BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi merupakan salah

advertisement
BAB 1 : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gizi merupakan salah satu aspek penting dalam pembangunan, yang dapat
memberikan kontribusi dalam peningkatan kualitas sumber daya sehingga dapat
berperan maksimal dalam pembangunan. Kecukupan gizi sangat penting bagi seluruh
individu, dimulai sejak janin masih dalam kandungan, bayi, balita, anak-anak,
remaja, dewasa sampai lansia. (1, 2)
Pemberian Air Susu Ibu merupakan cara pemberian makanan atau susu
terbaik dan paling tepat untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusis (SDM)
pada saat awal pertumbuhan, karena ASI mengandung berbagai nutrien yang
diperlukan untuk tumbuh kembang bayi secara umum maupun tumbuh kembang
berbagai organ secara khusus. Disamping itu ASI mengandung zat antibodi yang
dapat melindungi bayi terhadap penyakit dan kematian akibat penyakit infeksi yang
umum ditemui pada tahun pertama kehidupan. (3)
Roesli menyatakan bahwa IMD dapat melatih dan membiasakan bayi
mengisap payudara ibu yang nantinya berperan penting dalam mewujudkan
keberhasilan ASI ekslusif selama 6 bulan pertama dan berlanjut dengan pemberian
ASI sampai anak berusia 2 tahun. IMD juga membantu bayi mendapatkan kolostrum,
sesuatu yang sangat dibutuhkannya dalam menyongsong awal kehidupannya.(4)
Selama ini masih banyak ibu yang mengalami kesulitan untuk menyusui
bayinya. Hal ini disebabkan kemampuan bayi untuk mengisap ASI kurang sempurna
sehingga secara keseluruhan proses menyusui terganggu. Tidak sedikit penolong
persalinan yang memisahkan bayi dari ibunya segera setelah lahir untuk dibersihkan,
ditimbang, ditandai dan diberi pakaian. Ternyata proses ini sangat menganggu proses
alami bayi untuk menyusui. Sehingga pencapaian ASI ekslusif belum sesuai dengan
yang diharapkan.(5)
Penelitian WHO pada tahun 2013 di enam negara berkembang resiko
kematian bayi antara usia 9-12 bulan meningkat 40% jika bayi tersebut tidak disusui.
Untuk bayi berusia di bawah 2 bulan, angka kematian ini meningkat menjadi 48%.
Sekitar 40% kematian balita terjadi satu bulan pertama kehidupan bayi. IMD dapat
mengurangi 22% kematian bayi berusia 28 hari, berarti IMD mengurangi kematian
balita 8,8%.(6)
Penelitian WHO tahun 2014, dari total populasi di dunia didapatkan kurang
dari 40% bayi di bawah usia enam bulan yang telah mendapatkan ASI ekslusif.
Cakupan ASI ekslusif di negara ASEAN seperti India sudah mencapai 46%,
Philipina 34%, Vietnam 27%, dan di Myanmar 24%, dan di Indonesia sudah
mencapai 54,3%, meskipun belum
mencapai target nasional yaitu 80%. Fakta
menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif dapat mencegah 13% kematian balita.
Oleh karena itu WHO merekomendasikan semua bayi perlu mendapatkan kolustrum
(ASI hari pertama dan kedua) untuk malawan infeksi dan mendapatkan ASI ekslusif
selama 6 bulan untuk menjamin kecukupan gizi bayi.(3)
Di Indonesia menurut data SDKI tahun
2012
didapati data jumlah
pemberian ASI ekslusif pada bayi di bawah usia dua bulan hanya mencakup 50,8%
dari total bayi yang ada. Persentase tersebut menurun seiring bertambahnya usia bayi
yakni 48,9% pada bayi usia 2-3 bulan dan 27,1% pada bayi usia 4-5 bulan, yang
lebih memprihatinkan 13% bayi di bawah dua bulan telah diberi susu formula dan
satu dari tiga bayi usia 2-3 bulan telah diberi makanan tambahan.(7)
Cakupan ASI ekslusif di Indonesia pada tahun 2012 menurut profil kesehatan
yaitu 48,6% kemudian meningkat pada tahun 2013 dengan capaian 54,3 % dan pada
tahun
2014 mengalami penurunan kembali dengan capaian 52,3%. Untuk di
Sumatera Barat capaian ASI ekslusif selalu mengalami peningkatan sejak tahun 2012
sampai dengan 2014 dengan capaian secara berurutan 61,16%, 68,91% dan 73,6%
tapi masih belum memenuhi target nasional yaitu 80%.(8-10)
Pada data profil kesehatan Kota Padang dapat dilihat bahwa cakupan ASI
ekslusif di kota Padang selama dua tahun terakhir yaitu 72,2% (2014) dan menurun
menjadi 72,14% (2015). Dari 22 puskesmas yang ada di kota Padang ternyata hanya
ada satu puskesmas yang mencapai target nasional yaitu puskesmas Alai. Diantara
puskesmas di kota Padang yang tidak mencapai target nasional yaitu puskesmas
Anak Air dengan pencapaian 73,27%
(11, 12)
Hasil penelitian departemen kesehatan dalam penelitian Rahmawati (2008),
menyatakan bahwa rendahnya pemberian IMD dan ASI ekslusif disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain jumlah ASI yang kurang, bayi yang rewel, ibu yang
bekerja, kepercayaan masyarakat yang tidak mendukung, terbatasnya pegetahuan
ibu tentang IMD dan ASI, ibu sakit atau tidak bisa menyusui dan semakin gencarnya
promosi susu formula. Dari beberapa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan IMD
dan ASI ekslusif, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hikmawati (2008)
menunjukkan bahwa pengetahuan ibu merupakan faktor yang sangat berpengaruh
dalam keberhasilan IMD dan ASI ekslusif. (13, 14)
Penelitian yang dilakukan Afifah (2007) menunjukkan adanya hubungan
antara pengetahuan mengenai ASI Ekslusif dengan pemberian ASI ekslusif.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Stuebe dan Bonuck (2011), didapatkan
bahwa pengetahuan ASI ekslusif pada ibu hamil akan mempengaruhi sikap ibu
dalam memberikan ASI eksluisf pada anaknya.(13, 14)
Hasil dari survey pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada 10 orang ibu
hamil di wilayah kerja puskesmas Anak Air didapatkan bahwa hanya 30 % ibu hamil
yang mampu menjawab lebih dari setengah pertanyaan yang ada di kusioner
sementara 70% lainnya hanya menjawab kurang dari setengah pertanyaan yang ada
di kusioner. Hal ini membuktikan bahwa pengetahuan ibu hamil tentang IMD dan
ASI ekslusif di wilayah kerja puskesmas Anak Air masih kurang. Sehingga menurut
peneliti perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang
IMD dan ASI ekslusif, salah satunya dengan cara promosi kesehatan.
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah termasuk melakukan upaya
promosi kesehatan. Promosi kesehatan pada hakikatnya merupakan usaha
menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu, dengan
harapan masyarakat, kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan ,
akhirnya diharapkan dapat berpengaruh pada perubahan perilaku.(15)
Rencana strategis kementerian kesehatan RI 2015-2019 menggariskan bahwa
tujuan promosi kesehatan adalah memberdayakan individu, keluarga dan
masayarakat agar mau menumbuhkan perilaku hidup sehat dan mengembangkan
upaya kesehatan yang bersumber dari masyarakat. Kegiatan pokoknya adalah dengan
pengembangan media promosi kesehatan dan teknologi komunikasi, informasi dan
edukasi (KIE) mencakup mengembangkan media promosi kesehatan dan
melaksanakan dukungan administratif dan operasional pelaksanaan program promosi
kesehatan. Upaya tersebut dilakukan dengan menggunakan media cetak, elektronik
maupun media ruang. Dalam hal ini media diposisikan untuk membuat suasana yang
kondusif terhadap perubahan perilaku yang positif terhadap kesehatan.(16)
Melalui media cetak telah dikembangkan berbagai leaflet, brosur, poster,
kalender,dan lain-lain. Setiap tahun unit promosi kesehatan memproduksinya
terutama semacam “proto type” agar dapat dikembangkan lebih lanjut oleh daerah
atau unit lain yang memerlukannya sesuai dengan keadaan masalah dan potensi
setempat. Dalam rangka memfasilitasi penyelenggaraan promosi kesehatan di
daerah, disusunlah berbagai panduan seperti panduan advokasi, panduan bina
suasana, panduan pemberdayaan masyarakat dan panduan pengembangan mitra.(17)
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Suyanto menyimpulkan adanya
pengaruh media promosi kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan ibu tentang
makanan sehat dan gisi seimbang. Adapun penelitian yang dilakukan oleh Rahayu
menyatakan bahwa penyuluhan dapat meningkatkan pengetahuan primipara tentang
ASI ekslusif. Pelaksanaan pendidikan maupun promosi kesehatan membutuhkan
suatu metode atau media penyampain untuk menarik masyarakat dalam
menyimaknya. Jenis media yang digunakan juga disesuaikan dengan sasaran
pendidikan, aspek yang ingin dicapai, dan metode yang ada. (1) (18)
Media yang efektif adalah media yang melihat tingkat kebutuhan
masyarakat. Sehingga menurut peneliti perlu dirancang media yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat sehingga pesan dapat lebih efektif untuk meningkatkan
pengetahuan ibu hamil tentang IMD dan ASI ekslusif. Media promosi kesehatan
yang akan digunakan adalah leaflet dan flipchart.(19)
Pada penelitian yang dilakukan oleh Syamsiyah pada ibu hamil didapatkan
bahwan leaflet dapat meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang ASI Ekslusif
dengan persentase 13,27%. Penelitian yang dilakukan Yusuf menyatakan bahwa
leaflet dapat meningkatkan pengetahuan ibu hamil sebesar 43,34 % tentang pola
hidup sehat selama kehamilan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Nurhidayat
di Semarang menyatakan bahwa flipchart efektif meningkatkan pengetahuan ibu
hamil tentang Inisiasi Menyusu Dini.(18, 20)
Flipchart dipilih karena media ini merupakan media yang biasa dipakai oleh
tenaga kesehatan Puskesmas Anak Air dalam
melakukan
promosi kesehatan.
Leaflet digunakan dengan pertimbangan merupakan media yang peruntukannya
massa, biaya terjangkau, dan dapat menampung pesan dengan kemasan yang
menarik serta penggunaannya setara dengan flipchart. Oleh karena itu dalam
penelitian ini, peneliti tertarik untuk melihat efektivitas media leaflet dan flipchart
terhadap perubahan pengetahuan ibu hamil tentang IMD dan ASI ekslusif di
Puskesmas Anak Air Tahun 2016.
1.2 Perumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, peneliti merumuskan batasan masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimana efektivitas media promosi kesehatan dengan media
leaflet dan flipchart terhadap perubahan pengetahuan ibu hamil tentang ASI ekslusif
di wilayah kerja puskesmas Anak Air Kota Padang Tahun 2016.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui efektivitas media promosi kesehatan berupa leaflet dan flipchart
terhadap perubahan pengetahuan ibu hamil tentang ASI ekslusif di wilayah kerja
Puskesmas Anak Air Kota Padang tahun 2016.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran karakteristik ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas
Anak Air Kota Padang Tahun 2016.
2. Mengetahui perbedaan pengetahuan tentang IMD dan ASI ekslusif ibu hamil
wilayah kerja Puskesmas Anak Air sebelum dan sesudah dilakukan promosi
kesehatan menggunakan media leaflet.
3. Mengetahui perbedaan pengetahuan tentang IMD dan ASI ekslusif ibu hamil
wilayah kerja Puskesmas Anak Air sebelum dan sesudah dilakukan promosi
kesehatan menggunakan media flipchart.
4. Mengetahui efektivitas promosi kesehatan menggunakan media leaflet dan
flipchart terhadap perubahan pengetahuan ibu hamil tentang IMD dan ASI
Ekslusif.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti dalam proses melihat
pengaruh media promosi kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan ibu
hamil tentang IMD dan ASI ekslusif.
2. Meningkatkan pengetahuan ibu hamil mengenai pentingnya pemberian ASI
ekslusif, sehingga diharapkan ibu dapat memeberikan ASI ekslusif dan
melakukan IMD.
3. Memberikan informasi kepada puskesmas mengenai efektivitas media
promosi yang digunakan peneliti, sehingga bisa digunakan sebagai bahan
untuk mempertimbangkan penggunaan media promosi di puskesmas.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah melihat efektivitas promosi kesehatan
dengan leaflet dan flipchart terhadap perubahan pengetahuan ibu hamil tentang
inisiasi menyusu dini (IMD) dan ASI ekslusif di wilayah kerja puskesmas anak Air
kota padang tahun 2016”. Lokasi penelitian di kelurahan Padang Sarai wilayah kerja
puskesmas Anak Air kota Padang pada tahun 2016.
Download