Jurnal Biologi Tropis, Juli-Desember 2015: Volume 15 (2):145-155 ISSN: 1411-9587 PENGARUH PERBEDAAN UMUR PANEN TERHADAP KANDUNGAN LEMAK Nitzschia sp. Oleh: Baiq Tri Khairina Ilhami , Lalu Japa , Sri Puji Astuti(3), dan Rina Kurnianingsih(4) (1) (2) (1, (3) dan (4)Program Studi Biologi FMIPA Unram, dan (2) Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Unram ABSTRAK Mikroalga merupakan protista berklorofil yang memanfaatkan energi matahari dan CO2 dalam proses fotosintesis sehingga dalam biomassanya terkandung bahan-bahan seperti: lemak, protein, dan karbohidrat. Salah satu jenis mikroalga yang memiliki kandungan lemak adalah Nitzschia sp. Kelebihan mikroalga sebagai bahan baku biodiesel jika dibandingkan dengan jarak, biji bunga matahari, jagung, dan tumbuhan lainnya yaitu pertumbuhan mikroalga yang sangat cepat, tidak bersaing dengan produksi pangan, tidak membutuhkan lahan yang luas, dan ramah lingkungan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui kandungan lemak tertinggi pada Nitzschia sp. berdasarkan umur kultivasi. Dilakukan penelitian eksperimental kuantitatif menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 kali panen dan 3 kali ulangan, percobaan dilakukan di Laboratorium Pakan Alami Balai Budidaya Laut (BBL) Lombok, Sekotong pada bulan Agustus sampai September 2014. Kadar lemak ditentukan dengan Metode Soxhlet. Hasil penelitian menunjukkan umur pemanenan hari ke-13 memiliki kandungan lemak tertinggi dengan persentase sebesar 1,84% sedangkan kandungan lemak terendah pada umur panen hari ke-11 dengan persentase sebesar 0,89%. Tinggi rendahnya kandungan lemak Nitzschia sp. dipengaruhi oleh nutrien, kepadatan sel dan faktor lingkungan media kultur. ABSTRACT Photosynthetic Protist, microalgae can trap sun light energy and CO2 for photosynthesis process, and they produce lipid, protein, and carbohydrate. One species of microalga that can produce lipid in high portion of their total dry wight is Nitzschia sp. The lipid can highly use as raw material for biodiesel production. The benefits of microalga as source of biodiesel are they grow faster, they do not compete with other food soruces production, they do not need wide area, and they are invironmental friendly. A quantitative experiment research of rendom complete design was done in the Laboratorium Pakan Alami Balai Budidaya Laut (BBL) Lombok, Sekotong during the months of August to September 2014. The research was conducted in five time harfesting of each in three repetation The lipid content was ditermined using Soxhlet method. The results showing that the highest lipid content (1.84%) of Nitzschia sp. occurred at the day of thirteen of culturing, and the lowest lipid content (0.89%) of Nitzschia sp. was in the day of eleven of culture. 145 Jurnal Biologi Tropis, Juli-Desember 2015: Volume 15 (2):145-155 bahan baku biodiesel memiliki beberapa A. PENDAHULUAN Wilayah ISSN: 1411-9587 perairan Negera kelebihan jika dibandingkan dengan jarak, Republik Indonesia mencapai luas 3,1 juta biji bunga matahari, jagung, dan tumbuhan kilometer persegi dengan panjang garis lainnya yaitu pertumbuhan mikroalga yang pantainya 80.791 kilometer (Wiryawan et sangat al., 2005) dan dengan sinar matahari yang produksi pangan, tidak membutuhkan cukup lahan yang luas, dan ramah lingkungan sepanjang laut tahun menjadikan Indonesia kaya akan keanekaragaman hayati termasuk merupakan bersaing dengan Salah satu faktor yang yang mempengaruhi total kandungan lemak memiliki ukuran renik, tetapi mempunyai pada mikroalga yaitu umur pemanenan. kemampuan memanfaatkan Umur pemanenan tersebut erat kaitannya matahari CO2 dan berklorofil tidak (Panggabean et al., 2010). mikroalga. Mikroalga protista cepat, untuk energi keperluan dengan pertumbuhan mikroalga yang fotosintesis dan menghasilkan berbagai sangat singkat dan fase pertumbuhannya. bahan Pentingnya organik seperti: protein, karbohidrat, lemak dan asam nukleat. Salah pada saat mengkultur fitoplankton melatarbelakangi penelitian ini agar dapat diketahui umur jumlahnya melimpah di perairan karena panen yang tepat dengan kandungan lemak kemampuannya bertahan walaupun dalam yang tinggi sehingga Nitzschia sp. dapat kondisi ekstrim dan memiliki kandungan digunakan sebagai bahan baku alternatif lemak yaitu Nitzschia sp., salah satu pembuatan biodisel. dari kelas mikroalga panen yang anggota satu umur Bacillariophyceae Berdasarkan latar belakang di atas (Abida, 2010). Menurut Widianingsih et maka al. permasalahan (2011) kandungan lemak total pada dapat dirumuskan “Berapa suatu persen (%) mikroalga jenis Nitzschia sp. sebesar 71,51 kandungan lemak Nitzschia sp. pada umur %, dari total berat kering. Selain dijadikan panen yang berbeda ?” sebagai pakan alami, Nitzschia sp. juga Adapun tujuan dari penelitian ini memiliki potensi besar untuk dijadikan adalah bahan perbedaan baku biodiesel yang sangat menjanjikan. Biodiesel merupakan bahan umur panen pengaruh terhadap Adapun manfaat yang didapatkan memiliki sifat seperti minyak diesel mikroalga mengetahui kandungan lemak dari Nitzschia sp.. bakar yang berasal dari tumbuhan dan Pemanfaatan untuk pada penelitian ini adalah dapat dijadikan sebagai sebagai informasi awal dan tambahan 146 Jurnal Biologi Tropis, Juli-Desember 2015: Volume 15 (2):145-155 informasi dalam bagi upaya Nitzschia penelitian selanjutnya pemanfaatan mikroalga sp. sebagai bahan ISSN: 1411-9587 setelah itu dilakukan pemisahan biomassa dan baku cairan jernihnya. Selanjutnya biomassa yang didapat disentrifuge selama pembuatan minyak biodiesel. 15 menit dengan kecepatan 1000 rpm. Pelet yang diperoleh kemudian dipisahkan dari cairan di atasnya untuk selanjutnya B. METODE PENELITIAN Penelitian kuantitatif diuji kandungan lemaknya. eksperimental Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 kali pemanenan dan 3 kali C. HASIL DAN PEMBAHASAN ulangan ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Laboratorium September Pakan 2014 Alami di 1. Pertumbuhan Nitzschia sp. Balai Pada saat budidaya fitoplankton, hal Budidaya Perikanan Laut (BBL) Lombok, utama yang harus diperhatikan yaitu media Sekotong Lombok Barat. Pengujian kadar kultur. Media kultur digunakan sebagai lemak pada Nitzschia sp. dilakukan di tempat untuk tumbuh dan memperbanyak Laboratorium Universitas diri. Bentuk media kultur yang digunakan Mataram. Penelitian ini menggunakan pada saat budidaya fitoplankton berbentuk eksperimen untuk melihat pengaruh umur cair yang mengandung beberapa senyawa panen terhadap kandungan lemak pada kimia sebagai sumber nutrien. Namun Nitzschia dianalisis tidak semua nutrien yang tersedia secara menggunakan SPSS 16 dengan analisis langsung dapat diserap dan digunakan oleh Varians ANOVA sel. Adapun syarat–syarat yang diperlukan Analitik sp.. Data satu arah (Sudjana, 1996). yaitu bentuk dan sifat bahan, konsentrasi Pemanenan biomassa Nitzschia bahan, enzim serta lingkungan yang sp. dilakukan dengan modifikasi metode flokulan yaitu metode menyertainya (Kimbal, 1991). pengendapan Nutrien tersebut terdiri dari dua dengan menggunakan bahan kimia NaOH unsur yaitu unsur makro (macro elements) dengan ml maupun unsur mikro (micro elements). mikroalga : 0,5 gr NaOH) (Amini, 2005). Unsur makro terdiri atas fosfor, sulfur, Pemanenan dilakukan selama 5 kali nitrogen, kalsium, kalium, dan magnesium dengan selang waktu 1 hari (1, 2, 3, 4, 5). sedangkan unsur mikro terdiri dari seng, Pemanenan Nitzschia sp. dimulai pada hari mangan, boron, besi, tembaga, cobalt, dan ke-5 kemudian molibdenum. Menurut Fogg (1987) dan pengendapan dilakukan selama 24 jam, Komarawidjaya (2010) terdapat dua unsur perbandingan dari awal 1:1 kultivasi (500 147 Jurnal Biologi Tropis, Juli-Desember 2015: Volume 15 (2):145-155 ISSN: 1411-9587 pokok yang harus tersedia dalam media silikat. Komposisi media kultur pupuk Na kultur yaitu unsur N dalam bentuk nitrat medium dapat dilihat pada Tabel 1. dan Komposisi unsur P dalam bentuk fosfor. dari Na medium yang Keduanya merupakan faktor pembatas digunakan pada saat mengkultur Nitzschia bagi sp. terdiri dari komponen utama yaitu kehidupan fitoplankton. Ketika melakukan kultur, air laut steril di unsur N dan P. tambahkan dengan pupuk Na medium dan Tabel 1. Komposisi Media Kultur Pupuk Na Medium No. Komposisi Porsi 1. NaNO3 2. Na2EDTA 18,1 gr 3. NaH2PO4H2O 14,0 gr 4. Na2SiO3.9H2O 5,0 gr 5. NaHCO3 12,6 gr 6. Clewat 32 100,0 gr 7. Aquades 8. Vitamin mix Nitzschia sp. 100,0 gr 1000,0 ml termasuk 10,0 ml dalam sehingga dapat tumbuh dan golongan diatom sehingga pada saat kultur memperbanyak diri sesuai dengan fase- ditambahkan silikat yang berguna untuk fase pertumbuhannya. Pada saat kultivasi, pembentukan dinding sel dan cangkang. Nitzschia Pada diatom dinding sel merupakan salah pertumbuhannya sampai mencapai fase satu kondisi eksponensial. Artinya, terjadi pertambahan lingkungan yang berbeda-beda. Namun populasi dari hari ke hari kultur. Namun silikat yang dibutuhkan hanya dalam fase stasioner dan kematian tidak terlihat, jumlah sedikit karena digunakan sebagai karena pembentukan rangka luar dan klorofil a sampai umur 13 hari pada hari terakhir (Chiu-Liao et al., 1983). kultur. Kultur (umur 13 hari) masih terlihat pelindung Nutrien penunjang terhadap merupakan salah satu kehidupan Nitzschia sp. pemeliharaan fase eksponensial. sp. 2. Hubungan Umur Panen Terhadap Kepadatan Sel 148 menunjukkan kultur terbatas Jurnal Biologi Tropis, Juli-Desember 2015: Volume 15 (2):145-155 ISSN: 1411-9587 Umur panen memiliki hubungan yang erat dengan kepadatan sel Nitzschia sp.. Hubungan tersebut dapat dilihat pada Gambar 1. . 35 ) 6 30 0 (1 L 25 m l/ 20 se n at 15 a d a 10 p e K 5 30.63 24.22 20.58 18.9 15.5 0 5 7 9 11 13 Hari ke- Gambar 1. Grafik Hubungan Umur Panen Terhadap Kepadatan Sel Nitzschia sp. (Sel/mL) Dari Gambar 1 di atas dapat dilihat, Nitzschia sp. tergolong dalam kelompok bahwa memiliki diatom yang bersifat bentik dan tidak pertumbuhan yang cukup baik ditandai memiliki alat gerak sehingga nutrien yang dengan meningkatnya populasi dari hari tersedia ke-5 sampai ke-13. Peningkatan populasi pertumbuhan. dikarenakan masih tingginya kandungan Selain Nitzschia sp. digunakan dalam dilihat Nitzschia sp. untuk melakukan proses pertumbuhan ditandai oleh perubahan warna media dan reproduksi. Menurut Rizky et al. kultur. (2013) fitoplankton fitoplankton merupakan warna pigmen mempengaruhi proses pemasukan nutrien. utama yang terdapat dalam sitoplasma sel Jika dilihat dari morfologinya, Nitzchia yaitu klorofil (Prihantini et al., 2007). sp. memiliki ukuran tubuh yang kecil Perubahan warna media kultur semakin sehingga proses pemasukan nutrien ke pekat (gelap) sesuai dengan pertambahan dalam jaringan sel lebih cepat terjadi dan umur kultivasi. didukung oleh luas permukaan sel yang 3. Hubungan Umur Panen Terhadap semakin Kandungan Lemak besar. tubuh Faktor lain yang menyebabkan masih tingginya kandungan Warna Mikroalga nutrien sampai pada hari ke- 13 yaitu bertambahnya morfologi nutrien yang dimanfaatkan oleh Nitzschia ukuran sp., dari proses media pada populasi kultur pada umumnya memiliki beberapa kandungan nutrisi di 149 Jurnal Biologi Tropis, Juli-Desember 2015: Volume 15 (2):145-155 ISSN: 1411-9587 dalam tubuhnya, salah satunya yaitu mengalami lemak. Menurut Chiu-Liao et al. (1983) (Gambar 2). Penurunan kandungan lemak lemak merupakan unsur pakan yang akan dikarenakan Nitzchia sp. memanfaatkan disimpan sebagai cadangan energi dan lemak pendukung pertumbuhan. memperbanyak kandungan lemak Komposisi sebagai yang drastis sumber energi untuk diri. Selain itu, oleh peningkatan kandungan lemak dipengaruhi yaitu oleh faktor suhu lingkungan media kultur. intensitas cahaya, fase pertumbuhan, suhu, Pratiwi et al. (2009) melaporkan bahwa ketersediaan nutrien, dan kepadatan sel. rendahnya Jika hubungan meningkatkan asam lemak tidak jenuh. Hal umur tersebut sesuai dengan pernyataan, bahwa pemanenan dapat dilihat bahwa pada umur pada hari ke-13 media kultur Nitzschia sp. kultur hari ke-5 sampai dengan hari ke-11 memiliki suhu yang paling rendah yaitu mengalami penurunan dan selanjutnya 16,16 ºC (Tabel 2). beberapa faktor dilihat kandungan dari lemak dipengaruhi peningkatan diantaranya grafik dengan suhu lingkungan dapat mulai hari ke-11 sampai hari ke-13 Gambar 2. Grafik Hubungan Kadar Lemak dengan Umur Panen Nitzschia sp. Terhadap 5-6 hari dari awal kultivasi. Pada umur Kepadatan Sel dan Kandungan Lemak tersebut fitoplankton sudah dapat beradaptasi Umur panen fitoplankton pada saat dengan baik terhadap lingkungannya sehingga kultur memiliki pengaruh yang besar terhadap kepadatan sel semakin berlipat. Meningkatnya kepadatan sel fitoplankton itu sendiri. Menurut kepadatan sel tersebut dijadikan sebagai acuan BBL (2002) menyatakan bahwa umur panen dimulainya yang tepat untuk fitoplankton yaitu pada umur fitoplankton memiliki umur yang singkat 4. Hubungan Umur Panen 150 umur panen, mengingat Jurnal Biologi Tropis, Juli-Desember 2015: Volume 15 (2):145-155 ISSN: 1411-9587 dalam pertumbuhannya yaitu maksimal 2 bulan namun fitoplankton berada pada fase minggu dan dapat pula bertahan sampai 1 kematian. 30.63 35 30 Nilai 25 20 20.58 18.9 15.5 24.22 15 Kepadatan sel 10 5 1.57 1.23 1.13 0.89 1.84 5 7 9 11 13 lemak 0 Hari ke- Gambar 3. Grafik Hubungan Umur Panen Terhadap Kepadatan Sel (Sel/mL) dan Kadar Lemak (%) Pada awal kultivasi jumlah menurunnya kandungan lemak kepadatan sel Nitzschia sp. yaitu 94 x 105 dikarenakan Nitzschia sp. memanfaatkan sel/mL. ketersediaan nutrien dan energi yang ada Setelah 5 hari usia kultur kepadatan selnya mencapai 15,5 x 10 6 untuk pertumbuhan dan reproduksi. sel/mL dengan kandungan lemak sebesar 5. Faktor Lingkungan yang 1,57 %. Sebagai organisme akuatik, Mempengaruhi Kepadatan Sel dan Nitzschia Kandungan Lemak Nitzschia sp. sp. berkembang terus yang tumbuh ditandai dan dengan Pertumbuhan Nitzschia sp. selain bertambahnya kepadatan populasinya dari dipengaruhi oleh kandungan nutrisi dan hari ke hari (Gambar 3). Pertumbuhan kepadatan sel juga dipengaruhi oleh faktor Nitzschia sp. dipengaruhi oleh kandungan lingkungan pada saat kultivasi sedang nutrisi dan faktor berlaangsung. Faktor lingkungan yang Tingginya mendukung pertumbuhan Nitzschia sp. kandungan nutrien menjadikan Nitzschia yaitu pH, suhu ruangan, suhu media kultur, sp. terpenuhi akan unsur hara yang dan salinitas . Berikut ini merupakan data dibutuhkannya. dilihat beberapa faktor lingkungan yang diamati hari pada saat kultur sebagaimana disajikan didalam tubuhnya lingkungan kandungan media kultur. Namun lemaknya, jika semakin semakin menurun dan meningkat pada akhir kultivasi (umur 13 hari). pada Tabel 2. Diduga 151 Jurnal Biologi Tropis, Juli-Desember 2015: Volume 15 (2):145-155 ISSN: 1411-9587 Tabel 2. Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Media Kultur No Hari ke- Faktor lingkungan . pH Suhu (ºC) Salinitas (ppt) 1. 5 8,30 18,83 28,67 2. 7 8,00 17,16 31,33 3. 9 8,00 18,67 30,00 4. 11 8,30 17,50 30,00 5. 13 8,30 16,16 29,30 rendah a. pH pH merupakan gambaran aktivitas dan mengakibatkan nilai pH menurun. Menurut Sze (1993) kenaikan ion hidrogen yang dijadikan salah satu nilai faktor lingkungan yang mempengaruhi fotosintesis dimana CO2 bebas yang pertumbuhan fitoplankton karena pH dapat merupakan mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi digunakan sebagai bahan baku utama pada beberapa nutrien di dalam media kultur. proses fotosintesis. Selain CO2 dapat juga Dari hasil penelitian menggunakan CO32- (ion karbonat) dan pengukuran pH didapatkan bahwa kisaran pH HCO3- pada pH disebabkan jenis (ion adanya karbon proses anorganik bikarbonat). Penurunan masing-masing media kultur yaitu 8-8,3. konsentrasi CO3 terlarut disebabkan oleh Menurut Balai Budidaya Laut (BBL) penyerapan (2002) bahwa fitoplankton mampu tumbuh sehingga terjadinya peningkatan nilai pH optimum pada kisaran pH 8-8,5. Hal pada media kultur. tersebut menunjukkan bahwa pH media CO3 bebas dan Secara ekologis, pH HCO3- memiliki kultur masih aman untuk pertumbuhan hubungan yang sangat erat dengan lemak Nitzschia sp. dan umur panen. Seperti yang telah Pada umur hari panen ke-5 sampai diuraikan di atas, apabila umur panen pada dengan ke-9 menunjukkan bahwa terdapat Nitzschia sp. selalu bertambah tanpa penurunan pH dari 8,3 menjadi 8 dan adanya penambahan nutrien baik unsur meningkat lagi pada hari panen ke-11 dan makro 13 menjadi 8,3 (Tabel 5). Menurunnya mengakibatkan nilai pH menurun dan nilai degradasi terdapat degradasi klorofil-a sehingga klorofil-a sehingga fiksasi CO2 menjadi fiksasi CO2 menurun. Penurunan CO2 pH disebabkan oleh 152 maupun mikro dapat Jurnal Biologi Tropis, Juli-Desember 2015: Volume 15 (2):145-155 ISSN: 1411-9587 yang menjadi sumber karbon utama pada biologi saat fotosintesis tidak cukup tersedia, hal Menurut Sachlan (1982) kenaikan suhu tersebut menyebabkan proses metabolisme akan lambat dan kelimpahan sel akan menurun. fotosintesis Dengan demikian kandungan lemak yang molekul. Kenaikan suhu juga mampu terdapat pada Nitzschia sp. akan menurun, meningkatkan viskositas, evaporasi, reaksi begitupula sebaliknya. kimia, volatilasi, b. Suhu kelarutan gas Suhu pada suatu perairan pada kehidupan fitoplankton. meningkatkan dan pertumbuhan laju difusi, merangsang dan dalam sel laju aktifitas menurunkan air sehingga meningkat (Haslam, dipengaruhi oleh sirkulasi udara, musim, 1995). Namun suhu yang melebihi batas kedalaman badan air, dan ketinggian dari aman permukaan laut. Dari hasil penelitian protein dan asam nukleat, kehilangan menunjukkan bahwa kisaran suhu media enzim, dan metabolisme sel menurun. kultur yaitu 16-19 ºC (Tabel 5). Menurut Sedangkan Balai Budidaya Laut (BBL) (2002) suhu menyebabkan laju pertumbuhan menurun optimum untuk pertumbuhan fitoplankton dan mengakibatkan kematian. yaitu 25-32 ºC. Namun menurut (Cotteau, c. Salinitas 1998 ; Taw, 1990) dalam Fadilla (2010) dapat menyebabkan penurunan Salinitas merupakan suhu dapat konsentrasi hampir semua mikroalga toleran pada suhu garam antara 16-36 ºC. Artinya Nitzschia sp. dijadikan sebagai masih mampu mentolerir suhu dibawah 25 pembatas bagi ºC. Rendahnya suhu pada saat kultur perkembangan fitoplankton. Dari hasil dipengaruhi oleh suhu ruangan (16 ºC) dan penelitian (Tabel 5) dapat dilihat bahwa kedalaman kecil. salinitas berkisar antara 28,5-31,5 ‰. Luasnya permukaan kultur mengakibatkan Menurut BBL (2002) menyatakan salinitas suhu ruangan mengalir kedalam wadah optimum untuk pertumbuhan fitoplankton sedangkan media kultur memiliki kapasitas yaitu 25-35 ‰. Dapat disimpulkan bahwa yang kecil sehingga mempengaruhi suhu kisaran salinitas pada saat penelitian masih kultur. Pada hari ke-5 dan ke-7 mengalami dapat ditolerir dan aman bagi pertumbuhan penurunan temperatur sedangkan pada hari fitoplankton. Dari hasil pengamatan dapat ke-9 mengalami kenaikan namun pada hari dilihat bahwa terdapat salinitas yang ke-11 dan 15 mengalami penurunan. berubah-ubah. Tinggi rendahnya salinitas Suhu media yang kultur yang berubah-ubah terlarut denaturasi pada satuan air dan salah satu pertumbuhan faktor dan akan dapat menyebabkan tekanan osmosis di mempengaruhi proses fisika, kimia, dan dalam sel lebih rendah jika dibandingkan 153 Jurnal Biologi Tropis, Juli-Desember 2015: Volume 15 (2):145-155 dengan diluar sel sehingga ke-13 yaitu 30,63x106 sel/mL sedangkan aktivitas pembelahan sel terganggu. kepadatan terendah pada hari ke-5 yaitu 15,5x106 Dari hasil uji normalitas dapat dilihat semua data lemak Kandungan lemak Nitzschia sp. tertinggi terdapat pada hari dengan ke-13 yaitu 1,84 % dan kandungan lemak Kolmogorov-Smirnov Test diperoleh nilai terendah pada hari ke-11 yaitu 0,89 %. signifikansi atau probabilitas sebesar 0,200 Pengaruh umur panen terhadap kepadatan > 0,05. Artinya distribusi lemak terhadap sel umur panen berdistribusi normal (Ho pengaruh yang berbanding terbalik sampai diterima). Begitu juga dengan grafik hari ke-11. normal uji Q-Q (100 sel/mL. %). Berdasarkan valid ISSN: 1411-9587 normalitas Plot dimana normal Q-Q dimana titik-titik tersebut membentuk pola Sedangkan, box atau 0,028. Artinya memiliki Abida, I. W., 2010. Struktur Komunitas dan Kelimpahan Fitoplankton di Perairan Muara Sungai Porong Sidoarjo. Jurnal Kelautan, Vol 3(1): 36 – 38. Amini, S. 2005. Konsentrasi Unsur Hara pada Media dan Pertumbuhan Chlorella vulgaris dengan Pupuk Organik Teknis dan Analisis. Jurnal Perikanan (J. Fish Sci), VIII (2): 201-206. Balai Budidaya Laut. 2002. Budidaya Fitoplankton dan Zooplankton. Balai Budidaya Lampung. Dirjen Budidaya. Kementrian Kelautan dan Perikanan. Chiu-Liao, I. Huei-Meei S & Jaw-Hwa Lin. 1983. Larval Food for Penaeid Prawns. In. J. P. McVey & J. Roobert Moore. CRC and Handbook of Mariculture. Vol. I Crustacea Aquaculture: 43-70. Fadilla, Z. 2010. Pengaruh Konsentrasi Limbah Cair Tahu Terhadap Pertumbuhan Mikroalga Scenedesmus sp., Skripsi, S1 Program Studi Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi: Universitas Islam Syarif Hidayatullah. Fogg, G.E., dan B. Thake. 1987. Algal Cultures and Phytoplankton Ecology plot berdasarkan uji homogenitas memperlihatkan, bahwa nilai signifikansi lemak DAFTAR PUSTAKA menunjukkan bahwa data berdistribusi normal. kandungan titik-titik menyebar disekitar garis, grafik detrended dan dan probabilitas sebesar bahwa data kandungan lemak tidak homogen terhadap umur panen karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. Dari uji homogenitas tersebut dapat diketahui bahwa uji statistik lanjut (ANOVA) tidak dapat dilakukan, karena salah satu persyaratan tidak terpenuhi, maka uji statistik hanya sampai uji homogenitas saja. D. KESIMPULAN Pada penelitian ini dapat dilihat umur panen memiliki pengaruh yang besar terhadap kepadatan sel dan kandungan lemak Nitzschia sp.. Kepadatan sel Nitzschia sp. tertinggi terdapat pada hari 154 Jurnal Biologi Tropis, Juli-Desember 2015: Volume 15 (2):145-155 3rd. London: The University of Wisconsin Press. Haslam, S. M. 1995. Biological Indicators of Freshwater Pollution and Enviromental Management. London: Elsevier Applied Science Publisher. Kimball, JW. 1991. Biology Jilid 1 Edisi 5. Jakarta: Erlangga. Komarawidjaya, W. 2010. Optimalisasi Pemanfaatan Limbah Organik Sebagai Substitusi Media Kultur Mikroalga Dalam Upaya Mereduksi CO₂. Laporan Penelitian. BPPT dan BTL, Serpong. Panggabean, L. M. G., R. Sutomo, Noerdjito, dan Afdal. 2010. Mikroalga Laut Sebagai Produsen Biodiesel. Laporan Penelitian. Pusat Penelitian Oseanografi – LIPI, Jakarta. Pratiwi, A. R., D. Syah, L. Hardjito, L. M. G. Panggabean, dan M. T. Suhartono. 2009. Fatty Acid Synthesis by Indonesian Marine Diatome, Chaetoceros gracilis. Journal of Bioscience, Vol 16 (4): 151-156. Prihantini, N. B., W. Rachmayanti, dan W. Wardhana. 2007. Pengaruh Variasi Fotoperioditas Terhadap Pertumbuhan Chlorella dalam Medium Basal Bold. Jurnal Biota, Vol 12 (1): 32-39. Rizky, Y. A., R. Indah, dan D. Seniwati. 2012. Penentuan Laju Pertumbuhan Sel Fitoplankton Chaetoceros calcitrans, Chlorella vulgaris, Dunaliella salina, dan Porphyridium cruentum. Artikel. Universitas Hasanuddin Makassar. Sachlan, M. 1982. Planktonologi. Semarang: Fakultas Perikanan Undip. Sudjana. 1996. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. Sze, P. 1993. Algae. Dubuque : Brown Publisher. Widianingsih, R. Hartati, H. Endrawati, dan M. Hilal. 2011. Kajian Kadar Total Lipid dan Kepadatan Nitzschia sp. yang Dikultur dengan Salinitas ISSN: 1411-9587 yang Berbeda. Artikel. Semarang: Universitas Diponogoro. Wiryawan, B., M. Hkazali, dan M. Knight. 2005. Menuju Kawasan Konservasi Laut Berau Kalimantan Timur: Status sumberdaya pesisir dan proses pengembangan KKL. 155