Pembelajaran Pendekatan Keterampilan Sains yang Terintegrasi

advertisement
Proseding Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya
Sabtu, 21 November 2015
Bale Sawala Kampus Universitas Padjadjaran, Jatinangor
Pembelajaran Pendekatan Keterampilan Sains yang Terintegrasi dalam
Model Pembelajaran Berbasis Proyek Penyelidikan Ilmiah (PPI) Pada
Program Studi Fisika Jurusan MIPA FKIP Unpar
SAULIM DT. H*
Prodi Pendidikan Fisika,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Palangka Raya
Jl. H. Timang, Palangka Raya 73112
Abstrak. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian pengembangan yang bertujuan
untuk mengembangkan perangkat pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses
yang terintegrasi dalam model pembelajaran berbasis proyek. Penelitian ini mengacu
pada pengembangan model Kemp. Subjek penelitian ini adalah masiswa Program Studi
Pendidikan Fisika Unpar semester I yang sedang memprogramkan mata kuliah Alat-alat
ukur Listrik, sedangkan. Rancangan penelitian yang digunakan adalah one group pretestpostest design. Data hasil penelitian dianalisis secara deskriptif. Temuan dalam penelitian
ini, dari Segi efektifitas penerapan perangkat pembelajaran yang dikembangkan dapat
dikatakan layak yang didasarkan pada: Penguasaan keterampilan proses mahasiswa
berkategori baik dengan rata-rata skor minimal untuk THB proses 3,13, sedangkan ratarata skor minimal untuk penilaian selama mahasiswa melakukan proyek penyelidikan
ilmiah adalah 3. Ketuntasan hasil belajar produk mahasiswa secara klasikal meningkat
sebesar 60%, ketuntasan hasil belajar proses mahasiswa meningkat sebesar 90%, dan
ketuntasan hasil belajar psikomotor mahasiswa sebesar 100%. Rata-rata skor minat
ARCS mahasiswa minimal 3,52 (Cukup baik), sedangkan rata-rata skor motivasi ARCS
mahasiswa 3,35 (Cukup baik). Keterlaksanaan SAP dikatakan baik pada semua aspek
kecuali pada aspek pengelolaan waktu memperoleh rata-rata skor 2,8 (kurang baik). Ratarata reliabilitas instrumen adalah 97,39%, dengan demikian instrumen dikatakan reliabel.
Aktivitas mahasiswa selama perkuliahan dikatakan tinggi terutama pada aspek
mendengarkan penjelasan dosen dengan persentase 39,56% dan berdiskusi antar sesama
mahasiswa dengan persentase 30,63%, sedangkan rata-rata reliabilitas pengamatan
sebesar 90,08%. Kendala-kendala selama proses penelitian dapat diselesaikan secara
baik. Berdasarkan temuan-temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa, perangkat
pembelajaran berorientasi pada pendekatan keterampilan proses yang terintegrasi dalam
model pembelajaran berbasis proyek yang dikembangkan dikatakan layak dari segi
validitas maupun dari segi efektivitas penerapannya.
Kata Kunci: Model Pembelajaran Berbasis Proyek, Model Kemp, Pendekatan
Keterampilan Proses, Hasil Belajar, Minat, Motivasi, Aktivitas
1. Pendahuluan
Salah satu visi dan misi Universitas Palangka Raya (UNPAR) adalah
mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (Iptek) dan menyiapkan
lulusan di bidang kependidikan yang memiliki kemampuan akademik (Buku
pedoman Unpar, 2009). Hal tersebut sejalan dengan tujuan pembelajaran fisika
adalah memahami konsep, prinsip, hukum, dan teori fisika serta keterkaitan dan
*
email: [email protected]
FP-43
FP-44
Saulim DT. H
penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari maupun
teknologi (Depdiknas, 2004: 8).
Menurut Sanjaya (2008: 143), dalam pembelajaran guru dapat menanamkan
keterampilan proses kepada peserta didiknya, dengan demikian guru diharapkan
telah memiliki kemampuan tersebut. Kemampuan guru merupakan faktor utama
yang dapat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran yang berorientasi pada
penguasaan keterampilan proses siswa (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 137). Jika
guru tidak memiliki keterampilan proses maka siswa pun tentunya tidak akan
memiliki keterampilan tersebut. Oleh karena itu, penguasaan keterampilan proses
mahasiswa calon guru fisika perlu ditingkatkan.
Pada pelaksanaan PBP tidak hanya menekankan pada pemahaman mahasiswa
terhadap prosedur metode ilmiah tetapi, mahasiswa diharapkan dapat melakukan
perencanaan, perancangan dan pelaksanaan, serta pelaporan (Depdiknas, 2004).
Sejalan dengan itu Buck Institute of Education (1999) dalam Khamdi (2008),
mengungkapkan bahwa PBP memiliki karakteristik sebagai berikut: (a)
mahasiswa melakukan perencanaan, dimana yang dilakukan mahasiswa pada
tahap ini adalah membuat keputusan, dan membuat kerangka kerja, terhadap
masalah yang pemecahannya tidak ditentukan sebelumnya, (b) mahasiswa
melakukan perancangan, (c) mahasiswa melaksanakan penyelidikan, (d)
mahasiswa melakukan pelaporan, dimana yang dilakukan mahasiswa pada tahap
ini adalah melaporkan hasil akhir berupa produk yang telah dievaluasi
kualitasnya, baik secara tertulis maupun secara lisan.
VanCleave (1997) mengungkapkan bahwa “A science project is an investigation
using the scientific method to discover the answer to a scientific problem” yang
dapat diartikan bahwa proyek ilmiah merupakan suatu penyelidikan yang
menggunakan langkah-langkah metode ilmiah untuk mengemukakan jawaban atas
suatu masalah ilmiah. Berdasarkan pengertian tersebut maka yang menjadi syarat
utama dalam melakukan proyek ilmiah adalah penguasaan keterampilanketerampilan ilmiah. Oleh karena itu dapat digunakan pendekatan keterampilan
proses untuk mengajarkan keterampilan-keterampilan ilmiah tersebut.
Mata kuliah Alat-alat Ukur ListrikII merupakan mata kuliah yang wajib
diprogramkan oleh mahasiswa Jurusan Pendidikan MIPA khususnya Pendidikan
guru bertaraf internasional. Salah satu topik materi yang diajarkan pada mata
kuliah ini adalah “Alat-alat Ukur Listrik”. Konsep-konsep dalam materi “Alat-alat
Ukur Listrik” sebagian besar merupakan pengetahuan prosedural dan deklaratif,
dengan demikian dapat diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran
langsung. Konsep-konsep dalam materi “Alat-alat Ukur Listrik” dapat digunakan
untuk menyelesaikan banyak masalah dalam kehidupan sehari-hari, dengan
demikian masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari tersebut dapat dijadikan
sebagai proyek penyelidikan ilmiah bagi mahasiswa.
Tahap-tahap yang akan dilakukan dalam penelitian ini meliputi, tahap
perkuliahan, yang merupakan bagian dari tahap persiapan untuk mengarahkan
mahasiswa melakukan perencanaan proyek ilmiah, dimana dalam tahap ini
mahasiswa diajarkan untuk menguasai prinsip, konsep, dan teori, dalam materi
“Alat-alat Ukur Listrik” dan dilaksanakan dengan menggunakan model
Pembelajaran Pendekatan Keterampilan Sains yang Terintegrasi....
FP-45
pembelajaran langsung selanjutnya keterampilan-keterampilan ilmiah yang perlu
dikuasai mahasiswa dalam melaksanakan proyek penyelidikan diajarkan dengan
menggunakan pendekatan keterampilan proses. Tahap selanjutnya adalah
pelaksanaan proyek ilmiah, dalam tahap ini dosen menetapkan suatu tema proyek
dalam konteks materi “Alat-alat Ukur Listrik”, dan mengarahkan, memotivasi,
serta memfasilitasi mahasiswa untuk melakukan perencanaan, perancangan dan
pelaksanaan, serta pelaporan suatu proyek penelitian ilmiah yang dilakukan
mahasiswa.
Berdasarkan uraian di atas perlu dilakukan penelitian dengan judul
“Pembelajaran Pendekatan Keterampilan Sains yang Terintegrasi dalam
Model Pembelajaran Berbasis Proyek Penyelidikan Ilmiah (PPI) Pada
Program Studi Fisika Jurusan MIPA FKIP Unpar”.
2. Metode Penelitian
a) Rancangan Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian ini yakni untuk menghasilkan dan mengetahui
efektivitas model yang di integrasikan dan di terapkan berbasis
proyek”.mengembangan, maka penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian
pengembangan.
Penelitian pengembangan merupakan suatu studi yang sistematis tentang
perancangan, pengembangan, pengevaluasian program pengajaran, proses dan
produk yang harus memenuhi kriteria konsisten internal dan keefektifan. Oleh
karena itu model pembelajaran yang dikembangkan beserta perangkatnya harus
memenuhi kualitas valid, praktis dan efektif.
Pada penelitian pengembangan, hal yang perlu diperhatikan adalah kualitas
produk yang dihasilkan. Menurut Plomp (1999) dan Nieveen (1999) memberi
kriteria kualitas produk yaitu valid (merefleksikan pengatahuan state-of the art
dan konsisten internal), mempunyai nilai tambah (added value), praktis dan
efektif. Produk dikatakan valid bila komponen- komponen materinya berdasarkan
pengetahuan state-of the art (validasi isi) dan semua komponen berkaitan secara
konsisten (validasi konstruk). Produk dikatakan berkualitas praktis bila menurut
guru- guru atau ahli lain materinya berguna dan mudah dilaksanakan oleh guru
dan siswa. Kriteria efektif , bila merefleksikan pengalaman siswa dan hasil belajar
siswa yang diharapkan.
b) Teknik Analisis Data
1. Teknik yang digunakan untuk menganalisis data validitas perangkat
pembelajaran yang dikembangkan adalah deskriptif kualitatif yaitu dengan
merata-rata skor masing-masing komponen. Hasil skor rata-rata
dideskripsikan sebagai berikut.
1,0 ≤ SVP ≤ 1,5: berarti “tidak baik” dan belum dapat digunakan
1,6 ≤ SVP ≤ 2,5: berarti “kurang baik” dapat digunakan dengan banyak revisi
2,6 ≤ SVP ≤ 3,5: berarti “baik” dapat digunakan dengan sedikit revisi
3,6 ≤ SVP ≤ 4,0 : berarti “sangat baik“ dapat digunakan tanpa revisi
Keterangan:
FP-46
Saulim DT. H
SVP = Skor Validasi Perangkat (Ratumanan & Lourens, 2006: 105-106)
2. Teknik analisis data yang digunakan guna mengetahui efektivitas penerapan
perangkat pembelajaran yang dikembangkan dengan menggunakan model
pembelajaran langsung dan pembelajaran berbasis proyek dapat dikemukakan
secara rinci sebagai berikut.
a. Analisis Penilaian Proyek Penyelidikan Ilmiah Mahasiswa
Teknik yang digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh berdasarkan
aspek-aspek yang dinilai selama mahasiswa melakukan tahap perencanaan,
perancangan, pelaksanaan, pelaporan tertulis, dan seminar hasil proyek
penyelidikan ilmiah adalah deskriptif kwantitatif yaitu dengan menskor masingmasing aspek tersebut. Hasil penskoran dideskripsikan sebagai berikut .
1,0 ≤ TPM ≤ 1,5 : berarti “sangat kurang”
1,6 ≤ TPM ≤ 2,5 : berarti “kurang”
2,6 ≤ TPM ≤ 3,5 : berarti “baik”
3,6 ≤ TPM ≤ 4,0 : berarti “sangat baik“
Keterangan: TPM = Tingkat Penguasaan Mahasiswa (Ratumanan 2006: 105-106)
b. Analisis Tes Hasil Belajar (THB)
Teknik yang digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh berdasarkan
TBH produk, THB proses, dan THB psikomotor adalah sebagai berikut.
1). Ketuntasan Individual dan Klasikal
 Jumlah skorr yang diperoleh mahasiswa 

Pindividual  

 x 100%
Skor maksimum


a.
Dalam menentukan ketuntasan belajar, seorang mahasiswa dikatakan tuntas
belajarnya jika Pindividual ≥ 56 atau minimal berkategori C. Penilaian ini
mengacu pada kriteria penilaian kelulusan mahasiswa pada buku pedoman
Unwira (2008) dengan konversi nilai sebagai berikut.
80-100
kategori A
(lulus/tuntas)
66-79
kategori B
(lulus/tuntas)
56-65
kategori C
(lulus/tuntas)
40-55
kategori D
(tidak lulus/tidak tuntas)
0 – 39
kategori E
(tidak lulus/tidak tuntas)
a. Ketuntasan klasikal adalah jumlah mahasiswa tuntas secara individual, dibagi
jumlah seluruh mahasiswa dikali 100.
 jumlah mahasiswa yang tuntas
Pklasikal  

jumlah seluruh mahasiswa



 x 100%

Suatu kelas dikatakan tuntas apabila Pklasikal  70.
2). Ketuntasan Indikator
Teknik yang digunakan untuk menganalisis ketuntasan indikator hasil belajar
tiap mahasiswa adalah deskriptif kwantitatif yang dihitung dengan menggunakan
rumus :
T
K 
x100%
T1
Pembelajaran Pendekatan Keterampilan Sains yang Terintegrasi....
FP-47
Berdasarkan kriteria penilaian yang ditetapkan pada Unwira menyatakan bahwa:
a) Suatu Indikator dinyatakan tercapai (tuntas), jika proporsi butir soal (p) atau
rata-rata proporsi butir yang digunakan untuk mengukur Indikator tersebut 
70.
b) Seorang mahasiswa dikatakan telah tuntas belajarnya jika mencapai proporsi
skor mahasiswa (psm)  0,70.
c) Ketuntasan klasikal tercapai apabila pada kelas tersebut terdapat 70%
mahasiswa yang telah mencapai proporsi skor mahasiswa  70%.
c. Analisis Minat dan Motivasi Mahasiswa Terhadap Perkuliahan
Teknik yang digunakan untuk menganalisis data minat dan motivasi
mahasiswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan perangkat
pembelajaran yang dikembangkan adalah deskriptif kualitatif. Hasil penskoran
dideskripsikan sebagai berikut.
1,0 ≤ M M < 2,0: berarti “sangat kurang”
2,0 ≤ M M < 3,0 : berarti “kurang”
3,0 ≤ M M < 3,8 : berarti “cukup”
3,8 ≤ M M < 4,5 : berarti “ baik“
4,5 ≤ M M ≤ 5,0 : berarti “sangat baik“
Keterangan: MM = Minat /Motivasi Mahasiswa
(Ratumanan , 2006: 19)
d. Analisis Keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Analisis hasil penilaian yang diberikan oleh pengamat terhadap kemampuan
dosen dalam pengelolaan pembelajaran dengan ketentuan sebagai berikut.
1.Tidak baik
= (1,00-1,99)
2. Kurang baik
= (2,00-2,99)
3. Cukup baik
= (3,00-3,49)
4. Baik
= (3,50-4,00)
Ketentuan di atas di konversi dalam bentuk rubriksebagai berikut.
1. = tidak dilakukan sama sekali
2. = dilakukan, tapi tidak selesai
3. = dilakukan, tapi kurang tepat
4. = dilakukan, tepat dan sistematis
e. Analisis Aktivitas Mahasiswa Selama Kegiatan Belajar Mengajar
Banyaknya frekuensi tiap aktivitas
x 100
Seluruh aktivitas
f. Analisis Data dan Catatan Pengamatan Perkuliahan
Catatan pengamatan dianalisis dengan deskripsi naratif yaitu melalui
pengelompokan dan reduksi data sehingga dapat disimpulkan.
% Aktivitas mahasiswa 
3
Hasil dan Pembahasan
Hasil Penelitian
Pada penelitian ini telah menghasilkan perangkat model pembelajaran langsung
dan model pembelajaran berbasis proyek, yang layak baik dari segi validitas,
maupun efektivitas penerapannya, maka diharapkan diperoleh perangkat model
pembelajaran langsung dan pendekatan keterampilan proses yang terintegrasi
dalam model pembelajaran berbasis proyek.
FP-48
Saulim DT. H
Pembahasan efektivitas penerapan perangkat pembelajaran yang dikembangkan
berdasarkan pada data hasil implementasi instrumen pada penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1) Penguasaan Keterampilan Proses Mahasiswa
Penguasaan keterampilan proses mahasiswa selama implementasi perangkat
pembelajaran yang dikembangkan, diukur dengan menggunakan dua instrumen.
Hasil dari masing-masing instrumen tersebut adalah sebagai berikut.
a) Tes Hasil Belajar (THB) Proses
Mengacu pada hasil analisis data yang diperoleh berdasarkan hasil pre test dan
post test terhadap penguasaan keterampilan proses mahasiswa dalam Bab IV,
dapat didiskusikan bahwa, pada penelitian ini rata-rata skor minimal pre test dari
7 aspek yang diujikan dalam THB proses adalah 0 dengan kategori sangat kurang
dan 2 aspek lainnya memperoleh rata-rata skor maksimal 2,6 dengan kategori
baik, Hal ini menunjukkan bahwa penguasaan keterampilan proses mahasiswa
sebagai subjek penelitian ini masih sangat rendah dan perlu untuk ditingkatkan.
Aspek-aspek keterampilan proses yang diujikan pada THB psoses ini merupakan
aspek-aspek keterampilan proses yang merurut Nur dan Samani (1996: 8)
tergolong kedalam ketampilan proses terpadu yakni pengidentifikasian variabel,
perumusan hipotesis, pedefinisian variabel secara operasional, pemerolehan dan
pemrosesan data, penyusunan tabel data, penyusunan grafik, pendiskripsian
hubungan antar variabel, penganalisaan, penyelidikan, perencanaan penyelidikan,
dan pelaksanaan ekperimen.
Setelah mahasiswa mengikuti proses perkuliahan dengan perangkat-perangkat
yang dikembangkan, dapat diungkapkan bahwa penguasaan aspek-aspek
keterampilan proses mahasiswa meningkat. Hal ini dibuktikan pada hasil post test
yang menunjukkan bahwa penguasaan keterampilan proses mahasiswa terhadap
tujuh aspek keterampilan proses yang diujikan memperoleh rata-rata skor
minimum 3,13 dengan kategori baik pada penelitian inidan 3,30 dengan kategori
baik. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan perangkat pembelajaran yang
dikembangkan telah mampu mengajarkan kumpulan pengetahuan dalam materi
asam basa yang terdiri atas fakta, konsep, prinsip, teori dan hukum sains yang
tergolong kedalam produk. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan perangkat
pembelajaran yang dikembangkan telah mampu mengajarkan langkah-langkah
yang harus ditempuh untuk memperoleh pengetahuan atau mencari penjelasan
tentang gejala-gejala alam dimana hal-hal ini tergolong kedalam proses.
b) Lembar Penilaian Proyek Penyelidikan Ilmiah
Berdasarkan analisis aspek-aspek yang dinilai pada proyek penyelidikan ilmiah
dapat dikemukakan bahwa pada tahap penyusunan laporan secara tertulis masih
terdapat aspek yang memperoleh rata-rata skor rendah yakni kajian teori/dasar
teori, hasil dan pembahasan, simpulan dan saran dimana rata-rata skor dan
kategori masing-masing aspek berturut-turut adalah 2,75 (Baik), 2,50 (Kurang
Baik), 2,75 (Baik). Hal ini disebabkan karena ketiga aspek tersebut saling
mempengaruhi satu sama lain. Ditinjau dari penulisan laporan mahasiswa pada
Pembelajaran Pendekatan Keterampilan Sains yang Terintegrasi....
FP-49
aspek-aspek kajian teori/dasar teori menunjukkan bahwa sebagian besar kelompok
mahasiswa belum menyertakan hasil eksperimen sebelumnya yang relevan
dengan proyek penyelidikan ilmiah yang dilakukan dan belum terdapat kerangka
berfikir dalam membangun argumentasi teoritik bahwa eksperimen yang akan
dilaksanakan dapat menyelesaikan permasalahan. Pada hasil dan pembahasan
sebagian besar kelompok belum melakukan analisis data dengan
memperhitungkan taraf kesalah/ketelitian pengukuran, belum menuliskan data
sesuai dengan aturan angka penting, serta belum menyajikan data dalam bentuk
grafik untuk dijelaskan. Pada simpulan dan saran sebagain besar kelompok belum
menyertakan perbandingan antara kesimpulan hasil percobaan dengan
literatur/teori dan belum terdapat saran yang sesuai dengan temuan yang dapat
digunakan untuk perbaikan eksperimen berikutnya.
Berdasarkan uraian di atas secara garis besar dapat disimpulkan bahwa hasil
penilaian selama mahasiswa melakukan proyek penyelidikan ilmiah baik pada
penelitian ini mendukung penelitian berupa kajian kepustakaan yang dilakukan
oleh Kamdi (2008) yang mengungkapkan bahwa pembelajaran berbasis proyek
mampu untuk meningkatkan motivasi, meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah, dan meningkatkan kolaborasi.
2) Hasil Belajar Mahasiswa
Hasil belajar mahasiswa pada materi dynamic diukur dengan menggunakan tiga
instrumen yakni THB produk, THB proses, dan THB psikomotor. Mengacu pada
hasil analisis ketiga instumen tersebut pada Bab IV, maka dapat didiskusikan
mengenai hasil-hasil tersebut sebagai berikut.
a) Tes Hasil Belajar (THB) Produk
Menurut kriteria ketuntasan mahasiswa secara individual yang ditetapkan oleh
universitas setempat, seorang mahasiswa dikatakan tuntas apabila memperoleh
rata-rata skor ≥ 56 atau C. Berdasarkan hasil analisis data ketuntasan hasil belajar
produk secara individual, dapat diungkapkan bahwa pada pre test ketuntasan
individual secara klasikal adalah 30%, selanjutnya pada post test ketuntasan
individual secara klasikal adalah 90%. Ketuntasan indikator setiap mahasiswa
secara klasikal pada pre test adalah 0% sedangkan pada post test 70%. Ketuntasan
masing-masing indikator pada pre test adalah 30% dan pada post test adalah 80%.
Hal ini mengindikasikan bahwa penerapan perangkat model pembelajaran
langsung untuk mengajarkan materi kepada mahasiswa telah meningkatkan
ketuntasan hasil belajar mahasiswa secara individual, ketuntasan indikator tiap
mahasiswa maupun ketuntasan masing-masing indikator dalam materi dynamic.
Analisis data ketuntasan hasil belajar produk secara individual yang terdapat
dalam Tabel 4.7 menunjukkan bahwa pada pre test ketuntasan individual secara
klasikal adalah 0%, selanjutnya pada post test ketuntasan individual secara
klasikal adalah 100%. Berdasarkan data pada Tabel 4.7 menunjukkan bahwa pada
pre test ketuntasan indikator setiap mahasiswa secara klasikal adalah 0%
sedangkan pada post test 90%. Berdasarkan data pada tabel 4.8 ketuntasan
masing-masing indikator pada pre test adalah 0% dan pada post test adalah
83,33%.
FP-50
Saulim DT. H
Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat didiskusikan beberapa hal, sebagai
berikut, pertama, setelah penerapan perangkat pembelajaran yang dikembangkan
pada penelitian initernyata masih terdapat 1 mahasiswa yang tidak tuntas hasil
belajarnya secara individual.
Kedua, berdasarkan analisis ketuntasan indikator hasil belajar tiap mahasiswa
terdapat 3 orang mahasiswa pada penelitian inidan 2 orang mahasiswa yang tidak
tuntas indikator hasil belajarnya pada post test. Hal ini kemudian berdampak pada
ketuntasan masing-masing indikator. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan
bahwa terdapat 2 indikator hasil belajar yang secara klasikal tidak tuntas pada
penelitian ini. Hal ini dapat disebabkan karena dosen selama proses pembelajaran
terkesan untuk mempertimbangkan prinsip ekonomi.
Berdasarkan analisis sensitivitas butir soal THB produk pada penelitian ini, dapat
diungkapkan bahwa dari 32 butir soal yang diujikan pada pre test dan post test,
terdapat 15 soal yang tidak sensitif, dan 17 soal lainnya sensitif. Sesuai dengan
hasil analisis setiap butir soal, tidak terdapat soal yang nilai sensitifitasnya negatif
dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengetahuan mahasiswa tentang
materi Dimanic sebelum proses pembelajaran sudah cukup tinggi, meskipun perlu
untuk ditingkatkan lagi.
b) Tes Hasil Belajar (THB) Proses
Berdasarkan analisis data pada penelitian iniketuntasan hasil belajar proses
mahasiswa secara individual, pada pre test adalah 10%, sedangkan pada post test
adalah 100%. Ketuntasan indikator hasil belajar setiap mahasiswa secara klasikal
pada pre test sebesar 0% sedangkan pada post test sebesar 100%, demikian halnya
masing-masing indikator hasil belajar proses yang diujikan pada pre test
presentase ketuntasaanya secara klasikal adalah 10% sedangkan pada post test
adalah 100%.
Berdasarkan analisis data THB proses pada, menunjukkan bahwa ketuntasan hasil
belajar proses mahasiswa secara individual, pada pre test adalah 0%, sedangkan
pada post test adalah 100%. Ketuntasan indikator hasil belajar setiap mahasiswa
secara klasikal pada pre test sebesar 0% sedangkan pada post test sebesar 100%,
demikian halnya masing-masing indikator hasil belajar proses yang diujikan pada
pre test presentase ketuntasaanya secara klasikal adalah 10% sedangkan pada post
test adalah 100%.
Hasil analisis data terhadap ketuntasan hasil belajar proses di atas menunjukkan
bahwa setelah implementasi pendekatan keterampilan proses yang terintegrasi
dalam model pembelajaran berbasis proyek, mengakibatkan terjadinya
peningkatan ketuntasan hasil belajar secara individual, ketuntasan indikator hasil
belajar setiap mahasiswa, maupun ketuntasan masing-masing indikator hasil
belajar. Hal ini menunjukkan bahwa scaffolding (pemberian batuan dari dosen
kepada mahasiswa guna mengatasi masalah yang melampaui tingkat
perkembangan mahasiswa tersebut saat ini) yang dilakukan selama mengajarkan
materi dan juga selama proses penilaian proyek penyelidikan ilmiah mahasiswa
yang dilakukan telah mendukung tahap demi tahap yang dilakukan mahasiswa
Pembelajaran Pendekatan Keterampilan Sains yang Terintegrasi....
FP-51
untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Hasil penelitian ini mendukung
teori yang disampaikan oleh Vygotsky dalam Nur (2004b: 6) yang
mengungkapkan bahwa scaffolding atau Mediated Learning harus dilakukan
sebagai dukungan dalam tahap-tahap belajar untuk memecahkan masalah.
c) Tes Hasil Belajar (THB) Psikomotor
Tes terhadap hasil belajar psikomotor untuk mengetahui kinerja ilmiah mahasiswa
dilakukan dengan teknik observasi setelah mahasiswa mengikuti rangkaian
kegiatan dengan perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan. Berdasarkan
hasil analisis data terhadap THB psikomotor mahasiswa pada penelitian ini, dapat
diungkapkan bahwa persentase ketuntasan hasil belajar mahasiswa secara
individual dan ketuntasan indikator hasil belajar masing-masing mahasiswa
adalah 100%.
3) Motivasi dan Minat Mahasiswa
Berdasarkan analisis angket minat mahasiswa pada penelitian inidapat
dikemukakan bahwa rata-rata skor aspek minat minimal 3,52 dengan kategori
cukup baik, sedangkan berdasarkan analisis minat mahasiswa terhadap kegiatan
perkuliahan yang diuraikan pada Tabel 4.12 dapat dikemukakan bahwa rata-rata
skor aspek minat minimal 3,53 dengan kategori cukup. Berdasarkan hasil analisis
tersebut dapat disimpulkan bahwa implementasi perangkat yang dikembangkan
pada penelitian ini dapat menumbuhkan perhatian, relevansi, kepercayaan diri dan
kepuasan mahasiswa selama mengikuti proses perkuliahan.
Berdasarkan analisis angket motivasi mahasiswa pada penelitian inidapat
dikemukakan bahwa rata-rata skor aspek motivasi minimal 3,35 dengan kategori
cukup baik, sedangkan berdasarkan analisis motivasi mahasiswa terhadap
perkuliahan yang diuraikan pada Tabel 4.13 dapat dikemukakan bahwa rata-rata
skor aspek motivasi minimal yaitu 3,38 dengan kategori cukup baik. Berdasarkan
hasil analisis ini dapat disimpulkan bahwa implementasi perangkat yang
dikembangkan baik pada penelitian ini dapat menumbuhkan motivasi mahasiswa.
Hasil penelitian ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Khamdi (2008) bahwa
pembelajaran berbasis proyek mampu meningkatkan motivasi siswa karena dalam
pelaksanaannya siswa diberi peluang untuk memecahkan masalah, berkolaborasi
untuk terlibat dalam tugas-tugas pemecahan masalah, dan juga berkolaborasi
untuk mengembangkan dan mempraktekkan keterampilan berkomunikasi.
Berdasarkan uraian di atas dapat pula disimpulkan bahwa dengan melibatkan
mahasiswa dalam melakukan proyek penyelidikan ilmiah dapat menumbuhkan
keinginan untuk belajar, karena cara-cara yang tersedia pada dosen dapat
merangsang motivasi tersebut, dan pengalaman-pengalaman pendidikan yang
merangsang motivasi ialah, pengalaman-pengalaman dimana para mahasiswa
berpartisipasi secara aktif dalam menghadapi alam dan lingkungan sekitarnya
(Sagala, 2008: 36). Implementasi pembelajaran berbasis proyek pun dapat
meningkatkan motivasi seperti yang diungkapkan oleh Maslow dalam Nur (2003:
9) bahwa dalam kenyataannya, semakin orang dapat memenuhi kebutuhan mereka
untuk mengetahui dan memahami dunia disekeliling mereka, motivasi mereka
untuk belajar lebih banyak dapat menjadi semakin besar.
FP-52
Saulim DT. H
4) Keterlaksanaan SAP
Hasil analisis keterlaksanaan SAP yang dikembangkan berdasarkan sintaks model
pembelajaran langsung dan pembelajaran berbasis proyek pada penelitian inidapat
dikemukakan bahwa, rata-rata skor semua kegiatan selain pengelolaan waktu
minimal adalah 3,4 dengan kategori cukup baik. Selain itu satu aspek yang
dianggap memiliki rata-rata skor rendah yakni pengelolaan waktu yaitu 2,8
dengan kategori kurang baik. Adapun hasil analisis perhitungan reliabilitas
instrumen keterlaksanaan SAP pada penelitian inidapat dikemukakan bahwa ratarata reliabilitas pengamatan yang dilakukan oleh dua orang pengamat selama lima
SAP adalah 97,97%, sehingga instrumen tersebut dapat dikatakan reliabel.
Mengacu pada hasil analisis di atas dapat dikemukakan pula bahwa proses
pembelajaran selama tiga pertemuan menggunakan model pembelajaran langsung,
dengan demikian terdapat salah satu komponen yang menurut pengamatan selama
proses berkategori kurang baik yaitu aspek pengelolaan waktu. Pengelolaan
waktu yang dinilai kurang efektif diakibatkan karena proses membimbing
mahasiswa selama mengerjakan latihan soal sering kali memakan waktu lebih dari
waktu yang telah ditargetkan.
Setelah SAP yang dikembangkan direvisi berdasarkan masukan pada saat ujian
komprehensif, maka SAP yang dikembangkan merujuk pada model pembelajaran
yang dikembangkan yakni model pembelajaran langsung dan pendekatan
keterampilan proses yang terintegrasi dalam model pembelajaran berbasis proyek.
Setelah diimplementasikan pada penelitian, maka berdasarkan hasil analisis
keterlaksanaan SAP pada Tabel 4.15 dapat dikemukakan bahwa skor rata-rata
terendah yang diperoleh selama proses pembelajaran adalah pada aspek
pengelolaan waktu yakni 3 dengan kategori cukup baik. Adapun rata-rata
reliabilitas pengamatan yang dilakukan oleh dua orang pengamat selama lima
pertemuan adalah 99,30%, sehingga instrumen tersebut dapat dikatakan reliabel.
Berdasarkan hasil analisis data keterlaksanaan SAP pada penelitian di atas
menunjukkan bahwa, pengelolaan waktu yang dinilai memiliki rata-rata skor
terendah ini dapat diakibatkan karena pada fase ketiga dari model pembelajaran
yang dikembangkan yakni menerapkan pengetahuan yang dipresentasekan dalam
kegiatan eksperimen dan membimbing mahasiswa melakukan eksperimen dinilai
memakan waktu yang cukup banyak. Namun secara garis besar dapat
diungkapkan bahwa aspek pengelolaan waktu yang dinilai kurang baik oleh
pengamat pada saat penelitian ini mengalami peningkatan.
Dalam fase-fase model pembelajaran langsung terdapat pula pengitegrasian
pendekatan keterampilan proses dimana pada fase ke tiga dari model
pembelajaran langsung dosen membimbing mahasiswa dalam menerapkan materi
yang telah dipresentasekan dalam kegiatan eksperimen berupa merumuskan
masalah dan hipotesis, mengidentifikasi variabel dan mendefinisikannya secara
operasional, merencanakan alat dan bahan, menyusun urutan langkah kerja untuk
melakukan eksperimen, melakukan ekperimen dimana aspek-aspek tersebut
tergolong kedalam keterampilan terpadu. Hal ini bertujuan untuk melatih
keterampilan-keterampilan dasar dalam bereksperimen sebelum mahasiswa
Pembelajaran Pendekatan Keterampilan Sains yang Terintegrasi....
FP-53
dihadapkan dalam melakukan proyek penyelidikan ilmiah. Skor rata-rata minimal
yang diperoleh pada fase-fase tersebut berkategori cukup baik, hal ini
mengindikasikan bahwa sebelum mahasiswa melakukan peroyek penyelidikan
ilmiah mahasiswa tersebut telah diajarkan untuk menguasai keterampilan proses
terpadu yang menurut Nur dan Samani (1996: 8) merupakan keterampilan yang
diperlukan apabila seorang melakukan eksperimen untuk memecahkan masalah.
5) Aktivitas Mahasiswa Selama Proses Pembelajaran
Berdasarkan hasil analisis terhadap instrumen pengamatan aktivitas mahasiswa
pada penelitian ini, yakni selama 3 pertemuan dimana mahasiswa mengikuti
proses perkuliahan dengan menggunakan model pembelajaran langsung
menunjukkan bahwa persentase aspek-aspek aktivitas yang paling tinggi adalah
pada akitivitas mendengarkan penjelasan dosen dan berdiskusi antar mahasiswa
yakni 39,56% dan 30,63%. Dapat pula diungkapkan bahwa hasil perhitungan
reliabilitas instrumen pengamatan terhadap aktivitas mahasiswa pada penelitian
inimemperoleh rata-rata reliabilitas selama tiga SAP adalah 90,08%.
Pada penelitian, aktivitas mahasiswa diamati pada pertemuan 1, 2, dan 3.
Berdasarkan hasil analisis terhadap aspek aktivitas yang diamati (Tabel 4.28),
persentase aspek-aspek aktivitas yang paling tinggi adalah pada akitivitas
mendengarkan penjelasan dosen yakni 37,53%, selanjutnya aspek membaca bahan
ajar untuk pertemuan 1, dan melakukan percobaan untuk pertemuan 2 dan 3
adalah 28,06%. Dapat pula diungkapkan bahwa reliabilitas instrumen pengamatan
aktivitas mahasiswa pada uji coba adalah minimal 95,70%.
Mengacu pada hasil analisis tersebut dapat dikemukakan bahwa frekuensi
aktivitas mahasiswa selama proses perkuliahan berlangsung tergolong tinggi. Hal
ini dapat dihubungkan dengan pelaksanaan proses pembelajaran yang baik dan
terencana dapat membuat aktivitas-aktivitas siswa untuk tetap berada dalam
aktivitas sebenarnya. Hal ini sejalan dengan diungkapkan oleh (Kardi, 2005: 4)
bahwa sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang baik dapat mengarahkan
kegiatan pembelajaran berlangsung dengan berhasil.
Selama proses pembelajaran berlangsung, aktivitas mahasiswa yang dominan
adalah mendengarkan atau memperhatikan penjelasan dosen dan diikuti oleh
aktivitas berikutnya yakni berdiskusi antar mahasiswa. Hal ini menunjukkan
bahwa penerapan perangkat pembelajaran yang dikembangkan dapat
menumbuhkan hubungan timbal balik (resiprositas) antara dosen dan mahasiswa
maupun antara sesasama mahasiswa. Hasil penelitian tentang aktivitas mahasiswa
selama proses pembelajaran mendukung pembahasan Brunner mengenai sisi
sosial dari proses pembelajaran, yakni kebutuhan mendalam manusia adalah
merespon orang lain untuk bekerja sama guna mencapai tujuan yang mana hal ini
disebut resiprositas atau hubungan timbal balik. Lebih lanjut Brunner berpendapat
bahwa resiprositas merupakan sumber motivasi yang bisa dimanfaatkan oleh
dosen untuk menstimulasi kegiatan belajar (Brunner, 1966 dalam Silberman,
2006: 30).
FP-54
Saulim DT. H
6) Kendala-kendala Penelitian
Kendala-kendala yang
iniberlangsung adalah:
ditemui
selama
proses
penelitian
penelitian
a. Kondisi padamnya lampu secara keseluruhan di kota Kupang mengakibatkan
tidak berfungsinya LCD untuk mendukung proses pembelajaran yang telah
dirancang, sehingga berpengaruh terhadap pengelolaan kegiatan belajar mengajar
oleh peneliti terutama pada aspek pengelolaan waktu, meskipun demikian kendala
tersebut telah diantisipasi sebelumnya dengan memperbanyak print out power
point presentase tersebut.
b. Akibat padatnya jadwal perkuliahan mengakibatkan mahasiswa sebagai
subjek uji coba tidak hadir tepat sesuai waktu yang telah disepakati.
Kendala-kendala yang ditemui selama proses penelitian adalah penelitian yang
dilangsung pada awal semester dimana kegiatan perkuliahan belum kondusif dan
melibatkan mahasiswa baru (semester I) sebagai subjek uji coba mengakibatkan
peneliti mengalami kesulitan dalam mengkoordinir mahasiswa-mahasiswa
tersebut. Kendala ini diselesaikan dengan cara bekerja sama dengan ketua
Program Studi Pendidikan fisika dan dosen pada Program Studi Pendidikan fisika
untuk mengkoordinir mahasiswa yang dijadikan sebagai subjek uji coba.
4
Simpulan
Setelah seluruh rangkaian tahapan penelitian sampai dengan tahap analisis
dilaksanakan, maka didapatkan temuan penelitian sebagai berikut.
1. Perangkat pembelajaran pendekatan keterampilan proses yang terintegrasi
dalam model pembelajaran berbasis proyek dikatakan layak dari segi
efektivitas penerapan yang berdasarkan kepada:
a. Penguasaan keterampilan proses mahasiswa berkategori baik dengan ratarata skor minimal untuk THB proses 3,13, sedangkan rata-rata skor
minimal untuk penilaian proyek penyelidikan ilmiah adalah 3 pada uji
coba I dan 2,50.
b. Ketuntasan hasil belajar produk mahasiswa secara klasikal meningkat
sebesar 60%, ketuntasan hasil belajar proses mahasiswa meningkat sebesar
90%, dan ketuntasan hasil belajar psikomotor mahasiswa sebesar 100% .
c. Rata-rata skor minat ARCS mahasiswa minimal 3,52 (Cukup baik,
sedangkan rata-rata skor motivasi ARCS mahasiswa 3,35 (Cukup baik).
d. Keterlaksanaan SAP dikatakan baik pada semua aspek kecuali pada aspek
pengelolaan waktu memperoleh rata-rata skor 2,8 (kurang baik). Rata-rata
reliabilitas instrumen adalah 97,39%, dengan demikian instrumen
dikatakan reliabel.
e. Aktivitas mahasiswa selama perkuliahan dikatakan tinggi terutama pada
aspek mendengarkan penjelasan dosen dengan persentase 39,56% dan
berdiskusi antar sesama mahasiswa dengan persentase 30,63%, sedangkan
rata-rata reliabilitas pengamatan sebesar 90,08%. Aktivitas mahasiswa
tinggi pada saat mendengarkan penjelasan dosen dengan persentase
37,53%, dan membaca materi ajar/melakukan percobaan dengan
persentase 28,06% sedangkan rata-rata reliabilitas pengamatan sebesar
97,50%.
Pembelajaran Pendekatan Keterampilan Sains yang Terintegrasi....
FP-55
f. Kendala yang ditemui selama penelitian adalah:
1) Kondisi padamnya lampu secara keseluruhan di kota Unpar
mengakibatkan tidak berfungsinya LCD untuk mendukung proses
pembelajaran yang telah dirancang, sehingga berpengaruh terhadap
pengelolaan kegiatan belajar mengajar oleh peneliti terutama pada
aspek pengelolaan waktu.
2) Penelitian yang dilangsung pada awal semester dimana kegiatan
perkuliahan belum kondusif dan melibatkan mahasiswa baru (semester
I) sebagai subjek uji coba mengakibatkan peneliti mengalami kesulitan
dalam mengkoordinir mahasiswa-mahasiswa tersebut.
Berdasarkan temuan-temuan penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa
penerapan keterampilan proses yang terintegrasi dalam model pembelajaran
berbasis proyek yang dikembangkan dikatakan layak dari segi validitas
maupun dari segi efektivitas penerapannya guna meningkatkan hasil belajar
dan aktivitas ilmiah mahasiswa.
Referensi
1. Arends, R.I. 1997. Classroom Management and Instructional. New York:
McGraw-Hill, Inc.
2. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.
3. Barron, B.J, Schwartz, D.L, Vey, N.J, Moore, A, Petrosino, A, Zech, L,
Bransford, J. D, The Cognition and Technology Group at Vanderbilt. 1998.
Doing with Understnading: Lessons from Research on Problem- and
Project-Based Learning. The Journal of the Learning Science.
4. Carin, A. 1993. Teaching Modern Science 3 rd Edition. New york.
Macmillan Publishing.
5. Dahar, RW. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta:Erlangga
6. Khamdi, Waras. 2008. Pembelajaran Berbasis Proyek:Model Potensial
untuk Peningkatan Mutu Pembelajaran, sebuah Makalah seminar.
7. Keller, J.M.1987. Development and Use of The ARCS Model of
Instructional Design. Journal of Instructional Development. Florida State
University Tallhessec. Vol.10 No.3, PP 2-9
8. Margono, S. 1996. Metodologi Penelitian Pendidikan. Rieneka Cipta.
Jakarta.
9. Muijs, D dan Reynolds D, 2008. Effective Teaching Teori dan Aplikasi.
Yogjakarta: Pustaka Belajar
10. Makalah yang digunakan sebagai bahan kegiatan latihan kerja instruktur PKP
IPA di Bandung tanggal 23-27 juni 1996.
11. Nur, M. 2000a. Buku Panduan Keterampilan Proses. Surabaya. Universitas
Negeri Surabaya.
12. Nur, M. 2000b. Buku Panduan Keterampilan Proses; Surabaya. Universitas
Negeri Surabaya - University Press
13. Nur, M. 2002 :”Keterampilan-keterampilan Proses Sains” (makalah
disampaikan pada pelatihan pembelajaran yang berkaitan dengan kurikulum
berbasis kompetensi kepada para guru MIPA SMU negeri kab siduarjo, pusat
sains dan matematika program pasca sarjana unesa)
Download