BAB I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Serangga (Insecta) merupakan salah satu Kelas dalam Filum Arthropoda yang jumlah anggotanya mendominasi Filum tersebut. Menurut Ross et al. (1982) jumlah spesies serangga 11 kali lebih banyak daripada jumlah spesies arthropoda lain. Sebanyak 1.413.000 spesies serangga telah berhasil diidentifikasi dan lebih dari 7.000 spesies baru ditemukan hampir setiap tahun (Siregar, 2009). Keanekaragaman serangga ditentukan oleh sifat dan ciri karakter morfologi yang dimilikinya. Secara antroposentris, sebagian dari serangga dianggap memiliki peran yang menguntungkan. Serangga dianggap menguntungkan karena memiliki peran sebagai polinator, detritivor maupun predator. Serangga juga dianggap menguntungkan karena kegunaannya sebagai indikator biologis. Indikator biologis merupakan media untuk mengetahui perubahan status kesehatan akibat aktivitas manusia terhadap suatu ekosistem, salah satunya ekosistem perairan (Norris & Thoms, 1999). Kondisi pencemaran air pada suatu daerah paling banyak diketahui melalui penggunaan indikator biologis berupa serangga air (Samways, 1994). Serangga air merupakan kelompok serangga yang menghabiskan sebagian dari siklus hidupnya berada di perairan. Serangga air memiliki peran penting dalam sistem ekologi. Mempelajari siklus hidup serangga air dan hubungannya dengan organisme lain dapat memberikan wawasan mengenai berbagai bidang ekologi, termasuk didalamnya dinamika populasi, persaingan dan interaksi predator-mangsa (Merrit & Cummings, 1996). Serangga air memiliki peran dalam siklus nutrien serta merupakan komponen penting pada jaring makanan di ekosistem perairan (Jana et al., 2009). Serangga air memiliki sensitifitas terhadap polusi yang bervariasi. Sebagian dari serangga air dapat hidup dan berkembang biak di perairan yang tercemar dan sebagian lainnya tidak (Popoola & Otalekor, 2011). Barus (2004), menyatakan bahwa suatu perairan yang belum tercemar akan menunjukkan jumlah individu yang merata dari keseluruhan spesies yang ada, sebaliknya pada suatu perairan yang tercemar akan didapati persebaran jumlah yang tidak merata serta adanya dominasi spesies tertentu. Pernyataan tersebut diperkuat 1 oleh Tarumingkeng (1994) yang menyatakan keadaan lingkungan dan kemelimpahan serta keanekaragaman bentuk hayati saling mempengaruhi satu dengan lainnya. Kualitas air mempengaruhi keanekaragaman makhluk hidup yang ada padanya, termasuk didalamnya serangga. Penting kiranya dilakukan penelitian yang mengkaji keanekaragaman untuk mengetahui kualitas suatu perairan. Salah satu perairan yang terletak di Kabupaten Sleman, Provinsi D.I. Yogyakarta adalah Kali Kuning. Kali Kuning merupakan sungai yang berasal dari mata air Umbul Wadon yang berada di sekitar 1250 mdpl. Debit air Kali kuning berkisar antara 0,54m3/s-0,36 m3/s (Ginanjar, 2014). Kali Kuning menyediakan sebagian dari sumber air bersih yang dipergunakan oleh masyarakat Kabupaten Sleman, Provinsi D.I. Yogyakarta. Ginanjar (2014), telah melakukan pengkajian terhadap keanekaragaman serangga air di Kali Kuning dengan tujuan untuk mengetahui kualitas airnya. Dalam penelitiannya diketahui bahwa keanekaragaman serangga air di Kali Kuning terdiri atas 6 Ordo yang kemudian terbagi kedalam 10 Famili dan 4 Genus pada saat musim penghujan dibulan Maret-Juni 2014. Walaupun demikian, belum ada penelitian yang mengkaji keanekaragaman serangga air di Kali Kuning pada saat musim kemarau. Musim kemarau pada tahun 2015 memiliki periode yang lebih panjang dibandingkan tahun sebelumnya. BMKG (2015) memperkirakan bahwa awal periode musim hujan mundur hingga bulan November 2015, hal ini dikarenakan beberapa hal diantaranya adalah fenomena El Nino dan La Nina. Dengan adanya musim kemarau panjang ditahun 2015, perlu kiranya diteliti kembali keanekaragaman serangga air serta potensi perannya dalam ekosistem Kali Kuning. 2 B. Permasalahan Permasalahan dari penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah keanekaragaman genus serangga air yang berada pada hulu kali Kuning, Desa Plunyon, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Provinsi D. I. Yogyakarta pada saat musim kemarau panjang? 2. Apa sajakah potensi peran serangga air yang berada pada hulu kali Kuning, Desa Plunyon, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Provinsi D. I. Yogyakarta? 3. Bagaimanakah perairan pada hulu kali Kuning, Desa Plunyon, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Provinsi D. I. Yogyakarta apabila ditinjau dari keberadaan serangga air yang berperan sebagai indikator biologis? C. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mempelajari keanekaragaman genus serangga air yang berada pada hulu kali Kuning, Desa Plunyon, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Provinsi D. I. Yogyakarta pada saat musim kemarau panjang. 2. Mempelajari potensi peran dari serangga air yang berada pada hulu kali Kuning, Desa Plunyon, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Provinsi D. I. Yogyakarta. 3. Mempelajari kondisi perairan pada hulu kali Kuning, Desa Plunyon, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Provinsi D. I. Yogyakarta apabila ditinjau melalui peran serangga air sebagai indikator biologis 3 D. Manfaat Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat: 1. Memberikan informasi dan sebagai data penelitian mengenai keanekaragaman genus serangga air yang berada pada hulu kali Kuning, Desa Plunyon, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Provinsi D. I. Yogyakarta khususnya akibat dampak kemarau panjang 2. Memberikan informasi mengenai keberadaan dan potensi peran serangga air yang berada pada hulu kali Kuning, Desa Plunyon, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Provinsi D. I. Yogyakarta. 3. Memberikan gambaran mengenai kualitas air melalui peran serangga air sebagai indikator biologis terhadap sanitasi lingkungan. 4