Tugas Online 2 – Fisika 2 – Fotometri

advertisement
Tugas Online 2 – Fisika 2 – Fotometri
Beberapa penerapan fotometri disekitar kita yaitu :
1. Lampu jalanan dapat menyala otomatis ketika malam hari.
Hal ini terjadi karena karena dilengkapi dengan LDR ( Light Dependent Resistor
). LDR merupakan sebuah sensor bergeometri silinder kecil yang
nilai tahanannya besar jika intensitas cahaya yang diterimabesar. LDR
bereaksi otomatis terhadap intensitas cahaya.Ada kesetaraan antara nilai
terbaca oleh luxmeter dalam lux dan dengan LDR dalam ohm. Intensitas
cahaya berkurang bila jarak dari sumber semakin jauh, dan nilainya
berbanding terbalik dengan kuadrat jarak dari sumber penerang. Lampu
penerang, termasuk bohlam, disebut berkualitas baik apabila mampu
memberikan
Cara kerja lampu jalanan sehingga menyala otomatis.
2. Pengukuran Magnitudo Biometrik untuk mengetahui luminositas
dari sebuah bintang (energi total yang dipancarkan permukaan
bintang per detik)
Magnitude bolometric adalah sistem magnitudo bintang yang diukur dalam
seluruh panjang gelombang. Walaupun berbagai magnitudo tersebut dapat
menggambarkan sebaran energi pada spektrum bintang sehingga dapat
memberikan petunjuk mengenai temperaturnya, namun belum dapat
memberikan informasi mengenai sebaran energi pada seluruh panjang
gelombang yang dipancarkan oleh suatu bintang. Magnitudo mutlak bolometrik
bintang sangat penting karena dapat digunakan untuk mengetahui luminositas
dari sebuah bintang (energi total yang dipancarkan permukaan bintang per
detik) dengan membandingkannya dengan magnitudo mutlak bolometrik
Matahari.
Persamaan modulus jarak umumnya digunakan dalam menentukan jarak
bintang-bintang yang jauh secara tidak langsung (metode indirect). Apabila
Mbol suatu bintang dapat ditentukan, maka luminositasnya juga dapat
ditentukan (dapat dinyatakan dalan luminositas Matahari). Luminositas
bintang merupakan parameter yang sangat penting dalam teori evolusi
bintang. Sayangnya, magnitudo mutlak bolometrik sangat sukar ditentukan,
karena beberapa panjang gelombang tidak dapat menembus atmosfer bumi.
Untuk bintang yang panas, sebagian energinya dipancarkan pada daerah
ultraviolet. Untuk bintang yang dingin, sebagian energinya dipancarkan pada
daerah inframerah. Oleh karena itu, pengamatan magnitudo bolometrik harus
dilakukan di atas atmosfer.
Untuk memudahkan, magnitudo bolometrik ditentukan secara teori
berdasarkan pengamatan di bumi. Atau, dapat ditentukan secara tidak
langsung, yaitu dengan memberikan koreksi pada magnitudo visualnya, yang
disebut koreksi bolometrik (Bolometric Correction - BC).
mv - mbol = BC
Mv - Mbol = BC
Nilai BC tergantung pada temperatur atau warna bintang.
Untuk bintang yang sangat panas, sebagian besar energinya dipancarkan pada
daerah ultraviolet sedangkan untuk bintang yang sangat dingin, sebagian
besar energinya dipancarkan pada daerah inframerah (hanya sebagian kecil
saja pada daerah visual). Untuk bintang-bintang seperti ini, harga BC-nya
besar. Untuk bintang-bintang yang bertemperatur sedang, sebagian besar
energinya dipancarkan pada daerah visual, sehingga harga BC-nya kecil.
Karena harga BC bergantung pada warna bintang, maka kita dapat mencari
hubungan antara BC dan indeks warna (B-V). Untuk bintang yang dapat
ditentukan magnitudo bolometriknya. Didefinisikan bahwa harga terkecil BC
adalah nol (BC ≥ 0). Untuk BC = 0 untuk (B-V) = 0,3.
3. Penggunaaan Metode Fotometri untuk analisis bentuk wajah
Para ahli bedah plastik menyukai metode fotometri dalam menganalisis
proporsi jaringan lunak, menentukan perbandingan preoperatif dan hasil
postoperatif. Dalam bidang ilmu kedokteran gigi, metode fotometri juga
sering digunakan untuk mengevaluasi konfigurasi fasial baik dalam arah
frontal dan lateral. Kita dapat menganalisis proporsi wajah, simetri wajah,
konveksivitas jaringan lunak wajah, bentuk wajah dengan menggunakan
metode ini.
a.
Pandangan Frontal
Evaluasi terhadap fotografi frontal adalah penting dalam menganalisis
disproporsi dan asimetri wajah terhadap bidang transversal dan vertikal.
Sebelum menganalisis, harus ditentukan terlebih dahulu dua titik pada orbital
dan garis nasion perpendikuler. Dari pandangan frontal, dapat dianalisis
proporsi wajah secara frontal, simetri wajah dan bentuk wajah. Proporsi
wajah secara frontal dapat dianalisis dengan menggunakan bidang vertikal
dan horizontal. Dengan menggunakan bidang vertikal, wajah dapat dibagi
menjadi tiga bagian, bagian atas dari batas garis rambut ke titik glabella,
bagian tengah dari titik glabella ke titik subnasal dan bagian bawah dari titik
subnasal ke titik menton. Cara mengevaluasi lebar dari wajah dapat dilakukan
dengan menggunakan garis-garis vertikal yang membagi wajah menjadi lima
bagian yang sama. Simetri wajah dapat dianalisis dengan cara wajah dibagi
dua dengan menggunakan garis simetri wajah yang melalui titik glabella,
puncak hidung, titik tengah bibir atas dan titik tengah dagu. Bentuk wajah
dapat dievaluasi berdasarkan indeks morfologi wajah. Bentuk morfologi wajah
mempunyai hubungan terhadap lengkung gigi geligi, walaupun hubungan secara
langsung tidak dapat dipastikan. Titik yang menjadi pedoman adalah nasion,
zygoma, dan gnathion.
b.
Pandangan Lateral
Analisis wajah dengan metode fotometri pada pandangan lateral dapat
menganalisis profil wajah (konveksitas), proporsi wajah dan analisis hidung.
Evaluasi yang dilakukan pada pandangan lateral ini menggunakan bidang
Horizontal Frankfurt sebagai pedomannya. Proporsi wajah secara lateral
dapat dianalisis menjadi tiga bagian, yaitu sepertiga atas (trichion - glabella),
sepertiga tengah (glabella - subnasal) dan sepertiga bawah (subnasal –
menton). Analisis terhadap hidung dapat dilakukan dengan menggunakan sudut
nasofasial dan sudut nasofrontal.4 Sudut nasofasial digunakan untuk
mengevaluasi secara tidak langsung derajat proyeksi hidung. Sudut ini
berkisar 36. Dalam menganalisis hubungan hidung dan dahi, sudut yang
digunakan adalah sudut nasofrontal. Sudut ini berkisar 115-130. Analisis
konveksitas wajah pada metode fotometri ini menggunakan dua garis
penuntun, yaitu garis yang menghubungkan antara dahi dan batas terluar
bibir atas dan garis yang menghubungkan batas terluar dari bibir atas dengan
titik pogonion jaringan lunak. Tiga profil wajah yang dibedakan berdasarkan
hubungan antara kedua garis penuntun tersebut, yaitu profil lurus (kedua
garis cenderung membentuk garis lurus), profil konveks (kedua garis
membentuk sudut yang cembung, yaitu posisi dagu cenderung ke posterior
wajah yang disebut divergen posterior) dan profil konkaf (kedua garis
membentuk sudut yang cekung, yaitu posisi dagu cenderung ke anterior wajah
yang disebut divergen anterior).
Download