Landasan Alkitabiah bagi Pemuridan Setiap - STT Erikson

advertisement
Landasan Alkitabiah bagi Pemuridan
Setiap Orang/Suku
dalam Konteks Papua
oleh:
Pdt. Marvin J. Newell, D.Miss
1
Landasan Alkitabiah bagi Pemuridan Setiap Orang/Suku
dalam Konteks Papua
Yesus memberikan Amanat Agung kepada gereja-Nya melalui murid-murid-Nya.
Meskipun amanat/ instruksi ini telah berusia lebih dari 2000 tahun, namun Amanat
Agung itu tetap menjadi sesuatu yang baru dan senantiasa relevan untuk diterapkan
setiap generasi orang percaya berikutnya. Ini harus terjadi agar berita mengenai
rencana-Nya untuk menebus manusia tersebar ke seluruh dunia dan segera
direalisasikan. Hanya dengan ketaatan kepada firman inilah maka misi Yesus yang
merupakan bagian dari misi gereja dapat diteruskan seperti yang Ia maksudkan.
Untuk mengerti aplikasi Amanat Agung, perlu kita mulai dengan bertanya; apakah
sebenarnya inti dari bagian Amanat Agung itu? yaitu sebagaimana yang dikehendaki
Yesus yang harus diketahui para pengikut-Nya ketika mereka pergi melaksanakan
amanat itu? Sebuah sintesis dari bagian Amanat Agung mengungkapkan empat
elemen penting yang membentuk inti sari Amanat Agung.
Yesus menyampaikan Amanat Agung kepada murid-murid-Nya lima kali selama 40
hari setelah Ia bangkit dari kubur. Kita dapat melihat Amanat Agung tersebut dalam
nats-nats berikut:
Matius 28: 18-20
Markus 16:15
Lukas 24: 44-49
Yohanas 20:21
Kisah 1:8
Untuk membantu menggambarkan empat elemen penting itu, kita akan
menggunakan “Amanat Agung Berlian.” Harus diingat bahwa keempat elemen samasama penting. Sejarah telah membuktikan bahwa ketika salah satu dari keempat
elemen hilang atau disalahartikan, maka misi pasti diselewengkan (veers) tentunya.
Mengapa Berlian?
Mengapa empat esensi/elemen Amanat Agung terbaik digambarkan oleh berlian?
Karena sifat dari berlian. Berpikir sedikit tentang batu permata itu. Berlian adalah
yang paling sangat berharga dari semua batu permata. Ketika dipotong dan digosok,
berlian itu akan kelihatan indah dan transparan. Ini adalah mineral yang paling sulit
dikenal manusia, dengan berbagai aplikasi industri seperti dalam alat pemotong dan
penghalus (abrasive). Ketika ditempatkan dalam perhiasan, berlian itu
memantulkan cahaya dengan indah dan tidak ada permata lain yang berkilau
cemerlang demikian.
Dalam banyak hal sifat-sifat berlian ini adalah identik dengan Amanat Agung! Dari
semua perintah yang ditemukan dalam Alkitab, amanat ini adalah yang paling
2
sangat berharga. Ketika "dipegang" atau diikuti secara sungguh-sungguh, firman
Allah dapat menyayat ke dalam hati manusia. Itu bisa menelanjangi kekurangan dari
filsafat dan agama lain melalui pesannya yang transparan. Tapi, seperti proses
pembuatan berlian, dibutuhkan perantaraan manusia untuk membuat itu terjadi.
Apalagi, ketika ditempatkan dekat Si Terang, dengan cemerlang ia mencerminkan
terang Injil.
Jadi, dengan gambaran sebuah berlian untuk membantu, kita akan memeriksa
empat elemen penting yang membentuk poin-poin “Amanat Agung Berlian.” Ingat,
semua ke-empat elemen adalah penting jika kita ingin mengetahui apa yang Yesus
mau kita lakukan ketika kita mengikuti misi-Nya.
Kiranya pembahasan yang berikut ini akan menolong kita mencari, menghubungkan
serta menyampaikan Berita Injil, baik kepada suku-suku yang masih terabaikan,
maupun kepada orang-orang Islam di pulau ini juga.
1. Utusan yang Layak
Utusan
Allah telah memanggil orang-orang terpilih untuk menjadi utusan-Nya sejak Ia
mengutus Nuh untuk memberitakan Injil kepada tetangganya yang tidak benar itu.
Ketika Allah memiliki pesan untuk disampaikan kepada orang, Ia senang
menggunakan perantaraan manusia. Dengan melakukan itu, Allah mengharapkan
agar utusan itu dapat menjelmakan pesan-Nya itu. Dengan demikian si penyaksi
akan menjadi teladan yang otentik (sahih) supaya berita Injil diterima oleh manusia.
Utusan Injil tidak hanya harus bersedia untuk melayani, tetapi yang lebih penting,
mereka harus ditemukan layak untuk melayani. Allah tidak dapat menggunakan
alat-alat yang tidak cocok untuk digunakanNya (2 Tim. 2:21). Mereka harus
berkualitas. Dalam konteks Amanat Agung, tiga kualifikasi dasar kelayakan
ditemukan.
1. Disiapkan: "... menjadi saksi-Ku" (Kis 1:8). Ketika Yesus memberitahu muridmuridNya bahwa mereka akan menjadi saksi, Ia mengatakan kepada mereka bahwa
mereka memberitakan apa yang telah mereka alami secara pribadi dengan-Nya.
Kisah mereka itu terkait dengan identifikasi (penyamaan) mereka dengan Dia.
Pengalaman pertama-tangan mereka, akan memberi kepercayaan pada pesan
3
mereka. Sebagai saksi mata, mereka akan bersaksi atas semua kebenaran yang telah
diperbuat Yesus.
Para murid-Nya sudah siap untuk melakukan hal ini karena keterlibatan mereka
dalam tiga tahun "magang" program yang baru saja mereka selesaikan. Selama tiga
tahun Yesus telah mengajarkan mereka apa yang harus mereka percayai dan
bagaimana cara hidup yang benar. Yesus telah menjadi model kasih sayang,
keberanian dan cara beriman pada Tuhan kepada mereka, bersama dengan
gambaran sempurna dari "buah Roh." Dia membimbing mereka di sekolah
pemuridan, memimpin mereka dalam hal "pengetahuan", "kelakuan" dan
"pelayanan” pemuridan. Pada saat kenaikan-Nya, mereka memiliki perilaku,
maupun pengalaman bersama Yesus, sehingga mereka siap untuk melayani. Ada
prinsip yang penting: utusan harus memiliki pengalaman pribadi dengan Yesus
sebelum pergi ke ladang misi untuk Yesus.
2. Resmi: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu
pergilah ... "(Matius 28:18-19). Seorang individu tidak bisa hanya menyatakan
bahwa ia memiliki "panggilan" untuk melayani sebagai utusan injil dan kemudian
menganggap orang lain akan menerima panggilan itu sebagai sah. Panggilan mereka
harus diresmikan/ diteguhkan (divalidasi). Tuhan menggunakan umat-Nya - gereja untuk menegaskan panggilan tersebut. Tuhanlah yang mengirimkan utusan pada
tugas misi itu, tapi Ia mengirimkan mereka melalui perantaraan yang terlihat, yaitu
jemaat. Kenapa? Karena gereja berada dalam posisi untuk mengenali jika ada
anggota yang benar-benar memenuhi syarat untuk pelayanan tersebut. Itulah
sebabnya definisi terbaik dari "utusan injil" mencakup unsur ini. Sehingga, saya
merasa perlu untuk memasukkan unsur ini dalam definisi pribadi saya seorang
utusan, yaitu:
Seorang utusan injil adalah orang yang diutus oleh Allah melalui gereja-Nya untuk
membawa Injil lintas-budaya dari mana injil diketahui dan dipercaya ke tempat di
mana injil tidak diketahui atau tidak dipercaya.
Ungkapan "diutus oleh Allah melalui gereja-Nya" menyiratkan otorisasi ganda bagi
seseorang. Di satu sisi, Allah adalah perancang (authorizer) misi yang tidak
langsung (indirect), segera (immediate), dan tidak terlihat (invisiable). Di sisi lain,
gereja adalah perancang (authorizer) langsung (direct), menengah (mediate) dan
terlihat (visible). Dua-duanya bekerja sama secara erat dalam proses mengutus,
memberikan legitimasi kepada orang yang diutus. Prinsip ini jelas digambarkan
oleh pengutusan yang terjadi di gereja Antiokhia dalam Kisah Para Rasul 13:1-4.
3. Diberdayakan: "Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus
turun ke atas kamu ... "(Kis 1:8). Mungkin ini adalah elemen yang paling nyata telah
hilang dalam pengiriman para utusan pada masa ini. Pemberdayaan Roh Kudus
dalam banyak hal telah diganti dengan pelatihan, teknik, teknologi dan
keterampilan profesional. Semua ini penting dan perlu menjadi bagian dari
memperlengkapi utusan-utusan untuk melakukan tugas, tetapi mereka bukan
4
pengganti untuk penyegaran rohani dan pemberdayaan yang berasal dari Sumber
supranatural.
Sebuah kehidupan yang suci, hati yang bertobat, roh kerendahan hati dan sikap doa
melalui persekutuan dengan Roh Kudus diperlukan untuk mendapat pemberdayaan
dari-Nya. Pemberdayaan ini bukan pengalaman yang didapat satu kali saja bagi
seorang utusan untuk melayani sepanjang masa pelayanannya. Sebaliknya, itu
adalah pengalaman konstan setiap hari yang dengan iman menghasilkan kehadiranNya dan pengendalian kehidupan seseorang yang berkenan kepadaNya.
2. Pesan Tertentu
Utusan
Pesan (berita)
Pada masa ini, seperti pada masa para murid, Yesus pertama dan terutama
membutuhkan utusannya untuk benar-benar meyakinkan diri mereka sendiri
tentang apa yang mereka beritakan. Hal ini tidak cukup untuk memberikan
persetujuan mental ke posisi doktrinal atau seperangkat keyakinan. Harus ada
keyakinan sepenuh hati. Saya teringat pada perkataan seorang profesor seminari
yang pernah berkata di kelas, "Orang-orang tidak hidup dari apa yang mereka anut,
melainkan hidup dari apa yang mereka yakini." Hal yang sama berlaku dalam
pekabaran injil. Utusan-utusan tidak memberitakan apa yang telah diajarkan kepada
mereka, melainkan mereka memberitakan apa yang mereka yakini dalam hati
mereka.
Dalam lingkungan agama pluralistik di sekeliling kita, Yesus membutuhkan utusan
yang sepenuhnya yakin tentang pentingnya pesan Injil. Berita injil terlalu penting
sehingga amatlah sayang jika mengirim utusan yang setengah percaya, yakni orang
yang tidak sepenuhnya memahami prinsip-prinsip dasar dari pesan tersebut.
Jika suku-suku terabaikan di Papua atau orang-orang Islam akan diinjili, maka
sangat penting mengirim utusan yang benar-benar yakin tentang pesan yang ia
sampaikan. Kepastian keyakinan seseorang perlu dibuktikan dengan keyakinan
teguh dalam tiga doktrin mendasar:
5
1. Alkitab - sebagai sumber kepercayaan (Lukas 24:44-45)
Pesan Injil berakar kuat dalam firman tertulis yang diilhamkan Allah dalam Alkitab.
Setiap doktrin yang bisa dipercaya, setiap praktik yang harus ditegaskan, setiap
ajaran yang diajarkan, harus tepat sesuai dengan Alkitab. Tidak ada sumber lain dari
kebenaran, tak ada wahyu sempurna (uncorrupted) lainnya, dan tidak ada wahyu
ilahi terinspirasi tertulis lainnya dari Allah kepada umat manusia selain Alkitab itu
sendiri. Semua agama lain mencoba untuk menemukan Tuhan. Namun hanya dalam
Alkitab Allah mengungkapkan dirinya untuk umat manusia.
Yesus telah memodelkan (teladan) dan menekankan penggunaan eksklusif dari
Kitab Suci sebagai sumber segala kebenaran dalam ajarannya kepada para murid
tentang tempat yang unik dalam sejarah. Pada saat itu dia memberi komisi keempat
mereka (terbaik berlabel "Amanat Agung bagian doktrinal). Lukas mencatat, "Inilah
perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama
dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku
dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur."(Lukas 24:44-45).
Yesus menggunakan Kitab Suci sebagai satu-satunya dasar dari pesan keselamatan.
Dan kita juga harus begitu. Setiap penyimpangan dari Alkitab menghasilkan
penyimpangan doktrin. Penyimpangan doktrin kita sebut sekte-sekte, dan gerakan
keagamaan baru yang sering diketemukan di pulau Papua. Hanya keyakinan mutlak
dalam Alkitab sebagai satu-satunya panduan Ilahi dan aturan dalam hal iman dan
praktek, menjaga Gereja, baik di Papau maupun di seluruh Indonesia, dari kesalahan
doktrinal, bid'ah, dan pemberitaan Injil yang kurang lengkap.
2. Allah - sebagai Trinitas
Yesus telah menjelaskan di Amanat Agung yang terdapat dalam Matius 28, di mana
Yesus memberikan amanat kepada para murid agar mereka harus "... baptislah
mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus ..." Dengan menegaskan formula
itu, Ia menekankan keesaan Tuhan dalam tiga bentuk, yang disebut Trinitas. Karena
Ia menghubungkan formula ini dengan ritus inisiasi Kristen, Ia menandai konsep
Ilahi ini sebagai akar teologi Kristen.
Doktrin Trinitas berarti bahwa satu Allah yang kekal berada sebagai tiga Pribadi
yang berbeda - Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Dalam kata lain, Allah adalah satu dalam
esensi yang juga bertiga. Definisi ini mengungkapkan tiga kebenaran penting:
(1) Bapa, Anak, dan Roh Kudus adalah pribadi yang berbeda,
(2) Ketiga Pribadi adalah sepenuhnya Allah,
(3) Hanya ada satu Allah.
Utusan Injil mesti memahami konsep yang unik ini sekalipun belum mencakup
semua konsep yang diwahyukan mengenai ke-Illahian. Meskipun sulit dijelasan
secara lengkap, itu tetap terbukti sepanjang Alkitab. Kekristenan Alkitabiah adalah
unik dalam pandangan tauhid ini. Kita mengerti Allah sebagai kesatuan majemuk
6
dengan tiga pribadi yang berbeda. Meskipun doktrin ini sulit untuk dipahami,
namun asal-usulnya berasal dari kata-kata dalam Kitab Suci, mulai dengan Kejadian
1:1 di mana Allah (Elohim) disebutkan dalam bentuk jamak.
Dalam pemberitaan kitab suci, fokus Perjanjian Lama adalah pada Allah Bapa
namun dua pribadi lainnya adalah eksplisit. Di Perjanjian Baru, Injil-Injil
memfokuskan pada Allah Anak namun dua lainnya juga eksplisit. Dalam Kisah Para
Rasul dan dalam surat-surat Perjanjian Baru, fokusnya adalah pada Roh Kudus,
tetapi kedua lainnya eksplisit. Seluruh Alkitab memperlihatkan Tuhan sebagai tiga,
tapi satu juga.
Kepercayaan kepada Allah sebagai Tritunggal adalah landasan iman Kristen. Tanpa
itu kita akan memiliki Tuhan pencipta yang jauh dari kita dan impersonal (tidak
berwujud pribadi), Yesuslah satu-satunya tokoh sejarah yang luar biasa. Jika Dia
dipandang hanya sebagai seorang manusia biasa, dan Roh Kudus hanya dianggap
sebagai kekuatan alam yang sewenang-wenang, maka akan menimbulkan
pemahaman yang cacat. Tanpa keyakinan pada Trinitas, kita memiliki pandangan
yang tidak tepat mengenai Allah, yang akan membuat pemberitaan Injil menjadi
kekurangan.
Sebuah tes lakmus untuk menentukan apakah seseorang mengaku ketiga pribadi
Trinitas adalah dengan kehidupan doa seseorang. Apakah Anda berdoa kepada tigatiganya? Apakah Anda menyebutkan tiga-tiganya baik dalam pembukaan dari doa
Anda, atau sepanjang Anda berdoa, atau setidaknya pada penutupan? Doa
Trinitarian membuat orang percaya Trinitas.
Ketika datang untuk menghadapi agama-agama lain, kepercayaan kepada Allah
sebagai Tritunggal adalah masalah menonjol. Seperti Samuel Huntington
menyatakan, “pertemuan Kristen dengan agama-agama lain menuntut pembelaan
(apologetik) didasarkan Tritunggal.” Secara praktis pengajaran ini dinyatakan jelas
dengan perbedaan berikut:
1. Kepercayaan Tritunggal adalah keyakinan Tuhan yang transenden (di atas segala
sesuatu), berbeda dengan roh-roh yang mengancam, yang berada secara lokal dalam
animisme dan politeisme, yang ditemukan dalam kepercayaan suku-suku Papua
(dan suku-suku pulau lain juga).
2. Kepercayaan Tritunggal mencakup kepercayaan pada Tuhan yang bersifat
pribadi, berbeda dengan para dewa-dewa impersonal (bersifat umum) dari
pandangan dunia Hindu-Buddha.
3. Kepercayaan Tritunggal adalah kepercayaan Allah yang berdaulat, yang penuh
kasih, peduli bagi umat-Nya, sangat berbeda dengan Allah impersonal agama Islam
yang meninggalkan segalanya untuk nasib sewenang-wenang (arbitrary fate) dan
tidak campur tangan dalam sejarah manusia.
7
Teologi Trinitas memahami Allah sebagai Tuhan dalam misi-Nya untuk menebus
dosa manusia. Bapa mengasihi dunia (Yoh 3:16) dan mengirimkan Anak-Nya
sebagai Juruselamat (Yohanes 20:21). Anak-Nya mengorbankan diri bagi umat
manusia (Ibrani 10), menjadi objek iman yang menyelamatkan (Kis. 10:34-43,
17:30-31) dan sekarang mediator Allah-manusia (1 Tim. 2:5). Roh Kudus
memungkinkan penerapan keselamatan itu. Dia mempersiapkan hati orang dengan
meyakinkannya akan dosa, kebenaran, dan penghakiman (Yohanes 16:8). Ia
mengerjakan kelahiran rohani (bukan reinkarnasi!) (Yoh. 3, Rom. 8). Dia
memungkinkan penyembahan Allah yang sejati tanpa mediasi manusia (Yohanes 4).
Dia juga memungkinkan pelayanan untuk Allah (Roma 15:15-19).
Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus, semua adalah anggota sama dari
Trinitas dan sepenuhnya Ilahi. Namun mereka berbeda fungsi dalam Keesaan
mereka. Orang Kristen mengakui kepercayaan ini, bukan karena kita memahami itu,
melainkan karena Allah telah menyatakan diri seperti itu di Kitab Suci. Itulah
sebabnya dalam ketaatan kepada-Nya kita membaptis orang percaya baru dalam
semua tiga nama (Matius 28:19). Dengan melakukan hal itu kita nyatakan kepada
dunia kesatuan jamak yang unik dan supremasinya (keunggulan) atas para dewa
yang lain.
3. Injil - sebagai hal yang sangat penting
Yesus memerintahkan murid-muridnya untuk "Pergilah ke seluruh dunia,
memberitakan Injil kepada segala makhluk." (Markus 16:15). Kata Injil berarti
"kabar baik." Dan pengikut Kristus punya kabar baik untuk dibagikan! Hal ini
sebenarnya "berita besar" karena memberikan bantuan besar kepada manusia yang
sedang berada dalam keadaan berdosa yang sangat mengganggunya, dan mengisi
kerinduan manusia yang terbesar, yaitu hubungan yang benar dengan Allah
Pencipta.
Banyak orang percaya berjuang untuk memahami apa yang menjadi inti dari Injil.
Berikut ini adalah latihan sederhana untuk membantu menentukan apa yang Anda
percaya: Anda memiliki waktu dua menit untuk menyampaikan Injil dengan orang
yang Anda cintai, yang tinggal agak jauh dari Anda. Dia sedang sekarat di tempat
tidur rumah sakit dengan waktu yang sangat singkat untuk hidup. Apa yang akan
Anda katakan kepadanya? Bisakah Anda telpon atau SMS padanya, dan
menyampaikan Injil dengan jelas yang terdiri dari 140 huruf (karakter) atau kurang,
apakah yang akan menjadi komponen penting dari Injil yang Anda sampaikan?
Apakah yang akan Anda kurangi dalam penyampaian Injil itu? Cobalah!
Jawabannya tidak terlalu sulit. Hanya ada tiga poin penting yang diperlukan untuk
menyampaikan/ membagikan Injil. Tapi, tak satu pun dari ketiga hal itu dapat
dihilangkan supaya pesan Injil itu lengkap (utuh).
Pertama, masalah dosa pribadi seseorang harus disebutkan.
Yang kedua, persyaratan dosa - Yesus yang mati sebagai pengganti, perlu
disampaikan.
8
Yang ketiga, perlu ada pernyataan bagaimana mendapatkan itu untuk diri
sendiri - menerima, percaya atau menerima pemberian Yesus.
Itu sajalah! Meskipun klarifikasi lebih lanjut akan sangat membantu, namun tidak
ada yang lain yang perlu ditambahkan untuk membawa pesan utama kepada
seseorang yang memiliki kesempatan terakhir dalam hidupnya dan berharap agar
orang yang membutuhkan itu mendapat penerimaan oleh Tuhan.
Mengacu kembali ke bagian Amanat Agung yang ditemukan dalam Lukas 24:46-47
(di mana penekanannya adalah pada pesan) tiga komponen penting dari Injil
diidentifikasi:
"... Mesias harus menderita dan bangkit pada hari ketiga dari antara orang mati, dan
bahwa pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan ..."
Keadaan manusia (dosa), solusi Allah (Kristus harus menderita) dan respon yang
diperlukan (pertobatan) semuanya disebutkan sebagai esensi dari Injil.
Rasul Paulus merangkum fondasi teologis dari Injil dalam1Kor. 15:3-5:
“Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah
kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai
dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan,
pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci; bahwa Ia telah menampakkan diri
kepada Kefas dan kemudian kepada kedua belas murid-Nya.”
Ringkasan teologis ini meliputi: 1) Yesus (Kristus) mati untuk dosa-dosa, sebagai
bukti campur tangan (intervensi) Ilahi, 2) Yesus dikuburkan sebagai bukti
kematianNya, 3) Yesus dibangkitkan dari kematian sebagai bukti keilahian-Nya, 4)
Yesus muncul kepada orang lain sebagai bukti kebangkitan-Nya. Pesan Injil
berpusat pada karya penebusan Kristus.
Dalam Perjanjian Baru, berita Injil bukanlah sebuah konsep abstrak yang memiliki
sedikit arti bagi mereka yang tidak mengerti atau bagi mereka yang tidak bisa
membawa diri untuk percaya. Perjanjian Baru menyajikan "Injil" untuk tujuan
keselamatan jiwa manusia. Ini adalah kabar baik dari awal sampai akhir. Ini adalah
kabar baik bagi semua orang.
Itulah sebabnya utusan Injil dapat menggemakan (echo) kata-kata Paulus yang
mengatakan, "Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil
adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertamatama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani.”
9
3. Strategi Gelas
Utusan
Pesan (Berita)
Strategi
Utusan yang membawa pesan perlu tahu apa yang harus dilakukan dengan pesan
itu. Tidak berguna jika si utusan memiliki kualifikasi teladan dan mengetahui
sepenuhnya informasi tentang isi pesan, tetapi tidak tahu cara bagaimana untuk
pergi melaksanakan tugas tersebut. Sayangnya, ini adalah kasus yang banyak
dijumpai pada para pengikut Kristus. Mereka kurang informasi atau salah informasi
tentang rencana yang telah diberikan Yesus kepada duta-Nya. Akibatnya, banyak
karya-karya yang baik bisa dilewatkan dalam pelaksanaan Amanat Agung, karena
tidak memenuhi syarat seperti itu.
Namun Yesus membuat jelas apakah strategi Amanat Agung. Dari pesanan-Nya kita
mendapat tiga kegiatan penting yang menentukan strategi Amanat Agung. Ketiga
kegiatan itu membentuk inti sari dari Amanat Agung. Inti sari dari Amanat Agung
disingkatkan dengan akronim "PPP." Strategi PPT terdiri dari "Penginjilan,"
"Pemuridan," dan "Tanaman gereja."
1. Penginjilan
Penginjilan adalah upaya berbagi kabar baik tentang Yesus kepada mereka yang
belum mengenal-Nya. Hal ini menuntut suatu pernyataan lisan dari Injil dengan
maksud membawa seseorang ke tempat di mana ia membuat keputusan untuk
percaya kepada Kristus sebagai Juruselamatnya.
Yesus mengatakan kepada murid-murid-Nya dalam Markus 16:15 bahwa mereka
harus "memberitakan Injil." Kombinasi dari dua kata itu ketika digunakan bersamasama selalu berarti "menginjili." Untuk membantu memahami esensi dari
penginjilan, dan juga untuk mengingat definisi terbaik dari penginjilan, dapat
ditemukan dalam Perjanjian Lausanne yang bunyi:
“Penginjilan adalah upaya untuk menyebarkan kabar baik bahwa Yesus Kristus telah
mati karena dosa-dosa kita dan dibangkitkan dari antara orang mati sesuai dengan
Kitab Suci, dan bahwa sebagai Tuhan memerintah Ia sekarang menawarkan
10
pengampunan dosa dan memberi karunia-karunia Roh kepada semua orang yang
bertobat dan percaya ...”
Penginjilan adalah tindakan yang membentuk strategi Amanat Agung. Ini adalah
kegiatan awal dari pengutusan. Hal ini menuntut kehadiran dan pemberitaan yang
mengarah ke keputusan mengikut Yesus.
Metode penginjilan mengambil banyak bentuk. Kegiatannya dapat berkisar dari
penginjilan pribadi untuk wilayah yang besar. Teknik-teknik dapat berkisar dari
kehadiran penginjilan, proklamasi penginjilan, dan persuasi penginjilan. Teknologi
yang digunakan dapat berkisar dari penggunaan sederhana sastra yang dicetak,
dengan penggunaan radio, rekaman, televisi, internet, dan apa pun yang pada
perkembangan teknologi. Tapi tak peduli apkah bentuk, teknik atau teknologi yang
digunakan, perantaraan manusia akan selalu menjadi hal yang lebih penting. Pesan
selalu harus menjelma dari satu individu dan diteruskan kepada yang lain.
Perantaraan manusia tidak boleh dianggap remeh.
2. Pemuridan
Pembuatan murid, atau pemuridan, adalah strategi yang berikut dari penginjilan,
dalam strategi Amanat Agung. Ini mencakup semua kegiatan yang membawa orang
percaya baru ke dalam peningkatan kedewasaan di dalam Kristus. Injil Matius 28:19
menjelaskan "menjadikan murid" adalah kata kerja prinsip dan aktivitas utama.
Membuat murid adalah aktivitas yang memproduksi otentik pengikut Yesus seumur
hidup. Hidupnya sedang berubah, sedang mereka bertumbuh dalam kedewasaan
rohani.
Dalam gereja awal, Rasul Paulus terkenal sebagai salah satu pembuat murid
terkemuka. Kitab Kisah Para Rasul mencatat bagaimana dia melakukannya dan apa
fokus utama itu dalam pelayanannya saat ia menginjili daerah baru. Namun,
semangat untuk membuat murid dewasa mungkin dapat dilihat dalam doa yang
ditulisnya kepada sekelompok orang percaya yang belum pernah bertemu
dengannya. Mereka adalah orang-orang percaya di jemaat Kolose yang dibawa
kepada Kristus oleh Epaphras, yang telah dikirim Paulus ke sana.
Dalam doanya (Kol.1 :9-10) untuk orang-orang yang baru percaya, Paulus
menyuarakan doa yang mencakup hakikat pemuridan:
“... kami tiada berhenti-henti berdoa untuk kamu. Kami meminta, supaya kamu
menerima segala hikmat dan pengertian yang benar, untuk mengetahui kehendak
Tuhan dengan sempurna, sehingga hidupmu layak di hadapan-Nya serta berkenan
kepada-Nya dalam segala hal, dan kamu memberi buah dalam segala pekerjaan yang
baik dan bertumbuh dalam pengetahuan yang benar tentang Allah.”
Dalam doa ini dorongan untuk orang-orang percaya baru, Paulus menyebutkan
masing-masing unsur yang membentuk transformasional pemuridan:
11
1. Pengetahuan: “menerima segala hikmat dan pengertian yang benar, untuk
mengetahui kehendak Tuhan dengan sumpurna.”
2. Kelakuan: “sehingga hidupmu layak di hadapan-Nya serta berkenan kepada-Nya
dalam segala hal.”
3. Pelayanan: “dan kamu memberi buah dalam segala pekerjaan yang baik dan
bertumbuh dalam pengetahuan yang benar tentang Allah.”
Inilah elemen dari pemuridan yang transformasional. Tiga unsur ini harus menjadi
tujuan pribadi setiap orang percaya. Yesus maksudkan pernyataan semacam ini
dalam kehidupan orang percaya ketika dia memberikan strategi "memuridkan"
kepada murid-murid-Nya.
3. Penanaman gereja
Bila hasil penginjilan akan dipelihara, pendirian gereja adalah hasil yang biasa.
Orang percaya ingin berkumpul bersama-sama, dan ketika mereka melakukannya,
jemaat orang percaya yang telah terbentuk, yang dalam Kitab Suci disebut gereja.
Inilah mengapa Matius 28:18-20 berkali-kali disebut "amanat perintisan jemaat."
Proses efektif membuat murid secara integral terkait dengan pendirian gereja.
Pengumpulan orang percaya bersama-sama di sebuah jemaat memberi kesempatan
bagi mereka untuk mendapat kesempatan dalam mengekspresikan iman mereka.
Itu menjadi tempat ibadah, peneguhan, pendidikan, saling bersekutu, disiplin, dan
penggunaan karunia-karunia rohani. Hal ini menjadi dasar untuk menjangkau dunia,
baik dekat dan jauh, oleh karena merupakan dasar untuk penyebaran iman mereka.
Oleh karena itu, penanaman gereja dianggap sebagai titik fokus strategi Amanat
Agung.
Strategi Amanat Agung memerlukan penginjilan yang menghasilkan petobat mualaf (convert) yang berkomitmen untuk siap dimuridkan yang menghasilkan
gereja-gereja baru. Jemaat lokal sangat penting untuk melestarikan buah penginjilan
dan pemuridan, menyediakan layanan yang diperlukan untuk mengubah kehidupan.
Ini merupakan rangkaian kegiatan bersama-sama pengikut yang berpikiran sama
sebagaimana cara yang telah diteladankan oleh Yesus dan ditiru dalam Gereja
Apostolik.
Gereja setempat adalah sangat penting untuk Rasul Paulus. Dia tahu bahwa jika
keterlibatan dalam Amanat Agung akan berbuah abadi dan jika ia menjadi sukses
sebagai seorang utusan, ia harus membasmi semua aktivitas di gereja lokal. Paulus
pertama kali menunjukkan hal ini ketika ia ditugaskan untuk pelayanan misi oleh
gereja lokal (Kisah Para Rasul 13: 1-4).
Selama masa pelayanan pengutusan, Paulus membuktikan keyakinannya yang kuat
dalam pentingnya gereja. Dia ditugaskan dari sebuah gereja lokal (Kisah Para Rasul
13: 1-4). Dia mendirikan gereja-gereja ke mana pun ia pergi, ia pilih menjadi
12
pemimpin untuk gereja-gereja demi kelangsungan hidup mereka, secara sistematis
ia meninjau kembali (mengunungi) gereja-gereja tersebut, dan menulis surat
kembali ke gereja bila diperlukan. Dalam prosesnya, ia melaporkan kembali ke ibu
gerejanya pada akhir setiap perjalanan.
Mengapa Paulus membuat gereja titik fokus usaha misinya? Karena dia tahu bahwa
strategi Amanat Agung memiliki penanaman gereja pada intinya. Untuk memelihara
buah penginjilan maka murid yang baru percaya secara sistematis harus mengambil
tubuh lokal (gereja) orang percaya yang hidup dalam harmoni bersama-sama.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penanaman gereja adalah batu penjuru
dari strategi Amanat Agung.
Strategi Amanat Agung digambarkan sbb:
Penginjilan + Pemuridan + Tanaman Gerega = Strategi Amanat Agung
4. Tujuan Terutama
Utusan
Tujuan
Pesan (Berita)
Strategi
Tujuan terutama dari Amanat Agung dapat diringkas dalam dua kata: “penginjilan
dunia.” Ungkapan "penginjilan dunia" singkat merangkum apa hasil akhir dari upaya
Amanat Agung dan kegiatan yang menjadi penginjilan dunia melalui penginjilan,
pemuridan dan penanaman gereja.
"Penginjilan Dunia" adalah istilah populer digunakan di kalangan misi, dan memang
seharusnya begitu. Sebuah pencarian sepintas mengungkapkan bahwa banyak
sekolah misi, pusat pelatihan, pusat penelitian misi, gedung misi, gerakan misi
(seperti Komite Lausanne untuk Penginjilan Dunia) dan konferensi menempatkan
kata itu menonjol dalam slogan mereka. Dalam hal penggunaaan, pernyataan dibuat
untuk tujuan akhir dari upaya missional mereka dan alasan keberadaannya.
13
Ungkapan "penginjilan dunia" tidak ditemukan dalam salah satu teks Amanat
Agung. Namun, kita tidak perlu khawatir atau enggan untuk menggunakannya. Hal
ini tepat didasarkan pada lima frase yang digunakan oleh Yesus dalam teks-teks
Amanat Agung. Kata itu termasuk dalam lima frasa untuk menunjukkan kepada para
murid dan gereja, di mana hasil akhir dari usaha penginjilan mereka.
Kita menemukan ungkapan-ungkapan ini apabila satu-per-satu memeriksa ayatayat Amanat Agung. Cukuplah di sini untuk meninjau makna kata dan kemudian
mengikatnya bersama-sama untuk memahami ruang lingkup tujuan akhir Amanat
Agung.
1. "Seluruh dunia" (Markus 16:15): "Seluruh" berarti semua yang berada. Yesus
mengatakan kepada para murid-Nya bahwa mereka harus menutupi seluruh
kosmos (dunia) untuk menginjili dengan kabar baik.
2. "Seluruh makhluk" (Markus 16:15): Melihat tugas secara geografis global, para
murid mesti melihat tugasnya dalam ukuran satu per satu dan individual. Individu
(perseorang) di mana-mana harus disajikan dengan Injil pada tingkat pribadi.
3. "Semua bangsa" (Matius 28:19, Lukas 24:47). Semua kelompok etnis di dunia
dimaksudkan untuk diinjili. Yesus mengatakan kepada para muridNya bahwa tugas
tersebut tidak akan lengkap sampai murid-murid terdiri dari orang-orang, dari
setiap kelompok etnis masyarakat dunia yang diinjili.
4. "Ke ujung bumi" (Kis 1:8): Gereja bertanggung jawab untuk membawa Injil ke
tempat paling jauh dari tempat di mana injil ditemukan. Ujung bumi adalah titik
terjauh yang bisa dijangkau dari mana seseorang berada sekarang ini. Untuk orang
Papua, ujung bumi mungkin di Eropa atau Amerika, atau Afrika, dimana masih ada
keperluan Injil.
5. "Senantiasa, sampai kepada akhir zaman" (Matius 28:20): "senantiasa" adalah
referensi mengenai waktu. Gerejanya diperintahkan terus menginjili dunia sampai
zaman sekarang ini berakhir, yang waktunya hanya diketahui oleh Allah. Dengan
demikian, gereja tidak berhak berhenti sampai kedua ujungnya (waktu dan
geografis) telah tercapai.
Apakah tujuan akhir dari Amanat Agung? Mengikat kelima frase bersama-sama
mengungkapkan di mana titik akhir penginjilan dunia. Ini adalah penyampaian Injil
kepada orang sebanyak mungkin, yang ditemukan di setiap kelompok orang yang
terletak di setiap bagian dari bumi, sampai masa sekarang ini akan berakhir.
14
Amanat Agung Berlian
Utusan
Tujuan
Pesan
Strategi
15
Dr Marvin J. Newell adalah wakil presiden Missio Nexus, jaringan lembaga misi Injili,
gereja dan pusat-pusat pelatihan di Amerika Serikat. Sebelumnya ia menjabat
sebagai dosen di STT Erickson-Tritt dari tahun 1979 sampai1993 bersama dengan
istrinya, Peggy. Setelah kembali ke Amerika, ia menjabat sebagai pengelola misi dan
juga seorang dosen misi di STT Moody di Chicago. Dia adalah penulis dari tiga buku
mengenai misi. Tuhan telah memberkati Bapak dan ibu Newell dengan empat orang
anak (Natanael, Ribka, Harun, Philipus) dan tujuh orang cucu.
16
Download