Localization of three-canals with special emphasis on radiographic

advertisement
Localization of three-canals with special emphasis on radiographic
interpretation and diagnosis
Sarianoferni *, Twi Agnita Cevanti**
* Radiology Department Faculty of Dentistry Hang Tuah University
** Conservative Department Faculty of Dentistry Hang Tuah University
Abstract
Construction of partial dentures involve the restoration and maintenance of
oral functions, comfort and appearance very similar to those of the natural dentition.
In some cases, partial denture-making requires the support of the original tooth that
be preceded by endodontic treatment to achieve the functionality and aesthetics of a
good denture. However, it must be taken considered radiographically and clinically
during endodontic treatment. Diagnosis and treatment planning often gets complicated with the presence of
one or more canals that may be present at unusual relationships to the erupted
dentition. Radiographic interpretation and diagnosis in endodontic therapy have
always posed a great challenge; this could largely be attributed to the limitations
posed by the conventional two-dimensional (2D) imaging modalities.
Conventional two-dimensional (2D) imaging anatomic structures has long
posed a problem in the diagnosis and consequently the management of the presence
of three canals teeth. Localization of these canals (canal localization) were
traditionally done using the buccal object rule (SLOB), as well as, taking two
radiographic images at right angles to one another, most often a periapical view.
Key Words : canal localization, the buccal object rule (SLOB)
Correspondence : Laboratorium Radiologi Kedokteran Gigi Universitas Hang Tuah,
Jl. Arif Rahman Hakim No. 150 Surabaya, Telp. (031) 5945864, 5912191.
E-mail: [email protected]
Pendahuluan
Konstruksi gigitiruan sebagian melibatkan restorasi, pemeliharaan fungsi
rongga mulut, kenyamanan dan penampilan yang menyerupai gigi geligi asli. Pada
beberapa kasus, konstruksi gigitiruan sebagian membutuhkan dukungan dari gigi asli.
Satu atau beberapa gigi asli tetap dipertahankan dengan didahului perawatan
endodontik untuk meningkatkan fungsi dan estetika gigitiruan. Keadaan ini
1 membutuhkan dukungan secara klinis maupun radiografis selama perawatan
endodontic 1,2.
Radiografi mempunyai peranan yang besar pada perawatan endodontik, dari
tahap diagnosis, intra-operative, post-operative, sampai pada tahap evaluasi hasil
perawatan. Teknik pencitraan di bidang kedokteran gigi sudah sangat berkembang. Di
Indonesia sarana radiografi modern ini juga sudah banyak digunakan. Walaupun
demikian pemeriksaan radiografik konvensional juga merupakan andalan bagi
sebagian besar praktisi kedokteran gigi di Indonesia 1,2.
Diagnosis dan interpretasi radiografi dan dalam terapi endodontik selalu
menimbulkan tantangan besar, ini sebagian besar dikaitkan dengan keterbatasan yang
ditimbulkan oleh radiografi konvensional dua dimensi. Radiografi dengan gambaran
dua dimensi tidak selalu dapat memenuhi tujuan pemeriksaan yang diinginkan oleh
dokter gigi. Diagnosis dan perencanaan perawatan sering jadi rumit dengan adanya
satu atau lebih kanal yang mungkin ada tetapi tidak tampak pada gambaran radiografi
3,4
.
Pada perawatan endodontik yang paling banyak digunakan adalah radiografi
periapikal dan bitewing. Pemanfaatan perkembangan teknologi pencitraan radiografi
sangat besar pada perawatan endodontik, dari yang awalnya menggunakan film based
sampai pada radiografi digital 1,3.
Pemanfaatan radiografi untuk perawatan endodontik Preoperatif, dengan menggunakan radiografi periapikal dokter gigi dapat melihat gigi
secara keseluruhan disetiap detailnya dari mahkota, akar (jumlah, letak, bentuk,
2 ukuran, arah akar dan saluran akar), celah ligament periodontal dan tulang
disekitarnya (gambar 1). Aplikasi diagnosis pada gambaran endodontik antara lain:
menentukan kedekatan karies atau restorasi ke ruang pulpa, adanya kelainan
periapikal atau periradikular, adanya pulp stones, adanya instrumen terpisah dalam
kanal, kualitas perawatan endodontik sebelumnya, dan deteksi kemungkinan akar
retak 4,5.
Gambar 1. Menunjukkan gigi molar dua dengan karies sekunder dan gigi molar
pertama dengan pengisian yang kurang padat. Salah satu kondisi ini dapat
menyebabkan ketidaknyamanan pada pasien.
Intra-operatif, radiografi digunakan untuk menentukan panjang kerja dan gutta
percha yang sesuai. Pemeriksaan ini dilakukan dengan file ditempatkan saluran akar
(gambar 2). Namun, dengan munculnya Apex Locator (penentu apeks) elektronik,
penggunaan radiografi telah berkurang secara signifikan. Namun pada kondisi
tertentu seperti adanya mahkota logam, perdarahan, atau abses periapikal kronis,
penentu apeks elektronik tidak dapat digunakan sehingga pemeriksaan radiograf tetap
dibutuhkan 4,5.
3 Gambar2. Menunjukkan radiografi penentuan panjang kerja dengan menggunakan
jarum file yang masuk ke dalam saluran akar.
Post-operatif, radiografi digunakan untuk memeriksa kualitas pengisian saluran akar
dan digunakan sebagai acuan untuk kunjungan evaluasi paska perawatan (gambar 3).
Sebagai contoh jika ditemukan adanya lesi periapikal preoperatif, ukuran dan lokasi
akan tampak pada gambaran radiografi dan pada saat kunjungan dapat dipastikan
tingkat penyembuhan lesi. Radiografi juga dapat menunjukkan kemungkinan gutta
purcha atau sealer yang keluar dari apeks. Dengan mengetahui semua kondisi tersebut
pasien dapat diberitahu tentang kemungkinan sensitivitas pasca operasi. Kunjungan
evaluasi paska perawatan sangat penting pada perawatan endodontik. Radiografi
dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan keberhasilan suatu perawatan.
Meskipun pasien tidak disertai dengan keluhan pada saat kunjungan, radiografi dapat
mengungkapkan sisa lesi periapikal 4,5.
4 Gambar 3. gambaran radiografi paska pengisian saluran akar.
Keterbatasan radiografi
Radiografi adalah gambar dua dimensi dalam satu film. Kesalahan yang tampak pada
gambaran radiografi sebagian besar disebabkan karena faktor fisik. Kesalahan teknik,
anatomi individual, atau prosesing, memungkinkan terjadinya distorsi yang besar.
Radiografi hanya dapat menunjukkan relasi antero-posterior saja, sedangkan relasi
medio-lateral tidak dapat ditentukan. Dimensi bukal dan lingual tidak dapat di
tentukan hanya dengan satu film saja, dan hal ini seringkali diabaikan 5,6,7.
Modifikasi teknik radiografi
Saluran akar bukal dan lingual seringkali tampak superimposisi (tumpang
tindih) satu sama lain pada radiografi periapikal dan memerlukan pemisahan agar
dapat diidentifikasi secara tepat. Hal ini dapat diatasi dengan cara mengambil dua
gambaran radiografi dari satu obyek yang berbeda dengan angulasi yang berbeda.
Metode ini disebut dengan metode Tube-Shift Technique. Nama lain metode ini
adalah Buccal Object Rule atau Clark’s Rule. Metode ini adalah salah satu konsep
radiografi yang paling banyak digunakan pada bidang endodontik. Tekniknya yaitu
5 radiograf pertama diambil langsung pada sudut 90⁰ dari gigi dan radiograf kedua
diambil dengan tubehead bergeser 20⁰ baik ke mesial atau ke distal. Teknik ini juga
dikenal sebagai teknik SLOB. SLOB adalah singkatan Same Lingual Opposite
Buccal 1,2, 3,4,5 .
Teknik SLOB secara sederhana menyatakan bahwa objek dicitrakan akan
bergerak ke arah yang sama dengan tubehead jika objek itu berada di lingual (Same
Lingual). Sebaliknya, objek yang terletak di bukal akan dicitrakan bergerak
berlawanan gerakan tubehead (Opposite Bukal). Contoh pada gambar 4a-4b, objek
akan dinyatakan sebagai akar lingual, bila pada gambaran radiografi sisi lingual gigi
molar rahang bawah, ikut bergerak ke mesial jika tubehead digerakkan ke mesial
(Same lingual). Demikian juga pada gambar 5a-5c, film premolar adalah film
pertama. Kemudian pada film kaninus, tubehead digeser ke mesial. Saluran akar yang
ditunjuk oleh anak panah adalah saluran akar yang ikut bergeser ke mesial sehingga
dinyatakan sebagai akar palatal
3,4,5
.
Selama perawatan saluran akar dokter gigi mungkin perlu memisahkan kanal
untuk memvisualisasikan panjang dan bentuk anatomi akar. Kadang-kadang dengan
hanya mengubah angulasi dapat membantu dalam mengidentifikasi hal-hal yang ingin
diketahui. Temuan-temuan dapat mencakup fraktur akar, akar atau saluran akar
tambahan dll. Kunci teknik ini adalah memperhatikan pada radiograf ke arah mana
tubehead itu digerakkan 3,4,5.
6 4a. Film
m molar
4b. Film premolar
p
Gambar 1a
G
a dan 1b. Annak panah menunjukkan
m
n kanal linggual. Tubeheead digerakkkan
k arah mesial dari film molar ke fillm premolarr dan gutta percha
ke
p
yang di tunjuk annak
p
panah
juga bergerak
b
ke mesial.
m
5aa. Film prem
molar
5b. Film kaaninus
Gambar 5a
G
a dan 5b. Annak panah menunjukkan
m
n kanal linggual. Tubeheead digerakkkan
k arah messial dari film
ke
m premolar ke
k film kanninus dan guutta percha yang
y
di tunjuk
a
anak
panah juga
j
bergeraak ke mesial..
7 5c.
Gambar 5c. Ketika tubehead digerakkan ke mesial, saluran akar bukal dan lingual
yang awalnya tampak tumpang tindih akan terpisah (lingkaran hijau = lingual,
lingkaran kuning = bukal). Saluran akar lingual akan bergerak ke mesial mengikuti
arah gerakan tubehead, sedangkan akar bukal berlawanan arah dengan gerakan
tubehead.
Simpulan dan saran
Perawatan endodontik seringkali mendahului perawatan gigi asli yang
dibutuhkan sebagai dukungan untuk konstruksi gigi tiruan sebagian, sebagai upaya
untuk meningkatkan fungsi dan estetika. Radiografi mempunyai peranan yang besar
pada perawatan endodontik, dari tahap pre-operative, intra-operative, post-operative,
sampai pada tahap evaluasi hasil perawatan. Radiografi dengan gambaran
dua
dimensi tidak selalu dapat memenuhi tujuan pemeriksaan pada perawatan endodontik
karena banyaknya variasi anatomi akar yang kompleks. Banyak keputusan diagnosis
dan terapi yang diambil berdasarkan pemeriksaan radiografi. Kegagalan tersebut
dapat mengakibatkan kegagalan perawatan.
Teknik yang dapat membantu mengatasi yaitu teknik SLOB. Teknik ini
dilakukan dengan cara mengambil dua gambaran radiografi dari satu obyek yang
berbeda dengan angulasi yang berbeda. Dengan teknik ini saluran akar bukal dan
8 lingual yang awalnya tampak superimposisi satu sama lain dapat diidentifikasi secara
tepat.
Daftar Pustaka
1. Mason RA, Bourne S. A Guide to Dental Radiography. 4 th ed. Oxford. 1998. pp
104-105.
2. White SC, Pharoah, M.J. Oral Radiology Principles and Interpretation.5th Ed.,
Mosby Comp., 2004. pp. 91-93.
3. Alborz Sam. Imaging in Endodontics.
http://aadmrt.com/static.aspx?content= currents/ alborz_winter_08. Accessed at 4
June 2012
4. Ingle JI, Walton RE, Malamed SF, Coil JM, Khademi JA, Kahn FH, Shulman
BB, Bahcall JK, Barss JT. Endodontics. Preparation for Endodontic Treatment.
People’s Medical Publishing House, USA. 2008.pp. 357- 404.
5. Walton RE. Diagnostic Imaging: Endodontic Radiography.
http://www.dent.kufauniv.com/teaching/Dr.Header/files/Download/lec1%20%
283%29.pdf. Accessed at 4 June 2012
6. Richards
AG.
The
Buccal
Object
Rule.
http://www.unc.edu/~jbl/BuccalObjectRule.html. Accessed at 4 June 2012
7. Farooq R. Endodontic Management of Maxillary First Premolars With Three
Roots; A Report Of Two Cases. The Internet Journal of Dental Science ISSN:
1937-8238. 2010 Volume 9 Number 1 doi:10.5580/a24. Accessed at 4 June 2012
9 
Download