PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK CIPTA LAGU DAN

advertisement
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK CIPTA LAGU DAN MUSIK
DI MEDIA INTERNET
(Analisa Putusan Mahkamah Agung Nomor 385 K/Pdt.Sus/2009)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum (SH)
OLEH :
Riviantha Putra
NIM : 109048000068
KONSENTRASI HUKUM BISNIS
PROGRAMSTUDI ILMUHUKUM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
J A K A R T A
1435H/2014M
ABSTRAK
RIVIANTHA PUTRA. NIM 109048000068 PERLINDUNGAN HUKUM
TERHADAP HAK CIPTA LAGU DAN MUSIK DI MEDIA INTERNET (Analisa
Putusan Mahkamah Agung Nomor 385 K/Pdt/.Sus/2009). Program Studi Ilmu
Hukum, Konsentrasi Hukum Bisnis, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 1435 H/ 2014 M. xi + 77 halaman + hal lampiran.Penelitian ini
menganalisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 385 K/Pdt/.Sus/2009 tentang
perselisihan perkara niaga atas hak kekayaan intelektual. Penelitian ini diharapkan
dapat memberikan manfaat baik secara ilmiah yakni dalam studi ilmu hukum, dan
secara praktis maupun akademis yakni sebagai masukan bagi penulis maupun pihakpihak yang memiliki keinginan untuk menganalisis kasus perselisihan hak cipta di
media internet. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kepustakaan (library research) yang bersifat yuridis normatif, yaitu
penelitian yang mengacu pada norma-norma hukum yang ada dalam peraturan
perundang-udangan, literatur, pendapat ahli, makalah-makalah. Dalam studi
kepustakaan, penulis menganalisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 385
K/Pdt/.Sus/2009 bahwa apabila terjadi perselisihan hak cipta atas lagu dan musik di
media internet maka hak cipta akan diberikan kepada seorang pencipta yang dapat
membuktikan bahwa karya tersebut merupakan karya ciptanya bukan melalui
pendaftaran karya cipta ke Dirjen HKI. Dalam hal ini pendaftaran hak cipta atas lagu
dan musik bukan merupakan suatu alat bukti apabila terjadi perselisihan hak cipta
atas lagu dan musik di media internet, apabila ada publikasi terlebih dahulu yang
dilakukan oleh salah satu pihak yang berselisih/bersengketa maka seseorang yang
dapat membuktikan keaslian dari ciptaannya tersebut akan menjadi pemegang hak
cipta atas lagu atau musik yang di sengketakan. Dalam Pasal 35 ayat (4) UndangUndang Hak Cipta menjelaskan bahwa ketentuan tentang pendaftaran ciptaan tidak
merupakan kewajiban untuk mendapatkan Hak Cipta, karena perlindungan Hak Cipta
timbul secara otomatis, (Automatically Protection) sejak ciptaan tersebut diwujudkan
dalam bentuk yang nyata, tanpa harus melalui prosedur pendaftaran.
Kata Kunci
Pembimbing
Daftar Pustaka
: Hak Kekayaan Intelektual, Hak Cipta, Lagu, Musik,
Internet.
: Dr. Djawahir Hejazziey, S.H, M.A., M.H.
: Tahun 1980 Sampai Tahun 2012
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji dan Syukur hanya untuk Allah SWT, karena berkat rahmat, nikmat
serta
anugerah-Nya
penulis
dapat
menyelesaikan
skripsi
dengan
judul
“PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK CIPTA LAGU DAN MUSIK DI
MEDIA
INTERNET
(Analisa
Putusan
Mahkamah
Agung
Nomor
385
K/Pdt/.Sus/2009)”. Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan Nabi
besar kita Muhammad SAW, yang telah membawa umat manusia dari zaman
jahiliyah ke zaman yang terang benderang ini.
Penulisan skripsi ini dilakukan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini mungkin
tidak dapat diselesaikan oleh penulis tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak
selama penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan
terimakasih kepada yang terhormat:
1. Dr. Phil. JM Muslimin, MA. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Djawahir Hejazziey, S.H., M.A., M.H., Ketua Program Studi Ilmu Hukum
dan Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum., Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
v
3. Dr. Djawahir Hejazziey, S.H., M.A., M.H., Dosen Pembimbing yang telah
bersedia memberikan saran, kritik, bantuan, dan arahan selama penulis menyusun
dan menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih atas waktu dan pikiran yang telah
diberikan. Semoga ilmu yang diajarkan dapat bermanfaat dan mendapatkan
balasan dari Allah SWT.
4. Segenap dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
khususnya dosen program studi Ilmu Hukum yang telah memberikan ilmu
pengetahuan selama penulis menjadi mahasiswa Ilmu Hukum. Semoga ilmu
yang diajarkan dapat bermanfaat dan mendapatkan balasan dari Allah SWT.
5. Kepada Staff Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Syari’ah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, staff Perpustakaan Universitas Indonesia, dan Staff
Komisi Pengawas Persaingan Usaha yang telah memberikan fasilitas untuk
mengadakan studi kepustakaan dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Kedua orang tua tercinta Ayahanda Hasanul Arifin dan Ibunda Lasti Putri
Zakaria, yang selalu mengirimkan doa dan mencurahkan kasih sayangnya, serta
Adikku Ifriansyah Putra dan Melati Thasya Putri yang memberikan semangat
dan kebersamaan ketika di rumah untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Apriyanti, terima kasih atas semangat, dukungan dan waktu kepada penulis yang
tiada hentinya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Kawan-kawan cangkir ilmu hukum Ahmad Holil, Ahmad Wahyudi, Prayoza
Saputra dan Fikri Abdullah. Serta teman-teman seperjuangan Ilmu Hukum 2009
vi
UIN Syarif Hidayatullah yang tidak dapat disebutkan satu persatu terimakasih
atas bantuan, motivasi, dan kesan-kesannya selama penulis menimba ilmu.
9. Sahabat-sahabat SMU Islamic Village, Zam-Zam Corner, Beauty In Soul Band
dan lainnya terima kasih atas dukungannya selama ini kepada penulis.
10. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,
yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu. Semoga Allah SWT
memberikan berkah dan karuni-Nya serta membalas kebaikan mereka (Amin).
Akhirnya penulis mengucapkan terimakasih dan maaf yang sebesar-besarnya
apabila terdapat kata-kata di dalam penulisan skripsi ini yang kurang berkenan bagi
pihak-pihak tertentu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak, khususnya
bagi penulis dan umumnya bagi pembaca. Sekian dan terimakasih.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.
Jakarta, 28 Agustus 2014
Riviantha Putra
vii
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI .............................................................................. ii
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................................... iii
ABSTRAK .......................................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... v
DAFTAR ISI..................................................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................................... xi
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang Masalah
1
B. Identifikasi, Pembatasan Dan Perumusan Masalah
9
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
11
D. Tinjauan Pustaka
12
E. Metode Penelitian
14
F. Sistematika Penulisan
16
TEORI HAK CIPTA LAGU DAN MUSIK
18
A. Hak Cipta
18
1. Sejarah Hak Cipta Di Indonesia
18
2. Pengertian Hak Cipta
19
3. Hak-Hak Yang Terdapat Pada Hak Cipta
23
B. Lagu Dan Musik
31
1. Sejarah Lagu Dan Musik
viii
31
2. Pengertian Lagu Dan Musik
BAB III
BAB IV
35
C. Internet
38
PERLINDUNGAN HUKUM
40
A. Pengertian Perlindungan Hukum
40
B. Bentuk-Bentuk Perlindungan Hukum
44
C. Teori Perlindungan Hukum
44
D. Perlindungan Hukum Hak Cipta Atas Lagu dan Musik
46
1. Ciptaan Yang Di Lindungi Oleh Undang-Undang Hak Cipta
46
2. Perlindungan Hukum Hak Cipta Atas Lagu Dan Musik
48
ANALISA PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK CIPTA ATAS
LAGU DAN MUSIK DI MEDIA INTERNET
51
A. Penerapan Hak Cipta Atas Lagu Dan Musik Di Media Internet
51
B. Sanksi Pelanggaran Hak Cipta Atas Lagu Dan Musik Di Media Internet
52
1. Sanksi Pelanggaran Hak Cipta Atas Lagu Dan Musik Di Media
Internet Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak
Cipta
52
2. Sanksi Pelanggaran Hak Cipta Atas Lagu Dan Musik Di Media Internet
Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi
Transaksi Elektronik
56
C. Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Atas Lagu Dan Musik Di Media…
Internet
58
D. Analisa Putusan Mahkamah Agung Nomor 385 K/Pdt.Sus/2009
1. Posisi Kasus Band Caramel
ix
62
62
BAB V
2. Pertimbangan dan Putusan Mahkamah Agung
63
3. Analisis
70
PENUTUP
73
A. Kesimpulan
73
B. Saran
74
DAFTAR PUSTAKA
75
x
DAFTAR LAMPIRAN
1. Putusan Mahkamah Agung Nomor 385 K/Pdt.Sus/2009
2. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta
3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi Transaksi Elektronik
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya, hukum adat yang ada di Indonesia tidak mengenal terminologi
hak kekayaan intelektual. Istilah intellectual property rights atau diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia menjadi hak kekayaan intelektual berakar dan berkembang
dalam tradisi hukum Eropa Kontinental dan common law yang diperkenalkan di
Indonesia oleh Belanda pada masa kolonialisme sebagai konsekuensi logis dari
prinsip konkordansi hukum.
Menurut Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual didalam buku panduan
HKI menjelaskan bahwa hak kekayaan intelektual, atau disingkat “HKI” atau
akronim “HaKI”, adalah padanan kata yang biasa digunakan untuk Intellectual
Property Rights “(IPR')”, yakni hak yang timbul bagi hasil olah pikir otak yang
menghasilkan suatu produk atau proses yang berguna untuk manusia. Yang pada
intinya HKI adalah hak untuk menikmati secara ekonomis hasil dari suatu kreativitas
intelektual. Obyek yang diatur dalam HKI adalah karya-karya yang timbul atau lahir
karena kemampuan intelektual manusia.
Ada beberapa makna yang dapat kita petik tentang Hak Kekayaan Intelektual,
yaitu1:
1
Anonim, HAKI dan Implementasinya Terhadap Litbang, Investasi & Inovasi di Indonesia,
(Jakarta : Departemen Perindustrian, 2007), h.2.
1
2
a. Definisi HKI adalah hak eksklusif yang diberikan Pemerintahan kepada
penemu / pencipta / pendesain atas hasil karya cipta dan karsa yang
dihasilkan;
b. Hak eksklusif adalah hak monopoli untuk memperbanyak karya cipta
dalam jangka waktu tertentu, baik dilaksanakan sendiri atau
dilisensikan.
Hak kekayaan intelektual itu adalah hak kebendaan, hak atas sesuatu benda
yang bersumber dari hasil kerja otak, hasil kerja rasio.2 Yang dimaksud dengan hasil
kerja otak itu adalah sebuah karya intelektual atau berupa benda immaterial atau
benda tidak berwujud. Misalnya, sebuah karya cipta lagu. Untuk menciptakan alunan
nada (irama) diperlukan pekerjaan otak. Hasil kerja otak itu kemudian dirumuskan
sebagai intelektualitas. Ketika irama lagu tadi tercipta berdasarkan hasil kerja otak, ia
dirumuskan sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual berbeda misalnya dengan hasil
kerja fisik, petani mencangkul, menanam, menghasilkan buah-buahan. Buah-buahan
tadi adalah hak milik juga tapi hak milik materil atau hak milik atas benda berwujud.
Secara substantif, pengertian HKI dapat dideskripsikan sebagai hak atas
kekayaan yang timbul atau lahir karena kemampuan intelektual manusia. HKI
dikategorikan sebagai hak atas kekayaan mengingat HKI pada akhirnya
menghasilkan karya-karya intelektual berupa; pengetahuan, seni, sastra, teknologi, di
mana dalam mewujudkannya membutuhkan pengorbanan tenaga, waktu, biaya dan
pikiran.3 Dengan perkataan lain HKI adalah hak atas harta kekayaan yang timbul dari
2
OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights),
(Jakarta : Rajawali Pers, 2010), h.9.
3
Budi Agus Riswandi dan M. Syamsuddin, Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya Hukum,
(Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2004), h.31.
3
kemampuan intelektual manusia. Kekayaan semacam ini bersifat pribadi dan berbeda
dari kekayaan-kekayaan yang timbul bukan dari kemampuan intelektual manusia,
seperti hak atas :
1. Harta kekayaan yang diperoleh dari alam terdiri dari:
a. Tanah: hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, hak penambangan,
hak sewa, dan lain-lain.
b. Air: hak mengelola sumber air, hak lintas damai di perairan pedalaman,
hak perikanan, dan lain-lain.
c. Udara: hak lintas udara bagi pesawat-pesawat udara maskapai udara asing,
hak siaran, dan sebagainya.
2. Harta kekayaan yang diperoleh dari benda-benda tidak bergerak dan bergerak
seperti:
a. Hak milik atas tanah, gedung, bangunan, dan rumah susun.
b. Hak milik atas mesin-mesin.
c. Hak milik atas mobil, pesawat udara, surat-surat berharga.4
Keberadaan Undang – Undang Hak Cipta (UUHC) memang diperuntukkan
khusus untuk melindungi hak bagi mereka yang telah menghasilkan karya-karya yang
berasal dari pengungkapan (ekspresi) intelaktualitas (intangible), dan bukannya yang
bersifat kebendaan (tangible), apabila yang belum berwujud apa-apa seperti ide-ide
informasi dan lain sebagainya tersebut dengan batasan waktu tertentu.
Jika ditelusuri lebih jauh, hak kekayaan intelektual sebenarnya merupakan
bagian dari benda, yaitu benda tidak berwujud (benda Immateril). Benda dalam
kerangka hukum perdata dapat diklasifikasikan ke dalam berbagai kategori salah satu
di antara kategori itu, adalah pengelompokan benda ke dalam klasifikasi benda
berwujud dan benda tidak berwujud. Untuk hal ini dapatlah dilihat batasan benda
yang dikemukakan oleh pasal 499 KUH Perdata, yang berbunyi: menurut paham
4
Eddy Damian, Hukum Hak Cipta, (Bandung : Alumni, 2002), h.34.
4
undang-undang yang dimaksud dengan benda ialah tiap-tiap barang dan tiap-tiap hak
yang dapat dikuasai oleh hak milik.5
Hak milik intelektual ini merupakan hak yang berasal dari hasil kegiatan
kreatif suatu kemampuan daya pikir manusia yang diekspresikan kepada khalayak
umum dalam berbagai bentuknya, yang memiliki manfaat serta berguna dalam
menunjang kehidupan manusia, maksudnya ialah bahwa kepemilikan itu wajar karena
sifat ekonomis manusia yang menjadikan hal itu satu keharusan untuk menunjang
kehidupannya di dalam masyarakat.6 Secara garis besar HKI dibagi dalam 2 (dua)
bagian, yaitu:
1. Hak cipta (copyright);
2. Hak kekayaan industri (industrial property rights), yang mencakup :
a.
b.
c.
d.
Paten (patent);
Desain industri (industrial design);
Merek (trademark);
Penaggulangan praktik persaingan curang (repression of unfair
competition);
e. Desain tata letak sirkuit terpadu (layout design of integrated circuit);
f. Rahasia dagang (trade secret).
Hak Kekayaan Intelektual atau yang biasa disebut HKI merupakan terjemahan
dari Intellectual Property Rights. Secara sederhana HKI adalah suatu hak yang timbul
bagi hasil pemikiran yang menghasilkan suatu produk yang bermanfaat bagi manusia.
HKI juga dapat diartikan sebagai hak bagi seseorang karena ia telah membuat sesuatu
5
R. Soebekti dan R.Tjitrosudibio, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, (Jakarta : Pradya
Paramita, 1996), h.155.
6
Budi Agus Riswandi dan M. Syamsuddin, Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya Hukum,
(Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2004), h.33.
5
yang berguna bagi orang lain. Objek atau hal-hal yang diatur dalam HKI adalah
karya-karya yang lahir dari kemampuan intelektual (daya pikir) manusia.7
Adapun definisi yang dirumuskan oleh para ahli, HKI selalu dikaitkan dengan
tiga elemen penting berikut ini:8
1. Adanya sebuah hak eksklusif yang diberikan oleh hukum;
2. Hak terebut berkaitan dengan usaha manusia yang didasarkan pada
kemampuan intelektual;
3. Kemampuan intelektual tersebut memiliki nilai ekonomi.
Tumbuhnya konsepsi kekayaan atas karya-karya intelektual manusia pada
akhirnya menimbulkan kebutuhan untuk melindungi atau mempertahankan kekayaan
tersebut. Pada gilirannya, akan melahirkan konsepsi perlindungan hukum atas
kekayaan intelektual (Intellectual Property) tadi, termasuk di dalamnya adalah
pengakuan hak terhadapnya. Sesuai dengan hakikatnya pula, HKI dikelompokkan
sebagai hak milik perorangan yang sifatnya tidak berwujud (intangible).9
Meskipun terdapat teori universalitas tentang hak kekayaan intelektual,
hingga kini belum ada definisi tunggal yang disepakati di seluruh dunia tentang
apakah yang dimaksud dengan hak kekayaan intelektual. Hal ini disebabkan
pengertian dari hak kekayaan intelektual sulit untuk didefinisikan dalam satu kalimat
7
Haris Munandar dan Sally Sitanggang, HAKI-Hak Kekayaan Intelektual, (Jakarta : Erlangga,
2008), h.2.
8
Tomi Suryo Utomo, Hak Kekayaan Intelektual di Era Global, (Yogyakarta : Graha Ilmu,
2010), h.2.
9
Suyud Margono, Aspek Hukum Komersialisasi Asset Intelektual, (Bandung: Nuansa Aulia,
2010), h.3.
6
sederhana yang dengan tepat dapat menggambarkan tentang pengertian dari hak
kekayaan intelektual secara menyeluruh. Banyaknya pengertian tentang hak kekayaan
intelektual dan sulitnya untuk mendefinisikan tunggal tentang hak kekayaan
intelektual tidak menjadi suatu hambatan yang sangat penting untuk melindungi
setiap karya-karya hasil intelektual.
HKI memberikan suatu apresiasi dan penghargaan yang besar terhadap para
pencipta atau pemegang hak cipta, diantaranya diberikannya hak-hak yang hanya
dimiliki oleh para pencipta atau pemegang hak cipta. Hak-hak tersebut bertujuan agar
para pencipta mendapatkan keuntungan dari karya ciptaannya baik berupa uang
ataupun pengakuan dari masyarakat atas karya ciptaannya. Beberapa hak-hak yang
dimiliki oleh pencipta terdiri dari hak eksklusif, hak ekonomi dan hak moral. UUHC
telah mengatur penjelasan dari ketiga hak tersebut.
Menurut UUHC, pencipta adalah seseorang atau beberapa orang secara
bersama-sama yang atas inspirasinya melahirkan suatu ciptaan berdasarkan
kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang
dituangkan ke dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi. Bentuk yang khas dan
pribadi dapat diartikan sebagai perwujudan ide dan pemikiran pencipta yang
mewujudkan identitas dan kualitas dirinya.10
Di era global keberadaan dan perkembangan karya cipta musik dan lagu
sebagai salah satu bagian yang dilindungi hak cipta, tidak kalah pentingnya
10
Yusran Isnaini, Hak Cipta dan Tantangannya di Era Cyber Space, (Jakarta : Ghalia
Indonesia, 2008), h.19
7
dibandingkan dengan industri teknologi (paten, know-how, dan lain-lainnya). Industri
ini dibentuk dari industri cultural yang menempati posisi yang cukup diperhitungkan.
Posisi tersebut menurut Arnel Affandi dengan mencontohkan Amerika Serikat
sebagai Negara Adidaya yang mengandalkan industri musik dan lagu sebagai sumber
devisa dalam perdagangan internasionalnya. Industri ini juga merupakan salah satu
komoditi yang paling potensial bagi transaksi perdagangan internasional, karena
mempunyai segmen pasar yang sangat luas dan mampu melewati batas-batas negara.
Selain itu musik dan lagu juga dinikmati oleh seluruh kalangan masyarakat tanpa
mengenal batas usia. Dengan demikian musik dan lagu sebagai sebuah komoditas
yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi.11
Internet menawarkan kemudahan bagi penggunanya untuk berbagi berbagai
file secara online, yang dapat diperoleh dari berbagai situs seperti situs website atau
pun blog yang menyediakan file software, dokumen/e-book, gambar, musik atau lagu,
video atau film, dan lain sebagainya. Seiring dengan semakin tingginya tingkat
kecepatan dan kemudahan akses internet dewasa ini, aktivitas download file pun
menjadi salah satu aktivitas paling favorit bagi pengguna internet. Download adalah
istilah yang sering kita sebut ketika mengakses di internet, baik di rumah kita sendiri
atau dari cyberaccess untuk mengambil sesuatu (gambar, dokumen, surat, dll.) ke
dalam bentuk file dari Internet atau Internet.
11
Arnel Affandi, Sendi-Sendi Ilmu Hukum dan Tata Hukum Industri Perekaman Suara,
Cet.V,(Bandung : Citra Aditya Bakti, 1997), h.19.
8
Didalam Undang-Undang Hak Cipta telah di jelaskan bahwa lagu dan musik
merupakan suatu karya cipta yang dilindungi oleh Undang-Undang hak cipta.
Banyaknya situs-situs musik illegal di internet menjadi suatu tantangan yang sangat
besar dalam menegakkan perlawanan terhadap pelanggaran hak cipta. Dengan hanya
bermodalkan komputer ataupun perangkat sejenisnya dan akses internet kita sudah
bisa mendapatkan suatu karya cipta (lagu dan musik) tanpa mengeluarkan biaya
apapun. Secara tidak langsung tidak adanya suatu keuntungan yang akan dinikmati
oleh pencipta ataupun si pemegang cipta. Hal ini sudah menjadi hal yang sangat
lazim dan lumrah untuk pada saat ini.
Internet secara radikal telah merombak hubungan antara fenomena online dan
letak secara fisik. Hal ini bila dipandang dari aspek hukum merupakan perubahan
yang sangat penting. Munculnya jaringan komputer global mengakibatkan timbulnya
berbagai pertanyaan menyangkut hubungan antara letak geografis dan berbagai hal: 12
1. Kekuasaan pemerintah lokal untuk memegang kontrol atau melakukan
pengawasan terhadap perilaku online;
2. Hubungan perilaku online terhadap individu lainnya; dan
3. Legitimasi kedaulatan negara untuk menegakkan aturan yang diterapkan
terhadap fenomena global.
Sejak ditemukannya teknologi digital, keberadaan hak cipta yang banyak
diatur di dalam UUHC anggota WTO mulai banyak digugat oleh para pihak yang
terlibat di dalam industri musik di era digital. Gugatan ini terutama disebabkan oleh
12
Johnson and post, Law and Borders:
http://www.cli.org/X0025_LBFIN.html, 1996, h.3.
The
Rise
of
Law
in
Cyberspace,
9
berkembangnya media pemuatan ciptaan, termasuk musik yang sudah banyak
mengalami kemajuan.
Berdasarkan latar belakang dari permasalahan yang telah diuraikan di atas,
maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul:
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK CIPTA LAGU DAN MUSIK
DI MEDIA INTERNET (Analisa Putusan Mahkamah Agung Nomor 385
K/Pdt/.Sus/2009).
B.
Identifikasi, Pembatasan dan Rumusan Masalah
1.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan penelitian skripsi ini, penulis mengidentifikasi masalah yang
diantaranya :
a. Majunya perkembangan zaman ke era modern yang serba digital pada saat
ini secara tidak sadar telah mengubah budaya masyarakat yang cenderung
lebih konsumtif dan lebih menyukai hal-hal yang instant. Kesadaran hukum
masyarakat di era modern masih sangat lemah. Tidak adanya keseimbangan
antara sadar teknologi dengan sadar hukum. Hal ini bisa berakibat fatal
karena akan menguntungkan salah satu pihak yaitu konsumen dan akan
merugikan podusen (pencipta).
b. Tanpa disadari internet merupakan suatu fenomena dalam dunia intelektual
yang mempermudah pemilik akses internet untuk mendapatkan segala
10
informasi atau file yang dicari, tidak hanya itu saja internet merupakan suatu
media atau wadah tempat terjadi pelanggaran atas hak cipta. Maraknya kasus
pelanggaran terhadap lagu dan musik di media internet pada zaman sangat
modern ini menjadikan suatu pelanggaran yang terjadi di media internet
sudah menjadi hal yang sangat umum dan wajar di kalangan masyarakat.
Banyak masyarakat yang tidak memikirkan hak-hak yang terdapat di dalam
ciptaan tersebut.
2.
Pembatasan Masalah
Dalam hal-hal yang telah dipaparkan oleh peneliti di dalam latar belakang
masalah, maka penulis hanya membatasi pembahasan mengenai perlindungan
hukum terhadap pemegang hak cipta lagu dan musik di media internet.
3.
Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan latar belakang yang telah dijelaskan oleh penulis di atas,
maka dapat di ambil kesimpulan permasalahan yang sekarang telah menjadi hal
yang lazim di kalangan masyarakat yaitu maraknya pelanggaran cipta lagu dan
musik di media internet. Untuk menjawab permasalahan tersebut maka penulis
menyajikan pertanyaan penilitian sebagai berikut :
a. Bagaimana penerapan hak cipta atas lagu dan musik di media internet?
b. Bagaimana sanksi atas pelanggaran karya cipta lagu dan musik di media
internet?
11
c. Bagaimana perlindungan hukum terhadap pemegang hak cipta terhadap
pelanggaran atas karya cipta lagu dan musik di media internet?
C.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya pelanggaran atas
hak cipta lagu dan musik di media internet.
b. Untuk mengetahui apa saja bentuk-bentuk pelanggaran atas karya cipta
lagu dan musik di media internet.
c. Serta untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap pemegang hak
cipta atas lagu dan musik di media internet.
2.
Manfaat Penelitian
a.
Bagi penulis, untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan dalam
hal hak cipta.
b.
Bagi akademisi, sebagai tambahan referensi guna mempermudah bagi
pihak yang berkepentingan yang ingin melakukan penelitian dengan
objek yang sama.
c.
Bagi pembaca, agar para pembaca dapat mengerti arti perlindungan
hukum dan segala bentuk pelanggaran terhadap hak cipta atas lagu dan
musik di media internet.
12
D.
Tinjauan Pustaka
Dalam menjaga keaslian judul penulis ajukan daalam proposal skripsi ini
perlu kiranya penulis lampirkan juga beberapa rujukan yang menjadi bahan
pertimbangan. Antara lain :
1. Skripsi yang berjudul “PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INDUSTRI
PEREKAMAN SUARA DARI TINDAK PIDANA PEMBAJAKAN KASET
(Studi Kasus : Putusan No.3683/Pid.B/2008/PN/ Medan)” karya Andri
Tambun, fakultas hukum universitas sumatera utara tahun 2009. Skripsi
tersebut membahas tentang perlindungan hukum terhadap industri perekaman
suara dari tindak pidana pembajakan, di dalam skripsi tersebut membahas
sedikit tentang pengertian hak cipta. Tidak hanya itu didalam skripsi tersebut
menitik
beratkan
pada
penelitian
atas
studi
kasus
putusan
No.3683/Pid.B/2008/PN/ Medan. Berbeda dengan skripsi yang akan di angkat
oleh penulis, bahwa penulis lebih cenderung membahas perlindungan hukum
terhadap hak cipta atas lagu dan musik di media internet. Perbedaan yang
sangat mendasar dengan penelitian yang penulis lakukan adalah objek yang
menjadi kajian penulis dengan skripsi tersebut sangat berbeda, penulis
membahas dengan objek perlindungan hak cipta atas lagu dan musik di media
internet sedangkan skripsi tersebut membahas tentang perlindungan hukum
industri rekaman terhadap kasus pembajakan.
13
2. Skripsi yang berjudul “SISTEM PEMBAYARAN ROYALTI PADA YAYASAN
KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI)) DALAM PERSPEKTIF EKONOMI
ISLAM” karya Wilda Maulidia, jurusan perbankan syariah program studi
muamalat (ekonomi islam) fakultas syariah dan hukum universitas islam
negeri syarif hidayatullah jakarta tahun 2008. Dalam skripsi tersebut
dipaparkan sedikit tentang pengertian hak cipta dan pembayaran royalti yang
sedikit bersinggungan langsung dengan skripsi penulis. Akan tetapi dalam
skripsi tersebut tidak dibahas lebih lanjut tentang perlindungan hukum atas
hak cipta. Dapat disimpulkan bahwa objek dan kajian penelitian penulis
dengan judul skripsi diatas berbeda dimana skripsi tersebut tidak menjelaskan
perlindungan hukum terhadap hak cipta atas lagu dan musik di media internet
yang akan menjadi objek dan kajian penelitian penulis.
3. Buku berjudul “HAK CIPTA DAN TANTANGANNYA DI ERA CYBER
SPACE” karya Yusran Isnaini, S.H., M. Hum. Buku tersebut menjelaskan
mengenai hak cipta dan perlindungannya terhadap program komputer di
internet di era cyber dan modern. Secara tidak langsung buku ini berhubungan
dengan skripsi yang akan diangkat oleh penulis. Didalam buku ini
memberikan wawasan dan pengertian tentang internet akan tetapi di dalam
buku ini belum dijelaskan perlindungan hak cipta dalam bentuk lagu dan
musik di media internet.
14
E.
Metode Penelitian
Metode merupakan strategi utama dalam mengumpulkan data-data yang
dipelrukan untuk menjawab persoalan yang dihadapi. Pada dasarnya sesuatu yang
dicari dalam penelitian ini tidak lain adalah “pengetahuan” atau lebih tepatnya
“pengetahuan yang benar”, dimana pengetahuan yang benar ini nantinya dapat
dipakai untuk menjawab pertanyaan atau ketidaktahuan tertentu.13 Jenis penelitian
hukum yang dilakukan adalah peneliatian yuridist normatif, penelitian hukum yuridis
normatif adalah penelitian hukum yang meletakkan hukum sebagai sebuah bangunan
sistem norma.14
1.
Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah jenis yang
berbentuk studi deskriptif analisis, yakni dengan cara penulisan yang
menggambarkan permasalahan yang didasarkan pada data-data yang ada, lalu
dianalisa lebih lanjut untuk kemudian di ambil sebuah kesimpulan.
Sedangkan pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif yang berusaha mengkombinasikan pendekatan normatif dan empiris.15
Dengan penelitian yuridis normatif yang bersifat kualitatif, penelitian yang
mengacu pada norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang13
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
1997), h.27-28.
14
Fahmi M. Ahmadi. Jaenal Arifin, Metode Penelitian Hukum (Jakarta : Lembaga Penelitian
UIN Syarif Hidayatullah, 2010), h.31.
15
Moleong J. Lexy, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT. Remaja Roda Karya, 2004)
15
undangan, putusan pengadilan serta norma-norma yang hidup dan berkembang di
masyarakat.
2.
Instrumen pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan metode kepustakaan
atau penelitian studi pustaka (library research). Dimana buku-buku yang
berkaitan dan memberikan informasi yang sesuai dengan penelitian penulis
dijadikan rujukan.
3.
Sumber Data
Untuk menunjang penelitian ini maka diperlukan sumber data yang
berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. Sumber data dapat diperoleh
dari bahan yang tersedia, dengan pengelompokan sebagai berikut:
a. Data primer : Undang-Undang Nomor 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta dan
Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi Transaksi
Elektronik;
b. Data sekunder : buku-buku yang membahas tentang hal-hal yang terkait
dengan pembahasan;
c. Data non-hukum : buku, kamus, ensiklopedia, artikel, koran, majalah, situs,
internet, jurnal, politik, dan pemerintahan serta makalah yang berkaitan.
4.
Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini
adalah teknik analisis normatif kualitatif. Yaitu dengan menganalisis ketentuan
16
dalam
perundang-undangan
serta
buku-buku
yang
berkaitan
secara
komprehensip.
5.
Teknik Penarikan Kesimpulan
Dalam penelitian ini menggunakan metode deduktif, yakni proses
penalaran yang berawal dari hal yang umum untuk menentukan hal yang khusus
sehingga mencapai suatu kesimpulan.
6.
Tehnik Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, mengacu pada buku “Pedoman Penulisan
Skripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum” yang diterbitkan oleh Fakultas Syari’ah
dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidyatullah Jakarta, Tahun
2012.16
F.
Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah penulis dalam mengkaji dan menelaah skripsi yang
berjudul “perlindungan hukum terhadap hak cipta lagu dan musik di media internet”
dirasa perlu untuk menguraikan terlebih dahulu sistematika penulisan sebagai
gambaran singkat skripsi, yaitu sebagai berikut :
Bab I
: Pendahuluan yang terdiri dari (a) latar belakang masalah, (b) identifikasi,
pembatasan dan perumusan masalah, (c) tujuan dan manfaat penelitian,
(d) tinjauan pustaka, (e) metode penelitian, (f) sistematika penulisan.
16
TIM Penyusun FSH, Pedoman Penulisan Skripsi, (Jakarta : Pusat Peningkatan dan Jaminan
Mutu (PPJM), 2012.
17
Bab II : Dalam bab ini menjelaskan definisi hak cipta atas lagu dan musik (a) hak
cipta, (b) lagu dan musik.
Bab III: Dalam bab ini memberikan bahasan umum tentang perlindungan hukum (a)
pengertian perlindungan hukum, (b) bentuk-bentuk perlindungan hukum,
(c) teori perlindungan hukum, (d) perlindungan hukum atas hak cipta lagu
dan musik.
Bab IV : Pada bab ini penulis memberikan tema “perlindungan hukum terhadap
pemegang hak cipta lagu dan musik di media internet” yang terdiri dari
tiga pembahasan (a) penerapan hak cipta atas lagu dan musik di media
internet, (b) sanksi pelanggaran hak cipta atas lagu dan musik di media
internet, dan (c) perlindungan hukum terhadap hak cipta lagu dan musik di
media internet.
Bab V : Merupakan bab penutup berisi tentang kesimpulan dan saran.
BAB II
TEORI HAK CIPTA LAGU DAN MUSIK
A.
Hak Cipta
1. Sejarah Hak Cipta Di Indonesia
Awal mula hak cipta masuk ke Indonesia yaitu dengan diadopsinya Konvensi
Bern oleh Indonesia dalam pengaturan hak cipta di Indonesia. Konvensi Bern
semenjak ditanda tangani sampai dengan 1 Januari 1996 telah 117 negara yang
meratifikasinya. Belanda yang menjajah Indonesia pada 1 November 1912 juga
memberlakukan keikutsertaannya pada Konvensi Bern berdasarkan asas konkordansi
bagi lndonesia dengan kata lain, Indonesia semenjak tahun 1912 telah mempunyai
undang-undang hak cipta (Auteuresvlet 1912) berdasarkan Undang-Undang Belanda
tanggal 29 Juni 1911 (Staatblad Belanda Nomor 197) yang memberi wewenang pada
Ratu Belanda untuk memberlakukannya bagi Negara Belanda sendiri dan negaranegara jajahannya Konvensi Bern 1886 berikut revisi yang dilakukan pada 13
november 1908 di Berlin.
Namun demikian, semenjak 15 Maret 1958 indonesia menyatakan berhenti
menjadi anggota Konvensi Bern berdasarakan surat NO.15.140 XII tanggal 15 Maret
1958. Menteri Luar Negeri Soebandrio waktu itu menyatakan pada Direktur Biro
Berne Convention rnenyatakan tidak menjadi anggota The Bern Convention. Dalam
kurun waktu hampir 100 (seratus) tahun keberadaan konvensi Bern, tercatat lima
negara anggota yang menyatakan berhenti menjadi anggota konvensi, yaitu: Haiti
18
19
(1887-1943), Montenegro (1893-1900), Liberia (1908-1930), lndonesia (1913-1960),
Syiria (1924-1962). Tiga puluh tujuh tahun kemudian, tepatnya 7 Mei 1997,
lndonesia rnenyatakan ikut serta kembali menjadi anggota Konvensi Bern dengan
rnelakukan ratifikasi dengan Keppres RI No.16 tahun 1997, hal ini sebagai
konsekwensi keikutsertaan Indonesia dalam forum WTO, yang diratifikasi dengan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994.
Sejak zaman Belanda hak cipta diatur pada Auteurswet 1912 Staatsblad
Nomor 600 Tahun 1912 aturan tentang hak cipta ini tampaknya sudah tidak sesuai
lagi dengan kebutuhan masyarakat serta cita-cita hukum nasional, sehingga pada
tahun 1982, Pemerintah Indonesia mencabut pengaturan tentang hak cipta
berdasarkan Auteurswet 1912 Staatsblad Nomor 600 tahun 1912 dan menetapkan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta, yang merupakan UndangUndang Hak Cipta yang pertama di Indonesia. Undang-undang tersebut kemudian
diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987, Undang-Undang Nomor 12
Tahun 1997, dan pada akhirnya dengan Undang-Undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun
2002 yang kini berlaku.
2. Pengertian Hak Cipta
Istilah hak cipta diusulkan pertama kalinya oleh Prof. St. Moh. Syah, S.H.
pada Kongres Kebudayaan di Bandung tahun 1951 (yang kemudian diterima oleh
Kongres tersebut) sebagai pengganti istilah hak pengarang yang dianggap kurang luas
20
cakupan pengertiannya. Istilah hak pengarang itu sendiri merupakan terjemahan dari
istilah bahasa Belanda Auteurs Rechts.1
Dinyatakan „kurang luas‟ karena istilah hak pengarang itu memberikan kesan
„penyempitan‟ arti, seolah-olah yang dicakup oleh hak pengarang itu hanyalah hak
dari para pengarang saja, yang ada sangkut pautnya dengan karang mengarang.
Sedangkan istilah hak cipta itu lebih luas dan ia mencakup juga tentang karang
mengarang. Lebih jelas batasan pengertian ini dapat kita lihat dalam pasal 1 butir 1
UUHC Indonesia.
Hak cipta sendiri secara harfiah berasal dari dua kata yaitu hak dan cipta, kata
“Hak” yang sering dikaitkan dengan kewajiban adalah suatu kewenangan yang
diberikan kepada pihak tertentu yang sifatnya bebas untuk digunakan atau tidak.
Sedangkan kata “Cipta” atau ciptaan tertuju pada hasil karya manusia dengan
menggunakan akal pikiran, perasaan, pengetahuan, imajinasi dan pengalaman.
Sehingga dapat diartikan bahwa hak cipta berkaitan erat dengan intelektual manusia.2
Sedangkan pengertian hak cipta menurut Undang-Undang Hak Cipta Nomor
19 Tahun 2002 pasal 1 ayat 1 menjelaskan bahwa pengertian hak cipta adalah hak
eksklusif bagi Pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak
ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasanpembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
1
Ajip Rosidi, Undang-undang Hak Cipta 1982, Pandangan Seorang Awam, (Jakarta :
Djambatan, 1984), h.3.
2
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia., h.210.
21
Dari pasal tersebut hak cipta didefenisikan sebagai hak khusus bagi pencipta
maupun penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya maupun
memberi izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Jadi, unsur-unsur hak cipta dari defenisi
tersebut ada tiga, yaitu:
1. Hak memperbanyak (reproduction right);
2. Hak mengumumkan (publishing right);
3. Hak memberi izin untuk memperbanyak dan mengumumkan
(assignment right).
Dari defenisi tersebut kita juga dapat melihat bahwa hak cipta mempunyai
pembatasan-pembatasan tertentu, bahwa pembatasan itu mempunyai arti sebagai
berikut:3
1. Mengandung fungsi social: menjaga keseimbangan antara kepentingan
individu (pencipta atau pemilik/pemegang hak) dan kepentingan
umum;
2. Orang lain boleh mengumumkan dan memperbanyak ciptaan
seseorang tanpa diklasifikasikan sebagai pelanggar hak cipta (pasal 13
sampai 25 UU no. 7 tahun 1987);
3. Sebagai pengecualian dari acuan pokok: mengumumkan dan
memperbanyak ciptaan orang lain harus seizing si pencipta (pasal 13
sampai 25 UU no. 7 tahun 1987).
Penjelasan yang ada di dalam Undang-Undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun
2002 pasal 1 ayat 1 yang mendefinisikan pengertian dari hak cipta seharusnya sudah
3
Suyud Margono, Aspek Hukum Komersialisasi Asset Intelektual, (Bandung: Nuansa Aulia,
2010), h.13.
22
cukup jelas untuk menjelaskan apa yang menjadi arti dari hak cipta. Adanya pasal 1
ayat 1 yang menjelaskan pengertian hak cipta tidak menjadikan sebuah pedoman bagi
kalangan masyarakat apa yang menjadi arti hak cipta itu sendiri karena banyaknya
para pakar dan ahli yang mengartikan hak cipta berbeda dengan Undang-Undang Hak
Cipta Nomor 19 Tahun 2002 pasal 1 ayat 1.
Hak Cipta diberikan kepada pencipta suatu karya, meskipun dalam hal
tertentu hak cipta dapat diberikan kepada pihak pemberi karya yang timbul segera
setelah hasil karya tersebut dibuat, demikian pula perlindungan terhadap hak cipta
dimulai setelah hak cipta itu didapat.4
Dalam hal ini ada beberapa pendapat sarjana mengenai pengertian hak cipta,
antara lain:5
1. WIPO (World Intelektual Property Organization)
“Copy Right is legal from describing right given to creator for their
literary and artistic works” yang artinya hak cipta adalah terminologi
hukum yang menggambarkan hak-hak yang diberikan kepada pencipta
untuk karya-karya mereka dalam bidang seni dan sastra.
2. J. S. T. Simorangkir
Berpendapat bahwa hak cipta adalah hak tunggal dari pencipta, atau
hak dari pada yang mendapat hak tersebut atas hasil ciptaannya dalam
lapangan kasusasteraan, pengetahuan, dan kesenian. Untuk
mengumumkan dan memperbanyaknya, dengan mengingat
pembatasan-pembatasan yang ditentukan oleh undang-undang.
3. Imam Trijono
Berpendapat bahwa hak cipta mempunyai arti tidak saja si pencipta
dan hasil ciptaannya yang mendapat perlindungan hukum, akan tetapi
4
Eddy Damlan, Hukum Hak Cipta Menuntut Beberapa Konvensi Internasional, UndangUndang Hak Cipta 1997 Dan Perlindungannya Terhadap Buku Serta Perjanjian Penerbitannya.
(Bandung : Alumni, 1999), h.62.
5
Suyud Margono, Aspek Hukum Komersialisasi Asset Intelektual, (Bandung: Nuansa Aulia,
2010), h.15.
23
juga perluasan ini memberikan perlindungan kepada yang diberi
kepada yang diberi kuasa pun kepada pihak yang menerbitkan
terjemah daripada karya yang dilindungi oleh perjanjian ini.
Sedangkan menurut David Bainbridge hak cipta adalah hak milik yang
melekat pada karya-karya cipta dibidang kesusasteraan, seni, dan ilmu pengetahuan
seperti karya tulis, karya musik, lukisan, patung, karya arsitektur, film, dan lain-lain.
Pada hakikatnya, hak cipta adalah hak yang dimiliki pencipta untuk mengeksploitasi
dengan berbagai cara karya cipta yang dihasilkannya.
3. Hak-Hak Yang Terdapat Pada Hak Cipta
Menurut Hutauruk ada dua unsur penting yang terkandung dari rumusan
pengertian hak cipta yang termuat dalam ketentuan UUHC Indonesia, yaitu;
1. Hak yang dapat dipindahkan, dialihkan kepada pihak lain.
2. Hak moral yang dalam keadaan bagaimanapun, dan dengan jalan apa
pun tidak dapat ditinggalkan daripadanya (mengumumkan karyanya,
menetapkan judulnya, mencantumkan nama sebenarnya atau nama
samarannya dan mempertahankan keutuhan atau integritas ceritanya).6
Hak yang dapat dipindahkan atau dialihkan itu sekaligus merupakan bukti
nyata bahwa hak cipta itu merupakan hak kebendaan. Melalui definisi hak cipta
tersebut pula dapat diketahui bahwa hak cipta yang merupakan bagian dari Hak
Kekayaan Intelektual merupakan satu bagian dari benda tidak berwujud (benda
6
M.Hutauruk, Peraturan Hak Cipta Nasional, (Jakarta : Erlangga, 1982), h.11.
24
immaterial).7 Benda tidak berwujud ini (benda immaterial) disebut sebagai hak
karena dilandaskan pada ketentuan pasal 499 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Mengacu kepada pengertian hak cipta menurut pasal 1 ayat 1 undang-undang
hak cipta yang menyatakan “hak cipta adalah hak eksklusif bagi Pencipta atau
penerima hak untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya
atau
memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku”. Di dalam pengertian tersebut
terdapat kata “hak eksklusif” maka di dalam hak cipta terdapat hak ekslusif untuk
pencipta.
Dari definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa hak cipta adalah hak
kebendaan yang bersifat eksklusif bagi seorang pencipta atau penerima hak atas suatu
karya atau ciptaannya di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra.8 Di dalam pasal 1
ayat 9 juga menyebutkan hak terkait dengan pengertiannya hak terkait adalah hak
yang berkaitan dengan hak cipta, yaitu hak eksklusif bagi pelaku untuk
memperbanyak atau menyiarkan pertunjukannya; bagi produser rekaman suara untuk
memperbanyak atau menyewakan karya rekaman suara atau rekaman bunyinya; dan
bagi lembaga penyiaran untuk membuat, memperbanyak, atau menyiarkan karya
siarannya.
7
Arif Lutfiansori, Hak Cipta dan Perlindungan Folklor di Indonesia, (Yogyakarta : Graha
Ilmu, 2010), h. 69.
8
OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights), (Jakarta
: Rajawali Pers, 2010), h.58.
25
Sedangkan di dalam Undang-Undang Hak Cipta pada bagian ketujuh pasal 24
sampai pasal 26 terdapat pembahasan hak moral yang merupakan bagian dari hak
cipta. Dari undang-undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002 maka terdapat 3 (tiga)
hak yang terdapat dalam hak cipta. Akan tetapi apabila di tela‟ah lebih lanjut
mengenai pengertian hak terkait dapat disimpulkan hak terkait sama prinsipnya
dengan hak ekonomi.
Dalam hal ini penulis membagi hak-hak yang terdapat didalam undangundang hak cipta menjadi 3 (tiga) hak, karena 3 (tiga) hak ini sangat mendasar di
dalam hak cipta, yaitu:
a. Hak Eksklusif
Hak eksklusif adalah bahwa hanya pemegang hak ciptalah yang bebas
melaksanakan hak cipta tersebut, sementara orang atau pihak lain dilarang
melaksanakan hak cipta tersebut tanpa persetujuan pemegang hak cipta.9
Beberapa hak eksklusif yang umumnya diberikan kepada pemegang hak
cipta adalah hak untuk :
-
9
Membuat salinan atau reproduksi ciptaan dan menjual hasil salinan
tersebut (termasuk pada umumnya salinan elektronik).
Mengimpor dan mengekspor ciptaan.
Menciptakan karya turunan atau derivatif atas ciptaan (mengadaptasi
ciptaan).
Menampilkan atau memamerkan ciptaan didepan umum.
Menjual atau mengalihkan hak eksklusif tersebut kepada orang atau
pihak lain.
http://id.wikipedia.org/wiki/Hak Cipta.html di akses tanggal 18 Desember 2013.
26
Dengan adanya hak eksklusif maka menurut Undang-Undang Hak Cipta
pasal 3 ayat 2 maka hak cipta dapat beralih atau dialihkan baik seluruhnya
maupun sebagian karena pewarisan, hibah, wasiat, perjanjian tertulis, atau sebabsebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan.
John Locke, seorang filsuf Inggris terkemuka abad ke-18, dalam kaitan
antara hak cipta dengan hukum alam, mengemukakan bahwa: hukum hak cipta
memberikan hak milik eksklusif kepada karya cipta seseorang pencipta, hukum
alam meminta individu untuk mengawasi karya-karyanya dan secara adil
dikompensasikan untuk kontribusi kepada masyarakat.10
b. Hak Ekonomi
Hak ekonomi adalah hak yang berkaitan dengan pemanfaatan secara
komersial suatu ciptaan dan behubungan dengan perlindungan kebutuhan
ekonomi pencipta misalnya hak untuk mendapatkan pembayaran royalti atas
penggunaan (pengumuman dan perbanyakan) karya cipta yang dilindungi. Suatu
ciptaan merupakan hasil karya intelektual yang diperoleh melalui pengorbanan
waktu, tenaga, dan dana. Dilihat dari aspek ekonomi pengorbanan tersebut
merupakan suatu investasi yang perlu dikelola secara komersial untuk
10
Otto Hasibuan, Hak Cipta di Indonesia Tinjauan Khusus Hak Cipta Lagu, Neighbouring
Rights, dan Collecting Society, (Bandung: PT. Alumni, 2008), h.52.
27
mendapatkan pengembalian modal dan memperoleh keuntungan. Semakin
bermutu suatu ciptaan semakin tinggi pula potensi nilai komersialnya.11
Menurut penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa hak ekonomi secara
tidak langsung mempunyai arti hak keuntungan yang akan didapatkan si pencipta
atas karya ciptaanya. Ini merupakan suatu bentuk penghargaan dan keuntungan
atas karya ciptaan si pencipta agar si pencipta dapat termotivasi untuk membuat
suatu ciptaan baru yang bernilai tinggi dan bermutu.
Djumhana mengklasifikasikan hak ekonomi itu lebih terinci lagi meliputi
dibawah ini:12
-
-
-
-
11
12
Hak reproduksi atau penggandaan (reproduction right) yaitu hak untuk
menggandakan ciptaan
Hak adaptasi (adaption right) hak untuk menggandakan adaptasi
terhadap hak cipta yang sudah ada, misalnya penerjemahan dari satu
bahasa kebahasa lain, isi novel diubah menjadi skenario film.
Hak distribusi (distribution right) yaitu hak untuk menyebarkan kepada
masyarakat setiap hasil ciptaan dalam bentuk penjualan atau penyewaan.
Hak pertunjukkan (public performance right) yaitu hak untuk
mengungkapkan karya seni dalam bentuk pertunjukkan atau penampilan
oleh pemilik, dramawan, seniman, peragawati.
Hak penyiaran (broadcasting right) yaitu hak untuk menyiarkan ciptaan
melalui transmisi dan transmisi ulang.
Hak program kabel (Cable casting right) yaitu hak untuk menyiarkan
ciptaan melalui kabel misalnya siaran televisi pelanggan yang bersifat
komersial. Hak ini hampir sama dengan hak penyiaran, tetapi tidak
melalui transmisi melainkan kabel
Droit de suitc yaitu hak tambahan pencipta yang bersifat kebendaan
Hak pinjaman masyarakat (public lending right) yaitu hak pencipta atas
pembayaran ciptaan yang tersimpan di perpustakaan umum yang
dipinjam oleh masyarakat.
Sanusi Bintang, Hukum Hak Cipta, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 1998) h.4-5.
Abdulkadir Muhammad, Kajian Hukum Ekonomi Intelektual, (Bandung : Citra Aditya
Bakti, 2001) h.20-21.
28
c. Hak Moral
Hak moral adalah hak yang melekat pada diri pencipta (termasuk pelaku)
yang tidak dapat dihilangkan atau dihapus tanpa alasan apa pun. Antara pencipta
dan ciptaannya ada sifat kemanunggalan atau dengan kata lain ada hubungan
integral di antara keduanya.13
Sesuai dengan sifat manunggal hak cipta dengan penciptanya, dari segi
moral seseorang atau badan hukum tidak diperkenankan untuk melakukan
perubahan terhadap sesuatu hasil karya cipta, baik itu mengenai judul, isi, apalagi
penciptanya. Hal demikian dapat dilakukan apabila mendapat izin dari pencipta
atau ahli warisnya jika pencipta meninggal dunia. Dengan demikian, pencipta
atau ahli warisnya saja yang mempunyai hak untuk mengadakan perubahan pada
ciptaan-ciptaannya
untuk
disesuaikan
dengan
perkembangan.
Meskipun
demikian, jika pencipta tidak dapat melaksanakan sendiri penyesuaian karya
ciptanya dengan perkembangan, hal itu dapat dialihkan kepada pihak lain dengan
izin penciptanya untuk melaksanakan pengerjaannya.14
Dua hak moral utama yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2002 tentang Hak Cipta adalah :
a. Hak untuk memperoleh pengakuan
13
Otto Hasibuan, Hak Cipta di Indonesia Tinjauan Khusus Hak Cipta Lagu, Neighbouring
Rights, dan Collecting Society, (Bandung: PT. Alumni, 2008), h.69.
14
Rachmadi Usman, Hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual, Perlindungan dan Dimensi
Hukumnya di Indonesia, Cetakan I, (Bandung : PT. Alumni, 2003), h.112-113.
29
Hak pencipta untuk memperoleh pengakuan publik sebagai pencipta
suatu karya guna mencegah pihak lain mengklaim karya tersebut sebagai
hasil kerja mereka, atau untuk mencegah pihak lain memberikan
pengakuan pengarang karya tersebut kepada pihak lain tanpa seizin
pencipta.
b. Hak Integritas
Hak untuk mengajukan keberatan atas perubahan yang dilakukan
terhadap suatu karya tanpa sepengetahuan si Pencipta.
Menurut desbois dalam bukunya Le Droit D Auteur (1966) berpendapat
bahwa sebagai suatu elektrin, hak moral seorang pencipta mengadung empat
makna, yaitu :
1. Droit Depublication (hak untuk melakukan atau tidak melakukan
pengumuman ciptaanya);
2. Droit De Repentier (hak untuk melakukan perubahan-perubahan yang
dianggap perlu atas ciptaannya dan hak untuk menarik dari peredaran
atas ciptaan yang telah diumumkan);
3. Droit Au Respect (hak untuk tidak menyetujui dilakukannya
perubahan-perubahan atas ciptaannya oleh pihak lain);
4. Droit A La Patemite (hak untuk mencantumkan nama pencipta, hak
untuk tidak menyetujui perubahan atas nama pencipta yang akan
dicantumkan dan hak untuk mengumumkan sebagai pencipta setiap
waktu yang diinginkan)
Hak moral itu diberikan semata-mata untuk menjaga nama baik atau
reputasi pencipta sebagai wujud dan pengakuan terhadap hasil karya
intelektualitas seseorang.15 Seorang pelukis, misalnya yang melukiskan suatu
objek tertentu, belum tentu maksudnya untuk diperjualbelikan atau mendapat
keuntungan ekonomi bagi dirinya, tetapi mugkin untuk penyaluran minat, bakat
dan kemampuan dibidang seni atau untuk penyampaian isi hati atau pendapat.
15
Sanusi Bintang, Hukum Hak Cipta, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 1998), h.6.
30
Kepada pelukis yang bersangkutan hukum memberikan perlindungan hak cipta,
antara lain mengakui hak moralnya lazimnya penghargaan moral diberikan
masyarakat kepada seseorang karena orang tersebut telah menghasilkan suatu
ciptaan atau karya tertentu yang bermanfaat bagi masyarakat. Penghargaan moral
ini tidak dapat dinilai dengan uang, tetapi berwujud pemberian kekuasaan atau
wewenang tertentu kepadanya untuk melakukan sesuatu apabila ada orang yang
melanggarnya.16
Didalam Konvensi Berne ditentukan bahwa setiap negara peserta wajib
memberikan pencipta :
1. Hak untuk menuntuk kepemilikan
2. Hak untuk melawan segala bentuk pemutarbalikkan, atau perubahan
lainnya atau tindakan penghinaan dalam hubungannya dengan ciptaan
yang dapat merugikan nama baik atau reputasi pencipta.
Inilah yang menjadi pembeda antara hak moral dengan hak ekonomi, dari
berbagai penjelasan tentang hak moral dan hak ekonomi, dapat disimpulkan
bahwa perbedaan yang sangat mendasar antara hak moral dan hak ekonomi
adalah bahwa di dalam hak moral tidak ada keuntungan yang bersifat materi
(uang) .
Selain dari ketiga hak yang telah dipaparkan diatas terdapat beberapa hak-hak
yang berkaitan dengan hak cipta yang juga dikenal maksudnya dengan penggunaan
16
Ibid, h.8.
31
hasil ciptaan oleh pihak lain, yang harus dilakukan dengan persetujuan pemilik hak
cipta, diantara hak-hak tersebut adalah:
1. Hak untuk membawa salinan atau membuat reproduksi hasil karya,
2. Untuk mendistribusikan hasil karya hak untuk menyewa salinan hasil
karya,
3. Hak untuk membuat rekaman suara atau gambar,
4. Hak untuk mempertunjukkan kepada publik,
5. Hak untuk menerjemahkan hasil karya,
6. Hak untuk menyadur,
7. Hak untuk membuat copy kedalam karya audio visual.
B.
Lagu Dan Musik
1. Sejarah Lagu Dan Musik
Musik diyakini sudah muncul bersamaan dengan dimulainya peradaban
manusia. Unsur-unsur musik sudah dipergunakan manusia sejak dahulu. Dahulu,
manusia berkomunikasi melalui aspek bunyi-bunyian dan bahasa isyarat gerak.
Teriakan dan auman manusia pada masa itu memiliki makna tersendiri.
Salah satu ciptaan yang dilindungi oleh hak cipta berdasarkan Pasal 12 UUHC
adalah ciptaan lagu atau musik (huruf d). Karya lagu atau musik adalah ciptaan utuh
yang terdiri dari unsur lagu atau melodi, syair atau lirik dan aransemen, termasuk
notasinya, dalam arti bahwa lagu atau musik tersebut merupakan suatu kesatuan
karya cipta. Pencipta musik atau lagu adalah seseorang atau beberapa orang secara
bersama-sama yang atas inspirasinya lahir suatu ciptaan musik atau lagu berdasarkan
kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan atau keahlian yang
32
dituangkan dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi, yang dalam istilah lain
dikenal sebagai komposer.17
Manusia mengekspresikan perasaan ritual dalam menghormati roh-roh pada
saat itu dengan upacara-upacara khusus yang di dalamnya disertakan ekspresi
nyanyian-nyaian. Atas dasar peristiwa inilah musik hadir sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari kehidupan manusia.18
Penemuan alat-alat musik membawa perubahan estetika atau keindahan
bermusik dari masa ke masa, mulai dari jenis musik untuk ritual agama, musik istana,
musik folkflor, musik sebagai seni yang otonom, musik hiburan, maupun jenis musik
yang sangat serius.
Jika di urutkan berdasarkan perkembangan sejarah musik dari berbagai
literatur dan bahan-bahan yang ada, maka penulis menmbagi terdapat 7 (tujuh) masa
perkembangan musik, yaitu:
a. Musik Era Yunani
Seperti sejarah Yunani yang penuh dengan kejayaan dibidang penemuan
dan juga peradaban rakyatnya, musik juga berkembang dengan baik. Di Yunani
pada masa lampau, musik digunakan untuk hiburan, perayaan rakyat, dan juga
kegiatan kegamaan. Musik sangatlah penting untuk peradaban masyarakat
Yunani. Di musik era Yunani kuno, alat musik yang dimainkan oleh masyarakat
17
Hendra Tanu Atmadja, Hak Cipta Musik atau Lagu, (Jakarta: Penerbit Pasca Sarjana
Universitas Indonesia, 2003), h.55.
18
h.188.
Yuliawan Kasmahidayat, Learning More Art & Culture 3, (Bandung : Grafindo, 2011),
33
Yunani sangatlah menarik untuk ukuran jaman tersebut. Salah satu alat musik
yang sangat terkenal adalah aulos yang terbuat dari dua buah alang-alang. Lalu
juga ada alat musik petik yang dinamakan lyre. Namun juga ada jenis khusus dan
special dari lyre yang dinamakan kithara. Alat-alat musik dari era Yunani kuno,
kedepannya menjadi cikal bakal dari alat musik modern. Salah satu contohnya,
Lyre kedepannya menjadi cikal bakal dari kecapi.
b. Musik Abad Pertengahan
Musik abad pertengahan dimulai dari jatuhnya kerajaan Romawi dan
berakhir di sekitar pertengahan abad ke 15. Akhir dari musik diperkirakan sekitar
tahun 1400, bersamaan dengan dimulainya musik era renaissance. Namun, pada
era pertengahan, mahalnya harga kertas kulit dan juga banyaknya waktu yang
diperlukan untuk menulis hal tersebut, pembuatan manuskrip musik menjadi
sangat mahal. Karena mahalnya biaya yang diperlukan, hanya beberapa pihak
tertentu saja yang bisa menulis manuskrip, apalagi hanya untuk sebuah musik.
Hanya gereja dan institusi gereja seperti monastery. Musik-musik sekuler dan
musik pengorbanan juga diciptakan oleh gereja. Notasi pada awal era pertengahan
tidak mempunyai rhythm yang khusus. Musik yang ada di era tersebut adalah
musik-musik yang monophonic dan homorhythmic.
c. Pada Masa Renaissance (1450-1600)
Pada masa ini, keterikatan pengaruh gereja semakin longgar, manusia sudah
mulai berpikir rasional dan mulai mengenal ilmu pengetahuan. Demikian juga di
34
dalam musik, pengaruh ini muncul pada cara berkarya para seniman. Mereka
lebih individual dan mampu mengembangkan cara-cara baru. Musik yang
diciptakan bukan lagi sebagai musik pesanan, tetapi lebih merupakan gaya
ekspresi individual.19
d. Musik Era Baroque (1600-1750)
Ini adalah era dimana musik klasik eropa sangat berjaya. Arti dari baroque
sendiri adalah mutiara yang tidak berbentuk. Arti ini juga menggambarkan
arsitektur musik pada era ini yang sangat abstrak. Dominasi dari musik klasik
dalam era ini menyebabkan era baroque juga disebut sebagai era musik klasik
eropa. Para composer terbaik dari dunia musik klasik eropa sangat berjaya di era
ini. Diantaranya Claudio Monteverdi, Antonio Vivaldi, George Frideric Handel,
Arcangelo Corelli, dan sang maestro musik klasik, Johann Sebastian Bach.
e. Periode Musik Klasik (1730-1830)
Era musik klasik terletak diantara era baroque dan era romantik. Banyak
sekali composer-composer terhebat yang pernah ada di dunia musik hidup di era
klasik. Sebut saja Joseph Haydn, Wolfgang Amadeus Mozart, dan Ludwig van
Beethoven. Lalu masih ada Luigi Boccherini, Muzio Clementi, Carl Phillipp
Emanuel Bach, Johann Ladislaus Dussek, dan Cristoph Willibald Gluck.
f. Musik Zaman Romantik (1830-1910)20
19
Yuliawan Kasmahidayat, Learning More Art & Culture 3, (Bandung : Grafindo, 2011),
20
Ibid, h.191.
h.190.
35
Dinamakan era musik romantik, bukan berarti musik di era ini hanya berisi
tentang cinta ataupun cinta yang romantik. Sebenarnya era musik tersebut
dinamakan romantik karena dapat menggambarkan komposisi musik pada jangka
waktu tersebut.
g. Zaman Impresionisme (Era Modern)
Musik era ini dimulai pada tahun 1900 hingga tahun 2000. Sedangkan
musik kontemporer dimulai pada tahun 1975 hingga sekarang. Dari tahun 1975
hingga 2000 adalah masa dimana musi era abad 20 dan kontemporer berjalan
berdampingan. Musik abad 20 diawali oleh Claude Debussy yang mengusung
gaya impresionis. Para komposer benua Amerika memulai karirnya dibidang
musik dan berjaya.
2. Pengertian Lagu Dan Musik
Musik dapat difenisikan sebagai sebuah cetusan ekspresi perasaan atau
pikiran yang dikeluarkan secara teratur dalam bentuk bunyi. Musik berawal dari
bahasa Yunani, yaitu mousike yang diambil dari nama dewa mitologi Yunani kuno
Mousa, yang mempin seni dan ilmu.21 Musik menurut Aristoteles mempunyai
kemampuan mendamaikan hati yang gundah, mempunyai terapi rekreatif dan
menumbuhkan jiwa patriotisme.
Istilah lagu dan musik dalam kehidupan sehari-hari cenderung digunakan
untuk maksud yang sama. Secara etimologi lagu merupakan satu kesatuan musik
21
Ibid, h.178.
36
yang terdiri atas susunan berbagai nada yang berurutan. Setiap lagu ditentukan oleh
panjang-pendek dan tinggi-rendahnya nada-nada tersebut, di samping itu, irama juga
memberi corak tertentu pada suatu lagu. Sebuah lagu terdiri dari beberapa unsur,
yaitu:22
a. Melodi
Melodi adalah suatu deretan nada yang karena kekhususan dalam
penyusunan menurut jarak dan tinggi nada, memperoleh suatu watak
tersendiri dan menurut kaidah musik yang berlaku membulat jadi suatu
kesatuan organik.
b. Lirik
Lirik adalah syair atau kata-kata yang disuarakan mengiringi melodi.
c. Aransemen
Aransemen adalah penataan terhadap melodi.
d. Notasi
Notasi adalah penulisan melodi dalam bentuk not balok atau not angka.
Menurut Hartaris Andijaning Tyas, bahwa yang dimaksud dengan lagu adalah
melodi yang dapat dinyanyikan dengan syair atau lirik.23 Lagu merupakan hasil dari
suatu karya di bidang seni musik. Seni musik merupakan salah satu media yang
banyak digunakan sebagai ungkapan perasaan (berekspresi) melalui media suara.
Media suara manusia disebut musik vokal, sedangkan melalui media alat musik
(instrument) disebut musik instrumental. Beberapa macam warna suara yang diatur
dan disusun akan mewujudkan sebuah komposisi suara yang dapat menghanyutkan
rasa perasaan dan menggetarkan batin hati manusia.24
22
Van Hoeve, Ensiklopedia Indonesia Buku 4, (Jakarta: Ichtiar Baru), h.1940.
23
Hataris Andijaning Tyas, Seni Musik, (Jakarta : Erlangga, 2007), h.100.
24
Arlo Kartono, Kreasi Seni Budaya, (Jakarta : Ganeca Exact, 2007), h.28.
37
Definisi musik dan lagu apabila dilihat dari penjelasan pasal 12 ayat 1
undang-undang hak cipta “Lagu atau musik dalam undang-undang ini diartikan
sebagai karya yang bersifat utuh sekalipun terdiri atas unsur lagu atau melodi, syair
atau lirik, dan aransemennya termasuk notasi. Yang dimaksud dengan utuh adalah
bahwa lagu atau musik tersebut merupakan satu kesatuan karya cipta”.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diambil suatu kesimpulan bahwa:
1. Lagu atau musik dianggap sama pengertiannya;
2. Lagu atau musik bisa dengan teks, bisa juga tanpa teks;
3. Lagu atau musik merupakan suatu karya cipta yang utuh, jadi unsur
melodi, lirik, aransemen, notasi dan bukan merupakan ciptaan yang berdiri
sendiri.25
Musik adalah seni yang paling abstrak sekaligus juga merupakan realitas
fisika bunyi yang memiliki banyak keunggulan untuk membantu pendidikan watak
halus seseorang. Menurut Lorenzo Lippi, adalah bunyi yang diterima oleh individu
dan berbeda-beda berdasarkan sejarah, lokasi, budaya dan selera seseorang.26
Musik dan lagu memiliki pengertian yang berbeda, namun di dalam Konvensi
bern menyebutkan istilah yang digunakan untuk menyebutkan lagu atau musik adalah
musical work. Salah satu work (karya) yang dilindungi adalah komposisi musik atau
lagu (music compositions) dengan atau tanpa kata-kata (with or without words).
Konvensi Bern tidak menjelaskan uraian yang tegas mengenai musical work, namun
25
Van Hoeve, Ensiklopedia Indonesia Buku 4, (Jakarta: Ichtiar Baru), h.141.
26
http://pengertian-musik.html diakses pada tanggal 18 Desember 2013.
38
dari ketentuan yang dapat disimpulkan bahwa ada dua jenis ciptaan lagu atau musik
yang dilindungi hak cipta, yaitu lagu atau music dengan kata-kata dan lagu atau
musik tanpa kata-kata. Musik dengan kata-kata adalah lagu yang unsurnya terdiri dari
melodi, lirik, aransemen dan notasi, sedangkan musik tanpa kata-kata adalah musik
yang hanya terdiri dari unsur melodi, aransemen dan notasi.27
C.
Internet
Secara harfiah, internet kependekan dari “interconnected-networking” ialah
rangkaian komputer yang terhubung satu sama lain. Hubungan melalui suatu sistem
antar perangkat komputer untuk lalu lintas data itulah yang dinamakan network.
Mungkin kita mengenal istilah LAN (Local Area Network), yang menghubungkan
komputer-komputer dalam area tertentu, seperti kantor, sekolah, atau warnet. Internet
kurang lebih seperti itu, hanya dalam area yang sangat luas, yaitu seluruh dunia.
Internet memiliki banyak pengertian jika dilihat dari beberapa segi, misalnya
jika dilihat secara teknis, internet merupakan dua komputer atau lebih yang saling
berhubungan membentuk jaringan komputer hingga meliputi jutaan komputer di
dunia (internasional) yang saling berinteraksi dan bertukar informasi. Dari segi ilmu
pengetahuan, internet merupakan sebuah perpustakaan digital yang di dalamnya
terdapat jutaan bahkan milyaran informasi atau data yang dapat berupa teks, grafik,
audio maupun video dalam bentuk media elektronik. Setiap orang bisa berkunjung ke
perpustakaan digital tersebut kapan saja dari dari mana saja. Dari segi komunikasi,
27
Van Hoeve, Ensiklopedia Indonesia Buku 4, (Jakarta: Ichtiar Baru), h.1940.
39
internet adalah sarana yang sangat efektif dan efisien untuk melakukan pertukaran
informasi jarak jauh.
Menurut Fairus N. H., internet (Interconnected Network), yaitu jaringan
komputer yang saling mentransfer data menggunakan Internet Protocol (IP). Dengan
menggunakan internet, informasi dapat disampaikan keseluruh dunia melalui jaringan
komputer. Internet terdiri atas milyaran jaringan milik akademisi, perusahaan,
pemerintah, ataupun pribadi. Informasi yang dapat disampaikan sangat beragam,
misalnya gambar, suara, dokumen, dan tulisan.28
28
Fairus N. H., Mahir Menggunakan Internet, (Jakarta : Ganeca Exact, 2005), h. 27
BAB III
PERLINDUNGAN HUKUM
A.
Pengertian Perlindungan Hukum
Sebelum mendefinisikan perlindungan hukum sebagai suatu satu kesatuan
kalimat, disini penulis mencoba mendefinisikan perlindungan hukum sebagai kata
yang dipisahkan yang terdiri dari “perlindungan” dan “hukum”. Perlindungan berarti
tempat berlindung atau bersembunyi.1 Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia kata
perlindungan berarti tempat berlindung atau merupakan perbuatan (hal) melindungi,
misalnya memberikan perlindungan kepada orang yang lemah.2
Menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 menjelaskan bahwa
perlindungan adalah segala upaya yang ditujukan untuk memberikan rasa aman
kepada korban yang dilakukan oleh pihak keluarga, advokat, lembaga sosial,
kepolisian, kejaksaan, pengadilan, atau pihak lainnya baik sementara maupun
berdasarkan penetapan pengadilan. Sedangkan perlindungan yang tertuang dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2002 adalah suatu bentuk pelayanan yang
wajib dilaksanakan oleh aparat penegak hukum atau aparat keamanan untuk
memberikan rasa aman, baik fisik maupun mental, kepada korban dan sanksi dari
1
Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kotemporer, (Jakarta : Modern
English Press Edisi II, 1995), h.876.
2
W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Cetakan IX, (Jakarta : Balai
Pustaka, 1986), h.600.
40
41
ancaman, gangguan, teror, dan kekerasan dari pihak manapun yang diberikan pada
tahap penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan atas pemeriksaan di sidang
pengadilan.
Bagi seseorang yang mempelajari ilmu hukum dirasakan betapa sulit
menemukan definisi hukum yang tunggal. Banyak para ilmuwan yang mempunyai
pengertian sendiri tentang hukum, Menurut Hans Wehr, kata hukum berasal dari
bahasa Arab, asal kata “hukum”, kata jamaknya “Ahkam” yang berarti putusan
(judgement, verdice, decision), ketetapan (provision), perintah (commanand),
pemerintahan (government), dan kekuasaan (authorithy, power).3 Sedangkan
Vinogradoff mendefinisikan hukum sebagai seperangkat aturan yang diadakan dan
dilaksanakan oleh suatu masyarakat dengan menghormati kebijakan dan pelaksanaan
kekuasaan atas setiap manusia dan barang.4
Hukum menjadi pedoman tingkah laku anggota masyarakat terdiri dari
sekumpulan kaidah-kaidah yang merupakan satu kesatuan sehingga merupakan suatu
sistem kaidah atau sistem hukum. Sistem hukum seringkali juga memiliki arti yang
sama dengan Tata Hukum. Pengertian yang terkandung dalam sistem adalah : 5
1. Sistem berorientasi pada tujuan;
2. Keseluruhan adalah lebih dari sekedar jumlah bagian-bagian (wholism);
3. Suatu sistem berinteraksi dengan sistem yang lebih besar, yaitu
lingkungannya (open system);
3
Hans Wehr, A Dictionary of Modern Writtren Arabic, (London : Macdonal & Evans, Ltd,
1980), h.196.
4
Ahmad Ali, Menguak Tabir Hukum, Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis, (Jakarta :
Chandra Pratama, 1996), h.34.
5
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1982), h. 88-89.
42
4. Bekerjanya bagian-bagian dari sistem itu menciptakan sesuatu yang
berharga;
5. Masing-masing bagian harus cocok satu sama lain;
6. Ada kekuatan yang mengikat sistem itu (mekanisme kontrol).
Menurut Satjipto Raharjo, Hukum melindungi kepentingan seseorang dengan
cara mengalokasikan suatu kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka
kepentingannya tersebut. Pengalokasian kekuasaan ini dilakukan secara terukur,
dalam arti, ditentukan keluasan dan kedalamannya. Kekuasaan yang demikian itulah
yang disebut hak. Tetapi tidak di setiap kekuasaan dalam masyarakat bisa disebut
sebagai hak, melainkan hanya kekuasaan tertentu yang menjadi alasan melekatnya
hak itu pada seseorang.
Salah satu sifat dan sekaligus merupakan tujuan dari hukum adalah
memberikan perlindungan (pengayoman) kepada masyarakat. Oleh karena itu,
perlindungan hukum terhadap masyarakat tersebut harus diwujudkan dalam bentuk
adanya kepastian hukum. Jadi perlindungan hukum adalah suatu upaya untuk
melindungi hak-hak yang terdapat dan melekat di dalam subjek hukum agar tidak
adanya pelanggaran terhadap perundang-undangan dan adanya kepastian hukum bagi
pemegang yang pelaksanaannya dapat dipaksakan dengan suatu sanksi sebagai efek
jera.
Perlindungan hukum selalu dikaitkan dengan konsep rechtstaat atau konsep
Rule of Law karena lahirnya konsep-konsep tersebut tidak lepas dari keinginan
memberikan pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia, konsep
rechtsct muncul di abad ke-19 yang pertama kali dicetuskan oleh Julius Stahl. Pada
43
saatnya hampir bersamaan muncul pula konsep negara hukum (rule of Law) yang
dipelopori oleh A.V.Dicey.
Konsep rechtstaat menurut Julius Stahl secara sederhana dimaksudkan
dengan
negara
hukum
adalah
negara
yang
menyelenggarakan
kekuasaan
pemerintahannya didasarkan pada hukum. Konsep Negara hukum atau Rechtsataat
menurut Julius Stahl mencakup 4 elemen, yaitu :
1. Perlindungan hak asasi manusia;
2. Pembagian kekuasaan;
3. Pemerintahan berdasarkan undang-undang;
4. Peradilan tata usaha Negara.
Sedangkan menurut A.V.Dicey menguraikan adanya 3 (tiga) ciri penting
negara hukum yang disebut dengan Rule of Law, yaitu :
1. Supermasi hukum, artinya tidak boleh ada kesewenang-wenangan,
sehingga seseorang hanya boleh dihukum jika melanggar hukum.
2. Kedudukan yang sama didepan hukum, baik bagi rakyat biasa atau pejabat
pemerintah.
3. Terjaminnya hak-hak manusia dalam undang-undang atau keputusan
pengadilan.
44
B.
Bentuk-Bentuk Perlindungan Hukum
Negara hukum pada dasarnya bertujuan untuk memberikan perlindungan
hukum bagi rakyat terhadap tindakan pemerintah dilandasi dua prinsip negara hukum,
yaitu :
1. Perlindungan hukum yang preventif
Perlindungan yang diberikan oleh pemerintah dengan tujuan untuk
mencegah sebelum terjadinya pelanggaran. Hal ini terdapat dalam peraturan
perundang-undangan dengan maksud untuk mencegah suatu pelanggaran
serta memberikan rambu-rambu atau batasan-batasan dalam melakukan
suatu kewajiban.
2. Perlindungan hukum yang represif
Perlindungan hukum represif merupakan perlindungan akhir berupa sanksi
seperti denda, penjara, dan hukuman tambahan yang diberikan apabila
sudah terjadi sengketa atau telah dilakukan suatu pelanggaran.
Kedua bentuk perlindungan hukum diatas bertumpu dan bersumber pada
pengakuan dan perlindungan hak asasi manusia serta berlandaskan pada prinsip
Negara hukum.
C.
Teori Perlindungan Hukum
Suatu hasil karya intelektual itu dihasilkan dan dikembangkan atas dasar
pemikiran dan olah otak, oleh karena itu butuh waktu yang sangat lama untuk
mendapatkan suatu hasil karya intelektual. Tidak hanya itu juga hasil karya
45
intelektual merupakan pengkajian dengan berbagai resiko-resiko yang terdapat
didalamnya. Maka perlindungan hukum terhadap pencipta lagu dan musik atau pun
perlindungan hukum terhadap lagu dan musik merupakan hal yang sewajarnya dan
mutlak karena didalam penciptaan karya intelektual terdapat resiko demikian
pandangan dari risk theory.
Penghargaan yang diberikan atas usaha atau upaya seorang pencipta atau
penemu juga diperlukan sebagaimana dijelaskan dalam reward theory bahwa
perlindungan hukum yang diberikan kepada pencipta atau penemu adalah identik
dengan penghargaan. Penghargaan ini akan memberikan rangsangan bagi para pihak
untuk menciptakan karya-karya intelektual baru, akan lebih berkreasi, sehingga akan
menghasilkan keuntungan. Pendapat demikian dikembangkan oleh incetive theory.
Teori-teori tersebut didasarkan pada 4 (empat) prinsip hak kekayaan
intelektual pada umumnya yaitu prinsip keadilan, prinsip ekonomi, prinsip
kebudayaan dan prinsip sosial.6 Prinsip keadilan berkaitan dengan penghargaan
terhadap pencipta suatu karya intelektual. Penghargaan dapat berupa materi maupun
bukan materi seperti adanya rasa aman karena dilindungi dan diakui hasil karyanya.
Prinsip ekonomi menekankan bahwa hak kekayaan intelektual merupakan suatu
bentuk kekayaan bagi pemiliknya dan kepemilikannya seseorang akan mendapatkan
keuntungan seperti lisensi, royalti dan sebagainya.
6
h.124.
Sunarjati Hartono, Hukum Ekonomi Pembangunan Indonesia, (Bandung : Binacipta, 1982),
46
Menurut prinsip kebudayaan, karya intelektual manusia dapat menimbulkan
suatu gerak hidup membangkitkan semangat dan minat untuk mendorong melahirkan
karya intelektual baru. Dengan konsep demikian maka pertumbuhan dan
perkembangan hak kekayaan intelektual sangat besar artinya bagi taraf kehidupan
peradaban dan martabat manusia. Sedangkan prinsip sosial berkaitan dengan tujuan
pemberian hak atas suatu karya intelektual yang tidak hanya memenuhi kepentingan
perseorangan atau badan hukum saja melainkan juga dapat memberikan
kemaslahatan bagi masyarkat, bangsa dan negara. Dari prinsip sosial ini secara tidak
langsung akan memberikan manfaat yang sangat besar bagi negara, dengan adanya
devisa yang masuk ke kas negara akibat pendapatan dari karya-karya intelektual.
D.
Perlindungan Hukum Hak Cipta Atas Lagu Dan Musik
1. Ciptaan Yang Di Lindungi Oleh Undang-Undang Hak Cipta
Dalam hal ini Undang-Undang Hak Cipta telah mengatur dan menjelaskan
apa saja yang menjadi objek ciptaan yang di lindungi. Berdasarkan pasal 12 UndangUndang Hak Cipta ayat 1 dalam Undang-undang ini Ciptaan yang dilindungi adalah
Ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra, yang mencakup :
a. Buku, program komputer, pamflet, perwajahan (lay out) karya tulis yang
diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lain;
b. Ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan lain yang sejenis dengan itu;
c. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu
pengetahuan;
d. Lagu atau musik dengan atau tanpa teks;
e. Drama atau drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim;
f. Seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni
kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase, dan seni terapan;
g. Arsitektur;
47
h.
i.
j.
k.
l.
Peta;
Seni batik;
Fotografi;
Sinematografi;
Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, database, dan karya lain dari
hasil pengalihwujudan.
Dalam Undang-undang Hak Cipta juga disertakan pengertian dan penjelasan
dari berbagai jenis ciptaan yang telah disebutkan di atas, diantaranya sebagai berikut :
a. Susunan perwajahan karya tulis atau typhographical arrangement yaitu
aspek seni atau estetika pada susunan dan bentuk penulisan karya tulis.
Hal ini antara lain mencakup format, hiasan, warna dan susunan atau tata
letak huruf yang secara keseluruhan menampilkan wujud yang khas.
b. Ciptaan lain yang sejenis, yaitu ciptaan-ciptaan yang belum disebutkan,
tetapi dapat disamakan dengan ciptaan seperti ceramah,kuliah dan pidato.
c. Alat peraga adalah ciptaan yang berbenuk dua ataupun tiga dimensi yang
berkaitan dengan geografi, topografi, arsitektur,biologi,atau ilmu
pengetahuan lain.
d. Lagu atau musik diartikan sebagai karya yang bersifat utuh, sekalipun
terdiri atas unsur lagu atau melodi; syair atau lirik, dan aransemennya,
termasuk notasi.
e. Gambar, antara lain meliputi: motif,diagram, sketsa, logo, dan bentuk
huruf indah, dimana gambar tersebut dibuat bukan untuk tujuan desain
industri. Kolase diartikan sebagai komposisi artistik yang dibuat dari
berbagai bahan (misalnya dari kain,kertas dan kayu) yang ditempelkan
pada permukaan gambar.
f. Arsitektur, antara lain meliputi: seni gambar bangunan dan seni gambar
miniatur, dan seni gambar market bangunan.
g. Peta adalah suatu gambaran dari unsur-unsur alam dan/atau buatan
manusia yang berada diats ataupun dibawah permukaan bumi yang
digambarkan pada suatu bidang datar dengan skala tertentu.
h. Batik yang dibuat secara konvensional dilindungi dalam undang-undang
ini sebagai bentuk ciptaan tersendiri.Karya-karya tersebut memperoleh
perlindungan karena mempunyai nilai seni, baik pada ciptaan
motif,gambar, maupun komposisi warnanya. Pengertian seni batik juga
diterapkan pada karya tradisional lainnya yang merupakan kekayaan
bangsa Indonesia yang terdapat diberbagai daerah, seperti seni
songket,ikat, dan lain-lain yang dewasa ini terus dikembangkan.
i. Karya sinematografi yaitu ciptaan yang merupakan media komunikasi
masa gambar bergerak (moving images) antara lain film dokumenter, film
48
iklan, reportase atau film cerita yang dibuat dengan skenario, dan film
kartun.Karya ini dibuat dalam pita seluloid, pita video, piringan video,
cakram optik dan/atau media lain yang memungkinkan untuk
dipertunjukkan di bioskop, dilayar lebar, ditayangkan televisi, atau media
lainnya.
j. Bunga rampai, meliputi ciptaan dalam bentuk buku yang berisi kumpulan
berbagai karya tulis pilihan, himpunan lagu-lagu pilihan yang direkam
dalam satu kaset, cakram optik, atau media lainnya,serta komposisi dari
berbagai karya tari pilihan.
k. Database, diartikan sebagai kompilasi data dalam bentuk apapun yang
dapat dibaca oleh mesin (komputer) atau dalam bentuk lain, dimana
karena alasan pemilihan atau pengaturan atas isi data itu merupakan kreasi
intelektual. Perlindungan terhadap database diberikan dengan tidak
mengurangi hak pencipta lain yang ciptaannya dimasukkan dalam
database tersebut.
l. Pengalihwujudan adalah perubahan bentuk, misalnya dari bentuk patung
menjadi lukisan, cerita roman menjadi drama, atau film dan lain-lain.
2. Perlindungan Hukum Hak Cipta Atas Lagu Dan Musik
Pada huruf d pasal 12 ayat 1 Undang-Undang Hak Cipta disebutkan bahwa
lagu dan musik merupakan suatu ciptaan yang dilindungi di dalamnya, walaupun lagu
atau musik diciptakan dengan atau tanpa teks. Kententuannya sudah jelas bahwa lagu
dan musik termasuk dalam ruang lingkup ciptaan yang dilindungi oleh UndangUndang Hak Cipta.
Jika dicermati hak cipta sebagai hak milik maka perlu adanya perlindungan
terhadap hak cipta itu. Perlindungan tersebut diberikan oleh Undang-Undang Hak
Cipta untuk menstimulir atau merangsang aktivitas para pencipta. Undang-Undang
Hak Cipta secara tegas telah mengatur tentang pengertian pencipta, ciptaan yang
dilindungi dan hak-hak yang melekat kepada pencipta atau yang berkaitan dengan
ciptaannya. Pengaturan ini membawa konsekuensi hak-hak yang hanya boleh
49
dinikmati dan dilaksanakan oleh pencipta atau pemegang hak cipta. Prinsip-prinsip
ini merupakan prinsip-prinsip utama yang dapat diaplikasikan ke dalam lingkup
perlindungan hukum terhadap hak cipta.
Prinsip dasar dalam perlindungan hak cipta adalah bahwa seseorang pencipta
memiliki hak untuk mengeksploitasi hasil karyanya dan pihak lain dilarang untuk
meniru hasil kreatif yang diciptakan olehnya. Suatu karya agar dapat dilindungi hak
cipta harus bersifat asli (original), rampung (fixed), dan merupakan suatu bentuk
ekspresi (form of expression).7
Pentingnya perlindungan HKI khususnya hak cipta atas lagu dan musik tidak
hanya diperlukan bagi pencipta dengan alasan nilai ekonomis ataupun menjaga
kreatifitas dan keorisinilan dari sebuah karya seni dan ilmu pengetahuan, namun juga
perlu diperhatikan tujuan yang lebih besar lagi adalah menjaga harkat dan martabat
bangsa terhadap negara lain. Hubungan yang terjadi bukan hanya pada sisi antar
personal atau sebuah badan hukum, namun yang lebih penting adalah menyelamatkan
negara dari pelanggaran HKI yang dilakukan oleh negara lain atau klaim secara
sepihak oleh warga negara lain terhadap hasil cipta karya pencipta dalam negeri.
Perlindungan hak kekayaan intelektual (HKI) pada dasarnya mempunyai
urgensi tersendiri. Urgensinya, bahwa seluruh hasil karya intelektual akan dapat
dilindungi. Arti kata dilindungi disini akan berkorelasi pada tiga tujuan hukum,
yakni; Pertama, kepastian hukum artinya dengan dilindunginya HKI akan sangat jelas
7
Scot W Pink, The Internet & E-Commerce Legal Handbook, (California : Prime Venture,
2001), h.153.
50
siapa sesungguhnya pemilik atas hasil karya intelektual (HKI); Kedua, kemanfaatan,
mengadung arti bahwa dengan HKI dilindungi maka akan ada manfaat yang akan
diperoleh terutama bagi pihak yang melakukan perlindungan itu sendiri, semisal;
dapat memberikan lisensi bagi pihak yang memegang hak atas HKI dengan manfaat
berupa pembayaran royalti (royalty payment); dan Ketiga, keadilan, adalah dapat
memberikan kesejahteraan bagi pihak pemegang khususnya dalam wujud
peningkatan pendapatan dan bagi negara dapat menaikan devisa negara.
Perlindungan hukum yang diberikan oleh negara terhadap hak cipta atas lagu
dan musik disebutkan didalam prinsip national treatment dalam TRIP’s bahwa “setiap
anggota wajib memberikan perlindungan yang sama terhadap kekayaan intelektual
warga anggota lain seperti perlindungan yang diberikan kepada warganya sendiri”.
Adapun hak pemegang hak cipta yang dilindungi di berbagai negara dimana
hak-hak eksklusif pemegang hak cipta yang diakui dan dilindungi oleh sebagian besar
undang-undang hak cipta adalah hak untuk mereproduksi atau menyalin,
mengadaptasi (yaitu, mempersiapkan karya turunan), mendistribusikan dan publik
melakukan pekerjaannya. Sifat yang tepat dari hak-hak ini, bagaimanapun, sering kali
berbeda antar negara. Hak eksklusif untuk menampilkan umumnya tidak diakui di
luar Amerika Serikat, kecuali sejauh bahwa hal tersebut dapat dilindungi oleh hak
moral pengungkapan.
BAB IV
ANALISA PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK CIPTA ATAS
LAGU DAN MUSIK DI MEDIA INTERNET
A.
Penerapan Hak Cipta Atas Lagu Dan Musik Di Media Internet
Pada dasarnya penerapan hak cipta di media internet sama saja dengan di
media lainnya. Walaupun pencipta belum mendaftarkan sebuah karya ciptaannya hal
ini bukan berarti tidak ada hak yang dimiliki oleh pencipta, karena pada prinsipnya
salah satu konsep dasar pengakuan lahirnya hak atas hak cipta adalah sejak suatu
gagasan itu dituangkan atau diwujudkan dalam bentuk yang nyata (tangible form).
Pengakuan lahirnya hak atas hak cipta tersebut tidak diperlukan suatu formalitas atau
bukti tertentu, berbeda dengan hak-hak dari pada hak atas kekayaan intelektual
lainnya, seperti paten, merek, desain industri, dan desain tata letak sirkuit terpadu.
Timbulnya atau lahirnya hak tersebut diperlukan suatu formalitas tertentu yaitu
dengan terlebih dahulu mengajukan permohonan pemberian hak. Dengan demikian
lahirnya hak atas paten, merek, desain industri dan desain tata letak sirkuit terpadu
terlebih dahulu melalui suatu permohonan, tanpa adanya permohonan, maka tidaklah
ada pengakuan terhadapnya. Berbeda dengan hak cipta, hak cipta secara otomatis
lahir sejak ciptaan itu diciptakan atau diwujudkan dalam bentuk nyata.
Berdasarkan penjelasan Pasal 5 ayat (2) ditegaskan bahwa pada prinsipnya
hak cipta diperoleh bukan karena pendaftaran, tetapi dalam hal terjadi sengketa di
Pengadilan mengenai Ciptaan yang terdaftar dan tidak terdaftar sebagaimana
51
52
dimaksud pada ketentuan ayat (1) huruf a huruf b, serta apabila pihak-pihak yang
berkepentingan membuktikan kebenarannya, hakim dapat menentukan Pencipta yang
sebenarnya berdasarkan pembuktian tersebut.
B.
Sanksi Pelanggaran Hak Cipta Atas Lagu Dan Musik Di Media Internet
1. Sanksi Pelanggaran Hak Cipta Atas Lagu Dan Musik Di Media Internet
Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta
Undang-Undang Hak Cipta telah mengatur dan menyediakan dua sarana
hukum yang dapat dipergunakan untuk menindak pelaku pelanggaran terhadap Hak
Cipta di media internet, yaitu melalui sarana instrumen hukum pidana dan hukum
perdata, bahkan, dalam Undang-Undang Hak Cipta, penyelesaian sengketa di bidang
hak cipta dapat dilakukan di luar pengadilan melalui arbitrase atau alternatif
penyelesaian sengketa lainnya. Dalam pasal 66 Undang-Undang Hak Cipta Nomor 19
Tahun 2002 dinyatakan bahwa: “hak untuk mengajukan gugatan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 55, pasal 56, dan Pasal 65 tidak mengurangi hak Negara untuk
melakukan tuntutan terhadap pelanggaran hak cipta”.
Dalam hal pelanggaran hak cipta terdapat gugatan ganti rugi, peristiwa ganti
rugi bukanlah peristiwa yang berdiri sendiri, melainkan ada kaitan dengan peristiwa
sebelumnya. Dalam terminologi hukum perdata, peristiwa yang mendahuluinya itulah
yang perlu diungkapkan. Dalam hal ini sang pencipta dari suatu karya lagu dan musik
tidaklah dapat meminta ganti rugi kepada orang yang tidak ada sangkut pautnya
dengan peristiwa yang menyebabkan timbulnya kerugian tersebut. Jadi antara orang
53
yang menderita kerugian dengan orang membuat peristiwa kerugian itu harus ada
hubungan, hubungan tersebut disebut perikatan.
Apabila melihat kepada pasal 56 ayat 2 disebutkan bahwa pemegang hak cipta
berhak memohon kepada Pengadilan Niaga agar memerintahkan penyerahan seluruh
atau sebagian penghasilan yang diperoleh dari penyelenggaraan ceramah, pertemuan
ilmiah, pertunjukan dan pameran karya, yang merupakan hasil pelanggaran hak cipta.
Dari ketentuan tersebut disebutkan “seluruh atau sebagian penghasilan yang
diperoleh dari pertunjukan dan karya ilmiah”, dalam hal ini seseorang yang telah
dilanggar hak ciptanya dapat mengajukan permintaan agar hak ekonomi yang
seharusnya menjadi milik pencipta dapat dimiliki oleh sang pencipta. Media internet
sangat berpotensi dalam penyebaran hak cipta atas lagu atau musik, sanksi tegas
terhadap para pelanggar hak cipta telah di jelaskan didalam Undang-Undang Hak
cipta pasal 72.
Hak dari pemegang hak cipta untuk mengajukan tuntutan perdata tidak
berlaku lagi terhadap ciptaan yang berada pada pihak yang tidak memperdagangkan
ciptaan yang didapat atas pelanggaran hak cipta dan memperolehnya semata-mata
untuk keperluan sendiri dan tidak digunakan untuk kegiatan komersial dan atau
kepentingan yang berkaitan dengan komersial. Pasal 57 Undang-Undang Hak Cipta
tahun 2002 menyatakan bahwa hak dari pemegang hak mengenai siapa yang berhak
mengajukan tuntutan perdata terhadap cipta sebagaimana dimaksud dalam pasal 56
tidak berlaku terhadap ciptaan yang berada pada pihak yang dengan itikad baik
54
memperoleh ciptaan tersebut semata-mata untuk keperluan sendiri dan tidak
digunakan untuk suatu kegiatan komersial dan atau kepentingan yang berkaitan
dengan komersial. Dengan demikian, hak pemegang hak cipta untuk mengajukan
gugatan ganti rugi atas pelanggaran hak ciptanya menjadi gugur terhadap ciptaan
yang berada pada pihak yang dengan itikad baik memperoleh ciptaan tersebut
ternyata tidak diperdagangkanya dan hanya diperuntukkan atau diperolehnya untuk
keperluan sendiri saja.
Ada beberapa pilihan yang dapat dituntut oleh penggugat dalam gugatan ganti
rugi, yaitu sebagai berikut:
a. Ganti rugi sejumlah uang sebagai kompensasi dari kerugian faktual yang
telah dialami oleh penggugat. Jumlah ini dapat berupa sejumlah royalti
yang seharusnya diterima oleh penggugat jika hak eksklusif pencipta yang
telah dilanggar tergugat tersebut dilaksanakan dengan perjanjian lisensi;
b. Penyitaan terhadap benda yang diumumkan atau diperbanyak secara tanpa
hak oleh penggugat;
c. Memerintahkan agar tergugat menyerahkan seluruh atau sebagian dari
penghasilan yang telah diperoleh dari perbuatan pelanggaran hak cipta;
d. Menuntut agar pengadilan niaga menjatuhkan putusan provinsi yang
memerintahkan tergugat untuk menghentikan kegiatan pengumuman
dan/atau perbanyakan barang yang merupakan hasil pelanggaran hak
cipta.1
Sanksi terhadap pelanggaran terhadap hak cipta di media internet secara tidak
langsung telah di atur dalam pasal 72 Undang-Undang Hak Cipta akan tetapi di
dalam Undang-Undang tersebut tidak dijelaskan secara terperinci mengenai sanksi
1
h.264.
Elyta Ras Ginting, Hukum Hak Cipta Indonesia, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2012),
55
terhadap pelanggaran di media internet. Penulis menganalisa bahwa dalam pasal 72
ayat
2 tersebut pun sudah cukup jelas dalam hal mengatur terhadap sanksi
pelanggaran hak cipta di media internet karena dalam pasal 72 ayat 2 disebutkan
“sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu
Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta” tanpa menyebutkan di media
manapun. Seseorang yang tanpa hak telah menyiarkan, memamerkan dan
mengedarkan suatu karya cipta yang bukan merupakan haknya dalam bentuk apapun
atau di media (internet) manapun maka sudah sangat jelas sanksi denda yang telah
disebutkan dalam pasal 72 akan diberikan kepada pelanggar hak cipta.
Terhadap sanksi yang diberikan akan pelanggaran hak cipta di media internet,
di dalam Undang-Undang Hak Cipta Bab XIII telah disebutkan mengenai ketentuan
pidana pasal 72 atas pelanggaran karya cipta yaitu :
1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana
dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau
denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara
paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp
5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau
menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta
atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
3. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak memperbanyak penggunaan untuk
kepentingan komersial suatu Program Komputer dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
4. Barangsiapa dengan sengaja melanggar Pasal 17 dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
56
5. Barangsiapa dengan sengaja melanggar Pasal 19, Pasal 20, atau Pasal 49 ayat
(3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).
6. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 24 atau Pasal 55
dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).
7. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 25 dipidana
dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).
8. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 27 dipidana
dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).
9. Barangsiapa dengan sengaja melanggar Pasal 28 dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp
1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah).
2. Sanksi Pelanggaran Hak Cipta Atas Lagu Dan Musik Di Media Internet
Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi
Transaksi Elektronik
Pengaturan terhadap pelanggaran Hak Cipta tidak hanya diatur dalam
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002, tetapi juga diatur dalam Undang- Undang
Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi Transaksi Elektronik (ITE). Dalam Pasal 25
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi Transaksi Elektronik
(ITE) berbunyi : "Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang disusun
menjadi karya intelektual, situs internet, dan karya intelektual yang ada di dalamnya
dilindungi sebagai Hak Kekayaan Intelektual berdasarkan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan".
Undang-Undang ITE menjelaskan setiap perbuatan yang di larang dalam bab
VII pasal 32ayat 1 “setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum
57
dengan cara apa pun mengubah, menambah, mengurangi, melakukan transmisi,
merusak,
menghilangkan,
memindahkan,
menyembunyikan
suatu
informasi
elektronik dan/atau dokumen elektronik milik orang lain atau milik publik”. Menurut
pasal ini maka akan timbul pertanyaan apakah lagu dan musik termasuk dalam
kategori informasi elektronikdan/atau dokumen elektronik?. Undang-Undang ITE
telah menjelaskan pengertian dari informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik
dalam pasal 1 ayat 1 dan ayat 4.
Informasi Elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik, termasuk
tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, electronic data
interchange (EDI), surat elektronik (electronic mail), telegram, teleks, telecopy atau
sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode Akses, simbol, atau perforasi yang telah diolah
yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya.
Dokumen Elektronik adalah setiap Informasi Elektronik yang dibuat, diteruskan,
dikirimkan, diterima, atau disimpan dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik,
optikal, atau sejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan, dan/atau didengar melalui
Komputer atau Sistem Elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara,
gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode Akses,
simbol atau perforasi yang memiliki makna atau arti atau dapat dipahami oleh orang
yang mampu memahaminya.
Menurut pasal 1 ayat 1 di sebutkan data elektronik termasuk suara dan
gambar, sedangkan dalam pasal 1 ayat 4 disebutkan pun disebutkan demikian. Jika
58
diartikan maka lagu dan musik masuk kedalam kriteria suara yang mempunyai
kapasitas untuk dibuat, diterima, dan disimpan dalam bentuk bentuk analog, digital,
elektromagnetik, optikal, atau sejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan, dan/atau
didengar melalui Komputer atau Sistem Elektronik.
Dalam pasal
26 ayat 2 Undang-Undang ITE menjelaskan bahwa setiap
orang yang dilanggar haknya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat mengajukan
gugatan atas kerugian yang ditimbulkan berdasarkan Undang-Undang ini.
Didalam Undang-Undang ITE ini menjelaskan bahwa setiap orang dapat
mengajukan gugatan terhadap pihak yang menyelenggarakan Sistem Elektronik
dan/atau menggunakan Teknologi Informasi yang menimbulkan kerugian. Dari
ketentuan dan penjelasan diatas maka dapat dismpulkan bahwa seseorang yang
melakukan pelanggaran terhadap hak cipta atas lagu dan musik di media internet
masuk dalam lingkup ketentuan pidana bab XI yang telah diatur dalam UndangUndang ITE dalam pasal 48 ayat 1 “setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 8
(delapan) tahun dan/atau denda paling banyak Rp2.000.000.000,00 (dua miliar
rupiah)”.
C.
Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Atas Lagu Dan Musik Di Media
Internet
Menurut keputusan komisi fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) nomor 1
tahun 2003 tentang hak cipta dalam ketentuan umumnya menyebutkan :
59
1. Dalam hukum islam, hak cipta dipandang sebagai salah satu huquh
maliyyah (hak kekayaan) yang mendapat perlindungan hukum (mashun)
sebagaimana mal (kekayaan);
2. Hak cipta yang mendapat perlindungan hukum islam sebagaiman
dimaksud angka 1 tersebut adalah hak cipta atas ciptaan yang tidak
bertentangan dengan hukum islam;
3. Sebagaimana mal, hak cipta dapat dijadikan objek akad (al-ma‟qud
„alaih), baik akad mu‟awaadhah (penukaran, komersial), maupun akad
tabarru‟at (non-komersial), serta diwakafkan dan diwarisi;
4. Setiap bentuk pelanggaran terhadap hak cipta, terutama pembajakan,
merupakan kezaliman yang hukumnya adalah haram.2
Menurut DR. Otto Hasibuan menurut pasal 12 ayat 1 undang-undang hak
cipta, lagu dan musik dianggap sama pengertiannya, lagu atau musik bisa dengan teks
dan bisa juga tanpa teks, lagu atau musik merupakan satu karya cipta yang utuh yang
terdiri dari unsur melodi, lirik, aransemen, dan notasi bukan merupakan ciptaan yang
berdiri sendiri. Pengertian yang demikian ini sekilas tidak menimbulkan masalah,
tetapi jika disimak lebih jauh akan menciptakan kerancuan, karena: pertama, ada
kalanya sebuah lagu menggunakan lirik yang berasal dari sebuah puisi, sementara
puisi termasuk ciptaan karya sastra yang mendapat perlindungan tersendiri, baik
dalam Konvensi Bern maupun dalam Undang-Undang Hak Cipta. Kedua, aransemen
2
Keputusan Fatwa Komisi Fatwa MUI No.1 Tahun 2003 Tentang Hak Cipta
60
musik (arrangement music) adalah karya turunan (derivative work) yang menurut
Konvensi Bern dilindungi sebagai ciptaan yang berdiri sendiri, setara dengan karya
terjemahan (translation). Anehnya, dalam Undang-Undang Hak Cipta diakui bahwa
karya terjemahan merupakan ciptaan yang dilindungi secara tersendiri, tetapi
aransemen musik tidak. Ketiga, dalam Undang-Undang Hak Cipta diakui bahwa
pemusik merupakan salah satu unsur dari pelaku yang merupakan pemegang hak
terkait. Akan tetapi tidak ada penjelasan apakah pemusik yang disebut sebagai pelaku
itu adalah penata musik (arranger) atau pemain musik, atau keduanya.3
Di dalam Undang-Undang Hak Cipta sebuah karya cipta akan mendapatkan
perlindungan hukum apabila ciptaan setiap karya pencipta dapat menunjukkan
keasliannya. Prinsip ini menegaskan bahwa setiap karya cipta tidak akan dilindungi
oleh Undang-Undang ini apabila sebuah karya cipta tersebut tiruan dari karya cipta
orang lain.
Sebuah karya lagu dan musik yang telah beredar di media internet dalam
bentuk video atau hanya lagu dan musiknya saja, akan tetapi belum diketahui secara
jelas pencipta dari lagu dan musik yang telah beredar tersebut maka apabila ada
seseorang yang mampu membuktikan bahwa dirinya sebagai pencipta dari sebuah
karya lagu tersebut dan menunjukkan keaslian bahwa ciptaan tersebut bukan
3
Otto Hasibuan, Hak Cipta di Indonesia Tinjauan Khusus Hak Cipta Lagu, Neighbouring
Rights, dan Collecting Society, (Bandung : PT. Alumni, 2008), h.146.
61
dihasilkan dari sebuah tiruan atas karya orang lain, secara otomatis hak cipta atas lagu
dan musik yang telah beredar di internet tersebut menjadi miliknya.
Pada dasarnya perlindungan hukum di media internet tidak jauh berbeda
dengan perlindungan hukum terhadap hak cipta sebagaimana mestinya. Karena
prinsip dasar perlindungan hukum terhadap hak cipta atas lagu dan musik di media
internet adalah perlindungan hak cipta tidak diberikan kepada ide atau gagasan
karena setiap karya cipta harus memiliki bentuk yang khas, bersifat pribadi dan
menunjukkan keaslian sebagai ciptaan yang lahir berdasarkan kemampuan,
kreativitas, atau keahlian sehingga ciptaan itu dapat dilihat, dibaca, atau didengar.
Kententuan akan perlindungan hukum terhadap hak cipta atas lagu dan musik
di media internet tidak hanya diatur oleh Undang-Undang Hak Cipta saja akan teteapi
didalam ketentuan umum Undang-Undang ITE pasal 25 dijelaskan bahwa Informasi
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang disusun dan didaftarkan sebagai karya
intelektual, hak cipta, paten, merek, rahasia dagang, desain industri, dan sejenisnya
wajib dilindungi oleh Undang-Undang ini dengan memperhatikan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan. Apabila diartikan maka hak cipta khususnya hak
cipta atas lagu dan musik di media internet merupakan objek yang dilindungi oleh
Undang-Undang ITE ini.
62
D.
Analisa Putusan Mahkamah Agung Nomor 385 K/Pdt.Sus/2009
1. Posisi Kasus Band Caramel
Pada awalnya sebuah band asal Makassar, Sulawesi Selatan, bernama
Caramel (dalam putusan Mahkamah Agung sebagai Tergugat) gusar karena
lagu “Jauh” ciptaan mereka dinyanyikan dan diklaim milik band lain. Entah
kebetulan atau disengaja, band yang mereka tuduh pencuri lagu itu bernama Caramel
juga (dalam putusan Mahkamah Agung sebagai Penggugat), band tersebut berasal
dari Malang, Jawa Timur. Caramel asal Malang itu menyanyikan dan lebih dulu
mempublikasikan lagu itu di bawah label yang berbeda. Caramel Malang mengganti
judul lagu tersebut menjadi “Tinggal Kenangan”.
Rifai Ilyas, gitaris Caramel asal Makassar menceritakan, lagu itu di ciptakan
lima tahun silam. Masih jelas dalam ingatan, lagu itu tercipta pada malam Idul Fitri
2003. Tiga tahun kemudian, teman Rifai Ilyas, Abe meminta izin untuk membawakan
lagu "Jauh" di sebuah acara hari jadi sanggar seni di kampusnya. Rifai Ilyas merestui,
dengan syarat tidak ada yang merekam Abe menyanyikan lagu tersebut. Sayangnya
mereka kecolongan. Rekaman video Abe menyanyikan lagu “Jauh” beredar di
internet.
Perseteruan ini pun akhirnya dibawa ke Pengadilan Niaga oleh pihak band
caramel asal Makasar ke Pengadilan Niaga Surabaya akan tetapi band caramel asal
Malang membawa perseteruan ini ke Pengadilan Niaga Jakarta Pusat dan pada
63
akhirnya sampai kepada tingkat kasasi yang mempunyai keputusan yang tetap dan
tertuang dalam putusan Mahkamah Agung Nomor 385 K/Pdt.Sus/2009.
2. Pertimbangan Dan Putusan Mahkamah Agung
Dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor 385 K/Pdt.Sus/2009 terdapat
beberapan pertimbangan hakim dalam memori kasasi yang diajukan oleh pemohon
kasasi yang pada pokoknya adalah :
I. Salah Menerapkan Atau Melanggar Hukum Yang Berlaku.4
a. Bahwa Putusan Pengadilan Negeri/Niaga Jakarta Pusat telah salah
menerapkan dan melaksanakan Hukum Acara Perdata yang berlaku sehingga
Pemohon Kasasi sangat beralasan untuk mengajukan Permohonan kasasi
sebagaimana diatur dalam Pasal 30 ayat 1 Undang-undang Mahkamah Agung.
b. Bahwa Majelis Hakim Pengadilan Negeri/Niaga Jakarta Pusat telah salah
menerapkan hukum yang harus diberlakukan untuk memeriksa Gugatan
Penggugat/Pemohon Kasasi tentang Pembatalan Ciptaan sebagaimana diatur
dalam Pasal 42 Undang-undang Hak Cipta No. 19 Tahun 2002 dengan alasan
sebagai berikut :
i.
Bahwa Penggugat / Pemohon Kasasi dengan adanya Putusan Pengadilan
Negeri/Niaga Surabaya Nomor 07/HAKI /Pdt /2008/ PN.Niaga/PN.
SBY. Tanggal 3 September 2008. yang telah mempunyai kekuatan
4
Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 385 K/Pdt.Sus/2009 h.17
64
hukum tetap jelas dinyatakan penggugat/Pemohon Kasasi adalah sebagai
Pencipta Lagu dengan judul Tinggal Kenangan.
Dalam hal adanya Gugatan Rekonpensi dari Tergugat II/Termohon
Kasasi sehingga substansi Gugatan Penggugat/Pemohon Kasasi tentang
Pembatalan Nomor Pendaftaran yang dikeluarkan oleh Tergugat
I/Termohon Kasasi sama sekali tidak ada diperiksa oleh Majelis Hakim
Pengadilan Negeri /Niaga Jakarta Pusat. Karena sebenarnya pada
dasarnya stelsel Hukum yang menjadi Pemilik Hak Cipta atas lagu
Tinggal Kenangan adalah Penggugat/Pemohon Kasasi.
ii.
Bahwa dengan demikian Keputusan Majelis Hakim Pengadilan
Negeri/Niaga Jakarta Pusat tersebut telah salah menerapkan Undangundang No. 19 Tahun 2002 Pasal 42 khusus mengenai Gugatan
Pembatalan.
c. Pada halaman 40 alinea ke 4 Putusan Pengadilan Negeri/Niaga Jakarta Pusat
menyatakan "Bahwa terhadap Bukti P-1 Majelis berpendapat pada prinsipnya
adalah merupakan alat bukti surat yang mempunyai nilai pembuktian yang
sempurna bagi pihak yang bersengketa karena memang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap akan tetapi bila berkaitan dengan pihak ketiga yang
juga merasa sebagai pencipta lagu tersebut putusan tersebut masih bisa diuji
kebenarannya apabila ada pihak yang berhasil membuktikan sebaliknya.
Bahwa apabila Majelis Hakim Pengadilan Negeri/Niaga Jakarta Pusat dengan
65
kata-kata yang menyebutkan Putusan tersebut diuji kebenarannya maka
bukanlah menjadi Kewenangan karena Putusan yang telah dijatuhkan di
Pengadilan Negeri/Niaga Surabaya telah memuat Dasar Alasan yang jelas dan
rinci sesuai dengan Pasal 23 Undang-undang No.14 Tahun 1970 sebagaimana
diubah dengan Undang-undang No. 35 Tahun 1999 sekarang dalam Pasal 25
ayat 1 Undang-undang No. 4 Tahun 2007.
d. Bahwa Putusan Pengadilan Negeri/Niaga Jakarta Pusat telah melanggar asas
yang digariskan dalam Pasal 178 ayat 2 HIR Pasal 189 ayat 2 RBg dan Pasal
50 Rv, dimana Putusan Pengadilan Negeri/Niaga Jakarta Pusat tersebut hanya
memeriksa dan mengadili Gugatan Rekonpensi dan mengabaikan Gugatan
penggugat secara keseluruhan sehingga pemeriksaan yang demikian
bertentangan dengan asas yang digariskan Undang-undang (Putusan
Mahkamah Agung No. 109/K/SIP/1960).
e. Bahwa
Putusan
Pengadilan
Negeri/Niaga
Jakarta
Pusat
dalam
pertimbangannya mengandung kontradiksi yang pada dasarnya tidak
memenuhi syarat sebagai Putusan yang jelas dan rinci sehingga cukup alasan
menyatakan Putusan yang dijatuhkan melanggar asas yang digariskan pada
Pasal 178 ayat 1 HIR Pasal 189 ayat 1 RBg dan Pasa 19 Undang-undang
Nomor 4 Tahun 2004 sehingga Putusan Pengadilan Negeri/Niaga Jakarta
Pusat harus dibatalkan agar tidak ada dualisme Keputusan.
66
II. Kewenangan Relatif (Kompetensi Relatif) Pengadilan Negeri.5
a. Bahwa Pengadilan Negeri/Niaga Jakarta Pusat telah keliru dan salah
mengadili dan memeriksa Perkara Dalam Rekonvensi Gugatan Tergugat
II/Termohon Kasasi dengan alasan sebagai berikut :
i.
Bahwa dengan Keputusan Pengadilan Negeri/Niaga Jakarta Pusat
memeriksa dan mengadili Gugatan Rekonvensi Tergugat II khusus
mengenai siapa pencipta lagu yang dipersengketakan bahwa berdasarkan
ketentuan penjelasan Pasal 5 ayat 2 Undang-undang No. 19 Tahun 2002
pada prinsipnya Hak Cipta diperoleh bukan karena Pendaftaran tetapi
dalam hal terjadi sengketa di Pengadilan mengenai ciptaannya yang
terdaftar dan yang tidak terdaftar sebagaimana dimaksud pada ketentuan
ayat 1 huruf a dan b serta apabila pihak-pihak yang berkepentingan
dapat membuktikan kebenarannya hakim dapat menentukan pencipta
yang sebenarnya berdasarkan pembuktian tersebut.
ii.
Bahwa Pengadilan Negeri/Niaga Surabaya telah memeriksa dan
mengadili perkara yang sama dimana Penggugat/Pemohon Kasasi
kedudukannya pada saat itu adalah sebagai Tergugat (Vide Bukti P 1
Putusan Pengadilan Negeri / Niaga Surabaya) dan Gugatan tersebut di
tujukan ke Pengadilan Negeri Niaga Surabaya sesuai dengan kedudukan
/ domisili Tergugat di Surabaya. Bahwa menurut pendapat Pemohon
5
Ibid, h.19
67
karena Putusan Pengadilan Negeri/Niaga Surabaya telah menetapkan
Penggugat/Pemohon Kasasi sebagai Pencipta Lagu dengan judul
Tinggal Kenangan, maka Pemohon Kasasi mengajukan Gugatan
Pembatalan Nomor Pendaftaran Hak Cipta yang telah dikeluarkan oleh
Dirjen Haki dengan judul yang berbeda yakni Jauh syair dan Notasi
sama sesuai dengan kewenangan Pengadilan Negeri/Niaga Jakarta Pusat
untuk memeriksa dan mengadili berdasarkan Domisili Tergugat
I/Termohon Kasasi.
b. Bahwa Penggugat/Pemohon Kasasi dalam Gugatan Penggugat sebagai syarat
Formil Gugatan, karena Tergugat II adalah pihak yang memohonkan
pendaftaran dan yang dikabulkan oleh Tergugat I/Termohon Kasasi, maka
atas gugatan tersebut Tergugat II/Termohon Kasasi mengajukan Gugatan
Rekonpensi,
atas
dasar
Gugatan
Rekonpensi
tersebut
sehingga
Penggugat/Pemohon Kasasi berpendapat bahwa :
i.
Pengadilan Negeri/Niaga Jakarta Pusat telah melanggar ketentuan Pasal
118 HIR Pasal 142 Rbg tanpa mengurangi ketentuan pasal 99Rv
berdasarkan prinsip proses doelmatigheid.
ii.
Bahwa Pengadilan Negeri/Niaga Jakarta Pusat telah melanggar
ketentuan Kompetensi Relatif atau yuridiksi Relatif masing-masing
Peradilan.
68
c. Bahwa Keputusan Pengadilan Negeri/Niaga Jakarta telah melanggar patokan
yang digariskan pasal 118 ayat 1 HIR yang menegaskan :
i.
Yang berwenang mengadili suatu perkara adalah Pengadilan Negeri
Tempat Tinggal Tergugat dalam hal ini Penggugat/pemohon Kasasi
adalah sebagai Tergugat Rekonvensi yang berkedudukan di Surabaya.
ii.
Oleh karena itu agar Gugatan yang diajukan Penggugat Rekonvensi
dalam Perkara ini tidak melanggar batas Kompetensi Relative Gugatan
harus diajukan dan dimasukkan kepada Pengadilan Negeri yang
berkedudukan di wilayah atau daerah Hukum tempat Tinggal Tergugat,
d. Bahwa dengan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat memeriksa dan mengadili
Gugatan penggugat Rekonpensi /Tergugat I /Termohon Kasasi, maka
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat telah melanggar ketentuan Pasal 118 HIR
Pasal 142 RBg).
e. Bahwa atas dilanggarnya Kompetensi Relatif mengadili tersebut, maka
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat telah melanggar asas Actor Sequitur Forum
Rei (Actor Rei Forum Sequitor)
f. Bahwa tempat kedudukan daerah Hukum menentukan batas Kompetensi
Relatif mengadili setiap Pengadilan Negeri meskipun Perkara yang
disengketakan termasuk yurisdiksi absolute, Pengadilan Negeri berwenang
mengadilinya namun kewenagan Absolut itu dibatasi oleh kewenangan
mengadili secara Relative. Jika perkara yang terjadi berada diluar daerah
69
hukumnya secara relative Pengadilan Negeri tersebut tidak berwenang
mengadilinya. Apabila terjadi pelampauan batas daerah Hukum berarti
Pengadi lan yang bersangkutan melakukan tindakan melampaui batas
kewenangan (Exceeding its Power).Tindakan itu berakibat pemeriksaan dan
Putusan yang dijatuhkan oleh Pengadilan Negeri tidak sah, oleh karena itu
Putusan tersebut yang dijatuhkan dilakukan oleh Pengadilan Negeri yang
tidak berwenang untuk itu.
Menimbang, bahwa terhadap alasan-alasan tersebut Mahkamah Agung
berpendapat :
bahwa alasan-alasan kasasi tersebut tidak dapat dibenarkan, Judex Facti tidak
salah menerapkan hukum karena antara lagu ”tinggal kenangan” dengan lagu ”jauh”
terdapat persamaan pada pokoknya, dan lagu ”Jauh” sudah terlebih dahulu
diumumkan/dipublikasikan dari pada lagu “tinggal kenangan” ;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, lagi pula ternyata
bahwa putusan Judex Facti dalam perkara ini tidak bertentangan dengan hukum
dan/atau undang-undang, maka permohonan kasasi yang diajukan oleh Pemohon
Kasasi : Mochamad Zulohaidir dan kawan-kawan (Group Band Caramel) tersebut
harus ditolak;
Menimbang, bahwa oleh karena permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi
ditolak, maka Pemohon Kasasi dihukum untuk membayar biaya perkara dalam
tingkat kasasi ini;
70
Memperhatikan pasal-pasal dari Undang-Undang No. 4 Tahun 2004, UndangUndang No. 14 Tahun 1985 sebagaimana yang telah diubah dan ditambah dengan
Undang-Undang No. 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang
No. 3 Tahun 2009 serta peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan;
Atas dasar-dasar pertimbangan di atas maka para hakim Mahkamah Agung
mengadili untuk menolak permohonan kasasi dari pemohon kasasi : Mochamad
Zulohaidir, Cahyo Aprasyi, Didin Karya Sustiantyo, Indah Sulistyowati
Haryono, Angga Helmawan (group band caramel) tersebut dan menghukum
Pemohon Kasasi/Penggugat untuk membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi.
3. Analisis
Dalam putusan Mahkamah Agung Nomor 385 K/Pdt.Sus/2009 yang pada
intinya menolak permohonan kasasi oleh grup band caramel asal Malang tersebut
berlandaskan pada publikasi dari apa yang menjadi objek sengketa (lagu “jauh”
dengan lagu “tinggal kenangan”). Publikasi yang telah dilakukan oleh Rifai Ilyas
yaitu dengan adanya video rekaman lagu “jauh” pada tanggal 25 November 2005.
Video tersebut pun sudah beredar luas di media internet yang kemudian menjadi titik
terang dari kasus ini.
Grup band caramel asal Malang memang terlebih dahulu mendaftarkan karya
cipta lagu dan musiknya terlebih dahulu ke Dirjen HKI pada tanggal 19 Juni 2008
dengan judul lagu “tinggal kenangan” sedangkan Rifai Ilyas (gitaris grup band
caramel asal Makasar) mendaftarkan karya cipta lagu dan musiknya ke Dirjen HKI
71
pada tanggal 9 Juli 2008 dengan judul lagu “jauh”. Apabila penetapan hak cipta atas
suatu karya cipta ditetapkan berdasarkan pendaftaran ke Dirjen HKI maka secara
logis band caramel asal Malang sebagai pemegang hak cipta atas lagu tersebut. Akan
tetapi dalam Undang-Undang Hak Cipta pasal 35 ayat 4 menyatakan bahwa
ketentuan tentang pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak merupakan
kewajiban untuk mendapatkan hak cipta. Jika di cermati lebih dalam pasal 35 ayat (4)
Undang-Undang Hak Cipta, yang menyebutkan bahwa ketentuan tentang pendaftaran
ciptaan tidak merupakan kewajiban untuk mendapatkan hak cipta, maka perlindungan
hukum terhadap hak cipta mutlak diberikan kepada seseorang yang berhak
mendapatkannya, karena pada dasarnya perlindungan hak cipta timbul secara
otomatis, (Automatically Protection) sejak ciptaan tersebut diwujudkan dalam bentuk
yang nyata, tanpa harus melalui prosedur pendaftaran.
Pendaftaran ciptaan bukan merupakan suatu keharusan bagi pencipta atau
pemegang hak cipta, dan timbulnya perlindungan hak cipta suatu ciptaan dimulai
sejak ciptaan itu ada atau terwujud dan bukan karena pendaftaran. Hal ini berarti
suatu Ciptaan baik yang terdaftar maupun tidak terdaftar tetap dilindungi. Namun
demikian, surat pendaftaran ciptaan dapat dijadikan sebagai alat bukti awal di
pengadilan apabila timbul sengketa di kemudian hari terhadap ciptaan.
Menurut ketentuan penjelasan Pasal 5 ayat 2 Undang-undang Hak Cipta
bahwa pada prinsipnya hak cipta diperoleh bukan karena pendaftaran tetapi dalam hal
terjadi sengketa di pengadilan mengenai ciptaannya yang terdaftar dan yang tidak
72
terdaftar sebagaimana dimaksud pada ketentuan ayat 1 huruf a dan b serta apabila
pihak-pihak yang berkepentingan dapat membuktikan kebenarannya hakim dapat
menentukan pencipta yang sebenarnya berdasarkan pembuktian tersebut.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari hasil yang telah dipaparkan oleh penulis maka kesimpulan yang dapat
diambil oleh penulis adalah :
1. Penerapan hak cipta di media internet pada dasarnya sama dengan
penerapan hak cipta di media lainnya. karena pada prinsipnya hak cipta
diperoleh bukan karena pendaftaran, tetapi dalam hal terjadi sengketa di
Pengadilan mengenai Ciptaan yang terdaftar dan tidak terdaftar, serta
apabila pihak-pihak yang berkepentingan membuktikan kebenarannya,
hakim dapat menentukan Pencipta yang sebenarnya berdasarkan
pembuktian tersebut.
2. Pengaturan terhadap sanksi pelanggaran hak cipta di media internet diatur
dalam dua undang-undang yaitu Undang-Undang Hak Cipta dan UndangUndang Informasi Transaksi Elektronik. Terdapat dua sarana hukum yang
dapat dipergunakan untuk menindak pelaku pelanggaran hak cipta di
media internet, yaitu melalui instrumen hukum pidana dan hukum perdata.
3. Setiap karya cipta lagu dan musik yang telah beredar di media internet
akan mendapatkan perlindungan hukum apabila ciptaan setiap karya
pencipta dapat menunjukkan keasliannya.
73
74
B.
Saran
Dari kesimpulan yang telah dipaparkan oleh penulis maka dikemukakan
beberapa saran sebagai berikut :
1. Untuk menghidari terjadinya pelanggaran-pelanggaran di media internet
maka perlu adanya pembatasan dan kontrol terhadap aktivitas yang terkait
hak cipta media internet. Mengingat hak ekonomi dan hak moral yang
terdapat di dalam hak cipta yang sangat berpotensi adanya pelanggaran
apabila hak cipta tersebut sudah beredar luas di media internet tanpa
adanya pihak yang bertangung jawab.
2. Melihat dari kasus diatas maka pemerintah yang mempunyai wewenang
terhadap pengawasan dan kontrol terhadap hak cipta maka sudah
seharusnya pemerintah membuat suatu peraturan, website, dan atau
aplikasi tentang penyiaran dan pertunjukan hak cipta di media internet
yang bertujuan agar sertiap pencipta yang ingin mempublikasikan suatu
ciptaannya akan tetapi belum mendaftarkan ciptaannya ke Dirjen HKI bisa
terhindar dari pelanggaran-pelanggaran di media internet.
3. Perlu dijelaskan lebih jelas lagi mengenai penerapan, sanksi dan
perlindungan hak cipta di media internet agar tidak terjadi salah
pengartian akan hal ini.
Daftar Pustaka
Buku :
Atmadja, Hendra Tanu. Hak Cipta Musik atau Lagu, Jakarta: Penerbit Pasca
Sarjana Universitas Indonesia, 2003.
Ali, Ahmad. Menguak Tabir Hukum, Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis,
Jakarta : Chandra Pratama, 1996.
Affandi, Arnel. Sendi-Sendi Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Industri Perekaman
Suara, Cet.V, Bandung : Citra Aditya Bakti, 1997.
Anonim, HAKI dan Implementasinya Terhadap Litbang, Investasi & Inovasi di
Indonesia, Jakarta : Departemen Perindustrian, 2007.
Bintang, Sanusi. Hukum Hak Cipta, Bandung : Citra Aditya Bakti, 1998.
Damlan, Eddy. Hukum Hak Cipta Menuntut Beberapa Konvensi Internasional,
Undang-Undang Hak Cipta 1997 Dan Perlindungannya Terhadap Buku
Serta Perjanjian Penerbitannya, Bandung : Alumni, 1999.
Fahmi, M. Ahmadi dan Jaenal Arifin. Metode Penelitian Hukum Jakarta :
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2010.
Fairus N. H., Mahir Menggunakan Internet, Jakarta : Ganeca Exact, 2005.
Ginting, Elyta Ras. Hukum Hak Cipta Indonesia, Bandung : PT. Citra Aditya
Bakti, 2012.
Hasibuan, Otto. Hak Cipta di Indonesia Tinjauan Khusus Hak Cipta Lagu,
Neighbouring Rights, dan Collecting Society, Bandung : PT. Alumni,
2008.
Hoeve, Van. Ensiklopedia Indonesia Buku 4, Jakarta: Ichtiar Baru.
Isnaini, Yusran. Hak Cipta dan Tantangannya di Era Cyber Space, Jakarta :
Ghalia Indonesia, 2008.
Kartono, Arlo. Kreasi Seni Budaya, Jakarta : Ganeca Exact, 2007.
Kasmahidayat, Yuliawan. Learning More Art & Culture 3, Bandung : Grafindo,
2011.
75
76
Lutfiansori, Arif. Hak Cipta dan Perlindungan Folklor di Indonesia, Yogyakarta :
Graha Ilmu, 2010.
Margono, Suyud. Aspek Hukum Komersialisasi Asset Intelektual, Bandung :
Nuansa Aulia, 2010.
M. Hutauru. Peraturan Hak Cipta Nasional, Jakarta : Erlangga, 1982.
Muhammad, Abdulkadir. Kajian Hukum Ekonomi Intelektual, Bandung : Citra
Aditya Bakti, 2001.
Moleong J, Lexy. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : PT. Remaja Roda
Karya, 2004.
Munandar, Haris dan Sally Sitanggang. HAKI-Hak Kekayaan Intelektual, Jakarta :
Erlangga, 2008.
OK. Saidin. Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property
Rights). Jakarta : Rajawali Pers, 2010.
Poerwadarminta, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Cetakan IX, Jakarta :
Balai Pustaka, 1986.
Rahardjo, Satjipto. Ilmu Hukum, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1982
Riswandi, Budi Agus dan M. Syamsuddin. Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya
Hukum, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2004.
Rosidi, Ajip. Undang-Undang Hak Cipta 1982, Pandangan Seorang Awam,
Jakarta : Djambatan, 1984.
Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kotemporer, Jakarta :
Modern English Press Edisi II, 1995.
Soebekti, R. dan R.Tjitrosudibio. Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Jakarta :
Pradya Paramita, 1996.
Sunggono, Bambang. Metode Penelitian Hukum, Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 1997.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus
Besar Bahasa Indonesia.
TIM Penyusun FSH. Pedoman Penulisan Skripsi, Jakarta : Pusat Peningkatan dan
Jaminan Mutu (PPJM), 2012.
77
Tyas, Hataris Andijaning. Seni Musik, Jakarta : Erlangga, 2007.
Usman, Rachmadi. Hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual, Perlindungan dan
Dimensi Hukumnya di Indonesia, Cetakan I, Bandung : PT. Alumni, 2003
Utomo, Tomi Suryo. Hak Kekayaan Intelektual di Era Global, Yogyakarta :
Graha Ilmu, 2010.
W Pink, Scot. The Internet & E-Commerce Legal Handbook, California : Prime
Venture, 2001.
Wehr, Hans. A Dictionary of Modern Writtren Arabic, London : Macdonal &
Evans, Ltd, 1980.
Website :
http://id.wikipedia.org/wiki/Hak Cipta.html di akses tanggal 18 Desember 2013
http://pengertian-musik.html diakses pada tanggal 18 Desember 2013
Perundang-undangan :
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik Nomor 11 Tahun 2008
Undang-Undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2002
Bahan Lain :
Johnson and post, Law and Borders: The Rise of Law in Cyberspace,
http://www.cli.org/X0025_LBFIN.html, 1996.
Keputusan Fatwa Komisi Fatwa MUI No.1 Tahun 2003 Tentang Hak Cipta
R
ep
ub
putusan.mahkamahagung.go.id
P U T U S A N
No.
MAHKAMAH AGUNG
do
ng
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
A
gu
memeriksa perkara niaga Hak atas Kekayaan Intelektual (Hak Cipta) dalam
In
tingkat kasasi telah memutuskan sebagai berikut dalam perkara :
MOCHAMAD ZULOHAIDIR, CAHYO APRASYI, DIDIN KARYA
SUSTIANTYO, INDAH SULISTYOWATI HARYONO, ANGGA
lik
ah
HELMAWAN yang selanjutnya disebut (GROUP BAND
CARAMEL) beralamat di Klapas Mega G / 27 Surabaya, dalam
ub
m
hal ini memberi kuasa dan memilih domisili hukum kepada IB.
ARDEN DEPRANG, SH, dan kawan-kawan, para Advokat,
ka
berkantor di Komplek Ruko Rajawali Blok B No. 17. Jalan Raya
ah
ep
Pasar Minggu KM 19 Jakarta Selatan 12250,
si
melawan:
ne
ng
R
Pemohon Kasasi dahulu Penggugat ;
1. DEPARTEMEN HUKUM DAN HAM RI cq. DIREKTORAT
HAK
KEKAYAAN
INTELEKTUAL
cq.
TATA
LETAK
SIRKUIT
TERPADU
do
DIREKTORAT HAK CIPTA, DESAIN INDUSTRI, DESAIN
DAN
RAHASIA
DAGANG, berkedudukan di Jalan Daan Mogot Km 24
In
A
gu
JENDRAL
Tangerang,
lik
2. RIFAI ILYAS, bertempat tinggal di A.P. Pettarani 7 No. 62 RT
ka
m
ah
09 RW 002 Kelurahan Tamaung, Kecamatan Panakukang,
ub
Makasar Sulawesi Selatan,
ep
Para Termohon Kasasi dahulu para Tergugat ;
Mahkamah Agung tersebut ;
Membaca surat-surat yang bersangkutan ;
R
Menimbang, bahwa dari surat-surat tersebut ternyata bahwa sekarang
ne
persidangan
do
muka
Hal. 1 dari 22 hal. Put. No. 385K/Pdt.Sus/2009
In
A
gu
ng
Termohon Kasasi dahulu sebagai para Tergugat di
s
Pemohon Kasasi dahulu sebagai Penggugat telah menggugat sekarang para
ik
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
h
ah
M
385 K/Pdt.Sus/2009
ne
si
a
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
Halaman 1
R
ep
ub
putusan.mahkamahagung.go.id
ne
si
a
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada pokoknya atas
dalil-dalil :
ng
1. Penggugat yakni: Mochamad Zulohaidir, Cahyo Aprasyi, Didin Karya
Sustianto, Indah Sulistyowati Haryono, Angga Helmawan yang disingkat
dengan Group Band Caramel ( Penggugat ) adalah Pencipta dan Pemegang
A
gu
do
Hak Cipta atas lagu "Tinggal Kenangan" dan lagu tersebut telah diciptakan
pada Tahun 2004 dan telah diumumkan pertama kali di wilayah Indonesia
In
pada tanggal 11 Nopember 2004 di Surabaya ;
2. Bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor: 19 Tahun 2002 tentang Hak
lik
ah
Cipta Pasal 1 angka 1: Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi Pencipta atau
Penerima Hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau
memberikan
izin
untuk
itu
dengan
tidak
mengurangi
pembatasan
ub
m
pembatasan menurut perundang-undangan yang berlaku :
Angka 2 : Pencipta adalah seorang atau beberapa orang secara bersamayang
berdasarkan
atas
inspirasinya
ep
ka
sama
kemampuan
melahirkan
pikiran,
suatu
imajinasi,
ciptaan
kecekatan,
ah
keterampilan, atau keahlian yang dituangkan ke dalam bentuk
si
R
yang khas dan bersifat pribadi ;
Angka 3 : Pemegang Hak Cipta adalah Pencipta sebagai pemilik Hak Cipta
ng
ne
atau pihak yang menerima hak tersebut dari pencipta, atau pihak
lain yang menerima lebih lanjut hak dari pihak yang menerima
do
A
gu
hak tersebut ;
Angka 5 : Pengumuman adalah pembacaan, penyiaran, pameran, penjualan,
pengedaran,
atau
penyebaran
suatu
ciptaan
dengan
In
menggunakan alat apapun, termasuk media internet atau
lik
dibaca, didengar, atau dilihat orang lain ;
3. Bahwa berdasarkan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Hak Cipta, ditegaskan
ub
bahwa "Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau pemegang
Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang
timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi
ep
pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku" ;
4. Bahwa berdasarkan fakta-fakta hukum tersebut di atas, dihubungkan dengan
ah
ka
m
ah
melakukan dengan cara apapun sehingga suatu ciptaan dapat
R
ketentuan perundang-undangan yang berlaku, maka Penggugat telah
do
Hal. 2 dari 22 hal. Put. No. 385K/Pdt.Sus/2009
In
A
gu
sehingga dengan demikian Pencipta dan Pemegang Hak Cipta atas lagu
ne
ng
M
dan telah mengumumkannya pada tanggal 11 Nopember 2004 di Surabaya,
s
menciptakan suatu ciptaan berupa lagu dengan judul "Tinggal Kenangan"
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 2
R
ep
ub
putusan.mahkamahagung.go.id
"Tinggal Kenangan" adalah Mochamad Zulohaidir, Cahyo Aprasyi, Didin
Karya Sustianto, Indah Sulistyowati Haryono, Angga Helmawan yang
ng
tergabung dalam Group Band Caramel (Penggugat) ;
5. Bahwa berdasarkan Pasal 35 ayat (4) Undang-Undang Hak Cipta, bahwa
ketentuan tentang pendaftaran ciptaan tidak merupakan kewajiban untuk
A
gu
do
mendapatkan Hak Cipta, karena perlindungan Hak Cipta timbul secara
otomatis, (Automatically Protection) sejak ciptaan tersebut diwujudkan
In
dalam bentuk yang nyata, tanpa harus melalui prosedur pendaftaran.
namun demikian Penggugat dengan itikad baik pada tanggal 19 Juni
lik
ah
2008, telah mengajukan permohonan Pendaftaran Ciptaan Lagu: "Tinggal
Kenangan" pada Departemen Hukum dan HAM RI, Cq. Direktorat
Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, Cq. Direktorat Hak Cipta, Desain
ub
m
Industri, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu dan Rahasia Dagang dengan
Nomor Agenda: C 00200802131, dengan Pencipta dan Pemegang Hak
ep
ka
Cipta atas lagu tersebut adalah: Mochamad Zulohaidir, Cahyo Aprasyi,
Didin Karya Sustianto, Indah Sulistyowati Haryono, Angga Helmawan
ah
yang tergabung dalam Group Band Caramel ;
si
R
6. Bahwa pada tanggal 9 Juli 2008 atau setidak-tidaknya pada tenggang
waktu tersebut, Tergugat II dengan itikad tidak baik dan tanpa Hak, juga
ng
ne
telah mengajukan permohonan pendaftaran Ciptaan atas lagu yang sama
hanya merubah judulnya saja, yang diajukan ke Departemen Hukum dan
A
gu
do
HAM RI, Cq. Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual. Cq. Direktorat
Hak Cipta, Desain Industri, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu dan
Rahasia Dagang dengan judul Ciptaan: Jauh, Nomor Agenda: C
In
002200802342 dan telah mendapatkan Nomor Pendaftaran: 038123
lik
7. Bahwa atas Tindakan Tergugat I tersebut, Penggugat merasa sangat
dirugikan, karena lagu tersebut adalah benar-benar lagu yang diciptakan
ub
Penggugat dan telah diumumkan pertama sekali di Indonesia pada tanggal
11 Nopember 2004 dan telah pula diajukan permohonan pendaftarannya
pada Direktorat Hak Cipta, Desain Industri, Desain Tata Letak Sirkuit
Terpadu dan Rahasia Dagang, Direktorat Jenderal Hak Kekayaan
ep
ka
m
ah
atas nama,Rifai Ilyas ;
Intelektual Departemen Hukum dan HAM RI, pada tanggal 19 Juni 2008
R
dengan Nomor Agenda: C 00200802131 atas nama Penggugat yang
do
Hal. 3 dari 22 hal. Put. No. 385K/Pdt.Sus/2009
In
A
gu
dengan tindakan Tergugat I yang mengabulkan pencatatan pendaftaran
ne
ng
8. Dengan keberatan yang sama, Penggugat juga merasa sangat dirugikan
s
tergabung dalam Group Band Caramel ;
ik
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
h
ah
M
ne
si
a
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
Halaman 3
R
ep
ub
putusan.mahkamahagung.go.id
ne
si
a
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
Ciptaan Lagu tersebut atas nama Tergugat II, padahal pengajuan
permohonan pendaftaran lagu tersebut lebih dahulu diajukan oleh
ng
Penggugat kepada Tergugat I, akan tetapi Tergugat I dengan sengaja telah
mengabaikan pengajuan permohonan pendaftaran ciptaan lagu yang
diajukan oleh Penggugat dan dengan serta merta langsung mengabulkan
A
gu
do
permohonan pendaftaran ciptaan yang diajukan Tergugat II tanpa melalui
prosedur yang berlaku, padahal secara jelas dan nyata-nyata Penggugat
In
adalah sebagai pencipta dan Pemegang Hak Cipta atas lagu tersebut dan
Penggugat juga lebih dahulu mengajukan permohonan pendaftaran ciptaan
lik
ah
kepada Tergugat I ;
9. Bahwa dengan tipu muslihat, Tergugat II telah mencoba mengelabui
Tergugat I dengan mengajukan permohonan lagu, dan merubah judul lagu
ub
m
tersebut tanpa izin pencipta, yang semula judul lagu tersebut adalah "Tinggal
Kenangan" tanpa izin Pencipta (Penggugat) Tergugat II telah merubah judul
ep
ka
lagu tersebut menjadi "Jauh". Hal tersebut juga merupakan pelanggaran
terhadap Hak Moral yang melekat pada Pencipta sebagaimana dimaksud
ah
dalam Pasal 24 ayat (2) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang
si
R
Hak Cipta, yang menyebutkan: "Suatu ciptaan tidak boleh diubah walaupun
Hak Ciptanya telah diserahkan kepada pihak lain, kecuali dengan
ng
ne
persetujuan pencipta atau dengan persetujuan ahli warisnya dalam hal
pencipta telah meninggal dunia" ;
A
gu
do
Selanjutnya dalam Pasal 24 ayat (3) disebutkan bahwa Ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berlaku juga terhadap perubahan judul
dan anak judul ciptaan, pencantuman dan perubahan nama atau nama
In
samaran pencipta ;
lik
mengelabui Tergugat I namun pada dasarnya pencipta dan pemegang Hak
Cipta atas lagu tersebut adalah Penggugat, dan faktanya Tergugat I
ub
mengabulkan tanpa memperhatikan atau tanpa melakukan pemeriksaan atau
telah melakukan kekhilafan atau kelalaian sesuai dengan kewenangan yang
ada padanya untuk melakukan pemeriksaan atas permohonan pendaftaran
ciptaan lagu yang diajukan oleh Tergugat II, atau setidak-tidaknya
ep
ah
ka
m
ah
10. Bahwa walaupun Tergugat II telah melakukan tipu muslihat dan mencoba
membandingkan permohonan ciptaan Tergugat I berjudul "Jauh" tersebut
R
yang tanggal permohonannya adalah 9 Juli 2008, dengan permohonan
do
Hal. 4 dari 22 hal. Put. No. 385K/Pdt.Sus/2009
In
A
gu
2008. Dari fakta hukum tersebut diatas Tergugat I secara jelas telah
ne
ng
M
lebih dahulu diajukan permohonan pendaftarannya yakni tanggal 19 Juni
s
pendaftaran ciptaan lagu Penggugat berjudul "Tinggal Kenangan" yang telah
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 4
R
ep
ub
putusan.mahkamahagung.go.id
menyalahi prosedur pendaftaran ciptaan atas nama Tergugat II tersebut,
karena yang sebenarnya bahwa pencipta dan pemegang Hak Cipta atas
ng
ciptaan tersebut adalah Penggugat yang tergabung dalam Group Band
Caramel. Adapun kesalahan, kekhilafan dan kelalaian Tergugat I adalah
bahwa secara nyata-nyata telah mengabulkan permohonan pendaftaran
A
gu
do
ciptaan lagu yang diajukan Tergugat II dan tidak membandingkannya dengan
permohonan pendaftaran ciptaan lagu yang diajukan oleh Penggugat yang
In
notabene diajukan lebih dahulu, sehingga tindakan Tergugat I tersebut
bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak
lik
HC.03.01 Tahun 1987 Tentang Pendaftaran Ciptaan ;
11.
Bahwa walaupun Tergugat I telah mengabulkan permohonan pendaftaran
Tergugat II dan ciptaan lagu "Jauh" telah tercatat dalam daftar umum ciptaan
ub
m
ah
Cipta Jo Peraturan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor: M.01-
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor 19 Tahun
ep
ka
2002 Tentang Hak Cipta, namun berdasarkan penjelasan Pasal 5 ayat (2)
ditegaskan bahwa pada prinsipnya Hak Cipta diperoleh bukan karena
ah
pendaftaran, tetapi dalam hal terjadi sengketa di Pengadilan mengenai
si
R
Ciptaan yang terdaftar dan tidak terdaftar sebagaimana dimaksud pada
ketentuan ayat (1) huruf a huruf b, serta apabila pihak pihak yang
ng
ne
berkepentingan membuktikan kebenarannya, hakim dapat menentukan
Pencipta yang sebenarnya berdasarkan pembuktian tersebut ;
A
gu
do
12. Bahwa berdasarkan klausul tersebut, terbukti bahwa Penggugat telah
digugat di Pengadilan Negeri/Niaga Surabaya mengenai ciptaan lagu
"Tinggal Kenangan" dan Pengadilan Negeri/Niaga Surabaya dengan
In
Putusannya Nomor 07 / HAKI / Pdt / 2008 / PN.Niaga / PN Sby, tanggal 3
lik
Group Band Caramel sebagai Tergugat (Sekarang sebagai Penggugat)
dimana putusan tersebut telah inkracht (telah mempunyai kekuatan hukum
ub
tetap), telah memutus dengan amar putusan adalah sebagai berikut :
Dalam Konvensi :
- Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya ;
Dalam Rekonvensi :
ep
ka
m
ah
September 2008, antara Armanto Hasyim sebagai Penggugat melawan
− Mengabulkan gugatan Penggugat rekonvensi ;
R
− Menyatakan Penggugat ( Caramel ) adalah pencipta atas karya lagu
do
Hal. 5 dari 22 hal. Put. No. 385K/Pdt.Sus/2009
In
A
gu
berkekuatan hukum tetap tersebut, maka pembuktian tentang siapa Pencipta
ne
ng
13. Bahwa berdasarkan Putusan Pengadilan Negeri/Niaga Surabaya yang telah
s
berjudul " Tinggal Kenangan " ;
ik
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
h
ah
M
ne
si
a
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
Halaman 5
R
ep
ub
putusan.mahkamahagung.go.id
ne
si
a
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
dan Pemegang Hak Cipta atas ciptaan lagu "Tinggal Kenangan" tidak perlu
lagi dibuktikan karena berdasarkan Putusan Pengadilan tersebut, Penggugat
ng
sudah ditetapkan sebagai Pencipta sekaligus sebagai pemegang Hak Cipta
atas lagu dengan Judul " Tinggal Kenangan ";
14. Bahwa atas tindakan Tergugat II yang mengajukan permohonan pendaftaran
A
gu
do
ciptaan lagu "Jauh", dan faktanya Tergugat I juga telah mengabulkan dan
mencatat pendaftaran ciptaan tersebut, maka dengan ini Penggugat
In
menyatakan secara tegas sangat keberatan dan menolak secara tegas
pendaftaran ciptaan tersebut, dengan pertimbangan bahwa Tergugat II telah
lik
ah
nyata-nyata mengaku sebagai Pencipta dan Pemegang ciptaan Lagu
dengan judul: "Jauh" padahal lagu tersebut bukan ciptaannya, yang
sebenarnya Pencipta dan Pemegang Hak Cipta atas lagu tersebut adalah
melakukan
kesalahan,
ub
m
Penggugat, demikian juga dengan Tergugat I yang nyata-nyata telah
kekeliruan
atau kekhilafan
dengan mencatat
ep
ka
pendaftaran ciptaan lagu berjudul "Jauh" tersebut dalam daftar umum
ciptaan, dan dari fakta-fakta hukum yang telah dikemukakan diatas, jelas
ah
bahwa ada yang tidak beres dan tidak logis dengan tindakan yang dilakukan
si
R
oleh Tergugat I yang mengabulkan permohonan yang terbaru dan
mengabaikan permohonan pendaftaran terdahulu ;
ng
ne
15. Bahwa berdasarkan dalil-dalil tersebut diatas, Penggugat dengan ini mohon
kepada Majelis Hakim Pengadilan Niaga yang memeriksa dan mengadili
A
gu
do
perkara ini demi adanya satu kepastian Hukum agar membatalkan dan
menyatakan batal demi hukum dan atau tidak berkekuatan hukum
pendaftaran ciptaan lagu berjudul.- "Jauh" atas tindakan Tergugat I ini,
In
karena permohonan pendaftarannya tidak didasari dengan itikad baik,
lik
sebagaimana yang diatur dalam ketentuan Undang Undang dan sangat
nyata sekali unsur keberpihakan Tergugat I dan karenanya kami juga akan
ub
segera melakukan upaya hukum baik perdata, pidana dan Tata Usaha
Negara, termasuk akan melaporkannya ke aparat penegak hukum dan
Inspektorat Departeman Hukum dan HAM RI atas tindakan Tergugat I yang
tidak benar tersebut ;
ep
ka
m
ah
demikian juga dengan proses pendaftarannya yang tidak melalui prosedur
ah
16. Bahwa akibat tindakan Tergugat I dan Tergugat II, Penggugat juga telah
R
mengalami baik kerugian moral dan materil, adapun mengenai kerugian
do
Hal. 6 dari 22 hal. Put. No. 385K/Pdt.Sus/2009
In
A
gu
40.000,- = Rp 141.320.000,- ( seratus empat puluh satu juta tiga ratus
ne
ng
M
16.a. Apabila pada bulan Juli Penjualan CD ( Compact Disc ) 3.533 Pcs x
s
materil adalah sebagai berikut :
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 6
R
ep
ub
putusan.mahkamahagung.go.id
ne
si
a
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
dua puluh ribu rupiah ) dan penjualan Kaset sebanyak 17.390 Pcs x
Rp 20.000,- = Rp 347.800.000,- ( tiga ratus empat puluh tujuh juta
ng
delapan ratus ribu rupiah ) maka total hasil penjualan CD ( Compact
Disc ) dan Kaset adalah Rp 489.800.000,- ( empat ratus delapan
puluh sembilan juta delapan ratus ribu rupiah ) ;
A
gu
do
16.b. Namun setelah Tergugat mulai mempermasalahkan ciptaan tersebut
dan segera setelah menyampaikan surat somasi kepada klien kami
In
maka peredaran dan penjualan CD dan Kaset yang telah dipasarkan
menjadi Retur ( Dikembalikan ) oleh agen penjual di seluruh Indonesia
lik
ah
yaitu mulai sejak bulan Oktober 2008 ;
Oleh karena itu sewajarnya Penggugat menuntut kerugian atas sikap dan
tindakan Tergugat I dan Tergugat II dimana kerugian tersebut diperkirakan
ub
m
mulai Bulan Oktober 2008 sampai 36 bulan ( tiga puluh enam ) peredaran
kedepan yaitu dengan perincian kerugian sebagai berikut :
Apabila penjualan CD terjual rata-rata 3000 Pcs x Rp 40.000 per
ep
ka
-
bulan = Rp 120.000.000,- x 36 bulan atau 3 tahun sesuai dengan
ah
kontrak, maka total kerugian untuk penjualan CD adalah sebesar Rp
si
−
R
4.320.000.000,- ( Empat milyard tiga ratus dua puluh juta rupiah ) ;
Dan apabila penjualan Kaset 15.000 Pcs x Rp 20.000 adalah sebesar
ng
ne
Rp 300.000.000,- x 6 bulan maka total kerugian untuk penjualan
Kaset adalah sebesar Rp 1.800.000.000,- ( Satu milyard delapan
A
gu
do
ratus juta rupiah) ;
Sehingga grand total kerugian materiil yang dialami adalah sebesar Rp
In
6.120.000.000,- ( Enam milyard seratus dua puluh juta rupiah );
17. Bahwa adapun dasar dari tuntutan ganti rugi tersebut karena selama dalam
lik
tidak sedikit yaitu biaya Rekaman audio, pembuatan Video Klip dan sampai
biaya Promosi ;
ub
18. Bahwa adapun kerugian Moril yang dialami Penggugat akibat sikap dan
tindakan Tergugat I adalah sebesar Rp 709.000.000,- (tujuh ratus sembilan
juta rupiah ) ;
ep
19. Bahwa sesuai dengan prinsip Pengadilan bahwa sedapat mungkin proses
ah
ka
m
ah
proses produksi pembuatan Album tersebut telah mengeluarkan biaya yang
peradilan dijalankan secara afektif dan efisien dan biaya murah, maka
R
gugatan Pembatalan ciptaan terdaftar dimaksud sekaligus dibarengi dengan
s
ne
do
Hal. 7 dari 22 hal. Put. No. 385K/Pdt.Sus/2009
In
A
gu
ng
M
gugatan ganti kerugian ;
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 7
R
ep
ub
putusan.mahkamahagung.go.id
ne
si
a
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas Penggugat mohon kepada
Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat supaya memberikan
ng
putusan sebagai berikut :
1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya ;
2. Menyatakan batal dan tidak mempunyai kekuatan hukum pendaftaran
do
A
gu
ciptaan lagu berjudul "Jauh" dengan Nomor Pendaftaran 038123 atas nama
Pencipta Rifai Ilyas dengan segala akibat hukumnya ;
In
3. Memerintahkan Tergugat I untuk menghapus dan mencoret ciptaan lagu
berjudul "Jauh" atas nama Pencipta: Rifai Ilyas, dari daftar Umum ciptaan
lik
ah
Direktorat Hak Cipta, Desain Industri, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
dan Rahasia Dagang, Ditjen HKI, Departemen Hukum dan HAM RI;
4. Menghukum Tergugat I dan Tergugat II secara tanggung renteng untuk
ub
m
membayar ganti rugi materiil sebesar Rp 6.120.000.000,- (enam milyar
seratus dua puluh juta rupiah) dan ganti rugi immateril sebesar Rp
ep
ka
709.000.000,- (tujuh ratus sembilan juta rupiah) ;
5. Membebankan biaya perkara kepada Tergugat I dan Tergugat II ;
ah
6. Menyatakan putusan ini dapat dijalankan lebih dahulu dan serta merta
si
R
walaupun ada verzet, atau kasasi ;
Atau apabila Majelis Hakim Pengadilan Niaga Jakarta Pusat berpendapat lain,
ng
ne
mohon putusan yang seadil-adilnya ( ex a quo et bona ) ;
do
Menimbang, bahwa atas gugatan Penggugat, Tergugat I dan II
A
gu
mengajukan eksepsi pada pokoknya :
Tergugat I :
In
1. Eksepsi Kompetensi Absolut ;
Bahwa Pengadilan Niaga tidak mempunyai kewenangan untuk memeriksa
lik
melakukan kekhilafan atau kelalaian yang menjadi kewenangannya untuk
melakukan pemeriksaan atas permohonan pendaftaran ciptaan lagu. Hal ini
ub
merupakan kewenangan Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) untuk
memeriksa perkara a quo karena Penggugat menyatakan bahwa Tergugat I
ep
telah melanggar Asas-asas Umum Pemerintahan yang baik karena telah
mengeluarkan Surat Pendaftaran Ciptaan yang diajukan oleh Tergugat II
sehingga Penggugat karena keputusan yang dilakukan oleh Tergugat I
R
ah
ka
m
ah
perkara a quo karena Penggugat menyatakan bahwa Tergugat I telah
s
ne
do
Hal. 8 dari 22 hal. Put. No. 385K/Pdt.Sus/2009
In
A
gu
ng
M
merasa dirugikan dengan dikeluarkan Surat Pendaftaran Hak Cipta tersebut;
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 8
R
ep
ub
putusan.mahkamahagung.go.id
ne
si
a
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
2. Eksepsi Obscuur Libel (Gugatan Tidak Jelas / Kabur) ;
Bahwa gugatan Penggugat tidak jelas antara Posita dan Petitum yang
ng
dituangkan dalam gugatan. Dalam Posita gugatan, Penggugat menyatakan
bahwa Tergugat I telah melakukan kekhilafan atau kelalaian yang menjadi
kewenangannya
untuk
melakukan
pemeriksaan
atas
permohonan
do
A
gu
pendaftaran ciptaan lagu sedangkan Petitum gugatan,
Penggugat menyatakan Pembatalan Surat Pendaftaran Ciptaan yang
In
terdaftar ;
3. Eksepsi Error in Persona ;
lik
ah
Bahwa berdasarkan Pasal 35 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002
tentang Hak Cipta, Tergugat I hanya melaksanakan fungsi administratif
pendaftaran saja, cukup yang digugat adalah Pemegang Surat Pendaftaran
ub
m
Ciptaan saja sehingga Tergugat I tidak perlu digugat karena seandainya
gugatan pembatalan dikabulkan oleh Pengadilan Niaga dan/atau Mahkamah
ep
ka
Agung yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap (inkracht), wajib
ah
dilaksanakan oleh Tergugat I ;
si
R
Tergugat II :
1. Gugatan Kabur ( Obscuur Libel )
ng
ne
a. Bahwa gugatan a-quo tidak jelas dan kabur, mengingat Penggugat sama
sekali tidak menyebutkan perihal judul/titel gugatan, artinya Penggugat
do
tidak menyebutkan jenis/macam gugatan apa yang dimaksud dan
A
gu
diajukan oleh Penggugat. Padahal, hal ini merupakan syarat mutlak yang
harus dipenuhi sebagaimana dimaksud dalam hukum acara perdata ;
In
b. Bahwa Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta
(selanjutnya disebut UUHC) mengatur penyelesaian sengketa Hak Cipta,
lik
gugatan ganti rugi pada Pengadilan Niaga (Pasal 56 s/d Pasal 66
Undang-Undang No.19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta). Namun, yang
ub
terjadi dalam gugatan a quo adalah Penggugat menuntut suatu ganti rugi
dan pembatalan atas Sertifikat Hak Cipta/Surat Pendaftaran Ciptaan No.
ep
038123 atas nama Tergugat II dalam satu gugatan. Penggabungan
gugatan tersebut tidak dapat dibenarkan oleh hukum, karena jelas dalam
Undang-Undang No.19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta pengajuan atas
R
ah
ka
m
ah
yakni dengan cara Pencipta dan Pemegang Hak Cipta mengajukan
s
kedua gugatan/ tuntutan diatur secara terpisah. Terbukti untuk tuntutan
do
Hal. 9 dari 22 hal. Put. No. 385K/Pdt.Sus/2009
In
A
gu
ng
(Pasal 55 s / d Pasal 66 Undang-Undang No.19 Tahun 2002 tentang Hak
ne
M
ganti rugi diatur pada Bab X, yakni Bab tentang Penyelesaian Sengketa
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 9
R
ep
ub
putusan.mahkamahagung.go.id
ne
si
a
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
Cipta), sementara mengenai gugatan pembatalan diatur dalam Bab IV,
yakni Bab mengenai Pendaftaran Ciptaan (Pasal 42 Undang-Undang
ng
No.19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta). Lagipula, bagaimana Penggugat
akan
menuntut
ganti
rugi,
sementara
Penggugat
belum
dapat
membuktikan bahwa Penggugat adalah Pencipta yang sah dari lagu
A
gu
do
“Tinggal Kenangan " yang telah merubah judul Iagu "Jauh" dan merubah
sebagian kecil liriknya yang notasi/nadanya sama dengan Iagu " Jauh "
In
Ciptaan Tergugat II yang telah terdaftar pada Direktorat Hak Cipta,
Desain Industri, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu, dan Rahasia Dagang,
lik
ah
Direktorat Jenderak HKI berdasarkan Sertifikat Hak Cipta Surat
Pendaftaran Ciptaan No.038123 atas nama Tergugat II ;
c. Bahwa disamping itu, oleh karena antara tuntutan ganti rugi dan
ub
m
pembatalan Sertifikat Hak Cipta memiliki hubungan hukum yang berbeda,
maka pada kenyataannya dalam praktek gugatan pembatalan dan
ep
ka
tuntutan ganti rugi dalam setiap perkara HKI tidak pernah dapat
digabungkan ;
ah
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka jelas gugatan Penggugat
si
R
kabur/obscuur libel karenanya haruslah ditolak atau setidak tidaknya
tidak dapat diterima ;
ng
ne
2. Prematur ( Premptoire ) :
Bahwa patut dipertanyakan "itikad baik" Penggugat dalam mengajukan
A
gu
do
gugatan a-quo, mengingat berkenaan dengan objek gugatan a-quo,
sebenarnya permasalahan tersebut masih dalam proses pemeriksaan
Kepolisian pada Penyidik Polda Metro Jaya sejak 2 September 2008
In
berdasarkan laporan Tergugat II No. Pol.: LP / 2222 / K / IX / 2008 / SPK
lik
upaya hukum yang ditempuh Tergugat II, dalam kapasitas Tergugat II
selaku Pencipta Lagu " Jauh " yang kemudian oleh Penggugat judul lagu
ub
tersebut diubah menjadi "Tinggal Kenangan" dengan mengubah sebagian
kecil liriknya, yang notasi/nada lagu tersebut sama dengan lagu " Jauh ".
Sehingga Tergugat II berkeberatan dengan telah diumumkan, diedarkan,
diperbanyak dan dijual untuk tujuan komersial atas lagu tersebut oleh
ep
ah
ka
m
ah
Unit 1. Adapun pemeriksaan perkara pada Polda Metro ini merupakan
Penggugat bersama dengan Produser dan Executive Produser kelompok
R
NAGASWARA yakni PT. Naga Swarasakti, PT. Nagaswara Publisherindo,
A
bersama
Executive
Produser
ne
Produser
do
dan
Hal. 10 dari 22 hal. Put. No. 385K/Pdt.Sus/2009
In
Penggugat
gu
tindakan
ng
M
(selanjutnya disebut NAGASWARA) tanpa ijin Tergugat II. Oleh karena itu
s
PT. Nagaswara Artist Management, PT. Nagaswara Music Indonesia
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 10
R
ep
ub
putusan.mahkamahagung.go.id
ne
si
a
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
NAGASWARA tersebut jelas melanggar Hak Cipta Tergugat II, khususnya
pelanggaran terhadak Hak Moral berdasarkan Pasal 24 ayat (2) dan (3) jo
ng
Pasal 55 jo Pasal 56 ayat (1) jo Pasal 72 ayat (6) Undang-Undang No. 19
Tahun 2002 tentang Hak Cipta dan terhadap Hak Ekonomi berdasarkan
Pasal 72 ayat (1) jo Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang No. 19 Tahun 2002
do
A
gu
tentang Hak Cipta. Berdasarkan hal tersebut, maka jelas gugatan a-quo
diajukan oleh Penggugat atas dasar "itikad tidak baik/buruk", karena
Penggugat
mengikuti
dan
menyelesaikan
pemeriksaan
In
seharusnya
perkara yang sedang dalam proses pada Penyidik Polda Metro Jaya
lik
ah
tersebut terlebih dahulu tanpa harus mengajukan gugatan a-quo, karena
obyek yang dipersoalkan adalah mengenai hal yang sama yaitu lagu "
Jauh " Ciptaan milik Tergugat II, yang kemudian oleh Penggugat judul lagu
ub
m
tersebut diubah menjadi "Tinggal Kenangan" dan mengubah sebagian kecil
liriknya, yang notasi/nada lagu tersebut adalah sama dengan lagu " Jauh ",
ep
ka
Dengan demikian gugatan a-quo prematur, sehingga harus ditolak atau
setidak-tidaknya dinyatakan tidak dapat diterima ;
ah
3. Kurang Pihak ( Pluriurn Litis Consortium ) :
si
R
Bahwa Penggugat dalam gugatannya mengaiukan tuntutan ganti rugi
ng
Kaset yang tidak sesuai dengan harapan. Seharusnya permasalahan ini
tidak ada kaitannya dengan Tergugat I maupun Tergugat II, melainkan
A
gu
do
merupakan tanggung jawab Produser dan Executive Produser dari
ne
yang intinya menyebutkan perhitungan penjualan Compact Disc (CD) dan
Penggugat. Produserlah yang melakukan perbanyakan dan penjualan CD
dan Kaset tersebut, disamping itu memang perkara a-quo tidak akan jelas
In
tanpa melibatkan Produser. Oleh karena itu, sudah seharusnya pihak
lik
quo. Dengan tidak masuknya pihak-pihak tersebut dalam gugatan a-quo,
maka yang terjadi adalah kurangnya pihak dalam perkara a-quo. Memang
ub
sudah seharusnya peran dari Produser bersama Executive Produser
NAGASWARA merupakan satu kesatuan dalam perkara a-quo. Dengan
demikian, sudah sepatutnya apabila gugatan Penggugat haruslah ditolak,
4. Diskualifikasi In Person :
ep
atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak dapat diterima ;
ah
ka
m
ah
Produser dan Executive Produser Penggugat masuk dalam gugatan a-
R
a. Bahwa dalam gugatan tersebut tidak jelas siapa yang bertindak
dalam
paragraf
pertama
gugatan
a-quo
do
Hal. 11 dari 22 hal. Put. No. 385K/Pdt.Sus/2009
In
A
gu
disebutkan.- "Ramsudin Manullang, SH, adalah Advokat dan
ne
karena
ng
M
Penggugat,
s
sebagai Penggugat dan siapa yang bertindak selaku kuasa
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 11
R
ep
ub
putusan.mahkamahagung.go.id
ne
si
a
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
Pengacara yang memilih Domisili Hukum di Kantor Advokat dan
Pengacara Ramsudin Manullang, SH & Rekan beralamat....." Jadi,
ng
dalam hal ini yang memilih domisili hukum bukan Penggugat
prinsipal melainkan kuasa Penggugat sendiri. Padahal dalam
konteks
hukum
pemberian
kuasa
pemilihan
domisili
hukum
do
A
gu
ditetapkan oleh Pemberi Kuasa, i.c. Kuasa Penggugat, ditempat
Penerima Kuasa, bukan sebaliknya. Oleh karena itu, gugatan
-1
In
Penggugat haruslah dinyatakan tidak dapat diterima
b. Bahwa dalam gugatan a – quo, Penggugat pada pokoknya
lik
ah
menyebutkan bahwa yang menjadi pihak dalam gugatan adalah
Mochamad Zulohaidir, Cahyo Aprasyi, Didin Karya Sustianto, Indah
Sulistyowati Haryono, Angga Helmawan yang disingkat dengan
ub
m
Group Band Caramel, sebagai Penggugat. Padahal Penggugat
tidak dapat memastikan apakah Group Band Caramel merupakan
ep
ka
entitas yang merupakan subyek hukum. Oleh karena yang memiliki
kapasitas bertindak dihadapan hukum adalah subyek hukum, yakni
keduanya,
maka
Penggugat
tidak
memiliki
kualitas
si
dalam
R
ah
orang dan badan hukum, sementara Penggugat tidak termasuk
ng
bahwa Penggugat tetap memiliki kwalitas ( quod non ), maka kelima
orang
tersebut
masing-masing
harus
berdiri
sendiri
selaku
A
gu
do
Penggugat, dan jika hal ini terjadi maka adanya kekurangan pihak
ne
mengajukan gugatan a-quo. Kalaupun Penggugat menganggap
dalam perkara a – quo ;
c. Bahwa patut dipertanyakan "itikad baik" Penggugat dalam mengajukan
In
gugatan a-quo, mengingat berkenaan dengan objek gugatan a-quo,
sebenarnya masih dalam proses pemeriksaan pada Poida Metro Jaya
lik
ka
m
ah
dengan No. Pol. : LP / 2222 / K / IX / 2008 / SPK Unit 1, tertanggal 2
September 2008, dimana Penggugat dalam perkara ini adalah
ub
sebagai pihak Terlapor berkenaan dengan upaya hukum yang
ditempuh Tergugat II selaku Pencipta lagu "Jauh" yang kemudian oleh
Penggugat judul lagu tersebut diubah menjadi "Tinggal Kenangan"
ep
dengan mengubah sebagian kecil liriknya, yang notasi/nada lagu
ah
tersebut adalah sama dengan lagu "Jauh". Sehingga Tergugat II
R
berkeberatan dengan telah diumumkan, diedarkan, diperbanyak dan
do
Hal. 12 dari 22 hal. Put. No. 385K/Pdt.Sus/2009
In
A
gu
Oleh karena itu, Penggugat tidak memiliki kapasitas sebagai
ne
ng
M
bersama Executive Produser NAGASWARA tanpa ijin Tergugat II.
s
dijualnya lagu tersebut oleh Penggugat bersama dengan Produser
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 12
R
ep
ub
putusan.mahkamahagung.go.id
ne
si
a
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
Penggugat dalam perkara a – quo, mengingat Penggugat adalah
sebagai pihak yang seharusnya digugat / Tergugat. Sehingga sudah
ng
seharusnya gugatan ditolak atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak
dapat diterima ;
A
gu
gugatan balik ( rekonvensi ) pada pokoknya sebagai berikut :
1.
Bahwa hal-hal yang termuat dalam uraian Konvensi di atas, mohon
In
dianggap termuat dan terulang dalam uraian Rekonvensi ini ;
2.
do
Menimbang, bahwa terhadap gugatan tersebut Tergugat II mengajukan
Bahwa Tergugat II Konvensi selanjutnya disebut sebagai Penggugat
lik
ah
Rekonvensi, sedangkan Penggugat Konvensi selanjutnya disebut
sebagai Tergugat Rekonvensi ;
3.
Bahwa Penggugat Rekonvensi adalah Pencipta dan Pemegang Hak Cipta
ub
m
yang sesungguhnya atas karya Cipta lagu ( notasi / nada ) dan lirik yang
berjudul " Jauh " dan diumumkan untuk pertama kali pada tanggal 25
4.
ep
ka
November 2003 di Makasar (vide Bukti T –1) ;
Bahwa ternyata diketahui telah beredar di masyarakat lagu Ciptaan
ah
Penggugat Rekonvensi tersebut dengan menggunakan judul lain yaitu
si
R
”Tinggal Kenangan " yang dibawakan oleh Tergugat Rekonvensi dan
Bahwa memperkuat perlindungan Hak Cipta atas lagu "Jauh“ Ciptaan
Rekonvensi,
maka
Penggugat
A
gu
Penggugat
Rekonvensi
do
5.
ng
oleh Produser bersama Executive Produser NAGASWARA (Bukti PR -1) ;
ne
diedarkan dalam bentuk Compact Disc ( CD ) dan Kaset yang diproduksi
mengajukan Permohonan Pendaftaran Hak Cipta atas lagu (notasi/
nada) dan lirik Ciptaan Penggugat Rekonvensi yang berjudul “ Jauh " pada
In
Ditjen HKI pada tanggal 09 Juli 2008 dengan Nomor Agenda :
6.
lik
terdaftar berdasarkan Surat Pendaftaran Ciptaan No.038123 (Bukti PR-2);
Bahwa selain upaya Penggugat Rekonvensi dalam butir 5 tersebut,
ub
Penggugat Rekonvensi telah menyampaikan somasi kepada Tergugat
Rekonvensi yang intinya agar Tergugat Rekonvensi menghentikan
tindakan pengumuman atau perbanyakan atas karya Cipta lagu "Tinggal
ep
Kenangan" yang judul aslinya adalah "Jauh" yang judulnya dirubah
menjadi "Tinggal Kenangan" oleh Tergugat Rekonvensi. Namun, ternyata
mempertahankan
Penggugat
Rekonvensi,
maka
Penggugat
ng
hak
do
Hal. 13 dari 22 hal. Put. No. 385K/Pdt.Sus/2009
In
A
gu
Rekonvensi menyampaikan laporan pelanggaran Hak Cipta pada
s
Bahwa sebagai upaya hukum lebih lanjut, dan guna melindungi dan
ne
7.
R
Tergugat Rekonvensi tidak memenuhi somasi Penggugat Rekonvensi ;
M
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
ik
ah
ka
m
ah
C00200802342 dan kemudian permohonan tersebut dikabulkan dan
Halaman 13
R
ep
ub
putusan.mahkamahagung.go.id
ne
si
a
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
Kepolisian R.I. Polda Metro Jaya pada tanggal 2 September 2008, dengan
laporan polisi No. Pol.: LP / 2222 / K / IX / 2008 / SPK Unit I ;
Bahwa berdasarkan Pasal 2 Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 tentang
ng
8.
Hak Cipta selaku Pencipta atas Karya Cipta lagu dan lirik yang berjudul
"Jauh". Penggugat Rekonvensi memiliki hak eksklusif atas Karya Cipta
A
gu
do
lagu dan lirik "Jauh", yaitu untuk melarang pihak lain yang tanpa
persetujuannya mengumumkan atau memperbanyak Karya Cipta lagu dan
9.
In
lirik "Jauh" tersebut ;
Bahwa diketahui Tergugat Rekonvensi telah merubah sebagian kecil lirik
lik
ah
dan judul lagu "Jauh" menjadi "Tinggal Kenangan" dan merubah nama
Penciptanya, tanpa persetujuan atau ijin Penggugat Rekonvensi baik
secara lisan maupun tertulis. Tindakan tersebut merupakan pelanggaran
ub
m
Hak Cipta khususnya pelanggaran terhadap Hak Moral berdasarkan Pasal
24 ayat (2) dan (3) jo Pasal 55 jo Pasal 56 ayat (1) jo Pasal 72 ayat (6)
10. Bahwa
disamping
ah
Rekonvensi,
ep
ka
Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta ;
pelanggaran
tindakan
Tergugat
terhadap
Hak
Rekonvensi
Moral
Penggugat
mengumumkan
atau
si
R
memperbanyak karya cipta lagu "Jauh" yang dirubah menjadi "Tinggal
Kenangan" tanpa seijin Penggugat Rekonvensi merupakan pelanggaran
ng
ne
terhadap Hak Ekonomi Penggugat Rekonvensi sebagaimana yang
dimaksud pada Pasal 72 ayat (1) jo Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang No.
A
gu
do
19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta ;
11. Bahwa selaku Pencipta dan Pemilik Hak Cipta atas lagu "Jauh",
Penggugat Rekonvensi berhak untuk memperoleh perlindungan hukum
In
dan sangat keberatan terhadap persamaan notasi/nada lagu dan
oleh
Tergugat
Rekonvensi
Rekonvensi;
tanpa
seijin
lik
Kenangan"
Penggugat
ub
12. Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas jelas Tergugat Rekonvensi
telah melakukan suatu perbuatan yang melanggar ketentuan UndangUndang No. 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta, khususnya pelanggaran
terhadap Hak Moral berdasarkan Pasal 24 ayat (2) dan (3) jo Pasal 55 jo
ep
ah
ka
m
ah
perubahan sebagian kecil lirik dan judul Ciptaan lagu menjadi "Tinggal
Pasal 56 ayat (1) jo Pasal 72 ayat (6) Undang-Undang No. 19 Tahun 2002
R
tentang Hak Cipta dan terhadap Hak Ekonomi Penggugat Rekonvensi
do
Hal. 14 dari 22 hal. Put. No. 385K/Pdt.Sus/2009
In
A
gu
10 di atas ;
ne
ng
M
Tahun 2002 tentang Hak Cipta sebagaimana tersebut dalam butir 9 dan
s
berdasarkan Pasal 72 ayat (1) jo Pasal 2 ayat (1) UndangUndang No. 19
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 14
R
ep
ub
putusan.mahkamahagung.go.id
ne
si
a
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
13. Bahwa akibat tindakan Tergugat Rekonvensi tersebut, maka hal ini
menimbulkan kerugian bagi Penggugat Rekonvensi, karena hilangnya
ng
kesempatan Penggugat Rekonvensi untuk memperoleh Hak Ekonomi dan
Hak Moral atas lagu "Jauh" tersebut ;
Adapun kerugian Hak Ekonomi Penggugat Rekonvensi akibat tindakan
do
A
gu
Tergugat Rekonvensi ini adalah :
− Kontrak Rekaman
Rp. 50.000.000,-
In
− Estimasi kerugian Hak Ekonomi yang timbul akibat tidak beredarnya
a. Kaset
: 50.000 copy @ Rp 20.000=
b. Keping CD
: 25.000 copy @ Rp 35.000=
Rp.1.000.000.000,-
lik
ah
lagu "Jauh" :
Rp. 875.000.000,-
Rp.3.500.000.000,-
ub
m
c. Ring Back Tone : 1.000.000 download @ Rp 3.500 =
ka
d. Show : 60 kali @ Rp 25.000.000=
Rp.1.500.000.000,Rp.6.925.000.000,-
ep
Total =
(enam milyar sembilan ratus dua puluh lima ribu rupiah ) ;
ah
Kerugian Hak Moral Penggugat Rekonvensi akibat tindakan Tergugat
si
R
Rekonvensi tersebut adalah :
Sebesar Rp. 1.000.000.000,- ( satu milyar rupiah ) ;
ng
ne
bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas Penggugat dalam Rekonvensi
menuntut kepada Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
A
gu
do
supaya memberikan putusan sebagai berikut :
1. Mengabulkan gugatan Penggugat Rekonvensi secara keseluruhan ;
In
2. Menyatakan bahwa Penggugat Rekonvensi adalah Pencipta dan Pemegang
Hak Cipta yang sesungguhnya atas karya Cipta lagu " Jauh " sesuai dengan
lik
Sirkuit Terpadu pada Rahasia Dagang No. 038123 yang judul dan sebagian
liriknya telah dirubah menjadi "Tinggal Kenangan " ;
ub
3. Menyatakan bahwa Tergugat Rekonvensi telah melanggar Hak Cipta milik
Penggugat Rekonvensi, khususnya terhadap Hak Moral berdasarkan Pasal
24 ayat (2) dan (3) jo Pasal 55 jo Pasal 56 ayat (1) jo Pasal 72 ayat (6)
ep
Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta dan Hak Ekonomi
Penggugat Rekonvensi berdasarkan Pasal 72 ayat (1) jo Pasal 2 ayat (1)
R
Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta ;
50.000.000,-
do
Rp.
Hal. 15 dari 22 hal. Put. No. 385K/Pdt.Sus/2009
In
ng
A
gu
a. Kontrak Rekaman
ne
ekonomi kepada Penggugat Rekonvensi sebagai berikut :
s
4. Memerintahkan Tergugat Rekonvensi untuk membayar ganti rugi secara
M
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
ik
ah
ka
m
ah
yang terdaftar pada Direktorat Hak Cipta, Desain Industri, Desain Tata Letak
Halaman 15
R
ep
ub
- Estimasi kerugian Hak Ekonomi yang timbul
akibat tidak beredarnya lagu "Jauh"
b. Kaset
: 50.000 copy @ Rp 20.000
Rp.1.000.000.000,-
c. Keping CD : 25.000 copy @ Rp 35.000
Rp. 875.000.000,-
e. Show : 60 kali @ Rp 25.000.000 =
Rp.1.500.000.000,-
d. Ring Back Tone : 1.000.000 download @ Rp 3.500,- =
do
A
gu
Rp.3.500.000.000,-
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
ng
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
Total = Rp.6.925.000.000,-
(enam milyar sembilan ratus dua puluh lima juta rupiah) ;
lik
ah
5. Memerintahkan Tergugat Rekonvensi untuk membayar ganti rugi secara
moral kepada Penggugat Rekonvensi sebesar Rp 1.000.000.000,- ( satu
milyar rupiah ) ;
ub
m
6. Menyatakan putusan ini dapat dilaksanakan terlebih dahulu meskipun ada
verzet, kasasi atau upaya hukum lainnya (uotvoerbaar bij voorraad);
ep
ka
Atau apabila Bapak Ketua Pengadilan Niaga/Negeri Jakarta Pusat berpendapat
lain, mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono) ;
ah
Bahwa terhadap gugatan tersebut Pengadilan Niaga pada Pengadilan
CIPTA/2008/PN.NIAGA.JKT.PST. tanggal 2 April 2009yang amarnya berbunyi
ng
ne
sebagai berikut :
do
DALAM KONVENSI
A
gu
DALAM EKSEPSI :
-
Menyatakan Eksepsi Tergugat I dan Tergugat II tidak dapat diterima ;
In
DALAM POKOK PERKARA
1. Menolak Gugatan Penggugat untuk seluruhnya ;
lik
1. Mengabulkan Gugatan Penggugat Rekonvensi untuk sebagian ;
2. Menyatakan bahwa Penggugat Rekonvensi adalah Pencipta dan Pemegang
ub
Hak Cipta yang sesungguhnya atas Karya Cipta Lagu "JAUH" sesuai
dengan yang terdaftar pada Direktorat Hak Cipta, Desain Industri, Desain
ep
Tata Letak Sirkuit Terpadu dan Rahasia Dagang dibawah Nomor 0381231 ;
3. Menyatakan bahwa Tergugat Rekonvensi telah melanggar Hak Cipta milik
Penggugat Rekonvensi, khususnya Terhadap Hak Moral dan Hak Ekonomi ;
R
ka
m
ah
DALAM REKONVENSI
s
4. Menghukum Tergugat Rekonvensi untuk membayar ganti rugi Hak Ekonomi
do
Hal. 16 dari 22 hal. Put. No. 385K/Pdt.Sus/2009
In
A
gu
ng
sehingga ganti rugi keseluruhan yang harus dibayar adalah sebesar Rp.
ne
sebesar Rp. 750.000.000,- dan Hak Moral sebesar Rp. 250.000.000,-
M
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
ik
ah
si
R
Negeri Jakarta Pusat telah mengambil putusan, yaitu putusan No. 76/HAK
Halaman 16
R
ep
ub
putusan.mahkamahagung.go.id
1.000.000.000,- ( satu milyar rupiah ) kepada Penggugat Rekonvensi;
5. Menolak gugatan untuk selain dan selebihnya ;
–
ng
DALAM KONVENSI DAN DALAM REKONVENSI
ne
si
a
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
Menghukum Penggugat Konvensi/Tergugat Rekonvensi untuk membayar
biaya perkara yang hingga kini ditaksir sebesar Rp. 641.000, - ( enam ratus
A
gu
do
empat puluh satu ribu rupiah ) ;
Bahwa sesudah putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri
In
Jakarta Pusat tersebut diucapkan dengan hadirnya Penggugat pada tanggal 2
April 2009, kemudian terhadapnya oleh Penggugat dengan perantaraan
lik
ah
kuasanya berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 07 April 2009 diajukan
permohonan kasasi secara lisan pada tanggal 07 April 2009 sebagaimana
ternyata dari akte permohonan kasasi Nomor. 16 K/HaKI/2009/PN.NIAGA.
ub
m
JKT.PST. jo. No. 76/Hak Cipta/2008/PN.Niaga.Jkt.Pst. yang dibuat oleh
Panitera Pengadilan Negeri/Niaga Jakarta Pusat, permohonan mana disusul
ep
ka
oleh memori kasasi yang memuat alasan-alasan yang diterima di kepaniteraan
Pengadilan Negeri/Niaga Jakarta Pusat pada tanggal 21 April 2009 ;
ah
Bahwa setelah itu oleh para Tergugat yang pada tanggal 27 April 2009
si
R
dan 28 April 2009 telah disampaikan salinan permohonan kasasi dan salinan
memori kasasi dari Pemohon Kasasi, diajukan kontra memori kasasi yang
ng
ne
diterima di kepaniteraan Pengadilan Negeri/Niaga Jakarta Pusat pada tanggal 8
Mei 2009 dan 18 Mei 2009 ;
do
A
gu
Menimbang, bahwa permohonan kasasi a quo beserta alasan-alasannya
telah diberitahukan kepada pihak lawan dengan seksama, diajukan dalam
tenggang waktu dan dengan cara yang ditentukan dalam undang-undang, maka
In
oleh karena itu permohonan kasasi tersebut formal dapat diterima ;
lik
dahulu Penggugat dalam memori kasasinya tersebut pada pokoknya ialah :
I. Salah Menerapkan Atau Melanggar Hukum Yang Berlaku.
ub
1. Bahwa Putusan Pengadilan Negeri/Niaga Jakarta Pusat telah salah
menerapkan dan melaksanakan Hukum Acara Perdata yang berlaku
sehingga
Pemohon
Kasasi
sangat
beralasan
untuk
mengajukan
Permohonan kasasi sebagaimana diatur dalam Pasal 30 ayat 1 Undang-
ep
ah
ka
m
ah
Menimbang, bahwa alasan-alasan yang diajukan oleh Pemohon Kasasi/
undang Mahkamah Agung.
R
2. Bahwa Majelis Hakim Pengadilan Negeri/Niaga Jakarta Pusat telah salah
tentang
Pembatalan
Ciptaan
do
Hal. 17 dari 22 hal. Put. No. 385K/Pdt.Sus/2009
In
A
gu
sebagaimana diatur dalam Pasal 42 Undang-undang Hak Cipta
ne
Kasasi
ng
M
Penggugat/Pemohon
s
menerapkan hukum yang harus diberlakukan untuk memeriksa Gugatan
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 17
R
ep
ub
putusan.mahkamahagung.go.id
No. 19 Tahun 2002 dengan alasan sebagai berikut :
2.1. Bahwa Penggugat / Pemohon Kasasi dengan adanya
Pengadilan Negeri/Niaga Surabaya
ng
Putusan
Nomor .
07/HAKI/Pdt/2008/ PN.Niaga/PN. SBY. Tanggal 3 September
2008. yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap jelas
Kasasi
adalah
sebagai
do
Penggugat/Pemohon
A
gu
dinyatakan
Pencipta Lagu dengan judul Tinggal Kenangan.
II/Termohon
Kasasi
sehingga
In
Dalam hal adanya Gugatan Rekonpensi dari Tergugat
substansi
Gugatan
lik
ah
Penggugat/Pemohon Kasasi tentang Pembatalan Nomor
Pendaftaran yang dikeluarkan oleh Tergugat I/Termohon
Kasasi sama sekali tidak ada diperiksa oleh Majelis Hakim
Negeri/Nia ga
Jakart a
ub
m
Pengadilan
Pusat.
Karena
sebenarnya pada dasarnya stelsel Hukum yang menjadi
Hak
Cipta
atas
lagu
ep
ka
Pemilik
Tinggal
Kenangan
adalah
Majelis
Hakim
Penggugat/Pemohon Kasasi.
ah
2.2
Bahwa
dengan
demikian
Keputusan
si
R
Pengadilan Negeri/Niaga Jakarta Pusat tersebut telah salah
menerapkan Undang-undang No. 19 Tahun 2002 Pasal 42
ng
ne
khusus mengenai Gugatan Pembatalan.
3. Pada halaman 40 alinea ke 4 Putusan Pengadilan Negeri/Niaga
A
gu
do
Jakarta Pusat menyatakan "Bahwa terhadap Bukti P-1 Majelis
berpendapat pada prinsipnya adalah merupakan alat bukti surat
yang mempunyai nilai pembuktian yang sempurna bagi pihak yang
In
bersengketa karena memang telah mempunyai kekuatan hukum tetap
akan tetapi bila berkaitan dengan pihak ketiga yang juga merasa
lik
ka
m
ah
sebagai pencipta lagu tersebut putusan tersebut masih bisa diuji
kebenarannya apabila ada pihak yang berhasil membuktikan sebaliknya.
ub
Bahwa apabila Majelis Hakim Pengadilan Negeri/Niaga Jakarta
Pusat dengan kata-kata yang menyebutkan Putusan tersebut diuji
kebenarannya m a ka b u kan la h me n jadi K e we n a n ga n kare n a
ep
P u t u sa n ya n g t e la h dijatuhkan di Pengadilan Negeri/Niaga
Surabaya telah memuat Dasar Alasan yang jelas dan rinci sesuai
ah
R
dengan Pasal 23 Undang-undang No.14 Tahun 1970 sebagaimana
ne
Hal. 18 dari 22 hal. Put. No. 385K/Pdt.Sus/2009
In
A
do
Bahwa Putusan Pengadilan Negeri/Niaga Jakarta Pusat telah
gu
4.
ng
Pasal 25 ayat 1 Undang-undang No. 4 Tahun 2007.
s
diubah dengan Undang-undang No. 35 Tahun 1999 sekarang dalam
ik
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
h
M
ne
si
a
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
Halaman 18
R
ep
ub
putusan.mahkamahagung.go.id
ne
si
a
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
melanggar asas yang digariskan dalam Pasal 178 ayat 2 HIR Pasal
189 ayat 2 RBg dan Pasal 50 Rv, dimana Putusan Pengadilan
hanya
memeriksa
ng
Negeri/Niaga Jakarta Pusat tersebut
dan
mengadili Gugatan Rekonpensi dan m e n g a b a i ka n G u ga t a n
p e n g g u g a t se c a ra k e s e lu r u h a n se h i n g g a pemeriksaan yang
A
gu
do
demikian bertentangan dengan asas yang digariskan Undang-undang
(Putusan Mahkamah Agung No 109/K/SIP/1960).
Bahwa Putusan Pengadilan Negeri/Niaga Jakarta Pusat
In
5.
d a l a m pertimbangannya mengandung kontradiksi yang pada
rinci
sehingga
cukup
alasan
lik
ah
dasarnya tidak memenuhi syarat sebagai Putusan yang jelas dan
yang
P e n ga d ila n
Negeri/Niaga
menyatakan
Putusan
dijatuhkan melanggar asas yang digariskan pada Pasal 178 ayat 1
2004
ka
Jakarta
se h in g ga
Pusat
harus
ub
Tahun
P u t u sa n
dibatalkan
agar
tidak
ada
dualisme
ep
m
HIR Pasal 189 ayat 1 RBg dan Pasa 19 Un d a n g -u n d a n g No 4
Keputusan.
ah
II. Kewenangan Relatif (Kompetensi Relatif) Pengadilan Negeri.
dan
memeriksa
Perkara
Dalam
si
mengadili
Rekonvensi
ng
Gugatan Tergugat II/Termohon Kasasi dengan alasan sebagai berikut :
ne
salah
R
1. Bahwa Pengadilan Negeri/Niaga Jakarta Pusat telah keliru dan
1.1 Bahwa dengan Keputusan Pengadilan Negeri/Niaga Jakarta
II
khusus
mengenai
siapa
do
A
gu
Pusat memeriksa dan mengadili Gugatan Rekonvensi Tergugat
pencipta
lagu
ya n g
d i p e r s e n g k e t a k a n b a h wa berdasarkan ketentuan penjelasan Pasal
In
5 ayat 2 Undang-undang No. 19 Ta h un 200 2 pa d a p rin s ip n ya Ha k
lik
terjadi sengketa di Pengadilan mengenai ciptaannya yang terdaftar
dan yang tidak terdaftar sebagaimana dimaksud pada ketentuan ayat
ub
1 huruf a dan b serta apabila pihak-pihak yang b e rk e p e n t in ga n
d a pa t m em b u kt ikan ke be n a ra n n ya ha kim da pa t menentukan
pencipta yang sebenarnya berdasarkan pembuktian tersebut.
1.2 Bahwa Pengadilan Negeri/Niaga Surabaya telah memeriksa
dan
mengadili
ep
ah
ka
m
ah
Cip t a d ipe ro le h bu ka n ka re n a Pendaftaran tetapi dalam hal
perkara
yang
sama
dimana
Penggugat/
R
Pemohon Kasasi kedudukannya pada saat itu adalah sebagai
ne
do
Hal. 19 dari 22 hal. Put. No. 385K/Pdt.Sus/2009
In
A
gu
ng
M
Surabaya) dan Gugatan tersebut d it u ju ka n ke P e n ga d i la n
s
Tergugat (Vide Bukti P 1 Putusan Pengadilan Negeri / Niaga
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 19
R
ep
ub
putusan.mahkamahagung.go.id
ne
si
a
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
Ne ge r i N ia ga S u r a b a ya se su a i d e n ga n kedudukan / domisili
Tergugat di Surabaya.
m en u ru t
ng
B a h wa
P e n ga d ilan
p e nd a pa t
Negeri/Niaga
Pe mo h on
ka re na
Surabaya
telah
Pu t u san
menetapkan
Penggugat/Pemohon Kasasi sebagai Pencipta Lagu dengan judul
A
gu
do
Tinggal Kenangan, maka Pemohon Kasasi mengajukan Gugatan
Pembatalan Nomor Pendaftaran Hak Cipta yang telah dikeluarkan
In
oleh Dirjen Haki dengan judul yang berbeda yakni Jauh syair dan
Notasi sama sesuai dengan kewenangan Pengadilan Negeri
Domisili Tergugat I/Termohon Kasasi.
lik
ah
/Niaga Jakarta Pusat untuk memeriksa dan mengadili berdasarkan
2. Bahwa Penggugat/Pemohon Kasasi dalam Gugatan Penggugat
ub
m
sebagai syarat Formil Gugatan, karena Tergugat II adalah pihak yang
memohonkan pendaftaran dan yang dikabulkan oleh Tergugat I/
ep
ka
Termohon Kasasi, maka atas gugatan tersebut Tergugat II/Termohon
Kasasi mengajukan Gugatan R e k o n p e n s i , a t a s d a s a r G u g a t a n
ah
Rekonpensi
tersebut
Penggugat/Pemohon
Kasasi
si
R
berpendapat bahwa :
sehingga
2.1. Pengadilan Negeri/Niaga Jakarta Pusat telah melanggar ketentuan
ng
ne
Pasal 118 HIR Pasal 142 Rbg tanpa mengurangi ketentuan
pasal 99Rv berdasarkan prinsip proses doelmatigheid
A
gu
do
2.2. Bahwa Pengadilan Negeri/Niaga Jakarta Pusat telah melanggar
ketentuan Kompetensi Relatif atau yuridiksi Relatif masing-masing
Peradilan
In
3. Bahwa Keputusan Pengadilan Negeri/Niaga Jakarta telah melanggar
patokan yang digariskan pasal 118 ayat 1 HIR yang menegaskan :
lik
Negeri Tempat Tinggal Tergugat dalam hal ini Penggugat/pemohon
ub
Kasasi adalah sebagai Tergugat Rekonvensi yang berkedudukan di
Surabaya.
− Oleh karena itu agar Gugatan yang diajukan Penggugat Rekonvensi dalam
harus
ep
Perkara ini tidak melanggar batas Kompetensi Relative Gugatan
diajukan dan dimasukkan kepada Pengadilan Negeri yang
R
berkedudukan di wilayah atau daerah Hukum tempat Tinggal Tergugat,
ng
do
Hal. 20 dari 22 hal. Put. No. 385K/Pdt.Sus/2009
In
A
gu
maka Pengadilan Negeri Jakarta Pusat telah melanggar ketentuan
ne
Gugatan penggugat Rekonpensi/Tergugatl I/Termohon Kasasi,
s
4, Bahwa dengan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat memeriksa dan mengadili
M
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
ik
ah
ka
m
ah
− Yang berwenang mengadili suatu perkara adalah Pengadilan
Halaman 20
R
ep
ub
putusan.mahkamahagung.go.id
Pasal 118 HIR Pasal 142 RBg).
5. Bahwa atas dilanggarnya Kompetensi Relatif mengadili tersebut,
ng
maka Pengadilan Negeri Jakarta Pusat telah melanggar asas Actor
Sequitur Forum Rei (Actor Rei Forum Sequitor)
Tempat
A
gu
Kompetensi
kedudukan
Re la t if
daerah
me n ga d ili
Hukum
se tia p
menentukan
Pe n ga d ila n
batas
Ne ge ri
do
6. Bahwa
m e skipu n P e rka ra ya n g disengketakan termasuk yurisdiksi absolute,
Negeri
berwenang
mengadilinya
namun
kewenagan
In
Pengadilan
Absolut itu dibatasi oleh kewenangan mengadili secara Relative.
lik
ah
Jika perkara yang terjadi berada diluar daerah hukumnya secara
relative Pengadilan Negeri tersebut tidak berwenang mengadilinya.
Apabila
terjadi
pelampauan
batas
daerah
Hukum
berarti
batas
ub
m
Pengadilan yang bersangkutan melakukan tindakan melampaui
kewenangan
(Exceeding
its
Power).Tindakan
itu
berakibat
ep
ka
pemeriksaan. dan Putusan yang dijatuhkan oleh Pengadilan Negeri
tidak sah, oleh karena itu Putusan tersebut yang dijatuhkan di!akukan
ah
oleh Pengadilan Negeri yang tidak berwenang untuk itu ( M. Yahya
si
R
Harahap SH Hukum Acara Perdata Penerbit Sinar Graffiti hal.192 ).
Menimbang, bahwa terhadap alasan-alasan tersebut Mahkamah Agung
ng
ne
berpendapat :
bahwa alasan-alasan kasasi tersebut tidak dapat dibenarkan, Judex Facti
A
gu
do
tidak salah menerapkan hukum karena antara lagu ”tinggal kenangan” dengan
lagu ”jauh” terdapat persamaan pada pokoknya, dan lagu ”Jauh” sudah terlebih
dahulu diumumkan/dipublikasikan dari pada lagu “tinggal kenangan” ;
In
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, lagi pula ternyata
lik
dan/atau undang-undang, maka permohonan kasasi yang diajukan oleh
Pemohon Kasasi : MOCHAMAD ZULOHAIDIR dan kawan-kawan (Group Band
ub
Caramel) tersebut harus ditolak ;
Menimbang, bahwa oleh karena permohonan kasasi dari Pemohon
Kasasi ditolak, maka Pemohon Kasasi dihukum untuk membayar biaya perkara
dalam tingkat kasasi ini ;
ep
ka
m
ah
bahwa putusan Judex Facti dalam perkara ini tidak bertentangan dengan hukum
Memperhatikan pasal-pasal dari Undang-Undang No. 4 Tahun 2004,
R
Undang-Undang No. 14 Tahun 1985 sebagaimana yang telah diubah dan
do
Hal. 21 dari 22 hal. Put. No. 385K/Pdt.Sus/2009
In
A
gu
undangan lain yang bersangkutan ;
ne
ng
dengan Undang-Undang No. 3 Tahun 2009 serta peraturan perundang-
s
ditambah dengan Undang-Undang No. 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua
ik
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
h
ah
M
ne
si
a
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
Halaman 21
R
ep
ub
putusan.mahkamahagung.go.id
ne
si
a
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
MENGADILI :
Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi : MOCHAMAD
ng
ZULOHAIDIR, CAHYO APRASYI, DIDIN KARYA SUSTIANTYO, INDAH
SULISTYOWATI
HARYONO,
ANGGA
HELMAWAN
(GROUP
BAND
CARAMEL) tersebut ;
A
gu
do
Menghukum Pemohon Kasasi/Penggugat untuk membayar biaya perkara
dalam tingkat kasasi ini sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) ;
Agung
In
Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahkamah
pada hari Rabu tanggal 30 September 2009 oleh Prof. Dr. Mieke
lik
ah
Komar,SH.,MCL., Hakim Agung yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung
sebagai Ketua Majelis, H. Mahdi Soroinda Nasution,SH.,MH., dan Djafni
Hakim-Hakim Agung sebagai Anggota, dan diucapkan dalam
Djamal,SH.,
dihadiri
oleh
ub
m
sidang terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh Ketua Majelis dengan
Hakim-Hakim
Anggota
tersebut
dan
dibantu
oleh
Edy
ep
R
ttd/
H. Mahdi Soroinda Nasution,SH.,MH.,
ttd/
Prof. Dr. Mieke Komar,SH.,MCL.
ng
ttd/
Ketua :
Djafni Djamal,SH.
Panitera Pengganti :
do
A
gu
Biaya – biaya :
Rp.
6.000,-
ttd/
2. Redaksi
Rp.
1.000,-
Edy Pramono,SH.,MH.
3. Administrasi Kasasi
Rp. 4.993.000,Rp. 5.000.000,Untuk Salinan :
lik
ka
m
ah
In
1. Meterai
Jumlah :
si
ah
Hakim-Hakim Anggota :
ne
ka
Pramono,SH.,MH., Panitera Pengganti dengan tidak dihadiri oleh para pihak ;
ub
Mahkamah Agung R.I.
Atas nama Panitera,
R
ah
ep
Panitera Muda Perdata Khusus,
s
ne
do
Hal. 22 dari 22 hal. Put. No. 385K/Pdt.Sus/2009
In
A
gu
ng
M
RAHMI MULYATI,SH.,MH.
NIP. 040 049 629
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 22
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 19 TAHUN 2002
TENTANG
HAK CIPTA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Menimbang: a. bahwa Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman etnik/suku
bangsa dan budaya serta kekayaan di bidang seni dan sastra dengan
pengembangan-pengembangannya yang memerlukan perlindungan Hak Cipta
terhadap kekayaan intelektual yang lahir dari keanekaragaman tersebut;
b. bahwa Indonesia telah menjadi anggota berbagai konvensi/perjanjian
internasional di bidang hak kekayaan intelektual pada umumnya dan Hak
Cipta pada khususnya yang memerlukan pengejawantahan lebih lanjut dalam
sistem hukum nasionalnya;
c. bahwa perkembangan di bidang perdagangan, industri, dan investasi telah
sedemikian pesat sehingga memerlukan peningkatan perlindungan bagi
Pencipta dan Pemilik Hak Terkait dengan tetap memperhatikan kepentingan
masyarakat luas;
d. bahwa dengan memperhatikan pengalaman dalam melaksanakan Undangundang Hak Cipta yang ada, dipandang perlu untuk menetapkan Undangundang Hak Cipta yang baru menggantikan Undang-undang Nomor 6 Tahun
1982 tentang Hak Cipta sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang
Nomor 7 Tahun 1987 dan terakhir diubah dengan Undang- undang Nomor 12
Tahun 1997;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana tersebut dalam huruf a, huruf
b, huruf c, dan huruf d, dibutuhkan Undang- undang tentang Hak Cipta.
Mengingat: 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), Pasal 28 C ayat (1), dan Pasal 33 UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement
Establishing the World Trade Organization (Pembentukan Organisasi
Perdagangan Dunia), (Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3564).
1
Dengan Persetujuan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG HAK CIPTA
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Undang- undang ini yang dimaksud dengan:
1.
Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi Pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan
atau memperbanyak Ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi
pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2.
Pencipta adalah seorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas inspirasinya
melahirkan suatu Ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan,
keterampilan, atau keahlian yang dituangkan ke dalam bentuk yang khas dan bersifat
pribadi.
3.
Ciptaan adalah hasil setiap karya Pencipta yang menunjukkan keasliannya dalam lapangan
ilmu pengetahuan, seni, atau sastra.
4.
Pemegang Hak Cipta adalah Pencipta sebagai Pemilik Hak Cipta, atau pihak yang
menerima hak tersebut dari Pencipta, atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak dari
pihak yang menerima hak tersebut.
5.
Pengumuman adalah pembacaan, penyiaran, pameran, penjualan, pengedaran, atau
penyebaran suatu Ciptaan dengan menggunakan alat apa pun, termasuk media internet,
atau melakukan dengan cara apa pun sehingga suatu Ciptaan dapat dibaca, didengar, atau
dilihat orang lain.
6.
Perbanyakan adalah penambahan jumlah sesuatu Ciptaan, baik secara keseluruhan maupun
bagian yang sangat substansial dengan menggunakan bahan-bahan yang sama ataupun
tidak sama, termasuk mengalihwujudkan secara permanen atau temporer.
7.
Potret adalah gambar dari wajah orang yang digambarkan, baik bersama bagian tubuh
lainnya ataupun tidak, yang diciptakan dengan cara dan alat apa pun.
8.
Program Komputer adalah sekumpulan instruksi yang diwujudkan dalam bentuk bahasa,
kode, skema, ataupun bentuk lain, yang apabila digabungkan dengan media yang dapat
dibaca dengan komputer akan mampu membuat komputer bekerja untuk melakukan
fungsi- fungsi khusus atau untuk mencapai hasil yang khusus, termasuk persiapan dalam
merancang instruksi- instruksi tersebut.
9.
Hak Terkait adalah hak yang berkaitan dengan Hak Cipta, yaitu hak eksklusif bagi Pelaku
untuk memperbanyak atau menyiarkan pertunjukannya; bagi Produser Rekaman Suara
untuk memperbanyak atau menyewakan karya rekaman suara atau rekaman bunyinya; dan
bagi Lembaga Penyiaran untuk membuat, memperbanyak, atau menyiarkan karya
siarannya.
10. Pelaku adalah aktor, penyanyi, pemusik, penari, atau mereka yang menampilkan,
memperagakan, mempertunjukkan, menyanyikan, menyampaikan, mendeklamasikan, atau
memainkan suatu karya musik, drama, tari, sastra, folklor, atau karya seni lainnya.
2
11. Produser Rekaman Suara adalah orang atau badan hukum yang pertama kali merekam dan
memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan perekaman suara atau perekaman bunyi,
baik perekaman dari suatu pertunjukan maupun perekaman suara atau perekaman bunyi
lainnya.
12. Lembaga Penyiaran adalah organisasi penyelenggara siaran yang berbentuk badan hukum,
yang melakukan penyiaran atas suatu karya siaran dengan menggunakan transmisi dengan
atau tanpa kabel atau melalui sistem elektromagnetik.
13. Permohonan adalah Permohonan pendaftaran Ciptaan yang diajukan oleh pemohon kepada
Direktorat Jenderal.
14. Lisensi adalah izin yang diberikan oleh Pemegang Hak Cipta atau Pemegang Hak Terkait
kepada pihak lain untuk mengumumkan dan/atau memperbanyak Ciptaannya atau produk
Hak Terkaitnya dengan persyaratan tertentu.
15. Kuasa adalah konsultan Hak Kekayaan Intelektual sebagaimana diatur dalam ketentuan
Undang-undang ini.
16. Menteri adalah Menteri yang membawahkan departemen yang salah satu lingkup tugas
dan tanggung jawabnya meliputi pembinaan di bidang Hak Kekayaan Intelektual,
termasuk Hak Cipta.
17. Direktorat Jenderal adalah Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual yang berada di
bawah departemen yang dipimpin oleh Menteri.
BAB II
LINGKUP HAK CIPTA
Bagian Pertama
Fungsi dan Sifat Hak Cipta
Pasal 2
(1) Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk
mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah
suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundangundangan yang berlaku.
(2) Pencipta dan/atau Pemegang Hak Cipta atas karya sinematografi dan Program Komputer
memiliki hak untuk memberikan izin atau melarang orang lain yang tanpa persetujuannya
menyewakan Ciptaan tersebut unt uk kepentingan yang bersifat komersial.
Pasal 3
(1) Hak Cipta dianggap sebagai benda bergerak.
(2) Hak Cipta dapat beralih atau dialihkan, baik seluruhnya maupun sebagian karena
a. Pewarisan;
b. Hibah;
c. Wasiat;
d. Perjanjian tertulis; atau
e. Sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan.
3
Pasal 4
(1) Hak Cipta yang dimiliki oleh Pencipta, yang setelah Penciptanya meninggal dunia,
menjadi milik ahli warisnya atau milik penerima wasiat, dan Hak Cipta tersebut tidak
dapat disita, kecuali jika hak itu diperoleh secara melawan hukum.
(2) Hak Cipta yang tidak atau belum diumumkan yang setelah Penciptanya meninggal dunia,
menjadi milik ahli warisnya atau milik penerima wasiat, dan Hak Cipta tersebut tidak
dapat disita, kecuali jika hak itu diperoleh secara melawan hukum.
Bagian Kedua
Pencipta
Pasal 5
(1) Kecuali terbukti sebaliknya, yang dianggap sebagai Pencipta adalah:
a. orang yang namanya terdaftar dalam Daftar Umum Ciptaan pada Direktorat Jenderal;
atau
b. orang yang namanya disebut dalam Ciptaan atau diumumkan sebagai Pencipta pada
suatu Ciptaan.
(2) Kecuali terbukti sebaliknya, pada ceramah yang tidak menggunakan bahan tertulis dan
tidak ada pemberitahuan siapa Penciptanya, orang yang berceramah dianggap sebagai
Pencipta ceramah tersebut.
Pasal 6
Jika suatu Ciptaan terdiri atas beberapa bagian tersendiri yang diciptakan oleh dua orang atau
lebih, yang dianggap sebagai Pencipta ialah orang yang memimpin serta mengawasi
penyelesaian seluruh Ciptaan itu, atau dalam hal tidak ada orang tersebut, yang dianggap
sebagai Pencip ta adalah orang yang menghimpunnya dengan tidak mengurangi Hak Cipta
masing- masing atas bagian Ciptaannya itu.
Pasal 7
Jika suatu Ciptaan yang dirancang seseorang diwujudkan dan dikerjakan oleh orang lain di
bawah pimpinan dan pengawasan orang yang merancang, Penciptanya adalah orang yang
merancang Ciptaan itu.
Pasal 8
(1) Jika suatu Ciptaan dibuat dalam hubungan dinas dengan pihak lain dalam lingkungan
pekerjaannya, Pemegang Hak Cipta adalah pihak yang untuk dan dalam dinasnya Ciptaan
itu dikerjakan, kecuali ada perjanjian lain antara kedua pihak dengan tidak mengurangi hak
Pencipta apabila penggunaan Ciptaan itu diperluas sampai ke luar hubungan dinas.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku pula bagi Ciptaan yang dibuat
pihak lain berdasarkan pesanan yang dilakukan dalam hubungan dinas.
(3) Jika suatu Ciptaan dibuat dalam hubungan kerja atau berdasarkan pesanan, pihak yang
membuat karya cipta itu dianggap sebagai Pencipta dan Pemegang Hak Cipta, kecuali
apabila diperjanjikan lain antara kedua pihak.
Pasal 9
Jika suatu badan hukum mengumumkan bahwa Ciptaan berasal dari padanya dengan tidak
menyebut seseorang sebagai Penciptanya, badan hukum tersebut dianggap sebagai
Penciptanya, kecuali jika terbukti sebaliknya.
4
Bagian Ketiga
Hak Cipta atas Ciptaan yang Penciptanya Tidak Diketahui
Pasal 10
(1) Negara memegang Hak Cipta atas karya peninggalan prasejarah, sejarah, dan benda
budaya nasional lainnya.
(2) Negara memegang Hak Cipta atas folklor dan hasil kebudayaan rakyat yang menjadi milik
bersama, seperti cerita, hikayat, dongeng, legenda, babad, lagu, kerajinan tangan,
koreografi, tarian, kaligrafi, dan karya seni lainnya.
(3) Untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaan tersebut pada ayat (2), orang yang
bukan warga negara Indonesia harus terlebih dahulu mendapat izin dari instansi yang
terkait dalam masalah tersebut.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Hak Cipta yang dipegang oleh Negara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal ini, diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 11
(1) Jika suatu Ciptaan tidak diketahui Penciptanya dan Ciptaan itu belum diterbitkan, Negara
memegang Hak Cipta atas Ciptaan tersebut untuk kepentingan Penciptanya.
(2) Jika suatu Ciptaan telah diterbitkan tetapi tidak diketahui Penciptanya atau pada Ciptaan
tersebut hanya tertera nama samaran Penc iptanya, penerbit memegang Hak Cipta atas
Ciptaan tersebut untuk kepentingan Penciptanya.
(3) Jika suatu Ciptaan telah diterbitkan tetapi tidak diketahui Penciptanya dan/atau
penerbitnya, Negara memegang Hak Cipta atas Ciptaan tersebut untuk kepentingan
Penciptanya.
Bagian Keempat
Ciptaan yang Dilindungi
Pasal 12
(1) Dalam Undang- undang ini Ciptaan yang dilindungi adalah Ciptaan dalam bidang ilmu
pengetahuan, seni, dan sastra, yang mencakup:
a. buku, Program Komputer, pamflet, perwajahan (lay out) karya tulis yang diterbitkan,
dan semua hasil karya tulis lain;
b. ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan lain yang sejenis dengan itu;
c. alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan;
d. lagu atau musik dengan atau tanpa teks;
e. drama atau drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim;
f. seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni kaligrafi, seni
pahat, seni patung, kolase, dan seni terapan;
g. arsitektur;
h. peta;
i. seni batik;
j. fotografi;
k. sinematografi;
l. terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, database, dan karya lain dari hasil
pengalihwujudan.
5
(2) Ciptaan sebagaimana dimaksud dalam huruf l dilindungi sebagai Ciptaan tersendiri dengan
tidak mengurangi Hak Cipta atas Ciptaan asli.
(3) Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), termasuk juga semua
Ciptaan yang tidak atau belum diumumkan, tetapi sudah merupakan suatu bentuk kesatuan
yang nyata, yang memungkinkan Perbanyakan hasil karya itu.
Pasal 13
Tidak ada Hak Cipta atas:
a. hasil rapat terbuka lembaga- lembaga Negara;
b. peraturan perundang-undangan;
c. pidato kenegaraan atau pidato pejabat Pemerintah;
d. putusan pengadilan atau penetapan hakim; atau
e. keputusan badan arbitrase atau keputusan badan-badan sejenis lainnya.
Bagian Kelima
Pembatasan Hak Cipta
Pasal 14
Tidak dianggap sebagai pelanggaran Hak Cipta:
a. Pengumuman dan/atau Perbanyakan lambang Negara dan lagu kebangsaan menurut
sifatnya yang asli;
b. Pengumuman dan/atau Perbanyakan segala sesuatu yang diumumkan dan/atau diperbanyak
oleh atau atas nama Pemerintah, kecua li apabila Hak Cipta itu dinyatakan dilindungi, baik
dengan peraturan perundang-undangan maupun dengan pernyataan pada Ciptaan itu sendiri
atau ketika Ciptaan itu diumumkan dan/atau diperbanyak; atau
c. Pengambilan berita aktual baik seluruhnya maupun sebagia n dari kantor berita, Lembaga
Penyiaran, dan surat kabar atau sumber sejenis lain, dengan ketentuan sumbernya harus
disebutkan secara lengkap.
Pasal 15
Dengan syarat bahwa sumbernya harus disebutkan atau dicantumkan, tidak dianggap sebagai
pelanggaran Hak Cipta:
a. penggunaan Ciptaan pihak lain untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya
ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah dengan tidak
merugikan kepentingan yang wajar dari Pencipta;
b. pengambilan Ciptaan pihak lain, baik seluruhnya maupun sebagian, guna keperluan
pembelaan di dalam atau di luar Pengadilan;
c. pengambilan Ciptaan pihak lain, baik seluruhnya maupun sebagian, guna keperluan:
(i) ceramah yang semata- mata untuk tujuan pendidikan dan ilmu pengetahuan; atau
(ii) pertunjukan atau pementasan yang tidak dipungut bayaran dengan ketentuan tidak
merugikan kepentingan yang wajar dari Pencipta.
d. Perbanyakan suatu Ciptaan bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra dalam huruf braille
guna keperluan para tunanetra, kecuali jika Perbanyakan itu bersifat komersial;
e. Perbanyakan suatu Ciptaan selain Program Komputer, secara terbatas dengan cara atau alat
apa pun atau proses yang serupa oleh perpustakaan umum, lembaga ilmu pengetahuan atau
pendidikan, dan pusat dokumentasi yang no nkomersial semata- mata untuk keperluan
aktivitasnya;
f. perubahan yang dilakukan berdasarkan pertimbangan pelaksanaan teknis atas karya
arsitektur, seperti Ciptaan bangunan;
g. pembuatan salinan cadangan suatu Program Komputer oleh pemilik Program Komputer
yang dilakukan semata-mata untuk digunakan sendiri.
6
Pasal 16
(1) Untuk kepentingan pendidikan, ilmu pengetahuan, serta kegiatan penelitian dan
pengembangan, terhadap Ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan dan sastra, Menteri
setelah mendengar pertimbangan Dewan Hak Cipta dapat:
a. mewajibkan Pemegang Hak Cipta untuk melaksanakan sendiri penerjemahan dan/atau
Perbanyakan Ciptaan tersebut di wilayah Negara Republik Indonesia dalam waktu
yang ditentukan;
b. mewajibkan Pemegang Hak Cipta yang bersangkutan untuk memberikan izin kepada
pihak lain untuk menerjemahkan dan/atau memperbanyak Ciptaan tersebut di wilayah
Negara Republik Indonesia dalam waktu yang ditentukan dalam hal Pemegang Hak
Cipta yang bersangkutan tidak melaksanakan sendiri atau melaksanakan sendiri
kewajiban sebagaimana dimaksud dalam huruf a;
c. menunjuk pihak lain untuk melakukan penerjemahan dan/atau Perbanyakan Ciptaan
tersebut dalam hal Pemegang Hak Cipta tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana
dimaksud dalam huruf b.
(2) Kewajiban untuk menerjemahkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan
setelah lewat jangka waktu 3 (tiga) tahun sejak diterbitkannya Ciptaan di bidang ilmu
pengetahuan dan sastra selama karya tersebut belum pernah diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia.
(3) Kewajiban untuk memperbanyak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan
setelah lewat jangka waktu:
a. 3 (tiga) tahun sejak diterbitkannya buku di bidang matematika dan ilmu pengetahuan
alam dan buku itu belum pernah diperbanyak di wilayah Negara Republik Indonesia;
b. 5 (lima) tahun sejak diterbitkannya buku di bidang ilmu sosial dan buku itu belum
pernah diperbanyak di wilayah Negara Republik Indonesia;
c. 7 (tujuh) tahun sejak diumumkannya buku di bidang seni dan sastra dan buku itu belum
pernah diperbanyak di wilayah Negara Republik Indonesia.
(4) Penerjemahan atau Perbanyakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat
digunakan untuk pemakaian di dalam wilayah Negara Republik Indonesia dan tidak untuk
diekspor ke wilayah Negara lain.
(5) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan huruf c disertai
pemberian imbalan yang besarnya ditetapkan dengan Keputusan Presiden.
(6) Ketentuan tentang tata cara pengajuan Permohonan untuk menerjemahkan dan/atau
memperbanyak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur
lebih lanjut dengan Keputusan Presiden.
Pasal 17
Pemerintah melarang Pengumuman setiap Ciptaan yang bertentangan dengan kebijaksanaan
Pemerintah di bidang agama, pertahanan dan keamanan Negara, kesusilaan, serta ketertiban
umum setelah mendengar pertimbangan Dewan Hak Cipta.
Pasal 18
(1) Pengumuman suatu Ciptaan yang diselenggarakan oleh Pemerintah untuk kepentingan
nasional melalui radio, televisi dan/atau sarana lain dapat dilakukan dengan tidak meminta
izin kepada Pemegang Hak Cipta dengan ketentuan tidak merugikan kepentingan yang
wajar dari Pemegang Hak Cipta, dan kepada Pemegang Hak Cipta diberikan imbalan yang
layak.
(2) Lembaga Penyiaran yang mengumumkan Ciptaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berwenang mengabadikan Ciptaan itu semata- mata untuk Lembaga Penyiaran itu sendiri
dengan ketentuan bahwa untuk penyiaran selanjutnya, Lembaga Penyiaran tersebut harus
memberikan imbalan yang layak kepada Pemegang Hak Cipta yang bersangkutan.
7
Bagian Keenam
Hak Cipta atas Potret
Pasal 19
(1) Untuk memperbanyak atau mengumumkan Ciptaannya, Pemegang Hak Cipta atas Potret
seseorang harus terlebih dahulu mendapatkan izin dari orang yang dipotret, atau izin ahli
warisnya dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun setelah orang yang dipotret meninggal
dunia.
(2) Jika suatu Potret memuat gambar 2 (dua) orang atau lebih, untuk Perbanyakan atau
Pengumuman setiap orang yang dipotret, apabila Pengumuman atau Perbanyakan itu
memuat juga orang lain dalam potret itu, Pemegang Hak Cipta harus terlebih dahulu
mendapatkan izin dari setiap orang dalam Potret itu, atau izin ahli waris masing- masing
dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun setelah yang dipotret meninggal dunia.
(3) Ketentuan dalam pasal ini hanya berlaku terhadap Potret yang dibuat:
a. atas permintaan sendiri dari orang ya ng dipotret;
b. atas permintaan yang dilakukan atas nama orang yang dipotret; atau
c. untuk kepentingan orang yang dipotret.
Pasal 20
Pemegang Hak Cipta atas Potret tidak boleh mengumumkan potret yang dibuat:
a. tanpa persetujuan dari orang yang dipotret;
b. tanpa persetujuan orang lain atas nama yang dipotret; atau
c. tidak untuk kepentingan yang dipotret,
apabila Pengumuman itu bertentangan dengan kepentingan yang wajar dari orang yang
dipotret, atau dari salah seorang ahli warisnya apabila orang yang dipotret sudah meninggal
dunia.
Pasal 21
Tidak dianggap sebagai pelanggaran Hak Cipta, pemotretan untuk diumumkan atas seorang
Pelaku atau lebih dalam suatu pertunjukan umum walaupun yang bersifat komersial, kecuali
dinyatakan lain oleh orang yang berkepentingan.
Pasal 22
Untuk kepentingan keamanan umum dan/atau untuk keperluan proses peradilan pidana, Potret
seseorang dalam keadaan bagaimanapun juga dapat diperbanyak dan diumumkan oleh instansi
yang berwenang.
Pasal 23
Kecuali terdapat persetujuan lain antara Pemegang Hak Cipta dan pemilik Ciptaan fotografi,
seni lukis, gambar, arsitektur, seni pahat dan/atau hasil seni lain, pemilik berhak tanpa
persetujuan Pemegang Hak Cipta untuk mempertunjukkan Ciptaan di dalam suatu pameran
untuk umum atau memperbanyaknya dalam satu katalog tanpa mengurangi ketentuan Pasal 19
dan Pasal 20 apabila hasil karya seni tersebut berupa Potret.
8
Bagian Ketujuh
Hak Moral
Pasal 24
(1) Pencipta atau ahli warisnya berhak menuntut Pemegang Hak Cipta supaya nama Pencipta
tetap dicantumkan dalam Ciptaannya.
(2) Suatu Ciptaan tidak boleh diubah walaupun Hak Ciptanya telah diserahkan kepada pihak
lain, kecuali dengan persetujuan Pencipta atau dengan persetujuan ahli warisnya dalam hal
Pencipta telah meninggal dunia.
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berlaku juga terhadap perubahan judul dan
anak judul Ciptaan, pencantuman dan perubahan nama atau nama samaran Pencipta.
(4) Pencipta tetap berhak mengadakan perubahan pada Ciptaannya sesuai dengan kepatutan
dalam masyarakat.
Pasal 25
(1) Informasi elektronik tentang informasi manajemen hak Pencipta tidak boleh ditiadakan
atau diubah.
(2) Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
Pasal 26
(1) Hak Cipta atas suatu Ciptaan tetap berada di tangan Pencipta selama kepada pembeli
Ciptaan itu tidak diserahkan seluruh Hak Cipta dari Pencipta itu.
(2) Hak Cipta yang dijual untuk seluruh atau sebagian tidak dapat dijual untuk kedua kalinya
oleh penjual yang sama.
(3) Dalam hal timbul sengketa antara beberapa pembeli Hak Cipta yang sama atas suatu
Ciptaan, perlindungan diberikan kepada pembeli yang lebih dahulu memperoleh Hak Cipta
itu.
Bagian Kedelapan
Sarana Kontrol Teknologi
Pasal 27
Kecuali atas izin Pencipta, sarana kontrol teknologi sebagai pengaman hak Pencip ta tidak
diperbolehkan dirusak, ditiadakan, atau dibuat tidak berfungsi.
Pasal 28
(1)
Ciptaan-ciptaan yang menggunakan sarana produksi berteknologi tinggi, khususnya di
bidang cakram optik (optical disc), wajib memenuhi semua peraturan perizinan dan
persyaratan produksi yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang.
(2)
Ketentuan lebih lanjut mengenai sarana produksi berteknologi tinggi yang memproduksi
cakram optik sebagaimana diatur pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
9
BAB III
MASA BERLAKU HAK CIPTA
Pasal 29
(1) Hak Cipta atas Ciptaan:
a. buku, pamflet, dan semua hasil karya tulis lain;
b. drama atau drama musikal, tari, koreografi;
c. segala bentuk seni rupa, seperti seni lukis, seni pahat, dan seni patung;
d. seni batik;
e. lagu atau musik dengan atau tanpa teks;
f. arsitektur;
g. ceramah, kuliah, pidato dan Ciptaan sejenis lain;
h. alat peraga;
i. peta;
j. terjemahan, tafsir, saduran, dan bunga rampai
berlaku selama hidup Pencipta dan terus berlangsung hingga 50 (lima puluh) tahun setelah
Pencipta meninggal dunia.
(2) Untuk Ciptaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dimiliki oleh 2 (dua) orang atau
lebih, Hak Cipta berlaku selama hidup Pencipta yang meninggal dunia paling akhir dan
berlangsung hingga 50 (lima puluh) tahun sesudahnya.
Pasal 30
(1) Hak Cipta atas Ciptaan:
a. Program Komputer;
b. sinematografi;
c. fotografi;
d. database; dan
e. karya hasil pengalihwujudan,
berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak pertama kali diumumkan.
(2) Hak Cipta atas perwajahan karya tulis yang diterbitkan berlaku selama 50 (lima puluh)
tahun sejak pertama kali diterbitkan.
(3) Hak Cipta atas Ciptaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) pasal ini serta
Pasal 29 ayat (1) yang dimiliki atau dipegang oleh suatu badan hukum berlaku selama 50
(lima puluh) tahun sejak pertama kali diumumkan.
Pasal 31
(1) Hak Cipta atas Ciptaan yang dipegang atau dilaksanakan oleh Negara berdasarkan:
a. Pasal 10 ayat (2) berlaku tanpa batas waktu;
b. Pasal 11 ayat (1) dan ayat (3) berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak Ciptaan
tersebut pertama kali diketahui umum.
(2) Hak Cipta atas Ciptaan yang dilaksanakan oleh penerbit berdasarkan Pasal 11 ayat (2)
berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak Ciptaan tersebut pertama kali diterbitkan.
Pasal 32
(1) Jangka waktu berlakunya Hak Cipta atas Ciptaan yang diumumkan bagian demi bagian
dihitung mulai tanggal Pengumuman bagian yang terakhir.
(2) Dalam menentukan jangka waktu berlakunya Hak Cipta atas Ciptaan yang terdiri atas 2
(dua) jilid atau lebih, demikian pula ikhtisar dan berita yang diumumkan secara berkala dan
tidak bersamaan waktunya, setiap jilid atau ikhtisar dan berita itu masing- masing dianggap
sebagai Ciptaan tersendiri.
10
Pasal 33
Jangka waktu perlindungan bagi hak Pencipta sebagaimana dimaksud dalam:
a. Pasal 24 ayat (1) berlaku tanpa batas waktu;
b. Pasal 24 ayat (2) dan ayat (3) berlaku selama berlangsungnya jangka waktu Hak Cipta atas
Ciptaan yang bersangkutan, kecuali untuk pencantuman dan perubahan nama atau nama
samaran Penciptanya.
Pasal 34
Tanpa mengurangi hak Pencipta atas jangka waktu perlindungan Hak Cipta yang dihitung
sejak lahirnya suatu Ciptaan, penghitungan jangka waktu perlindungan bagi Ciptaan yang
dilindungi:
a. selama 50 (lima puluh) tahun;
b. selama hidup Pencipta dan terus berlangsung hingga 50 (lima puluh) tahun setelah Pencipta
meninggal dunia
dimulai sejak 1 Januari untuk tahun berikutnya setelah Ciptaan tersebut diumumkan, diketahui
oleh umum, diterbitkan, atau setelah Pencipta meninggal dunia.
BAB IV
PENDAFTARAN CIPTAAN
Pasal 35
(1) Direktorat Jenderal menyelenggarakan pendaftaran Ciptaan dan dicatat dalam Daftar
Umum Ciptaan.
(2) Daftar Umum Ciptaan tersebut dapat dilihat oleh setiap orang tanpa dikenai biaya.
(3) Setiap orang dapat memperoleh untuk dirinya sendiri suatu petikan dari Daftar Umum
Ciptaan tersebut dengan dikenai biaya.
(4) Ketentuan tentang pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak merupakan
kewajiban untuk mendapatkan Hak Cipta.
Pasal 36
Pendaftaran Ciptaan dalam Daftar Umum Ciptaan tidak mengandung arti sebagai pengesahan
atas isi, arti, maksud, atau bentuk dari Ciptaan yang didaftar.
Pasal 37
(1) Pendaftaran Ciptaan dalam Daftar Umum Ciptaan dilakukan atas Permohonan yang
diajukan oleh Pencipta atau oleh Pemegang Hak Cipta atau Kuasa.
(2) Permohonan diajukan kepada Direktorat Jenderal dengan surat rangkap 2 (dua) yang ditulis
dalam bahasa Indonesia dan disertai contoh Ciptaan atau penggantinya dengan dikenai
biaya.
(3) Terhadap Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Direktorat Jenderal akan
memberikan keputusan paling lama 9 (sembilan) bulan terhitung sejak tanggal diterimanya
Permohonan secara lengkap.
(4) Kuasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah konsultan yang terdaftar pada
Direktorat Jenderal.
11
(5) Ketentuan mengenai syarat-syarat dan tata cara untuk dapat diangkat dan terdaftar sebagai
konsultan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur lebih lanjut dalam Peraturan
Pemerintah.
(6) Ketentuan lebih lanjut tentang syarat dan tata cara Permohonan ditetapkan dengan
Keputusan Presiden.
Pasal 38
Dalam hal Permohonan diajukan oleh lebih dari seorang atau suatu badan hukum yang secara
bersama-sama berhak atas suatu Ciptaan, Permohonan tersebut dilampiri salinan resmi akta
atau keterangan tertulis yang membuktikan hak tersebut.
Pasal 39
Dalam Daftar Umum Ciptaan dimuat, antara lain:
a. nama Pencipta dan Pemegang Hak Cipta;
b. tanggal penerimaan surat Permohonan;
c. tanggal lengkapnya persyaratan menurut Pasal 37; dan
d. nomor pendaftaran Ciptaan.
Pasal 40
(1) Pendaftaran Ciptaan dianggap telah dilakukan pada saat diterimanya Permohonan oleh
Direktorat Jenderal dengan lengkap menurut Pasal 37, atau pada saat diterimanya
Permohonan dengan lengkap menurut Pasal 37 dan Pasal 38 jika Permohonan diajukan
oleh lebih dari seorang atau satu badan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38.
(2) Pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diumumkan dalam Berita Resmi Ciptaan
oleh Direktorat Jenderal.
Pasal 41
(1) Pemindahan hak atas pendaftaran Ciptaan, yang terdaftar menurut Pasal 39 yang terdaftar
dalam satu nomor, hanya diperkenankan jika seluruh Ciptaan yang terdaftar itu
dipindahkan haknya kepada penerima hak.
(2) Pemindahan hak tersebut dicatat dalam Daftar Umum Ciptaan atas permohonan tertulis dari
kedua belah pihak atau dari penerima hak dengan dikenai biaya.
(3) Pencatatan pemindahan hak tersebut diumumkan dalam Berita Resmi Ciptaan oleh
Direktorat Jenderal.
Pasal 42
Dalam hal Ciptaan didaftar menurut Pasal 37 ayat (1) dan ayat (2) serta Pasal 39, pihak lain
yang menurut Pasal 2 berhak atas Hak Cipta dapat mengajukan gugatan pembatalan melalui
Pengadilan Niaga.
Pasal 43
(1) Perubahan nama dan/atau perubahan alamat orang atau badan hukum yang namanya
tercatat dalam Daftar Umum Ciptaan sebagai Pencipta atau Pemegang Hak Cipta, dicatat
dalam Daftar Umum Ciptaan atas permintaan tertulis Pencipta atau Pemegang Hak Cipta
yang mempunyai nama dan alamat itu dengan dikenai biaya.
(2) Perubahan nama dan/atau perubahan alamat tersebut diumumkan dalam Berita Resmi
Ciptaan oleh Direktorat Jenderal.
12
Pasal 44
Kekuatan hukum dari suatu pendaftaran Ciptaan hapus karena:
a. penghapusan atas permohonan orang atau badan hukum yang namanya tercatat sebagai
Pencipta atau Pemegang Hak Cipta;
b. lampau waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29, Pasal 30, dan Pasal 31 dengan
mengingat Pasal 32;
c. dinyatakan batal oleh putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
BAB V
LISENSI
Pasal 45
(1) Pemegang Hak Cipta berhak memberikan Lisensi kepada pihak lain berdasarkan surat
perjanjian lisensi untuk melaksanakan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2.
(2) Kecuali diperjanjikan lain, lingkup Lisensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
semua perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 berlangsung selama jangka waktu
Lisensi diberikan dan berlaku untuk seluruh wilayah Negara Republik Indonesia.
(3) Kecuali diperjanjikan lain, pelaksanaan perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) disertai dengan kewajiban pemberian royalti kepada Pemegang Hak Cipta oleh
penerima Lisensi.
(4) Jumlah royalti yang wajib dibayarkan kepada Pemegang Hak Cipta oleh penerima Lisensi
adalah berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak dengan berpedoman kepada
kesepakatan organisasi profesi.
Pasal 46
Kecuali diperjanjikan lain, Pemegang Hak Cipta tetap boleh melaksanakan sendiri atau
memberikan Lisensi kepada pihak ketiga untuk melaksanakan perbuatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2.
Pasal 47
(1) Perjanjian Lisensi dilarang memuat ketentuan yang dapat menimbulkan akibat yang
merugikan perekonomian Indonesia atau memuat ketentuan yang mengakibatkan
persaingan usaha tidak sehat sebagaimana diatur dalam peraturan perundang- undangan
yang berlaku.
(2) Agar dapat mempunyai akibat hukum terhadap pihak ketiga, perjanjian Lisensi wajib
dicatatkan di Direktorat Jenderal.
(3) Direktorat Jenderal wajib menolak pencatatan perjanjian Lisensi yang memuat ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pencatatan perjanjian Lisensi diatur dengan Keputusan
Presiden.
13
BAB VI
DEWAN HAK CIPTA
Pasal 48
(1) Untuk membantu Pemerintah dalam memberikan penyuluhan dan pembimbingan serta
pembinaan Hak Cipta, dibentuk Dewan Hak Cipta.
(2) Keanggotaan Dewan Hak Cipta terdiri atas wakil pemerintah, wakil organisasi profesi, dan
anggota masyarakat yang memiliki kompetensi di bidang Hak Cipta, yang diangkat dan
diberhentikan oleh Presiden atas usul Menteri.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas, fungsi, susunan, tata kerja, pembiayaan, masa bakti
Dewan Hak Cipta ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
(4) Biaya untuk Dewan Hak Cipta sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dibebankan kepada
anggaran belanja departemen yang melakukan pembinaan di bidang Hak Kekayaan
Intelektual.
BAB VII
HAK TERKAIT
Pasal 49
(1) Pelaku memiliki hak eksklusif untuk memberikan izin atau melarang pihak lain yang tanpa
persetujuannya membuat, memperbanyak, atau menyiarkan rekaman suara dan/atau
gambar pertunjukannya.
(2) Produser Rekaman Suara memiliki hak eksklusif untuk memberikan izin atau melarang
pihak lain yang tanpa persetujuannya memperbanyak dan/atau menyewakan Karya
Rekaman suara atau rekaman bunyi.
(3) Lembaga Penyiaran memiliki hak eksklusif untuk memberikan izin atau melarang pihak
lain yang tanpa persetujuannya membuat, memperbanyak, dan/atau menyiarkan ulang
karya siarannya melalui transmisi dengan atau tanpa kabel, atau melalui sistem
elektromagnetik lain.
Pasal 50
(1) Jangka waktu perlindungan bagi:
a. Pelaku, berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak karya tersebut pertama kali
dipertunjukkan atau dimasukkan ke dalam media audio atau media audiovisual;
b. Produser Rekaman Suara, berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak karya tersebut
selesai direkam;
c. Lembaga Penyiaran, berlaku selama 20 (dua puluh) tahun sejak karya siaran tersebut
pertama kali disiarkan.
(2) Penghitungan jangka waktu perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimulai
sejak tanggal 1 Januari tahun berikutnya setelah:
a. karya pertunjukan selesai dipertunjukkan atau dimasukkan ke dalam media audio atau
media audiovisual;
b. karya rekaman suara selesai direkam;
c. karya siaran selesai disiarkan untuk pertama kali.
14
Pasal 51
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8,
Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11, Pasal 14 huruf b dan huruf c, Pasal 15, Pasal 17, Pasal 18, Pasal
24, Pasal 25, Pasal 26, Pasal 27, Pasal 28, Pasal 35, Pasal 36, Pasal 37, Pasal 38, Pasal 39,
Pasal 40, Pasal 41, Pasal 42, Pasal 43, Pasal 44, Pasal 45, Pasal 46, Pasal 47, Pasal 48, Pasal
52, Pasal 53, Pasal 54, Pasal 55, Pasal 56, Pasal 57, Pasal 58, Pasal 59, Pasal 60, Pasal 61,
Pasal 62, Pasal 63, Pasal 64, Pasal 65, Pasal 66, Pasal 68, Pasal 69, Pasal 70, Pasal 71, Pasal
74, Pasal 75, Pasal 76, Pasal 77 berlaku mutatis mutandis terhadap Hak Terkait.
BAB VIII
PENGELOLAAN HAK CIPTA
Pasal 52
Penyelenggaraan administrasi Hak Cipta sebagaimana diatur dalam Undang- undang ini
dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal.
Pasal 53
Direktorat Jenderal menyelenggarakan sistem jaringan dokumentasi dan informasi Hak Cipta
yang bersifat nasional, yang mampu menyediakan informasi tentang Hak Cipta seluas mungkin
kepada masyarakat.
BAB IX
BIAYA
Pasal 54
(1) Untuk setiap pengajuan Permohonan, permintaan petikan Daftar Umum Ciptaan,
pencatatan pengalihan Hak Cipta, pencatatan perubahan nama dan/atau alamat, pencatatan
perjanjian Lisensi, pencatatan Lisensi wajib, serta lain- lain yang ditentukan dalam Undangundang ini dikenai biaya yang besarnya ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan, jangka waktu, dan tata cara pembayaran
biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Keputusan Presiden.
(3) Direktorat Jenderal dengan persetujuan Menteri dan Menteri Keuangan dapat
menggunakan penerimaan yang berasal dari biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) berdasarkan perundang- undangan yang berlaku.
BAB X
PENYELESAIAN SENGKETA
Pasal 55
Penyerahan Hak Cipta atas seluruh Ciptaan kepada pihak lain tidak mengurangi hak Pencipta
atau ahli warisnya untuk menggugat yang tanpa persetujuannya:
a. meniadakan nama Pencipta yang tercantum pada Ciptaan itu;
b. mencantumkan nama Pencipta pada Ciptaannya;
c. mengganti atau mengubah judul Ciptaan; atau
d. mengubah isi Ciptaan.
15
Pasal 56
(1) Pemegang Hak Cipta berhak mengajukan gugatan ganti rugi kepada Pengadilan Niaga atas
pelanggaran Hak Ciptaannya dan meminta penyitaan terhadap benda yang diumumkan
atau hasil Perbanyakan Ciptaan itu.
(2) Pemegang Hak Cipta juga berhak memohon kepada Pengadilan Niaga agar memerintahkan
penyerahan seluruh atau sebagian penghasilan yang diperoleh dari penyelenggaraan
ceramah, pertemuan ilmiah, pertunjukan atau pameran karya, yang merupakan hasil
pelanggaran Hak Cipta.
(3) Sebelum menjatuhkan putusan akhir dan untuk mencegah kerugian yang lebih besar pada
pihak yang haknya dilanggar, hakim dapat memerintahkan pelanggar untuk menghentikan
kegiatan Pengumuman dan/atau Perbanyakan Ciptaan atau barang yang merupakan hasil
pelanggaran Hak Cipta.
Pasal 57
Hak dari Pemegang Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 tidak berlaku terhadap
Ciptaan yang berada pada pihak yang dengan itikad baik memperoleh Ciptaan tersebut sematamata untuk keperluan sendiri dan tidak digunakan untuk suatu kegiatan komersial dan/atau
kepentingan yang berkaitan dengan kegiatan komersial.
Pasal 58
Pencipta atau ahli waris suatu Ciptaan dapat mengajukan gugatan ganti rugi atas pelanggaran
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24.
Pasal 59
Gugatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55, Pasal 56, dan Pasal 58 wajib diputus dalam
tenggang waktu 90 (sembilan puluh) hari terhitung sejak gugatan didaftarkan di Pengadilan
Niaga yang bersangkutan.
Pasal 60
(1) Gugatan atas pelanggaran Hak Cipta diajukan kepada Ketua Pengadilan Niaga.
(2) Panitera mendaftarkan gugatan tersebut pada ayat (1) pada tanggal gugatan diajukan dan
kepada penggugat diberikan tanda terima tertulis yang ditandatangani oleh pejabat yang
berwenang dengan tanggal yang sama dengan tanggal pendaftaran.
(3) Panitera menyampaikan gugatan kepada Ketua Pengadilan Niaga paling lama 2 (dua) hari
terhitung setelah gugatan didaftarkan.
(4) Dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari setelah gugatan didaftarkan, Pengadilan
Niaga mempelajari gugatan dan menetapkan hari sidang.
(5) Sidang pemeriksaan atas gugatan dimulai dalam jangka waktu paling lama 60 (enam
puluh) hari setelah gugatan didaftarkan.
Pasal 61
(1) Pemanggilan para pihak dilakukan oleh juru sita paling lama 7 (tujuh) hari setelah gugatan
didaftarkan.
(2) Putusan atas gugatan harus diucapkan paling lama 90 (sembilan puluh) hari setelah
gugatan didaftarkan dan dapat diperpanjang paling lama 30 (tiga puluh) hari atas
persetujuan Ketua Mahkamah Agung.
16
(3) Putusan atas gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang memuat secara lengkap
pertimbangan hukum yang mendasari putusan tersebut harus diucapkan dalam sidang
terbuka untuk umum dan apabila diminta dapat dijalankan terlebih dahulu meskipun
terhadap putusan tersebut diajukan suatu upaya hukum.
(4) Isi putusan Pengadilan Niaga sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib disampaikan oleh
juru sita kepada para pihak paling lama 14 (empat belas) hari setelah putusan atas gugatan
diucapkan.
Pasal 62
(1) Terhadap putusan Pengadilan Niaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 ayat (4) hanya
dapat diajukan kasasi.
(2) Permohonan kasasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan paling lama 14 (empat
belas) hari setelah tanggal putusan yang dimohonkan kasasi diucapkan atau diberitahukan
kepada para pihak dengan mendaftarkan kepada Pengadilan yang telah memutus gugatan
tersebut.
(3) Panitera mendaftar permohonan kasasi pada tanggal permohonan yang bersangkutan
diajukan dan kepada pemohon kasasi diberikan tanda terima tertulis yang ditandatangani
oleh panitera dengan tanggal yang sama dengan tanggal penerimaan pendaftaran.
Pasal 63
(1) Pemohon kasasi wajib menyampaikan memori kasasi kepada panitera dalam waktu 14
(empat belas) hari sejak tanggal permohonan kasasi didaftarkan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 62 ayat (2).
(2) Panitera wajib mengirimkan permohonan kasasi dan memori kasasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) kepada pihak termohon kasasi paling lama 7 (tujuh) hari setelah memori
kasasi diterima oleh panitera.
(3) Termohon kasasi dapat mengajukan kontra memori kasasi kepada panitera paling lama 14
(empat belas) hari setelah tanggal termohon kasasi mene rima memori kasasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan panitera wajib menyampaikan kontra memori kasasi kepada
pemohon kasasi paling lama 7 (tujuh) hari setelah kontra memori kasasi diterima oleh
panitera.
(4) Panitera wajib mengirimkan berkas perkara kasasi yang bersangkutan kepada Mahkamah
Agung paling lama 14 (empat belas) hari setelah lewat jangka waktu sebagaimana
dimaksud pada ayat (3).
Pasal 64
(1) Mahkamah Agung wajib mempelajari berkas perkara kasasi dan menetapkan hari sidang
paling lama 7 (tujuh) hari setelah permohonan kasasi diterima oleh Mahkamah Agung.
(2) Sidang pemeriksaan atas permohonan kasasi mulai dilakukan paling lama 60 (enam puluh)
hari setelah permohonan kasasi diterima oleh Mahkamah Agung.
(3) Putusan atas permohonan kasasi harus diucapkan paling lama 90 (sembilan puluh) hari
setelah permohonan kasasi diterima oleh Mahkamah Agung.
(4) Putusan atas permohonan kasasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang memuat secara
lengkap pertimbangan hukum yang mendasari putusan tersebut harus diucapkan dalam
sidang yang terbuka untuk umum.
17
(5) Panitera Mahkamah Agung wajib menyampaikan salinan putusan kasasi kepada panitera
paling lama 7 (tujuh) hari setelah putusan atas permohonan kasasi diucapkan.
(6) Juru sita wajib menyampaikan salinan putusan kasasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
kepada pemohon kasasi dan termohon kasasi paling lama 7 (tujuh) hari setelah putusan
kasasi diterima oleh panitera.
Pasal 65
Selain penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 dan Pasal 56, para pihak
dapat menyelesaikan perselisihan tersebut melalui arbitrase atau alternatif penyelesaian
sengketa.
Pasal 66
Hak untuk mengajukan gugatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55, Pasal 56, dan Pasal 65
tidak mengurangi hak Negara untuk melakukan tuntutan pidana terhadap pelanggaran Hak
Cipta.
BAB XI
PENETAPAN SEMENTARA PENGADILAN
Pasal 67
Atas permintaan pihak yang merasa dirugikan, Pengadilan Niaga dapat menerbitkan surat
penetapan dengan segera dan efektif untuk:
a. mencegah berlanjutnya pelanggaran Hak Cipta, khususnya mencegah masuknya barang
yang diduga melanggar Hak Cipta atau Hak Terkait ke dalam jalur perdagangan, termasuk
tindakan importasi;
b. menyimpan bukti yang berkaitan dengan pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait tersebut
guna menghindari terjadinya penghilangan barang bukti;
c. meminta kepada pihak yang merasa dirugikan, untuk memberikan bukti yang menyatakan
bahwa pihak tersebut memang berhak atas Hak Cipta atau Hak Terkait, dan hak Pemohon
tersebut memang sedang dilanggar.
Pasal 68
Dalam hal penetapan sementara pengadilan tersebut telah dilakukan, para pihak harus segera
diberitahukan mengenai hal itu, termasuk hak untuk didengar bagi pihak yang dikenai
penetapan sementara tersebut.
Pasal 69
(1) Dalam hal hakim Pengadilan Niaga telah menerbitkan penetapan sementara pengadilan,
hakim Pengadilan Niaga harus memutuskan apakah mengubah, membatalkan, atau
menguatkan penetapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 huruf a dan huruf b dalam
waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak dikeluarkannya penetapan sementara
pengadilan tersebut.
(2) Apabila dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari hakim tidak melaksanakan ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), penetapan sementara pengadilan tidak mempunyai
kekuatan hukum.
18
Pasal 70
Dalam hal penetapan sementara dibatalkan, pihak yang merasa dirugikan dapat menuntut ganti
rugi kepada pihak yang meminta penetapan sementara atas segala kerugian yang ditimbulkan
oleh penetapan sementara tersebut.
BAB XII
PENYIDIKAN
Pasal 71
(1) Selain Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, Pejabat Pegawai Negeri Sipil
tertentu di lingkungan departemen yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya meliputi
pembinaan Hak Kekayaan Intelektual diberi wewenang khusus sebagai Penyidik
sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara
Pidana untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang Hak Cipta.
(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang:
a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan berkenaan dengan
tindak pidana di bidang Hak Cipta;
b. melakukan pemeriksaan terhadap pihak atau badan hukum yang diduga melakukan
tindak pidana di bidang Hak Cipta;
c. meminta keterangan dari pihak atau badan hukum sehubungan dengan tindak pidana di
bidang Hak Cipta;
d. melakukan pemeriksaan atas pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain berkenaan
dengan tindak pidana di bidang Hak Cipta;
e. melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang diduga terdapat barang bukti
pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain;
f. melakukan penyitaan bersama-sama dengan pihak Kepolisian terhadap bahan dan barang
hasil pelanggaran yang dapat dijadikan bukti dalam perkara tindak pidana di bidang Hak
Cipta; dan
g. meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di
bidang Hak Cipta.
(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan
menyampaikan hasil penyidikannya kepada penyidik pejabat polisi negara Republik
Indonesia sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1981 tentang Hukum Acara Pidana.
BAB XIII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 72
(1) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara
masing- masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit
Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
(2) Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual
kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
19
(3) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak memperbanyak penggunaan untuk kepentingan
komersial suatu Program Komputer dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rup iah).
(4) Barangsiapa dengan sengaja melanggar Pasal 17 dipidana dengan pidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah).
(5) Barangsiapa dengan sengaja melanggar Pasal 19, Pasal 20, atau Pasal 49 ayat (3) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).
(6) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 24 atau Pasal 55 dipidana
dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).
(7) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 25 dipidana dengan pidana
penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 150.000.000,00
(seratus lima puluh juta rupiah).
(8) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 27 dipidana dengan pidana
penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 150.000.000,00
(seratus lima puluh juta rupiah).
(9) Barangsiapa dengan sengaja melanggar Pasal 28 dipidana dengan pidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 1.500.000.000,00 (satu miliar lima
ratus juta rupiah).
Pasal 73
(1) Ciptaan atau barang yang merupakan ha sil tindak pidana Hak Cipta atau Hak Terkait serta
alat-alat yang digunakan untuk melakukan tindak pidana tersebut dirampas oleh Negara
untuk dimusnahkan.
(2) Ciptaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di bidang seni dan bersifat unik, dapat
dipertimbangkan untuk tidak dimusnahkan.
BAB XIV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 74
Dengan berlakunya Undang- undang ini segala peraturan perundang- undangan di bidang Hak
Cipta yang telah ada pada tanggal berlakunya Undang- undang ini, tetap berlaku selama tidak
bertentangan atau belum diganti dengan yang baru berdasarkan Undang-undang ini.
Pasal 75
Terhadap Surat Pendaftaran Ciptaan yang telah dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal
berdasarkan Undang- undang No. 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta sebagaimana diubah
dengan Undang- undang No.7 Tahun 1987 dan terakhir diubah dengan Undang-undang No.12
Tahun 1997 yang masih berlaku pada saat diundangkannya undang-undang ini, dinyatakan
tetap berlaku untuk selama sisa jangka waktu perlindungannya.
20
BAB XV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 76
Undang-undang ini berlaku terhadap:
a. semua Ciptaan warga negara, penduduk, dan badan hukum Indonesia;
b. semua Ciptaan bukan warga negara Indonesia, bukan penduduk Indonesia, dan bukan
badan hukum Indonesia yang diumumkan untuk pertama kali di Indonesia;
c. semua Ciptaan bukan warga negara Indonesia, bukan penduduk Indonesia, dan bukan
badan hukum Indonesia, dengan ketentuan:
(i) negaranya mempunyai perjanjian bilateral mengenai perlindungan Hak Cipta dengan
Negara Republik Indonesia; atau
(ii) negaranya dan Negara Republik Indonesia merupakan pihak atau peserta dalam
perjanjian multilateral yang sama mengenai perlindungan Hak Cipta.
Pasal 77
Dengan berlakunya undang-undang ini, Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak
Cipta sebagaimana diubah dengan Undang- undang Nomor 7 Tahun 1987 dan terakhir diubah
dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1997 dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 78
Undang-undang ini mulai berlaku 12 (dua belas) bulan sejak tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang- undang ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Disahkan di Jakarta
pada tanggal 29 Juli 2002
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
ttd.
MEGAWATI SOEKARNOPUTRI
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 29 Juli 2002
SEKRETARIS NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
ttd.
BAMBANG KESOWO
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2002 NOMOR 85
Salinan sesuai dengan aslinya
SEKRETARIAT KABINET RI.
Kepala Biro Peraturan Perundang-undangan II,
Ttd.
EDY SUDIBYO
21
PENJELASAN
ATAS
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 19 TAHUN 2002
TENTANG
HAK CIPTA
I.
UMUM
Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki keanekaragaman seni dan budaya yang
sangat kaya. Hal itu sejalan dengan keanekaragaman etnik, suku bangsa, dan agama yang
secara keseluruhan merupakan potensi nasional yang perlu dilindungi. Kekayaan seni dan
budaya itu merupakan salah satu sumber dari karya intelektual yang dapat dan perlu
dilindungi oleh undang-undang. Kekayaan itu tidak semata-mata untuk seni dan budaya itu
sendiri, tetapi dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kemampuan di bidang
perdagangan dan industri yang melibatkan para Penciptanya. Dengan demikian, kekayaan
seni dan budaya yang dilindungi itu dapat meningkatkan kesejahteraan tidak hanya bagi
para Penciptanya saja, tetapi juga bagi bangsa dan negara.
Indonesia telah ikut serta dalam pergaulan masyarakat dunia dengan menjadi anggota
dalam Agreement Establishing the World Trade Organization (Persetujua n Pembentukan
Organisasi Perdagangan Dunia) yang mencakup pula Agreement on Trade Related Aspects
of Intellectual Property Rights (Persetujuan tentang Aspek-aspek Dagang Hak Kekayaan
Intelektual), selanjutnya disebut TRIPs, melalui Undang-undang Nomor 7 Ta hun 1994.
Selain itu, Indonesia juga meratifikasi Berne Convention for the Protection of Artistic and
Literary Works (Konvensi Berne tentang Perlindungan Karya Seni dan Sastra) melalui
Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 1997 dan World Intellectual Property Organization
Copyrights Treaty (Perjanjian Hak Cipta WIPO), selanjutnya disebut WCT, melalui
Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 1997.
Saat ini Indonesia telah memiliki Undang- undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta
sebagaimana telah diubah dengan Undang- undang Nomor 7 Tahun 1987 dan terakhir
diubah dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1997 yang selanjutnya disebut Undangundang Hak Cipta. Walaupun perubahan itu telah memuat beberapa penyesuaian pasal
yang sesuai dengan TRIPs, namun masih terdapat beberapa hal yang perlu disempurnakan
untuk memberi perlindungan bagi karya-karya intelektual di bidang Hak Cipta, termasuk
upaya untuk memajukan perkembangan karya intelektual yang berasal dari
keanekaragaman seni dan budaya tersebut di atas. Dari beberapa konvensi di bidang Hak
Kekayaan Intelektual yang disebut di atas, masih terdapat beberapa ketentuan yang sudah
sepatutnya dimanfaatkan. Selain itu, kita perlu menegaskan dan memilah kedudukan Hak
Cipta di satu pihak dan Hak Terkait di lain pihak dalam rangka memberikan perlindungan
bagi karya intelektual yang bersangkutan secara lebih jelas.
Dengan memperhatikan hal-hal di atas dipandang perlu untuk mengganti Undang- undang
Hak Cipta dengan yang baru. Hal itu disadari karena kekayaan seni dan budaya, serta
pengembangan kemampuan intelektual masyarakat Indonesia memerlukan perlindungan
hukum yang memadai agar terdapat iklim persaingan usaha yang sehat yang diperlukan
dalam melaksanakan pembangunan nasional.
Hak Cipta terdiri atas hak ekonomi (economic rights) dan hak moral (moral rights). Hak
ekonomi adalah hak untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas Ciptaan serta produk Hak
Terkait. Hak moral adalah hak yang melekat pada diri Pencipta atau Pelaku yang tidak
dapat dihilangkan atau dihapus tanpa alasan apa pun, walaupun Hak Cipta atau Hak
Terkait telah dialihkan.
22
Perlindungan Hak Cipta tidak diberikan kepada ide atau gagasan karena karya cipta harus
memiliki bentuk yang khas, bersifat pribadi dan menunjukkan keaslian sebagai Ciptaan
yang lahir berdasarkan kemamp uan, kreativitas, atau keahlian sehingga Ciptaan itu dapat
dilihat, dibaca, atau didengar.
Undang-undang ini memuat beberapa ketentuan baru, antara lain, mengenai:
1. database merupakan salah satu Ciptaan yang dilindungi;
2. penggunaan alat apa pun baik melalui kabel maupun tanpa kabel, termasuk media
internet, untuk pemutaran produk-produk cakram optik (optical disc) melalui media
audio, media audiovisual dan/atau sarana telekomunikasi;
3. penyelesaian sengketa oleh Pengadilan Niaga, arbitrase, atau alternatif penyelesaian
sengketa;
4. penetapan sementara pengadilan untuk mencegah kerugian lebih besar bagi pemegang
hak;
5. batas waktu proses perkara perdata di bidang Hak Cipta dan Hak Terkait, baik di
Pengadilan Niaga maupun di Mahkamah Agung;
6. pencantuman hak informasi manajemen elektronik dan sarana kontrol teknologi;
7. pencantuman mekanisme pengawasan dan perlindungan terhadap produk-produk yang
menggunakan sarana produksi berteknologi tinggi;
8. ancaman pidana atas pelanggaran Hak Terkait;
9. ancaman pidana dan denda minimal;
10. ancaman pidana terhadap perbanyakan penggunaan Program Komputer untuk
kepentingan komersial secara tidak sah dan melawan hukum.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan hak eksklusif adalah hak yang semata- mata diperuntukkan
bagi pemegangnya sehingga tidak ada pihak lain yang boleh memanfaatkan hak
tersebut tanpa izin pemegangnya.
Dalam pengertian “mengumumkan atau memperbanyak”, termasuk kegiatan
menerjemahkan, mengadaptasi, mengaransemen,
mengalihwujudkan, menjual,
menyewakan, meminjamkan, mengimpor, memamerkan, mempertunjukkan
kepada publik, menyiarkan, merekam, dan mengomunikasikan Ciptaan kepada
publik melalui sarana apa pun.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 3
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Beralih atau dialihkannya Hak Cipta tidak dapat dilakukan secara lisan, tetapi harus
dilakukan secara tertulis baik dengan maupun tanpa akta notariil.
Huruf a
Cukup jelas.
23
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Sebab-sebab lain ya ng dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan, misalnya
pengalihan yang disebabkan oleh putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap.
Pasal 4
Ayat (1)
Karena manunggal dengan Penciptanya dan bersifat tidak berwujud, Hak Cipta
pada prinsipnya tidak dapat disita, kecuali Hak Cipta tersebut diperoleh secara
melawan hukum.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 5
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Pada prinsipnya Hak Cipta diperoleh bukan karena pendaftaran, tetapi dalam hal
terjadi sengketa di pengadilan mengenai Ciptaan yang terdaftar dan yang tidak
terdaftar sebagaimana dimaksud pada ketentuan ayat (1) huruf a dan huruf b serta
apabila pihak-pihak yang berkepentingan dapat membuktikan kebenarannya, hakim
dapat menentukan Pencipta yang sebenarnya berdasarkan pembuktian tersebut.
Pasal 6
Yang dimaksud dengan bagian tersendiri, misalnya suatu ciptaan berupa film serial, yang
isi setiap seri dapat lepas dari isi seri yang lain, demikian juga dengan buku, yang untuk
isi setiap bagian dapat dipisahkan dari isi bagian yang lain.
Pasal 7
Rancangan yang dimaksud adalah gagasan berupa gambar atau kata atau gabungan
keduanya, yang akan diwujudkan dalam bentuk yang dikehendaki pemilik rancangan.
Oleh karena itu, perancang disebut Pencipta, apabila rancangannya itu dikerjakan secara
detail menurut desain yang sudah ditentukannya dan tidak sekadar gagasan atau ide saja.
Yang dimaksud dengan di bawah pimpinan dan pengawasan adalah yang dilakukan
dengan bimbingan, pengarahan, ataupun koreksi dari orang yang memiliki rancangan
tersebut.
Pasal 8
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan hubungan dinas adalah hubungan kepegawaian antara
pegawai negeri dengan instansinya.
Ayat (2)
Ketentuan ini dimaksudkan untuk menegaskan bahwa Hak Cipta yang dibuat oleh
seseorang berdasarkan pesanan dari instansi Pemerintah tetap dipegang oleh instansi
Pemerintah tersebut selaku pemesan, kecuali diperjanjikan lain.
24
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan hubungan kerja atau berdasarkan pesanan di sini adalah
Ciptaan yang dibuat atas dasar hubungan kerja di lembaga swasta atau atas dasar
pesanan pihak lain.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Dalam rangka melindungi folklor dan hasil kebudayaan rakyat lain, Pemerintah
dapat mencegah adanya monopoli atau komersialisasi serta tindakan yang merusak
atau pemanfaatan komersial tanpa seizin negara Republik Indonesia sebagai
Pemegang Hak Cipta. Ketentuan ini dimaksudkan untuk menghindari tindakan
pihak asing yang dapat merusak nilai kebudayaan tersebut.
Folklor dimaksudkan sebaga i sekumpulan ciptaan tradisional, baik yang dibuat
oleh kelompok maupun perorangan dalam masyarakat, yang menunjukkan identitas
sosial dan budayanya berdasarkan standar dan nilai-nilai yang diucapkan atau
diikuti secara turun temurun, termasuk:
a. cerita rakyat, puisi rakyat;
b. lagu-lagu rakyat dan musik instrumen tradisional;
c. tari-tarian rakyat, permainan tradisional;
d. hasil seni antara lain berupa: lukisan, gambar, ukiran-ukiran, pahatan, mosaik,
perhiasan, kerajinan tangan, pakaian, instrumen musik dan tenun tradisional.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 11
Ayat (1)
Ketentuan ini dimaksudkan untuk menegaskan status Hak Cipta dalam hal suatu
karya yang Penciptanya tidak diketahui dan tidak atau belum diterbitkan,
sebagaimana layaknya Ciptaan itu diwujudkan. Misalnya, dalam hal karya tulis
atau karya musik, Ciptaan tersebut belum diterbitkan dalam bentuk buku atau
belum direkam. Dalam hal demikian, Hak Cipta atas karya tersebut dipegang oleh
Negara untuk melindungi Hak Cipta bagi kepentingan Penciptanya, sedangkan
apabila karya tersebut berupa karya tulis dan telah diterbitkan, Hak Cipta atas
Ciptaan yang bersangkutan dipegang oleh Penerbit.
Ayat (2)
Penerbit dianggap Pemegang Hak Cipta atas Ciptaan yang diterbitkan dengan
menggunakan nama samaran Penciptanya. Dengan demikian, suatu Ciptaan yang
diterbitkan tetapi tidak diketahui siapa Penciptanya atau terhadap Ciptaan yang
hanya tertera nama samaran Penciptanya, penerbit yang namanya tertera di dalam
Ciptaan dan dapat membuktikan sebagai Penerbit yang pertama kali menerbitkan
Ciptaan tersebut dianggap sebagai Pemegang Hak Cipta. Hal ini tidak berlaku
apabila Pencipta di kemudian hari menyatakan identitasnya dan ia dapat
membuktikan bahwa Ciptaan tersebut adalah Ciptaannya.
25
Ayat (3)
Penerbit dianggap Pemegang Hak Cipta atas Ciptaan yang telah diterbitkan tetapi
tidak diketahui Penciptanya atau pada Ciptaan tersebut hanya tertera nama samaran
Penciptanya, penerbit yang pertama kali menerbitkan Ciptaan tersebut dianggap
mewakili Pencipta. Hal ini tidak berlaku apabila Pencipta dikemudian hari
menyatakan identitasnya dan ia dapat membuktikan bahwa Ciptaan tersebut adalah
Ciptaannya.
Pasal 12
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan perwajahan karya tulis adalah karya cipta yang lazim
dikenal denga n "typholographical arrangement", yaitu aspek seni pada
susunan dan bentuk penulisan karya tulis. Hal ini mencakup antara lain
format, hiasan, warna dan susunan atau tata letak huruf indah yang secara
keseluruhan menampilkan wujud yang khas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan Ciptaan lain yang sejenis adalah Ciptaan-ciptaan
yang belum disebutkan, tetapi dapat disamakan dengan Ciptaan-ciptaan
seperti ceramah, kuliah, dan pidato.
Huruf c
Yang dimaksud dengan alat peraga adalah Ciptaan yang berbentuk dua
ataupun tiga dimensi yang berkaitan dengan geografi, topografi, arsitektur,
biologi atau ilmu pengetahuan lain.
Huruf d
Lagu atau musik dalam undang- undang ini diartikan sebagai karya yang
bersifat utuh, sekalipun terdiri atas unsur lagu atau melodi, syair atau lirik,
dan aransemennya termasuk notasi.
Yang dimaksud dengan utuh adalah bahwa lagu atau musik tersebut
merupakan satu kesatuan karya cipta.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Yang dimaksud dengan gambar antara lain meliputi: motif, diagram, sketsa,
logo dan bentuk huruf indah, dan gambar tersebut dibuat bukan untuk tujuan
desain industri.
Yang dimaksud dengan kolase adalah komposisi artistik yang dibuat dari
berbagai bahan (misalnya dari kain, kertas, kayu) yang ditempelkan pada
permukaan gambar.
Seni terapan yang berupa kerajinan tangan sejauh tujuan pembuatannya
bukan untuk diproduksi secara massal merupakan suatu Ciptaan.
Huruf g
Yang dimaksud dengan arsitektur antara lain meliputi: seni gambar
bangunan, seni gambar miniatur, dan seni gambar maket bangunan.
Huruf h
Yang dimaksud dengan peta adalah suatu gambaran dari unsur- unsur alam
dan/atau buatan manusia yang berada di atas ataupun di bawah permukaan
bumi yang digambarkan pada suatu bidang datar dengan skala tertentu.
Huruf i
Batik yang dibuat secara konvensional dilindungi dalam undang-undang ini
sebagai bentuk Ciptaan tersendiri. Karya-karya seperti itu memperoleh
perlindungan karena mempunyai nilai seni, baik pada Ciptaan motif atau
26
gambar maupun komposisi warnanya. Disamakan dengan pengertian seni
batik adalah karya tradisional lainnya yang merupakan kekayaan bangsa
Indonesia yang terdapat di berbagai daerah, seperti seni songket, ikat, dan
lain- lain yang dewasa ini terus dikembangkan.
Huruf j
Cukup jelas.
Huruf k
Karya sinematografi yang merupakan media komunikasi massa gambar gerak
(moving images) antara lain meliputi: film dokumenter, film iklan, reportase
atau film cerita yang dibuat dengan skenario, dan film kartun. Karya
sinematografi dapat dibuat dalam pita seluloid, pita video, piringan video,
cakram optik dan/atau media lain yang memungkinkan untuk dipertunjukkan
di bioskop, di layar lebar atau ditayangkan di televisi atau di media lainnya.
Karya serupa itu dibuat oleh perusahaan pembuat film, stasiun televisi atau
perorangan.
Huruf l
Yang dimaksud dengan bunga rampai meliputi: Ciptaan dalam bentuk buku
yang berisi kumpulan karya tulis pilihan, himpunan lagu-lagu pilihan yang
direkam dalam satu kaset, cakram optik atau media lain, serta komposisi
berbagai karya tari pilihan.
Yang dimaksud dengan database adalah kompilasi data dalam bentuk apapun
yang dapat dibaca oleh mesin (komputer) atau dalam bentuk lain, yang
karena alasan pemilihan atau pengaturan atas isi data itu merupakan kreasi
intelektual. Perlindungan terhadap database diberikan dengan tidak
mengurangi hak Pencipta lain yang Ciptaannya dimasukkan dalam database
tersebut.
Yang dimaksud dengan pengalihwujudan adalah pengubahan bentuk,
misalnya dari bentuk patung menjadi lukisan, cerita roman menjadi drama,
drama menjadi sandiwara radio dan novel menjadi film.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Ciptaan yang belum diumumkan, sebagai contoh sketsa, manuskrip, cetak biru
(blue print) dan yang sejenisnya dianggap Ciptaan yang sudah merupakan suatu
kesatuan yang lengkap.
Pasal 13
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
27
Huruf e
Yang dimaksud dengan keputusan badan-badan sejenis lain, misalnya keputusankeputusan yang memutuskan suatu sengketa, termasuk keputusan–keputusan
Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan, dan Mahkamah Pelayaran.
Pasal 14
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Contoh dari Pengumuman dan Perbanyakan atas nama Pemerintah adalah
Pengumuman dan Perbanyakan mengenai suatu hasil riset yang dilakukan dengan
biaya Negara.
Huruf c
Yang dimaksud dengan berita aktual adalah berita yang diumumkan dalam waktu
1 x 24 jam sejak pertama kali diumumkan.
Pasal 15
Huruf a
Pembatasan ini perlu dilakukan karena ukuran kuantitatif untuk menentukan
pelanggaran Hak Cipta sulit diterapkan. Dalam hal ini akan lebih tepat apabila
penentuan pelanggaran Hak Cipta didasarkan pada ukuran kualitatif. Misalnya,
pengambilan bagian yang paling substansial dan khas yang menjadi ciri dari
Ciptaan, meskipun pemakaian itu kurang dari 10 %. Pemakaian seperti itu secara
substantif merupakan pelanggaran Hak Cipta. Pemakaian Ciptaan tidak dianggap
sebagai pelanggaran Hak Cipta apabila sumbernya disebut atau dicantumkan
dengan jelas dan hal itu dilakukan terbatas untuk kegiatan yang bersifat
nonkomersial termasuk untuk kegiatan sosial. Misalnya, kegiatan dalam lingkup
pendidikan dan ilmu pengetahuan, kegiatan penelitian dan pengembangan, dengan
ketentuan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari Penciptanya. Termasuk
dalam pengertian ini adalah pengambilan Ciptaan untuk pertunjukan atau
pementasan yang tidak dikenakan bayaran. Khusus untuk pengutipan karya tulis,
penyebutan atau pencantuman sumber Ciptaan yang dikutip harus dilakukan secara
lengkap. Artinya, dengan mencantumkan sekurang-kurangnya nama Pencipta,
judul atau nama Ciptaan, dan nama penerbit jika ada.
Yang dimaksud dengan kepentingan yang wajar dari Pencipta atau Pemegang Hak
Cipta adalah suatu kepentingan yang didasarkan pada keseimbangan dalam
menikmati manfaat ekonomi atas suatu ciptaan.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
28
Huruf g
Seorang pemilik (bukan Pemegang Hak Cipta) Program Komputer dibolehkan
membuat salinan atas Program Komputer yang dimilikinya, untuk dijadikan
cadangan semata-mata untuk digunakan sendiri. Pembuatan salinan cadangan
seperti di atas tidak dianggap sebagai pelanggaran Hak Cipta.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Ketentuan ini dimaksudkan untuk mencegah beredarnya Ciptaan yang apabila
diumumkan dapat merendahkan nilai- nilai keagamaan, ataupun menimbulkan masalah
kesukuan atau ras, dapat menimbulkan gangguan atau bahaya terhadap pertahanan
keamanan negara, bertentangan dengan norma kesusilaan umum yang berlaku dalam
masyarakat, dan ketertiban umum. Misalnya, buku-buku atau karya-karya sastra atau
karya-karya fotografi.
Pasal 18
Ayat (1)
Maksud ketentuan ini adalah Pengumuman suatu ciptaan melalui penyiaran radio,
televisi dan sarana lainnya yang diselenggarakan oleh Pemerintah haruslah
diutamakan untuk kepentingan publik yang secara nyata dibutuhkan oleh
masyarakat umum.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 19
Ayat (1)
Tidak selalu orang yang dipotret akan setuju bahwa potretnya diumumkan tanpa
diminta persetujuannya. Oleh karena itu ditentukan bahwa harus dimintakan
persetujuan yang bersangkutan atau ahli warisnya.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 20
Dalam suatu pemotretan dapat terjadi bahwa seseorang telah dipotret tanpa diketahuinya
dalam keadaan yang dapat merugikan dirinya.
Pasal 21
Misalnya, seorang penyanyi dalam suatu pertunjukan musik dapat berkeberatan jika
diambil potretnya untuk diumumkan.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
29
Pasal 24
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Dengan hak moral, Pencipta dari suatu karya cipta memiliki hak untuk:
a. dicantumkan nama atau nama samarannya di dalam Ciptaannya ataupun
salinannya dalam hubungan dengan penggunaan secara umum;
b. mencegah bentuk-bentuk distorsi, mutilasi atau bentuk perubahan lainnya yang
meliputi pemutarbalikan, pemotongan, perusakan, penggantian yang berhubungan
dengan karya cipta yang pada akhirnya akan merusak apresiasi dan reputasi
Pencipta.
Selain itu tidak satupun dari hak- hak tersebut di atas dapat dipindahkan selama
Penciptanya masih hidup, kecuali atas wasiat Pencipta berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 25
Yang dimaksud dengan informasi manajemen hak Pencipta adalah informasi yang
melekat secara elektronik pada suatu ciptaan atau muncul dalam hubungan dengan
kegiatan Pengumuman yang menerangkan tentang suatu Ciptaan, Pencipta, dan
kepemilikan hak maupun informasi persyaratan penggunaan, nomor atau kode informasi.
Siapa pun dilarang mendistribusikan, mengimpor, menyiarkan, mengkomunikasikan
kepada publik karya-karya pertunjukan, rekaman suara atau siaran yang diketahui bahwa
perangkat informasi manajemen hak Pencipta telah ditiadakan, dirusak, atau diubah tanpa
izin pemegang hak.
Pasal 26
Ayat (1)
Pembelian hasil Ciptaan tidak berarti bahwa status Hak Ciptanya berpindah kepada
pembeli, akan tetapi Hak Cipta atas suatu Ciptaan tersebut tetap ada di tangan
Penciptanya. Misalnya, pembelian buku, kaset, dan lukisan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 27
Yang dimaksud dengan sarana kontrol teknologi adalah instrumen teknologi dalam
bentuk antara lain kode rahasia, password, bar code, serial number, teknologi dekripsi
(decryption) dan enkripsi (encryption) yang digunakan untuk melindungi Ciptaan.
Semua tindakan yang dia nggap pelanggaran hukum meliputi: memproduksi atau
mengimpor atau menyewakan peralatan apa pun yang dirancang khusus untuk
meniadakan sarana kontrol teknologi atau untuk mencegah, membatasi Perbanyakan dari
suatu Ciptaan.
Pasal 28
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan ketentuan persyaratan sarana produksi berteknologi tinggi,
misalnya, izin lokasi produksi, kewajiban membuat pembukuan produksi,
membubuhkan tanda pengenal produsen pada produknya, pajak atau cukai serta
memenuhi syarat inspeksi oleh pihak yang berwenang.
30
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Ketentuan ini menegaskan bahwa tanggal 1 Januari sebagai dasar perhitungan jangka
waktu perlindungan Hak Cipta, dimaksudkan semata-mata untuk memudahkan
perhitungan berakhirnya jangka perlindungan. Titik tolaknya adalah tanggal 1 Januari
tahun berikutnya setelah Ciptaan tersebut diumumkan, diketahui oleh umum, diterbitkan
atau Penciptanya meninggal dunia. Cara perhitungan seperti itu tetap tidak mengurangi
prinsip perhitungan jangka waktu perlindungan yang didasarkan pada saat dihasilkannya
suatu Ciptaan apabila tanggal tersebut diketahui secara jelas.
Pasal 35
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Pendaftaran Ciptaan bukan merupakan suatu keharusan bagi Pencipta atau
Pemegang Hak Cipta, dan timbulnya perlindungan suatu Ciptaan dimulai sejak
Ciptaan itu ada atau terwujud dan bukan karena pendaftaran. Hal ini berarti suatu
Ciptaan baik yang terdaftar maupun tidak terdaftar tetap dilindungi.
Pasal 36
Direktorat Jenderal yang menyelenggarakan pendaftaran Ciptaan tidak bertanggung
jawab atas isi, arti, maksud, atau bentuk dari Ciptaan yang terdaftar.
31
Pasal 37
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan kuasa adalah Konsultan Hak Kekayaan Intelektual yaitu
orang yang memiliki keahlian di bidang Hak Kekayaan Intelektual dan secara
khusus memberikan jasa mengurus permohonan Hak Cipta, Paten, Merek, Desain
Industri serta bidang-bidang Hak Kekayaan Intelektual lain dan terdaftar sebagai
Konsultan Hak Kekayaan Intelektual di Direktorat Jenderal.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan pengganti Ciptaan adalah contoh Ciptaan yang dilampirkan
karena Ciptaan itu sendiri secara teknis tidak mungkin untuk dilampirkan dalam
Permohonan, misalnya, patung yang berukuran besar diganti dengan miniatur atau
fotonya.
Ayat (3)
Jangka waktu proses permohonan dimaksudkan untuk memberi kepastian hukum
kepada Pemohon.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41
Cukup jelas.
Pasal 42
Cukup jelas.
Pasal 43
Cukup jelas.
Pasal 44
Cukup jelas.
Pasal 45
Cukup jelas.
Pasal 46
Cukup jelas.
Pasal 47
Cukup jelas.
Pasal 48
Cukup jelas.
32
Pasal 49
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan menyiarkan termasuk menyewakan, melakukan
pertunjukan umum (public performance), mengomunikasikan pertunjukan
langsung (life performance), dan mengomunikasikan secara interaktif suatu karya
rekaman Pelaku.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 50
Cukup jelas.
Pasal 51
Cukup jelas.
Pasal 52
Cukup jelas.
Pasal 53
Cukup jelas.
Pasal 54
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan menggunakan penerimaan adalah penggunaan Penerimaan
Negara Bukan Pajak (PNBP) sesuai dengan sistem dan mekanisme yang berlaku.
Dalam hal ini seluruh penerimaan disetorkan langsung ke kas negara sebagai
PNBP. Kemudian, Direktorat Jenderal melalui Menteri mengajukan permohonan
kepada Menteri Keuangan untuk menggunakan sebagian PNBP sesuai dengan
keperluan yang dibenarkan oleh Undang-undang, yang saat ini diatur dengan
Undang-undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 43, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3687).
Pasal 55
Cukup jelas.
Pasal 56
Cukup jelas.
Pasal 57
Cukup jelas.
Pasal 58
Cukup jelas.
Pasal 59
Cukup jelas.
33
Pasal 60
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan Ketua Pengadilan Niaga adalah Ketua Pengadilan
Negeri/Pengadilan Niaga.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 61
Cukup jelas.
Pasal 62
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Kecuali dinyatakan lain, yang dimaksud dengan “panitera” pada ayat ini adalah
panitera Pengadilan Negeri/Pengadilan Niaga.
Pasal 63
Cukup jelas.
Pasal 64
Cukup jelas.
Pasal 65
Yang dimaksud dengan alternatif penyelesaian sengketa adalah negosiasi, mediasi,
konsiliasi, dan cara lain yang dipilih oleh para pihak sesuai dengan Undang- undang yang
berlaku.
Pasal 66
Cukup jelas.
Pasal 67
Huruf a
Ketentuan ini dimaksudkan untuk mencegah kerugian yang lebih besar pada pihak
yang haknya dilanggar, sehingga hakim Pengadilan Niaga diberi kewenangan
untuk menerbitkan penetapan sementara guna mencegah berlanjutnya pelanggaran
dan masuknya barang yang diduga melanggar Hak Cipta dan Hak Terkait ke jalur
perdagangan termasuk tindakan importasi.
Huruf b
Ketentuan ini dimaksudkan untuk mencegah penghilangan barang bukti oleh pihak
pelanggar.
Huruf c
Cukup jelas.
Pasal 68
Cukup jelas.
34
Pasal 69
Cukup jelas.
Pasal 70
Cukup jelas.
Pasal 71
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu adalah pegawai yang
diangkat sebagai penyidik berdasarkan Keputusan Menteri.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 72
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan memperbanyak penggunaan adalah menggandakan, atau
menyalin program komputer dalam bentuk kode sumber (source code) atau
program aplikasinya.
Yang dimaksud dengan kode sumber adalah sebuah arsip (file) program yang berisi
pernyataan-pernyataan (statements) pemrograman, kode-kode instruksi/perintah,
fungsi, prosedur dan objek yang dibuat oleh seorang pemrogram (programmer).
Misalnya: A membeli program komputer dengan hak Lisensi untuk digunakan
pada satu unit komputer, atau B mengadakan perjanjian Lisensi untuk pengunaan
aplikasi program komputer pada 10 (sepuluh) unit komputer. Apabila A atau B
menggandakan atau menyalin aplikasi program komputer di atas untuk lebih dari
yang telah ditentukan atau diperjanjikan, tindakan itu merupakan pelanggaran,
kecuali untuk arsip.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Ayat (8)
Cukup jelas.
Ayat (9)
Cukup jelas.
Pasal 73
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “bersifat unik” adalah bersifat lain daripada yang lain, tidak
ada persamaan dengan yang lain, atau yang bersifat khusus.
35
Pasal 74
Cukup jelas.
Pasal 75
Cukup jelas.
Pasal 76
Cukup jelas.
Pasal 77
Cukup jelas.
Pasal 78
Diberlakukan 12 (dua belas) bulan sejak tanggal diundangkan dimaksudkan agar undangundang ini dapat disosialisasikan terutama kepada pihak-pihak yang terkait dengan Hak
Cipta, misalnya, perguruan tinggi, asosiasi-asosiasi di bidang Hak Cipta, dan lain- lain.
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4220.
36
Download