pengaruh model pembelajaran berbasis proyek

advertisement
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK
TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU
DARI KEMAMPUAN PENALARAN
OPERASIONAL KONKRET
Kd. Inten Nathalia1, Gd. Sedanayasa2, I Gst. Ngr. Japa3
1,3
Jurusan PGSD, 2Jurusan BK, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: [email protected], [email protected],
[email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran berbasis proyek
terhadap hasil belajar matematika ditinjau dari kemampuan penalaran operasional
konkret. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas IV Gugus III Kabupaten Klungkung
tahun pelajaran 2014/2015 dengan rancangan penelitian Posttest Only Control Group
Design. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 71 orang yang dipilih dengan
menggunakan teknik random sampling. Data dikumpulkan dengan tes penalaran
operasional konkret dan tes hasil belajar matematika berupa tes objektif. Data diolah
dengan menggunakan analisis varians (ANAVA) dua jalur dilanjutkan dengan uji tScheffe. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) terdapat perbedaan hasil belajar
matematika siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran berbasis proyek dan
siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional, yang ditunjukkan oleh hasil
uji F(A)hitung = 7,13 > Ftabel(α=0,05), (2) terdapat pengaruh interaksi antara model
pembelajaran yang diterapkan dengan kemampuan penalaran operasional konkret
terhadap hasil belajar matematika, yang ditunjukkan oleh F(AB)hitung = 37,61 > Ftabel(α=0,05),
(3) hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran berbasis proyek
lebih tinggi daripada siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional untuk siswa yang
memiliki kemampuan penalaran operasional konkret tinggi, yang ditunjukkan dari hasil
nilai thitung =6,23(α=0,05), (4) hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran
konvensional lebih tinggi daripada siswa yang mengikuti model pembelajaran berbasis
proyek untuk siswa yang memiliki kemampuan penalaran operasional konkret
rendah,yang ditunjukkan dari hasil nilai t hitung =2,52(α=0,05). Dari hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran berbasis proyek berpengaruh terhadap hasil
belajar matematika ditinjau dari kemampuan penalaran operasional konkret siswa kelas
IV SD Gugus III Kabupaten Klungkung.
Kata-kata kunci: hasil belajar, pembelajaran berbasis proyek, penalaran
Abstract
This research aimed to determine the effect of project-based learning model for
mathematics learning achievement based on concrete operational reasoning. The
population involved in this research was all students at class IV Cluster III Klungkung in
the academic year of 2014/2015 with the research design Posttest Only Control Group
Design. The sample in this study amounted to 71 people were selected using random
sampling. The data were collected by using tests concrete operational reasoning and
mathematics achievement test in the form of objective tests. The data is processed by
using analysis of two-tailed variance (ANOVA) followed by t-Scheffe test. The results
indicated that: (1) there is difference of mathematics learning achievement between
students that learning with project-based learning model and students that learning with
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
conventional learning, which is shown by the results of the test F (A) count = 7.13> Ftabel
(α = 0.05), (2) there is an interaction between learning approach and concrete operational
reasoning on students’ mathematics achievement, shown by F (AB) count = 37.61> F
table (α = 0.05), (3) the mathematics achievement of student who learning with the
project-based learning is higher than the students who learning with the conventional
learning for students who have a high concrete operational reasoning, which is shown
from the results of the t = 6.23 (α = 0.05), (4) the mathematics achievement of student
who learning with the conventional learning is higher than the students who learning with
the project-based learning for students who have a low concrete operational reasoning,
which is shown from the results of the t = 2.52 (α = 0.05). Based on the finding it could be
conclude project-based learning is contribute towards the mathematic learning
achievement based on concrete operational reasoning for the students class IV Cluster III
Klungkung.
Keywords: achievement of learning, project-based learning, reasoning
PENDAHULUAN
Pendidikan
merupakan
suatu
kebutuhan yang penting bagi kehidupan
manusia. Fungsi utama pendidikan adalah
mengembangkan
kemampuan
dan
membentuk watak, kepribadian serta
peradaban yang bermartabat dalam hidup,
dengan kata lain pendidikan berfungsi
memanusiakan manusia agar menjadi
manusia yang benar sesuai dengan norma
yang
dijadikan landasan.
Saat
ini
perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi begitu pesat, dan juga semakin
beragam masalah yang harus dihadapi oleh
manusia.
Untuk
dapat
mengikuti
perkembangan
zaman
dan
dapat
memecahkan berbagai permasalahan yang
dihadapi maka diperlukan suatu pendidikan
yang berkualitas dan bermutu. Peningkatan
kualitas pendidikan tidak dapat berjalan
tanpa adanya inovasi pendidikan. Menurut
Suprayekti dkk (2011:2.12), “inovasi
pendidikan merupakan ide atau metode
yang dirasakan atau diamati sebagai hal
yang baru bagi masyarakat yang digunakan
untuk mencapai tujuan tertentu dalam
memecahkan
masalah
–
masalah
pendidikan”. Apa yang ingin dicapai melalui
inovasi-inovasi pendidikan tersebut adalah
usaha
untuk
mengubah
proses
pembelajaran,
perubahan
kurikulum,
peningkatan fasilitas belajar mengajar serta
peningkatan mutu profesional guru.
Berbagai upaya telah ditempuh oleh
pemerintah dalam rangka memperbaiki
mutu pendidikan di Indonesia. Indonesia
telah
melakukan
beberapa
kali
pembaharuan kurikulum yang berlaku.
Pembaharuan kurikulum tersebut dimulai
dari Kurikulum 1968, kemudian Kurikulum
1975, Kurikulum 2004 (KTSP) yang
kemudian
dikembangkan
menjadi
Kurikulum 2006, hingga kurikulum 2013.
Keluaran
yang
diharapkan
adalah
masyarakat yang produktif, kreatif, inovatif,
dan afektif melalui penguatan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang
terintegrasi.
Untuk mencapai kualitas yang telah
dirancang dalam dokumen kurikulum,
kegiatan pembelajaran perlu menggunakan
prinsip yang: (1) berpusat pada siswa, (2)
mengembangkan kreativitas siswa, (3)
menciptakan kondisi menyenangkan dan
menantang, (4) bermuatan nilai, etika,
estetika, logika, dan kinestetika, dan (5)
menyediakan pengalaman belajar yang
beragam melalui penerapan berbagai
strategi dan metode pembelajaran yang
menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien,
dan bermakna. Namun upaya tersebut
belum dapat memberikan perubahan yang
optimal dalam pendidikan.
Berdasarkan kenyataan tersebut,
tentunya diperlukan pihak yang diharapkan
dapat memberikan bimbingan maupun
arahan terhadap potensi-potensi yang
dimiliki oleh siswa. Guru merupakan salah
satu tenaga yang menjadi ujung tombak
dalam mendistribusikan ilmu pengetahuan
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
kepada generasi penerus dalam suatu
lembaga pendidikan. Guru sebagai salah
satu unsur dalam pendidikan dituntut untuk
selalu
berusaha
meningkatkan
profesionalismenya.
Karena
tinggi
rendahnya mutu pendidikan dipengaruhi
oleh perantara pendidikan itu sendiri yaitu
guru. Salah satu penyebab utama
kegagalan guru dalam menjalankan tugas
mengajar
adalah
kurangnya
ilmu
pengetahuan dan pengalaman yang guru
miliki,
sehingga
setiap
tindakan
pembelajaran yang diprogramkan sering
kali mengalami kekeliruan. Salah satu
komponen yang harus dimiliki oleh guru
agar mampu melaksanakan pembelajaran
yang efektif adalah guru harus mampu
memanfaatkan dan menggunakan media
dan sumber belajar yang tepat di setiap
mata pelajaran khususnya di sekolah dasar
sehingga dapat menumbuhkan minat siswa
untuk mau belajar sehingga dapat
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Menurut Tim Penyusun Buku Ajar
Pendidikan Sains (2006) secara umum
pembelajaran
di
Sekolah
Dasar
diselenggarakan dengan tujuan untuk
mengembangkan sikap dan kemampuan
serta memberikan pengetahuan dan
keterampilan dasar yang diperlukan untuk
hidup dalam masyarakat. Untuk mencapai
tujuan tersebut diperlukan pendidikan dan
pengajaran dari berbagai disiplin ilmu,
agama, kesenian, dan keterampilan, salah
satunya adalah mata pelajaran matematika.
Matematika merupakan mata pelajaran
yang dianggap sulit untuk dipahami oleh
siswa, padahal matematika memiliki
peranan penting dalam perkembangan di
bidang teknologi dan informasi yang sangat
berpengaruh pada kehidupan. Matematika
perlu diberikan kepada semua siswa mulai
dari sekolah dasar untuk membekali siswa
dengan kemampuan berpikir logis, analitis,
sistematis, kritis, dan kreatif, serta
kemampuan bekerjasama.
Berdasarkan Kurikulum Matematika
SD, Peraturan Menteri
Pendidikan
Nasional
Nomor
22
Tahun
2006
menyatakan
tujuan
pembelajaran
matematika SD adalah agar siswa memiliki
kemampuan sebagai berikut: 1) memahami
konsep
matematika,
menjelaskan
keterkaitan
antarkonsep
dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma,
secara luwes, akurat, efisien, dan tepat,
dalam
pemecahan
masalah;
2)
menggunakan penalaran pada pola dan
sifat, melakukan manipulasi matematika
dalam membuat generalisasi, menyusun
bukti, atau menjelaskan gagasan dan
pernyataan matematika; 3) memecahkan
masalah
yang
meliputi
kemampuan
memahami masalah, merancang model
matematika, menyelesaikan model dan
menafsirkan solusi yang diperoleh; 4)
mengomunikasikan
gagasan
dengan
simbol, tabel, diagram, atau media lain
untuk memperjelas keadaan atau masalah;
5) memiliki sikap menghargai kegunaan
matematika
dalam
kehidupan,
yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan
minat dalam mempelajari matematika, serta
sikap ulet dan percaya diri dalam
pemecahan masalah.
Hal tersebut di atas merupakan
harapan dalam dunia pendidikan pada
umumnya dan khususnya pendidikan
dasar, namun berdasarkan kenyataannya di
lapangan hasil belajar siswa SD sekarang
ini ternyata masih belum memuaskan. Hal
ini dapat dilihat dari nilai rata-rata
matematika siswa kelas IV di Gugus III
Kabupaten Klungkung yang masih terbilang
rendah. Hal tersebut disebabkan oleh
proses pembelajaran di SD menggunakan
metode konvensional yang didominasi oleh
guru.
Keterlibatan
siswa
dalam
pembelajaran
masih
terbatas
pada
penerimaan materi yang disampaikan
dengan
metode
ceramah.
Dalam
pembelajaran, siswa masih pasif dan
menunggu informasi, catatan maupun
pertanyaan-pertanyaan
dari
guru.
Pembelajaran masih berlangsung seperti itu
disebabkan oleh kurangnya pengetahuan
guru dalam penggunaan metode maupun
strategi pembelajaran yang cocok.
Selain
itu,
faktor
lain
yang
mempengaruhi hasil belajar matematika
siswa
adalah
kemampuan
berpikir
(penalaran) siswa baik itu penalaran
konkret
maupun
penalaran
formal.
Penalaran sebagai kegiatan berpikir
mempunyai ciri tertentu sangat terkait
dengan karakteristik matematika yakni
adanya pola berpikir logis dan sifat analitis.
Berpikir logis berarti berpikir menurut logika
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
tertentu dan sifat analitik menunjukkan
bahwa penalaran merupakan kegiatan
berpikir yang menyandarkan diri pada suatu
analisis.
Dengan
demikian,
untuk
mempelajari matematika yang tersusun
secara logis dan analisis diperlukan
penalaran, khusus untuk di Sekolah Dasar
yang lebih ditekankan adalah penalaran
operasional konkret.
Apabila masalah tersebut tidak
dapat diatasi, maka akan berdampak buruk
bagi siswa, terutama pada mutu dan hasil
belajar siswa di Sekolah Dasar. Oleh
karena itu, masalah tersebut perlu dicarikan
suatu solusi agar pembelajaran yang
dilaksanakan dapat memberikan hasil yang
optimal dan mampu meningkatkan hasil
belajar siswa. Salah satunya dengan
menerapkan strategi pembelajaran yang
mampu memberikan kesempatan kepada
siswa untuk membangun pengetahuan
berdasarkan pengalaman nyata siswa dan
memotivasi siswa untuk ikut aktif dalam
pembelajaran. Salah satu solusi yang dapat
digunakan untuk mengatasi masalah
tersebut adalah dengan menggunakan
model pembelajaran berbasis proyek.
Menurut Daryanto (2014:23) pembelajaran
berbasis
proyek
(Project
Based
Learning/PjBL)
adalah
“model
pembelajaran yang menggunakan proyek
atau kegiatan sebagai media”. Mengingat
bahwa masing-masing siswa memiliki gaya
belajar
yang
berbeda-beda,
maka
pembelajaran berbasis proyek memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menggali
materi dengan menggunakan berbagai cara
yang bermakna bagi dirinya.
Pembelajaran ini memungkinkan
siswa
untuk
mengembangkan
kreativitasnya dalam merancang dan
membuat proyek. Pembelajaran berbasis
proyek
didasarkan
pada
teori
kontruktivisme
dan
merupakan
pembelajaran siswa aktif (student centered
learning). Penerapan proses pembelajaran
ini telah menunjukkan bahwa model
tersebut dapat membuat siswa mengalami
proses pembelajaran yang bermakna.
Siswa diberi kesempatan untuk menggali
sendiri informasi melalui berbagi cara,
membuat presentasi untuk orang lain,
mengkomunikasikan
hasil
aktivitasnya
kepada orang lain, bekerja dalam
kelompok, memberikan gagasan untuk
orang lain, dan berbagai aktivitas lainnya
yang membuat pembelajaran yang telah
dilaksanakan lebih bermakna. Dengan
pembelajaran yang bermakna maka siswa
dapat lebih mengingat dan memahami
konsep-konsep yang dipelajari sehingga
akan berdampak pada hasil belajar yang
diperoleh.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat
dilihat bahwa model pembelajaran berbasis
proyek
berbeda
dari
pembelajaran
konvensional yang sering digunakan oleh
guru. Untuk itu perlu dilakukan penelitian
tentang pengaruh model pembelajaran
matematika
terhadap
hasil
belajar
matematika siswa ditinjau dari kemampuan
penalaran operasional konkret. Adapun
tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
(1) Untuk mengetahui perbedaan hasil
belajar matematika antara kelompok siswa
yang dibelajarkan dengan menggunakan
model pembelajaran berbasis proyek dan
kelompok siswa yang dibelajarkan dengan
menggunakan
model
pembelajaran
konvensional pada siswa kelas IV SD
Gugus III Kabupaten Klungkung. (2) Untuk
mengetahui pengaruh interaksi antara
model pembelajaran yang diterapkan dan
kemampuan penalaran operasional konkret
terhadap hasil belajar matematika siswa
kelas IV SD Gugus III Kabupaten
Klungkung.
(3)
Untuk
mengetahui
perbedaan hasil belajar matematika antara
siswa yang mengikuti model pembelajaran
berbasis proyek dan siswa yang mengikuti
pembelajaran konvensional untuk siswa
yang memiliki kemampuan penalaran
operasional konkret tinggi pada siswa kelas
IV SD Gugus III Kabupaten Klungkung. (4)
Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar
matematika antara siswa yang dibelajarkan
dengan model pembelajaran berbasis
proyek dan siswa yang dibelajarkan dengan
pembelajaran konvensional untuk siswa
yang memiliki kemampuan penalaran
operasional konkret rendah pada siswa
kelas IV SD Gugus III Kabupaten
Klungkung
METODE
Penelitian ini termasuk pada jenis
penelitian kuasi eksperimen (eksperimen
semu). Pada jenis eksperimen ini kontrol
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
atau pengendalian variabel tidak bisa
dilakukan secara ketat atau penuh. Oleh
karena itu peneliti harus dapat memilih dan
menentukan variabel mana yang boleh
dilonggarkan pengendaliannya atau tidak
dilakukan sepenuhnya (Sudjana, 2004).
Desain yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Post-test Only Control Group
Design.
Rancangan
penelitian
menggunakan Post-test Only Control Group
Design ini memberikan perlakuan kepada
kelompok eksperimen dengan diberikan
model pembelajara berbasis proyek dan
kelompok kontrol diberikan pembelajaran
konvensional. Di akhir kegiatan kedua
kelompok diberikan postes yang sama
berupa tes hasil belajar matematika untuk
mendapatkan data tentang hasil belajar
matematika. Menurut Dantes (2012:97)
desain ini digambarkan pada Gambar 1
berikut.
Eksperimen
X
O1
Kontrol
-
O2
Gambar 1. Desain penelitian Post-test Only
Control Group Design
Populasi dalam penelitian ini adalah
kelas IV di Gugus III Kecamatan Klungkung
Kabupaten Klungkung. Gugus ini terdiri dari
empat sekolah, sehingga terdapat empat
kelas IV dengan jumlah seluruh siswanya
sebanyak 133 orang. Dari empat kelas
tersebut akan diambil dua kelas sebagai
kelas eksperimen dan control. Untuk
menentukan Untuk menentukan sampel
diperlukan uji kesetaraan. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui apakah kemampuan
siswa SD kelas IV di Gugus III Kecamatan
Klungkung Kabupaten Klungkung setara
atau belum. Penyetaraan sampel ini
menggunakan acuan hasil Ulangan Tengah
Semester II (UTS). Dari keempat kelas
yang dinilai setara secara statistik
kemudian dipilih secara random/acak
dengan menggunakan teknik undian untuk
menentukan kelas yang akan digunakan
sebagai subjek penelitian dan menentukan
kelas yang menjadi kelas eksperimen dan
kelas
kontrol.
Berdasarkan
hasil
random/acak didapatkan SD Negeri 2
Semarapura Tengah sebagai kelompok
eksperimen dan SD Negeri 2 Semarapura
Kangin sebagai kelompok kontrol. Kelas
eksperimen
diberikan
perlakuan
pembelajaran
dengan
pembelajaran
berbasis proyek dan kelas kontrol diberikan
perlakuan
pembelajaran
dengan
pembelajaran konvensional.
Untuk kelompok eksperimen yang
terdiri dari 37 siswa dipilah menjadi dua
yaitu kelompok yang beranggotakan siswa
yang memiliki penalaran operasional
konkret tinggi dan kelompok siswa yang
memiliki penalaran operasional konkret
rendah. Demikian juga untuk kelompok
kontrol yang terdiri dari 34 orang. Dalam
menentukan
individu
yang
memiliki
penalaran tinggi dan rendah digunakan skor
tes penalaran. Skor yang diperoleh dari tes
penalaran di ranking. Siswa yang
memperoleh skor penalaran di atas ratarata (mean) tes maka dikelompokkan ke
dalam kelompok siswa yang memiliki
kemampuan penalaran operasional konkret
tinggi sedangkan siswa yang memperoleh
skor penalaran di bawah rata-rata (mean)
maka dikelompokkan ke dalam kelompok
siswa yang memiliki kemampuan penalaran
operasional konkret rendah. Oleh karena
itu, diperoleh komposisi sampel penelitian
ini yaitu, 19 orang siswa berpenalaran
operasional konkret tinggi dan 18 orang
siswa berpenalaran operasional konkret
rendah
dibelajarkan
dengan
model
pembelajaran berbasis proyek, serta 18
orang siswa berpenalaran operasional
konkret tinggi dan 16 orang siswa
berpenalaran operasional konkret rendah
dibelajarkan
dengan
pembelajaran
konvensional.
Setelah kedua kelompok diberikan
perlakuan, maka kedua kelompok tersebut
diberikan tes hasil belajar matematika untuk
mengumpulkan data yang akan digunakan.
Jenis instrumen yang digunakan berupa tes
objektif pilihan ganda. Teknk analisis data
yang digunakan yaitu uji ANAVA dua jalur,
dengan menggunakan rancanngan faktorial
2x2
dengan
variabel
moderator
kemampuan penalaran operasional konkret.
Rancangan analisis data yang digunakan
disajikan pada Tabel 1.
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
Tabel 1. Rancangan analisis faktorial 2 x 2
Model Pembelajaran
Penalaran
Tinggi (B1)
Rendah (B2)
Berdasarkan Tabel 1. terlihat bahwa
penalaran operasional konkret memiliki dua
dimensi yaitu kemampuan penalaran
operasional konkret tinggi dan rendah,
sedangkan model pembelajaran yang
diterapkan
ada
dua,
yaitu
model
pembelajaran
berbasis
proyek
dan
konvensional.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data yang telah terkumpul melalui
penelitian kemudian diolah sesuai dengan
PjBL (A1)
Konvensional (A2)
A1B1
A1B2
A2B1
A2B2
keperluan analisis data yang bertujuan
untuk memberikan gambaran umum
mengenai sebaran data atau distribusi data.
Data penelitian ini adalah skor hasil belajar
matematika
siswa
sebagai
akibat
penerapan model pembelajaran berbasis
proyek pada kelompok eksperimen dan
model dan pembelajaran konvensional.
Rekapitulasi
perhitungan
data
hasil
penelitian tentang hasil belajar matematika
siswa dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Skor Hasil Belajar Matematika Siswa
Kelompok
Statistik
N
Mean
Median
Modus
Varians
Standar Deviasi
Range
Maksimum
Minimum
A1
A2
A1B1
A1B2
A2B1
A2B2
37
25,76
26
27
16,08
4,01
15
34
19
34
24,5
24,2
24
7,46
2,73
10
28
18
19
28,95
29
29
6,05
2,46
9
34
25
18
22,44
23
23
4,73
2,18
8
27
19
18
23,78
24
24
9,83
3,14
10
28
18
16
24,63
25,5
26
4,92
2,22
8
28
20
Berdasarkan Tabel 2. diketahui
bahwa rata-rata hasil belajar matematika
siswa yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran berbasis proyek adalah 25,76
lebih tinggi dari siswa yang dibelajarkan
dengan pembelajaran konvensional yaitu
24,5. Rata-rata hasil belajar matematika
untuk siswa yang memiliki kemampuan
penalaran operasional konkret tinggi yang
dibelajarkan dengan model pembelajaran
berbasis proyek adalah 28,95 lebih tinggi
dari siswa yang dibelajarkan dengan
pembelajaran konvensional yaitu 22,44.
Sedangkan
rata-rata
hasil
belajar
matematika untuk siswa yang memiliki
kemampuan penalaran operasional konkret
rendah
yang
dibelajarkan
dengan
pembelajaran konvensional adalah 24,63
lebih tinggi dari siswa yang dibelajarkan
dengan model pembelajaran berbasis
proyek yaitu 23,78.
Selanjutnya dilakukan uji hipotesis
untuk mengetahui pengaruh dari model
pembelajaran yang diterapkan. Sebelum uji
hipotesis
dilakukan
terlebih
dahulu
dilakukan uji prasyarat analisis data yaitu
normalitas dan homogenitas. Karena data
telah berdistribusi normal dan homogen
maka uji hipotesis dapat dilakukan.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan
menggunakan ANAVA dua jalur. Ringkasan
hasil perhitungan ANAVA dua jalur untuk
semua perlakuan terdapat pada Tabel 3.
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
Tabel 3. Ringkasan Analisis Varians Dua Jalur untuk Semua Perlakuan
Sumber Variasi
A
B
Inter AB
Dalam
Total
JK
45,78
155,44
241,52
430,25
872,99
Berdasarkan uji ANAVA dua jalur
menunjukkan adanya Fhitung = 7,13. Hasil ini
menunjukkan bahwa Fhitung > Ftabel. Oleh
karena itu, terdapat perbedaan hasil belajar
matematika antara siswa yang dibelajarkan
dengan model pembelajaran berbasis
proyek dengan siswa yang dibelajarkan
dengan pembelajaran konvensional. Hasil
uji hipotesis kedua berhasil menolak H0 dan
menerima H1. Ini berarti terdapat pengaruh
interaksi antara model pembelajaran yang
diterapkan dengan kemampuan penalaran
operasional konkret terhadap hasil belajar
matematika siswa kelas IV SD Negeri 2
Semarapura Tengah dan SD Negeri 2
Semarapura Kangin yang dijadikan sampel
penelitian. Hal ini dibuktikan dengan hasil
ANAVA dua jalur bahwa nilai FABhitung =
37,61 lebih besar daripada nilai Ftabel = 3,96.
Hasil ini membuktikan bahwa FABhitung
signifikan.
Untuk pengujian hipotesis ketiga dan
keempat dilanjutkan dengan menghitung
dengan menggunakan uji t-Scheffe. Untuk
hipotesis ketiga ditemukan thitung sebesar
6,23 sedangkan ttabel sebesar 1,67 pada
taraf signifikansi 5%. Ini berarti bahwa
terdapat
perbedaan
hasil
belajar
matematika antara siswa yang dibelajarkan
dengan model pembelajaran berbasis
proyek dan siswa yang dibelajarkan dengan
pembelajaran konvensional pada siswa
yang memiliki kemampuan penalaran
operasional konkret tinggi. Untuk hipotesis
keempat diperoleh thitung sebesar 2,52
sedangkan ttabel sebesar 1,67 pada taraf
signifikansi 5%. Ini berarti bahwa terdapat
perbedaan hasil belajar matematika antara
siswa yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran berbasis proyek dengan
siswa
yang
dibelajarkan
dengan
pembelajaran konvensional pada siswa
db
1
1
1
67
70
RJK
45,78
155,44
241,52
6,422
-
Fhitung
7,13
24,20
37,61
Ftabel
3,96
-
-
yang memiliki kemampuan penalaran
operasional konkret rendah.
Berdasarkan hasil pengujian yang
telah diuraikan menunjukkan bahwa
keempat hipotesis yang diajukan pada
penelitian ini telah menolak hipotesis nol.
Rincian hasil hipotesis tersebut sebagai
berikut.
Pertama, hasil uji hipotesis pertama
menolak H0 dan menerima H1, yang berarti
bahwa terdapat perbedaan hasil belajar
matematika antara siswa yang dibelajarkan
dengan model pembelajaran berbasis
proyek dengan siswa yang dibelajarkan
dengan pembelajaran konvensional pada
siswa kelas IV SD yang dijadikan sampel.
Skor
rata-rata
hasil
belajar
matematika siswa yang dibelajarkan
dengan model pembelajaran berbasis
proyek 25,76 dan rata-rata skor hasil
belajar matematika siswa yang dibelajarkan
dengan pembelajaran konvensional = 24,5.
Sehingga secara keseluruhan, hasil belajar
matematika siswa yang dibelajarkan
dengan model pembelajaran berbasis
proyek lebih baik daripada pembelajaran
konvensional.
Hal
ini
disebabkan
pembelajaran berbasis proyek memotivasi
siswa
untuk
mengembangkan
kreativitasnya dalam merancang dan
membuat
proyek
sendiri,
sehingga
pembelajaran lebih menyenangkan dan
bermakna bagi siswa.
Pembelajaran
berbasis
proyek
didasarkan pada teori kontruktivisme dan
merupakan pembelajaran siswa aktif
(student centered learning). Siswa dilatih
untuk
melakukan
analisis
terhadap
permasalahan,
kemudian
melakukan
eksplorasi,
mengumpulkan
informasi,
interpretasi,
dan
penilaian
dalam
mengerjakan proyek yang terkait dengan
permasalahan yang dikaji. Hal ini sesuai
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
dengan pernyataan Piaget (dalam Kurnia
dkk, 2008) bahwa siswa sekolah dasar
yang berada pada perkembangan kognitif
tahap operasional konkret sudah mampu
berpikir konkret dalam memahami sesuatu
sebagaimana
kenyataannya,
mampu
mengkonservasi angka, serta memahami
konsep melalui pengalaman sendiri dan
lebih objektif.
Tahapan
pembelajaran
berbasis
proyek yang diterapkan untuk sekolah
dasar mengikuti tahapan yang dijabarkan
oleh Patton dan Robin (dalam Sani, 20114)
yaitu tahapan pertama siswa memperoleh
ide membuat proyek, mulai dari berdiskusi
dengan teman kelompoknya sesuai dengan
pertanyaan yang diajukan. Kemudian siswa
merancang dan mengerjakan proyek
matematika yang dalam penelitian ini
mengenai bangun ruang dan berupaya
memahami konsep yang terkait dengan
materi ajar secara mendalam. Tahap
terakhir pembelajaran berbasis proyek
adalah menampilkan proyek yang telah
dibuat pada teman-teman kelasnya.
Berbeda
dengan
pembelajaran
konvensional. Banyak hal yang tidak
mendukung perkembangan kognitif siswa,
diantaranya karena memperlakukan siswa
sebagai objek pembelajaran, kurang
adanya interaksi, lebih mementingkan hasil
daripada proses, serta berpusat pada guru.
Pembelajaran yang berpusat pada guru
dapat menyebabkan siswa bosan untuk
belajar. Dampak terpusatnya aktivitas pada
guru bukan pada siswa membuat siswa
bersikap pasif. Siswa hanya menunggu dan
menerima apa yang diberikan guru, siswa
tidak bersemangat dan merasa bosan untuk
belajar karena kegiatan di dalam kelas
didominasi oleh guru.
Dengan
pembelajaran
berbasis
proyek
siswa
memahami
konsep
matematika melalui perencanaan dan
pembuatan
proyek
sesuai
dengan
kemampuannya sendiri dan dapat lebih
memahami konsep dengan menggunakan
benda konkret seperti media atau proyek
dalam pembelajaran ini.
. Hasil uji hipotesis kedua berhasil
menolak H0 dan menerima H1. Ini berarti
terdapat pengaruh interaksi antara model
pembelajaran yang diterapkan dengan
kemampuan penalaran operasional konkret
terhadap hasil belajar matematika siswa
kelas IV SD Negeri 2 Semarapura Tengah
dan SD Negeri 2 Semarapura Kangin yang
dijadikan sampel penelitian.
Dengan
memperhatikan
hakikat
penalaran operasional konkret, model
pembelajaran berbasis proyek lebih cocok
digunakan. Hal tersebut disebabkan oleh
pembelajaran
berbasis
proyek
menggunakan media atau proyek sebagai
media dan siswa terlibat aktif dalam
perencanaan
pembelajaran.
Dengan
demikian, belajar matematika tidak lagi
mempelajari sesuatu yang abstrak tetapi
bisa dengan objek yang lebih konkret
dibandingkan
dengan
menggunakan
pembelajaran konvensional yang lebih
berpusat pada guru dan siswa menjadi
pasif.
Dalam tingkat kemampuan penalaran
operasional konkret tinggi, skor rata-rata
hasil belajar matematika siswa yang
dibelajarkan dengan menggunakan model
pembelajaran berbasis proyek = 28,95 lebih
baik daripada hasil belajar matematika
siswa
yang
dibelajarkan
dengan
pembelajaran konvensional = 23,78.
Sementara itu, pada tingkat kemampuan
penalaran operasional konkret rendah, skor
rata-rata hasil belajar matematika siswa
yang dibelajarkan dengan menggunakan
pembelajaran konvensional = 24,63 lebih
baik daripada hasil belajar matematika
siswa yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran berbasis proyek = 22,44.
Hasil uji hipotesis ketiga berhasil
menolak H0 dan menerima H1 yang berarti
bahwa terdapat perbedaan hasil belajar
matematika antara siswa yang dibelajarkan
dengan model pembelajaran berbasis
proyek dan siswa yang dibelajarkan dengan
pembelajaran konvensional pada siswa
yang memiliki kemampuan penalaran
operasional konkret tinggi pada siswa kelas
IV yang dijadikan sampel penelitian.
Skor
rata-rata
hasil
belajar
matematika
siswa
yang
memiliki
kemampuan penalaran operasional konkret
tinggi dalam pembelajaran matematika,
antara siswa yang dibelajarkan dengan
model pembelajaran berbasis proyek =
28,95 dan skor rata-rata hasil belajar
matematika siswa yang dibelajarkan
dengan pembelajaran konvensional =
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
23,78, sehingga dapat disimpulkan hasil
belajar matematika antara siswa yang
dibelajarkan dengan model pembelajaran
berbasis proyek lebih baik daripada siswa
yang dibelajarkan dengan pembelajaran
konvensional pada siswa yang memiliki
kemampuan penalaran operasional konkret
tinggi.
Pendekatan pembelajaran berbasis
proyek
pada siswa
yang
memiliki
kemampuan penalaran operasional konkret
tinggi memberikan perluang kepada siswa
untuk
bisa
mengeksplorasikan
kemampuannya sehingga pada saat proses
pembelajaran
terjadi
siswa
mampu
mengembangkan
kemampuan
yang
mereka miliki secara optimal, karena pada
proses pembelajaran berbasis proyek siswa
dilibatkan aktif untuk merencanakan dan
membuat proyek serta memahami konsepkonsep materi pelajaran yang dipelajari
serta bekerja sama dengan teman
kelompoknya.
Sementara itu, untuk siswa yang
memiliki
kemampuan
penalaran
operasional konkret tinggi jika diberikan
pembelajaran
konvensional
dimana
pembelajaran berpusat pada guru akan
merasa terbelenggu dan memungkinkan
siswa merasa bosan dalam pembelajaran
karena menerima materi pelajaran sebatas
apa yang diberikan oleh guru. Siswa tidak
memiliki
kesempatan
dala
mengekplorasikan diri secara optimal,
sehingga hasil belajar yang dicapai kurang
optimal.
Hasil uji hipotesis keempat berhasil
menolak H0 dan menerima H1 yang berarti
bahwa terdapat perbedaan hasil belajar
matematika antara siswa yang dibelajarkan
dengan model pembelajaran berbasis
proyek dengan siswa yang dibelajarkan
dengan pembelajaran konvensional pada
siswa yang memiliki kemampuan penalaran
operasional konkret rendah pada siswa
kelas IV yang dijadikan sampel penelitian.
Skor
rata-rata
hasil
belajar
matematika
siswa
yang
memiliki
kemampuan penalaran operasional konkret
rendah dalam pembelajaran matematika,
antara siswa yang dibelajarkan dengan
model pembelajaran berbasis proyek =
22,44 dan skor rata-rata hasil belajar
matematika siswa yang dibelajarkan
dengan pembelajaran konvensional =
24,63, sehingga dapat disimpulkan hasil
belajar matematika antara siswa yang
dibelajarkan
dengan
pembelajaran
konvensional lebih baik daripada siswa
yang
dibelajarkan
dengan
model
pembelajaran berbasis proyek pada siswa
yang memiliki kemampuan penalaran
operasional konkret rendah.
Pendekatan pembelajaran berbasis
proyek
pada siswa
yang
memiliki
kemampuan penalaran operasional konkret
rendah membuat siswa tertekan dalam
dibelajarkan karena pembelajaran berbasis
proyek menuntut siswa untuk bisa
mengeksplorasikan
kemampuannya
sehingga pada saat proses pembelajaran
terjadi siswa mampu mengembangkan
kemampuan yang mereka miliki secara
optimal. Namun, hal ini akan sulit dilakukan
untuk siswa yang memiliki kemampuan
penalaran operasional rendah, karena
mereka cenderung menerima apa saja
yang diberikan oleh guru tanpa ada
keinginan untuk mengkritisi permasalahan
yang diberikan.
Sementara itu, jika siswa yang
memiliki kemampuan numerik rendah
diberikan pembelajaran konvensional yaitu
pembelajaran yang berpusat pada guru
akan merasa senang dalam mengikuti
proses pembelajaran karena mereka
terbiasa dengan proses pembelajaran
terbimbing. Model pembelajaran ini cocok
diberikan kepada siswa yang memiliki
kemampuan penalaran operasional konkret
karena siswa yang seperti ini cenderung
tidak kreatif dan hanya menerima materi
pelajaran sebatas apa yang dijelaskan oleh
guru.
Dengan demikian, dugaan yang
menyatakan bahwa adanya perbedaan
hasil belajar matematika siswa yang
dibelajarkan berbasis proyek dengan siswa
yang dibelajarkan konvensional untuk siswa
yang memiliki kemampuan penalaran
operasional konkret rendah terbukti dengan
penelitian ini. Hasil belajar matematika
siswa
yang
dibelajarkan
dengan
pembelajaran konvensional lebih baik
daripada siswa yang dibelajarkan dengan
model pembelajaran berbasis proyek.
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan analisis data seperti
yang telah dipaparkan pada bagian
sebelumnya, maka diperoleh temuan
sebagai berikut. Pertama, hasil belajar
matematika siswa yang dibelajarkan
dengan model pembelajaran berbasis
proyek lebih tinggi daripada siswa yang
dibelajarkan
dengan
pembelajaran
konvensional, yang ditunjukkan oleh hasil
uji F(A)hitung = 7,13 > Ftabel(α=0,05). Kedua,
terdapat pengaruh interaksi antara model
pembelajaran yang diterapkan dengan
kemampuan penalaran operasional konkret
terhadap hasil belajar matematika, yang
ditunjukkan oleh F(AB)hitung = 37,61 >
Ftabel(α=0,05), Ketiga, untuk siswa yang
memiliki
kemampuan
penalaran
operasional konkret tinggi, hasil belajar
siswa yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran berbasis proyek lebih tinggi
daripada
siswa
yang
mengikuti
pembelajaran
konvensional,
yang
ditunjukkan dari hasil nilai thitung =6,23(α=0,05).
Keempat, untuk siswa yang memiliki
kemampuan penalaran operasional konkret
rendah,
hasil
belajar
siswa
yang
dibelajarkan dengan model pembelajaran
konvensional lebih tinggi daripada siswa
yang mengikuti model pembelajaran
berbasis proyek, yang ditunjukkan dari hasil
nilai thitung =2,52(α=0,05). Dari hasil penelitian
dapat
disimpulkan
bahwa
model
pembelajaran berbasis proyek berpengaruh
terhadap hasil belajar matematika ditinjau
dari kemampuan penalaran operasional
konkret siswa kelas IV SD Gugus III
Kabupaten Klungkung.
Berdasarkan
hasil
penelitian
tersebut, maka dapat diajukan beberapa
saran untuk penelitian lebih lanjut. Pertama,
kepada siswa disarankan untuk selalu fokus
dalam mengikuti pembelajaran agar mampu
mengkaitkan antara materi yang diajarkan
dengan dunia nyata serta mempunyai bekal
pengetahuan untuk mampu mengambil
keputusan
tentang
masalah-masalah
sehingga mampu meningkatkan hasil
belajar yang diperoleh. Kedua, kepada guru
Sekolah
Dasar
disarankan
untuk
mempertimbangkan menggunakan model
pembelajaran berbasis proyek sebagai
model dalam pembelajaran di kelas untuk
dapat
meningkatkan
hasil
belajar
matematika siswa. Ketiga, kepada pihak
sekolah disarankan untuk memperhatikan
tiga hal pokok agar dapat menciptakan
siswa lebih aktif dalam pembelajaran serta
meningkatkan hasil belajar siswa yaitu
materi/sumber
yang
mendukung
pembelajaran, aktivitas pembelajaran, serta
pelaksanaan evaluasi, dan keempat kepada
peneliti lain yang berminat melakukan
penelitian yang sejenis baik dalam bidang
ilmu matematika maupun bidang ilmu
lainnya agar memperhatikan kendalakendala yang dialami dalam penelitian ini
sebagai
bahan
pertimbangan
untuk
perbaikan dan penyempurnaan penelitian
yang akan dilaksanakan.
DAFTAR RUJUKAN
Dantes, Nyoman. 2012. Metode Penelitian.
Yogyakarta: C.V Andi Offset.
Daryanto. 2014. Pendekatan Pembelajaran
Saintifik
Kurikulum
2013.
Yogyakarta: Gava Media
Kurikulum Tingkat Satuan
Standar
Isi
Mata
Matematika.
2006.
Depdiknas.
Pendidikan
Pelajaran
Jakarta:
Kurnia,
Ingridwati,
dkk.
Perkembangan Belajar
Didik 2 sks. Depdiknas.
2008.
Peserta
Sani,
Ridwan
Abdullah.
2014.
Pembelajaran
Saintifik
untuk
Implementasi
Kurikulum2013.
Jakarta: Budi Aksara.
Suprayekti, dkk. 2012. Pembaharuan
Pembelajaran di SD. Jakarta :
Universitas Terbuka
Tim penyusun. 2006. Buku Ajar Pendidikan
Sains D2 PGSD. Singaraja: FIP
Universitas Pendidikan Ganesha.
Download