Hubungan antara Gerakan Sholat dengan Ketahanan

advertisement
Hubungan antara Gerakan Sholat dengan Ketahanan Kardiorespirasi
“Hubungan antara Gerakan Sholat dengan Ketahanan
berdasarkan VO2max Mahasiswa Universitas Ngudi Waluyo”
Kardiorespirasi
*Nia Kurniawati
**Ns. Faridah Aini, S.Kep., M.Kep., Sp.KMB **Ns. Yunita Galih Yudanari, S. Kep., M. Kep
*Mahasiswa S1 Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo
**Dosen S1 Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo
ABSTRAK
Ketahanan kardiosrepirasi merupakan kemampuan tubuh melakukan latihan
dinamis yang melibatkan banyak kelompok otot dalam waktu yang lama dengan
intensitas sedang hingga tinggi. Ketahanan kardiorespirasi dapat ditingkatkan dengan
aktivitas fisik/latihan yang rutin, seperti sholat. Gerakan sholat merupakan aktivitas
ibadah yang melibatkan gerakan tubuh yang berulang-ulang yang mampu
meningkatkan pengeluaran tenaga. Tujuan penelitian ini yakni untuk menganalis
hubungan antara gerakan sholat dengan ketahanan kardiorespirasi berdasarkan VO2max
mahasiswa Universitas Ngudi Waluyo. Penelitian ini menggunakan desain analitik,
dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini sejumlah 298
mahasiswa, dan menggunakan tekhnik systematic random sampling. Uji statistic yang
digunakan yakni uji Gamma dan Somers’d.
Ada hubungan yang kuat antara gerakan sholat dengan ketahanan
kardiorespirasi berdasarkan VO2max dengan nilai p 0,000001 (α = 0,05) dan r = 0,954.
Berdasarkan penelitian ini, diharapkan pada pemuda muslim melakukan aktifitas
fisik/latihan secara rutin untuk meningkatkan daya tahan kardiorespirasi, salah satunya
dengan sholat.
ABSTRACT
Cardiorespiratory endurance is the ability of the body to perform prolonged,
large-muscle, dynamic exercise at moderate-to-high levels of intensity.
Cardiorespiratory endurance can be improved with routine physical activity and
exercise, including salat. Salat movements are worship activity which involve body
movements that can improve energy production. The objective in this study is to
analyze the correlation between salat movements with cardiorespiratory endurance
based on vo2max on student of Ngudi Waluyo University. This was an analytical study
with cross sectional approach. The sample were 298 student and taken by systematic
random sampling. Statistical analysis used Gamma dan somers’d.
There is a significant effect between salat movements with cardiorespiratory
endurance based on VO2max with p 0,000001 ( = 0,05) and r 0,954. This study
suggest that student of Ngudi Waluyo University should do routine physical activity and
exercise to improve a better cardiorespiratory endurance, including salat.
Keywords
: Cardiorespiratory endurance, VO2max, Harvard step test, Physical
activity and exercise, Salat movement
Bibliographies : 45 (2006-2016)
Universitas Ngudi Waluyo [2017
Page 1
Hubungan antara Gerakan Sholat dengan Ketahanan Kardiorespirasi
PENDAHULUAN
Daya
tahan
kardiorepirasi
merupakan kemampuan tubuh untuk
melakukan latihan dinamis yang
melibatkan banyak kelompok otot
dalam waktu yang lama dengan
intensitas
sedang
hingga
tinggi
(Rodriguez, 2014).
Pengukuran
daya
tahan
kardiorespirasi untuk kapasitas aerobik
untuk
menghirup,
mengangkut,
mengedarkan,
membagikan
dan
menggunakan oksigen (O2) sebanyakbanyaknya yang disebut sebagai
VO2max atau volume oksigen maksimal
(Kusnanik, 2007).
kardiorespirasi
mencapai
puncaknya pada usia 18-24 tahun
bersamaan dengan puncak massa otot
(Depkes, 2014). Namun tingkat
ketahanan kardiorespirasi pada usia 1824 tahun saat ini terhitung masih
rendah, tercermin dari tes ketahanan
kardiorespirasi yang dilakukan oleh
Susy (2013) bagian ilmu faal fakultas
kedokteran
universitas
udayana,
penelitian dilakukan terhadap 73
responden
usia
16-24
tahun,
menunjukkan
39 responden (54%)
termasuk dalam kategori kurang sekali,
23 responden (31,5%) kurang, 9
responden (13,2%) sedang, dan 2
responden (2,7%) memiliki daya tahan
kardiorespirasi yang baik (Susy, 2013).
Berdasarkan jurnal Pemuda
Muslim
Asia
Tenggara
(2011)
menjabarkan ketergantungan terhadap
teknologi dan telekomunikasi pada
muslim di Indonesia sekitar 83%.
Menurut WHO (2009), 60 – 80%
populasi dewasa tidak aktif secara fisik.
Ketidakaktifan fisik atau aktivitas
sedentari dalam jangka panjang dapat
menyebabkan
peningkatan
resiko
terserang
penyakit
kardiovaskuler
disebabkan karena penurunan tingkat
Universitas Ngudi Waluyo [2017
ketahanan kardiorespirasi (Kemenkes
RI, 2011 dan Susy, 2013).
Ketahanan
kardiorespirasi
dipengaruhi oleh obesitas, jenis
kelamin, kadar hemoglobin, penyakit
kardiopulmuner, merokok, genetic,
umur dan aktivitas jasmani/latihan
(Pridianto, 2014 dan Uliyandari, 2009).
Berdasarkan
hal-hal
yang
mempengaruhi
ketahanan
kardiorespirasi yakni aktivitas jasmani/
latihan, pada usia dewasa awal usia 1524 tahun perilaku sedentary sebesar
23,2%-25,5%,
lebih
tinggi
dibandingkan usia 25-34 tahun yakni
sebesar
21,0%-22,1%
(Riskesdas,
2015). Usia dewasa awal yakni usia
seseorang memasuki jenjang perguruan
tinggi, atau disebut sebagai mahasiswa.
Setiap mahasiswa perlu meningkatkan
kesehatannya melalui gaya hidup aktif
yang ditunjukkan dengan melakukan
aktivitas jasmani secara rutin dan teratur
agar dapat menjalankan kewajibannya.
Aktivitas jasmani/ latihan secara
rutin dan teratur bagi seorang muslim
yakni sholat. Gerakan sholat merupakan
latihan alternative ketahanan tubuh
yang tepat dilakukan oleh umat muslim
dimana terdapat physical movement
yang mampu meningkatkan denyut nadi
dan napas lebih cepat dari biasanya,
mampu meningkatkan sirkulari darah,
fleksibilitas otot dan keseimbangan
tubuh (Safee, 2012 dan Fatimah, 2012).
Frekuensi sholat yang dilakukan 5 kali
dalam sehari dengan durasi sekitar 25,5
– 42, 5 menit/hari atau sekitar 3 – 10
menit dalam satu waktu sholat (Yucel,
2010 dan Doufesh, 2013). Gerakan
sholat menyebabkan repetisi pada sendi
dan otot. Reseptor sendi dan otot yang
terseksitasi selama otot berkontraksi
akan secara refleks merangsang pusat
pernapasan dan akan dengan cepat
meningkatkan
ventilasi
karena
peningkatan aliran darah ke otot melalui
peningkatan
curah
jantung
dan
Page 2
Hubungan antara Gerakan Sholat dengan Ketahanan Kardiorespirasi
vasodilatasi lokal di otot-otot yang aktif
(Wahid, 2010 dan Wiarto, 2013),
sehingga
mampu
meningkatkan
ketahanan kardiorespirasi. Berdasarkan
uraian tersebut peneliti tertarik meneliti
hubungan antara gerakan sholat dengan
ketahanan kardiovaskuler berdasarkan
VO2max pada mahasiswa Universitas
Ngudi Waluyo.
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara gerakan
sholat dengan ketahanan kardiorespirasi
berdasarkan VO2max pada mahasiswa
Universitas Ngudi Waluyo. Manfaat
penelitian ini yakni dapat dijadikan
bahan penyemangat untuk lebih
meningkatkan kuantitas dan kualitas
sholat sehingga dapat meningkatkan
ketahanan kardioraspirasi.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan
desain penelitian analitik, karena
peneliti mencoba menggali bagaimana
dan mengapa gerakan sholat bisa
mempengaruhi
ketahanan
kardiorespirasi
dengan melakukan
analisis dinamika korelasi antara kedua
variabel
tersebut.
Penelitian
ini
menggunakan
pendekatan
cross
sectional
dengan
melakukan
pengumpulan data dari responden
dengan diobservasi satu kali saja.
Penelitian telah dilakukan pada
tanggal 28 Desember 2016 sampai
dengan 2 Januari 2017 di Universitas
Ngudi
Waluyo.
Sampel
dalam
penelitian ini sebanyak 298 responden.
Tekhnik sampling yang digunakan
dalam penelitian ini adalah systematic
random sampling. Instrumen yang
digunakan yakni kuisioner gerakan
sholat untuk mengukur kategori gerakan
sholat dan Harvard Step Test untuk
mengetahui kategori indeks kebugaran
berdasarkan VO2max. Uji statistic yang
digunakan yakni uji Gamma dan
somers.
Universitas Ngudi Waluyo [2017
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Gerakan sholat
Diagram 4.3
Distribusi
frekuensi responden berdasarkan
gerakan sholat
Tidak
sempurna
36,6%
Sangat
sempurna
4,7%
Sempurna
58,7%
Hasil penelitian berdasarkan
diagram 4.3 diketahui bahwa kategori
gerakan
sholat
pada
responden
Universitas Ngudi Waluyo dalam
kategori sangat sempurna sejumlah 14
responden (4,7%), kategori sempurna
sejumlah 175 responden (58,7%), dan
tidak sempurna sejumlah 109 responden
(36,6%). Berdasarkan data tersebut,
menunjukkan bahwa 36,9% responden
muslim tidak sempurna dalam gerakan
sholat. Ketidak-sempurnaan gerakan
sholat disebabkan karena tidak sesuai
dengan panduan gerakan sholat
Rasullullah (Abdul Qadir Jawas, 2014),
yang telah peneliti jabarkan dalam
bentuk kuisioner gerakan sholat.
Berdasarkan tabel tersebut,
perbedaan antara kategori sholat sangat
sempurna,
sempurna
dan
tidak
sempurna
yakni
terletak
pada
pernyataan terkait dengan frekuensi dan
durasi. Pada responden dengan kategori
sangat sempurna 100% durasi dan
frekuensinya sesuai, sedangkan pada
kategori sempurna, hanya frekuensinya
yang 100% sesuai, dan yang tidak
sempurna 100% pada tidak sesuai.
Berdasarkan fatwa dari Ibnul
Qayyim rahimahullah, mengatakan
bahwa manusia dalam shalat ada 5
tingkatan yakni pertama adalah
mu’aaqab (yakni orang yang menyiaPage 3
Hubungan antara Gerakan Sholat dengan Ketahanan Kardiorespirasi
nyiakan waktu dan hukum-hukum
sholat; kedua adalah muhaasabah
(yakni orang yang memelihara waktuwaktu shalat, akan tetapi tidak
bersungguh-sungguh dalam menjaga
dirinya dari was-was sehingga durasi
sholatnya lebih cepat dari yang
dianjurkan; ketiga yakni mukaffar
(yakni orang yang menjaga hukumhukumnya, rukun-rukunnya, dan ia
bersungguh-sungguh menjaga dirinya
dari was-was; keempat yakni mutsaab
(yakni orang yang jika ia berdiri shalat,
maka
ia
menyempurnakan
hak
shalatnya, dan hatinya tenggelam dalam
menjaga itu), dan yang kelima yakni
muqarrab (yakni orang yang apabila
shalat seperti orang yang keempat.
Akan tetapi selain itu, ia mengambil
hatinya dan meletakkannya dihadapan
Rabb-Nya) (Al-waabilush Shayyib, hal.
23).
Berdasarkan
uraian
diatas,
kategori sholat menurut Ibnul Qayyim
rahimahullahu, pada bagian keempat
dan kelima tidak dapat terukur oleh
peneliti karena berkaitan dengan
kekhusyukan
seseorang,
sehingga
pengkategorian dalam penelitian ini
yakni ada 3 meliputi sangat sempurna
(mukaffar), sempurna (muhaasab) dan
tidak sempurna (mu’aaqab).
2. Ketahanan kardiorespirasi
Diagram Distribusi
frekuensi
indeks kebugaran ketahanan
kardiorespirasi
Kurang
25%
Buruk
4%
Baik
sekali
1%
Baik
17%
Hasil penelitian berdasarkan
diagram 4.4 diketahui bahwa kategori
ketahanan kardiorespirasi berdasarkan
VO2max pada responden Universitas
Ngudi Waluyo, dalam kategori baik
sekali sejumlah 4 responden (1,3%),
kategori baik sejumlah 50 responden
(16,8%), kategori sedang sejumlah 157
responden (52,7%), kategori kurang
sejumlah 76 responden (25,5%), dan
kategori buruk sejumlah 11 responden
(3,7%).
Ketahanan
kardiorepirasi
merupakan kemampuan tubuh untuk
melakukan latihan dinamis yang
melibatkan banyak kelompok otot
dalam waktu yang lama dengan
intensitas
sedang
hingga
tinggi
(Rodriguez, 2014). Indikator ketahanan
kardiorespirasi
yakni
VO2max.
Berdasarkan hasil penelitian, sejumlah
87 responden (29,2%)
mengalami
ketahanan kardiorespirasi dibawah ratarata yakni kategori kurang sejumlah 76
responden dan kategori buruk sejumlah
11 responden. Hal ini berkaitan dengan
tingkat aktivitas responden yakni
intensitas ringan. Aktivitas dengan
intensitas ringan akan menyebabkan
menurunnya ketahanan kardiorespirasi
seseorang (Kemenkes RI, 2011).
Aktivitas dengan intensitas
ringan yakni aktivitas yang tidak
termasuk dalam aktivitas fisik aktif,
dimana aktivitas fisik aktif adalah setiap
gerakan tubuh yang meningkatkan
pengeluaran tenaga dan energi atau
pembakaran kalori, dan aktivitas fisik
aktif dengan melakukan kegiatan fisik
minimal 10 menit sampai meningkatnya
denyut nadi dan napas lebih cepat dari
biasanya (Riskesdas, 2013).
Sedang
53%
Universitas Ngudi Waluyo [2017
Page 4
Hubungan antara Gerakan Sholat dengan Ketahanan Kardiorespirasi
3. Hubungan antara gerakan sholat dengan ketahanan kardiorespirasi berdasarkan
VO2max
Tabel 4.5 Hubungan antara gerakan sholat dengan ketahanan kardiorespirasi
berdasarkan VO2max mahasiswa Universitas Ngudi Waluyo
Gerakan
sholat
Baik
sekali
3
(21,4%)
Ketahanan kardiorespirasi
Baik
Sedang
Kurang
baik
9
2
0
(63,3%)
(14,5%)
(0%)
Sempurna
1
(0,6)
41
(23,4%)
123
(70,3%)
Tidak
sempurna
0
(0%)
0
(0%)
Total
4
(1,3)
50
(16,8%)
Sangat
sempurna
total
r
p
0
(0%)
14
(100%)
0,954
0,000001
10
(5,7%)
0
(0%)
175
(100%)
32
(29,4%)
66
(60,6)
11
(10,1%)
109
(100%)
157
(42,7%)
76
(25,5%)
11
(3,7%)
298
(100%)
Hasil penelitian berdasarkan
tabel 4.5 dapat diketahui bahwa
sebagian
besar
responden
yang
memiliki gerakan sholat yang sangat
sempurna
miliki
ketahanan
kardiorespirasi pada tingkat baik, yakni
sejumlah 64,3% dan jumlah ini cukup
besar dibandingkan dengan ketahanan
kardiorespirasi pada tingkat sangat baik
yakni 21,4%. Hal ini disebabkan karena
responden dengan kategori sangat
sempurna, dari 14 orang 7 diantaranya
menyatakan bahwa frekuensi, durasi
dan
ketepatan
geraknnya
tidak
konsisten pada 3 hari sebelumnya.
Responden menyatakan bahwa mulai
konsisten dalam gerakan sholat 3 hari
terakhir. Aktivitas fisik dan latihan
(termasuk sholat) secara teratur dan
konsisten
bermanfaat
menguatkan
sistem jantung dan pembuluh darah, dan
apabila dilakukan
dengan tidak
konsisten maka akan mempengaruhi
ketahanan kardiorespirasi (Wiarto,
2013).
Aktivitas atau latihan fisik
(sholat) memberikan pengaruh positif
pada sistem kardiorespirasi, seiring
dengan peningkatan intensitas latihan
terjadi hingga mencapai nilai denyut
jantung maksimal, dimana denyut
jantung dipengaruhi oleh kadar oksigen
Universitas Ngudi Waluyo [2017
Buruk
dan karbondioksida dalam darah
(Halder, 2016). Pada orang yang
melakukan latihan alternatif ketahanan
tubuh
(sholat)
yang
konsisten
didapatkan nilai denyut jantung istirahat
yang lebih rendah karena adanya
peningkatan stroke volume akibat
respon vagal yang meningkatkan
kontribusi
terhadap
terjadinya
bradikardia istirahat (Corbin, 2014 dan
Doufesh, 2013).
Gerakan sholat dengan kategori
tidak sempurna yakni paling banyak
berada pada kategori kurang, sebanyak
60,6%. Ketidak-sempurnaan sholat baik
dari segi frekuensi, durasi dan ketepatan
gerakan akan menyebabkan efek
fisiologinya akan berkurang. Tinggi
persentase ketahanan kardiorespirasi
dibawah rata-rata disebabkan karena
ketidaksempurnaan gerakan sholat,
apabila gerakannya tidak sempurna
maka hal tersebut tidak memehuhi
kriteria aktivitas fisik yang dapat
meningkatkan
ketahanan
tubuh
seseorang. Dilihat dari frekuensi dan
durasinya (100% tidak sesuai), rukuk
(97,2% tidak sesuai), dan sujud (100%
tidak sesuai). Dari beberapa indikator
tersebut menunjukkan bahwa aktivitas
sholat yang dilakukan tidak memuhi
Page 5
Hubungan antara Gerakan Sholat dengan Ketahanan Kardiorespirasi
syarat aktivitas dalam meningkatkan
ketahanan kardiorespirasi.
Berdasarkan indikator ketepatan
gerakan, apabila posisi yang dilakukan
tidak sesuai dengan panduan Rasulullah
maka akan memberikan efek yang
kurang bagi fisiologis tubuh. Pada
posisi rukuk, seharusnya tubuh dalam
posisi menungging dengan 900 sehingga
mampu memberikan efek kontraksi
yang maximal pada otot extensor
punggung bawah, namun jika posisinya
tidak tepat 900 maka hasilnya kurang
memberikan efek kontraksi pada otot
tersebut, sehingga kompensasi dari
kardiorespirasi tidak semaksimal ketika
seseorang melakukan posisi dengan
tepat. Ketidaksesuai gerakan akan
mengurangi efek fisiologis dari tubuh
terhadap gerakan tersebut, karena
masing-masing gerakan sudah memiliki
panduan dan manfaat masing-masing.
Pada posisi berdiri (takbiratul
ihram, bersedekap dan I’tidal), 300-500
mL darah akan terkumpul di pembuluh
kapasitans venosa ekstremitas bawah,
cairan mulai terkumpul di ruangan
intertisium akibat peningkatan tekanan
hidrostatik di kapiler, dan isi sekuncup
menjadi berkurang. Hal ini akan
menyebabkan penurunan tekanan darah
di sirun karotikus dan arkus aorta
sebagai bentuk kompensasi utama
sewaktu berdiri. Frekuensi denyut
jantung meningkat, yang membantu
mempertahankan
curah
jantung,
terdapat venokonstriksi yang relatif
ringan di perifer, namun terjadi
peningkatan cepat kadar rennin dan
aldosteron dalam darah. arteriol
berkonstriksi
untuk
membantu
mempertahankan
tekanan
darah
(Ganong, 2008 dan Doufesh, 2012).
Pada posisi rukuk, posisi jantung
sejajar dengan otak, maka aliran darah
maksimal pada tubuh bagian tengah,
tangan yang bertumpu di lutut berfungsi
relaksasi bagi otot-otot bahu hingga ke
Universitas Ngudi Waluyo [2017
bawah. Pada posisi rukuk, terdapat
tahanan minimal akibat pengaruh
gravitasi bumi yang mengakibatkan
terjadinya ketahanan otot extensor
punggung bawah kerana adanya efek
fisiologis otot. Otot extensor punggung
bawah merupakan otot yang sangat
berat dalam melakukan aktifitasnnya
(Wahid, 2010). Ketahanan otot extensor
punggung bawah yang melibatkan
berbagai tipe otot yang didominasi oleh
otot tipe I (slow twitch fiber) atau
disebut juga otot merah (red muscle)
yang memiliki karakter dapat bekerja
tahan lama akan tetapi kontraksinya
lambat dan otot tipe II (fast-twitch)
mengandung mitokondria relative lebih
sedikit, memiliki kapasitas aerobic
terbatas dan rentan kelelahan sedangkan
otot tipe intermediate (fast oxidative
glikolitic)
memiliki
karakteristik
diantara tipe I dan tipe II atau dapat
dikatakan campuran kedua tipe tersebut
(Howley, 2013).
Saat posisi menungging, otot
extensor yang bekerja menggunakan
lebih banyak O2 sehingga PO2 jaringan
dan PO2 darah vena dari otot yang aktif
akan turun sampai mendekati nol.
Difusi O2 dari darah kejaringan
bertambah sehingga PO2 darah di otot
berkurang, dan pelepasan O2 dari
hemoglobin meningkat, karena dilatasi
jalinan kapiler otot yang berkontraksi
dan bertambahnya kapiler yang terbuka,
jarak rata-rata antara darah dengan sel
jaringan sangat berkurang. Hal ini
memudahkan pergerakan O2 dari darah
ke sel (Ganong, 2008).
Posisi
sujud
ini
akan
memperkuat denyutan darah di arteri.
Akibatnya, kadar nitric oksida akan
meningkat. Artinya, dinding pembuluh
darah akan terbuka lebar dengan
peningkatan kadar nitrit. Hal ini tentu
saja memperlancar suplai darah ke
seluruh tubuh dan suplai darah ke otak
dengan meningkatnya curah jantung
Page 6
Hubungan antara Gerakan Sholat dengan Ketahanan Kardiorespirasi
dan meningkatnya volume paru
(Wiarto, 2013). Posisi jantung di atas
otak menyebabkan darah kaya oksigen
bisa mengalir maksimal ke otak (Kamil,
2007).
Posisi duduk (90o), menurut
Novatari (2016), pada posisi tegak 90o,
objek tidak memerlukan gaya ataupun
usaha dalam melawan gravitasi, karena
berat sudah dinetralkan oleh gaya
normal. Hal ini dikaitkan dengan
dengan perbedaan ventilasi dan perfusi
dari apeks ke basal paru, perbedaan ini
cenderung menghilang pada posisi
tegak,
sehingga
menyebabkan
penurunan tekanan intrapleura di bagian
basal, sehingga ventilasi dibagian basal
paru lebih meningkat. Sikap atau posisi
duduk
membuat
tekanan
darah
cenderung stabil. Hal ini dikarenakan
pada saat duduk sistem vasokontraktor
simpatis terangsang melalui saraf
rangka menuju otot-otot abdomen.
Keadaan ini meningkatkan tonus dasar
otot-otot tersebut yang menekan seluruh
vena cadangan abdomen, membantu
mengeluarkan darah darah cadangan
vaskuler abdomen ke jantung. Hal
tersebut membuat darah yang tersedia
bagi jantung untuk dipompa menjadi
meningkat. Keseluruhan respon ini
disebut refleks kompresi abdomen
(Guyton, 2007).
Uji statistik Gamma dan
Somers’d diperoleh nilai p 0,000001 (α
= 0,05) yang menunjukkan ada
hubungan antara gerakan sholat dengan
ketahanan kardiorespirasi, sedangkan r
sebesar 0,954 menunjukkan terdapat
hubungan yang kuat dan arah hubugan
yang positif antara gerakan sholat
dengan
ketahanan
kardiorespirasi
berdasarkan VO2max. Berdasarkan data
hasil penelitian tersebut, menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang kuat
antara gerakan sholat dengan ketahanan
kardiorespirasi, semakin sempurna
Universitas Ngudi Waluyo [2017
gerakan sholat seseorang maka semakin
baik
Sholat yang rutin dan teratur
akan menyebabkan jantung membesar,
ruang-ruang jantung akan melebar dan
SV (stroke Volume) akan lebih besar
pula. Pengaruh saraf simpatis pada otototot jantung menyebabkan kontraksi
semakin bertambah dan kuat tanpa
harus menambah panjang serabut
ototnya
dan
menyebabkan
bertambahnya darah yang dapat
dipompa keluar jantung. dilain pihak ia
mengakibatkan isi akhir sistolik
menjadi berkurang dari biasanya
(Fatimah, 2012 & Wiarto, 2013).
KESIMPULAN
Simpulan dari penelitian ini
bahwa ada hubungan antara gerakan
sholat dengan ketahanan kardiorespirasi
berdasarkan VO2max pada mahasiswa
Universitas Ngudi Waluyo, dengan p
0,000001 (a=0,05), dan r 0,954. Saran
pada pemuda muslim diharapkan
melakukan aktifitas fisik/latihan secara
rutin untuk meningkatkan daya tahan
kardiorespirasi, salah satunya dengan
sholat.
DAFTAR PUSTAKA
Bin Abdul Qadir Jawas, Yazid. (2014).
Sifat Wudhu dan Shalat Nabi
Shallallahu’alaihi Wa Sallam.
Jakarta: Pustaka Imam AsySyafi’i
Corbin C, Le Masurier G. (2014).
Cardiorespiratory
Endurance:
Fitness for Life 6th edition. USA:
Human Kinetics
Dahlan, M Sopiyudin. (2011). Statistik
untuk Kedokteran dan Kesehatan.
Jakarta: Salemba Medika
Page 7
Hubungan antara Gerakan Sholat dengan Ketahanan Kardiorespirasi
Doufesh H, Faisal T, Lim KS, et al.
(2013). Assessment of Heart Rate
and Blood Pressure in Different
Salat Positions. Journal Physical
Therapy Science
Fatimah,
Ibrahim.
(2010).
Biomechanical Response of The
Upper Body During Prostration
in Salat And The Child’s Pose a
Preliminary
Study.
Journal
Physical Therapy Science
Sagiran. (2012). Mukjizat Gerakan
sholat. Jakarta: Qultum Media
Suryana, Asep. (2011). Jurnal Pemuda
Muslim Asia Tenggara. Laporan
Negara Indonesia
Rodriguez, l., (2014). Cardiorespiratory
Endurance Lake Sumter State
Ganong, William F. (2008). Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran edisi 22.
EGC: Jakarta
Safee MM, Khairuddin M, Wan AB, et
al. (2012). Electromyographic
Activity of the Lower Limb
Muscles During Salat and
Specific
Exercises.
Journal
Therapy Science
Guyton Arthur C dan Hall JE. (2007).
Buku Ajar Fisiologi Kedokteran
edisi 11. EGC: JakartaV
Sherwood, Lauralee. (2009). Fisiologi
Manusia dari Sel ke Sistem edisi
6. Jakarta: EGC
Howley, Edward T., Scott K Powers.
(2012). Exercise Physiology 8th
edition. Mc Graw Hall
Wiarto, Giri. (2013). Fisiologi dan
Olahraga.
Graha
Ilmu:
Yogyakarta
Kamil, Rijal. (2007). Offer Solat and Be
Healthy. Islamia: Virginia
Universitas Ngudi Waluyo [2017
Page 8
Download