PENGARUH PERBEDAAN UMUR PANEN TERHADAP

advertisement
Jurnal Biologi Tropis, Juli-Desember 2015: Volume 15 (2):145-155
ISSN: 1411-9587
PENGARUH PERBEDAAN UMUR PANEN TERHADAP KANDUNGAN LEMAK
Nitzschia sp.
Oleh:
Baiq Tri Khairina Ilhami , Lalu Japa , Sri Puji Astuti(3), dan Rina Kurnianingsih(4)
(1)
(2)
(1, (3) dan (4)Program Studi Biologi FMIPA Unram, dan (2) Program Studi Pendidikan Biologi
FKIP Unram
ABSTRAK
Mikroalga merupakan protista berklorofil yang memanfaatkan energi matahari dan
CO2 dalam proses fotosintesis sehingga dalam biomassanya terkandung bahan-bahan seperti:
lemak, protein, dan karbohidrat. Salah satu jenis mikroalga yang memiliki kandungan lemak
adalah Nitzschia sp. Kelebihan mikroalga sebagai bahan baku biodiesel jika dibandingkan
dengan jarak, biji bunga matahari, jagung, dan tumbuhan lainnya yaitu pertumbuhan
mikroalga yang sangat cepat, tidak bersaing dengan produksi pangan, tidak membutuhkan
lahan yang luas, dan ramah lingkungan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui kandungan lemak tertinggi pada Nitzschia sp. berdasarkan umur kultivasi.
Dilakukan penelitian eksperimental kuantitatif menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan 5 kali panen dan 3 kali ulangan, percobaan dilakukan di Laboratorium Pakan
Alami Balai Budidaya Laut (BBL) Lombok, Sekotong pada bulan Agustus sampai September
2014. Kadar lemak ditentukan dengan Metode Soxhlet. Hasil penelitian menunjukkan umur
pemanenan hari ke-13 memiliki kandungan lemak tertinggi dengan persentase sebesar 1,84%
sedangkan kandungan lemak terendah pada umur panen hari ke-11 dengan persentase sebesar
0,89%. Tinggi rendahnya kandungan lemak Nitzschia sp. dipengaruhi oleh nutrien, kepadatan
sel dan faktor lingkungan media kultur.
ABSTRACT
Photosynthetic Protist, microalgae can trap sun light energy and CO2 for
photosynthesis process, and they produce lipid, protein, and carbohydrate. One species of
microalga that can produce lipid in high portion of their total dry wight is Nitzschia sp. The
lipid can highly use as raw material for biodiesel production. The benefits of microalga as
source of biodiesel are they grow faster, they do not compete with other food soruces
production, they do not need wide area, and they are invironmental friendly. A quantitative
experiment research of rendom complete design was done in the Laboratorium Pakan Alami
Balai Budidaya Laut (BBL) Lombok, Sekotong during the months of August to September
2014. The research was conducted in five time harfesting of each in three repetation The lipid
content was ditermined using Soxhlet method. The results showing that the highest lipid
content (1.84%) of Nitzschia sp. occurred at the day of thirteen of culturing, and the lowest
lipid content (0.89%) of Nitzschia sp. was in the day of eleven of culture.
145
Jurnal Biologi Tropis, Juli-Desember 2015: Volume 15 (2):145-155
bahan baku biodiesel memiliki beberapa
A. PENDAHULUAN
Wilayah
ISSN: 1411-9587
perairan
Negera
kelebihan jika dibandingkan dengan jarak,
Republik Indonesia mencapai luas 3,1 juta
biji bunga matahari, jagung, dan tumbuhan
kilometer persegi dengan panjang garis
lainnya yaitu pertumbuhan mikroalga yang
pantainya 80.791 kilometer (Wiryawan et
sangat
al., 2005) dan dengan sinar matahari yang
produksi pangan, tidak membutuhkan
cukup
lahan yang luas, dan ramah lingkungan
sepanjang
laut
tahun
menjadikan
Indonesia kaya akan keanekaragaman
hayati termasuk
merupakan
bersaing
dengan
Salah
satu
faktor
yang
yang
mempengaruhi total kandungan lemak
memiliki ukuran renik, tetapi mempunyai
pada mikroalga yaitu umur pemanenan.
kemampuan
memanfaatkan
Umur pemanenan tersebut erat kaitannya
matahari
CO2
dan
berklorofil
tidak
(Panggabean et al., 2010).
mikroalga. Mikroalga
protista
cepat,
untuk
energi
keperluan
dengan
pertumbuhan
mikroalga
yang
fotosintesis dan menghasilkan berbagai
sangat singkat dan fase pertumbuhannya.
bahan
Pentingnya
organik
seperti:
protein,
karbohidrat, lemak dan asam nukleat.
Salah
pada
saat
mengkultur fitoplankton melatarbelakangi
penelitian ini agar dapat diketahui umur
jumlahnya melimpah di perairan karena
panen yang tepat dengan kandungan lemak
kemampuannya bertahan walaupun dalam
yang tinggi sehingga Nitzschia sp. dapat
kondisi ekstrim dan memiliki kandungan
digunakan sebagai bahan baku alternatif
lemak yaitu Nitzschia sp., salah satu
pembuatan biodisel.
dari
kelas
mikroalga
panen
yang
anggota
satu
umur
Bacillariophyceae
Berdasarkan latar belakang di atas
(Abida, 2010). Menurut Widianingsih et
maka
al.
permasalahan
(2011) kandungan lemak total pada
dapat
dirumuskan
“Berapa
suatu
persen
(%)
mikroalga jenis Nitzschia sp. sebesar 71,51
kandungan lemak Nitzschia sp. pada umur
%, dari total berat kering. Selain dijadikan
panen yang berbeda ?”
sebagai pakan alami, Nitzschia sp. juga
Adapun tujuan dari penelitian ini
memiliki potensi besar untuk dijadikan
adalah
bahan
perbedaan
baku
biodiesel
yang
sangat
menjanjikan. Biodiesel merupakan bahan
umur
panen
pengaruh
terhadap
Adapun manfaat yang didapatkan
memiliki sifat seperti minyak diesel
mikroalga
mengetahui
kandungan lemak dari Nitzschia sp..
bakar yang berasal dari tumbuhan dan
Pemanfaatan
untuk
pada penelitian ini adalah dapat dijadikan
sebagai
sebagai informasi awal dan tambahan
146
Jurnal Biologi Tropis, Juli-Desember 2015: Volume 15 (2):145-155
informasi
dalam
bagi
upaya
Nitzschia
penelitian
selanjutnya
pemanfaatan
mikroalga
sp.
sebagai
bahan
ISSN: 1411-9587
setelah itu dilakukan pemisahan biomassa
dan
baku
cairan
jernihnya.
Selanjutnya
biomassa yang didapat disentrifuge selama
pembuatan minyak biodiesel.
15 menit dengan kecepatan 1000 rpm.
Pelet yang diperoleh kemudian dipisahkan
dari cairan di atasnya untuk selanjutnya
B. METODE PENELITIAN
Penelitian
kuantitatif
diuji kandungan lemaknya.
eksperimental Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan 5 kali pemanenan dan 3 kali
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
ulangan ini dilaksanakan pada bulan
Agustus
sampai
Laboratorium
September
Pakan
2014
Alami
di
1. Pertumbuhan Nitzschia sp.
Balai
Pada saat budidaya fitoplankton, hal
Budidaya Perikanan Laut (BBL) Lombok,
utama yang harus diperhatikan yaitu media
Sekotong Lombok Barat. Pengujian kadar
kultur. Media kultur digunakan sebagai
lemak pada Nitzschia sp. dilakukan di
tempat untuk tumbuh dan memperbanyak
Laboratorium
Universitas
diri. Bentuk media kultur yang digunakan
Mataram. Penelitian ini menggunakan
pada saat budidaya fitoplankton berbentuk
eksperimen untuk melihat pengaruh umur
cair yang mengandung beberapa senyawa
panen terhadap kandungan lemak pada
kimia sebagai sumber nutrien. Namun
Nitzschia
dianalisis
tidak semua nutrien yang tersedia secara
menggunakan SPSS 16 dengan analisis
langsung dapat diserap dan digunakan oleh
Varians ANOVA
sel. Adapun syarat–syarat yang diperlukan
Analitik
sp..
Data
satu arah (Sudjana,
1996).
yaitu bentuk dan sifat bahan, konsentrasi
Pemanenan biomassa Nitzschia
bahan, enzim serta lingkungan yang
sp. dilakukan dengan modifikasi metode
flokulan
yaitu
metode
menyertainya (Kimbal, 1991).
pengendapan
Nutrien tersebut terdiri dari dua
dengan menggunakan bahan kimia NaOH
unsur yaitu unsur makro (macro elements)
dengan
ml
maupun unsur mikro (micro elements).
mikroalga : 0,5 gr NaOH) (Amini, 2005).
Unsur makro terdiri atas fosfor, sulfur,
Pemanenan dilakukan selama
5 kali
nitrogen, kalsium, kalium, dan magnesium
dengan selang waktu 1 hari (1, 2, 3, 4, 5).
sedangkan unsur mikro terdiri dari seng,
Pemanenan Nitzschia sp. dimulai pada hari
mangan, boron, besi, tembaga, cobalt, dan
ke-5
kemudian
molibdenum. Menurut Fogg (1987) dan
pengendapan dilakukan selama 24 jam,
Komarawidjaya (2010) terdapat dua unsur
perbandingan
dari
awal
1:1
kultivasi
(500
147
Jurnal Biologi Tropis, Juli-Desember 2015: Volume 15 (2):145-155
ISSN: 1411-9587
pokok yang harus tersedia dalam media
silikat. Komposisi media kultur pupuk Na
kultur yaitu unsur N dalam bentuk nitrat
medium dapat dilihat pada Tabel 1.
dan
Komposisi
unsur
P
dalam
bentuk
fosfor.
dari
Na
medium
yang
Keduanya merupakan faktor pembatas
digunakan pada saat mengkultur Nitzschia
bagi
sp. terdiri dari komponen utama yaitu
kehidupan
fitoplankton.
Ketika
melakukan kultur, air laut steril di
unsur N dan P.
tambahkan dengan pupuk Na medium dan
Tabel 1. Komposisi Media Kultur Pupuk Na Medium
No.
Komposisi
Porsi
1.
NaNO3
2.
Na2EDTA
18,1 gr
3.
NaH2PO4H2O
14,0 gr
4.
Na2SiO3.9H2O
5,0 gr
5.
NaHCO3
12,6 gr
6.
Clewat 32
100,0 gr
7.
Aquades
8.
Vitamin mix
Nitzschia
sp.
100,0 gr
1000,0 ml
termasuk
10,0 ml
dalam
sehingga
dapat
tumbuh
dan
golongan diatom sehingga pada saat kultur
memperbanyak diri sesuai dengan fase-
ditambahkan silikat yang berguna untuk
fase pertumbuhannya. Pada saat kultivasi,
pembentukan dinding sel dan cangkang.
Nitzschia
Pada diatom dinding sel merupakan salah
pertumbuhannya sampai mencapai fase
satu
kondisi
eksponensial. Artinya, terjadi pertambahan
lingkungan yang berbeda-beda. Namun
populasi dari hari ke hari kultur. Namun
silikat yang dibutuhkan hanya dalam
fase stasioner dan kematian tidak terlihat,
jumlah sedikit karena digunakan sebagai
karena
pembentukan rangka luar dan klorofil a
sampai umur 13 hari pada hari terakhir
(Chiu-Liao et al., 1983).
kultur. Kultur (umur 13 hari) masih terlihat
pelindung
Nutrien
penunjang
terhadap
merupakan salah satu
kehidupan
Nitzschia
sp.
pemeliharaan
fase eksponensial.
sp.
2. Hubungan Umur Panen Terhadap Kepadatan Sel
148
menunjukkan
kultur
terbatas
Jurnal Biologi Tropis, Juli-Desember 2015: Volume 15 (2):145-155
ISSN: 1411-9587
Umur panen memiliki hubungan yang erat dengan kepadatan sel Nitzschia sp..
Hubungan tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.
.
35
)
6 30
0
(1
L 25
m
l/ 20
se
n
at 15
a
d
a 10
p
e
K 5
30.63
24.22
20.58
18.9
15.5
0
5
7
9
11
13
Hari ke-
Gambar 1. Grafik Hubungan Umur Panen Terhadap Kepadatan Sel Nitzschia sp. (Sel/mL)
Dari Gambar 1 di atas dapat dilihat,
Nitzschia sp. tergolong dalam kelompok
bahwa
memiliki
diatom yang bersifat bentik dan tidak
pertumbuhan yang cukup baik ditandai
memiliki alat gerak sehingga nutrien yang
dengan meningkatnya populasi dari hari
tersedia
ke-5 sampai ke-13. Peningkatan populasi
pertumbuhan.
dikarenakan masih tingginya kandungan
Selain
Nitzschia
sp.
digunakan
dalam
dilihat
Nitzschia
sp. untuk melakukan proses pertumbuhan
ditandai oleh perubahan warna media
dan reproduksi. Menurut Rizky et al.
kultur.
(2013)
fitoplankton
fitoplankton merupakan warna pigmen
mempengaruhi proses pemasukan nutrien.
utama yang terdapat dalam sitoplasma sel
Jika dilihat dari morfologinya,
Nitzchia
yaitu klorofil (Prihantini et al., 2007).
sp. memiliki ukuran tubuh yang kecil
Perubahan warna media kultur semakin
sehingga proses pemasukan nutrien ke
pekat (gelap) sesuai dengan pertambahan
dalam jaringan sel lebih cepat terjadi dan
umur kultivasi.
didukung oleh luas permukaan sel yang
3. Hubungan Umur Panen Terhadap
semakin
Kandungan Lemak
besar.
tubuh
Faktor
lain
yang
menyebabkan masih tingginya kandungan
Warna
Mikroalga
nutrien sampai pada hari ke- 13 yaitu
bertambahnya
morfologi
nutrien yang dimanfaatkan oleh Nitzschia
ukuran
sp.,
dari
proses
media
pada
populasi
kultur
pada
umumnya
memiliki beberapa kandungan nutrisi di
149
Jurnal Biologi Tropis, Juli-Desember 2015: Volume 15 (2):145-155
ISSN: 1411-9587
dalam tubuhnya, salah satunya yaitu
mengalami
lemak. Menurut Chiu-Liao et al. (1983)
(Gambar 2). Penurunan kandungan lemak
lemak merupakan unsur pakan yang akan
dikarenakan Nitzchia sp. memanfaatkan
disimpan sebagai cadangan energi dan
lemak
pendukung
pertumbuhan.
memperbanyak
kandungan
lemak
Komposisi
sebagai
yang
drastis
sumber
energi
untuk
diri.
Selain
itu,
oleh
peningkatan kandungan lemak dipengaruhi
yaitu
oleh faktor suhu lingkungan media kultur.
intensitas cahaya, fase pertumbuhan, suhu,
Pratiwi et al. (2009) melaporkan bahwa
ketersediaan nutrien, dan kepadatan sel.
rendahnya
Jika
hubungan
meningkatkan asam lemak tidak jenuh. Hal
umur
tersebut sesuai dengan pernyataan, bahwa
pemanenan dapat dilihat bahwa pada umur
pada hari ke-13 media kultur Nitzschia sp.
kultur hari ke-5 sampai dengan hari ke-11
memiliki suhu yang paling rendah yaitu
mengalami penurunan dan selanjutnya
16,16 ºC (Tabel 2).
beberapa
faktor
dilihat
kandungan
dari
lemak
dipengaruhi
peningkatan
diantaranya
grafik
dengan
suhu
lingkungan
dapat
mulai hari ke-11 sampai hari ke-13
Gambar 2. Grafik Hubungan Kadar Lemak dengan Umur Panen Nitzschia sp.
Terhadap
5-6 hari dari awal kultivasi. Pada umur
Kepadatan Sel dan Kandungan Lemak
tersebut fitoplankton sudah dapat beradaptasi
Umur panen fitoplankton pada saat
dengan baik terhadap lingkungannya sehingga
kultur memiliki pengaruh yang besar terhadap
kepadatan sel semakin berlipat. Meningkatnya
kepadatan sel fitoplankton itu sendiri. Menurut
kepadatan sel tersebut dijadikan sebagai acuan
BBL (2002) menyatakan bahwa umur panen
dimulainya
yang tepat untuk fitoplankton yaitu pada umur
fitoplankton memiliki umur yang singkat
4.
Hubungan
Umur
Panen
150
umur
panen,
mengingat
Jurnal Biologi Tropis, Juli-Desember 2015: Volume 15 (2):145-155
ISSN: 1411-9587
dalam pertumbuhannya yaitu maksimal 2
bulan namun fitoplankton berada pada fase
minggu dan dapat pula bertahan sampai 1
kematian.
30.63
35
30
Nilai
25
20
20.58
18.9
15.5
24.22
15
Kepadatan sel
10
5
1.57
1.23
1.13
0.89
1.84
5
7
9
11
13
lemak
0
Hari ke-
Gambar 3. Grafik Hubungan Umur Panen Terhadap Kepadatan Sel (Sel/mL) dan Kadar Lemak (%)
Pada
awal
kultivasi
jumlah
menurunnya
kandungan
lemak
kepadatan sel Nitzschia sp. yaitu 94 x 105
dikarenakan Nitzschia sp. memanfaatkan
sel/mL.
ketersediaan nutrien dan energi yang ada
Setelah
5
hari
usia
kultur
kepadatan selnya mencapai 15,5 x 10
6
untuk pertumbuhan dan reproduksi.
sel/mL dengan kandungan lemak sebesar
5. Faktor Lingkungan yang
1,57 %. Sebagai organisme akuatik,
Mempengaruhi Kepadatan Sel dan
Nitzschia
Kandungan Lemak Nitzschia sp.
sp.
berkembang
terus
yang
tumbuh
ditandai
dan
dengan
Pertumbuhan Nitzschia sp. selain
bertambahnya kepadatan populasinya dari
dipengaruhi oleh kandungan nutrisi dan
hari ke hari (Gambar 3). Pertumbuhan
kepadatan sel juga dipengaruhi oleh faktor
Nitzschia sp. dipengaruhi oleh kandungan
lingkungan pada saat kultivasi sedang
nutrisi
dan faktor
berlaangsung. Faktor lingkungan yang
Tingginya
mendukung pertumbuhan Nitzschia sp.
kandungan nutrien menjadikan Nitzschia
yaitu pH, suhu ruangan, suhu media kultur,
sp. terpenuhi akan unsur hara yang
dan salinitas . Berikut ini merupakan data
dibutuhkannya.
dilihat
beberapa faktor lingkungan yang diamati
hari
pada saat kultur sebagaimana disajikan
didalam tubuhnya
lingkungan
kandungan
media
kultur.
Namun
lemaknya,
jika
semakin
semakin menurun dan meningkat pada
akhir kultivasi (umur 13 hari).
pada Tabel 2.
Diduga
151
Jurnal Biologi Tropis, Juli-Desember 2015: Volume 15 (2):145-155
ISSN: 1411-9587
Tabel 2. Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Media Kultur
No
Hari ke-
Faktor lingkungan
.
pH
Suhu (ºC)
Salinitas (ppt)
1.
5
8,30
18,83
28,67
2.
7
8,00
17,16
31,33
3.
9
8,00
18,67
30,00
4.
11
8,30
17,50
30,00
5.
13
8,30
16,16
29,30
rendah
a. pH
pH merupakan gambaran aktivitas
dan
mengakibatkan
nilai
pH
menurun. Menurut Sze (1993) kenaikan
ion hidrogen yang dijadikan salah satu
nilai
faktor lingkungan yang mempengaruhi
fotosintesis dimana CO2 bebas yang
pertumbuhan fitoplankton karena pH dapat
merupakan
mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi
digunakan sebagai bahan baku utama pada
beberapa nutrien di dalam media kultur.
proses fotosintesis. Selain CO2 dapat juga
Dari hasil penelitian
menggunakan CO32- (ion karbonat) dan
pengukuran pH
didapatkan bahwa kisaran pH
HCO3-
pada
pH
disebabkan
jenis
(ion
adanya
karbon
proses
anorganik
bikarbonat).
Penurunan
masing-masing media kultur yaitu 8-8,3.
konsentrasi CO3 terlarut disebabkan oleh
Menurut Balai Budidaya Laut (BBL)
penyerapan
(2002) bahwa fitoplankton mampu tumbuh
sehingga terjadinya peningkatan nilai pH
optimum pada kisaran pH 8-8,5. Hal
pada media kultur.
tersebut menunjukkan bahwa pH media
CO3
bebas
dan
Secara ekologis, pH
HCO3-
memiliki
kultur masih aman untuk pertumbuhan
hubungan yang sangat erat dengan lemak
Nitzschia sp.
dan umur panen. Seperti yang telah
Pada umur hari panen ke-5 sampai
diuraikan di atas, apabila umur panen pada
dengan ke-9 menunjukkan bahwa terdapat
Nitzschia sp. selalu bertambah tanpa
penurunan pH dari 8,3 menjadi 8 dan
adanya penambahan nutrien baik unsur
meningkat lagi pada hari panen ke-11 dan
makro
13 menjadi 8,3 (Tabel 5). Menurunnya
mengakibatkan nilai pH menurun dan
nilai
degradasi
terdapat degradasi klorofil-a sehingga
klorofil-a sehingga fiksasi CO2 menjadi
fiksasi CO2 menurun. Penurunan CO2
pH
disebabkan
oleh
152
maupun
mikro
dapat
Jurnal Biologi Tropis, Juli-Desember 2015: Volume 15 (2):145-155
ISSN: 1411-9587
yang menjadi sumber karbon utama pada
biologi
saat fotosintesis tidak cukup tersedia, hal
Menurut Sachlan (1982) kenaikan suhu
tersebut menyebabkan proses metabolisme
akan
lambat dan kelimpahan sel akan menurun.
fotosintesis
Dengan demikian kandungan lemak yang
molekul. Kenaikan suhu juga mampu
terdapat pada Nitzschia sp. akan menurun,
meningkatkan viskositas, evaporasi, reaksi
begitupula sebaliknya.
kimia,
volatilasi,
b. Suhu
kelarutan
gas
Suhu
pada
suatu
perairan
pada kehidupan fitoplankton.
meningkatkan
dan
pertumbuhan
laju
difusi,
merangsang
dan
dalam
sel
laju
aktifitas
menurunkan
air
sehingga
meningkat
(Haslam,
dipengaruhi oleh sirkulasi udara, musim,
1995). Namun suhu yang melebihi batas
kedalaman badan air, dan ketinggian dari
aman
permukaan laut. Dari hasil penelitian
protein dan asam nukleat, kehilangan
menunjukkan bahwa kisaran suhu media
enzim, dan metabolisme sel menurun.
kultur yaitu 16-19 ºC (Tabel 5). Menurut
Sedangkan
Balai Budidaya Laut (BBL) (2002) suhu
menyebabkan laju pertumbuhan menurun
optimum untuk pertumbuhan fitoplankton
dan mengakibatkan kematian.
yaitu 25-32 ºC. Namun menurut (Cotteau,
c. Salinitas
1998 ; Taw, 1990) dalam Fadilla (2010)
dapat
menyebabkan
penurunan
Salinitas
merupakan
suhu
dapat
konsentrasi
hampir semua mikroalga toleran pada suhu
garam
antara 16-36 ºC. Artinya Nitzschia sp.
dijadikan
sebagai
masih mampu mentolerir suhu dibawah 25
pembatas
bagi
ºC. Rendahnya suhu pada saat kultur
perkembangan fitoplankton. Dari hasil
dipengaruhi oleh suhu ruangan (16 ºC) dan
penelitian (Tabel 5) dapat dilihat bahwa
kedalaman
kecil.
salinitas berkisar antara 28,5-31,5 ‰.
Luasnya permukaan kultur mengakibatkan
Menurut BBL (2002) menyatakan salinitas
suhu ruangan mengalir kedalam wadah
optimum untuk pertumbuhan fitoplankton
sedangkan media kultur memiliki kapasitas
yaitu 25-35 ‰. Dapat disimpulkan bahwa
yang kecil sehingga mempengaruhi suhu
kisaran salinitas pada saat penelitian masih
kultur. Pada hari ke-5 dan ke-7 mengalami
dapat ditolerir dan aman bagi pertumbuhan
penurunan temperatur sedangkan pada hari
fitoplankton. Dari hasil pengamatan dapat
ke-9 mengalami kenaikan namun pada hari
dilihat bahwa terdapat salinitas yang
ke-11 dan 15 mengalami penurunan.
berubah-ubah. Tinggi rendahnya salinitas
Suhu
media
yang
kultur
yang
berubah-ubah
terlarut
denaturasi
pada satuan air dan
salah
satu
pertumbuhan
faktor
dan
akan
dapat menyebabkan tekanan osmosis di
mempengaruhi proses fisika, kimia, dan
dalam sel lebih rendah jika dibandingkan
153
Jurnal Biologi Tropis, Juli-Desember 2015: Volume 15 (2):145-155
dengan
diluar
sel
sehingga
ke-13 yaitu 30,63x106 sel/mL sedangkan
aktivitas
pembelahan sel terganggu.
kepadatan terendah pada hari ke-5 yaitu
15,5x106
Dari hasil uji normalitas dapat dilihat
semua
data
lemak
Kandungan
lemak
Nitzschia sp. tertinggi terdapat pada hari
dengan
ke-13 yaitu 1,84 % dan kandungan lemak
Kolmogorov-Smirnov Test diperoleh nilai
terendah pada hari ke-11 yaitu 0,89 %.
signifikansi atau probabilitas sebesar 0,200
Pengaruh umur panen terhadap kepadatan
> 0,05. Artinya distribusi lemak terhadap
sel
umur panen berdistribusi normal (Ho
pengaruh yang berbanding terbalik sampai
diterima). Begitu juga dengan grafik
hari ke-11.
normal
uji
Q-Q
(100
sel/mL.
%).
Berdasarkan
valid
ISSN: 1411-9587
normalitas
Plot
dimana
normal Q-Q
dimana titik-titik tersebut
membentuk
pola
Sedangkan,
box
atau
0,028. Artinya
memiliki
Abida, I. W., 2010. Struktur Komunitas
dan Kelimpahan Fitoplankton di
Perairan Muara Sungai Porong
Sidoarjo. Jurnal Kelautan, Vol 3(1):
36 – 38.
Amini, S. 2005. Konsentrasi Unsur Hara
pada Media dan Pertumbuhan
Chlorella vulgaris dengan Pupuk
Organik Teknis dan Analisis. Jurnal
Perikanan (J. Fish Sci), VIII (2):
201-206.
Balai Budidaya Laut. 2002. Budidaya
Fitoplankton dan Zooplankton. Balai
Budidaya
Lampung.
Dirjen
Budidaya. Kementrian Kelautan dan
Perikanan.
Chiu-Liao, I. Huei-Meei S & Jaw-Hwa
Lin. 1983. Larval Food for Penaeid
Prawns. In. J. P. McVey & J.
Roobert Moore. CRC and Handbook
of Mariculture. Vol. I Crustacea
Aquaculture: 43-70.
Fadilla, Z. 2010. Pengaruh Konsentrasi
Limbah Cair Tahu Terhadap
Pertumbuhan
Mikroalga
Scenedesmus sp., Skripsi, S1
Program Studi Biologi Fakultas
Sains Dan Teknologi: Universitas
Islam Syarif Hidayatullah.
Fogg, G.E., dan B. Thake. 1987. Algal
Cultures and Phytoplankton Ecology
plot
berdasarkan
uji
homogenitas memperlihatkan, bahwa nilai
signifikansi
lemak
DAFTAR PUSTAKA
menunjukkan bahwa data berdistribusi
normal.
kandungan
titik-titik
menyebar disekitar garis, grafik detrended
dan
dan
probabilitas
sebesar
bahwa data kandungan
lemak tidak homogen terhadap umur
panen karena nilai signifikansi lebih kecil
dari 0,05. Dari uji homogenitas tersebut
dapat diketahui bahwa uji statistik lanjut
(ANOVA) tidak dapat dilakukan, karena
salah satu persyaratan tidak terpenuhi,
maka uji statistik hanya sampai uji
homogenitas saja.
D. KESIMPULAN
Pada penelitian ini dapat dilihat
umur panen memiliki pengaruh yang besar
terhadap kepadatan sel dan kandungan
lemak Nitzschia sp.. Kepadatan
sel
Nitzschia sp. tertinggi terdapat pada hari
154
Jurnal Biologi Tropis, Juli-Desember 2015: Volume 15 (2):145-155
3rd. London: The University of
Wisconsin Press.
Haslam, S. M. 1995. Biological Indicators
of Freshwater Pollution and
Enviromental Management. London:
Elsevier Applied Science Publisher.
Kimball, JW. 1991. Biology Jilid 1 Edisi 5.
Jakarta: Erlangga.
Komarawidjaya, W. 2010. Optimalisasi
Pemanfaatan
Limbah
Organik
Sebagai Substitusi Media Kultur
Mikroalga Dalam Upaya Mereduksi
CO₂. Laporan Penelitian. BPPT dan
BTL, Serpong.
Panggabean, L. M. G., R. Sutomo,
Noerdjito,
dan
Afdal.
2010.
Mikroalga Laut Sebagai Produsen
Biodiesel. Laporan Penelitian. Pusat
Penelitian Oseanografi – LIPI,
Jakarta.
Pratiwi, A. R., D. Syah, L. Hardjito, L. M.
G. Panggabean, dan M. T.
Suhartono. 2009. Fatty Acid
Synthesis by Indonesian Marine
Diatome, Chaetoceros gracilis.
Journal of Bioscience, Vol 16 (4):
151-156.
Prihantini, N. B., W. Rachmayanti, dan W.
Wardhana. 2007. Pengaruh Variasi
Fotoperioditas
Terhadap
Pertumbuhan
Chlorella
dalam
Medium Basal Bold. Jurnal Biota,
Vol 12 (1): 32-39.
Rizky, Y. A., R. Indah, dan D. Seniwati.
2012. Penentuan Laju Pertumbuhan
Sel
Fitoplankton
Chaetoceros
calcitrans,
Chlorella
vulgaris,
Dunaliella salina, dan Porphyridium
cruentum.
Artikel.
Universitas
Hasanuddin Makassar.
Sachlan,
M.
1982.
Planktonologi.
Semarang: Fakultas Perikanan Undip.
Sudjana.
1996.
Metoda
Statistika.
Bandung: Tarsito.
Sze, P. 1993. Algae. Dubuque : Brown
Publisher.
Widianingsih, R. Hartati, H. Endrawati,
dan M. Hilal. 2011. Kajian Kadar
Total Lipid dan Kepadatan Nitzschia
sp. yang Dikultur dengan Salinitas
ISSN: 1411-9587
yang Berbeda. Artikel. Semarang:
Universitas Diponogoro.
Wiryawan, B., M. Hkazali, dan M. Knight.
2005. Menuju Kawasan Konservasi
Laut Berau Kalimantan Timur:
Status sumberdaya pesisir dan proses
pengembangan KKL.
155
Download