pembentukan benzil penisilin dengan senyawa

advertisement
83
FORMATION OF BENZYL PENICILLYN USING INTERMEDIATE
COMPOUNDS OUTSIDE MORE PERMEABLE CELLS
OF PENICILLIUM CHRYSOGENUM ATCC 26818
Refdinal Nawfa‡
ABSTRAK
Benzil penisilin adalah salah satu jenis antibiotika -laktam. Proses biosintesis benzil penisilin di dalam sel
Penicillium chrysogenum melibatkan tiga senyawa intermediet yaitu L-Valin, L-Sistein, dan α-aminoadipat yang
disintesis dari glukosa. Pada penelitian ini dicoba menggunakan senyawa intermediet tersebut tanpa melalui
biosintesis di dalam sel yaitu dengan menambahkannya di luar sel P. chrysogenum ATCC 26818 untuk membentuk
benzil penisilin dengan prekursor asam penil asetat. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan
P. chrysogenum ATCC 26818 yang telah lebih dipermiabilisasi dapat menghasilkan antibiotika dengan menggunakan
senyawa intermedietnya di luar sel. Hasil penelitian ini juga mengungkapkan bahwa tanpa penambahan αaminoadipat, antibiotika dapat dihasilkan. Diduga karena penambahan asam fenil asetat yang bersamaan dengan
senyawa intermediet L-sistein dapat langsung berikatan sehingga α-aminoadipat peranannya dalam pembentukan
benzil penisilin di dalam sel telah digantikannya.
Kata kunci: benzil penisilin, intermediet, permiabel.
ABSTRACT
Benzyl penicillyn is a member of the -laktam antibiotics. Biosynthesis of the antibiotic in a Penicillium chrysogenum
cell involves three intermediate compounds, i.e. L-valin, L-Cystein and α-aminoadipic acids which can be
synthesised from glucose. This research used the intermediate compounds without biosynthesis within the cells
to produce benzil penicilin antibiotics with phenyl acetate as a precursor. Results of the research showed that P.
chrysogenum ATCC 26818 can produce antibiotic after the cells are more permeabilized. The research also showed
that the antibiotics can be produced without the addition of -aminoadipic acid. The role of α-aminoadipic acid
in antibiotic benzil penicilin synthesis can be replaced by the addition of phenylacetic acid.
Keywords: benzyl penicillin, intermediate compounds, permeabilized.
1. PENDAHULUAN
Sampai saat ini Indonesia masih kekurangan
dalam penyediaan bahan baku untuk pembuatan
obat, khususnya obat-obat yang berfungsi
sebagai anti mikroba atau dikenal juga dengan
obat antibiotika.
Untuk mengatasi keadaan ini Indonesia
melakukan kerja sama dengan negara lain, baik
dalam bentuk barang jadi maupun dalam bentuk
setengah jadi, dalam hal ini penyediaan bahan
baku
untuk
pembuatannya.
Adanya
ketergantungan ini dapat menimbulkan masalah
bagi Indonesia baik dalam bidang ekonomi
maupun dalam bidang politik. Untuk mengatasi
masalah ketergantungan ini, dapat diatasi dengan
berbagai upaya seperti menguasai teknologi yang
telah ada dan metoda yang digunakan untuk
pembuatannya yang disesuaikan dengan yang ada
di Indonesia. Untuk tercapainya usaha ini maka
perlu dilakukan penelitian-penelitian yang
mendukung untuk tujuan produksi dan
penggunaan metoda yang baik.
Salah satu dari sekian banyak antibiotika yang
dibutuhkan sampai saat ini, yang paling banyak
digunakan adalah dari golongan penisilin. Selain
lebih efektif juga lebih aman atau tidak toksik
meskipun dapat menimbulkan alergi pada orangorang tertentu yang disebabkannya.
Penisilin pertama kali ditemukan pada tahun
1929 oleh Alexander Fleming yang merupakan
hasil metabolit sekunder dari jamur Penicillium
notatum. Selanjutnya Jarvis dan Johnson (1950)
yang kemudian dilanjutkan oleh Dewey dan
Hospotka (1980) yang melakukan penelitian
untuk membuat penisilin dengan melakukan cara
fermentasi dari jamur P. chrysogenum yang
digunakannya.
Perkembangan lebih lanjut dari pembuatan
penisilin dilakukan oleh Murikawa dkk. (1979)
dan Deo dan Gaucher (1984) menggunakan
metoda sel amobil dengan kappa karagenan
sebagai matriknya. Metode ini menghasilkan
banyak keuntungan bila dibandingkan dengan
metode sebelumnya yang menggunakan biakan
sel cair. Salah satu keuntungannya adalah
menghasilkan produk yang lebih banyak dari
metode sebelumnya. Penelitian ini juga telah
dicobakan
oleh
Nawfa
(1988)
yang
menggunakan akrilamida sebagai matriknya.
Penggunaan sel untuk memproduksi penisilin
ini dilakukan dalam keadaan sel utuh, dengan
semua proses biosintesis senyawa antara
(intermediet) dan penggabungan senyawa ini
yang terjadi untuk pembentukan penisilin
berlangsung di dalam sel P. chrysogenum
penghasilnya yang diproduksi dalam jumlah
E-mail: [email protected]
Jurusan Kimia, FMIPA ITS, Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya (60111)
‡
Vol. 16, No. 3, Agustus 2005 - Majalah IPTEK
84
terbatas. Cooney dan Acevedo (1977) telah
melaporkan jalur yang dilalui pada proses
biosintesis benzil penisilin di dalam sel mikroba
penghasilnya. Jalur biosintesis tersebut adalah
perubahan glukosa dari nutrisinya menjadi
senyawa antara (intermediet) berupa senyawa LAmino adipat, L-Sistein dan L-Valin. Adanya
senyawa antara yang sudah diketahui tersebut
maka pada penelitian ini dicoba menggunakan
senyawa tersebut tanpa melalui biosintesis di
dalam sel tetapi disediakan di luar sel. Untuk
mempermudah senyawa ini masuk ke dalam sel
P. chrysogenum maka selnya dijadikan dalam
bentuk lebih permiabel. Akibat proses permiabel
yang dilakukan sel P. chrysogenum menjadi mati
karena senyawa metabolit primer yang ada di
dalam sel ikut keluar dari dalam sel tetapi
senyawa makromolekul seperti DNA dan enzim
(protein) yang berperan untuk pembentukan
penisilin tetap ada di dalamnya. Bila benzil
penisilin dapat terbentuk maka akan dapat
menghasilkan penisilin dengan jumlah yang tidak
terbatas karena enzim yang ada dalam sel dapat
digunakan berkali-kali (enzim dalam keadaan
amobil oleh selnya sendiri).
2. PERCOBAAN
2.1 Melakukan
uji
kemampuan
sel
P.chrysogenum ATCC 26818 untuk
menghasilkan antibiotika dan menentukan bentuk kurva pertumbuhannya
Spora yang diperoleh dari pertumbuhan
P.chrysogenum ATCC 26818 pada media agar
miring disuspensikan dengan menggunakan
larutan fisiologis NaCl 0,5 %. 2,0 ml suspensi
spora dimasukan ke dalam 100 ml medium
pertumbuhannya dan diinkubasi dengan
menggunakan pengocok pada suhu 27C.
Dilakukan penyamplingan setiap 24 jam inkubasi
dan ditentukan berat basah biomassanya. Pada
kondisi fase stasioner yang diperoleh dilakukan
uji kandungan antibiotikanya dengan mengambil
medium cair hasil fermentasi selanjutnya diuji
dengan cara biokimia menggunakan Staphylcocus
aureus sebagai mikroba penguji.
2.2 Metoda
pengujian
kandungan
antibiotika benzil penisilin secara
biokimia
Untuk mengetahui kandungan antibiotika di
dalam suatu larutan digunakan metode uji secara
biokimia yaitu menggunakan bakteri S. aureus
sebagai mikroba pengujinya. Cara pengujiannya
adalah sebagai berikut; Cawan petri yang steril
diisi dengan suspensi bakteri S.aureus yang
diperoleh dari pertumbuhannya pada agar
miring. Kemudian dilakukan penggoyangan agar
Majalah IPTEK - Vol. 16, No. 3, Agustus 2005
seluruh bakteri membasahi permukaan dasar dari
cawan petri. Selanjutnya ditambahkan media
pertumbuhannya berupa agar padat yang telah
dicairkan (suhu 35oC) dan digoyang-goyang
supaya bakteri tercampur homogen dengan
media yang ditambahkan. Selanjutnya campuran
dibiarkan membeku dan setelah itu pada
permukaannya diletakan kertas dis yang berupa
lingkaran yang digunakan sebagai tempat larutan
yang mengandung antibiotika yang akan diuji.
Setelah larutan diteteskan pada kertas dis
dilakukan inkubasi pada suhu 30C selama 24
jam. Uji dikatakan positif bila diperoleh daerah
bening di sekitar kertas dis.
2.3 Melakukan permiabel sel P. chryso-
genum ATCC 26818
Sel P. chrysogenum yang diperoleh pada
keadaan stasioner diambil dan dipermiabel
dengan metoda yang dikemukakan oleh
Kazuhiko dan Kozo (1995) yaitu: 1,0 gram
biomassa ditambah campuran 30 mM MES dan
2 mM EDTA, diinkubasi selama 5 menit pada
suhu 30C. Untuk mempermiabilisasi ditambahkan campuran etanol dan toluen (konsentrasi
akhir 4% dan 1%) dan 0,075% SDS lalu
diinkubasi selama 5 menit pada suhu 30oC.
Untuk mengetahui sel telah permiabilisasi
dilakukan uji terhadap sel yang sudah
dipermiabel dengan melakukan fermentasi pada
media untuk menghasilkan antibiotika. Sel telah
permiabel ditunjukkan dengan tidak menghasilkan antibiotika setelah difermentasikan pada
medium produksinya.
2.4 Uji sel P.chrysogenum permiabel untuk
menghasilkan
antibiotika
dengan
menggunakan senyawa intermediet di
luar sel
Sel P. chrysogenum yang permiabel diinkubasikan dengan campuran 15 mM MgCl2, 2mM
ATPNa2, 1 mM NADP, 1 mM FAD, 50 mM LValin, 50 mM L-Sistein, 50 mM asam
aminoadipat dan 50 mM asam Fenil asetat.
Untuk mengetahui peranan α-aminoadipat pada
proses pembentukan benzil penisilin, inkubasi
dilakukan pada media yang tidak mengandung
asam aminoadipat. Setelah diinkubasi selama 15
jam dilakukan uji kandungan antibiotikanya
secara biokimia menggunakan Staphylococus aureu.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dari penentuan kurva pertumbuhan
P.chrysogenum ATTC 26818 diperlihatkan pada
Gambar 2 berikut ini;
85
Kurva Pertumbuhan
1
Berat Biomassa ( gram)
0,9
0,8
0,7
0,6
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Waktu ( hari )
Gambar 2. Bentuk kurva pertumbuhan P. chrysogenum ATCC 26818.
Pada kurva pertumbuhan Gambar 2, terlihat
setelah 24 jam inkubasi telah terbentuk biomassa
dari sporanya dan 48 jam kemudian terjadi
sedikit penambahan berat biomassa yang
menunjukan telah terjadi pertumbuhan yaitu fase
pertumbuhan diperlambat. Pada jam ke 94 (hari
ke-4) terlihat penambahan biomassanya semakin
besar dan membentuk garis lurus sampai
inkubasi 166 jam (hari ke-7), fase ini dikenal
dengan fase pertumbuhan dipercepat (fase
eksponensial) dan pada jam ke 190 (hari ke-8)
terlihat kecepatan penambahan berat biomassa
menurun. Keadaan ini dikenal dengan fase
stasioner dan 24 jam kemudian (hari ke-9) terjadi
penurunan berat biomassa yang mengarah ke
fase kematian. Hal ini terjadi karena kandungan
nutrisinya mulai menipis sehingga sudah ada sel
yang mati (lisis).
Pada kurva pertumbuhan ini terlihat fase
stasioner diperoleh pada jam ke 190 (hari ke-8)
sehingga pada fase ini terhadap medium hasil
fermentasinya
dilakukan
uji
kandungan
antibiotikanya. Ini dapat dilihat pada Gambar 3.
Pada kertas dis yang ditetesi dengan medium
hasil fermentasi P. chrysogenum terdapat daerah
bening di sekitar kertas dis, ini disebabkan karena
tidak dapatnya bakteri S. aureus tumbuh akibat
adanya cairan yang mengandung antibiotika
penisilin yang menghibisi dan menghalangi
proses biosintesa pada pembentukan dinding
selnya sehingga sel tidak dapat tumbuh dan
memperlihatkan daerah bening di sekitar kertas
dis yang diteteskan. Hal yang sama juga
diperlihatkan
oleh
cairan
mengandung
antibiotika penisilin standar yang digunakan
sebagai kontrol.
Gambar 3. Foto hasil uji kandungan antibiotika
penisilin P. chrysogenum ATCC 26818.
Keterangan: A = kertas dis yang ditetesi benzil
penisilin standar
B = kertas dis yang ditetesi
dengan
medium
hasil
fermentasi
C = Sel P.Crysogenum
Adanya sel P. chrysogenum ATCC 26818 pada
fase stasioner ini menghasilkan antibiotika maka
selanjutnya sel diambil dan dijadikan permiabel
dengan menggunakan campuran pelarut etanol
dan toluen dan SDS terlihat untuk sel yang telah
dipermiabel terjadi perubahan penampakan
warnanya yang sebelum dipermiabel bewarna
kekuningan dan setelah dipermiabel berubah jadi
warna putih. Hal ini juga terlihat pada larutan
yang digunakan pada waktu permiabel yang
semula bewarna jernih berubah jadi warna
kuning kebiruan yang menandakan adanya
senyawa kimia yang berasal dari dalam sel P.
chrysogenum yang terekstrak ke dalam pelarut yang
digunakan.
Dinding sel yang dibentuk oleh senyawa
peptidoglikan yang menggabungkan N-asetil
muramik dengan N-asetil glukosamin dan ikatan
lima glisin dengan penta peptida lainnya
membentuk suatu jaringan yang melindungi
membran sel yang ada di dalamnya. Adanya
penambahan campuran pelarut etanol dan toluen
akan dapat mengekstrak protein pembentuk
membran sel seperti protein peripheral dan
protein integral yang biasanya berfungsi untuk
transfer nutrisi diluar sel ke dalam sel dan
natrium
dodesil
sulfat
akan
dapat
mengemulsikan lipid membran sehingga dapat
membuat dinding sel jadi lebih permiabel.
Terjadinya sel yang lebih permiabel ini juga
mengakibatkan molekul-molekul kecil seperti
ATP,
NADP,
FAD
senyawa-senyawa
intermediet yang sudah disintesa pada waktu
pembentukan sel termasuk juga senyawa L-Valin,
L-sistein dan α-amino adipat pembentuk
penisilin yang sudah ada di dalam sel juga akan
keluar sehingga memberikan warna pada larutan
hasil permiabel yang dilakukan.
Vol. 16, No. 3, Agustus 2005 - Majalah IPTEK
86
Untuk membuktikan sel menjadi permiabel
juga telah dicobakan dengan memfermentasikan
sel hasil permiabel pada media pertumbuhannya
yang menunjukkan sel tidak dapat tumbuh dan
tidak dapat menghasilkan antibiotika setelah
dilakukan uji secara biokimia menggunakan
Staphylococus aureus.
P.chrysogenum ATCC 26818 yang telah
permiabel setelah dilakukan uji untuk
menghasilkan antibiotika dengan menggunakan
senyawa intermedietnya di luar sel menunjukan
sel mampu menghasilkan antibiotika. Hal ini
dapat dilihat pada Gambar 4.
4. SIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil penelitian ini dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
Jamur P.chrysogenum ATTC 26818 yang digunakan
dapat menghasilkan antibiotika dengan fase
stasioner dicapai pada hari ke-8. Jamur
P.chrysogenum ATCC 26818 selnya dapat dijadikan
lebih permiabel dengan perlakuan campuran
etanol dan toluen (4:1) dengan 0,5 ml SDS.
Jamur P.chrysogenum ATTC 26818 yang permiabel
dapat
menghasilkan
antibiotika
dengan
menambahkan senyawa intermediet L- valin, Lsistein, L-aminoadipat dan fenil asetat sebagai
prekursor benzil penisilin di luar sel. Antibiotika
benzil penisilin dapat dibuat dengan tanpa
penambahan senyawa intermediet α-aminoadipat
secara sel yang dipermiabel, dengan penambahan
asam fenilasetat dan L-sistein
Pada penelitian ini disarankan untuk melakukan
penelitian lebih lanjut untuk memisahkan
antibiotika benzil penisilin yang diperoleh dan
menentukan struktur untuk membuktikan yang
terbentuk adalah benzyl penisilin.
Gambar 4. Foto Hasil uji kandungan antibiotika
penisilin yang dihasilkan P.chrysogenum ATCC
26818 permiabel.
UCAPAN TERIMA KASIH
Peneliti banyak mengucapkan terima kasih pada
Direktur Jenderal Perguruan Tinggi, Departemen
Pendidikan Nasional Indonesia atas pembiayaan
penelitian ini.
Keterangan:
A = Benzil penisilin standar.
B = Substrat (media sebelum fermentasi)
C = Hasil fermentasi dengan substrat tanpa
L- -aminoadipat
D = Hasil fermentasi dengan substrat
mengandung L- -aminoadipat
Hasil uji secara biokimia yang menggunakan
mikroba S.aureus terlihat kertas dis yang ditetesi
dengan benzil penisilin standar memberikan
daerah bening disekitar kertas, sedangkan kertas
dis yang ditetesi dengan medium sebelum
fermentasi tidak memberikan daerah bening yang
digunakan sebagai kontrol untuk uji ini. Hasil
kandungan antibiotika pada medium tanpa
penambahan
dan
penambahan
senyawa
intermediet α-aminoadipat hasil inkubasi
menunjukan adanya kandungan antibiotika
penisilin yang dihasilkan. Adanya hasil ini diduga
adanya peranan senyawa intermediet αaminoadipat pada sintesa benzil penisilin di
dalam sel telah digantikan oleh asam fenil asetat
yang ditambahkan. Penambahan asam fenil
asetat yang bersamaan dengan senyawa
intermediet sistein diduga dapat langsung
berikatan dan menggantikan peranan aminoadipat pada biosintasa benzil penisilin.
Majalah IPTEK - Vol. 16, No. 3, Agustus 2005
DAFTAR ACUAN
Cooney, C.L. dan Acevedo, F. (1977),
Biotechnology and Bioengineering, Vol. XIX.
Demain, A.L. (1967), Biosyntesis of Antibiotics, Vol
1, J.Snell, Ed Academic, New York.
Deo, Y.M. dan Gaucher, G.M. (1984),
Biotechnology and Bioengineering, Vol. XXVI.
Dewey, D.Y.R. dan Hospotka, S. (1980),
Biotechnology and Bioengineering, Vol. XXII.
Jarvis, F.G. dan Johnsosn, M.J. (1950),
J.Am.Chem.Soc., Vol. 69.
Kazuhiko, T. dan Kozo, O. (1995), Journal of
Fermentation and Bioengineering, Vol. LXXIX.
Murikawa, Y., Karube, I. dan Suzuki, S. (1979),
Biotechnology and Bioengineering, Vol. XXI.
Murikawa, Y., Karube, I. dan Suzuki, S. (1980),
Biotechnology and Bioengineering, Vol. XXII.
Nawfa, R. (1988), Produksi Penisilin dengan
Teknik Amobilisasi Sel P.chrysogenum,
Tesis, ITB, Bandung.
Diterima: 25 Januari 2005
Disetujui untuk diterbitkan: 28 Juli 2005
Download