Analisis Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank terhadap Harga Saham

advertisement
Analisis Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank terhadap Harga Saham pada Perusahaan
Perbankan yang Go-Public Periode 2004-2008
Kurnia Windias Praditasari
Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma
ABSTRAK
Tingkat Kesehatan Bank merupakan hasil penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang
berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu Bank melalui penilaian faktor permodalan,
kualitas aset, manajemen, rentabilitas, likuiditas, dan sensitivitas terhadap risiko pasar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesehatan bank serta pengaruhnya
terhadap harga saham pada perusahaan perbankan yang Go-Public. Metode penelitian yang
digunakan adalah analisis tingkat kesehatan bank menggunakan rasio CAMEL serta analisis
pengaruh tingkat kesehatan bank terhadap harga saham dengan menggunakan analisis regresi
secara parsial dan simultan Hasil penelitian yang didapat bahwa tingkat kesehatan perusahaan
perbankan yang Go-Public selama periode 2004-2008 berada pada pada peringkat 1. Kesimpulan
dari penelitian yang telah dilakukan bahwa tingkat kesehatan perusahaan perbankan yang GoPublic pada tahun 2004-2008 sangat baik dan rasio tingkat kesehatan bank tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap harga saham baik secara parsial maupun simultan.
Kata kunci : Analisis Tingkat Kesehatan Bank, Harga Saham
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Harga saham adalah nilai suatu saham
yang mencerminkan kekayaan perusahaan
yang mengeluarkan saham tersebut, dimana
perubahan
dan
fluktuasinya
sangat
ditentukan oleh kekuatan penawaran dan
permintaan yang terjadi di bursa (pasar
sekunder). Semakin banyak investor yang
ingin membeli atau menyimpan suatu
saham, harganya semakin naik, sebaliknya
semakin banyak investor yang ingin menjual
atau melepaskan suatu saham, harganya
semakin bergerak turun.
Secara umum, semakin baik kinerja
keuangan suatu perusahaan semakin tinggi
laba usahanya dan semakin banyak
keuntungan yang dapat dinikmati oleh
pemegang saham, juga semakin besar
kemungkinan harga saham akan naik.
Meskipun demikian saham yang memiliki
kinerja baik sekalipun, harganya bisa saja
turun karena keadaan pasar.
Pada penelitian ini, penulis ingin
menganalisis manfaat rasio-rasio keuangan
perusahaan perbankan yang berpengaruh
terhadap harga saham, yang selanjutnya
apabila mempunyai pengaruh maka rasiorasio tersebut dapat digunakan sebagai alat
untuk menilai kinerja perusahaan perbankan.
Untuk menilai kinerja perusahaan perbankan
umumnya digunakan aspek penilaian, yaitu:
Capital, Assets, Management, Earnings,
Liquidity, sensitivity to market risk yang
biasa disebut CAMELS. Aspek-aspek
tersebut menggunakan rasio keuangan. Hal
ini menunjukan bahwa rasio keuangan dapat
digunakan untuk menilai tingkat kesehatan
bank.
Dalam melakukan penilaian tingkat
kesehatan bank dapat dinilai dengan
menggunakan teknik analisis metode
CAMELS (Capital, Assets, Management,
Earnings, Liquidity, Sensitivity to market
risk) yang mengacu pada Surat Edaran BI
No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 tentang
Tata Cara Penilaian Kesehatan Bank dan
Peraturan BI No. 6/10/PBI/2004 tentang
Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Umum. Analisis CAMELS ini adalah
perkembangan dari analisis CAMEL
terdahulu, dimana analisis ini menambahkan
aspek sensitivitas dalam perhitungan
rasionya.
Berdasarkan uraian latar belakang
diatas, maka dalam penelitian ini akan diuji
untuk menganalisis dan membuktikan
apakah tingkat kinerja bank memiliki
pengaruh signifikan terhadap harga saham,
sehingga penulis tertarik mengambil judul
“ANALISIS PENGARUH TINGKAT
KESEHATAN
BANK
TERHADAP
HARGA SAHAM PADA PERUSAHAN
PERBANKAN
YANG
GO-PUBLIC
PERIODE 2004-2008.”
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka
dapat dirumuskan masalah dalam penelitian
ini adalah :
1. Bagaimana tingkat kesehatan pada
perusahaan perbankan yang GoPublic pada periode 2004-2008 ?
2. Bagaimana
pengaruh
tingkat
kesehatan Bank terhadap harga
saham bank pada perusahaan
perbankan yang Go-Public pada
periode 2004-2008 ?
1.3 Manfaat Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini penulis
membatasi penulisan hanya dengan
menggunakan metode analisis CAMELS,
sesuai dengan alat pengukuran kinerja
bank yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Karena keterbatasan data yang didapat oleh
penulis dan perhitungannya dilakukan
dengan pendekatan kuantitatif, metode
analisis CAMELS yang digunakan tanpa
memperhitungkan aspek M (Management)
dan S (Sensitivity to Market Risks),
melainkan hanya dilihat dari aspek C
(Capital), A (Asset), E (Earning) dan L
(Liquidity).
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kesehatan Bank
2.1.1 Pengertian Kesehatan Bank
Menurut Sigit triandaru dan Totok
Budisantoso (2006:51), kesehatan bank
dapat diartikan sebagai kemampuan suatu
bank untuk melakukan kegiatan operasional
perbankan secara normal dan mampu
memenuhi semua kewajibannya dengan baik
dengan cara-cara yang sesuai dengan
peraturan perbankan yang berlaku.
Pengertian tentang kesehatan bank
diatas merupakan suatu batasan yang sangat
luas, karena kesehatan bank memang
mencakup kesehatan suatu bank untuk
melaksanakan seluruh kegiatan usaha
perbankannya. Kegiatan tersebut meliputi :
1. Kemampuan menghimpun dana dari
masyarakat, dari lembaga lain, dan
dari modal sendiri.
2. Kemampuan mengelola dana.
3. Kemampuan untuk menyalurkan
dana ke masyarakat.
4. Kemampuan memenuhi kewajiban
kepada masyarakat, karyawan,
pemilik modal, dan pihak lain.
5. Pemenuhan peraturan perbankan
yang berlaku.
2.1.2 Tingkat
Kesehatan
Bank
Berdasarkan
Analisis
Rasio
CAMELS
Analisis rasio CAMELS merupakan
salah satu bagian dari teknik analisis laporan
keuangan bank. Analisis CAMELS ini
adalah perkembangan dari analisis CAMEL
terdahulu, dimana analisis ini menambahkan
aspek sensitivitas dalam perhitungan
rasionya. Di dalam penulisan ini analisis
rasio CAMELS digunakan untuk mengukur
kinerja keuangan yang diperoleh suatu bank
terhadap
perhitungan
kegiatan
operasionalnya dengan suatu persentase
tertentu yang telah ditetapkan sehingga
dapat diketahui tingkat kesehatan suatu bank
dalam bentuk peringkat komposit.
Dalam hal ini penulis menggunakan
analisis rasio CAMEL karena menurut
penulis analisis rasio ini bagus untuk
mengukur kinerja keuangan yang dilakukan
dari berbagai faktor seperti capital, asset,
management, earning, liquidity yang
berpengaruh
terhadap
kondisi
dan
perkembangan suatu bank selain itu juga
mengacu pada peraturan Bank Indonesia
Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April
2004 perihal sistem penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum dan Surat Edaran
Bank Indonesia Nomor 6/23/DPNP tanggal
31 Mei 2004 perihal tatacara penilaian
kesehatan bank umum.
Dengan dikeluarkannya surat edaran
Bank Indonesia ini maka surat edaran Bank
Indonesia Nomor 26/5/BPPP tanggal 29 Mei
1993 perihal tatacara penilaian tingkat
kesehatan bank umum, surat edaran Bank
Indonesia Nomor 30/2/UPPB tanggal 30
April 1997 perihal tatacara penilaian tingkat
kesehatan Bank Umum, surat edaran Bank
Indonesia Nomor 30/23/UPPB tanggal 19
Maret 1998 perihal perubahan Surat
Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor
30/11/KEP/DIR tanggal 30 April 1997
tentang tatacara penilaian tingkat kesehatan
Bank Umum dinyatakan tidak berlaku bagi
Bank Umum dinyatakan tidak berlaku bagi
Bank Umum yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional sejak penilaian
tingkat kesehatan bank untuk posisi akhir
bulan Desember 2004.
Berikut ini adalah perincian dari setiap
variabel yang akan dianalisis, dalam analisis
rasio CAMEL yaitu :
1. Capital (Permodalan)
Pada aspek permodalan ini yang
dinilai
adalah
permodalan
yang
didasarkan
kepada
kewajiban
penyediaan modal minimum bank.
Penilaian tersebut didasarkan kepada
CAR (Capital Adequacy Ratio) yang
telah ditetapkan oleh Bank Indonesia,
yakni paling sedikit 8%. Rasio ini
digunakan sebagai indikator terhadap
kemampuan bank menutupi penurunan
aktiva akibat terjadinya kerugiankerugian atas aktiva bank dengan
menggunakan modalnya sendiri. CAR
merupakan perbandingan antara modal
sendiri dengan Aktiva Tertimbang
Menurut Resiko (ATMR).
Langkah-langkah perhitungan rasio
CAR :
1. Lihat Laporan KPMM
2. Hitung total Modal Inti dan
Modal Pelengkap
3. Hitung total ATMR
4. Hitung Rasio CAR dengan
menggunakan rumus :
CAR =
Total Modal
ATMR
Berdasarkan ketentuan yang dibuat
Bank Indonesia, terdapat ketentuan
bahwa modal bank terdiri dari :
1. Modal Inti, pada umumnya berisi :
Modal disetor, agio saham,
Cadangan Umum, Cadangan
Tujuan, Laba ditahan, Laba tahun
lalu, dan Laba tahun berjalan.
2. Modal Pelengkap, pada umumnya
berisi : Cadangan revaluasi aktiva
tetap, Cadangan penghapusan
aktiva yang diklasifikasikan,
Modal pinjaman, dan pinjaman
subordinasi.
2. Asset (Aktiva)
Asset (aktiva) suatu bank akan
dinilai berdasarkan kualitas aktiva
produktif (KAP) yang dimiliki bank
tersebut, yaitu rasio aktiva produktif
yang diklasifikasikan terhadap aktiva
produktif.
Aktiva
produktif
yang
diklasifikasikan adalah aktiva produktif,
baik yang sudah maupun yang
mengandung potensi tidak memberikan
penghasilan
atau
menimbulkan
kerugian, yang besarnya ditetapkan
sebagai berikut :
a. 25 % dari kredit yang
digolongkan Dalam Perhatian
Khusus (DPK)
b. 50 %
dari kredit yang
digolongkan Kurang Lancar
(KL)
c. 75 % dari kredit yang
digolongkan Diragukan (D)
d. 100 % dari kredit yang
digolongkan Macet (M)
Langkah-langkah Perhitungan :
1. Lihat Laporan Kualitas Aktiva
Produktif
2. Hitung Total Aktiva Produktif,
yaitu jumlah dari Aktiva
Produktif yang termasuk dalam
kategori L, DPK, KL, D, dan
M.
3. Hitung Aktiva Produktif yang
diklasifikasikan
4. Tentukan Rasio Kualitas Aktiva
Produktif dengan rumus :
KAP =
Aktiva Produktif yang diklasifikasikan
Aktiva Produktif
3. Management (Manajemen)
Kualitas manajemen dapat dilihat
dari kualitas manusianya dalam bekerja,
juga dapat dilihat dari pendidikan serta
pengalaman
karyawannya
dalam
menangani berbagai kasus yang terjadi.
Unsur-unsur penilaian dalam kualitas
manajemen
adalah
manajemen
permodalan, aktiva, umum, rentabilitas
dan likuiditas, yang didasarkan pada
jawaban dari pertanyaan yang diajukan.
4. Earning (Rentabilitas)
Didalam penilaian faktor rentabilitas
bank umum yang dinilai adalah
kemampuan bank dalam menghasilkan
laba. Rentabilitas suatu bank dalam
analisa CAMEL ini adalah meliputi
besarnya rasio beban operasional
terhadap
pendapatan
operasional
operasional bank (BOPO). BOPO
adalah perbandingan antara biaya
operasional
dengan
pendapatan
operasional. BOPO digunakan untuk
mengukur
tingkat
efisiensi
dan
kemampuan bank dalam melakukan
kegiatan operasinya.
Langkah-langkah Perhitungan :
1. Lihat Laporan rugi/laba
2. Tentukan
jumlah
biaya
operasional dan pendapatan.
3. Hitung rasio BOPO dengan
menggunakan rumus :
BOPO =
Biaya Operasional
Pendapatan Operasional
5. Liquidity (Likuiditas)
Pengertian
Likuiditas
(Kasmir,1999:51) adalah kemampuan
bank untuk membayar semua hutang-
hutangnya terutama simpanan tabungan,
giro, dan deposito pada saat ditagih dan
dapat
pula
memenuhi
semua
permohonan kredit yang layak dibiayai.
LDR (Loan to Deposit Ratio)
merupakan rasio antara kredit dengan
dana pihak ketiga. Semakin tinggi rasio
ini, maka akan memberikan indikasi
rendahnya kemampuan likuiditas bank
yang bersangkutan. Hal ini disebabkan
karena jumlah dana yang diperlukan
untuk membiayai kredit semakin besar.
Langkah-langkah Perhitungan :
1. Lihat laporan neraca
2. Tentukan Jumlah Kredit dan Dana
Pihak Ketiga
a. Jumlah kredit yaitu kredit
yang diberikan bank yang
sudah
direalisir/
ditarik/dicairkan.
b. Dana pihak ketiga meliputi
simpanan masyarakat yang
berupa giro, tabungan dan
berbagai jenis deposito.
3. Hitung Rasio LDR dengan
menggunakan rumus :
LDR =
Jumlah Kredit Yang Diberikan
Dana Pihak Ketiga
2.2 Saham
2.2.1 Pengertian Saham
Saham terdiri dari saham preferen
(preferred stock) dan saham biasa (common
stock).
Saham
preferen
merupakan
gabungan (hybrid) antara obligasi dan
saham biasa. Artinya, disamping memiliki
karakteristik obligasi misalnya, saham
preferen memberikan hasil yang tetap,
seperti bunga obligasi. Meskipun tidak
sepopuler saham biasa, namun saham
preferen kini cukup berkembang. Tetapi
dalam penyusunan skripsi ini penulis hanya
membahas mengenai saham biasa (common
stock).
Saham biasa atau common stock
atau sering disebut saham adalah surat
berharga sebagai bukti penyertaan atau
pemilikan individu maupun institusi atas
suatu perusahaan. (Dyah Ratih Sulistyastuti,
2002:43)
Saham (share) merupakan suatu
bentuk penanaman modal pada suatu entitas
(badan usaha) yang dilakukan dengan
menyetorkan sejumlah dana tertentu dengan
tujuan untuk menguasai sebagian hak
pemilikan
atas
perusahaan
tersebut.
(Sunariyah, 2004:6)
2.3 Kajian Penelitian Sejenis
Maria Finsencia (2008), penelitian ini
bertujuan
untuk
mengetahui
tingkat
kesehatan suatu bank, apakah bank tersebut
masih dapat menjalankan fungsinya sebagai
lembaga perantara dimana dana yang
dihimpun dari masyarakat dapat berjalan
dengan seimbang . Untuk mengetahui dalam
penentuan kondisi kesehatan bank adalah
menggunakan perhitungan rasio CAMEL
sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia.
Sampel penelitian terdiri dari dari 2 jenis
bank, yaitu bank devisa yang diwakili oleh
PT. Bank Lippo,Tbk. dan bank non devisa
yang diwakili oleh PT. Bank Mayora. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa rasio
keuangan CAMEL memiliki daya klasifikasi
atau daya prediksi untuk kondisi kesehatan
suatu bank. Dalam penelitian ini juga
memberikan bukti bahwa rasio CAR, KAP,
NPM, ROA, ROE, BOPO dan LDR secara
statistik berbeda untuk menentukan kondisi
kesehatan suatu bank. Dari hasil perhitungan
dengan rasio CAMEL, bahwa tingkat
kesehatan pada PT. Bank Lippo,Tbk. berada
dalam kondisi sangat sehat, sedangkan pada
PT. Bank Mayora masih dapat dikategorikan
sebagai bank yang cukup sehat, karena
masih dapat menjalankan fungsinya sebagai
lembaga perantara.
3. Metode Penelitian
3.1 Populasi dan Sampel
Populasi merupakan objek atau subjek
yang berada dalam satu wilayah dan
memenuhi syarat tertentu berkaitan dengan
masalah penelitian. Adapun yang menjadi
populasi dalam penelitian ini adalah
perusahaan yang tergabung dalam perusahan
sektor perbankan periode tahun 2004-2008.
Dari populasi yang ada diambil sampel
penelitian yang dapat mewakili populasi
yang ada.
Sedangkan cara penarikan sampel
dilakukan melalui purposive sampling untuk
pemilihan sampel secara acak yang memiliki
tujuan atau target tertentu. Untuk pemilihan
sampel dengan mendasarkan pada kriteria
tertentu. Kriteria yang digunakan adalah :
1. Perusahaan perbankan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia untuk tahun 20042008.
2. Perusahaan sampel yang menerbitkan
laporan keuangan dan catatan laporan
keuangan
tahunan (annual report)
untuk tahun 2004-2008.
3. Sampel mempunyai laporan tahunan
yang berakhir tanggal 31 Desember.
Tabel 3.1
SAMPEL BANK
NO
NAMA BANK
1 PT. Bank Central Asia Tbk
2 PT. Bank Danamon Indonesia Tbk
3 PT. Bank Mandiri Tbk
4 PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk
5 PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
6 PT. Bank Permata Tbk
Alasan pemilihan perusahaan perbankan
yang telah go public sebagai berikut :
Persaingan antarbank, khususnya bank
penguasa pasar, dalam memperebutkan
nasabah cukup ketat, misalnya dalam hal
pelayanan (service). Pentingnya pelayanan
(di perbankan), bahkan mengundang
Institute of Service Management Studies
(ISMS) untuk melakukan sebuah survey.
Lembaga riset yang berpusat di Jakarta ini
mencoba melihat sejauh mana kualitas
pelayanan bank-bank besar penguasa pasar
di Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) Jakarta.
Bank tersebut yaitu bank-bank yang
bergerak di bidang retail banking dengan
aset total minimal Rp10 triliun dan
mempunyai minimal lima kantor di Jakarta,
baik kantor cabang, kantor cabang pembantu
maupun kantor kas.
3.2 Metode Analisis
a. Uji Normalitas Data
3.3 Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinearitas
b. Uji Heteroskedastisitas
c. Uji Autokorelasi
4. Pembahasan
4.1 Analisis Pengujian Asumsi Klasik
Uji normalitas data bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi,
variabel terikat dan variabel bebas keduanya
mempunyai distribusi normal atau tidak
(Ghozali, 2001). Uji normalitas data dalam
penelitian ini menggunakan KolmogrovSmirnov Test untuk masing-masing variabel.
Untuk uji Kolmogrov-Simrnov Test akan
dilihat dari probabilitasnya.
3.4 Uji Hipotesis
a. Uji Regresi Linier Berganda
b. Uji Korelasi Berganda
c. Uji Determinasi
d. Uji t
e. Uji F
Tabel 4.1
Hasil Uji Normalitas Data
Variabel
Sig.
Kesimpulan
Harga Saham
0.530
Ho diterima (Data berdistribusi normal)
CAR
0.972
Ho diterima (Data berdistribusi normal)
KAP
0.096
Ho diterima (Data berdistribusi normal)
BOPO
0.495
Ho diterima (Data berdistribusi normal)
LDR
0.726
Ho diterima (Data berdistribusi normal)
Sumber : Data yang Diolah dengan SPSS 15.00 (Lihat Lampiran)
Pada tabel 4.1 diatas, diketahui bahwa
variabel Harga Saham, CAR, KAP, BOPO
dan LDR memiliki p-value yang lebih besar
dari 0,05, masing-masing adalah sebesar
0,530; 0,972; 0,096; 0,495; 0,726 yang
berarti data berdistribusi normal.
Dari hasil pengolahan data statistik
diperoleh tabel pengujian multikolinearitas
Tabel 4.2
Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel
VIF
Kesimpulan
CAR
1.177
Ho diterima (Tidak ada multikolinearitas)
KAP
1.461
Ho diterima (Tidak ada multikolinearitas)
BOPO
1.448
Ho diterima (Tidak ada multikolinearitas)
LDR
1.444
Ho diterima (Tidak ada multikolinearitas)
Sumber : Data yang Diolah dengan SPSS 15.00 (Lihat Lampiran)
Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa
seluruh variabel independen mempunyai
nilai VIF < 5, yaitu pada variabel CAR
sebesar 1,177, KAP sebesar 1,461, BOPO
sebesar 1,448, dan LDR sebesar 1,444.
Maka kesimpulannya adalah Ho diterima,
yang berarti model regresi tersebut terhindar
dari masalah multikolinearitas, yaitu tidak
ditemukannya korelasi di antara CAR, KAP,
BOPO, dana LDR.
Hasil pengujian heteroskedastisitas
ditunjukkan pada tabel berikut :
Tabel 4.3
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Variabel
Sig.
Kesimpulan
CAR
0.794
Ho diterima (Tidak ada heteroskedastisitas)
KAP
0.598
Ho diterima (Tidak ada heteroskedastisitas)
BOPO
0.416
Ho diterima (Tidak ada heteroskedastisitas)
LDR
0.166
Ho diterima (Tidak ada heteroskedastisitas)
Sumber : Data yang Diolah dengan SPSS 15.00 (Lihat Lampiran)
keempat variabel independen tersebut,
seluruh nilai signifikannya lebih besar dari
0,05 maka Ho diterima, yang berarti tidak
terdapat masalah heteroskedastisitas dalam
model regresi. Hal ini menunjukkan bahwa
varian dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain bersifat homogen.
Dari hasil uji di atas pada tabel 4.3
diketahui bahwa variabel CAR memiliki
nilai signifikan sebesar 0,794, variabel KAP
memiliki nilai signifikan sebesar 0,598,
variabel BOPO memiliki nilai signifikan
sebesar 0,416, dan variabel LDR memiliki
nilai signifikan sebesar 0,166. Dari hasil
Tabel 4.4
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryc
Model
1
2
Adjusted
R Square
,572
,585
R
R Square
,794a
,631
,793b
,628
Std. Error of
the Estimate
,51275
,50464
DurbinWatson
,962
a. Predictors: (Constant), LDR, CAR, BOPO, KAP
b. Predictors: (Constant), LDR, CAR, KAP
c. Dependent Variable: Harga Saham
Sumber : Data yang Diolah dengan SPSS 15.00 (Lihat Lampiran)
Dari hasil output di atas didapat nilai
DW yang dihasilkan dari model regresi
adalah 0,962. Karena angka D – W diantara
-2 sampai +2, sehingga kesimpulan yang
didapat untuk model ini adalah tidak ada
autokorelasi yaitu tidak ada korelasi yang
terjadi antara residual pada satu pengamatan
dengan pengamatan lain dalam model
regresi. Dengan demikian model regresi
yang digunakan dapat diteruskan karena
tidak melanggar uji asumsi klasik.
4.2 Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis
data
dilakukan
dengan
menggunakan regresi berganda yang
bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara
variabel independen yaitu CAR, KAP,
BOPO, dan LDR terhadap variabel
dependen yaitu Harga saham. Hasil
pengujian statistik regresi berganda dengan
menggunakan SPSS versi 15.0 disajikan
dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 4.5
Hasil Pengujian Regresi Berganda
Coefficientsa
Model
1
2
(Constant)
CAR
KAP
BOPO
LDR
(Constant)
CAR
KAP
LDR
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
-2,735
3,276
2,066
,383
-,491
,145
,259
,603
,961
,433
-1,750
2,303
2,055
,376
-,466
,130
,999
,417
Standardized
Coefficients
Beta
,712
-,498
,063
,324
,708
-,472
,337
t
-,835
5,397
-3,392
,429
2,221
-,760
5,467
-3,589
2,399
Sig.
,412
,000
,002
,671
,036
,454
,000
,001
,024
a. Dependent Variable: Harga Saham
Sumber : Data yang Diolah dengan SPSS 15.00 (Lihat Lampiran)
Dalam tabel 4.5 dapat dilihat hubungan
variabel CAR, KAP, BOPO, dan LDR
(independen) terhadap variabel Harga saham
(dependen). Sehingga didapat bentuk
persamaan regresi berganda sebagar berikut:
Y’ = (2,735) + 2,066X1 + (0,491)X2 + 0,259X3 +
0,961X4
Setelah di antilog, maka hasilnya adalah :
Y’ = 0,064 + 7,893X1 + 0,612X2 + 1,295X3 +
2,614X4
Dari hasil pengujian regresi berganda
maka dapat diketahui bahwa konstanta
adalah sebesar 0,064 artinya apabila tidak
terdapat variabel independen seperti CAR,
KAP, BOPO, dan LDR, maka besarnya
Harga Saham perusahaan adalah sebesar
0,064 dengan asumsi besarnya variabelvariabel yang lain tidak berubah.
Koefisien regresi CAR pada pengujian
tersebut sebesar 7,893 artinya CAR
memiliki pengaruh positif terhadap harga
saham perusahaan dimana bila CAR naik
sebesar 1% maka harga saham akan naik
sebesar 7,893 dengan asumsi besarnya
variabel-variabel yang lainnya tidak
berubah.
Koefisien regresi KAP pada pengujian
tersebut sebesar 0,612 artinya KAP memiliki
pengaruh positif terhadap harga saham
perusahaan dimana bila KAP naik sebesar
1% maka harga saham perusahaan akan naik
sebesar 0,612 dengan asumsi besarnya
variabel-variabel yang lain tidak berubah.
Koefisien regresi BOPO pada pengujian
tersebut sebesar 1,295 artinya BOPO
memiliki pengaruh positif terhadap harga
saham perusahaan dimana bila BOPO naik
sebesar 1% maka harga saham perusahaan
akan naik sebesar 1,295 dengan asumsi
besarnya variabel-variabel yang lain tidak
berubah.
Koefisien regresi LDR pada pengujian
tersebut sebesar 2,614 artinya LDR memiliki
pengaruh positif terhadap harga saham
perusahaan dimana bila nilai LDR naik
sebesar 1% maka harga saham perusahaan
akan naik sebesar 2,614 dengan asumsi
besarnya variabel-variabel yang lain tidak
berubah.
Setelah dilakukan perhitungan regresi
dengan menggunakan rumus persamaan di
atas, maka langkah pengujian statistik untuk
menguji hipotesis dalam penulisan ini
dilanjutkan dengan uji korelasi ganda (R),
uji koefisien determinasi (R²), uji parsial
(uji t), dan uji serentak (uji F).
Analisis Korelasi Ganda (R) digunakan
untuk mengetahui hubungan antara dua atau
lebih variabel independent (X1,X2,...,Xn)
terhadap variabel dependen (Y) secara
serentak. Dari hasil analisis regresi, lihat
pada output model summary dan disajikan
sebagai berikut :
Tabel 4.6
Hasil Uji Korelasi Ganda (R)
Model Summary c
Model
1
2
R
,794a
,793b
R Square
,631
,628
Adjusted
R Square
,572
,585
Std. Error of
the Estimate
,51275
,50464
a. Predictors: (Constant), LDR, CAR, BOPO, KAP
b. Predictors: (Constant), LDR, CAR, KAP
c. Dependent Variable: Harga Saham
Sumber : Data yang Diolah dengan SPSS 15.00 (Lihat Lampiran)
Berdasarkan tabel di atas diperoleh
angka R sebesar 0,730. Hal ini menunjukkan
bahwa terjadi hubungan yang kuat antara
CAR, KAP, BOPO, dan LDR terhadap
Harga Saham.
Koefisien determinasi adalah angka atau
indeks yang digunakan untuk mengetahui
sumbangan sebuah variabel atau lebih
(variabel bebas, x) terhadap variasi (naik
atau turunnya) variabel yang lain (variabel
tidak bebas, y). Nilai koefisien determinasi
berarti antara 0 sampai 1 (0 < KD < 1). Nilai
R² yang kecil menunjukkan bahwa
kemampuan variabel-variabel bebas dalam
menjelaskan variabel tidak bebas sangat
terbatas. Sedangkan R² yang mendekati 1
berarti variabel bebas memberikan hampir
semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel tidak bebas.
Karena dalam penelitian ini digunakan lebih
dari 2 variabel bebas maka digunakan
Adjusted R² (R² yang disesuaikan) sebagai
koefisien determinasi dari kolom adjusted R
square (R²) pada output SPSS diperoleh
angka sebagai berikut :
Tabel 4.7
Hasil Uji Determinasi (R2)
Model Summary c
Model
1
2
R
,794a
,793b
R Square
,631
,628
Adjusted
R Square
,572
,585
Std. Error of
the Estimate
,51275
,50464
a. Predictors: (Constant), LDR, CAR, BOPO, KAP
b. Predictors: (Constant), LDR, CAR, KAP
c. Dependent Variable: Harga Saham
Sumber : Data yang Diolah dengan SPSS 15.00 (Lihat Lampiran)
Dari hasil pengolahan regresi berganda
diketahi bahwa koefisien determinasi
Adjusted R² = 0,533. Artinya seluruh
variabel independen (CAR, KAP, BOPO,
dan LDR) hanya mampu menjelaskan
variasi dari variabel dependen (harga saham)
adalah sebesar 53,3%. sedangkan sisanya
(100% - 53,3% = 46,7%) mampu dijelaskan
oleh faktor-faktor lain yang tidak
diikutsertakan dalam model.
Uji t dilakukan untuk mengetahui
hubungan dari masing-masing variabel
bebas (CAR, KAP, BOPO, dan LDR)
terhadap variabel tidak bebas (harga saham).
Tabel 4.8
Hasil Uji Parsial (Uji t)
Variabel
t
Sig.
Kesimpulan
CAR
5,937
0.000
Ho diterima
KAP
-3.392
0.002
Ho diterima
BOPO
0.429
0.671
Ho diterima
LDR
2.221
0.036
Ho diterima
Sumber : Data yang Diolah dengan SPSS 15.00 (Lihat Lampiran)
Pengaruh CAR terhadap Harga Saham
Hipotesis 1:
Ho1 : secara parsial tidak ada pengaruh
yang signifikan antara CAR
terhadap harga saham
Ha1 : secara parsial ada pengaruh yang
signifikan antara CAR terhadap
harga saham
Berdasarkan hasil uji t yang telah
dilakukan pada tabel 4.20 bahwa CAR
menghasilkan p-value sebesar 0,002 lebih
kecil dari 0,05 (t hitung sebesar 3,475 > t
tabel sebesar 1,697). Dari hasil tersebut
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Ho
ditolak, yang berarti secara parsial ada
pengaruh yang signifikan antara CAR
terhadap harga saham pada perusahaan
perbankan yang terdaftar di BEI. Rasio CAR
digunakan untuk mengukur sejauh mana
kemampuan permodalan bank dalam
mengantisipasi penurunan aktiva. Pada
dasarnya semakin tinggi CAR maka akan
semakin tinggi pula harga saham karena
bank yang mempunyai CAR yang tinggi
berarti bank tersebut mempunyai modal
yang cukup untuk melakukan kegiatan
usahanya dan cukup pula menanggung
resiko apabila bank tersebut dilikuidasi.
Dengan kondisi seperti itu yaitu modal yang
cukup maka suatu bank akan dapat
membiayai produk jasanya yang banyak,
selain itu CAR yang besar sama dengan
modal yang besar dan aktiva berisiko
rendah. Hal yang pokok adalah dengan CAR
yang tinggi, risiko dalam berinvestasi
rendah. Hal seperti itulah yang akan
mendorong para investasi berbondongbondong untuk membeli saham tersebut.
Sesuai hukum permintaan dan penawaran,
maka kondisi tersebut akan meningkatkan
harga saham.
Pengaruh KAP terhadap Harga Saham
Hipotesis 2 :
Ho2 : secara parsial tidak ada pengaruh
yang signifikan antara KAP
terhadap harga saham
Ha2 : secara parsial ada pengaruh yang
signifikan antara KAP terhadap
harga saham
Berdasarkan hasil uji t yang telah
dilakukan pada tabel 4.20 bahwa KAP
menghasilkan p-value sebesar 0,005 lebih
kecil dari 0,05 (t hitung sebesar -3,087 > t
tabel sebesar 1,697). Dari hasil tersebut
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Ho
ditolak, yang berarti secara parsial ada
pengaruh yang signifikan antara KAP
terhadap harga saham pada perusahaan
perbankan yang terdaftar di BEI. KAP
adalah untuk menilai jenis-jenis asset yang
dimiliki oleh bank. Penilaian asset harus
sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia
dengan membandingkan antara aktiva
produktif yang diklasifikasikan dengan
aktiva produktif. Semakin sedikit aktiva
produktif
yang
diklasifikasikan
(bermasalah),
maka
semakin
besar
pengembalian keuntungan berupa bunga
yang akan diperoleh bank. Sehingga mampu
mengggambarkan kinerja perusahaan, yang
akhirnya akan mampu mempengaruhi harga
saham perusahaan yang bersangkutan.
Karena proyeksi harga saham dilakukan
dengan
mempertimbangkan
proyeksi
prestasi perusahaan dimasa depan. Prestasi
perusahaan yang dinilai dikaitkan dengan
kondisi fundamental atau kinerja keuangan
perusahaan.
Kondisi
fundamental
mencerminkan kinerja variabel-variabel
keuangan yang dianggap mendasar atau
penting dalam perubahan harga saham. Para
penganut analisis fundamental berasumsi
bahwa apabila kondisi fundamental atau
kinerja keuangan perusahaan semakin baik
maka harga saham yang diharapkan juga
akan mengalami kenaikan.
Pengaruh BOPO terhadap Harga Saham
Hipotesis 1:
Ho3 : secara parsial tidak ada pengaruh
yang signifikan antara BOPO
terhadap harga saham
Ha3 : secara parsial ada pengaruh yang
signifikan antara BOPO terhadap
harga saham
Berdasarkan hasil uji t yang telah
dilakukan pada tabel 4.20 bahwa BOPO
menghasilkan p-value sebesar 0,699 lebih
besar dari 0,05 (t hitung sebesar 0,391 < t
tabel sebesar 1,697). Dari hasil tersebut
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Ho
diterima, yang berarti secara parsial tidak
ada pengaruh yang signifikan antara BOPO
terhadap harga saham pada perusahaan
perbankan yang terdaftar di BEI. Hal
tersebut disebabkan adanya kebijakankebijakan yang mengarah pada upaya
ekspansi yang membutuhkan biaya yang
besar. Tetapi pihak ketiga tidak perlu
mengkhawatirkan anggapan akan turunnya
penilaian kinerja keuangan bank oleh para
investor. Besarnya pengeluaran atau yang
disebut pula beban operasional ini tidak
terlalu berpengaruh terhadap perubahan
harga saham. Asalkan beban operasional
tersebut tidak menimbulkan kerugian atau
bank masih memiliki laba kotor yang cukup
memadai, harga saham masih dapat
meningkat.
Pengaruh LDR terhadap Harga Saham
Hipotesis 1:
Ho4 : secara parsial tidak ada pengaruh
yang signifikan antara LDR
terhadap harga saham
Ha4 : secara parsial ada pengaruh yang
signifikan antara LDR terhadap
harga saham
Berdasarkan hasil uji t yang telah
dilakukan pada tabel 4.20 bahwa LDR
menghasilkan p-value sebesar 0,251 lebih
besar dari 0,05 (t hitung sebesar 1,175 < t
tabel sebesar 1,697). Dari hasil tersebut
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Ho
ditolak, yang berarti secara parsial ada
pengaruh yang signifikan antara LDR
terhadap harga saham pada perusahaan
perbankan yang terdaftar di BEI. LDR
mencerminkan kegiatan usaha atau operasi
sehari-hai perbankan. Bagaiman operasinya
dibiayai, apakah lebih banyak dari hutang
atau modal perusahaan. Investor akan lebih
memilih bank-bank yang mampu membiayai
operasinya dengan modal atau apabila harus
dibiayai dengan hutang, maka bank tersebut
harus bisa mengembalikannya dengan asset
yang dimilikinya. Dengan likuiditas bank
yang tinggi maka hal tersebut akan dapat
meningkatkan kepercayaan konsumen pada
bank tersebut. Sehingga membuat para
investor melirik perusahaan tersebut untuk
menanamkan
modalnya
dan
akan
berdampak pada kenaikan harga saham.
Analisis Uji Serentak (Uji F), digunakan
untuk menguji apakah secara bersama-sama
seluruh variabel independen (CAR, KAP,
BOPO, dan LDR) mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap variabel dependen
(Harga saham). Demikian pula sebaliknya
secara bersama-sama seluruh variabel
independen (CAR, KAP, BOPO, dan LDR)
tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap variabel dependen (harga saham).
Tabel 4.9
Hasil Uji Simultan (Uji F)
ANOVAc
Model
1
2
Regression
Residual
Total
Regression
Residual
Total
Sum of
Squares
11,231
6,573
17,804
11,183
6,621
17,804
df
4
25
29
3
26
29
Mean Square
2,808
,263
F
10,680
Sig.
,000a
3,728
,255
14,637
,000b
a. Predictors: (Constant), LDR, CAR, BOPO, KAP
b. Predictors: (Constant), LDR, CAR, KAP
c. Dependent Variable: Harga Saham
Sumber : Data yang Diolah dengan SPSS 15.00 (Lihat Lampiran)
Dari pengujian regresi dengan melihat
tabel anova, diketahui bahwa p-value
sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 (F-hitung
sebesar 10,680 > F-tabel sebesar 2,98) maka
Ho ditolak, yang berarti secara bersamasama ada pengaruh yang signifikan antara
seluruh variabel independen (CAR, KAP,
BOPO, dan LDR) terhadap variabel
dependen (harga saham). Hal ini
menunjukkan
bahwa
variabel-variabel
independent merupakan faktor penjelas yang
nyata bagi variasi dalam variabel
independent.
5. Penutup
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan perhitungan dan
analisis pada setiap komponen Permodalan
(Capital), Kualitas Aset (Asset Quality),
Rentabilitas (Earning), dan Likuiditas
(Liquidity), maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Tingkat kesehatan PT. Bank
Central Asia Tbk selama periode
2004-2005 berada pada posisi yang
baik, secara keseluruhan Bank
BCA berada pada peringkat 1.
Semua faktor yang dianalisis
memiliki peringkat yang baik diatas
ketentuan Bank Indonesia.
2. Tingkat kesehatan PT. Bank
Danamon Tbk selama periode
2004-2005 berada pada posisi yang
baik, secara keseluruhan Bank
Danamon berada pada peringkat 1.
Semua faktor yang dianalisis
memiliki peringkat yang baik diatas
ketentuan Bank Indonesia.
3. Tingkat kesehatan PT. Bank
Mandiri (Persero) Tbk selama
periode 2004- 2008 berada pada
posisi
yang
baik,
secara
keseluruhan Bank Mandiri berada
pada peringkat 1. Hampir semua
faktor yang dianalisis memiliki
peringkat
yang
baik
diatas
ketentuan Bank Indonesia, hanya
Return on Equity (ROE), Net Profit
Margin (NPM), dan BOPO yang
memiliki peringkat kurang baik,
tetapi peringkat tersebut mampu
diperbaiki pada tahum 2006-008.
Perbandingan tingkat kesehatan PT
Bank Mandiri (Persero) Tbk dari
tahun 2004 sampai dengan tahun
2008 tidak terlalu signifikan. Bank
Mandiri
hanya
mengalami
perbaikan peringkat faktor pada
APYD dibandingkan dengan total
aktiva produktif dan BOPO (Biaya
Operasional dibandingkan dengan
Pendapatan Operasional). Namun
Bank Mandiri secara keseluruhan
berada pada posisi tingkat sehatan
yang baik.
4. Tingkat kesehatan PT. Bank
Negara Indonesia (Persero) Tbk
selama periode 2004-2008 berada
pada posisi yang baik, secara
keseluruhan Bank Mandiri berada
pada peringkat 1. Hampir semua
faktor yang dianalisis memiliki
peringkat
yang
baik
diatas
ketentuan Bank Indonesia, hanya
APYD dibandingkan dengan total
aktiva produktif memiliki peringkat
kurang baik, tetapi peringkat
tersebut mampu diperbaiki pada
tahum 2006-008. Namun Bank
Mandiri secara keseluruhan berada
pada posisi tingkat sehatan yang
baik.
5. Tingkat kesehatan PT Bank
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
selama periode 2004-2005 berada
pada posisi yang baik, secara
keseluruhan Bank BRI berada pada
peringkat 1. Hampir semua faktor
yang dianalisis memiliki peringkat
yang baik diatas ketentuan Bank
Indonesia. Perbandingan tingkat
kesehatan PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk dari tahun
2004 sampai dengan tahun 2008
tidak terlalu signifikan. Dari 9
faktor yang dianalisis, BRI hanya
mengalami penurunan peringkat
faktor pada 2 faktor, yaitu APYD
dibandingkan dengan total aktiva
produktif dan BOPO (Biaya
Operasional dibandingkan dengan
Pendapatan Operasional). Namun
secara keseluruhan BRI mengalami
perbaikan rasio.
6. Tingkat kesehatan PT. Bank
Permata Tbk selama periode
2004- 2008 berada pada posisi
yang baik, secara keseluruhan Bank
Mandiri berada pada peringkat 1.
Hampir semua faktor yang
dianalisis memiliki peringkat yang
baik diatas ketentuan Bank
Indonesia. Perbandingan tingkat
kesehatan PT. Bank Permata Tbk
dari tahun 2004 sampai dengan
tahun 2008 tidak terlalu signifikan.
Bank Permata hanya mengalami
perbaikan peringkat faktor pada
Return on Equity (ROE). Namun
Bank Permata secara keseluruhan
berada pada posisi tingkat sehatan
yang baik.
7. Pengaruh CAR, KAP, BOPO dan
LDR terhadap harga saham secara
parsial dan simultan pada periode
tahun 2004-2008. dari hasil
pengujian
penulis
dapat
disimpulkan bahwa :
(a) Pengujian yang dilakukan
antara CAR (X1) terhadap
harga saham (Y) menunjukkan
bahwa variabel CAR (X1)
memiliki hubungan yang kuat
signifikan dengan harga saham
(Y) dan berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel
harga saham (Y) secara parsial.
(b) Pengujian yang dilakukan
antara KAP (X2) terhadap
harga saham (Y) menunjukkan
bahwa variabel KAP (X2)
memiliki hubungan yang kuat
signifikan dengan harga saham
(Y) dan berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel
harga saham (Y) secara parsial.
(c) Pengujian yang dilakukan
antara BOPO (X3) terhadap
harga saham (Y) menunjukkan
bahwa variabel BOPO (X3)
memiliki hubungan yang kuat
signifikan dengan harga saham
(Y) dan tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap
variabel harga saham (Y)
secara parsial.
(d) Pengujian yang dilakukan
antara LDR (X4) terhadap
harga saham (Y) menunjukkan
bahwa variabel LDR (X4)
memiliki hubungan yang kuat
signifikan dengan harga saham
(Y) dan berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel
harga saham (Y) secara parsial.
(e) Pengaruh CAR (X1), KAP
(X2), BOPO (X3), LDR (X4)
terhadap harga saham (Y)
secara simultan menunjukkan
bahwa
keempat
variabel
memiliki
pengaruh
yang
kurang signifikan terhadap
harga
saham
(Y)
serta
berpengaruh secara simultan
(bersama-sama)
terhadap
variabel harga saham (Y).
5.2 Saran
1. Meningkatkan kinerja manajemen
risiko kredit agar jumlah APYD
dapat ditekan dalam jumlah yang
sekecil
mungkin,
sehingga
kemungkinan
adanya
aktiva
produktif yang berpotensi tidak
menghasilkan penghasilan dan atau
menimbulkan
kerugian
akan
berkurang.
2. Melakukan
efisiensi
biaya
operasional
bank,
seperti
penggunaan listrik, telepon dan alat
tulis kantor untuk hal yang kurang
DAFTAR PUSTAKA
Arifin 2008, Analisis Penilaian Tingkat
Kesehatan
Bank
Dengan
Menggunakan Metode Camels
(Studi Kasus pada Bank X),
Skripsi
Fakultas
Ekonomi
Universitas Gunadarma, Jakarta.
Darmadji, Tjiptono dan Hendy M.
Fakhruddin, 2006, Pasar Modal di
Indonesia Pendekatan dan Tanya
Jawab, Edisi 2, Salemba Empat,
Jakarta.
Finsencia,
Maria
2008,
Analisis
Perbandingan Tingkat Kesehatan
Bank Antara Bank Devisa Dan
Bank Non Devisa Dengan
bermanfaaat. Dengan berkurangnya
biaya operasional, maka laba yang
diperoleh akan meningkat. Hal ini
dapat memperbaiki rasio Return on
Asset (ROA), Return on Equity
(ROE) dan Biaya Operasional
dibandingkan dengan Pendapatan
Operasional (BOPO).
3. Menjaga rasio Loan to Deposits
Ratio (LDR) tetap berada diatas
50% dan dibawah 75%, agar Bank
tetap pada posisi likuid tetapi tetap
memperhatikan penyaluran kredit
sebagai
salah
satu
sumber
pendapatan bank yang utama.
4. Bagi investor yang ingin melakukan
investasi pada bidang perbankan,
hendaknya
dapat
mempertimbangkan
faktor
fundamental, faktor teknikal, serta
psikologi pasar secara umum.
5. Bagi para emiten lebih baik melihat
variabel yang lain juga selain
variabel CAR, KAP, BOPO, dan
LDR yang telah penulis bahas
dalam penelitian.
Menggunakan Perhitungan Rasio
Camel (Studi Kasus Pada
PT.Bank Lippo,Tbk Dan PT.Bank
Mayora),
Skripsi
Fakultas
Ekonomi Universitas Gunadarma,
Jakarta.
Husnan, Suad dan Enny Pudjiastuti, 2004,
Dasar-Dasar Teori Portopolio dan
Analisis Sekuritas, Edisi Tiga, UPP
AMP YKPN, Yogyakarta.
Kasmir, 2002, Manajemen Perbankan,
Edisi Satu, Cetakan Ketiga,
Grafindo Persada, Jakarta.
Kasmir, 1999, Bank dan Lembaga Keuangan
Lainnya, PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Priyatno, Dwi, 2008, Mandiri Belajar
SPSS, Yogyakarta : Mediakom.
Sari, Dwi Meirita 2007, Pengaruh Kinerja
Bank Terhadap Harga Saham
Pada Bank yang Go Public
Periode
2000-2006,
Skripsi
Fakultas Ekonomi Universitas
Gunadarma, Jakarta.
Siamat,
Dahlan,
2004,
Manajemen
Lembaga
Keuangan,
Edisi
Keempat, FE Universitas Indonesia,
Jakarta.
Sulistyastuti, Dyah Ratih, 2002, Saham dan
Obligasi Ringkasan Teori dan Soal
Jawab, Universitas Atma Jaya,
Yogyakarta.
Sunariyah, 2004, Pengantar Pengetahuan
Pasar Modal, Edisi Empat, UPP
AMP YKPN, Yogyakarta.
Triandanu, Sigit & Totok Budisantoso,
2006,
Bank
dan
Lembaga
Keuangan
Lainnya,
Edisi
Keempat,
Salemba
Empat,
Yogyakarta.
Http://www.idx.co.id//
Http://www.bi.go.id//
Download