BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-undang no. 18 tahun 2014 bahwa Ketahanan Pangan adalah Kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan untuk dapat sehat, aktif, produktif secara berkelanjutan. Sasaran umum pembangunan jangka menengah daerah adalah terwujudnya kualitas sumber daya manusia yang maju dan sejahtera.Untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, yang hidup dalam suasana masyarakat yang tentram dan sejahtera, perlu ditunjang oleh ketersediaan pangan yang cukup. Arah pembangunan ketahanan pangan adalah untuk mewujudkan kemandirian pangan yang mampu menjamin ketersediaan pangan di tingkat nasional, daerah hingga rumah tangga, serta menjamin kondisi pangan yang cukup, aman, bermutu, dan bergizi seimbang di tingkat rumah tangga sepanjang waktu, melalui pemanfaatan sumberdaya dan budidaya local, tehnologi inovatif dan peluang pasar, peningkatan ekonomi kerakyatan dan pengentasan kemiskinan. Pernyataan tersebut mengandung makna bahwa orientasi pembangunan ketahanan pangan adalah pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi penduduk, baik dari sisi ketersediaan maupun konsumsi pangan berdasarkan sumberdaya lokal dan sosial ekonomi budaya masyarakat. Oleh karena terpenuhinya pangan menjadi hak asasi bagi masyarakat, melalui Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kebupaten/Kota dalam Pasal 7 huruf m dan Pasal 8, Neraca Bahan Makanan Kabupaten Blitar 1 urusan Ketahanan Pangan merupakan urusan wajib berkaitan dengan pelayanan dasar dalam pemenuhan kebutuhan hidup minimal. Ketersediaan pangan dapat diamati pada berbagai tingkatan yang secara herarkhis mencakup rumahtangga, regional,dan nasional. Berbagai level ketersediaan pangan tersebut merupakan prasyarat terwujudnya konsumsi pangan yang cukup dan berkualitas. Namun demikian penyediaan pangan yang sesuai dengan kebutuhan gizi penduduk baik jumlah maupun mutunya, merupakan upaya yang harus dilaksanakan dalam rangka mewujudkan program peningkatan ketahanan pangan. Salah satu cara / instrumen untuk memperoleh gambaran situasi ketersediaan pangan disuatu wilayah pada periode tertentu dapat dituangkan dalam NBM (Neraca Bahan Makanan) atau FBS (Food Balance Sheet). Situasi ketersediaan pangan wilayah antara lain tercermin dari jumlah ketersediaan pangan, yang digambarkan dari tingkat ketersediaan pangan maupun mutu keanekaragaman ketersediaan pangan yang ditunjukkan oleh skor PPH (Pola Pangan Harapan). Situasi ketersediaan pangan tersebut dapat digunakan sebagai salah satu acuan dalam perencanaan kebijakan penyediaan kebutuhan pangan dan gizi penduduk menuju kemandirian dan kestabilan pangan. Dalam menyusun perencanaan pangan dan gizi baik di tingkat pusat, regional maupun daerah diperlukan informasi yang akurat tentang situasi ketersediaan, distribusi dan konsumsi pada periode waktu tertentu. Informasi yang tepat dan terkini dan didukung dengan data yang akurat akan menghasilkan suatu analisis yang obyektif sebagai sarana untuk memahami permasalahan tentang pangan di suatu wilayah. Selanjutnya, berdasarkan pemahaman tersebut para pengambil kebijakan dapat menyusun perencanaan dan merumuskan kebijakan pangan di daerah secara tepat untuk mewujudkan ketahanan pangan yang tangguh. Dengan menggunakan Tabel Neraca Bahan Makanan (NBM) dapat diperoleh informasi tentang situasi penyediaan pangan, penggunaan pangan dalam negeri dan ketersediaan untuk dikonsumsi penduduk. Penyusunan NBM ini mengacu pada metode yang disusun oleh FAO dan beberapa pertimbangan sesuai dengan perkembangan ketersediaan data di Kabupaten Blitar. Neraca Bahan Makanan Kabupaten Blitar 2 Penyusunan NBM Kabupaten Blitar pada tahun 2015 ini, mengacu pada Pedoman Umum Neraca Bahan Makanan Pusat yang telah dilakukan beberapa penyempurnaan khususnya pada penggunaan konversi dalam NBM dengan menggunakan kajian-kajian / survey serta pendekatan Tabel Input-Ouput (Tabel I-O). Disamping itu, juga beberapa konversi mengalami perubahan seperti, konversi pakan, bibit dan tercecer. Pengadaan pangan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh penduduk dan sesuai dengan persyaratan gizi, merupakan masalah terbesar sepanjang sejarah kehidupan manusia.Untuk menjawab masalah ini diperlukan informasi mengenai situasi pangan disuatu negara/daerah pada periode tertentu. Hal ini dapat terlihat dari gambaran produksi, pengadaan dan penggunaan pangan serta tingkat ketersediaan untuk konsumsi penduduk per kapita. Salah satu cara untuk memperoleh gambaran situasi pangan dapat disajikan dalam suatu neraca atau tabel yang dikenal dengan nama “Neraca Bahan Makanan”. Di dalam Neraca Bahan Makanan (NBM) disajikan angka rata-rata jumlah jenis Bahan Makanan yang tersedia untuk dikonsumsi penduduk per kapita pertahun dalam kilogram serta per kapita per hari dalam satuan gram, pada kurun waktu tertentu. Selanjutnya untuk mengetahui nilai gizi Bahan Makanan yang tersedia untuk dikonsumsi tersebut, maka angka ketersediaan pangan untuk konsumsi per kapita per hari diterjemahkan ke dalam satuan energi, protein, dan lemak per kapita per hari. Pemenuhan penyediaan bahan pangan merupakan faktor penting dalam memenuhi kebutuhan gizi, terutama untuk peningkatan gizi masyarakat. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG X) Tahun 2015, angka kecukupan rata-rata energi dan protein untuk penduduk Indonesia masing- masing sebesar 2.400 kalori dan 63 gram protein per kapita per hari, Data/informasi situasi ketersediaan pangan yang disajikan dalam Tabel NBM, mencakup sumber-sumber pasokan dan penggunaan pangan dimana selisihnya merupakan ketersedian pangan untuk dikonsumsi penduduk. Neraca Bahan Makanan Kabupaten Blitar 3 Dalam rangka mewujudkan Ketahanan Pangan, pemenuhan kebutuhan pangan harus senantiasa tersedia cukup setiap waktu,aman, bermutu, bergizi, dan beragam dengan harga yang terjangkau oleh daya beli masyarakat. Hal ini menuntut peran pemerintah dan masyarakat semakin ditingkatkan dari waktu ke waktu yang keduanya bertanggung jawab untuk mewujudkan ketahanan pangan sampai tingkat rumah tangga. Sejalan dengan nafas otonomi daerah dalam pembangunan pangan, pemerintah daerah khususnya instansi yang mempunyai peran dalam perencanaan, pelaksanaan dan penilaian situasi pembangunan pangan mempunyai peran strategis dalam perencanaan dan penilaian penyediaan dan produksi pangan, termasuk komponen cadangan pangan dalam rangka memantapkan ketahanan pangan di daerah. Terwujudnya Ketahanan Pangan merupakan hasil interaksi dari semua subsistem atau komponen ketersediaan pangan, disitribusi pangan dan konsumsi pangan.Subsistem ketersediaan antara eksport dan import.Ketersediaan Pangan harus dikelola sedemikian rupa, sehingga dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, serta stabilnya penyediaannya dari waktu ke waktu.Subsistem distribusi pangan mencakup aspek aksesbilitas secara fisik dan ekonomi atas pangan secara merata. Hal ini bukan hanya berarti pangan tersedia disemua lokasi yang membutuhkan, tetapi juga menyangkut keterjangkauan dari segi ekonomi yang dicerminkan oleh harga dan daya beli masyarakat. Subsistem konsumsi mencakup upaya peningkatan masyarakat agar mempunyai pemahaman atas pangan, gizi dan kesehatan yang baik sehingga dapat mengelola konsumsinya secara optimal.Konsumsi pangan hendaknya memperhatikan kebutuhan pangan/ gizi bagi setiap individu. Dalam subsistem konsumsi terdapat aspek penting lain yaitu aspek diversifikasi pangan. Aspek ini merupakan suatu cara untuk memperoleh keragaman konsumsi zat gizi, sekaligus melepaskan ketergantungan msyarakat atas satu jenis pangan pokok tertentu yaitu beras. Neraca Bahan Makanan Kabupaten Blitar 4 Untuk mengukur keberhasilan pemabangunan penyediaan dan konsumsi pangan penduduk diperlukan suatu parameter.Jumlah, keragaman dan mutugizi pangan secara sederhana dapat diamati dari suatu susunan atau pola ketersediaan dan konsumsi pangan.Oleh karena itu parameter yang dapat dipakai untuk menilai tingkat ketersediaan dan konsumsi pangan adalah Neraca Bahan Makan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH). NBMmenyajikan gambaran menyeluruh tentang penyediaan dan penggunaan pangan disuatu wilayah dalam periode tertentu.Pola Pangan Harapan (PPH) atau Disable Dietary Pattern adalah susunan beragam pangan yang berdasarkan pada sumbangan energy dari kelompok pangan utama (baik secara absolute maupun relative) dari suatu pola ketersediaan maupun konsumsi pangan. Tabel NBM disusun dala periode tahunan untuk menyajikan informasi ketersediaan bahan makanan disuatu wilayah.Dengan mencermati table NBM dari tahun ke tahun dapat diketahui adanya perubahan jenis bahan makanan yang dikonsumsi penduduk dan perubahan ketersediaan bahan maknanan secara keseluruhan, tingkat kecukupannya menurut jenis gizi.NBM juga berguna untuk meneliti dan meramalkan situasi pangan suatu wilayah dengan dasar analisis informasi pangan yang disajikan oleh masing-masing wilayah. Sebagai alat estimasi secara agragasi, NBM berguna untuk mengestimasi deficit atau surplusnya ketersediaan suatu bahan makanan disuatu wilayah. NBM juga berguna untuk membangun proyeksi ke depan tentang kebutuhan penyediaan pangan atau permintaan pangan disesuaikan dengan target produksi pertanian dan perdagangan. Untuk mengevaluasi kebijakan pangan dan gizi, ketersediaan pangan dapat dikaitkan dengan kasus kelaparan dan kekurangan gizi.NBM juga dapat berguna untuk memberikan informasi bagi pembuat kebijakan dan pengambilan keputusan untuk mengetahui kondisi ketahanan pangan disuatu wilayah. Disamping itu, dengan menghitung rasio antara banyaknya bahan makanan yang diimpor terhadap ketersediaan bahan makanan dapat diketahui tingkat ketergantungan disuatu wilayah terhadap impor. Sementara rasio Neraca Bahan Makanan Kabupaten Blitar 5 antara banyaknya bahan makanan yang digunakan sebagai pakan terhadap total produksi dapat menunjukkan tingkat ketergantungan pangan terhadap sumber bahan makanan. Data ketersediaan pangan perkapita merupakan unsur penting untuk proyeksi permintaan pangan bersama unsur lainnya seperti koefisien elastisitas pendapatan, proyeksi konsumsi, proyeksi pengeluaran dan proyeksi penduduk. NBM dapat memperkirakan konsumsi pangan secara keseluruhan berdasarkan prespektif ketersediaan bahan makanan, namun NBM tidak dapat menggambarkan situasi ketersediaan pangan pada kondisi musim tertentu. Oleh sebab itu, untuk melengkapi informasi yang dapat disajikan table NBM, maka perlu survey konsumsi yang disajikan dengan Pola Pangan Harapan (PPH) Dengan pendekatan PPH dapat menilai suatu mutu pangan penduduk berdasarkan skor pangan (dietary skor).Semakin tinggi skor mutu pangan menunjukkan situasi pangan yang semakin beragam dan semakin baik komposisi dan mutu gizinya. Tujuan PPH adalah untuk mengahsilkan suatu komposisi norma atau standart pangan untuk memenuhi kebutuhan gizi penduduk sekaligus juga mempertimbangkan keseimbangan gizi (nutritional balance) yang didukung oelh cita rasa (palatability), daya cerna (digestability), daya terima masyarakat(acceptability), kuantitas dan kemampuan daya beli. Kegunaan PPH adalah instrument sederhana untuk menilai situasi ketersediaan dan konsumsi pangan berupa jumlah dan komposisi pangan menurut jenis pangan secara agregat.Disamping itu juga berguna sebagai basis untuk perhitungan skor PPH yang digunakan sebagi indicator mutu gizi pangan dan keragaman konsumsi pangan baik pada tingkat ketersediaan maupun konsumsi.Selain itu digunakan untuk perencanaan konsumsi dan ketersediaan pangan. Dengan metode PPH ini dapat dinilai mutu pangan berdasarkan skor pangan. Skor pangan ini diperoleh dari hasil perkalian antara tingkat kontribusi energy kelompok pangan didasarkan pada konsentrasi kalori, kepadatan kalori, Neraca Bahan Makanan Kabupaten Blitar 6 zat gizi esensial, zat gizi mikro, kandungan serat, volume pangan dan tingkat kelezatannya. 1.2 Tujuan Tujuan umum kegiatan ini adalah sebagai berikut yaitu : 1. Untuk mengetahui gambaran pengadaan (produksi, impor, stock) dan penggunaan serta ketersediaan pangan untuk konsumsi penduduk di suatu wilayah tertentu, baik untuk evaluasi maupun landasan perencanaan pangan ; 2. untuk mengetahui gambaran penyediaan berbagai jenis bahan makanan ; 3. untuk mengetahui gambaran penggunaan berbagai jenis bahan makanan ; 4. untuk mengetahui gambaran ketersediaan energy, protein dan lemak per kapita berbagai jenis bahan makanan ; 5. Untuk menghasilkan suatu komposisi norma (standart) pangan untuk memenuhi kebutuhan gizi penduduk ; 6. Untuk mengetahui perkembangan penyusunan NBM ; 7. Untuk mengetahui komponen utama dalam tabel NBM ; 8. Untuk mengetahui tingkat keragaman pangan Pola Pangan Harapan (PPH) ketersediaan pangan untuk menghasilkan suatu komposisi (standart) pangan dalam rangka memenuhi kebutuhan gizi, sekaligus mempertimbangkan keseimbangan gizi penduduk ; 9. Untuk menghasilkan suatu komposisi norma (standar) pangan untuk memenuhi kebutuhan gizi penduduk, yang mempertimbangkan keseimbangan gizi (nutrition balance) berdasarkan cita rasa (palatability), daya cerna (digestibility), daya terima masyarakat (acceptability), kuantitas dan kemampuan daya beli (affordability) Neraca Bahan Makanan Kabupaten Blitar 7 1.3 Manfaat Dari Penyusunan Laporan Neraca Bahan Makanan (NBM) ini mempunyai beberapa manfaat, diantaranya adalah : 1. Tabel NBM ini dapat digunakan untuk mengevaluasi pengadaan, penggunaan pangan, komposisi atau pola ketersediaan energi dan zat gizi lainnya seperti protein, lemak. 2. Mengevaluasi pengadaan, penggunaan pangan,komposisi atau pola ketersediaan energi atau zat gizi lainnya ; 3. Sebagai bahan acuan dalam penetapan dan pemantapan kebijakan pangan dan gizi 4. Bahan acuan dalam perencanaan produksi / pengadaan pangan ; 5. Untuk menilai ketersediaan pangan ; 6. Dapat digunakan sebagai data untuk menganalisis tingkat ketergantungan Kabupaten Blitar dengan daerah lain, baik di tingkat pengadaan pangan maupun di tingkat ketersediaan dengan aneka ragam kebutuhan pangan yang dikonsumsi oleh penduduk di suatu daerah. 7. Tersedianya NBM merupakan salah satu pendekatan secara indikatif tentang ketersediaan untuk konsumsi kalori, protein dan lemak. 1.4 Kegunaan Tabel NBM dapat digunakan untuk : 1. Melakukan evaluasi terhadap pengadaan dan penggunaan pangan 2. Memberikan informasi tentang produksi, pengadaan serta semua perubahan- perubahan yang terjadi, 3. Alat perencanaan di bidang produksi atau pengadaan pangan dan gizi, 4. Merumuskan kebijakan pangan dan Gizi. 5. Menilai Ketersediaan dan konsumsi pangan (jumlah dan komposisi / keragaman) dengan cara : membandingkan skor PPH ketersediaan pangan aktual dengan skor yang diharapkan, membandingkan kontribusi ketersediaan energy (% AKG) aktual dengan komposisi energy harapan. 6. Sebagai alat perencanaan ketersediaan serta komposisi pangan. Neraca Bahan Makanan Kabupaten Blitar 8 BAB II METODOLOGI 2.1 Komponen NBM Neraca Bahan Makanan (NBM) merupakan penyajian data dalam bentuk table yang mampu menggambarkan situasi dan kondisi ketersediaan pangan untuk konsumsi penduduk disuatu wilayah tetrtentu. NBM menyajikan angka rata-rata jumlah pangan yang tersedia di tingkat pedagang eceran atau rumah tangga konsumen untuk konsumsi penduduk per kapita. (kg/kap/thn atau gr/kap/hari atau zat gizi tertentu / kap/ hari) Tabel NBM terdiri atas 19 kolom yang terbagi menjadi 3 kelompok penyajian yaitu pengadaan / penyediaan, penggunaan / pemakaian, ketersediaan perkapita. Komponen penyediaan/pengadaan dan penggunaan pangan, meliputi: a. Jenis Bahan Makanan Adalah bahan makanan yang terdiri dari jenis bahan makanan utama (asal) dan produk turunan yang tersedia untuk dikonsumsi penduduk. b. Produksi Produksi adalah jumlah keseluruhan hasil masing – masing bahan makanan yang dihasilkan dari sektor pertanian (Tanaman Pangan, Holtikultura, Peternakan, Perikanan, dan perkebunan), baik yang belum mengalami proses pengolahan maupun yang sudah mengalami proses pengolahan. Produksi dibedakan menjadi 2 kategori sebagai berikut: a) Masukan (Input) Masukan adalah produksi masih dalam bentuk asli maupun dalam bentuk hasil olahan yang akan mengalami proses pengolahan lebih lanjut. Neraca Bahan Makanan Kabupaten Blitar 9 b) Keluaran (Output) Keluaran adalah produksi hasil keseluruhan atau sebagai hasil turunan yang diperoleh dari kegiatan berproduksi, atau hasil utama yang langsung diperoleh dari kegiatan berproduksi yang belum mengalami perubahan. Besarnya output sebagai hasil dari input sangat tergantung pada besarnya derajat ekstraksi dan faktor konversi. c. Stok dan Perubahan Stok Stok adalah sejumlah bahan makanan yang disimpan/dikuasai oleh pemerintah atau swasta, seperti yang ada di pabrik, gudang, depo, lumbung petani/rumah tangga, dan pasar/pedagang, yang dimaksudkan sebagai cadangan dan akan digunakan apabila sewaktu – waktu diperlukan. Data stok yang digunakan adalah data stok awal dan akhir tahun. Perubahan stok adalah selisih antara stok akhir tahun dengan stok awal tahun.Perubahan stok ini hasilnya bisa negatif (-) dan bisa positif (+). Negatif (-); berarti ada penurunan stok akibat pelepasan stok ke pasar. Dengan demikian komoditas yang beredar di pasar bertambah. Positif (+); berarti ada peningkatan stok yang berasal dari komoditas yang beredar di pasar. Dengan demikian komoditas yang beredar di pasar menjadi menurun. d. Impor Impor adalah sejumlah bahan makanan baik yang belum maupun yang sudah mengalami pengolahan, yang didatangkan/dimasukkan dari luar negeri ke dalam wilayah Republik Indonesia, dengan tujuan untuk diperdagangkan, diedarkan, atau disimpan. e. Penyediaan Dalam Negeri Sebelum Ekspor Penyediaan Dalam Negeri Sebelum Ekspor adalah sejumlah bahan makanan yang berasal dari produksi (keluaran) dikurangi perubahan stok ditambah impor. Neraca Bahan Makanan Kabupaten Blitar 10 f. Ekspor Ekspor adalah sejumlah bahan makanan baik yang belum maupun yang sudah mengalami pengolahan, yang dikeluarkan dari Kabupaten Untuk penghitungan g. Penyediaan Dalam Negeri Penyediaan Dalam Negeri adalah sejumlah bahan makanan yang berasal dari produksi (keluaran) dikurangi perubahan stok ditambah impor dikurangi ekspor. h. Pemakaian Dalam Negeri Pemakaian Dalam Negeri adalah sejumlah bahan makanan yang digunakan di dalam negeri/daerah untuk pakan, bibit/benih, diolah untuk industri makanan dan bukan makanan, yang tercecer, dan yang tersedia untuk dikonsumsi. a) Pakan Pakan adalah sejumlah bahan makanan yang langsung diberikan kepada ternak peliharaan baik ternak besar, ternak kecil, unggas, maupun ikan. b) Bibit/Benih Bibit adalah sejumlah bahan makanan yang digunakan untuk keperluan reproduksi. c) Diolah untuk Makanan Diolah untuk makanan adalah sejumlah bahan makanan yang masih mengalami proses pengolahan lebih lanjut melalui industri makanan dan hasilnya dimanfaatkan untuk makanan manusia dalam bentuk lain. d) Diolah untuk Bukan Makanan Diolah untuk bukan makanan adalah sejumlah bahan makanan yang masih mengalami proses pengolahan lebih lanjut dan dimanfaatkan untuk kebutuhan industri bukan untuk makanan manusia, termasuk untuk industri pakan ternak/ikan. Neraca Bahan Makanan Kabupaten Blitar 11 e) Tercecer Tercecer adalah sejumlah bahan makanan yang hilang atau rusak sehingga tidak dapat dimakan oleh manusia, yang terjadi secara tidak sengaja sejak bahan makanan tersebut diproduksi hingga tersedia untuk konsumen. f) Bahan Makanan Bahan makanan adalah sejumlah bahan makanan yang tersedia untuk dikonsumsi oleh penduduk suatu Negara atau daerah, pada tingkat pedagang pengecer dalam suatu kurun waktu tertentu. i. Ketersedian Per Kapita Ketersediaan per kapita adalah sejumlah bahan makanan yang tersedia untuk dikonsumsi setia penduduk suatu Negara/daerah dalam suatu kurun waktu tertentu, baik dalam bentuk natura maupun dalam bentuk unsur gizinya. Unsur gizi utama tersebut adalah sebagai berikut: a) Energi adalah sejumlah kalori hasil pembakaran karbohidrat yang berasal dari berbagai jenis bahan makanan. Energi ini sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk kegiatan tubuh seluruhnya. b) Protein adalah suatu persenyawaan yang mengandung unsur “N”, yang sangat dibutuhkan tubuh untuk pertumbuhan serta penggantian jaringan – jaringan yang rusak/aus. c) Lemak adalah salah satu unsur zat makanan yang dibutuhkan oleh tubuh sebagai tempat penyimpanan energi, protein, dan vitamin. d) Vitaminadalah salah satu unsur zat makanan yang diperlukan tubuh untuk proses metabolism dan pertumbuhan yang normal. e) Mineral adalah zat makanan yang diperlukan manusia agar memiliki kesehatan dan pertumbuhan yang baik. Catatan : Sampai saat ini, data yang disajikan baru mencakup ketersediaan per kapita untuk energi, protein, dan lemak. 2.2 Cakupan Bahan Makanan Jenis bahan makanan yang tercantum dalam NBM meliputi bahan makanan yang bersumber dari nabati maupun hewani dan lazim Neraca Bahan Makanan Kabupaten Blitar 12 dikonsumsi oleh penduduk. Bahan makanan tersebut dikelompokkan menjadi 11 kelompok menurut jenisnya, dan diikuti prosesnya mulai dari saat diproduksi sampai dengan dapat dipasarkan atau tersedia untuk dikonsumsi penduduk dalam bentuk awalnya (bentuk belum berubah) atau bentuk lain yang berbeda dengan bentuk awal setelah melewati proses pengolahan, yang biasanya disebut sebagai produk turunan. Kelompok bahan makanan tersebut seperti berikut ini : PENGELOMPOKAN BAHAN MAKANAN DALAM NBM (1) 1. Kelompok Bahan Makanan (2) Padi-Padian Jenis Bahan Makanan (3) Padi-padian terdiri atas bahan makanan seperti; gandum beserta produksi turunannya tepung gandum (tepung terigu), gabah (gabah kering giling) beserta produksi turunannya beras, jagung (pipilan), dan jagung basah. 2. Makanan berpati Makanan berpati adalah bahan makanan yang mengandung pati yang berasal dari akar/umbi dan lain-lain bagian tanaman yang merupakan bahan makanan pokok lainnya. Kelompok ini terdiri atas; ubi jalar, ubi kayu dengan produksi turunannya yaitu gaplek dan tapioka, tepung sagu yang merupakan produksi turunan dari sagu. 3. Gula Kelompok ini terdiri atas gula pasir dan gula merah (gula mangkok, gula aren, gula semut, gula siwalan, dan lain-lain), baik yang merupakan hasil olahan pabrik maupun rumah tangga. 4. Buah/biji berminyak Buah/biji berminyak adalah kelompok bahan makanan yang mengandung minyak yang berasal dari buah dan biji-bijian. Bahan makanan dalam kelompok ini adalah; kacang tanah berkulit beserta produksi turunannya kacang tanah lepas kulit, kedelai, kacang hijau, kelapa daging (produksi turunan dari kelapa berkulit, dan kopra (turunan dari kelapa daging). 5. Buah-buahan Kelompok ini terdiri atas; alpokat, jeruk, duku, durian, jambu, mangga, nanas, pepaya, pisang, No. Neraca Bahan Makanan Kabupaten Blitar 13 No. (1) 2.3 Kelompok Bahan Makanan (2) Jenis Bahan Makanan (3) rambutan, salak, sawo, dan lainnya. 6. Sayur-sayuran Kelompok ini terdiri atas; bawang merah, ketimun, kacang merah, kacang panjang, kentang, kubis, tomat, wortel, cabe, terong, petsai/sawi, bawang daun, kangkung, lobak, labu siam, buncis, bayam, bawang putih, dan lainnya. 7. Daging Kelompok ini terdiri atas; daging sapi, kerbau, daging kambing, daging domba, kuda/lainnya, daging babi, daging ayam daging ayam ras, daging itik, dan jeroan jenis. 8. Telur Mencakup telur ayam buras, telur ayam ras, telur itik, dan telur unggas lainnya. 9. Susu Terdiri atas susu sapi termasuk susu olahan impor yang disetarakan susu segar. 10. Ikan Ikan yang dimaksud adalah komoditas yang berupa binatang air dan biota perairan lainnya. Pada awalnya penyajian untuk kelompok ini hanya meliputi jenis ikan darat dan ikan laut. Namun sekarang berkembang menjadi 17 jenis ikan. 11. Minyak dan Lemak Minyak nabati : minyak kacang tanah, minyak goreng kelapa, minyak goreng sawit. Lemak hewani : lemak sapi, lemak kerbau, lemak kambing, lemak domba, lemak babi. daging daging buras, semua Cara Perhitungan a. Penyediaan (supply) suatu komoditas bahan makanan diperoleh dari jumlah produksi dikurangi dengan perubahan stok, ditambah dengan jumlah yang diimpor dan dikurangi dengan jumlah yang diekspor. Ini berarti, komponen-komponen penyediaan terdiri atas produksi, perubahan Neraca Bahan Makanan Kabupaten Blitar 14 stok, impor dan ekspor. Bentuk persamaan penyediaan adalah sebagai berikut : TS = O – Δ St + M – X dimana, TS : total penyediaan dalam negeri (total supply) O : produksi ΔSt : stok akhir – stok awal M : impor X : ekspor b.Pemakaian/Penggunaan (utilization), merupakan total penyediaan dalam negeri yang digunakan untuk pakan, bibit, industri makanan dan non makanan, tercecer, serta bahan makanan yang tersedia pada tingkat pedagang pengecer. Komponen-komponen tersebut merupakan komponen pemakaian (utilization). Total penggunaan suatu komoditas bahan makanan adalah sama dengan total penyediaannya; yang dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan sebagai berikut TG = F + S + I + W + Fd dimana, TG : total penggunaan F : pakan S : bibit I : industri W : tercecer Fd : ketersediaan bahan makanan Untuk mendapatkan tingkat ketersediaan bahan makanan (pangan) per kapita, dihitung dari ketersediaan masing-masing bahan makanan dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Informasi ketersediaan per kapita masing-masing bahan makanan ini disajikan dalam bentuk kuantum (volume) dan kandungan nilai gizinya dalam satuan kkal energi, gram protein, dan gram lemak. Neraca Bahan Makanan Kabupaten Blitar 15 2.4 Pengertian Pola Pangan Harapan (PPH) PPH merupakan komposisi kelompok pangan utama yang bila dikonsumsi dapat memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi lainnya Pola Pangan Harapan (PPH) juga merupakan susunan beragam pangan yang didasarkan atas proporsi keseimbangan energi dari 9 kelompok pangan dengan mempertimbangkan segi daya terima, ketersediaan pangan, ekonomi, budaya dan agama. Dalam perhitungan PPH menghasilkan suatu komposisi norma (standar) pangan untuk memenuhi kebutuhan gizi penduduk, yang mempertimbangkan keseimbangan gizi (nutrition balance) berdasarkan cita rasa (palatability), daya cerna (digestibility), daya terima masyarakat (acceptability), kuantitas dan kemampuan daya beli (affordability) Dalam pendekatan PPH apabila sumbangan energi dari 9 kelompok pangan terpenuhi, maka protein, vitamin, mineral akan terpenuhi artinya Sejumlah pangan yang tersusun secara seimbang akan mampu memenuhi zat gizi Dalam perhitungan PPH dikelompokkan menjadi 9 kelompok pangan dari 11 kelompok Bahan Makanan dalam Neraca Bahan Makanan (NBM). Pengelompokan tersebut adalah: No Kelompok Pangan Jenis Komoditas (Kelompok PPH) 1 Padi-padian Beras & olahannya, jagung & olahannya, gandum & olahannya 2 Umbi-umbian Ubi kayu & olahannya, ubi jalar, kentang, talas, sagu (termasuk makanan berpati) 3 Pangan hewani Daging & olahannya, ikan & olahannya, telur, susu & olahannya 4 Minyak & lemak Minyak kelapa, minyak sawit, margarin, lemak hewani 5 Buah/biji berminyak Kelapa, kemiri, kenari, cokelat Neraca Bahan Makanan Kabupaten Blitar 16 6 Kacang-kacangan Kacang tanah, kacang kedelai, kacang hijau, kacang merah, kacang polong, kacang mete, kacang tunggak, kacang lain, tahu, tempe, tauco, oncom, sari kedelai, kecap 7 Gula Gula pasir, gula merah, sirup, minuman jadi dalam botol/kaleng 8 Sayur & buah Sayur segar & olahannya, buah segar & olahannya, termasuk emping 9 Lain-lain Aneka bumbu & bahan minuman spt terasi, cengkeh, ketumbar, merica, pala, asam, bumbu masak, teh, kopi Dalam Penghitungan Pola Pangan Harapan (PPH) ini dapat digunakan untuk menilai ketersediaan dan konsumsi pangan ( jumlah dan komposisi / keragaman). Dalam penilaian ketersediaan dengan membandingkan skor PPH ketersediaan pangan actual dengan skor yang diharapkan dan membandingkan kontribusi ketersediaan energy (% AKG) aktual dengan komposisi energi harapan.Dalam perencanaan ketersediaan serta konsumsi pangan juga membutuhkan skor PPH terlebih dahulu. 2.5 Sumber Data Pokok dan Informasi Data Pokok Penyusunan NBM ini bersumber dari beberapa instansi, antara lain: 1. Data Produksi pada komoditi Padi, Ubi Jalar, Ubi Kayu, Sagu, Kacang Tanah, Kedelai, Kacang Hijau, Buah-Buahan, Sayur-Sayuran, bersumber dari Dinas Pertanian Kabupaten Blitar; 2. Data Produksi pada komoditi Daging, Telur, Susu bersumber dari Dinas Peternakan Kabupaten Blitar; Neraca Bahan Makanan Kabupaten Blitar 17 3. Data Produksi pada komoditi Ikan bersumber pada Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Blitar ; 4. Data Ekspor dan Impor bersumber dari Disperindag Kabupaten Blitar 5. Data penduduk pertengahan tahun bersumber dari angka proyeksi penduduk yang dihitung oleh BPS berdasarkan Sensus Penduduk; Data Pemakaian Dalam Negeri yang diolah untuk Makanan dan Bukan Makanan bersumber dari BPS ; 6. Data Perubahan Stock pada komoditi Padi bersumber dari Bulog ; 7. Data Produksi, Perubahan Stock pada komoditi Gula, Kelapa bersumber dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Blitar ; 2.6 Keterbatasan Data a. Bagi komoditas yang data produksinya tidak tersedia, perhitungan dimulai dari kolom 15 yaitu ketersediaan per kapita (kg/tahun). Kolom 15 ini diperoleh dengan menggunakan pendekatan data konsumsi hasil Susenas (modul konsumsi), dengan asumsi bahwa perbedaan antara angka kecukupan energi di tingkat konsumsi dengan angka kecukupan energi di tingkat ketersediaan sebesar 10% (Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi X tahun 2015). Oleh karena itu, pengisian kolom 15 menggunakan angka konsumsi ditambah 10%. b. Data impor dan ekspor bahan makanan belum semua komoditas memperhitungkan produk olahannya. c. Data bahan makanan yang diolah untuk industri non makanan hanya terbatas pada industri besar sedang. Neraca Bahan Makanan Kabupaten Blitar 18 BAB III DESKRIPSI UMUM KABUPATEN BLITAR Kabupaten Blitar merupakan salah satu daerah di Propinsi Jawa Timur yang secara geografis Kabupaten Blitar terletak pada 111 25’ – 112 20’ BT dan 7 57-8 9’51 LS berada di Barat daya Ibu Kota Propinsi Jawa Timur – Surabaya dengan jarak kurang lebih 160 Km. Adapun batas – batas wilayah adalah sebagai berikut : Sebelah Utara : Kabupaten Kediri dan Kabupaten Malang Sebelah Timur : Kabupaten Malang Sebelah Selatan : Samudra Indonesia Sebelah Barat : Kabupaten Tulungagung dan Kabupaten Kediri Untuk Peta Kabupaten Blitar dapat kita lihat dibawah ini : Gambar 1. : Peta Kabupaten Blitar Neraca Bahan Makanan Kabupaten Blitar 19 Kabupaten Blitar memiliki luas wilayah 1.588.79 KM dengan tata guna tanah terinci sebagai Sawah, Pekarangan, Perkebunan, Tambak, Tegal, Hutan, Kolam Ikan dan lain-lain, Kabupaten Blitar juga di belah aliran sungai Brantas menjadi dua bagian yaitu Blitar Utara dan Blitar Selatan yang sekaligus membedakan potensi kedua wilayah tersebut yang mana Blitar Utara merupakan dataran rendah lahan sawah dan beriklim basah dan Blitar Selatan merupakan lahan kering yang cukup kritis dan beriklim kering. Wilayah Blitar selatan terus berusaha mengembangkan segala potensi yang dimiliki. Daya tarik Potensi dan kekayaan yang dimiliki Kabupaten Blitar bukan hanya pada sumber daya alam, produksi hasil bumi yang melimpah, hasil – hasil peternakan, perikanan dan deposit hasil tambang yang tersebar di wilayah Blitar Selatan, tetapi juga kekayaan budaya serta peninggalan sejarah yang mempunyai nilai adiluhung menjadi kekayaan yang tidak ternilai. Namun lebih dari itu, berbagai kemudahan perijinan dan iklim investasi (usaha) yang kondusif didukung oleh stabilitas sosial politik merupakan modal utama yang dapat menjadi “point of essential” terutama jaminan bagi investor dan seluruh masyarakat untuk melibatkan diri dalam pengembangan Kabupaten Blitar. Keadaan Demografi Kabupaten Blitar Penduduk merupakan salah satu potensi bagi Kabupaten Blitar untuk menggerakkan pembangunan, namun sebaliknya menjadi permaslahan apabila kualitas sumberdaya manusianya masih rendah. Jumlah penduduk yang besar dengan kualitas SDM yang tinggi akan sangat mendukung pemerintah dalam mencapai tujuantujuan kesejahteraan masyarakat. Adapun jumlah penduduk Kabupaten Blitar pada tahun 2008 mencapai 1.268.194 jiwa, terdiri dari penduduk perempuan 637.419 jiwa dan laki – laki 630.7754 jiwa. Adapun tingkat pertumbuhan penduduk Kabupaten Blitar mencapai 0,80% dengan kepadatan penduduk rata-rata 729 km2. Adapun sebaran penduduk di Kabupaten Blitar untuk masing – masing kecamatan adalah sebagai berikut : Neraca Bahan Makanan Kabupaten Blitar 20 No KECAMATAN LAKI-LAKI PEREEMPUAN JUMLAH 1. Bakung 15.090 15.385 30.475 2. Wonotitro 20.701 20.778 41.479 3. Panggungrejo 22.619 23.360 45.098 4. Wates 16.949 17.147 34.188 5. Binangun 24.433 24.755 49.520 6. Sutojayan 26.277 26.293 52.191 7. Kademangan 36.328 35.863 72.829 8. Kanigoro 38.625 39.204 77.370 9. Talun 33.073 33.297 66.125 10. Selopuro 22.828 23.297 46.971 11. Kesamben 29.342 29.629 58.971 12. Selorejo 21.621 21.690 43.311 13. Doko 22.729 22.880 45.609 14. Wlingi 29.484 29.657 59.141 15. Gandusari 37.957 38.062 76.019 16. Garum 34.427 33.873 68.300 17. Nglegok 38.114 38.388 76.702 18. Sanankulon 28.597 28.951 57.548 19. Ponggok 51.493 52.590 104.083 20. Srengat 33.164 33.615 66.779 21. Wonodadi 25.255 26.219 51.474 22. Udanawu 21.719 22.284 44.003 JUMLAH 630.755 637.419 1.268.194 Neraca Bahan Makanan Kabupaten Blitar 21 Jumlah Penduduk Per Kecamatan Kecamatan yang memiliki jumlah penduduk terbesar adalah Kecamatan Ponggok yaitu sebanyak 104.083 jiwa, sedangkan kecamatan yang memiliki jumlah penduduk paling sedikit adalah Kecamatan Bakung dengan jumlah penduduk 30.475 jiwa. Namun begitu apabila jumlah penduduk dibandingkan luas wilayah masing – masing kecamatan, maka kecamatan Kanigoro memiliki kepadatan penduduk paling tinggi karena diduga berdekatan dengan wilayah Kota Blitar. Hal tersebut didukung data bahwa kecamatan kecamatan yang berbatasan dengan wilayah Kota Blitar seperti Kanigoro, Garum, Kademangan, dan Nglegok. Adapun kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk paling rendah adalah Kecamatan Wates. Administrasi Pemerintahan Secara administrasi Pemerintah Kabupaten Blitar terbagi menjadi 22 kecamatan, 220 desa, 28 kelurahan, 759 dusun/Rukun Warga(RW) dan sebanyak 6.978 Rukun Tetangga (RT). Untuk menggerakan roda pemerintahan di Kabupaten Blitar terdapat 13.209 jumlah pegawai negeri sipil yang didukung oleh 144 tenaga honorer (non PNS) yang tersebar di 41 Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Adapun kelembagaab/organisasi Pemerintah Kabupaten Blitar sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Blitar No.3 Tahun 2002 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Badan-badan dan Kantor di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Blitar, adalah sebagai berikut : SKPD Badan meliputi : 8 SKPD,Dinas terdiri dari : 15 SKPD,Sekretariat DPRD = 1 SKPD Kantor terdiri dari : 6 SKPD, Bagian terdiri dari 9 SKPD dan SKPD kecamatan terdiri dari 22 kecamatan serta 28 SKPD kelurahan. Pada akhir tahun 2008 yaitu tanggal 30 Desember 2008 Pemerintah kabupaten Blitar menerbitkan Peraturan Daerah No.18 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat DPRD Kabupaten Blitar, No.19 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinasdinas Daerah Kabupaten Blitar, No.20 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata kerja Inspektorat, BAPPEDA dan Lembaga Teknis Dinas, No.21 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan dan Kelurahan, No.22 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Satpol PP. Pemerintah Daerah tersebut sebagai Neraca Bahan Makanan Kabupaten Blitar 22 implementasi dai Peraturan Pemerintah No.41 Tahun 2007 dimana struktur kelembagaan pemerintah Kabupaten Blitar terdiri dari : Badan = 7 SKPD, Dinas = 16 SKPD, Kantor = 4 SKPD, Bagian = 9 SKPD, Inspektorat = 1 SKPD, Sekretariat DPRD = 1 SKPD. Adapun jumlah anggota DPRD Kabupaten Blitar hasil pemilihan umum legislatif tahun 2005 terdiri dari 45 orang dengan rincian : PDI Perjuangan = 16 orang, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) = 12 orang, Partai Golkar = 8 orang, Partai Demokrat = 5 orang, Partai Persatuan Pembangunan = 1 orang, Partai Amanat Nasional (PAN) = 2 orang dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) = 1 orang. Letak Geografis Kabupaten Blitar tercatat sebagai salah stu kawasan yan strategis dan mempunyai perkembangan yang cukup dinamis. Kabupaten Blitar berbatasan dengan tiga kabupaten lain, yaitu sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Malang, sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tulungagung dan Kabupaten Kediri sedangkan sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Kediri dan Kabupaten Malang. Sementara itu untuk sebelah Selatan adalah Samudera Indonesia yang terkenal dengan kekayaan lautnya.Apabila diukur dari atas permukaan laut, maka Kabupaten Blitar mempunyai ketinggian ± 167 meter dan luas 1.588,79 km². Di Kabupaten Blitar terdapat Sungai Brantas yang membelah daerah ini menjadi dua yaitu kawasan Blitar Selatan yang mempunyai luas689,85 km² dan kawasan Blitar Utara, Blitar Selatan termasuk daerah yang kurang subur. Hal ini disebabkan daerah tersebut merupakan daerah pegunungan yang berbatu, dimana batuan tersebut cenderung berkapur sehingga mengakubatkan tanah tandus dan susah untuk ditanami. Sebaliknya kawasan Blitar Utara termasuk daerah surplus karena tanahnya yang subur, sehingga banyak tanaman yang tumbuh dengan baik. Salah satu faktor penting yang mempengaruhi tingkat kesuburan tanah di kawasan Blitar Utara adalah adanya Gunung Kelud yang masih aktif serta banyaknya aliran sungai yang cukup memadai. Gunung berapi dan sungai yang lebar berfungsi sebagai sarana penyebaran zat-zat hara yang terkandung dalam material hasil letusan gunung berapi. Neraca Bahan Makanan Kabupaten Blitar 23 Blitar terletak dikaki lereng gunung Kelud di Jawa Timur. Daerah Blitar selalu dilanda lahar gunung Kelud yang meledak secara berkala sejak zaman kuno sampai sekarang. Lahar mengalir kebawah melalui lembah-lembah sungai dan membeku menutup permukaan bumi. Abu yang memancardari bawah gunung berapi akhirnya jatuh juga di permukaan bumi dan bercampur dengan tanah. Lapisan-lapisan tanah vulkanik daerah Blitar pada hakekatnya merupakan suatu kronologi tentang ledakanledakan gunung Kelud yang kontinu dari zaman dahulu kala. Geologis tanah daerah Blitar berupa tanah vulkanik yang mengandung abu ledakan gunung berapi, pasir dan napal (batu kapur bercampuran tanah liat). Warnanya kelabu kekuning-kuningan. Sifatnya masam, gembur dan peka terhadap erosi. Tanah semacam itu disebut tanah regosol yang dapat digunakan tuntuk penanaman padi, tebu tembakau dan sayursayuran. Disamping sawah yang sekarang mendominasi pemandangan alam daerah sekitar Kota Blitar ditanam pula tembakau di daerah ini. Tembakau ini ditanam sejak zaman Belanda berhasil menaruh daerah ini dibawah jurisdiksinya dalam Abad XVII. Bahkan pernahmaju-mundur Blitar ditentukan oleh berhasil tidaknya produksi tembakau di daerah ini. Sungai Brantas mengalir memotong daerah Blitar dari Timur ke Barat. Disebelah Selatan sungai Brantas (daerah Blitar Selatan) kita menjumpai tanah yang lain lagi jenisnya. Tanah ini tergolong dalam apa yang disebut grumusol. Tanah grumusol merupakan batu-batuan endapan yang berkapur di daerah bukit maupun gunung. sifatnya basah. Kondisi Iklim dan Tofografi Lokasi Kabupaten Blitar berada di sebelah Selatan Khatulistiwa. Tepatnya terletak antara 111°40¹-112°10¹ Bujur Timur dan 7°58¹-8°9¹51¹¹ Lintang Selatan. Hal ini secara langsung mempengaruhi perubahan iklim. Iklim Kabupaten Blitar termasuk tipe C.3 dimana rata-rata curah hujan tahunan 1.478,8 mm dengan curah hujan tertinggi 2.618,2 mm per tahun dan terendah 1.024,7 per tahun. Sedangkan suhu tertinggi 30 Celcius dan suhu terendah 18 celcius Perubahan iklimnya seperti di daerah-daerah lain mengikuti perubahan putaran dua iklim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Satu kenyataan yang dapat kita lihat sampai saat ini, bahwa betapapun Kabupaten Bli tar sebagai daerah yang kecil dengan segala potensi alam, gografis dan iklim serta kualitas sumber daya manusia yang sedang, ternyata telah mampu tampil ke depan Neraca Bahan Makanan Kabupaten Blitar 24 dalam keberhasilan pembangunan. Kemajuan demi kemajuan dan kemenangan demi kemenangan yang telah dicapai daerah ini adalah karena besarnya partisipasi, kesadaran dan pengabdian seluruh lapisan masyarakat. Sedangkan jika dilihat dari letak Tofografi tinggi tempat tertinggi adalah 800 meter (dpa) dan tinggi tempat terendah adalah 40 meter (dpa) Neraca Bahan Makanan Kabupaten Blitar 25 BAB IV PEMBAHASAN 4.1. SITUASI KETERSEDIAAN PANGAN BERDASARKAN MAKANAN KABUPATEN BLITAR TAHUN 2015 NERACA BAHAN Rata-rata angka kecukupan gizi (AKG) di tingkat ketersediaan berdasarkan rekomendasi Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) X Tahun 2015 adalah sebesar 2.400 kkal / kap / hari untuk energi dan 63 gram / kap / hari untuk protein. Tabel 1. Ketersediaan Energi dan Protein Berdasarkan Neraca Bahan Makanan Kabupaten Blitar Tahun 2015 Kontribusi pangan Energi (kal/kap/hr) Ketersediaan Protein (Gr/Kap/Hr) Lemak (Gr/Kap/Hr) Nabati 2.827 66.78 30.63 Hewan 5.913 402.14 418.62 Total 8.740 468.92 449.25 (Data berdasarkan Neraca Bahan Makanan Kab. Blitar) Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa tingkat ketersediaan energi terdapat kelebihan/surplus di atas angka kecukupan gizi (2.400 kkal) yaitu sebesar 8.740 Kkal/kap/hr. Sedangkan angka ketersediaan protein juga tetap di atas angka anjuran yaitu 423.42 gram/kap/hari. Kontribusi energi dari kelompok pangan hewani cenderung lebih banyak daripada kelompok pangan dari nabati. Begitu juga ketersediaan protein, kontribusi teringgi terdapat pada hewani dari pada kontribusi pangan nabati. Perlu diketahui, sasaran ketersediaan pangan di suatu daerah akan menentukan tingkat penyediaan pangan di daerah tersebut dalam kurun waktu tertentu. Sehingga akan tercipta kondisi ketahanan pangan masyarakat yang semakin mantap. Neraca Bahan Makanan Kabupaten Blitar 26 Tabel 2. Ketersediaan Energi per Kelompok Bahan Makanan Tahun 2015 No. URAIAN TAHUN 2015 1 Ketersediaan Energi (kkal/kap/hr) 2 Kontribusi Energi Makanan (%) Kelompok Bahan % kkal/kap/hr 29,03 2.439 § Makanan Berpati 0,54 45 § Gula 0,26 22 § Buah/Biji Berminyak 0,87 73 § Buah-buahan 2,45 206 § Sayuran 0,20 17 § Daging 35,49 2.982 § Telur 12,23 1.365 § Susu 17,95 1.508 § Ikan 0,04 3 § Minyak dan Lemak terdiri dari : 0,95 80 § Padi-padian Jumlah 100,00 8.403 (Data berdasarkan Neraca Bahan Makanan Kab. Blitar) Tabel 2.menunjukkan bahwa komposisi ketersediaan energi pada tahun 2015 dengan kontribusi kelompok pangan padi-padian mencapai 52,86% dari total ketersediaan energi. Makanan berpati memberikan kontribusi energinya sebesar7,07 %. Kelompok pangan gula dengan kontribusi energi sebesar berminyak memberikan kontribusi energi sebesar 13,50 %. Buah/biji 2,22 %. Buah-buahan juga memberikan kontribusi energi sebesar 17,82% dari total ketersediaan energi. Kelompok pangan daging memberikan kontribusi energi sebesar 1,38 %. Telur mampu memberikan kontribusi energi sebesar 2,66 % sedangkan susu memberikan Neraca Bahan Makanan Kabupaten Blitar 27 kontribusi 1,10 %. Ikan menyumbangkan energinya sebesar 0,09 %. Sedangkan kelompok pangan minyak dan lemak menyediakan kontribusi energi sebesar 0,20 % dari ketersediaan energi total. Tabel 3. Ketersediaan Ketersediaan Protein (gr/kap/hr) No Proporsi Protein 1 Proporsi Protein Nabati 2 Proporsi Protein Hewani Jumlah Prosentase (%) gr / kap/ hr 81,76 95,33 18,24 21,27 100,00 116,60 Ketersediaan protein untuk dikonsumsi penduduk Kabupaten Blitar sebesar 116,60 gram/kapita/hari atau mengalami surplus dari Angka Kecukupan Protein (AKP) 63 gram/kapita/hari yang dianjurkan berdasarkan (Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi Tahun 2015) dengan rincian protein nabati sebesar 95,33 gram/kapita/hari atau 81,76 % sedangkan ketersediaan protein hewani sebesar 21,27 gram/kapita/hari atau 18,24 % dari total kecukupan protein. Gambar 2. Proporsi Ketersediaan Protein Nabati dan Hewani Berdasarkan NBM Kabupaten Blitar Tahun 2015 Ketersediaan Protein (gr/kap/hr) 100.00 80.00 60.00 95.33 Ketersediaan Protein (gr/kap/hr) 40.00 21.27 20.00 Proporsi Protein Nabati Neraca Bahan Makanan Kabupaten Blitar Proporsi Protein Hewani 28 Tabel 4. Ketersediaan Lemak (gr/kap/hr) No Proporsi Protein 1 Proporsi Lemak Nabati 2 Proporsi Lemak Hewani Prosentase (%) gr / kap/ hr 68,97 45,62 31,03 20,52 100 66,14 Jumlah Sedangkan proporsi lemak nabati juga lebih mendominasi ketersediaan lemak nabati sebesar 68,97% dan lemak hewani sebesar 31,03 %. Gambar 3.Proporsi Ketersediaan Lemak Nabati dan Hewani Berdasarkan NBM Kabupaten Blitar Tahun 2015 Ketersediaan Lemak (gr/kap/hr) 45.62 50.00 40.00 30.00 Proporsi Lemak Nabati 20.52 Proporsi Lemak Hewani 20.00 10.00 - Proporsi Lemak Nabati Proporsi Lemak Hewani 4.2. SITUASI KETERSEDIAAN ENERGI PER KELOMPOK PANGAN TAHUN 2015 Situasi ketersediaan pangan periode tahun 2015 secara rinci seperti diuraikan sebagai berikut : a. Kelompok Padi-padian Pada tahun 2015, ketersediaan kelompok padi-padian memberikan sumbangan terhadap zat gizi per kapita per hari sebesar 2,439 Kkal/Kap/hr yang terdiri dari komoditi beras sebesar 1,279 kkal / kap/hr dan jagung sebesar 1,159 Kkal/kap/hr. Pada kelompok padi-padian Neraca Bahan Makanan Kabupaten Blitar 29 memberikan kontribusi sebesar 59,95 gram protein, dan 19,25 gr/kap/hr lemak. b. Kelompok Makanan Berpati Pada tahun 2015 kelompok pangan makanan berpati mampu menyediakan kontribusi energi sebesar 45 Kkal/kap/hari. Kelompok pangan ini mampu mengkontribusi ketersediaan energi dari ubi jalar sebesar 3 kkal/kap/hari dan ubi kayu sebesar 42 Kkal/kap/hari. Pada kelompok pangan ini memberikan sumbangan protein sebesar 0,30 gr/kap/hr dan lemak sebesar 0,17 gr/kap/hr. c. Kelompok Gula Kondisi ketersediaan energi dari kelompok pangan gula sebesar 22 Kkal/kap/hari, yang terdiri dari Gula Pasir yang memberikan energi sebesar 8 Kkal/kap/hari dan Gula Mangkok sebesar 14 Kkal/kap/hari dengan kandungan protein sebesar 0,11 gram/kap/hari dan lemak sebesar 0,37 gram/ kap/hari. d. Kelompok Buah/Biji berminyak Pada tahun 2015, kontribusi pangan dari kelompok ini sebesar 73 Kkal/Kap/hari dengan protein sebesar 3,41 gram/Kap/hari dan lemak sebesar 7,12 gram/hari. Sumbangan dari kelompok ini meliputi kacang tanah lepas kulit sebesar 61 Kkal/Kap/hr. Kedelai memberikan kontribusi energi sebesar 0 Kkal/Kap/hr, Kacang hijau sebesar 0 Kkal/hari. e. Kelompok Buah-buahan Kondisi pada tahun 2015, kontribusi energi dari kelompok pangan ini sebesar 206 Kkal/Kap/hari, 2 gram protein dan 1 gram lemak. Sumbangan dari kelompok ini meliputi Mangga 76 Kkal/Kap/hr, Nanas 1 Kkal/Kap/hr, Pepaya 17 Kkal/Kap/hr, Pisang 103 Kkal/Kap/hr, Rambutan 7 Kkal/Kap/hr, dan Buah lainya 1 Kkal/Kap/hr. Neraca Bahan Makanan Kabupaten Blitar 30 f. Kelompok Sayuran Pada tahun 2015, kontribusi dari kelompok ini memberikan gambaran terhadap kontribusi energi dari kelompok pangan ini sebesar 17 Kkal /Kap/hari, 0,80 gram protein dan lemak sebesar 0,11 gram. Dengan sumbangan kelompok ini rarta-rata 1,3 Kkal/Kap/hr. g. Kelompok daging. Pada tahun 2015 kelompok pangan bersumber dari daging memberikan kontribusi energi sebesar 2,982 Kkal/Kap/hari, 213,29 gram protein, dan 229,75 gram lemak. h. Kelompok Telur Pada tahun 2015, kontribusi energi dari kelompok pangan telur sebesar 1,028 kkal /Kap/hr protein sebesar 63,64 gr/Kap/hr dan lemak sebesar 80,95 gr/Kap/hari. i. Kelompok Susu Kelompok pangan susu memberikan sumbangan energi sebesar 1,508 Kkal/Kap/hr protein 79,12 gr/kap/hr dan lemak sebesar 86,54 gr/kap/hr. j. Kelompok Ikan Kontribusi energi dari kelompok pangan ikan sebesar 3 kkal/kap/hr dengan kontribusi protein sebesar 0,48 gr/kap/hr dan lemak sebsar 0,07 gr/kap/hr. k. Kelompok Minyak dan Lemak Komposisi ketersediaan energi dari kelompok pangan ini sebesar 80 Kkal/kap/hari dengan perincian dari minyak/lemak nabati sebesar 25 kkal/kap/hari, sedang lemak/minyak dari hewani sebesar 55 Kkal/kapita/hari. Komposisi minyak/lemak nabati tidak mampu memberikan kontribusi protein tetapi memberikan lemak sebesar 0,12 gr/kap/hr.pada komoditi ini lemak sebesar 8,82 gr/kap/hr. Neraca Bahan Makanan Kabupaten Blitar 31 4.3. MUTU KETERSEDIAAN PANGAN PENDUDUK BER-DASARKAN PENILAIAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) TAHUN 2015 Penyediaan pangan senantiasa terus diupayakan oleh Pemerintah Kabupaten Blitar melalui dinas teknis daerah yang mencakup aspek penyediaan pangan di suatu daerah. Keragaman, keseimbangan dan mutu pangan dapat digambarkan pada gambar 3 di bawah ini. Pengelompokan pangan berdasarkan NBM menjadi 11 kelompok pangan, sedangkan di dalam Pola Pangan Harapan (PPH) menjadi 9 kelompok pangan yaitu : 1. Padi-padian 2. Umbi-umbian 3. Pangan Hewani 4. Minyak dan Lemak 5. Buah/biji berminyak 6. Kacang-kacangan 7. Gula 8. Sayur san buah 9. Lain-lain. Adapun masing-masing kelompok pangan memberikan ketersediaan pangan untuk dikonsumsi penduduk di suatu daerah.Berikut adalah kondisi ketersediaan pangan yang didukung oleh masing-masing kelompok pangan seperti pada Tabel 3 di bawah ini. Neraca Bahan Makanan Kabupaten Blitar 32 Tabel 5. SKOR POLA PANGAN HARAPAN BERDASARKAN NERACA BAHAN MAKANAN TAHUN 2015 Kelompok Energi Bahan Pangan (Kalori) No. 1. Padi-padian 2.439 2. Umbi-umbian 3. Pangan Hewani 4. Minyak dan Lemak 5. % AKE Bobot Skor PPH Skor riil Skor Maks Ket 110,9 0,5 55,4 25,0 25,0 + 2,1 0,5 1,0 1,0 2,5 + 234,2 2,0 468,4 24,0 24,0 - 448 20,4 0,5 10,2 5,0 5,0 + Buah/biji berminyak 14 0,6 0,5 0,3 0,3 1,0 + 6. Kacang-kacangan 59 2,7 2,0 5,4 5,4 10,0 + 7. Gula 22 1,0 0,5 0,5 0,5 2,5 + 8. Sayuran dan buah 222 10,1 5,0 50,5 30,0 30,0 - 9. Lain-lain - - - - - 46 5.153 Jumlah 8.403 381,9 11,5 591,8 91,24 100,0 Komposisi ketersediaan pangan setiap kelompok pangan berdasarkan NBM Kabupaten Blitar Tahun 2015 dapat ditampilkan seperti dalam gambar 4.di bawah ini. Gambar 4. Kontribusi Penyediaan Pangan masing-masing kelompok Pangan Berdasarkan NBM Kabupaten Blitar Tahun 2015 Skor PPH 0% Padi-padian Umbi-umbian 27% 33% Pangan Hewani Minyak dan Lemak Buah/biji berminyak 1% Kacang-kacangan Gula 1% 6% 6% 0% Neraca Bahan Makanan Kabupaten Blitar 26% Sayuran dan buah Lain-lain 33 Jika dilihat dari table diatas, diketahui jumlah ketersediaan kalori di Kabupaten Blitar pada tahun 2015 sebesar 5523 Kkalori / kap/ hari. Bila dibandingkan dengan hasil Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) X Tahun 2015 bahwa angka kecukupan rata-rata pada tingkat ketersediaan energi bagi masyarakat di Indonesia sebanyak 2.400 KKal/Kap/hari, maka prosentase tingkat ketersediaan energy Kabupaten Blitar sebesar 230,1 % (surplus). Berdasarkan klasifikasi Tingkat Kecukupan Energi menurut Departemen Kesehatan Tahun 1996, dapat dikategorikan bahwa kondisi ketersediaan energy Kabupaten Blitar pada tahun 2015 termasuk dalam klasifikasi surplus / diatas AKG atau tahan pangan. Untuk mengetahui apakah ketersediaan pangan di Kabupaten Blitar tersebut telah memnuhi kaidah Pola Pangan Harapan, dapat diketahui dari skor PPH. Dari analisis PPH pada table dapat diketahui bahwa tingkat keragaman ketersediaan Pangan di Kabupaten Blitar sebesar 93,72 dari total skor maksimum 100. Dengan demikian komposisi keragaman ketersediaan pangan di Kabupaten Blitar telah memenuhi sebesar 93,72% dari Pola Pangan Harapan yang telah ditetapkan. Bila di bandingkan dengan kondisi tahun 2011, maka PPH 2015 ada peningkatan sebesar 10,93 berarti komposisi keragaman ketersediaan pangan pada tahun 2015 semakin baik. Berdasarkan tabel 3 di atas, dijelaskan bahwa Kabupaten Blitar mempunyai sumbangan ketersediaan energi dari setiap kelompok pangan masih dapat mencukupi kebutuhan pangan penduduk pada setiap tahunnya. Kelompok pangan yang berasal dari padi-padian 2.921,77 kalori ternyata masih menduduki peringkat tertinggi dibanding kelompok pangan lainnya, yaitu mencapai skor 60,9 sedangkan skor maksimal adalah 25,0. Hal ini diakibatkan tingkat konsumsi pangan padi-padian masih cukup tinggi.Oleh karena itu penyediaan pangan terutama komoditi beras tetap dipertahankan ketersediaannya sepanjang tahun. Penyediaan pangan umbi-umbian sebesar 391,82 gram/kapita/hari dengan skor 8,2. Kontribusi pangan ini berasal dari ubi kayu dan ubi jalar. Skor maksimal kelompok mpangan umbi-umbian adalah 2,5, dari hasil analisa PPH kelompok pangan umbi-umbian sudah bisa mencapai skor maksimal. Neraca Bahan Makanan Kabupaten Blitar 34 Selanjutnya pangan hewani dari tahun ke tahun masih mampu menyediakan pangannya secara kontinyu, sehingga sumbangan protein hewani tetap terjaga untuk dikonsumsi oleh setiap penduduk. Tetapi untuk tahun 2015 Pangan hewani belum mampu memenuhi kebutuhan penduduk. Hal ini dibuktikan dengan ketersediaan pangan sebesar 281,12 gram/kapita/hari dengan skor 23,4 tidak mampumelebihi skor maksimal yaitu 24, yang meliputi daging ruminansia, unggas, telur dan susu. Minyak dan lemak telah menyediakan pangan utamanya sebesar14,30 gram/kapita/hari dengan skor 0,3, kurang dari skor maksimal yaitu 5. Kelompok pangan ini disediakan dari komoditi minyak dan lemak baik dari nabati dan hewani. Buah / biji berminyak (yang berasal dari kelapa) tidak memberikan kontribusi pangan di Kabupaten Blitar Sementara itu, kelompok pangan kacang-kacangan mampu menyediakan sumbangan pangannya sebesar 122,87gram/kapita/hari dengan skor 10,2 sudah mencapai skor maksimal. Kelompok pangan kacang-kacangan yang terbesar dari kedelai, kacang tanah dan kacang hijau. Selanjutnya gula merupakan salah satu komoditi yang telah memberikan kontribusi energi sebesar 746,12 gram/kapita/hari dengan skor 15,5 sudah mencapai skor maksimal. Penyediaan pangan dari gula dari gula pasir saja, sedangkan gula merah tidak tersedia di daerah. Kelompok pangan sayur dan buah dengan kontribusi penyediaan energi sebesar 1044,87 gram/kapita/hari dengan skor 217,7. Sudah mencapai skor maksimal oleh karena itu peningkatan produksi buah dan sayur harus tetap diupayakan oleh dinas teknis., sehingga tetap mencapai skor maksimal. Kontribusi kelompok pangan buah dan sayur yang dapat diproduksi di wilayah seperti bayam, kangkung, terong, kacang panjang, sawi, tomat, pisang, salak, jambu, durian, papaya, mangga, nanas dll sangat penting, dimana bahan pangan tersebut sebagai zat pengatur tubuh manusia. Di dalamnya kelompok pangan Neraca Bahan Makanan Kabupaten Blitar 35 buah dan sayur kaya akan vitamin yang sangat besar manfaatnya bagi kesehatan tubuh. Komposisi ketersediaan pangan berdasarkan pengelompokan Pola Pangan Harapan tahun 2015 setiap kelompok pangan berdasarkan NBM Kabupaten Blitar Tahun 2015 dapat dilihat pada gambar 5 di bawah ini. Gambar 5. Skor Pola Pangan Harapan dibandingkan dengan Skor Maksimal 30.0 25.0 30.0 24.0 20.0 10.0 2.5 10.0 5.0 1.0 - 2.5 - Skor PPH Skor Maks Sumber : Data NBM Kab. Blitar, 2015 Gambar diatas berdasarkan tabel di bawah ini : Tabel 6. : Data Skor PPH dan Skor Maksimal No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Kelompok Bahan Pangan Padi-padian Umbi-umbian Pangan Hewani Minyak dan Lemak Buah/biji berminyak Kacang-kacangan Gula Sayuran dan buah Lain-lain Jumlah Neraca Bahan Makanan Kabupaten Blitar Skor PPH Skor Maks 25,0 2,5 23,4 0,3 10,0 2,5 30,0 93,72 25,0 2,5 24,0 5,0 1,0 10,0 2,5 30,0 100 Ket + + + + + + 36 Penilaian komposisi ketersediaan pangan tahun 2015 diindikasikan dengan skor PPH. Dari hasil penghitungan PPH sebagaimana yang disajikan diatas dapat digambarkan bahwa skor PPH yang dicapai oleh Kabupaten Blitar tahun 2015 sebesar 93,70. Dalam table PPH tersebut menunjukkan bahwa keragaman ketersediaan pangan belum ideal karena masih ada beberapa kelompok bahan makanan yang belum mencapai skor yang diharapkan seperti pada kelompok pangan hewani dengan skor 23,4 sedangkan skor maksimal 24. Minyak dan Lemak dengan skor 0,3 sedangkan skor maks 5, Kelompok Buah / Biji berminyak 0 dengan skor maksimal 1. Namun penurunan produksi berdasarkan penilaian skor PPH. Neraca Bahan Makanan Kabupaten Blitar 37 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan penjelasan di atas dapat diambil beberapa kesimpulan penting mengenai gambaran ketersediaan pangan di suatu daerah antara lain sebagai berikut : a. Penyediaan pangan menurut Pola Pangan Harapan (PPH) Tahun 2015 dengan ketersediaan energi sebesar5523kkal/kapita/hr, protein 116,60 gram/kapita/hr dan lemak 66,14 grm / kapita /hari b. Skor PPH menunjukkan93,70 dengan indikasi bahwa mutu dan keragaman pangan serta keseimbangan gizi sudak cukup baik, namun di kelompok pangan sayur dan buah masih perlu peningkatan produksi, upaya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh yang berfungsi sebagai zat pengatur. Bila skor mutu pangan (PPH) makin meningkat berarti tingkat keragaman, keseimbangan dan mutu pangan semakin baik. 5.2. Saran Dalam rangka meningkatkan ketersediaan pangan di suatu daerah diperlukan beberapa upaya strategis antara lain : a. Perlu adanya Peningkatan produksi pangan melalui intensifikasi tanaman pangan terutama pangan yang belum memenuhi target skor PPH seperti Pangan Hewani, Minyak dan Lemak. b. Informasi pasar perlu ditingkatkan, sehingga distribusi bahan pangan di Kabupaten Blitar semakin baik sehingga keragaman ketersediaan bahan pangan dapat tercapai sesuai dengan target skor Pola Pangan Harapan. c. Upaya strategis lainnya yang mendukung penyediaan pangan di suatu daerah, baik oleh Pemerintah, Swasta maupun kalangan masyarakat luas perlu ditingkatkan. Neraca Bahan Makanan Kabupaten Blitar 38 d. Meningkatkan pemanfaatan pekarangan keluarga dan masyarakat untuk meningkatkan ketahanan pangan e. Kampanye Penganekaragaman Konsumsi Pangan dengan memanfaatkan sumberdaya lokal dilakukan secaraintensif dan berkelanjutan hal ini untuk mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap beras. Neraca Bahan Makanan Kabupaten Blitar 39 Lampiran 1. KOMPOSISI BAHAN MAKANAN No. Jenis Bahan Makanan BDD/% Komposisi Zat gizi per 100 gram bahan makanan Kalori (1) 1. (2) Protein Lemak (3) (4) (5) (6) Tepung gandum 100 333 9.00 1.00 Padi Gagang/Gabah 100 363 8.90 1.40 Gabah/Beras 90 355 9.20 3.90 Ubi Jalar 90 139 1.30 0.40 Ubi Kayu 85 154 1.00 0.30 Ubi Kayu/gaplek 100 338 1.50 0.70 Ubi Kayu/tapioka 100 362 0.50 0.30 Sagu/Tepung Sagu 100 209 0.30 0.20 Gula Pasir 100 364 0.00 0.00 Gula Merah 100 370 1.10 3.50 Padi-padian Jagung Jagung basah 2. 3. Makanan Berpati Gula Neraca Bahan Makanan Kabupaten Blitar 40 4. 5. 6. Buah/Biji Berminyak Kacang Tanah Lepas Kulit 100 452 25.30 42.80 Kedelai 100 381 40.40 16.70 Kacang Hijau 100 337 20.30 1.80 Kelapa daging/kopra 53 359 3.40 34.70 Alpokat 61 85 0.90 6.50 Jeruk 71 44 0.80 0.20 Duku 64 63 1.00 0.20 Durian 22 134 2.50 3.00 Jambu 84 48 0.80 0.30 Mangga 65 56 0.60 0.20 Nanas 51 40 0.60 0.30 Pepaya 75 46 0.50 0.00 Pisang 70 92 1.00 0.30 Rambutan 40 69 0.90 0.10 Salak 76 212.5 0.65 0.25 Sawo 83 111 0.90 2.30 Lainnya 63 50 0.60 0.40 Bawang Merah 90 39 1.50 0.30 Ketimun 55 8 0.20 0.20 Kacang Merah 97 314 22.10 1.10 Buah-Buahan Sayur Mayur Neraca Bahan Makanan Kabupaten Blitar 41 7. Kacang Panjang 92 30 3.00 0.50 Kentang 84 62 2.10 0.20 Kubis 75 24 1.40 0.20 Tomat 100 24 1.30 0.50 Wortel 80 36 1.00 0.60 Cabe 85 103 4.70 2.40 Terong 98 27 1.10 0.90 Petsai/sawi 30 22 2.10 0.50 Bawang Daun 67 29 1.80 0.70 Kangkung 60 28 3.40 0.70 Lobak 87 19 0.90 0.10 Labu Siam 80 24 0.80 0.20 Buncis 90 34 2.40 0.30 Bayam 71 16 0.90 0.40 Bawang Putih 88 95 4.50 0.20 Lainnya 82 28 2.30 0.40 Daging Sapi 100 207 18.80 14.00 Daging Kerbau 100 84 18.70 0.50 Daging kambing 100 154 16.60 9.20 Daging domba 100 206 17.10 14.80 Daging kuda 100 118 18.10 4.10 Daging babi 100 417 13.00 40.00 Daging ayam buras 100 302 13.20 25.00 Daging Neraca Bahan Makanan Kabupaten Blitar 42 8. 9. 9. Daging ayam ras 100 302 13.20 25.00 Daging itik 100 326 16.00 28.60 Jeroan semua jenis 100 127 15.70 6.40 Telur ayam ras 87 198 13.00 15.30 Telur ayam buras 89 154 12.40 10.80 Telur Itik 90 202 12.50 16.40 Susu sapi 100 61 3.20 3.50 Susu impor 100 61 3.20 3.50 Tuna/cakalang/tongkol 100 81 17.00 1.00 Kakap 100 92 20.00 0.70 Cucut 100 57 10.70 0.30 Bawal 100 68 10.30 2.70 Teri 100 74 10.30 1.40 Lemuru 100 112 20.00 3.00 Kembung 100 111 19.40 0.90 Tenggiri 100 67 12.00 1.80 Bandeng 100 129 20.00 4.80 Belanak 100 64 10.80 2.00 Mujair 100 89 18.70 1.00 Telur Susu Ikan Neraca Bahan Makanan Kabupaten Blitar 43 10. Ikan mas 100 86 16.00 2.00 Udang 100 91 21.00 0.20 Rajungan 100 119 14.70 0.28 Kerang darah 100 69 14.20 0.70 Cumi-cumi/sotong 100 75 16.10 0.70 Lainnya 100 76 13.00 2.00 Minyak Kacang tanah 100 902 0.00 100.00 Minyak Goreng Kelapa 100 870 1.00 98.00 Minyak Goreng Sawit 100 902 0.00 100.00 Lemak Sapi 100 818 1.50 90.00 Lemak kerbau 100 818 1.50 90.00 Lemak kambing 100 818 1.50 90.00 Lemak domba 100 818 1.50 90.00 Lemak babi 100 902 1.50 100.00 Minyak dan Lemak Sumber : 1. Daftar Komposisi Bahan Makanan, Direktorat Gizi, Depkes 1981. 2. 3. Daftar Komposisi Zat Giz Pangan Indonesia. Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Depkes. RI.1995. Daftar Komposisi Bahan Makanan yang digunakan Internasional. Neraca Bahan Makanan Kabupaten Blitar 44 Lampiran 2. BESARAN KONVERSI (PERSENTASE TERHADAP PENYEDIAAN DALAM NEGERI) Diolah Untuk Jenis Bahan Makanan Pakan Bibit Makanan Bukan Makana n Tercecer (1) (2) (3) (4) (5) (6) Padi Gagang/Gabah 0.44 1) - - 0.19 1) 0.29 1) Gabah/Beras 0.17 1) - - 0.56 1) 5.40 3) Jagung 6.00 3) - - 0.66 1) 2.50 3) - - - 20.02 1) 5.00 3) 0.66 1) 10.00 3) Padian-padian Tepung gandum Jagung basah Makanan Berpati Ubi Jalar 2.00 3) - - Ubi Kayu 2.00 3) - - 7.59 1) 2.13 1) Ubi Kayu/gaplek - - - 17.80 1) 0.72 1) Ubi Kayu/tapioka - - - 17.80 1) 0.71 1) Sagu/Tepung Sagu - - - 17.80 1) 0.72 1) Gula Pasir - - - 0.09 1) 0.98 2) Gula Merah - - - 0.09 1) - Gula Neraca Bahan Makanan Kabupaten Blitar 45 Buah/Biji Berminyak Kacang Tanah berkulit - - - 0.09 1) Kacang Tanah Kulit - - - 0.09 1) Kedelai 0.34 1)) - - 4.19 1) 5.00 2) Kacang Hijau 2.00 3) - - Kelapa Berkulit/daging - 0.05 1) 53.12 1) 01.63 1) 5.00 3) Kelapa Daging - - - 1.00 1) 5.00 2) Kelapa daging/kopra - - - 1.00 1) 1.09 2) Alpokat - - - 0.82 1) 0.81 1) Jeruk - - - - 3.91 2) Duku - - - - 0.81 1) Durian - - - - 10.00 3) Jambu - - - - 0.81 Mangga - - - - 7.00 2) Nanas - - - - 5.20 2) Pepaya - - - - 6.20 2) Pisang - - - - 4.70 2) Rambutan - - - - 0.81 1) Salak - - - - 6.80 1) Sawo - - - - 0.81 1) Lainnya - - - Lepas 0.98 2) - Buah-Buahan Neraca Bahan Makanan Kabupaten Blitar 0.08 1) 1) 0.83 1) 46 Sayur Mayur Bawang Merah - 0.24 1) - Ketimun - 0.71 1) - Kacang Merah - 2.87 1) - Kacang Panjang - 0.44 1) Kentang - Kubis - 8.63 2) 2.48 1) - 2.75 2) - - 2.73 1) 1.19 1) - 0.05 1) 5.02 2) - - - - 5.59 2) Tomat - 0.71 1) - - 8.83 2) Wortel - - - 2.46 1) Cabe - 0.71 1) - 0.05 1) 5.27 2) Terong - - - - 2.52 1) Petsai - - - - 2.46 1) Bawang Daun - 0.70 1) - - 2.46 1) Kangkung - 0.58 1) - - 2.58 1) Lobak - 0.39 1) - - 2.79 1) Labun Siam - 0.43 1) - - 2.74 1) Buncis - 0.44 1) - - 2.73 1) Bayam - 0.44 1) - - 2.73 1) Bawang Putih - 0.24 1) - - 7.13 1) Lainnya - 0.65 1) - - 2.61 1) Daging Sapi - - - - 5.00 3) Daging Kerbau - - - - 5.00 3) 0.05 1) Daging Neraca Bahan Makanan Kabupaten Blitar 47 Daging kambing - - - - 5.00 3) Daging domba - - - - 5.00 3) Daging kuda - - - - 5.00 3) Daging babi - - - - 5.00 3) Daging ayam buras - - - - 5.00 3) Daging ayam ras - - - - 5.00 3) Daging itik - - - - 5.00 3) Jeroan semua jenis - - - - 5.00 3) - 25.00 - - 3.86 3) Telur Telur ayam ras 3) Telur ayam buras - - - - 2.05 3) Telur Itik - 13.50 - - 3.92 3) 3) Susu Susu sapi 10.00 3) - - - 5.70 3) - - - - - Ikan tuna/cakalang/tongkol - - - - 15.00 3) Ikan kakap - - - - 15.00 3) Ikian teri - - - 0.60 1) 15.00 3) Ikan lemuru - - - - 15.00 3) Susu impor Ikan Neraca Bahan Makanan Kabupaten Blitar 48 Ikan tenggiri - - - - 15.00 3) Ikan bandeng - - - - 15.00 3) Ikan belanak - - - - 15.00 3) Ikan mujair - - - - 15.00 3) Ikan mas - - - - 15.00 3) Udang - - - 0.12 1) 15.00 3) Rajungan - - - - 15.00 3) Kerang darah - - - 0.12 1) 15.00 3) Cumi-cumi/sotong - - - 0.12 1) 15.00 3) Lainnya - - - - 15.00 3) Kacang tanah/minyak - - - - Kopra/minyak goreng - - - 0.78 1) Minyak sawit - - - 1.49 1) 1.56 2) Minyak goreng sawit/minyak - - - 0.92 1) 2.39 2) Inti sawit/minyak inti sawit - - - 1.38 1) 1.55 2) Lemak sapi - - - 1.48 1) - Lemak kerbau - - - 3.81 1) - Lemak kambing - - - 0.99 1) - Lemak domba - - - 2.30 1) - Lamak babi - - - 1.70 1) - Minyak dan Lemak - Catatan : 1) Merupakan rasio I – O 2) Hasil Kajian NBM 3)Konversi Lama Neraca Bahan Makanan Kabupaten Blitar 49 Neraca Bahan Makanan Kabupaten Blitar 50 Neraca Bahan Makanan Kabupaten Blitar 51