Teliti Distribusi Nomina dan Verba Klausa Bahasa Jerman

advertisement
Teliti Distribusi Nomina dan Verba Klausa Bahasa Jerman
dan Indonesia: Pratomo Raih Gelar Doktor
Jumat, 10 Agustus 2007 WIB, Oleh: HumasUGM
Dalam kaitannya dengan masalah sosial budaya, persamaan dan perbedaan distribusi nomina dan
verba dalam klausa bahasa Jerman dan bahasa Indonesia membawa implikasi terhadap cara
bersikap dalam berkomunikasi dengan menggunakan kedua bahasa tersebut. Penutur bahasa
Indonesia yang berkomunikasi dalam bahasa Jerman dan penutur bahasa Jerman yang
berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dituntut untuk lebih memahami kaidah kedua bahasa dan
sekaligus pada saat yang sama juga menuntut adanya sikap toleransi dalam kegiatan komunikasi
dengan menggunakan kedua bahasa tersebut.
“Toleransi diperlukan karena adanya kenyataan bahwa dalam tindak komunikasi bahasa selalu
dipengaruhi oleh faktor-faktor budaya. Oleh sebab itu, perbedaan sarana yang digunakan dalam
mengungkapkan aspek pragmatic dari kedua bahasa, dalam penelitian ini dipresentasikan dalam
persamaan dan perbedaan distribusi nomina dan verba dalam klausa bahasa Jerman dan bahasa
Indonesia, merupakan sesuatu yang bersifat niscaya dan hendaknya dapat diterima sebagai suatu
bentuk keragaman budaya,” ungkap Pratomo.
Drs Pratomo Widodo MPd dosen Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Yogyakarta menyampaikan hal itu saat melaksanakan ujian terbuka program
doktor di Sekolah Pascasarjana UGM, hari Jum’at (10/8). Promovendus mempertahankan
desertasi “Distribusi Nomina dan Verba Dalam Klausa Bahasa jerman dan Bahasa Indonesia”
dengan bertindak selaku promotor Prof Drs M Ramlan dan ko-promotor Prof Dr Soepomo
Poedjosoedarmo serta Dr Birgit Barden.
Dikatakannya, dalam kaitannya dengan pengajaran bahasa, dalam hal ini pengajaran bahasa Jerman
bagi penutur bahasa Indonesia dan pengajaran bahasa Indonesia bagi penutur bahasa Jerman,
persamaan dan perbedaan distribusi nomina dan verba dalam klausa antara bahasa Jerman dan
bahasa Indonesia dapat berimplikasi pada masalah transfer kaidah bahasa. Transfer tersebut dapat
bersifat positif, jika terdapat kesamaan kaidah antara bahasa sumber dan bahasa target. Sebaliknya
transfer dapat bersifat negatif jika terdapat perbedaan kaidah antara bahasa sumber dan bahasa
target. Untuk itu dalam pengajaran kedua bahasa dituntut untuk memperhatikan hal-hal yang
terkait dengan transfer, baik positif maupun yang negatif.
“Adanya persamaan dan terlebih lagi perbedaan dalam distribusi dan wujud nomina dan verba
dalam bahasa Jerman dan bahasa Indonesia berimplikasi pada bidang penerjemahan teks dari kedua
bahasa tersebut. Kegiatan penerjemahan menuntut penguasaan semantik, pragmatik maupun
sintaktik untuk mendapatkan hasil terjemahan yang mendekati pesan pada bahasa sumbernya,”
jelas Pratomo.
Setelah mempertahankan desertasinya, pria kelahiran Banyumas 30 september 1961 ini dinyatakan
lulus dengan predikat cum laude sekaligus meraih gelar doktor bidang ilmu linguistik dari UGM.
Dalam sarannya, suami Henny Purwati, ayah Tyas Gita Atibrata, Irham Ramadhan dan Iqbal Hanifan
diantaranya menyatakan penutur bahasa Indonesia yang berkomunikasi dalam bahasa Jerman dan
penutur bahasa Jerman yang berkomunikasi dalam bahasa Indonesia diharapkan meningkatkan
pemahaman terhadap kaidah kedua bahasa, khususnya terkait dengan distribusi nomina dan verba
dalam klausa bahasa Jerman dan bahasa Indonesia. Disamping itu perlu juga ditingkatkan sikap
toleransi, karena persamaan dan perbedaan yang ada dalam kedua bahasa memiliki latar belakang
budayanya masing-masing. (Humas UGM)
Berita Terkait
●
●
●
●
●
Rika Astari, Dosen UAD Raih Gelar Doktor
Tindak Tutur Komisif Bahasa Jawa Mampu Redam Konflik
Teliti Penanda Gender Bahasa, Dosen UNY Raih Doktor
Pusat Studi Jerman UGM Gelar Lomba Bermain Peran Siswa SMA di DIY-Jateng
Raih Doktor Usai Teliti Bentuk Pengulangan Dalam Al-Qur’an
Download