78 Hubungan Dukungan Sosial dengan Psychological Well Being pada Remaja Korban Sexual Abuse di Kabupaten Langkat Eryanti Novita, S.Psi, M.Psi Fakultas Psikologi Universitas Medan Area Azhar Aziz, S.Psi, MA Fakultas Psikologi Universitas Medan Area Suryani Hardjo, S.Psi, MA Fakultas Psikologi Universitas Medan Area Abstrak Dampak sexual abuse pada anak-anak dan remaja berupa tekanan psikologis, sehingga memunculkan berbagai kecenderungan psikopatologi, termasuk depresi, penyalahgunaan alkohol, perilaku antisosial, resiko bunuh diri, kecemasan tentang seks dan ketertekanan kehidupan pribadinya. Dibutuhkan penanganan yang serius dan segera dari semua pihak agar budaya kekerasan dapat diubah, dan bagi korban dibutuhkan penanganan secara intensif agar dapat hidup dan menghadapi masa depannya secara positif dengan mencapai kesejahteraan psikologisnya (psychological well being). Bagi korban sexual abuse langkah awal yang dapat ditempuh mendorong sikap terbuka dan melakukan prevensi intervensi pada pihak sekolah, orang tua dan anak. Tujuan penelitian adalah ingin melihat : Hubungan antara dukungan sosial dengan psychological well being pada korban sexual abuse di Kabupaten Langkat. Data diungkap melalui Skala kesejahteraan psikologis dan dukungan sosial. Jumlah populasi adalah 32 orang anak dan remaja yang mengalami sexual abuse dan tehnik pengambilan sampel adalah total sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara dukungan sosial dengan Psychological well being. Hasil ini dibuktikan dengan koefisien korelasi rxy = 0,679 : p = 0,017; p < 0,050. Dengan demikian maka hipotesis yang telah diajukan dalam penelitian ini, dinyatakan diterima, dimana semakin tinggi dukungan sosial maka akan semakin tinggi Psychological well being dan sebaliknya semakin rendah dukungan sosial maka akan semakin rendah Psychological well being. Kata kunci : psychological; well being; dan sexual abuse yang dicatat oleh komnas perempuan PENDAHULUAN Masalah adalah Indonesia. Hampir mencapai seperempat problem manusia yang merupakan suatu total kasus adalah kekerasan seksual yaitu kenyataan dari sebanyak 93.960 kasus. Jenis kekerasan mengalami seksual terbanyak adalah pemerkosaan, perkembangan bahkan dapat dikatakan mencapai 4845 kasus. Sementara itu bahwa usia kejahatan seumur dengan jumlah manusia masyarakat masyarakat sosial yang karena maka kejahatan dan produk selalu kasus tertinggi pada setiap dimana terdapat tahunnya menurut data yang dilansir disitu terdapat Legal Resoucer Center untuk Keadilan kejahatan. Jender dan Hak Asasi Manusia (LRC Menurut Direktur LRC KJHAM, KJHAM) Jateng adalah pemerkosaan. Fatkhurozi pada tahun 1999 hingga 2011, Pada tahun 2014, terjadi 140 kasus ada 400.939 kasus kekerasan perempuan pemerkosaan dengan 172 korban, dan 4 Jurnal Psikologi Konseling Vol. 7 No.1, Desember 2015 79 orang di antaranya meninggal. Hal ini berdaya, menunjukkan betapa banyaknya kasus mempercayai pemerkosaan ketidakadilan secara umum. dan sexual abuse di Indonesia (Suara Merdeka, 5 Januari 2015.). perilaku pasif, orang Dibutuhkan lain sulit dan penanganan rasa yang serius dan segera dari semua pihak agar Sexual abuse menjadi salah satu budaya kekerasan dapat diubah, dan bagi bahasan yang cukup menantang pada korban dibutuhkan penanganan secara berbagai permasalahan kehidupan saat intensif agar dapat hidup dan menghadapi ini, permasalahan sexual abuse semakin masa depannya secara positif dengan banyak ditemui dan dialami anak-anak, mencapai keadaan ini efeknya dirasakan pula (psychological well being) sampai usia dewasa. Hunter kesejahteraan psikologisnya Psychological (dalam Gosita, 2013) well being mempengaruhi penyesuaian sosial anak menyebutkan 80 % korban sexual abuse untuk pelakunya adalah pria dan wanita serta 90 anak/remaja lain yang tidak pernah % pengalaman seksual melibatkan korban mengalami yang masih anak-anak. Penelitian ini Psychological well being adalah konsep mengungkap beberapa kompleksitas yang multidimensional mengenai sejauh apa terlibat dalam masalah sexual abuse yang seseorang dialami anak-anak, dampak pelecehan psikologisnya secara positif. Berdasarkan seksual dan tekanan psikologis pada teori kesehatan mental, teori psikologi anak-anak, memunculkan perkembangan, Ryff (dalam Moningka berbagai kecenderungan psikopatologi, 2013) mengemukakan 6 dimensi yang termasuk tercakup dalam psychological well being, sehingga depresi, penyalahgunaan dapat menjalankan yaitu diri, Acceptance), ketertekanan Dampak tentang kehidupan kekerasan seks dan pribadinya. seksual amat normal pengalaman alkohol, perilaku antisosial, resiko bunuh kecemasan hidup 1) penerimaan yang seperti negatif. fungsi-fungsi diri mengacu (Selfkepada bagaimana individu menerima diri dan pengalamannya; 2) hubungan berpengaruh terhadap harga diri anak, interpersonal (Positive Relation with yang termanifestasikan dalam sikap dan Others), yang mengacu pada bagaimana perilaku mereka di masyarakat. Bagi individu membina hubungan dekat dan korban yang masih anak-anak akan saling percaya dengan orang lain; 3) terbentuk citra diri yang negatif, rasa tak otonomi (Autonomy), yang mengacu pada Jurnal Psikologi Konseling Vol. 7 No.1, Desember 2015 80 kemampuan individu untuk lepas dari memasuki periode remaja awal; yang pengaruh orang lain dalam menilai dan memberikan kesempatan mereka untuk memutuskan 4) tumbuh, tidak hanya dalam dimensi fisik, penguasaan lingkungan (Environmental tetapi juga dalam kompetensi kognitif Mastery) yang mengacu pada bagaimana dan sosial, otonomi, harga diri, dan kemampuan individu menghadapi hal-hal keintiman. Karena menghadapi berbagai di hidup perubahan yang terjadi secara bersamaan, (Purpose in Life), yang mengacu pada mereka membutuhkan bantuan dalam hal-hal yang dianggap penting dan ingin menjalani masa ini (Feldman, 2009; dicapai individu dalam kehidupan; serta Weiner, 1992; Rönkä, & Pulkkinen, 6) 1995, dalam Faturahman, 2012) segala lingkungannya; sesuatu; 5) pertumbuhan tujuan pribadi (Personal Growth), yang mengacu pada bagaimana individu memandang dirinya berkaitan KAJIAN PUSTAKA dengan harkat manusia untuk selalu Psychological Well Being tumbuh dan berkembang. Menurut Corsini (dalam Solihin Bagi korban sexual abuse langkah 2006), pengertian well-being adalah suatu awal yang dapat ditempuh mendorong keadaan subyektif yang baik, termasuk sikap terbuka dan melakukan prevensi kebahagiaan, intervensi pada pihak sekolah, orang tua dalam hidup. Psychological well being dan adalah anak. diperlukan Intervensi agar yang anak-anak tepat tumbuh, berkembang secara sehat dan bahagia. selfesteem,dan tingkat kepuasan kemampuan individu dalam menerima dirinya apa adanya, membentuk hubungan yang hangat Sebuah studi yang dilakukan oleh dengan orang lain, mandiri terhadap Aizer (dalam Saeroni, 2011) terhadap tekanan sosial, mengontrol lingkungan anak berusia 5 hingga 14 tahun yang eksternal, memiliki arti dalam hidup, kurang mendapat dukungan dan perhatian serta secara sosial dari orang tua maupun secara kontinyu (Ryff & Keyes, dalam lingkungan Flannery, 2009). dimana individu tinggal, memperlihatkan kenakalan, penggunaan merealisasikan potensi Psychological dirinya well being obat dan alkohol, dan bermasalah di berhubungan dengan kepuasan pribadi, sekolah. Peran dukungan sosial menjadi keterikatan, sangat anak-anaknya stabilitas suasana berusia remaja, terutama ketika anak terhadap diri penting ketika harapan, Jurnal Psikologi Konseling Vol. 7 No.1, Desember 2015 rasa hati, sendiri, syukur, pemaknaan harga diri, 81 kegembiraan, kepuasan dan optimisme, terhadap dirinya sendiri, tanggung jawab termasuk juga mengenali kekuatan dan terhadap diri sendiri, berani mengakui mengembangkan bakat dan minat yang kesalahan, dan instrospeksi diri; 2) dimiliki (Bartram & Boniwell, dalam hubungan positif dengan orang lain, yaitu Faturochman 2012).). Psychological well tingkat kemampuan dalam berhubungan being memimpin individu untuk menjadi hangat dengan orang lain, hubungan kreatif dan memahami apa yang sedang interpersonal yang didasari kepercayaan, dilakukannya serta perasaan empati dan kasih sayang (Bartram & Boniwell, Faturochman 2012). yang kuat; 3) otonomi, yaitu tingkat Berdasarkan uraian di atas, dapat kemampuan individu dalam menentukan disimpulkan bahwa psychological well nasib sendiri, kebebasan, pengendalian being secara umum dapat diartikan internal, individual, sebagai suatu bentuk kepuasan terhadap perilaku internal, aspek-aspek hidup bahwa pikiran dan tindakan seseorang mendatangkan atau sehingga menimbulkan berasal dari dan pengaturan dasar kepecayaan dirinya sendiri dan perasaan bahagia dan perasaan damai seharusnya tidak ditentukan oleh kendali pada hidup seseorang, namun standar orang lain; 4) penguasaan lingkungan, kepuasan pada setiap orang berbeda yaitu tingkat kemampuan individu untuk sehingga hal ini bersifat subjektif. memilih atau menciptakan lingkungan Psychological well being, yang sesuai dengan kondisi batinnya. dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain Penguasaan lingkungan dapat dilakukan perbedaan jenis dengan pendidikan, pendapatan, kelamin, usia, pernikahan, dua cara, yaitu merubah lingkungan agar sesuai dengan kondisi kepuasan kerja, kesehatan, agama, waktu individu luang, hidup, lingkungannya) dan individu beradaptasi kemampuan atau kompetensi, dukungan dengan lingkungan yang ada tanpa sosial dan kepribadian (Eddington & merubah Shuman dalam Faturochman (2012). berubah adalah individunya); 5) tujuan Dimensi Psychological Well Being hidup, yaitu pemahaman yang jelas peristiwa dalam Ryff (1989) mengemukakan enam (yang lingkungan mengenai tujuan diubah adalah tersebut hidup, (yang pendirian dimensi psychological well being, yaitu: terhadap tujuan, dan tujuan yang telah 1) tingkat direncanakan; 6) pertumbuhan pribadi, kemampuan individu dalam bersikap yaitu tingkat kemampuan individu dalam penerimaan diri, yaitu Jurnal Psikologi Konseling Vol. 7 No.1, Desember 2015 82 mengembangkan potensinya secara terus Mayer, menerus, menumbuhkan dan memperluas dukungan sosial merupakan hubungan diri suatu yang di dalamnya terkandung pemberian kekuatan yang terus berjuang untuk bantuan dan hubungan itu memiliki nilai menyatakan diri dan melawan rintangan positif bagi penerima bantuan. sebagai eksternal, orang sehingga (person), menyatakan bahwa akhirnya Sarason, Levine, dan Basham individu berjuang untuk meningkatkan (1983) mendefinisikan dukungan sosial psychological well being dari pada sebagai keadaan yang bermanfaat bagi sekedar memenuhi aturan moral. individu yang diperoleh dari orang lain Dukungan Sosial yang dapat dipercaya. Sarason dkk. Dukungan karena pada 1986) sosial merupakan bermanfaat kebutuhan bagi (1983) mendefinisikan dukungan sosial sebagai adanya pemberian informasi baik seseorang, seperti yang dinyatakan Lin, secara Woefel bahwa pemberian bantuan tingkah laku atau dukungan sosial merupakan kebutuhan, materi melalui hubungan sosial yang seperti akrab dan Light persetujuan, (1985), esteem, dan verbal atau maupun hanya non verbal, disimpulkan pertolongan yang diperoleh dari orang- keberadaan orang yang mempunyai arti bagi dirinya. seseorang merasa diperhatikan, bernilai Dukungan sosial menurut House mereka yang dari membuat dan dicintai. (dalam Cohen dan Syme, 1985), diartikan Dukungan dapat disimpulkan, uraian menolong dengan melibatkan aspek- merupakan bantuan yang diberikan dalam aspek empat macam dukungan, yakni suatu hubungan sosial yang akrab, di dukungan instrumen (menolong orang dalamnya meliputi berbagai aspek yakni secara langsung dengan memberikan persetujuan, esteem, emosi, informasi, sesuatu), dukungan emosional (memberi alat, penilaian atau penghargaan bagi perhatian, cinta, dan simpati), dukungan seseorang informatif mempunyai informasi yang dapat digunakan penerima untuk coping), dan dukungan appraisal (umpan balik secara langsung tentang fungsi atas berdasarkan sebagai bentuk hubungan yang bersifat (memberi di sosial dari orang arti lain sehingga yang merasa diperhatikan. Beberapa menunjukkan pendapat ahli aspek-aspek yang perorangan pada peningkatan harga diri). terkandung Leavy (dalam Ganster, Fusilier dan Schefer dan Lazarus (dalam Ronald dan Jurnal Psikologi Konseling Vol. 7 No.1, Desember 2015 dalam dukungan sosial. 83 Paul, 1984) menyebutkan tiga dimensi dukungan sosial yang bersifat langsung, yang terkandung dalam dukungan sosial. misalnya bantuan peralatan, pekerjaan, Pertama, dan keuangan. dukungan emosional yang adanya keakraban dan Dua pendapat di atas intinya penerimaan yang memberi keyakinan; mengandung kesamaan, sehingga dapat kedua, dukungan sosial yang berwujud disimpulkan atau memberi pelayanan dan bantuan dukungan sosial bentuknya merupakan secara langsung; dan ketiga, dukungan bantuan informasi penghargaan, informatif, dan instrumen melibatkan yang nasihat, meliputi pemecahan pemberian masalah bahwa yang aspek-aspek bersifat emosional, yang yang diberikan bagi individu agar dapat dihadapi individu, dan penilaian terhadap memecahkan masalah yang dihadapi. perilaku individu. Dalam penelitian ini aspek-aspek House (dalam Cohen dan Syme, dukungan sosial dari House yang penulis 1995) membagi dukungan sosial atas refleksikan dalam butir-butir pernyataan empat dukungan skala penelitian. emosional Hipotesis aspek, emosional. merupakan yakni a) Dukungan bentuk dukungan sosial Dari uraian teori diatas di ajukan berupa empati, kepedulian dan perhatian hipotesis sebagai berikut : terhadap orang yang bersangkutan; b) Ada dukungan dukungan sosial dengan psychological penilaian/penghargaan. Dukungan dukungan penilaian sosial, well being yang positif antara anak korban sexual abuse ungkapan dengan asumsi bahwa semakin baik hormat secara positif kepada seseorang, dukungan sosial maka semakin baik dorongan untuk maju atau persetujuan psychological well being anak, dan dengan gagasan atau perasaan individu sebaliknya semakin tidak baik dukungan dan sosial perbandingan berupa merupakan hubungan positif seseorang dengan orang-orang lain; c) dukungan informatif. merupakan berupa Dukungan bentuk pemberian informatif dukungan sosial nasehat, saran, petunjuk-petunjuk, dan umpan balik; d) dukungan instrumental instrumental. merupakan Dukungan bentuk maka semakin tidak baik psychological well being anak. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan pada 32 orang remaja korban sexual abuse. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Jurnal Psikologi Konseling Vol. 7 No.1, Desember 2015 84 Korelasi Product Moment dari Pearson. Teknik analisis data ini digunakan dalam upaya mengungkap hubungan antara satu variabel bebas, yakni dukungan sosial, dan satu variabel terikat, yakni Psychological Well Being. Bedasarkan hasil Tabel 1 Rangkuman Hasil Analisis Korelasi Product Moment Statis tik Koefisi en (rxy) X– Y 0,679 Koef. Det (r2) 0,461 p BE % Ket 0,017 59, 5 S perhitungan Analisis Korelasi Product Moment, dapat HASIL DAN PEMBAHASAN hubungan Hasil penelitian ini membuktikan positif yang signifikan antara dukungan bahwa terdapat hubungan positif yang sosial dan Psychological Well Being. signifikan antara dukungan sosial dengan Hasil ini dibuktikan dengan koefisien Psychological Well Being. Hasil ini korelasi rxy = 0,679 ; p < 0,050. Hasil ini dibuktikan dengan koefisien korelasi rxy = mengartikan tinggi 0,679 ; p < 0,050. Dengan demikian dukungan sosial maka akan semakin maka hipotesis yang telah diajukan dalam tinggi penelitian diketahui bahwa terdapat bahwa semakin Psychological Well Being , ini, dinyatakan diterima, sebaliknya, semakin rendah dukungan dimana semakin tinggi dukungan sosial sosial rendah. maka Psychological Well Being akan Dengan semakin tinggi dan semakin rendah maka akan semakin Psychological Well Being. demikian maka hipotesis yang telah dukungan sosial, maka Psychological diajukan dalam penelitian ini, dinyatakan Well Being akan semakin rendah. Hasil penelitian ini sesuai dengan diterima. Koefisien determinan (r2) dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh hubungan di atas adalah sebesar r2 = Tusya’ni (2014) yang 0,461 ini menunjukkan Psychological bahwa kesejahteraan psikologis pada Well Being di bentuk atau dipengaruhi ibu bekerja tergolong tinggi. Tingginya oleh Dukungan Sosial sebesar 46,1%. kesejahteraan psikologis tersebut salah Tabel berikut merupakan rangkuman satunya hasil perhitungan r product moment. sosial tinggi menunjukkan disebabkan oleh yang pula. dirasakan dukungan ibu Kondisi bekerja tersebut menunjukkan bahwa ibu bekerja tidak terbebani dengan masalahmasalah peran ganda, karena dukungan sosial yang ibu Jurnal Psikologi Konseling Vol. 7 No.1, Desember 2015 85 bekerja dapatkan cukup memadai, dengan dipengaruhi Koefisien kualitas hubungan remaja dengan dukungan (p<0,05) menunjukkan bahwa hipotesis keluarga dan lingkungan, terutama yang menyatakan ada hubungan positif dengan orang tua (Shek, 1997; Sastre & antara dengan Ferriere, 2000; Van Wel, Linssen & diterima. Abma, 2000; Kef & Dekovic, 2004). korelasi sebesar dukungan kesejahteraan 0,494 sosial psikologis oleh tersebut Sumbangan efektif variabel dukungan Anak-anak yang ditinggalkan orang sosial terhadap kesejahteraan psikologis tuanya karena menjadi buruh migran, adalah sebesar 24,4%. cenderung kehilangan kedekatan, baik Kemudian Graham dan Jordan secara geografis maupun emosi dengan (2011), mengungkap adanya perbedaan orangtuanya serta tidak mendapat kontrol pada anak- Psychological well being anak dari lingkungan sekitarnya (Orrelana et korban sexual abuse dari keluarga dengan al., 2001). anak-anak yang memiliki perhatian dan Sebuah studi yang dilakukan oleh dukungan dari orang tua, masyarakat, Aizer (dalam Saeroni, 2011) terhadap lembaga serta anak berusia 5 hingga 14 tahun yang lingkungan. Anak-anak dari keluarga kurang mendapat dukungan dan perhatian yang tidak perduli cenderung mengalami secara sosial dari orang tua maupun gejala depresif dan memiliki tingkat lingkungan Psychological well being yang lebih memperlihatkan kenakalan, penggunaan rendah, berperilaku obat dan alkohol, dan bermasalah di destruktif seperti melakukan kekerasan sekolah. Peran dukungan sosial menjadi di sangat pemerhati mereka sekolah, putus membolos, sosial, juga sekolah, perilaku kebut-kebutan, dimana penting individu ketika tinggal, anak-anaknya merokok, berusia remaja, terutama ketika anak penyalahgunaan narkoba, mengkonsumsi memasuki periode remaja awal; yang minuman keras, seks bebas (Dacey & memberikan kesempatan mereka untuk Kenny, 1997; Lazarry, 2000), hingga tumbuh, tidak hanya dalam dimensi fisik, menarik diri dari lingkungan (Feldman, tetapi juga dalam kompetensi kognitif 2009; Buist et al., 2004). kesejahteraan dan sosial, otonomi, harga diri, dan psikologis merupakan sebuah gagasan keintiman. Karena menghadapi berbagai yang dianggap relatif kompleks (Ryff, perubahan yang terjadi secara bersamaan, 1989; Rathi & Rastogi, 2007), yaitu mereka membutuhkan bantuan dalam keadaan psikologis yang memang sangat menjalani masa ini (Feldman, 2009; Jurnal Psikologi Konseling Vol. 7 No.1, Desember 2015 86 Weiner, 1992; Rönkä, & Pulkkinen, adalah dukungan sosial (Ryff &Keyes 1995, dalam Faturahman, 2012) 1995).Dukungan sosial adalah kehadiran pada salah Penelitian ini lebih difokuskan orang lain yang dapat membuat individu faktor dukungan sosial sebagai percaya satu penyebab terjadinya bahwa dirinya dicintai, diperhatikan, dan merupakan bagian dari Psychological Well Being, bila korban kelompok mendapatkan yang Dukungan ini dapat berasal dari berbagai datang dari keluarga dan orang-orang sumber diantaranya orang yang dicintai disekitarnya, merasa seperti orang tua, pasangan, anak, teman, terkucil dan terpisah dari kelompok, dan kontak sosial dengan masyarakat maka akan muncul rasa kecewa, bingung, (Rietschlin, kesepian, ragu-ragu, khawatir, takut, Menurut Teori selektivitas sosioemosi, putus asa, ketergantungan, kekosongan, sumber utama dukungan sosial bagi dan kerinduan. Korban akan merasa lansia, mengutamakan kontak dengan seperti remaja lain yang tidak terlihat individu cacat cela oleh masyarakat sehingga ia menyenangkan seperti pasangan, anak, mampu memiliki Psychological well dan teman, sehingga lansia lebih selektif being. dalam memilih jaringan sosialnya karena dukungan korban Psychological merupakan sebuah sosial tidak hubungan remaja dalam yang 2009) Taylor, sudah 2009). dikenal dan being mereka sangat mementingkan kepuasan gagasan yang emosional (Cartensen, dalam Santrock, 2012). yaitu keadaan psikologis yang memang dipengaruhi (Taylor, well dianggap relatif kompleks (Ryff, 2007), sangat sosial oleh kualitas tersebut dalam Individu membangun dan memelihara hubungan sosial, sehingga membuat mereka untuk memilih keluarga, orang tua dan lingkungannya. dukungan sosial yang berbeda untuk Psychological well being dapat dicirikan fungsi yang berbeda, misalnya, orang- sebagai indikator fungsi mental yang orang tertentu yang diandalkan untuk baik. Psychological well being sebagai dukungan emosional, sementara yang lain suatu dorongan untuk menggali potensi untuk dukungan instrumental. Dukungan diri individu secara keseluruhan agar empiris untuk model konvoi sosial secara dapat mencapai kesuksesan. jelas Salah mendukung satu faktor psychological mengidentifikasi pentingnya, yang melihat sumber yang berbeda dalam well-being dukungan sosial yang berkaitan dengan Jurnal Psikologi Konseling Vol. 7 No.1, Desember 2015 87 usia karena kualitas dukungan sosial pada penelitian lansia meningkat seiring waktu (Kahn & dimana semakin tinggi dukungan sosial Antonucci, dalam Gurung, Taylor, & maka akan semakin tinggi Psychological Seeman, 2003). Kualitas hubungan telah well being dan sebaliknya semakin terbukti mempengaruhi tingkat depresi, rendah dukungan sosial maka akan well-being dan kualitas hidup (Antonuci semakin & Akiyama, dalam Chen & Miller, being. 2002), sehingga sumber dukungan yang ini, dinyatakan rendah diterima, Psychological well Dukungan sosial yang diterima berbeda menyebabkan well-being pada oleh remaja korban sexual abuse lansia juga berbeda. memberikan pengaruh sebesar 46,1% Melihat pengaruh dari dukungan terhadap. Psychological well beingnya. sosoal terhadap Psychological well being Berdasarkan hasil penelitian ini maka sebesar 46,1%, ini berarti masih terdapat diketahui bahwa masih terdapat sebesar 53,9% pengaruh dari faktor lain, dimana 53,9% peranan dari faktor lain terhadap faktor-faktor lain tersebut tidak dilihat Psychological dalam penelitian ini, yaitu: perbedaan dimana faktor-faktor lain tersebut dalam jenis pendidikan, penelitian ini tidak dilihat, diantaranya pendapatan, pernikahan, kepuasan kerja, adalah: perbedaan jenis kelamin, usia, kesehatan, agama, waktu luang, peristiwa pendidikan, dalam kepuasan kerja, kesehatan, agama, waktu kelamin, hidup, usia, kemampuan atau kompetensi, dan kepribadian. luang, well being pendapatan, peristiwa kemampuan PENUTUP kepribadian Kesimpulan Saran atau tersebut, pernikahan, dalam hidup, kompetensi, dan Berpedoman pada hasil-hasil dan Berdasarkan hasil penelitian telah pembahasan yang telah dibuat, maka diketahui bahwa sumbangan dukungan dapat social disimpulkan bahwa erdapat sangat berpengaruh terhadap hubungan positif yang signifikan antara Psychological well being remaja korban dukungan sosial dengan Psychological sexual abuse maka di sarankan kepada well being. Hasil ini dibuktikan dengan keluarga yang memiliki anak remaja koefisien korelasi rxy = 0,679 : p = 0,017; korban p < 0,050. Dengan demikian maka memberikan dukungan terhadap korban. sexual hipotesis yang telah diajukan dalam Jurnal Psikologi Konseling Vol. 7 No.1, Desember 2015 abuse untuk selalu 88 Kepada seluruh masyarakat setempat untuk lebih turut berperan serta untuk melakukan pengembangan tindakan psikologis terhadap korban sexual abuse, dan mengingat kecenderungan meningkatnya kasus sexual abuse maka disarankan kepada masarakat luas untuk lebih perduli terhadap gejala terjadinya sexual abuse. Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk dapat mencari dan meneliti faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap Psychological well being, dimana faktor-faktor lain tersebut dalam penelitian diantaranya adalah: ini tidak perbedaan dilihat, jenis kelamin, usia, pendidikan, pendapatan, pernikahan, kepuasan kerja, kesehatan, agama, waktu luang, peristiwa dalam hidup, kemampuan atau kompetensi, dan kepribadian DAFTAR PUSTAKA Arief Gosita. 2013. Masalah Korban Kejahatan (Kumpulan karangan), Edisi Kedua, Jakarta: Akademika Pressindo. Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Edisi Revisi) Jakarta: Rineka Cipta. Candra, I.W. 2002. Hubungan antara Dukungan Sosial dan Harga Diri dengan Depresi pada Penderita Kanker. (Tesis) Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Flannery, R. B. (2009). Psychological Trauma and Post Traumatic Stress Disorder: A Review. International Journal of Emergency Mental Health. 1 (2) Joni, Muhammad. 2011. Hentikan Kekerasan terhadap Anak Sekarang (online) tersedia:http://www.medanbisnisdail y.com (akses 4/4/2011) Kurniawati. Y. 2000. Dukungan Sosial, Harga Diri & Optimisme pada Mahasiswa Baru. (Skripsi). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Mboiek, P. B. 1992. Pelecehan seksual suatu bahasan psikologis paedagogis, makalah dalam Seminar Sexual Harassment, Surakarta 24 Juli (Surakarta: Kerjasama Pusat Studi Wanita Universitas Negeri Surakarta dan United States Information Service). Poerwandari, E. K. 2000. Kekerasan Terhadap Perempuan: Tinjauan Psikologi Feministik, Dalam Sudiarti Luhulima (Ed) “Pemahaman Bentuk-Bentuk Tindak Kekerasan Terhadap Perempuan Dan Alternative Pemecahannya” Jakarta: Kelompok kerja “convention watch” Pusat Kajian Wanita dan Gender, Universitas Indonesia M. Ali Chasan Umar. 2008. Kejahatan Seks dan Kehamilan Di Luar Nikah, Cetakan 1, Jakarta: CV Panca Agung. Ryff, C. & Keyes, C. 2011. The structure of psychological well-being revisited. Journal of Personality and Social Psychology, 69: 719-727. Jurnal Psikologi Konseling Vol. 7 No.1, Desember 2015 89 Santrock, W. J. 2002. Life span development (9th ed.). New York: Mc Grow Hill Company. Sarason, B. R., Sarason, I. G., & Pierce, G. R. 1990. Social support: An interactional view. Canada: A Wiley Interscience Publication. Sears, D. O., Freedman, J. L., & Peplau , L. A. (1985). Psikologi sosial (jilid 1). Jakarta: Penerbit Erlangga. Smet, B. 1994. Psikologi kesehatan. Jakarta: PT Grasindo. Smith, J. 2004. Social support: key to psychological wellbeing among rural, low Income mothers. Makalah disampaikan pada Seminar Family Policy Impact, University of Maryland, USA. Saeroni, Muhammad 2011. Fenomena Anak Sebagai Pelaku Kekerasan (Online). Tersedia: http://sahabatperempuan.wordpress.c om. (akses: 25/3/2015) Sisca, H., & Moningka, C. 2013. Resiliensi perempuan dewasa muda yang pernah mengalami kekerasan seksual di masa kanak-kanak. Jurnal Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur & Sipil) Vol : 3 Oktober 2009. Solihin, L. 2006. Tindakan Kekerasan pada anak dalam keluarga. Jurnal Pendidikan Penabur – no. 03 (.III). Suara Merdeka. 2015. Tahun 2014, Terjadi 27 Kasus Perkosaan. Suara Merdeka, 5 Januari 2015. Sulistyaningsih, E., & Faturochman 2012. Dampak sosial psikologis perkosaan. Buletin Psikologi, Tahun X, No. 1, Juni 2002, 9-23. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Jurnal Psikologi Konseling Vol. 7 No.1, Desember 2015