PUSPITADESI et, al / HUBUNGAN ANTARA FIGUR KELEKATAN ORANGTUA DAN Hubungan Antara Figur Kelekatan Orangtua dan Kontrol Diri dengan Perilaku Seksual Remaja SMA Negeri 11 Yogyakarta The Correlation Between Figure Attachment Parenting And Self Control Toward Adolescents Sexual Behaviour in SMAN 11 Yogyakarta Dewi Intan Puspitadesi, Istar Yuliadi, Arista Adi Nugroho Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebalas Maret ABSTRAK Fenomena perilaku seksual pada remaja semakin meningkat dari tahun ke tahun, seperti maraknya pergaulan bebas. Kematangan organ seksual dan aktifnya hormon seksual menyebabkan timbul dorongan seksual yang dinyatakan dalam bentuk perilaku seksual. Perilaku seksual terjadi karena kurangnya kedekatan orangtua dengan anak, sehingga tingkat pengendalian diri dalam diri anak menjadi rendah. Kedekatan yang aman dengan anak, mampu memfasilitasi kesejahteraan bagi anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara figur kelekatan orangtua dan kontrol diri dengan perilaku seksual remaja di SMAN 11 Yogyakarta. Populasi penelitian adalah remaja SMAN 11 Yogyakarta kelas X dan XI Tahun Pelajaran 2011-2012, dengan sampel penelitian sebanyak 116 responden. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria sampel adalah pria dan wanita dan pernah atau sedang menjalin relasi heteroseksual. Alat ukur dalam penelitian ini menggunakan tiga skala, yaitu skala figur kelekatan orangtua, skala kontrol diri, dan skala perilaku seksual. Pada awalnya, analisis data menggunakan Analisis Regresi Dua Prediktor akan tetapi karena data variabel perilaku seksual tidak normal maka analisis yang digunakan diubah menjadi Regresi Logistik Ordinal atau Analisis Ordinal. Hasil uji simultan penelitian ini menggunakan statistik Likelihood Ratio menunjukkan nilai X 2 = 7,738 2 (X hitung > X2tabel) dan p = 0,021(p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara figur kelekatan orangtua dan kontrol diri dengan perilaku seksual remaja SMA N 11 Yogyakarta. Kontribusi figur kelekatan orangtua dan kontrol diri terhadap perilaku seksual berdasarkan analisis Cox and Snell's Square adalah sebesar 15,5 %. Faktor lain yang mempengaruhi adalah pengaruh dari media seperti film atau gambar porno, pengaruh teman sebaya, dan gaya hidup remaja. Kata kunci: figur kelekatan orangtua, kontrol diri, perilaku seksual remaja PENDAHULUAN Manusia mengalami proses perkembangan mempersiapkan diri dalam perkawinan serta membina keluarga baru (Hurlock, 1980).. secara bertahap, dan salah satu periode Masa Remaja merupakan perkembangan yang harus dijalani manusia kembang individu menuju kedewasaan yang adalah masa remaja. Masa remaja merupakan matang. Remaja adalah suatu masa dimana masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju individu menunjukkan tanda-tanda seksual masa dewasa. Pada masa peralihan ini, remaja sekunder sampai ia mencapai kematangan memiliki tugas perkembangan yang harus seksual. dikerjakannya. Salah satu tugas perkembangan perubahan hormonal menyebabkan munculnya remaja adalah mengembangkan hubungan baru dorongan seksual dalam diri remaja yang yang lebih matang dengan lawan jenisnya dan ditunjukkan dalam sebuah perilaku seksual. Kematangan organ masa tumbuh seksual dan 1 PUSPITADESI et, al / HUBUNGAN ANTARA FIGUR KELEKATAN ORANGTUA DAN Perilaku seksual remaja merupakan masalah lingkungan yang menjadi sorotan yang tajam di lingkungan orangtua mampu menciptakan suatu sistem masyarakat. pengendalian diri pada remaja. Remaja Indonesia saat ini mulai memiliki Pengendalian diri pada remaja memiliki kaitan toleransi yang cukup baik terhadap perilaku dengan seksual. Sebuah penelitian yang dilakukan di pengendalian dari dorongan-dorongan negatif berbagai institusi di Indonsia selama kurun yang berasal dari luar diri individu. Remaja waktu 1993-2002 menemukan bahwa 5% yang memiliki kontrol diri yang tinggi mampu sampai 10% wanita dan 38% pria berusia 16-24 mengarahkan dan mengatur perilaku sehingga tahun telah melakukan hubungan seksual pra mampu membawa pada konsekuensi positif. nikah dengan pasangannya (Hatmadji, dkk; Disamping itu, remaja mampu memandu, Ford, dkk; Hasmi, dkk dalam Suryoputro, dkk, mengarahkan 2006). Sementara itu, penelitian yang dilakukan Kemampuan untuk mengendalikan dirinya oleh Rahardjo (2008) pada Desember 2005 sendiri bahkan menghentikan perilaku yang sampai Januari 2006 di Jakarta mengungkapkan tidak sesuai dengan norma-norma sosial yang bahwa 34,37% dari 288 responden remaja berlaku mengaku Remaja dalam masa yang labil dan memiliki telah melakukan melakukan hubungan seks dengan pasangannya. Perilaku seksual mampu sosialnya. proses Kelekatan pengendalian dan dalam emosi mengatur kehidupan dengan serta perilaku. bermasyarakat. tantangan yang harus di hadapi sehingga mempengaruhi kehidupan remaja untuk mengenal lingkungan memerlukan sistem pengendalian diri untuk mampu mengendalikan perilakunya. sosial dalam masyarakat yang dipenuhi dengan Dewasa norma dan aturan yang disepakati bersama. mengekspresikan dirinya dan mengembangkan Sebelum seorang anak mengenal lingkungan kebudayaan khusus antara grupnya. Hal ini sosial yang luas, ia terlebih dahulu mengenal terlihat dalam sikap-sikap mereka terhadap lingkungan keluarga yang diajarkan oleh busana, orangtua. Kemudian Allen & Kuperminc dkk seksualitas. Hal inilah terjadi pada remaja di (dalam mengungkapkan D.I. Yogyakarta, gengsi dan tekanan teman kedekatan remaja dengan orang tua akan sebaya dianggap cukup penting antara remaja, mampu menfasilitasi remaja dalam kecapakan hingga orangtua dan guru di sekolah merasa dan kesejahteraan sosial seperti yang tercermin khawatir mengenai perilaku yang tidak sehat dalam diri, yang hanya berdasar pada keinginan meniru. fisik. Yogyakarta terkenal sebagai kota pelajar, dan Santrock, beberapa penyesuaian Kedekatan 2003) ciri emosi dengan seperti dan harga kesehatan orang tua mempu memiliki ini, remaja musik, film, kebudayaan Suatu lebih bebas makanan kaum kota untuk maupun muda yang pelajar dan menghasilkan hubungan yang baik dengan bersemangat. teman sebaya, pacar atau kekasih dan juga mahasiswa, Yogyakarta mempunyai ratusan 2 PUSPITADESI et, al / HUBUNGAN ANTARA FIGUR KELEKATAN ORANGTUA DAN sekolah, baik sekolah milik pemerintah maupun swasta. Oleh karena itu, kebudayaan kos, tempat tinggal dan keadaan sekolah yang ramai dengan acara musik, cafe, dan fenomena distro atau tempat berjualan busana dan musik yang dijadikan ajang berkumpul kaum muda. kognitif dan sosial (Desmita, 2009). Berdasarkan pendapat beberapa ahli yang telah disebutkan, dapat dipahami bahwa perilaku seksual remaja sebagai perilaku yang muncul karena adanya dorongan seksual sehingga mendapatkan kesenangan seksual, dan Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti dilakukan oleh remaja pria dan remaja wanita tertarik untuk melakukan penelitian mengenai sebelum memiliki ikatan pernikahan. hubungan antara figur kelekatan orangtua dan kontrol diri dengan perilaku seksual remaja SMA Negeri 11 Yogyakarta. Bentuk-bentuk perilaku seksual remaja mengacu pada Soetjiningsih (2008) serta Sarwono (2010) yaitu berkencan, berpegangan tangan, berpelukkan, berciuman bibir, meraba/diraba bagian sensitif dalam keadaan DASAR TEORI berpakaian, mencium/dicium bagian sensitif 1. Perilaku Seksual Remaja dalam keadaan berpakaian, menempelkan alat Soetjiningsih (2008) mengungkapkan bahwa kelamin dalam keadaan berpakaian, saling perilaku seksual pranikah remaja adalah segala membuka baju, meraba/diraba bagian sensitif tingkah laku seksual yang didorong oleh hasrat dalam keadaan tanpa pakaian, mencium/dicium seksual dengan lawan jenisnya yang dilakukan bagian sensitif dalam keadaan tanpa pakaian, remaja sebelum menikah. Menurut Sarwono menempelkan alat kelamin, dan berhubungan (2010), perilaku seksual merupakan segala seksual. tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku baik dengan lawan jenisnya maupun dengan seksual sesama jenis. Objek seksualnya bisa berupa Suryoputro (2006), Sarwono (2010), dan orang lain, orang dalam khayalan ataupun Pangkahila (2005) yaitu faktor internal yang dirinya sendiri. terdiri dari hormonal atau dorongan seksual, Pada seorang remaja, perilaku seksual biasanya pengetahuan seksual yang dimiliki oleh remaja, dimotivasi oleh rasa sayang dan cinta serta citra diri, ajaran agama yang diyakini, dan perasaan kepada tingkat pengendalian diri, sementara faktor pasangannya tanpa disertai komitmen yang ekternal yang terdiri dari penundaan usia jelas. Sementara itu, remaja sendiri merupakan perkawinan, tingkat perkembangan teknologi suatu tahap perkembangan antara masa anak- dan informasi, sikap orangtua dan pendidikan anak dan masa dewasa yang ditandai oleh seksual perubahan fisik umum serta perkembangan anaknya, serta nilai dan norma yang berlaku bergairah yang tinggi antara yang lain diajarkan diungkapkan orangtua oleh kepada 3 PUSPITADESI et, al / HUBUNGAN ANTARA FIGUR KELEKATAN ORANGTUA DAN dalam lingkungan sosial bermasyarakat. kontrol diri sebagai pengaruh seseorang atau peraturan mengenai fisiknya, tingkah laku dan 2. Figur Kelekatan Orangtua proses-proses psikologisnya, dengan kata lain, Ainswort (1989) mengungkapkan kelekatan sekelompok proses yang mengikat dirinya. sebagai suatu ikatan emosional antara anak Kontrol diri di artikan secara ketat meliputi tiga dengan figur kelekatannya, seperti orangtua. faktor dasar yaitu pilihan sengaja, pilihan Ikatan emosional ini merupakan hubungan antara dua perilaku yang bertentangan yaitu yang relative panjang yang terjadi antara figur menawarkan kesenangan dengan segera dan kelekatan yang memiliki arti penting dalam menawarkan imbalan dalam jangka panjang, kehidupan individu, dan figur kelekatan ini serta kemampuan memanipulasi rangsang agar tidak dapat digantikan oleh siapapun. satu Bowlby (1977) mengungkapkan perilaku kelekatan sebagai bentuk perilaku seseorang untuk mencapai atau mempertahankan perilaku menjadi kurang mungkin dilakukan dan perilaku yang lainnya menjadi lebih mungkin untuk dilakukan. Averill (1973) menggambarkan keadaan kedekatan dengan beberapa individu yang kendali diri seseorang sebagai keadaan individu berbeda. Anak yang bisa melekat dengan aman dalam sering melukiskan orangtua sebagai tempat negatifnya, yang responsive dan banyak membantu mereka keadaan yang lebih baik. Kendali diri ini dalam menghadapi permasalahan (Crain, 2007). tercipta Berdasarkan pendapat beberapa ahli yang telah disebutkan, kelekatan dapat dipahami orangtua bahwa segala sehingga karena keluhan-keluhan mampu individu menciptakan mampu untuk mengontol perilaku dan mengelola keadaan dirinya dengan baik. hubungan Berdasarkan pendapat beberapa ahli yang telah kelekatan yang terjadi antara orangtua dan anak disebutkan, dapat dipahami bahwa kontrol diri yang adalah kemampuan yang dimiliki oleh individu mengacu merupakan figur mengatasi pada ketersediaan dan responsivitas orangtua, sehingga terjalin ikatan untuk emosional yang kuat antara orangtua dan anak. membimbing tingkah lakunya sendiri, serta Aspek-aspek Figur Kelekatan Orangtua mengacu pada Bowlby (1977), yaitu orangtua mengatur, mengarahkan, dan mengendalikan berbagai keinginan pribadi yang tidak sesuai dengan norma yang berlaku. memberikan basis aman (secure attachment) Aspek-aspek kontrol diri mengacu pada Averill pada anak dan orangtua mendorong anak untuk (1973) yaitu Kontrol Perilaku (behavioral dapat mengeksplorasi diri. control), kontrol Kognitif (cognitive control), 3. Kontrol Diri kontrol dalam mengambil keputusan (decisional control). Calhoun dan Acocella (1990) mendefinisikan 4 PUSPITADESI et, al / HUBUNGAN ANTARA FIGUR KELEKATAN ORANGTUA DAN METODE PENELITIAN 2. Skala Figur Kelekatan Orangtua Populasi dalam penelitian ini adalah remaja Skala siswa SMA Negeri 11 Yogyakarta kelas X dan penelitian ini menggunakan aspek-aspek figur XI Populasi kelekatan orangtua berdasarkan aspek-aspek berjumlah 538 siswa. Jumlah sampel penelitian yang diungkapkan oleh Bowlby (1977) yaitu adalah 116 responden dan sampel try out yaitu orangtua memberikan basis aman (secure 74 responden. Teknik pengambilan sampel attachment) dilakukan secara purposive sampling dengan mendorong anak untuk dapat mengeksplorasi kriteria pria dan wanita dan pernah atau sedang diri. tahun pelajaran 2011/2012. menjalin relasi heteroseksual. Metode pengumpulan Figur Kelekatan pada Orangtua anak dan dalam orangtua 3. Skala Kontrol Diri data dengan menggunakan alat ukur berupa skala psikologi dengan jenis skala Likert. Terdapat tiga skala psikologi yang digunakan, yaitu: Skala Kontrol Diri dalam penelitian ini menggunakan aspek-aspek kontrol diri berdasarkan aspek-aspek yang diungkapkan oleh Averill (1973) yaitu Kontrol Perilaku 1. Skala Perilaku Seksual (behavioral Skala Perilaku Seksual dalam penelitian ini menggunakan aspek-aspek bentuk perilaku control), kontrol Kognitif (cognitive control), kontrol dalam mengambil keputusan (decisional control). seksual yang dimodifikasi peneliti berdasarkan bentuk perilaku seksual yang diungkapkan oleh Sarwono (2010) dan Soetjiningsih (2008) yaitu berkencan, berpegangan tangan, berpelukan di bahu, berpelukan di pinggang, berciuman bibir, berciuman sambil berpelukan, meraba atau HASIL- HASIL Perhitungan dalam analisis penelitian ini dilakukan dengan bantuan komputer program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16.0. diraba bagian payudara atau alat kelamin dalam keadaan berpakaian, mencium atau dicium bagian payudara atau alat kelamin dalam 1. Uji Asumsi Dasar a. Uji Normalitas keadaan berpakaian, menempelkan alat kelamin dalam keadaan berpakaian, saling membuka Berdasarkan uji One-Sample Kolmogorov- baju, meraba atau diraba bagian payudara atau Smirnov Test dapat diketahui bahwa nilai alat kelamin dalam keadaan tanpa pakaian, signifikansi perilaku seksual sebesar 0,002 mencium atau dicium bagian payudara atau alat < 0,05; nilai signifikansi figur kelekatan kelamin pakaian, orangtua sebesar 0,601 > 0,05; serta nilai menempelkan alat kelamin, dan berhubungan signifikansi kontrol diri sebesar 0,562 > seksual. 0,05. dalam keadaan tanpa Karena nilai signifikansi untuk 5 PUSPITADESI et, al / HUBUNGAN ANTARA FIGUR KELEKATAN ORANGTUA DAN perilaku seksual kurang dari 0,05, maka mengetahui konversi data pada variabel variabel perilaku seksual berdistribusi tidak dependen. Perilaku seksual pada remaja normal, sedangkan untuk variabel figur yang kelekatan diri diperoleh responden dalam skala perilaku memiliki signifikansi lebih dari 0,05, maka seksual, yaitu responden yang memiliki berdistribusi normal. perilaku seksual rendah sebanyak 109 orangtua dan kontrol dilihat berdasarkan skor yang responden (94%), responden yang memiliki b. Uji Linieritas perilaku seksual sedang sebanyak 4 Hasil uji linieritas menunjukkan bahwa responden (3,4%), dan responden yang hubungan antara perilaku seksual dengan memiliki perilaku seksual tinggi sebanya 3 figur kelekatan orangtua menghasilkan nilai responden (2,6 %). signifikansi sebesar 0,04 < 0,05, maka dapat dikatakan bahwa antara variabel perilaku seksual dengan figur kelekatan b. Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test orangtua terdapat hubungan yang linear. Hasil penghitungan menunjukkan bahwa Antara perilaku seksual dengan kontrol diri nilai signifikansi pearson sebesar 0,870 menghasilkan nilai signifikansi sebesar (p>0,05) dan nilai signifikansi deviance 0,042 < 0,05, maka dapat dikatakan bahwa adalah sebsar 1,00 (p > 0,05) sehingga antara perilaku seksual dengan kontrol diri dapat disimpulkan bahwa model yang terdapat hubungan yang linier. terbentuk adalah fit atau layak digunakan. 2. Uji Hipotesis c. Uji Parallel Lines Berdasarkan Uji Asumsi Dasar, pada uji Berdasarkan normalitas, menunjukkan variabel perilaku seksual Test of bahwa Parallel nilai Lines signifikansi memiliki data yang tidak normal, sehingga hitung sebesar 0,612 (p>0,05), maka model analisis non- yang dihasilkan memiliki parameter yang parametrik, dengan menggunakan Analisis sama sehingga pemilihan link function logit Logistik Ordinal (Ghozali, 2011). Pada telah sesuai. yang digunakan adalah analisis ini, dilakuakan konversi terhadap variabel dependen yaitu dari data interval menjadi data ordinal dengan membagi menjadi tiga kategorisasi, yaitu rendah, d. Uji Simultan Uji Simultan menunjukkan bahwa model hanya dengan intercept saja menghasilkan sedang dan tinggi. nilai 2loglikehood sebesar 61,051 sedangkan a. Case Processing Summary jika variabel independen figur kelekatan Case Processing Summary digunakan untuk 6 PUSPITADESI et, al / HUBUNGAN ANTARA FIGUR KELEKATAN ORANGTUA DAN orangtua dan kontrol diri dimasukkan ke 3. Analisis Deskriptif dalam model, maka nilai 2loglikehood turun Dari hasil kategorisasi pada skala perilaku menjadi 53,313 dengan selisih penurunan seksual dapat diketahui bahwa responden sebesar 7.733 dan nilai signifikan pada secara umum memiliki tingkatan rendah dengan rerata empirik 80,47, pada skala 0,021 (p < 0,05 )yang berarti model dengan figur kelekatan orangtua dapat diketahui variabel bahwa responden secara umum berada pada independen lebih baik dibandingkan hanya model intercept saja. 2 tingkatan tinggi dengan rerata empirik 104,59, serta pada skala kontrol diri dapat Dalam perhitungan nilai X (chi-square) diketahui menunjukkan tingkatan sedang dengan rerata empirik hubungan simultan yang signifikan. dapat dilihat dari tabel, bahwa X2 bahwa responden memiliki 92,90. (chi-square) hitung lebih besar dari X2 (chiPEMBAHASAN square) tabel (7,738 > 5,991). Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa hipotesis model dengan dimasukkannya variabel penelitian ini dapat diterima, yaitu terdapat independen lebih baik daripada model hubungan intercept saja. Sehingga uji simultan pada kelekatan orangtua dan kontrol diri dengan variabel variabel perilaku seksual remaja SMA Negeri 11 signifikan.Sumbangan Yogyakarta. Hal tersebut ditunjukkan dengan dependen independen adalah dengan Relatif dan Sumbangan Efektif pertama yang yang diajukan signifikan antara dalam figur uji simultan dengan menggunakan model fitting information e. Cox dan Snell’s R Square yang menggunakan nilai Likelihood Ratio, dengan X2hitung (7,738) > Nilai Cox Snell’s R Square sebesar 0,065 X2tabel (5,991), dan p = 0,021 (p < 0,05). dan nilai Nagelkerke R2 sebesar 0,155 yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabilitas variabel independen sebesar 15,5%. Sedangkan 84,5% lainnya karena faktor-faktor lain yang remaja. mempengaruhi perilaku seksual Dalam masyarakat masyarakat ketimuran, Yogyakarta khususnya persoalan seks dianggap sebagai suatu hal yang tabu untuk dibicarakan secara vulgar. Namun hal ini juga merupakan bagian dari kehidupan manusia yang harus diperhatikan sehingga tidak terjadi salah pengertian mengenai seks. Perilaku seksual merupakan suatu tingkah laku yang 7 PUSPITADESI et, al / HUBUNGAN ANTARA FIGUR KELEKATAN ORANGTUA DAN didasari atas perasaan dan juga emosi yang kehilangan kendali terhadap perilaku dan juga mampu memunculkan hasrat seksual sehingga tindakannya, serta menjadi lebih condong untuk terjadi aktivitas atau hubungan seksual antara menyendiri dan menarik diri dari pergaulan. pria dan wanita. Berdasarkan skor yang Dalam hal ini bimbingan dan arahan dari diperoleh dalam skala perilaku seksual, rata- orangtua disertai dengan sistem pengendalian rata perilaku seksual remaja di SMA Negeri 11 diri yang kuat mampu menghindari remaja dari Yogyakarta dalam kategori yang rendah. perilaku-perilaku yang bertentangan dengan Pada usia remaja, dorongan seksual terjadi sangat kuat. Perkembangan organ seksual pun norma yang berlaku dalam masyarakat (Kartono, 1986). mampu mempengaruhi minat remaja terhadap Penelitian ini memiliki beberapa kelebihan di lawan jenisnya. Perkembangan organ seksual antaranya adalah hipotesis dalam penelitian ini mampu menimbulkan konflik dalam diri remaja terbukti Meskipun penelitian ini memiliki yang labil, seperti terjadi pertentangan antara beberapa dorongan seksual dan norma masyarakat yang memiliki kelemahan, yaitu penelitian ini hanya berlaku. Dorongan atau hasrat seksual muncul dapat dilakukan di sebuah sekolah saja, jauh lebih awal daripada kesempatan untuk sehingga jangkauan hasil penelitian ini menjadi melakukannya secara bebas (Sarwono, 2010). terbatas pada remaja kelas X dan XI di SMA Setiap dorongan seksual yang muncul dapat Negeri 11 Yogyakarta saja. Selain itu, sebaran dikendalikan dengan cara mengalihkan pikiran data dan tidak memikirkan hal-hal yang dapat sehingga tidak bisa digeneralisasikan ke dalam semakin mendorong pada gairah seksual. populasi. Remaja membutuhkan pengendalian diri karena remaja belum memiliki pengalaman yang memadai. Pengendalian diri didukung dengan kelekatan yang aman dengan orangtua akan mampu menghindari remaja dari masalah seksual yang dihadapi, dan konflik batin antara dorongan yang kuat dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Pertumbuhan fisik dan seksual yang cepat menyebabkan terjadinya goncangan dan kebimbangan dalam diri remaja, terutama ketika remaja mulai terjun dalam pergaulannya dengan lawan jenis, sehingga menyebabkan remaja berperilaku kurang pantas menurut penilaian masyarakat. Remaja menjadi kelebihan, dalam penelitian penelitian Disamping ini itu, ini tidak masih normal, penelitian ini mengungkapkan mengenai seberapa sering (frekuensi) remaja melakukan perilaku seksual, tanpa memperhatikan kualitas dari perilaku seksual yang dilakukan remaja. Kualitas perilaku seksual tersebut seperti pemberian bobot nilai pada setiap perilaku seksual, misalnya bobot nilai berpegangan tangan, berpelukkan, meraba-raba bagian sensitif tubuh pasangan, menempelkan alat kelamin dan berhubungan intim diberikan bobot sesuai dengan tingkat paling berat yang dilakukan. Sementara itu, kualitas perilaku seksual ini tidak diperhatikan, dan penelitian ini lebih terfokus pada frekuensi perilaku seksual yang 8 PUSPITADESI et, al / HUBUNGAN ANTARA FIGUR KELEKATAN ORANGTUA DAN dilakukan remaja, sehingga hasil penelitian ini berkualitas hanya mampu menjawab mengenai frekuensi bercerita mengenai pengalaman satu dengan remaja melakukan perilaku seksual.. yang lainnya. Hendaknya remaja juga mampu untuk saling berbagi mempertahankan dan sistem pengendalian diri yang telah dimiliki dalam PENUTUP mempertimbangkan dari tindakan yang akan diambilnya, sehingga 1. Kesimpulan tidak a. Terdapat konsekuensi hubungan yang signifikan mudah untuk terjurumus pada perilaku-perilaku yang menyimpang. antara figur kelekatan orangtua dan kontrol diri terhadap perilaku seksual remaja SMA Negeri 11 Yogyakarta. b. Analisis pada Untuk pihak sekolah, khususnya Guru variabel Bimbingan Konseling, agar memperhatikan perilaku seksualm masuk dalam kategori kegiatan siswa di sekolah. Disamping itu, rendah dengan rerata empirik 80,47; sebaiknya pihak sekolah merencanakan rata-rata figur kelekatan orangtua masuk penyuluhan atau seminar atau bimbingan dalam kategori sedang dengan rerata mengenai empirik 104,59; melibatkan orangtua dalam kegiatan remaja diri Deskriptif b. Untuk Sekolah dan rata-rata kontrol masuk dalam kategori sedang dengan rerata empirik 92,90. c. Besarnya sumbangan efektif kedua pendidikan seksual, dan di sekolah. c. Untuk Orangtua variabel bebas (figur kelekatan orangtua Untuk orangtua yang memiliki anak remaja, dan kontrol diri) secara bersama-sama agar lebih memperhatikan kebutuhan anak, terhadap perilaku seksual remaja yaitu memberikan bimbingan dan memberikan sebesar 15,5 %, sehingga masih terdapat pendidikan 84,5% faktor lain yang menentukan Peningkatan kualitas hubungan orangtua perilaku seksual remaja, seperti eksposur dan remaja dapat diupayakan dengan media pornografi. keterlibatan orangtua dalam berbagai aspek 2. Saran seksual kepada anak. kehidupan remaja. a. Untuk Remaja d. Untuk Peneliti Lain Untuk remaja hendaknya mengembangkan Untuk peneliti selanjutnya yang tertarik hubungan yang dekat dengan orangtua untuk mengadakan penelitian dengan tema sehingga mampu tercipta ikatan emosional yang antara orangtua dan anak. Disamping itu, memperluas orangtua dan remaja memiliki waktu yang dengan memperluas populasi. Selain itu, sama, diharapkan ruang untuk lingkup, lebih misalnya 9 PUSPITADESI et, al / HUBUNGAN ANTARA FIGUR KELEKATAN ORANGTUA DAN diharapkan agar peneliti selanjutnya dapat memperhatikan kualitas perilaku seksual seperti bobot nilai perilaku seksual yang berjenjang dari tingkatan terendah hingga tingkat yang berat. DAFTAR PUSTAKA Ainsworth, Mary D Salter. 1989. Attachment Beyond Infancy. The American Psychological Association Vol 44 No 4, 709-716. Di unduh di http://psycnet.apa.org pada 12 Juli 2011 jam 20.00. Sarwono, Sarlito W. 2010. Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Pers. Santrock, J.W. 2003. AdolescencePerkembangan Remaja (terjemahan Shinto B. Adelar dan Sherly Saragih). Jakarta: Erlangga Soetjiningsih, Christiana Hari. 2008. Faktorfaktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Pranikah pada Remaja. Disertasi. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM Suryoputro A., Nicholas J.F., Zahroh S., 2006. Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku Seksual Remaja Di Jawa Tengah: Implikasinya Terhadap Kebijakan Dan Layanan Kesehatan Seksual Dan Reproduksi. Makara Kesehatan. vol.10. no.1 juni 2006: 29-40. Averill, James R. 1973. Personal Control Over Aversive Stimuli and Its Relationship to Stress. Psychological Bulletin Vol 80 No 4, 286-303. University of Massachusetts. Bowlby, Jhon. 1977. The Making and Breaking of Affectional Bonds. The British Journal of Psychiatry 130, 201-210 Calhoun, James F., Acocella, Joan Ross. 1990. Psikologi Tentang Penyesuaian Dan Hubungan Kemanusiaan. Edisi Ketiga. Semarang: IKIP Press. Crain, William. 2007. Teori Perkembangan: Konsep dan Aplikasi. Edisi ketiga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Desmita. 2009. Psikologi Bandung: Rosda. Perkembangan. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program IBM SPSS 19. Semarang: Undip Press Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga. Kartono, Kartini. 1986. Patologi Sosial 2: Kenakalan Remaja. Jakarta: Rajawali Pers. Pangkahila, Wimpie. 2005. Seks yang Indah. Jakarta: Kompas Media Nusantara. 10