BAB II Pemikiran-Pemikiran Para Ahli Tentang Peradilan Yesus 2.1. Pendahuluan Perlu diketahui bersama bahwa penulis mengangkat judul Keputusan Pilatus Dalam Narasi Peradilan Yesus Menurut Injil Lukas, karena penulis melihat ada banyak perbedaan pandangan para ahli di dalam menafsir tentang Lukas 23:1-25. Abineno mengatakan Injil Lukas ini merupakan Injil yang paling tua dan yang paling baik menyimpan ”berita-berita yang paling asli” tentang Yesus dan pekerjaan-Nya ialah Injil Lukas, tetapi ahli Alkitab yang lain berpendapat bahwa Injil Markus yang paling tua dan Lukas menjadikan Injil Markus sebagai sumber tulisannya. Lukas menulis Injilnya ini kepada orang non Yahudi.6 Sehingga penulis tertarik untuk meneliti sebenarnya apa yang ingin Lukas sampaikan kepada orang non Yahudi dalam Injil Lukas dan bagaimana Lukas mengupas tantang Keputusan Pilatus dalam Narasi Peradilan Yesus menurut Injil Lukas pasal 23:1-25? Penulis akan lebih melihat dari konteks sosio-politik pada zaman Yesus. Penulis melihat bahwa ada berbagai perbedaan pemikiran para ahli dalam menafsir Injil Lukas 23:1-25, maka pada bab ini penulis akan memaparkan beberapa hal yakni: Biografi dan pemikiran para ahli dalam menafsir keputusan Pilatus dalam narasi peradilan Yesus menurut Injil Lukas. Para ahli ini adalah William Barclay, J. L. Ch Abineno dan Stefan Leks. Alasan penulis memilih ketiga ahli ini karena penulis ingin melihat cara pandang mereka di dalam menafsir tentang peradilan Yesus ini, dimana penulis ingin melihat dari perspektif yang berbeda dari Abineno, Yesus Juruselamat Dunia, 98. ketiga ahli ini, di mana Barclay dan Leks yang merupakan ahli Alkitab pun berbeda dalam menafsir Injil Lukas 23:1-25, dan penulis juga ingin melihat Abineno yang berusaha menafsir Injil Lukas 23:1-25 dari perspektif yang berbeda yaitu Teologi praktika. Oleh karena itu maka penulis ingin meneliti perbedaan pandangan ini dan memberikan suatu penjelasan yang pasti sebenarnya keputusan seperti apa yang sebenarnya Pilatus jatuhkan kepada Yesus. 2.2. William Barclay 2.2.1. Riwayat Hidup William Barclay William Barclay dilahirkan di Wick, Skotlandia Utara, 5 Desember 1907. Ayahnya seorang pengkhotbah awam. Setelah menyelesaikan SMA di Daziel, ia melanjutkan study di Universitas Glasgow pada Fakultas Kesenian dan lulus sebagai yang terbaik dalam bidang sastra klasik. Karena keinginannya melayani di gereja, ia masuk Trinity College di Glasgow dan menyelesaikannya pada tahun 1942. Di sini ia telah menunjukan keahliannya mengemukakan dan menjelaskan sesuatu secara menonjol. Di Marburg, Jerman, ia belajar di Universitas Glasgow dalam bidang Bahasa dan Sastra Perjanjian Baru.7 Dalam tahun 1956, Universitas Edinburgh memberinya gelar kehormatan Doctor of Diviniti, pada tahun 1963 dikukuhkan menjadi Guru besar dalam bidang Biblical Criticism (Kritik Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Lukas, 448. Alkitab); dan tahun 1969 mendapat tanda penghargaan dari Ratu Elisabeth, “Commander of British Empire”. Ia meninggal dunia pada tanggal 24 Januari 1978 setelah lama menderita “emphysema” (pembengkakan pembuluh pada paru-paru). Selama hidupnya ia telah banyak menulis buku, tidak kurang dari 70 judul, dan karya-karya tersebut mendapat sambutan dan pengaruh yang cukup luas. Salah satu karyanya yang paling populer dan berarti, tidak hanya dari jumlah jilidnya, adalah Daily Bible Study (seri Pemahaman Allkitab Setiap Hari), yang meliputi seluruh tulisan dalam Perjanjian Baru 17 jilid, dan telah terjual sebanyak 3.000.000. eksemplar. Dalam bahasa Inggris. Seri ini telah diterjemahkan ke dalam banyak bahasa lain. 2.2.2. Apa dan Siapa yang Mempengaruhi Pemikirannya Keinginan hati dan tujuan utamanya Barclay dalam menulis buku adalah mengkomunikasikan Injil – Kabar Baik yang ada dalam Perjanjian Baru kepada masyarakat, dunia dengan cara yang sederhana, namun jelas dan efektif. Di dalam karya-karyanya, ia tidak selalu mengikut garis pemikiran dan anggapan yang ortodoks, meskipun hal itu sering kali lebih mungkin diterima oleh kebanyakan orang. Agaknya ia tidak lebih dari “menghangatkan suasana” dan biasanya ia menyindir. Inilah karakteristik yang membuat dirinya sering disebut oleh beberapa orang sesat, dengan tanpa memahami pandangannya yang sesungguhnya. Ia juga tidak selalu menggunakan istilah-istilah ortodoks yang lazim dipakai. Jelas, hal ini kurang disukai oleh orang-orang yang beranggapan bahwa hanya yang “ortodokslah” yang mendapat persetujuan dari Allah. 2.2.3. Pokok Pemikirannya Satu hal yang paling pokok baginya adalah bahwa, Kristus adalah Tuhan dan Sahabat yang begitu baik, bahkan seandainyapun tidak ada kehidupan yang akan datang. Keyakinan inilah yang selalu mendorongnya untuk terus berusaha mengabarkan kabar baik itu, dan harus diakui bahwa telah banyak orang sampai kepada Kristus, lebih dekat dan lebih percaya kepadaNya.8 2.2.4. Pandangannya Tentang Peradilan Yesus Di hadapan Pilatus dalam Lukas pasal 23:1-25. William Barclay dan Hugh Anderson dalam buku mereka yang berjudul The Bible and History menjelaskan tentang ketiga Injil Sinoptik yaitu Matius, Markus, Lukas ditulis antara tahun 65 dan 100 ini sama-sama menuliskan tentang pelayanan Yesus. Bagi Barclay, kitab yang sangat penting dan dianjurkan untuk disimpan adalah Injil Lukas. Selain karena melukiskan Pribadi Kristus dengan amat indahnya, Injil Lukas adalah Injil yang terpanjang. Ditambah dengan Kisah Para Rasul, Lukas menuliskan tak kurang dari seperempat Kitab Suci Perjanjian Baru. Lebih banyak dari tulisan Paulus.9 Menurut tradisi dan merupakan point penting adalah Lukas yang bukan orang Yahudi juga menuliskan kisah tentang kehidupan Yesus, Lukas juga merupakan teman seperjalanan Paulus. Ketiga Injil Sinoptik ini mempunyai kesamaan dalam ceritanya.10 Salah satu contoh kisah tentang Yesus di hadapan Pilatus yang juga ditulis dalam Injil Matius, Markus dan Lukas. dalam cerita tentang Yesus di hadapan Pilatus maka ada Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Lukas, 449-450. Barclay, Penulis dan Warta Perjanjian Baru, 19. William Barclay, The Bible And History, ( London Lutter Worth Press), 255. berbagai Ahli yang menafsir dalam berbagai versi. Berikut penulis akan memaparkan salah satu ahli yaitu William Barclay yang juga berusaha menafsir tentang Injil Lukas Pasal 23:1-25. Barclay dalam menafsir tentang Lukas Pasal 23:1-25 dimana orang-orang Yahudi pada zaman Yesus tidak mempunyai kuasa untuk melaksanakan hukuman mati. Hukuman seperti itu harus disetujui oleh gubernur Romawi dan dilaksanakan oleh penguasa-penguasa Romawi. Itulah alasannya mengapa orang-orang Yahudi membawa Yesus kehadapan Pilatus. Tidak ada yang lebih baik yang diperlihatkan di sini selain dari kejahatan mereka yang berasal dari suara hati yang sudah mati; hal itu tampak dalam tuduhan-tuduhan mereka kepada-Nya. Di pengadilan Sanhedrin tuduhan mereka adalah hujatan, yaitu bahwa Ia telah berani untuk menamakan diriNya sendiri Anak Allah.11 Menurut Barclay tuduhan yang diajukan di hadapan Pilatus sesungguhnya berisi tiga. Mereka menuduh Yesus (1) dengan agitasi yang durhaka; (2) dengan memberi semangat kepada rakyat agar tidak membayar pajak kepada Kaisar; (3) dengan menyombongkan diri bahwa Ia adalah seorang raja. Setiap tuduhan itu adalah kebohongan, dan mereka mengetahui hal itu. Mereka berlindung di balik tuduhan-tuduhan mereka yang sungguh-sungguh bohong di dalam kegilaan mereka untuk membinasakan Yesus. Menurut Barclay, Pilatus bukanlah seorang pejabat Romawi yang tidak berpengalaman untuk tidak memperoleh apa-apa ia melihat di dalam mereka sesuatu dan ia tidak mempunyai maksud untuk menyukakan kehendak mereka. Tetapi ia juga tidak mau melawan mereka. Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Lukas, 413 & 414. Bagi Barclay, Injil Lukas 23:1-25 ini merupakan suatu bagian Alkitab yang menakjubkan. Yaitu Pilatus tidak mau menghukum Yesus. Ia sangat sadar bahwa dengan melakukan hal itu ia akan mengkhianati keadilan yang merupakan kemuliaan dari Roma. Ia melakukan upaya tidak kurang dari empat kali untuk menghindari pelaksanaan hukum itu. Ia mengatakan kepada orang-orang Yahudi untuk meletakan perkara itu sebagai perkara mereka sendiri (Yohanes 19: 6, 7). Ia mencoba untuk mengarahkan seluruh kasus itu kepada Herodes. Ia mencoba membujuk orang-orang Yahudi itu untuk menerima Yesus sebagai nara-pidana yang diberikan jaminan untuk dilepaskan pada saat Paskah (Markus 15:6). Ia berupaya untuk menghasilkan kompromi, mengatakan bahwa ia akan menyiksa Yesus dan kemudian melepaskan-Nya. Sangat jelas bahwa Pilatus dipaksa untuk menghukum Yesus dengan hukuman mati.12 2.3. J. L. Ch. Abineno 2.3.1. Riwayat Hidup Abineno J. L. Ch. Abineno dilahirkan di Baun Timor, pada tahun 1917. Abineno adalah seorang Pendeta dari Gereja Masehi Injili di Timor. Setelah tamat dari STTh di Jakarta beliau menjadi Ketua Synode GMIT di Kupang dari tahun 1950-1953. Latar belakang Abineno adalah Kalvinis. Abineno mendapatkan gelar doktoralnya di Rijksuniversiteit di Utrecht, Belanda. Disertasinya yang berjudul Liturgische vormen en patronen in de Evangelische Kerk op Timor ditulis pada tahun 1956. Di Sekolah Tinggi Theologi Jakarta, Abineno mengajar di bidang Theologi praktika. Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Lukas, 417. Beliau pernah menjadi Ketua Umum Persekutuan Gereja di Indonesia pada tahun 1964-1980. Dia menulis banyak buku di bidang teologi, khususnya di bidang praktika.13 2.3.3. Pokok Pemikirannya Pandangan teologis Abineno mengenai hubungan manusia dan Allah adalah manusia memiliki relasi yang sangat dekat dengan Allah. Akibatnya, manusia tidak dapat berkata-kata mengenai penyataan Allah tanpa membicarakan mengenai manusia, dan juga tidak dapat berkata-kata tentang manusia tanpa berkata-kata juga mengenai penyataan Allah. Lebih lanjut, ia juga menyatakan bahwa Allah juga ada bersama-sama dengan kita dalam dunia di mana kita hidup. Walaupun demikian, ia menjelaskan bahwa hal itu tidak berarti bahwa Allah selalu berada di dunia dengan manusia dan dapat datang apabila Allah berkehendak untuk datang di dalam dunia ini. Menurut Abineno, salah satu bentuk hubungan antara Allah dengan manusia dalam Alkitab adalah dengan perjanjian. Abineno melihat di dalam perjanjian tersebut ada inisiatif Allah. Contoh: dalam Kejadian 17:2 dikatakan "Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau (Dalam bahasa aslinya, kalimat tersebut berbunyi Aku akan memberikan perjanjianKu kepadamu). Lebih lanjut, Abineno berpendapat bahwa kata "perjanjianKu" tersebut menyatakan bahwa Allah adalah yang terpenting dari perjanjian tersebut. 2.3.4. Pandangannya Tentang Peradilan Yesus Di hadapan Pilatus dalam Lukas pasal 23:1-25. J. L. Ch Abineno, Pemberitaan Firman pada hari-hari kudus (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1984). Bagi Abineno ceritera para penulis Injil Matius, Markus, Lukas tentang hukuman yang dijatuhkan keatas-Nya tidak berbeda. Demikian juga tentang gelar yang mereka gunakan untuk dia. Ini merupakan bukti bahwa apa yang mereka ceritakan adalah benar. Hal itu digaris bawahi oleh caranya mereka mengutip nats-nats Perjanjian Lama.14 Ketiga Injil Sinoptik ini sependapat, bahwa saat yang kritis bagi Yesus adalah waktu Imam Besar bertanya kepada-Nya apakah Ia adalah Mesias ( Markus 14:62, Matius 26:60 dan Lukas 22:67). Jawab Yesus dalam ketiga Injil itu dapat kita tafsirkan secara berbeda. Tetapi dalam pemeriksaan itu Yesus dipersalahkan karena “blasphemi” hujatan kepada Allah. Karena itu ia dijatuhi hukuman mati. Dan juga penyaliban bukanlah hukuman Yahudi, tetapi hukuman Romawi: hukuman yang sangat berat, yang orang-orang Romawi hanya jatuhkan atas pemberontak dan budak-budak yang melarikan diri. Banyak orang katakan, bahwa sebabnya Yesus dijatuhi hukuman mati ialah karena Ia dimusuhi oleh pemimpin-pemimpin agama Yahudi.15 Yang pasti ialah Yesus dihukum mati sebagai seorang Pemberontak Politik.16 Bagi Abineno, penulis-penulis Injil yang lain mengemukakan, bahwa Pilatus tidak mendapati kesalahan apapun pada Yesus. Lukas katakan lebih banyak daripada itu. Menurut dia, sekalipun Pilatus tidak mendapati kesalahan apapun pada Yesus, “imam-imam kepala dan seluruh orang banyak” yang hadir dalam pemeriksaan itu, “makin kuat mendesak”, karena demikian alasan mereka Yesus menghasut rakyat dengan ajaran-Nya di seluruh Yudea, mulai dari Galilea sampai J. L. Ch. Abineno, Yesus Sang Mesias, (BPK Gunung Mulia: Jakarta), 139. Abineno, Yesus Sang Mesias, 133. Abineno, Yesus Sang Mesias, 136 & 137. di Yerusalem” (23:4-5). Semua tuduhan ini menurut Lukas tidak benar: semuanya ditolak oleh instansi peradilan Romawi yang resmi. Setelah diadili di hadapan Pilatus dan ternyata tidak ada kesalahan yang didapati pada Yesus, maka Yesus dikirim kepada Herodes untuk diadili, namun Herodes tidak melakukan hal apapun terhadap Yesus kecuali hanya mengolok-ngolok-Nya saja, setelah itu Yesus dikirim kembali kepada Pilatus untuk diadili. Bagi Lukas, pengiriman kembali ini bukan saja mempunyai arti missioner, tetapi juga arti politis. Sebagai orang Yahudi Herodes rupanya tidak dapat menerima kehadiran pejabat-pejabat Pemerintah Romawi di Pelestina. Karena itu pengiriman kembali Yesus ke hadapan Pilatus ia terima dengan gembira, sebab oleh perbuatan itu Pilatus mengakui kuasanya atas rakyatnya. Untuk tidak terlalu “melukai” hati imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat Herodes mengirim kembali Yesus kepada Pilatus. Pengiriman kembali ini diterima Pilatus juga dengan gembira, sebab oleh perbuatan itu Herodes mengakuinya sebagai pejabat Romawi yang memegang kuasa tertinggi di Yudea pada waktu itu. Itu yang Lukas maksudkan dengan catatannya: “Pada hari itu juga bersahabatlah Herodes dan Pilatus”. Perkataan Pilatus yaitu bahwa Yesus tidak bersalah hanya kita temui dalam Injil Lukas. Maksud Lukas dengan tulisannya itu jelas, yaitu: mengatakan kepada pembaca-pembacanya, bahwa semua tuduhan yang dilontarkan terhadap Yesus itu tidak benar.17 Perlu diketahui bersama bahwa dalam tulisannya Lukas memiliki 2 sifat yang khas yaitu sifat misionaris dan sifat apologetis. Sifat apologetis juga kita temukan dalam Lukas pasal 23:1-25, yang memuat ceritera tentang pemeriksaan Yesus oleh Pilatus. Baik Lukas, maupun Matius (27:1-2, 11-14), Markus (15:1-5) dan Yohanes 18:28-38 mengatakan, bahwa dalam pemeriksaan Abineno, Yesus Juruselamat Dunia, 67-70. itu Yesus ternyata tidak bersalah. Tetapi cara yang mereka pakai untuk hal itu tidak sama: Lukas yang mempunyai tujuan missioner jauh lebih tajam dari pada penulis-penulis Injil yang lain. Hal itu nyata dari catatannya dalam Lukas pasal 23:2 “Kami telah menemukan, bahwa orang ini menyesatkan bangsa kami, karena ia melarang (bangsa kami) membayar pajak kepada kaisar, dan tentang diri-Nya ia katakan, bahwa ia adalah Kristus, yaitu Raja”. Menurut para penulis Injil Pilatus telah berusaha untuk melepaskan Yesus. Mungkin karena dalam pemeriksaan Yesus nyata, bahwa Ia bukanlah seorang pemberontak, seperti yang dituduhkan kepada-Nya. Atau mungkin juga karena sebab-sebab lain. Mungkin ia agak curiga terhadap orang-orang Yahudi yang dengan gigih menuntut kematian Yesus. Pilatus juga melihat bahwa imam-imam kepala menghasut rakyat atau orang-orang Yahudi, supaya rakyat juga menuntut kematian Yesus. 2.4. Stefan Leks 2.4.1. Riwayat Hidup Stefan Leks Stefan Leks, lahir pada tanggal 2 September 1937 di Rydultowy (Silesia), Polandia, sebagai anak keempat dari keluarga Jan dan Elzbieta Leks. Menyelesaikan sekolah lanjutan atas tahun 1957, kemudian menyelesaikan studi Teologi tahun 1961, dan Filologi Klasik (bahasa Yunani dan Latin kuno) di Universitas Negeri (Universitas Jagiellonica) di Krakow pada tahun 1967. Pada tahun itu juga Stefan Leks datang di Indonesia bertugas di bidang pastoral di Palembang dari 1968 sampai dengan 1974. Sejak 1974 hingga kini dia bekerja di Lembaga Biblika Indonesia sebagai pengarang, penerjemah buku-buku di bidang Kitab Suci, pemberi kursus- kursus Kitab Suci baik dasar maupun lanjutan, pembimbing pendalaman Kitab Suci, dan lain sebagainya. 2.4.2. Pandangannya Tentang Peradilan Yesus Di hadapan Pilatus dalam Lukas pasal 23:1-25. Leks berpendapat bahwa, Di antara keempat Kitab Injil, hanya Injil Lukas saja yang didahului dengan sebuah prolog yang disusun menurut patokan-patokan sastra Yunani zaman itu. Prolog itu ditujukan kepada seorang bernama Teofilus yang tampaknya seorang tokoh. Dalam prolog Injilnya, Lukas memberitahukan tema, metode dan tujuan kitabnya. Ia ingin memperkenalkan “peristiwa-peristiwa” yang menjadi titik tolak pemberitaan Gereja. Ia sempat menyelidiki tradisi para saksi mata serta berusaha menyusunnya dalam bentuk narasi teratur. Perlu diketahui bersama bahwa, Lukas juga memanfaatkan banyak bahan yang sudah ada dalam Injil Matius dan Markus. Tetapi, ada pula di dalamnya cukup banyak bahan khusus yang tidak dijumpai dalam Injil lain. Yesus dalam Injil Lukas diperkenalkan sebagai pemberita yang menyibukan diri dengan bangsa-Nya sendiri, yaitu Israel.18 Dalam tafsirannya Leks terhadap Injil Lukas Pasal 23:1-25, ia memulainya dengan membandingkan raja-raja di masa menjelang Keluaran dengan Yesus. Dia berpendapat bahwa pada masa menjelang Keluaran, Firaun Mesir dihadapi oleh Musa dengan gagah berani (Keluaran 5-11). Nabi Daniel (Daniel 5:17-28; 6:16-24) dan para martir semasa kegiatan Makabe (2Makabe 6-7) dikagumi oleh bangsa Yahudi sebagai pahlawan yang mampu mematahkan kuasa penjahat. Contoh-contoh keberanian dan ketangguhan spiritual ditunjukan pula oleh sejumlah Stefan Leks, Tafsir Injil Lukas (Yogyakarta : Kanisius, 2003), 13, 14, 19. tokoh bangsa Yunani, antara lain oleh Sokrates dan Zeno. Mereka juga di hadapkan kepada penguasa yang lalim dan dibunuh. Namun, mereka berhasil membela diri secara cemerlang. Menurut Leks, potret Yesus dalam kitab-kitab Injil bertolak belakang dengan pahlawanpahlawan Yahudi dan Yunani itu. Yesus tidak membela diri-Nya dan tidak berusaha menjelaskan tujuan misi-Nya. Ia lebih sering bungkam daripada bicara. Walaupun sikap-Nya sungguh mengagumkan, manusia pada umumnya berharap bahwa menjelang kematian-Nya pahlawan pujaannya seharusnya menyatakan keyakinannya dengan jelas dan meyakinkan. Ada seorang kritikus kafir bernama Celcius justru sangat mencela bungkamnya Yesus di hadapan pengadilan. Secara khusus Lukas menyoroti kesalahan para pemimpin-pemimpin Yahudi sendiri. Sehubungan dengan kesalahan mereka itu Lukas menekankan tiga hal penting yaitu : 1. Semua tuduhan yang dilontarkan mereka di hadapan Pilatus, tidak berdasar. Walaupun Yesus tidak membenarkan dirinya sebagai Mesias, gelar itulah dijadikan alasan utama untuk menghadapkan-Nya kepada Pilatus. Tetapi, gelar itu mereka sudah beri warna politik tertentu, “Ia mengatakan bahwa Dialah Kristus, yaitu Raja!” (23:2). Mereka bohong pula ketika menuduh Yesus sebagai orang yang melarang rakyat Yahudi membayar pajak (23:2, 20:5). Tuduhan bahwa Yesus “menghasut bangsa” jelas-jelas dilontarkan supaya Pilatus yakin bahwa kasus Yesus harus ditanganinya sendiri. 2. Pimpinan Yahudi dikontraskan oleh Lukas dengan Herodes maupun Pilatus. Mengenai kedua tokoh itu Lukas sudah berbicara sebelumnya. Ia memperkenalkan mereka sebagai pembunuh (Herodes membunuh Yohanes Pembaptis, 9:9, sedangkan Pilatus membunuh sejumlah orang Galilea yang sedang mempersembahkan korban di Bait Suci, 13:1). Tetapi, setelah berhadapan dengan Yesus, kedua tokoh itu aneh sekali! Justru tidak mau membunuhnya! Pilatus tidak menemukan satu kesalahan pun pada Yesus (32:4), sehingga secara diplomatis berusaha mengalihkan kasusnya kepada Herodes. Lalu Herodes tidak berbuat apa-apa kecuali mengejek saja. 3. Setelah sadar akan kegagalan untuk meyakinkan Pilatus, pimpinan Yahudi “bersikeras terus” (23:5), sehingga mengemukakan alasan lebih serius supaya Yesus tetap disingkirkan, yaitu, “Ia manghasut rakyat!” (23:5). Semakin mereka berusaha, semakin mereka gagal pula, sehingga mulai “mendakwa Yesus dengan tuduhan-tuduhan berarti” (23:10). Akhirnya mereka menggerakan massa untuk mencapai tujuannya (23:18 -23). 19 Stefan Leks membagi seluruh teks Lukas pasal 23 sebagai berikut 23:1-5 Yesus di muka Pilatus; 23:6-12 Yesus diserahkan kepada Pilatus; 23:13-17 Pendapat Pilatus tentang Yesus; 23:19-25 Yesus dijatuhi hukuman mati.20 2.5. Penutup Dari ketiga Ahli yang telah dipaparkan di atas maka, bisa dilihat dengan jelas bahwa ketiga Ahli memang memiliki perbedaan yang sangat menonjol didalam menafsir Injil Lukas 23:1-25. Barclay lebih pada tinjauan praktis dari peristiwa peradilan Yesus yang terjadi pada saat itu. Leks, Tafsir Injil Lukas, 609-610. Leks, Tafsir Injil Lukas, 611. Abineno lebih pada tinjauan historisnya. Sedangkan Leks lebih pada perbandingan antara ketiga Injil yang membahas tentang peradilan Yesus. Barclay yang melihat peristiwa ini dari tinjauan praktis bahwa memang kenyataannya, Pilatus sendiri tidak mau menghukum Yesus, Pilatus berusaha untuk kompromi dengan orang-orang Yahudi dan para petinggi-petinggi pada saat itu agar perkara ini dihilangkan saja, namun dia hanya seorang diri sehingga dia tidak mampu untuk menunjukan keadilan yang sesungguhnya, dia dipaksa untuk menghukum mati Yesus walaupun yang dia lakukan adalah mengkhianati keadilan yang merupakan kemuliaan dari Roma. Abineno yang menafsir Lukas 23:1-25 di mana dia melihat dari sisi historis yang terjadi pada masa itu. Yaitu bahwa berdasarkan cerita yang terdapat dalam Injil Lukas 23:1-25 Yesus sebenarnya tidak mempunyai kesalahan sedikitpun, namun sebabnya Yesus dijatuhi hukuman mati ialah karena Ia dimusuhi oleh pemimpin-pemimpin agama Yahudi. Ada juga unsur politik, kekuasaan di dalamnya. Berbeda dengan Leks yang melihat peradilan Yesus ini dari perbandingan antara raja-raja di masa lalu, kitab-kitab Perjanjian Lama dengan Injil Sinoptik yaitu Matius, Markus dan Lukas. di mana secara khusus Lukas lebih menyoroti kesalahan para pemimpin Yahudi itu sendiri. Semua tuntutan yang diajukan kepada Yesus itu tidak berdasar dan tidak ada faktanya. Namun karena Pilatus hanya seorang diri sehingga ia tidak mampu melawan orang-rang yang ada pada saat itu, sehingga ketidakadilanpun terjadi di dalam keputusan Pilatus terhadap hukuman yang dijatuhkan kepada Yesus. Dari penjelasan dan pemahaman para ahli di atas maka penulis berpendapat bahwa, para ahli masing-masing mempunyai cara pandang tersendiri dalam menafsir sehingga cenderung menimbulkan pertentangan dan perdebatan mengenai Injil Lukas 23:1-25 tentang peradilan Yesus ini. Sehingga dari perbedaan penafsiran dan pandangan para ahli di atas yang menimbulkan perdebatan mengenai Lukas 23:1-25 tentang peradilan Yesus maka penulis berpendapat lain bahwa, para pemimpin agama Yahudi mempunyai peran yang kuat dalam peradilan Yesus. Karena beberapa alasan yaitu karena mereka tidak suka dengan kehadiran Yesus yang justru mendapat tempat yang layak di hati masyarakat, dan para pemimpin Yahudi juga memusuhi Yesus karena menyebut diri-Nya sendiri sebagai Raja. Penulis juga sependapat dengan Barclay bahwa, kalau mau dilihat dari Injil Lukas 23:1-25 maka Pilatus berusaha untuk membebaskan Yesus dalam ayat 4, 13-16, 20, 22. Dalam ayat-ayat ini Pilatus berusaha berkompromi yang pertama dengan imam-imam kepala dan kemudian dengan rakyat yang hadir pada saat itu namun, usaha Pilatus tidak berhasil karena dia hanya seorang diri dan tidak mungkin dia melawan massa yang sangat banyak dan betentangan pendapat dengan dia.