9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kerja Keras a. Pengertian Kerja Keras Kerja keras merupakan salah satu dari 18 karakter bangsa yang dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran di sekolah. Kerja keras (Kesuma, 2012:17) adalah suatu istilah yang melingkupi suatu upaya yang terus dilakukan (tidak pernah menyerah) dalam menyelesaikan pekerjaan/yang menjadi tugasnya sampai tuntas. Kerja keras bukan berarti bekerja sampai tuntas lalu berhenti, tetapi istilah yang dimaksud adalah mengarah pada misi besar yang harus dicapai untuk kebaikan/kemaslahatan manusia (umat) dan lingkungannya. Mengingat arah istilah kerja keras, maka upaya untuk memaslahatkan manusia dan lingkungannya merupakan upaya yang tidak ada hentinya sampai kiamat tiba. Elfindri, dkk (2012:102), menyatakan bahwa kerja keras adalah sifat seseorang yang tidak mudah berputus asa yang disertai kemauan keras dalam berusaha dalam mencapai tujuan dan citacitanya. Orang dengan karakter ini cenderung berusaha memaksimalkan potensi yang dimilikinya dalam penyelesaian suatu tugas atau pekerjaan. Karakter ini muncul sebagai wujud dorongan motivasi yang kuat serta orientasi ke depan yang jelas. Orang ini 9 Peningkatan Kerja Keras..., Fitria Nur Handayani, FKIP UMP, 2013 10 biasanya selalu berpikir positif dan tidak mudah dipatahkan oleh rintangan yang menghalanginya. Karakter ini sangat diperlukan ditengah dunia yang semakin dinamis, kompetisi dan persaingan yang semakin tajam. Kerja keras merupakan usaha yang dilakukan dengan sungguh-sungguh untuk mencapai hasil yang diinginkan. Dalam kegiatan pembelajaran tentu sangat diperlukan adanya penanaman karakter perilaku kerja keras. Hal ini dilaksanakan dengan tujuan agar kelak jika anak didik sudah dewasa mereka akan terbiasa untuk berusaha dengan sungguh-sungguh atau bekerja keras dalam mencapai apa yang diinginkan. Kerja keras dalam penelitian ini merupakan suatu upaya untuk meningkatkan usaha belajar siswa untuk dapat memperoleh hasil yang maksimal. Siswa dilatih untuk lebih giat belajar melalui proses pembelajaran yang menantang dan menyenangkan. b. Karakteristik Kerja Keras Karakteristik kerja keras menurut (Kesuma, 2012:17) adalah perilaku seseorang yang dicirikan oleh kecenderungan berikut: 1) Merasa risau jika pekerjaannya belum terselesaikan sampai tuntas. 2) Mengecek/memeriksa terhadap apa yang harus dilakukan/apa yang menjadi tanggungjawabnya. 3) Mampu mengelola waktu yang dimilikinya. Peningkatan Kerja Keras..., Fitria Nur Handayani, FKIP UMP, 2013 11 4) Mampu mengorganisasi sumber daya yang ada untuk menyelesaikan tugas dan tanggungjawabnnya. c. Indikator Keberhasilan Kerja Keras Indikator keberhasilan karakter kerja keras menurut Fitri (2012:41) yaitu sebagai berikut: 1) Pengelolaan pembelajaran yang matang 2) Mendorong semua warga sekolah untuk berprestasi 3) Berkompetisi secara fair 4) Memberikan penghargaan kepada siswa yang berprestasi 2. Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar Arifin (2011:12) menyatakan bahwa prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti “hasil usaha”. Prestasi belajar itu berbeda dengan hasil belajar. Prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak peserta didik. Prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat perennial dalam sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentang kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Salvador Algarabel and Carmen Dasí (2001:44) menyatakan pendapatnya mengenai definisi prestasi, yaitu: In the Standards for test construction (APA, 1999) achievement is viewed basically as the competence a person Peningkatan Kerja Keras..., Fitria Nur Handayani, FKIP UMP, 2013 12 have in a area of content. This competence is the result of many intellectual and nonintellectual variables, although in this paper we concentrate exclusively on the former. Pada dasarnya prestasi merupakan suatu kompetensi yang dimiliki oleh seseorang. Kompetensi ini adalah hasil dari upaya seseorang baik yang intelektual maupun non intelektual. Kompetensi intelektual misalnya prestasi yang diperoleh seseorang dalam lingkup pendidikan formal di sekolah yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan. Sedangkan prestasi non intelektual merupakan prestasi yang tidak berkaitan dengan ilmu pengetahuan. Untuk mengukur dan mengetahui prestasi belajar seseorang dilakukan melalui tes prestasi. Tes prestasi ini sebagai alat evaluasi untuk mengukur seberapa jauh pengetahuan seseorang terhadap hal yang dia pelajari. Kaplan dan Succuzzo (2005: 317) menyebutkan bahwa: Standardized achievement tests had as their goal the end point evaluation of a students knowledge after a standard course of training. In such tests, validity is determined primarily by content-related evidence. in other words, these tests are considered valid if they adequately sample the domain of the construct being assessed. Standarisasi prestasi merupakan kemampuan yang dijadikan sebagai tujuan akhir dari titik evaluasi pengetahuan siswa setelah mereka melaksanakan pelatihan atau belajar. Tes ini dikatakan sah apabila telah terbukti validitasnya. Peningkatan Kerja Keras..., Fitria Nur Handayani, FKIP UMP, 2013 13 Prestasi belajar sangat berkaitan dengan kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan suatu proses sedangkan prestasi belajar merupakan hasil dari proses belajar. Untuk memahami pengertian prestasi belajar itu bertitik tolak pada pengertian belajar itu sendiri. Para ahli mengemukakan berbagai pengertian belajar yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut. Gagne dalam (Suprijono, 2011:2) menyatakan bahwa belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seorang secara alamiah. Kegiatan atau tingkah laku belajar terdiri dari kegiatan psikis dan fisis yang saling bekerjasama secara terpadu dan komprehensif integral. Sejalan dengan itu, belajar dapat dipahami sebagai berusaha atau berlatih supaya mendapat suatu kepandaian. Dalam implementasinya, belajar adalah kegiatan individu untuk memperoleh pengetahuan, perilaku dan ketrampilan dengan cara mengolah bahan ajar. Menurut Slameto (2010:2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. Pendapat lain dari Djamarah dan Zain Peningkatan Kerja Keras..., Fitria Nur Handayani, FKIP UMP, 2013 14 (2010:38) menyatakan bahwa belajar pada hakikatnya adalah “perubahan” yang terjadi di dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar. Walaupun pada kenyataannya tidak semua perubahan termasuk kategori belajar. Misalnya perubahan fisik, mabuk, gila, dan sebagainya. Belajar tidak selamanya memerlukan kehadiran seorang guru. Cukup banyak aktivitas yang dilakukan oleh seseorang di luar dari keterlibatan guru. Belajar di rumah cenderung menyendiri dan terlalu banyak mengharapkan bantuan dari orang lain. Apalagi aktivitas belajar itu berkenaan dengan kegiatan membaca sebuah buku tertentu. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan perilaku secara keseluruhan. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah dari tidak tahu menjadi tahu, tidak bisa menjadi bisa, berubah sikap dan tingkah lakunya, ketrampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya kreasinya, daya penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu. Sedangkan prestasi belajar merupakan hasil yang diperoleh oleh seseorang setelah dia melakukan proses belajar baik itu dalam lingkup intelektual maupun nonintelektual. Peningkatan Kerja Keras..., Fitria Nur Handayani, FKIP UMP, 2013 15 b. Ciri-ciri Prestasi Belajar Ciri prestasi belajar menurut Slameto (2010:3-4) yaitu ciriciri perubahan tingkah laku yang berupa: 1) Perubahan yang terjadi secara sadar 2) Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional 3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif 4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara 5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah 6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku c. Prinsip-Prinsip Prestasi Belajar Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan perilaku untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Belajar mempunyai prinsip-prinsip yang dapat dipakai sebagai dasar dalam pelaksanaan pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu meningkatkan upaya belajarnya, maupun bagi guru untuk meningkatkan kegiatan mengajarnya. Suprijono (2011:4-5) mengemukakan beberapa prinsip belajar antara lain: 1) Prinsip belajar sebagai perubahan tingkah laku Perubahan perilaku sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a) Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang disadari. Peningkatan Kerja Keras..., Fitria Nur Handayani, FKIP UMP, 2013 16 b) Kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya. c) Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup. d) Positif atau berakumulasi. e) Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan. f) Permanen atau tetap. g) Bertujuan dan terarah. h) Mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan. 2) Belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong oleh kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sestemik yang dinamis, konstruktif, dan organik. Belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai komponen belajar. 3) Belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya adalah hasil dari interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya. d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Untuk mencapai prestasi belajar terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Menurut Slameto (2010:54-72) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu: 1. Faktor Intern, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Faktor intern ini dibagi menjadi 3 bagian, yaitu faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan. a) Faktor jasmaniah Peningkatan Kerja Keras..., Fitria Nur Handayani, FKIP UMP, 2013 17 1) Faktor kesehatan, yaitu dalam keadaan baik segenap badan serta bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit. Kesehatan seseorang akan berpengaruh terhadap belajarnya. Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan-gangguan, kelainankelainan fungsi alat indra serta tubuhnya. Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin. 2) Cacat tubuh, yaitu suatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh atau badannya. Cacat itu dapat berupa buta, setengah buta, tuli, setengah tuli, patah kaki, patah tangan, lumpuh, dan lain-lain. Keadaan cacat tubuh juga akan mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya juga akan terganggu. b) Faktor psikologis Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang termasuk faktor psikologis yang mempengaruhi belajar antara lain yaitu: 1) Intelegensi, yaitu kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-konsep yang abstrak Peningkatan Kerja Keras..., Fitria Nur Handayani, FKIP UMP, 2013 18 secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. 2) Perhatian, yaitu keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata tertuju kepada suatu obyek (benda/hal) atau sekumpulan obyek. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian yang baik terhadap bahan yang dipelajarinya 3) Minat, yaitu kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Minat selalu diikuti dengan perasaan senang dan dari situ akan diperoleh kepuasan. 4) Bakat, yaitu kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. 5) Motif, yaitu daya penggerak atau pendorong untuk melalukan sesuatu demi tercapainya tujaun yang diinginkan. 6) Kematangan, adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang, di mana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Peningkatan Kerja Keras..., Fitria Nur Handayani, FKIP UMP, 2013 19 7) Kesiapan, merupakan kesediaan untuk memberi response atau beraksi. Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan berhubungan dengan kematangan, karena kematangan itu berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. c) Faktor kelelahan Kelelahan pada seseorang dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat psikis). Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. 2. Faktor Ekstern, yaitu faktor dari luar siswa. Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar, dapat dikelompokkan menjadi 3 faktor, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat. a) Faktor keluarga Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan. b) Faktor sekolah Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan Peningkatan Kerja Keras..., Fitria Nur Handayani, FKIP UMP, 2013 20 siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah. c) Faktor masyarakat Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengeruh tersebut terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat. Faktor masyarakat yang dapat mempengaruhi belajar antara lain kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat. 3. Hakikat Metode Pembelajaran a. Pengertian Metode Metode (Rohani, 2004:118) adalah suatu cara kerja yang sistematik dan umum. Metode berfungsi sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan. Makin baik suatu metode makin efektif pula dalam pencapaiannya. Tetapi, tidak ada satu metode pun yang dikatakan paling baik atau dipergunakan bagi semua macam usaha pencapaian tujuan. Baik tidaknya, tepat tidaknya suatu metode dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor utama yang menentukan metode adalah tujuan yang akan dicapai. Menurut Djamarah dan Zain (2010:46) metode merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Metode pembelajaran diperlukan oleh guru dalam proses Peningkatan Kerja Keras..., Fitria Nur Handayani, FKIP UMP, 2013 21 kegiatan belajar mengajar dan penggunaannya pun bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran selesai. Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya bila tidak menguasai satu pun metode mengajar yang dirumuskan dan dikemukakan para ahli psikologi dan pendidikan. Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan suatu cara yang berisi tentang langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Metode merupakan alat dan cara dalam pelaksanaan suatu strategi belajar mengajar. Sedangkan strategi merupakan sarana atau alat untuk mencapai tujuan pembelajaran, maka metode merupakan alat untuk mencapai tujuan belajar. b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Metode Pembelajaran Dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar, guru tidak harus terpaku dengan menggunakan satu metode saja, tetapi guru sebaiknya menggunakan metode yang bervariasi agar jalannya pembelajaran tidak membosankan dan akan menarik perhatian peserta didik. Tetapi, penggunaan metode yang bervariasi tidak akan menguntungkan kegiatan belajar mengajar apabila penggunaannya tidak tepat dan tidak sesuai dengan situasi yang mendukungnya dan dengan kondisi psikologis peserta didik. Peningkatan Kerja Keras..., Fitria Nur Handayani, FKIP UMP, 2013 22 Surakhmad (dalam djamarah dan Zain, 2010:46) mengemukakan lima macam faktor yang mempengaruhi penggunaan metode mengajar sebagai berikut: 1) Tujuan yang berbagai jenis dan fungsinya 2) Anak didik yang berbagai-bagai tingkat kematangannya 3) Situasi yang berbagai-bagai keadaannya 4) Fasilitas yang berbagai-bagai kualitas dan kuantitasnya 5) Pribadi guru serta kemampuan profesionalnya yang berbeda-beda. Tujuan pembelajaran yang jelas dan tepat akan membantu dalam merencanakan kegiatan pengajaran, salah satunya dapat membantu pemilihan metode belajar mengajar. Sifat dan keluasan suatu bahan pengajaran dapat pula menjadi acuan untuk menerapkan suatu jenis metode. Kemampuan guru juga mempengaruhi pemilihan metode pembelajaran. Suatu metode yang dipergunakan guru untuk mengajar haruslah dikuasai betul olehnya. Metode yang kurang baik di tangan seorang guru bisa jadi baik sekali di tangan guru yang lain. Selain itu, penggunaan metode pengajaran juga harus mempertimbangkan keadaan/kesediaan peserta didik. Kemampuan dan karakteristik peserta didik itu berbeda-beda. Kecocokan penggunaan suatu metode itu pun relatif. Untuk itulah guru perlu menggunakan lebih dari satu metode dan menggunakan metode yang bervariasi hingga tidak menimbulkan kejenuhan dan keberhentian minat belajar peserta didik. Situasi pengajaran juga menjadi faktor penting dari Peningkatan Kerja Keras..., Fitria Nur Handayani, FKIP UMP, 2013 23 pelaksanaan suatu metode. Suasana atau situasi kelas pengajaran yang berkaitan dengan semangat belajar, cuaca, keadaan lingkungan kelas/sekolah, perlu dipertimbangkan secara cermat oleh guru dalam menentukan penggunaan suatu metode pembelajaran. 4. Metode Pembelajaran Team Quiz a. Pengertian Metode Pembelajaran Team Quiz Banyak pengajar memakai sistem kompetisi dalam pembelajaran dan penilaian peserta didik. Dalam metode pembelajaran kompetisi, siswa belajar dalam suasana persaingan. Tidak jarang pula, guru memakai imbalan atau penghargaan sebagai sarana untuk memotivasi siswa dalam memenangkan kompetisi dengan siswa lainnya. Metode pembelajaran dengan kompetisi bisa menimbulkan rasa cemas yang dapat memacu siswa untuk meningkatkan kegiatan belajar mereka. Team Quiz merupakan salah satu metode pembelajaran aktif yang dapat mengarahkan atensi peserta didik terhadap materi yang dipelajarinya. Michael prince (2004:1) menyatakan pendapatnya mengenai pengertian pembelajaran aktif. Pendapat tersebut yaitu : Active learning is generally defined as any instructional method that engages students in the learning process. In short, active learning requires students to do meaningful learning activities and think about what they are doing. … The core elements of active learning are student activity and engagement in the learning process. Peningkatan Kerja Keras..., Fitria Nur Handayani, FKIP UMP, 2013 24 Pendapat tersebut menyatakan bahwa pembelajaran aktif pada umumnya didefinisikan sebagai metode apapun instruksional yang melibatkan siswa dalam proses belajar. Singkatnya, pembelajaran aktif melibatkan siswa secara langsung untuk melakukan kegiatan belajar bermakna dan berpikir tentang apa yang mereka lakukan. Unsur-unsur inti dari pembelajaran aktif adalah aktivitas siswa dan keterlibatannya dalam proses belajar. Pada pelaksanaan metode Team Quiz melibatkan siswa secara langsung dalam proses belajar mengajar, karena inti dari pembelajaran dengan metode ini yaitu siswa melaksanakan permainan kuis kelompok dengan membuat pertanyaan untuk tim lain dan menjawab pertanyaan dari tim lain. Kompetisi antar tim dapat memacu siswa untuk meningkatkan kegiatan belajar mereka dan dapat memotivasi siswa untuk lebih giat belajar. Silberman (2011:175) menyatakan bahwa teknik tim ini dapat meningkatkan rasa tanggungjawab siswa atas apa yang mereka pelajari dengan cara yang menyenangkan dan tidak mengancam atau tidak membuat mereka takut. Metode Team Quiz dapat menjadikan siswa lebih giat belajar, seperti yang diungkapkan oleh Leigh Stelzer dan Joan Coll-Reilly (2010:8) yang berpendapat mengenai keuntungan menggunakan metode Team Quiz dalam embelajaran di kelas. Pendapat tersebut yaitu : Peningkatan Kerja Keras..., Fitria Nur Handayani, FKIP UMP, 2013 25 Knowing they would be quizzed on the chapter material, students would be motivated to read the chapter and prepare for the quiz on the assigned day. Additionally, believing other members of the team were depending on them, students would be motivated to prepare for the quiz. Team spirit, group pressures or feelings of shared responsibility would stimulate their individual motivation (LaFasto, 1989; Tan & Tan, 2008). Students who experienced that they were the weak contributors to team success would increase their preparation and over time increase their contribution to the team. Clark (Nowak et. al., 1996) argued that team testing stimulates students’ sense of responsibility. Finally, students who initially did not learn the material on their own by individual study would learn from other students and, thus, take advantage of the pooling of knowledge (Nzeogwu, 1997). Pendapat tersebut mengungkapkan bahwa melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan metode Team Quiz dapat memotivasi siswa untuk lebih giat belajar. Siswa membuat pertanyaan dalam tim untuk pelaksanaan kuis, dengan mengetahui hal tersebut maka mereka akan termotivasi untuk mempelajari materi pada bab yang sedang dibahas dan mempersiapkan diri untuk perlombaan kuis antar tim. Semangat tim, tekanan untuk berkompetisi dengan tim lain atau perasaan tanggung jawab bersama akan merangsang motivasi individu dari setiap anggota tim. Siswa yang mempunyai kemampuan yang kurang akan meningkatkan persiapan diri mereka dari waktu ke waktu agar dapat meningkatkan kontribusi mereka terhadap timnya. Kompetisi antar tim akan meningkatkan rasa tanggung jawab siswa. Akhirnya, siswa yang awalnya tidak belajar sendiri akan belajar dari siswa lain, dengan demikian, keuntungan yang didapatkan yaitu siswa Peningkatan Kerja Keras..., Fitria Nur Handayani, FKIP UMP, 2013 26 akan lebih giat belajar, berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mempelajari materi dan pengetahuan siswa akan bertambah. b. Langkah-langkah Pembelajaran Team Quiz Adapun langkah-langkah metode Team Quiz (Suprijono, 2011:114) adalah: 1) Pilihlah topik yang dapat disampaikan dalam tiga bagian. 2) Bagilah siswa menjadi tiga kelompok yaitu A, B, dan C. 3) Sampaikan kepada siswa format penyampaian pelajaran, kemudian mulai penyampaian materi. Batasi penyampaian materi maksimal 10 menit. 4) Setelah penyampaian, minta kelompok A menyiapkan pertanyaanpertanyaan berkaitan dengan materi yang baru saja disampaikan. Kelompok B dan C menggunakan waktu ini untuk melihat lagi catatan mereka. 5) Mintalah kepada kelompok A untuk memberi pertanyaan kepada kelompok B. Jika kelompok B tidak dapat menjawab pertanyaan, lempar pertanyaan tersebut kepada kelompok C. 6) Kelompok A memberi pertanyaan kepada kelompok C, jika kelompok C tidak bisa menjawab, lemparkan kepada kelompok B. 7) Jika tanya jawab selesai, lanjutkan pelajaran kedua dan tunjuk kelompok B untuk menjadi kelompok penanya. Lakukan seperti proses untuk kelompok A. Peningkatan Kerja Keras..., Fitria Nur Handayani, FKIP UMP, 2013 27 8) Setelah kelompok B selesai dengan pertanyaannya, lanjutkan penyampaian materi pelajaran ketiga dan tunjuk kelompok C sebagai kelompok penanya. 9) Akhiri pelajaran dengan menyimpulkan tanya jawab dan jelaskan sekiranya ada pemahaman siswa yang keliru. Upaya peningkatan kerja keras belajar siswa pada menelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan dengan melalui penerapan metode pembelajaran Team Quiz. Pelaksanaan metode pembelajaran Team Quiz banyak melibatkan siswa secara langsung sehingga siswa akan lebih aktif dalam pembelajaran. Pada sesi kuis, siswa dituntut untuk membuat pertanyaan dalam kelompoknya saat bertugas sebagai tim penanya. Ketika menjadi tim penjawab pertanyaan siswa harus berlomba untuk menjawab pertanyaan dalam kuis, dalam menjawab pertanyaan itu siswa harus beradu cepat dengan tim lain, sehingga siswa harus lebih bekerja keras dalam belajar, sungguh-sungguh dalam mempelajari materi yang disampaikan oleh guru, dan lebih tekun mempelajari materi yang telah disampaikan agar dapat menjadi tim yang unggul. Pada proses inilah guru menanamkan karakter kerja keras dan mengupayakan agar perilaku kerja keras siswa dapat meningkat. c. Keunggulan dan Kelemahan Metode Team Quiz Dalam pembelajaran aktif yang menerapkan metode Team Quiz ini juga memiliki keunggulan dan kelemahan (Araliman.1991. Peningkatan Kerja Keras..., Fitria Nur Handayani, FKIP UMP, 2013 28 tersedia di blogspot.com/2012/05/v-behaviorurldefaultvmlo.html) yaitu sebagai berikut: 1. Keunggulan metode Team Quiz, yaitu: a) Dapat meningkatkan keseriusan dalam belajar b) Dapat menghilangkan stress dalam lingkungan belajar c) Mengajak siswa untuk terlibat penuh d) Meningkatkan proses belajar e) Membangun kreatifitas diri f) Meraih makna belajar melalui pengalaman g) Memfokuskan siswa sebagai subjek belajar h) Menambah semangat dan minat belajar 2. Kelemahan metode Team Quiz, yaitu: a) Memerlukan kendali yang ketat dalam mengkondisikan kelas saat keributan terjadi b) Hanya siswa tertentu yang dianggap pintar dalam kelompok tersebut, yakni yang bisa menjawab kuis, karena permainan kuis merupakan permainan yang dituntut cepat dan memberikan kesempatan diskusi yang singkat. c) Waktu yang diberikan sangat terbatas jika kuis dilaksanakan oleh seluruh tim dalam satu pertemuan. 5. Ilmu Pengetahuan Sosial di SD a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial Peningkatan Kerja Keras..., Fitria Nur Handayani, FKIP UMP, 2013 29 Pengertian IPS di tingkat persekolahan itu mempunyai makna yang berbeda, disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik. Trianto (2011:171) menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial. IPS atau studi sosial merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya. Pendapat lain dari Savage (1996:9) menyatakan bahwa “Social studies is the integrated study of the social sciences and humanities to promote civic competence. Within the school program, social studies provides coordinated systematic study drawing upon such disciplines as antropology, archaeology, economics, geography, history, law, philosophy, political science, psychology, religion, and natural sciences, as well as appropriate content from the humanites, mathematics, and naturl sciences. The primary purpose of social studies is to help young people develop the ability to make informed and reasoned decisions for the public good as citizens of a culturally diverse, democratic society in an interdependent world.” Ilmu sosial adalah terintegrasi studi ilmu sosial dan kemanusiaan untuk mempelajari kompetensi kewarnanegaraan. Dalam program, sekolah ilmu sosial menyediakan berkoordinasi studi sistematis gambar pada seperti disiplin sebagai antropology, arkeologi, ekonomi, geografi, sejarah, hukum, filsafat, ilmu politik, psikologi, agama, dan ilmu pengetahuan alam, serta sesuai konten dari Peningkatan Kerja Keras..., Fitria Nur Handayani, FKIP UMP, 2013 30 humanites, matematika, dan ilmu alam. Tujuan utama dari ilmu sosial untuk membantu kaum muda mengembangkan kemampuan untuk membuat keputusan informasi untuk kepentingan umum sebagai warga negara dari suatu budaya beragam, masyarakat demokrasi bergantung dalam sebuah dunia Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB . IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Mata pelajaran IPS ini memuat materi geografi, sejarah, sosiologi dan ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga Negara Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Ilmu Pengetahuan Sosial juga membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Lingkungan masyarakat dimana anak didiktumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat, dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan sekitarnya. Pendidikan IPS berusaha membantu siswa dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi sehingga akan menjadikannya semakin mengerti dan memahami lingkungan sosial masyarakatnya, Kosasih dalam (Trianto, 2011:173). Peningkatan Kerja Keras..., Fitria Nur Handayani, FKIP UMP, 2013 31 Pembelajaran pendidikan IPS menekankan pada unsur pendidikan dan pembekalan pada siswa. Penekanan pembelajarannya bukan sebatas pada upaya mengajarkan kepada siswa mengenai sejumlah konsep yang bersifat hafalan belaka, melainkan terletak pada upaya agar mereka mampu menjadikan apa yang telah dipelajarinya sebagai bekal dalam memahami dan ikut serta dalam melakoni kehidupan masyarakat lingkungannya, serta sebagai bekal bagi dirinya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Di sinilah sebenarnya penekanan misi dari pendidikan IPS. Oleh karena itu, rancangan pembelajaran guru hendaknya diarahkan dan difokuskan sesuai dengan kondisi dan perkembangan potensi siswa agar pembelajaran yang dilakukan benar-benar berguna dan bermanfaat bagi siswa, Kosasih dan Hamid Hasan dalam (Trianto, 2011:174). Jadi Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan suatu disiplin ilmu sosial yang mempelajari tentang perilaku mannusia yang berlangsung dalam proses kehidupan sehari-hari dalam upaya menjelaskan mengapa manusia berperilaku seperti apa yang mereka lakukan. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan. Peningkatan Kerja Keras..., Fitria Nur Handayani, FKIP UMP, 2013 32 b. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial Menurut Trianto (2011:176) tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan trampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai apabila program-program pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan secara baik. Jarolimek (1977:4) berpendapat bahwa “There are numerous goal statements for social studies education. NCSS a professional association, has issued statements dealing with the role of the social studies, as have many school districts and state departments of education. Nearly all of the fifty states specify the teaching of certain elements of social studies in their education codes. The following are typical examples of what is expected of social studies education: 1. Knowledge and information goals 2. Attitude and value goals 3. Skills goals a. Social skills b. Study skills and work habits c. Group-work skills d. Intellectual skills Ada banyak pernyataan tujuan pendidikan ilmu sosial. Beberapa contoh khas yang diharapkan dari Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yaitu: 1) IPS memberikan pengetahuan dan informasi yang disampaikan dalam berbagai bidang disiplin ilmunya; 2) tujuan sikap dan nilai; 3) tujuan keterampilan, melipiti ketrampilan sosial, ketrampilan belajar, ketrampilan kerja sama, ketrampilan intelektual dan ketrampilan kerja. Peningkatan Kerja Keras..., Fitria Nur Handayani, FKIP UMP, 2013 33 Trianto (2011:125-126), menyatakan bahwa mengacu pada tujuan pembelajaran IPS yang tercantum di dalam Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan, maka pembelajaran IPS dilakukan agar siswa dapat mencapai kompetensi-kompetensi sebagai berikut: 1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. 2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan ketrampilan dalam kehidupan sosial. 3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. 4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat local, nasional dan global. Mempelajari IPS berarti mempelajari berbagai konsep dan proses yang berhubungan dengan IPS. Proses IPS dapat dijabarkan ke dalam ketrampilan berpikir atau ketrampilan dasar. Dalam mata pelajaran IPS siswa secara bertahap dibimbing agar memiliki ketrampilan dasar IPS yang digunakan untuk mengenal dan memahami berbagai konsep IPS. Mengenai tujuan ilmu pengetahuan sosial, para ahli sering mengaitkannya dengan berbagai sudut kepentingan dan penekanan dari program pendidikan tersebut. Gross dalam (Trianto, 2011:173) Peningkatan Kerja Keras..., Fitria Nur Handayani, FKIP UMP, 2013 34 menyebutkan bahwa tujuan pendidikan IPS adalah untuk mempersiapkan mahasiswa menjadi warga negara yang baik dalam kehidupannya di masyarakat. Tujuan lain dari pendidikan IPS adalah untuk mengembangkan kemampuan mahasiswa menggunakan penalaran dalam mengambil keputusan setiap persoalan yang dihadapinya, Gross dalam (Trianto, 2011:173). Pada dasarnya tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan lingkungannya, serta berbagai bekal siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Berdasarkan pengertian dan tujuan dari pendidikan IPS, tampaknya dibutuhkan suatu pola pembelajaran yang mampu menjembatani tercapainya tujuan tersebut. c. Karakteristik Ilmu Pengetahuan Sosial Seperti ilmu pengetahuan yang lainnya IPS pun memiliki beberapa karakteristik. Karakteristik mata pelajaran IPS ini berbeda dengan disiplin ilmu lain yang bersifat monolitik. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hokum dan budaya. Rumusan Ilmu Pengetahuan Sosial berdasarkan realitas dan fenomena sosial melalui pendekatan interdisipliner. Menurut (Trianto, 2011:174-175) mata pelajaran IPS memiliki karakteristik antara lain sebagai berikut: Peningkatan Kerja Keras..., Fitria Nur Handayani, FKIP UMP, 2013 35 1) Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan dan agama. 2) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema) tertentu. 3) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner. 4) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan, struktur, proses dan masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup agar survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan jaminan keamanan. 6. Keragaman Suku Bangsa dan Budaya Indonesia a. Keragaman Menurut Setiadi, Hakam dan Effendi (2009:147) keragaman berasal dari kata ragam yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya: 1) tingkah laku; 2) macam, jenis; 3) lagu, musik, langgam; 4) warna, corak; 5) laras (tata bahasa). Sehingga keragaman berarti perihal beragam-ragam, berjenis-jenis, perihal ragam dan jenis. Peningkatan Kerja Keras..., Fitria Nur Handayani, FKIP UMP, 2013 36 Keragaman yang dimaksud disini adalah suatu kondisi dalam masyarakat dimana terdapat perbedaan-perbedaan dalam berbagai bidang, terutama suku bangsa dan ras, agama dan keyakinan, adat kesopanan, serta situasi ekonomi. Indonesia merupakan negara yang berbentuk kepulauan terpisah-pisah, kondisi geografis Indonesia yang seperti ini menyebabkan adanya keragaman di berbagai bidang terutama suku bangsa dan budayanya. Penduduk di setiap pulau mengembangkan kebiasaan dan adat istiadatnya sendiri, dan dalam waktu yang cukup lama akan berkembang menjadi kebudayaan yang berbeda. Selain itu, perbedaan bentuk muka bumi seperti dataran rendah, daerah pantai maupun pegunungan di Indonesia juga dapat menyebabkan munculnya perbedaan atau keragaman. Penduduk yang menempati suatu daerah akan beradaptasi dengan kondisi geografis alam di sekitar daerah yang ditempatinya. Adaptasi itu dapat terwujud dalam bentuk perubahan tingkah laku maupun perubahan ciri-ciri fisik. Penduduk di sekitar pantai misalnya akan mengembangkan keahlian melaut, menangkap ikan dan berlayar. Perubahan keadaan alam dan proses adaptasi inilah yang akan menimbulkan adanya keragaman suku bangsa di Indonesia. Perbedaan-perbedaan yang ada tidak membuat Indonesia menjadi bangsa yang terpecah belah, karena Indonesia mempunyai semboyan yang tercantum dalam lambang negara yaitu “Bhineka Tunggal Ika” yang artinya walaupun berbeda-beda namun tetap satu Peningkatan Kerja Keras..., Fitria Nur Handayani, FKIP UMP, 2013 37 jua. Perbedaan yang ada dapat dijadikan sebagai alat pemersatu agar bangsa Indonesia menjadi bangsa yang besar, bangsa yang kaya akan kebudayaan, suku bangsa dan ras, adat istiadat, agama dan keyakinan, ideology, maupun situasi ekonomi. b. Suku Bangsa Suku bangsa merupakan suatu kesatuan masyarakat atas dasar kesamaan ras, bahasa, tempat tinggal, adat istiadat, budaya maupun bahasa. Perbedaan ras muncul karena adanya pengelompokan besar manusia yang memiliki ciri-ciri biologis lahiriah yang sama seperti rambut, warna kulit, ukuran tubuh, mata, ukuran kepala, dan sebagainya. Suku bangsa yang menempati wilayah Indonesia dari Sabang sampai Merauke sangat beragam. Besar kecilnya suku bangsa di Indonesia tidak merata. Suku bangsa yang jumlahnya cukup besar antara lain suku bangsa Jawa, Sunda, Madura, Melayu dan Batak. Masing-masing suku bangsa tersebut tentu memiliki adat istiadat, budaya dan bahasa sendiri yang tentunya berbeda dengan suku bangsa yang lain. Suku bangsa Sunda misalnya, suku bangsa ini memiliki adat istiadat sendiri dan memiliki bahasa yang berbeda dengan suku bangsa yang lain. Berbagai suku bangsa dengan ciri khasnya masing-masing tersebar di berbagai pulau di Indonesia dan bahkan di setiap pulaunya terdiri dari berbagai suku bangsa yang mendiaminya. Misalnya di pulau Jawa terdapat suku bangsa yang beragam, di Jawa Barat terdapat Peningkatan Kerja Keras..., Fitria Nur Handayani, FKIP UMP, 2013 38 suku bangsa Sunda, Betawi dan Badui, di Jawa Tengah terdapat suku bangsa Jawa dan Karimun, sedangkan di Jawa Timur terdapat suku bangsa Jawa, Madura dan Tengger. Selain itu masih banyak lagi keragaman suku bangsa yang terdapat di Indonesia. Berbagai macam suku bangsa yang berbeda-beda yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia merupakan salah satu ciri khas bangsa Indonesia yang memiliki keragaman suku bangsa dan ras. Meskipun memiliki perbedaan suku bangsa, persatuan dan kesatuan bangsa tetap terjaga karena adanya rasa saling menghormati antara suku yang satu dengan suku yang lain. c. Budaya Budaya (Setiadi, Hakam dan Effendi, 2009:27) merupakan bentuk jamak dari kata budi dan daya yang berarti cinta, rasa dan karsa. Kata budaya sebenarnya berasal dari bahasa Sansekerta budhayah yaitu bentuk jamak kata buddhi yang berarti budi atau akal. Linton dalam (Setiadi, Hakam dan Effendi, 2009:27) berpendapat bahwa kebudayaan dapat dipandang sebagai konfigurasi tingkah laku yang dipelajari dan hasil tingkah laku yang dipelajari, di mana unsur pembentuknya didukung dan diteruskan oleh anggota masyarakat lainnya. Jadi, kebudayaan merupakan hasil cipta dan karya manusia sebagai anggota masyarakat yang terdiri dari kesenian, adat istiadat, kepercayaan, maupun bahasa. Kebudayaan merupakan jati diri suatu Peningkatan Kerja Keras..., Fitria Nur Handayani, FKIP UMP, 2013 39 bangsa, jadi untuk mengenal jati diri tersebut dapat dilihat dari hasil kebudayaan bangsanya. Di Indonesia terdapat beraneka ragam suku bangsa, maka kekayaan budaya yang ada di Indonesia juga beragam, karena setiap suku bangsa yang ada pasti menciptakan budayanya sendiri. Koentjaraningrat dalam (Setiadi, Hakam dan Effendi, 2009:28-30) mengemukakan bahwa kebudayaan itu dibagi atau digolongkan dalam tiga wujud, yaitu: 1) Wujud sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma dan peraturan. Wujud tersebut menunjukkan wujud ide dari kebudayaan, sifatnya abstrak, tidak dapat dipegang, diraba, ataupun difoto, dan tempatnya ada di alam pikiran warga masyarakat di mana kebudayaan yang bersangkutan itu hidup. Contohnya ilmu pengetahuan, adat istiadat atau peraturan. 2) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat. Wujud tersebut dinamakan system sosial, karena menyangkut tindakan dan kelakuan berpola dari manusia itu sendiri. Wujud ini bisa diobservasi, difoto dan didokumentasikan karena dalam sistem sosial ini terdapat aktifitas-aktifitas manusia yang berinteraksi dan berhubungan serta bergaul satu dengan lainnya dalam masyarakat. Peningkatan Kerja Keras..., Fitria Nur Handayani, FKIP UMP, 2013 40 Contohnya yaitu tata cara pernikahan, kesenian dan beranekaragam upacara adat. 3) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Wujud yang terakhir ini disebut kebudayaan fisik. Di mana wujud budaya ini hampir seluruhnya merupakan hasil fisik (aktifitas perbuatan dan karya semua manusia dalam masyarakat). Kebudayaan yang dimiliki oleh setiap masyarakat itu berbeda-beda, seperti di Indonesia terdapat beraneka ragam suku bangsa, maka kekayaan budaya yang ada di Indonesia juga beragam, karena setiap suku bangsa yang ada pasti menciptakan budayanya sendiri. Meskipun demikian, setiap kebudayaan itu mempunyai ciri atau sifat yang sama. Menurut Setiadi, Hakam dan Effendi (2009:3334) sifat hakiki kebudayaan tersebut, yaitu: 1) Budaya terwujud dan tersalurkan dari perilaku manusia. 2) Budaya telah ada terlebih dahulu daripada lahirnya suatu generasi tertentu dan tidak akan mati dengan habisnya usia generasi yang bersangkutan. 3) Budaya diperlukan oleh manusia dan diwujudkan dalam tingkah lakunya. 4) Budaya mencakup aturan-aturan yang berisikan kewajibankewajiban, tindakan-tindakan yang diterima dan ditolak, tindakantindakan yang dilarang, dan tindakan-tindakan yang diizinkan. Peningkatan Kerja Keras..., Fitria Nur Handayani, FKIP UMP, 2013 41 Jadi, meskipun kebudayaan yang ada di Indonesia itu sangat beragam wujud dan bentuknya, akan tetapi kebudayaan memiliki sifat yang sama. Kebudayaan tercipta dari perilaku manusia sebagai warga masyarakat. Setiap manusia di berbagai daerah mempunyai kebiasaan dan perilaku yang berbeda-beda, misalnya manusia yang hidup di daerah pegunungan memiliki kebiasaan untuk berbicara dengan suara yang keras, manusia yang hidup di daerah pantai memiliki kebiasaan untuk mencari ikan. Hal ini menyebabkan terciptanya keragaman budaya. Kesamaan sifat yang lain yaitu kebudayaan telah ada terlebih dahulu daripada lahirnya suatu generasi tertentu dan tidak akan mati dengan habisnya usia generasi yang bersangkutan. Kebudayaan tercipta sejak zaman nenek moyang manusia itu ada dan kebudayaan tidak akan hilang sampai generasi berikutnya. Kebudayaan diperlukan oleh manusia dan diwujudkan dalam tingkah lakunya, misalnya masyarakat akan menggunakan bahasa daerahnya masing-masing ketika mereka berkomunikasi sehari-hari. 7. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SD Pada penelitian tindakan kelas ini mengambil materi pokok keragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar sebagai berikut: Peningkatan Kerja Keras..., Fitria Nur Handayani, FKIP UMP, 2013 42 a. Standar Kompetensi 1. Menghargai berbagai peninggalan dan tokoh sejarah yang berskala nasional pada masa Hindu-Budha dan Islam, keragaman kenampakan alam dan suku bangsa serta kegiatan ekonomi di Indonesia. b. Kompetensi Dasar 1.4. Menghargai keragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia. c. Indikator 1. Menunjukkan pada peta persebaran daerah asal suku bangsa di Indonesia. 2. Menyebutkan macam-macam suku bangsa di Indonesia. 3. Menjelaskan sikap menghormati keragaman suku bangsa di Indonesia. 4. Mengidentifikasi jenis-jenis keragaman budaya yang terdapat di Indonesia. 5. Menyebutkan keragaman budaya Indonesia berdasarkan daerah asalnya. 6. Menjelaskan sikap menghormati budaya di Indonesia B. Hasil Penelitian yang Relevan Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dalvi selaku guru di Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Putri Padang Panjang pada tahun 2006 dalam jurnal Kependidikan Dasar yang berjudul “Upaya Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Agama dengan Menggunakan Metode Peningkatan Kerja Keras..., Fitria Nur Handayani, FKIP UMP, 2013 43 Belajar Aktif Tipe Kuis Tim di Kelas VI.B MI Diniyah Puteri Padang Panjang Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2005/2006”, metode pembelajaran aktif Team Quiz dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa di kelas VI B MI Diniyah Putri Padang Panjang. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan meningkatnya keaktifan dan hasil belajar siswa. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh pada siklus I mencapai 6,69 dan pada siklus II rata-rata kelas yang diperoleh mengalami peningkatan menjadi 7,33. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran Team Quiz dapat meningkatkan hasil belajar sesuai dengan indikator keberhasilan yang ingin dicapai. Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan sebelumnya menunjukkan bahwa metode Team Quiz dapat meningkatkan hasil belajar siswa, untuk itu peneliti bermaksud untuk melaksanakan penelitian dengan menggunakan metode Team Quiz di kelas V Sekolah Dasar. Adapun judul penelitian yang akan dilaksanakan yaitu Peningkatan Kerja Keras dan Prestasi Belajar IPS Materi Keragaman Suku Bangsa dan Budaya Melalui Metode Pembelajaran Team Quiz Kelas VA SD Negeri 2 Kalibagor. Perbedaan dari penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu peneliti akan menerapkan metode Team Quiz pada mata pelajaran IPS di kelas V Sekolah Dasar dalam upaya untuk meningkatkan kerja keras dan prestasi belajar siswa. Pada pembelajaran yang akan dilaksanakan, peneliti menggunakan media pembelajaran berupa peta Indonesia, gambar keragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia, papan penskoran tim serta pin penghargaan untuk tim Peningkatan Kerja Keras..., Fitria Nur Handayani, FKIP UMP, 2013 44 yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar. Setting tempat duduk siswa juga akan dirubah menjadi format U, hal ini dimaksudkan agar siswa lebih antusias untuk berkompetisi dengan tim lain sehingga kerja keras belajarnya dapat meningkat. C. Kerangka Berpikir Pada dasarnya setiap guru menginginkan siswanya dapat mencapai semua tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Tetapi, pada kenyataannya kemampuan dan karakteristik setiap siswa itu berbeda-beda. Perbedaan tersebut dapat dilihat ketika proses pembelajaran berlangsung. Sebagian besar siswa tidak menunjukkan kerja keras dan semangat belajarnya. Siswa kurang aktif dalam pelajaran, tidak berani bertanya atau menyampaikan pendapatnya. Selain itu, kemampuan siswa dalam menerima pelajaran pun berbeda-beda. Ada siswa yang dapat menguasai materi dengan cepat dan mudah, namun ada juga yang mengalami kesulitan dan membutuhkan waktu yang lama dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru. Hal ini menyebabkan prestasi belajar yang diperoleh siswa rendah. Oleh karena itu, seorang guru harus memiliki keterampilan-keterampilan dalam mengajar, sehingga dapat tercapai keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mewujudkan keberhasilan tersebut yaitu seorang guru harus dapat memilih dan menggunakan metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi yang akan disampaikan serta menarik agar siswa dapat lebih bersemangat dalam belajar dan mencapai hasil yang maksimal. Metode Team Quiz merupakan metode yang tepat yang Peningkatan Kerja Keras..., Fitria Nur Handayani, FKIP UMP, 2013 45 dapat digunakan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), terutama pada materi keragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia di kelas VA SD Negeri 2 Kalibagor. Pelaksanaan proses pembelajaran menggunakan metode Team Quiz akan meningkatkan kerja keras siswa dalam belajar karena proses pembelajaran dilaksanakan dengan mengadakan suatu kuis dalam kelompok belajar. Setiap kelompok dituntut untuk dapat membuat pertanyaan sendiri dan dapat menjawab pertanyaan itu dengan benar. Team Quiz dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar, berani bertanya dan menyampaikan pendapatnya ketika berinteraksi dengan sesama pembelajar. Adanya kompetisi antar kelompok dapat menciptakan semangat belajar dari dalam diri siswa dan mereka akan berusaha lebih keras agar dapat menjadi kelompok atau tim yang unggul. Kerja keras dan semangat belajar yang tinggi akan menimbulkan peningkatan pada prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat dibuat kerangka berpikir penelitian pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial materi pokok keragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia di kelas VA SD Negeri 2 Kalibagor melalui metode pembelajaran Team Quiz sebagai berikut: Peningkatan Kerja Keras..., Fitria Nur Handayani, FKIP UMP, 2013 46 Masalah Kurangnya kerja keras sehingga siswa kurang aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, tidak bersemangat, cepat jenuh. Prestasi belajar di bawah KKM, hasil belajar rendah. Tindakan Hasil Pembelajaran menggunakan metode pembeljaran Team Quiz. Kerja keras dan prestasi belajar siswa meningkat. Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka peneliti mengajukan hipotesis tindakan dengan judul Peningkatan Kerja Keras dan Prestasi Belajar IPS Materi Keragaman Suku Bangsa dan Budaya Melalui Metode Pembelajaran Team Quiz Kelas VA SD Negeri 2 Kalibagor. Dengan menggunakan metode Team Quiz diharapkan dapat meningkatkan kerja keras dan prestasi belajar IPS pada materi keragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia di kelas VA SD Negeri 2 Kalibagor. Peningkatan Kerja Keras..., Fitria Nur Handayani, FKIP UMP, 2013