proposal
sampai penelitian selesai yaitu pada tanggal 7 Juli 2012 sampai 12
Agustus 2012.
3. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Menurut Nanang Martono (2011:74), populasi merupakan
keseluruhan objek atau subyek yang berada pada suatu wilayah dan
memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian,
atau keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang akan
diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota LDK
STAIN Salatiga tahun 2012 yang berjumlah 85 mahasiswa.
b. Sampel penelitian
Nanang Martono (2011:74) Sampel adalah anggota populasi
yang dipilih dengan menggunakan prosedur tertentu sehingga
diharapkan dapat mewakili populasi. Sampel dalam penelitian ini
diambil dari seluruh pengurus LDK STAIN Salatiga yang berjumlah
36 mahasiswa.
4. Metode Pengumpulan Data
a. Metode angket
Metode angket atau bisa juga disebut dengan kuesioner
merupakan sejumlah pertanyaan atau pernyataan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden (Arikunto,
2006:151). Materi pertanyaan atau pernyataan secara sistematis dengan
menggunakan alternatif jawaban tertutup, dimana setiap item telah
diberikan kemungkinan jawaban sehingga responden tinggal memilih
jawaban yang tepat sesuai dengan dirinya. Untuk angket kematangan
beragama menggunakan pilihan ganda, sedangkan untuk angket sikap
sosial menggunakan skala likert. Kuesioner ini disebarkan kepada
pengurus LDK STAIN Salatiga yang dijadikan sampel dalam
penelitian ini.
b. Dokumentasi
Dokumentasi, dari asal kata dokumen, yang artinya barangbarang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti
menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen,
peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya
(Arikunto, 2006:158). Dengan kata lain Metode ini digunakan untuk
memperoleh informasi yang berkaitan dengan dokumen-dokumen atau
data-data yang berkaitan dengan objek penelitian.
c. Observasi
Observasi merupakan suatu metode penelitian yang dijalankan
secara sistematis dan dengan sengaja (tidak asal atau sembarangan dan
secara kebetulan) yang diadakan dengan menggunakan alat indera
terutama mata sebagai alat untuk menangkap secara langsung
kejadian-kejadian atau keadaan yang akan diobservasi (Walgito,
1990:31).
5. Analisis Data
Teknik yang digunakan penulis dalam menganalisis data adalah
dengan menggunakan teknik analisis prosentase dengan menggunakan
rumus:
P=
Keterangan :
× 100%
P = prosentase
F = frekuensi
N = banyaknya subyek seluruhnya
Setelah data tersebut diperoleh, kemudian diolah kembali dengan
menggunakan analisa statistik product moment dengan rumus sebagai
berikut:
rxy=
(
√*
(
)(
) +*
)
(
) +
Keterangan:
rxy
= Koefisien antara variabel X dan Y
XY = Perkalian antara X dan Y
X
= Variabel 1
Y
= Variabel 2
N
= Jumlah sampel yang diteliti
Σ
= Sigma (jumlah)
H. Sistematika Penulisan Skripsi
BAB I
: PENDAHULUAN
Pada bab I pendahuluan ini berisi tentang: latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian,
manfaat penelitian, definisi operasional, metodologi penelitian,
serta sistematika penulisan skripsi.
BAB II
: LANDASAN TEORI
Dalam bab II landasan teori ini diuraikan sebagai
pembahasan teori yang menjadi landasan teoritik yakni:
A. Kematangan Beragama
1.
Definisi Kematangan beragama
2.
Karakteristik Kematangan Beragama
3.
Definisi Takwa
4.
Karakteristik Takwa Menurut Al-Qur‟an
5.
Fungsi Takwa
B. Sikap Sosial
1.
Definisi Sikap Sosial
2.
Aspek Sikap
3.
Ciri-Ciri Sikap
4.
Fungsi Sikap
5.
Pembentukan Dan Perubahan Sikap
6.
Akhlak Kepada Sesama Muslim
C. Analisis Pengaruh Kematangan Terhadap Sikap Sosial
BAB III
: LAPORAN HASIL PENELITIAN
Berisi tentang gambaran umum lokasi penelitian dan
penyajian data penelitian.
BAB IV
: ANALISIS DATA
Dalam bab ini meliputi: analisis data tingkat kematangan
beragama, analisis data tingkat sikap sosial, analisis uji hipotesis,
dan interpretasi data.
BAB V
: PENUTUP
Di akhir bab ini berisi tentang kesimpulan, saran-saran, dan
penutup.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kematangan Beragama
1. Definisi Kematangan Beragama
Kompleksitas agama dan keberagamaan seringkali membuat tidak
mudah mendefinisikan agama yang diterima semua pihak. Orang
kemudian mengurai agama bukan dari definisinya namun dari aspek
dimensi-dimensinya. Banyak dan beragamnya definisi agama maupun
dimensi agama telah dikemukakan orang, pada dasarnya apa yang disebut
orang sebagai agama tidak bisa lepas dari dua komponen penting yaitu
iman yang biasa disebut dengan dimensi vertikal dan amal yang biasa
disebut dengan dimensi horizontal keberagamaan. Dalam Islam terdapat
ajaran wa‟tashimu bihabliminallahi wahabliminannas (Islamiyah,2006:14).
Clark menjelaskan dalam bukunya Djami‟atul Islamiyah, ada tiga
alasan mengapa agama sulit didefinisikan. Pertama, karena pengalaman
agama merupakan pengalaman yang subyektif dan bersifat batini, orang
akan cenderung mengartikan agama sesuai dengan pengalamannya
masing-masing. Kedua, agama bagi setiap orang merupakan sesuatu yang
suci dan luhur, setiap orang ingin dikatakan sebagai orang yang beragama.
Ketiga, konsepsi tentang agama seringkali dipengaruhi oleh tujuan-tujuan
dari orang-orang yang mendefinisikan agama (Islamiyah,2006:15).
Islamiyah (2006:15) menjelaskan dalam bukunya bahwa menurut
William James, agama diartikan sebagai pengalaman individual ketika
seseorang dalam kesendiriannya melakukan komunikasi dengan sesuatu
yang
dipandang
sebagai
tuhan.
Sedangkan
menurut
J.B.
Pratt
menyebutkan bahwa agama sebagai pengalaman (perilaku) sosial, terhadap
kekuatan yang memiliki kontrol di atas segala nasib manusia.
Dalam studi psikologis kematangan beragama biasa disebut dengan
religious maturity atau maturitas beragama. Maturitas adalah “the state
existing when somatic, psychic and mental differentiation and integration
are complete and consolidated, and when there is readiness to fulfiel tasks
facing the individual at any given time and to cope with the demans made
by life”, kondisi kematangan yakni satu kondisi dimana differensiasi dan
integrasi antara badan, jiwa dan mental telah sempurna dan terkonsolidasi,
dan ketika telah ada kesiapan dari individu dalam menghadapi tuntutan
kehidupan. Sedangkan maturitas agama adalah suatu kondisi ideal dari
perkembangan
keagamaan
seseorang
sebagai
hasil
dari
proses
penghayatan terhadap agamanya (Islamiyah,2006:17).
2. Karakteristik Kematangan Beragama
(Islamiyah,2006:18) disebutkan bahwa menurut Allport, kriteria
tentang kematangan
beragama akan lebih
obyektif digambarkan
berdasarkan teori yang dapat dipertahankan tentang kepribadian seseorang.
Dia menggambarkan kepribadian sebagai “the dynamic organization with
in the individual of those pshychophysical system that determine his
characteristic behavior and thought”. Artinya kepribadian adalah
organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem psikophisik yang
menentukan karakteristik perilaku dan pola pikirnya.
Menurut Allport dalam bukunya Djami‟atul Islamiyah, seseorang
bisa matang agamanya jika kepribadiannya sudah matang. Oleh karena itu
menurut Allport kepribadian yang matang ditandai oleh tiga hal:
a.
The Expanding Self
Kepribadian
yang
matang
memiliki
kemampuan
untuk
memperluas interes pribadi, tidak hanya bersifat ego sentris tapi
mampu mengembangkan interes pribadinya pada obyek-obyek dan
nilai-nilai ideal di atas keinginan materi belaka.
b.
Self Objectivication
Memiliki kemampuan untuk memahami dirinya sendiri secara
obyektif. Pada pribadi-pribadi yang matang dia akan mampu melihat
dirinya sendiri seperti orang lain melihat dirinya (kemampuan insight)
dan mampu mempertahankan hubungan secara positif dengan obyekobyek di luar dirinya, sekalipun dia menyadari akan adanya
ketidakharmonisan.
c.
Unifying Phylosopy of Life
Kepribadian yang matang ditandai oleh filsafat hidup yang
menyatu dalam kehidupan secara praktis. Itu artinya bahwa jika
agama menyatu dalam diri seseorang, maka semua aktivitas yang ia
lakukan selalu ia landaskan pada filsafat hidupnya yaitu berupa
norma-norma agama yang ia yakini kebenarannya.
Dari teori tentang kepribadian tersebut, Allport menggambarkan
beberapa kriteria kematangan beragama sebagai berikut:
a.
Well-differentiated dan self critical
Allport menyebut beraneka ragam interes yang ada dalam
sentimen keagamaan sebagai „differentiation‟, misalnya sentimen
keagamaan yang tertuju pada tuhan, pada kebaikan dan lain-lain,
sedang apa yang disebut dengan sentiment adalah pikiran dan
perasaan yang teorganisasi dan terarah pada satu obyek tertentu.
Mereka yang berkembang pada suatu „differentiated sentiment‟
seringkali menunjukkan suatu sikap penyerahan diri yang tidak kritis.
Sedangkan self critical dimaksudkan bahwa agama yang matang
mampu melahirkan sikap diri yang kritis terhadap agama, pada saat
yang sama ketika dia tetap loyal pada agamanya. Dengan kata lain
orang cepat tanggap ketika agamanya mulai disinggung atau dikritik.
b.
Dynamic in character
Agama yang matang memiliki kekuatan motivasi tersendiri atau
sering disebut sebagai „fungtional autonomy‟, hingga terbebas dari
dorongan-dorongan yang semata-mata bersifat organis seperti rasa
takut, kelaparan, atau keinginan-keinginan yang bersifat jasmaniah.
Karenanya maka pada pribadi-pribadi yang matang agamanya, agama
mempunyai karakter motivasional yang autentik dan dapat merupakan
sandaran penting dalam hidupnya.
c.
Productive of a consistent morality
Perkembangan logis dari pengaruh dinamisnya motivasi agama
adalah kekuatannya dalam mempengaruhi tingkah laku seseorang.
Oleh karenanya agama yang matang biasanya ditandai oleh moralitas
yang konsisten.
d.
Comprehensive
Agama kata Allport seperti filsafat harus mampu menjawab
masalah-masalah yang ilmu pengetahuan tidak memiliki „frame‟ ke
arah itu. Tetapi agama juga memberikan semangat dengan
motivasinya pada seluruh kehidupan. Oleh karena itu, orang yang
sentimen keagamaannya bersifat komprehensif akan memiliki sikap
toleran.
e. Integral
Jika semua kehidupan secara komprehensif dihubungkan kepada
satu sumber (ajaran agama) maka konsekuensinya agama matang akan
bersifat integral. Dengan kata lain agama terintegrasi dalam setiap
aspek kehidupan (menyatu dalam pribadi).
f. Fundamentally heuristic
Pada pribadi-pribadi yang matang agamanya akan selalu berusaha
mencari hal-hal yang dapat menjelaskan kepercayaannya dan
memantapkan untuk mencari kebenaran yang diajarkan agama.
Dengan demikian wawasan keagamaan seseorang akan semakin luas
dan berkembang.
Menurut Allport ada enam karakteristik kematangan beragama
yang pada dasarnya merupakan aplikasi dari tiga kriteria kematangan
kepribadian (yaitu interes yang luas, self objectivikasi dan filsafat hidup
yang menyatu) pada wilayah agama. Oleh karena itu dapat disimpulkan
bahwa orang-orang yang matang agamanya pastilah orang-orang yang
matang kepribadiannya. Akan tetapi kesimpulan tersebut diatas tidak bisa
dimaknai yang sebaliknya. Artinya bahwa setiap kepribadian yang matang
pastilah memiliki kematangan dalam beragama. Sebab apa yang disebut
sebagai filsafat hidup tidaklah mesti berupa agama (Islamiyah,2006:19-21).
Selanjutnya bila kepribadian yang matang bagi seseorang tidak
tergantung pada hitungan usianya, maka demikian juga dengan
kematangan beragama, yang tidak selamanya konsiden (bertepatan waktu)
dengan kematangan fisik atau usia seseorang. Artinya tidak selamanya
orang yang sudah dewasa atau tua usianya pasti memiliki kematangan
beragama. Sebaliknya amat dimungkinkan seseorang yang belum begitu
tua (remaja) dapat memiliki kematangan beragama (Islamiyah, 2006:14).
Sedangkan William James dalam bukunya Islamiyah (2006:21-22),
menggambarkan orang-orang yang matang agamanya (saintliness)
memiliki empat kriteria yaitu:
a.
A Feeling of being in a widek life than that of this world‟s selfish little
intersts: and a conviction, not merely intelectual, but as it were
sensible, of the exsistence of an ideal power. Artinya merasakan
makna kehidupan lebih luas lebih dari interes-interes keduniaan yang
rendah dan merasakan adanya suatu keyakinan tentang eksistensi ideal
power (Tuhan) bukan semata bersifat intelektual tetapi keyakinan itu
dapat dirasakan. Kondisi batin semacam ini akan melahirkan
kehidupan yang asketik (meninggalkan hal-hal yang bersifat
keduniaan yang dianggap tidak penting) dengan ciri utamanya adanya
perasaan senang „berkurban‟ sebagai loyalitasnya pada Tuhan.
b.
A sense of the friendly continuity of the ideal power with our own life,
and a willing self surrender to its control. Dengan kata lain orangorang yang matang agamanya memiliki perasaan secara kontinyu yang
begitu dekat antara Tuhan dan kehidupannya, dan suatu penyerahan
diri pada pengawasannya.
c.
An immense elation and freedom, as the outlines of the confining self
hood melt down. Orang-orang yang matang agamanya akan merasa
bahagia dan perasaan yang bebas luar biasa karena batas-batas
keakuan diri telah melebur. Konsekuensinya akan muncul sikap
„purity‟ dengan salah satu cirinya adalah semakin bertambahnya
perasaan peka terhadap hal-hal yang bertentangan dengan semangat
spiritual.
d.
A shifting of the emotional centre towards loving and harmonious
affections, towards „yes yes‟ and away from „non‟, where the claims of
the non ego are concerned. Artinya perubahan pusat-pusat emosi ke
arah cinta kasih dan keharmonisan atau menurut istilah James dari
emosi „no‟ menjadi „yes‟, yang berkenaan dengan klaim yang bersifat
non ego. Kondisi semacam ini akan membentuk sikap „charity‟ yaitu
kedermawanan dan cinta terhadap sesama makhluk.
Dalam bukunya Islamiyah (2006:22), Wiemans menggambarkan
satu kesatuan norma atau standar untuk mengukur perkembangan agama
seseorang. Standar ini adalah merupakan standar ideal.
a.
Memiliki daya guna secara obyektif bagi kemanusiaan
b.
Memiliki loyalitas yang menyeluruh
c.
Sensitif dalam merasakan dan membedakan nilai
d.
Memiliki loyalitas yang berkembang
e.
Mempunyai efektifitas sosial.
Berbeda dengan Allport, James dan Wiemans, Clark menyusun 10
pertanyaan untuk menilai kematangan agama seseorang.
1) Apakah agama bagi seseorang merupakan kebutuhan primer ataukah
hanya semata imitatif?
2) Apakah agama bagi seseorang cukup fresh? Artinya apakah agama
dapat menimbulkan perasaan keingintahuan yang segar?
3) Apakah agama dapat menimbulkan sikap self critical? Artinya apakah
agama dapat membentuk seseorang untuk bersikap kritis terhadap
„kelemahan‟ agamanya pada saat yang sama ketika dia tetap loyal pada
agama tersebut.
4) Apakah agama bebas dari magic? Artinya apakah agama bagi seseorang
dipandang sebagai cara untuk mengharmonisasikan kehidupannya
dengan tuhan? Ataukah agama tersebut bersifat a genuine religion?
5) Apakah agama cukup memberi makna dinamis? Artinya apakah agama
memberikan arti yang penuh bagi kehidupannya dan membawa suatu
perubahan bagi sikap dan tingkah lakunya?
6) Apakah agama bagi seseorang cukup terintegrasi? Artinya agama dapat
meliputi seluruh aspek kehidupan sehingga menimbulkan konsistensi
moral.
7) Apakah agama bagi seseorang memiliki efektivitas sosial? Dengan kata
lain apakah agama bagi seseorang cenderung memperkuat rasa
kemasyarakatan seseorang dengan orang lain dan tanggung jawab pada
masyarakat secara luas.
8) Apakah agama bagi seseorang mampu melahirkan sikap rendah hati?
9) Apakah agama bagi seseorang berkembang? Adakah kepercayaan
terhadap agama seseorang mengalami perkembangan baik dalam hal
pencarian kebenaran yang lebih mendalam maupun pada progresivitas
yang lebih luas.
10) Apakah agama bagi seseorang melahirkan sikap kreatif? Artinya
Apakah agama bagi seseorang memperkembangkan nilai yang
dimilikinya dan menunjukkan karakteristik dirinya sendiri? Ataukah
hanya sekedar merupakan pengulangan yang berasal dari orang lain.
(Islamiyah,2006:23).
Sementara pada terminologi Islam kematangan beragama memang
tidak disebut secara eksplisit, namun jika di rumut dari karakteristiknya maka
yang hampir “memadai” konsep maturitas agama adalah “taqwa”.
3. Definisi Takwa
Kata takwa dalam Al-qur‟an mempunyai beberapa makna, antara lain:
takut azab Allah, iman, tauhid, tobat, taat, meninggalkan kemaksiatan, ikhlas,
beribadah, dan membersihkan hati dari dosa, dan inilah hakikat takwa
(Shaleh,2006:8).
Dalam bukunya Shaleh (2006:5), Afif A. Thabbarah menjelaskan
bahwa takwa adalah sarana yang melindungi seseorang dari semua hal yang
dapat merintangi aktivitas seseorang dalam mencapai cita-cita mulia untuk
meraih kesempurnaan dan kesucian. Pengertian ini didasarkan pada firman
Allah SWT dalam QS. Al-Hujurat:13 yang berbunyi:
           
          
Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang
yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa
diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Dari penegasan ayat di atas jelas terlihat bahwa manusia yang
terhormat, termulia, serta tertinggi kualitas dan derajatnya adalah manusia
yang paling bertakwa.
Sedangkan John L. Esposito dalam bukunya Shaleh (2006:6),
mengemukakan bahwa takwa merupakan usaha proteksi diri atau takut pada
Allah, sikap atau kecenderungan ini lahir dari keyakinan terhadap Tuhan Yang
Maha Kuassa dan yang selalu mengawasi. Tuhanlah yang memerintahkan
kepatuhan dan ketaatan kepada keehendak-Nya dan kepada-Nyalah setiap
muslim menyandarkan tanggung jawab moralnya. Takwa merupakan
cerminan respon seorang mukmin yang mengetahui apa yang seharusnya ia
lakukan dan dan yang hidup dengan kehidupan yang penuh kesadaran akan
konsekuensi abadi yang menanti pada hari kiamat.
Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa takwa merupakan suatu
kesadaran lahir dan batin yang mendatangkan suatu konsekuensi untuk taat
melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya
dengan penuh keikhlasan, sesuai dengan kemampuan manusia.
4. Karakteristik Takwa Menurut Al-qur’an
Firman Allah SWT dalam Al-qur‟an surat al-Baqarah ayat 2-5 yang
berbunyi:
            
          
             
   
“[2] Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka
yang bertakwa, [3] (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang
mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami
anugerahkan kepada mereka, [4] Dan mereka yang beriman kepada kitab (Al
Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-Kitab yang telah
diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat,
[5] Mereka Itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan
merekalah orang-orang yang beruntung”
Menyimak ayat di atas dapat dipahami bahwa karakteristik
manusia yang bertakwa, antara lain:
1) Beriman kepada yang ghaib, yaitu allah, Malaikat, Hari Kiamat dan
Takdir
2) Mendirikan salat
3) Menafkahkan sebagian hartanya
4) Beriman kepada kitab-kitabnyang telah diwahyukan
5) Meyakini adanya Hari Akhirat.
Sedangkan firman Allah dalam Al-qur‟an surat Ali-Imran ayat 133135 berbunyi:
          
      
  
 
       
          
         
“[133] Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada
surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orangorang yang bertakwa, [134] (yaitu) orang-orang yang menafkahkan
(hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang
menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai
orang-orang yang berbuat kebajikan, [135] Dan (juga) orang-orang yang
apabila mengerjakan perbuatan keji atau Menganiaya diri sendiri, mereka
ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa
lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak
meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui”.
Kajian terhadap ayat tersebut memperlihatkan bahwa karakteristik
manusia yang bertakwa, antara lain:
1) Menafkahkan sebagian hartanya di waktu lapang dan sempit
2) Menahan amarahnya
3) Pemaaf
4) Apabila berbuat kejahatan, segera bertobat
5) Tidak meneruskan perbuatan kejinya, padahal mereka mengetahui
6) Berbuat kebaikan kepada orang lain.
Dan dalam surat al-Baqarah ayat 177 yang berbunyi:
            
         
        
         
           
 
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu
kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada
Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan
memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orangorang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan
shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya
apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan,
penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar
(imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa”.
Karakteristik takwa yang terkandung dalam ayat di atas adalah:
1) Beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat, Al-qur‟an dan kitab-kitab
yang lain dan para nabi
2) Manafkahkan sebagian hartanya
3) Memerdekakan hamba sahaya
4) Mendirikan salat
5) Mengeluarkan zakat
6) Menepati janji
7) Bersabar
dalam
kesempitan
dan
penderitaan
dalam
peperangan
(Shaleh,2006:63-66).
Dan masih banyak lagi ayat-ayat dalam Al-qur‟an yang mencerminkan
karakteristik takwa.
5. Fungsi Takwa
a) Sebagai motivasi dalam beramal
Sebagai insan yang berakal dan berhati nurani, manusia pasti
memiliki motivasi yang memberikan dorongan dalam beramal, dan
takwa sebagai niali luhur dan mulia yang dilandasi oleh nilai spiritual,
moral, etik dan tanggung jawab merupakan satu alternatif motivasi
terbaik yang mampu menjiwai, menggerakkan, dan mengendalikan
amal perbuatan dalam rangka membangun kebahagiaan di dunia dan
akhirat.
b) Sebagai pengendali dan pengawas utama manusia dari perbuatan
tercela
Perbuatan tercela hanya dapat tercegah dengan adanya rahmat
dari Allah (QS. Yusuf:53) dan ketaatan yang dijiwai oleh keimanan
dan ketakwaan serta keikhlasan, karena orang yang bertakwa dengan
libas al-taqwa (pakaian takwa) dapat terpelihara dari musuh, setan
dan hawa nafsu, sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-A‟raf:26
yang berbunyi:
            ...
“... dan pakaian takwa (selalu bertakwa kepada Allah) Itulah yang
paling baik. yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda
kekuasaan Allah, Mudah-mudahan mereka selalu ingat kepada Allah”
(Shaleh,2006:196).
Dan perlu diingat bahwa ketakwaan tidaklah terbatas dalam terma
iman yang terkadang hanya berupa lafaz, tetapi takwa dimulai dari keyakinan
mendalam dari dalam hati, yang kemudian diikrarkan dengan lafaz, dan
diaktualisasikan dengan amal perbuatan baik kepada Allah, sesama manusia
dan juga alam.
B. Sikap Sosial
1. Definisi Sikap Sosial
Sikap dalam bahasa inggris disebut dengan “attitude”. Menurut
Ilmu Psikologi sikap adalah suatu hal yang menentukan sikap sifat,
hakikat, baik perbuatan sekarang maupun perbuatan yang akan datang
(Ahmadi, 1999:161-162). Menurut Zimbardo dan Ebbesen dalam bukunya
Ahmadi, sikap adalah suatu predisposisi (keadaan mudah terpengaruh)
terhadap seseorang, ide atau obyek yang berisi komponen-komponen
cognitive, affective, dan behavior. Sedangkan menurut L.L Thurstone
orang dikatakan memiliki sikap positif terhadap suatu obyek psikologi
apabila ia suka (like) atau memiliki sikap yang favorable, sebaliknya orang
yang dikatakan memiliki sikap yang negatif terhadap obyek psikologi bila
ia tidak suka (dislike) atau sikapnya unfavorable terhadap obyek psikologi.
Sikap sosial adalah kesadaran individu yang menentukan perbuatan yang
nyata, yang berulang-ulang terhadap obyek yang berkaitan dengan sosial
(Ahmadi, 1999:163). Sedangkan menurut Walgito(1990:109), disebutkan
bahwa sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang
mengenai objek atau situasi yang relatif ajeg, yang disertai adanya
perasaan tertentu, dan memberikan dasar kepada orang tersebut untuk
membuat respons atau berperilaku dalam cara tertentu yang dipilihnya.
Dari pengertian di atas agar tidak terjadi kerancuan dalam
penafsiran, penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud sikap sosial
dalam penelitian ini adalah kesadaran individu
yang tercermin dalam
perbuatan terhadap sesama muslim.
2. Aspek Sikap
a. Aspek Kognitif, yaitu yang berhubungan dengan gejala mengenal
fikiran. Ini berarti berwujud pengolahan, pengalaman dan keyakinan
serta harapan-harapan individu tentang obyek atau kelompok obyek
tertentu.
b. Aspek Afektif, yaitu berwujud proses yang menyangkut perasaanperasaan
tertentu
seperti
ketakutan,
kedengkian,
simpati,
dan
sebagainya yang ditujukan kepada obyek-obyek tertentu.
c. Aspek Konatif, yaitu berwujud proses tendensi atau kecenderungan
untuk berbuat sesuatu obyek, misalnya: kecenderungan memberi
pertolongan, menjauhkan diri dan sebagainya (Ahmadi, 1999:162).
3. Ciri-ciri Sikap
Sikap menentukan jenis
atau tabiat
tingkah laku dalam
hubungannya dengan perangsang yang relevan, orang-orang atau kejadiankejadian. Dapatlah dikatakan bahwa sikap merupakan faktor internal,
tetapi tidak semua faktor internal adalah sikap. Adapun ciri-ciri sikap
adalah sebagai berikut:
a. Sikap itu dipelajari (learnability) Sikap merupakan hasil belajar ini
perlu dibedakan dari motif- motif psikologi lainnya. Beberapa sikap
dipelajari tidak sengaja dan tanpa kesadaran kepada sebagian individu.
Barangkali yang terjadi adalah mempelajari sikap dengan sengaja bila
individu mengerti bahwa hal itu akan membawa lebih baik (untuk
dirinya sendiri), membantu tujuan kelompok, atau memperoleh sesuatu
nilai yang sifatnya perseorangan.
b. Memiliki kestabilan (Stability) Sikap bermula dan dipelajari, kemudian
menjadi lebih kuat, tetap, dan stabil, melalui pengalaman.
c. Personal-societal significance. Sikap melibatkan hubungan antara
seseorang dan orang lain dan juga antara orang dan barang atau situasi.
Jika seseorang merasa bahwa orang lain menyenangkan, terbuka serta
hangat, maka ini akan sangat berarti bagi dirinya, ia merasa bebas, dan
favorable.
d. Berisi cognisi dan affeksi. Komponen cognisi daripada sikap adalah
berisi informasi
yang faktual, misalnya:
objek itu dirasakan
menyenangkan atau tidak menyenangkan.
e. Approach-avoidance directionality. Bila seseorang memiliki sikap yang
favorable terhadap sesuatu obyek, mereka akan mendekati dan
membantunya, sebaliknya bila seseorang memiliki sikap yang
unfavorable, mereka akan menghindarinya (Ahmadi, 1999:178-179).
Sedangkan dalam bukunya, Walgito (1991:113-115) menyatakan
ciri-ciri sikap sebagai berikut:
a. Sikap itu tidak dibawa sejak lahir.
Ini berarti sikap itu terbentuk dalam perkembangan individu
yang bersangkutan. Sehingga sikap itu dapat dipelajari dan dapat pula
berubah-ubah.
Walaupun
demikian
sikap
itu
mempunyai
kecenderungan yang agak tetap, seperti yang dikemukakan oleh
Kimball Young (1957:77) sebagai berikut:
“An attitude is essentially a form of anticipatory response, a
begining of action which is not necessary completed. This
readiness to react moreover, implies some kind of stimulating
situation, either specific or general. Also, attitudes tend to have
stability and persistence”.
Dari apa yang dipaparkan di atas sikap itu mempunyai
kecenderungan stabil, sekalipun sikap itu dapat mengalami perubahan.
Sikap itu dibentuk ataupun dipelajari dalam hubungannya dengan
obyek-obyek tertentu. Dari hal tersebut, maka akan terlihat pentingnya
faktor pengalaman dalam rangka pembentukan sikap.
b. Sikap itu selalu berhubungan dengan obyek sikap
Sikap terbentuk atau dipelajari melalui proses persepsi terhadap
obyek tersebut. Hubungan yang positif atau negatif antara individu
dengan obyek tertentu akan menimbulkan sikap tertentu pula dari
individu terhadap obyek tersebut.
c. Sikap dapat tertuju pada satu obyek saja, tetapi dapat tertuju pada
sekumpulan obyek-obyek
Bila seseorang mempunyai sikap yang negatif pada seseorang,
orang tersebut akan mempunyai kecenderungan untuk menunjukkan
sikap yang negatif pula kepada kelompok di mana seseorang tersebut
tergabung di dalamnya. Di sini terlihat adanya kecenderungan untuk
menggeneralisasikan obyek sikap.
d. Sikap itu dapat berlangsung lama ataupun sebentar
Jika suatu sikap telah terbentuk dan menjadi nilai dalam
kehidupan seseorang, secara relatif sikap itu akan bertahan lama dan
sulit berubah, dan kalaupun dapat berubah akan memakan waktu yang
relatif lama. Tetapi sebaliknya, jika sikap tersebut belum begitu
mendalam ada dalam diri seseorang, maka sikap tersebut akan mudah
berubah.
e. Sikap itu mengandung faktor perasaan dan motivasi
Ini berarti bahwa sikap terhadap suatu obyek tertentu akan
diikuti oleh perasaan tertentu baik yang bersifat positif maupun yang
bersifat negatif terhadap obyek tersebut. Di samping itu sikap juga
mengandung motivasi yaitu berupa daya dorong bagi individu untuk
berperilaku secara tertentu terhadap obyek yang dihadapinya.
4. Fungsi Sikap
Fungsi sikap dapat dibagi menjadi empat golongan, yaitu:
a. Sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikan diri. Bahwa sikap
adalah sesuatu yang bersifat communicabel, artinya sesuatu yang
mudah menjalar, sehingga mudah pula menjadi milik bersama. Justru
karena itu sesuatu golongan yang mendasarkan atas kepentingan
bersama dan pengalamn bersama. Biasanya ditandai oleh adanya sikap
anggotanya yang sama terhadap sesuatu objek. Sehingga dengan
demikian sikap bisa menjadi rantai penghubung antara orang dengan
kelmpoknya atau dengan anggota kelompoknya yang lain.
b. Sikap berfungsi sebagai alat pengatur tingkah laku. kita tau bahwa
tingkah laku anak kecil dan binatang pada umumnya merupakan aksiaksi yang spontan terhadap sekitarnya.
c. Sikap berfungsi sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman. Dalam
hal
ini
perlu
dikemukakan
bahwa
manusia
didalam
menerima pengalaman- pengalaman dari dunia luar sikapnya tidak
pasif, tetapi diterima secara aktif, artinya semua pengalaman yang
bersal dari dunia luar tidak semuanya dilayani oleh manusia, tetapi
manusia memilih mana- mana yang perlu dan mana yang tidak perlu
dilayani. Jadi semua pengalaman ini diberi penilaian, lalu dipilih.
d. Sikap berfungsi
sebagai
pernyataan kepribadian. sikap sering
mencerminkan pribadi sesorang. Ini sebabnya karena sikap tidak
pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya. Oleh karena itu
dengan melihat sikap-sikap pada obyek tertentu, sedikit banyak orang
bisa mengetahui pribadi orang tersebut (Ahmadi, 1999:179-181).
5. Pembentukan Dan Perubahan Sikap
Sikap timbul karena ada stimulus. Terbentuknya suatu sikap itu
banyak dipengaruhi perangsang oleh lingkungan sosial dan kebudayaan
misalnya: keluarga, norma, golongan agama, dan adat istiadat. Dalam hal
ini keluarga mempunyai peranan yang besar dalam membentuk sikap
putra-putranya. Sebab keluargalah sebagai kelompok primer bagi anak
merupakan pengaruh yang paling dominan. Sikap seseorang tidak
selamanya tetap. Ini bukan berarti orang tidak bersikap. Ia dapat
berkembang manakala mendapat pengaruh, baik dari dalam maupun dari
luar yang bersifat positif dan mengesankan. Antara perbuatan dan sikap
ada hubungan yang timbal balik. Tetapi sikap tidak selalu menjelma dalam
bentuk perbuatan atau tingkah laku. Orang kadang-kadang menampakkan
diri dalam keadaan “diam” saja (Ahmadi, 1999:170).
Sikap tumbuh dan berkembang dalam basis sosial yang tertentu,
misalnya:
ekonomi,
politik,
agama
dan
sebagainya.
Di
dalam
perkembangannya sikap banyak dipengaruhi oleh lingkungan, normanorma atau group. Hal ini akan mengakibatkan perbedaan sikap antara
individu yang sama dengan yang lain karena perbedaan pengaruh atau
lingkungan yang diterima. Sikap tidak akan terbentuk tanpa interaksi
manusia, terhadap objek tertentu atau suatu objek (Ahmadi, 1999:171).
Masih menurut Ahmadi (1999:171-172) bahwa Faktor-faktor yang
menyebabkan perubahan sikap ada dua yaitu:
a. Faktor intern: yaitu faktor yang terdapat dalam pribadi manusia itu
sendiri. Faktor ini berupa selectivity atau daya pilih seseorang untuk
menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar.
b. Faktor ekstern: yaitu faktor yang terdapat di luar pribadi manusia.
Faktor ini berupa interaksi sosial diluar kelompok.
Dalam hal ini Sherif mengemukakan bahwa sikap itu dapat diubah
atau dibentuk apabila:
1) Terdapat hubungan timbal balik yang langsung antara manusia.
2) Adanya komunikasi (yaitu hubungan langsung) dan satu pihak.
Faktor inipun masih tergantung pula adanya:
a) Sumber penerangan itu memperoleh kepercayaan orang banyak atau
tidak.
b) Ragu-ragu atau tidaknya menghadapi fakta dan isi sikap baru itu.
Pembentukan dan perubahan sikap tidak terjadi dengan sendirinya.
Sikap terbentuk dalam hubungannya dengan suatu objek, orang,
kelompok, lembaga, nilai, melalui hubungan antar individu, hubungan di
dalam kelompok, komunikasi surat kabar, buku, poster, radio, televisi dan
sebagainya, terdapat banyak kemungkinan yang mempengaruhi timbulnya
sikap. Lingkungan yang terdekat dengan kehidupan sehari-hari baiyak
memiliki peranan. Keluarga yang terdiri dan: orang tua, saudara-saudara di
rumah memiliki peranan yang penting.
Sementara orang berpendapat bahwa mengajarkan sikap adalah
merupakan tanggung jawab orang tua atau lembaga-lembaga keagamaan.
Tetapi tidaklah demikian halnya. Lembaga-lembaga sekolah pun memiliki
tugas pula dalam membina sikap ini. Bukankah tujuan pendidikan baik di
sekolah maupun di luar sekolah adalah mempengaruhi, membawa,
membimbing anak didik agar memiliki sikap seperti yang diharapkan oleh
masing-masing tujuan pendidikan?
Dengan demikian lembaga pendidikan formal dalam hal ini
sekolah memiliki tugas untuk membina dan mengembangkan sikap anak
didik menuju kepada sikap yang kita harapkan. Pada hakikatnya tujuan
pendidikan adalah mengubah sikap anak didik ke arah tujuan pendidikan
(Ahmadi,1999:172-173).
Sedangkan sikap sosial di dalam Islam disebut sebagai akhlak
kepada sesama manusia, dalam penelitian ini difokuskan akhlak kepada
sesama muslim. Berbagai macam penjelasan dan pendapat para ulama
tentang akhlak kepada sesama muslim. Dalam riwayat Imam Muslim,
Rasulullah saw bersabda,
ٌّ ‫ ْاى َُ ْس ِي ٌِ ِس‬ٚ‫ع َي‬
، ُٔ‫عاك فَأ َ ِج ْب‬
َ َ‫ َٗ ِإرَا د‬، ِٔ ْٞ ‫ع َي‬
َ ٌْ ّ‫س ِي‬
َ ٌِ ‫َح ُّق ْاى َُ ْس ِي‬
َ ‫خٔ َف‬ٞ‫ إرَا َى ِق‬: ‫ج‬
َ ‫ع‬
‫س َف َح َِذَ ه‬
َ َ‫اَّللَ ف‬
ُٓ‫ض فَعُ ْذ‬
َ ‫ َٗ ِإرَا‬، ُٔ‫ص ْح‬
َ ‫ َٗ ِإرَا ٍَ ِش‬، ُْٔ‫ش ِ َّخ‬
َ ّْ ‫ص َحل فَا‬
َ ْْ َ ‫َٗ ِإرَا ا ْسخ‬
َ ‫ط‬
ٔ‫اث فَاح ه ِب ْع‬
َ ٍَ ‫ َٗ ِإرَا‬،
“hak seorang muslim atas muslim lainnya ada enam: apabila bertemu
mengucapkan salam, apabila diundang memenuhi undangannya, apabila
dimintai nasihat memberikan nasihat, apabila bersin membaca
alhamdulillah dan dijawab dengan do‟a, apabila sakit dijenguk, dan
apabila meninggal jenasahnya diantar”(H.R Muslim).
Dalam hadis ini, Rasulullah saw menerangkan beberapa hal yang
terkait dengan akhlak seorang muslim dengan muslim lainnya. Enam hal
ini adalah akhlak pokok yang harus dijalankan setiap muslim dalam
kehidupan sehari-hari ketika berinteraksi dengan muslim lainnya. Tujuan
digariskannya interaksi antar muslim ini tiada lain supaya hubungan
mereka semakin terjalin dengan baik. Dengan begitu, kasih sayang,
kedekatan, dan keakraban diantara mereka, akan semakin terpancar
sebagaimana tertuang dalam hadis Rasulullah saw,
ُ ‫ حَ َ٘ا ِدّ ِٕ ٌْ َٗح َ َشا ُح َِ ِٖ ٌْ َٗحَعَا‬ٜ‫َِ ِف‬ٍِِْٞ ْ‫ٍَثَ ُو ْاى َُؤ‬
‫اح ِذ إِرَا‬
ِ َ٘ ‫س ِذ ْاى‬
َ ‫غ ِف ِٖ ٌْ ٍَث َ ُو ْاى َج‬
َٚ‫س َٖ ِش َٗ ْاى ُح ه‬
‫س ِذ ِباى ه‬
ُ ُْْٔ ٍِ ٚ‫ا ْشخ َ َن‬
َ ‫عع ٌْ٘ حَذَا‬
َ ‫سا ِئ ُش ْاى َج‬
َ َُٔ‫ ى‬ٚ‫ع‬
“Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal kasih sayang,
kecintaan dan kelemah-lembutan diantara mereka adalah bagaikan satu
tubuh, apabila ada satu anggotanya yang sakit maka seluruh tubuh juga
merasakan demam dan tidak bisa tidur.” (Muttafaqun „Alaih).
Jika tiap-tiap butir akhlak di depan dipenuhi, maka itu sudah
merupakan wujud penunaian terhadap hak-hak muslim lainnya. Apabila
tidak menghormati hak-hak muslim lainnya, berarti tidak mempunyai
kepedulian terhadap urusan mereka. Ia kehilangan sensitivitas terhadap
mereka dan akhirnya menjadi acuh terhadap persoalan mereka. Tentu saja,
musibah ini tidak diinginkan oleh Rasulullah saw. Karenanya, sejak awal
beliau mewanti-wanti mengenai pentingnya akhlak sesama muslim
(Salamulloh,2008:105-106).
6. Akhlak Kepada Sesama Muslim
Dalam bukunya Salamulloh (2008:105-130) disebutkan bahwa
akhlak terhadap sesama muslim antara lain adalah sebagai berikut:
a. Apabila bertemu mengucapkan salam, dan apabila mendapat ucapan
salam, membalasnya.
Allah SWT berfirman dalam surat An-Nisa‟ ayat:86 yang berbunyi:
              
 
“Dan apabila kamu dihormati dengan suatu (salam) penghormatan,
maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah
(penghormatan itu, yang sepadan) dengannya. Sungguh, Allah
memperhitungkan segala sesuatu”.
Menurut riwayat Abu Hurairah, Rasulullah saw pernah bersabda,
ٚ‫ع َي‬
َ ٌْ ‫ أ َ َٗ الَ أَد ُىُّ ُن‬،‫ ت َ َحاب ُّْوا‬ٚ‫ َٗالَ حُؤْ ٍُِْ ْ٘ا َحخه‬،‫ حُؤْ ٍُِْ ْ٘ا‬ٚ‫الَ ح َ ْذ ُخيُ٘ا ْاى َجْهتَ َحخه‬
ُ ‫ أ َ ْف‬،ٌْ ُ ‫ءٍ إِرَا فَعَ ْيخ ُ َُ ُْ٘ٓ حَ َحا َب ْبخ‬ْٜ ‫ش‬
ٌْ ‫ َْ ُن‬ْٞ َ‫سالَ ًَ ب‬
َ
‫ش٘ا اى ه‬
“Kamu sekalian tidak akan masuk surga kecuali kamu beriman, dan
kamu sekalian tidak akan beriman kecuali saling menyayangi. Maukah
kamu aku tunjukkan sebuah perbuatan yang bila kamu kerjakan, maka
kamu akan saling menyayangi? Biasakan mengucapkan salam di
antara kamu apabila bertemu, (HR. Muslim).
Begitu agung kedudukan salam dalam Islam, sehingga
Rasulullah saw menegaskan bahwa salam tidak bisa tergantikan oleh
isyarat apapun. Berbeda halnya jika seseorang dalam keadaan uzur,
maka ia boleh menggunakan isyarat, seperti sedang shalat, atau yang
bersnagkutan bisu.
b. Menjenguk orang sakit
Ada banyak faedah yang terkandung dalam amalan mulia
menjenguk orang sakit. Salah satu faedah yang bisa dipetik adalah
menumbuhkan rasa syukur dalam jiwa penjenguk. Tentu maksudnya
bukan bersyukur karena saudaranya terkena musibah, akan tetapi
bersyukur karena Allah telah menumpahkan karunia kesehatan yang
tiada terkira kepada dirinya.
Jangan ditanya seberapa besar pahala yang disediakan oleh
Allah bagi orang yang melakukan kebajikan ini. Salah satunya bisa
kita simak dari hadis riwayat Ali r.a., bahwa Rasulullah saw pernah
bersabda,
ُ ‫عُ٘د ُ ٍُ ْس ِيَا‬َٝ ٌٍ ‫ٍَا ٍِ ِْ ٍُ ْس ِي‬
ِٜ
َ ٚ‫صيه‬
َ ِٔ ْٞ َ‫عي‬
َ ‫غذ َْٗة ِإ هال‬
َ ‫س ْبعَُُ٘ أ َ ْى‬
َ ‫ َُْس‬ٝ ٚ‫ف ٍَيَلٍ َحخه‬
َُٔ‫ص ِب َح َٗ َماَُ ى‬
ْ ُٝ ٚ‫ف ٍَيَلٍ َحخه‬
َ ٚ‫صيه‬
َ َُٓ‫عاد‬
َ ُْ ‫َٗ ِإ‬
َ ِٔ ْٞ َ‫عي‬
َ ‫هت ِإ هال‬ٞ‫ع ِش‬
َ ‫س ْبعَُُ٘ أ َ ْى‬
‫ ْاى َجْه ِت‬ِٜ‫ف ف‬ٝ
ٌ ‫خ َِش‬
"Tidaklah seorang muslim yang menjenguk muslim lainnya di pagi
hari kecuali ada 70 ribu malaikat yang mendoakannya hingga sore
hari. Dan jika menjenguknya di sore hari, ada 70 ribu malaikat yang
mendoakannya hingga pagi, dan baginya satu kebun di surga." (HR.
al-Tirmidzi)
Mengunjungi orang sakit ternyata mengandung banyak hikmah,
termasuk bagi si sakit. Pembesukan mempunyai daya terapi yang
sangat manjur untuk kesembuhan si sakit. Dengan menjenguk orang
sakit, secara tidak langsung kita telah memberikan sugesti kepadanya
supaya cepat sembuh. Desakan psikologis ini akan memompa kondisi
fisiknya sehingga dapat mempercepat kepulihannya seperti sedia kala.
c. Mencintai untuk sesama muslim apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri,
dan membenci untuk mereka apa yang ia benci untuk dirinya sendiri.
Hal ini menggambarkan kemesraan hubungan antara muslim
yang satu dengan lainnya. Rasulullah saw. Bersabda,
ِِ ‫ع‬
ُ ‫ خَا ِد ًُ َس‬،ُْْٔ ‫ع‬
ْ َّ‫ َح َْزَ ة َ أ‬ِٜ‫ع ِْ أَب‬
َ ٌَ ‫سيه‬
َ ُ‫ هللا‬ٚ‫صيه‬
َ ُ‫ هللا‬ٜ
ِ ‫َس ب ِِْ ٍَاىِلٍ َس‬
َ
َ َٗ ِٔ ْٞ َ‫عي‬
َ ِ‫س ْ٘ ِه هللا‬
َ ‫ظ‬
ِٔ‫ ُِحبُّ ِىَْ ْفس‬ٝ ‫ ِٔ ٍَا‬ْٞ ‫ ُِحبه أل َ ِخ‬ٝ ٚ‫ُؤْ ٍِ ُِ أ َ َحذُ ُم ٌْ َحخه‬ٝ َ‫ ال‬: ‫هْيَلَع ُهللا ىَّلَصََه قَا َه‬
ِ ِٜ
َّْ ِ‫اىْه ُب‬
]ٌ‫ ٍٗسي‬ٛ‫[سٗآ اىبخاس‬
Dari Abu Hamzah, Anas bin Malik radiallahuanhu, pembantu
Rasulullah
Shallallahu‟alaihi
wasallam
dari
Rasulullah
Shallallahu‟alaihi wasallam, beliau bersabda: Tidak beriman salah
seorang diantara kamu hingga dia mencintai saudaranya
sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri. (Riwayat Bukhori dan
Muslim).
d. Menolong sesama muslim yang sangat membutuhkan pertolongan
Hal ini ditandaskan secara langsung oleh Rasulullah saw. dalam
hadis berikut,
ْ َٝ ‫ْاى َُ ْس ِي ٌُ أ َ ُخ٘ ْاى َُ ْس ِي ٌِ َال‬
‫ ِٔ َماَُ ه‬ٞ‫ َحا َج ِت أ َ ِخ‬ِٜ‫ُ ْس ِي َُُٔ َٗ ٍَ ِْ َماَُ ف‬ٝ ‫ظ ِي َُُٔ َٗ َال‬
ُ‫اَّلل‬
‫ َحا َجخِ ِٔ َٗ ٍَ ِْ فَ هش َج َع ِْ ٍُ ْس ِي ٌٍ ُم ْشبَت فَ هش َج ه‬ِٜ‫ف‬
ًِ ْ٘ َٝ ‫ث‬
ِ ‫ع ُْْٔ ُم ْشبَت ٍِ ِْ ُم ُشبَا‬
َ ُ‫اَّلل‬
‫َا ٍَ ِت‬ٞ‫ْاى ِق‬
“Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya. Dia tidak boleh
mendzaliminya dan menyerahkannya kepada musuh. Dan siapa yang
berusaha memenuhi kebutuhan saudaranya maka Allah akan
memenuhi kebutuhannya. Siapa yang menghilangkan kesusahan
seorang muslim, maka Allah akan menghilangkan darinya kesusahan
pada hari kiamat.” (Muttafaq „alaih)
e. Rendah hati dan tidak sombong
Rasulullah saw. adalah potret manusia yang selalu bersikap
tawadhu‟ kepada umatnya. Ia tidak pernah bersikap kasar, tidak malu
berteman dengan orang-orang miskin, dan selalu berusaha memenuhi
kebutuhan mereka. Allah SWT berfirman,
              
  
“Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena
sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh,
Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan
diri” (Q.S. Luqman:18).
f. Tidak bersikap dengki, berprasangka buruk, atau mencari-cari
kesalahan sesama muslim
Larangan terhadap hal ini secara jelas disampaikan oleh
Rasulullah saw. dalam sabdanya,
َ‫سذ ُٗا َٗال‬
ُ ‫ قَا َه َس‬: ‫ع ُْْٔ قَا َه‬
َ ُ‫ هللا‬ٜ
ِ ‫ َْشة َ َس‬ٝ‫ ُٕ َش‬ٜ‫ع ِْ أ َ ِب‬
َ
َ ‫ الَ ح َ َحا‬: ‫س ْ٘ ُه هللاِ هْيَلَع ُهللا ىَّلَص‬
َ ‫ظ‬
ُ ‫حََْا َج‬
َ ‫ش٘ا َٗالَ حَ َبا‬
‫ط َٗ ُم ُّْ٘٘ا‬
ُ ‫ ِب ْع َب ْع‬َٝ َ‫ع٘ا َٗالَ حَذَا َب ُشٗا َٗال‬
ُ ‫غ‬
ٍ ‫ْعِ َب ْع‬ٞ‫ َب‬ٚ‫ع َي‬
َ ٌْ ‫ع ُن‬
ْ َٝ َ‫ ْاى َُ ْس ِي ٌُ أ َ ُخ٘ ْاى َُ ْس ِي ٌِ ال‬. ‫ِع َبادَ هللاِ ِإ ْخ َ٘اّا‬
َ‫ ْن ِزبُُٔ َٗال‬َٝ َ‫ ْخزُىُُٔ َٗال‬َٝ َ‫ظ ِي َُُٔ َٗال‬
َ َ‫صذ ِْس ِٓ ثَال‬
ٍ ‫د ٍَ هشا‬
ٍَِِ ‫ئ‬
ِ ‫س‬
َ ‫ث – ِب َح‬
ٍ ‫ب ْاٍ ِش‬
َ َٚ‫ ُْش ِإى‬ٞ‫ُ ِش‬َٝٗ – ‫ َٕ َُْٖا‬َٙ٘ ‫ اىخ ه ْق‬. ُٓ‫ ْح ِق ُش‬َٝ
‫اى ه‬
ُُٔ‫ ْاى َُ ْس ِي ٌِ َح َشا ًٌ دَ ٍُُٔ َٗ ٍَاى‬َٚ‫عي‬
َ ٌِ ‫ ُم ُّو ْاى َُ ْس ِي‬،ٌَ ‫ ْح ِق َش أَخَآُ ْاى َُ ْس ِي‬َٝ ُْ َ ‫ش ِ ّش أ‬
]ٌ‫ [سٗآ ٍسي‬.ُٔ‫ظ‬
ُ ‫َٗ ِع ْش‬
Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu dia berkata : Rasulullah
shollallohu „alaihi wa sallam bersabda : Janganlah kalian saling
dengki, saling menipu, saling marah dan saling memutuskan
hubungan. Dan janganlah kalian menjual sesuatu yang telah dijual
kepada orang lain. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang
bersaudara. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang
lainnya, (dia) tidak menzaliminya dan mengabaikannya, tidak
mendustakannya dan tidak menghinanya. Taqwa itu disini (seraya
menunjuk dadanya sebanyak tiga kali). Cukuplah seorang muslim
dikatakan buruk jika dia menghina saudaranya yang muslim. Setiap
muslim atas muslim yang lain; haram darahnya, hartanya, dan
kehormatannya. (Riwayat Muslim)
g. Menghormati jika ia dewasa (tua), dan menyayanginya jika ia masih
kecil
Hubungan antarmanusia yang berbeda usia menjadi titik tekan
dalam poin ini. Rasulullah saw telah mengingatkan sebagai berikut,
‫ْس ٍِْها‬
ْ ‫َ ْع ِش‬َٝٗ ‫ َْشَّا‬ٞ‫ص ِغ‬
َ ‫ف َح هق َم ِب‬
َ ٌْ ‫َ ْش َح‬ٝ ٌْ َ‫ٍَ ِْ ى‬
َ َٞ‫شَّا فَي‬ٞ
“Barangsiapa tidak menyayangi anak kecil kami dan tidak mengenal
hak orang tua kami maka bukan termasuk golongan kami.” (HR. AlBukhari).
h. Memaafkan kesalahan sesama muslim dan menutupi aibnya
Allah SWT berfirman,
         
             
             
(tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki mereka, dan
Kami jadikan hati mereka keras membatu. mereka suka merobah
Perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja)
melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan
dengannya, dan kamu (Muhammad) Senantiasa akan melihat
kekhianatan dari mereka kecuali sedikit diantara mereka (yang tidak
berkhianat), Maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka,
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.
Rasulullah juga bersabda,
‫سخ َ َشُٓ ه‬
‫ا ٍَ ِت‬َٞ ‫ ْ٘ ًَ ْاى ِق‬َٝ ُ‫اَّلل‬
َ ‫ا ِإ هال‬َٞ ّْ ُّ‫ اىذ‬ٜ‫ ْسخ ُ ُش َع ْبذ ٌ َعبْذا ِف‬َٝ ‫َال‬
“Tidaklah seorang hamba menutupi aib hamba lainnya di dunia
kecuali Allah akan menutupi aibnya pada hari hari kiamat.” (HR.
Muslim).
C. Analisis Pengaruh Kematangan Beragama Terhadap Sikap Sosial
Jika ditelaah kembali studi psikologis tentang kematangan beragama
sebagaimana telah disebutkan pada halaman sebelumnya, misalnya menurut
Allport yang mensyaratkan adanya kematangan kepribadian pada kematangan
beragama. Artinya, seseorang akan matang agamanya jika kepribadiannya
sudah matang. Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan salah satu kriteria
kematangan kepribadian menurut Allport adalah “unifying phylosophy of life”,
dengan kata lain seseorang akan matang kepribadiannya jika filsafat hidup
(agamanya) menyatu dalam kehidupannya.
Hal
itu
diperkuat
Allport
dengan
menyebutkan
karakteristik
kematangan beragama antara lain: Dynamic in character (karakter yang kuat),
Productive of a consistent morality (menghasilkan moralitas yang konsisten),
Comprehensive (menyeluruh), dan Integral (menyatu dalam pribadi), yang
mengisyaratkan pentingnya implementasi ajaran agama pada dimensi yang
tidak hanya vertikal saja tetapi juga dimensi horizontal. Hal ini berarti
maturitas agama mensyaratkan hubungan yang positif, baik secara vertikal
(dengan Tuhan) maupun secara horizontal (dengan sesama).
Jika dilihat dalam perspektif Islam dengan menelaah ayat-ayat Alqur‟an maupun Hadis sebagaimana telah ditulis sebelumnya tentang
ketakwaan
mengindikasikan
adanya
aspek-aspek
yang
sama
yakni
habluminallah wa habluminannas. Hal itu disebutkan dalam Q.S. alBaqarah:177 bahwa ciri-ciri orang takwa/dimensi vertikal (habluminallah)
adalah:
1. Beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat, Al-qur‟an dan kitab-kitab
sebelumnya, dan para nabi
2. Mendirikan shalat
3. Mengeluarkan zakat
Sedangkan dalam Q.S. Ali-Imron: 133-135 menyebutkan bahwa ciri-ciri orang
yang bertakwa/dimensi vertikal (habluminallah) adalah apabila berbuat
kejahatan segera bertobat dan tidak meneruskan perbuatan kejinya, padahal
mereka mengetahui.
Di samping itu kedua ayat tersebut juga sangat menekankan sikap
sosial yang positif bagi ketakwaan seseorang. Misalnya dalam Q.S. alBaqarah:77 tentang ciri-ciri ketakwaan/dimensi horizontal (habluminannas)
seseorang adalah:
1. Memberikan harta yang dicintainya
2. Memerdekakan hamba sahaya
3. Menepati janji
4. Bersabar dalam kesempitan dan penderitaan dalam peperangan
Sedangkan ciri-ciri ketakwaan/dimensi horizontal (habluminannas) dalam
Q.S. Ali Imran:133-135 adalah
1. Menafkahkan sebagian hartanya di waktu lapang maupun sempit
2. Menahan amarahnya
3. Pemaaf
4. Berbuat kebaikan kepada orang lain.
Berdasarkan beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa baik
pada studi psikologis maupun fisiologis (perspektif Islam) tentang kematangan
beragama menunjukkan pentingnya dua aspek vertikal dan horizontal atau
Habluminallah wa Habluminannas.
Menurut
Islamiyah(2006:25),
Perlu
digarisbawahi
bahwa
keberagamaan dalam bentuknya yang matang mencakup paling tidak adanya
suatu sumber motivasi dan dorongan personal yang sangat kuat yang dengan
jelas mempunyai konsistensi dalam moralitas personal. Dengan kata lain pada
pribadi yang matang agamanya terdapat keseimbangan antara dimensi vertikal
dan dimensi horizontal dalam kehidupan agamanya. Terkait dengan hal ini
hadis Nabi mengatakan,”yang paling sempurna imannya diantara orang-orang
mukmin adalah mereka yang paling baik budi pekertinya”.
Oleh karena itu dapat diidealisasikan bahwa jika seseorang matang
agamanya idealnya mereka juga akan positif sikap sosialnya. Oleh karena itu
penulis tertarik untuk meneliti hubungan dua variabel tersebut pada tatanan
empiris di masyarakat.
BAB III
LAPORAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Gambaran Umum Organisasi Lembaga Dakwah Kampus (LDK)
STAIN Salatiga
Lembaga Dakwah Kampus atau yang sering disingkat dengan LDK
adalah sebuah lembaga (dari salah satu UKM) yang berada di STAIN
Salatiga. Berbicara tentang LDK, kita akan banyak berbicara pada tiga hal,
yakni lembaga, dakwah, dan kampus. Lembaga adalah bentuk representatif
dari sebuah kelompok yang bergerak bersama untuk sebuah tujuan.
Dakwah adalah aktifitas yang dilakukan dan kampus adalah sasaran atau
dari aktifitas yang dilakukan.
Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Darul Amal STAIN Salatiga
merupakan aktualisasi para aktivis dakwah kampus (ADK) yang
mempunyai komitmen untuk mewujudkan kehidupan kampus yang Islami.
Dengan menginternalisasikan nilai-nilai keislaman di lingkungan kampus
dan masyarakat secara umum dengan dimensi-dimensi dakwah. Dimensidimensi itu yakni: dakwiy (syi‟ar dan kaderisasi), khidamy (pelayanan),
faniy (keprofesian), dan sya‟bi (kemasyarakatan). Dengan LDK ini, para
aktivis dakwah mencoba mensinergikan setiap dimensi ini dan mengemas
dengan strategi serta merencanakan pengembangan keempat dimensi LDK
tersebut dalam mewujudkan tegaknya kalimat Allah di dalam kampus.
Senantiasa berusaha menebarkan syi‟ar Islam untuk membangun kaulitas
pribadi dan umat yang robbaniyah. Secara kelembagaan LDK Darul Amal
berada dibawah koordinasi koordinasi Pembantu Ketua III Bidang
Kemahasiswaan dan Kepala Unit Bidang Pembinaan Kemahasiswaan.
Keberadaan Lembaga Dakwah Kampus (LDK) dalam konteks
dakwah kampus, memegang peranan yang sangat penting. Meskipun LDK
bukan merupakan sayap dakwah satu-satunya di kampus, namun LDK
merupakan dapur sekaligus laboratorium dakwah utama di kampus. Dari
LDK-lah strategi dakwah disusun dan dikembangkan sehingga akhirnya
dakwah dapat melebarkan sayapnya ke sektor-sektor lain yang ada di
kampus.
Latar belakang terbentuknya Lembaga Dakwah Kampus (LDK)
Darul Amal Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga tidak
terlepas dari peranan mahasiswa yang kritis terhadap kondisi masyarakat
yang semakin jauh dari nilai-nilai Islam. Sehingga mereka bergabung
dalam Korps Dakwah Kampus (KDK) untuk memberikan kontribusi
dalam perbaikan (islah) terhadap diri dan masyarakat, terutama
masyarakat kampus.
Dakwah kampus adalah implementasi dakwah ila Allah dalam
lingkungan perguruan tinggi. Dimaksudkan untuk menyeru civitas
akademika ke jalan Islam dengan memanfaatkan berbagai sarana
formal/informal yang ada di dalam kampus. Dakwah kampus bergerak di
lingkungan masyarakat ilmiah yang mengedepankan intelektualitas dan
profesionalitas.
Oleh karena itu pada tanggal 28 April 2002 terbentuklah LDM
(Lembaga Dakwah Mahasiswa), melalui Musyawarah Akbar (Musyak) I.
Satu tahun kemudian tepatnya pada tanggal 31 Mei 2003 berdasarkan
Musyawarah Akbar (Musyak) II LDM, maka ditetapkan dengan perubahan
menjadi Lembaga Dakwah Kampus (LDK) STAIN Salatiga dengan nama
“Darul Amal". Dalam melaksanakan roda organisasi, LDK menjadikan AlQur‟an dan hadis yang shahih sebagai pedoman. Adapun dasar pemikiran
yang digunakan adalah sebagai berikut:
         
     
Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma‟ruf dan mencegah
dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung (QS. Ali
Imron:104).
          
            
 
Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang
yang mendapat petunjuk (QS. An Nahl:125).
Secara garis besar arah dan program kerja LDK Darul Amal
STAIN Salatiga adalah di bidang dakwah. Yang kemudian di komando
dan dikoordinir oleh Badan Pengurus Harian (BPH) yang kemudian
diaplikasikan serta direalisasikan sesuai dengan bidang-bidang yang ada,
yakni diantaranya:
a. Bidang Kaderisasi
Bidang ini mempunyai tugas yang tidak mudah, melaksanakan
disiplin alur kederisasi dengan merekrut, mendata, menjaga, membina,
memetakan dan mengarahkan kader. Meningkatkan kemampuan dan
soliditas anggota agar memiliki keterikatan dengan nilia-nilai
keislaman dan mengkaryakan kader agar terlibat aktif dalam amal
Islami sesuai dengan tujuan organisasi. Secara riil program kerja dari
Bidang Kaderisasi diantaranya:
1) Pra Ibtida'
2) Ibtida‟
3) MisKa (Majelis Kader)
4) SIE (Small Islamic Environment)
5) TEKAD I dan TEKAD II (Alur lanjutan setelah Ibtida')
6) Ma‟had Murabbi
b. Bidang Syi'ar
Proses syi‟ar dalam LDK adalah sangat penting, karena memang
tugas pokok LDK adalah syi‟ar. Point penting bidang ini adalah
menyebarkan fikroh dan nilai-nilai keislaman di lingkungan kampus
STAIN
Salatiga
serta
masyarakat
umum
dan
juga
menginternalisasikan nilai-nilai tersebut kepada setiap mad‟u dakwah.
Mampu menjadikan LDK sebagai leader opinion di kampus sehingga
tercipta citra positif bagi LDK. Program kerja diantaranya adalah:
1) Buletin Iltizam
2) Magic Card & Salam card
3) HAQI (Halaqoh Kita)
4) KAOST (Kajian Antar Kost)
5) Kismis ( Kajian Intensif Mahasiswa Islam)
6) GARDIKA (Gema Ramadhan di Kampus)
7) Mading Ukhuwah
8) IPST (Islamic Public Speaking Training)
9) SBJ (Sesorah Basa Jawa)
10) KBD (Kultum Ba‟da Dhuhur)
c. Bidang Nisa'
Bidang ini berkontribusi dalam membina dan meningkatkan mutu
kemuslimahan sehingga terwujudlah muslimah sejati yang berkarakter
dan
berpkepribadian
islami.
Diantara
langkah-langkah
yang
dirumuskan untuk mewujudkan tujuan itu adalah melalui program
kerja sebagai berikut:
1) Kajian Nisa‟
2) Muslimah Expo
3) Jaringan Muslimah
4) DMS (Dauroh Mar‟atus Shalihah)
5) Dauroh Pra Nikah
6) MANIS (Madrasah Nisa‟)
2. Visi Misi Lembaga Dakwah Kampus (LDK) STAIN Salatiga
a. VISI
Sebagai wadah positif bagi mahasiswa STAIN Salatiga untuk melahirkan
kader-kader yang robbaniyah, ilmiyah dan profesional
b. MISI
1) Menghimpun, membina , memberdayakan dan mengarahkan mahasiswa
gua meningkatkan kualitas ruhiyah, jasadiyah, dan perananya di kampus
STAIN Salatiga serta msyarakat luas
2) Menyebarkan nilai-niali Islam dalam mewujudkan kampus yang Islami
3. Struktur Organisasi LDK Darul Amal STAIN Salatiga
Susunan Pengurus Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Darul Amal
STAIN Salatiga tahun 2012.
Pelindung
: Ketua STAIN Salatiga
Penanggung Jawab
: Pembantu Ketua
Bidang Kemahasiswaan
Penasehat
:- Kepala Unit Pembinaan
Kemahasiswaan
-Dewan Mahasiswa (DEMA)
STAIN Salatiga
Pembina
: Dra. Siti Asdiqoh
Sukron Ma‟mun, SHI. M.Si
Ketua Umum
: Kunal Abror
Sekretaris Umum
: ARR Karim
Biro Kestari
: Sri Wuryani
Bendahara Umum
: Mohamad Ali Shodiqin
Biro Dana Usaha
: Siti Qomariah
Ketua Bidang Kaderisasi
: Ahmad Fikri Sabiq
Sekretaris Bidang Kaderisasi : Umi Hafidhoh
Staff Bidang Kaderisasi
:
Nur Akhmad
Partiwi
As‟ad Abdullah
Siti Fatimah
Triyanto
Wiji Lestari
Arif Budi Wibowo
Rini Sugiarti
Musyahid
Ketua Bidang Syiar
: Mukharror
Sekretaris Bidang Syiar
: Ika Setya Wijayanti
Staff Bidang Syiar
:
Budi Kaswari
wahyu Istiqomah
Sidiq Afandi
Ika Setiawati
Agus Santoso
Kiki Permatasari
Agus Prasetyo
Siti Nur Khasanah
M. Fahrurozi
Zaky Amalia
Ketua Bidang Nisa‟
: Khusnul Arifah
Sekretaris Bidang Nisa‟
: Durotul Yatimah
Staff
:
Siti Faiqotun
Nur Wulan Masalachah
Yeni Purnamasari
Kartika Indah Permata
Fani Farida
Nur Hayati
B. Penyajian Data Penelitian
1. Daftar Responden
Dalam daftar responden berikut berisi nama-nama yang dijadikan
obyek penelitian yakni pengurus Lembaga Dakwah Kampus (LDK)
STAIN Salatiga tahun 2012. Untuk lebih jelas peneliti sajikan dalam
bentuk table sebagai berikut:
Tabel I
Daftar Nama Responden
No.
Nama
Nim
Progdi
Angkatan
1.
KUNAL ABROR
11109018
PAI
2009
2.
ARR KARIM
11210013
PBA
2010
3.
SRI WURYANI
11110112
PAI
2010
4.
M. ALI SHODIQIN
11210028
PBA
2010
5.
SITI QOMARIAH
11510061
PGMI
2010
6.
AHMAD FIKRI SABIQ
11110196
PAI
2010
7.
UMI KHAFIDHOH
11109123
PAI
2009
8.
NUR AHMAD
11508053
PGMI
2009
9.
AS‟AD ABDULLAH
11110185
PAI
2010
10.
TRIYANTO
11210023
PBA
2010
11.
ARIF BUDI WIBOWO
11510065
PAI
2010
12.
MUSYAHID
11109025
PAI
2009
13.
PARTIWI
11108131
PAI
2008
14.
SITI FATIMAH
11110118
PAI
2010
15.
WIJI LESTARI
11309076
PAI
2009
16.
RINI SUGIARTI
11109137
PAI
2010
17.
MUKHARROR
11110193
PAI
2010
18.
IKA SETYA WIJAYANTI
11310078
TBI
2010
19.
BUDI KASWARI
11509042
PAI
2009
20.
SIDIQ AFANDI
11109005
PAI
2009
21.
AGUS SANTOSO
11109093
PAI
2009
22.
AGUS PRASETYO
11310137
PAI
2010
23.
M. FAHRURROZI
11109023
PAI
2009
24.
WAHYU ISTIQOMAH
11510059
PGMI
2010
25.
IKA SETYAWATI
11310134
TBI
2010
26
KIKI PERMATASARI
11309028
PAI
2009
27.
SITI NUR KHASANAH
11310112
PAI
2010
28.
ZAKY AMALIA
11109129
PAI
2009
29.
KHUSNUL ARIFAH
11110088
PAI
2010
30.
DUROTUL YATIMAH
11309089
PAI
2009
31.
SITI FAIQOTUN M.
11309068
TBI
2010
32.
YENI PURNAMASARI
11110129
PAI
2010
33.
FANI FARIDA
11109136
PAI
2009
34.
NUR WULAN M.
11110041
PAI
2010
35.
KARTIKA INDAH P.
11309082
TBI
2009
36.
NUR HAYATI
11110110
PAI
2010
2. Data Tentang Jawaban Angket Kematangan Beragama
Dalam pengumpulan data tentang kematangan beragama, penulis
mendistribusikan angket yang berisi 10 item pertanyaan. Setiap soal terdiri
dari tiga alternatif jawaban dengan bobot nilai sebagai berikut:
a. Alternatif jawaban A memiliki nilai 3
b. Alternatif jawaban B memiliki nilai 2
c. Alternatif jawaban C memiliki nilai 1
Adapun hasil penyebaran angket kematangan beragama dapat dilihat
dari tabel sebagai berikut:
Tabel II
Daftar Jawaban Angket Kematangan Beragama
Jawaban
No.
Nilai
Nama responden
Jumlah
A
B
C
3
2
1
1.
KUNAL ABROR
10
-
-
30
-
-
30
2.
ARR KARIM
10
-
-
30
-
-
30
3.
SRI WURYANI
8
2
-
24
4
-
28
4.
M. ALI SHODIQIN
10
-
-
30
-
-
30
5.
SITI QOMARIAH
9
1
-
27
2
-
29
6.
AHMAD FIKRI S.
8
2
-
24
4
-
28
7.
UMI KHAFIDHOH
9
1
-
27
2
-
29
8.
NUR AHMAD
10
-
-
30
-
-
30
9.
AS‟AD A.
7
3
-
21
6
-
27
10.
TRIYANTO
9
1
-
27
2
-
29
11.
ARIF BUDI W.
10
-
-
30
-
-
30
12.
MUSYAHID
8
2
-
24
4
-
28
13.
PARTIWI
8
2
-
24
4
-
28
14.
SITI FATIMAH
9
1
-
27
2
-
29
15.
WIJI LESTARI
7
3
-
21
6
-
27
16.
RINI SUGIARTI
8
2
-
24
4
-
28
17.
MUKHARROR
10
-
-
30
-
-
30
18.
IKA SETYA W.
10
-
-
30
-
-
30
19.
BUDI KASWARI
5
4
1
15
8
1
24
20.
M. SIDIQ AFANDI
10
-
-
30
-
-
30
21.
AGUS SANTOSO
7
3
-
21
6
-
27
22.
AGUS PRASETYO
7
3
-
21
6
-
27
23.
M. FAHRURROZI
4
6
-
12
12
-
24
24.
WAHYU ISTI
10
-
-
30
-
-
30
25.
IKA SETYAWATI
9
1
-
27
2
-
29
26.
KIKI P.
9
1
-
27
2
-
29
27.
SITI NUR H.
9
1
-
27
2
-
29
28.
ZAKY AMALIA
10
-
-
30
-
-
30
29.
KHUSNUL A.
10
-
-
30
-
-
30
30.
DUROTUL Y.
9
1
-
27
2
-
29
31.
SITI FAIQOTUN
9
1
-
27
2
-
29
32.
YENI P.
6
4
-
24
8
-
26
33.
FANI FARIDA
7
1
2
21
2
2
25
34.
NUR WULAN M.
7
3
-
21
6
-
27
35.
KARTIKA INDAH
9
1
-
27
2
-
29
36.
NUR HAYATI
10
-
-
30
-
-
30
Demikian angket tentang kematangan beragama yang penulis
himpun dari 36 mahasiswa yang merupakan pengurus LDK STAIN
Salatiga dengan cara menyebar angket.
3. Data Tentang Jawaban Angket Sikap Sosial
Dalam
pengumpulan
data
tentang
sikap
sosial,
penulis
mendistribusikan angket yang berisi 10 item pertanyaan. Setiap soal terdiri
dari empat alternatif jawaban dengan bobot nilai sebagai berikut:
a. Alternatif jawaban SS memiliki nilai 4
b. Alternatif jawaban S memiliki nilai 3
c. Alternatif jawaban RR memiliki nilai 2
d. Alternatif jawaban TS memiliki nilai 1
Adapun hasil penyebaran angket sikap sosial dapat dilihat dari tabel
sebagai berikut:
Tabel III
Daftar Jawaban Angket Sikap Sosial
Jawaban
No.
Nilai
Nama responden
Jumlah
SS
S
RR
TS
4
3
2
1
1.
KUNAL ABROR
4
6
-
-
16
18
-
-
34
2.
ARR KARIM
10
-
-
-
40
-
-
-
40
3.
SRI WURYANI
5
4
1
-
20
12
2
-
32
4.
M. ALI SHODIQIN
10
-
-
-
40
-
-
-
40
5.
SITI QOMARIAH
1
7
2
-
4
21
4
-
29
6.
AHMAD FIKRI S.
6
4
-
-
24
12
-
-
36
7.
UMI KHAFIDHOH
10
-
-
-
40
-
-
-
40
8.
NUR AHMAD
2
8
-
-
8
24
-
-
32
9.
AS‟AD A.
10
-
-
-
40
-
-
-
40
10.
TRIYANTO
7
3
-
-
28
9
-
-
37
11.
ARIF BUDI W.
6
4
-
-
24
12
-
-
36
12.
MUSYAHID
3
5
2
-
12
15
4
-
31
13.
PARTIWI
2
7
1
-
8
21
2
-
31
14.
SITI FATIMAH
6
3
1
-
24
9
2
-
35
15.
WIJI LESTARI
5
3
2
-
20
9
4
-
33
16.
RINI SUGIARTI
9
1
-
-
36
3
-
-
39
17.
MUKHARROR
7
3
-
-
28
9
-
-
37
18.
IKA SETYA W.
3
6
1
-
12
18
2
-
32
19.
BUDI KASWARI
9
-
1
-
36
-
2
-
38
20.
M. SIDIQ AFANDI
10
-
-
-
40
-
-
-
40
21.
AGUS SANTOSO
9
1
-
-
36
3
-
-
39
22.
AGUS PRASETYO
6
2
-
2
24
6
-
2
32
23.
M. FAHRURROZI
8
2
-
-
32
6
-
-
38
24.
WAHYU ISTI
10
-
-
-
40
-
-
-
40
25.
IKA SETYAWATI
7
3
-
-
28
9
-
-
37
26.
KIKI P.
10
-
-
-
40
-
-
-
40
27.
SITI NUR H.
5
4
1
-
20
12
2
-
34
28.
ZAKY AMALIA
6
4
-
-
24
12
-
-
36
29.
KHUSNUL A.
10
-
-
-
40
-
-
-
40
30.
DUROTUL Y.
5
5
-
-
20
15
-
-
35
31.
SITI FAIQOTUN
7
3
-
-
28
9
-
-
37
32.
YENI P.
8
1
1
-
32
3
2
33.
FANI FARIDA
9
-
1
-
36
-
2
-
38
34.
NUR WULAN M.
-
6
4
-
-
18
8
-
32
35.
KARTIKA INDAH
7
3
-
-
28
3
-
-
37
36.
NUR HAYATI
10
-
-
-
40
-
-
-
40
37
Demikian angket tentang kematangan beragama yang penulis
himpun dari 36 mahasiswa yang merupakan pengurus LDK STAIN
Salatiga dengan cara menyebar angket.
BAB IV
ANALISIS DATA
Setelah data terkumpul lengkap, maka selanjutnya penulis akan
menganalisa data yang diperoleh agar mempunyai arti yang dapat disimpulkan
dari hasil penelitian untuk menjawab tujuan penelitian sebagai berikut:
1. Mengetahui tingkat kematangan beragama Mahasiswa Lembaga Dakwah
Kampus Sekolah Tinggi Islam Negeri Salatiga Tahun 2012.
2. Mengetahui sikap sosial Mahasiswa Lembaga Dakwah Kampus Sekolah
Tinggi Islam Negeri Salatiga Tahun 2012.
3. Mengetahui sejauh mana pengaruh kematangan beragama terhadap sikap sosial
Mahasiswa Lembaga Dakwah Kampus Sekolah Tinggi Islam Negeri Salatiga
Tahun 2012.
Berdasarkan dari ketiga tujuan penelitian di atas, maka penulis
menganalisis dari tujuan pertama dan kedua dengan menggunakan rumus
prosentase sebagai berikut:
P=
X 100%
Keterangan:
P
= Prosentase
F
= Frekuensi
N
= Jumlah total responden
Sedangkan
untuk
mengetahui
dari
tujuan
menggunakan rumus product moment sebagai berikut:
rxy=
(
√*
(
) +*
)(
)
(
) +
yang
ketiga
penulis
Keterangan:
rxy
= Koefisien antara variabel X dan Y
XY
= Perkalian antara X dan Y
X
= Variabel 1
Y
= Variabel 2
N
= Jumlah sampel yang diteliti
Ʃ
= Jumlah
A. Analisis Data Tingkat Kematangan Beragama
Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kematangan
beragama, penulis menggunakan instrumen angket yang terdiri dari 10 item
pertanyaan. Dari masing-masing pertanyaan angket tersedia 3 alternatif
jawaban dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Jawaban A diberi skor 3
2. Jawaban B diberi skor 2
3. Jawaban C diberi skor 1
Selanjutnya analisis ini digunakan untuk mencari nominasi yang di
dasarkan pada jumlah nilai yang diperoleh dari hasil angket para mahasiswa.
Nilai yang diperoleh kemudian di klasifikasikan untuk menentukan tingkat
kematangan beragama pada mahasiswa pengurus LDK STAIN Salatiga.
Nilai angket tingkat kematangan beragama dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel IV
Daftar Jawaban Angket Kematangan Beragama
Jawaban
No.
Nilai
Nama responden
Jumlah
A
B
C
3
2
1
1.
KUNAL ABROR
10
-
-
30
-
-
30
2.
ARR KARIM
10
-
-
30
-
-
30
3.
SRI WURYANI
8
2
-
24
4
-
28
4.
M. ALI SHODIQIN
10
-
-
30
-
-
30
5.
SITI QOMARIAH
9
1
-
27
2
-
29
6.
AHMAD FIKRI S.
8
2
-
24
4
-
28
7.
UMI KHAFIDHOH
9
1
-
27
2
-
29
8.
NUR AHMAD
10
-
-
30
-
-
30
9.
AS‟AD A.
7
3
-
21
6
-
27
10.
TRIYANTO
9
1
-
27
2
-
29
11.
ARIF BUDI W.
10
-
-
30
-
-
30
12.
MUSYAHID
8
2
-
24
4
-
28
13.
PARTIWI
8
2
-
24
4
-
28
14.
SITI FATIMAH
9
1
-
27
2
-
29
15.
WIJI LESTARI
7
3
-
21
6
-
27
16.
RINI SUGIARTI
8
2
-
24
4
-
28
17.
MUKHARROR
10
-
-
30
-
-
30
18.
IKA SETYA W.
10
-
-
30
-
-
30
19.
BUDI KASWARI
5
4
1
15
8
1
24
20.
M. SIDIQ AFANDI
10
-
-
30
-
-
30
21.
AGUS SANTOSO
7
3
-
21
6
-
27
22.
AGUS PRASETYO
7
3
-
21
6
-
27
23.
M. FAHRURROZI
4
6
-
12
12
-
24
24.
WAHYU ISTI
10
-
-
30
-
-
30
25.
IKA SETYAWATI
9
1
-
27
2
-
29
26.
KIKI P.
9
1
-
27
2
-
29
27.
SITI NUR H.
9
1
-
27
2
-
29
28.
ZAKY AMALIA
10
-
-
30
-
-
30
29.
KHUSNUL A.
10
-
-
30
-
-
30
30.
DUROTUL Y.
9
1
-
27
2
-
29
31.
SITI FAIQOTUN
9
1
-
27
2
-
29
32.
YENI P.
6
4
-
24
8
-
26
33.
FANI FARIDA
7
1
2
21
2
2
25
34.
NUR WULAN M.
7
3
-
21
6
-
27
35.
KARTIKA INDAH
9
1
-
27
2
-
29
36.
NUR HAYATI
10
-
-
30
-
-
30
Untuk mengetahui pengaruh kematangan beragama pada mahasiswa
pengurus LDK STAIN Salatiga dengan jumlah item soal 10 diketahui nilai
tertinggi 30 dan nilai terendah 24 secara ideal, maka untuk menentukan
intervalnya, penulis menggunakan rumus sabagai berikut:
I=
(
)
Keterangan:
I= interval
Xt= nilai tertinggi
Xr= nilai trendah
Ki= kelas interval
Jadi I =
(
)
=
= 2,3 = 2
Kemudian dimasukkan dalam tabel untuk mengetahui berapa banyak
mahasiswa yang dipengaruhi oleh kematangan beragama, tinggi, sedang, atau
rendah.
Tabel V
Interval Tingkat Kematangan Beragama
No.
Nilai Interval
Jumlah Siswa
Nominasi
1.
28-30
27
(A)
2.
26-27
6
(B)
3.
24-25
3
(C)
Dengan demikian maka:
1) Nominasi antara 28-30 berarti nilai tingkat kematangan beragama
mahasiswa dikatakan tinggi (A) sebanyak 27 mahasiswa.
2) Nominasi antara 26-27 berarti nilai tingkat kematangan beragama
mahasiswa dikatakan sedang (B) sebanyak 6 mahasiswa.
3) Nominasi antara 24-25 berarti nilai tingkat kematangan beragama
mahasiswa dikatakan rendah (C) sebanyak 3 mahasiswa.
Kemudian dibuat tabel nominasi A (tinggi), B (sedang), dan C
(rendah) untuk mengetahui masing-masing nominasi tingkat kematangan
beragama mahasiswa sebagai berikut:
Tabel VI
Nilai Nominasi Tingkat Kematangan Beragama
No. Nama responden
Skor
Nilai nominasi
Keterangan
1.
KUNAL ABROR
30
A
Tinggi
2.
ARR KARIM
30
A
Tinggi
3.
SRI WURYANI
28
A
Tinggi
4.
M. ALI SHODIQIN
30
A
Tinggi
5.
SITI QOMARIAH
29
A
Tinggi
6.
AHMAD FIKRI S.
28
A
Tinggi
7.
UMI KHAFIDHOH
29
A
Tinggi
8.
NUR AHMAD
30
A
Tinggi
9.
AS‟AD A.
27
B
Sedang
10.
TRIYANTO
29
A
Tinggi
11.
ARIF BUDI W.
30
A
Tinggi
12.
MUSYAHID
28
A
Tinggi
13.
PARTIWI
28
A
Tinggi
14.
SITI FATIMAH
29
A
Tinggi
15.
WIJI LESTARI
27
B
Sedang
16.
RINI SUGIARTI
28
A
Tinggi
17.
MUKHARROR
30
A
Tinggi
18.
IKA SETYA W.
30
A
Tinggi
19.
BUDI KASWARI
24
C
Rendah
20.
M. SIDIQ AFANDI
30
A
Tinggi
21.
AGUS SANTOSO
27
B
Sedang
22.
AGUS PRASETYO
27
B
Sedang
23.
M. FAHRURROZI
24
C
Rendah
24.
WAHYU ISTI
30
A
Tinggi
25.
IKA SETYAWATI
29
A
Tinggi
26.
KIKI P.
29
A
Tinggi
27.
SITI NUR H.
29
A
Tinggi
28.
ZAKY AMALIA
30
A
Tinggi
29.
KHUSNUL A.
30
A
Tinggi
30.
DUROTUL Y.
29
A
Tinggi
31.
SITI FAIQOTUN
29
A
Tinggi
32.
YENI P.
26
B
Sedang
33.
FANI FARIDA
25
C
Rendah
34.
NUR WULAN M.
27
B
Sedang
35.
KARTIKA INDAH
29
A
Tinggi
36.
NUR HAYATI
30
A
Tinggi
Setelah diketahui berapa banyak mahasiswa yang berada pada kategori
tinggi, sedang, dan kurang, langkah selanjutnya menentukan prosentase
masing-masing variabel dengan rumus prosentase:
P: ×100%
Keterangan:
P= prosentase
F= frekuensi
N=jumlah sampel
Sehingga diketahui hasilnya sebagai berikut:
a. Untuk kategori tinggi (A) tentang kematangan beragama mahasiswa
sebanyak
P=
× 100% = 75%
b. Untuk kategori sedang (B) tentang kematangan beragama mahasiswa
sebanyak
P=
× 100% = 16,7= 17%
c. Untuk kategori rendah (C) tentang kematangan beragama mahasiswa
sebanyak
P=
× 100% = 8,3= 8%
Untuk lebih jelas penulis sampaikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi tentang kematangan beragama mahasiswa pengurus LDK
STAIN Salatiga.
Tabel VII
Distribusi Frekuensi Jawaban Kematangan Beragama
No.
Kriteria
Interval
Jumlah Responden
Prosentase
1. Tinggi
28-30
27
75%
2. Sedang
26-27
6
17%
3. Rendah
24-25
3
8%
36
100%
Jumlah
B. Analisis Data Tingkat Sikap Sosial
Data tentang sikap sosial diperoleh dari penyebaran angket yang terdiri
dari 10 item soal, masing-masing pertanyaan disediakan 4 alternatif jawaban
dengan bobot nilai sebagai berikut:
a. Alternatif jawaban SS (Sangat Setuju), memiliki nilai 4
b. Alternatif jawaban S (Setuju), memiliki nilai 3
c. Alternatif jawaban RR (Ragu-ragu), memiliki nilai 2
d. Alternatif jawaban TS (Tidak Setuju), memiliki nilai 1
Tabel VIII
Daftar Jawaban Angket Sikap Sosial
No.
Nama responden
Jawaban
Nilai
Jumlah
SS
S
RR
TS
4
3
2
1
1.
KUNAL ABROR
4
6
-
-
16
18
-
-
34
2.
ARR KARIM
10
-
-
-
40
-
-
-
40
3.
SRI WURYANI
5
4
1
-
20
12
2
-
32
4.
M. ALI SHODIQIN
10
-
-
-
40
-
-
-
40
5.
SITI QOMARIAH
1
7
2
-
4
21
4
-
29
6.
AHMAD FIKRI S.
6
4
-
-
24
12
-
-
36
7.
UMI KHAFIDHOH
10
-
-
-
40
-
-
-
40
8.
NUR AHMAD
2
8
-
-
8
24
-
-
32
9.
AS‟AD A.
10
-
-
-
40
-
-
-
40
10.
TRIYANTO
7
3
-
-
28
9
-
-
37
11.
ARIF BUDI W.
6
4
-
-
24
12
-
-
36
12.
MUSYAHID
3
5
2
-
12
15
4
-
31
13.
PARTIWI
2
7
1
-
8
21
2
-
31
14.
SITI FATIMAH
6
3
1
-
24
9
2
-
35
15.
WIJI LESTARI
5
3
2
-
20
9
4
-
33
16.
RINI SUGIARTI
9
1
-
-
36
3
-
-
39
17.
MUKHARROR
7
3
-
-
28
9
-
-
37
18.
IKA SETYA W.
3
6
1
-
12
18
2
-
32
19.
BUDI KASWARI
9
-
1
-
36
-
2
-
38
20.
M. SIDIQ AFANDI
10
-
-
-
40
-
-
-
40
21.
AGUS SANTOSO
9
1
-
-
36
3
-
-
39
22.
AGUS PRASETYO
6
2
-
2
24
6
-
2
32
23.
M. FAHRURROZI
8
2
-
-
32
6
-
-
38
24.
WAHYU ISTI
10
-
-
-
40
-
-
-
40
25.
IKA SETYAWATI
7
3
-
-
28
9
-
-
37
26.
KIKI P.
10
-
-
-
40
-
-
-
40
27.
SITI NUR H.
5
4
1
-
20
12
2
-
34
28.
ZAKY AMALIA
6
4
-
-
24
12
-
-
36
29.
KHUSNUL A.
10
-
-
-
40
-
-
-
40
30.
DUROTUL Y.
5
5
-
-
20
15
-
-
35
31.
SITI FAIQOTUN
7
3
-
-
28
9
-
-
37
32.
YENI P.
8
1
1
-
32
3
2
33.
FANI FARIDA
9
-
1
-
36
-
2
-
38
34.
NUR WULAN M.
-
6
4
-
-
18
8
-
32
35.
KARTIKA INDAH
7
3
-
-
28
3
-
-
37
36.
NUR HAYATI
10
-
-
-
40
-
-
-
40
37
Untuk mengetahui pengaruh sikap sosial mahasiswa dengan jumlah 10
item soal diketahui nilai tertinggi 40 dan nilai terendah 29 secara ideal, maka
untuk menentukan intervalnya, penulis menggunakan rumus sabagai berikut:
I=
(
)
Keterangan:
I
= interval
Xt
= nilai tertinggi
Xr
= nilai trendah
Ki
= kelas interval
Jadi I adalah=
(
)
=
=3
Kemudian dimasukkan dalam tabel untuk mengetahui berapa banyak
mahasiswa yang dipengaruhi oleh sikap sosial, sangat baik, baik, cukup
maupun kurang.
Tabel IX
Interval Sikap Sosial
No.
Nilai interval
Jumlah siswa
Nominasi
1.
38-40
14
Sangat baik (A)
2.
35-37
11
Baik (B)
3.
32-34
8
Cukup (C)
4.
29-31
3
Kurang (D)
Dengan demikian maka:
1) Nominasi antara 38-40 berarti nilai tingkat sosial dikatakan sangat baik
(A) sebanyak 14 mahasiswa
2) Nominasi antara 35-37 berarti nilai tingkat sikap sosial dikatakan baik (B)
sebanyak 11 mahasiswa
3) Nominasi antara 32-34 berarti nilai tingkat sikap sosial dikatakan cukup
(C) sebanyak 8 mahasiswa, dan
4) Nominasi antara 29-31 berarti nilai tingkat sikap sosial dikatakan kurang
(D) sebanyak 3 mahasiswa.
Kemudian dibuat tabel nominasi A (sangat baik), B (baik), C (cukup),
dan D (kurang ) untuk mengetahui masing-masing nominasi tingkat sikap
sosial mahasiswa sebagai berikut:
Tabel X
Nilai Nominasi Tingkat Sikap Sosial
No.
Nama Responden
Skor
Nilai nominasi
Keterangan
1.
KUNAL ABROR
34
C
Cukup
2.
ARR KARIM
40
A
Sangat baik
3.
SRI WURYANI
32
C
Cukup
4.
M. ALI SHODIQIN
40
A
Sangat baik
5.
SITI QOMARIAH
29
D
Kurang
6.
AHMAD FIKRI SABIQ
36
B
Baik
7.
UMI KHAFIDHOH
40
A
Sangat baik
8.
NUR AHMAD
32
C
Cukup
9.
AS‟AD ABDULLAH
40
A
Sangat baik
10.
TRIYANTO
37
B
Baik
11.
ARIF BUDI WIBOWO
36
B
Baik
12.
MUSYAHID
31
D
Kurang
13.
PARTIWI
31
D
Kurang
14.
SITI FATIMAH
35
B
Baik
15.
WIJI LESTARI
33
C
Cukup
16.
RINI SUGIARTI
39
A
Sangat baik
17.
MUKHARROR
37
B
Baik
18.
IKA SETYA WIJAYANTI
32
C
Cukup
19.
BUDI KASWARI
38
A
Sangat baik
20.
SIDIQ AFANDI
40
A
Sangat baik
21.
AGUS SANTOSO
39
A
Sangat baik
22.
AGUS PRASETYO
32
C
Cukup
23.
M. FAHRURROZI
38
A
Sangat baik
24.
WAHYU ISTIQOMAH
40
A
Sangat baik
25.
IKA SETYAWATI
37
B
Baik
26.
KIKI PERMATASARI
40
A
Sangat baik
27.
SITI NUR KHASANAH
34
C
Cukup
28.
ZAKY AMALIA
36
B
Baik
29.
KHUSNUL ARIFAH
40
A
Sangat baik
30.
DUROTUL YATIMAH
35
B
Baik
31.
SITI FAIQOTUN M.
37
B
Baik
32.
YENI PURNAMASARI
37
B
Baik
33.
FANI FARIDA
38
A
Sangat baik
34.
NUR WULAN M.
32
C
Cukup
35.
KARTIKA INDAH P.
37
B
Baik
36.
NUR HAYATI
40
A
Sangat baik
Setelah diketahui berapa banyak mahasiswa yang berada pada kategori
sangat baik, baik, cukup, dan kurang, langkah selanjutnya menentukan
prosentase masing-masing variabel dengan rumus prosentase:
P: ×100%
Keterangan:
P
= Prosentase
F
= Frekuensi
N
= Banyaknya subyek seluruhnya
Sehingga diketahui hasilnya sebagai berikut:
a) Untuk kategori A
P:
× 100% = 38,9 = 39%
b) Untuk kategori B
P:
× 100% = 30,6 = 31%
c) Untuk kategori C
P:
× 100% = 22,2 = 22%
d) Untuk kategori D
P:
× 100% = 8,3 = 8%
Untuk lebih jelas penulis sampaikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi tentang sikap sosial mahasiswa pengurus LDK STAIN Salatiga
tahun 2012:
Tabel XI
Distribusi Frekuensi Jawaban Sikap Sosial
No.
Kriteria
Interval
Jumlah responden
Prosentase
1. Sangat baik
38-40
14
39%
2. Baik
35-37
11
31%
3. Cukup
32-34
8
22%
4. Kurang
29-31
Jumlah
3
8%
36
100%
C. Analisis Uji Hipotesis
Setelah dilakukan analisis terhadap kedua variabel berdasarkan nilai
atau skor dan berdasarkan item-item pertanyaan angket, langkah selanjutnya
adalah melakukan uji hipotesis untuk menguji kebenarannya. Adapun untuk
mengetahui adakah pengaruh antara kematangan beragama terhadap sikap
sosial mahasiswa pengurus LDK STAIN Salatiga tahun 2012 digunakan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Membuat tabel persiapan untuk mencari pengaruh kematangan beragama
terhadap sikap sosial
2. Mencari XY, X2, Y2 dengan cara mengalikannya
3. Selanjutnya memasukkan nilai X dan Y yang sudah ada kedalam rumus
product moment
Tabel XII
Tabel Kerja Koefisien Korelasi Antara Tingkat Kematangan Beragama (X)
Terhadap Sikap Sosial (Y)
No.
X
Y
X2
Y2
XY
1.
30
34
900
1156
1020
2.
30
40
900
1600
1200
3.
28
32
784
1024
896
4.
30
40
900
1600
1200
5.
29
29
841
841
841
6.
28
36
784
1296
1008
7.
29
40
841
1600
1160
8.
30
32
900
1024
960
9.
27
40
729
1600
1080
10.
29
37
841
1369
1073
11.
30
36
900
1296
1080
12.
28
31
784
961
868
13.
28
31
784
961
868
14.
29
35
841
1225
1015
15.
27
33
729
1089
891
16.
28
39
784
1521
1092
17.
30
37
900
1369
1110
18.
30
32
900
1024
960
19.
24
38
576
1444
912
20.
30
40
900
1600
1200
21.
27
39
729
1521
1053
22.
27
32
729
1024
864
23.
24
38
576
1444
912
24.
30
40
900
1600
1200
25.
29
37
841
1369
1073
26.
29
40
841
1600
1160
27.
29
34
841
1156
986
28.
30
36
900
1296
1080
29.
30
40
900
1600
1200
30.
29
35
841
1225
1015
31.
29
37
841
1369
1073
32.
26
37
676
1369
962
33.
25
38
625
1444
950
34.
27
32
729
1024
864
35.
29
37
841
1369
1073
36.
30
40
900
1600
1200
Jumlah
994
1264
29228
46010
35899
Setelah data diketahui maka dimasukkan ke dalam rumus product
moment:
rxy=
(
√*
(
) +*
)(
)
(
) +
Keterangan:
rxy
= Koefisien antara variabel X dan Y
XY
= Perkalian antara X dan Y
X
= Variabel 1
Y
= Variabel 2
N
= Jumlah sampel yang diteliti
∑
= (jumlah)
Sehingga dapat diketahui bahwa:
N
: 36
∑X
: 994
∑Y
: 1264
∑X2
: 29228
∑Y2
: 46010
∑XY : 35899
rxy=
(
√*
=
(
)(
)
) +*
(
) +
√
=
= 0,585
D. Interpretasi Data
Dengan diperolehnya nilai product moment (rxy) di atas, maka untuk
menentukan taraf siginifikansi disajikan nilai-nilai product moment dalam
tabel taraf signifikansi 5% sebagai berikut:
Tabel XIII
Nilai Product Moment
N
36
Taraf signifikansi
5%
1%
0,329
0,424
37
0,325
0,418
38
0,320
0,413
39
0,316
0,408
Dari tabel di atas dapat dilihat nilai yang diambil adalah N= 36 yaitu
pada taraf signifikansi 5% adalah 0,329. Hasil yang diperoleh dari koefisien
antara variabel X (kematangan beragama) dengan variabel Y (sikap sosial)
adalah 0,585
Kemudian langkah selanjutnya adalah menghubungkan r hasil
penelitian dengan r tabel, pada taraf signifikansi 5%. Apabila r hasil koefisien
diperoleh lebih besar dari nilai r pada tabel, maka hasil yang diperoleh adalah
signifikan. Artinya, hipotesis yang penulis ajukan diterima.
Hasil yang diperoleh dari koefisien korelasi antara variabel X
(kematangan beragama) dengan variabel Y (sikap sosial) adalah 0,585,
sedangkan pada tabel adalah 0,329 pada taraf signifiksnsi 5%. Jika melihat
dari hasil tersebut di atas, maka koefisian korelasi lebih besar dari hasil tabel
nilai-nilai r product moment (0,585>0,329). Dengan demikian hipotesis yang
berbunyi “Ada pengaruh yang signifikan antara kematangan beragama
terhadap sikap sosial mahasiswa pengurus LDK STAIN Salatiga Tahun 2012”
dapat diterima atau dapat dibuktikan. Dengan demikian maka adanya
kematangan beragama tidak hanya menjadikan mahasiswa taat pada agamanya,
tetapi juga menjadikan mereka lebih bijak dalam bersikap kepada sesama.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil
penelitian tentang
“Pengaruh
Kematangan
Beragama Terhadap Sikap Sosial Mahasiswa Lembaga Dakwah Kampus
(LDK) STAIN Salatiga”, sebagaimana yang telah dijabarkan pada bab-bab
sebelumnya dan sesuai dengan rumusan masalah yang tertera pada bab I,
maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa:
1. Dari variasi tingkat kematangan beragama mahasiswa yang mendapat nilai
tinggi (A) sebanyak 27 responden ada 75%, variasi tingkat kematangan
beragama yang mendapat nilai sedang (B) sebanyak 6 responden ada 17%,
dan variasi tingkat kematangan beragama yang mendapat nilai rendah (C)
sebanyak 3 responden ada 8%.
2. Dari variasi sikap sosial dapat diketahui bahwa yang mendapat nilai sangat
baik (A) sebanyak 14 responden ada 39%, variasi tingkat sikap sosial yang
mendapat nilai baik (B) sebanyak 11 responden ada 31%, variasi tingkat
sikap sosial yang mendapat nilai cukup (C) sebanyak 8 responden ada
22%, dan variasi tingkat sikap sosial yang mendapat nilai kurang (D)
sebanyak 3 responden ada 8%.
3. Analisis data yang didapat dari rumus product moment menunjukkan
bahwa ada pengaruh yang signifikan antara varibel X dengan variabel Y
pada mahasiswa pengurus LDK STAIN Salatiga Tahun 2012. Artinya ada
pengaruh positif antara kematangan beragama terhadap sikap sosial. Hal
ini terbukti karena rxy lebih besar dari pada r tabel yaitu 0,585>0,329.
B. Saran-saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian yang penulis ajukan, kiranya
penulis dapat memberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi Mahasiswa LDK Darul Amal STAIN Salatiga
LDK merupakan salah satu bagian dari STAIN Salatiga, oleh karena itu
teruslah berjuang untuk menegakkan syi‟ar Islam dengan menyeru pada
perbuatan baik dan mencegah kemungkaran sesuai dengan nilai-nilai
keislaman. Serta melahirkan generasi muda yang berakhlak mulia yang
senantiasa meningkatkan kreatifitas untuk mewujudkan harapan dan citacita demi kemajuan LDK khususnya dan umumnya untuk bangsa ini.
2. Bagi mahasiswa pada umumnya
Sikap sosial sangatlah penting dalam kehidupan, oleh karena itu penulis
berharap agar mahasiswa selalu berusaha untuk menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Karena sikap sosial akan mendatangkan manfaat
bagi diri sendiri dan membawa maslahat bagi orang lain.
C. penutup
Puji syukur ke hadirat allah SWT atas limpahan rahmat, karunia,
hidayah, serta inayahNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
tanpa kesulitan yang berarti. Penulis merasa semua ini berkat dukungan
dosen pembimbing yang tiada lelah membimbing dan mengarahkan untuk
terselesaikannya skripsi ini, untuk membalas semua itu penulis hanya bisa
mengucapkan banyak terima kasih dan semoga amal kebaikannya diterima
oleh Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
dan membutuhkan kritik serta saran yang membangun. Meskipun
demikian penulis berharap karya ini dapat memberikan manfaat bagi
semua pihak dan khususnya pada diri penulis.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 1999. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
HD, Kaelany. 2000. Islam & Aspek-Aspek Kemasyarakatan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Islamiyah, Djami‟atul. 2006. Jurnal Attarbiyah: Studi Psikologis Tentang
Kematangan Beragama. Salatiga.
Mardalis. 2004. Metode Penelitian: Suatu Pendekatan Proposional. Jakarta: Bumi
Aksara.
Martono, Nanang. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Analisis
Data Sekunder. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Salamulloh, M. Alaika. 2008. Akhlak Hubungan Horizontal. Yogyakarta: Insan
Madani.
Shaleh, M. Ashaf. 2006. Takwa: Makna & Hikmahnya Dalam Al-Qur‟an. Jakarta:
Erlangga.
Walgito, Bimo. 1990. Psikologi Sosial. Yogyakarta: Andi Offset.
Nama
: Mamik Nur Hayati
Nim
: 11108044
Judul skripsi
: Pengaruh Kematangan Beragama Terhadap Sikap Sosial
Mahasiswa Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri Salatiga Tahun 2012
Variabel
: 1. Kematangan beragama mahasiswa
2. Sikap sosial mahasiswa
No.
1.
Variabel
Variabel 1
Kisi-kisi
a.
Poin soal
Well-differentiated dan self critical,
3, 5
yaitu memiliki alasan tertentu ketika
ditanya
tentang,
mengapa
dia
memilih Islam (motivasi memeluk
agama)
b.
Dynamic in character, yaitu agama
1, 4, 10
menjadi motivasi tersendiri dalam
aspek kehidupan (bersikap muttaqien)
c.
Productive of a consistent morality,
6, 8
yaitu memiliki moral yang konsisten
dengan
agama
(berakhlak
mulia
sesuai syari‟at agama)
d.
Integral dan komprehensif, dalam
2, 9
penelitian ini yang dimaksud adalah
mengutamakan sikap Islam dalam
seluruh aspek kehidupan
e.
Fundamentally heuristic, yakni selalu
7
berusaha
menambah
pengetahuan
tentang ajaran agamanya
2.
Variabel 2
a. Ketika bertemu
selalu mengucap
2
salam atau menjawabnya
b. Berusaha menjenguk jika ada yang
7
sakit
c. Menyayangi sesama
3
d. Menolong sesama yang
1, 9
membutuhkan
e. Rendah hati
4
f.
6
Selalu berprasangka baik
g. Menghormati yang lebih tua dan
8
menyayangi yang lebih muda
h. Berusaha
sesama
memaafkan
kesalahan
5, 10
INSTRUMEN PENELITIAN
ANGKET PENILAIAN MENGENAI KEMATANGAN BERAGAMA
PENGARUHNYA TERHADAP SIKAP SOSIAL MAHASISWA LDK
STAIN SALATIGA TAHUN 2012
Nama
:
NIM
:
Progdi/Jurusan/Angkatan :
Petunjuk mengerjakan

Sebelum mengerjakan bacalah dengan cermat setiap pernyataan dan
pilihlah jawaban sesuai dengan keadaan yang anda alami!

Pilihlah jawaban dengan jujur dan sesuai dengan apa yang anda lakukan

Kerahasiaan data anda dijamin peneliti

Atas partisipasinya saya ucapkan terimakasih
A. Angket kematangan beragama
Pilihlah salah satu jawaban dengan memberi tanda silang (X) pada huruf a, b, atau
c!
1. Jika di sekitar tempat tinggal anda membutuhkan tenaga pengajar TPQ,
namun tidak ada HR-nya, bagaimana sikap anda?
a. saya akan menerima, karena itu berkaitan dengan peningkatan kualitas
pendidikan agama
b. saya akan menerima jika ada waktu luang
c. menerima jika dibayar
2. Dalam mencapai tujuan hidup, apakah yang anda lakukan untuk
mencapainya?
a. Saya selalu berdo‟a dan berusaha sesuai syari‟at agama
b. Saya akan berdo‟a terus-menerus sepanjang hari dan menunggu
keajaiban datang
c. Saya akan bertawakal saja karena semua yang terjadi merupakan takdir
Allah
3. Apa yang memotivasi anda memeluk agama Islam?
a. Karena saya yakin bahwa Islam merupakan agama yang paling
diridhoi Allah melalui ajarannya dalam Al-Qur‟an dan hadis
b. Karena saya melihat bahwa Islam mengajarkan kebaikan
c. Karena Islam merupakan agama turun-temurun keluarga saya
4. Suatu ketika organisasi anda mengadakan kegiatan yang membutuhkan
bantuan anda, bagaimana sikap anda?
a. Saya akan ikut berpartisipasi untuk mensukseskan acara tersebut
dengan senang hati
b. Saya memilih tidak ikut karena tidak masuk dalam daftar panitia
c. Pura-pura sibuk
5. Suatu ketika anda menjadi pemimpin rapat dalam organisasi anda, ketika
telah masuk waktu salat dan terdengar adzan berkumandang, apa yang
akan anda lakukan?
a. Berhenti sejenak untuk mendengarkan adzan dan kemudian mengajak
peserta rapat mengerjakan salat terlebih dahulu
b. Mendengarkan adzan kemudian meneruskan rapat sampai selesai
c. Meneruskan rapat tanpa menghiraukan suara adzan
6. Jika suatu ketika ada teman yang mengkritik sikap anda, apa yang anda
lakukan?
a. Saya akan menerima sebagai bahan introspeksi diri
b. Saya akan menerima jika tidak bertentangan dengan hati saya
c. Saya akan mengacuhkannya dan tidak pernah merubah sikap saya
7. Ketika ada teman yang mengajak anda pergi jalan-jalan sedangkan
sebentar lagi akan ada kajian rutin di kampus yang biasa anda ikuti,
langkah apa yang harus anda lakukan?
a. Menolak ajakan tersebut dengan baik-baik tanpa melukai perasaannya
dan memilih mengikuti pengajian karena itu akan menambah wawasan
spiritual saya
b. Ragu-ragu, tetapi pada akhirnya saya memilih mengikuti kajian
meskipun dengan terpaksa
c. Langsung menerima ajakan tersebut tanpa memikirkan kajian yang
akan saya ikuti
8. Ketika anda pergi jalan-jalan ke suatu tempat wisata bersama teman-teman
anda dan kemudian ada beberapa teman putri yang melepas jilbab mereka,
bagaimana sikap anda?
a. Melerai mereka dan memberi sedikit penjelasan tentang kewajiban
menutup aurat tanpa melukai perasaan mereka
b. Saya membiarkan saja karena takut dibilang sok alim atau sok suci
c. Saya memarahi dan memusuhi mereka
9. Di zaman modern ini banyak sekali pengaruh budaya barat yang masuk ke
Indonesia melalui berbagai segi, sebagai seorang muslim sikap apa yang
harus anda lakukan?
a. Lebih selektif dalam mensikapinya dan selalu berpegang teguh pada
Al-Qur‟an dan sunnah
b. Menerima semua kebudayaan barat yang menurut anda benar
c. Menerima mentah-mentah budaya tersebut tanpa memandang lagi
norma-norma yang ada
10. Sebagai seorang muslim, hal apa yang anda lakukan untuk menunjukkan
ketaatan anda pada tuhan dan agama anda?
a. Ibadah saya selalu saya seimbangkan antara urusan dunia dan urusan
akhirat (antara dimensi vertikal dan horizontal)
b. Saya lebih menitikberatkan urusan akhirat karena menurut saya
kehidupan yang kekal adalah kehidupan di akhirat kelak
c. Saya lebih mementingkan urusan dunia karena di dunia materi itu
sangat penting untuk kepentingan pribadi maupun untuk menolong
sesama
B. Angket sikap sosial
Pilihlah salah satu jawaban dengan memberi tanda (√) pada lembar pertanyaan di
bawah ini!
NO.
1.
PERNYATAAN
Saya senang menolong orang lain yang sedang
kesusahan baik diwaktu luang ataupun sempit
2.
Ketika bertemu dengan teman, saya lebih suka
mengucapkan salam terlebih dahulu
3.
Dalam bergaul, saya tidak pernah membedabedakan antara si kaya dan si miskin, si pintar dan
si bodoh, si cantik/tampan dengan si jelek, dll.
4.
Meskipun saya pandai tetapi saya tidak pernah
memamerkan kepandaian saya, justru saya lebih
senang jika teman meminta saya untuk belajar
bersama.
ALTERNATIF JAWABAN
1
2
3
4
TS
RR
S
SS
5.
Saya suka memberi maaf terhadap orang lain yang
berbuat salah kepada saya meskipun kesalahan itu
menyakitkan hati saya.
6.
Ketika ada teman yang menolak pendapat saya,
saya tidak marah. Mungkin pendapat orang lain
lebih tepat dan bisa diterima semua orang.
7.
Ketika ada teman yang sakit, saya meminta pada
teman-teman yang lain untuk menjenguk bersamasama serta mendo‟akan kesembuhannya.
8.
Saya selalu menghormati orang yang lebih tua dari
saya dan tidak menyepelekan orang yang lebih
muda dari saya.
9.
Saya merelakan uang bulanan saya berkurang
demi untuk menolong sesama yang sangat
membutuhkan.
10.
Ketika ada seseorang yang mengajak untuk
membicarakan kejelekan teman yang lain, saya
memilih untuk diam dan menolaknya.
Keterangan:
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
RR: Ragu-ragu
TS: Tidak Setuju
~{ TERIMAKASIH ATAS PARTISIPASINYA}~
Download