e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI KEMAMPUAN PENALARAN OPERASIONAL KONKRET Kd. Inten Nathalia1, Gd. Sedanayasa2, I Gst. Ngr. Japa3 1,3 Jurusan PGSD, 2Jurusan BK, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail: [email protected], [email protected], [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran berbasis proyek terhadap hasil belajar matematika ditinjau dari kemampuan penalaran operasional konkret. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas IV Gugus III Kabupaten Klungkung tahun pelajaran 2014/2015 dengan rancangan penelitian Posttest Only Control Group Design. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 71 orang yang dipilih dengan menggunakan teknik random sampling. Data dikumpulkan dengan tes penalaran operasional konkret dan tes hasil belajar matematika berupa tes objektif. Data diolah dengan menggunakan analisis varians (ANAVA) dua jalur dilanjutkan dengan uji tScheffe. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran berbasis proyek dan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional, yang ditunjukkan oleh hasil uji F(A)hitung = 7,13 > Ftabel(α=0,05), (2) terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran yang diterapkan dengan kemampuan penalaran operasional konkret terhadap hasil belajar matematika, yang ditunjukkan oleh F(AB)hitung = 37,61 > Ftabel(α=0,05), (3) hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran berbasis proyek lebih tinggi daripada siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional untuk siswa yang memiliki kemampuan penalaran operasional konkret tinggi, yang ditunjukkan dari hasil nilai thitung =6,23(α=0,05), (4) hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional lebih tinggi daripada siswa yang mengikuti model pembelajaran berbasis proyek untuk siswa yang memiliki kemampuan penalaran operasional konkret rendah,yang ditunjukkan dari hasil nilai t hitung =2,52(α=0,05). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran berbasis proyek berpengaruh terhadap hasil belajar matematika ditinjau dari kemampuan penalaran operasional konkret siswa kelas IV SD Gugus III Kabupaten Klungkung. Kata-kata kunci: hasil belajar, pembelajaran berbasis proyek, penalaran Abstract This research aimed to determine the effect of project-based learning model for mathematics learning achievement based on concrete operational reasoning. The population involved in this research was all students at class IV Cluster III Klungkung in the academic year of 2014/2015 with the research design Posttest Only Control Group Design. The sample in this study amounted to 71 people were selected using random sampling. The data were collected by using tests concrete operational reasoning and mathematics achievement test in the form of objective tests. The data is processed by using analysis of two-tailed variance (ANOVA) followed by t-Scheffe test. The results indicated that: (1) there is difference of mathematics learning achievement between students that learning with project-based learning model and students that learning with e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 conventional learning, which is shown by the results of the test F (A) count = 7.13> Ftabel (α = 0.05), (2) there is an interaction between learning approach and concrete operational reasoning on students’ mathematics achievement, shown by F (AB) count = 37.61> F table (α = 0.05), (3) the mathematics achievement of student who learning with the project-based learning is higher than the students who learning with the conventional learning for students who have a high concrete operational reasoning, which is shown from the results of the t = 6.23 (α = 0.05), (4) the mathematics achievement of student who learning with the conventional learning is higher than the students who learning with the project-based learning for students who have a low concrete operational reasoning, which is shown from the results of the t = 2.52 (α = 0.05). Based on the finding it could be conclude project-based learning is contribute towards the mathematic learning achievement based on concrete operational reasoning for the students class IV Cluster III Klungkung. Keywords: achievement of learning, project-based learning, reasoning PENDAHULUAN Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang penting bagi kehidupan manusia. Fungsi utama pendidikan adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak, kepribadian serta peradaban yang bermartabat dalam hidup, dengan kata lain pendidikan berfungsi memanusiakan manusia agar menjadi manusia yang benar sesuai dengan norma yang dijadikan landasan. Saat ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi begitu pesat, dan juga semakin beragam masalah yang harus dihadapi oleh manusia. Untuk dapat mengikuti perkembangan zaman dan dapat memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapi maka diperlukan suatu pendidikan yang berkualitas dan bermutu. Peningkatan kualitas pendidikan tidak dapat berjalan tanpa adanya inovasi pendidikan. Menurut Suprayekti dkk (2011:2.12), “inovasi pendidikan merupakan ide atau metode yang dirasakan atau diamati sebagai hal yang baru bagi masyarakat yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu dalam memecahkan masalah – masalah pendidikan”. Apa yang ingin dicapai melalui inovasi-inovasi pendidikan tersebut adalah usaha untuk mengubah proses pembelajaran, perubahan kurikulum, peningkatan fasilitas belajar mengajar serta peningkatan mutu profesional guru. Berbagai upaya telah ditempuh oleh pemerintah dalam rangka memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia. Indonesia telah melakukan beberapa kali pembaharuan kurikulum yang berlaku. Pembaharuan kurikulum tersebut dimulai dari Kurikulum 1968, kemudian Kurikulum 1975, Kurikulum 2004 (KTSP) yang kemudian dikembangkan menjadi Kurikulum 2006, hingga kurikulum 2013. Keluaran yang diharapkan adalah masyarakat yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Untuk mencapai kualitas yang telah dirancang dalam dokumen kurikulum, kegiatan pembelajaran perlu menggunakan prinsip yang: (1) berpusat pada siswa, (2) mengembangkan kreativitas siswa, (3) menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang, (4) bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika, dan (5) menyediakan pengalaman belajar yang beragam melalui penerapan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna. Namun upaya tersebut belum dapat memberikan perubahan yang optimal dalam pendidikan. Berdasarkan kenyataan tersebut, tentunya diperlukan pihak yang diharapkan dapat memberikan bimbingan maupun arahan terhadap potensi-potensi yang dimiliki oleh siswa. Guru merupakan salah satu tenaga yang menjadi ujung tombak dalam mendistribusikan ilmu pengetahuan e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 kepada generasi penerus dalam suatu lembaga pendidikan. Guru sebagai salah satu unsur dalam pendidikan dituntut untuk selalu berusaha meningkatkan profesionalismenya. Karena tinggi rendahnya mutu pendidikan dipengaruhi oleh perantara pendidikan itu sendiri yaitu guru. Salah satu penyebab utama kegagalan guru dalam menjalankan tugas mengajar adalah kurangnya ilmu pengetahuan dan pengalaman yang guru miliki, sehingga setiap tindakan pembelajaran yang diprogramkan sering kali mengalami kekeliruan. Salah satu komponen yang harus dimiliki oleh guru agar mampu melaksanakan pembelajaran yang efektif adalah guru harus mampu memanfaatkan dan menggunakan media dan sumber belajar yang tepat di setiap mata pelajaran khususnya di sekolah dasar sehingga dapat menumbuhkan minat siswa untuk mau belajar sehingga dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Menurut Tim Penyusun Buku Ajar Pendidikan Sains (2006) secara umum pembelajaran di Sekolah Dasar diselenggarakan dengan tujuan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan pendidikan dan pengajaran dari berbagai disiplin ilmu, agama, kesenian, dan keterampilan, salah satunya adalah mata pelajaran matematika. Matematika merupakan mata pelajaran yang dianggap sulit untuk dipahami oleh siswa, padahal matematika memiliki peranan penting dalam perkembangan di bidang teknologi dan informasi yang sangat berpengaruh pada kehidupan. Matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Berdasarkan Kurikulum Matematika SD, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 menyatakan tujuan pembelajaran matematika SD adalah agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah; 2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; 3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; 4) mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; 5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Hal tersebut di atas merupakan harapan dalam dunia pendidikan pada umumnya dan khususnya pendidikan dasar, namun berdasarkan kenyataannya di lapangan hasil belajar siswa SD sekarang ini ternyata masih belum memuaskan. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata matematika siswa kelas IV di Gugus III Kabupaten Klungkung yang masih terbilang rendah. Hal tersebut disebabkan oleh proses pembelajaran di SD menggunakan metode konvensional yang didominasi oleh guru. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran masih terbatas pada penerimaan materi yang disampaikan dengan metode ceramah. Dalam pembelajaran, siswa masih pasif dan menunggu informasi, catatan maupun pertanyaan-pertanyaan dari guru. Pembelajaran masih berlangsung seperti itu disebabkan oleh kurangnya pengetahuan guru dalam penggunaan metode maupun strategi pembelajaran yang cocok. Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar matematika siswa adalah kemampuan berpikir (penalaran) siswa baik itu penalaran konkret maupun penalaran formal. Penalaran sebagai kegiatan berpikir mempunyai ciri tertentu sangat terkait dengan karakteristik matematika yakni adanya pola berpikir logis dan sifat analitis. Berpikir logis berarti berpikir menurut logika e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 tertentu dan sifat analitik menunjukkan bahwa penalaran merupakan kegiatan berpikir yang menyandarkan diri pada suatu analisis. Dengan demikian, untuk mempelajari matematika yang tersusun secara logis dan analisis diperlukan penalaran, khusus untuk di Sekolah Dasar yang lebih ditekankan adalah penalaran operasional konkret. Apabila masalah tersebut tidak dapat diatasi, maka akan berdampak buruk bagi siswa, terutama pada mutu dan hasil belajar siswa di Sekolah Dasar. Oleh karena itu, masalah tersebut perlu dicarikan suatu solusi agar pembelajaran yang dilaksanakan dapat memberikan hasil yang optimal dan mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satunya dengan menerapkan strategi pembelajaran yang mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuan berdasarkan pengalaman nyata siswa dan memotivasi siswa untuk ikut aktif dalam pembelajaran. Salah satu solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek. Menurut Daryanto (2014:23) pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning/PjBL) adalah “model pembelajaran yang menggunakan proyek atau kegiatan sebagai media”. Mengingat bahwa masing-masing siswa memiliki gaya belajar yang berbeda-beda, maka pembelajaran berbasis proyek memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggali materi dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya. Pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk mengembangkan kreativitasnya dalam merancang dan membuat proyek. Pembelajaran berbasis proyek didasarkan pada teori kontruktivisme dan merupakan pembelajaran siswa aktif (student centered learning). Penerapan proses pembelajaran ini telah menunjukkan bahwa model tersebut dapat membuat siswa mengalami proses pembelajaran yang bermakna. Siswa diberi kesempatan untuk menggali sendiri informasi melalui berbagi cara, membuat presentasi untuk orang lain, mengkomunikasikan hasil aktivitasnya kepada orang lain, bekerja dalam kelompok, memberikan gagasan untuk orang lain, dan berbagai aktivitas lainnya yang membuat pembelajaran yang telah dilaksanakan lebih bermakna. Dengan pembelajaran yang bermakna maka siswa dapat lebih mengingat dan memahami konsep-konsep yang dipelajari sehingga akan berdampak pada hasil belajar yang diperoleh. Berdasarkan uraian tersebut, dapat dilihat bahwa model pembelajaran berbasis proyek berbeda dari pembelajaran konvensional yang sering digunakan oleh guru. Untuk itu perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh model pembelajaran matematika terhadap hasil belajar matematika siswa ditinjau dari kemampuan penalaran operasional konkret. Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar matematika antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD Gugus III Kabupaten Klungkung. (2) Untuk mengetahui pengaruh interaksi antara model pembelajaran yang diterapkan dan kemampuan penalaran operasional konkret terhadap hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Gugus III Kabupaten Klungkung. (3) Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang mengikuti model pembelajaran berbasis proyek dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional untuk siswa yang memiliki kemampuan penalaran operasional konkret tinggi pada siswa kelas IV SD Gugus III Kabupaten Klungkung. (4) Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran berbasis proyek dan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional untuk siswa yang memiliki kemampuan penalaran operasional konkret rendah pada siswa kelas IV SD Gugus III Kabupaten Klungkung METODE Penelitian ini termasuk pada jenis penelitian kuasi eksperimen (eksperimen semu). Pada jenis eksperimen ini kontrol e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 atau pengendalian variabel tidak bisa dilakukan secara ketat atau penuh. Oleh karena itu peneliti harus dapat memilih dan menentukan variabel mana yang boleh dilonggarkan pengendaliannya atau tidak dilakukan sepenuhnya (Sudjana, 2004). Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Post-test Only Control Group Design. Rancangan penelitian menggunakan Post-test Only Control Group Design ini memberikan perlakuan kepada kelompok eksperimen dengan diberikan model pembelajara berbasis proyek dan kelompok kontrol diberikan pembelajaran konvensional. Di akhir kegiatan kedua kelompok diberikan postes yang sama berupa tes hasil belajar matematika untuk mendapatkan data tentang hasil belajar matematika. Menurut Dantes (2012:97) desain ini digambarkan pada Gambar 1 berikut. Eksperimen X O1 Kontrol - O2 Gambar 1. Desain penelitian Post-test Only Control Group Design Populasi dalam penelitian ini adalah kelas IV di Gugus III Kecamatan Klungkung Kabupaten Klungkung. Gugus ini terdiri dari empat sekolah, sehingga terdapat empat kelas IV dengan jumlah seluruh siswanya sebanyak 133 orang. Dari empat kelas tersebut akan diambil dua kelas sebagai kelas eksperimen dan control. Untuk menentukan Untuk menentukan sampel diperlukan uji kesetaraan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah kemampuan siswa SD kelas IV di Gugus III Kecamatan Klungkung Kabupaten Klungkung setara atau belum. Penyetaraan sampel ini menggunakan acuan hasil Ulangan Tengah Semester II (UTS). Dari keempat kelas yang dinilai setara secara statistik kemudian dipilih secara random/acak dengan menggunakan teknik undian untuk menentukan kelas yang akan digunakan sebagai subjek penelitian dan menentukan kelas yang menjadi kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan hasil random/acak didapatkan SD Negeri 2 Semarapura Tengah sebagai kelompok eksperimen dan SD Negeri 2 Semarapura Kangin sebagai kelompok kontrol. Kelas eksperimen diberikan perlakuan pembelajaran dengan pembelajaran berbasis proyek dan kelas kontrol diberikan perlakuan pembelajaran dengan pembelajaran konvensional. Untuk kelompok eksperimen yang terdiri dari 37 siswa dipilah menjadi dua yaitu kelompok yang beranggotakan siswa yang memiliki penalaran operasional konkret tinggi dan kelompok siswa yang memiliki penalaran operasional konkret rendah. Demikian juga untuk kelompok kontrol yang terdiri dari 34 orang. Dalam menentukan individu yang memiliki penalaran tinggi dan rendah digunakan skor tes penalaran. Skor yang diperoleh dari tes penalaran di ranking. Siswa yang memperoleh skor penalaran di atas ratarata (mean) tes maka dikelompokkan ke dalam kelompok siswa yang memiliki kemampuan penalaran operasional konkret tinggi sedangkan siswa yang memperoleh skor penalaran di bawah rata-rata (mean) maka dikelompokkan ke dalam kelompok siswa yang memiliki kemampuan penalaran operasional konkret rendah. Oleh karena itu, diperoleh komposisi sampel penelitian ini yaitu, 19 orang siswa berpenalaran operasional konkret tinggi dan 18 orang siswa berpenalaran operasional konkret rendah dibelajarkan dengan model pembelajaran berbasis proyek, serta 18 orang siswa berpenalaran operasional konkret tinggi dan 16 orang siswa berpenalaran operasional konkret rendah dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. Setelah kedua kelompok diberikan perlakuan, maka kedua kelompok tersebut diberikan tes hasil belajar matematika untuk mengumpulkan data yang akan digunakan. Jenis instrumen yang digunakan berupa tes objektif pilihan ganda. Teknk analisis data yang digunakan yaitu uji ANAVA dua jalur, dengan menggunakan rancanngan faktorial 2x2 dengan variabel moderator kemampuan penalaran operasional konkret. Rancangan analisis data yang digunakan disajikan pada Tabel 1. e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 Tabel 1. Rancangan analisis faktorial 2 x 2 Model Pembelajaran Penalaran Tinggi (B1) Rendah (B2) Berdasarkan Tabel 1. terlihat bahwa penalaran operasional konkret memiliki dua dimensi yaitu kemampuan penalaran operasional konkret tinggi dan rendah, sedangkan model pembelajaran yang diterapkan ada dua, yaitu model pembelajaran berbasis proyek dan konvensional. HASIL DAN PEMBAHASAN Data yang telah terkumpul melalui penelitian kemudian diolah sesuai dengan PjBL (A1) Konvensional (A2) A1B1 A1B2 A2B1 A2B2 keperluan analisis data yang bertujuan untuk memberikan gambaran umum mengenai sebaran data atau distribusi data. Data penelitian ini adalah skor hasil belajar matematika siswa sebagai akibat penerapan model pembelajaran berbasis proyek pada kelompok eksperimen dan model dan pembelajaran konvensional. Rekapitulasi perhitungan data hasil penelitian tentang hasil belajar matematika siswa dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Skor Hasil Belajar Matematika Siswa Kelompok Statistik N Mean Median Modus Varians Standar Deviasi Range Maksimum Minimum A1 A2 A1B1 A1B2 A2B1 A2B2 37 25,76 26 27 16,08 4,01 15 34 19 34 24,5 24,2 24 7,46 2,73 10 28 18 19 28,95 29 29 6,05 2,46 9 34 25 18 22,44 23 23 4,73 2,18 8 27 19 18 23,78 24 24 9,83 3,14 10 28 18 16 24,63 25,5 26 4,92 2,22 8 28 20 Berdasarkan Tabel 2. diketahui bahwa rata-rata hasil belajar matematika siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran berbasis proyek adalah 25,76 lebih tinggi dari siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional yaitu 24,5. Rata-rata hasil belajar matematika untuk siswa yang memiliki kemampuan penalaran operasional konkret tinggi yang dibelajarkan dengan model pembelajaran berbasis proyek adalah 28,95 lebih tinggi dari siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional yaitu 22,44. Sedangkan rata-rata hasil belajar matematika untuk siswa yang memiliki kemampuan penalaran operasional konkret rendah yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional adalah 24,63 lebih tinggi dari siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran berbasis proyek yaitu 23,78. Selanjutnya dilakukan uji hipotesis untuk mengetahui pengaruh dari model pembelajaran yang diterapkan. Sebelum uji hipotesis dilakukan terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis data yaitu normalitas dan homogenitas. Karena data telah berdistribusi normal dan homogen maka uji hipotesis dapat dilakukan. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan ANAVA dua jalur. Ringkasan hasil perhitungan ANAVA dua jalur untuk semua perlakuan terdapat pada Tabel 3. e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 Tabel 3. Ringkasan Analisis Varians Dua Jalur untuk Semua Perlakuan Sumber Variasi A B Inter AB Dalam Total JK 45,78 155,44 241,52 430,25 872,99 Berdasarkan uji ANAVA dua jalur menunjukkan adanya Fhitung = 7,13. Hasil ini menunjukkan bahwa Fhitung > Ftabel. Oleh karena itu, terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran berbasis proyek dengan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. Hasil uji hipotesis kedua berhasil menolak H0 dan menerima H1. Ini berarti terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran yang diterapkan dengan kemampuan penalaran operasional konkret terhadap hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 2 Semarapura Tengah dan SD Negeri 2 Semarapura Kangin yang dijadikan sampel penelitian. Hal ini dibuktikan dengan hasil ANAVA dua jalur bahwa nilai FABhitung = 37,61 lebih besar daripada nilai Ftabel = 3,96. Hasil ini membuktikan bahwa FABhitung signifikan. Untuk pengujian hipotesis ketiga dan keempat dilanjutkan dengan menghitung dengan menggunakan uji t-Scheffe. Untuk hipotesis ketiga ditemukan thitung sebesar 6,23 sedangkan ttabel sebesar 1,67 pada taraf signifikansi 5%. Ini berarti bahwa terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran berbasis proyek dan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa yang memiliki kemampuan penalaran operasional konkret tinggi. Untuk hipotesis keempat diperoleh thitung sebesar 2,52 sedangkan ttabel sebesar 1,67 pada taraf signifikansi 5%. Ini berarti bahwa terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran berbasis proyek dengan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa db 1 1 1 67 70 RJK 45,78 155,44 241,52 6,422 - Fhitung 7,13 24,20 37,61 Ftabel 3,96 - - yang memiliki kemampuan penalaran operasional konkret rendah. Berdasarkan hasil pengujian yang telah diuraikan menunjukkan bahwa keempat hipotesis yang diajukan pada penelitian ini telah menolak hipotesis nol. Rincian hasil hipotesis tersebut sebagai berikut. Pertama, hasil uji hipotesis pertama menolak H0 dan menerima H1, yang berarti bahwa terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran berbasis proyek dengan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD yang dijadikan sampel. Skor rata-rata hasil belajar matematika siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran berbasis proyek 25,76 dan rata-rata skor hasil belajar matematika siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional = 24,5. Sehingga secara keseluruhan, hasil belajar matematika siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran berbasis proyek lebih baik daripada pembelajaran konvensional. Hal ini disebabkan pembelajaran berbasis proyek memotivasi siswa untuk mengembangkan kreativitasnya dalam merancang dan membuat proyek sendiri, sehingga pembelajaran lebih menyenangkan dan bermakna bagi siswa. Pembelajaran berbasis proyek didasarkan pada teori kontruktivisme dan merupakan pembelajaran siswa aktif (student centered learning). Siswa dilatih untuk melakukan analisis terhadap permasalahan, kemudian melakukan eksplorasi, mengumpulkan informasi, interpretasi, dan penilaian dalam mengerjakan proyek yang terkait dengan permasalahan yang dikaji. Hal ini sesuai e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 dengan pernyataan Piaget (dalam Kurnia dkk, 2008) bahwa siswa sekolah dasar yang berada pada perkembangan kognitif tahap operasional konkret sudah mampu berpikir konkret dalam memahami sesuatu sebagaimana kenyataannya, mampu mengkonservasi angka, serta memahami konsep melalui pengalaman sendiri dan lebih objektif. Tahapan pembelajaran berbasis proyek yang diterapkan untuk sekolah dasar mengikuti tahapan yang dijabarkan oleh Patton dan Robin (dalam Sani, 20114) yaitu tahapan pertama siswa memperoleh ide membuat proyek, mulai dari berdiskusi dengan teman kelompoknya sesuai dengan pertanyaan yang diajukan. Kemudian siswa merancang dan mengerjakan proyek matematika yang dalam penelitian ini mengenai bangun ruang dan berupaya memahami konsep yang terkait dengan materi ajar secara mendalam. Tahap terakhir pembelajaran berbasis proyek adalah menampilkan proyek yang telah dibuat pada teman-teman kelasnya. Berbeda dengan pembelajaran konvensional. Banyak hal yang tidak mendukung perkembangan kognitif siswa, diantaranya karena memperlakukan siswa sebagai objek pembelajaran, kurang adanya interaksi, lebih mementingkan hasil daripada proses, serta berpusat pada guru. Pembelajaran yang berpusat pada guru dapat menyebabkan siswa bosan untuk belajar. Dampak terpusatnya aktivitas pada guru bukan pada siswa membuat siswa bersikap pasif. Siswa hanya menunggu dan menerima apa yang diberikan guru, siswa tidak bersemangat dan merasa bosan untuk belajar karena kegiatan di dalam kelas didominasi oleh guru. Dengan pembelajaran berbasis proyek siswa memahami konsep matematika melalui perencanaan dan pembuatan proyek sesuai dengan kemampuannya sendiri dan dapat lebih memahami konsep dengan menggunakan benda konkret seperti media atau proyek dalam pembelajaran ini. . Hasil uji hipotesis kedua berhasil menolak H0 dan menerima H1. Ini berarti terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran yang diterapkan dengan kemampuan penalaran operasional konkret terhadap hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 2 Semarapura Tengah dan SD Negeri 2 Semarapura Kangin yang dijadikan sampel penelitian. Dengan memperhatikan hakikat penalaran operasional konkret, model pembelajaran berbasis proyek lebih cocok digunakan. Hal tersebut disebabkan oleh pembelajaran berbasis proyek menggunakan media atau proyek sebagai media dan siswa terlibat aktif dalam perencanaan pembelajaran. Dengan demikian, belajar matematika tidak lagi mempelajari sesuatu yang abstrak tetapi bisa dengan objek yang lebih konkret dibandingkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional yang lebih berpusat pada guru dan siswa menjadi pasif. Dalam tingkat kemampuan penalaran operasional konkret tinggi, skor rata-rata hasil belajar matematika siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek = 28,95 lebih baik daripada hasil belajar matematika siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional = 23,78. Sementara itu, pada tingkat kemampuan penalaran operasional konkret rendah, skor rata-rata hasil belajar matematika siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional = 24,63 lebih baik daripada hasil belajar matematika siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran berbasis proyek = 22,44. Hasil uji hipotesis ketiga berhasil menolak H0 dan menerima H1 yang berarti bahwa terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran berbasis proyek dan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa yang memiliki kemampuan penalaran operasional konkret tinggi pada siswa kelas IV yang dijadikan sampel penelitian. Skor rata-rata hasil belajar matematika siswa yang memiliki kemampuan penalaran operasional konkret tinggi dalam pembelajaran matematika, antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran berbasis proyek = 28,95 dan skor rata-rata hasil belajar matematika siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional = e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 23,78, sehingga dapat disimpulkan hasil belajar matematika antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran berbasis proyek lebih baik daripada siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa yang memiliki kemampuan penalaran operasional konkret tinggi. Pendekatan pembelajaran berbasis proyek pada siswa yang memiliki kemampuan penalaran operasional konkret tinggi memberikan perluang kepada siswa untuk bisa mengeksplorasikan kemampuannya sehingga pada saat proses pembelajaran terjadi siswa mampu mengembangkan kemampuan yang mereka miliki secara optimal, karena pada proses pembelajaran berbasis proyek siswa dilibatkan aktif untuk merencanakan dan membuat proyek serta memahami konsepkonsep materi pelajaran yang dipelajari serta bekerja sama dengan teman kelompoknya. Sementara itu, untuk siswa yang memiliki kemampuan penalaran operasional konkret tinggi jika diberikan pembelajaran konvensional dimana pembelajaran berpusat pada guru akan merasa terbelenggu dan memungkinkan siswa merasa bosan dalam pembelajaran karena menerima materi pelajaran sebatas apa yang diberikan oleh guru. Siswa tidak memiliki kesempatan dala mengekplorasikan diri secara optimal, sehingga hasil belajar yang dicapai kurang optimal. Hasil uji hipotesis keempat berhasil menolak H0 dan menerima H1 yang berarti bahwa terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran berbasis proyek dengan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa yang memiliki kemampuan penalaran operasional konkret rendah pada siswa kelas IV yang dijadikan sampel penelitian. Skor rata-rata hasil belajar matematika siswa yang memiliki kemampuan penalaran operasional konkret rendah dalam pembelajaran matematika, antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran berbasis proyek = 22,44 dan skor rata-rata hasil belajar matematika siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional = 24,63, sehingga dapat disimpulkan hasil belajar matematika antara siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional lebih baik daripada siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran berbasis proyek pada siswa yang memiliki kemampuan penalaran operasional konkret rendah. Pendekatan pembelajaran berbasis proyek pada siswa yang memiliki kemampuan penalaran operasional konkret rendah membuat siswa tertekan dalam dibelajarkan karena pembelajaran berbasis proyek menuntut siswa untuk bisa mengeksplorasikan kemampuannya sehingga pada saat proses pembelajaran terjadi siswa mampu mengembangkan kemampuan yang mereka miliki secara optimal. Namun, hal ini akan sulit dilakukan untuk siswa yang memiliki kemampuan penalaran operasional rendah, karena mereka cenderung menerima apa saja yang diberikan oleh guru tanpa ada keinginan untuk mengkritisi permasalahan yang diberikan. Sementara itu, jika siswa yang memiliki kemampuan numerik rendah diberikan pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru akan merasa senang dalam mengikuti proses pembelajaran karena mereka terbiasa dengan proses pembelajaran terbimbing. Model pembelajaran ini cocok diberikan kepada siswa yang memiliki kemampuan penalaran operasional konkret karena siswa yang seperti ini cenderung tidak kreatif dan hanya menerima materi pelajaran sebatas apa yang dijelaskan oleh guru. Dengan demikian, dugaan yang menyatakan bahwa adanya perbedaan hasil belajar matematika siswa yang dibelajarkan berbasis proyek dengan siswa yang dibelajarkan konvensional untuk siswa yang memiliki kemampuan penalaran operasional konkret rendah terbukti dengan penelitian ini. Hasil belajar matematika siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional lebih baik daripada siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran berbasis proyek. e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan analisis data seperti yang telah dipaparkan pada bagian sebelumnya, maka diperoleh temuan sebagai berikut. Pertama, hasil belajar matematika siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran berbasis proyek lebih tinggi daripada siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional, yang ditunjukkan oleh hasil uji F(A)hitung = 7,13 > Ftabel(α=0,05). Kedua, terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran yang diterapkan dengan kemampuan penalaran operasional konkret terhadap hasil belajar matematika, yang ditunjukkan oleh F(AB)hitung = 37,61 > Ftabel(α=0,05), Ketiga, untuk siswa yang memiliki kemampuan penalaran operasional konkret tinggi, hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran berbasis proyek lebih tinggi daripada siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional, yang ditunjukkan dari hasil nilai thitung =6,23(α=0,05). Keempat, untuk siswa yang memiliki kemampuan penalaran operasional konkret rendah, hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional lebih tinggi daripada siswa yang mengikuti model pembelajaran berbasis proyek, yang ditunjukkan dari hasil nilai thitung =2,52(α=0,05). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran berbasis proyek berpengaruh terhadap hasil belajar matematika ditinjau dari kemampuan penalaran operasional konkret siswa kelas IV SD Gugus III Kabupaten Klungkung. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dapat diajukan beberapa saran untuk penelitian lebih lanjut. Pertama, kepada siswa disarankan untuk selalu fokus dalam mengikuti pembelajaran agar mampu mengkaitkan antara materi yang diajarkan dengan dunia nyata serta mempunyai bekal pengetahuan untuk mampu mengambil keputusan tentang masalah-masalah sehingga mampu meningkatkan hasil belajar yang diperoleh. Kedua, kepada guru Sekolah Dasar disarankan untuk mempertimbangkan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek sebagai model dalam pembelajaran di kelas untuk dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Ketiga, kepada pihak sekolah disarankan untuk memperhatikan tiga hal pokok agar dapat menciptakan siswa lebih aktif dalam pembelajaran serta meningkatkan hasil belajar siswa yaitu materi/sumber yang mendukung pembelajaran, aktivitas pembelajaran, serta pelaksanaan evaluasi, dan keempat kepada peneliti lain yang berminat melakukan penelitian yang sejenis baik dalam bidang ilmu matematika maupun bidang ilmu lainnya agar memperhatikan kendalakendala yang dialami dalam penelitian ini sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dan penyempurnaan penelitian yang akan dilaksanakan. DAFTAR RUJUKAN Dantes, Nyoman. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta: C.V Andi Offset. Daryanto. 2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta: Gava Media Kurikulum Tingkat Satuan Standar Isi Mata Matematika. 2006. Depdiknas. Pendidikan Pelajaran Jakarta: Kurnia, Ingridwati, dkk. Perkembangan Belajar Didik 2 sks. Depdiknas. 2008. Peserta Sani, Ridwan Abdullah. 2014. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum2013. Jakarta: Budi Aksara. Suprayekti, dkk. 2012. Pembaharuan Pembelajaran di SD. Jakarta : Universitas Terbuka Tim penyusun. 2006. Buku Ajar Pendidikan Sains D2 PGSD. Singaraja: FIP Universitas Pendidikan Ganesha.