Kepadatan dan Frekuensi Kehadiran Gastropoda Air

advertisement
e-Jipbiol Vol. 1: 57-64, Juni 2013
ISSN : 2338-1795
Kepadatan dan Frekuensi Kehadiran Gastropoda Air Tawar di Kecamatan Gumbasa
Kabupaten Sigi
Density and Presence Frequency of Gastropoda Freshwater in Kecamatan Gumbasa
Kabupaten Sigi
Magfirah Kariono.1, Achmad Ramadhan2, Bustamin2
¹Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi, Universitas Tadulako
2
Dosen Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan P.MIPA, FKIP Universitas Tadulako
E-mail: [email protected]
Abstract
This research aim: To know density and presence frequency of gastropoda freshwater in
Kecamatan Gumbasa Kabupaten Sigi. This research applies method survey with retrieval
technique of data applies line transect (transect line) in three locations that is Desa
Kalawara, Pandere and Pakuli in each kinds of habitat that is irrigation channel, rice field
and pool. Population in this research is all types gastropoda the freshwater is location
observation iran, Gastropoda Kecamatan Gumbasa, while sample in this research that is all
types gastropoda freshwater found in some habitats in three research locations. Result of
research indicates that there is 8 type gastropoda is assorted habitat that is Pomacea
canaliculata, Lymnaea rubiginosa, Belamya javanica, Melanoides tuberculata, Thiara scabra,
Gyraulus convexiusculus, Melanoides plicaria and Indoplanorbis exustus. As a whole, density
and presence frequency in domination by Melanoides tuberculata, with number of
individuals 1536 ind/m2 and frequency equal to 4,00%.
Keyword: density, presence frequency, Gastopoda freshwater
Abstrak
Penelitian ini bertujuan: untuk mengetahui kepadatan dan frekuensi kehadiran gastropoda
air tawar di Kecamatan Gumbasa Kabupaten Sigi. Penelitian ini menggunakan metode
survey dengan teknik pengambilan data menggunakan line transect (garis transek) di tiga
lokasi yaitu Desa Kalawara, Pandere dan Pakuli pada setiap macam habitat meliputi
saluran irigasi, sawah dan kolam. Populasi dalam penelitian ini adalah semua jenis
gastropoda air tawar yang ada dilokasi pengamatan Kecamatan Gumbasa, sedangkan
sampel dalam penelitian ini yaitu semua jenis gastropoda air tawar yang ditemukan di
beberapa habitat di tiga lokasi penelitian. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat 8
jenis gastropoda diberbagai macam habitat yaitu Pomacea canaliculata, Lymnaea
rubiginosa, Belamya javanica, Melanoides tuberculata, Thiara scabra, Gyraulus
convexiusculus, Melanoides plicaria dan Indoplanorbis exustus. Kepadatan dan frekuensi
kehadiran di dominasi oleh Melanoides tuberculata, dengan jumlah individu sebanyak 1.536
ind/m2 dan frekuensi sebesar 4,00%.
Kata Kunci: kepadatan, frekuensi kehadiran, Gastopoda air tawar
PENDAHULUAN
Sulawesi merupakan pulau terbesar
keempat di Indonesia setelah Papua,
Kalimantan dan Sumatera dengan luas daratan
174.600 km2 (Badan Pusat Statistik Kabupaten
Sigi, 2011). Pulau ini dibatasi oleh Selat
Makasar di bagian barat dan terpisah dari
Kalimantan serta dipisahkan juga dari
Kepulauan Maluku oleh Laut Maluku dan
terletak diantara 2022' Lintang Utara dan 3048'
Lintang Selatan, serta 119022' dan 124022'
Bujur timur (Fajar, 2012).
Propinsi Sulawesi Tengah merupakan
salah satu propinsi yang memiliki beragam
flora dan fauna, diantaranya ada yang spesifik
bahkan ada yang bersifat endemik yang tidak
dijumpai di daerah-daerah lain Indonesia.
Kecamatan Gumbasa adalah salah satu
kecamatan yang terdapat di Kabupaten Sigi,
dilihat dari letak geografisnya, gastropoda air
tawar dapat ditemui dikecamatan tersebut,
Kariono et al.,
karena habitat dari jenis-jenis gastropoda air
tawar terdapat dilokasi ini.
Apabila ditinjau dari segi ekologinya,
keberadaan dari populasi siput air tawar ini
tidak terlepas dari jumlah spesies dalam satu
habitatnya. Parameter dari aspek biologi yang
dapat dikaji dalam ekologi hewan invertebrata
ini ialah kepadatan maupun frekuensi
kehadirannya pada setiap habitat. Gastropoda
air tawar umumnya ditemukan tersebar dan
berkembang pada berbagai macam habitat
seperti sawah, saluran irigasi, sungai, selokan
dan danau atau telaga. Dari beberapa jenis-jenis
siput ada diantaranya merupakan
inang
perantara parasit cacing trematoda, misalnya
pada jenis gastropoda spesies Lymnaea
rubiginosa dan Melanoides tuberculatta.
Widjajanti (2004) mengemukakan bahwa
sekitar 17 juta orang diseluruh dunia dilaporkan
menderita penyakit fasciolisis.
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu
dilakukan penelitian mengenai kepadatan dan
frekuensi kehadiran gastropoda air tawar di
Kecamatan Gumbasa Kabupaten Sigi. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui kepadatan dan
frekuensi kehadiran gastropoda air tawar di
Kecamatan Gumbasa Kabupaten Sigi.
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini
dilakukan
dengan
menggunakan metode survey yakni mendata
dan menghitung kepadatan serta frekuensi
kehadiran dari gastropoda air tawar yang
ditemukan pada lokasi.
Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian dimulai dari bulan
Desember 2012 sampai dengan Februari 2013.
Sedangkan tempat pelaksanaan penelitian ditiga
desa yaitu Desa Pakuli, Pandere dan Kalawara
Kecamatan Gumbasa, kemudian dilanjutkan
dengan mengidentifikasi jenis-jenis gastropoda
yang ditemukan di Laboratorium Biologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Tadulako. Teknik identifikasi yang
dilakukan meliputi ciri-ciri morfologi yaitu
panjang shell, lebar shell, whorls, panjang
aperture,
spiral
sculpture
(transverse
sculpture), axial sculpture, bentuk shell dan
jumlah spire.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah
semua jenis gastropoda air tawar yang ada
dilokasi pengamatan Kecamatan Gumbasa,
58
sedangkan sampel dalam penelitian ini yaitu
semua jenis gastropoda yang tercuplik di
beberapa habitat di tiga lokasi penelitian.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu pH meter, DO meter, hygrometer,
cakram sechi, sepatu bot, sarung tangan, tapis,
plastik transparan, tali dan patok kayu, kertas
label, kamera canon, jangka sorong, buku
identifikasi (Jutting, 1956) serta alat tulis
menulis, sedangkan bahan yang digunakan
adalah semua jenis gastropoda air tawar yang
diperoleh serta air sebagai habitat sementara
dari sampel.
Tahap Pengambilan Sampel Gastropoda
Cara yang akan dilakukan dalam
pengambilan sampel gastropoda yaitu sebagai
berikut:
1. Menentukan wilayah lokasi penelitian yang
akan diteliti dan menempatkan kuadrat/ plot
berpetak (Michael, 1994). Penempatan
kuadrat dilakukan secara sistematis menurut
garis transek dan berdasarkan keberadaan
gastropoda yang dianggap mewakili tempat
tersebut.
2. Pengambilan sampel dilakukan di 3 desa
yaitu Kalawara, Pandere dan Pakuli. Sampel
diambil di 3 habitat air tawar yaitu saluran
irigasi, sawah dan kolam.
3. Pada setiap lokasi pengamatan membuat 3
garis transek disetiap habitat sepanjang 10
meter, dimana setiap garis transek
ditempatkan 3 plot dengan ukuran 1m x 1m
dan dalam satu habitat terdapat 3 garis
transek, jarak antara satu garis transek
dengan garis transek lainnya dalam satu
habitat adalah 3 meter.
4. Kemudian dibuat plot dengan ukuran
kuadrat 1m x 1m sebanyak 3 plot dalam satu
garis transek, dengan jarak antara plot yang
satu dengan plot lainnya yaitu 3 meter, jadi
jumlah plot pada pengambilan sampel
sebanyak 9 plot untuk satu habitat
gastropoda air tawar.
5. Kemudian dilakukan pengukuran faktor fisik
kimia lingkungan pada setiap habitat.
6. Dilakukan pengambilan sampel pada setiap
plot, dengan kriteria pengambilan sampel
pada daerah sawah yaitu padinya telah
berumur 5 minggu. Selanjutnya untuk
pengambilan sampel pada daerah kolam
diakukan
dengan
cara
mengayak
tanah/lumpur, sedangkan pada daerah
e-Jipbiol Vol 1, Juni 2013
Kepadatan dan Frekuensi Kehadiran Gastropoda Air Tawar di Kecamatan Gumbasa Kabupaten Sigi
saluran irigasi penempatan garis transek
tidak bisa lurus seperti pada sawah, karena
biasanya keberadaan gastropoda hanya pada
bagian tepi saja. Setelah itu dilakukan
pengambilan gambar dengan menggunakan
kamera.
7. Semua jenis gastropoda yang ditemukan
dimasukkan kedalam plastik transparan
berukuran besar yang telah berisi air, serta
dilengkapi pipet plastik dan diberi label.
Tahap Identifikasi Gastropoda
Identifikasi gastropoda dilakukan di
Laboratorium Program Studi Pendidikan
Biologi Universitas Tadulako. Adapun pada
saat identifikasi, dilakukan pengamatan
anatomi dari sampel yang ditemukan. Cara
mengidentifikasi yaitu dengan mengukur
panjang shell, lebar shell, whorls, panjang
aperture,
spiral
sculpture
(transverse
sculpture), axial sculpture, bentuk shell dan
jumlah spire dan alat yang digunakan yaitu
menggunakan jangka sorong dan kaca
pembesar (lup). Pengambilan sampel dilakukan
sebanyak 2 kali yaitu pada pagi dan sore hari,
hal ini dimaksudkan untuk mengetahui
pengaruh perubahan faktor fisik kimia perairan
terhadap kehadiran dari gastropoda air tawar itu
sendiri.
Analisis Data
Kepadatan
populasi
dan
frekuensi
kehadiran dihitung berdasarkan rumus dibawah
ini (Odum, 1971).
Kepadatan Populasi
D=
(
)
D= Density atau Kepadatn populasi
Frekuensi Kehadiran
F=
F= Frekuensi Kehadira (Odum, 1971).
HASIL PENELITIAN
Jumlah Gastropoda Air Tawar yang
ditemukan dari lokasi penelitian di berbagai
habitat
Adapun jenis serta jumlah gastropoda
yang ditemukan di tiga desa lokasi penelitian
disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah gastropoda air tawar yang diperoleh di Desa Kalawara
Habitat
Saluran Irigasi
Sawah
Kolam
Jumlah
Genus
1. Pomacea
2. Lymnaea
3. Belamya
4. Melanoides
5. Thiara
1. Pomacea
2. Lymnaea
3. Belamya
4. Melanoides
1. Pomacea
2. Lymnaea
3. Belamya
4. Melanoides
5. Thiara
5
Berdasarkan tabel 1 diatas, dapat dilihat
di Desa Kalawara pada tiga habitat berbeda
pada saluran irigasi dan kolam terdapat 5 genus
dan 5 spesies, sedangkan pada habitat sawah
hanya terdapat 4 genus dan 4 spesies. Dari
ketiga habitat tersebut, jumlah terbanyak
terdapat pada habitat sawah. Hal ini dapat
59
Jumlah
Spesies
1. P. canaliculata
2. L. rubiginosa
3. B. javanica
4. M. tuberculatta
5. T. scabra
1. P. canaliculata
2. L. rubiginosa
3. B. javanica
4. M. tuberculata
1. P. canaliculata
2. L. rubiginosa
3. B. javanica
4. M. tuberculatta
5. T. scabra
5
Individu
424
605
283
1.312
disebabkan karena habitat sawah merupakan
tempat efektif berkembangnya jenis gastropoda
air tawar yang berupa makanan. Menurut
Budiman (1991) bahwa kekayaan jenis
Mollusca disuatu habitat sangat bergantung
pada kemampuan jenis untuk beradaptasi
terhadap kondisi lokal dan jumlah tipe habitat
e-Jipbiol Vol 1, Juni 2013
Kariono et al.,
didalam ekosistem yang dapat mengakomodasi
jenis untuk hidup baik.
Tabel 2. Jumlah gastropoda air tawar yang diperoleh di Desa Pandere
Habitat
Saluran Irigasi
Sawah
Kolam
Jumlah
Genus
1. Pomacea
2. Lymnaea
3. Belamya
4. Melanoides
5. Thiara
6. Melanoides
1. Pomacea
2. Lymnaea
3. Belamya
4. Melanoides
1. Pomacea
2. Belamya
3. Melanoides
4. Thiara
5. Melanoides
5
Berdasarkan tabel 2 diatas, dapat dilihat
untuk habitat saluran irigasi ditemukan jumlah
terbanyak yaitu 455 individu. Hal ini
dikarenakan saluran irigasi habitat yang cocok
untuk gastropoda khususnya jenis Melanoides
tuberculatta, karena saluran irigasi yang
dijadikan lokasi pengambilan sampel memiliki
air yang dangkal. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat yang dikemukakan oleh Jutting
Jumlah
Spesies
1. P. canaliculata
2. L. rubiginosa
3. B. javanica
4. M. tuberculatta
5. M. scabra
6. M. plicaria
1. P. canaliculata
2. L. rubiginosa
3. B. javanica
4. M. tuberculata
1. P. canaliculata
2 B. javanica
3. M. tuberculatta
4. T. scabra
5. M. plicaria
5
60
243
373
1.071
(1956),
yang
mengemukakan
bahwa
kebanyakan gastropoda air tawar ditemukan
pada perairan dangkal dan beraliran tenang
seperti rawa, sawah serta kolam, akan tetapi
lain halnya dengan spesies Melanoides
tuberculatta menyukai habitat air beraliran
agak deras serta bagian dasar yang agak
berlumpur, sehingga pad siput ini hampir
semua
habitat
dapat
dihuninya.
Tabel 3. Jumlah gastropoda air tawar yang diperoleh di Desa Pakuli
Jumlah
Habitat
Genus
Spesies
Saluran Irigasi
1. Pomacea
1. P. canaliculata
2. Lymnaea
2. L. rubiginosa
3. Belamya
3. B. javanica
4. Melanoides
4. M. tuberculatta
5. Thiara
5. T. scabra
Sawah
1. Pomacea
1. P. canaliculata
2. Belamya
2. B. javanica
3. Melanoides
3. M. tuberculatta
4. Thiara
4. T. scabra
Kolam
1. Pomacea
1. P. canaliculata
2. Melanoides
2 M. tuberculatta
3. Thiara
3. T. scabra
4. Gyraulus
4. G. convexiusculus
5. Indoplanorbis
5. I. exustus
Jumlah
5
5
Tabel 3 diatas menunjukkan bahwa pada
saluran irigasi jumlah spesies yang ditemukan
Individu
455
Individu
650
461
244
1.355
lebih banyak dibandingkan dengan habitat
sawah dan kolam. hal tersebut sama halnya
e-Jipbiol Vol 1, Juni 2013
Kepadatan dan Frekuensi Kehadiran Gastropoda Air Tawar di Kecamatan Gumbasa Kabupaten Sigi
pada pengambilan sampel di Desa Pandere,
yang mana saluran irigasi merupakan habitat
dari gastropoda yang berair dangkal, sehingga
memungkinkan perkembangan gastropoda
lebih cepat, selain itu faktor fisik kimia
lingkungan serta ketersediaan makanan pada
habitat tersebut.
Tabel 4. Faktor Fisik Kimia Lingkungan Lokasi Penelitian
Paramater
Suhu Udara (0C)
Suhu Air (0C)
pH Air
Kelembaban (%)
DO Air (mg/L)
Lokasi
Kalawara
Pandere
Pakuli
Kalawara
Pandere
Pakuli
Kalawara
Pandere
Pakuli
Kalawara
Pandere
Pakuli
Kalawara
Pandere
Pakuli
Pada tabel faktor fisik kimia lingkungan
diatas, untuk tiga desa pengambilan sampel,
tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Hasil
dari pengukuran parameter tersebut, masih
dalam batasan toleransi untuk pertumbuhan
serta perkembangan gastropoda air tawar.
Pada tabel 1 sampai pada tabel 3 di atas,
menunjukkan bahwa pada saat pengambilan
sampel dilokasi penelitian ditemukan 8 spesies
dan 8 genus dari jumlah individu keseluruhan
sebanyak 3.944. Jumlah spesies terbanyak yang
ditemukan yaitu pada Desa Pandere dan Pakuli,
sedangkan untuk jumlah spesies ditemukan
yaitu pada Desa Pandere dan Pakuli, sedangkan
untuk jumlah spesies paling sedikit ditemukan
di Desa Kalawara.
Adapun jenis-jenis gastropoda air tawar
yang ditemukan dari ketiga desa (Pandere,
Kalawara dan Pakuli) yaitu Pomacea
canaliculata, Lymnaea rubiginosa, Bellamya
javanica, Melanoides tuberculata, Thiara
scabra, Gyraulus convexiusculus, Melanoides
plicaria, dan Indoplanorbis exustus.
Penyebaran jenis-jenis gastropoda air
tawar tersebut pada habitat yang berbeda
tergantung dari kemampuan adaptasi setiap
jenis terhadap kondisi lingkungan habitatnya.
Menurut
Jutting
(1956),
kebanyakan
gastropoda air tawar ditemukan pada perairan
61
Saluran
Irigasi
31,7-33,0
30,2-31,0
31,2-33,2
30,2-29,0
29,3-29,0
26,7-25,0
7,6-7,0
7,8-7,7
8,5-8,0
67,6-66,1
70-59
71,5-70,5
8-7
9-7
7,2-7.0
Macam Habitat
Sawah
Kolam
31,7-30,4
30,0-31,2
32,0-30,1
28,0-27,1
32,0-30,0
27,0-26,5
7,8-7,1
8,1-8,0
8,3-8,1
70,4-69,0
72-69
65,7-64
7,2-7,0
8,1-8,0
9,8-8,2
3,0-28,0
30,2-29,5
30,5-30,2
31,2-30,0
30,4-30,0
28,0-26,7
7,7-6,0
8,1-7,3
8,2-8,0
73-70
69-66
60,3-60
8,2-8,0
10,5-9,7
10,8-10,0
dangkal dan beraliran tenang, seperti rawa,
sawah serta kolam, sedangkan untuk spesies
Melanoides tuberculata menyukai habitat air
beraliran agak deras serta bagian dasar yang
berlumpur, sehingga untuk siput ini hampir
semua habitat dapat dihuninya
PEMBAHASAN
Kepadatan Gastropoda Air Tawar di
Berbagai Macam Habitat
Kepadatan gastropoda air tawar di
berbagai macam habitat dengan 3 lokasi
berbeda yaitu di Desa Kalawara, Pandere dan
Pakuli dapat dilihat bahwa ternyata lokasi
berengaruh terhadap kepadatan populasi
Pomacea canaliculata, Lymnaea rubiginosa,
Bellamnya javanica, Melanoides tuberculata,
Thiara scabra, Gyraulus convexiusculus,
Melanoides plicaria dan Indoplanorbis exustus,
hal ini dapat disebabkan karena pada ketiga
lokasi pengambilan sampel, faktor fisik kimia
lingkungan sangat berperan, untuk Desa Pakuli
pada pengukuran semua parameter lingkungan
yang meliputi suhu udara, suhu air, pH air,
kelembaban dan DO air masih sesuai dengan
batas toleransi kehidupan gastropoda air tawar,
sehingga pada Desa Pakuli diperoleh jumlah
spesies terbanyak dibandingkan pada Desa
Kalawara dan Pandere.
e-Jipbiol Vol 1, Juni 2013
Kariono et al.,
Pengambilan sampel dari ketiga lokasi
berbeda dilakukan diberbagai macam habitat
yakni saluran irigasi, sawah dan kolam.
Pemilihan tempat pengambilan sampel ini,
disesuaikan dengan habitat dari objek
penelitian yang akan diteliti yaitu keong. Hal
ini
sesuai
dengan
pernyataan
yang
dikemukakan oleh Sutrisnawati (2001), yaitu
gastropoda air tawar umumnya ditemukan
tersebar dan berkembang pada berbagai macam
habitat, seperti sawah, saluran irigasi, sungai,
selokan
dan
danau/telaga.
Distribusi
penyebaran gastropoda air tawar ini umumnya
meliputi daerah yang sangat luas, mulai dari
dataran rendah sampai dataran tinggi yang
mempunyai ketinggian 2000 m di atas
permukaan air laut. Dari berbagai macam
habitat yang telah dikemukakan, stadium
dewasa gastropoda air tawar sering ditemukan
pada tanaman air, batang padi, pematang
sawah, lumpur, tepi kolam, tepi sungai, batu,
dasar sungai, batang kayu yang lapuk dan daundaun, untuk jenis Gyraulus convexiusculus dan
Indoplanorbis exustus tidak ditemukan pada
Desa Kalawara dan Pandere karena pada kedua
desa tersebut untuk habitat kolam tanaman air
disekitarnya sangat kurang bahkan tidak ada,
sehingga keberadaan jenis keong tersebut tidak
ditemukan.
Dari hasil yang diperoleh untuk 8 spesies
yang ditemukan dilokasi penelitian, yang
memiliki kepadatan paling tinggi terdapat pada
spesies Melanoides tuberculata dengan jumlah
individu sebanyak 1.536, spesies ini
mempunyai jumlah yang tinggi dari ketiga
macam habitat yang diamati, dengan jumlah
terbanyak terdapat dihabitat sawah. Hal ini
disebabkan karena substrat dari sawah yang
berlumpur dan digenangi air sangat sesuai
dengan kemampuan adaptasi dari gastropoda,
sedangkan untuk sifat fisik kimia lingkungan
kimianya mendukung Individu yang memiliki
jumlah paling sedikit yaitu Gyraulus
convexiusculus dengan jumlah individu 7 dan
Indoplonorbis exustus dengan jumlah individu
5. Kedua jenis ini sama sekali tidak dijumpai di
Desa Kalawara dan Desa Pandere.
Menurut Jutting (1956), bahwa kedua
jenis siput ini pada umumnya sering dijumpai
pada habitat-habitat yang banyak ditumbuhi
oleh tumbuhan air, sebab jenis ini
memanfaatkan tumbuhan air untuk meletakkan
telur-telurnya. Hasil pengamatan dilapangan,
menunjukkan bahwa habitat kolam di Desa
62
Pakuli memiliki tumbuhan air jauh lebih
banyak dan bervariasi dibanding lokasi lain.
Kelimpahan dan penyebaran suatu
spesies dalam ekosistem ditentukan oleh
tingkat ketersediaan sumber daya serta kondisi
faktor kimiawi dan fisik yang harus berada
dalam kisaran yang dapat ditoleransi oleh
spesies tersebut, inilah yang disebut dengan
hukum toleransi (Soetjipto, 1993). Apabila
dibandingkan dengan pengukuran faktor fisik
kimia lingkungan pada saat pengambilan
sampel, tidak jauh berbeda dengan pendapatpendapat yang dikemukakan oleh beberapa
ahli.
Faktor-faktor yang menyebabkan adanya
perbedaan jumlah individu pada setiap lokasi
pengambilan sampel yaitu faktor fisik kimia
lingkungan, adapun untuk faktor fisik
mencakup suhu, kelembaban, kecerahan dan
kedalaman. Faktor kimia meliputi pH air dan
DO (Kadar Oksigen Terlarut). Pada setiap
lokasi pengambilan sampel terdapat perbedaan
dalam setiap pengukuran, akan tetapi perbedaan
tersebut tidak signifikan dan sesuai dengan
batas toleransi kemampuan adaptasi dari jenisjenis gastropoda yang diperoleh.
Frekuensi Kehadiran Gastropoda Air Tawar
di Berbagai Macam Habitat di Daerah
Kalawara, Pandere dan Pakuli
Frekuensi adalah besaran yang mengukur
jumlah repetisi per satuan waktu dari setiap
fenomena atau kejadian. Frekuensi kehadiran
gastropoda air tawar, dapat dilihat dari
kedelapan spesies yang ditemukan, yang
mempunyai frekuensi kehadiran tertinggi untuk
semua lokasi pengambilan sampel yaitu
Melanoides tuberculata dengan frekuensi
kehadiran sebesar 11,54% dan 36 kali muncul
pada saat pengambilan sampel disetiap plot
amatan. Pada semua lokasi pengambilan
sampel untuk 3 desa spesies ini juga
mempunyai frekuensi kehadiran yang tinggi.
Frekuensi kehadiran terendah terdapat pada
spesies Indoplonorbis exustus dengan frekuensi
kehadiran 0,33%, dan spesies ini pula hanya
muncul sebanyak 3 kali pada setiap
pengambilan
sampel
dan
Gyraulus
convexiusculus dengan frekuensi kehadiran
1,22% dan hanya muncul sebanyak 11 kali.
Adapun perbedaan frekuensi kehadiran
untuk setiap spesies dikarenakan adanya
pengaruh faktor fisik kimia perairan, dimana
untuk spesies yang memiliki frekuensi
e-Jipbiol Vol 1, Juni 2013
Kepadatan dan Frekuensi Kehadiran Gastropoda Air Tawar di Kecamatan Gumbasa Kabupaten Sigi
kehadiran tertinggi disebabkan karena lokasi
pengambilan sampel menunjukkan bahwa
lingkungannya masih sesuai dengan habitat
gastropoda. Spesies yang memiliki frekuensi
kehadiran terendah, disebabkan pula karena
faktor fisik kimia perairan ataupun perubahan
lingkungan. Tingginya nilai jenis hewan ini
diduga karena spesies tersebut telah mampu
beradaptasi dan cocok hidup pada lingkungan
itu. Hal ini menunjukkan bahwa spesies yang
diperoleh mempunyai kisaran toleransi yang
cukup tinggi terhadap faktor lingkungan,
spesies ini mampu berkembangbiak dengan
cepat dan mempunyai daerah jelajah yang
digunakan untuk mencari sumber daya yang
diperlukan.
Berdasarkan hasil yang diperoleh, jumlah
individu terbanyak terdapat pada pengulangan
pertama atau pada pagi hari. Hal ini
dimaksudkan karena pada pagi hari suhu
lingkungan dan perairan dalam kisaran yang
rendah,
sehingga
memungkinkan
perkembangbiakan gastropoda cepat. Hal
demikian sesuai dengan literatur yang ada
mengenai kemampuan adaptasi dari gastropoda
air tawar yaitu pada kisaran suhu 24-320C
(Edward, 1988). Karena pada pagi hari suhu
lingkungan masi rendah, maka hal inilah yang
memungkinkan banyaknya gastropoda yang
ditemukan pada pagi hari. Hal tersebut juga
sesuai dengan pendapat Suryanto dan Utojo
(1993) yang menyatakan bahwa kisaran suhu
optimum untuk mendukung kehidupan
gastropoda berkisar antara 24-32 0C.
Dari ketiga lokasi pengambilan sampel,
jumlah individu terbanyak terdapat pada daerah
Pakuli dengan jumlah individu sebesar 1.357,
sedangkan jumlah terkecil terdapat pada daerah
Pandere dengan jumlah individu 1.278. Hal ini
sesuai dengan kondisi fisik kimia lingkungan
yang diukur di tiga lokasi penelitian yang
menunjukkan bahwa Desa Pakuli sangat cocok
sebagai habitat berkembangnya jenis-jenis
keong air tawar. Misalnya pada pengukuran pH
perairan, untuk hewan gastropoda umumnya
dapat hidup secara optimal pada lingkungan
dengan kisaran pH 5,0-9,0 (Munarto, 2010).
tertinggi dari tiga lokasi penelitian yakni
Melanoides tuberculatta dan ari 8 spesies yang
ditemukan, yang mempunyai frekuensi
kehadiran
tertinggi
yaitu
Melanoides
tuberculata.
KESIMPULAN DAN SARAN
Suryanto dan Utojo. (1993). Avertebrata Air
Jilid I. Penebit Swadaya. Jakarta.
Kesimpulan
Dari ke 8 jenis gastropoda air tawar yang
ditemukan, yang memiliki jumlah individu
terbanyak atau yang memiliki kepadatan
63
Saran
Perlu
adanya
penelitian
lanjutan
mengenai
kondisi
lingkungan
yang
mempengaruhi kepadatan maupun frekuensi
gastropoda air tawar serta penelitian tentang
dominansi jenis-jenis gastropoda air tawar pada
berbagai habitat gastropoda tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sigi. (2011).
Kabupaten Sigi Dalam Angka. Penerbit
Rio. Palu.
Budiman, A. (1991). Penelahan Beberapa
Gatra Ekologi Mollusca Bakau di
Indonesia.
Disertasi.
Fakultas
Pascasarjana UI. Jakarta.
Edward. (1988). Kualitas Perairan Waisarisa
dan Suberdaya Perikanan. Biosmart.
Fajar. (2012). Provinsi Sulawesi Tengah.
[Online]. Tersedia http://www.Fajar
2012.co.id/news. Provinsi Sulawesi
Tengah. [13 Nopember 2012].
Jutting, W.S.S. (1956). Systimatic Studies on
The Non Marine Mollusca of The Indo
Australian Archipelago. V. Critical
Revision on The Javanese Fresh Water
Gastropods. Treubia.
Michael, P. (1994). Metode Ekologi untuk
Penyelidikan
Ladang
dan
Laboratorium. Penerbit Universitas
Indonesia. Jakarta.
Munarto. (2010). Studi Komunitas Gastropoda
Di Situ Salam Kampus Universitas
Indonesia Depok. Universitas Indonesia.
Jakarta.
Sutrisnawati. (2001). Beberapa Aspek Biologi
Gastropoda Air Tawar Serta Potensinya
Sebagai Inang Perantara Parasit
Cacing Thrematoda Pada Manusia
e-Jipbiol Vol 1, Juni 2013
Kariono et al.,
Didaerah Lembah Napu Sulawesi
Tengah. Tesis. UNPAD Press. Bandung.
Soetjipto.(1993). Dasar-Dasar Ekologi hewan.
Fakultas Biologi UGM.Yogyakarta.
Widjajanti, S. (2004). Fasciolisis Pada Manusia
Mungkinkah Trjadi di Indonesia?. Jurnal
Balai Penelitian Veteiner. [Online].
Tersedia peternakan.litbang.deptan.go.id
/fullteks/wartazoa/wazo142-4.pdf. [26
Agustus 2013].
64
e-Jipbiol Vol 1, Juni 2013
Download