ISSN: 2303-288X Vol. 5, No.1, April 2016 MOTIVASI DAN SIKAP BAHASA MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS UNDIKSHA I.P.I. Kusuma1, L.D.S. Adnyani2 1 2Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail: [email protected], [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui orientasi motivasi dan sikap bahasa mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Pendidikan Ganesha terhadap bahasa Inggris dan pembelajaran Bahasa Inggris. Sejumlah 70 mahasiswa tahun pertama di Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris tahun akademik 2014/2015 disurvei dengan menggunakan AMTB (Attitude, Motivation Test Battery) yaitu kuesioner yang diadaptasikan dari Gardner (1985) untuk mengetahui motivasi dan sikap bahasa, yang meliputi a) ketertarikan terhadap Bahasa Inggris, b) dukungan dari orang tua, c) intensitas motivasi, d) sikap terhadap pembelajaran bahasa Inggris, e) sikap terhadap penutur asli bahasa Inggris, f) orientasi integratif, g) keinginan untuk mempelajari bahasa Inggris, dan h) orientasi instrumental. Data dianalisis secara deskriptif dan inferensial. Berdasarkan hasil kuesioner, mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, yang bukan merupakan penutur asli bahasa Inggris, mempelajari bahasa Inggris dengan alasan instrumental dan integratif, dan memiliki sikap yang sangat tinggi terhadap bahasa Inggris dan pembelajaran bahasa Inggris. Penelitian ini juga memaparkan implikasi terhadap pembelajaran bahasa Inggris. Kata Kunci: bahasa Inggris, motivasi, sikap. Abstract This study investigated motivation orientation and attitude towards the target language of 70 English Education Department students of Ganesha University of Education. The researcher administered survey using AMTB (Attitude, Motivation Test Battery) which was adapted from Gardner (1985). The survey included eight domains, namely a) interest in English, b) parental encouragement, c) motivational intensity, d) attitude towards learning English, e) attitude towards English-speaking people, f) integrative orientation, g) desire to learn English, and h) instrumental orientation. The data were analyzed descriptively and inferentially. The result reveals that English Education Department students of Ganesha University of Education learn English for both instrumental and integrative reasons. They tend to have positive attitudes towards English and learning English. This study also presents the implication to English learning. Keywords:attitude, English, motivation PENDAHULUAN Universitas Pendidikan Ganesha atau Undiksha merupakan salah satu lembaga pendidikan perguruan tinggi yang berperan mencetak calon guru dan tenaga profesional.Undiksha memiliki beberapa Jurusan yang dewasa ini semakin diminati, satu diantaranya adalah Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris dari tahun ke tahun menerima semakin banyak mahasiswa yang berminat untuk mengembangkan dirinya secara optimal untuk menjadi calon guru bahasa Inggris ataupun tenaga profesional lainnya di kemudian hari.Untuk menciptakan lulusan yang berkualitas dan berprestasi tinggi, Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris memfasilitasi peserta didiknya agar mampu mencapai prestasi berupa kemampuan berbahasa Inggris, kemampuan mengajar bahasa Inggris dan kemampuan profesional lainnya. Jurnal Pendidikan Indonesia | 702 ISSN: 2303-288X Kemampuan berbahasa Inggris meliputi keterampilan baik mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa Inggris, kemampuan mengajar terdiri dari mata kuliah yang berkaitan dengan ilmu pengajaran, sedangkan kemampuan profesional lainnya meliputi sastra, linguistik, dan pariwisata. Prestasi belajar merupakan tolak ukur dari keberhasilan proses belajar mengajar. Keberhasilan proses pembelajaran dalam perkuliahan yang tercermin dari hasil belajar tidak terlepas dari pengaruh beberapa faktor. Dua dari beberapa faktor tersebut adalah motivasi dan sikap bahasa.Lambert (1963) dalam Chalak dan kassaian (2010) mengajukan model sosial psikologis yang menekankan pada faktor kognitif seperti bakat bahasa dan kecerdasan, dan faktor afektif seperti sikap dan motivasi. Ditekankan bahwa keberhasilan seseorang dalam memperoleh bahasa kedua tergantung pada motivasi, sikap, dan orientasi terhadap pembelajaran bahasa. Dornyei (1994) menyebutkan bahwa motivasi yang merupakan salah satu kunci dari keberhasilan proses belajar mengajar dapat diartikan sebagai daya upaya yang mampu mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu atau daya penggerak dari subyek untuk melakukan suatu perbuatan dalam suatu tujuan. Motivasi belajar adalah adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar sehingga hasil belajar pada umumnya meningkat jika motivasi untuk belajar meningkat (Winkel, 1983 dan Sardiman, 1988). Hakikat dari motivasi belajar adalah dorongan yang berasal dari dalam dan luar diri siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan pada tingkah laku dan semangat atau keinginan untuk belajar lebih semangat lagi. Motivasi yang berasal dari dalam individu disebut motivasi intrinsik, sedangkan motivasi yang berasal dari luar individu, seperti keinginan mendapat nilai bagus, karier bagus, dan sebagainya, disebut motivasi ekstrinsik Vol. 5, No.1, April 2016 (Uno, 2008:23 dan Decy & Ryan, 1985 dalam Sardiman, 2001). Sementara itu, terdapat dua jenis orientasi menurut Gardner (1985) dalam Dornyei (1994), yaitu integratif dan instrumental. Orientasi integratif merujuk pada keinginan untuk mempelajari dan menjadi bagian dari komunitas budaya lain, keinginan menjadi seperti ahli komunitas bahasa lain dan memiliki hubungan dengan masyarakat tersebut, sedangkan orientasi instrumental menekankan pada tujuan untuk mendapat pengakuan sosial atau manfaat ekonomi melalui pengetahuan bahasa asing, seperti berhasil dalam ujian, untuk memenuhi persyaratan tertentu, karier, melakukan perjalanan ke luar negeri, dan lainnya. Selain motivasi dan orientasi, faktor lain yang tak kalah penting yang dapat mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa, khususnya belajar bahasa, adalah sikap para mahasiswa tersebut terhadap bahasa yang dipelajarinya. Sikap bahasa adalah sikap pemakai bahasa terhadap keanekaragaman bahasanya sendiri maupun bahasa orang lain. Sikap bahasa adalah posisi mental atau perasaan terhadap bahasa itu sendiri atau orang lain (Kridalaksana, 1993). Fasold (1984) dalam Chalak dan Kassaian (2010) menyebutkan umumnya sikap seseorang terhadap suatu bahasa tercermin dari sikapnya terhadap penutur asli bahasa tersebut. Sikap bahasa dapat berubah-ubah, bisa positif, bisa negative, atau netral tergantung dari pengalaman yang diperoleh. Motivasi dan sikap bahasa sangat mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam mempelajari bahasa kedua dan bahasa asing. Penelitian tentang motivasi dan sikap dalam pembelajaran bahasa Inggris masih terus dilakukan mengingat kedua hal tersebut memiliki peran yang sangat penting dalam pembelajaran. Tidak hanya di Indonesia (Yusuf, 2011), penelitian tentang motivasi dan sikap juga dilakukan di beberapa negara yang mempelajari bahasa Inggris sebagai bahasa asing, seperti misalnya di Iran (Chalak & Kassaian, 2010), Yordania (Tahaineh & Jurnal Pendidikan Indonesia | 703 ISSN: 2303-288X Daana, 2013), Bangladeshh (Rahman, 2005), dan Libia (Abidin, 2012). Semestinya mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris memiliki motivasi yang tinggi dan sikap bahasa yang positif karena dari perspektif pendidikan, mereka seharusnya sangat menyadari pentingnya bahasa Inggris (Ushioda, 2014). Dalam perkuliahan, mereka selalu dihadapkan pada aktivitas pembelajaran dengan menggunakan bahasa Inggris. Dengan semakin banyaknya mahasiswa yang masuk ke Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, sangatlah penting dilakukan penelitian untuk mengidentifikasi motivasi dan sikap bahasa mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Undiksha. Secara rinci, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tinggi rendahnya motivasi mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris dalam pembelajaran, mengetahui apakah mahasiswa termotivasi secara intrinsik atau ekstrinsik, mengetahui apakah mahasiswa termotivasi secara instrumental atau integratif, dan untuk mengetahui sikap bahasa mahasiswa terhadap pembelajaran bahasa Inggris dan penutur asli bahasa tersebut. Penelitian ini diharapkan memberikan gambaran dan sebagai acuan ke depannya bagi para dosen untuk dapat menentukan metode pembelajaran yang tepat. METODE Pendekatan dari penelitian ini adalah pendekatan kuantitaif dan rancangan penelitiannya adalah penelitian deskriptif dengan metode survei. Peneliti mendeskripsikan secara apa adanya, baik secara kuantitatif maupun kualitatif terkait temuan penelitian yang bersumber dari intrumen utama berupa kuesioner yang disebarkan kepada mahasiswa tahun pertama Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Undiksha tahun ajaran 2014/2015. Jumlah mahasiswa yang menjadi responden dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan rumus Slovin dari 234 mahasiswa. Sehinga, 70 orang yang kemudian digunakan sebagai sampling dengan menggunakan Vol. 5, No.1, April 2016 random sampling tecnique. Seluruh mahasiswa tersebut bukan merupakan penutur asli Bahasa Inggris, bahasa yang dipergunakan sehari-hari adalah bahasa Bali dan bahasa Indonesia. Bahasa Inggris merupakan bahasa asing bagi mereka. Intrumen utama dari penelitian ini adalah kuesioner yang diadaptasikan dari AMTB yang digagas oleh Gardner (1985). Gardner and Lambert (1972) mengatakan bahwa motivasi seseorang untuk mempelajari bahasa kedua ditentukan oleh sikap mereka terhadap bahasa tersebut dan penutur asli, dan orientasi terhadap pembelajaran bahasa itu sendiri. Sementara Gardner (1985) menjelaskan terdapat tiga ciri motivasi, yaitu tingkat motivasi, keinginan untuk mempelajari bahasa, dan sikap terhadap pembelajaran bahasa. Hal-hal tersebut terkandung dalam Attitudeand Motivation Test Battery (AMTB) yang meliputi item integrativeness (orientasi integratif atau integrative orientation dan minat pada bahasa asingatau interestin Foreign languages), item sikap terhadap situasi pembelajaran (penilaian terhadap guru atau English teacher evaluation, penilaian terhadap mata pelajaran atau English course evaluation, sikap terhadap pembelajaran dan bahasa target atau attitudes towards learning English, sikap terhadap penutur asli bahasa tersebut atau attitudes towards English-speaking people, kecemasan terhadap kelas bahasa Inggris atau English class anxiety, dan kecemasan dalam menggunakan bahasa Inggris atau English use anxiety), item motivasi (tingkat motivasi atau motivation alintensity, keinginan untuk mempelajari bahasa Inggris atau desire to learn English, dan dukungan dari orang tua atau parental Encouragement), dan item orientasi instrumental atau instrumental orientation’ (Chalak & Kassaian, 2010 dan Tahaineh & Daana, 2013). Tidak semua domain AMTB digunakan dalam penelitian ini karena penelitian ini hanya berfokus pada motivasi (apakah intrinsik atau ekstrinsik), orientasi (apakah Jurnal Pendidikan Indonesia | 704 ISSN: 2303-288X Vol. 5, No.1, April 2016 instrumental atau integratif), dan sikap terhadap bahasa, penutur asli bahasa tersebut, dan kebudayaannya. Dengan demikian beberapa item dalam AMTB tidak disertakan dalam penelitian ini, seperti kecemasan berbahasa Inggris, kecemasan terhadap kelas bahasa Inggris, dan penilaian terhadap guru dan mata pelajaran bahasa Inggris. Karena responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, kuesioner AMTB tersebut tetap menggunakan bahasa Inggris.Walaupun terkenal memiliki reliabilitas dan validitas yang bagus (Gardner, 1985), kuesioner yang terdiri dari 104 pertanyaan dengan 1-6 skala likert ini mengalami sedikit perubahan dalam hal kata-kata agar dapat lebih dipahami oleh mahasiswa. Setelah data diperoleh, seluruh item dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu setuju dan tidak setuju. Selanjutnya kuesioner dianalisis secara deskriptif dan inferensial dengan mencari persentase dan juga menggunakan SPPS 16 untuk melakukan tes non parametric KhiSquare untuk mengetahui apakah pada α=0.05 frekuensi yang diobservasi memiliki perbedaan yang signifikan dengan yang diharapkan atau merupakan kebetulan belaka. HASIL DAN PEMBAHASAN Respon dari 70 mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris pada kuesioner Attitude/Motivation Test Battery (AMTB) dengan 6 skala Likert dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu kelompok tidak setuju dan kelompok setuju. Karena data kuesioner dianalisis secara deskriptif dan inferensial, persentase setiap item dihitung, begitu juga dengan jumlah total.Dengan menggunakan SPSS 16, data dianalisis dengan khi-kuadrat untuk mengetahui apakah perbedaan frekuensi pengamatan antara kelompok setuju dan tidak setuju berbeda secara signifikan dengan frekuensi harapan, yang berimbang antara setuju dan tidak setuju. Hasil analisis khi-kuadrat menunjukan bahwa pada tingkat kesignifikanan α= 0.05, kedelapan domain pada penelitian ini memiliki nilai hasil khi-kuadrat yang lebih besar dari nilai tabel, dan taraf signifikansi yang lebih kecil dari 0.05, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa respon mahasiswa, setuju dan tidak setuju, pada kuesioner AMTB memiliki perbedaan yang signifikan dan bukan kebetulan semata. Tabel 1. Frekuensi Butir-Butir Kuesioner Domain 1 Domain 1 : Ketertarikan terhadap Bahasa Asing Item 1 2 21 32 42 55 65 76 85 95 Total X2 P Tidak (%) Setuju 3 4,3 62 88,6 11 15,7 54 77,1 8 11,4 60 85,7 5 7,1 50 71,4 8 11,4 46 65,7 307 (43,86%) Tabel 1 menunjukkan bahwa 77.1% mahasiswa memiliki ketertarikan terhadap bahasa asing. Dibuktikan Setuju (%) 67 95,7 8 11,4 59 84,3 16 22,9 62 88,6 10 14,3 65 92,9 20 28,6 62 88,6 24 34,3 393 (56,14%) 10,566 0,001 dengan 88,6% mahasiswa memiliki keinginan untuk mempelajari berbagai bahasa asing. Mereka menganggap Jurnal Pendidikan Indonesia | 705 ISSN: 2303-288X Vol. 5, No.1, April 2016 mempelajari bahasa asing adalah hal yang sangat penting (85,7%) dan menyenangkan (88,6%), dan mereka (88,6%) juga suka bercakap-cakap dengan penutur asing. Ada 92.9% mahasiswa berpendapat bahwa jika ingin tinggal di negara lain, mereka harus mempelajari bahasa di negara tersebut. Dalam hal mempelajari bahasa Inggris, item nomor 1 menunjukkan 95.7% mahasiswa berharap mampu berbicara bahasa Inggris dengan fasih. Mereka (84.3%) juga berharap mampu membaca koran maupun majalah dalam bahasa Inggris, dan saat menonton TV, 65.7% mahasiswa memilih program dengan bahasa asli dan ada text berbahasa Inggris. Dapat disimpulkan bahwa mahasiswa tahun pertama pada tahun ajaran 2014/2015 Jurusan pendidikan bahasa Inggris memiliki ketertarikan yang tinggi dalam mempelajari bahasa asing, dalam hal ini, Bahasa Inggris. Tabel 2. Frekuensi Butir-Butir Kuesioner Domain 2 Item 2 22 25 43 48 57 58 66 86 89 103 Total X2 p Domain 2 : Dukungan Orang Tua Tidak Setuju (%) Setuju (%) 20 28,6 50 71,4 8 11,4 62 88,6 15 21,4 55 78,6 10 14,3 60 85,7 18 25,7 52 74,3 22 31,4 48 68,6 36 51,4 34 48,6 5 7,1 65 92,9 7 10,0 63 90,0 61 87,1 9 12,9 10 14,3 60 85,7 212 (27,53%) 558 (72,47%) 155,475 0.000 Tabel 2 menunjukkan bahwa orang tua mahasiswa mendukung mereka dalam belajar bahasa Inggris. Walaupun orang tua mereka (78,6%) yang menyarankan untuk masuk ke Jurusan bahasa Inggris Undiksha karena menurut mereka bahasa Inggris penting untuk dipelajari (88,6%) dan akan terus berguna setelah anaknya lulus kuliah nanti (74,3%), mahasiswa sendirilah (87,1%) yang memutuskan untuk kuliah di Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Undiksha. Dalam proses pembelajaran, 71,4% mahasiswa menyatakan orang tua mereka selalu berusaha untuk membantu dalam belajar bahasa Inggris, dan 68,6% menyarankan untuk bertanya atau berkonsultasi dengan dosen saat mereka memiliki masalah dalam pembelajaran. Ada 92,9% mahasiswa menyatakan orang tua mereka sangat tertarik dengan apa yang mereka pelajari di kelas dan 90% orang tua selalu mendorong untuk menggunakan bahasa Inggrissesering mungkin. Selain itu 85,7% menyatakan orang tua mereka menginginkan mereka meluangkan lebih banyak waktu untuk belajar bahasa Inggris dan tetap menekuni bahasa Inggris sepanjang hidup mereka. Dapat disimpulkan bahwa mahasiswa memiliki pengaruh eksternal yang sangat besar yang mengontrol dan memotivasi mereka dalam belajar bahasa Inggris, yaitu pengaruh dari orang tua. Jurnal Pendidikan Indonesia | 706 ISSN: 2303-288X Vol. 5, No.1, April 2016 Tabel 3. Frekuensi Butir-Butir Kuesioner Domain 3 Item 3 13 23 33 44 56 67 77 87 96 Total X2 P Domain 3 : Tingkat Motivasi Tidak Setuju (%) Setuju (%) 50 71,4 20 28,6 3 4,3 67 95,7 35 50,0 35 50,0 16 22,9 54 77,1 42 60,0 28 40,0 13 18,6 57 81,4 56 80,0 14 20,0 4 5,7 66 94,3 30 42,9 40 57,1 16 22,9 54 77,1 265 (37,86%) 435 (62,14%) 21,486 0,000 Tabel 3 menunjukkan mahasiswa memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar bahasa Inggris. Ada 94,3% mahasiswa menyatakan mereka belajar bahasa Inggris dengan sungguhsungguh. Mereka (95,7%) selalu berusaha memahami apapun yang mereka dengar dan lihat dalam bahasa Inggris setiap hari (77,1%). Jika mengalami masalah, mereka(80%) tidak menyerah, namun (81,4%) bertanya kepada orang lain, baik teman, orang tua, maupun dosen, dan memperhatikan masukan yang diberikan (71,4%), serta melihat kembali tugas yang dikembalikan oleh dosen (50%). Dalam membuat tugas, mereka (60%) tidak menunda-nunda membuat tugas dan mereka (77,1%) berusaha mengesampingkan hal-hal lain dan fokus pada tugas. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa Jurusan Pendidikan bahasa Inggris memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar bahasa Inggris. Tabel 4. Frekuensi Butir-Butir Kuesioner Domain 4 Domain 4 : Sikap terhadap Pembelajaran Bahasa Inggris Item Tidak Setuju (%) Setuju (%) 6 1 1,4 69 98,6 18 66 94,3 4 5,7 26 3 4,3 67 95,7 38 55 78,6 15 21,4 47 1 1,4 69 98,6 62 65 92,9 5 7,1 70 3 4,3 67 95,7 82 62 88,6 8 11,4 90 6 8,6 64 91,4 100 55 78,6 15 21,4 Total 317 (45,29%) 383 (54,71%) X2 6,223 P 0,013 Tabel 4 menunjukkan bahwa mahasiswa memiliki sikap yang postif terhadap pembelajaran bahasa Inggris. Ada 94,3% mahasiswa menyatakan suka terhadap bahasa Inggris dan 91,4% suka belajar bahasa Inggris. Sejumlah 98,6% mahasiswa menganggap belajar bahasa Inggris merupakan hal yang hebat, mereka (95,7%) menikmati belajar bahasa Inggris dan menghabiskan waktu lebih banyak untuk belajar bahasa Inggris daripada belajar pelajaran lain (78,6%) karena menganggap mata kuliah Jurnal Pendidikan Indonesia | 707 ISSN: 2303-288X Vol. 5, No.1, April 2016 bahasa Inggris yang mereka dapat sangat penting (98,6%). Mereka (95,7%) berencana belajar bahasa Inggris sebanyak mungkin dan akan terus belajar walaupun sudah menamatkan kuliah (78,6%). Dapat disimpulkan bahwa sikap mahasiswa Jurusan Bahasa Inggris terhadap bahasa Inggris dan belajar bahasa Inggris sangatlah tinggi. Tabel 5. Frekuensi Butir-Butir Kuesioner Domain 5 Item 7 27 40 49 53 71 91 104 Total X2 P Domain 5 : Sikap terhadap Penutur Asli Bahasa Inggris Tidak Setuju (%) Setuju (%) 10 14,3 60 85,7 7 10,0 63 90,0 3 4,3 67 95,7 10 14,3 60 85,7 17 24,3 53 75,7 2 2,9 68 97,1 4 5,7 66 94,3 26 37,1 44 62,9 79 (14,11%) 481 (85,89%) 288,579 0,000 Tabel 5 menunjukkan bahwa mahasiswa memiliki sikap yang positif terhadap penutur bahasa asing. Mahasiswa (85,7%) percaya jika Indonesia tidak memiliki hubungan dengan negara-negara yang menggunakan bahasa Inggris, Indonesia akan mengalami kemunduran. Sejumlah 95,7% mahasiswa menyatakan ingin sekali memiliki banyak teman penutur asli bahasa Inggris dan mengetahui lebih banyak tentang kehidupan mereka (97,1%) karena mereka dinilai bersahabat (90%), baik, dan gampang bergaul (85,7%). Dapat disimpulkan bahwa mahasiswa Jurusan Pendidikan bahasa Inggris memiliki sikap yang sangat positif terhadap penutur asli bahasa Inggris. Tabel 6. Frekuensi Butir-Butir Kuesioner Domain 6 Domain 6 : Orientasi Integratif Item Tidak Setuju (%) Setuju (%) 8 2 2,9 68 97,1 28 3 4,3 67 95,7 50 3 4,3 67 95,7 72 2 2,9 68 97,1 Total 10 (3,57%) 270 (96,43%) X2 241.429 P 0.000 Tabel 6 menunjukkan bahwa mahasiswa memiliki orientasi integratif yang sangat tinggi dalam belajar bahasa Inggris. Mereka (97,1%) menganggap belajar bahasa Inggris sangat penting karena dengan menguasai bahasa Inggris mereka bisa lebih mudah berinteraksi dengan penutur asli bahasa Inggris. Selain itu, 95,7% menyatakan mereka bisa berinteraksi dengan orang- orang dari berbagai negara dengan berbagai kebudayaan, dan menjadi lebih memahami kebudayaankebudayaan yang beraneka ragam. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris undiksha memiliki orientasi integrative yang sangat tinggi terhadap pembelajaran bahasa Inggris dan penutur asli bahasa Inggris. Jurnal Pendidikan Indonesia | 708 ISSN: 2303-288X Vol. 5, No.1, April 2016 Tabel 7 : Frekuensi Butir-Butir Kuesioner Domain 7 Domain 7 : Keinginan untuk Belajar Bahasa Inggris Item Tidak Setuju (%) Setuju (%) 9 2 2,9 68 97,1 17 65 92,9 5 7,1 29 5 7,1 65 92,9 37 51 72,9 19 27,1 51 2 2,9 68 97,1 61 55 78,6 15 21,4 73 2 2,9 68 97,1 81 59 84,3 11 15,7 92 4 5,7 66 94,3 99 55 78,6 15 21,4 Total 300 (42,86%) 400 (57,14%) X2 14,29 P 0,000 Tabel 7 menunjukkan bahwa mahasiswa memiliki keinginan yang sangat tinggi dalam belajar bahasa Inggris. Ada 97,1% mahasiswa memiliki keinginan yang sangat kuat untuk mengetahui segala hal tentang bahasa Inggris dan ingin mempelajarinya sebanyak mungkin sehingga mereka bisa berkomunikasi dengan bahasa Inggris secara natural (97,1%) dan lancar (94,3%). Sebanyak 92,9% menyatakan ingin menghabiskan seluruh waktu mereka untuk belajar bahasa Inggris. Dapat disimpulkan bahwa mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Undiksha memiliki keinginan yang sangat tinggi dalam mempelajari bahasa Inggris. Tabel 8. Frekuensi Butir-Butir Kuesioner Domain 8 Domain 8 : OrientasiInstrumental Item Tidak Setuju (%) Setuju (%) 15 2 2,9 68 97,1 35 2 2,9 68 97,1 59 7 10,0 63 90,0 79 11 15,7 59 84,3 Total 22 (7,86%) 258 (92,14%) X2 198,914 P 0,000 Tabel 8 menunjukkan bahwa mahasiswa memiliki orientasi instrumental yang sangat tinggi dalam belajar bahasa Inggris. Sejumlah 97,1% mahasiswa menyatakan mereka belajar bahasa Inggris agar mereka lebih terdidik sehingga nantinya akan berguna bagi karir mereka kelak. Mereka (90%) juga berpendapat menguasai bahasa Inggris akan memudahkan mereka mendapatkan pekerjaan yang bagus dan akan dihormati di masyarakat (84,3%). Dapat ditarik kesimpulan bahwa selain orientasi integratif, mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Undiksha juga memiliki orientasi instrumental yang sangat tinggi dalam belajar bahasa Inggris. Berdasarkan hasil penelitan, mahasiswa tahun pertama Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Undiksha pada tahun ajaran 2014/2015 memiliki motivasi yang tinggi untuk mengetahui lebih banyak tentang bahasa Inggris dan mempelajari bahasa Inggris. Mereka termotivasi secara internal, yaitu memiliki keinginan yang kuat untuk belajar bahasa Inggris, dan secara Jurnal Pendidikan Indonesia | 709 ISSN: 2303-288X eksternal, yaitu mendapat dukungan dari orang tua. Mahasiswa juga memiliki orientasi integratif karena memang menyukai bahasa Inggris, dan orientasi instrumental, yaitu untuk karir mereka kedepan dan penghargaan dari masyarakat.Selain itu, mahasiswa juga memiliki sikap yang sangat positif terhadap bahasa Inggris dan penutur asli bahasa tersebut. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian serupa yang dlaksanakan di Iran (Chalak & Kassaian, 2010) dan Indonesia, tepatnya di Bekasi (Yusuf, 2011), yaitu mahasiswa yang mempelajari bahasa Inggris sebagai bahasa asing memiliki orientasi instrumental dan integratif serta sikap yang sangat posiif terhadap pembelajaran bahasa Inggris. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan di Yordania (Tahaineh & Daana, 2013) dan Bangladesh (Rahman, 2005), dimana mahasiswa mempelajari bahasa Inggris dengan orientasi instrumental saja. Berbeda pula dengan penelitian di Libia (Abidin, 2012) yaitu mahasiswa di Libia memiliki sikap yang negatif terhadap pembelajaran bahasa Inggris. Hasil penelitian ini dapat kiranya menjadi pertimbangan untuk meningkatkan pembelajaran di kelas, adaptasi kurikulum, atau pertimbangan dalam membuat kebijakan di Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Undiksha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa memiliki motivasi yang tinggi dan sikap yang positif terhadap bahasa Inggris. Maka dari itu, para dosen dapat merancang dan menyelenggarakan pembelajaran yang sesuai agar mahasiswa dapat tetapmenjaga motivasi dan sikapnya terhadap pembelajaran sehingga nantinya menghasilkan lulusan yang berkualitas. Hal ini senada dengan implikasi mikro yang disampaikan oleh Chalak dan Kassaian (2010). Dalam hal ketertarikan terhadap bahasa asing, mahasiswa sangat tertarik terhadap bahasa asing dan menganggap bahasa Inggris sangat penting dan menyenangkan. Hal ini dapat dimanfaatkan oleh dosen untuk Vol. 5, No.1, April 2016 meningkatkan keterampilan dasar mereka. Untuk keterampilan membaca, dosen dapat memberikan materi yang otentik dan menarik, seperti majalah,koran, iklan, ataupun resep dalam bahasa Inggris dengan materi yang sesuai dengan level mahasiswa. Untuk membantu mahasiswa meningkatkan keterampilan mendengarkan, dosen bisa memberikan materi seperti lagu-lagu bahasa Inggris, siaran berita, program TV, atau film berbahasa Inggris dengan atau tanpa teks. Selain itu, dosen juga bisa memberikan materi formal seperti pidato politik atau pidato kenegaraan, dan materi informal seperti gossip, dialog, kartun, dll. Pemberian materi yang otentik memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengetahui dan menggunakan bahasa yang dipakai oleh penutur asli di situasi nyata (Kilickaya, 2004) sehingga mahasiswa dapat meningkatkan keterampilannya sekaligus menambah pembendaharaan kosa kata yang mereka miliki, serta mempelajari budaya bahasa target. Selain itu, materi otentik juga dapat meningkatkan motivasi siswa (Al-Azri & Al-Rashdi, 2014) dansikap positif mereka terhadap pembelajaran (Sabet & Mahsefat, 2012 dan Husein, 2014). Mahasiswa menyatakan suka berinteraksi dengan penutur asli bahasa Inggris. Untuk itu, dalam mata kuliah Speaking, dosen bisa memberikan projek dengan menginstruksikan mahasiswa untuk berkomunikasi aktif dengan penutur asli, baik secara langsung maupun melalui chat online. Hal ini memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mempraktekkan bahasa Inggrismereka dengan penutur asli bahasa Inggris (Mynard, 2002). Mahasiswa harus bisa menangkap apa yang dikatakan, mengungkapkan, menjelaskan atau bertanya sesuatu dengan bahasa Inggris, mengatur kontak mata dan gerak tubuh agar natural, serta menjaga agar percakapan mereka menarik dan bermakna. Salah satu contohnya adalah mewawancarai wisatawan asing yang sedang berlibur di Bali. Pertanyaan- Jurnal Pendidikan Indonesia | 710 ISSN: 2303-288X pertanyaan yang diberikan dalam wawancara disesuaikan dengan cakupan materi dalam silabus, misalnya, pengenalan diri, meminta ijin untuk melakukan wawancara, menanyakan respon wisatawan tentang Bali dan kebudayaannya, perbedaan dan persamaan antara Bali dan negara asalnya, dan lain sebagainya. Selain mengajukan pertanyaan, mahasiswa juga dapat memberikan penjelasan kepada wisatawan, misalnya tempattempat wisata yang belum pernah dikunjungi oleh wisatawan tersebut, menjelaskan budaya bali, kehidupan sehari-hari masyarakat Bali, dan sebagainya. Wawancara tersebut direkam dan hasilnya dipresentasikan di depan kelas. Keterampilan yang terakhir adalah menulis. Dosen bisa memanfaatkan blog dan diskusi online dalam mata kuliah Writing. Pemanfaatan blog dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menulis dan juga mempengaruhi sikap mereka terhadap proses menulis (Lin, Li dkk., 2014, Incecay & Genc, 2014). Setelah melakukan proses penulisan dan revisi, tulisan-tulisan mahasiswa diunggah ke blog mereka masing-masing. Karena tulisan mereka diunggah dan bisa dibaca oleh siapapun di dunia maya, mahasiswa akan berusaha membuat tulisan yang baik. Sejalan dengan itu, diskusi online dapat memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk berpartisipasi aktif dalam diskusi dimanapun dan kapanpun. Mahasiswa termotivasi dan berpartisipasi aktif dalam diskusi online (Nielsen, 2013) dan dapat melakukannya dikampus, dirumah, dan kapanpun mereka inginkan (Adnyani, 2015). Selain itu diskusi online juga memberikan kesempatan bagi mahasiswa menjadi tutor mahasiswa lain (Al-Shaer, 2013). Mahasiswa dapat mengepos tulisan mereka di grup facebook atau Schoology, sebuah platform seperti Facebook namun penggunaannya lebih pada kegiatan akademik (Tarik & Karim, 2012), dan dapat memberi komentar ataupun diberi komentar oleh oleh mahasiswa lain. Vol. 5, No.1, April 2016 Komentar yang diberikan bisa berupa respon terhadap isi tulisan, bisa juga berupa masukan mengenai koreksi sesuai rubrik, yaitu isi, organisasi karangan, tata bahasa, kosa-kata, dan tata cara penulisan. Selain meningkatkan keterampilan berbahasa Inggris dalam pembelajaran, dosen juga bisa mengakomodasi mahasiswa sehingga mereka dapat mempraktekkan bahasa Inggris tidak hanya di kelas, tapi juga di luar kelas. Dosen bisa bekerjasama dengan HMJ untuk membentuk kelompok pecinta atau klub-klub, seperti klub membaca, klub debat bahasa Inggris, MC dan presenter, penulisan artikel, cerita, ataupun puisi bahasa Inggris dan diterbitkan pada majalah Jurusan yang dikelola oleh mahasiswa. Mahasiswa juga bias bergabung dengan atau membentuk sendiri komunitaskomunitas pendidikan. Dengan komunitas tersebut, mereka dapat menyelenggarakan pendidikan bahasa Inggris yang menyenangkan bagi anakanak di desa-desa, seperti bercerita bahasa Inggris atau bermain peran. Mahasiswa bisa melatih keterampilannya berbahasa Inggris, membantu masyarakat, sekaligus belajar berorganisasi dan mengembangkan soft skill. Tidak hanya mahasiswa yang tertarik terhadap bahasa Inggris, orang tua mahasiswa pun memiliki ketertarikan yang sangat tinggi terhadap bahasa Inggris dan pembelajaran yang dialami anaknya. Hal ini senada dengan apa yang dinyatakan oleh (Higgins & Morley, 2014) bahwa mereka memberi pengaruh yang sangat kuat dan memberi motivasi anak-anaknya untuk belajar dan mempraktekkan apa yang dipelajari, dalam hal ini bahasa Inggris. Pelibatan orang tua dalam proses pembelajaran belum pernah dilakukan di Jurusan Pendidikan bahasa Inggris Undiksha dan ini menjadi masukan yang sangat penting. Antusias orang tua mendukung dan memotivasi anaknya dalam belajar bahasa Inggris dapat diakomodasi dengan melibatkan mereka di Schoology, dimana mahasiswa, Jurnal Pendidikan Indonesia | 711 ISSN: 2303-288X dosen, dan orang tua berperan dalam pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, mahasiswa merasa terbantu dengan masukan, komentar, dan koreksi dari dosen dan mahasiswa lain. Koreksi dari mahasiswa lain dirasa penting, namun mahasiswa tetap mengharapkan masukan dari dosen.Untuk itu dosen diharapkan membimbing mahasiswa secara kesinambungan dengan memberikan masukan, komentar, maupun koreksi baik secara langsung maupun tidak langsung.Dosen juga bisa memberikan koreksi langsung dalam bentuk video (Myartawan & Adnyani, 2014) yang memungkinkan mahasiswa mempelajari masukan dan koreksi yang diberikan dosen berulang-ulang, dimanapun dan kapanpun, tanpa harus bertemu langsung dengan dosen (Adnyani, 2014) PENUTUP Kesimpulan yang dapat ditarik pada penelitian ini adalah mahasiswa tahun pertama Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Undiksha memiliki motivasi instrinsik dan ekstrinsik, orientasi motivasi integratif dan instrumental, dan sikap yang sangat tinggi terhadap bahasa Inggris dan pembelajaran bahasa Inggris. Para dosen diharapkan dapat menyelenggarakan pembelajaran yang menarik di dalam kelas dan mengakomodasi mahasiswa dengan kegiatan-kegiatan di luar kelas. Dosen juga bisa melibatkan orang tua dalam pembelajaran. DAFTAR PUSTAKA Abidin, M. J. (2012). EFL Students' Attitudes towards Learning English Language: The Case of Libyan Secondary School Students. Asian Social Science 8(2) , 119-134. Adnyani, L. D. (2015). Blended Learning through Schoology in Writing Class: Students' Attitude. The 62nd Teflin International Conference 2015 (hal. 598-604). Bali: Udayana University Press. Adnyani, L. D. (2014). Persepsi Mahasiswa terhadap Feedback Langsung berbentuk Video. Vol. 5, No.1, April 2016 Seminar Nasional Riset Inovatif II, 425-431. Bali. Al Azri, R., & Al-Rashdi, M. H. (2014). The Effect of Using Authentic Materials in Teaching. International Journal of Scientific & Technology Research, 3(10) , 249254. Al-Shaer, I. (2013). Effects of a Blended Learning Module on EFL Students’ Attitudes in an Introductory Reading Course in Al-Quds Open University Setting. International Journal of Language Learning and Applied Linguistics World, 3(4) , 224-242. Chalak, A., & Kassaian, Z. (2010). Motivation and Attitudes of Iranian Undergraduate EFL Students towards Learning English. GEMA OnlineTM Journal of Language Studies 10(2) , 37-56. Dornyei, Z. (1994). Motivation and Motivating in the Foreign Language Classroom. Modern Language Journal, 78(3) , 273284. Gardner, R. C. (1972). Attitudes and Motivation in Second-Language Learning. Rowley, Massachusets: Newbury House Publisher. Gardner, R. C. (1985). Social Psychology and Language Learning: the Role of Attitudes and Motivation. London: Edward Arnold. Higgins, D., & Morley, S. (2014). Closing the Gap: Engaging Indigenous Parents in Their Children's Education. Australia: Australian Institute of Health and Welfare 2014. Husein, F. R. ( 2014). Investigating EFL College Teachers’ and Learners’ Attitudes toward Using Authentic Reading Materials in Misan. Procedia-Social and behavioral Sciences, 136 , 330-343. Incecay, G. &. Gence E. (2014). University Level EFL Students’ Self Blogging to Enhance Writing Efficacy. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 116, 26402644. Jurnal Pendidikan Indonesia | 712 ISSN: 2303-288X Kilickaya, F. (2004). Authentic Materials and Cultural Content in EFL Classroom. . The Internet TESL Journal. 10(7). Kridalaksana, H. (1993). Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia . Lin, M. H., Li, J. J., Hung, P., & Huang, H. (2014). Blogging a Journal: Changing Students’ Writing Skills and Perceptions. ELTJournal, 68(4) , 422-431. Myartawan, I. P., & Adnyani, L. D. (2014). Integrating Video in the Corrective Feedback Practice: Voices from Indonesia. The 61st TEFLIN International Conference, 951-954. Solo. Mynard, J. (2002). Making Chat Activities with Native Speakers Meaningful for EFL Learners. The InternetTESL Journal, 8(3) . Nielsen, B. ( 2013). Students’ Perceptions and Learning Outcomes of Online writing Using Discussion Boards. The Jalt Call Journal, 9(2), 131-147. Rahman, S. (2005). Orientations and Motivation in English Language Learning: a Study of Bangladeshhi Students at Undergraduate Level. Asian EFL Journal 7(1) , 29-55. Sabet, M. K., & Mahsefat, H. (2012). The Impact of Authentic Listening Materials on ElementaryEFL Learners’ Listening skills. International Journal of Applied Linguistics & English Literature, 1 (4), 216-229. Sardiman, A. ( 2001). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo. Sardiman, A. (1988). Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar Pedoman bagi Guru dan Calon Guru. Jakarta: Rajawali Pers. Tahaineh, Y., & Daana, H. (2013). Jordanian Undergraduates' Motivations and Attitudes towards learning English in EFL Context. International Review of Social Sciences and Humanities 4(2) , 159-180. Vol. 5, No.1, April 2016 Tarik, M., & Karim, A. (2012). The Use of Web 2.0 Innovation on Education and Training. Scientific & Academic Journal, 2(5) , 183187. Ushioda, E. (2014). Motivation in the 21th Century EFL Classroom: Language Learning and Professional Challenges. IATEFL CHILE XIII International Conference. Santiago. Winkel, W. (1983). Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia. Yusuf, H. (2011). Motivasi dalam Pembelajaran Bahasa Inggris: Studi Kasus pada Mahasiswa Sastra Inggris UNISMA. Jurnal Universitas Islam 45 Bekasi 2(2). Jurnal Pendidikan Indonesia | 713