Laporan Studi Pustaka (KPM 403) HUBUNGAN PERAN PENDAMPING DENGAN PARTISIPASI PESERTA DALAM PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT FENNY FEBRI KRISDAYANTI DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa Laporan Studi Pustaka yang berjudul ”Hubungan Peran Pendamping dengan Partisipasi Peserta dalam Program Pemberdayaan Masyarakat” benar-benar hasil karya saya sendiri yang belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari pustaka yang diterbitkan atau tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam naskah dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Laporan Studi Pustaka. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya bersedia mempertanggung jawabkan pernyataan ini. Bogor, 15 Januari 2016 Fenny Febri Krisdayanti NIM. I34120159 ii ABSTRAK FENNY FEBRI KRISDAYANTI. Hubungan Peran Pendamping dengan Partisipasi Peserta dalam Program Pemberdayaan Masyarakat. Di bawah bimbingan DJUARA P. LUBIS. Pendamping menjadi hal yang sangat penting dalam pelaksanaan suatu program pemberdayaan masyarakat dalam membantu pelaksanaan program pada tingkat provinsi/ kabupaten/ kota. Melalui sepuluh rujukan ditemukan bahwa peran pendamping adalah fasilitator, pendidik, perwakilan masyarakat, dan peran-peran teknis bagi masyarakat miskin yang didampinginya. Terdapat faktor penghambat dan pendukung pendamping dalam pelaksanaan suatu program pemberdayaan masyarakat. Faktor pendukung pendamping adalah dukungan keluarga pendamping, pendamping memiliki pengalaman dalam berorganisasi, pendamping memiliki pengalaman mengurus penerima program, penerima program adalah tetangga pendamping, dan dukungan keluarga penerima program. Sedangkan faktor penghambat pendamping adalah honor pendamping yang tidak layak dan tidak semua pendamping mendapatkan pendidikan dan pelatihan pendamping. Selain itu terdapat pula hubungan antara peran pendamping dan partisipasi, dimana peran pendamping dalam suatu program pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu program pemberdayaan masyarakat dalam mencapai tujuannya. Kata kunci : Peran Pendamping, Faktor Penghambat dan Pendukung Pendamping, Partisipasi, Pemberdayaan Masyarakat ABSTRACT Fenny Febri Krisdayanti. Relationships between Role Fasilitators with Participant’s Participation in Community Empowerment Program. Supervised by DJUARA P. LUBIS Fasilitators are become very important in implementation of a community empowerment program, in order to help the implementation of the program at provincial / district / city level. Through to the ten references, there are the fasilitator’s role : educator, community representatives, and technical roles for the poor community. There are some factors of resistors and supporting of the fasilitators on implementation of community empowerment program. Factors of supporting to the fasilitators are their family support, fasilitators has an experience in organizing, fasilitators has an experience of taking care a program beneficiaries, the recipients in a community empowerment program are their neighbors, and the support of recipient’s family. While factors of resistors are the wage of fasilitators is not overpass and there are only some fasilitators has co-education and training. In addition there is also a relationship between the role of fasilitators and participation, the role of fasilitators in a community empowerment program is one of the indicator for the community empowerment program sucesses and in order to reach their destination. Keywords: Role of fasilitator, the Resistors and Supporting of the Fasilitators, Participation, Community Empowerment iii Hubungan Peran Pendamping dengan Partisipasi Peserta dalam Program Pemberdayaan Masyarakat Oleh FENNY FEBRI KRISDAYANTI I34120159 Laporan Studi Pustaka Sebagai syarat kelulusan mata kuliah Studi Pustaka (KPM 403) Pada Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Departemen Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 iv LEMBAR PENGESAHAN Dengan ini menyatakan bahwa Studi Pustaka yang ditulis oleh: Nama : Fenny Febri Krisdayanti Nomor Mahasiswa : I34120159 Judul : “Hubungan Peran Pendamping dengan Partisipasi Peserta dalam Program Pemberdayaan Masyarakat” dapat diterima sebagai syarat kelulusan Mata Kuliah Studi Pustaka (KPM 403) pada Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Disetujui oleh Dr Ir Djuara P. Lubis, MS Dosen Pembimbing Diketahui oleh Dr Ir Siti Amanah, MSc Ketua Departemen Tanggal Pengesahan : ______________________ v PRAKATA Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan studi pustaka yang berjudul “Hubungan Peran Pendamping dengan Partisipasi Peserta dalam Program Pemberdayaan Masyarakat” ini dengan baik. Laporan studi pustaka ini ditujukan untuk memenuhi syarat kelulusan Mata Kuliah Studi Pustaka (KPM 403) pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dr.Ir. Djuara P. Lubis, MS sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan selama proses penulisan hingga penyelesaian laporan studi pustaka ini. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Dr Ir Ekawati S. Wahyuni, MS selaku dosen Koordinator Mata Kuliah Studi Pustaka (KPM 403) yang telah memberikan arahan serta bimbingan terkait teknik penulisan laporan studi pustaka. Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orangtua tercinta, Ibu Sih Krisniwati dan Bapak Darmanto atas semangat dan doa yang tiada henti-hentinya mengalir untuk kelancaran penulisan laporan studi pustaka ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kakak Dio Dera Darmawan, SH yang selalu memberikan semangat dan dukungannya, serta kepada Muhammad Ridwan Arif Cahyono, ST yang selama ini ikut membimbing dan memberikan saran dan doa atas penulisan laporan studi pustaka ini. Tidak lupa kepada teman-teman SKPM angkatan 49 yang telah berkenan menjadi rekan bertukar pikiran dalam menyelesaikan laporan studi pustaka ini.Semoga laporan studi pustaka ini bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, 15 Januari 2016 Fenny Febri Krisdayanti NIM. I34120159 vi DAFTAR ISI ABSTRAK ................................................................................... Error! Bookmark not defined. PRAKATA .................................................................................................................................... vi PENDAHULUAN ........................................................................................................................ 1 RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA ............................................................................... 3 RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN .................................................................................... 19 Pekerja Pengembangan Masyarakat (Pendamping) ............................................................... 19 Peran Pendamping ................................................................................................................. 19 Peran Pendamping dan Partisipasi ...................................................................................... 22 Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Pendamping ...................................................... 24 Bentuk Pendampingan dalam Program Pemberdayaan Masyarakat ...................................... 24 Hasil Penelitian Terdahulu ..................................................................................................... 25 Ragam Peran Pendamping ........................................................................................... 25 Penghambat dan Pendukung Pendamping ................................................................... 26 Hubungan Peran Pendamping dan Partisipasi ............................................................. 27 SIMPULAN ................................................................................................................................ 36 Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Skripsi......................................................... 36 Usulan Kerangka Analisis Baru ............................................................................................. 38 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 39 RIWAYAT HIDUP..................................................................................................................... 41 vii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberdayaan merupakan suatu hal yang penting dalam perkembangan kehidupan manusia. Hal ini dikarenakan saat ini masih banyak masyarakat Indonesia dimana khususnya masyarakat pedesaan yang tidak memiliki akses terhadap perkembangan teknologi dan sumberdaya sehingga mereka sulit untuk berkembang. Pemberdayaan pada hakekatnya mencakup dua aspek yaitu “to give authority to and to give ability to or enable”. Dalam pengertian pertama, pemberdayaan memiliki makna memberi kekuasaan, mengalihkan kekuatan dan mendelegasikan otoritas ke pihak lain. Sedangkan dalam pengertian yang kedua,pemberdayaan diartikan sebagai upaya untuk memberi kemampuan ataukeberdayaan (Friedman 1992). Salah satu bentuk dari pemberdayaan itu sendiri ialah pemberdayaan masyarakat sebagai salah satu bentuk pengentasan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pemberdayaan komunitas adalah suatu upaya yang dilakukan untuk memperkuat kemampuan masyarakat sesuai dengan sumber-sumber daya masyarakat sendiri, dengan tujuan memandirikan masyarakat agar mampu memenuhi kebutuhankebutuhan dasar seperti pangan, sandang, perumahan, kesehatan, pendidikan, kesempatan kerja kemauan, kerohanian, relasi sosial, kebudayaan dan keadilan (Bastaman 2000). Program-program pemberdayaan masyarakat seperti: PPK (Program Pengembangan Kecamatan), P2KP (Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan), P4K (Proyek Peningkatan Pendapatan Petani dan Nelayan Kecil), PEMP (Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir), KUBE (Kelompok Usaha Bersama), SPP (Simpan Pinjam Kelompok Perempuan) dan lain-lain, merupakan beberapa contoh program Pengembangan Komunitas yang kemudian dijadikan salah satu cara oleh Pemerintah Indonesia dalam rangka penanggulangan kemiskinan dan mengatasi berbagai masalah social ekonomi di Indonesia. Berbagai hasil penelitian yang mengkaji tentang implementasi program-program pemberdayaan masyarakat tersebut dilaporkan adanya hasil dengan tingkat keberhasilan yang berbeda-beda dan bahkan juga ketidak-berhasilan. Salah satu permasalahan yang sering terjadi dalam suatu program pemberdayaan masyarakat yang kemudian berdampak pada berhasil atau tidaknya suatu program ialah mengenai peranan pendamping atau pekerja pengembang masyarakat dalam berbagai proses pemberdayaan masyarakat. Dalam suatu dimensi waktu tertentu, seorang pekerja pengembangan masyarakat dapat berperan sebagai enabler atau organizer atau educator (Nasdian 2014). Menurut keputusan menteri koordinator bidang kesejahteraan rakyat selaku ketua tim koordinasi penanggulangan kemiskinan tentang perubahan atas keputusan menteri koordinator bidang kesejahteraan rakyat selaku ketua tim koordinasi penanggulangan kemiskinan Nomor 28/KEP/MENKO/ KESRA/XI/2006 tentang tim pengendali program nasional pemberdayaan masyarakat, guna mendukung tugas tim pengendali PNPM-Mandiri akan dibentuk Sekretariat Tim Pengendali PNPM-Mandiri 1 dan Tim Teknis PNPM-Mandiri yang terdiri dari unsur birokrasi dan profesional berdasarkan Surat Keputusan Ketua Pelaksana Tim Pengendali PNPM-Mandiri. Dalam hal ini peran pendamping atau yang kita ketahui sebagai pekerja dalam program pengembangan masyarakat telah ditentukan untuk dapat mendukung dan mendampingi berjalannya suatu program pemberdayaan masyarakat mulai dari perencanaan, implementasi / pelaksanaan hingga evaluasi. Peran pendamping di sini yang seharusnya dapat menjadi fasilitator, pendidik, utusan atau wakil dan juga sebagai teknikal yang baik dan mumpuni tidak jarang menghasilkan hasil yang bertentangan sehingga berpengaruh pada jalannya program pemberdayaan masyarakat itu sendiri. Mengacu pada Ife (1995), peran pendamping umumnya mencakup tiga peran utama, yaitu : fasilitator, pendidik, perwakilan masyarakat, dan peran-peran teknis bagi masyarakat miskin yang didampinginya. Salah satu dampak yang terjadi apabila pendamping atau pekerja pengembangan masyarakat tidak dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan benar ialah berpengaruh pada tingkat partisipasi peserta program pemberdayaan masyarakat. (Fahmi 2009) menjelaskan bahwa masih banyak kalangan miskin dan pendidikan rendah tidak cukup terlibat dalam partisipasi dan menjelaskan dimana partisipasi yang ada memang masih dipengaruhi oleh peran stakeholder . Berdasarkan latar belakang di atas penting untuk mengetahui peran pendamping yang bagaimana yang dapat berpengaruh positif pada tingkat partisipasi peserta dalam suatu program pemberdayaan masyarakat. Maka dari itu, menarik untuk dilakukan kajian mengenai hubungan peran pendamping dengan partisipasi peserta dalam program pemberdayaan masyarakat. 1.2 Tujuan Penulisan Tujuan kajian ini adalah untuk : 1. Mengidentifikasi peranan pendamping dalam pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat. 2. Mengidentifikasi faktor pendukung dan faktor penghambat pendamping yang berpengaruh terhadap perannya sebagai pendamping. 3. Menganalisis hubungan peranan pendamping dengan partisipasi peserta dalam program pemberdayaan masyarakat. 1.3 Metode Penulisan Metode yang digunakan dalam penulisan studi pustaka ini adalah metode analisa terhadap data sekunder yang relevan dengan topik studi pustaka. Bahan pustaka yang digunakan dalam penulisan ini berasal dari hasil penelitian, yaitu berupa: skripsi, thesis, jurnal ilmiah, dan buku teks yang berkaitan dengan Peran Pendamping Terhadap Partisipasi Peserta dalam Program Pemberdayaan Masyarakat. Bahan pustaka yang sudah terkumpul kemudian dipelajari, disusun, dan dianalisis sehingga menjadi suatu tulisan ilmiah yang berisi tinjauan teoritis dan tinjauan faktual beserta analisis dan sintesisnya. Selanjutnya ialah penarikan hubungan dari studi pustaka ini menghasilkan kerangka pemikiran serta pertanyaan penelitian yang akan digunakan sebagai acuan dalam penelitian yang akan dilakukan. 2 RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA 1. Judul : KINERJA PENYULUH DARI PERSPEKTIF PETANI DAN EKSISTENSI PENYULUH SWADAYA SEBAGAI PENDAMPING PENYULUH PERTANIAN Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis : : : : Nama Editor Judul Buku : : 2010 Jurnal Elektronik K.S. Indraningsih, B. G. Sugihen, P. Tjitropranoto, P. S. Asngari dan H. Wijayanto - Kota dan Penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi): hal Alamat URL/doi : : : : Tanggal diunduh : Bogor, Institut Pertanian Bogor Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian Volume 8 No. 4 http://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/ART 8-4b.pdf 01 Oktober 2015, pukul 20.37 WIB Penelitian ini membahas tentang kinerja penyuluh pertanian yang dilihat dari berbagai aspek, antara lain aspek kelembagaan penyuluhan, kompetensi dan peran penyuluh. Selain hal tersebut, dalam penelitian ini membahas pula mengenai eksistensi dan prospek penyuluh pertanian swadaya sebagai pendamping penyuluh pertanian. Kemudian hal terakhir yang dibahas dalam penelitian ini ialah mengenai perumusan kebijakan strategis terkait dengan peningkatan kinerja penyuluh pertanian PNS dan peran penyuluh swadaya. Kinerja penyuluh pertanian dalam aspek kelembagaan penyuluhan ini bervariasi, hal tersebut dikarenakan adanya pemberlakuan UU Otonomi Daerah yang memberi keleluasaan bagi kepala daerah dan DPRD untuk mengatur kelembagaan daerah, sehingga kelembagaan penyuluh yang ada di daerah bervariasi. Kelembagaan penyuluhan yang terus mengalami perubahan menuntut penyuluh cepat beradaptasi dengan kondisi lingkungan kerja yang baru. Hal ini tentu mempengaruhi kinerja dan peran penyuluh. Sumardjo (2008) menekankan fokus utama penyuluhan adalah pembangunan manusia sebagai bagian dari sistem sosial. Penyuluhan melakukan upaya pembangunan struktur masyarakat secara konvergen, dialogis, demokratis dan partisipatif. Untuk itu dalam keprofesian penyuluh diperlukan standar kompetensi penyuluh yang jelas dan didukung oleh kontrol yang efektif. Sedangkan bila berbicara mengenai peran penyuluh tidak hanya sekedar sebagai penyampai (diseminator) teknologi dan informasi. Dalam penelitian ini membahas pula mengenai peran penyuluh pertanian yang kemudian lebih dituntut lebih ke arah sebagai motivator, dinamisator, fasilitator dan konsultan bagi petani (Tjitropranoto, 2003; Subejo,2009). Lippitt et al. (1958) dan 3 Rogers (2003) bahkan menambahkan penyuluh pertanian harus dapat mendiagnosis permasalahan - permasalahan yang dihadapi oleh klien (petani), membangun dan memelihara hubungan dengan sistem klien (petani), memantapkan adopsi, serta mencegah penghentian adopsi. Untuk mendukung peran-peran tersebut, penyuluh pertanian sudah harus menguasai dan memanfaatkan teknologi informasi, komunikasi dan edukasi. Penulis dalam penelitian ini berpandangan bahwa keberadaan penyuluh pertanian dipandang sangat diperlukan, terutama dalam tugas pendampingan dan konsultasi bagi para petani dalam mengembangkan kegiatan usahatani. Dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa peran penyuluh pertanian selama ini dinilai hanya sekedar mentransfer teknologi dan informasi. Untuk itu peran tersebut perlu dikembangkan lebih lanjut ke arah sebagai pengidentifikasi permasalahan dan kebutuhan petani, motivator serta fasilitator. Selain itu, dalam penelitian ini membahas pula mengenai penyuluh pertanian swadaya sebagai pendamping penyuluh pertanian, maka hal yang perlu kita ketahui terlebih dahulu ialah mengenai arti dari penyuluh swadaya itu sendiri. Penyuluh swadaya adalah pelaku utama yang berhasil dalam usahanya dan warga masyarakat lainnya yang dengan kesadarannya sendiri mau dan mampu menjadi penyuluh. Dalam hal ini penyuluh swadaya dalam mengemban tugas untuk melakukan penyuluhan dapat bekerjasama dengan penyuluh pertanian atau THL-TBPP. Menurut penulis dalam penelitian ini, keseluruhan peran penyuluh tersebut diatas dibutuhkan untuk menghadapi dinamika perubahan dalam kehidupan masyarakat petani dan memenuhi misi penyuluhan, yakni mengembangkan kemandirian petani, bukan ketergantungan petani terhadap pihak lain (termasuk bantuan pemerintah). Dan juga bila berbicara mengenai penyuluh swadaya maka memposisikan ketua kelompok tani sebagai penyuluh swadaya yang berasal dari sistem sosial yang sama dengan petani sasaran, maka akan terjalin komunikasi yang dialogis dan partisipatif. Analisis Pustaka Penelitian ini menjelaskan apa saja dan bagaimana peran penyuluh pertanian dan juga penyuluh swadaya dalam mengembangkan kegiatan usahatani. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dengan cara menafsirkan dan menuturkan data yang bersangkutan dengan situasi yang sedang terjadi, sikap serta pandangan yang terjadi di dalam masyarakat dalam hal ini petani. Responden yang menilai kinerja penyuluh pertanian adalah petani yang berada di Desa Talaga Kecamatan Cugenang (lahan kering dataran tinggi) dan Desa Jatiwangi Kecamatan Pakenjeng (lahan kering dataran rendah). Penelitian ini menyatakan bahwa peran penyuluh pertanian selama ini dinilai hanya sekedar mentransfer teknologi dan informasi sehingga permasalahan yang terselesaikan tidak merujuk pada kondisi yang dialami petani. Kemudian dapat dianalisa bahwa keberadaan penyuluh swadaya yang berasal dari sistem sosial yang sama dengan petani sasaran sangat menguntungkan, hal ini karena dengan adanya penyuluh swadaya yang berasal dari sistem sosial yang sama dengan masyarakat (petani) maka akan terjalin komunikasi yang dialogis dan partisipatif. 4 2. Judul : PENYULUHAN PENDAMPINGAN PARTISIPATIF Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Judul Buku : : : : : : 2006 Jurnal Elektronik Soedijanto Padmowihardjo - Kota dan Penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi): hal Alamat URL/doi : : : : Bogor, Institut Pertanian Bogor Jurnal Penyuluhan Vol. 2, No. 1 Tanggal diunduh : 01 Oktober 2015, pukul 20.37 WIB http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/42847 Penyuluhan pertanian adalah proses pemberdayaan petani melalui sistem pendidikan nonformal, bukan lagi sebagai proses transfer teknologi kepada petani seperti pada masa Revolusi Hijau yang lalu. Oleh karena itu pemerintah harus dapat menjamin terselenggaranya penyuluhan. Peranan penyuluh yang diperlukan dalam penyuluhan partisipatif antara lain adalah (1) menjadi mitra yang akrab bagi petani (2) memfasilitasi dan menggugah proses berfikir petani; (3) selalu bersama petani; (4) menghargai petani dengan meng”orang”kan-nya; (5) tidak menonjolkan diri, (6) menjalin kerjasama dengan petani; (7) mengembangkan dialog horizontal dengan petani (komunikasi dialogis) bukan komunikasi yang searah sebagai bawahan-atasan atau guru-murid (komunikasi monologis); dan (8) tidak menggurui petani. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dibawah UU No. 22 tahun 1999 yang direvisi menjadi UU No. 32 Tahun 2004 yang sampai saat ini belum diubah, harus mampu mengubah peran penyuluh pertanian dari 100% transfer teknologi ke 100% pendamping petani, atau dari peran mengajar bertani ke mengajar petani, sehingga terwujud penyuluhan pendampingan partisipatif. Melalui penyuluhan pertanian yang partisipatif petani tidak dibiarkan sendirian dalam mengakses informasi, menganalisis situasi yang mereka hadapi dan menemukan masalah-masalah. Dalam proses penyuluhan pendampingan partisipatif ini, penyuluh tidak cukup hanya datang sewaktu – waktu ke petani. Pertemuan seyogyanya dilakukan secara berkala atau dalam bentuk kunjungan yang lainnya. Penyuluhan pendampingan partisipatif merupakan salah satu cara untuk mencapai tujuan yang telah dibuat dalam suatu program pemberdayaan masyarakat. Dalam hal ini pula penyuluh tidak cukup hanya datang untuk menyampaikan teknologi, melainkan mereka harus hadir di tengah-tengah masyarakat petani, tinggal bersama mereka, belajar bersama mereka mulai dari yang sudah diketahui ke yang belum diketahi, memecahkan masalah bersama mereka dan pada suatu saat meninggalkan mereka setelah mereka mampu mandiri. 5 Analisis Pustaka Penelitian ini menjelaskan apa dan bagaimana peranan seorang penyuluh pertanian yang partisipatif dalam sebuah program pemberdayaan masyarakat. Dalam penelitian ini dijelaskan pula delapan peranan penyuluh yang diperlukan sebagai seorang pendamping yang partisipatif dalam pelaksanaan suatu program pemberdayaan masyarakat. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan kualitatif , dalam artian peneliti hanya memaparkan situasi atau peristiwa penelitian, tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Penyuluhan pendampingan partisipatif dilakukan dengan cara pemberdayaan SDM petani agar mereka dapat menjadi manusia seutuhnya sebagai subyek pembangunan pertanian. 3. Judul : Model Pendampingan UMKM Pangan Melalui Inkubator Bisnis Perguruan Tinggi Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis : : : : Nama Editor Judul Buku : : 2014 Jurnal Elektronik Rokhani Hasbullah, Memen Surahman, Ahmad Yani, Deva Primadia Almada, Elisa Nur Faizaty - Kota dan Penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi): hal Alamat URL/doi Tanggal diunduh : : : : : Bogor, Institut Pertanian Bogor Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI) Vol. 19 (1): 43 49 http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/71731 01 Oktober 2015, pukul 22.09 WIB Program inkubasi merupakan pelatihan teknis dan manajemen, pembukuan sederhana, penyusunan rencana bisnis, fasilitasi akses permodalan, dan pemasaran. Dalam kegiatan atau program inkubasi yang dibahas dalam penelitian ini ialah tentang UMKM Pangan, dimana dalam hal ini memerlukan suatu bentuk pendampingan yang bertujuan agar kegiatan bisnis berjalan secara efektif dan berkelanjutan. Kategori pendampingan yang dipertimbangkan dalam proses ini antara lain adalah : (1) pendampingan mengarahkan, (2) pendampingan partisipatif, (3) pendampingan konsultatif, dan (4) pendampingan delegatif. Dilihat dari derajat peran pendampingan dan keterlibatan inkubator bisnis terhadap manajemen dan aktivitas usaha UMKM, kategori kedua adalah yang paling tinggi yaitu model pendampingan partisipatif (0,375), prioritas selanjutnya adalah konsultatif (0,270), pendampingan mengarahkan (0,246), dan pendampingan delegatif (0,109). Pengambilan keputusan model pendampingan partisipatif sebagai model inkubasi yang efektif untuk UMKM pangan dilatarbelakangi oleh beberapa hal. Pertama, pangan merupakan kebutuhan pokok yang pasarnya luas, namun sangat kompetitif karena banyak sekali pelaku usaha yang terjun di dalamnya (struktur pasarnya cenderung 6 mengarah ke pasar persaingan sempurna). Kedua, pangan sebagai bahan yang dikonsumsi oleh tubuh mempersyaratkan keamanan, kehalalan, dan kehigienisan sebagai faktor kritis yang harus diperhatikan oleh produsen. Ketiga, produk pangan umumnya bersifat perishable (mudah rusak). Dalam proses pendampingan, UMKM tenant harus dilibatkan dalam setiap proses pengambilan keputusan, dan harus diberi tahu dan diajak diskusi mengenai mengapa itu dilakukan. Maka dari itu dapat kita ketahui bersama bahwa proses pendampingan khususnya pendampingan dengan model partisipatif bermanfaat dalam membuat suatu program menjadi lebih efisien dan berkelanjutan. Analisis Pustaka Penelitian ini menjelaskan tentang suatu model pendampingan yang efektif diterapkan dalam suatu program atau kegiatan . Model pendampingan yang dimaksud ialah model pendampingan partisipatif. Dalam hal ini berarti pendampingan yang dilakukan melibatkan kontribusi dari peserta program dan menjadikan peserta program sebagai subyek dalam kemajuan bukan sebagai obyek. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantifikasi . Proses penelitian terbagi menjadi dua tahapan (fase). Pertama adalah fase konstruksi model, yang dimulai dengan pelaksanaan desk study (kajian literatur), dan FGD untuk memperoleh masukan maupun informasi mengenai struktur model pendampingan yang efektif dan berkelanjutan dalam mendampingi UMKM pangan. Temuan-temuan dari kegiatan tersebut merupakan input yang akan dikaji secara mendalam untuk diformulasikan menjadi sebuah hirarki model AHP..Kedua, Fase kuantifikasi model. Pada tahapan ini, peneliti menyusun kuisioner berdasarkan struktur hirarki model yang telah dikembangkan, kemudian kuisioner tersebut divalidasi kembali agar tidak terjadi kesalahan/inkonsistensi dalam pengisian. 4. Judul : PERAN PKSM DALAM MENINGKATKAN FUNGSI KELOMPOK TANI DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DI KABUPATEN BIMA, NTB 2013 Jurnal Elektronik Sri Ramadoan , Pudji Muljono & Ismail Pulungan - Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Judul Buku : : : : : : Kota dan Penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi): hal Alamat URL/doi : : : : Bogor, Institut Pertanian Bogor Jurnal Sosek Vol 10 No 3 http://fordamof.org/files/Jurnal_Sosek_vol_10_no_3_ 2013-5.Sri_Ramadoan,_dkk.pdf Tanggal diunduh : 01 Oktober 2015, pukul 22.19 WIB Penyuluh swadaya bidang kehutanan lebih dikenal dengan sebutan Penyuluh Kehutanan Swadaya Masyarakat (PKSM). Keberadaan PKSM ini dapat membantu 7 mengatasi kekurangan tenaga penyuluh PNS, dapat bekerjasama serta menjadi mitra kerja penyuluh PNS. Menurut Dephut (2009), PKSM mempunyai peran penting dan strategis dalam mendukung keberhasilan pembangunan kehutanan, dan juga merupakan investasi penting untuk membantu mengamankan, melestarikan sumberdaya hutan sebagai aset negara sekaligus sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam penelitian ini terdapat beberapa peranan dalam kegiatan pendampingan yang dilakukan oleh PKSM terhadap di Kabupaten BIMA . Penelitian ini menjelaskan pula bahwa PKSM telah berperan aktif sebagai analisator yaitu menganalisis kebutuhan dan permasalahan yang terjadi pada kegiatan konservasi lahan mulai dari perencanaan sampai evaluasi kegiatan. Peran sebagai stimulator yaitu menggerakkan petani untuk melaksanakan penanaman di lapangan tanpa membedakan status kepemilikan lahan yang dimiliki oleh petani. Selain hal tersebut PKSM juga menjadi fasilitator yang akan menghubungi instansi atau petugas terkait, dan tetap menjadi pendorong bagi masyarakat untuk tidak putus asa dalam menghadapi kendala dan kesulitan di lapangan. Kondisi ini mengindikasikan bahwa PKSM memiliki kemampuan dalam mempengaruhi dan melakukan pendekatan pada semua aspek kegiatan konservasi lahan. Pendekatan yang dilakukan oleh PKSM adalah pendekatan melalui kelompok. Kegiatan pendampingan yang partisipatif yang dilakukan oleh PKSM telah dapat mendorong masyarakat untuk terlibat langsung menentukan kebutuhan kegiatan konservasi lahan yang sesuai dengan lahan garapan miliknya. Analisis Pustaka Penelitian ini menjelaskan tentang apa dan bagaimana peranan pendampingan yang partisipatif yang dilakukan oleh PKSM di Kabupaten BIMA. Dapat dianalisa bahwa Keberadaan dan pendampingan oleh PKSM memberikan manfaat bagi masyarakat dan keberlanjutan kelompok tani di Kabupaten Bima. Peran pendampingan PKSM sebagai analisator, stimulator, fasilitator dan pendorong berhubungan sangat nyata dengan fungsi kelompok tani sebagai kelas belajar, wahana kerjasama dan unit produksi. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif yang meliputi observasi awal, penyusunan kerangka sampling, uji coba kuesioner, pengambilan data primer dan sekunder, pengolahan data dan analisis data, pembahasan serta penulisan. Selain itu dalam pengumpulan data menggunakan metode penelitian menggunakan metode survei terhadap populasi masyarakat pelaksana kegiatan konservasi lahan yang tergabung dalam kelompok tani binaan PKSM. Teknik pengumpulan data adalah gabungan ntara wawancara, observasi langsung di lapangan, dan kuesioner. Wawancara dilakukan pada sampel, instansi dan pihakpihak terkait untuk mendapatkan data sekunder. Observasi lapangan dilakukan untuk membandingkan hasil wawancara dengan kondisi kenyataan di lapangan. Kuesioner diberikan kepada petani untuk memperoleh dan menjaring informasi terkait dengan tingkat partisipasi pada kegiatan konservasi yang dilaksanakan. 8 5. Judul : Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Judul Buku : : : : : : Kota dan Penerbit : Nama Jurnal Volume (Edisi): hal Alamat URL/doi : : : Tanggal diunduh : PENDAMPINGAN INDUSTRI SOLONDOK OLEH DISPERINDAGKOPTAM KULON PROGO DI DESA BANJARHARJO, KECAMATAN KALIBAWANG, KABUPATEN KULON PROGO 2008 Skripsi Elektronik Bandar Nurul Baehaqi Yogyakarta, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga http://digilib.uinsuka.ac.id/1756/1/BAB%20I,%20BA B%20IV,%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf 01 Oktober 2015, pukul 21.34 WIB Penelitian ini membahas mengenai pendampingan industri solondok yang dilakukan oleh Disperindagkoptam Kulon Progo yang lokasinya di desa Banjarharjo, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo. Disperindagkoptam dalam memberikan pendampingan pada pelaku industri solondok adalah dengan pemberian pelatihan dan permodalan. Dalam pelatihan, pendampingannya berupa pemberian life skill yang terdiri dari (a) pembungkusan, serta (b) cara penulisan label, dan pelatihan manajemen pemasaran. Sedangkan dalam pemberian modal, ada dua macam yaitu (a) Modal berupa pemberian alat produksi, dan (b) Modal untuk kegiatan bersama. Penelitian ini menjelaskan bahwa peranan pendamping yang ada dalam pendampingan industri solondok ini antara lain: Pertama, pendamping sebagai fasilitator, yang berarti merujuk pada kemampuan teknis/ketrampilan seorang pendamping dimana pendamping memperlancar proses interaksi di dalam kelompok maupun dipihak lain untuk mencapai kemajuan kelompok. Kedua, Pendamping sebagai inspirator, dalam hal ini merujuk pada segi pengetahuan. Pendamping dapat membantu anggota-anggota kelompok dalam mencari alternatif kegiatan atau pemecahan masalah baru yang berguna bagi pengembangan kelompok. Ketiga, sebagai motivator , peran ini merujuk pada aspek sikap. Pendamping menumbuhkan motivasi tertentu anggotanya untuk mendukung pelaksanaan kegiatan-kegiatan mereka. Selain tiga hal diatas, dapat diperoleh peranan lain yaitu sebagai pendidik , perwakilan masyarakat serta peran – peran teknis lainnya. Peranan pendamping sebgai pendidik telah mampu membangkitkan kesadaran masyarakat, dalam hal ini pula pendamping menyampaikan informasi, menyelenggarakan pelatihan bagi masyarakat serta bertukar gagasan dan pengetahuan 9 dan pengalaman masyarakat yang didampinginya. Sedangkan peran pendamping sebagai perwakilan masyarakat lebih merujuk pada kegiatan interaksi antara pendamping dengan lembaga-lembaga eksternal atas nama dan kepentingan masyarakat yang didampinginya. Serta terakhir ialah peran –peran teknis lainnya, hal ini merujuk pada aplikasi ketrampilan yang bersifat praktis. Pendamping dituntut tidak hanya mampu menjadi manajer perubahan yang mengorganisasikan kelompok, melainkan pula mampu melaksanakan tugas-tugas teknis sesuai dengan berbagai ketrampilan dasar. Analisis Pustaka Penelitian ini menjelaskan tentang peranan pendamping yang dilakukan oleh Disperindagkoptam Kulon Progo terhadap kelompok industri solondok yang meliputi berbagai peranan diantaranya ialah sebagai fasilitator, inspirator serta motivator. Selain hal tersebut di atas, peranan lainnya ialah sebagai pendidik, perwakilan masyarakat serta peran-peran eknis lainnya. Dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yakni jenis data yang dikumpulkan bukan berupa data yang berupa angka-angka dan analisisnya adalah non statistik. Metode pengumpulan data yang dilakukan ialah metode wawancara, dokumentasi dan metode observasi. Sedangkan metode analisis data yang diterapkan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif-analitis , yang proses kerjanya meliputi penyusunan daya dan penafsiran data atau menguraikan secara sistematis sebuah konsep atau hubungan antar konsep. 6 Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Judul Buku Kota dan nama penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi):hal Alamat URL/doi : PERAN PENDAMPING DALAM PROGRAM PENDAMPINGAN DAN PERAWATAN SOSIAL LANJUT USIA DI LINGKUNGAN KELUARGA (HOME CARE): STUDI TENTANG PENDAMPING DI YAYASAN PITRAH SEJAHTERA, KELURAHAN CILINCING, KECAMATAN CILINCING JAKARTA UTARA : : : : : : : 2013 Jurnal Elektronik Nurnita Widya Kusuma Jakarta, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Sosial RI : Jurnal Informasi : 18 (02):211-224 : http://puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/36eec03 9702e6b91ec1fa1058bbcbca.pdf Tanggal diunduh : 01 Oktober 2015, pukul 22.15 P ene litian ini membahas tentang Home care yang merupakan bentuk pelayanan 10 pendampingan dan perawatan sosial lanjut usia di lingkungan keluarga/di rumah sebagai wujud perhatian terhadap lanjut usia dengan mengutamakan peran masyarakat berbasis keluarga. (Kementerian Sosial 2009). Namun yang terpenting adalah bahwa pemegang peran utama untuk home care ini adalah anggota keluarga lanjut usia. Jika tidak ada anggota keluarga lanjut usia, maka dapat melibatkan anggota masyarakat yang tinggal di lingkungan yang sama dengan lanjut usia yang memerlukan pendampingan ataupun perawatan di lingkungan keluarga (Departemen Sosial 2007). Peran yang dimiliki pendamping lanjut usia sebaiknya mencerminkan prinsip-prinsip metode pekerjaan sosial, yaitu mengutamakan lanjut usia sebagai subjek (pelaku) kegiatan pelayanan sosial untuk mengalihkan situasi dan kondisi yang dirasakannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan peran pendamping dalam meningkatkan keberfungsian sosial lanjut usia dalam program pendampingan dan perawatan sosial lanjut usia di lingkungan keluarga (home care). Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Terdapat 10 peran pendamping, peran-peran tersebut adalah: 1. Pembela (advocacy); 2. Fasilitator; 3 .Pemungkin (enabler); 4.Penjangkauan (outreacher); 5. Pembimbing (supervisor); 6. Penggerak (dinamisator), 7. Pemotivasi (motivator); 8. Katalisator; 9. Mediator; 10. Elaborator. Hasil temuan lapangan menunjukkan bahwa pendamping menjalankan perannya sebagai enabler (pemungkin), fasilitator, dinamisator, mediator, dan motivator. Dalam menjalankan perannya sebagai enabler, yakni mengidentifikasi permasalahan lanjut usia, kebutuhan, meluruskan permasalahan serta menjajagi langkah-langkah menghadapi masalah lanjut. Sebagaimana hasil penelitian, bahwa peran sebagai fasilitator memiliki kaitan dengan pelayanan terhadap lanjut usia, merujuk dan menindaklanjuti pelayanan, dan memberikan pertolongan yang kongkrit. Peranan sebagai mediator telah dilaksanakan oleh pendamping yaitu dengan mempertemukan lanjut usia tersebut dengan anggota keluarga yang berselisih paham untuk mencari jalan keluar guna mengakhiri perselisihan yang terjadi. Peran berikutnya yang dilaksanakan adalah sebagai dinamisator, yaitu menggerakkan, menciptakan peluang-peluang dan mencari sumber dana dan daya untuk mengembangkan pelayanan sosial bagi lanjut usia. Selanjutnya pendamping berperan sebagai motivator. Dalam hal ini pendamping memberikan rangsangan dan dorongan semangat kepada lanjut usia untuk dapat bersikap positif, pola pikir, dan mengembangkan potensi bagi peningkatan kesejahteraan sosial di masa tuanya. Terdapat faktor pendukung dan penghambat pendamping dalam menjalankan perannya. Faktor pendukung dari dalam diri pendamping adalah dukungan keluarga pendamping, memiliki pengalaman dalam berorganisasi dan pengalaman mengurus lanjut usia. Sedangkan faktor pendukung dari luar diri pendamping adalah lanjut usia binaan home care adalah tetangganya, dan dukungan keluarga lanjut usia. Faktor penghambat dari dalam diri pendamping adalah rasa jenuh, bosan dan mengatur waktu kunjungan. Sedangkan faktor penghambat dari luar pendamping adalah honor pendamping yang tidak layak dan tidak semua pendamping mendapatkan pendidikan dan pelatihan pendamping. 11 Eksistensi seorang atau sekelompok pendamping dalam pelayanan sosial umumnya, dan khususnya pelayanan sosial terhadap lanjut usia memiliki arti yang sangat penting. Hal ini dapat dipahami karena para pendampinglah yang berhadapan dan terlibat langsung dengan lanjut usia binaan home care yang ditanganinya melalui berbagai macam kegiatan sesuai dengan tugas dan perannya masing-masing. Analisis Pustaka Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui peran pendamping dalam program pendampingan. Terdapat 10 peran pendamping yang dibahas dalam jurnal ini, yakni: 1. Pembela (advocacy); 2. Fasilitator; 3 .Pemungkin (enabler); 4. Penjangkauan (outreacher); 5. Pembimbing (supervisor); 6. Penggerak (dinamisator), 7. Pemotivasi (motivator); 8. Katalisator; 9. Mediator; 10. Elaborator. Selain itu, dalam jurnal ini juga dijabarkan mengenai faktor pendukung dan penghambat pendamping. Faktor pendukung pendamping dalam hal ini adalah dukungan keluarga pendamping, memiliki pengalaman dalam berorganisasi, pengalaman mengurus lanjut usia, lanjut usia binaan home care adalah tetangganya, dan dukungan keluarga lanjut usia. Sedangkan faktor penghambat dari dalam diri pendamping adalah rasa jenuh, bosan dan mengatur waktu kunjungan, honor pendamping yang tidak layak dan tidak semua pendamping mendapatkan pendidikan dan pelatihan pendamping. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian mendeskripsikan pendamping telah menjalankan perannya dengan cukup baik, meskipun tidak semua peran dapat mereka lakukan. Dari segi teknik penulisan, terdapat kesinambungan antara judul, tujuan dan pembahasan dalam jurnal. Berdasarkan jurnal tersebut, dapat diketahui bahwa pendamping memiliki peran yang sangat penting dalam melaksanakan program yang memposisikan masyarakat sebagai subjek atau pelaku suatu program. Keberadaan pendamping dapat menjadi penentu keberhasilan suatu program berbasis masyarakat. Untuk itu, pendamping haruslah benar-benar sosok yang mendedikasikan dirinya kepada masyarakat agar mampu menghadapi faktor-faktor yang menghambat proses pendampingan pada pelaksanaan program. 7. Judul : Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Judul Buku : : : : : : OPTIMALISASI UNIVERSAL CERVICE OBLIGATION DAN PERAN PENDAMPINGAN DALAM MEMPERLUAS JARINGAN INTERNET TELEPHONE DAN COMPUTER DI TINGKAT KECAMATAN MELALUI PENDEKATAN SNOWBALL SYSTEM DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI REGIONAL SUMATERA 2013 Jurnal Elektronik Abubakar Iskandar 12 Kota dan Penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi): hal Alamat URL/doi : : : : Tanggal diunduh : Bogor, Institut Pertanian Bogor Jurnal Komunikasi Pembangunan Vol. 11 No. 1 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalkmp/article/vie w/9067/7130 3 Desember 2015, pukul 04.15 WIB Penelitian ini membahas tentang konsep pendampingan dalam pemberdayaan layanan jasa akses telekomunikasi USO, memberikan pendampingan dalam penerapan konsep yang telah terseleksi, merancang modul pelatihan ITC kepada pendamping, mengetahui peran, pengelola ITC, dan mengetahui masalah dan hambatan yang terjadi pada program ITC. Dalam penelitian ini dijelaskan pula bahwa strategi pendampingan yang ditempuh ialah dengan cara mengintensifkan upaya-upaya pemberdayaan untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat, menjalin kemitraan yang seluas-luasnya dengan berbagai pihak untuk bersama-sama mewujudkan keberdayaan dan kemandirian masyarakat, mengoptimalkan seluruh potensi dan sumber daya yang dimiliki masyarakat, pemerintah pusat, pemerintah daerah, swasta, asosiasi, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat, dan kelompok peduli lainnya secara sinergis, mengembangkan kelembagaan masyarakat yang dipercaya, mengakar, dan akuntabel, dan meningkatkan kemampuan pembelajaran di masyarakat dalam memahami kebutuhan dan potensinya serta memecahkan berbagai masalah yang dihadapinya. Penelitian ini membahas pula bahwa tugas pendamping adalah sebagai koordinasi dan sosialisasi dengan pemerintah daerah kabupaten/kota dalam rangka pelaksanaan program pemberdayaan dan pendampingan, melakukan diskusi terarah di tingkat kecamatan dalam rangka menentukan desa-desa terpilih sebagai target dalam mendukung pelaksanaan program pemberdayaan dan pendampingan, bersama pemerintah daerah dan perguruan tinggi menyusun rencana kerja pelaksanaan program pemberdayaan dan pendampingan, melaksanakan pelatihan teknis dan pendampingan pengelolaan, administrasi dan keuangan dan pelatihan keberlanjutan layanan bagi pengelola ITC yang telah ditentukan, melaksanakan pembekalan teknis kepada masayarakat dalam rangka mendukung penerapan layanan ITC, dan menyusun laporan kerja (laporan mingguan, laporan bulanan, lapoan akhir). Analisis Pustaka Penelitian ini membahas tentang strategi pendampingan yang berlangsung pada program ITC. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan “Snowball System”, yaitu pendekatan terhadap orang-orang yang dipandang mengetahui masalah ITC dengan cara mendatangi key person, kemudian key person akan memberitahukan person lain yang mengetahui ITC di tingkat Kecamatan. Kemudain dapat dianalisa bahwa peran pendamping disini ialah sebagai fasilitator yang ditunjukkan oleh tindakan melakukan diskusi terarah, sebagai Pendidik yang ditunjukkan oleh tindakan pelatihan berkelanjutan, lalu sebagai Utusan atau Wakil yang 13 ditunjukkan oleh tindakan melakukan koordinasi dan sosialisasi bersama pemerintah, serta sebagai Teknikal yang ditunjukkan oleh tindakan menyusun rencana kerja pelaksanaan program, melaksanakan pelatihan teknis serta kegiatan administrasi dan keuangan. 8. Judul : Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis : : : : Nama Editor Judul Buku : : Kota dan Penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi): hal Alamat URL/doi : : : : Tanggal diunduh : PROGRAM PENDAMPINGAN KELOMPOK TANI “KARYA MINA MANDIRI” MANGUNHARJO DALAM RANGKA PENINGKATAN PENJUALAN DAN PROMOSI PRODUK HASIL OLAHAN MANGROVE 2015 Jurnal Elektronik Niniek Widyorini, Churun A’in, Siti Rudiyanti, Suryanti dan Pujiono Wahyu Purnomo Semarang, Universitas Diponegoro Jurnal Saintek Perikanan Vol. 10 No. 2 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalkmp/article/vie w/9067/7130 3 Desember 2015, pukul 05.10 WIB Penelitian ini membahas tentang kegiatan pendampingan kepada kelompok tani sebagai solusi untuk mengatasi stagnasi produksi dan penjualan hasil olahan mangrove yang dihasilak oleh Kelompok Tani “Karya Mina Mandiri” di Mangunharjo Semarang. Kegiatan pendampingan yang telah berhasil dilaksanakan oleh tim pengabdi antara lain adalah Sosialisasi dimana sosialisasi merupakan tahapan awal kegiatan pengabdian untuk memberikan gambaran mengenai bentuk kegiatan pendampingan yang akan dilakukan kepada mitra binaan. Kedua adalah Penyuluhan tentang program-program pendampingan, dimana penyuluhan terdiri dari Penyuluhan mengenai manfaat ekologi, manfaat ekonomi mangrove serta pentingnya kelestarian mangrove, Penyuluhan mengenai pentingnya informasi gizi sebuah produk makanan, serta Penyuluhan mengenai pentingnya kemasan, higienitas produk olahan serta strategi pemasaran produk. Ketiga adalah Pengujian Nilai Gizi Produk, adapun informasi gizi yang tertera pada kemasan baru antara lain: AKG (Angka Kecukupan Gizi), Protein, lemak, karbohidrat kalori dan Antioksidan. Dan yang terakhir adalah Pelatihan dan Praktek pembuatan produk olahan mangrove serta packing yang dilakukan secara bersamasama oleh penyuluh dan mitra binaan. Kegiatan pengabdian melalui program pendampingan yang ditawarkan membawa pengaruh positif bagi mitra binaan. Setelah mendapatkan pengetahuan, praktek dan bantuan pengemasan serta pengujian informasi gizi maka daya saing jual produk yang dihasilkan oleh KTKMM ada peningkatan volume penjualan meskipun belum 14 signifikan memberikan pengaruh nyata pada pendapatan, hal ini disebabkan waktu evaluasi baru berjalan 1 (satu) bulan dan promosi yang belum berjalan maksimal. Apabila langkah ini dapat terus dipertahankan secara berkelanjutan maka akan membawa dampak positif bagi peningkatan pendapatan anggota mitra binaan, menumbuhkan semangat dan jiwa berbisnis (enterpreneurship). Analisis Pustaka Penelitian ini membahas tentang pelaksanaan Program Pendampingan Kelompok Tani “Karya Mina Mandiri” Mangunharjo dalam rangka Peningkatan Penjualan Dan Promosi Produk Hasil Olahan Mangrove. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif (metode wawancara dan metode kepustakan) dan kuantitatif (metode pengumpulan angket/ kuesioner). Selain itu pada metode yang diterapkan pada kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini merupakan program pendampingan antara lain sosialisasi, penyuluhan, pelatihan dan praktek pembuatan produk olahan mangrove, bantuan pengujian kandungan gizi produk, bantuan pembuatan kemasan (packaging) hingga promosi produk. 9. Judul : Strategi Peningkatan Kapasitas Modal Sosial dan Kualitas Sumberdaya Manusia Pendamping Pengembangan Masyarakat Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Judul Buku : : : : : : 2010 Jurnal Elektronik D. Susanto - Kota dan Penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi): hal Alamat URL/doi : : : : Tanggal diunduh : Bogor, Institut Pertanian Bogor Jurnal Komunikasi Pembangunan Volume 8 No. 1 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalkmp/article/vie wFile/5696/4324 07 Oktober 2015, pukul 20.37 WIB Penelitian ini membahas tentang bagaimana strategi peningkatan kualitas SDM para pendamping pengembangan masyarakat, selain hal tersebut dalam penelitian ini juga membahas tentang bagaimana idealnya peran pendamping dalam suatu program pemngembangan masyarakat. Peran dari pendamping akan tampak nyata dan diperlukan, saat di dalam sistem sosial masyarakat terdapat indikasi adanya rasa ketidakpuasan pada kalangan warga masyarakat setempat. Posisi dan peran pendamping pengembangan masyarakat hendaklah juga sebagai tenaga-tenaga yang turut menumbuhkembangkan wacana dan kegiatan reformasi perilaku pembangunan dalam masyarakat. Pendamping pengembangan masyarakat adalah orang yang terkategorikan sebagai pengantar perubahan (agent of change), baik yang berada di dalam sistem sosial 15 masyarakat (insider change agents) maupun yang berada di luar sistem sosial masyarakat bersangkutan (outsider change agents). Pendamping pengembangan masyarakat diharapkan terdiri dari individu-individu yang handal, profesional, credible dan accountable, yang memiliki kompetensi berkualitas, serta memiliki kemampuan berperan lebih dari sekedar melakukan perubahan perilaku masyarakat. Pendamping pengembangan masyarakat perlu memahami dan mendalami kompetensikompetensi yang wajib dimiliki, agar mampu berperan selaku mitra/teman ‘sejawat’ masyarakat, pengantar perubahan, pemberdaya, pemerhati dan reformis di dalam sistem sosial masyarakat. Pendamping berinteraksi sosial dalam masyarakat sebagai bagian dari praktikum lapangan, kendala dan tantangan, baik berciri internal dan ekternal kerap dirasakan dan dihadapi oleh seorang pendamping. Pengembangan masyarakat dapat dilakukan oleh pendamping yang handal dan professional, namun tidak mudah memperoleh para pendamping pengembangan masyarakat yang ideal, kompeten dan memenuhi berbagai harapan dan kebutuhan masyarakat. Pendamping berkualitas dan handal dicirikan antara lain oleh kinerja dan kompetensinya yang tinggi, khususnya kompetensi teknis, kompetensi berinteraksi sosial dan kompetensi kewirausahaan (entrepreneurship), serta memiliki daya fisikal handal. Pendamping perlu lebih ditajamkan dan ditingkatkan sedemikian rupa, sehingga memiliki penampilan sederhana, low profile,berjiwa kritis, arif, terbuka,tinggi, ramah, sangat mudah menghargai dan menghormati orang-orang lain, memiliki daya penguasaan dan pengendalian diri yang kuat, tidak sombong apalagi merendahkan orang lain, kooperatif, mudah bekerjasama dengan siapa saja peka terhadap penderitaan dan kesusahan orang-orang lain, memiliki prinsip hidup mengutamakan kebenaran akal-budi/hati nurani, mampu berpikir dan berbuat secara rasional dan obyektif, menjauhkan diri dari hal-hal yang berciri emosional Analisis Pustaka Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dengan cara menafsirkan dan menuturkan data yang bersangkutan dengan situasi yang sedang terjadi, sikap serta pandangan yang terjadi di dalam masyarakat. Dalam penelitian ini membahas bagaimana seorang pendamping dalam program pengembangan masyarakat perlu memiliki tingkat SDM yang mumpuni agar perannya sebagai pendamping dapat berjalan dengan baik. Peran pendamping dalam suatu program pengembangan masyarakat dijelaskan pula antara lain sebagai mitra/teman ‘sejawat’ masyarakat, pengantar perubahan, pemberdaya, pemerhati dan reformis di dalam sistem sosial masyarakat. 10. Judul : PENDAMPINGAN SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF PEMBERDAYAAN MASYARAKAT : STUDI KASUS PENDAMPINGAN MASYARAKAT SUB SUKU NAWARIPI DALAM PROGRAM REKOGNISI 16 Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Judul Buku TANAH ULAYAT YANG RUSAK KARENA LIMBAH PERTAMBANGAN PT. FREEPORT INDONESIA, DI KABUPATEN MIMIKA, PROPINSI IRIAN JAYA : 2001 : Thesis : Elektronik : Gamar Ariyanto : : - Kota dan Penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi): hal Alamat URL/doi : : : : Tanggal diunduh : Jakarta, Universitas Indonesia http://lib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=902 61&lokasi=lokal 7 Desember 2015, pukul 21.45 WIB Penelitian ini membahas tentang gambaran proses pendampingan yang dilakukan untuk memberdayakan masyarakat dimana kegiatan pedampingan dilakukan oleh Yayasan Sejati terhadap masyarakat Sub Suku Nawaripi, dengan melihat gambaran proses dari kegiatan pendamping dalam mempersiapkan masyarakat sebelum menandatangani pelepasan tanah ulayat Sub Suku Nawaripi kepada pemerintah, kegiatan-kegiatan pendamping dalam proses penandatanganan dokumen pelepasan tanah ulayal Sub Suku Nawaripi dan menggambarkan hasil-hasil dari proses pendampingan yang dilakukan pendamping terhadap masyarakat Sub Suku Nawaripi. Pendampingan masyarakat Sub Suku Nawaripi dalam program Rekognisi Tanah Ulayat yang rusak untuk menggambarkan pendampingan sebagai salah satu alternatif pemberdayaan masyarakat, karena pendampingan tersebut dilaksanakan dengan maksud untuk memampukan masyarakat agar dapat memahami realitas pada lingkungannya, melakukan refleksi pada faktor-faktor yang menentukan lingkungannya dan mengartikulasikan aspirasi, meletakkan langkah-langkah untuk merubah efek dengan merubah situasi. Pendampingan ini juga dimaksudkan untuk menunjukkan 3 prinsip pemberdayaan, yang terdiri dari bentuk kegiatan yang difokuskan untuk membantu memahami kondisi inividu terhadap kesejahteraan dirinya, pendamping mendukung individu untuk mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan pemenuhan kebuluhannya, dan yang terakhir dilakukan dengan mengurangi perasaan terisolasi dan membuat hubungan-hubungan dengan individu/kelompok yang lain. Dalam konteks pemberdayaan, proses pendampingan ini juga dimaksudkan menggunakan strategi relief & wellfare yang digabungkan dengan strategi small-scale self reliant local development, sustainable systems development, people's movement dan empowering people. Upaya pendampingan yang dilakukan meliputi penggunaan 2 jalur untuk membantu masyarakat Sub Suku Nawaripi . Pertama dilakukan dengan mengupayakan perubahan kebijakan, kedua dilakukan dengan mendampingi masyarakat. 17 Kegiatan pendampingan yang dilakukan oleh Yayasan Sejati telah menunjukkan dampak perubahan keberdayaan masyarakat. Penelitian ini juga menggambarkan efektifltas kegiatan pendamping untuk mempengaruhi elit pengambil kebijakan, untuk mendukung upaya masyarakat Sub Suku Nawaripi untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Analisis Pustaka Penelitian melihat mengenai proses pendampingan, dimana metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif, dilaksanakan dengan pendekatan kualitatif. Data dikumpulkan dengan studi kepustakaan, pengamatan terlibat dan wawancara mendalam terhadap informan yang dipilih secara purposive. Sasaran yang diteliti adalah masyarakat Sub Suku Nawaripi dengan lokasi penelitian di Desa Nayaro, Desa Koperapoka, dan Desa Nawaripi Baru Kecamatan Mimika Baru, Kabupaten Mimika Propinsi Irian Jaya. Seluruh proses penelitian membutuhkan waktu selama 8 bulan. Tujuan penelitian ini adalah diperolehnya gambaran proses pendampingan yang dilakukan untuk memberdayakan masyarakat, dengan melihat gambaran proses dari kegiatan pendamping dalam mempersiapkan masyarakat sebelum menandatangani pelepasan tanah ulayat Sub Suku Nawaripi kepada pemerintah, kegiatan-kegiatan pendamping dalam proses penandatanganan dokumen pelepasan tanah ulayal Sub Suku Nawaripi dan menggambarkan hasil-hasil dari proses pendampingan yang dilakukan pendamping terhadap masyarakat Sub Suku Nawaripi. 18 RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN Pekerja Pengembangan Masyarakat (Pendamping) Dalam suatu dimensi waktu tertentu, seorang pekerja pengembangan masyarakat dapat berperan sebagai enabler atau organizer atau educator (Nasdian 2014). Pendamping dalam bahasa Inggris colleague, juga bisa ditafsirkan rekan, kolega, sahabat, sehingga maknanya sangat longgar. Realita dalam masyarakat penggunaan istilah pendamping lebih populer dan mudah dimengerti oleh mereka, tetapi makna yang terkandung belum tentu dipahami oleh semua orang. Sebagai suatu kegiatan kolektif, Pengembangan Masyarakat melibatkan beberapa aktor, seperti Pekerja Sosial, masyarakat setempat, lembaga donor serta instansi terkait, yang saling berkerjasama mulai dari perancangan, pelaksanaan, sampai evaluasi terhadap program atau proyek tersebut (Suharto 1997). Dalam konteks ini, peranan seorang pekerja pengembangan masyarakat seringkali diwujudkan dalam kapasitasnya sebagai pendamping, bukan sebagai penyembuh atau pemecah masalah secara langsung. Tugas dari seorang pekerja pengembangan masyarakat sendiri adalah untuk mempengaruhi berbagai aktivitas yang dijalankan oleh pihak lain, dan bukan sekedar melaksanakan suatu kegiatan pengembangan masyarakat secara terpisah. Dalam konteks Pengembangan Masyarakat, pendampingan sosial berpusat pada tiga visi praktek pekerjaan sosial, yang dapat diringkas sebagai 3P, yaitu: pemungkin (enabling) pendukung (supporting), dan pelindung (protecting). Merujuk pada Payne (1986), prinsip utama pendampingan sosial adalah “making the best of the client’s resources”. Dalam pendampingan sosial, klien dan lingkungannya tidak dipandang sebagai sistem yang pasif dan tidak memiliki potensi apa-apa (Payne 1986). Selain hal diatas penting adanya utuk dipahami bahwa seorang pekerja pengembangan masyarakat ikut bertanggung jawab dalam hal mempersiapkan sarana menuju ke arah partisipasi masyarakat atau warga komunitas dalam rangka kegiatan pengembangan masyarakat. Pekerja pengembangan masyarakat ini pula berperanserta dan bekerja sebagai bagian dari suatu tim pengkajian yang terdiri dari berbagai pakar di berbagai bidang disiplin ilmu, bukan bekerja sendiri. Peran Pendamping Menurut Sumodiningrat (1999) seorang pendamping bertugas sebagai pemandu (fasilitas), penghubung (komunikator), penggerak (dinamisator), dalam pembentukan kelompok masyarakat (pokmas) IDT dan pembimbing pengembangan kegiatan usaha kelompok. Metode pendampingan diterapkan sesuai dengan kondisi dan situasi kelompok sasaran yang dihadapi. Fungsi pendamping sangat penting, terutama dalam membina dan mengarahkan kegiatan dalam kelompok sasaran. Pendamping bertugas mengarahkan proses pembentukan dan penyelenggaraan kelompok dan fasilitator (pemandu), komunikator (penghubung), maupun sebagai dinamisator atau penggerak (Zubaedi 2007). Pengembangan masyarakat membutuhkan pendamping yang berfungsi sebagai seorang yang menganalisa permasalahan, pembimbing kelompok, pelatih, inovator, penggerak, dan penghubung. Pendamping pengembangan masyarakat memiliki 10 19 peran penting kepada masyarakat. Menurut Widyakusuma (2013) peran-peran tersebut adalah: 1. Pembela (advocacy); 2. Fasilitator; 3. Pemungkin (enabler); 4. Penjangkauan (outreacher); 5. Pembimbing (supervisor); 6. Penggerak (dinamisator), 7. Pemotivasi (motivator); 8. Katalisator; 9. Mediator; 10. Elaborator.Prinsip bekerjanya adalah kerja kelompok, keberlanjutan, keswadayaan, kesatuan khalayak sasaran, penumbuhan saling percaya, prinsip pembelajaran bersinambung, dan pertimbangan keragaman potensi khalayak sasaran. Pada saat melakukan pendampingan sosial ada beberapa peran pekerjaan sosial (pendamping) dalam pembimbingan sosial. Mengacu pada Ife (1995), peran pendamping umumnya mencakup tiga peran utama, yaitu : fasilitator, pendidik, perwakilan masyarakat, dan peran-peran teknis bagi masyarakat miskin yang didampinginya. a) Fasilitator Merupakan peran yang berkaitan dengan pemberian motivasi, kesempatan, dan dukungan bagi masyarakat. Beberapa tugas yang berkaitan dengan peran ini antara lain menjadi model, melakukan mediasi dan negosiasi, memberi dukungan, membangun konsensus bersama, serta melakukan pengorganisasian dan pemanfaatan sumber. Dalam literatur pekerjaan sosial, peranan fasilitator sering disebut sebagai pemungkin (enabler). Keduanya bahkan sering dipertukarkan satu sama lain. Barker (1987), memberi definisi pemungkin atau fasilitator sebagai tanggungjawab untuk membantu klien menjadi mampu menangani tekanan situasional atau transisional. Strategi-strategi khusus untuk mencapai tujuan tersebut meliputi : pemberian harapan, pengurangan penolakan dan ambivalensi, pengakuan dan pengaturan perasaan-perasaan, pengidentifikasian dan pendorongan kekuatankekuatan personal dan aset-aset sosial, pemilahan masalah menjadi beberapa bagian sehingga lebih mudah dipecahkan, dan pemeliharaan sebuah fokus pada tujuan dan cara-cara pencapaiannya. b) Pendidik Pendamping berperan aktif sebagai agen yang memberi masukan positif dan direktif berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya serta bertukar gagasan dengan pengetahuan dan pengalaman masyarakat yang didampinginya. Membangkitkan kesadaran masyarakat, menyampaikan informasi, melakukan konfrontasi, menyelenggarakan pelatihan bagi masyarakat adalah beberapa tugas yang berkaitan dengan peran pendidik. c) Perwakilan Masyarakat Peran ini dilakukan dalam kaitannya dengan interaksi antar pendamping dengan lembaga-lembaga eksternal atas nama dan demi atas kepentingan masyarakat dampingannya. Pekerja sosial dapat bertugas mencari sumbersumber, melakukan pembelaan, menggunakan media, meningkatkan hubungan masyarakat, dan membangun jaringan kerja. d) Mediator Pekerja sosial sering melakukan peran mediator dalam berbagai kegiatan pertolongannya. Peran ini sangat penting dalam paradigma generalis. Peran mediator diperlukan terutama pada saat terdapat perbedaan mencolok dan mengarah pada konflik 20 antar berbagai pihak. Lee dan Swenson (1986) memberikan contoh bahwa pekerja sosial dapat memerankan sebagai “fungsi kekuatan ketiga” untuk menjembatani antara anggota kelompok dan sistem lingkungan yang menghambatnya. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam melaksanakan peran mediator meliputi kontrak perilaku, negosiasi, pendamai pihak ketiga, serta barbagai macam resolusi konflik. Dalam mediasi, upaya-upaya yang dilakukan pada hakikatnya diarahkan untuk mencapai “solusi menang-menang” (win-win solution). Hal ini berbeda dengan peran sebagai pembela dimana bantuan pekerja sosial diarahkan untuk memenangkan kasus klien memenangkannya sendiri. e) Pembela Dalam prakteknya, seringkali pekerja sosial harus berhadapan dengan sistem politik dalam rangka menjamin kebutuhan dan sumber yang diperlukan oleh klien atau dalam melaksanakan tujuan-tujuan pendampingan sosial. Manakala pelayanan dan sumber-sumber sulit dijangkau oleh klien, pekerja sosial harus memerankan peranan sebagai pembela. Peran pembela atau advokasi merupakan salah satu praktek pekerjaan sosial yang bersentuhan dengan kegiatan politik. Apabila pekerja sosial melakukan pembelaan atas nama seorang klien secara individual, maka ia berperan sebagai pembela kasus, dan pembelaan kausal terjadi manakala klien yang dibela bukanlah individu melainkan sekelompok anggota masyarakat. f) Pelindung Tanggungjawab pekerja sosial terhadap masyarakat didukung oleh hukum. Hukum tersebut memberikan legitimasi kepada pekerja sosial untuk menjadi pelindung terhadap orang-orang yang lemah dan rentan. Dalam melakukan peran sebagai pelindung, pekerja sosial bertindak berdasarkan kepentingan korban, calon korban, dan populasi yang beresiko lainnya. Peranan sebagai pelindung mencakup penerapan berbagai kemampuan yang menyangkut kekuasaan, pengaruh, otoritas, dan pengawasan sosial. Adapun demikian, prinsipprinsip peran pelindung meliputi : a) Menentukan siapa klien pekerja sosial yang paling utama b) Menjamin bahwa tindakan yang dilakukan sesuai dengan proses perlindungan c) Berkomunikasi dengan semua pihak yang terpengaruh oleh tindakan sesuai dengan tanggungjawab etis, legal dan rasional dalam praktek pekerjaan sosial Dalam proses pendampingan sosial, ada dua pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki pekerja sosial : a) Pengetahuan dan keterampilan melakukan asesment kebutuhan masyarakat yang meliputi jenis dan tipe kebutuhan, distribusi kebutuhan, kebutuhan akan pelayanan, pola-pola penggunaan pelayanan, dan hambatan-hambatan dalam menjangkau pelayanan. b) Pengetahuan dan keterampilan menbangun konsorsium dan jaringan antar organisasi. Kegiatan ini bertujuan untuk memperjelas kebijakan-kebijakn setiap lembaga, mendefinisikan peran lembaga-lembaga, mendefinisikan potensi dan hambatan lembaga-lembaga, memilih metode guna menentukan partisipasi setiap lembaga dalam memecahkan setiap masalah sosial masyarakat, mengembangkan prosedur guna menghindari duplikasi pelayanan, dan mengembangkan prosedur guna mengidentifikasi dan memenuhi kekurangan pelayanan sosial (Suharto 2009). 21 Pendamping pengembangan masyarakat memiliki 10 peran penting kepada masyarakat. Menurut Widyakusuma (2013) peran-peran tersebut adalah: 1. Pembela (advocacy); 2. Fasilitator; 3. Pemungkin (enabler); 4. Penjangkauan (outreacher); 5. Pembimbing (supervisor); 6. Penggerak (dinamisator), 7. Pemotivasi (motivator); 8. Katalisator; 9. Mediator; 10. Elaborator. Selain itu, menurut Karsidi (2007) pendamping atau petugas pemberdayaan masyarakat berperan sebagai outsider people, yang dapat dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu peran konsultan, peran pembimbingan dan peran penyampaian informasi. Dalam menjalankan peran tersebut, pendamping perlu meningkatkan modal sosial dan sumberdaya manusia. Terdapat tiga sumberdaya yang harus ditingkatkan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia menurut Susanto (2010) yakni: (a.) Daya fisikal yang meliputi kondisi kesehatan fisik (b.) Daya psikologik yang berkaitan dengan ketahanan mental, dan (c.) Daya sosiologikal yang berhubungan dengan kemampuan seseorang di dalam melakukan berbagai interaksi sosial secara bijak dan elegan, tidak mau menang sendiri. Dalam melaksanakan tugas sebagai pendamping masyarakat terdapat faktor pendukung dan faktor penghambat yang mempengaruhi kinerja pendamping masyarakat. Faktor pendukung pendamping menurut Widyakusuma (2013) adalah dukungan keluarga pendamping, pendamping memiliki pengalaman dalam berorganisasi, masyarakat binaan adalah tetangganya, dan dukungan masyarakat. Sedangkan faktor penghambat pendamping adalah rasa jenuh dan bosan dalam mengatur waktu kunjungan, honor pendamping yang tidak layak, dan tidak semua pendamping mendapatkan pendidikan dan pelatihan pendamping. Pendampingan merupakan kegiatan yang diyakini mampu mendorong terjadinya pemberdayaan fakir miskin secara optimal. Perlunya pendampingan dilatarbelakangi oleh adanya kesenjangan pemahaman diantara pihak yang memberikan bantuan dengan sasaran penerima bantuan. Kesenjangan dapat disebabkan oleh berbagai perbedaan dan keterbatasan kondisi sosial, budaya, dan ekonomi. Oleh karenanya para pendamping di tingkat lokal harus dipersiapkan dengan baik agar memiliki kemampuan untuk memfasilitasi dengan sumber-sumber baik formal dan informal (Sumodiningrat 2009). Peran Pendamping dan Partisipasi Penting untuk melihat sejauh mana implementasi dari program pengembangan masyarakat (Community Development) dalam kaitannya dengan partisipasi seluruh stakeholder yang pada akhirnya membawa dampak bagi berjalannya suatu program pengembangan masyarakat. Menurut Nasdian (2006), pemberdayaan merupakan jalan atau sarana menuju partisipasi. Sebelum mencapai tahap tersebut, dibutuhkan berbagai upaya pemberdayaan masyarakat. Nasdian (2006) mendefinisikan partisipasi sebagai proses aktif, inisiatif diambil oleh warga komunitas sendiri, dibimbing oleh cara berfikir mereka sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif. Titik tolak dari partisipasi adalah memutuskan, bertindak, kemudian mereka merefleksikan tindakan tersebut sebagai subjek yang sadar. Kata “partisipasi” dalam bahasa inggris adalah 22 “participation” yang oleh Poerwardamita (1980:21) diartikan sebagai hal yang mengambil bagian atau keikutsertaan. Dalam Eksiklopedia pendidikan oleh Poerbakawatja dan Harahap (1980:103) dikatakan partisiapasi adalah suatu fenomena demokrasi dimana peran diikutsertakan masyarakat dalam perencanaan serta pelaksanaan dari segala sesuatu yang berpusat pada kepentingannya dan ikut memikul tanggungjawabnya, partisipasi itu terjadi itu baik didalam fisik maupun dalam bidang mental serta dalam bidang penentuan kebijaksanaan. Nasdian (2006) juga memaparkan bahwasanya partisipasi dalam pengembangan komunitas harus menciptakan peranserta yang maksimal dengan tujuan agar semua orang dalam masyarakat tersebut dapat dilibatkan secara aktif pada proses dan kegiatan masyarakat. Cohen dan Uphoff (1979) membagi partisipasi ke beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut: 1. Tahap pengambilan keputusan, yang diwujudkan dengan keikutsertaan masyarakat dalam rapat-rapat. Tahap pengambilan keputusan yang dimaksud disini yaitu pada perencanaan dan pelaksanaan suatu program. 2. Tahap pelaksanaan yang merupakan tahap terpenting dalam pembangunan, sebab inti dari pembangunan adalah pelaksanaanya. Wujud nyata partisipasi pada tahap ini digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan materi, dan bentuk tindakan sebagai anggota proyek. 3. Tahap evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini merupakan umpan balik yang dapat memberi masukan demi perbaikan pelaksanaan proyek selanjutnya 4. Tahap menikmati hasil, yang dapat dijadikan indikator keberhasilan partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan proyek. Selain itu, dengan melihat posisi masyarakat sebagai subjek pembangunan, maka semakin besar manfaat proyek dirasakan, berarti proyek tersebut berhasil mengenai sasaran. Keseluruhan tingkatan partisipasi di atas merupakan kesatuan integratif dari kegiatan pengembangan perdesaan, meskipun sebuah siklus konsisten dari kegiatan partisipatoris mungkin dinilai belum biasa. Partisipasi masyarakat menggambarkan bagaimana terjadinya pembagian ulang kekuasaan yang adil (redistribution of power) antara penyedia kegiatan dan kelompok penerima kegiatan. Partisipasi masyarakat tersebut bertingkat, sesuai dengan gradasi, derajat wewenang dan tanggung jawab yang dapat dilihat dalam proses pengambilan keputusan. Arnstein (1969) menyatakan bahwa partisipasi masyarakat identik dengan kekuasaan masyarakat (citizen partisipation is citizen power). Menurut Arinstein (1969) tingkat partisipasi terbagi menjadi delapan tingkatan yaitu manipulasi, terapi, pemberitahuan, konsultasi, penentraman, kemitraan, pendelegasiaan kekuasaan, kontrol masyarakat. Dalam konteks ini, peran pendamping terhadap tingkat partisipasi dalam program pengembangan masyarakat dapat diidentifikasi dari berbagai peranan dari pendamping sendiri, yang bila mengacu pada Ife (1995), peran pendamping umumnya mencakup tiga peran utama, yaitu : fasilitator, pendidik, 23 perwakilan masyarakat, dan peran-peran teknis bagi masyarakat miskin yang didampinginya. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Pendamping Peran pendamping dipengaruhi oleh faktor pendukung dan penghambat pendamping. Implementasi pemberdayaan yang menjadi proses pelaksanaan program dipengaruhi oleh empat faktor yakni faktor pendukung program, faktor penghambat program, penggunaaan prinsip pemberdayaan, dan langkah-langkah pemberdayaan. Menurut Kusuma (2013) faktor pendukung pendamping adalah dukungan keluarga pendamping, pendamping memiliki pengalaman dalam berorganisasi, pendamping memiliki pengalaman mengurus penerima program, penerima program adalah tetangga pendamping, dan dukungan keluarga penerima program. Sedangkan faktor penghambat pendamping adalah honor pendamping yang tidak layak dan tidak semua pendamping mendapatkan pendidikan dan pelatihan pendamping. Peran pendamping yang berjalan efektif akan membuat program semakin efektif. Bentuk Pendampingan dalam Program Pemberdayaan Masyarakat Keikutsertaan masyarakat adalah sangat penting di dalam keseluruhan proses pembangunan. Partisipasi masyarakat dalam program pemberdayaan selayaknya mencakup keseluruhan proses mulai dari awal sampai tahap akhir. Menurut Ericson (dalam Slamet, 1994:89) bentuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan terbagi atas 3 tahap, yaitu: 1. Partisipasi di dalam tahap perencanaan (idea planing stage). Partisipasi pada tahap ini maksudnya adalah pelibatan seseorang pada tahap penyusunan rencana dan strategi dalam penyusunan kepanitian dan anggaran pada suatu kegiatan/proyek. Masyarakat berpartisipasi dengan memberikan usulan, saran dan kritik melaluipertemuanpertemuan yang diadakan. 2. Partisipasi di dalam tahap pelaksanaan (implementation stage). Partisipasi pada tahap ini maksudnya adalah pelibatan seseorang pada tahap pelaksanaan pekerjaan suatu proyek. Masyarakat disini dapat memberikan tenaga, uang ataupun material/barang serta ide-ide sebagai salah satu wujud partisipasinya pada pekerjaan tersebut. 3. Partisipasi di dalam pemanfaatan (utilitazion stage). Partisipasi pada tahap ini maksudnya adalah pelibatan seseorang pada tahap pemanfaatan suatu proyeksetelah proyek tersebut selesai dikerjakan. Partisipasi masyarakat pada tahap ini berupa tenaga dan uang untuk mengoperasikan dan memelihara proyek yang telah dibangun. Sedangkan menurut Sumodiningrat (1999), dalam pelaksanaan kegiatan pendampingan sapat dilakukan melalui berbagai bentuk yaitu : 1. Pendampingan lokal yang terdiri dari tokoh masyarakat, kader, aparat desa setempat, kader pembangunan desa (KPD) yang dilatih melalui pelatihan Pembangunan Desa 24 Terpadu (PDT) dari departemen Dalam Negeri, pelatihan Perencanaan Partisipatif Pembangunan Masyarakat Desa (P3MD), dan pelatihan dari pihak yang peduli terhadap masalah kemiskinan di desa, baik perguruan tinggi, organisasi kemasyarakatan, dan lembaga swadaya masyarakat. 2. Pendampingan Teknis dari tenaga penyuluh departemen teknis, antara lain Departemen Pertanian (PPL/PPS), Departemen Sosial (PSK), Kantor Menteri Negara Pemuda dan Olah Raga, Departemen Tenaga Kerja (TKMP), Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 3. Pendampingan khusus yang disediakan bagi masyarakat miskin di desa tertinggal. Pendampingan khusus ini berasal dari para sarjana yang ditugaskan khusus untuk mendampingi dalam program pemberdayaan masyarakat secara purna waktu. Penyediaan pendampingan ini terus disempurnakan dengan cara meningkatkan koordinasi antara instansi teknis terkait dan pemerintah daerah setempat. Hasil Penelitian Terdahulu Ragam Peran Pendamping Hasil penelitian terdahulu berikut ini merupakan rangkuman yang dibuat berdasarkan tujuan penelitian dan dari 10 rujukan yang terlampir pada tabel 1. Terdapat berbagai macam peran pendamping yang ditemukan pada penelitian terdahulu. Seperti yang terlihat dalam tabel 1 di dawah ini bahwa peran pendamping yang ditemukan oleh Indraningsih et.all (2010) antara lain sebagai motivator, dinamisator, fasilitator dan konsultan bagi petani. Selain itu peran lain adalah penyuluh pertanian harus dapat mendiagnosis permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh klien (petani), membangun dan memelihara hubungan dengan sistem klien (petani), memantapkan adopsi, serta mencegah penghentian adopsi. Penemuan lain yang ditemukan oleh Hasbullah et.all (2014) menyatakan bahwa peran pendamping terdiri dari pendampingan mengarahkan, pendampingan partisipatif, pendampingan konsultatif, dan pendampingan delegatif. Selain itu peran pendamping lain juga dikemukakan oleh Padmowihardji (2006) yang menjelaskan bahwa peran pendamping adalah sebagai mitra yang akrab bagi petani, memfasilitasi dan menggugah proses berfikir petani, selalu bersama petani, menghargai petani dengan meng”orang”kan-nya, tidak menonjolkan diri, menjalin kerjasama dengan petani, mengembangkan dialog horizontal dengan petani (komunikasi dialogis) bukan komunikasi yang searah sebagai bawahanatasan atau guru-murid (komunikasi monologis) dan tidak menggurui petani. Penelitian lain oleh Ramadoan et.all (2013) mengungkapkan bahwa peran pendamping adalah sebagai analisator, stimulator, serta fasilitator. Penemuan lain yang dikemukakan oleh Baehaqi (2008) menyatakan bahwa peran pendamping terdiri dari fasilitator, inspirator, motivator, pendidik, perwakilan masyarakat, dan peran teknis lainnya. Kemudian terdapat pula hasil penelitian lain yaitu dari Kusuma (2013) bahwa peran pendamping selain menjadi fasilitator adalah sebagai pemungkin (enabler), penggera (dinamisator), pemotivasi (motivator) dan juga mediator. Peranan lain juga ditemukan pada penelitian Iskandar (2013) yaitu sebagai kordinator dan sosialisasi, melakukan diskusi, menyusun rencana kerja pelaksanaan program, Pplatihan teknis, administrasi dan keuangan serta pelatihan keberlanjutan. Kemudian terdapat hasil penelitian lain dari Widyorini et.all (2015) bahwa peran 25 pendamping adalah bertugas melakukan sosialisasi, penyuluhan, pengujian produk, serta pelatihan dan praktek. Temuan lain dikemukakan oleh Susanto (2010) yang menyatakan bahwa peran pendamping antara lain sebagai mitra/teman, pengantar perubahan, pemberdaya, pemerhati dan reformis. Hal lain dikemukakan oleh Ariyanto (2001) bahwa peran pendamping dalam penelitian yang ia lakukan adalah untuk menjadi fasilitator dalam berbagai kegiatan pendampingan seperti dalam proses penandatanganan dokumen, serta bertugas untuk menggambarkan hasil-hasil dari proses pendampingan. Penghambat dan Pendukung Pendamping Dalam kegiatan pendampingan seringkali peran seorang pendamping dipengaruhi oleh faktor pendukung dan penghambat pendamping. Implementasi pemberdayaan yang menjadi proses pelaksanaan program dipengaruhi oleh empat faktor yakni faktor pendukung program, faktor penghambat program, penggunaaan prinsip pemberdayaan, dan langkah-langkah pemberdayaan. Menurut penelitian yang dikemukaan oleh Kusuma (2013) faktor pendukung pendamping adalah dukungan keluarga pendamping, pendamping memiliki pengalaman dalam berorganisasi, pendamping memiliki pengalaman mengurus penerima program, penerima program adalah tetangga pendamping, dan dukungan keluarga penerima program. Sedangkan faktor penghambat pendamping adalah honor pendamping yang tidak layak dan tidak semua pendamping mendapatkan pendidikan dan pelatihan pendamping. Peran pendamping yang berjalan efektif akan membuat program semakin efektif. Hasil penelitian lain yang dikemukakan oleh Susanto (2010) yang menyatakan bahwa terdapat berbagai kendala dan tantangan dalam suatu proses pendampingan program pemberdayaan masyarakat baik yang berciri internal maupun eksternal. Dimana kinerja dan kompetensinya yang tinggi, khususnya kompetensi teknis, kompetensi berinteraksi sosial dan kompetensi kewirausahaan (entrepreneurship), serta memiliki daya fisikal handal perlu lebih ditajamkan dan ditingkatkan sedemikian rupa, sehingga memiliki penampilan sederhana, low profile, berjiwa kritis, arif, terbuka, tinggi, ramah, sangat mudah menghargai dan menghormati orang-orang lain, memiliki daya penguasaan dan pengendalian diri yang kuat, tidak sombong apalagi merendahkan orang lain, kooperatif, mudah bekerjasama dengan siapa saja peka terhadap penderitaan dan kesusahan orang-orang lain, memiliki prinsip hidup mengutamakan kebenaran akalbudi/hati nurani, mampu berpikir dan berbuat secara rasional dan obyektif, menjauhkan diri dari hal-hal yang berciri emosional yang kemudian hal-hal tersebut diatas dapat mendukung peran pendamping dalam melaksanakan tugasnya. Selain hal tersebut diatas, terdapat pula hasil penelitian lain yang dikemukakan oleh Indraningsinh et.all (2010) yang menyatakan bahwa terdapat faktor penghambat peranan pendamping yang berpengaruh terhadap pelaksanaan proses pendampingan dalam suatu program pemberdayaan masyarakat. Faktor tersebut adalah bagaimana peran pendamping mampu dikembangkan lebih lanjut ke arah sebagai pengidentifikasi permasalahan dan kebutuhan petani, motivator serta fasilitator. Hal ini sebagai upaya dalam mencapai tujuan proses pendampingan . 26 Hubungan Peran Pendamping dan Partisipasi Terdapat hubungan antara peran pendamping dan tingkat partisipasi dalam berbagai program pemberdayaan masyarakat yang kemudian berdampak bagi berjalannya suatu program pemberdayaan masyarakat. Seperti yang dikemukakan dalam penelitian Ramadon et.all (2013) bahwa peran pendamping yang dilakukan oleh Penyuluh Kehutanan Swadaya Masyarakat (PKSM) sebagai stimulator, telah mampu menggerakkan petani untuk melaksanakan penanaman di lapangan tanpa membedakan status kepemilikan lahan yang dimiliki oleh petani. Hal tersebut menunjukkan bahwa penyuluh telah berhasil dalam menumbuhkan partisipasi dari peserta program pemberdayaan masyarakat dalam hal ini adalah petani. Hasil penelitian lain dari hubungan antara peran pendamping dan tingkat partsipasi juga dikemukakan oleh Baehaqi (2008) yang menyatakan bahwa pendamping sebgai pendidik telah mampu membangkitkan kesadaran masyarakat, dalam hal ini pula pendamping menyampaikan informasi, menyelenggarakan pelatihan bagi masyarakat serta bertukar gagasan dan pengetahuan dan pengalaman masyarakat yang didampinginya. Hal tersebut menunjukkan bahwa, peran pendamping sebagai pendidik telah mampu menumbuhkan partisipasi peserta dalam program pemberdayaan masyarakat untuk bersikap sadar dan bersedia aktif bertukar gagasan serta pengetahuan dan pengalaman peserta dalam pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat tersebut. Hasil penelitian lain dikemukakan oleh Indraningsing et.all (2010) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara peran pendamping terhadap tingkat partisipasi peserta dalam program pemberdayaan masyarakat. Dimana peran pendamping tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat partisipasi peserta, hal ini dikarenakan peran penyuluh pertanian selama ini dinilai hanya sekedar mentransfer teknologi dan informasi. Untuk itu peran tersebut perlu dikembangkan lebih lanjut ke arah sebagai pengidentifikasi permasalahan dan kebutuhan petani, motivator serta fasilitator. Selain itu hasil penelitian yang dikemukakan oleh Soedijanto (2006) yang menyatakan bahwa dalam suatu program pemberdayaan masyarakat diperlukan peranan penyuluh yang partisipatif untuk dapat mencapai keberhasilan suatu program. Kemudian hal tersebut berpengaruh positif terhadap tingkat partisipasi peserta, dimana partisipasi dari peserta (petani) sangat tinggi dan dilibatkan secara langsung dalam berbagai kegiatan program pemberdayaan masyarakat yang dimaksud. Terdapat hasil penelitian lain yang dikemukakan oleh Kusuma (2013) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan positif dari peran pendamping terhadap tingkat partisipasi peserta program Home Care dimana peserta dalam program di bawah binaan Home Care yang bekerjasama dengan pendamping dari Dias Sosial, berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan pendampingan seperti dalam kegiatan senam, rekreasi, pengajian dan ceramah. Hasil penelitian lain oleh Widyorini et.all (2015) menyatakan bahwa peran dari pendamping yang dilakukan oleh tim hibah pengabdian masyarakat pleh Fakultas Perikanan Universitas Diponegoro berpengaruh positif terhadap tingkat 27 partisipasi peserta. Dimana peserta dalam program pendampingan Kelompok Tani Karya Mina Mandiri aktif dalam mengikuti berbagai kegiatan seperti sosialisasi, penyuluhan , pelatihan dan praktek. Hasil penelitian lain yang dikemukakan oleh Ariyanto (2001) menyatakan bahwa hubungan dari peran pendamping yang dilakukan oleh Yayasan Sejati berdampak postif terhadap tingkat partisipasi masyarakat yang ditunjukkan oleh adanya perubahan keberdayaan masyarakat dampingan ke arah yang lebih baik / kemajuan. Kemudian dari berbagai hasil penelitian diatas, dapat dianalisa bahwa terdapat hubungan peran pendamping dan tingkat partisipasi peserta dalam program pemberdayaan masyarakat. Dimana peran-peran pendamping, bentuk pendampingan serta partisipasi yang dimaksudnya bervariasi dan dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini. 28 Tabel 1. Perbandingan Peran Pendamping, Bentuk Pendampingan dan Bentuk Partisipasi Peserta No Nama Penulis / Judul Peran Pendamping 1. K.S. Indraningsih, B. G. Motivator, Dinamisator, Sugihen, P. fasilitator dan konsultan Tjitropranoto, P. S. bagi petani (Tjitropranoto, Asngari dan H. 2003; Subejo,2009) Wijayanto / Kinerja Penyuluh pertanian harus Penyuluh Dari dapat mendiagnosis Perspektif Petani Dan permasalahan-permasalahan Eksistensi Penyuluh yang dihadapi oleh klien Swadaya Sebagai (petani), membangun dan Pendamping Penyuluh memelihara hubungan Pertanian dengan sistem klien (petani), memantapkan adopsi, serta mencegah penghentian adopsi. 2. Rokhani Hasbullah, Memen Surahman, Ahmad Yani, Deva Primadia Almada, Elisa Nur Faizaty / Model Pendampingan UMKM Pangan Melalui Inkubator Bisnis Perguruan Pendampingan mengarahkan, Pendampingan partisipatif, Pendampingan konsultatif, dan Pendampingan delegatif Bentuk Pendampingan Bentuk Partisipasi Peserta Metodologi Pendampingan Teknis, hal ini dikarenakan kegiatan pendampingan yang dilaksanakan melibatkan peran dari tenaga penyuluh departemen teknis, seperti Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur, Kantor Penyuluhan Pertanian. Swadaya, dalam artian beberapa peserta (petani) berpartisipasi aktif sebagai penyuluh pertanian swadaya sebagai bentuk perubahan dalam kehidupan masyarakat petani dan memenuhi misi penyuluhan, yakni mengembangkan kemandirian petani, bukan ketergantungan petani terhadap pihak lain (termasuk bantuan pemerintah). Metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dengan cara menafsirkan dan menuturkan data yang bersangkutan dengan situasi yang sedang terjadi, sikap serta pandangan yang terjadi di dalam masyarakat dalam hal ini petani. Pendampingan Khusus, hal ini dikarenakan kegiatan pendampingan yang dilakukan pada UMKM berasal dari perguruan tinggi yang ditugaskan khusus untuk mendampingi UMKM . Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantifikasi . Proses penelitian terbagi menjadi dua tahapan (fase). Pertama adalah fase konstruksi model, yang dimulai dengan pelaksanaan desk study (kajian literatur), dan FGD. Kedua, Fase 29 kuantifikasi model. Pada tahapan ini, peneliti menyusun kuisioner berdasarkan struktur hirarki model yang telah dikembangkan, kemudian kuisioner tersebut divalidasi kembali agar tidak terjadi kesalahan/inkonsistensi dalam pengisian. Tinggi 3. Soedijanto Padmowihardjo / Penyuluhan Pendampingan Partisipatif Menjadi mitra yang akrab bagi petani Memfasilitasi dan menggugah proses berfikir petani Selalu bersama petani Menghargai petani dengan meng”orang”kan-nya Tidak menonjolkan diri Menjalin kerjasama dengan petani Mengembangkan dialog horizontal dengan petani (komunikasi dialogis) bukan komunikasi yang searah sebagai bawahanatasan atau guru-murid (komunikasi monologis) dan Tidak menggurui petani Pendampingan Teknis, Partisipatif, maksudnya Metode penelitian yang digunakan hal ini dikarenakan adalah dalam penelitian dalam penelitian ini adalah dengan kegiatan pendampingan ini partisipasi dari pendekatan kualitatif ,dalam artian dilakukan dengan peserta (petani) sangat peneliti hanya memaparkan situasi melibatkan tenaga tinggi dan dilibatkan atau peristiwa penelitian, tidak penyuluh departemen secara langsung dalam atau menjelaskan teknis, yaitu oleh berbagai kegiatan mencari Pemerintah Daerah program pemberdayaan hubungan, tidak menguji hipotesis Kabupaten/Kota. masyarakat yang atau membuat prediksi. dimaksud. 30 4. Sri Ramadoan , Pudji Muljono & Ismail Pulungan / Peran PKSM Dalam Meningkatkan Fungsi Kelompok Tani Dan Partisipasi Masyarakat Di Kabupaten Bima, Ntb 5. Bandar Nurul Baehaqi / Pendampingan Industri Solondok Oleh Disperindagkoptam Kulon Progo Di Desa Banjarharjo, Kecamatan Kalibawang, Analisator, yaitu menganalisis kebutuhan dan permasalahan yang terjadi pada kegiatan konservasi lahan mulai dari perencanaan sampai evaluasi kegiatan Stimulator, yaitu menggerakkan petani untuk melaksanakan penanaman di lapangan tanpa membedakan status kepemilikan lahan yang dimiliki oleh petani. Fasilitator, yaitu menghubungi instansi atau petugas terkait, dan tetap menjadi pendorong bagi masyarakat untuk tidak putus asa dalam menghadapi kendala dan kesulitan di lapangan Fasilitator, merujuk pada kemampuan teknis / ketrampilan seorang pendamping dimana pendamping memperlancar proses interaksi di dalam kelompok maupun dipihak Pendampingan Teknis, hal ini dikarenakan kegiatan pendampingan dilakukan oleh tenaga penyuluh departemen teknis, yaitu Penyuluh Kehutanan PNS Kabupaten Bima, Penyuluh Kehutanan Swadaya Masyarakat (PKSM) Kabupaten Bima. Swadaya, dalam konteks ini kelompok tani (partisipan) di Kabupaten Bima rata-rata terbentuk secara swadaya murni berdasarkan keinginan masyarakat dan analisis kebutuhan dari PKSM Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Teknik pengumpulan data menggunakan gabungan antara wawancara, observasi langsung di lapangan, dan kuesioner. Analisis yang digunakan adalah statistik deskriptif dan inferensial. Pendampingan Teknis, Partisipatif, dalam Metode pengumpulan data yang hal ini dikarenakan artian peserta dilakukan ialah metode wawancara, kegiatan pendampingan (kelompok tani) turut dokumentasi dan metode observasi. dilakukan oleh tenaga serta dalam seluruh Sedangkan metode analisis data penyuluh departemen rangkaian kegiatan yang diterapkan dalam penelitian teknis, yaitu pendmpingan dalam ini adalah metode deskriptif-analitis Disperindagkoptam program pemberdayaan Kulon Progo. masyarakat yang 31 Kabupaten Progo Kulon lain untuk mencapai kemajuan kelompok. Inspirator, pendamping dapat membantu anggotaanggota kelompok dalam mencari alternatif kegiatan atau pemecahan masalah baru yang berguna bagi pengembangan kelompok Motivator, merujuk pada aspek sikap. Pendamping menumbuhkan motivasi tertentu anggotanya untuk mendukung pelaksanaan kegiatan-kegiatan mereka Pendidik, membangkitkan kesadaran masyarakat, dalam hal ini pula pendamping menyampaikan informasi, menyelenggarakan pelatihan bagi masyarakat serta bertukar gagasan dan pengetahuan dan pengalaman masyarakat yang didampinginya. Perwakilan Masyarakat, merujuk pada kegiatan interaksi antara pendamping dengan meliputi berbagai tahapan diantaranya tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pemanfaatan serta tahap evaluasi. 32 6. Nurnita Widya Kusuma / PERAN PENDAMPING DALAM PROGRAM PENDAMPINGAN DAN PERAWATAN SOSIAL LANJUT USIA DI LINGKUNGAN KELUARGA (HOME CARE): STUDI TENTANG PENDAMPING DI YAYASAN PITRAH SEJAHTERA, KELURAHAN CILINCING, KECAMATAN CILINCING JAKARTA UTARA 7. Abubakar Iskandar/ OPTIMALISASI UNIVERSAL CERVICE OBLIGATION DAN PERAN PENDAMPINGAN lembaga lembaga eksternal atas nama dan kepentingan masyarakat yang didampinginya. Peran Teknis Lainnya, merujuk pada aplikasi ketrampilan yang bersifat praktis Fasilitator; Pendampingan Teknis, hal ini dikarenakan Pemungkin (enabler); pendampingan yang Penggerak dilakukan dalam (dinamisator), penelitian ini dilaksanakan Pemotivasi oleh pendamping dari (motivator); Kementerian Sosial RI dan Dinas Sosial. Mediator; Kordinator dan sosialisasi Melakukan diskusi Menyusun rencana kerja pelaksanaan Partisipastif, dalam penelitian ini disebutkan bahwa peserta dalam program di bawah binaan Home Care yang bekerjasama dengan pendamping dari Dias Sosial, berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan pendampingan seperti dalam kegiatan senam, rekreasi, pengajian dan ceramah. Pendampingan Lokal, hal ini dikarenakan kegiatan pendampingan dilakukan oleh pendamping tenaga ahli penyuluh dari aparat Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian mendeskripsikan pendamping telah menjalankan perannya dengan cukup baik, meskipun tidak semua peran dapat mereka lakukan Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan “Snowball System”, yaitu pendekatan terhadap orang-orang yang dipandang mengetahui 33 8. DALAM MEMPERLUAS JARINGAN INTERNET TELEPHONE DAN COMPUTER DI TINGKAT KECAMATAN MELALUI PENDEKATAN SNOWBALL SYSTEM DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI REGIONAL SUMATERA Niniek Widyorini, Churun A’in, Siti Rudiyanti, Suryanti dan Pujiono Wahyu Purnomo / PROGRAM PENDAMPINGAN KELOMPOK TANI “KARYA MINA MANDIRI” MANGUNHARJO DALAM RANGKA PENINGKATAN PENJUALAN DAN PROMOSI PRODUK program Pelatihan teknis Administrasi dan keuangan Pelatihan keberlanjutan Sosialisasi Penyuluhan Pengujian Gizi Produk Pelatihan dan praktek setempat yaitu 3 dari kecamatan, 4 dari tingkat kabupaten dan dulatih oleh instruktur Kementerian Informasi dan Komunikasi RI di Ibukota Provinsi yang bersangkutan. Pendampingan khusus, hal ini dikarebakan dijelaskan dalam penelitian bahwa kegiatan pendampingan dilakukan oleh tim hibah pengambdian masyarakat yang dilakukan oleh Fakultas Perikanan Univeritas Diponegoro. masalah ITC dengan cara mendatangi key person, kemudian key person akan memberitahukan person lain yang mengetahui ITC di tingkat Kecamatan Partisipatif, hal ini karena peserta dalam program pendampingan Kelompok Tani Karya Mina Mandiri, peserta aktif dalam mengikuti berbagai kegiatan seperti sosialisasi, penyuluhan , pelatihan dan praktek. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif (metode wawancara dan metode kepustakan) dan kuantitatif (metode pengumpulan angket/ kuesioner). 34 9. HASIL OLAHAN MANGROVE D. Susanto / Strategi Peningkatan Kapasitas Modal Sosial dan Kualitas Sumberdaya Manusia Pendamping Pengembangan Masyarakat 10. Gamar Ariyanto Mitra / teman Pengantar perubahan Pemberdaya Pemerhati Reformis - / Kegiatan-kegiatan Pendampingan Khusus, pendamping dalam proses hal ini dikarenakan penandatanganan dokumen kegiatan pendampingan pelepasan tanah ulayal Sub dilakukan oleh Yayasan Suku Nawaripi dan Sejati . menggambarkan hasil-hasil dari proses pendampingan yang dilakukan pendamping terhadap masyarakat Sub Suku Nawaripi. PENDAMPINGAN SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF PEMBERDAYAAN MASYARAKAT : STUDI KASUS PENDAMPINGAN MASYARAKAT SUB SUKU NAWARIPI DALAM PROGRAM REKOGNISI TANAH ULAYAT YANG RUSAK KARENA LIMBAH PERTAMBANGAN PT. FREEPORT INDONESIA, DI KABUPATEN MIMIKA, PROPINSI IRIAN JAYA - Metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dengan cara menafsirkan dan menuturkan data yang bersangkutan dengan situasi yang sedang terjadi, sikap serta pandangan yang terjadi di dalam masyarakat. Partisipatif, hal ini dikarenakan dalam proses pendampingan kegiatan yang dilakukan oleh Yayasan Sejati telah menunjukkan dampak perubahan keberdayaan masyarakat . Metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif, dilaksanakan dengan pendekatan kualitatif. Data dikumpulkan dengan studi kepustakaan, pengamatan terlibat dan wawancara mendalam terhadap informan yang dipilih secara purposive. 35 SIMPULAN Hail Rangkuman dan Pembahasan Peran pendamping dalam suatu program pemberdayaan masyarakat antara lain: melaksanakan pengamatan, mencatat, dan melaporkan perkembangan penanganan mengenai pelaksana suatu program pemberdayaan masyarakat di tingkat kabupaten / kota dan provinsi. Pendamping dalam program pemberdayaan masyarakat adalah orang yang terkategorikan sebagai pengantar perubahan (agent of change), baik yang berada di dalam sistem sosial masyarakat (insider change agents) maupun yang berada di luar sistem sosial masyarakat bersangkuta (outsider change agents). Selain hal tersebut peran pendamping yang dapat teridentifikasi adalah sebagai : fasilitator, pendidik, perwakilan masyarakat, dan peran-peran teknis bagi masyarakat miskin yang didampinginya. Terdapat pula faktor pendukung dan penghambat pendamping dalam melaksanakan perannya yang kemudian berpengaruh pada kinerja seorang pendamping. faktor pendukung pendamping adalah dukungan keluarga pendamping, pendamping memiliki pengalaman dalam berorganisasi, pendamping memiliki pengalaman mengurus penerima program, penerima program adalah tetangga pendamping, dan dukungan keluarga penerima program. Sedangkan faktor penghambat pendamping adalah honor pendamping yang tidak layak dan tidak semua pendamping mendapatkan pendidikan dan pelatihan pendamping. Peran pendamping yang berjalan efektif akan membuat program semakin efektif Hubungan peran pendamping dengan partisipasi peserta dalam program pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu program pemberdayaan masyarakat. Peranan pendamping diatas memiliki keterkaitan dengan keberhasilan program dalam pemberdayaan masyarakat dimana salah satunya adalah berkaitan dengan tingkat partisipasi masyarakat sebagai peserta. Partisipasi masyarakat menggambarkan bagaimana terjadinya pembagian ulang kekuasaan yang adil (redistribution of power) antara penyedia kegiatan dan kelompok penerima kegiatan. Partisipasi masyarakat tersebut bertingkat, sesuai dengan gradasi, derajat wewenang dan tanggung jawab yang dapat dilihat dalam proses pengambilan keputusan. Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Skripsi Berbagai hasil penelitian yang mengkaji tentang implementasi program-program pemberdayaan komunitas dilaporkan adanya hasil dengan tingkat keberhasilan yang berbeda-beda dan bahkan juga ketidak-berhasilan. Salah satu permasalahan yang sering terjadi dalam suatu program pemberdayaan komunitas yang kemudian berdampak pada tingkat partisipasi peserta suatu program pemberdayaan komunitas ialah mengenai peranan pendamping atau pekerja pemberdayaan komunitas dalam proses pemberdayaan komunitas. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan masalah kajian sebagai berikut : 1. Apa peran pendamping dalam pelaksanaan program pemberdayaan komunitas ? 36 2. Apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat pendamping yang berpengaruh terhadap peranannya sebagai pendamping ? 3. Bagaimana hubungan peran pendamping dengan partisipasi peserta dalam program pemberdayaan komunitas ? 37 Usulan Kerangka Analisis Baru Peran pendamping adalah sebagai pelaksana langsung dari pelayanan sosial dalam suatu program pemberdayaan masyarakat dan membantu para pelaksana di tingkat provinsi/ kabupaten / kota dalam berbagai kegiatan, antara lain: melaksanakan pengamatan, mencatat, dan melaporkan perkembangan penanganan mengenai pelaksana suatu program pemberdayaan masyarakat di tingkat kabupaten / kota dan provinsi. Pendamping dalam program pemberdayaan masyarakat yang handal dan berkualitas adalah orang yang memiliki kemampuan-kemampuan tinggi di dalam memposisikan masyarakat selaku subyek yang unik, memiliki kebutuhan-kebutuhan yang mudah terungkap maupun tidak mudah terungkap. Peran pendamping terhadap tingkat partisipasi dalam program pengembangan masyarakat dapat diidentifikasi dari berbagai peranan dari pendamping itu sendiri, yang bila mengacu pada Ife (1995), peran pendamping umumnya mencakup tiga peran utama, yaitu : fasilitator, pendidik, perwakilan masyarakat, dan peran-peran teknis bagi masyarakat miskin yang didampinginya. Faktor Pendukung Pendamping - Memiliki pengalaman dalam berorganisasi dan mengurus penerimaan program - Penerima program adalah tetangganya - Dukungan keluarga penerima program Faktor Penghambat Pendamping - Honor pendamping yang tidak layak - Tidak semua pendamping mendapatkan pendidikan dan pelatihan pendamping Tingkat Partisipasi (Arnstein 1986) Peran Pendamping (Ife 1995) - Fasilitator Pendidik Perwakilan Masyarakat Peran-peran teknis - Manipulasi Terapi Pemberitahuan Konsultasi Penentraman Kemitraan Pendelegasiaan kekuasaan - Kontrol Masyarakat Keterangan : mempengaruhi Gambar 1. Usulan Kerangka Analisis Baru 38 DAFTAR PUSTAKA Ariyanto G. 2001. Pendampingan Sebagai Salah Satu Alternatif Pemberdayaan Masyarakat : Studi Kasus Pendampingan Masyarakat Sub Suku Nawaripi Dalam Program Rekognisi Tanah Ulayat Yang Rusak Karena Limbah Pertambangan Pt. Freeport Indonesia, Di Kabupaten Mimika, Propinsi Irian Jaya. [Thesis]. [Internet]. Jakarta [ID]: UI. [Diunduh pada 07 Desember 2015]. Tersedia pada : http://lib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=90261&lokasi=lokal Baehaqi SN. 2008. Pendampingan Industri Solondok Oleh Disperindagkoptam Kulon Progo Di Desa Banjarharjo, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo. [Skripsi]. [Internet]. Yogyakarta [ID]: UIN Kalijaga. [Diunduh pada 01 Oktober 2015]. Tersedia pada http://digilib.uinsuka.ac.id/1756/1/BAB%20I,%20BAB%20IV,%20DAFTAR%20PUS TAKA.pdf Cohen NJ, Uphoff NT. 1980. Participation’s Place in Rural Development: Seeking Clarity Throgh Specificity. Hasbullah R et.all. 2014. Model Pendampingan UMKM Pangan Melalui Inkubator Bisnis Perguruan Tinggi. [Jurnal]. [Internet]. Bogor [ID]: IPB. [Diunduh pada 01 Oktober 2015]. Tersedia di : http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/71731 Ife J. 1995. Community Development: Creating Community Alternatives, Vision, Analysis and Practice. Australia Indraningsih KS et.all. 2010. Kinerja Penyuluh Dari Perspektif Petani Dan Eksistensi Penyuluh Swadaya Sebagai Pendamping Penyuluh Pertanian. [Jurnal]. [Internet]. Bogor [ID]: IPB. [Diunduh pada 01 Oktober 2015]. Tersedia pada : http://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/ART8-4b.pdf Iskandar A. 2013. Optimalisasi Universal Cervice Obligation Dan Peran Pendampingan Dalam Memperluas Jaringan Internet Telephone Dan Computer Di Tingkat Kecamatan Melalui Pendekatan Snowball System Dalam Pemberdayaan Masyarakat Di Regional Sumatera. [Jurnal]. [Internet]. Bogor [ID]: IPB. [Diunduh pada 03 Desember 2015]. Tersedia pada: http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalkmp/article/view/9067/7130 Kusuma NW. 2013. Peran Pendamping Dalam Program Pendampingan Dan Perawatan Sosial Lanjut Usia Di Lingkungan Keluarga (Home Care): Studi Tentang Pendamping Di Yayasan Pitrah Sejahtera, Kelurahan Cilincing, Kecamatan Cilincing Jakarta Utara. [Jurnal].. [Internet]. [Diunduh pada 01 Oktober 2015]. Tersedia pada: http://puslit.kemsos.go.id /upload/post/files/3f6eec039702e6b91ec1fa1058bbcbca.pdf Ledwith M. 2011. Community Development. Chicago. The Policy Press Nasdian FT. 2014. Pengembangan Masyarakat. Jakarta [ID]: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. 39 Padmowihardjo S. 2006. Penyuluhan Pendampingan Partisipatif. [Jurnal]. [Internet]. Bogor [ID]: IPB. [Diunduh pada 01 Oktober 2015]. Tersedia pada : http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/42847 Ramadon S et.all. 2013. Peran PKSM dalam Meningkatkan Fungsi Kelompok Tani dan Partisipasi Masyarakat di Kabupaten Bima, NTB. [Jurnal]. [Internet]. Bogor [ID]: IPB. [Dinduh pada 01 Oktober 2015]. Tersedia pada : http://fordamof.org/files/Jurnal_Sosek_vol_10_no_3_20135.Sri_Ramadoan,_dkk.pdf Slamet Y. 1994. Pembangunan Masyarakat Berwawasan Partisipasi. Surakarta [ID]: UNS. Sebelas Maret University Press. Sumodiningrat G. 2009. Mewujudkan Kesejahteraan Bangsa: Menanggulangi Kemiskinan dengan Prinsip Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta [ID]: Elex Media Komputindo Sumodiningrat G. 1999. Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta [ID]: PT Gramedia Pustaka Utama. Susanto D. 2010. Strategi Peningkatan Kapasitas Modal Sosial dan Kualitas Sumberdaya Manusia Pendamping Pengembangan Masyarakat. [Jurnal]. [Internet]. Bogor [ID]: IPB. [Diunduh pada 07 Oktober 2015]. Tersedia pada: http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalkmp/article/viewFile/5696/4324 Widyorini N et.all. 2015. Program Pendampingan Kelompok Tani “Karya Mina Mandiri” Mangunharjo Dalam Rangka Peningkatan Penjualan Dan Promosi Produk Hasil Olahan Mangrove. [Jurnal]. [Internet]. Semarang [ID]: UNDIP. [Diunduh pada 03 Desember 2015]. Tersedia pada : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalkmp/article/view/9067/7130 40 RIWAYAT HIDUP Fenny Febri Krisdayanti dilahirkan di Klaten pada tanggal 04 Februari 1994. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Darmanto dan Ibu Sih Krisniwati. Penulis memulai pendidikan formal di TK PGRI 1998-2000, SDN 2 BENDO pada tahun 2000-2006, SMPN 1 PEDAN pada tahun 2006-2009, SMAN 1 CAWAS pada tahun 2009-2012. Pada tahun 2012 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui Seleksi Masuk Ujian Talenta Mandiri (UTM) di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia. Selama menjalani perkuliahan di IPB, penulis aktif dalam berbagai kegiatan organisasi dan kepanitian di dalam kampus. Penulis menjadi anggota OMDA KMK Keluarga Mahasiswa Klaten IPB sejak tahun 2012-sekarang, anggota dari Leadership and Entrepreneur School (LES) IPB VII pada 2012-2013. Sahabat IPB Mengajar pada tahun 2013. Anggota Majalah Komunitas Fakultas Ekologi Manusia divisi advertising pada 2015. Serta pada berbagai kegiatan kepanitiaan diantaranya KPM Gabung Antar Angkatan tahun 2013 pada divisi DDD, Gebyar Nusantara (Genus) tahun 2015 pada divisi Acara, Management of Leadership and Entrepreneur School (LES) IPB VIII divisi Public Relation pada 2013. Canvasing IPB 2013 dan 2014 sebagai Kadiv Acara, Connection tahun 2014 sebagai Public Relation serta The 2nd Connection 2015 pada divisi Konsumsi. 41