pada Embrio dan Ikan Zebra Dewasa

advertisement
Nilai LC50 Dekokta Kumis Kucing
(Orthosiphon stamineus, Benth) pada Embrio dan Ikan Zebra Dewasa
Rery Tiara Amalia Dewanti, Diah Andriana, Arif Yahya
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Malang
E-mail: [email protected]
Abstract. An Antihypertensive materials require safety testing for their use, including through the
LC50 value. Orthosiphon stamnineus, Benth decoction (DOSb) able to attract the active material of
potentially as antihypertensives are flavonoids, terpenoids and metyhlripariochromene A that also
can be potentially toxic during the early life and adult. This study aims to determine the value Lethal
Concentration 50 (LC50) in zebrafish embryos and adults.
Embryos fish Danio rerio 5.25 hours post-fertilization age exposed dekokta Orthosiphon Stamineus,
Benth dose of 438 ppm, 578 ppm, 763 ppm, 1007 ppm and 1328 ppm were observed at 96 hours
post-fertilization. Adults zebra fish at three-month-old exposed dekokta Orthosiphon Stamineus,
Benth dose of 1528 ppm, 1752 ppm, 2012 ppm, 2311 ppm and 2655 ppm. Data retrieved by
counting the number of embryos and adult fish were dead. Data were analyzed using probit anylisis
Exposure dose of 438 ppm , 578 ppm , 763 ppm , 1007 ppm and 1328 ppm in embryonic zebrafish
causing death respectively for 40% , 50 %, 61.67 %, 86.67 % and 95 %. Exposure dose of 1528 ppm
, 1752 ppm, 2012 ppm, 2311 ppm and 2655 ppm caused the death of adult zebrafish , respectively
for 33.33 %, 50 %, 70 %, 80 % and 90 % .
LC50 values DOSb zebrafish embryos at 490.760 ppm . LC50 values DOSb adult zebrafish at 1694.823
ppm.
Keywords: Lethal Concentration 50, Orthosiphon Stamineus, Benth decoction, Danio rerio embryos,
adult fish Danio rerio
Hipertensi merupakan salah satu penyakit
dengan prevalensi tinggi di Indonesia yakni,
sebesar 26,5% pada tahun 2013.1 Profil data
kesehatan Indonesia menyebutkan hipertensi
merupakan salah satu dari 10 penyakit dengan
kasus rawat inap terbanyak di rumah sakit pada
tahun 2010, dengan proporsi kasus 42,38% pria
dan
57,62%
wanita.2
Kecenderungan
peningkatan prevalensi menurut peningkatan
usia, pada kelompok usia 25-34 tahun sebesar
7%, naik menjadi 16% pada kelompok usia 35-44
tahun dan pada kelompok umur 65 tahun atau
lebih menjadi 29%.3
Berdasarkan data empiris, masyarakat
Indonesia mengenal beberapa herbal yang
bermanfaat sebagai obat hipertensi, seperti
seledri (Apium graveolens), kumis kucing
(Orthosiphon stamineus, Benth), pegagan
(Centella asiatica), meniran (Phyllanthus
urinaria)
dan
temulawak
(Curcuma
xanthorrhiza).4 Orthosiphon stamineus, Benth
merupakan salah satu herbal yang memiliki efek
menurunkan tekanan darah. Berdasarkan
penelitian diketahui ada sekitar seratus
kandungan zat aktif yang dapat diklasifikasikan
sebagai monoterpen, diterpene, triterpene,
saponin, flavonoid, organic acids terkandung
pada
Orthosiphon
stamineus,
Benth.5
Methylripariochromene A merupakan salah satu
zat aktif yang berfungsi sebagai diuretik dan
menurukan cardiac output.5 Selain itu, fraksi
kloroform dari DOSb menunjukkan efek
penghambatan respon kontraktil pada dinding
otot polos aorta tikus yang dirangsang dengan
KCl terlebih dahulu. Penelitian lain menyebutkan
pada ekstrak hidroalkohol dosis 50 mg/kg,
menunjukkan efek yang sama dengan
hydrochlorotiazide dengan dosis 10 mg/kg.6
Tetapi, konsumsi flavonoid dosis tinggi dapat
mengakibatkan mutasi, bersifat pro oksidan dan
meningkatkan resiko kematian fetus, sehingga
memerlukan penelitian efek teratogenik pada
model embrio7,8 Oleh karena itu penggunaan
DSOb secara berlebihan harus diwaspadai efek
sampingnya
Pengukuran melalui LC50 untuk bahan alam
bertujuan untuk uji teratogenik dan uji
keamanan. Lethal Concentration 50 (LC50) adalah
parameter toksisitas akut yang menjadi prioritas
utama untuk menilai keamanan herbal.9 Embrio
ikan zebra merupakan model yang tepat sebagai
hewan uji teratogenik, karena beberapa alasan
yakni, perkembangannya di luar tubuh induk,
embrionya transparan, mudah dipelihara dan
Jurnal Kedokteran Komunitas
70% sekuen DNA pada ikan zebra menyerupai
manusia.10 Beberapa penelitian menunjukkan zat
kimia maupun obat mempunyai kesamaan efek
toksik antara embrio ikan zebra dengan
manusia.10
Kecenderungan peningkatan prevalensi
menurut peningkatan usia pada hipertensi3
menjadi landasan penggunaan ikan zebra dewasa
karena memiliki beberapa keuntungan meliputi
mudah didapat, mudah diamati, sensitif dan ikan
zebra dapat digunakan sebagai bioindikator
polutan.11
Berdasarkan latar belakang diatas maka
perlu dilakukan pengujian toksisitas DOSb
dengan menguji nilai Lethal Concentration 50
(LC50) pada embrio dan ikan zebra dewasa.
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini
adalah eksperimental laboratorium dengan
desain control group post test only pada embrio
dan ikan dewasa zebra yang bertujuan untuk
mengetahui efek toksik akut dari ekstrak herbal
Orthosiphon stamineus, Benth
melalui
pengamatan kematian (LC50) embrio dan ikan
zebra dewasa.
Prosedur Penelitian
Pemeliharaan dan Pemijahan Ikan Zebra
Ikan zebra dipelihara dengan pemberian
makan artemia setiap hari. Pemijahan terdiri dari
20 ikan zebra (13 jantan dan 12 betina)
ditempatkan pada akuarium pemijahan pada
Perlakuan dan Pengamatan Kematian Ikan
Zebra Dewasa
Ikan zebra dewasa berusia 3 bulan dipapar
DOSb. Perlakuan dilakukan sampai jam ke-96 dan
diamati setiap 24 jam. DOSb diberikan pada lima
kelompok, yakni kelompok perlakuan 1 (P1)
dengan dosis 1528 ppm, kelompok perlakuan 2
(P2) dengan dosis 1752 ppm, kelompok
perlakuan 3 (P3) dengan dosis 2012 ppm,
kelompok perlakuan 4 (P4) dengan dosis 2311
ppm dan kelompok perlakuan 5 (P5) dengan
dosis 2655 ppm. Kematian ikan dewasa ditandai
dengan mengapungnya ikan dan hilangnya
pergerakan ikan.
Analisa Data
Page | 22
Volume 3, Nomor 1, Desember 2015
suhu 270C dan pH 7, di dekat akuarium dipasang
lampu otomatis dengan siklus 10 jam gelap : 14
jam terang dan diberi oksigenasi, selain itu
dibawah akuarium dipasang spawning trap.12
Keterangan kelaikan etik penelitian ini diperoleh
dan disetujui oleh komisi etik penelitian
kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya pada tanggal 10 Juni 2015 dengan
nomor 343/EC/KEPK-S1-PD/06/2015.
Ekstraksi
Herbal
antihipertensi
Orthosiphon
stamineus, Benth diperoleh dari Balai Materia
Medica Batu dalam bentuk serbuk simplisia.
Serbuk simplisia diekstraksi menggunakan
metode dekoktasi. Dekokta kemudian disaring
dan diberikan pada embrio dan Danio rerio
dewasa pada kelompok uji.
Perlakuan dan Pengamatan Kematian Embrio
Ikan Zebra
Embrio ikan zebra dipapar DOSb pada awal
masa gastrulasi (5,25 jam paska fertilisasi).
Perlakuan dilakukan sampai jam ke-96 paska
fertilisasi dan diamati setiap 24 jam. DOSb
diberikan pada lima kelompok, yakni kelompok
perlakuan 1 (P1) dengan dosis 438 ppm,
kelompok perlakuan 2 (P2) dengan dosis 578
ppm, kelompok perlakuan 3 (P3) dengan dosis
763 ppm, kelompok perlakuan 4 (P4) dengan
dosis 1007 ppm dan kelompok perlakuan 5 (P5)
dengan dosis 1328 ppm. Kematian embrio
ditandai dengan penggumpalan atau koagulasi
telur.
Data yang dianalisa adalah data tentang
kematian embrio ikan zebra dan ikan zebra
dewasa. Data kematian embrio dan ikan dewasa
selanjutnya ditabulasi dan dianalisa secara
statistik menggunakan analisis probit.
HASIL PENELITIAN
Karakteristik Sampel Embrio Ikan Zebra
Penelitian ini menggunakan hewan coba
embrio ikan zebra yang berusia 5.25 paska
fertilisasi. Jumlah sampel adalah 100 embrio yang
terbagi dalam lima kelompok dengan tiga kali
pengulangan. Masing-masing embrio diletakkan
pada setiap well. Perlakuan dilakukan selama 96
jam paska fertilisasi. DOSb diberikan pada lima
kelompok, yakni kelompok perlakuan 1 (P1)
dengan dosis 438 ppm, kelompok perlakuan 2
Rery Tiara Amalia Dewanti, Nilai LC50 Dekokta Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus, Benth) pada Embrio
(P2) dengan dosis 578 ppm, kelompok perlakuan
3 (P3) dengan dosis 763 ppm, kelompok
perlakuan 4 (P4) dengan dosis 1007 ppm dan
kelompok perlakuan 5 (P5) dengan dosis 1328
ppm.
Karakteristik Sampel Ikan Zebra Dewasa
Penelitian ini menggunakan hewan coba
ikan zebra dewasa yang berusia 3 bulan. Jumlah
sampel adalah 50 ekor ikan yang terbagi dalam
lima kelompok dengan tiga kali pengulangan. 10
ekor ikan diletakkan pada aquarium perlakuan.
Perlakuan dilakukan selama 96 jam. DOSb
diberikan pada lima kelompok, yakni kelompok
perlakuan 1 (P1) dengan dosis 1528 ppm,
kelompok perlakuan 2 (P2) dengan dosis 1752
ppm, kelompok perlakuan 3 (P3) dengan dosis
2012 ppm, kelompok perlakuan 4 (P4) dengan
dosis 2311 ppm dan kelompok perlakuan 5 (P5)
dengan dosis 2655 ppm.
Nilai LC50 Dekokta Orthosiphon stamineus,
Benth pada Embrio Ikan Zebra
Persentase kematian embrio dihitung
berdasarkan jumlah rata- rata kematian dalam
persen dari tiga kali pengulangan di setiap dosis,
dapat dilihat pada tabel 1. Dan hasil perhitungan
probit dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 1. Persentase Kematian Embrio
No
1
2
3
4
5
Kelompok
Perlakuan
Dosis 438 ppm
Dosis 578 ppm
Dosis 763 ppm
Dosis 1007 ppm
Dosis 1328 ppm
Jumlah
embrio
60
60
60
60
60
Kematian Embrio
24-96 jam
40,00 ± 5,00
50,00 ± 10,00
61,67 ± 5,77
86 ± 5,77
95 ± 5,00
Berdasarkan tabel di atas menunjukan
bahwa pada kelompok perlakuan 1 dosis 438
ppm menyebabkan kematian pada embrio ikan
zebra sebesar 40%, perlakuan 2 dosis 578 ppm
menyebabkan kematian embrio ikan zebra
sebesar 50%, perlakuan 3 dosis 763 ppm
menyebabkan kematian embrio ikan zebra
sebesar 61,67%, perlakuan 4 dosis 1007 ppm
menyebabkan kematian embrio ikan zebra
sebesar 86,67%, dan perlakuan 5 dosis 1328 ppm
menyebabkan kematian embrio ikan zebra
sebesar 95%. Berikut pemaparan tabel hasil
probit probabilty nilai LC50 embrio pada jam ke 96
adalah 490,760 ppm.
Tabel 2. Hasil LC50 Berdasarkan Analisis Probit
Waktu
96 Jam
Probability
,050
,100
,150
,200
,250
,300
,350
,400
,450
,500
,550
,600
,650
,700
,750
,800
,850
,900
,910
95% Confidence Limits for Dosis
Estimate
Lower
Upper
Bound
Bound
-533,521
-751,360
-362,651
-307,286
-493,681
-159,566
-154,647
-320,624
-21,748
-33,333
-183,737
88,438
70,743
-66,915
183,584
164,206
37,370
269,652
250,814
133,345
350,068
332,996
223,690
427,100
412,508
310,287
502,443
490,760
394,584
577,517
569,012
477,817
653,657
648,524
561,164
732,249
730,707
645,900
814,890
817,314
733,593
903,588
910,778
826,414
1001,120
1014,854
927,738
1111,764
1136,167
1043,533
1243,043
1288,807
1186,477
1410,974
1325,674
1220,640
1451,897
Nilai LC50 Dekokta Orthosiphon stamineus,
Benth pada Ikan Zebra Dewasa
Persentase kematian ikan zebra dewasa
dihitung berdasarkan jumlah rata- rata kematian
dalam persen dari tiga kali pengulangan di setiap
dosis, dapat dilihat pada tabel 3. Dan hasil
perhitungan probit dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 3. Persentase Kematian Ikan Dewasa
No
1
2
3
4
5
Kelompok
Perlakuan
Dosis 1528 ppm
Dosis 1752 ppm
Dosis 2012 ppm
Dosis 2311 ppm
Dosis 2655 ppm
∑
ikan
dewasa
30
30
30
30
30
Kematian
Ikan
Dewasa 24-96 jam
33,33 ± 5,77
50,00 ± 10,00
70,00 ± 0,00
80,00 ± 10,00
90,00 ± 0,00
Berdasarkan tabel 3 di atas menunjukan
bahwa pada kelompok perlakuan 1 dosis 1528
ppm menyebabkan kematian pada ikan zebra
dewasa sebesar 33,33%, perlakuan 2 dosis 1752
ppm menyebabkan kematian ikan zebra dewasa
sebesar 50%, perlakuan 3 dosis 2012 ppm
menyebabkan kematian ikan zebra dewasa
sebesar 70%, perlakuan 4 dosis 2311 ppm
menyebabkan kematian ikan zebra dewasa
sebesar 80%, dan perlakuan 5 dosis 2655 ppm
menyebabkan kematian ikan zebra dewasa
sebesar 90%. Berikut pemaparan tabel hasil
probit probabilty nilai LC50 ikan zebra dewasa
pada jam ke 96 adalah 1694,823 ppm.
Tabel 4. Tabel Hasil Probit
23 | Page
Jurnal Kedokteran Komunitas
Waktu
96 Jam
Probability
,050
,100
,150
,200
,250
,300
,350
,400
,450
,500
,550
,600
,650
,700
,750
,800
,850
,900
,950
95% Confidence Limits for Dosis
Estimate
Lower
Upper
Bound
Bound
321,105
13,027
557,001
624,521
363,405
826,610
829,234
598,678
1009,639
991,934
784,719
1156,051
1131,515
943,412
1282,572
1256,864
1084,978
1397,138
1373,018
1215,133
1504,328
1483,237
1337,488
1607,190
1589,875
1454,553
1708,025
1694,823
1568,243
1808,780
1799,770
1680,170
1911,298
1906,409
1791,869
2017,499
2016,628
1905,007
2129,577
2132,782
2021,665
2250,264
2258,130
2144,751
2383,310
2397,712
2278,803
2534,473
2560,412
2431,813
2713,916
2765,125
2620,669
2943,362
3068,540
2895,683
3288,334
PEMBAHASAN
Karakteristik Sampel
Hewan coba yang digunakan dalam
penelitian ini adalah embrio dan ikan zebra
dewasa. Ikan zebra merupakan salah satu hewan
coba yang dapat digunakan sebagai model uji
toksisitas dan model teratogen. Pengamatan ikan
zebra dewasa digunakan karena memiliki
beberapa keuntungan meliputi mudah didapat,
mudah diamati, sensitif dan ikan zebra dapat
digunakan sebagai bioindikator polutan.11
Beberapa penelitian menunjukkan zat kimia
maupun obat mempunyai kesamaan efek toksik
antara embrio ikan zebra dengan manusia.
Embrio zebrafish merupakan model yang tepat
sebagai hewan uji teratogenik, karena beberapa
alasan yakni, perkembangannya di luar tubuh
induk, embrionya transparan, mudah dipelihara
dan 70% sekuen DNA pada ikan zebra
menyerupai manusia.12
Pada kelompok embrio, jumlah sampel
yang digunakan adalah 100 embrio yang terbagi
dalam 5 kelompok. Sehingga, dalam setiap plate
terdiri dari 20 embrio, dan dalam setiap well
terdiri 1 embrio agar jika terdapat salah satu
embrio yang mati tidak mempengaruhi embrio
yang lain. Pada penelitian ini dilakukan tiga kali
pengulangan untuk meminimalisir bias.
Pada ikan zebra dewasa jumlah sampel yang
digunakan adalah 50 embrio yang terbagi dalam
5 kelompok. Dalam setiap akuarium perlakuan
terdiri dari 10 ekor ikan dewasa. Pada penelitian
ini dilakukan tiga kali pengulangan untuk
meminimalisir bias.
Page | 24
Volume 3, Nomor 1, Desember 2015
Nilai LC50 Dekokta Orthosiphon stamineus,
Benth pada Embrio Ikan Zebra (Danio rerio)
Uji LC50 adalah suatu pengujian untuk
menetapkan potensi toksisitas akut, menilai
berbagai gejala toksik, spektrum efek toksik dan
mekanisme kematian. Tujuan uji LC50 adalah
untuk mendeteksi adanya toksisitas suatu zat,
menentukan organ sasaran dan kepekaannya,
memperoleh informasi awal yang dapat
digunakan untuk menetapkan tingkat dosis yang
diperlukan.13
Percobaan toksisitas akut telah dilakukan
terhadap dekokta Orthosiphon stamineus, Benth
pada embrio ikan zebra dalam beberapa dosis.
Persentase kematian 50% embrio ikan zebra
ditunjukkan pada dosis 578 ppm. Berdasarkan
analisis probit didapatkan dosis 490,760 ppm
sebagai dosis LC50. Penelitian ini menunjukkan
bahwa dekokta Orthosiphon stamineus, Benth
memiliki nilai LC50 pada klasifikasi >100 mg/L,
yaitu termasuk kategori toksisitas ringan.14
Semakin lama waktu penyerapan dekokta
Orthosiphon stamineus, Benth, nilai LC50 yang
didapatkan akan semakin kecil. Hal ini diduga
adanya tanggapan fisiologi embrio ikan zebra
yang sangat peka pada kondisi awal terhadap
bahan aktif herbal tersebut. Aplikasi dekokta
Orthosiphon stamineus, Benth secara tiba-tiba ke
dalam media hidup embrio ikan menyebabkan
stress yang sangat tinggi selanjutnya embrio ikan
mengalami kematian. Sedangkan pada waktu
yang lebih lama embrio ikan zebra berhasil
beradaptasi dan mentoleransi penyerapan zat
aktif herbal sehingga semakin survive dan respon
mortalitas semakin berkurang.15
Kematian 50% embrio Danio rerio
disebabkan oleh kandungan senyawa metabolit
sekunder dalam dekokta Orthosiphon stamineus,
Benth. Semakin kecil nilai LC50 dari suatu sampel
maka semakin tinggi senyawa bioaktifnya.
Tingginya aktivitas bioaktif dari DSOb terhadap
embrio Danio rerio disebabkan adanya
kandungan senyawa flavonoid, terpenoid yang
cukup tinggi.16,17 Flavonoid dalam dosis berlebih
akan menjadi pro-oksidan sehingga dapat
menurunkan fungsi mitokondria, yang akan
menyebabkan deplesi ATP dan memicu kematian
sel.16 Selain itu, terpenoid dalam dosis berlebih
memiliki sifat sitotoksik dan dapat menyebabkan
abrasi kromosom.17 Kedua hal tersebut dapat
menghambat pembentukan multi-organ pada
Rery Tiara Amalia Dewanti, Nilai LC50 Dekokta Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus, Benth) pada Embrio
ikan zebra, sehingga dapat menyebabkan
kematian embrio.
Nilai LC50 Dekokta Orthosiphon stamineus,
Benth pada Ikan Zebra Dewasa (Danio rerio)
Percobaan toksisitas akut telah dilakukan
terhadap dekokta Orthosiphon stamineus, Benth
pada ikan zebra dewasa dalam beberapa dosis.
Rerata persentase kematian 50% ikan zebra
dewasa ditunjukkan pada dosis 1752 ppm.
Berdasarkan analisis probit didapatkan dosis
1694,823 ppm sebagai dosis LC50. Penelitian ini
menunjukkan bahwa dekokta Orthosiphon
stamineus, Benth memiliki nilai LC50 pada
klasifikasi >100 mg/L, yaitu termasuk kategori
toksisitas ringan.14
Kematian 50% ikan dewasa Danio rerio
diduga disebabkan oleh kandungan senyawa
Methylripariochromene
A.5
Methylripariochromene A ini bekerja pada
reseptor Antagonis-Adenosine A1 yang dapat
menghambat reabsorbsi Na+ di tubulus.18 Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan Omar
(2012)
dalam dosis 5 gram/kg dekokta
Orthosiphon stamineus, Benth dapat berefek
meningkatkan ekskresi minor Na+ dan Cl- dan bisa
berefek pula meningkatkan ekskresi mayor K+.19
Peningkatan ekskresi minor Na+ dan Cl- dan
ekskresi mayor K+ akan menyebabkan deplesi K+
sehingga dapat menyebabkan hipokalemi.
Hipokalemi akan memicu terjadinya aritmia
sehingga dapat terjadi cardiac death yang akan
menyebabkan kematian ikan zebra dewasa.20
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa data dan
pembahasan pada penelitian ini disimpulkan
bahwa:
1. Dosis LC50 dekokta Orthosiphon stamineus,
Benth terhadap embrio ikan zebra sebesar
490,760 ppm.
2. Dosis LC50 dekokta Orthosiphon stamineus,
Benth terhadap ikan zebra dewasa sebesar
1694,823 ppm.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan, maka saran penelitian ini untuk
pengembangan lebih lanjut, adalah:
1. Perlu dilakukan penelitian toksisitas kronis
dekokta Orthosiphon stamineus, Benth
sebagai obat anti hipertensi yang digunakan
dalam jangka panjang pada hewan coba.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk
mengetahui efek dekokta Orthosiphon
stamineus, Benth pada hewan yang lebih
tinggi tingkatannya dari ikan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan RI. 2013. Riset
Kesehatan Dasar, Jakarta: Direktorat Jendral
Bina Pelayanan Medik
2. Departemen Kesehatan RI. 2012. Riset
Kesehatan Dasar, Jakarta: Direktorat Jendral
Bina Pelayanan Medik.
3. Departemen Kesehatan RI. 2007. Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Jakarta:
Badan Litbangkes, 2007.
4. Supriyatna., Sukandar, Hadiyana., Maesaroh,
Imas. 2014. Analisis Simplisia Saintifikasi Jamu
Anti-hipertensi, Anti-hiperglikemia, Antihiperkolesterolemia dan Anti-hiperurisemia.
IJPST: volume 1.
5. Adyana, IK., Setiawan, F., Insanu, M. 2013.
“From Ethnopharmacology to Clinical Study of
Orthosiphon stamineu, Benth”. International
Journal of Pharmacy and Pharmaceutical
Sciences. Bandung.
6. Beaux D, Fleurentin J, Mortier F. “Effect of
extracts of Orthosiphon stamineus Benth”.
Phytother Res 1999;13(3):222-25.
7. C.F Skibola, M.T Smith. Potential health
impacts of excessive flavonoid intake, Free.
Radic. Biol. Med. 2000 : 375-383
8. Wirasuta, I.M.A.G., & Niruri, R. (2007). Buku
ajar toksikologi umum. Denpasar: Jurusan
Kimia-FMIPA Universitas Udayana.
9. Loomis, T.A. 1978. Toksikologi Dasar.
Diterjemahkan oleh : Donatus, I.A., Edisi III.
IKIP Semarang Press, Semarang.
10.Wang, S., Liu, K., Wang, X. 2010. Toxic effects
of celastrol on embryonic development of
zebrafish (Danio rerio). Drug Chem Toxicol,
34(1), 61-65.
11.Zebrafish assays for drug toxicity screening.
(2006).(http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubme
d/16866609), diakses 14 Juli 2015.
12.Robert OA, Jens PT. Improving Production of
Zebra Fish Embryos in the Lab. J Env Prot
2011, 2, 1360-1363.
13.Mansur Ibrahim, Akhyar Anwar, Nur Ihsani
Yusuf. 2012. “Lethal Dose 50% (LD50) Test of
25 | Page
Jurnal Kedokteran Komunitas
Poliherbal (Curcuma Xanthorriza, Kleinhovia
hospita, Nigella sativa, Arcangelisia flava and
Ophiochepalus striatus) on Heparmin in Mice
(Mus musculus)”. Research & Development.
Pt Royal Medicalink Pharmalab.
14.Koesoemadinata. 1983. Pedoman Umum
Pengujian Laboratorium Lethal Pestisida pada
Ikan untuk Keperluan Pendaftaran. Komisic
Pestisida Departemen Pertanian, Jakarta; 24
hal.
15.Kimmel, C.B., Ballard, W.W., Kimmel, S.R.,
Ullmann, B., & Schilling, T.F. (1995). Stages of
embryonic development of the zebrafish,
Developmental Dynamics, 203(3), 253–310.
16.C.F Skibola, M.T Smith. Potential health
impacts of excessive flavonoid intake, Free.
Radic. Biol. Med. 2000 : 375-383
17.Ramos,A., R. Rivero, A. Visozo, J. Piloto and
A.Garcia. 2002. Parthenin, a sesquiterpene
lactone of Parthenium hysterophorus L. is a
high toxicity clastogen. Mutat. Res., 514: 1927
18.Michael M. Givertz, MD. 2009. “Adenosine A1
Receptor Antagonists at a Fork in the Road”.
American Heart Association, Inc.
19.Omar,
Z
dkk.
2012.
“Orthosiphon
stamineus:Traditional Uses, phytochemistry,
Pharmacology, and Toxicology: A Review”. J
Med Food 15 (8) 2012, 1–13. Penang,
Malaysia.
Kjeldsen, Keld. 2010. Hypokalemia and
Sudden Cardiac Death. Exp Clin Cardiol; 15
(4):e 96- e99.
Page | 26
Volume 3, Nomor 1, Desember 2015
Download