peraturan kepala badan narkotika nasional republikindonesia

advertisement
PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL
REPUBLIKINDONESIA
NOMOR 11 TAHUN 2017
TENTANG
PENGENDALIAN GRATIFIKASI
DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIKINDONESIA,
Menimbang : a. bahwa
untuk
mewujudkan
Penyelenggaraan
Pemerintahan yang baik, bersih dan bebas dari
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme di Lingkungan Badan
Narkotika Nasional, Pegawai Badan Narkotika Nasional
dilarang menerima hadiah atau suatu pemberian dari
siapa pun juga yang berhubungan dengan jabatan
dan/atau pekerjaannya, perlu adanya pengendalian
gratifikasi sebagai perwujudan dari integritas pegawai
yang profesional, berperilaku dan berbudaya anti
korupsi dalam menjalankan fungsi dan tugasnya
secara sungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan
Kepala
Badan
Narkotika
Nasional
tentang
Pengendalian Gratifikasi di Lingkungan Badan
Narkotika Nasional;
-2-
Mengingat
: 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 385);
2.Undang-Undang Nomor 31
Tahun 1999
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
tentang
(Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3874) sebagaimana telah di ubah dengan UndangUndang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 31
Tahun
1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 134,
Tambahan
Lembaran
Negara
Republik
Indonesia
Nomor4150;
3.Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 137,
Tambahan
Lembaran
Negara
Republik
Indonesia
Nomor 4250);
4.Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
tentang
Narkotika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5062);
5.Undang-Undang Nomor 31
Tahun 2014 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006
tentang Perlindungan Saksi dan Korban (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 293,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5602);
6.Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang
Sistem Pengendahan Intern Pemerintah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 127,
Tambahan
Lembaran
Nomor4890);
Negara
Republik
Indonesia
-3-
7.Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang
Disiplin Pegawai
Negeri Sipil
(Lembaran
Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5135);
8.Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010 tentang
Badan Narkotika Nasional;
9.Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2012 tentang
Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan
Korupsi Jangka Panjang Tahun 2012-2025 dan Jangka
Menengah
Tahun
2012-2014
(Lembaran
Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 122);
10.Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2016 tentang
Satuan Tugas Sapu Bersih Pungutan Liar (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 202);
11.Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 52 Tahun 2014 tentang
Pedoman
Pembangunan
Zona
Integritas
Menuju
Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi
Bersih dan Melayani di Lingkungan Instansi Pemerintah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 1813);
12.Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 12
Tahun 2014 tentang Perubahan atas Peraturan Kepala
Badan Narkotika Nasional Nomor 6 Tahun 2011 tentang
Kepegawaian Badan Narkotika Nasional (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 901);
13.Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 16
Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan
Narkotika Nasional (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 2085);
14.Peraturan Komisi Pemerantasan Korupsi Nomor 06
Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Komisi
Pemberantasan Korupsi Nomor 02 Tahun 2014 tentang
Pedoman Pelaporan dan Penetapan Status Gratifikasi
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
1863);
-4-
15. Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 7
Tahun 2017 tentang Perubahan Keempat atas
Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 3
Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan
Narkotika Nasional Provinsi dan Badan Narkotika
Nasional Kabupaten/Kota (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 395) sebagaimana telah
beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan
Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 14 Tahun
2016 tentang Perubahan atas Peraturan Kepala
Badan Narkotika Nasional Nomor 3 Tahun 2015
tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Narkotika
Nasional Provinsi dan Badan Narkotika Nasional
Kabupaten/Kota (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2016 Nomor 778);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL
TENTANG PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN
BADAN NARKOTIKA NASIONAL.
BABI
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam peraturan Kepala Badan ini yang dimaksud dengan:
1.Badan Narkotika Nasional yang selanjutnya disingkat
BNN adalah Lembaga Pemerintah non kementerian yang
berkedudukan dibawah Presiden dan bertanggung
jawab kepada Presiden.
2.Kepala adalah Kepala Badan Narkotika Nasional.
3.Komisi
Pemberantasan
Korupsi yang
selanjutnya
disebut KPK adalah sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
-5-
4.Lembaga
Perlindungan
selanjutnya
disebut
Saksi
LPSK
dan Korban
adalah
yang
sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban.
5.Inspektorat Utama Badan Narkotika Nasional yang
selanjutnya disebut Ittama BNN adalah unsur pengawas
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Kepala BNN.
6.Unit
Pengendalian
disingkat
Gratifikasi
UPG, adalah
unit
yang
selanjutnya
pelaksana
program
pengendalian gratifikasi di Lingkungan Badan Narkotika
Nasional.
7.Gratifikasi adalah pemberian dalam arti luas, yakni
uang, barang, rabat (diskon), komisi, pinjaman tanpa
bunga,
tiket
perjalanan
perjalanan,
wisata,
fasilitas
pengobatan
penginapan,
cuma-cuma,
dan
fasilitas lainnya, baik yang diterima di dalam negeri
maupun di luar negeri, yang dilakukan dengan
menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana
elektronik.
8.Pengendalian Gratifikasi adalah suatu sistem yang
bertujuan untuk mengendalikan penerimaan Gratifikasi
secara transparan dan akuntabel melalui serangkaian
kegiatan yang melibatkan partisipasi aktif badan
pemerintahan, dunia usaha dan masyarakat untuk
membentuk lingkungan pengendalian Gratifikasi.
9.Benda Gratifikasi adalah barang berwujud yang dapat
dinilai dengan uang, yang diterima oleh dan/atau
diberikan kepada pegawai.
10.Uang/Barang/Fasilitas Lainnya adalah uang/barang/
fasilitas lainnya berapapun nilainya yang diberikan oleh
pegawai/tamupemberi dalam rangka mempengaruhi
kebijakan/keputusan/perlakuanpemangku
kewenangan dalam setiap pelayanan terkait dengan
tugas, wewenang, atau tanggungjawabnya.
-6-
11.Fasilitas Lainnya Berbentuk Hiburan adalah segala
sesuatu baik yang berbentuk benda, yang dinikmati
baik bersama-sama dengan pemberi maupun dinikmati
sendiri, termasuk tetapi tidak terbatas pada musik,
film, opera, drama, permainan, olahraga dan wisata,
serta hiburan yang melanggar norma kesusilaan.
12.Pelapor adalah Pegawai yang menyampaikan laporan
atas penerimaan dan penolakan Gratifikasi.
13.Penerima adalah Pegawai beserta keluarga inti meliputi
suami, istri dan anak-anak, yang bekerja di Lingkungan
Badan Narkotika Nasional yang menerima Gratifikasi.
14.Pemberi adalah seseorang dan/atau institusi baik
internal maupun eksternal Badan Narkotika Nasional
yang memberi uang/barang/jasa sehubungan dengan
penerimaan dan pemberian Gratifikasi.
15.Keluarga adalah keluarga inti yang terdiri dari
istri/suami dan anak dari pegawai atau orang yang
menjadi tanggungan pegawai.
16.Berlaku Umum adalah suatu kondisi pemberian yang
diberlakukan
sama
dalam hal
jenis,
bentuk,
persyaratan atau nilai, untuk semua peserta dan
memenuhi prinsip kewajaran atau kepatutan, dan tidak
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan;
17.Kurs Tengah Bank Indonesia adalah nilai tukar valuta
asing dengan mata uang Rupiah yang didapatkan dari
rata-rata kurs jual dan kurs befi {Kurs Tengah =
Kurs Jual+Kurs Beli,
.
,
.^
.
.
) pada hari tertentu.
Pasal2
(1)Peraturan Kepala Badan ini dimaksudkan untuk
memberikan
pedoman
kepada
pegawai
dalam
memahami, mengendalikan dan mengelola Gratifikasi di
Lingkungan BNN.
(2)Peraturan Kepala Badan ini bertujuan:
a.
meningkatkan
pengetahuan
Pegawai tentang Gratifikasi;
dan
pemahaman
-7-
b.meningkatkan
kepatuhan
pegawai
terhadap
ketentuan Gratifikasi;
c.menciptakan lingkungan kerja dan budaya kerja
yang transparan dan akuntabel di Lingkungan
BNN;
d.membangun integritas pegawai yang bersih dan
bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme; dan
e.meningkatkan kredibilitas dan kepercayaan publik
atas penyelenggaraan layanan di Lingkungan BNN.
Pasal3
Pegawai BNN terdiri atas:
a.pegawai negeri sipil;
b.pegawai
negeri
sipil
yang
dipekerjakan
atau
diperbantukan;
c.anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang
ditugaskan; dan
d.anggota Tentara Nasional Indonesia yang ditugaskan.
Pasal4
(1) Setiap Pegawai BNN wajib menolak Gratifikasi yang
diketahui sejak awal berhubungan dengan jabatannya
dan berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya
meliputi:
a.terkait
dengan
pemberian
layanan
pada
masyarakat diluar penerimaan yang sah;
b.terkait dengan tugas dalam proses penyusunan
anggaran di luar penerimaan yang sah;
c.terkait dengan tugas dalam proses pemeriksaan,
audit, monitoring dan evaluasi diluar penerimaan
yangsah;
d.terkait dengan pelaksanaan perjalanan dinas di
luar penerimaan yang sah/resmi dari BNN;
e.dalam
pegawai;
proses
penerimaan/promosi/mutasi
-8-
f.dalam
proses
komunikasi,
negosiasi
dan
pelaksanaan kegiatan dengan pihak lain terkait
dengan pelaksanaan tugas dan kewenangannya;
g.sebagai
akibat
dari
perjanjian
kerjasama/
kontrak/kesepakatan dengan pihak lain;
h. sebagai ungkapan terima kasih sebelum, selama
atau setelah proses pengadaan barang dan jasa;
i.
merupakan
hadiah
atau
souverdr
bagi
pegawai/pengawas/tamu selama kunjungan dinas;
j.
merupakan fasilitas entertainment, fasilitas wisata,
voucher oleh pegawai dalam kegiatan yang terkait
dengan pelaksanaan tugas dan kewajibannya
dengan pemberi Gratifikasi yang tidak relevan
dengan penugasan yang diterima;
k. untuk mempengaruhi kebijakan/ keputusan
/perlakuan pemangku kewenangan;
1.
dalam pelaksanaan pekerjaan yang terkait dengan
jabatan dan bertentangan dengan kewajiban/tugas
pegawai.
(2)Setiap pegawai dilarang memberikan Gratifikasi kepada
pegawai negeri atau penyelenggara negara lainnya yang
berhubungan dengan jabatan dan berlawanan dengan
kewajiban atau tugasnya.
(3)Pegawai
melaporkan
penolakan
Gratifikasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada UPG di
instansi terkait.
(4)Dalam hal UPG di instansi Pelapor belum terbentuk,
pelaporan
disampaikan
kepada
bagian
yang
menjalankan fungsi pengawasan atau kepada atasan
langsung.
-9-
BABII
GRATIFIKASI
Pasal 5
Gratifikasi yang diterima oleh pegawai dikategorikan
menjadi:
a.Gratifikasi yang wajib dilaporkan;
b.Gratifikasi yang tidak wajib dilaporkan; dan
c.Gratifikasi yang terkait dengan kedinasan.
Pasal6
Gratifikasi yang wajib dilaporkan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 huruf a Gratifikasi yang
merupakan penerimaan dalam bentuk apapun yang
diperoleh pegawai dari pihak-pihak yang diduga
memiliki keterkaitan dengan jabatan penerima, terdiri
dari:
a.Gratifikasi yang diterima terkait dengan pemberian
layanan pada masyarakat;
b.Gratifikasi yang diterima terkait dengan tugas
dalam proses penyusunan anggaran;
c.Gratifikasi yang diterima terkait dengan tugas
dalam proses pemeriksaan, audit, monitoring, dan
evaluasi;
d.Gratifikasi
yang
diterima
terkait
dengan
pelaksanaan perjalanan dinas;
e.Gratifikasi
yang
diterima
dalam
proses
penerimaan/promosi/mutasi pegawai;
f.Gratifikasi yang diterima dalam proses komunikasi,
negosiasi, dan pelaksanaan kegiatan dengan pihak
lain terkait dengan pelaksanaan
tugas dan
kewenangannya;
g.Gratifikasi yang diterima sebagai akibat dari
perjanjiankerjasama/kontrak/kesepakatan
dengan pihak lain yang bertentangan dengan
Undang-Undang;
- 10-
h. Gratifikasi yang diterima sebagai ungkapan terima
kasih sebelum, selama atau setelah proses
pengadaan barang dan jasa;
i.
Gratifikasi yang diterima dari pegawai atau pihak
ketiga pada hari raya keagamaan;
j.
Gratifikasi yang diterima dalam pelaksanaan
peketjaan yang terkait dengan jabatan dan
bertentangan dengan kewajiban/tugasnya;
k. pemberian karena hubungan keluarga, yaitu dari
kakek/nenek, bapak/ibu/mertua, suami/istri,
anak/menantu, cucu, besan, paman/bibi, kakak/
adik/ ipar, sepupu, dan keponakan yang memiliki
konflik kepentingan;
1.
penerimaan uang/barang oleh Pegawai dalam
suatu kegiatan seperti pesta pernikahan, kelahiran,
aqiqah, baptis, khitanan, potong gigi, atau upacara
agama/adat/tradisi
lainnya
yang
melebihi
Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah) per pemberian
per orang;
m. pemberian terkait dengan musibah atau bencana
yang dialami oleh penerima, bapak/ibu/mertua,
suami/istri, atau anak penerima Gratifikasi yang
melebihi Rpl.000.000,00 (satu juta rupiah) per
pemberian per orang;
n. pemberian sesama Pegawai dalam rangka pisah
sambut, pensiun, promosi jabatan, dan ulang
tahun yang tidak dalam bentuk uang atau tidak
berbentuk setara uang (cek, bilyet giro, saham,
deposito, voucher, pulsa, dan lain-lain) yang
melebihi nilai setara dengan Rp300.000,00 (tiga
ratus ribu rupiah) per pemberian per orang dengan
total pemberian Rpl.000.000,00 (satu juta rupiah)
dalam 1 (satu) tahun dari pemberi yang sama; dan
o. pemberian sesama rekan kerja tidak dalam bentuk
uang atau tidak berbentuk setara uang (cek, bilyet
giro, saham, deposito, voucher, pulsa, dan lain-lain)
yang melebihi Rp200.000,00 (dua ratus ribu
-11 -
rupiah) per pemberian per orang dengan total
pemberian maksimal Rp 1.000.000,00 (satu juta
rupiah) dalam 1 (satu) tahun dari pemberi yang
sama.
Pasal7
(1)Gratifikasi
yang
tidak
wajib
dilaporkan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b,
memiliki karakteristik:
a.berlaku umum sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 1 angka 18;
b.dipandang sebagai wujud ekspresi, keramahtamahan, penghormatan dalam hubungan
sosial antar sesama dalam batasan nilai yang
wajar; atau
c.merupakan bentuk pemberian yang berada
dalam ranah adat istiadat, kebiasaan, dan
norma yang hidup di masyarakat dalam
batasan nilai yang wajar.
(2)Gratifikasi
yang
tidak
wajib
dilaporkan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b
berupa:
a.pemberian karena hubungan keluarga, yaitu
kakek/nenek, bapak/ibu/mertua, suami/istri,
anak/menantu, cucu, besan, paman/bibi,
kakak/adik/ipar, sepupu dan keponakan,
sepanjang tidak memiliki konflik kepentingan;
b.hadiah (tanda kasih) dalam bentuk uang atau
barang yang memiliki nilai jual dalam
penyelenggaraan pesta pernikahan, kelahiran,
aqiqah, baptis, khitanan, dan potong gigi, atau
upacara adat/agama lainnya dengan batasan
nilai per pemberi dalam setiap acara paling
banyak Rpl.000.000,00 (satu juta rupiah);
- 12-
c.pemberian terkait dengan musibah atau
bencana
yang
dialami oleh
penerima,
bapak/ibu/mertua, suami/istri, atau anak
penerima
Gratifikasi
paling
banyak
Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah);
d.pemberian sesama pegawai dalam rangka
pisah sambut, pensiun, promosi jabatan, dan
ulang tahun yang tidak dalam bentuk uang
atau tidak berbentuk setara uang yang paling
banyak Rp300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah)
per
pemberian per orang dengan total
pemberian Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah)
dalam 1 (satu) tahun dari pemberi yang sama;
e.pemberian sesama rekan kerja tidak dalam
bentuk uang atau tidak berbentuk setara uang
(cek, bilyet giro, saham, deposito, voucher,
pulsa,
dan
lain-lain)
paling
banyak
Rp200.000,00 (dua ratus ribu rupiah) per
pemberian per orang dengan total pemberian
maksimal Rpl.000.000,00 (satu juta rupiah)
dalam 1 (satu) tahun dari pemberi yang sama;
f.hidangan atau sajian yang berlaku umum;
g.prestasi akademis atau non akademis yang
diikuti dengan menggunakan biaya sendiri
seperti kejuaraan, perlombaan atau kompetisi
tidak terkait kedinasan;
h. keuntungan atau bunga dari penempatan
dana, investasi atau kepemilikan saham
pribadi yang berlaku umum;
i.
manfaat bagi seluruh peserta koperasi pegawai
berdasarkan keanggotaan koperasi pegawai
yang berlaku umum;
j.
seminar kit yang berbentuk seperangkat
modul dan alat tulis serta sertifikat yang
diperoleh dari kegiatan resmi kedinasan
seperti rapat, seminar, workshop, konferensi,
- 13-
pelatihan, atau kegiatan lain sejenis yang
berlaku umum;
k. penerimaan hadiah atau tunjangan baik
berupa uang atau barang yang ada kaitannya
dengan peningkatan prestasi kerja yang
diberikan oleh Pemerintah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
atau
1.
diperoleh dari kompensasi atas profesi di luar
kedinasan, yang tidak terkait dengan tugas
dan fungsi pegawai, tidak memiliki konflik
kepentingan dan tidak melanggar aturan
internal instansi pegawai.
Pasai 8
(1)Gratifikasi
yang
terkait
dengan
kedinasan
sebagaimana terdapat dimaksud dalam Pasal 5
huruf c, merupakan setiap penerimaan yang
memiliki karakteristik umum sebagai berikut:
a.diperoleh secara sah dalam pelaksanaan tugas
resmi;
b.pemberian secara terbuka dalam rangkaian
acara kedinasan; atau
c.berlaku umum sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 1 angka 18.
(2)Gratifikasi
yang
terkait
dengan
kedinasan
sebagaimana terdapat dimaksud dalam Pasal 8
ayat (1) terdiri atas:
a.fasilitas transportasi, akomodasi, uang saku,
jamuan makan, cinderamata yang diterima
oleh pegawai dari instansi atau lembaga lain
berdasarkan
penunjukan
dan
penugasan
resmi;
b.plakat, vandel, goody bag/gimmick dari panitia
seminar, lokakarya, pelatihan yang diterima
oleh pegawai dari instansi atau lembaga lain
- 14-
berdasarkan penunjukan atau penugasan
resmi;
c.hadiah pada waktu kegiatan kontes atau
kompetisi terbuka yang diselenggarakan oleh
instansi atau
lembaga lain berdasarkan
penunjukan atau penugasan resmi; atau
d.penerimaan honor, insentif baik dalam bentuk
uang
maupun
setara
uang,
sebagai
kompensasi atas pelaksanaan tugas sebagai
pembicara, narasumber, konsultan dan fungsi
serupa lainnya yang diterima oleh pegawai
dari instansi atau lembaga lain berdasarkan
penunjukan atau penugasan resmi.
Pasal9
(1)Dalam hal penerimaan Gratifikasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8, bukan dalam bentuk
uang, penerimaan tersebut dihitung berdasarkan
harga pasar pada saat pemberian.
(2)Dalam hal penerimaan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8, dalam bentuk valuta asing,
penerimaan tersebut dihitung berdasarkan Kurs
Tengah Valuta Bank Indonesia pada tanggal
penerimaan.
BABIII
MEKANISME PELAPORAN GRATIFIKASI
Pasal 10
(1)
Penyampaian
laporan
penerimaan
dan/atau
penolakan Gratifikasi oleh Pelapor dilakukan
dengan ketentuan sebagai berikut:
a.
Pelapor menyampaikan laporan penerimaan
dan/atau penolakan Gratifikasi kepada KPK
melalui UPG pada unit kerja Pelapor yang
bersangkutan bekerja, baik secara manual
atau melalui media elektronik dengan mengisi
- 15-
formulir laporan Gratifikasi paling lambat
dalam waktu 14 (empat belas) hari kerja
terhitung sejak diterimanya Gratifikasi oleh
Pelapor;
b.pelaporan
melalui
sebagaimana
dilakukan
media
dimaksud
melalui
elektronik
dalam huruf
a
website resmi Badan
Narkotika Nasional disertai bukti foto wujud
Gratifikasi;
c.penyampaian laporan sebagaimana dimaksud
pada huruf a dilakukan melalui pengisian
formulir
laporan
penerimaan
dan/atau
penolakan gratifikasi;
d.Formulir sebagaimana dimaksud pada huruf c
tercantum dalam Lampiran I yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Kepala Badan ini.
(2)
Formulir sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d memuat:
a.identitas Pelapor terdiri dari nama dan alamat
lengkap penerima/penolak Gratifikasi serta
nama dan alamat lengkap pemberi Gratifikasi;
b.jabatan Pegawai penerima/penolak Gratifikasi
serta
pekerjaan
dan
jabatan
pemberi
Gratifikasi;
c.tempat dan waktu penerimaan/penolakan
Gratifikasi;
d.uraian jenis Gratifikasi yang diterima/ditolak;
e.nilai Gratifikasi dan/atau estimasi harga
barang yang diterima/ditolak;
f.hubungan antara penerima/penolak dengan
pemberi Gratifikasi; dan
g.alasan pemberian Gratifikasi dan kronologi
penerimaan/penolakan Gratifikasi.
- 16-
Pasal 11
(1)UPG wajib menerima, mencatat, menelaah dan
memilah kategori laporan Gratifikasi.
(2)UPG wajib menjaga kerahasiaan data Pelapor
Gratifikasi kepada pihak manapun, kecuali diminta
berdasarkan ketentuan perundang-undangan.
(3)Setelah
menerima
laporan
melakukan penelaahan
Gratifikasi,
kelengkapan
UPG
dan
isi
laporan Gratifikasi.
(4)Apabila diperlukan UPG dapat meminta keterangan
kepada Pelapor terkait kelengkapan data laporan.
(5)Permintaan keterangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) dilakukan dengan cara yang
sederhana, efisien, dan efektif.
(6)Dalam hal hasil penelaahan laporan penerimaan
Gratifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dinyatakan bahwa Gratifikasi yang diterima oleh
Pelapor termasuk dalam kategori Gratifikasi yang
wajib dilaporkan, UPG pada unit kerja Pelapor
menyampaikan laporan penerimaan Gratifikasi
tersebut kepada KPK paling lama 30 (tiga puluh)
hari
kerja terhitung
sejak
tanggal
laporan
penerimaan Gratifikasi diterima, dengan tembusan
laporan kepada UPG.
Pasall2
(1)KPK menetapkan status kepemilikan Gratifikasi
dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kerja sejak
laporan Gratifikasi diterima secara lengkap.
(2)UPG menyampaikan surat keputusan Pimpinan
KPK
tentang
penetapan
status
kepemilikan
Gratifikasi kepada Pelapor paling lama 14 (empat
belas) hari kerja serta menyimpan bukti yang
diterima dari Gratifikasi apabila diputuskan oleh
KPK menjadi milik Negara.
- 17-
(3)Penerimaan Gratifikasi yang berupa barang mudah
busuk atau rusak terdiri atas bingkisan makanan
dan/atau buah yang dikhawatirkan kedaluwarsa
dan sulit dikembalikan kepada pemberi Gratifikasi,
dapat langsung disalurkan oleh UPG pada unit
kerja Pelapor ke panti asuhan, panti jompo, atau
tempat sosial lainnya.
(4)Penyaluran
atas
penerimaan
Gratifikasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaporkan
oleh UPG pada unit kerja Pelapor kepada KPK
disertai dengan penjelasan dan dokumentasi
penyerahan, dengan tembusan laporan kepada
UPG di atasnya secara berjenjang.
Pasal 13
(1)Kepala BNNP selaku ketua UPG tingkat wilayah
bertanggung jawab atas pelaksanaan pengendalian
Gratifikasi di BNNP dan BNNK/Kota.
(2)Kepala
BNNP melaporkan
hasil
pengawasan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada UPG
tingkat Pusat.
Pasal 14
(1)Seluruh Pegawai wajib membuat surat pernyataan
tentang
penerimaan
dan/atau
penolakan
Gratifikasi secara periodik.
(2)Surat Pernyataan sebagaimana dimaksud pada
ayat 1 dibuat 1 (satu) kali dalam setahun pada
buletn Desember setiap tahun.
(3)Surat pernyataan disampaikan kepada Kepala BNN
melalui UPG.
(4)Formulir surat pernyataan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) tercantum dalam Lampiran II yang
merupakan
bagian
tidak
Peraturan Kepala Badan ini.
terpisahkan
dari
- 18-
(5) Pengawasan
kepatuhan
atas
kewajiban
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
oleh Inspektur Utama BNN.
BABIV
UNIT PENGENDALIAN GRATIFIKASI
Bagian Kesatu
Susunan Organisasi
Pasal 15
(1)Dalam melaksanakan
program pengendalian
gratifikasi dibentuk UPG.
(2)Susunan keanggotaan UPG sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), terdiri dari atas:
a.Tingkat Pusat terdiri atas:
Pengarah: Kepala BNN
Penanggung jawab : Inspektur Utama BNN
Ketua
: Inspektur yang ditunjuk
Sekretaris
: Auditor yang ditunjuk
Anggota
: Auditor pada Inspektorat
Utama BNN dan pajabat
yang
ditunjuk
oleh
Kepala BNN
b.Tingkat Wilayah terdiri atas:
Ketua: Kepala BNNP
Sekretaris: Kabag Umum BNNP
Anggota: Pejabat lain yang ditunjuk
oleh Kepala BNNP
(3)Untuk
membantu
pelaksanaan
tugas
UPG
dibentuk Sekretariat UPG yang dipimpin oleh
sekretaris UPG.
(4)Susunan keanggotaan UPG dan sekretariat UPG
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)
ditetapkan dengan Keputusan Kepala BNN.
- 19-
Bagian Kedua
Tugas dan Kewajiban UPG
Pasal 16
UPG mempunyai tugas sebagai berikut:
a.mempersiapkan
perangkat
aturan,
petunjuk
teknis dan kebutuhan lain yang sejenis untuk
mendukung penerapan pengendalian Gratifikasi;
b.menerima,menganalisis,dan
mengadministrasikan laporan penerimaan dan
penolakan Gratifikasi dari pegawai;
c.berkoordinasi dengan UPG yang terdapat pada
unit
kerja terkait
meneruskan
secara berjenjang untuk
laporan
penerimaan
Gratifikasi
kepada KPK;
d.melaporkan
rekapitulasi
laporan
Gratifikasi
secara periodik kepada KPK;
e.menyampaikan
hasil
pengelolaan
laporan
Gratifikasi dan usulan kebijakan pengendalian
Gratifikasi kepada Kepala BNN;
f.berkoordinasi dengan UPG yang terdapat pada
unit
kerja terkait secara berjenjang untuk
melakukan
ketentuan
sosialisasi/internalisasi
Gratifikasi
dan
atas
penerapan
pengendalian Gratifikasi;
g.melakukan pengelolaan barang Gratifikasi yang
menjadi kewenangan instansi;
h. melakukan pemetaan titik rawan penerimaan dan
pemberian Gratifikasi; dan
i.
berkoordinasi dengan UPG yang terdapat pada
unit kerja terkait secara berjenjang untuk
melakukan monitoring dan evaluasi penerapan
pengendalian Gratifikasi di Lingkungan BNN
bersama KPK
-20-
Pasal 17
Dalam melaksanakan tugasnya, UPG berkewajiban:
a.melakukan
pemilahan
dan
menyampaikan
laporan hasil pemilahan atas laporan penerimaan
dan penolakan Gratifikasi kepada KPK 1 (satu)
kali dalam sebulan;
b.menyampaikan laporan rekapitulasi penanganan
dan tindak lanjut laporan penerimaan Gratiiikasi
yang dikelola UPG kepada KPK;
c.menyampaikan laporan rekapitulasi penanganan
dan tindak lanjut laporan penerimaan dan
pemberian Gratifikasi kepada Kepala BNN melalui
Ittama BNN secara periodik;
d.merahasiakan identitas Pelapor Gratifikasi;
e.melakukan koordinasi dan konsultasi kepada KPK
dalam pelaksanaan pengendalian Gratifikasi;
f.melakukan
pengkajian
titik
rawan
potensi
terjadinya Gratifikasi di Lingkungan BNN; dan
g.melakukan dan mengkoordinasikan pelaksanaan
diseminasi program pengendalian Gratifikasi.
Pasal 18
(1)Terhadap Gratifikasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 ayat (9) dan ayat (11), yang ditetapkan
oleh KPK untuk dikelola BNN, UPG dapat
menentukan pemanfaatannya yaitu:
a.untuk keperluan operasional BNN;
b.disumbangkan kepada yayasan sosial atau
lembaga sosial lainnya;
c.dikembalikan kepada pemberi Gratifikasi;
d.dikembalikan kepada penerima Gratifikasi;
atau
e.dimusnahkan.
(2)Tindak lanjut penanganan pelaporan Gratifikasi
menggunakan formulir yang tercantum dalam
Lampiran III yang merupakan bagian
terpisahkan dari Peraturan Kepala Badan ini.
tidak
-21 -
Pasal 19
Untuk
melaksanakan
tugasnya,
UPG dilengkapi
dengan kewenangan formal dari Kepala BNN meliputi:
a.Surat Keputusan Pembentukan dan Susunan
Organisasi
Pelaksana
Fungsi
Pengendalian
Gratifikasi; dan
b.Surat Keputusan terkait Tata Kerja Pelaksana
Fungsi Pengendalian Gratifikasi.
Pasal20
(1)UPGberkewajibanmenyelenggarakan
pendokumentasian seluruh proses pengendalian
Gratifikasi secara lengkap dalam bentuk hard copy
maupun soft copy, mulai dari pelaporan Gratifikasi
hingga tindak lanjut hasil penetapan status
Gratifikasi.
(2)UPG melaporkan kinerja pengendalian Gratifikasi
kepada KPK.
BABV
PERLINDUNGAN DAN PENGHARGAAN
Pasal21
(1)Pelapor
Gratifikasi
berhak
mendapatkan
perlindungan hukum sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2)Perlindungan hukum sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), meliputi:
a. perlindungan dari tindakan balasan atau
perlakuan
yang
bersifat
administratif
kepegawaian yang tidak objektif dan
merugikan Pelapor, namun tidak terbatas
pada
penurunan
peringkat
jabatan,
penurunan penilaian kinerja pegawai, usulan
pemindahtugasan/mutasi atau hambatan
karir lainnya;
-22-
b.pemindahtugasan/mutasi bagi Pelapor dalam
hal timbul intimidasi atau ancaman fisik;
c.bantuan hukum sesuai dengan ketentuan
yang berlaku di Lingkungan BNN; dan/atau
d.kerahasiaan identitas.
(3) Pelapor menyampaikan permohonan secara tertulis
kepada Kepala BNN melalui Ketua UPG dengan
ditembuskan kepada KPK.
Pasal22
(1)Pegawai yang mematuhi ketentuan pengendalian
Gratifikasi dapat diperhitungkan menjadi faktor
penambah dalam penilaian kinerja.
(2)Penilaian kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat dijadikan pertimbangan dalam kebijakan
promosi Pegawai.
(3)Pelaksanaan
penilaian
kinerja
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan
sesuai dengan peraturan yang mengatur penilaian
kinerja dan disiplin kepegawaian yang berlaku.
BABVI
SANKSI
Pasal23
Pelanggaran yang dilakukan oleh Pegawai terhadap
ketentuan yang diatur dalam Peraturan Kepala Badan
ini, dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
BABVII
PEMBIAYAAN
Pasal24
Biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan Peraturan
Kepala Badan ini dibebankan pada Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran BNN.
-23-
BABVIII
KETENTUAN PENUTUP
PasaI25
Pada saat Peraturan Kepala Badan ini mulai berlaku,
Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor
PERKA/19/XII/2014/BNN, dicabut dan dinyatakan
tidak berlaku.
Pasal 26
j
Peraturan Kepala Badan ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
-24-
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Kepala Badan ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik
Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal J? Aprii loff
KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA,
O
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 8. /<oe^ Zo/f
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIKINDONESIA,
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN
NOMOR
-25-
LAMPIRAN I
PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR
TAHUN 2017
TENTANG
PENGENDALIAN GRATIFIKASI
FORMULIR LAPORAN PENERIMAAN/ PENOLAKAN GRATIFIKASI
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
1.Nama Lengkap yang menerima/
yang menolak Gratifikasi*)
2.Jabatan/Pangkat/Golongan
3.Unit kerja
4.Alamat Kantor
5.Telepon
6.Lokasi penerimaan/penolakan *)
7.Waktu penerimaan/penolakan*)
8.Jenis Gratilikasi
a.Uang
b.Cinderamata
c.Lainnya
9.Nilai Gratifikasi:
10.Hubungan dengan pemberi:
11.Alasan penerimaan/penolakan:
Telah menerima/menolak gratifikasi*), dan telah melaporkan dengan sebenarnya kepada
Unit Pengendalian Gratifikasi (UPG) dan kami bersedia dipanggil untuk klarifikasi.
Jakarta,2017
Pelapor,
Petugas Penerima Laporan,
TTD
TTD
(NAMA PELAPOR)
(NAMA PETUGAS)
*)coret sesuai keperluan
KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA,
O
-26-
LAMPIRAN II
PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR
TAHUN 2017
TENTANG
PENGENDALIAN GRATIFIKASI
SURAT PERNYATAAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI
Saya yang bertanda tangan dibawah ini
1.Nama
2.NIP/NRP
3.Pangkat/Golonganruang:
4.Jabatan
5.Tempat, tanggal Iahir
6.Alamat
Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang baik, bersih dan bebas korupsi, kolusi
dan nepotisme di Lingkungan Badan Narkotika Nasional, dengan ini menyatakan bahwa
saya:
a.Tidak akan menawarkan atau memberikan, meminta atau menerima gratifikasi
dalam bentuk apapun baik kepada dan/atau dari perseorangan atau kelembagaan,
lembaga pemerintah, perusahaan domestik atau perusahaan asing untuk
mendapatkan berbagai bentuk manfaat sebagaimana dilarang oleh peraturan
perundang-undangan;
b.Bertanggung jawab mencegah dan mengupayakan pencegahan korupsi di lingkungan
Badan Narkotika Nasional dengan meningkatkan integritas, pengawasan, dan
perbaikan sistem sesuai dengan tugas dan fungsinya;
c.Akan menerapkan dan melaksanakan fungsi pengendalian gratifikasi di lingkungan
Badan Narkotika Nasional;
Apabila saya melanggar hal-hal yang telah saya nyatakan dalam SURAT PERNYATAAN
PENGENDALIAN GRATIFIKASI ini, saya bersedia dikenakan sanksi sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan
Jakarta2017
TTD
(NAMA PEGAWAI)
KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL
DONESIA,
O
-27-
LAMPIRAN III
PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR TAHUN 2017
TENTANG
PENGENDALIAN GRATIFIKASI
FORMULIR PENGADUAN FORMULIR PENETAPAN HASIL PEMERIKSAAN UNIT PENGENDALI GRATIFIKASI
ATAS PENGADUAN GRATIFIKASI KEPADA PELAPOR
Pelapor
Pemberi
No
Jabatan/
Nama
Jabatan
Nama
Tanggal
Jenis/Bentnk
Pelaporan
Penerimaan
Penetapan Hasil
Nilai (Rp)
Pemeriksaan
Hnbungan
Jakarta2017
TTD
(NAMA KETUA UPG)
KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL
ONESIA,
Download