metode variable costing sebagai dasar penentuan harga

advertisement
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
UAD, Yogyakarta
METODE VARIABLE COSTING SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA JUAL
PRODUK
Nur Kabib1), Alfiati Nurrokhmini2) Tri Hastutik3)
1
Akademi Akuntansi Muhammadiyah Klaten
Email: [email protected]
2
Akademi Akuntansi Muhammadiyah Klaten
Email: [email protected]
3
Akademi Akuntansi Muhammadiyah Klaten
Email: [email protected]
Abstrak
Penelitian ini merupakan penelititian studi kasus pada sebuah perusahaan swasta yang bergerak
dibidang penerbitan pada tahun 2016 di Klaten Jawa Tengah. Penelitian ini bertujuan menguji
metode variabel costing sebagai alat penentu harga pokok produksi. Dengan demikian penelitian di
fokuskan pada penerapan metode variabel costing untuk menentukan harga pokok produksi Metode
penelitian menggunakan studi komparasi antara perhitungan harga pokok produksi secara
konvensional dan perhitungan harga pokok produksi menggunakan metode variabel costing. Hasil
keduanya dibandingkan dan dianalisis secara deskriptif tentang kelebihan, keurangan maupun
alternatif yang dapat diambil. Data yang digunakan merupakan data primer yang diambil dari
perusahaan pada tahun penelitian. Hasil penelitian menunjukkan dengan menggunakan metode
variabel costing, harga pokok produksi menjadi lebih rendah. Selanjutnya perusahaan dapat
memanipulasi Biaya Overhead Pabrik (BOP-T) sebagimana sifat biaya tetatp dengan menambah
volume produksi untuk menekan harga pokok produksi yang seharusnya dibebankan pada suatu
produk. Dengan demikian perusahaan akan dapat memberi penawaran harga produk yang lebih
rendah sehingga menaikkan kompetisi harga jual. Dengan demikian, diharapakan kinerja keuangan
perusahaan menjadi naik.
Kata Kunci: Variabel Costing, Kompetitif, Kinerja Keuangan
PENDAHULUAN
Kombinasi yang tepat antara biaya dan laba
merupakan formula yang harus dipertimbangkan
dalam menentukan harga jual suatu produk yang
ditawarkan. Perhitungan yang tidak tepat
diantara keduanya dapat berdampak pada
rendahnya kompetisi harga yang yang
ditawarkan pada calon konsumen bila
dibandingkan dengan harga yang ditawarkan
oleh pesaing. Kompetisi harga ini yang pada
gilirannya akan menjadi penentu terjadinya
transaksi penjualan.
Dengan demikian penelitian ini penting
untuk dilaksanakan pada sebuah perusahaan
yang berorientasi laba. Tanpa melakukan
analisis biaya secara secara mendalam,
perusahaan akan menentukan harga jual yang
THE 5TH URECOL PROCEEDING
ditawarkan secara serampangan atau justru
diombang ambingkan oleh persaingan yang
tidak sehat. Pada gilirannya justru perusahaan
dan industri yang akan rugi sendiri karena
persaingan yang tidak sehat tersebut.
Penelitian ini bertujuan menguji metode
variabel costing sebagai alat penentu harga
pokok produksi dengan membandingkan dengan
metode full costing. Dengan mengetahui
kombinasi yang baik antara biaya dan laba yang
diinginkan, maka manajemen perusahaan
diharapkan dapat menentukan harga jual suatu
produk secara logis dan sehat secara bisnis.
Dengan demikian pencapaian tujuan perusahaan
dalam jangka pendek maupun jangka panjang
lebih terjamin.
118
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
Menurut Supriyono (1994: 18) menyatakan
bahwa biaya tetap memiliki karakter jumlah
totalnya tetap konstan tidak dipengaruhi oleh
perubahan volume kegiatan atau aktivitas
sampai dengan tingkatan tertentu.Namun
demikian, biaya tetap satuan (unit cost) akan
berubah berbanding terbalik dengan perubahan
volume penjualan, semakin tinggi volume
kegiatan semakin rendah biaya satuan, semakin
rendah volume kegiatan semakin tinggi biaya
satuan. Hal inilah yang menjadi celah bagi
manajemen untuk melakukan improvisasi bisnis.
KAJIAN LITERATUR
Metode untuk menentukan harga pokok
produksi menurut Mulyadi terdiri dari dua
macam. Pertama adalah metode (2005 : 17)
Full costing merupakan penentuan kos
produksi yang memperhitungkan semua unsur
biaya produksi ke dalam kos produksi yang
terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung dan biaya overhead pabrik baik
yang berprilaku variabel maupun tetap.
Masih Mulyadi (2005 : 122) metode yang
kedua adalah metode variabel costing adalah
metode penentuan biaya yang hanya
memperhitungkan biaya produksi yang
berperilaku variabel kedalam biaya produksi
yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung dan biaya overhead
pabrik variabel.
Kata kunci yang menjadi pembeda antara
metode full costing dan variable costing
adalah pengakuan biaya overhead pabrik tetap
(BOP-T). Jadi, saat BOP-T diperhitungkan
maka full costing dan apabila BOP-T tidak
diperhitungkan maka hal tersebut variable
costing. Namun demikian dalam pembuatan
laporan harga pokok produksi sebagai bagian
daripada harga pokok penjualan dan laporan
laba-rugi semua biaya harus dilaporkan untuk
memenuhi konsep full disclosure dalam
akuntansi keuangan.
UAD, Yogyakarta
bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja
langsung pada produk dengan penelusuran
langsung dengan dibebankan biaya overhead
pabrik dengan menggunakan penelusuran
penggerak dan alokasi. Sedangkan menurut
Mulyadi (2009 : 17), harga pokok produksi
adalah biaya – biaya yang dikeluarkan dalam
pengolahan bahan baku menjadi sebuah
produk.
Rifqi (2014) melakukan penelitian yang
membandingkan antara metode full costing dan
variabel costing. Salah satu hasil penelitian
menunjukkan bahwa harga pokok produksi per
unit metode variable costing lebih rendah
daripada metode full costing. Walaupun hal
tersebut sangat logis karena dalam metode
variable costing belum memperhitungkan biaya
tetap yang seharusnya dibebankan pada suatu
produk. Penelitian ini belum menjelaskan akan
fenomena tersebut.
Secara lebih luas, sebelumnya artikel
tentang biaya biaya variabel diteliti oleh Groth
(2000) yang dikaitkan dengan desain suatu
proses. Artikel ini membahas tentang biaya
variabel dengan desain suatu proses dan manfaat
ekonomi. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa
biaya variabel akan berdampak pada kreasi suatu
nilai dan pada akhirnya akan mempengaruhi
manfaat ekonomi.
Penelitian tentang biaya variabel juga
pernah dilakukan dalam bidang kimia
sebagaimana diteliti oleh R Gama (1999). Salah
satu hasil penelitian menyatakana bahwa
penanganan yang baik atas biaya variabel akan
berdampak
pada
tingkat
produktivitas.
Begitupula dalam bidang keperawatan biaya
variabel juga menjadi sesuatu yang sangat
menarik. Sebagaimana penelitian Karabatsau
(2016) tentang biaya variabel pada perawatan
ICU. Hasil penelitian menunjukkan biaya
variabel mnjadi prasyarat dalam pengendalian
biaya total pada perawatan ICU. Penelitianpenelitian
tersebut
menunjukan
betapa
pentingnya biaya variabel .
Menurut Hansen Mowen (2009:162)
harga pokok produksi adalah biaya dari
THE 5TH URECOL PROCEEDING
119
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
METODE PENELITIAN
Menurut Sugiyono (2009:2) metode
penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan
data dengan tujuan kegunaan tertentu.
Sedangkan menurut Narimawati (2011:29)
metode penelitian adalah cara peneliti yang
digunakan untuk mendapatkan data untuk
mencapai tujuan tertentu.
Penelitian ini merupakan penelitian studi
kasus non hipotesis yang dilaksanakan di salah
satu perusahaan percetakan di Klaten. Periode
penelitian dilaksanakan pada tahun 2016 untuk
beberapa item produk.
Data penelitan merupakan data primer dan
sekunder yang telah didokumentasikan oleh
perusahaan.
Berdasarkan
data
yang
dikummpulkan, peneliti membuat perhitungan
biaya produksi per unit menggunakan metode
variabel costing. Selanjutnya perhitungan yang
telah dibuat menggunakan variabel costing
dibandingkan dengan metode konvensional yang
telah dilakukan oleh perusahaan. Tahap
berikutnya peneliti melakukan studi komparasi
antar dua metode.
Tahapan penelitian dengan cara menentukan
tarif Biaya Overhead Pabrik (BOP) berdasarkan
biaya Bahan Baku. Sebagaimana menurut
Mulyadi (2005:200) tarif BOP dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut:
𝑇𝑎𝑘𝑠𝑖𝑟𝑎𝑛 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑂𝑣𝑒𝑟ℎ𝑒𝑎𝑑 𝑃𝑎𝑏𝑟𝑖𝑘
𝑇𝑎𝑘𝑠𝑖𝑟𝑎𝑛 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝐵𝑎ℎ𝑎𝑛 𝐵𝑎𝑘𝑢
X 100%
Namun dalam penelitian ini tidak perlu
menghitung tarip BOP, karena hal tersebut telah
didapatkan dari data sekunder. Dengan demikian
peneliti
langsung
dapat
melakukan
penghitungan biaya pokok produksi secara
langsung.
Setelah diketahui besarnya Biaya Overhead
Pabrik (BOP) selanjutnya dihitung harga pokok
produksi sesuai dengan metode full costing
maupun variable costing. Masih menurut
Mulyadi (2005: 17-18), kedua metode tersebut
dapat disajikan pada tabel perbandingan format
sebagai berikut:
THE 5TH URECOL PROCEEDING
UAD, Yogyakarta
Tabel 1
Perbandingan Elemen Biaya
Full costing dan Variable costing
Full costing
BBB
xxx
BTKL
xxx
BOP-T xxx
BOP-V
xxx +
HPP
xxx
Variabel Costing
BBB
xxx
BTKL
xxx
BOP-V
xxx +
HPP
xxx
Setelah diketahui total Harga Pokok
Produksi (HPP) dengan kedua metode, langkah
selanjutnya tinggal dibagi dengan volume
produksi yang dikehendaki untuk menentukan
HPP per satuan produk. HPP per satuan produk
metode full costing telah memasukkan semua
elemen biaya, sedangkan HPP/satuan produk
untuk metode variabel costing belum
memasukkan Biiaya Overhead Pabrik-Tetap
(BOP-T). Sesuai dengan siafat biaya tetap, BOPT per unit dapat dimanipulasi dengan menaikkan
atau menurunkan volume produksi.
Perlu diketahu, bahwa obyek penelitian
memproduksi tiga jenis produk. Setiap produk
memiliki harga pokok produksi sendiri-sendiri.
Pada penelitian ini hanya akan membahas semua
produk
dengan
pertimbangan
sedikit..
Selanjutnya hasil penelitian akan disampaikan
ringkasan perhitungan harga Pokok Produksi
untuk masing masing produk pada paragraf
berikutnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Untuk mendapatkan harga jual suatu produk,
perusahaan harus memperhitungkan harga
pokok produksi, dan laba yang dikehendaki.
Harga pokok produksi terdiri dari biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya
overhead pabrik.
Harga pokok produksi ditambah biaya-biaya
yang semestinya diperhitungkan akan menghasil
harga pokok penjualan (HPPj). Selanjutnya
harga pokok penjualan (HPPj) dibagi dengan
volume produksi dalam satuan akan dihasilkan
harga jual per satuan (unit). Berikut berturutturut Tabel 2, Tabel 3, Tabel 4 dan Tabel 5
adalah perbandingan perhitungan full costing
120
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
UAD, Yogyakarta
dan variable costing untuk produk A, Produk B,
produk C dan Gabungan.
diperhitungkan manajemen. Namun, jika
menggunakan
metode
variable
costing
manajemen
akan
memiliki
kesempatan
Tabel 2
berhitung ulang. Manajemen akan menerima
Perbandingan Perhitungan
order karena harga jual di yang ditawarkan calon
Full costing dan Variable costing
konsumen sebesar Rp. 1.300,- lebih tinggi
Produk A
daripada harga jual yang diperhitungkan oleh
manajer sebesar Rp. 1.279,- dengan catatan
Keterangan
Full costing
Variabel Costing volume produksi/pesanan minimal 500.000
satuan.
BBB
Rp
223.600
Rp 223.600
BTKL
Rp
15.966
Rp
BOP-T
Rp
30.000
Rp
-
BOP-V
Rp
3.261
Rp
3.261
HPPr
Selisih BOP
HPPj
Produksi (u)
Rp
272.827
15.966
Rp
242.827
Rp
51.763
Rp
51.763
Rp
324.590
Rp
294.590
241.748
Harga/u
Rp
1,343
Sumber: Data Sekunder yang diolah
241.748
Rp
1,219
Tabel 2 menunjukkan harga per unit
menggunakan metode full costing produk A
sebesar Rp. 1.343,- dan metode variable costing
sebesar Rp. 1.219,-.dimana variabel costing
lebih rendah. Hal tersebut wajar karena memang
pada metode variable costing tidak memasukkan
elemen BOP-T. Namun walaupun penghitungan
harga pokok produksi menggunakan variable
costing tidak memasukkan BOPY-T, BOP-T
tetap dimasukkan pada laporan harga pokok
produksi sebagai penambah laporan harga pokok
produksi. Justru BOP-T inilah yang dapat
dimanipulasi oleh manajemen sesuai dengan
sifat biaya tetap dimana jumlah total selalu tetap,
jumlah per satuan berbanding terbalik dengan
volume produksi.
Dengan asumsi BOP-T tetap Rp.
30.000.000,- untuk volume produksi 241.748
unit, maka akan diperoleh BOP-T per unit
sebesar Rp. 124,- dan total harga jual per unit Rp.
1.343,-. Misal volume produksi dinaikkan
menjadi 500.000 unit maka akan diperoleh BOPT per unit sebsar Rp. 60,-atau harga jual per unit
sebesar Rp. 1.279. Misal ada order dari
konsumen dengan harga per unit yang diminta
Rp. Rp. 1.300,- manajemen akan menolak order
jika menggunakan metode full costing karena
harga jual lebih rendah daripada harga jual yang
THE 5TH URECOL PROCEEDING
Tabel 3
Perbandingan Perhitungan
Full costing dan Variable costing
Produk B
Keterangan
Full costing
Variabel Costing
BBB
Rp
106.655
Rp
106.655
BTKL
Rp
7.653
Rp
7.653
BOP-T
Rp
30.000
Rp
-
BOP-V
Rp
1.563
Rp
1.563
Rp
145.871
Rp
115.871
HPPr
Selisih BOP
Rp
20.705
Rp
20.705
HPPj
Rp
166.576
Rp
136.576
Produksi (u)
Harga/u
115.269
Rp
1,445
115.269
Rp
1,185
Sumber: Data Sekunder yang diolah
Begitupula Tabel 3 menunjukkan harga per
unit menggunakan metode full costing untuk
produk B sebesar Rp. 1.445,- dan metode
variable costing sebesar Rp. 1.185,-.dimana
variabel costing lebih rendah. Sama dengan
produk A, hal tersebut wajar karena memang
pada metode variable costing tidak memasukkan
elemen BOP-T. Namun walaupun penghitungan
harga pokok produksi menggunakan variable
costing tidak memasukkan BOPY-T, BOP-T
tetap dimasukkan pada laporan harga pokok
produksi sebagai penambah laporan harga pokok
produksi. Justru BOP-T inilah yang dapat
dimanipulasi oleh manajemen sesuai dengan
sifat biaya tetap dimana jumlah total selalu tetap,
121
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
jumlah per satuan berbanding terbalik dengan
volume produksi.
Dengan asumsi BOP-T tetap Rp.
30.000.000,- untuk volume produksi 115.269
unit, maka akan diperoleh BOP-T per unit
sebesar Rp. 160,- dan total harga jual per unit Rp.
1.445,-. Misal volume produksi dinaikkan
menjadi 300.000 unit maka akan diperoleh BOPT per unit sebsar Rp. 100,-atau harga jual per
unit sebesar Rp. 1.285. Misal ada order dari
konsumen dengan harga per unit yang diminta
Rp. Rp. 1.350,- manajemen akan menolak order
jika menggunakan metode full costing karena
harga jual lebih rendah daripada harga jual yang
diperhitungkan manajemen. Namun, jika
menggunakan
metode
variable
costing
manajemen
akan
memiliki
kesempatan
berhitung ulang. Manajemen akan menerima
order karena harga jual di yang ditawarkan calon
konsumen sebesar Rp. 1.350,- lebih tinggi
daripada harga jual yang diperhitungkan oleh
manajer sebesar Rp. 1.285,- dengan catatan
volume produksi/pesanan minimal 300.000
satuan.
Begitupula Tabel 4 menunjukkan harga per
unit menggunakan metode full costing untuk
produk C sebesar Rp. 5.257,- dan metode
variable costing sebesar Rp. 4.473,- dimana
variabel costing lebih rendah. Sama dengan
produk A dan B, hal tersebut wajar karena
memang pada metode variable costing tidak
memasukkan elemen BOP-T. Namun walaupun
penghitungan
harga
pokok
produksi
menggunakan
variable
costing
tidak
memasukkan BOP-T, BOP-T tetap dimasukkan
pada laporan harga pokok produksi sebagai
penambah laporan harga pokok produksi. Justru
BOP-T inilah yang dapat dimanipulasi oleh
manajemen sesuai dengan sifat biaya tetap
dimana jumlah total selalu tetap, jumlah per
satuan berbanding terbalik dengan volume
produksi.
BBB
Rp
69.983
Rp
69.983
BTKL
Rp
6.621
Rp
6.621
BOP-T
Rp
30.000
Rp
1.325
Rp
1.325
BOP-V
HPPr
Selisih BOP
HPPj
Full costing
Variabel Costing
THE 5TH URECOL PROCEEDING
Rp
Rp
107.929
-
Rp
77.929
Rp
93.173
Rp
93.173
Rp
201.101
Rp
171.101
Produksi (u)
38.256
Harga/u
Rp
5,257
Sumber: Data Sekunder yang diolah
38.256
Rp
4,473
Dengan asumsi BOP-T tetap Rp.
30.000.000,- untuk volume produksi 38.256
unit, maka akan diperoleh BOP-T per unit
sebesar Rp. 784,- dan total harga jual per unit Rp.
5.257,-. Misal volume produksi dinaikkan
menjadi 100.000 unit maka akan diperoleh BOPT per unit sebsar Rp. 300,-atau harga jual per
unit sebesar Rp. 4.773,-. Misal ada order dari
konsumen dengan harga per unit yang diminta
Rp. Rp. 5.100,- manajemen akan menolak order
jika menggunakan metode full costing karena
harga jual lebih rendah daripada harga jual yang
diperhitungkan manajemen. Namun, jika
menggunakan
metode
variable
costing
manajemen
akan
memiliki
kesempatan
berhitung ulang. Manajemen akan menerima
order karena harga jual di yang ditawarkan calon
konsumen sebesar Rp. 5.100,- lebih tinggi
daripada harga jual yang diperhitungkan oleh
manajer sebesar Rp. 4.773,- dengan catatan
volume produksi/pesanan minimal 100.000
satuan.
Tabel 5 hanya merupakan rangkuman dari
produk A dan B. Karena didalamnya memuat
jumlah unit maka tidak bisa diambil rata-rata.
Namun dengan tabel tersebut kita dapat
mengetahui biaya total baik menggunakan
metode penghitunganfull costing maupun
metode penghitungan variable costing
Tabel 5
Perbandingan Perhitungan
Full costing dan Variable costing
Gabungan
Tabel 4
Perbandingan Perhitungan
Full costing dan Variable costing
Produk C
Keterangan
UAD, Yogyakarta
Keterangan
122
Full costing
Variabel Costing
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
BBB
Rp
400.237
BTKL
Rp
30.240
BOP-T
Rp
90.000
BOP-V
Rp
6.149
HPPr
Selisih BOP
HPPj
Produksi (u)
Rp
526.626
18 February 2017
Rp
Rp
Rp
Rp
400.237Hansen
6.149Karabatsou,
436.626
Rp
165.641
Rp
165.641
Rp
692.267
Rp
602.267
Harga/u
Rp
18,096
Sumber: Data Sekunder yang diolah
dan Mowen. 2009. Akuntansi
Manajemen. Edisi 8 terjemahan Deny
Amos. Penerbit Salemba Empat.
Jakarta.
30.240
Rp
38.256
38.256
Rp
UAD, Yogyakarta
Dimitra. Maria Tsironi. Evdoxia
Tsigou. Eleni Boutzouka. Theodoros
Katsoulas dan George Baltopoulos. 2016.
Variable Cost Of ICU Care, A MicroCosting Analysis. Intensive and Critical
Care Nursing (2016) xxx, xxx—xxx
15,743
KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan dengan
menggunakan metode variabel costing, harga
pokok produksi menjadi lebih rendah. Namun
bukan berarti biaya produksi cukup, karena
masih ada Biya Overhedad Pabrik Tetap (BOPT) yang belum diperhitungkan dalam metode
variabel costing. BOP-T tersebut tetap
dimasukkan dengan memanipulasi volume
produksi.
Selanjutnya
manajemen
dapat
memanipulasi Biaya Overhead Pabrik (BOP-T)
sebagaimana sifat biaya tetatp dengan
menambah volume produksi untuk menekan
harga pokok produksi yang seharusnya
dibebankan pada suatu produk. Dengan
demikian perusahaan akan dapat memberi
penawaran harga produk yang lebih rendah
sehingga menaikkan kompetisi harga jual.
Pada giliran berikutnya, karena harga
yang ditawarkan cukup kompetitif diharapkan
akan menaikkan volume penjualan. Dengan
volume penjulan yang naik diharapkan laba
secara total akan naik dan akan meningkatkan
kinerja keuangan perusahaa..
Mulyadi, 2005. Akuntansi Biaya, Edisi 5, BPEF
STIE YPKPN, Yogyakarta.
Narimawati, Umi. 2008. Metodologi Penelitian
Kualitatif dan Kuantitatif. Teori dan
Aplikasi. Agung Media. Ba.ndung
R.
Gama P.G. Nightingale P.M.G. dan
Broughton. 1990. "Use of Variable Costs
in Laboratory Management". Journal of
Management in Medicine, Vol. 4 Iss 4 pp.
226 – 229.
Rifqi, Mochammad Anshar Hawari. 2014.
Analisis Full costing Dan Variabel
Costing Dalam Perhitungan Harga Pokok
Produksi Pada Usaha Moulding Karya
Mukti Samarinda. eJournal
Ilmu
Administrasi Bisnis, 2014, 2 (2) : 187-200
ISSN 2355-5408.
Sugiyono. 2009. Metodologi Penelitian
Bisnis. Edisi 5. Penerbit CV.
Alfvabeta. Bandung.
Supriyono.
1994.
Akuntansi
Biaya.
Pengumpulan Biaya dan Penentuan
Harga Pokok. Badan Penerbit Fakultas
Ekonomi (BPFE). Yogyakarta.
REFERENSI
Groth, John C., Steven S Byesrs, dan Garland D
Simons. 2000. Variable costs and
process design: critical issues for
“restructuring” emerging and transition
economies. European Business Review,
Vol. 12 Iss: 6, pp.344 – 355.
THE 5TH URECOL PROCEEDING
123
ISBN 978-979-3812-42-7
Download