out line proposal - E-Journal Universitas Bung Hatta

advertisement
EFEKTIFITAS MADU LEBAH TERHADAP JANTANISASI
(SEX REVERSAL) LARVA IKAN CUPANG
(Betta splendens, Blkr)
Oktarianto1, Azrita2 dan Dahnil Aswad3
E-mail : [email protected]
1
Mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan FPIK Univ. Bung Hatta
2
Dosen Jurusan Biologi FKIP Univ. Bung Hatta
3
Dosen Jurusan Budidaya Perairan FPIK Univ. Bung Hatta
ABSTRACT
This study aims to determine the effectiveness of honey bees to efforts to increase the
percentage of male seed Betta fish ( Betta splendens , Blkr ) . Betta fish larvae aged 4 days
maintained for 30 days with a stocking density 20 fish / liter and larvae reared in media with
honey with 4 treatments 3 replications , ie treatment A : Maintenance of honey bee larvae
without ( control ) , treatment B : Maintenance larvae using honey bee 20 ml / liter of water ,
treatment C : Maintenance of honey bee larvae using 30 ml / liter of water , treatment D :
Maintenance of honey bee larvae using 40 ml / liter of water . Every day observed on mortality
and measured every 10 days long growth and final selection of research conducted males . Based
on the analysis of variance on the survival of larvae showed that the value of the hit F > F tab ,
which means survival between treatments gave significantly different results . The highest
survival on treatment A 73.3 % and 41.6 % the lowest D treatment . Percentage of males Betta
fish between 54.4 % - 64.5 % which was not significantly different between treatments , the
highest percentage in the D treatment using bee honey 40 ml / liter . The use of honey bees also
no significant effect terhada absolute growth in length and weight of fish larvae growth Hickey .
Keywords : Betta Fish , Honey bee , Jantanisasi larvae , the larvae
Literatur yang mengulas ikan hias, baik dari
PENDAHULUAN
Banyak
masyarakat
yang
sudah
dalam maupun luar negeri menyebut bahwa
mengenal ikan Cupang. Namun, banyak
ikan Cupang hias merupakan anggota dari
diantaranya yang tidak mengetahui hal-hal
genus Trichopus. Sering sekali banyak
yang menyangkut ikan Cupang tersebut.
orang yang menamai ikan Cupang ini
Umumnya masyarakat hanya berpendapat
dengan
bahwa ikan Cupang merupakan ikan hias
croaking gourami, sifatnya tenang dan tidak
yang dapat diadu, tapi ternyata tidak semua
pernah mau diadu. Sementara ikan Cupang
jenis ikan Cupang dapat diadu. Ikan hias
bersirip pendek merupakan ikan laga yang
Cupang biasa juga disebut ikan laga, tapi
juga dikenal dengan nama ikan Cupang adu
dikalangan ilmuwan, antara ikan Cupang
bangkok dari jenis genus Betta yang sangat
hias dan ikan Cupang adu merupakan dua
agresif
jenis ikan yang berbeda walaupun masih
sesamanya. Oleh karena itu, ikan ini dikenal
satu famili, yaitu Anabantidae.
dengan nama dagang fighting fish
sebutan
dan
talking
suka
gourami
berkelahi
atau
dengan
yang
biasanya memiliki harga berlipat ganda
dibanding dengan cupang hias.
1
Pada jenis ikan Cupang yang biasa
ditemui
hasil
tangkaran
METODOLOGI PENELITIAN
pembudidaya
Penelitian ini dilakukan selama 40
pemula, ada ikan Cupang yang bercorak
hari yaitu mulai tanggal 31 Desember 2013
bagus merupakan ikan berkelamin jantan
s.d 8 Februari 2014 di Unit Pengembangan
dan yang coraknya kurang bagus berkelamin
Budidaya Ikan Sinar Bawal Farm Dusun III
betina. Berbeda halnya dengan ikan Cupang
Jorong Ujung Padang Nagari Kampung
adu, meskipun tidak bercorak bagus namun
Tangah
yang
Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat.
diharapkan
bertarungnya.
adalah
Untuk
kemampuan
Lubuk
Basung
ikan
Bahan yang digunakan adalah induk
Cupang agar bercorak bagus tersebut, maka
ikan Cupang sebanyak 20 ekor (10 pasang),
diperlukan produksi benih ikan Cupang
eceng gondok, pakan induk dan pakan larva.
yang berkelamin jantan. Salah satu upaya
Khusus bahan uji adalah larva ikan Cupang
yang
umur 4 hari dan madu lebah. Sumber air
dilakukan
menyiasati
Kecamatan
adalah
melakukan
perubahan untuk mengarahkan agar benih
adalah
ikan Cupang banyak berkelamin jantan.
berlangsungnya
Pengarahan kelamin (sex reversal)
air
pengujian
sumur,
kualitas
sejalan
kegiatan
air
dengan
dilakukan
sebagai
media
dengan hormon steroid dapat dilakukan
perendaman dan pemeliharaan larva maupun
melalui
atau
pemeliharaan induk ikan Cupang. Wadah
Steroid
yang digunakan untuk pemeliharaan induk
digunakan
ikan Cupang adalah kolam beton ukuran 300
untuk maskulinisasi. Androgen merupakan
x 170 x 50 cm sebanyak 1 petak. Ember
hormon perangsang
jantan,
plastik transparan volume 15 liter untuk
contohnya metiltestosteron dan testosteron.
pemijahan dan penetasan telur sekaligus
Hasil
madu
untuk perendaman menggunakan madu dan
membuat daya tarik tersendiri bagi penulis,
pemeliharaan larva sebanyak 12 unit. Ember
meskipun metodenya berbeda yaitu dengan
plastik ditempatkan pada meja yang diberi
perendaman
atap peneduh agar terlindung dari curah
perendaman,
secara oral
melalui
kelamin diantaranya
penelitian
pada
penyuntikan
pakan.
dapat
sifat-sifat
menggunakan
larva
ikan
uji.
Berdasarkan permasalahan diatas, maka
hujan dan terik matahari.
penulis telah melakukan penelitian dengan
Metode dalam penelitian ini adalah
judul: “Efektifitas Madu Lebah Terhadap
metode
Jantanisasi (Sex Reversal) Larva Ikan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4
Cupang (Betta splendens, Blkr)”.
perlakuan dan 3 ulangan. Penempatan
eksperimen
menggunakan
perlakuan dilakukan secara acak. Sebagai
perlakuan madu lebah yang dilakukan untuk
2
perendaman larva ikan Cupang sebagai
larva
berikut :
sebanyak 20 ekor/ember plastik .

Perlakuan A : Pemeliharaan larva tanpa

masing-masing
f. Larva direndam selama 5 jam dalam
larva
volume air ditambah hingga masing-
menggunakan madu lebah 20 ml/liter air.
masing ember plastik berisi air sebanyak
Perlakuan
10 liter.
Perlakuan
B:
C:
Pemeliharaan
Pemeliharaan
larva
menggunakan madu lebah 30 ml/liter air.

Cupang
larutan madu lebah dan setelah itu
madu lebah (kontrol).

ikan
g. Pada hari ke-1 perendaman, larva diberi
larva
pakan suspensi kuning telur ayam rebus,
menggunakan madu lebah 40 ml/liter air.
seterusnya pada hari ke-2 sampai hari
Perlakuan
D:
Pemeliharaan
ke-14 diberi pakan kutu air (Moina sp
Tahap Pelaksanaan adalah:
dan Daphnia sp), dan pada hari ke-15
a. Menempelkan kode pada setiap ember
hingga selesai penelitian diberi pakan
plastik sesuai dengan perlakuan dan
penempatannya dilakukan secara acak.
b. Mengambil madu lebah dari dalam botol
cacing sutera.
h. Melakukan
penyifonan
air
mengganti air 60% setiap hari dan
dengan spuit lalu dituangkan pada gelas
melakukan
plastik yang berfungsi sebagai alat
Cupang yang mati setiap hari.
penakar
yang
diberi
tanda
sesuai
dengan
penghitung
larva
ikan
i. Pengamatan dilakukan selama 30 hari
banyaknya dosis madu lebah yang
dan
melakukan
pengukuran
dibutuhkan.
pertumbuhan panjang setiap 10 hari
c. Madu lebah dimasukkan pada masing-
sebanyak 10% dari jumlah larva pada
masing ember plastik pada perlakuan B
masing-masing wadah dengan cara larva
sebanyak 20 ml/liter, perlakuan C
diambil 1 ekor menggunakan seser halus
sebanyak 30 ml/liter dan perlakuan D
secara hati-hati hingga hanya berada
sebanyak 40 ml/liter
pada
d. Selanjutnya air dalam ember plastik
sedikit
menggunakan
air,
sendok
lalu
kecil
diambil
untuk
diaduk secara manual dengan tangan
diletakkan pada kertas grafik untuk
agar kekentalan madu lebah dapat larut
melihat
atau menyebar dalam air.
diketahui segera larva dimasukkan ke
berapa
panjangnya.
Setelah
e. Melakukan pengambilan sampel untuk
dalam ember penampung sementara
mengetahui panjang total awal dan berat
yang telah berisi air. Hal tersebut
awal larva lalu dilakukan penghitungan
dikerjakan pada larva berikutnya hingga
seluruh larva sampel selesai diukur.
3
j. Melakukan
penimbangan
terhadap
sampel larva untuk mengetahui bobot
kemudian dibandingkan dengan F Tabel
dengan tingkat kepercayaan 95% dan 99%.
akhir yang menggunakan timbangan
HASIL DAN PEMBAHASAN
analitik.
k. Melakukan seleksi terhadap benih ikan
Cupang jantan dan ikan Cupang betina
pada akhir penelitian
Peubah
yang
kelangsungan
hidup,
Cupang
jantan,
Kelangsungan Hidup
Dari
hasil
pengamatan
yang
dilakukan terhadap kelangsungan hidup
diamati
adalah
larva ikan Cupang selama penelitian untuk
ikan
semua perlakuan dan ulangannya memiliki
panjang
angka yang berbeda nyata yaitu rata-rata
persentase
pertumbuhan
mutlak dan pertumbuhan bobot mutlak.
antara 41,6% - 73,3%.
Data dianalisis dengan Analisa Varian
(Anava) dan Uji Duncan. Setelah data
dianalisis maka diperoleh nilai F Hitung dan
Tabel 1. Rata-rata kelangsungan hidup larva ikan Cupang (%) yang direndam pada
madu lebah dengan menggunakan dosis berbeda.
Ulangan
Perlakuan (%)
B
C
60
50
65
50
65
55
190
155
b
c
63,3
51,6
A
80
70
70
220
a
73,3
1
2
3
Jumlah
Rata-rata
D
45
35
45
125
d
41,6
Keterangan:
Huruf superscript yang berbeda dibelakang nilai rata-rata menunjukkan berbeda nyata (p > 0,05)
A. Pemeliharaan larva tanpa madu lebah (kontrol).
B. Pemeliharaan larva menggunakan madu lebah 20 ml/liter air.
C. Pemeliharaan larva menggunakan madu lebah 30 ml/liter air.
D. Pemeliharaan larva menggunakan madu lebah 40 ml/liter air.
Dari
Tabel
1
terlihat
rata-rata
persentase kelangsungan hidup larva ikan
Cupang
tertinggi
ditunjukkan
pada
kelangsungan
hidup
terendah
adalah
perlakuan D yaitu 41,6%.
Dari
pengamatan
harian
yang
perlakuan A yaitu 73,3%, selanjutnya diikuti
dilakukan terhadap kelangsungan hidup
oleh perlakuan B yaitu 63,3%, perlakuan C
benih yaitu dengan cara menghitung larva
(pemeliharaan
30
yang mati setiap hari diperoleh hasil bahwa
rata-rata
kematian terbanyak diperoleh pada hari
ml/liter)
yaitu
larva
dengan
51,6%
dan
dosis
kedua, sedangkan pada hari berikutnya
4
jumlahnya lebih sedikit. Dari analisa sidik
masih lemahnya fisik larva untuk menerima
ragam
bahwa
kondisi air media yang berbeda dengan
kelangsungan hidup larva ikan Cupang antar
kondisi media penetasan dan perawatan
perlakuan berbeda nyata (F hit > F tab).
larva sebelumnya, sehingga membuat larva
menunjukkan
hasil
Adanya perbedaan hasil rata-rata
mati. Kepekatan larutan madu lebah diduga
kelangsungan hidup larva ikan Cupang ini
dapat menyebabkan terjadinya gangguan
diduga
jaringan tubuh larva ikan Cupang sehingga
disebabkan
oleh
perlakuan
perendaman madu lebah kedalam media
pemeliharaan
larva
yang
mengalami kematian.
memiliki
Soelistyowati,
(2007)
perendaman
induk
konsentrasi berbeda pada hari pertama
menyatakan
penelitian. Pada hari pertama ini larva lebih
betina ikan guppy dosis 60 ml/liter air
banyak mengalami kematian dibanding pada
dengan kepadatan 2 ekor induk/liter selama
hari
dilakukan
10 jam memberikan kelangsungan hidup
penambahan dan penukaran air media
95,4 - 99%. Sedangkan pada penelitian
pemeliharaan larva.
Syarifuddin (2004), pemberian madu pada
selanjutnya
sudah
Kematian larva pada hari selanjutnya
larva
bahwa
et.al.,
nila
GIFT
200
ml/kg
pakan
disebabkan oleh faktor kualitas air maupun
memberikan kelangsungan hidup 68-72%
faktor makanan. Data kelangsungan hidup
dan
yang ditampilkan pada Tabel 2 di atas
madu 300 ml/kg pakan pada pakan induk
menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis
Lobster air tawar memberikan kelangsungan
madu yang digunakan untuk merendam
hidup
larva ikan Cupang membuat kelangsungan
ikan Cupang sebagaimana dosis madu pada
hidup
penelitian ini memberikan hasil yang rendah
semakin
rendah.
Dari
ujicoba
penelitian Mukti (2004), pemberian
96-98%. Kelangsungan hidup larva
penelitian pendahuluan yang dilaksanakan
dibanding
dengan
dengan menggunakan dosis madu secara
karena
berturut antara lain : 60 ml/liter, 80 ml/liter
mengalami perendaman dalam madu lebah,
dan 100 ml/liter, semuanya memberikan
sedangkan
hasil kelangsungan hidup 0%, artinya
mengalami langsung karena penggunaan
penggunaan madu lebah hanya dengan
madu lebah ketika embrio masih dalam
waktu 5 jam sudah memberikan kematian
perut induknya yang mengalami perlakuan
total pada larva ikan Cupang. Dosis tersebut
perendaman.
larva
ikan
larva
penelitian
terdahulu,
Cupang
langsung
ikan
guppy
tidak
tidak cocok untuk larva ikan Cupang karena
5
dihasilkan dari hasil pemijahan alamiahnya
Persentase Ikan Cupang Jantan
Hasil
seleksi
yang
dilakukan
terhadap persentase benih ikan Cupang
jantan pada akhir penelitian dari semua
perlakuan dan ulangannya rata-rata antara
54,4% - 64,5% sebagaimana pada Tabel 2.
Penggunaan madu lebah tetap memiliki
pengaruh terhadap jantanisasi larva ikan
Cupang.
Perlakuan A (tanpa perendaman
larva dalam larutan madu) dijadikan sebagai
kontrol karena untuk sebagai referensi
tanpa adanya pemberian bahan lain untuk
mempengaruhi jumlah benih jantan. Dari
masing-masing ulangan pada perlakuan A
diperoleh hasil benih jantan antara lain:
56,2%, 57,1% dan 50%, sehingga dapat
diambil angka rata-rata persentase benih
jantan pada perlakuan A yaitu 54,4%.
Artinya, hasil benih secara alamiahnya
masih memberikan jumlah benih jantan
lebih banyak dari pada jumlah benih betina.
terhadap persentase benih ikan jantan yang
Tabel 2. Hasil seleksi benih ikan Cupang jantan (%) yang direndam pada madu
lebah dengan menggunakan dosis berbeda.
Ulangan
Perlakuan (%)
B
58,3
61,5
53,8
173,6
a
57,8
A
56,2
57,1
50,0
163,3
a
54,4
1
2
3
Jumlah
Rata-rata
C
60,0
70,0
54,5
184,5
a
61,5
D
55,5
71,4
66,6
193,5
a
64,5
Keterangan:
Huruf superscript yang sama dibelakang nilai rata-rata menunjukkan tidak berbeda antar perlakuan
(p< 0,05)
Pada penelitian ini dilakukan seleksi
patokan pada ciri-ciri fisik yaitu lebih
terhadap benih ikan Cupang secara manual
memanjangnya sirip ekor, sirip punggung
dengan memperhatikan langsung ciri-ciri
dan sirip anus. Pada benih betina ketiga jenis
morfologinya.
sirip
Masing-masing
benih
tersebut
lebih
pendek.
Objek
diletakkan pada gelas transparan yang diberi
pengamatan lainnya berpedoman kepada
air 100 ml dan memasukkan benih maksimal
ketebalan badan atau tinggi dari perut ke
5
punggung yang menyebabkan badan lebih
ekor
sekali
pengamatan.
Untuk
memastikan benih ikan jantan menggunakan
6
besar biasanya adalah betina dan jika lebih
pada
ramping adalah benih jantan.
diduga dapat digunakan untuk pengarahan
Dari
analisa
sidik
ragam
menunjukkan bahwa persentase benih ikan
Cupang jantan antar perlakuan
tidak
berbeda nyata (F hit < F tab), meskipun pada
angka rata-rata dari perlakuan A hingga ke
perlakuan D diperoleh adanya kenaikan
persentase jumlah jantan seiring dengan
bertambahnya
konsentrasi
madu
kelamin. Chrysin merupakan salah satu bahan
penghambat enzim aromatase atau lebih
dikenal
merendam
larva
dapat
menimbulkan tingkat kematian yang tinggi,
sehingga penggunaan dosis madu lebah
melewati
dari
40
ml/liter
air
aromatase
inhibitor.
dari reaksi enzim aromatase sehingga tidak
terjadi biosintesa estrogen, akibatnya hanya
akan muncul efek maskulinisasi (Mulyasih,
2012).
setiap
bahwa dosis madu lebah yang semakin
untuk
dengan
Aromatase inhibitor merupakan penghambat
Pemeliharaan larva ikan Cupang
perlakuan. Namun untuk jadi pedoman
tinggi
madu lebah terdapat Chrysin, yang
tidak
dianjurkan. Persentase benih jantan diduga
juga dipengaruhi oleh komposisi madu lebah
atau jenisnya dan lama waktu perendaman
akan lebih efektif dilakukan sebelum larva
diberikan makanan dari luar (pada penelitian
ini umur larva 4 hari), sedangkan bila telah
diberi makan atau umur lebih dari 4 hari
maka perkembangan gonad sudah mulai
definitif. Pada penelitian ini dimungkinkan
juga memberikan hasil persentase benih
jantan yang berbeda dengan penelitian
terdahulu, karena penggunaan jenis madu
larva dalam larutan madu tersebut.
lebah yang tidak sama. Untuk persentase
Proses terjadinya jantanisasi larva
ikan Cupang menggunakan madu lebah
dipengaruhi oleh 2 faktor, pertama adalah
masih labilnya kondisi perkembangan gonad
larva ikan Cupang hingga hari ke-4,
sehingga perkembangan gonad masih dapat
diarahkan apabila ingin mendapatkan ikan
Cupang
berkelamin
menggunakan
(Syarifuddin,
jantan
bahan-bahan
2004),
kedua,
dengan
tertentu
upaya
jantanisasi dimungkinkan terjadi karena
benih jantan pada ikan guppy sebagaimana
penelitian Soelistiawati et.al (2007) tertinggi
66%, sedangkan hasil penelitian Nofita
(2013) persentase benih jantan tertinggi
60%.
Untuk
penelitian
lainnya
yaitu
persentase benih jantan Lobster air tawar
hanya
60,35%
(Mukti,
2009).
Dari
penggunaan madu lebah untuk mendapatkan
persentase benih jantan, maka fungsi madu
sebagaimana hasil penelitian ini hampir
sama dengan hasil penelitian terdahulu
7
meskipun belum memberikan hasil yang
Pertumbuhan
mutlak
untuk
seluruh
lebih maksimal.
perlakuan relatif sama dan tertinggi pada
perlakuan B yaitu 7,13 mm. Untuk lebih
Pertumbuhan Panjang Mutlak
jelasnya sebagaimana disajikan pada Tabel 3
Hasil
pengukuran
terhadap
pertumbuhan panjang mutlak larva ikan
Cupang antara 7,06 mm – 7,13 mm.
Tabel 3. Rata-rata pertumbahan panjang mutlak larva ikan Cupang (mm) yang
direndam pada madu lebah dengan menggunakan dosis berbeda.
Ulangan
1
2
3
Jumlah
Rata-rata
A
7,1
7,2
7,0
21,3
a
7,10
Perlakuan (mm)
B
C
7,3
7,2
7,0
6,8
7,1
7,2
21,4
21,2
a
a
7,13
7,06
D
7,1
7,2
7,0
21,3
a
7,10
Keterangan:
Huruf superscript yang sama dibelakang nilai rata-rata menunjukkan tidak berbeda antar
perlakuan (p < 0,05)
Dari Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa
pertumbuhan panjang mutlak larva ikan
larva ikan Cupang memiliki pertumbuhan
Cupang antar perlakuan tidak berbeda nyata
yang lambat, hal ini disebabkan karena ikan
(F hit < F tab) sebagaimana pada Lampiran
Cupang termasuk kategori ikan kecil, tidak
7.
seperti ikan konsumsi lainnya. Pertumbuhan
disebabkan karena pakan yang dikonsumsi
larva ikan Cupang ini juga sependapat
seluruh larva yang dipelihara pada setiap
dengan Shirota (1970) dalam Sembiring
perlakuan mendapatkan jenis dan jumlah
(2011) yang mengemukakan bahwa larva
pakan yang sama, tidak ada perlakuan secara
dengan bukaan mulut lebih kecil memiliki
khusus terhadap pakan yang diberikan pada
pertumbuhan yang lambat jika dibandingkan
salah satu perlakuan. Pakan yang sama, baik
dengan larva dengan bukaan mulut lebih
jenis maupun jumlahnya membuat konversi
besar sebagaimana yang ditemui pada jenis
pakan terhadap daging relatif sama. Pakan
ikan konsumsi.
yang
Pertumbuhan larva ikan Cupang
pada penelitian ini menunjukkan bahwa
Pertumbuhan
dikonsumsi
pengaruh
yang
akan
terhadap
relatif
sama
memberikan
pertumbuhan
panjangnya. Dalam penelitian ini perlakuan
8
khusus hanya pada penggunaan madu lebah
berbeda tapi tidak memberikan pengaruh
dengan tujuan untuk peningkatan jumlah
terhadap pertumbuhan panjang larva pada
benih ikan Cupang jantan dan madu lebah
setiap perlakuan.
tersebut meskipun menggunakan dosis yang
bobot antar perlakuan relatif sama dan
Pertumbuhan Bobot Mutlak
Pertumbuhan
bobot
larva
ikan
tertinggi pada perlakuan D yaitu 8,12 mg.
Cupang yang diperoleh pada akhir penelitian
Untuk lebih jelasnya disajikan pada Tabel 4
antara 8,09 mg – 8,12 mg. Pertumbuhan
berikut ini.
Tabel 4. Rata-rata pertumbuhan bobot larva ikan Cupang (mg).
Ulangan
Perlakuan (mg)
B
C
8,09
8,12
8,10
8,10
8,11
8,11
24,30
24,33
a
a
8,10
8,11
A
8,09
8,08
8,10
24,27
a
8,09
1
2
3
Jumlah
Rata-rata
D
8,13
8,12
8,11
24,36
a
8,12
Keterangan:
Huruf superscript yang sama dibelakang nilai rata-rata menunjukkan tidak berbeda antar perlakuan (p > 0,05)
Pertumbuhan bobot larva ikan Cupang tidak
lebih
menunjukkan adanya perbedaan yang nyata
pertumbuhan
antar perlakuan. Tidak adanya perbedaan
sebaliknya apabila jumlah larva lebih sedikit
tersebut
maka rata-rata angka pertumbuhan bobot
karena
faktor
genetik
yang
membuat adanya keterbatasan pertumbuhan
banyak
maka
bobot
rata-rata
lebih
rendah
angka
dan
lebih tinggi.
larva ikan Cupang sebagai ikan bertubuh
Pada akhir penelitian jumlah larva
kecil. Ukuran tubuhnya yang kecil juga
yang diperoleh pada perlakuan A sebanyak
mempengaruhi pada jumlah pakan yang
44 ekor dari jumlah awal penelitian 60 ekor,
dapat dikonsumsi. Meskipun ada perbedaan
hasil penimbangan bobot akhir rata-rata 8,09
angka dibelakang koma, sebagaimana pada
mg. Sedangkan jumlah larva yang diperoleh
Tabel 4, diduga disebabkan oleh padat tebar
pada perlakuan D sebanyak 25 ekor dari
larva ikan Cupang hidup pada wadah
jumlah awal 60 ekor, hasil penimbangan
pemeliharaan
berkurang
bobot akhir rata-rata 8,12 mg. Dalam
dengan semakin meningkatnya dosis madu
penelitian ini tidak ada faktor lainnya yang
lebah yang diberikan. Apabila jumlah larva
memberikan
yang
semakin
pengaruh
khusus
pada
9
pertumbuhan bobot karena perlakuan yang
dosis madu lebah yang berbeda antar
ada semua sama kecuali pada penggunaan
perlakuan.
KESIMPULAN DAN SARAN
perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah
dilaksanakan
maka
dapat
lama waktu perendaman untuk memperoleh
persentase
ikan
Cupang
jantan
dan
kelangsungan hidup yang lebih maksimal.
disimpulkan antara lain:
1. Kelangsungan hidup larva ikan Cupang
tertinggi pada perlakuan A yaitu 73,3%
dan terendah pada perlakuan D yaitu
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih disampaikan
kepada Ibu Dr. Azrita, S.Pi, M.Si dan Bapak
41,6%.
2. Persentase benih ikan Cupang jantan
Drs. Dahnil Aswad, M.Si.
tertinggi pada perlakuan D yaitu 64,5%
dan terendah pada perlakuan A yaitu
54,4%.
3. Semakin banyak madu lebah yang
digunakan membuat persentase jumlah
ikan Cupang jantan meningkat, tetapi
persentase kelangsungan hidup menurun.
4. Madu lebah tidak memberikan pengaruh
yang
nyata
terhadap
pertumbuhan
panjang mutlak larva ikan Cupang yaitu
antara 7,06 mm – 7,13 mm dan
pertumbuhan bobot antara 8,09 mg/ekor
– 8,12 mg/ekor.
Adapun saran yang dapat disampaikan
sesuai dengan hasil penelitian ini adalah
Penggunaan madu lebah dosis
diatas 40
ml/liter air dapat menimbulkan kematian
larva Cupang umur 4 hari secara total,
sehingga dengan pemilihan dosis 40 ml/liter
10
DAFTAR PUSTAKA
Mukti, Akhmad Taufiq, 2004. Pengaruh
Suplementasi Madu dalam Pakan
Induk Persentase Jantan dan
Betina,
Pertumbuhan
dan
Kelangsungan
Hidup
benih
Lobster Air Tawar Red Claw
(Cherax quadricarinatus) Jurnal
Akuakultur Indonesia, 8(1): 3745
Mukti, A.Taufiq, A.Shofy Mubarak dan
Adde Ermawan. 2009. Pengaruh
Penambahan Madu dalam Pakan
Induk Jantan Lobster Air Tawar
Red
Claw
(Cherax
quadricarinatus) Terhadap Rasio
jenis Kelamin Larva. Jurnal
Ilmiah Perikanan dan Kelautan,
1(1): 32-38
Mulyasih, D, Tarsim dan M. Sarida, 2012.
Penggunaan Suhu dan Dosis
Propolis yang Berbeda Terhadap
Nisbah Kelamin Ikan Guppy
(Poecilia reticulata Peters). EJurnal Rekayasa dan Teknologi
Budidaya Perairan Volume I No
1 Oktober 2012 ISSN: 23023600
Nofita, Elsa Sherly, 2013. Penggunaan
Madu dalam Optimasi Produksi
Ikan Guppy (Poecilia reticulata
Peters)
Jantan
dengan
Perendaman
Waktu
yang
Berbeda.
Skripsi,
Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Bung Hatta Padang.
Sembiring,
A.V.
Valentinus,
2011.
Pertumbuhan dan Kelangsungan
Hidup Larva Ikan Betok (Anabas
testudineus) pada pH 4,5,6 dan
7. Skripsi Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan. Institut
Pertanian Bogor.
Soelistyowati, DT, E. Martati dan H. Arfah.
2007. Efektifitas Madu Terhadap
Pengarahan Kelamin Ikan Guppy
(Poecilia reticulata Peters).
Jurnal Akuakultur Indonesia,
6(2): 155–160
Syarifuddin,
A.
2004.
Pengaruh
pemberian suplement
madu
pada pakan larva Ikan Nila
GIFT
(Oreochromis sp)
terhadap
rasio
jenis
kelaminnya
11
12
Download