Pembuatan Bahan Semikonduktor dari Selulosa

advertisement
5
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kedelai, Tahu, dan Whey
2.1.1
Kedelai
Saat ini kedelai merupakan salah satu tanaman multiguna karena dapat
digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku berbagai industri
manufaktur dan olahan. Pada awalnya, kedelai dikenal dengan beberapa nama
botani, yaitu Glycine soja dan Soja max. Pada tahun 1948 telah disepakati bahwa
nama botani yang dapat diterima dalam istilah ilmiah, yaitu Glysine. Max L.
Merril. Kedelai merupakan tanaman dataran rendah dan daerah pertumbuhannya
sampai 500 m dari permukaan laut, tumbuh baik pada iklim panas dengan curah
hujan 20 mm/bulan.
Tanaman kedelai umumnya tumbuh tegak, berbentuk semak dan
merupakan tanaman semusim. Secara umum waktu tanam kedelai di lahan
kering dimulai pada awal musim hujan, yaitu antara bulan Oktober atau
November (musim tanam 1). Untuk musim tanam ke-2, dilakukan sekitar bulan
Februari atau Maret. Untuk lahan sawah, permulaan waktu tanam antara akhir
bulan Februari sampai pertengahan Maret (musim kemarau 1) dan untuk
penanaman
ke-2
mulai
awal
bulan
Juni
sampai
pertengahan
Juli
(Adisarwanto,2005).
Saat panen ditentukan oleh umur sesuai varietas kedelai yang ditanam
dan ada perubahan warna polong, yaitu dari kehijauan menjadi coklat
kekuningan. Panen dilakukan jika lebih dari 95% polong kedelai sudah berubah
menjadi coklat kekuningan dan jumlah daun tersisa pada tanaman hanya sekitar
5 -10%. Waktu panen disesuaikan dengan varietas kedelai dan untuk setiap
daerah berbeda-beda. Penentuan waktu panen yang tepat sangat berpengaruh
terhadap kualitas biji yang dihasilkan. Pengunduran waktu panen 1-2 hari akan
mengakibatkan kadar air biji lebih rendah yaitu antara 12-13%, cuaca juga
berpengaruh terhadap kuantitas dan mutu kedelai (Adisarwanto,2005).
6
Perkembangan
tanaman
kedelai
selama
10
tahun
terakhir
memperlihatkan penurunan yang cukup besar, lebih dari 50%, baik dalam luas
areal maupun produksinya. Pada tahun 1992, luas areal tanaman kedelai
mencapai 1,6 juta ha, sedangkan pada tahun 2003, luas areal hanya 600.000 ha.
Total produksi selama periode yang sama menurun dari 1,9 juta ton menjadi 700
ribu ton. Hal ini disebabkan oleh faktor teknis dan soasial ekonomi. Faktor
teknis antara lain kualitas benih, cara tanam, cara pemeliharaan tanaman, panen
dan penangan pascapanen. Sedangkan faktor sosial ekonomi antara lain luas
pemilikan lahan, status tanaman kedelai, modal dan risiko (Adisarwanto, 2005).
Jenis kedelai yang digunakan untuk memproduksi tahu ada 4 jenis yaitu kedelai
kuning, kedelai hitam, kedelai coklat dan kedelai hijau. Jenis kedelai yang
berwarna kuning
banyak digunakan oleh produsen tahu, karena rasanya
disenangi oleh konsumen . Setiap 100 g biji kedelai mengandung protein lebih
besar dari 34,9 gr. Syarat untuk produksi tahu meliputi antara lain :
•
Bebas dari kotoran ( batu, kerikil,ranting dll)
•
Biji kedelai tidak luka atau bebas dari serangan hama
•
Biji kedelai tidak memar
•
Kulit biji kedelai tidak keriput
Sebagai bahan makanan yang relatif murah dan bergizi juga sangat
berkhasiat bagi pertumbuhan dan menjaga kondisi sel-sel tubuh. Kedelai banyak
mengandung unsur dan zat makanan penting seperti protein, lemak, karbohidrat
dan air seperti terangkum pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi kedelai per 100 gram bahan
Komponen
Kadar %
1. Protein
35 – 45
2. Lemak
18 – 32
3. Karbohidrat
12 – 30
4. Air
Sumber : Adisarwanto, 2005
7
7
Menurut Liu (1997) Kedelai juga mengandung komponen minor seperti
fitat, isoflavon senyawa pencegah kanker dan penyakit lainnya, asam lemak
esensial (asam linoleat dan asam linolenat) dan asam lemak lainnya (asam
oleat,asam palmitat dan asam stearat). Kandungan asam amino pada kedelai
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kandungan asam amino pada kedelai
Asam amino
Kandungan (mg/100 g kedelai)
Isoleusin
1889
Leusin
3232
Lisin
2653
Metionin
525
Sistein
552
Fenilalanin
2055
Tirosin
1303
Treonin
1603
Triptofan
532
Valin
1995
Arginin
3006
Histidin
1051
Alanin
1769
Asam aspartat
4861
Asam glutamate
7774
Glisin
1736
Prolin
2281
Serin
2128
Sumber: Considine and Considine,1982
8
Kandungan asam amino esensial (leusin,lisin dan isoleusin) pada kedelai
cukup tinggi, sedangkan kandungan asam amino sulfur seperti metionin dan
sistein pada kedelai tergolong rendah. Metionin mempunyai kandungan asam
amino yang paling rendah pada kedelai diikuti dengan sistein dan triptofan (Liu,
1997).
2.1.2
Tahu
Tahu telah populer sejak 2000 tahun yang lalu selama Dinasti Han Barat,
kemudian diperkenalkan ke negara lain seperti Korea dan Jepang. Kemudian
kedua negara tersebut mengembang jenis tahu mereka sendiri yaitu tahu Korea
dan tahu Jepang (winarno,2002). Tahu adalah hasil koagulasi dari susu kedelai
yang dilanjutkan dengan proses pengepresan. Hasilnya menyerupai keju lunak
berwarna putih. Produk olahan nabati ini mempunyai kandungan protein cukup
tinggi. Menurut Winarno (2002) dalam setiap 100g tahu terdapat 89-90% air,
protein 5-8%, lemak 3-4%, karbohidrat 2-4 %.
Metode pembuatan tahu diperkirakan telah tercipta oleh Liu An dari
Dinasti Han di Cina sekitar 164SM. Baru 500 tahu kemudian, metode tersebut
disebarkan ke Jepang dan negara-negara lainnya (Liu,1997). Berbagai jenis tahu
dan tipe tahu dibuat berdasarkan dua tahapan yaitu pertama pembuatan susu
kedelai dan yang kedua susu kedelai diendapakan dan dipres sehingga
terbentuklah tahu. Perlakuan lebih lanjut terhadap gumpalan tahu tersebut dapat
beraneka ragam yang kemudian menghasilkan berbagai jenis tahu yang kini
telah banyak beredar dipasarkan (Winarno,2002).
2.1.3
Whey (limbah cair tahu)
Pada proses pembuatan tahu akan dihasilkan limbah berupa limbah padat
dan limbah cair. Limbah padat adalah ampas tahu yang merupakan sisa
penyaringan tahu waktu penggilingan kedelai. Limbah cair tahu atau whey tahu
adalah air buangan sisa pengendapan atau penggumpalan tahu waktu
pembuatannya (Enie et al.,1993).
9
Menurut Enie et al. (1993), ekstraksi protein kedelai dengan air panas
pada tahap pembuatan susu kedelai menyebabkan 79-82% (bb) kandungan
protein kedelai terekstrak. Protein yang terekstrak pada susu kedelai tidak
semuanya dapat menggumpal, sisa protein yang tidak menggumpal dan zat yang
tidak larut dalam air akan terdapat dalam whey tahu yang dihasilkan, termasuk
lesitin dan oligosakarida. Linaya dan Sangkanparan (1982) mengemukakan
bahwa whey tahu dapat digunakan sebagai konsentrat karena mengandung
padatan total 1% (bb), protein 0,22% (bb), karbohidrat 0,1 % (bb) , lemak 0,02
% (bb) dan abu 0,2% (bb).
Menurut Winarno (2002) dari 0,45 Kg kedelai dapat menghasilkan 3,6
Kg tahu dan limbah cair dari tahu (whey) sebanyak 3,78 liter. Menurut BPS
(2001) jumlah anggota produsen tahu
di Indonesia sebanyak 10094, setiap
anggota membutuhkan kedelai 5000 ton pertahunnya, sehingga dapat
diperkirakan jumlah limbah cair tahu yang disebut juga whey dalam setiap
tahunnya dapat menghasilkan 40.000 m3 whey. Jika whey tahu tidak
dimanfaatkan akan dapat menyebabkan pencemaran lingkungan karena
membusuknya senyawa-senyawa organik tersebut, sedangkan pemanfaatannya
masih sangat terbatas. Apabila ke dalam whey ditambahkan Acetobacter
Xylinium akan terbentuk nata yang merupakan bahan baku untuk pembuatan
semikonduktor.
2.2. IODIN (I)
Iodin adalah salah satu unsur yang terdapat di dalam golongan VIIA,
mempunyai nomor atom 53 yang di dalam sistem periodik disebut sebagai unsur
halogen. Halogen adalah unsur non logam yang paling reaktif, berbau, berwarna,
beracun, serta tidak terdapat bebas di alam. Dalam keadaan bebas unsur halogen
terdapat sebagai molekul diatomik. Sifat iodine yang lain dapat dilihat pada
Tabel 3.
10
Tabel 3. Sifat – sifat Iodin
Nomor atom
Massa atom
Titik lelehOC
Massa jenis 25OC(gr cm-3)
Warna
Konfigurasi electron
Keelektonegatifan
Jari-jari ion (Angstrom)
Jari-jari atom (Angstrom)
Kalor lebur (Kj mol-1)
53
126,90447
113,5
4,93
Ungu- hitam
[Kr]4d105s25p5
2,66
2,20
1,33
15,78
Sumber: Brady, 1994
Iodin digunakan sebagai doping dalam penentuan type semikonduktor.
Adapun sifat yang mempengaruhinya antara lain nomor
atom
untuk
menentukan elektron valensi atau elektron terluar dari suatu atom, titik didih
diperlukan untuk proses difusi pada selulosa mikrobial, sedangkan jari-jari ion
diperlukan untuk melihat kemungkinan substitusi unsur didalam struktur kristal.
Selain iodin dapat juga digunakan unsur lain dalam pendopingan, seperti
unsur Natrium, Kalium. Kedua unsur ini terletak dalam golongan IA dalam tabel
sistem periodik. Jika selulosa mikrobial didoping dengan unsur dari golongan IA
maka akan menghasilkan semikonduktor type - n, hal ini disebabkan unsur pada
golongan IA akan melepaskan satu elektron atau kelebihan satu elektron. Jika
Selulosa mikrobial didoping dengan menggunakan unsur golongan VIIA, seperti
unsur Iodin, Flour, Brom. Pada unsur golongan VIIA akan terjadi kekurangan
satu elektron maka semikonduktor yang dihasilkan adalah semikonduktor type-p.
2.3 Selulosa Mikrobial
Selulosa mikrobial adalah jenis selulosa yang dihasilkan oleh bakteri
seperti Acetobacter Xylinum. Selulosa merupakan polimer linier glukosa yang
terikat dalam ikatan ß-1,4 glikosida. Selulosa ini bebas lignin, bobot molekulnya
tinggi, sifat kristalinnya tinggi, derajat polimerisasi tinggi, mempunyai kekuatan
tarik dan ketahanan tinggi, serta sangat hidrofilik (Brown, 1989).
11
Gambar 1. Struktur Molekul Selulosa (water structur and behavior / cellulose /
home -http: // www.isbu.ac.uk / water / search)(11/04/05)
Bakteri Acetobacter Xylinum adalah bakteri Gram negatif yang dapat
menghasilkan serat-serat selulosa sehingga membentuk suatu jaringan yang tipis
diantara udara dan air/ cairan yang disebut pelikel. Ketebalan pelikel yang
terbentuk tergantung pada masa pertumbuhan mikroba. Pelikel yang berada pada
permukaan udara terdiri dari pita-pita yang mengandung kristalin yang tinggi
yang mempunyai lebar 40 – 100 nm, pita tersebut tersusun atas bagian
mikrofibril melalui ikatan hidrogen. Pembentukan pelikel dapat diperjelaskan
dari gambar 2 dibawah ini.
Gambar 2. Struktur Pelikel Selulosa (Brown, 1989)
12
Menurut Meshitsuka dan Isogai (1996), bahan yang mengandung
selulosa biasanya berbentuk struktur kristalin, sehingga air tidak dapat masuk ke
dalam daerah aktif kristalin pada suhu kamar. Selulosa mikrobial mengandung
dua struktur kristalin yaitu selulosa 1α dan selulosa 1β . Selulosa 1 α adalah
satu unit sel triklinat mengandung satu rantai selulosa yang mengandung
selulosa 60%, sedangkan selulosa 1β adalah satu unit sel monoklinat
mengandung dua rantai selulosa.
Pertumbuhan selulosa mikrobial terjadi karena terbentuknya serat yang
terus terjadi dari sel bakteri sehingga terbentuk jaringan serat yang sangat rapat
dan tebal. Serat yang bercabang-cabang dan tersusun rapat ini menyebabkan
selulosa mikrobial mempunyai sifat yang kenyal, alot dan tahan terhadap gaya
untuk merentangkan (Sidirjo,1996).
Selulosa mikrobial dapat dibuat menjadi lembaran dengan mengeringkan
di udara di atas tempat yang rata dengan luas tertentu. Mengeringkan selulosa
sampai kadar air kurang dari 1 % membutuhkan biaya yang besar, tetapi gugus
OH dalam air lebih reaktif daripada gugus OH yang terdapat pada komponen
lignoselulosa, sehingga hidrolisis berlangsung lebih cepat daripada substitusi.
Suhu (<150OC) yang dibutuhkan untuk reaksi sempurna harus cukup rendah
sehingga tidak terjadi degradasi serat (Rowel,1996).
2.4 Semikonduktor
Suatu material dapat mempunyai tiga sifat kelistrikan yaitu konduktor,
semikonduktor dan isolator. Bahan isolator tidak dapat mengalirkan arus listrik
sama sekali karena elektron valensinya tidak bebas bergerak di dalam material.
Keadaan ini disebabkan tingkat energi valensi dan tingkat energi konduksinya
berbeda jauh sehingga elektron untuk pindah memerlukan energi yang sangat
tinggi. Konduktor merupakan penghantar listrik yang baik karena tingkat energi
velensi dan tingkat energi konduksinya saling bertumpang tindih sehingga untuk
pindah tempat elektron hanya memerlukan energi yang sangat rendah.
Semikonduktor merupakan sifat kelistrikan suatu material diantara isolator dan
konduktor dan mempunyai pita energi larangan sebesar kira-kira 2,5eV (elektron
13
volt). Hambatan listrik suatu material merupakan suatu ukuran bagaimana
sulitnya elektron mengalir. Semikonduktor mempunyai hambatan listrik antara
10-4<ρ< 108Ohm m (Runyan,1975).
Tabel 4. Spektrum Resistivitas (hambatan listrik) dalam ohm meter (Ω m )
10-8
10-6
Ag, Cu, Au
Fe,Al, Kawat Nichrom
Konduktor
10-4
10-2
Se, Ge
1
102
Semikonduktor
104
Si,
106
CuO
108
Marmer
1010
Gelas
1012
Ebonit
1014
Keramik
1016
Gelas Silikon
Isolator
Sumber: Rio., et al 1999
Dalam teori pita menjelaskan perbedaan sifat kelistrikan suatu material.
Elektron menduduki tingkat energi dari tingkat energi yang paling rendah
sampai tingkat energi yang paling tinggi. Beberapa tingkat energi ”terlarang”
ditempati oleh elektron. Tingkat energi yang diijinkan cenderung membentuk
suatu pita. Tingkatan yang paling tinggi terisi pada T= 0K dikenal sebagai pita
valensi. Elektron di dalam pita valensi tidak berpartisipasi pada
proses
konduktivitas. Lebih dulu tingkatan kosong di atas pita valensi dikenal sebagai
pita konduksi. Pada konduktor tidak terdapat sela energi (daerah terlarang untuk
14
elektron) karena pita valensi dan pita konduksi saling tumpang tindih sehingga
membiarkan elektron bebas untuk mengambil bagian proses konduktivitas.
Isolator mempunyai suatu sela energi yang jauh lebih besar dari energi termal
elektron, sedang material semikonduktor mempunyai sela energi sekitar 2,5 eV.
Pada gambar 3 di bawah menunjukkan perbedaan antara logam, semikonduktor
dan
isolator
dalam kaitan
dengan
pemisahan
pita
energi (Jacobs and
Kilduff. 1997).
Konduktor
Pita Konduksi
Pita Valensi
Semikonduktor
Pita Konduksi
Eg (energi gap/pita larangan)
Pita Valensi
Isolator
Pita Konduksi
Eg (energi gap/pita larangan)
Pita Valensi
Gambar 3 Teori Pita Energi dalam beberapa material (Jacobs and Kilduff, 1997)
Unsur semikonduktor murni terdiri dari atom yang sejenis seperti
Germanium (Ge) dan Silikon (Si). Atom ini terikat bersama-sama oleh ikatan
kovalen, sedemikian sehingga masing-masing atom berbagi suatu elektron
dengan tetangga terdekat dan membentuk ikatan yang kuat. Semikonduktor
campuran dibuat dari dua atau lebih unsur-unsur. Contoh umum adalah Galium
15
Arsenide (GaAs) atau Indium Phosphide (InP). Semikonduktor campuran ini
terletak pada golongan III dan V dalam sistem periodik unsur kimia. Di dalam
semikonduktor campuran, perbedaan di dalam elektro-negatif merupakan suatu
kombinasi ikatan kovalen dan ikatan ionik. Ternary Semikonduktor dibentuk
oleh penambahan suatu unsur dengan kwantitas kecil (1/3) kepada campuran,
sebagai contoh AlxGa1-XAs. Tulisan di bawah garis x mengacu pada isi
campuran logam material, proporsi material yang
ditambahkan dan proporsi
yang digantikan dengan material campuran logam. Penambahan mencampur
logam ke semikonduktor dapat diperluas meliputi quaternary material seperti
GaxIn(1-X)AsyP(1-Y) atau GaInNAs dan bahkan quinternary material seperti
GaInNAsSb. Tulisan di bawah garis menandakan unsur-unsur proporsi pembuat
campuran. Campuran logam semikonduktor dengan cara ini mengijinkan kisikisi dan sela energi mengatur jarak kristal untuk dipilih sesuai penggunaan
(Jacobs and Kilduff, 1997).
Contoh semikonduktor :
•
Aluminium Gallium Arsenide (AlxGa1-xAs)
•
Diamod
•
Gallium Arsenide
•
Gallium Indium Arsenide Phosphide (Ga1-xInxAs1-yPy)
•
Gallium Nitride
•
Germanium
•
Silikon
•
Silikon Germanide (Jacobs and Kilduff, 1997).
16
Tabel 5. Sifat Bahan Pada Susunan Berkala
Golongan
I
II
Logam
III
IV
V
Metaloid
VI
VII
Non Logam
VIII
Sumber: Brady,1995
Sumber: Brady, 1994
Semikonduktor intrinsik merupakan material semi penghantar sangat
murni.
Struktur
material
Semikonduktor
Semikonduktor campuran dapat berupa
ini
tidak
berisi
atom
lain.
semikonduktor intrinsik. Pada suhu
kamar, energi yang berkenaan dengan energi termal atom mengijinkan sejumlah
kecil elektron untuk mengambil bagian dalam proses. Tidak seperti konduktor
yang
hambatan listrik akan naik karena temperatur naik, pada material
semikonduktor hambatan akan turun bila temperatur naik. Pada semikonduktor
ketika temperatur naik energi yang berhubungan dengan energi termal elektron
akan meningkat dan membiarkan lebih banyak elektron untuk melanggar pita
larangan didalam pita konduktor. Ketika suatu elektron memperoleh energi
cukup untuk lepas akan meninggalkan suatu lowongan di belakang yang
mungkin diisi oleh elektron lain. Lowongan ini sebagai pengangkut muatan
positif kedua dan dikenal sebagai suatu lubang/hole. Ketika elektron mengalir
sepanjang semikonduktor, membuat suatu lubang arus dengan arah kebalikan.
Jika ada n elektron bebas di (dalam) suatu semikonduktor intrinsik, maka harus
ada pula n lubang. Lubang dan elektron yang diciptakan dengan cara ini dikenal
17
sebagai pembawa muatan intrinsik. Konsentrasi pembawa atau rapatan muatan
menggambarkan banyaknya pembawa muatan setiap unit volume. Hubungan ini
dapat dinyatakan seperti n = p dengan n adalah banyaknya elektron dan p
banyaknya lubang setiap unit volume t. Variasi di dalam pita larangan antara
material semikonduktor
berbeda berarti kadar pembawa intrinsik pada
temperatur juga berbeda (Jacobs and.Kilduff, 1997).
Intrinsic
p-type
n-type
Gambar 4 Jenis dan tipe semikonduktor (Jacobs and.Kilduff, 1997)
Suatu semikonduktor ekstrinsik dapat dibentuk dari suatu semikonduktor
intrinsik oleh ketidakmurnian atom yang ditambahkan kepada kristal dalam
suatu proses pembuatan. Untuk mengambil contoh yang paling sederhana,
adalah Silisium. Silisium termasuk dalam golongan IV dalam daftar sistem
periodik kimia dan mempunyai elektron konduksi. Di dalam kristal masingmasing atom berbagi suatu elektron dengan suatu atom tetangga. Di dalam suatu
semikonduktor intrinsik, unsur Boron, Aluminium
dan Galium
semua
mempunyai tiga elektron di dalam pita konduksi. Ketika suatu proporsi kecil dari
atom ini, (kurang dari 1 dalam 106), disatukan ke dalam kristal dopant atom
mempunyai suatu jumlah tidak cukup ikatan untuk berbagi ikatan dengan
seluruh atom Silisium. Salah satu dari atom Silisium mempunyai suatu
lowongan untuk suatu elektron. Hal ini akan menciptakan suatu lubang yang
berperan dalam suatu proses. Dopant itu menciptakan lubang dikenal sebagai
akseptor. Semikonduktor ekstrinsik jenis ini dikenal sebagai p-type menciptakan
pengangkut muatan positif. Unsur-Unsur yang berada digolongan V dari sistem
18
periodik unsur kimia seperti P, Sb mempunyai suatu elektron ekstra di dalam
pita konduksi. Ketika ditambahkan sebagai dopant ke Silisium intrinsik, dopant
atom memberi suatu elektron tambahan kepada kristal tersebut. Dopant itu
menambahkan elektron kepada kristal dikenal sebagai penderma dan
semikonduktor material disebut n-type (Jacobs and Kilduff, 1997).
Pembuatan semikonduktor campuran sedikit agak rumit. Efek dopant
atom tergantung lokasi yang diduduki oleh atom pada kisi-kisi. Di dalam
golongan III dan golongan V semikonduktor, atom dari golongan III bertindak
sebagai suatu akseptor ketika menduduki lokasi suatu golongan IV, sedang atom
di dalam golongan V bertindak sebagai penderma ketika mereka menggantikan
atom dari golongan IV. Ketidakmurnian ini dikenal sebagai ketidakmurnian ion
atom. Di dalam penyajian pita energi, penderma dan akseptor membentuk
tingkatan di dalam daerah energi larangan.
Pita Konduksi
Ed Tingkat Donor
Ea Tingkat Aseptor
Pita Valensi
Gambar 5 Teori pita energi semikonduktor ekstrinsik (Jacobs and.Kilduff, 1997)
Tingkat ketidakmurnian ini dikenal sebagai ketidak murnian dalam zat
cair. Donor merupakan suatu elektron yang mengorbit di suatu lokasi kisi-kisi,
sedang akseptor merupakan suatu orbit lubang di sekitar suatu lokasi kisi-kisi
dengan muatan positif. Energi yang diperlukan ke ionisasi pengangkut ini sangat
sedikit dibanding energi ikat atom hidrogen karena massa efektif lebih kecil dan
radius pengangkut mengorbit lebih besar dari atom hidrogen. Energi gap, Eg,
19
pada semikonduktor ekstrinsik tergantung pada banyaknya atom dopan dan
permitivitas material intrinsik yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
me e 4
Eg = 2 2 2
2ε h n (4πε 0 )
Eg
= energi gap / celah energi / energi larangan (joule)
me
= massa elektron ( 9,11x10-31 kg)
e
= muatan elektron ( 1,6x 10-19 C)
ε
= permitivitas listrik medium (C/V-m)
ħ
= konstanta Planck ( 6,63x10-34 J-detik)
n
= banyaknya atom dopant
εo
= permitivitas listrik di ruang hampa (8,854x10-12 C/V-m)
Energi donor,Ed, merupakan pengurangan energi gap dari semikonduktor
intrinsik akibat adanya atom dopan
k bT ≈ E d
k bT ≈
1
eV
40
T
= Temperatur kamar (K)
kb
= konstanta Boltzman (1,38x10-23 J K-1 )
Suatu perkiraan kasar untuk temperatur ionisasi berada pada temperatur kamar. Pada awalnya ketika temperatur rendah, eksitasi dari penderma dan
akseptor merupakan satu-satunya sumber pengangkut yang mencakup daya
konduksi yang disebabkan oleh keadaan luar. Didalam kondisi ini pembuatan
semikonduktor menentukan apakah semikonduktor merupakan n-type atau ptype.
2.4 Kegunaan Semikonduktor
2.4.1 Dioda
Penggunaan semikonduktor adalah untuk instrument atau komponen
elektronik misalnya untuk dioda, transistor dan lain-lainnya. Dioda termasuk
20
komponen elektronika yang terbuat dari dua bahan semikonduktor yang berbeda
type yaitu type-p dan type-n disebut juga dengan P-N junction, mempunyai
fungsi yang unik yaitu hanya dapat mengalirkan arus satu arah seperti yang
ditunjukkan pada gambar dibawah ini.
Anoda
Katoda
Depletion layer
++
++P
++
++
-N ----
Gambar 6 Simbol dan struktur dioda (PN junction) (Rio., et al 1999)
Dari Gambar 6 menunjukkan sambungan PN dengan sedikit porsi kecil
yang disebut lapisan deplesi (depletion layer), dimana terdapat kesetimbangan
hole dan elektron. Pada posisi P banyak terbentuk hole- hole siap menerima
elektron, sedangkan di sisi N banyak terdapat elektron –elektron yang siap untuk
bebas. Lalu jika diberi bias positif, yaitu dengan memberi tegangan potensial
yang lebih besar dari sisi N, maka elektron dari sisi N dengan serta merta akan
bergerak untuk mengisi hole disisi P, maka akan terbentuk hole pada sisi N
karena ditinggal elektron, ini disebut aliran hole dari P menuju N, jika
menggunakan terminologi arus listrik, maka dikatakan terjadi aliran arus listrik
dari sisi P ke sisi N, seperti yang diperlihatkan dalam gambar 7.
++
++P
++
++
+
--N ----
-
Gambar 7 Dioda dengan bias maju
21
Jika polaritas tegangan dibalik yaitu dengan memberikan bias negatif
(reverse bias), sisi N mendapat polaritas tegangan lebih besar dari
sisi P.
Akibatnya tidak akan terjadi perpindahan elektron atau aliran hole dari P ke N
maupun sebaliknya. Baik hole maupun elektron masing-masing tertarik ke arah
kutub yang berlawanan, bahkan lapisan deplesi (depletion layer) semakin besar
dan menghalangi terjadinya arus. Dengan tegangan bias maju yang kecil dioda
sudah menjadi konduktor. Tidak diatas 0 volt tetapi memang tegangan beberapa
volt diatas nol baru bisa terjadi konduksi. Silikon mempunyai tegangan konduksi
diatas 0,7 volt yaitu kira-kira 0,2 volt batas minimum untuk dioda yang terbuat
dari bahan Germanium. Untuk bias negatif dioda tidak dapat mengalirkan arus,
namun memang ada batasnya sampai beberapa puluh bahkan ratusan volt baru
terjadi breakdown, dimana dioda tidak dapat lagi menahan aliran elektron yang
terbentuk di lapisan deplesi.
2.4.2. LED (Light Emiting Dioda)
LED (Light Emiting Dioda) merupakan komponen yang dapat
mengeluarkan emisi cahaya. LED merupakan produk temuan lain selain dioda.
Strukturnya juga sama dengan dioda tetapi elektron yang menerjang sambungan
P-N juga melepaskan energi berupa panas dan energi cahaya. Untuk
mendapatkan cahaya pada semikonduktor, doping yang dipakai adalah
germanium, arsenic dan phosporus. Jenis doping yang berbeda menghasilkan
warna cahaya yang berbeda pula ( Rio.,et al 1999 ).
Anoda
Katoda
Gambar 8 Simbol LED (Rio., et al 1999)
Pada saat ini warna-warna cahaya LED yang banyak adalah warna
merah, kuning dan hijau sedangan warna biru sangat langka. Pada dasarnya
22
semua warna dihasilkan, namun akan menjadi sangat mahal dan tidak efisien.
Dalam memilih LED selain warna, yang juga perlu diperhatikan tegangan, arus
maksimum dan daya disipasi. Rumah (chasing) LED dan bentuknya juga
bermacam-macam, ada yang persegi empat, bulat dan lonjong.
2.4.3 Transistor
Transistor adalah alat semikonduktor yang digunakan sebagai penguat
(amplifier), pemotong (switching on/off), stabilisasi tegangan, modulasi sinyal
atau fungsi lainnya. Transistor dapat berfungsi semacam kran listrik, dimana
berdasarkan arus input dan tegangan inputnya, memungkinkan pengaliran listrik
yang sangat akurat dari sumber listriknya ( Rio., et al 1999).
Transistor
merupakan dioda
dengan dua sambungan (junction).
Sambungan itu membentuk transistor PNP maupun NPN. Ujung-ujung
terminalnya berturut-turut disebut emitor, base dan kolektor. Base selalu berada
ditengah, diantara emitor dan kolektor. Transistor ini disebut transistor bipolar,
karena struktur dan prinsip kerjanya tergantung dari perpindahan elektron di
kutub negatif mengisi kekurangan elektron (hole) di kutub positif, bi =2 dan
polar = kutub.William Schockley pada tahun 1951 yang pertama kali
menemukan transistor bipolar.
C
N
P
N
E
B
C
B
E
C
B
P
N
P
E
E
B
C
Gambar 9 Transistor NPN junction dan PNP junction ( Rio., et al 1999)
23
Dimana :
P = Ion positif (proton)
N = Ion negatif (elektron)
B = Base
C = Kolektor
E = Emitor
Transistor adalah komponen yang bekerja sebagai sakelar (switch on/off)
dan juga sebagai penguat (amplifier). Transistor bipolar adalah inovasi yang
menggantikan transistor tabung (vacum tube). Selain dimensi transistor bipolar
relatif kecil, disipasi dayanya juga lebih kecil sehingga dapat bekerja pada suhu
yang lebih dingin. Dalam beberapa aplikasi, transistor tabung masih digunakan
terutama pada aplikasi audio, untuk mendapatkan kualitas suara yang baik.
Namun konsumsi dayanya sangat besar terutama untuk dapat melepaskan
elektron, teknik yang digunakan adalah pemanasan filamen seperti lampu pijar
(Rio., et al 1999).
Transistor bipolar memiliki dua junction yang dapat disamakan dengan
penggabungan dua buah dioda. Emitor - base adalah satu junction dan basekolektor junction lainnya. Seperti pada dioda, arus akan mengalir jika diberi
bias positif, yaitu jika tegangan pada material P lebih positif daripada material N
(forward bias). Pada gambar 10 transistor NPN junction, junction base-emitor
diberi bias positif sedangkan base-kolektor mendapat bias negatif (reverse bias).
24
+
B = base
C = kolektor
-
C
E = emitor
B
+
E
-
N
E
P
N
B
C
IB
IE
ICBO
-
+
IC
-
+
IB
= Arus base
IC
= Arus kolektor
IE
= Arus emitor
ICBO = Arus base-kolektor
VEB = tegangan pada emitor
VEB
VCB
VCB = tegangan pada kolektor
Gambar 10 Arus elektron transistor NPN (NPN junction)
Base-emitor mendapat bias positif seperti dioda, elektron mengalir dari
emitor menuju base. Kolektor pada rangkaian ini lebih positif sebab mendapat
tegangan positif. Oleh sebab itu kolektor ini lebih positif menuju base seperti
dioda. Lebar base tipis hanya sebagian elektron yang dapat bergabung dengan
hole yang ada pada base. Sebagian besar akan menembus lapisan base menuju
kolektor, dengan alasan ini mengapa jika dua dioda digabungkan tidak dapat
menjadi sebuah transistor, yang disebabkan lebar base harus
sangat tipis
sehingga dapat diterjang oleh elektron.
Jika tegangan base-emitor dibalik (reverse bias), maka tidak terjadi aliran
elektron dari emitor menuju kolektor. Jika pelan-pelan keran base diberi bias
maju (forward bias), elektron mengalir menuju kolektor dan besarnya sebanding
dengan besar arus bias base yang diberikan. Jadi arus base mengatur banyaknya
25
elektron yang mengalir dari emitor menuju kolektor. Ini disebut efek penguat
transistor sebab arus base yang kecil menghasilkan arus emitor-kolektor yang
lebih besar (arus yang lebih kecil mengontrol aliran arus yang lebih besar). Base
mengatur pemebukaan
dan penutupan
aliran arus emitor-kolektor (switch
on/off) (Rio., et al 1999).
Pada transistor PNP, fenomena yang sama dapat dijelaskan dengan
memberikan bias seperti yang ditunjukkan pada gambar 11. Dalam hal ini yang
disebut perpindahan arus adalah arus hole.
B = base
-
C = kolektor
C
+
E
= emitor
B
E
+
B
E
P
N
P
C
IB = arus base
IC = arus kolektor
IB
IC
IE
IE = arus emitor
VCB = tegangan pada kolektor
+
-
VEB
+
-
VEB = tegangan pada emitor
VCB
Gambar 11 Arus hole transistor PNP (PNP junction) (Rio., et al 1999)
Download