7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1. Tujuan

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Laporan Keuangan
2.1.1. Tujuan Laporan Keuangan
Laporan keuangan disusun dengan tujuan untuk menyediakan informasi
yang menyangkut posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan
keputusan ekonomi. Informasi mengenai posisi keuangan, kinerja, dan perubahan
posisi keuangan sangat diperlukan untuk dapat melakukan evaluasi atas
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas (setara kas), dan waktu serta
kepastian dari hasil tersebut. Posisi keuangan perusahaan dipengaruhi oleh sumber
daya yang dikendalikan, struktur keuangan, likuiditas, dan solvabilitas serta
kemampuan beradaptasi dengan perubahan lingkungan (Prastowo, 2014).
Informasi kinerja perusahaan, terutama profitabilitas diperlukan untuk
menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di
masa depan, sehingga dapat memprediksi kapasitas perusahaan dalam
menghasilkan kas (dan setara kas) serta untuk merumuskan efektivitas perusahaan
dalam memanfaatkan tambahan sumber daya. Informasi perubahan posisi
keuangan perusahaan bermanfaat untuk menilai aktivitas investasi, pendanaan dan
operasi perusahaan selama periode pelaporan. Selain berguna untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas (dan setara kas), informasi ini
7
8
juga berguna untuk menilai kebutuhan perusahaan dalam memanfaatkan arus kas
tersebut (Prastowo, 2014).
Laporan keuangan yang disusun untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut
memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Meskipun demikian,
laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan
pemakai dalam proses pengambilan keputusan ekonomi. Selain untuk tujuantujuan tersebut laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan
oleh manajemen atau menggambarkan pertanggungjawaban manajemen atas
sumber daya yang dipercayakan kepadanya (Prastowo, 2014).
Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba
rugi, laporan perubahan posisi keuangan, catatan dan laporan lain serta materi
penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Selain itu,
laporan keuangan juga menampung skedul dan informasi tambahan yang
berkaitan dengan laporan keuangan, seperti informasi keuangan segmen industri
dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga (Prastowo, 2014).
2.1.2. Karakteristik Laporan Keuangan
Karakteristik kualitatif laporan keuangan merupakan ciri khas yang
membuat infromasi dalam laporan keuangan tersebut berguna bagi para pemakai
dalam pengambilan keputusan ekonomi. Karakteristik kualitatif laporan keuangan
ini meliputi karakteristik yang dapat dipahami, relevan, keandalan dan dapat
diperbandingkan (Prastowo, 2014).
9
1. Dapat Dipahami
Kualitas penting infromasi yang ditampung dalam laporan keuangan
adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh para pemakai.
Dalam hal ini, para pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang
memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi serta kemauan
untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. Namun
demikian, sulitnya memahami informasi yang kompleks jangan dijadikan
alasan untuk tidak memasukkan informasi tersebut dalam laporan keuangan.
2. Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan
para pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki
kualitas relevan apabila informasi tersebut mempengaruhi keputusan
ekonomi pemakai dengan membantu pemakai mengevaluasi peristiwa masa
lalu, masa kini atau masa depan (predictive), menegaskan atau mengoreksi,
hasil evaluasi pemakai di masa lalu.
Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakikat dan materialitasnya.
Informasi dipandang material apabila kelalaian untuk mencantumkan atau
kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi
keputusan ekonomi pemakai yang diambil atas dasar laporan keuangan.
3. Keandalan
Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable). Informasi
mempunyai kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan,
kesalahan material dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian
10
yang tulus dan jujur dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar
diharapkan dapat disajikan.
Jika informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan jujur transaksi
serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan, maka peristiwa tersebut perlu
dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi dan
bukan hanya bentuk hukumnya (substansi mengungguli bentuk).
Selain itu, informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai,
dan tidak bergantung pada kebutuhan atau keinginan pihak tertentu
(netralitas). Dalam hal menghadapi ketidakpastian peristiwa dan keadaan
tertentu, maka ketidakpastian tersebut diakui dengan mengungkapkan
hakikat dan tingkatnya dengan menggunakan pertimbangan sehat.
Agar dapat diandalkan, informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan
harus
lengkap
dalam
batasan
materialitas
dan
biaya
(kelengkapan). Kesengajaan untuk tidak mengungkapkan (omission) dapat
mengakibatkan informasi menjadi tidak benar dan menyesatkan.
4. Dapat Dibandingkan
Para pemakai laporan keuangan harus dapat membandingkan laporan
keuangan perusahaan antarperiode untuk mengidentifikasi kecenderungan
(trend) posisi keuangan dan kinerja perusahaan. Selain itu, pemakai juga
harus dapat membandingkan laporan keuangan antarperusahaan untuk
mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan
secara relatif.
11
Untuk memenuhi kualitas tersebut maka pengukuran dan penyajian
dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa harus
dilakukan secara konsisten untuk perusahaan tersebut, antarperiode
perusahaan yang sama dan untuk perusahaan yang berbeda. Implikasinya
adalah bahwa para pemakai harus mendapat informasi tentang kebijakan
akuntansi yang digunakan dan perubahan kebijakan serta pengaruh
perubahan tersebut.
Ketaatan pada standar akuntansi (termasuk pengungkapan kebijakan
akuntansi yang digunakan) membantu pencapaian daya banding. Kebutuhan
atas daya banding tidak boleh dikacaukan dengan keseragaman semata-mata
dan tidak seharusnya menjadi hambatan dalam memperkenalkan standar
akuntansi keuangan yang lebih baik.
Untuk dapat memberikan perbandingan posisi keuangan, kinerja serat
perubahan posisi keuangan, perusahaan perlu menyajikan informasi periode
sebelumnya dalam laporan keuangan.
2.1.3. Pemakai dan Kebutuhan Informasi
Pemakai laporan keuangan meliputi para investor dan calon investor,
kreditor (pemberi pinjaman), pemasok, kreditor usaha lainnya, pelanggan,
pemerintah, pemerintah dan lembaga lainnya, karyawan dan masyarakat dan
shareholders (para pemegang saham). Para pemakai laporan keuangan ini
menggunakan laporan keuangn untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi
yang berbeda, yang meliputi (Prastowo, 2014):
12
1. Investor
Para investor berkepentingan terhadap risiko yang melekat dan hasil
pengembangan dari investasi yang dilakukannya. Investor ini membutuhkan
informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan
atau menjual investasi tersebut. Selain itu, investor juga tertarik pada
informasi yang memungkinkan melakukan penilaian terhadap kemampuan
perusahaan dalam membayar dividen.
2. Kreditor
Para kreditor tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan
kreditor untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar
pada saat jatuh tempo.
3. Pemasok dan kreditor usaha lainnya
Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang
memungkinkan untuk memutuskan apakah jumlah terutang akan dibayar
pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha berkepentingan pada perusahaan
dalam tenggang waktu yang lebih pendek dibandingkan kreditor.
4. Shareholders (para pemegang saham)
Para pemegang saham berkepentingan dengan informasi mengenai
kemajuan perusahaan, pembagian keuntungan yang akan diperoleh, dan
penambahan modal untuk business plan selanjutnya.
13
5. Pelanggan
Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan
hidup perusahaan, terutama kalau terlibat dalam perjanjian jangka panjang
dengan atau bergantung pada perusahaan
6. Pemerintah
Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada dibawah kekuasaannya
berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan oleh karenanya
berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Selain itu, pemerintah juga
membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan
kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan
nasional dan statistik lainnya.
7. Karyawan
Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakilinya tertarik pada
informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Karyawan juga
tertarik pada informasi yang memungkinkan karyawan melakukan penilaian
atas kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun
dan kesempatan kerja.
8. Masyarakat
Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara, seperti
pemberian kontribusi pada perekonomian nasiaonal, termasuk jumlah orang
yang diperkerjakan dan perlindungan kepada para penanam modal
domestik. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan
14
menyediakan
informasi
kecenderungan
(trend)
dan
perkembangan
kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan bersifat umum,
sehingga tidak sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan informasi setiap pemakai.
Berhubung para investor merupakan penanam modal bersiiko, maka ketentuan
laporan keuangan yang memenuhi kebutuhan para investor, juga akan memenuhi
sebagain besar kebutuhan pemakai lain (Prastowo, 2014).
Manajemen perusahaan memikul tanggung jawab utama dalam
penyusunan dan penyajian laporan keuangan perusahaan. Manajemen juga
berkepentingan terhadap informasi yang disajikan pada laporan keuangan,
meskipun memiliki akses terhadap informasi manajemen dan keuangan tambahan
yang membantu dalam melaksanakan tanggung jawab perencanaan, pengendalian,
dan pengambilan keputusan (Prastowo, 2014).
Manajemen memiliki kemampuan untuk menentukan bentuk dan isi
informasi tambahan (di luar informasi laporan keuangan) untuk memenuhi
kebutuhannya sendiri. Dalam rangka menyusun dan menyajikan laporan
keuangan. Khususnya untuk kepentingan eksternal, manajemen harus mengacu
pada kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan, yang
mencakup tujuan laporan keuangan (termasuk asumsi dasar), karakteristik
kualitatif laporan keuangan, unsur-unsur yang membentuk laporan keuangan
(definisi, pengakuan dan pengukuran) dan konsep modal dan pemeliharaan modal
(Prastowo, 2014).
15
2.2. Penyampaian Laporan Keuangan
Berdasarkan Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan Nomor Kep-346/BL/2011 tentang Penyampaian Laporan
Keuangan Berkala Emiten atau Perusahaan Publik menyatakan bahwa emiten atau
perusahaan publik yang pernyataan pendaftarannya telah menjadi efektif wajib
menyampaikan laporan keuangan berkala kepada Bapepam dan Laporan
Keuangan paling sedikit 2 (dua) eksemplar, satu diantaranya dalam bentuk asli,
dan disertai dengan laporan dalam salinan elektronik (soft copy). Laporan
keuangan berkala yang dimaksud adalah laporan keuangan tahunan dan laporan
keuangan tengah tahunan emiten atau perusahaan publik.
Laporan keuangan berkala merupakan laporan keuangan lengkap yang
terdiri dari:
1. Laporan posisi keuangan (neraca)
2. Laporan laba rugi komprehensif
3. Laporan perubahan ekuitas
4. Laporan arus kas
5. Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif, jika emiten atau
perusahaan
publik
menerapkan
suatu
kebijakan
akuntansi
secara
retrospektif, membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau
mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya; dan
6. Catatan atas laporan keuangan
Bagi emiten atau perusahaan publik yang efeknya tercatat di bursa efek
di Indonesia dan bursa efek di negara lain, maka laporan keuangan berkala yang
16
disampaikan kepada Bapepam dan Laporan Keuangan wajib memuat informasi
yang sama dengan laporan keuangan berkala yang disampaikan kepada otoritas
pasar modal di negara lain tersebut, dan paling sedikit memenuhi ketentuan
sebagaimana diatur dalam Peraturan Bapepam dan Laporan Keuangan yang
terkait dengan penyajian dan pengungkapan laporan keuangan (Keputusan Ketua
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor Kep346/BL/2011).
Laporan keuangan tahunan wajib disajikan secara perbandingan dengan
periode yang sama tahun sebelumnya. Laporan keuangan tahunan wajib disertai
dengan laporan Akuntan dalam rangka audit atas laporan keuangan. Laporan
keuangan tahunan wajib disampaikan kepada Bapepam dan Laporan Keuangan
dan diumumkan kepada masyarakat paling lambat pada akhir bulan ketiga setelah
tanggal laporan keuangan tahunan (Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar
Modal dan Lembaga Keuangan Nomor Kep-346/BL/2011).
2.3. Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan
Ketepatan waktu mengimplikasikan bahwa laporan keuangan seharusnya
disajikan pada suatu interval waktu untuk menjelaskan perubahan dalam
perusahaan yang akan mempengaruhi pemakai informasi dan membuat prediksi
dan keputusan. Selanjutnya ketepatan waktu menunjukkan rentang waktu antara
penyajian informasi yang diinginkan serta frekuensi pelaporan informasi.
Informasi tepat waktu akan mempengaruhi kemampuan manajemen dalam
merespon setiap kejadian dan permasalahan. Apabila informasi itu tidak
17
disampaikan dengan tepat waktu akan menyebabkan informasi tersebut
kehilangan nilai didalam mempengaruhi kualitas keputusan informasi tepat waktu
juga akan mendukung manajer menghadapi ketidakpastian yang terjadi dalam
lingkungan kerja mereka (Ukago, Ghozali, dan Sugiyono, 2005 dalam
Srimindarti, 2008).
Perusahaan tercatat yang terlambat menyampaikan laporan keuangan
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Peraturan Nomor I-E tentang Kewajiban
Penyampaian Laporan dikenakan sanksi sebagai berikut:
1. Peringatan tertulis I, atas keterlambatan penyampaian Laporan Keuangan
sampai 30 (tiga puluh) hari kalender terhitung sejak lampaunya batas waktu
penyampaian laporan keuangan.
2. Peringatan tertulis II dan denda sebesar Rp 50.000.000,- (lima puluh juta
rupiah), apabila mulai hari kalender ke-31 hingga hari kalender ke-60 sejak
lampaunya batas waktu penyampaian Laporan Keuangan, Perusahaan
Tercatat tetap tidak memenuhi kewajiban penyampaian Laporan Keuangan.
3. Peringatan tertulis III dan tambahan denda sebesar Rp 150.000.000,- (seratus
lima puluh juta rupiah), apabila mulai hari kalender ke-61 hingga hari
kalender ke-90 sejak lampaunya batas waktu penyampaian Laporan
Keuangan,
Perusahaan
Tercatat
tetap
tidak
memenuhi
kewajiban
penyampaian Laporan Keuangan atau menyampaikan Laporan Keuangan
namun tidak memenuhi kewajiban untuk membayar denda sebagaimana
dimaksud dalam ketentuan c di atas.
18
4. Suspensi, apabila mulai hari kalender ke-91 sejak lampaunya batas waktu
penyampaian Laporan Keuangan, Perusahaan Tercatat tetap tidak memenuhi
kewajiban penyampaian Laporan Keuangan dan atau Perusahaan Tercatat
telah menyampaikan Laporan Keuangan namun tidak memenuhi kewajiban
untuk membayar denda sebagaimana dimaksud dalam ketentuan b dan c di
atas.
5. Sanksi suspensi Perusahaan Tercatat hanya akan dibuka apabila Perusahaan
Tercatat telah menyerahkan Laporan Keuangan dan membayar denda
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan b dan c di atas.
2.4. Profitabilitas
Rasio profitabilitas adalah rasio yang mengukur efektifitas manajemen
secara keseluruhan yang ditunjukkan oleh besar kecilnya keuntungan yang
diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan dan investasi (Munawir, 2008).
Profitabilitas suatu perusahaan mencerminkan tingkat efisiensi yang dicapai oleh
suatu operasional perusahaan (Sartono, 1995 dalam Suharli dan Harahap, 2008).
Dasar pemikiran bahwa tingkat keuntungan digunakan sebagai salah satu cara
untuk menilai keberhasilan efektivitas perusahaan, tentu saja berkaitan dengan
hasil akhir dari berbagai kebijakan dan keputusan perusahaan yang telah
dilaksanakan oleh perusahaan dalam periode berjalan (Suharli dan Harahap,
2008).
Return on assets (ROA) biasanya disebut sebagai hasil dari
pengembalian atas jumlah aktiva. Rasio ini mengukur efektivitas pemakaian total
19
sumber daya oleh perusahaan. ROA sebagai rasio laba terhadap aktiva juga
merupakan indikator kunci pada produktivitas. Perusahaan yang berhasil
mempunyai laba yang relatif besar dibandingkan perusahaan yang kurang maju
(Hamilton, 1997 dalam Suharli dan Harahap, 2008). Return on Total Assets
mengukur
kemampuan
perusahaan
dalam
memanfaatkan
asetnya
untuk
memperoleh laba. Rasio ini mengukur tingkat kembalian investasi yang telah
dilakukan oleh perusahaan dengan menggunakan seluruh dana (aset) yang
dimilikinya (Prastowo, 2014).
Rasio profitabilitas menurut Riyanto (2001) terdiri dari bebarapa rasio
yaitu:
1. Gross Profit Margin
Rasio gross profit margin mengukur efisiensi produksi dan penentuan
harga jual. Untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan
rasio ini, dapat dipelajari lebih rinci proporsi elemn biaya terhadap
penjualan (Prastowo, 2014). Rumus gross profit margin adalah sebagai
berikut (Riyanto, 2001):
Penjualan neto – Harga Pokok Penjualan
Gross Profit Margin =
Penjualan neto
2. Operating Income Margin
Rasio operating income margin menunjukkan laba operasi sebelum
bunga dan pajak yang dihasilkan oleh setiap rupiah penjualan (Riyanto,
2001). Pada rasio operating income margin, angka laba yang digunakan
dalam perhitungan adalah yang berasal dari kegiatan usaha pokok
20
perusahaan (Prastowo, 2014). Rumus operating income margin adalah
sebagai berikut (Pratowo, 2014):
Laba usaha
Operating income margin =
Penjualan
3. Operating Ratio
Operating ratio menunjukkan biaya operasi per rupiah penjualan.
Rumus operating ratio adalah sebagai berikut (Riyanto, 2001):
Harga pokok penjualan + biaya administrasi,
penjualan dan umum
Operating ratio =
Penjualan
4. Net Profit Margin
Rasio net profit margin mengukur rupiah laba yang dihasilkan oleh
setiap satu rupiah penjualan. Rasio ini memberi gambaran tentang laba
untuk para pemegang saham sebagai persentase dari penjualan. Rasio net
profit margin juga mengukur seluruh efisiensi, baik produksi, administrasi,
pemasaran, pendanaan, penentuan harga maupun manajemen pajak. Rumus
net profit margin adalah sebagai berikut (Prastowo, 2014):
Laba bersih
Net profit margin =
Penjualan
5. Return on Assets
Return
on
assets
mengukur
kemampuan
perusahaan
dalam
memanfaatkan aktivanya untuk memperoleh laba. Rasio ini mengukur
21
tingkat kembalian investasi yang telah dilakukan oleh perusahaan dengan
menggunakan seluruh dana (aktiva) yang dimilikinya. Rasio ini dapat
diperbandingkan dengan tingkat bunga bank yang berlaku (Prastowo, 2014).
Rumus return on assets adalah sebagai berikut (Munawir, 2008)
Laba setelah pajak
Return on assets =
Rata-Rata Total Aktiva
6. Return on Investment
Return on investment adalah rasio antara keuntungan yang diperoleh
dengan modal yang diinvestasikan, baik modal sendiri maupun modal saing
(utang jangka panjang). Rasio tersebut biasanya digunakan untuk
mengevaluasi
kinerja
perusahaan
karena
rasio
tersebut
mengukur
kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari utang jangka
panjang dan modal pemegang saham. Rumus return on investment adalah
(Munawir, 2008):
Return on investment = {(Net income + Interest) x (1 - Tax Rate)} :
Average (Long term debt + Modal)
7. Return on Equity
Salah satu alasan utama mengapa mengoperasikan perusahaan adalah
untuk menghasilkan laba yang akan bermanfaat bagi pemegang saham.
Ukuran keberhasilan dari pencapaian alasan ini adalah angka return on
equity yang berhasil dicapai. Rasio return on equity diukur dengan cara
sebagai berikut (Prastowo, 2014):
22
Laba setelah pajak – Dividen saham istimewa
Return on equity =
Rata-rata modal saham biasa
Laba yang dimaksudkan adalah laba bersih setelah pajak dikurangi dividen
unruk pemegang saham istemewa (bila ada). Hal ini dimaksudkan untuk
menggambarkan besarnya laba yang benar-benar tersedia dan tersisa bagi
para pemegang saham biasa (Prastowo, 2014).
2.5. Leverage
Leverage mengacu pada seberapa jauh suatu perusahaan bergantung pada
kreditor dalam membiayai aktiva perusahaan (Hilmi dan Ali, 2008). Weston dan
Copeland (1995) dalam Hilmi dan Ali (2008) menyatakan bahwa rasio leverage
mengukur tingkat aktiva perusahaan yang telah dibiayai oleh penggunaan hutang.
Leverage keuangan dapat diartikan sebagai penggunaan asset dan sumber dana
(source of fund) oleh perusahaan yang memiliki biaya tetap dengan maksud
meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham.
Suatu perusahaan yang memiliki leverage keuangan yang tinggi berarti
memiliki banyak hutang pada pihak luar. Ini berarti perusahaan tersebut memiliki
risiko keuangan yang tinggi karena mengalami kesulitan keuangan (financial
distress) akibat hutang yang tinggi (Hilmi dan Ali, 2008).
Rasio leverage terdiri dari debt to equity ratio, debt ratio, long term debt
to equity ratio, tangible assest debt coverage dan time intereset earned ratio.
23
1. Debt to equity ratio
Debt to equity ratio adalah rasio antara total utang dengan total modal
yang memberikan indikasi tentang seberapa jauh kreditor terlindungi jika
terjadi insolvensi. Dari perspektif kemampuan membayar kewajiban jangka
panjang, semakin kecil rasio debt to equity ratio maka semakin baik posisi
perusahaan (Munawir, 2008).
Dalam rangka mengukur risiko, fokus perhatian kreditor jangka
panjang terutama ditujukan pada prospek laba dan perkiraan arus kas.
Meskipun demikian, mereka tidak dapat mengabaikan pentingnya tetap
mempertahankan keseimbangan antara proporsi aktiva yang didanaii oleh
kreditor dan yang didanai oleh pemilik perusahaan. Rumus debt to equity
ratio adalah sebagai berikut (Pratowo, 2014):
Total Utang
Debt to equity ratio =
Total Modal
2. Debt Ratio
Debt ratio adalah perbandingan antara total utang perusahaan dengan
total aktiva, yang mengindikasikan persentase dari total aktiva yang dibiayai
dari kreditor, dan hal tersebut akan membantu dalam menentukan seberapa
jauh kreditor terlindungi jika terjadi insolvansi pada perusahaan tersebut.
Dari perspektif kemampuan membayar kewajiban jangka panjang, semakin
rendah rasio tersebut semakin baik posisi perusahaan. Permasalahan yang
timbul dalam perhitungan debt ratio adalah berkaitan dengan utang lancar,
dimasukkan dalam perhitungan atau tidak, jika dimasukkan dalam
24
perhitungan
hasilnya
lebih
konservatif
(Munawir,
2008).
Rumus
perhitungan debt ratio adalah (Riyanto, 2001):
Utang Lancar + Utang Jangka Panjang
Debt ratio =
Total Aktiva
3. Long Term Debt to Equity Ratio
Long term debt to equity ratio menunjukkan bagian dari setiap rupiah
modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk utang jangka panjang. Rumus
long term debt to equity ratio adalah sebagai berikut (Riyanto, 2001):
Utang Jangka Panjang
Long Term Debt to Equity Ratio =
Modal Sendiri
4. Tangible Assest Debt Coverage
Tangible assest debt coverage menunjukkan besarny aset tetap
tangible yang digunakan untuk menjamin utang jangka panjang setiap
rupiahnya. Rumus perhitungan tangible assest debt coverage adalah sebagai
berikut (Riyanto, 2001):
Jumlah Aktiva – Intangibles – Utang
Lancar
Tangible Assest Debt Coverage =
Utang Jangka Panjang
5. Time Intereset Earned Ratio
Time intereset earned ratio adalah rasio yang mengukur seberapa
besar keuntungan yang dapat diperoleh dibandingkan dengan biaya bunga
yang harus dibayar, merupakan rasio yang mengindikasikan kemampuan
25
perusahaan untuk membayar kewajiban jangka panjang dari sudut pandang
laporan rugi laba. Jika time interest earned tinggi atau mencukupi, maka
kecil kemungkinan perusahaan tidak mampu membayar bunga pinjaman,
dan akan mampu membayar kembali pokok pinjamannya pada saat jatuh
tempo. Akibatnya, kemungkinan dananya tidak diminta untuk membayar
kembali utangnya, jika perusahaan dapat menunjukkan rekor yang baik
dalam pembayaran bunga. Record yang baik dicerminkan oleh keuntungan
yang diperoleh beberapa kali jumlahnya dibandingkan dengan bunga yang
dibayar dalam setahun, stabil dari tahun ke tahun. Perusahaan yang dapat
mempertahankan rekor yang baik akan dapat membiayai usahanya dari
utang dengan proporsi yang lebih tinggi dibandingkan dengan dana dari
pemegang saham, dalam waktu yang bersamaan akan diperoleh tingkat
bunga yang menguntungkan. Rumus time interest earned adalah sebagai
berikut (Munawir, 2008):
Earning before interest and taxes
Time interest earned =
Interest Expense
2.6. Opini Audit
Auditor wajib merumuskan opini mengenai apakah laporan keuangan
dibuat, dalam segala hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan yang
berlaku. Untuk merumuskan opini, auditor wajib menyimpulkan mengenai apakah
auditor telah memperoleh asumsi yang memadai atau wajar tentang apakah
laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari salah saji yang material, apakah
26
karena kecurangan atau kesalahan. Kesimpulan ini akan memperhitungkan
(Tuanakotta, 2014):
1. Kesimpulan auditor, sesuai ISA 330, apakah bukti audit yang cukup dan
tepat telah diperoleh.
2. Kesimpulan auditor, sesuai dengan ISA 450, apakah salah saji yang belum
dikoreksi, secara terpisah atau tergabung, adalah material.
3. Evaluasi yang diwajibkan oleh alinea 12 – 15.
Auditor wajib mengevaluasi apakah laporan keuangan dibuat, dalam
segala hal yang material, sesuai dengan ketentuan atau persyaratan kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku. Evaluasi ini harus meliputi pertimbangan
mengenai aspek kualitatif dari praktik akuntansi entitas itu, termasuk indikator
mengenai kemungkinan bias dalam pandangan dan pemikiran manajemen
(Tuanakotta, 2014).
Secara
khusus,
auditor
wajib
mengevaluasi
apakah
dengan
mempertimbangkan persyaratan dalam kerangka pelaporan keuangan yang
berlaku (Tuanakotta, 2014):
1. Laporan keuangan cukup mengungkapkan kebijakan akuntansi yang
signifikan yang dipilih dan diterapkan.
2. Kebijakan akuntansi yang dipilih dan yang diterapkan adalah konsisten
dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku dan (memang) tepat.
3. Estimasi akuntansi yang dibuat manajemen adalah wajar.
4. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan adalah relevan, andal,
dapat dibandingkan, dan dapat dipahami.
27
5. Laporan keuangan memberikan cukup disclosure yang memungkinkan
pemakai memahami dampak transaksi dan peristiwa yang material terhadap
informasi yang disampaikan dalam laporan keuangan.
6. Terminologi dalam laporan keuangan, termasuk judul setiap laporan
keuangan, sudah tepat.
Ketika laporan keuangan dibuat sesuai dengan kerangka penyajian yang
wajar (fair presentation framework), evaluasi yang diwajibkan pada alinea 12 –
13 juga termasuk apakah keuangan memenuhi syarat penyajian yang wajar.
Evaluasi auditor mengenai apakah laporan keuangan memenuhi syarat penyajian
yang wajar akan meliputi pertimbangan mengenai (Tuanakotta, 2014):
1. Presentasi, struktur, dan isi secara keseluruhan dari laporan keuangan.
2. Apakah laporan keuangan, termasuk catatan (atas laporan keuangan),
mencerminkan transaksi dan peristiwa yang mendasarinya, dengan cara
yang mencapai penyajian yang wajar.
Auditor wajib mengevaluasi apakah laporan keuangan merujuk atau
menjelaskan dengan cukup, kerangka pelaporan keuangan yang berlaku. Auditor
wajib memberikan opini tidak dimodifikasi (wajar tanpa pengecualian) ketika
auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan dibuat, dalam segala hal yang
material, sesuai dengan kerangka pelaporan yang berlaku. Jika auditor
(Tuanakotta, 2014):
1. Menyimpulkan, berdasarkan bukti audit yang diperoleh, laporan keuangan
secara keseluruhan tidak bebas dari salah saji yang material, atau
28
2. Tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk
menyimpulkan bahwa laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari salah
saji yang material.
3. Auditor wajib memodifikasi opini (artinya memberikan opini yang bukan
wajar tanpa pengecualian) dalam laporan auditor sesuai dengan ISA 705.
Jika laporan keuangan dibuat sesuai dengan kerangka penyajian yang
wajar, tidak mencapai penyajian yang wajar, auditor wajib membahas hal ini
dengan manajemen dan, tergantung pada persyaratan kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku dan bagaimana masalah itu diselesaikan, auditor wajib
menentukan apakah perlu memodifikasi opini dalam laporan auditor sesuai
dengan ISA 705. Ketika laporan keuangan dibuat sesuai dengan kerangka
kepatuhan (compliance framework), auditor tidak harus mengevaluasi apakah
laporan keuangan mencapai penyajian yang wajar. Namun, jika dalam situasi
yang sangat jarang, auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan menyesatkan,
auditor wajib membahas hal ini dengan manajemen dan, tergantung pada
bagaimana masalah itu diselesaikan, auditor wajib menentukan apakah dan
bagaimana mengkomunikasikannya dalam laporan keuangan (Tuanakotta, 2014).
Berikut ini disajikan tabel mengenai pertimbangan dalam merumuskan
opini (Tuanakotta, 2014):
29
Tabel 2.1
Pertimbangan dalam Merumuskan Opini
Materialitas
Simpulkan:
• Apakah materialitas masih tepat dalam konteks hasil keuangan entitas yang
sebenarnya?
• Apakah salah saji yang tidak dikoreksi (termasuk yang berasal dari periode
yang lalu), secara terpisah atau tergabung, dapat menyebabkan salah saji
yang material?
Bukti Audit
• Apakah bukti audit yang cukup dan tepat sudah diperoleh?
• Apakah estimasi akuntansi yang dibuat manajemen sudah layak?
• Apakah prosedur analitikal yang dilakukan pada atau mendekati akhir
tahun menguatkan kesimpulan yang diambil selama audit?
Kebijakan Akuntansi
• Apakah laporan keuangan cukup mengungkapkan kebijakan akuntansi
yang signifikan yang dipilih dan diterapkan?
• Apakah kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan adalah konsisten
dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku dan (memang) tepat?
Pengungkapan dalam Laporan Keuangan
• Apakah laporan keuangan merujuk atau menjelaskan dengan cukup,
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku?
• Apakah semua pengungkapan dalam laporan keuangan telah dibuat sesuai
dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku?
• Apakah terminologi dalam laporan keuangan, termasuk judul setiap
laporan keuangan, sudah tepat?
• Apakah informasi yang disajikan dalam laporan keuangan adalah relevan,
andal, dapat dibandingkan, dan dipahami, dan cukup?
• Apakah laporan keuangan memberikan cukup disclosures yang
memungkinkan pemakai memahami dampak transaksi dan peristiwa yang
material terhadap informasi yang disampaikan dalam laporan keuangan?
Fair Presentation Frameworks
• Apakah presentasi, struktur, dan isi secara keseluruhan dari laporan
keuangan termasuk catatan (atas laporan keuangan), mencerminkan dengan
benar transaksi dan peristiwa yang mendasarinya, sesuai dengan kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku? Jika tidak, apakah (auditor) perlu
memberikan disclosures tambahan untuk memastikan tercapaimya fair
presentation?
• Apakah laporan keuangan, sesudah memasukkan adjustments yang dibuat
manajemen sebagai bagaimana dari proses audit proses, konsisten dengan
pemahaman auditor mengenai entitas dan lingkungannya?
Compliance Frameworks
• Apakah laporan keuangan menyesatkan?
Sumber: Tuanakotta, 2014
30
Bagan berikut ini merupakan bagan yang serupa dengan tabel 2.1 untuk
kerangka pelaporan keuangan penyajian yang wajar (fair presentation).
Tidak
Wajar?
ISA 700.17 a
ISA 700.17 b
Ya
Pervasive?
Ya
WTP
Pervasive?
Tidak
TW
WDP
Ya
TMP
Tidak
WDP
Gambar 2.1
Kerangka Pelaporan Keuangan Penyajian yang Wajar
Sumber: Tuanakotta (2014)
Berikut ini adalah penjelasan mengenai perumusan opini auditor setelah
melakukan audit laporan keuangan (Tuanakotta, 2014):
1. Dalam jajaran genjang pertama ada keputusan yang harus dibuat auditor
sesudah mengevaluasi bukti-bukti audit yang diperoleh dan tidak
diperolehnya. Keputusan ini, dalam bentuk sederhananya, menjawab
pertanyaan “Wajar?”
31
2. Jika jawaban atas pertanyaan “Wajar?” adalah Ya, maka auditor
merumuskan opini WTP (wajar tanpa pengecualian atau unqualified
opinion). Jika jawabannya tidak maka auditor merumuskan modifikasi atas
opini. Opini yang dimodifikasi adalah opini yang bukan WTP. Rinciannya
tergantung pada fakta-fakta berikut.
3. Fakta pertama, auditor menemukan salah saji yang material dalam laporan
keuangan. Referensinya adalah ISA 700.17a. Atau, fakta kedua, auditor
tidak memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat. Referensinya adalah
ISA 700.17b.
4. Pertanyaan kedua, ditunjukkan dengan dua jajaran genjang berisi
pertanyaan: Pervasif? Pertanyaan ini ditujukan kepada fakta pertama dan
kedua.
5. Jika fakta pertama pervasif, auditor merumuskan opini WDP (Wajar Dengan
Pengecualian atau qualified opinion). Jika fakta pertama tidak pervasif,
auditor merumuskan opini WDP (wajar dengan pengecualian atau qualified
opinion).
6. Jika fakta kedua pervasif, auditor merumuskan opini TMP (Tidak
Menyatakan Pendapat atau disclaimer of opinion). Jika fakta kedua tidak
pervasif, auditor merumuskan opini WDP (Wajar Dengan Pengecualian atau
qualified opinion).
Entitas dan manajemen mengharapkan auditor memberikan opini WTP
(wajar tanpa pengecualian) atas laporan keuangan entitas. Namun, setelah
melaksanakan dan menyelesaikan proses auditnya, auditor berkesimpulan bahwa
32
ia tidak dapat memberikan WTP, dan sesuai dengan ISAs ia harus memodifikasi
laporannya. Pendapat audit yang dimodifikasi (modified audit opinion) wajib
diterbitkan manakala auditor menyimpulkan bahwa (Tuanakotta, 2014):
1. Berdasarkan bukti audit yang dikumpulkannya, laporan keuangan secara
keseluruhan tidak bebas dari salah saji yang material, atau
2. Tidak mungkin memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat mengenai
apakah laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari salah saji yang
material.
Ada tiga jenis pendapat audit yang dimodifikasi (modified audit opinion),
yaitu (Tuanakotta, 2014):
1. Wajar Dengan pengecualian (Qualified Opinion)
Ketika dampaknya tidak material dan tidak cukup pervasif untuk
memberikan pendapat tidak wajar atau tidak menyatakan pendapat.
Diterapkan dalam hal:
a. Bukti audit yang cukup dan tepat telah diperoleh, dan auditor
menyimpulkan ada salah saji, sendiri-sendiri atau tergabung, yang
material tetapi tidak pervasif terhadap laporan keuangan, atau
b. Auditor tidak berhasil memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat
sebagai dasar pemberian opininya. Auditor menyimpulkan bahwa
dampak yang mungkin terjadi atas laporan keuangan karena salah saji
yang tidak ditemukan, bisa material tetapi tidak pervasif.
33
2. Tidak Wajar (Adverse Opinion)
Ketika dampaknya material dan pervasif. Diterapkan dalam hal bukti
audit yang cukup dan tepat diperoleh, dan auditor menyimpulkan ada salah
saji, sendiri-sendiri atau tergabung, yang material dan pervasif terhadap
laporan keuangan.
3. Tidak Menyatakan Pendapat (Disclaimer Opinion)
Ketika dampak yang mungkin terjadi atas laporan keuangan karena
salah saji yang tidak ditemukan, bisa material dan pervasif. Diterapkan
dalam hal auditor tidak berhasil memperoleh bukti audit yang cukup dan
tepat sebagai dasar pemberian opininya, dan ia menyimpulkan bahwa
dampak yang mungkin terjadi atas laporan keuangan karena salah saji yang
tidak ditemukan, bisa material dan pervasif.
Ini juga diterapkan pada situasi yang sangat langka dimana tidak
mungkin bagi auditor memberikan pendapat karena beberapa ketidakpastian
yang bisa saling terkait dan dampak kumulatif dari ketidakpastian itu
terhadap laporan keuangan. Hal ini diterapkan meskipun auditor telah
memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat mengenai masing-masing
ketidakpastian tersebut.
2.7. Tinjauan Pustaka
Penelitian mengenai ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan
telah dilakukan oleh banyak peneliti. Hasil penelitian mengenai ketepatan waktu
34
penyampaian laporan keuangan yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya
adalah sebagai berikut:
1. Toding dan Wirakusuma (2013) melakukan penelitian mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan
keuangan. Penelitian dilakukan pada perusahaan perbankan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2007 – 2010. Variabel independen penelitian
adalah leverage, profitabilitas, ukuran perusahaan, reputasi Kantor Akuntan
Publik, kepemilikan manajerial dan komite audit. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa leverage, kepemilikan manajerial dan komite audit
tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan
sedangkan profitabilitas, ukuran perusahaan dan reputasi Kantor Akuntan
Publik
berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan
keuangan.
2. Saputra (2013) melakukan penelitian mengenai pengaruh profitabilitas,
leverage dan opini audit terhadap ketepatan waktu penyampaian pelaporan
keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Penelitian dilakukan pada tahun 2010. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap ketepatan waktu
penyampaian pelaporan keuangan, leverage berpengaruh terhadap ketepatan
waktu penyampaian pelaporan keuangan dan opini audit tidak berpengaruh
ketepatan waktu penyampaian pelaporan keuangan.
3. Kurniawati (2014) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor ketepatan
waktu penyampaian laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang go
35
public di Indonesia (studi empiris di Bursa Efek Indonesia periode 2010 –
2012). Variabel independen yang digunakan adalah debt to equity ratio,
profitabilitas, umur perusahaan (age), umur perusahaan (size), kepemilikan
pihak luar perusahaan (outsider ownership) dan kepemilikan pihak dalam
perusahaan (insider ownership). Hasil penelitian menunjukkan bahwa debt
to equity ratio, size, age dan kepemilikan pihak luar (outsider ownership)
secara signifikan berpengaruh pada ketepatan waktu penyampaian laporan
keuangan perusahaan, sedangkan profitabilitas dan kepemilikan pihak dalam
(insider ownership) tidak berpengaruh pada ketepatan waktu penyampaian
laporan keuangan perusahaan manufaktur go publik yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.
4. Dewi dan Hernawati (2015) melakukan penelitian mengenai pengaruh opini
audit, struktur kepemilikan dan ukuran perusahaan terhadap ketepatan
waktu
penyampaian
laporan
keuangan.
Penelitian
dilakukan
pada
perusahaan sektor riil pada industri pertanian dan pertambangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2013. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa opini audit, struktur kepemilikan dan ukuran
perusahaan tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian
laporan keuangan.
36
2.8. Hipotesis
2.8.1. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Ketepatan Waktu Penyampaian
Laporan Keuangan
Rasio profitabilitas menunjukkan keberhasilan perusahaan di dalam
menghasilkan keuntungan. Profitabilitas suatu perusahaan mencerminkan tingkat
efektivitas yang dicapai oleh suatu perusahaan. Proftabilitas menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dari kekayaan yang
dimiliki.
Manejemen
perusahaan
yang
mendapatkan
keuntungan
akan
menggunakan informasi baik tersebut untuk memberikan sinyal kepada investor
agar mendukung kelangsungan posisi manajemen saat ini dan kompensasi yang
lebih tinggi pada manajemen. Pada saat perusahaan mendapat keuntungan maka
kepercayaan dari manajemen semakin meningkat untuk meminta pemegang
saham mendukung kontrak kompensasi, sehingga mereka akan secara sukarela
menyampaikan laporan keauangan perusahaan secara tepat waktu (Lang dan
Lundolm, 1993 dalam Srimindarti, 2008).
Perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi dapat dikatakan bahwa
laporan keuangan perusahaan tersebut mengandung berita baik dan perusahaan
yang mengalami berita baik akan cenderung menyerahkan laporan keuangannya
tepat waktu. Hal ini juga berlaku jika profitabilitas perusahaan rendah dimana hal
ini mengandung berita buruk, sehingga perusahaan cenderung tidak tepat waktu
menyerahkan laporan keuangannya (Hilmi dan Ali, 2008). Berdasarkan uraian di
atas maka hipotesis yang diajukan adalah:
37
H1: Profitabilitas berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan
keuangan.
2.8.2. Pengaruh Leverage Terhadap Ketepatan Waktu Penyampaian
Laporan Keuangan
Leverage merupakan alat untuk mengukur seberapa besar suatu
perusahaan tergantung kepada hutang dalam membiayai aktiva perusahaan.
Perusahaan yang mempunyai leverage yang tinggi berarti sangat tergantung pada
pinjaman luar untuk membiayai aktivanya, sedangkan perusahaan yang
mempunyai leverage rendah lebih banyak membiayai investasinya dengan modal
sendiri (Wild dan Subraramanyam 2009 dalam Saputra, 2013).
Debt to equity ratio digunakan untuk mengukur seberapa jauh suatu
perusahaan bergantung pada kreditur dalam membiayai aktiva perusahaan.
Tingginya rasio debt to equity mencerminkan tingginya risiko keuangan
perusahaan. Tingginya risiko ini menunjukkan adanya kemungkinan bahwa
perusahaan tersebut tidak bisa melunasi kewajibannya atau hutangnya baik berupa
pokok maupun bunganya. Risiko perusahaan yang tinggi mengidentifikasi bahwa
perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Kesulitan keuangan perusahaan
merupakan berita buruk yang akan mempengaruhi kondisi perusahaan di mata
masyarakat. Pihak manajemen cenderung akan menunda penyampaian laporan
keuangan yang berisi berita buruk karena waktu yang ada digunakan untuk
menekan debt to equity ratio serendah-rendahnya (Dewi dan Jusia, 2013).
Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang diajukan adalah:
38
H2: Leverage berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan
keuangan.
2.8.3. Pengaruh Opini Audit Terhadap Ketepatan Waktu Penyampaian
Laporan Keuangan
Opini wajar dari akuntan publik terhadap laporan keuangan perusahaan
menandakan
bahwa perusahaan tersebut telah menerapkan prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku. Kewajaran atas laporan keuangan yang disusun
manajemen merupakan good news bagi perusahaan tersebut. Sehingga perusahaan
yang mendapat opini wajar dari akuntan publik cenderung lebih tepat waktu
dalam pelaporan keuangannya (Suriyati et al., 2013).
Perusahaan sebaliknya cenderung tidak akan tepat waktu dalam
menyampaikan laporan keuangannya apabila menerima opini lain selain
unqualified opinion karena hal tersebut dianggap bad news. Hal ini terjadi karena
ketika opini auditor adalah selain unqualified opinion maka sebelum opini
tersebut dipublikasikan manajemen akan berusaha melakukan konsultasi dan
negosiasi secara intensif dengan auditor sehingga memerlukan waktu yang relatif
lama untuk menerbitkan laporan keuangan ke publik (Dewi dan Jusia, 2013).
Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang diajukan adalah:
H3: Opini audit berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan
keuangan.
39
2.9. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan hipotesis penelitian, kerangka pemikiran penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Profitabilitas
Ketepatan waktu
penyampaian
laporan keuangan
Leverage
Opini audit
Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran
Download