BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1. Definisi Hipertensi

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hipertensi
1. Definisi
Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia, dan
hipertensi menjadi penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan
tuberkulosis, yaitu 6,7% kematian dari semua umur di Indonesia. Di
banyak Negara saat ini, prevalensi hipertensi meningkat sejalan dengan
perubahan gaya hidup, seperti merokok, obesitas, inaktivitas fisik, dan
stress
psikososial.
Hipertensi
sudah
menjadi
masalah
kesehatan
masyarakat (public health problem) dan akan menjadi masalah yang lebih
besar jika tidak ditanggulangi sejak dini (Natalia, et al. 2015).
Hipertensi merupakan suatu kondisi peningkatan tekanan darah
arterial
abnormal
yang
berlangsung
persisten.
Seorang
dewasa
dikategorikan hipertensi apabila mempunyai tekanan darah sistolik ≥120
mmHg atau tekanan darah diastolik ≥80 mmHg (JNC VII). Sekitar 1
milyar penduduk dunia diperkirakan menderita hipertensi (Bell, 2015). Di
Indonesia, hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Departemen Kesehatan
RI tahun 2007 menunjukkan prevalensi hipertensi secara nasional
mencapai 31,7% (BPPK, 2008).
Tekanan darah adalah desakan darah terhadap dinding - dinding
arteri ketika darah tersebut dipompa dari jantung ke jaringan. Tekanan
darah merupakan gaya yang diberikan darah pada dinding pembuluh
12
Pengaruh Progressive Muscle..., FEBI GIANTARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
13
darah. Tekanan ini bervariasi sesuai pembuluh darah terkait dan denyut
jantung. Tekanan darah pada arteri besar bervariasi menurut denyutan
jantung. Tekanan ini paling tinggi ketika ventrikel berkontraksi (tekanan
sistolik) dan paling rendah ketika ventrikel berelaksasi (tekanan diastolik)
(Price & Wilson, 2006).
Ketika jantung memompa darah melewati arteri, darah menekan
dinding pembuluh darah. Mereka yang menderita hipertensi mempunyai
tinggi tekanan darah yang tidak normal. Penyempitan pembuluh nadi atau
aterosklerosis merupakan gejala awal yang umum terjadi pada hipertensi.
Karena arteri - arteri terhalang lempengan kolesterol, sirkulasi darah
melewati pembuluh darah menjadi sulit. Ketika arteri - arteri mengeras
dan mengerut, darah memaksa melewati jalan yang sempit itu, sebagai
hasilnya tekanan darah menjadi tinggi (Yundini, 2006).
Menurut JNC-8 yang disusun oleh Bell et al. (2015) tentang
tatalaksana pengelolaan hipertensi, batas tekanan darah yang masih
dianggap normal adalah kurang dari 120/80 mmHg dan tekanan darah
(sistolik/diastolik)
120-139/80-89
mmHg
dinyatakan
sebagai
Prehipertensi. Hipertensi derajat 1 dengan tekanan darah 140-159/90-99
mmHg, dan Hipertensi derajat 2 dengan tekanan darah ≥160/≥100 mmHg.
2.
Jenis - jenis hipertensi
Susilo (2011) menyatakan bahwa apabila hipertensi dibedakan
berdasarkan penyebab, hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu
hipertensi
esensial
atau hipertensi primer
yang tidak
diketahui
Pengaruh Progressive Muscle..., FEBI GIANTARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
14
penyebabnya dijumpai lebih kurang 90 % dan hipertensi sekunder yang
penyebabnya diketahui yaitu 10 % dari seluruh hipertensi. Berdasarkan
penyebabnya hipertensi dapat dikelompokkan dalam dua kategori besar,
yaitu:
a. Hipertensi primer
Artinya hipertensi yang belum diketahui penyebabnya dengan
jelas. Berbagai faktor yang diduga turut berperan sebagai penyebab
hipertensi primer seperti bertambahnya umur, stress psikologis, dan
hereditas (keturunan). Sekitar 90 % pasien hipertensi diperkirakan
termasuk dalam kategori ini. Pengobatan hipertensi primer sering
dilakukan adalah membatasi konsumsi kalori bagi mereka yang
kegemukan (obes), membatasi konsumsi garam, dan olahraga. Obat
antihipertensi
mungkin
pula
digunakan
tetapi
kadang-kadang
menimbulkan efek samping seperti meningkatnya kadar kolesterol,
menurunnya kadar natrium (Na) dan kalium (K) didalam tubuh dan
dehidrasi.
b. Hipertensi sekunder
Artinya penyebab boleh dikatakan telah pasti yaitu hipertensi
yang diakibatkan oleh kerusakan suatu organ. Yang termasuk
hipertensi sekunder seperti : hipertensi jantung, hipertensi penyakit
ginjal, hipertensi penyakit jantung dan ginjal, hipertensi diabetes
melitus, dan hipertensi sekunder lain yang tidak spesifik.
Pengaruh Progressive Muscle..., FEBI GIANTARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
15
3.
Faktor resiko hipertensi
Faktor pemicu hipertensi dibedakan atas:
a. Faktor yang tidak dapat dikontrol
1) Umur
Hipertensi erat kaitannya dengan umur, semakin tua
seseorang semakin besar risiko terserang hipertensi. Umur lebih
dari 40 tahun mempunyai risiko terkena hipertensi (Yundini, 2006).
Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih besar
sehingga prevalensi hipertensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi
yaitu sekitar 40 % dengan kematian sekitar 50% diatas umur 60
tahun Arteri kehilangan elastisitasnya atau kelenturannya dan
tekanan darah seiring bertambahnya usia, kebanyakan orang
hipertensinya meningkat ketika berumur lima puluhan dan
enampuluhan (Kuswardhani, 2006).
2) Jenis kelamin
Bila ditinjau perbandingan antara wanita dan pria, ternyata
terdapat angka yang cukup bervariasi. Dari laporan Sugiri di Jawa
Tengah didapatkan angka prevalensi 6,0% untuk pria dan 11,6%
untuk wanita. Prevalensi di Sumatera Barat 18,6% pria dan 17,4%
perempuan, sedangkan daerah perkotaan di Jakarta (Petukangan)
didapatkan 14,6% pria dan 13,7% wanita (Yundini, 2006).
Ahli lain mengatakan pria lebih banyak menderita
hipertensi dibandingkan wanita dengan rasio sekitar 2,29 mmHg
Pengaruh Progressive Muscle..., FEBI GIANTARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
16
untuk peningkatan darah sistolik (Kuswardhani, 2006). Yundini
(2006) menambahkan bahwa wanita lebih banyak yang menderita
hipertensi dibanding pria, hal ini disebabkan karena terdapatnya
hormon estrogen pada wanita.
3) Riwayat keluarga
Sejarah keluarga yang mempunyai hipertensi lebih sering
menderita hipertensi. Riwayat keluarga dekat yang menderita
hipertensi (faktor keturunan) juga mempertinggi risiko terkena
hipertensi terutama pada hipertensi primer. Keluarga yang memiliki
hipertensi dan penyakit jantung meningkatkan risiko hipertensi 2-5
kali lipat (Rahajeng, 2009).
Menurut Susilo (2011) Dari data statistik terbukti bahwa
seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk
mendapatkan hipertensi jika orang tuanya menderita hipertensi.
hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan. Jika seorang
dari orang tua kita mempunyai hipertensi maka sepanjang hidup
kita mempunyai 25% kemungkinan mendapatkannya pula. Jika
kedua orang tua kita mempunyai hipertensi, kemungkunan kita
mendapatkan penyakit tersebut 60%.
b.
Faktor yang dapat dikontrol
1) Kebiasaan merokok
Rokok juga dihubungkan dengan hipertensi. Hubungan
antara rokok dengan peningkatan risiko kardiovaskuler telah
Pengaruh Progressive Muscle..., FEBI GIANTARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
17
banyak dibuktikan. Selain dari lamanya, risiko merokok terbesar
tergantung pada jumlah rokok yang dihisap perhari. Seseoramg
lebih dari satu pak rokok sehari menjadi 2 kali lebih rentan
hipertensi dari pada mereka yang tidak merokok (Rahajeng,
2009).
Zat-zat kimia beracun, seperti nikotin dan karbon
monoksida yang diisap melalui rokok, yang masuk kedalam
aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah
arteri dan mengakibatkan proses aterosklerosis dan hipertensi.
Nikotin dalam tembakau merupakan penyebab meningkatnya
tekanan darah segera setelah isapan pertama. Seperti zat-zat
kimia lain dalam asap rokok, nikotin diserap oleh pembuluhpembuluh darah amat kecil didalam paru-paru dan diedarkan ke
aliran darah. Hanya dalam beberapa detik nikotin sudah
mencapai otak. Otak bereaksi terhadap nikotin dengan memberi
sinyal
pada
kelenjar
adrenal
untuk
melepas
epinefrin
(adrenalin). Hormon yang kuat ini akan menyempitkan
pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat
karena tekanan yang lebih tinggi. Setelah merokok dua batang
saja maka baik tekanan sistolik maupun diastolik akan
meningkat 10 mmHg (DBFKK, 2008).
Pengaruh Progressive Muscle..., FEBI GIANTARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
18
2) Konsumsi garam
Secara umum masyarakat sering menghubungkan antara
konsumsi garam dengan hipertensi. Garam merupakan hal yang
sangat penting pada mekanisme timbulnya hipertensi. Pengaruh
asupan garam terhadap hipertensi melalui peningkatan volume
plasma (cairan tubuh) dan tekanan darah. Keadaan ini akan
diikuti oleh peningkatan ekskresi kelebihan garam sehingga
kembali pada keadaan hemodinamik (sistem pendarahan) yang
normal. Pada hipertensi esensial mekanisme ini terganggu, di
samping ada faktor lain yang berpengaruh (Putri, 2012).
Garam merupakan faktor yang sangat penting dalam
patogenesis
hipertensi.
Hipertensi
hampir
tidak
pernah
ditemukan pada suku bangsa dengan asupan garam yang
minimal. Asupan garam kurang dari 3 gram tiap hari
menyebabkan prevalensi hipertensi yang rendah, sedangkan jika
asupan garam antara 5-15 gram perhari prevalensi hipertensi
meningkat menjadi 15-20 %. Pengaruh asupan terhadap
timbulnya hipertensi terjadi melalui peningkatan volume
plasma, curah jantung dan tekanan darah (Runtukahu, 2015).
3) Konsumsi lemak jenuh
Kebiasaan konsumsi lemak jenuh erat kaitannya dengan
peningkatan berat badan yang berisiko terjadinya hipertensi
Konsumsi lemak jenuh juga meningkatkan risiko aterosklerosis
Pengaruh Progressive Muscle..., FEBI GIANTARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
19
yang berkaitan dengan kenaikan tekanan darah. Penurunan
konsumsi lemak jenuh, terutama lemak dalam makanan yang
bersumber dari hewan dan peningkatan konsumsi lemak tidak
jenuh secukupnya yang berasal dari minyak sayuran, biji-bijian
dan makanan lain yang bersumber dari tanaman dapat
menurunkan tekanan darah (Natalia, 2015).
4) Kebiasaan konsumsi minum minuman beralkohol
Alkohol juga dihubungkan dengan hipertensi. Peminum
alkohol berat cenderung hipertensi meskipun mekanisme
timbulnya hipertensi belum diketahui secara pasti 6 seseorang
yang minum alkohol terlalu sering atau yang terlalu banyak
memiliki tekanan yang lebih tinggi dari pada individu yang tidak
minum atau minum sedikit (Saverio, 2008).
Menurut
Saverio
(2008)
konsumsi
alkohol
harus
diwaspadai karena survei menunjukkan bahwa 10 % kasus
hipertensi berkaitan dengan konsumsi alkohol. Mekanisme
peningkatan tekanan darah akibat alkohol masih belum jelas.
Namun diduga, peningkatan kadar kortisol dan peningkatan
volume sel darah merah serta kekentalan darah merah berperan
dalam menaikkan tekanan darah.
Diperkirakan
penyebab
sekitar
konsumsi
5-20%
alkohol
dari
berlebihan
semua
kasus
menjadi
hipertensi.
Mengkonsumsi tiga gelas atau lebih minuman berakohol per
Pengaruh Progressive Muscle..., FEBI GIANTARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
20
hari meningkatkan risiko mendapat hipertensi sebesar duakali.
Bagaimana dan mengapa alkohol meningkatkan tekanan darah
belum diketahui dengan jelas. Namun sudah menjadi kenyataan
bahwa dalam jangka panjang, minum minuman beralkohol
berlebihan akan merusak jantung dan organ-organ lain (Saverio,
2008).
5) Obesitas
Obesitas atau kegemukan dimana berat badan mencapai
indeks massa tubuh > 25 (berat badan (kg) dibagi kuadrat tinggi
badan (m) juga merupakan salah satu faktor risiko terhadap
timbulnya hipertensi. Obesitas merupakan ciri dari populasi
penderita hipertensi. Curah jantung dan sirkulasi volume darah
penderita hipertensi yang obesitas lebih tinggi dari penderita
hipertensi yang tidak obesitas. Pada obesitas tahanan perifer
berkurang atau normal, sedangkan aktivitas saraf simpatis
meninggi dengan aktivitas renin plasma yang rendah (Natalia,
2015).
Berat badan dan indeks Massa Tubuh (IMT) berkorelasi
langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik.
Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang obes 5 kali
lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang berat badannya
normal. Pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-30 %
memiliki berat badan lebih (Natalia, 2015).
Pengaruh Progressive Muscle..., FEBI GIANTARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
21
6) Olahraga
Olahraga
hipertensi,
banyak
karena
dihubungkan
olahraga
isotonik
dengan
dan
pengelolaan
teratur
dapat
menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan
darah. Olahraga juga dikaitkan dengan peran obesitas pada
hipertensi. Kurang melakukan olahraga akan meningkatkan
kemungkinan timbulnya obesitas dan jika asupan garam juga
bertambah akan memudahkan timbulnya hipertensi (Arovah,
2007).
Kurangnya aktifitas fisik meningkatkan risiko menderita
hipertensi karena meningkatkan risiko kelebihan berat badan.
Orang yang tidak aktif juga cenderung mempunyai frekuensi
denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantungnya harus
bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras dan
sering otot jantung harus memompa, makin besar tekanan yang
dibebankan pada arteri (Arovah, 2007).
7) Stres
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui
aktivitas saraf simpatis, yang dapat meningkatkan tekanan darah
secara bertahap. Apabila stress menjadi berkepanjangan dapat
berakibat tekanan darah menjadi tetap tinggi. Hal ini secara pasti
belum terbukti, akan tetapi pada binatang percobaan yang
Pengaruh Progressive Muscle..., FEBI GIANTARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
22
diberikan pemaparan tehadap stress ternyata membuat binatang
tersebut menjadi hipertensi (Varvogly, 2011).
Stres adalah yang kita rasakan saat tuntutan emosi, fisik
atau lingkungan tak mudah diatasi atau melebihi daya dan
kemampuan kita untuk mengatasinya dengan efektif. Namun
harus dipahami bahwa stres bukanlah pengaruh-pengaruh yang
datang dari luar itu. Stres adalah respon kita terhadap pengaruhpengaruh dari luar itu (Varvogli, 2011).
Stres juga memiliki hubungan dengan hipertensi. Hal ini
diduga melalui saraf simpatis yang dapat meningkatkan tekanan
darah secara intermiten. Apabila stress berlangsung lama dapat
mengakibatkan peninggian tekanan darah yang menetap. Stres
dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara waktu dan
bila stres sudah hilang tekanan darah bisa normal kembali.
Peristiwa mendadak menyebabkan stres dapat meningkatkan
tekanan darah, namun akibat stress berkelanjutan yang dapat
menimbulkan hipertensi belum dapat dipastikan (Varvogli,
2011).
Pengaruh Progressive Muscle..., FEBI GIANTARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
23
4.
Klasifikasi hipertensi
Klasifikasi pengukuran tekanan darah dari Eighth Joint National
Committee (JNC-8) guidelines on HTN tahun 2015 :
Kategori
Normal
Sistolik (mmHg)
<120
Diastolik (mmHg)
<80
Prahipertensi
120 -139
80-89
Hipertensi Derajat I
140-159
90 - 99
Hipertensi Derajat II
≥160
≥100
Sumber: Bell et al., 2015
Menurut Bell et al. (2015) Eighth Joint National Committee (JNC-8)
guidelines on HTN, Laporan terbaru diterbitkan pada bulan Juni 2015,
memberikan resensi pembaharuan kepada WHO/ISH tentang kriteria
hipertensi yang dibagi dalam empat kategori yaitu normal, prahipertensi,
kemudian hipertensi derajat I, dan hipertensi derajat II.
Prahipertensi, jika angka sistolik antara 120 sampai 139 mmHg
atau angka diastolik antara 80 sampai 89 mmHg. Jika orang menderita
prahipertensi maka risiko untuk terkena hipertensi lebih besar. Misalnya
orang yang masuk kategori prahipertensi dengan tekanan darah 120/85
mmHg – 139/89 mmHg mempunyai kemungkinan terkena hipertensi di
masa yang akan datang. Jika tekanan darah Anda masuk dalam kategori
prahipertensi, maka dianjurkan melakukan penyesuaian pola hidup yang
dirancang untuk menurunkan tekanan darah menjadi normal (Bell et al.,
2015).
Pengaruh Progressive Muscle..., FEBI GIANTARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
24
Hipertensi derajat I. Sebagian besar penderita hipertensi termasuk
dalam kelompok ini. Jika kita termasuk dalam kelompok ini maka
perubahan pola hidup merupakan pilihan pertama untuk penanganannya.
Selain itu juga dibutuhkan pengobatan untuk mengendalikan tekanan
darah. Hipertensi derajat II mempunyai risiko terbesar untuk terkena
serangan jantung, stroke atau masalah lain yang berhubungan dengan
hipertensi. Pengobatan untuk setiap orang dalam kelompok ini dianjurkan
kombinasi dari dua jenis obat tertentu dibarengi dengan perubahan pola
hidup (Hikayati,2013).
5.
Gejala hipertensi
Menurut Bandiara (2008), sebagian besar tanpa disertai gejala yang
mencolok dan manifestasi klinis timbul setelah mengetahui hipertensi
bertahun-tahun berupa: Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai
mual dan muntah, akibat tekanan darah intrakranium. Penglihatan kabur
akibat kerusakan retina karena hipertensi. Ayunan langkah tidak mantap
karena kerusakan susunan syaraf. Nokturia karena peningkatan aliran
darah ginjal dan filtrasi glomerolus. Edema dependen akibat peningkatan
tekanan kapiler. Peninggian tekanan darah kadang merupakan satu-satunya
gejala, terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak, atau jantung. Gejala lain
adalah sakit kepala, epistaksis, marah, telinga berdengung, rasa berat
ditengkuk, sukar tidur, mata berkunang-kunang dan pusing.
Pengaruh Progressive Muscle..., FEBI GIANTARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
25
6.
Komplikasi Hipertensi
(BPPK, 2008).
menyebutkan bahwa komplikasi hipertensi
berkaitan dengan tekanan darah yang sudah meningkat sebelumnya dengan
konsekuensi perubahan dalam pembuluh darah dan jantung maupun
dengan aterosklerosis yang menyertai hipertensi dan dipercepat oleh
hipertensi yang sudah lama diderita. Komplikasi hipertensi antara lain:
a. Penyakit jantung
Darah tinggi dapat menimbulkan penyakit jantung karena
jantung harus memompa darah lebih kuat untuk mengatasi tekanan
yang harus dihadapi pada pemompaan jantung. Ada dua kelainan yang
dapat terjadi pada jantung yaitu: 1) kelainan pembuluh darah jantung,
yaitu timbulnya penyempitan pembuluh darah jantung yang disebut
dengan penyakit jantung koroner, 2) payah jantung, yaitu penyakit
jantung yang diakibatkan karena beban yang terlalu berat suatu waktu
akan mengalami kepayahan sehingga darah harus dipompakan oleh
jantung terkumpul di paru-paru dan menimbulkan sesak nafas yang
hebat. Penyakit ini disebut dengan kelemahan jantung sisi kiri.
b. Tersumbat atau pecahnya pembuluh darah otak (stroke)
Tersumbatnya pembuluh darah otak atau pecahnya pembuluh
darah otak dapat menyebabkan terjadinya setengah lumpuh.
c. Gagal ginjal
Kegagalan
yang
ditimbulkan
terhadap
ginjal
adalah
tergangguanya pekerjaan pembuluh darah yang terdiri dari berjuta-juta
Pengaruh Progressive Muscle..., FEBI GIANTARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
26
pembuluh darah halus. Bila terjadi kegagalan ginjal tidak dapat
mengeluarkan zat-zat yang harus dikeluarkan oleh tubuh misalnya
ureum.
d. Kelainan mata
Darah tinggi juga dapat menimbulkan kelainan pada mata
berupa penyempitan pembuluh darah mata atau berkumpulnya cairan
di sekitar saraf mata. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya gangguan
penglihatan.
e. Diabetes mellitus
Diabetes melitus atau yang sering dikenal dengan penyakit
kencing manis merupakan gangguan pengolahan gula (glukosa) oleh
tubuh karena kekurangan insulin. Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa komplikasi penyakit yang ditimbulkan dari
tekanan darah tinggi atau yang sering disebut dengan hipertensi antara
lain adalah penyakit jantung, stroke, gagal ginjal, kelainan pada mata
yang dapat mengalibatkan kebutaan dan penyakit gula atau yang lebih
dikenal dengan diabetes mellitus.
f.
Pengelolaan hipertensi
Tujuan pengelolaan krisis hipertensi adalah menurunkan
tekanan
darah
secara
cepat
dan
seaman
mungkin
untuk
menyelamatkan jiwa penderita. Menurut Bandiara (2008), pengelolaan
hipertensi secara garis besar dibagi menjadi dua jenis penatalaksanaan
yaitu:
Pengaruh Progressive Muscle..., FEBI GIANTARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
27
7.
Pengelolaan Hiprtensi
a. Penatalaksanaan farmakologis
1)
Definisi penatalaksanaan farmakologis
Pengobatan farmakologis merupakan pengobatan dengan
menggunakan
obat
antihipertensi
tertentu,
sehingga
dapat
menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik. Pada sebagian
besar pasien pengobatan dimulai dengan dosis kecil obat
antihipertensi kemudian jika tidak ada kemajuan secara perlahan
dosisnya dinaikkan namun disesuaikan juga dengan umur,
kebutuhan dan hasil pengobatan. Obat antihipertensi yang dipilih
harus mempunyai efek penurunan tekanan darah selama 24 jam
dengan dosis sekali sehari (Sanjaya, 2009).
2) Tujuan penatalaksanaan farmakologis
Tujuan pengobatan farmakologis adalah menurunkan
morbiditas dan mortalitas akibat hipertensi dengan memelihara
tekanan darah sistolik di bawah 140 mmHg, tekanan diastolic di
bawah
90
mmHg
disamping
mencegah
resiko
penyakit
kardiovaskuler lainnya. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan
pada penggunaan obat anti hipertensi, yaitu : saat mulai pengobatan
gunakanlah dosis yang kecil, bila efek tidak memuaskan
tambahkan obat untuk kombinasi, dan pergunakan obat long acting
dengan dosis tunggal yang dapat mencakup efek selama 24 jam
(Bandiara, 2008).
Pengaruh Progressive Muscle..., FEBI GIANTARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
28
3) Terapi kombinasi obat antihipertensi
Evidence-based
medicine
adalah
pengobatan
yang
didasarkan atas bukti terbaik yang ada dalam mengambil keputusan
saat memilih obat secara sadar, jelas, dan bijak terhadap masingmasing pasien dan/atau penyakit. Praktek evidence-based untuk
hipertensi termasuk memilih obat tertentu berdasarkan data yang
menunjukkan penurunan mortalitas dan morbiditas kardiovaskular
atau kerusakan target organ akibat hipertensi. Bukti ilmiah
menunjukkan
kalau
sekadar
menurunkan
tekanan
darah,
tolerabilitas, dan biaya saja tidak dapat dipakai dalam seleksi obat
hipertensi. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor ini, obat-obat
yang paling berguna adalah diuretik, penghambat enzim konversi
angiotensin (ACEI), penghambat reseptor angiotensin (ARB),
penyekat beta, dan antagonis kalsium (CCB) (Sanjaya, 2009).
Kombinasi Ada 9 kelas obat antihipertensi. Diuretik,
penyekat beta, penghambat enzim konversi angiotensin (ACEI),
penghambat reseptor angiotensin (ARB), dan antagonis kalsium
dianggap sebagai obat antihipertensi utama. Obat-obat ini baik
sendiri atau dikombinasi, harus digunakan untuk mengobati
mayoritas pasien dengan hipertensi karena bukti menunjukkan
keuntungan dengan kelas obat ini. Beberapa dari kelas obat ini
(misalnya diuretik dan antagonis kalsium) mempunyai subkelas
dimana perbedaan yang bermakna dari studi terlihat dalam
Pengaruh Progressive Muscle..., FEBI GIANTARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
29
mekanisme kerja, penggunaan klinis atau efek samping. Penyekat
alfa, agonis alfa 2 sentral, penghambat adrenergik, dan vasodilator
digunakan sebagai obat alternatif pada pasien-pasien tertentu
disamping obat utama (Bandiara, 2008).
Menurut Sanjaya (2009) Kebanyakan pasien dengan
hipertensi memerlukan dua atau lebih obat antihipertensi untuk
mencapai target tekanan darah yang diinginkan. Kelas obat yang
biasa digunakan untuk pengobatan farmakologis adalah Diuretik
(Hidroklorotiazid 12,5 mg 1 kali sehari), penyekat beta (Atenolol
25 mg 1 kali sehari), penghambat enzim konversi angiotensin
(ACEI) (Catopril 12,5 mg 1 kali sehari), penyekat reseptor
angiotensin (ARB) (Kandesartan 8 mg 1 kali sehari), dan antagonis
kalsium (Amplodipin 2,5 mg 1 kali sehari) dianggap sebagai obat
antihipertensi utama. Apabila tekanan darah melebihi 20/10 mmHg
diatas target, dapat dipertimbangkan untuk memulai terapi dengan
dua obat.
Obat – obat yang digunakan di ruangan dalam RSUD Prof.
Dr. Margono Soekarjo Purwokerto
Golongan
ACE
inhibitor
Nama obat
Dosis
Captopril 12,5 dan 25
mg
Pemberian
Farmakodinamik
1 kali
Mula kerja oral 60-90
sehari,
menit.
Lama
kerja
jam 7 pagi tergantung
dosis
membutuhkan beberapa
minggu terapi sebelum
efek hipotensif penuh
terlihat, di berikan dosis
awal 25 mg (15- 30
menit), tingkat dosis 50-
Pengaruh Progressive Muscle..., FEBI GIANTARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
30
Antagonis
Kalsium
Amlodipin 5 dan 10 mg
100 mg (90- 120 menit).
1 kali
Awal kerja 30 -50
sehari,
menit, efek puncak 6 –
jam 7 pagi 12 jam
b. Penatalaksanaan non-farmakologis
Pendekatan nonfarmakologis merupakan penanganan awal
sebelum
penambahan
obat-obatan
hipertensi,
disamping
perlu
diperhatikan oleh seorang yang sedang dalam terapi obat. Sedangkan
pasien hipertensi yang terkontrol, pendekatan nonfarmakologis ini
dapat membantu pengurangan dosis obat pada sebagian penderita. Oleh
karena itu, modifikasi gaya hidup merupakan hal yang penting
diperhatikan,
karena
berperan
dalam
keberhasilan
penanganan
hipertensi (Hikayati, 2013). Penangan non farmakologis yang
digunakan untuk mengurangi dampak hipertensi bagi pasien hipertensi
antara lain :
1) Olahraga
Olahraga dan aktifitas fisik Selain untuk menjaga berat badan
tetap normal, olahraga dan aktifitas fisik teratur bermanfaat untuk
mengatur tekanan darah, dan menjaga kebugaran tubuh. Olahraga
seperti jogging, berenang baik dilakukan untuk penderita
hipertensi. Dianjurkan untuk olahraga teratur, minimal 3 kali
seminggu, dengan demikian dapat menurunkan tekanan darah
walaupun berat badan belum tentu turun (Jafar, 2006).
Pengaruh Progressive Muscle..., FEBI GIANTARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
31
Olahraga yang teratur dibuktikan dapat menurunkan tekanan
perifer sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Olahraga dapat
menimbulkan perasaan santai dan mengurangi berat badan
sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Yang perlu diingatkan
kepada kita adalah bahwa olahraga saja tidak dapat digunakan
sebagai pengobatan hipertensi (Jafar, 2006).
2) Relaksasi aromaterapi mawar
Relaksasi aromaterapi mawar merupakan salah satu terapi
non farmakologis yaitu dalam menurunan tekanan darah. Manfaat
dari aromaterapi dapat menumbuhkan perasaan tenang (rileks) pada
jasmani, pikiran, dan rohani (soothing the physical, mind and
spiritual), dapat menciptakan suasana yang damai, serta dapat
menjauhkan dari perasaan cemas dan gelisah. Sedangkan efek
farmakologis mawar diantaranya melancarkan sirkulasi darah, anti
radang, menghilangkan bengkak, dan menetralisir racun. Secara
teori apabila dapat dilaksanakan dengan baik terapi relaksasi
(aromaterapi mawar) maka tekanan darah dapat menurun (Kenia,
2013).
3) Relaksasi nafas dalam
Relaksasi nafas dalam yaitu suatu bentuk asuhan keperawatan
yang mengajarkan kepada pasien mengenai teknis nafas dalam,
Pengaruh Progressive Muscle..., FEBI GIANTARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
32
nafas lambat dan menghembuskan nafas secara perlahan. Selain itu
relaksasi nafas dalam juga dapat dilakukan dengan latihan olah
nafas dan bermeditasi, seperti yoga atau taichi yang efektif untuk
menurunkan hormon penyebab stress. Terapi relaksasi nafas dalam
dapat meningkatkan saturasi oksigen, memperbaiki keadaan
oksgenasi dalam darah, dan membuat suatu keadaan rileks dalam
tubuh (Amalia, 2014).
4) Terapi mandi uap
Terapi mandi uap merupakan salah satu jenis terapi
menggunakan media uap air hangat. Orang yang menjalani terapi
ini akan ditempatkan pada ruangan uap hangat yang dirancang
khusus. Uap hangat yang berasal dari pemanasan air dipompakan
ke ruangan tertutup sehingga menciptakan kondisi panas basah
(Purnawan, 2015). Mandi uap ini akan meningkatkan sirkulasi
perifer 5 – 10% melalui proses pelebaran pembuluh darah
(vasodilatasi). Selain itu, rempah-rempah yang digunakan pada uap
hangat tersebut menghasilkan aromatherapi yang meningkatkan
efek relaksasi. Mekanisme vasodilatasi dan relaksasi tubuh selain
dapat meningkatkan perasaan nyaman sehingga menurunkan atau
menghilangkan nyeri, juga bisa menurunkan tekanan darah
(Purnawan, 2015).
5) Pijat refleksi kaki dan hipnoterapi
Pengaruh Progressive Muscle..., FEBI GIANTARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
33
Pijat refleksi kaki dan hipnoterapi merupakan salah satu
bentuk penanngan non medis pada pasien yang menderita
hipertensi. Pijat refleksi kaki dan hipnoterapi. Metode ini dipilih
karena kecilnya efek samping yang ditimbulkan dan lebih
ekonomis. Proses pijat refleksi kaki hanyalah menggunakan tangan
manusia. Terapi pijat refleksi kaki telah terbukti efektif untuk
mengatasi berbagai penyakit, termasuk hipertensi. Terapi Hipnosis
hanyalah menggunakan kekuatan sugesti yang akan langsung
merelaksasikan kondisi pasien, sehingga dapat menjadi lebih
nyaman dalam waktu yang cukup singkat. Terapi hypnosis belum
banyak dikenal dan dikembangkan sebagai terapi keperawatan di
Indonesia. Dampak yang diharapkan adalah dapat segera
merilekskan dan menurunkan tekanan darah, mempersingkat lama
rawat, meningkatkan pemulihan fisik, serta meringankan respon
psikoemosional pasien (Nugroho, 2012).
6) Relaksasi otot progresif (Progresive Muscle Relaxtation)
Relaksasi otot progresif (Progresive Muscle Relaxtation)
adalah salah satu bentuk penanganan non medis yang dilakukan
untuk mengurangi tekanan darah tinggi pada pasien hipertensi.
Relaksasi otot progresif (Progresive Muscle Relaxtation) adalah
terapi relaksasi dengan gerakan mengencangkan dan melemaskan
otot–otot pada satu bagian tubuh pada satu waktu untuk
memberikan
perasaan
relaksasi
secara
fisik.
Gerakan
Pengaruh Progressive Muscle..., FEBI GIANTARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
34
mengencangkan dan melemaskan secara progresif kelompok otot
ini dilakukan secara berturut-turut. Dengan mengetahui lokasi dan
merasakan otot yang tegang, maka kita dapat merasakan hilangnya
ketegangan sebagai salah satu respon kecemasan dengan lebih jelas
(Rochmawati, 2014).
B. Denyut nadi
1. Definisi Denyut Nadi
Denyut nadi adalah gelombang darah yang dapat dirasakan karena
dipompa kedalam arteri oleh kontraksi ventrikel kiri jantung. Denyut nadi
diatur oleh sistem saraf otonom. Hal –hal yang dinilai saat pemeriksaan
denyut nadi adalah kecepatan, irama, dan volume nadi. Denyut nadi pada
orang dewasa, kecepatan jantung kurang dari 60 bpm (beats per
minute/bpm) disebut bradikardia, dan kecepatan jantung lebih dari 100 bpm
disebut takhikardia. Namun, atlet yang baik kondisinya, dapat menunjukkan
kecepatan jantung krang dari 60 bpm, dan kecepatan janutng lebih dari 100
bpm dapat terjadi pada pasien yang berolahraga atau gelisah. Selain
kecepatan denyut nadi, ritme denyut nadi juga harus dievaluasi. Normalnya,
ritme nadi adalah tetap dan rata (NHBPEP, 2006).
2. Frekuensi Denyut Nadi
Denyut jantung berasal dari sistem penghantar jantung yang khusus
dan menyebar melalui sistem ini ke semua bagian miokardium. Struktur
Pengaruh Progressive Muscle..., FEBI GIANTARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
35
yang membentuk sistem penghantar adalah simpul sinoatrial (simpul SA),
lintasan antar simpul di atrium, simpul atrioventrikular (simpul AV), berkas
HIS dan cabang-cabangnya, dan sistem purkinye. Simpul SA merupakan
pacu jantung normal, kecepatannya menentukan frekuensi denyut jantung
(Guyton and Hall, 2006).
Darah yang didorong ke aorta selama sistole tidak hanya bergerak
maju dalam pembuluh darah tetapi juga menimbulkan gelombang
bertekanan yang berjalan sepanjang arteri. Gelombang bertekanan meregang
dinding arteri sepanjang perjalanannya, dan regangan dapat diraba sebagai
denyut. Denyut yang diraba pada arteri radialis pada pergelangan tangan
kira-kira 0,1 detik setelah puncak ejeksi sistolik ke aorta. Inilah yang disebut
nadi. Dengan bertambahnya usia, arteri menjadi lebih kaku dan gelombang
denyut bergerak lebih cepat (Ganong, 2006).
Frekuensi denyut jantung bisa dirumuskan :
HR = CO
SV
Keterangan :
HR = denyut jantung
CO = volume darah semenit
SV = voume sekuncup
Kecepatan denyut nadi yang normal yaitu 72 kali permenit. Pada
umumnya, makin tinggi frekuensi denyut nadi permenit, makin banyak
darah yang dipompakan (Guyton and Hall, 2006). Secara umum, rangsang
Pengaruh Progressive Muscle..., FEBI GIANTARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
36
yang meningkatkan denyut jantung juga meningkatkan tekanan darah,
sedangkan yang menurunkan denyut jantung juga menurunkan tekanan
darah. Tetapi terdapat perkecualian seperti terjadinya hipotensi dan takikardi
akibat rangsang pada reseptor regang atrium (Ganong, 2006).
Secara anatomi susunan saraf otonom terdiri atas saraf preganglion,
ganglion dan pasca ganglion yang mempersarafi sel efektor. Serat eferen
persarafan otonom terbagi atas sistem persarafan simpatis dan parasimpatis.
Sistem saraf simpatis (Thoracolumbal segmen susunan saraf otonom)
disalurkan melalui serat thoracolumbal 1 sampai lumbal 3. Serat saraf
eferennya kemudian berjalan ke ganglion vertebral, pravertebral dan ganglia
terminal. Sistem persarafan parasimpatis (segmen craniosacral susunan saraf
otonom) disalurkan melalui beberapa saraf kranial yaitu N III, N.VII, N.IX,
N.X dan serat saraf yang berasal dari sakral 3 dan 4 (Guyton and Hall,
2006).
Frekuensi denyut nadi sebagian besar berada di bawah pengaturan
ekstrinsik sistem saraf otonom, serabut parasimpatis dan simpatis
mempersarafi nodus SA dan AV, mempengaruhi kecepatan dan frekuensi
konduksi impuls. Stimulasi serabut parasimpatis akan mengurangi frekuensi
denyut nadi, sedangkan stimulasi simpatis akan mempercepat denyut nadi
(Price and Wilson, 2006). Frekuensi denyut nadi diperlambat oleh kerja
vagus dan dipercepat oleh kerja simpatis. Frekuensi denyut nadi dapat
kurang dari 40 pada 25% remaja sehat yang sedang tidur (Sembulingan,
2013).
Pengaruh Progressive Muscle..., FEBI GIANTARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
37
Sistem syaraf parasimpatis, yang terutama terdiri dari serabut
nervus vagus yang berasal dari batang otak. Sistem syaraf ini akan mengatur
nodus SA, VA dan neuron yang terletak diantara atrium dan ventrikel
jantung. Rangsangan nervus vagus, misalnya dengan asetilkolin, akan
menurunkan frekuensi denyut nadi, sedangkan hambatan nervus vagus,
misalnya dengan atropin, akan meningkatkan frekuensi denyut nadi
(Ganong, 2006).
Mekanisme saraf untuk pengaturan tekanan arteri yang paling
diketahui adalah refleks baroreseptor. Reseptor tersebut terutama terletak di
dinding sinus karotikus dan dinding arkus aorta. Peningkatan tekanan akan
meregangkan baroreseptor dan menyebabkan menjalarnya sinyal menuju
sistem saraf pusat, dan sinyal “umpan balik” kemudian dikirim kembali
melalui sistem saraf otonom ke sirkulasi untuk mengurangi tekanan arteri
kembali ke normal (Guyton and Hall, 2006).
Setelah sinyal baroreseptor memasuki traktus solitarius medula,
sinyal sekunder akhirnya menghambat pusat vasokonstriktor di medula dan
merangsang pusat vagus. Efek perangsangan ini adalah vasodilatasi vena
dan arteriol di seluruh sistem sirkulasi perifer dan berkurangnya frekuensi
denyut jantung serta kekuatan kontraksi jantung.
Oleh karena itu, perangsangan baroreseptor akibat tekanan di
dalam arteri secara refleks akan menyebabkan penurunan tekanan arteri
akibat penurunan tahanan perifer dan penurunan curah jantung. Sebaliknya,
tekanan yang rendah mempunyai pengaruh yang berlawanan, yang secara
Pengaruh Progressive Muscle..., FEBI GIANTARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
38
refleks menyebabkan tekanan meningkat kembali menjadi normal (Guyton
and Hall, 2006).
Apabila terjadi penurunan tekanan darah dan frekuesi denyut nadi
yang berlebihan dapat digunakan efedrin yang berfungsi berdasarkan
reseptor adrenergic yang menghasilkan respon simpatis. Oleh karena efedrin
dapat menyebabkan vasokonstriksi perifer, sehingga pada penggunaan klinis
efedrin
meningkatkan
tekanan
darah
dan
frekuensi
denyut
nadi
(Sembulingan, 2013).
Tempat meraba denyut nadi adalah: pergelangan tangan bagian
depan sebelah atas pangkal ibu jari tangan (Arteri radialis), dileher sebelah
kiri/kanan depan otot sterno cleido mastoidues (Arteri carolis), dada sebelah
kiri tepat di apex jantung (Arteri temparalis) dan di pelipis (Muffichatum,
2006).
3. Faktor yang Mempengaruhi Denyut Nadi
Faktor-faktor yang mempengaruhi denyut nadi adalah usia, jenis
kelamin, keadaan kesehatan, riwayat kesehatan, intensitas dan lama kerja,
faktor fisik dan kondisi psikis (Muffichatum, 2006).
a) Usia
Frekuensi nadi secara bertahap akan menetap memenuhi kebutuhan
oksigen selama pertumbuhan. Pada masa remaja, denyut jantung menetap
dan iramanya terratur. Pada orang dewasa efek fisiologi usia dapat
Pengaruh Progressive Muscle..., FEBI GIANTARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
39
berpengaruh pada sistem kardiovaskuler. Pada usia yang lebih tua lagi
dari usia dewasa penentuan nadi kurang dapat dipercaya. Frekuensi
denyut nadi pada berbagai usia, dengan usia antara bayi sampai dengan
usia dewasa, denyut nadi paling tinggi ada pada bayi kemudian frekuensi
denyut nadi menurun seiring dengan pertambahan usia.
b) Jenis Kelamin
Denyut nadi yang tepat dicapai pada kerja maksimum, sub
maksimum pada wanita lebih tinggi dari pada pria. Pada laki-laki muda
dengan kerja 50% maksimal rata-rata nadi kerja mencapai 128 denyut per
menit, pada wanita 138 denyut per menit. Pada kerja maksimal pria ratarata nadi kerja mencapai 154 denyut per menit dan pada wanita 164
denyut per menit.
c) Keadaan Kesehatan
Pada orang yang tidak sehat dapat terjadi perubahan irama atau
frekuensi jantung secara tidak teratur. Kondisi seseorang yang baru
sembuh dari sakit frekuensi jantungnya cenderung meningkat.
d) Riwayat Kesehatan
Riwayat seseorang berpenyakit jantung, hipertensi, atau hipotensi
akan mempengaruhi kerja jantung. Demikian juga pada penderita anemia
(kurang darah) akan mengalami peningkatan kebutuhan oksigen sehingga
mengakibatkan peningkatan denyut nadi.
e) Intensitas dan Lama Aktifitas
Pengaruh Progressive Muscle..., FEBI GIANTARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
40
Berat atau ringannya intensitas kerja berpengaruh terhadap denyut
nadi, lama kerja, waktu istirahat, dan irama kerja yang sesuai dengan
kapasitas optimal manusia akan ikut mempengaruhi frekuensi nadi
sehingga tidak melampaui batas maksimal. Apabila melakukan pekerjaan
yang berat dan waktu yang lama akan mengakibatkan denyut nadi
bertambah sangat cepat dibandingkan dengan melakukan pekerjaan yang
ringan dan dalam waktu singkat.
f) Ukuran Tubuh
Ukuran tubuh yang penting adalah berat badan untuk ukuran tubuh
seseorang. Semakin berat atau gemuk maka denyut nadi akan lebih cepat.
g) Kondisi Psikis
Kondisi psikis dapat mempengaruhi frekuensi jantung. Kemarahan
dan kegembiraan dapat mempercepat frekuensi nadi seseorang.
Ketakutan, kecemasan, dan kesedihan juga dapat memperlambat
frekuensi nadi seseorang.
Pengaruh Panas terhadap Denyut Nadi Iklim kerja panas dapat
menyebabkan beban tambahan pada sirkulasi darah. Pada waktu
melakukan pekerjaan fisik yang berat dilingkungan panas, maka darah
akan mendapat beban tambahan, karena harus membawa oksigen ke
bagian otot yang sedang bekerja. Disamping itu darah juga harus
membawa panas dari dalam tubuh ke permukaan kulit. Hal demikian itu
juga merupakan beban tambahan bagi jantung yang harus memompa
Pengaruh Progressive Muscle..., FEBI GIANTARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
41
darah lebih banyak lagi. Akibat dari pekerjaan ini, maka frekuensi denyut
nadipun akan meningkat pula (Muffichatum, 2006).
C. Teknik relaksasi ( Progressive Muscle Relaxtion) PMR
a.
Definisi
Relaksasi otot progresif (Progresive Muscle Relaxtation) adalah
salah satu bentuk penanganan non medis yang dilakukan untuk
mengurangi tekanan darah tinggi pada pasien hipertensi. Relaksasi otot
progresif (Progresive Muscle Relaxtation) adalah terapi relaksasi dengan
gerakan mengencangkan dan melemaskan otot–otot pada satu bagian
tubuh pada satu waktu untuk memberikan perasaan relaksasi secara fisik.
Gerakan mengencangkan dan melemaskan secara progresif kelompok otot
ini dilakukan secara berturut-turut.
Dengan mengetahui lokasi dan
merasakan otot yang tegang, maka kita dapat merasakan hilangnya
ketegangan sebagai salah satu respon kecemasan dengan lebih jelas
(Rochmawati, 2014).
b.
Tujuan Relaksasi otot progresif (Progresive Muscle Relaxtation)
Menurut Chen (2009) bahwa tujuan dari teknik ini adalah:
 Menurunkan ketegangan otot, kecemasan, nyeri leher dan punggung,
tekanan darah tinggi, frekuensi jantung, laju metabolik.
 Mengurangi distritmia jantung, kebutuhan oksigen.
 Meningkatkan gelombang alfa otak yang terjadi ketika klien sadar dan
tidak memfokus perhatian seperti relaks.
 Meningkatkan rasa kebugaran, konsentrasi.
Pengaruh Progressive Muscle..., FEBI GIANTARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
42
 Memperbaiki kemampuan untuk mengatasi stres.
 Mengatasi insomnia, depresi, kelelahan, iritabilitas, spasme otot, fobia
ringan, gagap ringan, dan
 Membangun emosi positif dari emosi negatif.
c.
Mekanisme
Kerja
Relaksasi
otot
progresif
(Progresive
Muscle
Relaxtation).
PMR merupakan gerakan relaksasi otot dapat menurunkan
ketegangan otot dan persarafan. Kecemasan mengakibatkan ketegangan
otot yang mengirimkan stimulus ke otak dan membuat jalur umpan balik.
Pada saat timbul kecemasan bagian dari jalur umpan balik tubuh tertutup
antara otot-otot dan pikiran. Relaksasi PMR akan menghambat jalur
tersebut dengan cara mengaktivasi kerja sistem saraf parasimpatis dan
memanipulasi hipotalamus melalui pemusatan pikiran untuk memperkuat
sikap positif sehingga rangsangan stress terhadap hipotalamus berkurang
(Varvogli, 2011). PMR akan menghambat jalur umpan balik yang tertutup
antara otot- otot dan pikiran dengan aktivasi kerja sistem saraf
parasimpatik dan manipulasi hipotalamus melalui pemusatan pikiran untuk
memperkuat sikap positif stress terhadap
hipotalamus berkurang
(Varvogli, 2011).
d.
Manfaat Relaksasi otot progresif (Progresive Muscle Relaxtation)
PMR merupakan salah satu intervensi keperawatan untuk
meningkatkan kenyamanan fisik. Relaksasi merupakan salah satu bentuk
Pengaruh Progressive Muscle..., FEBI GIANTARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
43
mind-body
therapy
dalam
terapi
alternatif
dan
komplementer
(Complementary and Alternative Therapy) (CAM). Terapi komplementer
adalah pengobatan tradisional yang sudah diakui dan dapat dipakai sebagai
pendamping terapi konvensional/medis. Pelaksanaannya dapat dilakukan
bersamaan dengan terapi medis. Lebih lanjut disampaikan, bahwa PMR
memiliki efek yang menguntungkan pada hipertensi primer dengan
menurunkan tekanan darah sistolik, mengurangi sekresi adrenalin dan
konsumsi oksigen, mengurangi deyut nadi mengurangi kecemasan pada
pasien hipertensi primer. Latihan PMR selama 30 menit dapat segera
menurunkan rerata nadi sebesar 2.35 x/menit, tekanan darah sistolik 5.44
mmHg dan tekanan darah diastolic sebesar 3.48 mmHg (Chen, 2008).
Menurut Demilarp (2010) beberapa penelitian telah menggunakan
PMR pada beberapa populasi dengan pengaruh fisiologis yang
menguntungkan, seperti menurunkan denyut nadi, tekanan darah sistolik,
tekanan diastolik, frekuensi pernafasan, sakit kepala, nyeri, frekuensi
serangan kejang (pada pasien epilepsi), menurunkan efek samping
kemoterapi, meningkatkan sekresi saliva immunoglobulin A pada pasien
dengan nyeri orofacial, mengurangi stres pada lansia, menurunkan
kecemasan dan depresi dengan meningkatkan kontrol diri. PMR juga
bekerja dengan memperbaiki feelings of control pada asma dan membantu
mengatasi masalah psikiatrik dan gangguan perilaku yang disebabkan oleh
penyakit Alzheimer.
Pengaruh Progressive Muscle..., FEBI GIANTARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
44
PMR dapat memperbaiki masalah penampilan bagi remaja dengan
gangguan emosional, menurunkan kecemasan dan meningkatkan relaksasi
bagi mahasiswa dan mengurangi perilaku agresif pada pasien dengan
gangguan mental. Lebih lanjut disampaikan, bahwa PMR memiliki efek
yang menguntungkan pada hipertensi primer dengan menurunkan tekanan
darah sistolik, mengurangi sekresi adrenalin dan konsumsi oksigen,
mengurangi kecemasan pada pasien hipertensi primer (Demilarp,2010).
e.
Konsep fisiologis dari Progressive Muscle Relaxtion (PMR)
PMR akan menghambat jalur umpan balik yang tertutup antara
otot- otot dan pikiran dengan aktivasi kerja sistem saraf parasimpatik dan
manipulasi hipotalamus melalui pemusatan pikiran untuk memperkuat
sikap positif stress terhadap hipotalamus berkurang.
D. Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan setelah melakukan yang diobservasi sejalan
dengan
latihan relaksasi otot progresif (Progresive Muscle Relaxtation)
pasien hipertensi adalah melihat atau memonitori vital sign (tanda–tanda
vital) pada pasien hipertensi (NHBPEP, 2006), mengobservasi saturasi
oksigen (Sivakumaar, 2011), Diet Rendah Garam (Putri, 2012).
a.
Memonitori vital sign
Pengaruh Progressive Muscle..., FEBI GIANTARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
45
Tanda vital (Vital Sign) merupakan parameter tubuh yang terdiri
dari suhu tubuh, tekanan darah, denyut nadi, laju pernafasan. Disebut tanda
vital karena penting untuk menilai fungsi fisiologis organ vital tubuh.
1.
Definisi Denyut Nadi
Denyut nadi adalah gelombang darah yang dapat dirasakan
karena dipompa kedalam arteri oleh kontraksi ventrikel kiri jantung.
Denyut nadi diatur oleh sistem saraf otonom. Hal –hal yang dinilai
saat pemeriksaan denyut nadi adalah kecepatan, irama, dan volume
nadi. Denyut nadi pada orang dewasa, kecepatan jantung kurang dari
60 bpm (beats per minute/bpm) disebut bradikardia, dan kecepatan
jantung lebih dari 100 bpm disebut takhikardia. Namun, atlet yang
baik kondisinya, dapat menunjukkan kecepatan jantung krang dari 60
bpm, dan kecepatan janutng lebih dari 100 bpm dapat terjadi pada
pasien yang berolahraga atau gelisah. Selain kecepatan denyut nadi,
ritme denyut nadi juga harus dievaluasi. Normalnya, ritme nadi adalah
tetap dan rata (NHBPEP, 2006).
2.
Tekanan darah
Tekanan darah
adalah kekuatan darah ketika mendorong
dinding arteri. Tekanan darah tergantung pada luaran kardiak, volume
darah yang diejeksi oleh ventrikel permenit, dan tahanan pembuluh
darah perifer. Kecepatan jantung, kontraktilitas dan volume darah
total, yang tergantung pada kadar natrium, mempengaruhi luaran
jantung (cardiac output). Viskositas darah arteri dan elastisistas
Pengaruh Progressive Muscle..., FEBI GIANTARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
46
dinding mempengaruhi tahanan pembuluh darah vaskular. Tekanan
darah normal dewasa adalah sistolik kurang dari 120 mmHg dan
diastolik kurang dari 80 mmHg (NHBPEP, 2006).
3.
Suhu tubuh
Pengukuran suhu tubuh normal berkisar antara 36,5 – 37,5oC.
Suhu tubuh mencerminkan keseimbangan antara pembentukan dan
pengeluaran panas. Pusat pengaturan suhu terdapat di hipotalamus
yang menentukan suhu tertentu dan bila suhu tubuh melebihi suhu
yang ditentukan hipotalamus tersebut, maka pengeluaran panas
meningkat dan sebaliknya bila suhu tubuh lebih rendah. Suhu tubuh
dipengaruhi oleh irama sirkadian, usia, jenis kelamin, stres, suhu
lingkungan hormon, dan olahraga (NHBPEP, 2006).
4.
Kecepatan Pernafasan
Kecepatan
pernafasan
dilakukan
untuk
mengevaluasi
kecepatan pernafasan pasien. Karena kebanyakan orang tidak
menyadari pernafasannya dan mendadak menjadi waspada terhadap
pernafasannya dapat mengubah pola pernafasan normalnya, maka
jangan
memberitahu
pasien
ketika
mengukur
kecepatan
pernafasannya. Kecepatan pernafasan normal bervariasi tergantung
usia, untuk dewasa, kecepatan nafas kurang dari 12 rpm disebut
bradipnea dan kecepatan nafas lebih dari 20 rpm disebut takhipnea
(NHBPEP, 2006).
5.
Saturasi Oksigen
Pengaruh Progressive Muscle..., FEBI GIANTARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
47
Saturasi oksigen adalah ukuran seberapa banyak oksigen
yang mampu dibawa oleh hemoglobin. Pengukuran kadar saturasi
oksigen merupakan hal yang perlu dilakukan agar dapat diketahui
apakah terdapat kekurangan oksigen yang mampu dibawa oleh darah
ke seluruh tubuh. Pelepasan oksigen kejaringan tergantung pada Hb,
oksigenasi arteri, dan curah jantung. Saturasi oksigen yang pada
awalnya normal kemudian menurun menjadi <65 -70% adalah
indikasi bahwa curah jantung tidak kuat untuk memenuhi kebutuhan
oksigen jaringan (Grzegor, 2012).
b.
Diet Rendah Garam
Diet rendah garam adalah pengaturan diet sangat penting pada
pasien hipertensi, tujuan utama dari pengaturan diet hipertensi adalah
mengatur tentang makanan sehat yang dapat mengontrol tekanan darah
tinggi dan mengurangi penyakiit kardiovaskuler. Untuk menanggulangi
atau minimal mempertahankan keadaan tekanan darah , salah satunya yaitu
dengan diet rendah garam (Putri, 2012).
Pengaruh Progressive Muscle..., FEBI GIANTARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
48
E. Kerangka Teori
Hipertensi
Penanganan hipertensi
Penanganan secara
Farmakologis
Penanganan non
farmakologis
1. Diuretik
1. Olahraga
2. Penyekat beta
2. Relaksasi Nafas dalam
3. Penghambat enzim konversi
3. Relaksasi aroma terapi mawar
angiotensin (ACEI)
4. Penghambat reseptor
angiotensin (ARB)
5. Antagonis kalsium
4. Terapi Mandi Uap
5. Pijat Refleksi dan Hipnoterapi
6. Teknik Relaksasi Progresive
Mucle Relaxtation
Tindakan keperawatan
:
1. Monitoring Vital Sign
a. Denyut nadi
b. Tekanan darah
c. Suhu tubuh
d. Kecepatan pernafasan
e. Saturasi oksigen
2. Diet garam rendah
Gambar 2.2. Kerangka teori
Sumber: Modifikasi Purnawan (2015), Nugroho (2012), Rausch (2006), Kenia
(2013)
Pengaruh Progressive Muscle..., FEBI GIANTARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
49
F. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan fokus penelitian yang akan diteliti, kerangka
konsep inimeliputi variabel bebas (independen) dan variabel terikat
(dependen). Kerangka konsep dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Pasien hipertensi
Progressive Muscle Relaxtion
(PMR)
Penurunan
denyut nadi
Penurunan
tekanan darah
Gambar 3.1. Kerangka Konsep
G. Hipotesis
Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep di atas, maka peneliti
menggunakan rumusan hipotesis kerja (Ha) dalam penelitian yaitu: Hipotesis
dalam penelitian ini bahwa terdapat hubungan antara Progresive Muscle
Relaxtation (PMR) dengan Penurunan tekanan darah dan penurunan denyut
nadi pada Pasien Hipertensi di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Puwokerto.
Pengaruh Progressive Muscle..., FEBI GIANTARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
Download