BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1. Tujuan Laporan Keuangan Laporan keuangan disusun dengan tujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Informasi mengenai posisi keuangan, kinerja, dan perubahan posisi keuangan sangat diperlukan untuk dapat melakukan evaluasi atas kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas (setara kas), dan waktu serta kepastian dari hasil tersebut. Posisi keuangan perusahaan dipengaruhi oleh sumber daya yang dikendalikan, struktur keuangan, likuiditas, dan solvabilitas serta kemampuan beradaptasi dengan perubahan lingkungan (Prastowo, 2014). Informasi kinerja perusahaan, terutama profitabilitas diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di masa depan, sehingga dapat memprediksi kapasitas perusahaan dalam menghasilkan kas (dan setara kas) serta untuk merumuskan efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber daya. Informasi perubahan posisi keuangan perusahaan bermanfaat untuk menilai aktivitas investasi, pendanaan dan operasi perusahaan selama periode pelaporan. Selain berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas (dan setara kas), informasi ini 7 8 juga berguna untuk menilai kebutuhan perusahaan dalam memanfaatkan arus kas tersebut (Prastowo, 2014). Laporan keuangan yang disusun untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Meskipun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam proses pengambilan keputusan ekonomi. Selain untuk tujuantujuan tersebut laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan oleh manajemen atau menggambarkan pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya (Prastowo, 2014). Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan, catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Selain itu, laporan keuangan juga menampung skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan keuangan, seperti informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga (Prastowo, 2014). 2.1.2. Karakteristik Laporan Keuangan Karakteristik kualitatif laporan keuangan merupakan ciri khas yang membuat infromasi dalam laporan keuangan tersebut berguna bagi para pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Karakteristik kualitatif laporan keuangan ini meliputi karakteristik yang dapat dipahami, relevan, keandalan dan dapat diperbandingkan (Prastowo, 2014). 9 1. Dapat Dipahami Kualitas penting infromasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh para pemakai. Dalam hal ini, para pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. Namun demikian, sulitnya memahami informasi yang kompleks jangan dijadikan alasan untuk tidak memasukkan informasi tersebut dalam laporan keuangan. 2. Relevan Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan para pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan apabila informasi tersebut mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu pemakai mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan (predictive), menegaskan atau mengoreksi, hasil evaluasi pemakai di masa lalu. Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakikat dan materialitasnya. Informasi dipandang material apabila kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai yang diambil atas dasar laporan keuangan. 3. Keandalan Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable). Informasi mempunyai kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian 10 yang tulus dan jujur dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. Jika informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan jujur transaksi serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan, maka peristiwa tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya (substansi mengungguli bentuk). Selain itu, informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai, dan tidak bergantung pada kebutuhan atau keinginan pihak tertentu (netralitas). Dalam hal menghadapi ketidakpastian peristiwa dan keadaan tertentu, maka ketidakpastian tersebut diakui dengan mengungkapkan hakikat dan tingkatnya dengan menggunakan pertimbangan sehat. Agar dapat diandalkan, informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus lengkap dalam batasan materialitas dan biaya (kelengkapan). Kesengajaan untuk tidak mengungkapkan (omission) dapat mengakibatkan informasi menjadi tidak benar dan menyesatkan. 4. Dapat Dibandingkan Para pemakai laporan keuangan harus dapat membandingkan laporan keuangan perusahaan antarperiode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi keuangan dan kinerja perusahaan. Selain itu, pemakai juga harus dapat membandingkan laporan keuangan antarperusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif. 11 Untuk memenuhi kualitas tersebut maka pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten untuk perusahaan tersebut, antarperiode perusahaan yang sama dan untuk perusahaan yang berbeda. Implikasinya adalah bahwa para pemakai harus mendapat informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan dan perubahan kebijakan serta pengaruh perubahan tersebut. Ketaatan pada standar akuntansi (termasuk pengungkapan kebijakan akuntansi yang digunakan) membantu pencapaian daya banding. Kebutuhan atas daya banding tidak boleh dikacaukan dengan keseragaman semata-mata dan tidak seharusnya menjadi hambatan dalam memperkenalkan standar akuntansi keuangan yang lebih baik. Untuk dapat memberikan perbandingan posisi keuangan, kinerja serat perubahan posisi keuangan, perusahaan perlu menyajikan informasi periode sebelumnya dalam laporan keuangan. 2.1.3. Pemakai dan Kebutuhan Informasi Pemakai laporan keuangan meliputi para investor dan calon investor, kreditor (pemberi pinjaman), pemasok, kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah, pemerintah dan lembaga lainnya, karyawan dan masyarakat dan shareholders (para pemegang saham). Para pemakai laporan keuangan ini menggunakan laporan keuangn untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda, yang meliputi (Prastowo, 2014): 12 1. Investor Para investor berkepentingan terhadap risiko yang melekat dan hasil pengembangan dari investasi yang dilakukannya. Investor ini membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi tersebut. Selain itu, investor juga tertarik pada informasi yang memungkinkan melakukan penilaian terhadap kemampuan perusahaan dalam membayar dividen. 2. Kreditor Para kreditor tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan kreditor untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo. 3. Pemasok dan kreditor usaha lainnya Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan untuk memutuskan apakah jumlah terutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek dibandingkan kreditor. 4. Shareholders (para pemegang saham) Para pemegang saham berkepentingan dengan informasi mengenai kemajuan perusahaan, pembagian keuntungan yang akan diperoleh, dan penambahan modal untuk business plan selanjutnya. 13 5. Pelanggan Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan atau bergantung pada perusahaan 6. Pemerintah Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada dibawah kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan oleh karenanya berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Selain itu, pemerintah juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya. 7. Karyawan Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakilinya tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Karyawan juga tertarik pada informasi yang memungkinkan karyawan melakukan penilaian atas kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun dan kesempatan kerja. 8. Masyarakat Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara, seperti pemberian kontribusi pada perekonomian nasiaonal, termasuk jumlah orang yang diperkerjakan dan perlindungan kepada para penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan 14 menyediakan informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan bersifat umum, sehingga tidak sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan informasi setiap pemakai. Berhubung para investor merupakan penanam modal bersiiko, maka ketentuan laporan keuangan yang memenuhi kebutuhan para investor, juga akan memenuhi sebagain besar kebutuhan pemakai lain (Prastowo, 2014). Manajemen perusahaan memikul tanggung jawab utama dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan perusahaan. Manajemen juga berkepentingan terhadap informasi yang disajikan pada laporan keuangan, meskipun memiliki akses terhadap informasi manajemen dan keuangan tambahan yang membantu dalam melaksanakan tanggung jawab perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan (Prastowo, 2014). Manajemen memiliki kemampuan untuk menentukan bentuk dan isi informasi tambahan (di luar informasi laporan keuangan) untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Dalam rangka menyusun dan menyajikan laporan keuangan. Khususnya untuk kepentingan eksternal, manajemen harus mengacu pada kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan, yang mencakup tujuan laporan keuangan (termasuk asumsi dasar), karakteristik kualitatif laporan keuangan, unsur-unsur yang membentuk laporan keuangan (definisi, pengakuan dan pengukuran) dan konsep modal dan pemeliharaan modal (Prastowo, 2014). 15 2.2. Penyampaian Laporan Keuangan Berdasarkan Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor Kep-346/BL/2011 tentang Penyampaian Laporan Keuangan Berkala Emiten atau Perusahaan Publik menyatakan bahwa emiten atau perusahaan publik yang pernyataan pendaftarannya telah menjadi efektif wajib menyampaikan laporan keuangan berkala kepada Bapepam dan Laporan Keuangan paling sedikit 2 (dua) eksemplar, satu diantaranya dalam bentuk asli, dan disertai dengan laporan dalam salinan elektronik (soft copy). Laporan keuangan berkala yang dimaksud adalah laporan keuangan tahunan dan laporan keuangan tengah tahunan emiten atau perusahaan publik. Laporan keuangan berkala merupakan laporan keuangan lengkap yang terdiri dari: 1. Laporan posisi keuangan (neraca) 2. Laporan laba rugi komprehensif 3. Laporan perubahan ekuitas 4. Laporan arus kas 5. Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif, jika emiten atau perusahaan publik menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif, membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya; dan 6. Catatan atas laporan keuangan Bagi emiten atau perusahaan publik yang efeknya tercatat di bursa efek di Indonesia dan bursa efek di negara lain, maka laporan keuangan berkala yang 16 disampaikan kepada Bapepam dan Laporan Keuangan wajib memuat informasi yang sama dengan laporan keuangan berkala yang disampaikan kepada otoritas pasar modal di negara lain tersebut, dan paling sedikit memenuhi ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Bapepam dan Laporan Keuangan yang terkait dengan penyajian dan pengungkapan laporan keuangan (Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor Kep346/BL/2011). Laporan keuangan tahunan wajib disajikan secara perbandingan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Laporan keuangan tahunan wajib disertai dengan laporan Akuntan dalam rangka audit atas laporan keuangan. Laporan keuangan tahunan wajib disampaikan kepada Bapepam dan Laporan Keuangan dan diumumkan kepada masyarakat paling lambat pada akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan (Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor Kep-346/BL/2011). 2.3. Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan Ketepatan waktu mengimplikasikan bahwa laporan keuangan seharusnya disajikan pada suatu interval waktu untuk menjelaskan perubahan dalam perusahaan yang akan mempengaruhi pemakai informasi dan membuat prediksi dan keputusan. Selanjutnya ketepatan waktu menunjukkan rentang waktu antara penyajian informasi yang diinginkan serta frekuensi pelaporan informasi. Informasi tepat waktu akan mempengaruhi kemampuan manajemen dalam merespon setiap kejadian dan permasalahan. Apabila informasi itu tidak 17 disampaikan dengan tepat waktu akan menyebabkan informasi tersebut kehilangan nilai didalam mempengaruhi kualitas keputusan informasi tepat waktu juga akan mendukung manajer menghadapi ketidakpastian yang terjadi dalam lingkungan kerja mereka (Ukago, Ghozali, dan Sugiyono, 2005 dalam Srimindarti, 2008). Perusahaan tercatat yang terlambat menyampaikan laporan keuangan sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Peraturan Nomor I-E tentang Kewajiban Penyampaian Laporan dikenakan sanksi sebagai berikut: 1. Peringatan tertulis I, atas keterlambatan penyampaian Laporan Keuangan sampai 30 (tiga puluh) hari kalender terhitung sejak lampaunya batas waktu penyampaian laporan keuangan. 2. Peringatan tertulis II dan denda sebesar Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah), apabila mulai hari kalender ke-31 hingga hari kalender ke-60 sejak lampaunya batas waktu penyampaian Laporan Keuangan, Perusahaan Tercatat tetap tidak memenuhi kewajiban penyampaian Laporan Keuangan. 3. Peringatan tertulis III dan tambahan denda sebesar Rp 150.000.000,- (seratus lima puluh juta rupiah), apabila mulai hari kalender ke-61 hingga hari kalender ke-90 sejak lampaunya batas waktu penyampaian Laporan Keuangan, Perusahaan Tercatat tetap tidak memenuhi kewajiban penyampaian Laporan Keuangan atau menyampaikan Laporan Keuangan namun tidak memenuhi kewajiban untuk membayar denda sebagaimana dimaksud dalam ketentuan c di atas. 18 4. Suspensi, apabila mulai hari kalender ke-91 sejak lampaunya batas waktu penyampaian Laporan Keuangan, Perusahaan Tercatat tetap tidak memenuhi kewajiban penyampaian Laporan Keuangan dan atau Perusahaan Tercatat telah menyampaikan Laporan Keuangan namun tidak memenuhi kewajiban untuk membayar denda sebagaimana dimaksud dalam ketentuan b dan c di atas. 5. Sanksi suspensi Perusahaan Tercatat hanya akan dibuka apabila Perusahaan Tercatat telah menyerahkan Laporan Keuangan dan membayar denda sebagaimana dimaksud dalam ketentuan b dan c di atas. 2.4. Profitabilitas Rasio profitabilitas adalah rasio yang mengukur efektifitas manajemen secara keseluruhan yang ditunjukkan oleh besar kecilnya keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan dan investasi (Munawir, 2008). Profitabilitas suatu perusahaan mencerminkan tingkat efisiensi yang dicapai oleh suatu operasional perusahaan (Sartono, 1995 dalam Suharli dan Harahap, 2008). Dasar pemikiran bahwa tingkat keuntungan digunakan sebagai salah satu cara untuk menilai keberhasilan efektivitas perusahaan, tentu saja berkaitan dengan hasil akhir dari berbagai kebijakan dan keputusan perusahaan yang telah dilaksanakan oleh perusahaan dalam periode berjalan (Suharli dan Harahap, 2008). Return on assets (ROA) biasanya disebut sebagai hasil dari pengembalian atas jumlah aktiva. Rasio ini mengukur efektivitas pemakaian total 19 sumber daya oleh perusahaan. ROA sebagai rasio laba terhadap aktiva juga merupakan indikator kunci pada produktivitas. Perusahaan yang berhasil mempunyai laba yang relatif besar dibandingkan perusahaan yang kurang maju (Hamilton, 1997 dalam Suharli dan Harahap, 2008). Return on Total Assets mengukur kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan asetnya untuk memperoleh laba. Rasio ini mengukur tingkat kembalian investasi yang telah dilakukan oleh perusahaan dengan menggunakan seluruh dana (aset) yang dimilikinya (Prastowo, 2014). Rasio profitabilitas menurut Riyanto (2001) terdiri dari bebarapa rasio yaitu: 1. Gross Profit Margin Rasio gross profit margin mengukur efisiensi produksi dan penentuan harga jual. Untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan rasio ini, dapat dipelajari lebih rinci proporsi elemn biaya terhadap penjualan (Prastowo, 2014). Rumus gross profit margin adalah sebagai berikut (Riyanto, 2001): Penjualan neto – Harga Pokok Penjualan Gross Profit Margin = Penjualan neto 2. Operating Income Margin Rasio operating income margin menunjukkan laba operasi sebelum bunga dan pajak yang dihasilkan oleh setiap rupiah penjualan (Riyanto, 2001). Pada rasio operating income margin, angka laba yang digunakan dalam perhitungan adalah yang berasal dari kegiatan usaha pokok 20 perusahaan (Prastowo, 2014). Rumus operating income margin adalah sebagai berikut (Pratowo, 2014): Laba usaha Operating income margin = Penjualan 3. Operating Ratio Operating ratio menunjukkan biaya operasi per rupiah penjualan. Rumus operating ratio adalah sebagai berikut (Riyanto, 2001): Harga pokok penjualan + biaya administrasi, penjualan dan umum Operating ratio = Penjualan 4. Net Profit Margin Rasio net profit margin mengukur rupiah laba yang dihasilkan oleh setiap satu rupiah penjualan. Rasio ini memberi gambaran tentang laba untuk para pemegang saham sebagai persentase dari penjualan. Rasio net profit margin juga mengukur seluruh efisiensi, baik produksi, administrasi, pemasaran, pendanaan, penentuan harga maupun manajemen pajak. Rumus net profit margin adalah sebagai berikut (Prastowo, 2014): Laba bersih Net profit margin = Penjualan 5. Return on Assets Return on assets mengukur kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan aktivanya untuk memperoleh laba. Rasio ini mengukur 21 tingkat kembalian investasi yang telah dilakukan oleh perusahaan dengan menggunakan seluruh dana (aktiva) yang dimilikinya. Rasio ini dapat diperbandingkan dengan tingkat bunga bank yang berlaku (Prastowo, 2014). Rumus return on assets adalah sebagai berikut (Munawir, 2008) Laba setelah pajak Return on assets = Rata-Rata Total Aktiva 6. Return on Investment Return on investment adalah rasio antara keuntungan yang diperoleh dengan modal yang diinvestasikan, baik modal sendiri maupun modal saing (utang jangka panjang). Rasio tersebut biasanya digunakan untuk mengevaluasi kinerja perusahaan karena rasio tersebut mengukur kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari utang jangka panjang dan modal pemegang saham. Rumus return on investment adalah (Munawir, 2008): Return on investment = {(Net income + Interest) x (1 - Tax Rate)} : Average (Long term debt + Modal) 7. Return on Equity Salah satu alasan utama mengapa mengoperasikan perusahaan adalah untuk menghasilkan laba yang akan bermanfaat bagi pemegang saham. Ukuran keberhasilan dari pencapaian alasan ini adalah angka return on equity yang berhasil dicapai. Rasio return on equity diukur dengan cara sebagai berikut (Prastowo, 2014): 22 Laba setelah pajak – Dividen saham istimewa Return on equity = Rata-rata modal saham biasa Laba yang dimaksudkan adalah laba bersih setelah pajak dikurangi dividen unruk pemegang saham istemewa (bila ada). Hal ini dimaksudkan untuk menggambarkan besarnya laba yang benar-benar tersedia dan tersisa bagi para pemegang saham biasa (Prastowo, 2014). 2.5. Leverage Leverage mengacu pada seberapa jauh suatu perusahaan bergantung pada kreditor dalam membiayai aktiva perusahaan (Hilmi dan Ali, 2008). Weston dan Copeland (1995) dalam Hilmi dan Ali (2008) menyatakan bahwa rasio leverage mengukur tingkat aktiva perusahaan yang telah dibiayai oleh penggunaan hutang. Leverage keuangan dapat diartikan sebagai penggunaan asset dan sumber dana (source of fund) oleh perusahaan yang memiliki biaya tetap dengan maksud meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham. Suatu perusahaan yang memiliki leverage keuangan yang tinggi berarti memiliki banyak hutang pada pihak luar. Ini berarti perusahaan tersebut memiliki risiko keuangan yang tinggi karena mengalami kesulitan keuangan (financial distress) akibat hutang yang tinggi (Hilmi dan Ali, 2008). Rasio leverage terdiri dari debt to equity ratio, debt ratio, long term debt to equity ratio, tangible assest debt coverage dan time intereset earned ratio. 23 1. Debt to equity ratio Debt to equity ratio adalah rasio antara total utang dengan total modal yang memberikan indikasi tentang seberapa jauh kreditor terlindungi jika terjadi insolvensi. Dari perspektif kemampuan membayar kewajiban jangka panjang, semakin kecil rasio debt to equity ratio maka semakin baik posisi perusahaan (Munawir, 2008). Dalam rangka mengukur risiko, fokus perhatian kreditor jangka panjang terutama ditujukan pada prospek laba dan perkiraan arus kas. Meskipun demikian, mereka tidak dapat mengabaikan pentingnya tetap mempertahankan keseimbangan antara proporsi aktiva yang didanaii oleh kreditor dan yang didanai oleh pemilik perusahaan. Rumus debt to equity ratio adalah sebagai berikut (Pratowo, 2014): Total Utang Debt to equity ratio = Total Modal 2. Debt Ratio Debt ratio adalah perbandingan antara total utang perusahaan dengan total aktiva, yang mengindikasikan persentase dari total aktiva yang dibiayai dari kreditor, dan hal tersebut akan membantu dalam menentukan seberapa jauh kreditor terlindungi jika terjadi insolvansi pada perusahaan tersebut. Dari perspektif kemampuan membayar kewajiban jangka panjang, semakin rendah rasio tersebut semakin baik posisi perusahaan. Permasalahan yang timbul dalam perhitungan debt ratio adalah berkaitan dengan utang lancar, dimasukkan dalam perhitungan atau tidak, jika dimasukkan dalam 24 perhitungan hasilnya lebih konservatif (Munawir, 2008). Rumus perhitungan debt ratio adalah (Riyanto, 2001): Utang Lancar + Utang Jangka Panjang Debt ratio = Total Aktiva 3. Long Term Debt to Equity Ratio Long term debt to equity ratio menunjukkan bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk utang jangka panjang. Rumus long term debt to equity ratio adalah sebagai berikut (Riyanto, 2001): Utang Jangka Panjang Long Term Debt to Equity Ratio = Modal Sendiri 4. Tangible Assest Debt Coverage Tangible assest debt coverage menunjukkan besarny aset tetap tangible yang digunakan untuk menjamin utang jangka panjang setiap rupiahnya. Rumus perhitungan tangible assest debt coverage adalah sebagai berikut (Riyanto, 2001): Jumlah Aktiva – Intangibles – Utang Lancar Tangible Assest Debt Coverage = Utang Jangka Panjang 5. Time Intereset Earned Ratio Time intereset earned ratio adalah rasio yang mengukur seberapa besar keuntungan yang dapat diperoleh dibandingkan dengan biaya bunga yang harus dibayar, merupakan rasio yang mengindikasikan kemampuan 25 perusahaan untuk membayar kewajiban jangka panjang dari sudut pandang laporan rugi laba. Jika time interest earned tinggi atau mencukupi, maka kecil kemungkinan perusahaan tidak mampu membayar bunga pinjaman, dan akan mampu membayar kembali pokok pinjamannya pada saat jatuh tempo. Akibatnya, kemungkinan dananya tidak diminta untuk membayar kembali utangnya, jika perusahaan dapat menunjukkan rekor yang baik dalam pembayaran bunga. Record yang baik dicerminkan oleh keuntungan yang diperoleh beberapa kali jumlahnya dibandingkan dengan bunga yang dibayar dalam setahun, stabil dari tahun ke tahun. Perusahaan yang dapat mempertahankan rekor yang baik akan dapat membiayai usahanya dari utang dengan proporsi yang lebih tinggi dibandingkan dengan dana dari pemegang saham, dalam waktu yang bersamaan akan diperoleh tingkat bunga yang menguntungkan. Rumus time interest earned adalah sebagai berikut (Munawir, 2008): Earning before interest and taxes Time interest earned = Interest Expense 2.6. Opini Audit Auditor wajib merumuskan opini mengenai apakah laporan keuangan dibuat, dalam segala hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan yang berlaku. Untuk merumuskan opini, auditor wajib menyimpulkan mengenai apakah auditor telah memperoleh asumsi yang memadai atau wajar tentang apakah laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari salah saji yang material, apakah 26 karena kecurangan atau kesalahan. Kesimpulan ini akan memperhitungkan (Tuanakotta, 2014): 1. Kesimpulan auditor, sesuai ISA 330, apakah bukti audit yang cukup dan tepat telah diperoleh. 2. Kesimpulan auditor, sesuai dengan ISA 450, apakah salah saji yang belum dikoreksi, secara terpisah atau tergabung, adalah material. 3. Evaluasi yang diwajibkan oleh alinea 12 – 15. Auditor wajib mengevaluasi apakah laporan keuangan dibuat, dalam segala hal yang material, sesuai dengan ketentuan atau persyaratan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku. Evaluasi ini harus meliputi pertimbangan mengenai aspek kualitatif dari praktik akuntansi entitas itu, termasuk indikator mengenai kemungkinan bias dalam pandangan dan pemikiran manajemen (Tuanakotta, 2014). Secara khusus, auditor wajib mengevaluasi apakah dengan mempertimbangkan persyaratan dalam kerangka pelaporan keuangan yang berlaku (Tuanakotta, 2014): 1. Laporan keuangan cukup mengungkapkan kebijakan akuntansi yang signifikan yang dipilih dan diterapkan. 2. Kebijakan akuntansi yang dipilih dan yang diterapkan adalah konsisten dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku dan (memang) tepat. 3. Estimasi akuntansi yang dibuat manajemen adalah wajar. 4. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan adalah relevan, andal, dapat dibandingkan, dan dapat dipahami. 27 5. Laporan keuangan memberikan cukup disclosure yang memungkinkan pemakai memahami dampak transaksi dan peristiwa yang material terhadap informasi yang disampaikan dalam laporan keuangan. 6. Terminologi dalam laporan keuangan, termasuk judul setiap laporan keuangan, sudah tepat. Ketika laporan keuangan dibuat sesuai dengan kerangka penyajian yang wajar (fair presentation framework), evaluasi yang diwajibkan pada alinea 12 – 13 juga termasuk apakah keuangan memenuhi syarat penyajian yang wajar. Evaluasi auditor mengenai apakah laporan keuangan memenuhi syarat penyajian yang wajar akan meliputi pertimbangan mengenai (Tuanakotta, 2014): 1. Presentasi, struktur, dan isi secara keseluruhan dari laporan keuangan. 2. Apakah laporan keuangan, termasuk catatan (atas laporan keuangan), mencerminkan transaksi dan peristiwa yang mendasarinya, dengan cara yang mencapai penyajian yang wajar. Auditor wajib mengevaluasi apakah laporan keuangan merujuk atau menjelaskan dengan cukup, kerangka pelaporan keuangan yang berlaku. Auditor wajib memberikan opini tidak dimodifikasi (wajar tanpa pengecualian) ketika auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan dibuat, dalam segala hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan yang berlaku. Jika auditor (Tuanakotta, 2014): 1. Menyimpulkan, berdasarkan bukti audit yang diperoleh, laporan keuangan secara keseluruhan tidak bebas dari salah saji yang material, atau 28 2. Tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk menyimpulkan bahwa laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari salah saji yang material. 3. Auditor wajib memodifikasi opini (artinya memberikan opini yang bukan wajar tanpa pengecualian) dalam laporan auditor sesuai dengan ISA 705. Jika laporan keuangan dibuat sesuai dengan kerangka penyajian yang wajar, tidak mencapai penyajian yang wajar, auditor wajib membahas hal ini dengan manajemen dan, tergantung pada persyaratan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku dan bagaimana masalah itu diselesaikan, auditor wajib menentukan apakah perlu memodifikasi opini dalam laporan auditor sesuai dengan ISA 705. Ketika laporan keuangan dibuat sesuai dengan kerangka kepatuhan (compliance framework), auditor tidak harus mengevaluasi apakah laporan keuangan mencapai penyajian yang wajar. Namun, jika dalam situasi yang sangat jarang, auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan menyesatkan, auditor wajib membahas hal ini dengan manajemen dan, tergantung pada bagaimana masalah itu diselesaikan, auditor wajib menentukan apakah dan bagaimana mengkomunikasikannya dalam laporan keuangan (Tuanakotta, 2014). Berikut ini disajikan tabel mengenai pertimbangan dalam merumuskan opini (Tuanakotta, 2014): 29 Tabel 2.1 Pertimbangan dalam Merumuskan Opini Materialitas Simpulkan: • Apakah materialitas masih tepat dalam konteks hasil keuangan entitas yang sebenarnya? • Apakah salah saji yang tidak dikoreksi (termasuk yang berasal dari periode yang lalu), secara terpisah atau tergabung, dapat menyebabkan salah saji yang material? Bukti Audit • Apakah bukti audit yang cukup dan tepat sudah diperoleh? • Apakah estimasi akuntansi yang dibuat manajemen sudah layak? • Apakah prosedur analitikal yang dilakukan pada atau mendekati akhir tahun menguatkan kesimpulan yang diambil selama audit? Kebijakan Akuntansi • Apakah laporan keuangan cukup mengungkapkan kebijakan akuntansi yang signifikan yang dipilih dan diterapkan? • Apakah kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan adalah konsisten dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku dan (memang) tepat? Pengungkapan dalam Laporan Keuangan • Apakah laporan keuangan merujuk atau menjelaskan dengan cukup, kerangka pelaporan keuangan yang berlaku? • Apakah semua pengungkapan dalam laporan keuangan telah dibuat sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku? • Apakah terminologi dalam laporan keuangan, termasuk judul setiap laporan keuangan, sudah tepat? • Apakah informasi yang disajikan dalam laporan keuangan adalah relevan, andal, dapat dibandingkan, dan dipahami, dan cukup? • Apakah laporan keuangan memberikan cukup disclosures yang memungkinkan pemakai memahami dampak transaksi dan peristiwa yang material terhadap informasi yang disampaikan dalam laporan keuangan? Fair Presentation Frameworks • Apakah presentasi, struktur, dan isi secara keseluruhan dari laporan keuangan termasuk catatan (atas laporan keuangan), mencerminkan dengan benar transaksi dan peristiwa yang mendasarinya, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku? Jika tidak, apakah (auditor) perlu memberikan disclosures tambahan untuk memastikan tercapaimya fair presentation? • Apakah laporan keuangan, sesudah memasukkan adjustments yang dibuat manajemen sebagai bagaimana dari proses audit proses, konsisten dengan pemahaman auditor mengenai entitas dan lingkungannya? Compliance Frameworks • Apakah laporan keuangan menyesatkan? Sumber: Tuanakotta, 2014 30 Bagan berikut ini merupakan bagan yang serupa dengan tabel 2.1 untuk kerangka pelaporan keuangan penyajian yang wajar (fair presentation). Tidak Wajar? ISA 700.17 a ISA 700.17 b Ya Pervasive? Ya WTP Pervasive? Tidak TW WDP Ya TMP Tidak WDP Gambar 2.1 Kerangka Pelaporan Keuangan Penyajian yang Wajar Sumber: Tuanakotta (2014) Berikut ini adalah penjelasan mengenai perumusan opini auditor setelah melakukan audit laporan keuangan (Tuanakotta, 2014): 1. Dalam jajaran genjang pertama ada keputusan yang harus dibuat auditor sesudah mengevaluasi bukti-bukti audit yang diperoleh dan tidak diperolehnya. Keputusan ini, dalam bentuk sederhananya, menjawab pertanyaan “Wajar?” 31 2. Jika jawaban atas pertanyaan “Wajar?” adalah Ya, maka auditor merumuskan opini WTP (wajar tanpa pengecualian atau unqualified opinion). Jika jawabannya tidak maka auditor merumuskan modifikasi atas opini. Opini yang dimodifikasi adalah opini yang bukan WTP. Rinciannya tergantung pada fakta-fakta berikut. 3. Fakta pertama, auditor menemukan salah saji yang material dalam laporan keuangan. Referensinya adalah ISA 700.17a. Atau, fakta kedua, auditor tidak memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat. Referensinya adalah ISA 700.17b. 4. Pertanyaan kedua, ditunjukkan dengan dua jajaran genjang berisi pertanyaan: Pervasif? Pertanyaan ini ditujukan kepada fakta pertama dan kedua. 5. Jika fakta pertama pervasif, auditor merumuskan opini WDP (Wajar Dengan Pengecualian atau qualified opinion). Jika fakta pertama tidak pervasif, auditor merumuskan opini WDP (wajar dengan pengecualian atau qualified opinion). 6. Jika fakta kedua pervasif, auditor merumuskan opini TMP (Tidak Menyatakan Pendapat atau disclaimer of opinion). Jika fakta kedua tidak pervasif, auditor merumuskan opini WDP (Wajar Dengan Pengecualian atau qualified opinion). Entitas dan manajemen mengharapkan auditor memberikan opini WTP (wajar tanpa pengecualian) atas laporan keuangan entitas. Namun, setelah melaksanakan dan menyelesaikan proses auditnya, auditor berkesimpulan bahwa 32 ia tidak dapat memberikan WTP, dan sesuai dengan ISAs ia harus memodifikasi laporannya. Pendapat audit yang dimodifikasi (modified audit opinion) wajib diterbitkan manakala auditor menyimpulkan bahwa (Tuanakotta, 2014): 1. Berdasarkan bukti audit yang dikumpulkannya, laporan keuangan secara keseluruhan tidak bebas dari salah saji yang material, atau 2. Tidak mungkin memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat mengenai apakah laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari salah saji yang material. Ada tiga jenis pendapat audit yang dimodifikasi (modified audit opinion), yaitu (Tuanakotta, 2014): 1. Wajar Dengan pengecualian (Qualified Opinion) Ketika dampaknya tidak material dan tidak cukup pervasif untuk memberikan pendapat tidak wajar atau tidak menyatakan pendapat. Diterapkan dalam hal: a. Bukti audit yang cukup dan tepat telah diperoleh, dan auditor menyimpulkan ada salah saji, sendiri-sendiri atau tergabung, yang material tetapi tidak pervasif terhadap laporan keuangan, atau b. Auditor tidak berhasil memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat sebagai dasar pemberian opininya. Auditor menyimpulkan bahwa dampak yang mungkin terjadi atas laporan keuangan karena salah saji yang tidak ditemukan, bisa material tetapi tidak pervasif. 33 2. Tidak Wajar (Adverse Opinion) Ketika dampaknya material dan pervasif. Diterapkan dalam hal bukti audit yang cukup dan tepat diperoleh, dan auditor menyimpulkan ada salah saji, sendiri-sendiri atau tergabung, yang material dan pervasif terhadap laporan keuangan. 3. Tidak Menyatakan Pendapat (Disclaimer Opinion) Ketika dampak yang mungkin terjadi atas laporan keuangan karena salah saji yang tidak ditemukan, bisa material dan pervasif. Diterapkan dalam hal auditor tidak berhasil memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat sebagai dasar pemberian opininya, dan ia menyimpulkan bahwa dampak yang mungkin terjadi atas laporan keuangan karena salah saji yang tidak ditemukan, bisa material dan pervasif. Ini juga diterapkan pada situasi yang sangat langka dimana tidak mungkin bagi auditor memberikan pendapat karena beberapa ketidakpastian yang bisa saling terkait dan dampak kumulatif dari ketidakpastian itu terhadap laporan keuangan. Hal ini diterapkan meskipun auditor telah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat mengenai masing-masing ketidakpastian tersebut. 2.7. Tinjauan Pustaka Penelitian mengenai ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan telah dilakukan oleh banyak peneliti. Hasil penelitian mengenai ketepatan waktu 34 penyampaian laporan keuangan yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya adalah sebagai berikut: 1. Toding dan Wirakusuma (2013) melakukan penelitian mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Penelitian dilakukan pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007 – 2010. Variabel independen penelitian adalah leverage, profitabilitas, ukuran perusahaan, reputasi Kantor Akuntan Publik, kepemilikan manajerial dan komite audit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa leverage, kepemilikan manajerial dan komite audit tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan sedangkan profitabilitas, ukuran perusahaan dan reputasi Kantor Akuntan Publik berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. 2. Saputra (2013) melakukan penelitian mengenai pengaruh profitabilitas, leverage dan opini audit terhadap ketepatan waktu penyampaian pelaporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian dilakukan pada tahun 2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian pelaporan keuangan, leverage berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian pelaporan keuangan dan opini audit tidak berpengaruh ketepatan waktu penyampaian pelaporan keuangan. 3. Kurniawati (2014) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang go 35 public di Indonesia (studi empiris di Bursa Efek Indonesia periode 2010 – 2012). Variabel independen yang digunakan adalah debt to equity ratio, profitabilitas, umur perusahaan (age), umur perusahaan (size), kepemilikan pihak luar perusahaan (outsider ownership) dan kepemilikan pihak dalam perusahaan (insider ownership). Hasil penelitian menunjukkan bahwa debt to equity ratio, size, age dan kepemilikan pihak luar (outsider ownership) secara signifikan berpengaruh pada ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan perusahaan, sedangkan profitabilitas dan kepemilikan pihak dalam (insider ownership) tidak berpengaruh pada ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan perusahaan manufaktur go publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 4. Dewi dan Hernawati (2015) melakukan penelitian mengenai pengaruh opini audit, struktur kepemilikan dan ukuran perusahaan terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Penelitian dilakukan pada perusahaan sektor riil pada industri pertanian dan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa opini audit, struktur kepemilikan dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. 36 2.8. Hipotesis 2.8.1. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan Rasio profitabilitas menunjukkan keberhasilan perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan. Profitabilitas suatu perusahaan mencerminkan tingkat efektivitas yang dicapai oleh suatu perusahaan. Proftabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dari kekayaan yang dimiliki. Manejemen perusahaan yang mendapatkan keuntungan akan menggunakan informasi baik tersebut untuk memberikan sinyal kepada investor agar mendukung kelangsungan posisi manajemen saat ini dan kompensasi yang lebih tinggi pada manajemen. Pada saat perusahaan mendapat keuntungan maka kepercayaan dari manajemen semakin meningkat untuk meminta pemegang saham mendukung kontrak kompensasi, sehingga mereka akan secara sukarela menyampaikan laporan keauangan perusahaan secara tepat waktu (Lang dan Lundolm, 1993 dalam Srimindarti, 2008). Perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi dapat dikatakan bahwa laporan keuangan perusahaan tersebut mengandung berita baik dan perusahaan yang mengalami berita baik akan cenderung menyerahkan laporan keuangannya tepat waktu. Hal ini juga berlaku jika profitabilitas perusahaan rendah dimana hal ini mengandung berita buruk, sehingga perusahaan cenderung tidak tepat waktu menyerahkan laporan keuangannya (Hilmi dan Ali, 2008). Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang diajukan adalah: 37 H1: Profitabilitas berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. 2.8.2. Pengaruh Leverage Terhadap Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan Leverage merupakan alat untuk mengukur seberapa besar suatu perusahaan tergantung kepada hutang dalam membiayai aktiva perusahaan. Perusahaan yang mempunyai leverage yang tinggi berarti sangat tergantung pada pinjaman luar untuk membiayai aktivanya, sedangkan perusahaan yang mempunyai leverage rendah lebih banyak membiayai investasinya dengan modal sendiri (Wild dan Subraramanyam 2009 dalam Saputra, 2013). Debt to equity ratio digunakan untuk mengukur seberapa jauh suatu perusahaan bergantung pada kreditur dalam membiayai aktiva perusahaan. Tingginya rasio debt to equity mencerminkan tingginya risiko keuangan perusahaan. Tingginya risiko ini menunjukkan adanya kemungkinan bahwa perusahaan tersebut tidak bisa melunasi kewajibannya atau hutangnya baik berupa pokok maupun bunganya. Risiko perusahaan yang tinggi mengidentifikasi bahwa perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Kesulitan keuangan perusahaan merupakan berita buruk yang akan mempengaruhi kondisi perusahaan di mata masyarakat. Pihak manajemen cenderung akan menunda penyampaian laporan keuangan yang berisi berita buruk karena waktu yang ada digunakan untuk menekan debt to equity ratio serendah-rendahnya (Dewi dan Jusia, 2013). Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang diajukan adalah: 38 H2: Leverage berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. 2.8.3. Pengaruh Opini Audit Terhadap Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan Opini wajar dari akuntan publik terhadap laporan keuangan perusahaan menandakan bahwa perusahaan tersebut telah menerapkan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku. Kewajaran atas laporan keuangan yang disusun manajemen merupakan good news bagi perusahaan tersebut. Sehingga perusahaan yang mendapat opini wajar dari akuntan publik cenderung lebih tepat waktu dalam pelaporan keuangannya (Suriyati et al., 2013). Perusahaan sebaliknya cenderung tidak akan tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya apabila menerima opini lain selain unqualified opinion karena hal tersebut dianggap bad news. Hal ini terjadi karena ketika opini auditor adalah selain unqualified opinion maka sebelum opini tersebut dipublikasikan manajemen akan berusaha melakukan konsultasi dan negosiasi secara intensif dengan auditor sehingga memerlukan waktu yang relatif lama untuk menerbitkan laporan keuangan ke publik (Dewi dan Jusia, 2013). Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang diajukan adalah: H3: Opini audit berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. 39 2.9. Kerangka Pemikiran Berdasarkan hipotesis penelitian, kerangka pemikiran penelitian ini adalah sebagai berikut: Profitabilitas Ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan Leverage Opini audit Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran