BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam pembelajaran, guru harus memahami standar kompetensi dan kompetensi dasar yang diajarkannya serta memahami berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk aktif belajar dengan perencanaan pengajaran yang matang oleh guru. Proses pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut adanya partisipasi aktif dari seluruh siswa. Jadi, kegiatan belajar berpusat pada siswa, guru sebagai motivator dan fasilitator di dalamnya agar suasana kelas lebih hidup. Salah satu model pembelajaran yang berpusat pada siswa adalah dengan metode kerja kelompok. Yang diperkenalkan dalam metode pembelajaran kelompok bukan sekedar kerja kelompok, melainkan pada penstrukturannya. Jadi, sistem pembelajaran kelompok bisa didefinisikan sebagai kerja/belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok (Johnson & Johnson, 1993), yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok. Salah satu pembelajaran yang menerapkan hal tersebut adalah pembelajaran kerja kelompok model jigsaw. Model ini dapat digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara. Dalam model ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan 1 2 berkomunikasi. Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, “siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan” (Lie, A., 1994). Pada model pembelajaran jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda dimana tugasnya untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal. Pembelajaran yang dilaksanakan di SDN Bergaskidul 01 khususnya di kelas IV pada mata pelajaran IPS guru lebih sering menggunakan metode ceramah. Guru mendominasi pembicaraan dan buku masih merupakan sumber belajar utama. Ketika guru menjelaskan materi dari 45 siswa yang mendengarkan penjelasan guru hanya 3 siswa yang berani bertanya tentang materi yang disampaikan. Sedangkan siswa yang lain cenderung jenuh tidak mendengarkan penjelasan guru. Kondisi pembelajaran yang berpusat pada guru seperti ini membuat siswa pasif terhadap pembelajaran sehingga siswa kesulitan mengembangkan potensinya yang berdampak pada hasil belajar siswa. Dari hasil belajar siswa pada tingkat penguasaan materi oleh siswa terhadap materi pembelajaran baru tercapainya 3 indikator (menjelaskan perkembangan teknologi komunikasi, menjelaskan 5 alat transportasi tradisional, menjelaskan 5 alat transportasi modern) dari 5 indikator (menjelaskan perkembangan teknologi komunikasi, menjelaskan masalah teknologi komunikasi, menjelaskan 5 alat transportasi tradisional, menjelaskan 5 alat transportasi modern, menjelaskan perkembangan teknologi transportasi) 3 yang diberikan, di lihat dari hasil evaluasi dengan Kompetensi Dasar mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya di kelas IV, dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) (≥65). Dari 45 siswa terdapat 18 siswa yang memenuhi KKM (40%). Sementara itu 27 siswa yang mendapat nilai dibawah KKM (60%), dengan skor maksimal 92 dan skor minimal 52. Berdasarkan uraian di atas, menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilakukan guru khususnya mata pelajaran IPS menggunakan metode ceramah yang tidak membuat siswa aktir dalam pembelajaran dan berdampak pada hasil belajar yang rendah (60% siswa belum tuntas). Agar siswa terlibat aktif dalam pembelajaran dan hasil belajar meningkat, maka model pembelajaran yang digunakan guru perlu diubah dengan model pembelajaran yang mengaktifkan siswa dan dapat meningkatkan hasil belajar. Salah satu model pembelajaran yang mengaktifkan siswa yaitu model pembelajaran jigsaw. Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan maka penulis bermaksud mengadakan penelitian tindakan kelas yang berjudul: “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Jigsaw bagi Siswa Kelas IV di SDN Bergaskidul 01 Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang pada semester II tahun ajaran 2011-2012”. 1.2 Permasalahan Penelitian Berdasarkan pada hasil observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran IPS di SDN Bergaskidul 01 Bergas Kabupaten Semarang di kelas IV, dengan Kompetensi Dasar mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya, ada beberapa masalah yang terjadi selama pembelajaran IPS tersebut antara lain : 4 1. Tingkat penguasaan materi oleh siswa terhadap materi pembelajaran baru tercapainya 3 indikator dari 5 indikator yang diberikan(menjelaskan perkembangan teknologi komunikasi, menjelaskan masalah teknologi komunikasi, menjelaskan 5 alat transportasi tradisional, menjelaskan 5 alat transportasi modern, menjelaskan perkembangan teknologi transportasi). 2. Hasil belajar siswa menunjukkan 60% dari 45 siswa di SD N Bergaskidul 01 belum mencapai KKM (≥65) yang ditetapkan. 3. Dari 45 siswa yang mendengarkan penjelasan guru hanya 3 siswa yang berani bertanya tentang materi yang disampaikan. 4. Pembelajaran berpusat pada guru karena pembelajaran didominasi oleh guru dengan cara ceramah saja. 1.3 Cara Pemecahan Masalah Berdasarkan permasalahan penelitian di atas cara pemecahan masalah dalam pembelajaran adalah melalui penerapan model pembelajaran jigsaw. Melalui penerapan model pembelajaran ini akan memberi kesempatan kepada siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang ahirnya akan berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan cara pemecahan masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian yaitu: Apakah melalui penerapan model pembelajaran jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar IPS bagi siswa kelas IV SD N Bergaskidul 01 Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang pada semester II tahun ajaran 2011/2012. 5 1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5.1 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat diketahui tujuan dari penelitian yaitu untuk mengetahui apakah melalui penerapan model pembelajaran jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar IPS bagi siswa kelas IV SDN Bergaskidul 01 pada semester II tahun ajaran 2011/2012. 1.5.2 Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis Manfaat teoritis penelitian ini adalah memberikan masukan tentang pengembangan pembelajaran dengan model pembelajaran jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar IPS bagi siswa kelas IV SDN Bergaskidul 01 pada semester II tahun ajaran 2011/2012. Manfaat Praktis a. Bagi Guru Melalui model pembelajaran jigsaw dapat meningkatkan kreativitas guru untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dengan melibatkan siswa secara aktif dalam berfikir lebih kritis juga dalam pembelajaran. b. Bagi Sekolah Sebagai masukan untuk menerapkan dalam pembelajaran IPS SD terutama dengan menggunakan model pembelajaran jigsaw. c. Bagi Siswa Melalui model pembelajaran jigsaw ini siswa diberi kesempatan untuk berkembang menjadikan dirinya percaya diri bahwa siswa bisa belajar tanpa selalu diajari oleh guru.