MEDIA DAN PERUBAHAN SOSIAL The world is changing, even without media involvement. The only different is media make the change faster... most of the mass media give much more attention to bad news--crime, deaths, disasters, wars, etc.--than to positive sides of the human condition. The mass media frequently create unrealistic fears about criminals, foreign peoples and the like. "News" often is more like entertainment than information or education. News reports, especially on television, are typically given without much overt context (Brian Martin, Beyond mass media, Published in Metro, number 101, 1995, pp. 17-23; Metro Magazine, PO Box 204, Albert Park Vic 3206, Australia). Pengantar Persoalan yang dibicarakan oleh teori perubahan sosial mencakup beberapa hal. Pertama, bagaimana kecepatan suatu perubahan terjadi, ke mana arah dan bentuk perubahan, serta bagaimana hambatanhambatannya. Dalam kasus masyarakat Indonesia, hal ini dapat dilakukan dengan melihat sejarah perkembangan sosialnya. Kedua, faktor apa yang berpengaruh terhadap perubahan sosial. Paling tidak terdapat enam faktor yang berpengaruh terhadap perubahan sosial; (1) penyebaran informasi, meliputi pengaruh dan mekanisme media dalam menyampaikan pesan-pesan ataupun gagasan (pemikiran); (2) modal, antara lain SDM ataupun modal finansial; (3) teknologi, suatu unsur dan sekaligus faktor yang cepat berubah sesusai dengan perkembangan ilmu pengetahuan; (4) ideologi atau agama, bagaimana agama atau ideologi tertentu berpengaruh terhadap proses perubahan sosial; (5) birokrasi, terutama berkaitan dengan berbagai kebijakan pemerintahan tertentu dalam membangun kekuasaannya; (6) agen atau aktor. Hal ini secara umum termasuk dalam modal SDM, tetapi secara spesifik yang dimaksudkan adalah inisiatif-inisiatif individual dalam “mencari” kehidupan yang lebih baik. Ketiga, dari mana perubahan terjadi, dari negara, atau dari pasar bebas (kekuatan luar negeri), atau justru dari dalam diri masyarakat itu 1 sendiri. Keempat, hal-hal apa saja yang berubah dan bagaimana perubahan itu terjadi. Seperti diketahui, perubahan dapat sesuatu yang berbentuk fisik (tampak/material), misalnya terjadinya pembangunan dalam pengertian fisik, tetapi ada pula hal-hal yang tidak tampak (nonmaterial), seperti pemikiran, kesadaran, dan sebagainya. Kelima, halhal atau wacana-wacana apa saja yang dominan dalam proses perubahan sosial tersebut? Misalnya, untuk kasus Indonesia di antara enam faktor perubahan seperti disinggung di atas, mana di antaranya yang dominan, dan mengapa hal tersebut terjadi. Keenam, bagaimana membedakan konteks-konteks perubahan dalam setiap masyarakat dan bagaimana proses sosial tersebut berlangsung. Dalam masalah ini, ada yang disebut (1) proses reproduksi, yakni proses pengulangan-pengulangan dalam ruang dan waktu yang berbeda seperti halnya warisan sosial dan budaya dari masyarakat sebelumnya dan (2) proses transformasi, yakni suatu proses perubahan bentuk atau penciptaan yang baru, atau yang berbeda dari sebelumnya. Modernisasi: Ancangan Analisis Perubahan Sosial Gejala perubahan sosial yang masih relevan dalam tatanan kehidupan masa kini adalah gejala modernisasi yang dicanangkan dunia Barat untuk memperbaiki perekonomian masyarakat di negara-negara Dunia Ketiga. Dampak modernisasi sangat luas, baik yang dianggap positif maupun negatif oleh kalangan masyarakat di negara-negara Dunia Ketiga, baik yang berkaitan dangan masalah ekonomi, sosial, politik, budaya dan ilmu pengetahuan. Modernisasi sebagai fenomena perubahan mendapat respon yang beragam, bahkan dikritisi sebagai westernisasi. Bagaimanapun sebuah masyarakat bukanlah 'bejana' kosong yang begitu saja menerima hal-hal yang berasal dari luar, tetapi ia memiliki mekanisme tertentu melalui norma-norma dan nilai-nilai tradisi (budaya) dalam menangani dan menanggapi perubahan yang terjadi. Dalam kaitannya dengan hal ini 2 adalah peran para agen perubahan (pemerintah dan lembaga-lembaga masyarakat) yang mampu mengantisipasi berbagai perkembangan masyarakat sehingga mampu mengarahkan masyarakat untuk berubah ke arah yang lebih baik. Dalam suatu proses modernisasi, suatu proses perubahan yang direncanakan, melibatkan semua kondisi atau nilai-nilai sosial dan kebudayaan secara integratif. Secara sosiologis munculnya semangat perubahan sosial di Indonesia, biasanya lebih difokuskan pada dinamika sosial yang berkembang, meskipun pada gilirannya hampir semua aspek dapat pula menjadi pemicu arah perubahan itu sendiri. Bahkan sebagian sosiolog sependapat, bahwa perubahan di semua sektor merupakan keharusan yang tidak dapat ditawar dan ditunda-tunda, kendatipun dalam proses perjalanannya diketemukan kendala-kendala yang tidak ringan. Sebut saja, mulai dari perubahan dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, keamanan, agama dan berbagai macam yang menyangkut hajat hidup rakyat Indonesia. Determinisme Media Perubahan teknologi menempatkan komunikasi di garda paling depan dari perubahan sosial. Dalam konteks mediasi, teknologi media berperan dalam membentuk cara kita berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain. Teknologi media, layaknya sebuah struktur, membatasi apa yang bisa dan tidak bisa dilakukan manusia. Ini terjadi tak lain karena tiap medium memiliki kemampuan teknis yang berbeda dalam menyampaikan teks, suara atau gambar (Croteau :262). Bahkan Mc Luhan, yang terkenal dengan adagium medium is the mesage, mengatakan bahwa teknologi media memiliki implikasi pada keseimbangan penggunaan indra kita. Misalnya media cetak yang hanya bisa menyampaikan teks dan gambar diam lebih memfungsikan indra mata. sedangkan radio memaksimalkan fungsi indra telinga.. 3 Dalam kacamata kaum determinist, teknologi merupakan elemen penting yang menjadi pangkal dari perubahan sosial. Teknologi dilihat sebagai kekuatan sosial dari luar yang masuk (atau dimasukkan) ke dalam situasi sosial tertentu dan mengakibatkan efek perubahan beruntun. Fischer sebagaimana dikutip Croteau menyebutnya sebagai pendekatan bola bilyar. Meskipun dalam kenyataan tak selamanya begitu. Sebagaimana yang terjadi di India ketika para petani di sana dikenalkan pada teknologi televisi dalam rangka difusi-inovasi teknologi pertanian (Rogers, 1982:80). Neil Postman (1985) berargumen bahwa masyarakat yang berbasis media cetak (masyarakat Amerika abad 18 hingga 19) termotivasi untuk rasional, serius dan koheren dalam cara berpikir dan isu tentang wacana publik. Membaca membentuk pemikiran yang analitis, logis dan jelas. Dan kondisi itu berubah sejak kemunculan televisi (Croteau, 268:269). meningkatnya penggunaan televisi mengubah cara masyarakat berbicara dan berpikir tentang isu publik, apalagi ketika tayangan televisi didominasi oleh hiburan dan gosip. Lebih jauh lagi, para penganut posmodernisme menuding budaya audiovisual sekarang sebagai biang dari hiperreality. Selain itu, teknologi komunikasi juga menggeser apa yang kita sebut sebagai identitas dan peran sosial. Meyrowitz (1985) televisi secara radikal memutus hubungan antara lingkungan fisik (physical place) and lingkungan sosial (social place).Sebelum media elektronik berkembang, peran sosial dan identitas kita terkait erat dengan lingkungan fisik dimana kita berada. Penemuan media elektronik, terlebih televisi, membuat definisi keduanya menjadi kabur. Setidaknya berubah untuk menyesuaikan dengan kondisi sosial yang baru. Menelisik Kontribusi Media Media massa merupakan salah satu bentuk kemajuan teknologi dalam bidang informasi dan komunikasi. Pengaruh media massa berbedabeda terhadap setiap individu. Hal ini disebabkan karena adanya 4 perbedaan pola pikir, perbedaan sifat yang berdampak pada pengambilan sikap, hubungan sosial sehari-hari, dan perbedaan budaya. Perubahan sosial dimasyarakat berorientasi pada upaya untuk meninggalkan unsurunsur yang mesti ditinggalkan, berorientasi pada pembentukan unsur baru, serta berorientasi pada nilai-nilai yang telah ada pada masa lampau. Kehadiran media dalam kehidupan sosial bukan sekadar sarana diversion, pelepas ketegangan atau hiburan, tetapi isi dan informasi yang disajikan, mempunyai peran yang signifikan dalam proses perubahan sosial. Sebagai contoh isi media massa merupakan konsumsi otak bagi khalayaknya, sehingga apa yang ada di media massa akan mempengaruhi ---menurut istilah Peter Berger (1979:13)--- realitas subyektif pelaku interaksi sosial. Atau dengan istilah lain, media massa mampu menanamkan the pictures in our heads (istilah Walter Lippmann, 1922) tentang realitas yang terjadi di dunia ini. Gambaran tentang realitas yang “dibentuk” oleh isi media massa inilah yang nantinya mendasari respon dan sikap khalayak terhadap berbagai obyek sosial. Informasi yang salah dari media massa akan memunculkan gambaran yang salah pula pada khalayak, sehingga akan memunculkan respon dan sikap yang salah juga terhadap obyek sosial itu. Oleh karena itu, media massa dituntut menyampaikan informasi secara akurat dan berkualitas. Kualitas informasi inilah yang merupakan tuntutan etis dan moral penyajian isi media. Media massa merupakan salah satu bentuk kemajuan teknologi dalam bidang informasi dan komunikasi. Pengaruh media massa berbedabeda terhadap setiap individu. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan pola pikir, perbedaan sifat yang berdampak pada pengambilan sikap, hubungan sosial sehari-hari, dan perbedaan budaya. Perubahan sosial dimasyarakat berorientasi pada upaya untuk meninggalkan unsurunsur yang mesti ditinggalkan, berorientasi pada pembentukan unsur baru, serta berorientasi pada nilai-nilai yang telah ada pada masa lampau 5 Tanpa sadar media massa telah membawa masyarakat masuk kepada pola budaya yang baru dan mulai menentukan pola pikir serta perilaku masyarakat. Perubahan pola tingkah laku yang paling terasa ialah dari aspek gaya hidup dan aspek ini paling kelihatan dalam lingkungan generasi muda. Dampak yang ditimbulkan media massa beraneka ragam, diantaranya: terjadinya perilaku menyimpang dari norma-norma sosial dan nilai-nilai budaya yang mana perilaku menyimpang tersebut dianggap sebagai bagian dari trend masa kini. Dampak lainnya yaitu kecenderungan makin meningkatnya pola hidup konsumerisme yang menuntut gaya hidup serba instant serta membuat menurunnya minat belajar di kalangan generasi muda Media massa adalah institusi yang meghubungan seluruh unsur masyarakat satu dengan yang lainnya melalui produk media massa yang dihasilkan. Produk tayangannya berupaya menyesuaikan dengan khalayaknya yang heterogen dan berbagai sosio ekonomi, kultural. Produksi media yang berupa berita, program keluarga, kuis, film, program anak disebut sebagai upaya massa yaitu karya budaya. Blumer dalam McQuails dalam Bungin mengemukakan empat komponen sosiologis yang mengandung arti massa : 1. Anggota massa adalah orang-orang dari posisi kelass sosial yang berbeda (heterogen) 2. Massa terdiri dari individu-individu yang anonim 3. Secara fisik terpisah satu sama lain hanya terdapat sedikit interaksi atau pertukaran pengalaman 4. Keorganisasian bersifat longgar dan tidak mampu bertindak bersama. Budaya massa dipengaruhi oleh budaya populer. Budaya populer banyak berkaitan dengan masaalah keseharian yang dapat dinikmati oleh semua orang atau kalangan orang tertentu, sperti selebritis, kendaraan pribadi, fashion, model rumah, perawatan tubuh. Budaya massa dibentuk disebabkan : 1. Tuntutan industri kepada pencipta untuk menghasilkan karya yang banyak dalam tempo singkat. 6 2. Cenderung ’latah’, menyulap atau meniru segala sesuatu yang sedang booming dan laris, sehingga media berlomba untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya. Menurut Praktikto (1979: 36) dewasa ini kemajuan teknologi informasi yang menuju kearah globalisasi komunikasi dirasakan cenderung berpengaruh langsung terhadap tingkat peradaban masyarakat dan bangsa. Kita semua menyadari bahwa perkembangan teknologi informasi akhir-akhir ini bergerak sangat pesat dan telah menimbulkan dampak positif maupun negatif terhadap tata kehidupan masyarakat di berbagai negara. Kemajuan bidang informasi membawa kita memasuki abad revolusi komunikasi. Bahkan ada yang menyebutnya sebagai “Ledakan Komunikasi” (Subrata, 1992). Apabila globalisasi diartikan sebagai perkembangan kebudayaan manusia, maka globalisasi informasi dan komunikasi yang mucul karena perkembangan teknologi komunikasi, diartikan sebagai teknologi elektronika yang mampu mendukung percepatan dan meningkatkan kualitas informasi ini tidak mungkin lagi di dibatasi oleh ruang dan waktu (Wahyudi, 1990). Arus informasi yang cepat menyebabkan kita tidak mampu untuk menyaring pesan yang datang. Akibatnya tanpa sadar informasi tersebut sedikit demi sedikit telah mempengaruhi pola tingkah laku dan budaya dalam masyarakat. Kebudayaan yang sudah lama ada dan menjadi tolak ukur masyarakat dalam berperilaku kini hampir hilang dan lepas dari perhatian masyarakat. Akibatnya, semakin lama perubahan-perubahan sosial di masyarakat mulai terangkat ke permukaan. Pertanyaan yang mengemuka kemudian, apakah perubahan sosial masyarakat itu diharapkan atau tidak, cepat atau lambatkah perubahan tersebut? Tentu bergantung pada spirit yang dikandung oleh masyarakatnya, leader (elit) yang hadir ditengah-tengah masyarakat tersebut, serta sarana yang digunakan di dalam prosesnya. Namun, efektifitas media massa dalam proses perubahan sosial, meskipun 7 perubahan tersebut tidak diinginkan suatu kelompok masyarakat, mampu menembus ruang dan sekat-sekat yang dibangun oleh masyarakat tadi terutama di era globalisasi ini. Referensi Ang, Ien (1999): "Kultur und Kommunikation, Auf dem Weg zu einer ethnographischen Kritik des Medienkonsums in transnationalen Mediensystemen", in: Roger Bromley/Udo Göttlich/Carsten Winter (eds.): Cultural Studies, Grundlagentexte zur Einführung , Lüneburg, 317-340. Bungin, Burhan .2006; Sosiologi Komunikasi : Teori, paradigma dan diskursus Teknologi Komunikasi di masyarakat; Kencana Cardoso, Fernando Henrique/Enzo Falletto (1979): Dependency and Development in Latin America , Berkeley. Croteau, David and William Hoynes. 1997. Media/Society: industries, images, and audiences. United States: Pine Forge Press Rogers, Everett M. 1986. Communication Technology. New York: The Free Press. 8 Catatan Tambahan Pengertian Perubahan Sosial Para ahli filsafat, sejarah, ekonomi dan para sosiolog telah mencoba untuk merumuskan prinsip-prinsip atau hukum-hukum perubahan-perubahan sosial. Banyak yang berpendapat bahwa kecenderungan terjadinya perubahanperubahan sosial merupakan gejala wajar yang timbul dari pergaulan hidup manusia. Ada pula yang berpendapat bahwa perubahan sosial terjadi karena adanya perubahan dalam unsur-unsur yang mempertahankan keseimbangan masyarakat seperti misalnya perubahan dalam unsur-unsur geografis, biologis, ekonomis, atau kebudayaan. Kemudian ada pula yang berpendapat bahwa perubahan-perubahan sosial bersifat periodik dan non-periodik. William F. Ogbunr memberikan pengertian --walau tidak memberi definisi tentang perubahan sosial--. Bagi Ogbunr, ruang lingkup perubahan-perubahan sosial mencakup unsur-unsur kebudayaan baik yang material maupun yang immaterial, yang dikemukakan adalah pengaruh besar unsur-unsur kebudayaan material terhadap unsur-unsur immaterial. Secara khusus, Kingsley Davis mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. Misalnya timbulnya pengorganisasian buruh dalam hubungan masyarakat kapitalis telah menyebabkan perubahan-perubahan dalam hubungan antara buruh dengan majikan dan seterusnya menyebabkan perubahan-perubahan dalam organisasi ekonomi dan politik. Sementara Mac Iver lebih suka membedakan antara utilitarian elements dengan cultural elements yang didasarkan pada kepentingan-kepentingan manusia yang primer dan sekunder. Semua kegiatan dan ciptaan manusia dapat diklasifikasikan ke dalam ke dua kategori tersebut di atas. Sebuah mesin ketik, alat pencetak atau sistem keuangan, merupakan utilitarian elements, karena benda-benda tersebut tidak langsung memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia, tetapi dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Utilitarian elements disebutnya civilization. Artinya, semua mekanisme dan organisasi yang dibuat manusia dalam upaya menguasai kondisi-kondisi kehidupannya, termasuk di dalamnya sistem-sistem organisasi sosial, teknik dan alat-alat material. Pesawat telepon, jalan kereta api, sekolah, hukum dan seterusnya dimaksukkan ke dalam golongan tersebut. Definisi lain dinyatakan Selo Soermardjan. Bagi Soemardjan, perubahan sosial adalah segala perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Tekanan pada definisi tersebut terletak pada lembaga-lembaga kemasyarakatan sebagai himpunan pokok manusia, perubahan-perubahan mana kemudian mempengaruhi segi-segi struktur masyarakat lainnya (Soekanto, 2001: 335). Pitirim A. Sorokin berpendapat bahwa segenap usaha untuk mengemukakan bahwa ada suatu kecenderungan yang tertentu dan tetap dalam perubahan-perubahan sosial, tidak akan berhasil baik. Dia meragukan kebenaran akan adanya lingkaran-lingkaran perubahan sosial tersebut. Akan tetapi perubahan-perubahan tetap ada, dan yang paling penting adalah bahwa lingkaran terjadinya gejala-gejala sosial harus dipelajari, karena dengan jalan tersebut barulah akan dapat diperoleh suatu generalisasi. 9 Kingsley Davis berpendapat bahwa perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan. Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagiannya yaitu: kesenian, ilmu pengetahuan, teknologis, filsafat dan seterusnya, bahkan perubahan-perubahan dalam bentuk serta aturan-aturan organisasi sosial. Secara umum dari setiap pendapat yang ada menyatakan bahwa perubahan merupakan lingkaran kejadian-kejadian. Perubahan sosial dalam masyarakat bukan merupakan sebuah hasil atau produk tetapi merupakan sebuah proses. Perubahan sosial merupakan sebuah keputusan bersama yang diambil oleh anggota masyarakat. Selain itu dapat diketahui bahwa perubahan sosial mempunyai ciri-ciri tertentu, antara lain : 1. Setiap masyarakat mengalami perubahan (masyarakat dinamis) 2. Perubahan sosial berlangsung secara terus-menerus 3. Perubahan sosial selalu diikuti perubahan-perubahan sosial lainnya 4. Perubahan sosial yang terlalu cepat menyebabkan disintegrasi 5. Perubahan sosial dapat berlangsung bidang material dan immaterial. Faktor Penentu Penyebab perubahan sosial masyarakat bisa bersumber pada banyak hal, yang terpenting mampu mengubah pola pikir dan perilaku masyarakat dalam melakukan interaksi. Media merupakan salah satu sarana yang mampu menyebabkan pola pikir dan perilaku masyarakat terpengaruh atau bahkan berubah sesuai dengan pesan atau informasi yang dikandung dalam media tersebut. Beberapa sosiolog berpendapat bahwa ada kondisi-kondisi sosial primer yang menyebabkan terjadinya perubahan. Misalnya kondisi-kondisi ekonomis, teknologis, geografis, atau biologis menyebabkan terjadinya perubahanperubahan pada aspek-aspek kehidupan sosial lainnya (William F. Ogburn menekankan pada kondisi teknologis). Sebaliknya ada pula yang mengatakan bahwa semua kondisi tersebut sama pentingnya, satu atau semua akan menyebabka perubahan-perubahan sosial. Jika dirangkum ada beberapa aspek perubahan sosial, yaitu: a. Perubahan pola pikir masyarakat. Ssikap masyarakat pada berbagai persoalan sosial dan budaya disekitarnya yang berakibat terhadap pemetaan pola-pola pikir baru yang dianut masyarakat sebagai sikap yang modern, contoh tentang ada pekerjaan informal dan formal b. Perubahan perilaku masyarakat. Perubahan sistem-sistem sosial, masyarakat meninggalkan sistem sosial lama dan menjalankan sistem sosial baru, contoh adanya kebijakan atau standar acuan pembangunan baru. c. Perubahan budaya materi. Perubahan artefak budaya yang digunakan oleh masyarakat, misal model pakaian, karya fotografi, karya film, teknologi. Dewasa ini proses-proses pada perubahan-perubahan sosial dapat diketahui dari adanya ciri-ciri tertentu, antara lain: 1. Tidak ada masyarakat yang berhenti perkembangannya, karena setiap masyarakat mengalami perubahan yang terjadi secara lambat atau secara cepat. 10 2. Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu, akan diikuti dengan perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga sosial lainnya. Karena lembaga-lembaga sosial tadi sifatnya interdependen, maka sulit sekali untuk mengisolasi perubahan pada lembaga-lembaga sosial tertentu saja. Proses awal dan proses-proses selanjutnya merupakan suatu mata rantai. 3. Perubahan-perubahan sosial yang cepat biasanya mengakibatkan disorganisasi yang bersifat sementara karena berada di dalam proses penyesuaian diri. Disorganisasi akan diikuti oleh suatu reorganisasi yang mencakup pemantapan kaidah-kaidah dan nilai-nilai lain yang baru. 4. Perubahan-perubahan tidak dapat dibatasi pada bidang kebendaan atau bidang spiritual saja, karena ke dua bidang tersebut mempunyai kaitan timbal-balik yang sangat kuat. a. Social process: the circulation of various rewards facilities, and personel in an existing structure. b. Segmentation: the proliferation of structural units that do not differ qualitatively from existing units. c. Structural change: the emerge of qualitatively new complexes of roles and organization. d. Changes in group structure: the shifts in the composition of group, the level of consciousness of groups, and the relations among the groups in society”. Proses Perubahan Sosial Masyarakat dan kebudayaan manusia di manapun selalu berada dalam keadaan berubah. Rober H. Lauer berpendapat bahwa perubahan sosial itu sangatlah rumit untuk dijelaskan, sebab banyak hal yang mesti dikaji terutama berkenaan dengan seluruh tingkat dan aspek kehidupan sosial, yang jelas perubahan itu sendiri pasti adanya, namun yang berbeda hanyalah tingkat perubahannya itu sendiri, ada yang lambat, ada yang cepat. Konsepsi para ahli tentang perubahan sosial memang berbeda-beda, namun pada dasarnya mereka bersepakat bahwa perubahan di dalam struktur masyarakat itu pasti ada, dan itu terjadi ketika ada perubahan di dalam mentalitas masyarakatnya. Pada umumnya perubahan mentalitas atau struktur masyarakat pasti akan berpengaruh pada proses interaksi sosial di dalam masyarakat. Dalam kajian sosiologis, secara umum ada beberapa tahapan perubahan masyarakat yang berkaitan dengan modernitas, Tahapan Transisi Sosiologis Primitif : hidup secara terisolir dan berpindah-pindah disesuaikan dengan kondisi alam, muncul band (kelompok kecil) Agrokultural Bercocok tanam disuatu tempat dan memanennya serta berburu Tradisional Menetap, muncul desa, ada interaksi dalam satu desa dan mengembangkan budaya Transisi Desa sudah maju, tidak adaaa isolasi, transportasi sudah lancar. Ada penggunaan media informasi. Ada penyesuaian dengan inovasi. Ada sikap ambigu terhadap sikap, pandangan daan perilaku mereka. Modern Kehidupan sudah kosmopolitan dengan menonjolnya kehidupan individualis, profesionalisme di segala bidang. Penghargaan pada profesi menjadi kunci 11 Postmodern hubungan-hubungan sosial.Pendidikan relatif lebih tinggi Masyarakat yang melampaui syarat masyarakat modern baik secara finansial, pengetahuan, dan relasi. Sifat-sifat menonjol : 1. Memiliki pola hidup nomaden 2. Secara sosiologis berada di titik nadir antara struktural dan agen 3. Lebih suka menghargai hal privacy dan kegemaran yang unik dan aneh-aneh 4. Sangat sekuler, nilai-nilai sosial yang subyektif dan liberal 5. Pemahaman bebas ada back to nature, back to religi. Pola perubahan lain yang muncul dari implikasi dari perubahan sosial yang terjadi secara vertikal juga horisontal adalah : 1. Memutar (siklus) 2. Mengulang (repetition) 3. Memecah 4. Menyatu (diffusion) Secara hiararkis perubahan sosial memiliki tingkatan yang sederhana di tingkat individu sampai perubahan sosial di tingkat dunia. Laurer (2001:6) membuat sistematika perubahan : TINGKAT ANALISIS Global Peradaban Kebudayaan Masyarakat WAKIL KAWASAN STUDI Organisasi Internasional; ketimpangan internasional Lingkungan hidup peradaban atau pola-pola perubahan lain; evolusioner; dialektika Kebudayaan; materiil; non materiil Sistem stratifikasi;struktur; demografi; masalah sosial Komunitasi Sistem stratifikasi;struktur; demografi; masalah sosial Institusi Ekonomi, pemerintahan; agama; perkawinan; dan keluarga ; pendidikan Organisasi Interaksi Struktur; pola interaksi; struktur kekuasaaan; produkstifitas Tipe interaksi;komunikasi Peradaban Sikap WAKIL UNIT-UNIT STUDI GNP; data perdagangan Inovasi ilmiah, kesenian dan inovasi lain-lain; institusi sosial Teknologi, ideologi, nilai-nilai Pendapatan; kekuasaan dan gengsi; peran; pertumbuhan penduduk; tingkat pembunuhan Pendapatan; kekuasaan dan gengsi; peran; pertumbuhan penduduk; tingkat pembunuhan Pendapatan keluarga; pola pemilihan umum; jamaah gereja atau masjid; tingkat perceraian; proporsi penduduk di PT Peranan; klik persahabatan; administrasi; tingkat produksi; output perpekerja Jumlah konflik; kompetisi atau kedekatan; identitas keseringan; dan kejarangan partisipasi Interaksi Keyakinan mengenai berbagai persoalan; aspirasi **** 12