pola pencarian informasi orang tua dengan anak down syndrome

advertisement
1
POLA PENCARIAN INFORMASI ORANG TUA
DENGAN ANAK DOWN SYNDROME
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjanan Ilmu Sosial pada Konsentrasi Ilmu Humas
Program Studi Ilmu Komunikasi
Oleh :
Kinanthi Dyah Arini
6662 081140
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2013
2
ABSTRACT
Kinanthi Dyah Arini. NIM 6662081140. Information Searching Patterns of
Parents Of Children with Down syndrome.
Infromation needs is essential rights of every human being. As well as parents of
children with Down syndrome. They have an interst in searching for information
regarding how to care for and educate their children. Information searching
patterns of parents of children with Down syndrome in this study relates to
sources and media information. This reseach aims to find picture of information
searching patterns of children with Down syndrome in Sekolah Kebutuhan Khusus
Al-Kautsar, Cilegon. This reseach uses qualitative methods and post postivis
paradigms. This reseach uses the model of information searching by Wilson.The
results from this reseach illustrate that parents of children with Down syndrome
are more likely to meet their infomation needs through the media senses, namely
through face to face with people who are experts or have experince dealing with
children with Down syndrome, such as doctors and teacher in school.
Key words : Model of information searching, Down syndrome
3
ABSTRAK
Kinanthi Dyah Arini. NIM 6662081140. Pola Pencarian Informasi Orang
Tua Anak dengan Down syndrome. Skripsi.
Kebutuhan informasi merupakan hak hakiki yang dimiliki oleh setiap manusia.
Begitu pula dengan orang tua anak down syndrom. Mereka mempunyai
kepentingan untuk mencari informasi berkenan dengan cara mengasuh dan
mendidik anak mereka. Pola pencarian informasi orang tua dengan anak Down
syndrome dalam penelitian ini berkaitan dengan sumber dan media infromasi.
Penelitian ini bertujuan untuk untuk mencari gambaran pola pencarian infromasi
orang tua dengan anak Down syndrome pada Sekolah Luar Biasa Al-Kautsar,
Cilegon. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan paradigma
pospositivis. Penelitian ini menggunakan model pencarian informasi dari Wilson.
Hasil penelitian menggambarkan bahwa orang tua dengan anak Down syndrome
lebih cenderung memenuhi kebutuhan informasi mereka melalui media panca
indera, yaitu melalui tatap muka langsung dengan orang-orang yang ahli atau
mempunyai pengalaman menangani anak Down syndrome, seperti guru di
sekolah.
Key words : Model pencarian informasi, Down syndrome,
4
5
6
“ Keep your eyes on the stars
and your feet on the ground”
-Theodore Rososevelt-
Skripsi ini kupersembahkan untuk
Ibu dan ayah tercinta dan seluruh
keluargaku.
\
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim.
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan berkah dan rahmatnya sehingga penulis diberikan kesehatan dan
kelancaran untuk menjalankan sekaligus menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pola Pencarian Informasi Orang Tua dengan Anak Down Syndrome.“
Penelitian inidilakukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar
kesarjanaan strata satu (S1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan
Ilmu Komunikasi Konsentrasi Ilmu Humas Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Dalam penyusunan ini, penulis sangat menyadari bahwa banyak kekurangan
dalam penyusunan skripsi, dalam arti masih jauh dari kesempurnaan karena
keterbatsan waktu, pengalaman, dan ilmu pengetahuan.
Namun berkat semangat, dukungan, pengarahan, dan bimbingan dari
lingkungan sekitar, dan berbagai pihak, hambatan, dan kesulitan yang dialami
oleh peneliti dapat di selesaikan dengan baik, sehingga alhamdulillah peneliti
dapat menyelesaikan skripsi ini.
Dalam kesempatan ini, dengan kerendahan hati penulis ini mengucapkan
banyak terima kasih dan penghargaan yang tidak terhingga kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H.Sholeh Hidayat, M.Pd selaku Rektor Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa.
2. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Ibu Neka Fitriyah, S.Sos, M.Si, selaku Ketua Juruasan Ilmu Komunikasi
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dan Dosen Pembimbing I yang
memberikan bimbingan, arahan, dan bantuan kepada penulis selama
penulisan skripsi.
i
ii
4. Ibu Puspita Asri Praceka,S.sos, M.I.Kom, selaku Sekertaris jurusan Ilmu
Komunikasi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
5. Bapak Dipl.Ing.Rangga G Gumelar, M.Si selaku Dosen Pembimbing II
yang telah menjadi orang tua di kampus dan bersedia untuk meluangkan
waktunya dan memberikan arahan, bimbing serta inpirasi dalam
penyusunan skripsi ini.
6. Terima kasih untuk ibu Andin Nesia, S.IK., M.I.Kom, selaku wali dosen
yang selalu memberikan perhatian, dukungan, dan saran baik dari awal
masuk kuliah sampai penulis menyelesaikan skripsi.
7. Terima kasih untuk semua dosen FISIP UNTIRTA yang telah
memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis baik dalam mata kuliah
maupun penyusunan skripsi.
8. Terima kasih untuk seluruh staff dan karyawan FISIP UNTIRTA yang
telah memberikan berbagai bantuan kepada penulis baik dari awal kuliah
sampai penulis menyelesaikan skripsi.
9. Terima kasih untuk keluarga Bapak Hernady dan Ibu Endang, serta
keluarga Bapak Taufik dan Ibu Nining atas kesedianya mendukung,
membantu dan memberikan izin kepada penulis untuk dapat melakukan
penelitian di lokasi penelitian.
10. Terima kasih kepada Sekolah Kebutuhan Khusus Al-Kautsar Cilegon,
dan seluruh guru, khususnya Ibu Asof dan Ibu Cicih serta Ibu Elis yang
memberikan bantuan dan izin kepada penulis untuk dapat melakukan
penelitian di sekolah.
11. Terima kasih banyak untuk wanita terhebatku, Sri Mulyani, Mamahku
tercinta yang selalu memberikan doa yang tanpa henti, dukungan, dan
saran, serta kasih sayang yang membuat penulis selalu yakin dapat
menyelesaikan skripsi ini, terima kasih mah.
12. Terima kasih kepada papah tercinta Yoyok Subiyakto, lelaki terbaik
yang selalu menjadi motivator, teman berbagi dan inpirasi dalam setiap
ii
iii
perjalanan hidupku serta menjadi ayah terhebat untuk anak-anaknya.
Terima kasih atas kesabarannya.
13. Terima kasih kepada kakak laki-lakiku Ari P Witantra , dan Kristi
Ananta, serta saudara perempuanku Andin N dan Mareta, yang selalu
memberikan doa dan dukungan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
14. Terima kasih untuk kedua orang terbaik selain keluargaku, Ane
Septianingsih dan Pitriantoro Apriadi yang selalu memberikan doa,
perhatian, dukungan, dan semangat kepada penulis dalam penyusunan
skripsi.
15. Untuk teman seperjuangan di akhir, Hizaz Juliyadi, Trami Vidya
Veliyanti, dan sahabat seperjuangan di kampus, Desta Yessavioleta,
Farah Airin, Fitriani Fazriah, Retno Yuniar, dan Yona Dian Puspita,
Adis Trisnawan dan Nugra Ahdilan terima kasih atas doa dan
dukunganya selama masa perkuliahan.
16. Terima kasih untuk adikku , Tresna Amalia, Piras Satnawati, dan Nisfu
atas bantuanya dan dukungan kepada penulis.
17. Seluruh angkatan Ilmu Komunikasi 2008 dan keluarga besar Ilmu
Komunikasi yang tidak bisa disebutkan satu persatu terima kasih sudah
menjadi teman yang baik dan mengisi kehidupan penulis.
18. Terima kasih kepada pihak-pihak terkait yang telah membantu yang
tidak dapat disebutkan satu persatu.
Akhir kata sekali lagi saya mengucapkan terima kasih, semoga Allah SWT
membalas semua kebaikan yang mereka berikan kepada penulis. Amin
Wassalammu’alaikum Wr.Wb.
Serang, 12 November 2013
iii
Penulis
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGASAHAN
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI .........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL.................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................viii
BAB I.
BAB II.
BAB III
PENDAHULUAN.
1.1.
Latar Belakang Masalah................................................... 1
1.2.
Perumusan Masalah.......................................................... 6
1.3.
Identifikasi Masalah..........................................................6
1.4.
Tujuan Penelitian...............................................................7
1.5.
Manfaat Penelitian............................................................7
KAJIAN PUSTAKA
2.1.
Komunikasi........................................................................ 8
2.1.1. Komponen Komunikasi........................................ 10
2.1.2. Sifat Komunikasi.................................................. 12
2.2.
Informasi........................................................................... 13
2.2.1. Ciri-ciri Informasi................................................. 15
2.2.2. Manfaat Informasi............................................... 16
2.3.
Pencarian Informasi......................................................... 18
2.3.1. Faktor Pencarian Informasi.................................. 20
2.4.
Down syndrome............................................................... 22
2.4.1. Faktor Resiko....................................................... 23
2.4.2. Ciri-ciri Down syndrome...................................... 24
2.5.
Sekolah Kebutuhan Khusus Al-Kautsar........................... 25
2.6.
Model Pencarian Informasi ............................................. 27
2.7.
Kerangka Berfikir............................................................. 31
2.8.
Penelitian Sebelumnya......................................................32
METODE PENELITIAN
iv
v
BAB IV
BAB V
3.1.
Metode Penelitian............................................................ 36
3.2.
Paradigma Penelitian........................................................ 38
3.3.
Tehnik Pengumpulan Data............................................... 41
3.4.
Tehnik Pemilihan Informan Penelitian............................. 44
3.5.
Analisis Data.................................................................... 46
3.6.
Uji Validitas Data.............................................................48
3.7.
Lokasi dan Waktu Penelitian............................................50
PEMBAHASAN
4.1.
Deskripsi Subjek Penelitian ............................................ 51
4.2.
Hasil Penelitian dan Pembahasan...................................... 54
4.2.1. Pola Pencarian Informasi Orang Tua Dengan Anak
Down syndrome Di Sekolah Kebutuhan Khusus
Al-Kautsar Cilegon...............................................55
4.2.2. Media Komunikasi yang Digunakan Orang Tua
dengan Anak Down syndrome dalam Memenuhi
Kebutuhan informasi..............................................74
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan........................................................................78
5.2.
Saran.................................................................................79
DAFTARPUSTAKA.............................................................................................84
RIWAYAT HIDUP
v
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Penelitian Sebelumnya .................................................................31
Tabel 3.1
Paradigma-Paradigma Penelitian ..................................................39
vi
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
Model Pencarian Informasi Wilson ............................................. 25
Gambar 2
Pola Pencarian Infomasi Orang tua dengan anak
Down Syndrome ........................................................................... 81
vii
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: Surat Keterangan Permohonan Izin Penelitian dari Program Studi
Ilmu
Komunikasi FISIP UNTIRTA
Lampiran 2
: Kartu Bimbingan
Lampiran 3
: Pendoman Wawancara
Lampiran 4
: Hasil wawancara dengan Bapak Taufik
Lampiran 5
: Hasil wawancara dengan Ibu Nining
Lampiran 6
: Hasil wawancara dengan Bapak Hernady
Lampiran 7
: Hasil wawancara dengan Ibu Endang
Lampiran 8
: Hasil wawancara dengan Ibu Asrof
Lampiran 9
: Hasil wawancara dengan Ibu Cicih
Lampiran 10 : Dokumentasi
Lampiran 11 : Riwayat Hidup
viii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah
Manusia adalah mahluk komunikasi. Dengan berkomunikasi maka
manusia menjadi lebih nyaman dan percaya diri, karena dengan komunikasi
terjadi pertukaran informasi, yang sebelumnya tidak tahu akan menjadi tahu
dan sebaliknya. Informasi yang didapat melalui komunikasi akan membuat
manusia menjadi paham akan keberadaan dirinya dan lingkungan
sekitarnya, bagaimana harus bersikap dan bertindak.
Orang tua dengan anak Down Syndrome adalah manusia yang
mempunyai rasa tidak nyaman dan percaya diri karena keadaan dirinya.
Mempunyai anak Down Syndrome menempatkan mereka pada keadaan
yang membingungkan karena anak Down Syndrome adalah anak dengan
kebutuhan khusus. Anak Down Syndrome atau bisa juga disebut dengan
anak tuna grahita membutuhkan perlakuan khusus dalam merawat dan
memberikan pendidikan kepada mereka. Bagaiman merawat dan mendidik
mereka adalah sebuah pertanyaan besar bagi orang tua anak Down
Syndrome.
Salah satu cara menjawab petanyaan ini adalah dengan melakukan
komunikasi dan mencari informasi. Dengan berkomunikasi dan mencari
informasi maka mereka akan menemukan bagaimana cara terbaik merawat
2
dan mendidik anak Down Syndrome. Orang tua anak Down Syndrome
membutuhkan informasi namun pengetahuan yang mereka miliki tidak
dapat memenuhi, dimana orang tua anak Down Syndrome akan mengalami
kesenjangan pada diri orang tua. Keadaan antara Kesenjangan atau gap
dalam diri orang tua dimana antara pengetahuan yang dimiliki kurang,
dengan informasi yang dibutuhkan akan menimbulkan keadaan yang tidak
menentu. Kesenjangan yang akan timbul pada orang tua anak Down
Syndrome akan cenderung membuat orang tua mengalami kebutuhan
informasi. Pemenuhan akan informasi dapat dilakukan dengan pencarian
melalui sumber informasi. Orang tua anak Down Syndrome akan cenderung
mencari berbagai sumber informasi untuk memenuhi informasi yang
dibutuhkan.
Pencarian informasi dapat berupa berinteraksi dengan sumber
informasi melalui media. Media infomasi dapat berupa sumber ahli,
internet, buku,
komunitas, dan media cetak lainnya. Namun media
informasi dulu akan berbeda dengan saat ini, kondisi dua puluh tahun lalu
mungkin berbeda dengan sekarang, dimana pencarian informasi sulit karena
media dulu belum banyak yang mepaparkan Down Syndrome. Di rumah
sakit pun belum banyak terdapat kasus anak Down Syndrome dikarenakan
orang tua malu membawa anaknya untuk berkonsultasi ke dokter. Dahulu
orang tua anak Down Syndrome belum banyak yang terbuka dengan
keadaan anak mereka, mereka cenderung menutupi anak mereka dengan
mengurung di dalam rumah ataupun mengirimakanya ke sanak sodara di
3
kampung, ini dikarenakan kurangnya informasi orang tua anak Down
Syndrome. Adanya informasi yang tidak benar yang mengatakan bahwa
anak Down Syndrome merupakan anak pembawa sial ini lah yang memicu
orang tua anak Down Syndrome berlaku tidak menerima keadaan anak
mereka dan cenderung malu memperkenalkan anak mereka kepada
lingkungan. Salahnya pengentahuan orang tua anak Down Syndrome
mengenai pengobatan anak Down Syndrome membuat orang tua anak Down
Syndrome mengirim anak mereka ke dukun atau orang pintar untuk
menyambuhkan
anak
mereka,
bahkan
anak
mereka
diharuskan
mengkonsumsi obat-obatan tradisoanal atau herbal yang belum teruji
mampu menyembuhkan anak Down Syndrome.
Sikap orang tua yang menolak kenyataan bahwa anak mereka
merupakan anak Down Syndrome akan sangat buruk dampaknnya terhadap
anak mereka ataupun pencarian informasi yang dilakukan orang tua. Anak
akan merasa tidak di mengerti dan tidak diterima apa adanya yang nantinya
menimbulkan penolakan dari anak dan membentuk perilaku yang tidak
dinginkan. Selain itu akan mempengaruhi pencarian informasi orang tua
anak Down Syndrome dalam memenuhi kebutuhan informasi. ketertutupan
ini juga akan menyebabkan sulitnya mencari orang untuk dimintai informasi
tentang anak Down Syndrome. Tidak seperti sekarang terdapat komunitas
persatuan orang tua dengan anak Down Syndrome yang mau memberikan
informasi dan berbgai pengalaman sesama orang tua anak Down Syndrome
karena mereka menerima keadaan dan lebih terbuka.
4
Proses pencarian informasi merupakan suatau tindakan yang
dilakukan seseorang ketika ingin mendapatkan informasi. cara ataupun
teknik dalam mencari informasi pasti berbeda. Hal tersebut tergantung pada
kemauan dan kemampuan dari pencari informasi. Penerimaan orang tua
akan mempengaruhi pencarian informasi. Sikap orang tua yang menerima
kenyataan bahwa anak mereka merupakan anak Down Syndrome akan
sangat mengurangi perasaan kebingungan, dan rasa tidak nyaman.
Penerimaan yang baik dan dukungan sosial dari keluarga, akan
membantu mengoptimalkan pencarian informasi mengenai anak Down
Syndrome. Orang tua anak Down Syndrome akan melakukan pencarian
informasi guna memperoleh informasi yang dibutuhkan. Proses pencarian
informasi didorong dengan adanya kebutuhan manusia akan informasi dan
membentuk sebuah kebiasaan.
Pola pencarian informasi merupakan suatu gambaran kebiasaan
seseorang atau langkah-langkah seseorang dalam mencari informasi. Pola
ini dapat berupa tahapan pencarian dengan ciri-ciri untuk masing-masing
tahap atau berdasarkan karateristik kelompok, serta berdasarkan keuletan
dalam pencarian informasi.
Cara atau tehnik setiap orang tua dengan Down Syndrome dalam
mencari informasi akan berbeda, ini dibedakan sejauh mana orang tua
berkemampuan untuk mendapatkan informasi. Selain itu kemampuan orang
tua, ini disarkan pada latar belakang dari orang tua itu sendiri dan
kemudahan dalam mengakses sumber informasi, dimana dahulu orang tua
5
anak Down Syndrome belum terpapar media informasi yang memuat tentang
anak Down Syndrome.
Kebanyakan orang tua anak Down Syndrome dahulu akan merasa
sangat tertolong bila mereka menemukan seorang profeisonal, seperti
pekerja sosial, perawat kesehatan, atau dokter yang kepada mereka orang
tua dapat berbagi perasaan. Orang tua akan berfikir mereka akan
memberikan informasi yang dibutuhkan.
Dalam proses pencarian informasi orang tua di Sekolah Kebutuhan
Khusus Al-Kautsar , orang tua berperan aktif dan bekerja sama dengan guru
Sekolah Kebutuhan Khusus Al-Kautsar. Di Sekolah Kebutuhan Khusus AlKautsar terletak di kota Cilegon, terdapat beberapa guru yang dianggap
pihak yang mengetahui dan mengerti kegiatan yang terjadi terkait anak
Down Syndrome dan proses pencarian informasi orang tua anak Down
Syndrome. Bagaimana pola pencarian informasi orang tua anak Down
Syndrome yang terbentuk, yang menjadi faktor kunci keberhasilan dan
keefektifitan pencarian informasi
Dari paparan yang telah dijelaskan di atas, penulis tertarik untuk
meneliti bagaimana “Pola pecarian informasi orang tua dengan anak Down
Syndrome di Sekolah Kebutuhan Khusus Al-Kautsar ketika mereka
melakukan pencarian informasi saat itu.”
1.2.
Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka masalahnya dapat
dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana Pola Pencarian Informasi Orang Tua
6
dengan Anak Sindrom Down di Sekolah Kebutuhan Khusus Al-Kautsar Cilegon
saat itu.”
1.3.
Identifikasi Masalah
Dari perumusan masalah di atas, penulis mengidentifikasikan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana pola pencarian informasi orang tua dengan anak Down
Syndrome di Sekolah Kebutuhan Khusus Al-Kautsar dalam memenuhi
kebutuhan informasi ?
2. Media pencarian informasi apa saja yang digunakan orang tua anak Down
Syndrome sebagai alat pemenuh kebutuhan informasi ?
1.4.
Tujuan Penelitian
1. Untuk menganalisa pola pencarian informasi orang tua dengan anak
Down Syndrome di Sekolah Kebutuhan Khusus Al-Kautsar dalam
memenuhi kebutuhan informasi.
2. Untuk mengkaji media pencarian informasi yang digunakan orang tua
anak Down Syndrome sebagai alat pemenuhan kebutuhan informasi.
1.5.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diangkat untuk menggambarkan mengenai perilaku pencarian
informasi orang tua dengan anak Down Syndrome di Sekolah dengan Kebutuhan
Khusus Al- Kausar. Bagaimana orang tua akan membutuhkan
informasi
7
berdasarkan kesenjangan yang ada dalam diri orang tua anak Down Syndrome dan
perilaku yang timbul sebagai respon terhadap informasi yang didapatkan.
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan akan mampu memberikan andil
untuk pengembangan dan kemajuan ilmu, khususnya dalam pembentukan pola
pencarian informasi.
Secara praktis, dari hasil penelitian ini semoga dapat bermanfaat bagi para
keluarga yang memiliki anak Down Syndrome dalam mendapatkan infomasi
mengenai Down Syndrome, guru pengajar di Sekolah dengan Kebutuhan Khusus
Al- Kautsar dalam mengembangkan ilmu dalam pengajaran , dan pemerhati Down
Syndrome. Pada umumnya peneliti berharap hasil penelitian ini bermanfaat dan
menjadi acuan bagi masyarakat luas.
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Sesuai dengan rumusan masalah bahwa fokus penelitian adalah mengenai
pola pencarian informasi orang tua dengan anak Down Syndrome di Sekolah
Kebutuhan Khusus Al-Kautsar. Oleh karena itu penulis akan membahas hal-hal
yang berkaitan pada fokus penelitian ini secara tuntas adalah komunikasi,
informasi, pola pencarian informasi, media dan Down Syndrome. Hal-hal yang
berkaitan dengan penelitian
perlu bagi penulis untuk memaparkan terlebih
dahulu.
2.1. Komunikasi
Komunikasi merupakan istilah yang begitu populer atau familiar pada saat
ini, Komunikasi membedakan manusia dari semua makhluk yang lain. Sebagian
besar waktu manusia digunakan untuk berkomunikasi dalam, pergaulan, pekerjaan
dan aktivitas kehidupan sehari-hari kita. Komunikasi mempunyai peranan yang
sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Melalui komunikasi manusia saling
berinteraksi antara satu dan lainnya dengan tujuan yang berbeda-beda.
Lukiati Komala mendefinisikan definisi komunikasi sebagai satu bentuk
proses interaksi.
“Komunikasi adalah suatu interaksi, proses simbolik yang menghendaki
orang-orang mengatur lingkunganya dengan (1) membangun hubungan
antar sesama (2) melalui pertukaran informasi (3) untuk menguatkan sikap
9
dan tingkah laku orang lain (4) serta berusaha mengubah sikap dan tingkah
laku itu.1
Menurut Steven dalam buku Hafied, bahwa komunikasi terjadi kapan saja
suatu organisme memberikan reaksi terhadap suatu objek atau stimuli. Apakah itu
berasal dari seseorang atau lingkunganya.2
Mengenai beberapa pengertian komunikasi ini banyak definisi yang
dikemukakan oleh para ahli, dapat disimpulkan definisi komunikasi secara umum
adalah sebuah proses pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengelolaan
pesan yang terjadi di dalam diri seseorang dan atau diantara dua atau lebih dengan
tujuan tertentu serta mengubah sikap, pendapat atau perilaku penerima sesuai
yang diinginkan oleh komunikator. Perubahan sikap, pendapat, atau perilaku
orang tua dengan anak Down Syndrome yang didasarkan melalui seseorang yaitu
anak mereka yang menderita Down Syndrome sebagai suatu respon. Orang tua
Down Syndrome melakukan komunikasi dan membangun hubungan baik dengan
orang lain (sumber informasi) guna memenuhi kebutuhan informasi. Komunikasi
dibangun dengan dokter anak Down Syndrome, pengajar di sekolah, sesama orang
tua anak Down Syndrome serta orang-orang yang berhubungan dengan anak
Down Syndrome guna mencari informasi maupun bertukar informasi yang akan
mempengaruhi sikap orang tua anak Down Syndrome.
Ditinjau dari proses pencarian informasi merupakan sebuah komunikasi
dalam arti bahwa dalam proses tersebut terlibat orang tua anak Down Syndrome
dan sumber informasi. Proses komunikasi yang terjalin tidak hanya orang tua
1
Lukiati Komala. 2009. Ilmu Komunikasi, Perspektif, Proses, dan Konteks. Bandung : Widya
Padjajaran, hal 73
2
Hafied Canagara. 2008. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Hal 19
10
sebagai komunikator melainkan menjadi komunikan, begitupula dengan sumber
informasi. Komunikasi yang dilakukan orang tua dan sumber informasi
merupakan komunikasi berencana baik secara tatap muka maupun melalui media.
Komunikasi antara orang tua dan sumber informasi terjadi secara dua arah dan
satu arah. Komunikasi dua arah terjadi ketika terjadi dialog antar orang tua dan
sumber informasi. Ketika orang tua anak Down Syndrome mengakses sumber
informasi dari media cetak, dan media elektronik maka komunikasi yang terjadi
merupakan komunikasi satu arah.
2.1.1.
Komponen Komunikasi
Menurut Onong Uchjana Effendy, dalam prosesnya komunikasi mempunyai
beberapa komponen sebagai berikut :
1. Komunikator
Komunikator adalah pihak yang mengirimkan pesan kepada khalayak.3
Oleh karena itu komunikator biasa disebut sebagai pengirim, source,
sumber, atau encoder. Merurut Vardiansyah, komunikator adalah manusia
yang berakal budi yang berinisiatif menyampaikan pesan untuk
mewujudkan motif komunikasinya.4 Komunikasi, setiap orang ataupun
kelompok dapat menyampaikan pesan-pesan komunikasi itu sebagai suatu
proses, dimana komunikator dapat menjadi komunikan, dan sebaliknya
komunikan dapat menjadi komunikator. Ini serupa dengan proses
komunikasi orang tua dengan anak Down Syndrome, dimana saaat orang
3
4
Ibid Hafied hal 85
Dani Vardiansyah. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia. Hal 19
11
tua akan bertanya kepada ahli, guru maupun sesama orang tua dengan
anak Down Syndrome, orang tua menjadi komunikator dan ketika orang
tua mendengarkan penjelasan, orang tua menjadi komunikan.
2. Pesan
Pesan dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang disampaikan
komunikator
kepada
komunikan
untuk
mewujudkan
motif
komunikasinya.5 Pesan ini mempunyai inti pesan (tema) yang sebenarnya
menjadi pengarah di dalam usaha mencoba mengubah sikap dan
tingkahlaku komunikan. Pesan dari komunikasi akan selalu mengarah
pada tujuan akhir komunikasi itu. Orang tua dengan anak Down Syndrome
mengutarakan pesan melalui komunikasi dengan tujuan mereka akan
mendapatkan informasi untuk memenuhi motif tersebut. Motif mencari
informasi tentang anak down synrome yang merupakan tujuan orang tua
berkomunikasi.
3. Media
Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan
dari komunikator kepada khalayak.6 Beberapa pakar psikologi memandang
bahwa dalam komunikasi antar manusia, media yang paling dominan
dalam berkomunikasi adalah pancaindra manusia, seperti mata dan telinga.
Pesan-pesan yang diterima pancaindra selanjutnya diproses dalam pikiran
manusia untuk mengontrol dan menentukan sikapnya terhadap sesuatu,
sebelum dinyatakan dalam tindakan. Orang tua dengan anak Down
5
6
Ibid hal 60
Hafied Canagara. 2008. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Hal 123
12
Syndrome menggunakan media pancaindra dan media pendukung lainnya
dalam mencari informasi. Media pendukung dalam proses pencarian
informasi dapat berupa media cetak, media elektonik, atau melalui alamat
situs internet.
4. Komunikan
Komunikan adalah pihak yang penerima pesan atau sasaran penyampaian
pesan.7 Dalam proses komunikasi komunikan dapat menjadi komunikator,
begitupun sebaliknya komunikator dapat menjadi komunikan. Dalam
proses pencarian informasi yang dilakukan orang tua dengan anak Down
Syndrome terjadi percakapan dimana dalam proses nya narasumber seperti
(doktor, ahli terapi, guru, dll) bisa menjadi komunikan dan komunikator.
5. Efek
Efek adalah hasil akhir dari suatu komunikasi, yakni sikap dan tingkah
laku orang, sesuai atau tidak sesuai dengan yang kita inginkan.8 Apabila
sikap dan tingkah laku orang lain itu sesuai, maka komunikasi itu berhasil,
demikian sebaliknya. Hal serupa dapat dilihat dari efek yang terjadi pada
orang tua dengan anak Down Syndrome sebagai respon dari informasi
yang didapatkan.
2.1.2.
Sifat Komunikasi
Sifat komunikasi ada beberapa macam , diantaranya :
1.
2.
3.
7
8
Komunikasi tatap muka (face-to-face)
Komunikasi bermedia (mediated)
Komunkasi verbal (verbal)
Onong Uchjana Effendy. 2008. Dinamika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Hal 7
H.A.W. Widjaja. 2000. Ilmu komunikasi Pengantar Studi. Jakarta : Rineka Cipta. Hal 38
13
4.
Komunikasi non-verval (non-verbal)
Dalam penyampaian pesan, seorang komunikator (pengirim)
dituntut untuk memiliki kemampuan dan sarana agar mendapat umpan
balik (Feedback) dari komunikan (penerima), sehingga maksud dari
pesan tersebut dapat dipenuhi dengan baik dan berjalan efektif.
Komunikasi dengan tatap muka (face-to-face) dilakukan antara
komunikator dengan komunikan secara langsung, tanpa menggunakan
media apapun kecuali bahasa sebagai lambang atau simbol
komunikasi bermedia dilakukan oleh komunikator kepada komunikan,
dengan menggunakan media sebagai alat bantu dalam menyampaikan
pesannya.
Komunikator dapat menyampaikan pesannya secara verbal dan
non verbal. Verbal dibagi ke dalam dua macam yaitu lisan (Oral) dan
tulisan (Written/printed). Sementara non verbal dapat menggunakan
gerakan atau isyarat badaniah (gesturual) seperti melambaikan tangan,
mengedipkan mata dan sebagainya, dan menggunakan gambar untuk
mengemukakan ide atau gagasannya.
2.2. Informasi
Setiap manusia membutuhkan informasi ketika melakukan suatu kegiatan.
Tanpa informasi manusia tidak akan dapat berperan banyak dalam melakukan
kegiatanya dalam kehidupan sehari-harinya. Menurut sudut padang dunia
14
kepustakaan dan perpustakaan, informasi adalah suatu rekaman fenomena yang
diamati, atau bisa juga berupa putusan-putusan yang dibuat seseorang.9
Menurut Davis seperti yang dikutip Kadir dalam bukunya Pengenalan
Sistem Informasi, “informasi adalah data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk
yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat bagi pengambilan keputusan saat
ini atau saat mandatang”.10Setiap data yang berguna bagi penerimanya dapat
dianggap sebagai informasi.
Informasi juga merupakan serangkaian fakta yang diinformasikan. Hal yang
sama menurut Jogiyanto “informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang
lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya.11 Informasi merupakan
pegumpulan atau pengelolaan data untuk memberikan pengetahuan atau
keterangan. Informasi berkenaan dengan suatu fakta atau keadaan.
Mengutip dari Helena Olli dalam bukunya, Kamus Komunikasi, Onong
Uchjana Efendy mendefinisikan informasi sebagai :12
a. Pesan yang disampaikan kepada seseorang atau jumlah orang yang
baginya merupakan hal-hal yang baru diketahui.
b. Data yang telah diolah untuk disampaikan kepada yang memerlukan
atau untuk mengambil keputusan mengenai suatu hal.
c. Kegiatan menyebarluaskan pesan, baik secara langsung maupun melalui
media komunikasi, kepada khalayak yang baginya merupakan hal atau
peristiwa baru.
Dalam penelitian ini, orang tua anak Down Syndrome menyampaikan pesan
ataupun menerima pesan dari seseorang atau jumlah orang yang lebih banyak
(sumber informasi) untuk mengetahui informasi tentang anak Down Syndrome.
9
Pawit M Yusuf. 2009.Ilmu Informasi, Komunikasi< dan Kepustakaan. Jakarta:Bumi Aksara. Hal
11
10
Abdul Kadir.2003. Pengenalan Sistem informasi. Yogyakarta : Andi. Hal 28
11
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28705/4/Chapter%20II.pdf diakses pada 10 Juli
2012 , pukul 23.43 WIB
12
Helena Olii. 2007. Berita dan Informasi. Jakarta : Indeks. Hal 23
15
Informasi yang didapatkan melalui proses komunikasi satu arah maupun
komunikasi dua arah yang didalamnya terjadi pertukaran maupun pembagian
informasi. Informasi yang didapat orang tua dengan anak Down Syndrome akan
diolah sebagai respon dari informasi yang didapat. Infomasi itu dapat menjadi
sebuah pengetahuan yang dapat disampaikan kepada sesama orang tua anak Down
Syndrome ataupun lingkungan sekitar baik secara langsung maupun mengunakan
media komunikasi. Informasi yang didapat akan mempengaruhi keputusan yang
diambil orang tua anak Down Syndrome terhadap anak mereka dan lingkungan
yang mempengaruhinya.
2.2.1.
Ciri-ciri Informasi
Informasi mempunyai peran penting dalam kehidupan manusia. Menurut
Davis informasi memiliki beberapa ciri sebagai berikut:13
1. Benar atau salah, Ini dapat berhubungan dengan realitas atau tidak bila
penerimaan informasi yang salah dipercayai mengakibatkan sama seperti
benar.
2. Baru, Informasi dapat sama sekali baru dan segar bagi penerimanya.
3. Tambahan, Informasi dapat memperbaharui atau memberikan tambahan
baru pada informasi yang telah ada.
4. Korektif, Informasi dapat menjadi suatu korektif atas informasi yang
salah.
5. Penegas, Informasi dapat mempertegas informasi yang telah ada, ini
berguna karena meningkatkan persepsi penerimanya atau kebenaran
informasi tersebut.
Informasi yang didapat orang tua anak Down Syndrome mempunyai lima
ciri diantaranya informasi tidak terlepas dari benar atau salah, informasi baru,
informasi tambahan, informasi korektif dan informasi penegas. Informasi dapat
benar atau salah ini tergantung pengelolaan dari dalam diri orang tua, dimana bisa
13
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28705/4/Chapter%20II.pdf diakses pada 10 Juli
2012 , pukul 23.43 WIB
16
dikatakan benar jika orang tua percaya bahwa itu benar. Informasi baru sebagai
informasi yang pertama kali didengar orang tua anak Down Syndrome. Informasi
tambahan adalah informasi ini dapat memberikan atau memperbaharui informasi
yang dimiliki orang tua anak Down Syndrome. Informasi korektif adalah
informasi yang dapat menjadi suatu korektif informasi yang dimiliki orang tua,
apakah informasi yang orang tua miliki sudah benar atau salah. Informasi penegas
adalah informasi yang digunakan sebagai penegas dari informasi yang telah
dikoreksi guna meningkatkan persepsi orang tua anak Down Syndrome tentang
kebenaran informasi tersebut, dan sekaligus akan menjadi acuan orang tua dalam
bertindak sebagai respon terhadap informasi yang diterima dan diolah oleh orang
tua anak Down Syndrome. Informasi yang telah diolah orang tua akan menjadi
dasar untuk menerapkan tindakan orang tua terhadap anak Down Syndrome dan
lingkunganya, baik lingkungan keluarga dekat, lingkungan keluarga besar,
maupun lingkungan sekitar.
2.2.2. Manfaat Informasi
Informasi dapat dikatakan bernilai apabila dapat memberikan manfaat
kepada pengguna. Menurut Sutanta ada beberapa manfaat informasi yaitu :14
1. Menambah pengetahuan
Adanya informasi akan menambah pengetahuan bagi penerima yang dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan yang mendukung proses
pengambilan keputusan.
2. Mengurangi ketidakpastian pemakai informasi
Informasi akan mengurangi ketidakpastian karena apa yang akan terjadi
dapat diketahui sebelumnya, sehingga kemungkinan menghindari keraguan
pada saat pengambilan keputusan.
14
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28705/4/Chapter%20II.pdf diakses pada 10 Juli
2012 , pukul 23.43 WIB
17
3. Mengurangi resiko kegagalan
Adanya informasi akan resiko kegagalan karena apa yang akan terjadi dapat
diantisipasi dengan baik, sehingga kemungkinan terjadinya kegagalan akan
dapat dikurangi dengan pengambilan keputusan yang tepat.
4. Mengurangi keanekaragaman yang tidak diperlukan
Mengurangi keanekaragaman yang tidak diperlukan akan mengahasilkan
yang lebih terarah.
5. Memberikan standar, aturan-aturan, ukuran-ukuran dan keputusan untuk
menentukan pencapaian, sasaran dan tujuan.
Pendapat di atas menunjukan bahwa dengan informasi akan memberikan
standar, aturan, ukuran dan keputusan yang lebih terarah untuk mencapai sasaran
dan tujuan yang telah ditetapkan secara lebih baik berdasarkan informasi yang
diperoleh. Informasi yang didapatkan orang tua anak Down Syndrome harus
memberikan pengetahuan, mengurangi ketidakpastian orang tua, mengurangi
resiko kegagalan, mengurangi keanekaragaman yang tidak diperlukan orang tua,
dan mampu memberikan standar agar keputusan orang tua anak Down Syndrome
lebih terarah untuk mencapai tujuan. Informasi harus memberikan pengetahuan
baik pengetahuan baru maupun pengetahuan untuk memperbaharui informasi
yang sudah orang tua anak Down Syndrome miliki
yang nantinya dapat
mengurangi ketidakpastian orang tua terhadap anak Down Syndrome. Selain itu
informasi dapat menjadi antisipasi orang tua agar tidak terjadi kegagalan dalam
mendidik anak Down Syndrome.
18
2.3. Pencarian Informasi
Proses pencarian informasi merupakan suatu tingkah laku dalam mencari
informasi. Pencarian informasi didorong dengan adanya kebutuhan manusia akan
informasi. Menurut Krikelas dalam artikel Encang-Saepudin (2009) berjudul
Perilaku Pencarian Dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi berpendapat bahwa
perilaku
pencarian
informasi
adalah
kegiatan
dalam
menentukan
dan
mengidentifikasikan pesan untuk memuaskan kebutuhan informasi yang
dirasakan.15
Masih di dalam Encang, pendapat lebih rinci yang dikemukakan oleh Drao
yang mengatakan bahwa “perilaku pencarian infromasi merupakan aktivitas
pemakai untuk mencari, mengumpulkan, dan memakai informasi yang mereka
butuhkan.16
Pencarian informasi menurut Pannen (1990) adalah pencarian dan
penggunaan informasi adalah keadaan ketika orang bergerak melewati
ruang dan waktu dan menemukan dirinya pada suatu keadaan dimana dia
harus menjawab pertanyaan, memecahkan masalah, melihat suatu fakta,
agar dapat mengetahui sesuatu untuk terus bergerak.17
Proses pencarian informasi adalah kegiatan pengumpulan informasi sebagai
sesuatu yang kemudian diasimilasikan ke dalam struktur pengetahuan seseorang.
15
http://encangsaepudin.wordpress.com/2009/01/10/prilaku-pencarian-dalammemenuhi-kebutuhan-informasi-bagian-2/ diakses pada 10 Juli 2012 pukul 23.50 WIB
16
http://encangsaepudin.wordpress.com/2009/01/10/prilaku-pencarian-dalammemenuhi-kebutuhan-informasi-bagian-2/ diakses pada 13 Juli 2012 pukul 8.16
WIB
17
http://funnymustikasari.wordpress.com/2010/07/26/perilaku-pencarian-informasi/ diakses
pada tanggal 9 September 2012 pukul 09.00.
19
Dari sini lah terlihat bagaimana teori tentang kognisi menjadi bagian dari proses
interaksi pemakai dengan sistem informasi, dan bagaimana struktur kognitif
pemakai berubah menjadi informasi yang ditemukan.18
Dengan demikian pencarian informasi merupakan kegiatan mencari,
mengumpulkan dan memakai informasi yang dibutuhkan oleh orang tua anak
Down Syndrome dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi orang tua yang
berkenaan dengan anak Down Syndrome.
Proses pencarian informasi sifatnya berjenjang, dimulai dari sesuatu yang
tidak jelas, sampai pada tahap kejelasan dari informasi yang dicarinya. Keadaan
awal orang tua anak Down Syndrome mengalami kondisi dimana sadar bahwa
orang tua membutuhkan informasi mengenai anak Down Syndrome, tetapi masih
ragu terhadap inti permasalah dari anak Down Syndrome karena orang tua merasa
kurang terhadap pengetahuan yang orang tua butuhkan. Tahap selajutnya orang
tua akan melakukan pemilihan informasi secara selektif
yang berhubungan
dengan keadaan anak Down Syndrome. Setelah melakukan pemilihan informasi,
orang tua akan siap memulai penelusuran dan menentukan sumber informasi
untuk memenuhi kebutuhan informasi orang tua anak Down Syndrome. Proses
penelusuran sumber infomasi merupakan paling sulit karena orang tua anak Down
Syndrome belum mampu menyatakan mengenai informasi yang dibutuhkan
dengan tepat. Setelah mampu mengendalikan tahap penelusuran, maka perasaan
tidak pasti orang tua anak Down Syndrome mulai mengikis dan kepercaaan diri
mulai meningkat. Ketika pola pikir orang tua anak Down Syndrome lebih jelas
http://encangsaepudin.wordpress.com/2009/01/10/prilaku-pencarian-dalammemenuhi-kebutuhan-informasi-bagian-2/ diakses pada 13 Juli 2012 pukul 8.16 WIB
18
20
dan terpusat pada masalah yang ditekuni maka pemakaian informasi menjadi
efektif dan efisien. Diakhir pencarian informasi maka akan muncul suatu perasaan
puaas atau kecewa.
2.3.1.
Faktor Pencarian Informasi
Terciptanya suatu kebutuhan terhadap informasi tentunya disebabkan oleh
beberapa faktor. Menurut Wilson yang dikutip oleh Pendit, ada beberapa faktor
yang akan sangat mempengaruhi bagaimana akhirnya seseorang mewujudkan
kebutuhan informasi dalam bentuk perilaku informasi yaitu :19
1. Kondisi psikologis seseorang.
Bahwa seseorang yang sedang risau akan memperlihatkan perilaku
informasi yang berbeda dibandingkan dengan seseorang yang sedang
gembira
2. Demografis.
Dalam arti luas menyangkut kondisi sosial-budaya seseorang sebagai
bagian dari masyarakat tempat ia hidup dan berkegiatan. Kita dapat
menduga bahwa kelas sosial juga dapat mempengaruhi perilaku
informasi seseorang, walau mungkin pengaruh tersebut lebih banyak
ditentukan oleh akses seseorang ke media perantara. Perilaku seseorang
dari kelompok masyarakat yang tak memiliki akses ke internet pastilah
berbeda dari orang yang hidup dalam fasilitas teknologi melimpah.
3. Peran seseorang di masyarakatnya.
Khususnya dalam hubungan interpersonal, ikut mempengaruhi perilaku
informasi. Misalnya, peran menggurui yang ada di kalangan dosen akan
menyebabkan perilaku informasi berbeda dibandingkan perilaku
mahasiswa yang lebih banyak berperan sebagai pelajar. Jika kedua
orang ini berhadapan dengan pustakawan, peran-peran mereka akan ikut
mempengaruhi cara mereka bertanya, bersikap, dan bertindak dalam
kegiatan mencari informasi.
4. Lingkungan.
Dalam hal ini adalah lingkungan terdekat maupun lingkungan yang lebih
luas.
5. Karakteristik sumber informasi.
19
Pendit, Putu Laxman. 2003. Penelitian Ilmu Perpustakaan dan Informasi: Suatu Pengantar
Diskusi Epistemologi dan Matodologi. Jakarta: JIP-FSUI. Hal 3-4
21
Karakter media yang akan digunakan dalam mencari dan menemukan
informasi. Berkaitan dengan butir 2 di atas, orang-orang yang terbiasa
dengan media elektronik dan datang dari strata sosial atas pastilah
menunjukkan perilaku informasi berbeda dibandingkan mereka yang
sangat jarang terpapar media elektronik, baik karena keterbatasan
ekonomi maupun karena kondisi sosial-budaya
Kelima faktor di atas, menurut Wilson akan sangat mempengaruhi
bagaimana akhirnya orang tua anak Down Syndrome mewujudkan kebutuhan
informasi dalam bentuk perilaku informasi. Kondisi psikologis orang tua akan
mempengaruhi perilaku pencarian informasi orang tua, orang tua yang tenang
akan mudah mengakses informasi, berbeda dengan orang tua yang risau atau
tertekan saat mencari informasi. Demogarafis, keadaan sosia-budaya, kelas sosial
orang tua akan mempengaruhi perilaku pencarian informasi, orang tua yang
tinggal di pedesaan akan berbeda dengan orang tua yang tinggal di perkotaan
khususnya dalam hal mengakses media. Peran seseorang di masyarakatnya dan
lingkungan, orang tua dan lingkungan sekitarnya akan mempengaruhi pencarian
informasi. Orang tua anak Down Syndrome yang dikelilingi lingkungan yang
mendukung tentunya akan lebih mudah mendapatkan informasi dibandingkan
dengan orang tua yang tidak mendapat dukungan dari lingkunganya. Karateristik
sumber informasi, orang tua yang terbiasa mengakses media eletronik dan datang
dari strata sosial atas pastilah memiliki kemudahan dalam mengakses sumber
infromasi dibandingkan orang tua anak Down Syndrome yang jarang terpapar
media cetak maupun media elektronik, baik karena keterbatasan ekonomi maupun
karena kondisi sosial-budaya.
Faktor lain yang juga ikut menentukan perilaku pencarian orang tua yaitu
bagaimana pandangan orang tua terhadap resiko dan imbalan yang akan diperoleh
22
jika ia benar-benar melakukan pencarian informasi. Resiko yang dimaksudkan
yaitu hambatan yang dihadapi untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan
diantaranya biaya, kemudahan akses, waktu untuk memperoleh informasi yang
dibutuhkan.
2.4. Down Syndrome
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sindrom adalah himpunan gejala
atau tanda yang terjadi serentak (muncul bersama-sama) dan menandai
ketidaknormalan tertentu, hal-hal (seperti emosi atau tindakan) yang biasanya
secara bersama-sama membentuk pola yang dapat diidentifikasi.
Down Syndrome (mongoloid) adalah suatu kondisi dimana genetik
tambahan menyebabkan keterlambantan perkembangan anak, dan kadang
mengacu pada retardasi mental. Anak Down Syndrome memiliki kelaianan pada
kromosom nomor 21 yang terdiri dari dua kromosom sebagaimana mestinya,
melainkan tiga kromosom (trisomi 21) sehingga infromasi genetika menjadi
tertanggu dan anak juga mengalami penyimpangan fisik. Dahulu orang-orang
dengan Down Syndrome ini disebut sebagai penderita mongolisme atau mongol.
Isitilah ini muncul karena penderita ini mirip dengan orang-orang Asia (oriental).
Istilah sindrome ini sepertinya telah usang, sehingga saat ini kita menggunakan
istilah Down Syndrome.
Setiap manusia mempunyai 23 pasang kromosom (46 buat kromosom)
terdiri atas 22 pasang autosom (nomor 1-22) dan 1 pasang kromosom seks. Down
Syndrome muncul bila terdapat kelebihan sebuah kromosom nomor 21.
Kromosom tambahan ini, karena gen-gen yang terkandung di dalamnya,
23
menyebabkan protein-protein tertentu terbentuk secara berlebihan di dalam sel.
Hal ini mengganggu pertumbuhan normal di dalam tubuh janin. Protein-protein
apa saja yang terlibat sampai saat ini belum diketahui.
Ketika janin berkembang, sel-sel tubuh tidak membelah secepat janin yang
nomal dan ini mengakibatkan sel-sel tubuh yang terbentuk jumlahnya sedikit,
sehingga terbentuk bayi yang lebih kecil. Migrasi sel-sel yang terjadi pada
pembentukan bagian tubuh tertentu menjadi terganggu, khususnya pada otak.
Begitu bayi dengan Down Syndrome lahir, seluruh perbedaan-perbedaan ini sudah
ada. Bayi tersebut, karena memiliki lebih sedikit sel-sel otak, akan lambat belajar.
Perubahan ini sudah berlangsung sebelum kelahiran, dan tidak dapat dipulihkan
kembali sesudahnya.
2.4.1.
Faktor Resiko
Down Syndrome merupakan sindroma kongenital (kelainan bawaan) yang
paling sering terjadi. Down sydnrome ini ditemukan kurang lebih satu kasus pada
setiap tujuh ratus kelahiran dan terdapat pada semua kelompok etnis.
Usia ibu pada saat hamil merupakan faktor resiko yang penting untuk
menentukan kemungkinan bayi lahir dengan Down Syndrome. Peluang seorang
wanita mempunyai anak dengan Down Syndrome meningkat bersamaan dengan
peningkatan usianya pada saat mengandung. Peningkatan ini khususnya mulai
keliatan sejak usia 35 tahun. Kemungkinan ini akan terus meningkat sejalan usia
ibu yang semangkin meningkat.
24
2.4.2.
Ciri-ciri Down Syndrome
Banyak anak Down Syndrome hanya mempunyai enam sampai tujuh ciri.
Kecuali kecakapan intelektual dalam derajat tertentu, tidak ada ciri Down
Syndrome yang terdapat pada semua individu penderita Down Syndrome. Namun
ada ciri-ciri minor untuk mengenali apakah seorang anak menderita Down
Syndrome atau tidak. Ciri –ciri tersebut yaitu :20
1. Wajah. Ketika dilihat dari depan, anak penderita Down Syndrome biasanya
mempunyai wajah yang bulat. Dari samping, wajah cenderung mempunyai
profil dasar.
2. Kepala. Belakang kepala sedikit rata pada kebanyakan penderita Down
Syndrome. Ini dikenal sebagai brachycephly.
3. Mata. Mata dari hampir semua anak dan orang dewasa pederita Down
Syndrome miring ke atas. Selain itu seringkali ada lipatan kecil pada kulit
vertikal antara sudut dalam mata dan jembatan hidung.
4. Rambut. Rambut anak-anak Down Syndrome biasanya lemas dan lurus.
5. Leher. Bayi-bayi yang baru lahir dengan Down Syndrome mungkin
memiliki kulit berlebihan pada bagian belakang leher. Untuk anak dan
orang dewasa penderita Down Syndrome cenderung memiliki leher yang
pendek dan lebar.
6. Mulut. Rongga mulut sedikit lebih kecil dari rata-rata, dan lidahnya sedikit
lebih besar. Kombinasi ini membuat sebgaian anak mempunyai kebiasaan
untuk menjulurkan lidah.
7. Tangan. Kedua tangan cenderung lebar dengan jari-jari yang pendek.
8. Kaki. Kedua kaki cenderung pendek dan gemuk dengan jarak yang lebar
antara ibu jari dan jari telunjuk.
9. Tonus. Tungkai dan leher anak-anak kecil dengan Down Syndrome
seringkali terkulai. Lembeknya otot ini dinamakan hipotonia, yang berarti
mempunyai tonus rendah. Tonus adalah tanahan yang diberikan oleh otot
terhadap tekanan pada waktu otot dalam keadaan relaksasi.
2.5. Sekolah Kebutuhan Khusus Al-Kautsar
Sekolah Kebutuhan Khusus Al-Kautsar, merupakan salah satu sekolah yang
menerima anak-anak Down Syndrome sebagai murid di sekolah. Sekolah
20
Mark Selikowitz.2001. Mengenal sindroma down. Jakarta:Arcan. Hal 41
25
Kenutuhan AL-Kautsar berada di Jalan Arjuna Kavling blok J nomer 101-102
Bendungan Cilegon.
SLB Al-Kautsar berdiri pada tanggal 28 Oktober 1991 berlokasi di Jl.
Gunung Kupak No. 19 Komplek Perumahan Leuweung Jite Cilegon,
awal
mulanya dipimpin oleh Bapak Harun Al-Rasyid yang muridnya berjumlah 12
orang dengan dibantu 1 orang guru. Pada saat itu SLB Al-Kautsar masih
menumpang di Sekolah Madrasah Al-Kautsar karena belum memiliki tempat
sendiri. Kemudian mulai tahun 2001 sampai dengan sekarang SLB Al-Kautsar
dipimpin oleh ibu Dra. Hj. Elis Aini Hidayati.
Mulai tahun 2005 SLB Al-Kautsar mulai merintis membangun ruang-ruang
kelas dan pada tahun 2007 SLB Al-Kautsar sudah mempunyai dan menempati
gedung sekolah sendiri yang beralamat di Jl. Arjuna Kav. Blok J No 101-102
Bendungan Cilegon Banten. Berada pada lingkungan geografis yang cukup
strategis dengan kondisi lingkungan yang menunjang untuk kegiatan belajar
mengajar serta keadaan lingkungan yang tenang, aman, nyaman dan jauh dari
polusi.
Pada tahun 2010 Sekolah Luar Biasa berubah menjadi Sekolah Khusus
sesuai SK Kepala
Dinas
Pendidikan Provinsi
Banten dengan
nomor
421.9/147.bDispend/2010. Saat ini SKh Al-Kautsar memiliki empat jenjang
pendidikan yaitu TKLB, SDLB, SMPLB dan SMLB dengan jumlah peserta didik
sebanyak 75 orang. Sekolah Khusus ini mendidik anak-anak dengan klasifikasi
beberapa jenis kelainan seperti tunanetra/low vision , tunarungu wicara,
tunagrahita, tunadaksa, dan tunaganda.
26
Sekolah ini mempunyai visi yaitu terwujudnya sekolah yang menghasilkan
peserta didik mandiri, peduli, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Saat ini Skh Al-Kautsar memilki guru sebanyak 19 orang (10 guru PNS, 9
guru honoree) dengan latar belakang pendidikan yang beragam (14 orang lulusan
S1 PLB, 2 orang lulusan S1 PAI, dan 3 orang lulusan dari SLTA) dan 1 orang
tenaga tata usaha.
Program kesiswaan yang ada di SKh Al-Kautsar diantarannya program
keterampilan dan kegiatan ekstrakuler. Program keterampilan yang beorientasi
untuk kewirausahaan, seperti tata boga, tata busana (membuat aneka cendramata),
perbengkelan, kriya kayu, steam motor dan IT (komputer). Sendangkan kegiatan
ekstrakulikuler disesuaikan dengan minat dan bakat peserta didik, seperti olah
raga berbagai cabang (bulu tangkis, tenis meja , atletik, renang), kesenian (menari,
menyanyi, melukis)
Sarana prasana yang tersedia di Skh Al-Kuatsar cukup memadai
diantaranya, perlengkapan olah raga, perlengkapan kesenian dan alat bantu
pendidikan sesuai kekhususan, seperti kursi roda, parelel bar, speech trainer,
hearing aid group, balok titian dan trampolin.
27
2.6.Model Pencarian Informasi
Para peneliti pencarian informasi mengkaji tentang bagaimana pengguna
melakukan pencarian informasi, mulai dari menganalisa sifat dan jenis informasi
yang dibutuhkan, bagimana cara informasi tersebut dipenuhi, hambatanhambatanya sampai kepada hal yang mendorong upaya pencarian. Wilson
menggambarkan Information seeking behavior dengan gambar berikut :21
Gambar 1
Model Pencarian Informasi Wilson
Sumber : Wilson, T.D. 1999
21
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28705/4/Chapter%20II.pdf diakses pada 30 Juli 2011 pukul 09.59
28
Information seeking behavior diawali oleh suatu kebutuhan informasi
tertentu (“need”). Untuk memenuhi kebutuhan itu, seseorang pengguna dapat
menggunakan satu atau lebih sistem informasi (demand on information system)
atau bertanya pada orang lain yang memiliki informasi yang dicari (information
exchange). Bila salah satu atau lebih sistem informasi berhasil memberikan
informasi yang dibutuhkan, pengguna informasi melanjutkannya dengan
menggunakan informasi tersebut (information use), baik itu memuaskan atau
tidak memuaskan pengguna informasi, menurut Wilson akan memicu kebutuhan
(“need”) informasi lainya. Kemudian proses kembali terjadi dari awal lagi dan
terus berulang –ulang.
Orang tua anak down synrome melakukan pencarian informasi didasarkan
pada kebutuhan informasi tentang anak Down Syndrome kemudian orang tua
anak Down Syndrome satu atau lebih informasi atau bertanya pada orang lain atau
sumber informasi yang memiliki informasi yang dicari. Ketika informasi berhasil
didapatkan maka orang tua akan mengunakannya atau tidak sebagai respon dari
informasi yang didapatkanya baik informasi itu memuaskan ataupun tidak, dan
proses ini akan memicu kebutuhan informasi lainya.
Menurut Kuhlthau (2000: 49), model proses pencarian informasi dapat
diartikulasikan dalam pandangan menyeluruh dalam mencari informasi dari
perspektif pengguna dalam enam tahap, yaitu:22
1. Initiation (inisiasi), yaitu ketika seseorang menjadi sadar dari kurangnya
pengetahuan atau pemahaman, perasaan ketidakpastian dan ketakutan.
22
Kulthau, Carol C. 2000. “Inside the Searching Process: Infromation Seeking From teh User’s
Perspective. Journal Of the American Society and Infromation Science vol 42 (5) : 49.
29
2. Selection (seleksi), yaitu ketika sebuah topik atau masalah yang diidentifikasi
dan ketidakpastian awal sering memberi cara untuk rasa singkat optimisme dan
kesiapan untuk memulai pencarian.
3. Exploration (eksplorasi), yaitu ketika tidak konsisten, informasi yang tidak
kompatibel,
kebingungan,
dan
keraguan
sering
membuat
kurangnya
kepercayaan pada diri mereka.
4. Formulation (perumusan), yaitu ketika suatu perspektif yang difokuskan
dibentuk dan mengurangi ketidakpastian ketika keyakinan mulai meningkat.
5. Collection (koleksi), yaitu ketika informasi yang berhubungan dengan fokus
perspektif dan ketidakpastian dikumpulkan berhenti ketika minat diperdalam.
6. Presentation (presentasi), yaitu ketika pencarian dilengkapi pemahaman baru
yang memungkinkan orang untuk menjelaskan pelajarannya kepada orang lain
atau meletakkan pelajaran itu digunakan.
2.7. Kerangka Berfikir
Komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan
sehari-hari. Melalui komunikasi manusia saling berinteraksi antara satu dan
lainnya dengan tujuan yang berbeda-beda. Komunikasi berperan sangat penting
dalam proses pencarian informasi orang tua dengan anak Down Syndrome.
Informasi merupakan hal yang paling penting dan menjadi sebuah
kebutuhan bagi orang tua anak Down Syndrome. Keadaan ini disadarkan orang tua
anak Down Syndrome mengganggap bahwa keadaan pengetahuan yang orang tua
miliki kurang dari yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu keadaan.
30
Dengan diketahui kebutuhan apa yang mendasari orang tua dengan anak
Down Syndrome maka orang tua menggunakan satu atau lebih sistem informasi
atau bertanya kepada orang lain ataupun sumber informasi yang memiliki
informasi yang dicari. Pencarian infromasi bersifat berjenjang dimulai dari
sesuatu yang tidak jelas menjadi jelas, sampai pada tahap kejelasan dari infromasi
yang dicarinya. Dalam pencarian infromasi orang tua anak Down Syndrome
melalui enam tahap pencarian infromasi yaitu, initiation (inisiasi), selection
(seleksi), exploration (eksplorasi), formulation (formulasi), collection (koleksi),
dan presentation (presentasi).
Dengan model pencarian informasi menjadi landasan penelitian ini, maka
penulis bisa melihat pencarian informasi orang tua dengan anak Down Syndrome
melalui tahap pencarian informasi dan penggunaan informasi sebagai respon dari
informasi yang didapatkanya. Proses pencarian informasi didorong dengan adanya
kebutuhan manusia akan informasi dan membentuk suatu kebiasaan. Pola
pencarian informsai merupakan suatu gambaran kebiasaan seseorang dan langkahlangkah seseorang dalam mencari informasi. Pola ini dapat berupa tahapan
pencarian dengan ciri-ciri untuk masing-masing tahap atau berdasarkan
karateristik kelompok, serta berdasarkan keluetan dalam pencarian infromasi.
Berikut adalah gambar kerangka berpikir yang menerangkan alur dalam
penelitian ini :
31
Gambar 2
Kerangka Berfikir
32
2.8. Penelitian Sebelumnya
Penelitian-penelitian
mengenai
Pola
Pencarian
Informasi
ataupun
penelitian-penelitian mengenai perilaku pencarian informasi telah banyak diteliti
sebelumnya. Penelitian-penelitian tersebut memberikan sedikit banyak gambaran
bagi calon peneliti-peneliti lain yang akan melakukan penelitian serupa.
Salah satu penelitian mengenai pola pencarian informasi oleh, Lilis
Nutlailah yang berjudul “Pola Pencarian Informasi Karyawan PT. Karakatau
Steel dalam Sistem Pensiun”. Penelitian yang dilakukan pada tahun 2010 di
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa ini fokus pada pencarian informasi karyawan
PT. Karakatau Steel dalam mengakses informasi sistem pensiun, hasil penelitian
ini memperlihatkan bahwa karyawan PT. Karakatau Steel melakukan pencarian
informasi dengan beberapa kategori informasi pensiun. .
Selain itu Dei Ari Puspita , mahasiswa UNTIRTA juga telah melakukan
penelitian mengenai “Pola Perilaku Pencarian Informasi Anggota Satker
Ditreskrimus Melalui Internet” pada tahun 2011. Penelitian ini menunjukan
bahwa informan bermotivasi untuk menggunakan internet karena kelebihan
internet itu sendiri, yaitu dari segi waktu, ekonomi, dan juga sebagai pemenuh
kognisinya. Adapun kebutuhan kognisi dan intelegensi sosial menjadi unsur
motivasi anggota dalam menggunakan internet.
33
2.1 Tabel perbandingan dengan penelitian sebelumnya
Nama
Penelitian
Penelitian
Penelitian
sebelumnya
Sebelumnya
terbaru
Lilis Nutlailah
Desi Ari Pupita
Kinanthi Dyah
Arini
Peneliti
Judul
Penelitian
Pola
Pola Pencarian
Informasi Karyawan
PT.Karakatau Steel
dalam Sistem Pensiun
Metode
Metode
penelitian
digunakan
Pencarian
Informasi
Anggota
Satker
Kinanthi Dyah
Arini
Ditreskrimus
Melalui Internet
yang Metode
yang Metode
yang
dalam digunakan adalah digunakan
penelitian ini adalah kualitatif
dengan penelitian
metode kulatitatif dan menggunakan
penelitian studi kasus. teori
Menggunakan
metode
Katz, deskriptif.
Gurevitch
hass.
adalah
ini
kebutuhan kulaitatif
Teori dari
Uses and Gratification.
dalam
dan Mengunakan
Kebutuhan model
kognitif,
pecarian
informasi Wilson.
kebutuhan
integrasi
sosial
dan berkhayal
Hasil
Hasil
penelitian
ini Hasil
penelitian Hasil penelitian ini
Penelitian
memperlihatkan bahwa ini merujuk pada menunjukan bahwa
karyawan
PT. model
activity, pencarian
Karakatau
Steel action,
and informasi
(Persero)
pencarian
melakukan operation
orang
oleh tua dengan anak
infromasi Leonn’ev. Semua Down
Syndrome
34
dengan
beberapa ini pun didasarkan melalui
kategoru
informasi dari
kebutuhan langkah
inisiasi,
pensiun, yaitu kategori informasi
yang seleksi,eksplorasi,
pelatihan
pada formulasi, koleksi,
terdapat
kewirausahaan,
hak- setiap
kebutuhan dan
hak yang didapatkan kognitif,
persiapan
pensiun. intergrasi
Kebutuhan
karyawan
infromasi dan
presentasi.
afektif, Media yang utama
setelah pensiun, massa kebutuhan
yang
sosial orang
digunakan
tua
kebutuhan Down
dalam berkhayal.
anak
Syndrome
yaitu media tatap
menanggapi infromasi
muka dan media
dan
pendukung artikel,
kepentingan-
kepentingan
Perbedaan
enam
untuk
makajalh,
koran
kelangsungan hidupnya
dan
setelah pensiun nanti.
televisi.
- Meneliti
- Meneliti
mengenai
infromasi - Menitik
pencarian
infromasi pensiun
beratkan
mengenai
pencarin
beratkan
pencarian
pada
observasi
informasi
pencarian
informasi
internet
karyawan Karakatau - Model
- Pencarin
informasi
infromasi
perilaku
- Menitik
Steel
pada
tayangan
di
infromasi
anak
Down Syndrome
yang - Menitik beratkan
digunakan
pada
pencarian
model activity ,
infromasi
orang
cenderung
melalui
action,
and
tua dengan anak
media
internal
operation
oleh
Down Syndrome
perusahan,
leonn’ev
melalui
sumber
35
- Teori yang digunakan
ahli dan sesama
uses and gratification
orang tua anak
Down Syndrome.
- Teknik
pengumpulan
data juga melalui
wawancara
dengan orang tua
dengan
anak
Down Syndrome
- Model
digunakan
yang
ialah
model pencarian
informasi Wilson
Persamaaan
- Meneliti
pola - Meneliti
pencarian infromasi
Kritik
Penelitian
jelas
menjelaskan
pencarian
ini
pola - Meneliti
pencarian
pencarian
informasi
infromasi
cukup penelitian
ini
dalam cukup jelas dalam
pola menjelaskan Pola
infromasi Pencarian
bermedia dana metode Informasi. Namun
penelitian
yang sistematika
digunakan pun sudah penulisan
tepat.
kurang
terstrukture.
masih
pola
36
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metodologi Penelitian
Penelitian ini adalah penelitiaan sosial yang mengupas mengenai pencarian
informasi orang tua dengan anak Down Syndrome. Penulis mengunakan jenis
penelitian kualitatif yang digunakan untuk menjawab masalah pokok penelitian
ini mengenai pola pencarian informasi orang tua dengan anak Down Syndrome
agar menghasilkan hasil penelitian yang mendalam. Hal ini didukung oleh
pendapat Bogdan and Taylor yang dikutip oleh Rosady Ruslan bahwa
“pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasilkan suatu uraian mendalam
tentang ucapan, tulisan, dan tingkah laku yang dapat diamati dari suatu individu,
kelompok, masyarakat, organisasi tertentu dalam konteks setting tertentu yang
dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan holistik”23
Jenis penelitian kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan perilaku yang dapat diamati.24 Jadi, penelitian kualitatif desktiptif ini
hanyalah memaparkan situasi atau peristiwa yang diteliti. Penelitian ini tidak
mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat
prediksi.
23
Ruslan, Rosady. 2003. Metode Penelitian PR dan Komunikasi. Jakarta. PT Rajawali Pers. Hal
213
24
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung,
2006, Hal: 4.
37
Dalam penelitian ini bukan hanya akan menjabarkan dan menggambarkan
masalah yang diteliti sesuai fakta, tetapi juga didukung oleh pertanyaanpertanyaan dengan melakukan wawancara pada pihak yang terkait. Dengan begitu
data yang diperoleh akan dikumpulkan, disusun, dianalisis kemudian dijelaskan
yang disertakan dengan pemecahan masalah ataupun solusi sesuai dengan
masalah yang diteliti.
Menurut Rakhmat dalam bukunya metode penelitian komunikasi, penelitian
deskriptif ditunjukan untuk: mengumpulkan informasi actual secara rinci
melukiskan gejala yang ada, mengindentifikasi masalah atau memeriksa kondisi
praktek-praktek yang berlaku, membuat perbandingan atau evaluasi, menentukan
apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar
dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu
yang akan datang. 25
Metode penelitian kualitatif peneliti menjadi instrument kunci. Tehnik
pengumpulan data yang digunakan adalah observasi partisipasi, peneiti terlibat
sepenuhnya dalam kegiatan informan kunci yang menjadi subjek penelitian dan
sumber informasi penelitian.26 Dengan menggunakan pendekatan penelitian
kualitatif, penulis berupaya untuk memperoleh informasi secara menyeluruh
mengenai kegiatan pencarian informasi orang tua dengan anak Down Syndrome
di Sekolah Kebutuhan Khusus Al-Kautsar.
25
Jalaludin, rakhmad.2005. metode penelitian komunikasi,Bandung:PT. Remaja rasdakarya, hal
24
26
Ardianto, Elvinaro. 2010.metodologi penelitian untuk PR. Bandung:Remaja Rosdakarya, hal 58
38
Penelitian kualitiatif adalah mengembangkan pertanyaan dasar tentang apa
dan bagaimana kejadian itu, siapa yang terlibat dalam kejadian tersebut, kapan
terjadinya dan di mana tempat kejadianya.27 Penelitian kualitatif adalah suatu
pendekatan penelitian yang mengungkapkan situasi sosial tertentu dengan
mendeskripsikan kenyataan secara benar, dibentuk oleh kata-kata berdasarkan
teknik pengumpulan dan analisis data yang relevan yang diperoleh dari situasi
yang alamiah.28
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif
menghasilkan data deskriptif atau penggambaran secara lisan maupun tertulis dari
berbagai pengamatan yang dilakukan terhadap fenomena, gejala, perilaku dan
kegiatan individu atau organisasi dengan memandangnya secara utuh tanpa
dibatasi pada variable atau hipotesis.
Jika dikaitkan dengan masalah pada penelitian ini maka akan dihasilkan
data deskriptif dari berbagai pengamatan yang dilakukan. Untuk itulah tujuan
menggunakan metode ini adalah untuk melukiskan pola pencarian orang tua anak
dengan Down Syndrome di Sekolah Kebutuhan Khusus Al-Kautsar.
3.2 Paradigma Penelitian
Penelitian pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menemukan suatu
kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran. Seperti penelitian pada
umumnya, penelitian dilakukan untuk mengetahui kebenaran dan menemukan
fakta. Ketika seseorang melakukan penelitian, secara sadar atau tidak peneliti
27
Satori, jaman dan Aan Komariah. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.
Hal 23.
28
Ibid Satori hal 25
39
memiliki perspektif atau cara pandang dalam memandang hal atau peristiwa
tertentu. Cara pandang peneliti merupakan satu perangkat kepercayaan yang
sudah terbentuk dalam diri peneliti yang didasarkan atas asumsi-asumsi tertentu
yang dinamakan paradigma.
Harmon yang dikutip oleh Moleong mendefinisikan paradigma sebagai cara
mendasar untuk mempersepsi, berfikir, menilai dan melakukan yang berkaitan
dengan sesuatu secara khusus tentang visi realitas.
29
Paradigma menurut Kuhn
didefinisikan sebagai suatu cara pandang, nilai-nilai, metode-metode, prinsip
dasar, atau cara memecahkan sesuatu masalah, yang dianut oleh suatu
masyarakat ilmiah pada suatu masa tertentu.30
Paradigma penelitian menurut Guba dan Lincoln merupakan kerangka
berpikir yang menjelaskan bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta
kehidupan sosial dan perlakuan peneliti memahami suatu masalah, serta kriteria
pengujian sebagai landasan untuk menjawab masalah penelitian.
Denzin dan Lincoln menjelaskan bahwa terdapat beberapa paradigma
penelitian yaitu positivisme, post positivisme, teori kritis, dan konstruktivistis
dengan pemaparan seperti tabel berikut.
29
Lexy J. Moleong. 2011. Metodologi Penelitian Kuaitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya. Hal
49.
30
M. Burhan Bungin. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu
Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana. 2009.Hal 68
40
Tabel 3.1 Paradigma-paradigma Penelitian
Item
Ontologi
Realisme naif – realitas
Positivisme
Teori Kritis
Konstruktivisme
Realisme kritis- realitas
Post-positivisme
Realisme historis-
Relativisme- realitas yang
“nyata” namun bisa
“nyata” namun hanya bisa
realitas maya yang
dikontruksikan secara
dipahami
dipahami secara tidak
dibentuk oleh nilai-
lokal dan spesifik
sempurna dan secara
nilai social politik
probabilistic
ekonomi, etnik dan
gender,
mengkristal seiring
perjalanan waktu
Epistimologi
Aksiologi
Dualisme/ objektivis;
Dualis/objetivis yang
Transaksional/
Transaksional/ subjektivis;
temuan yang benar
dimodifikasi;tradisi/
subjectivis;
temuan-temuan yang
komunikasi kritis, temuan-
temuan-temuan
diciptakan
temuan yang mungkin
yang diperantarai
benar
oleh nilai
Eksperimental/manipulatif,
Experimental/manipulative
Dialogis/ dialektis
verifikasi hipotesis,
yang
terutama metode-metode
dimodifikasi;keragaman
kuantitatif
kritis, falsifikasi hipotesis,
Hemeneutis /dialektis
bisa jadi meliputi metodemotode kualitatif
Paradigma menggariskan apa yang seharusnya dipelajari. Pernyataanpernyataan dan kaidah yang seharusnya di ikuti dalam menafsirkan jawaban yang
didapatnya. Dengan demikian paradigma adalah ibarat sebuah jendela tempat
orang mengamati dunia luar. Namun secara umum, menurut Guba paradigma
dapat diartikan sebagai seperangkat kepercayaan atau keyakinan dasar yang
menuntun seseorang dalam bertindak dalam kehidupan sehari-hari.
Paradigma ini adalah pendekatan sistematis dan subjektif dalam
menjelaskan
pengalaman
hidup
berdasarkan
kenyataan
lapangan
pengalaman dari orang tua anak dengan Down Syndrome dalam
yaitu
pencarian
informasi tentang anak Down Syndrome. Proses penelitian ini dijalankan melalui
pemahaman tentang pengalaman seseorang dalam aneka bentuk.
41
Dalam penelitian kualitatif ini menggunakan paradigma pospositivisme31.
Dalam paradigma post positivis realitas disikapi sebagai fakta yang bersifat ganda,
memiliki hubungan secara asosiatif, serta harus dipahami secara alamiah,
kontektual, dan holistic. Secara ontologis aliran ini bersifat critical realism
(kenyataan kritis) karena aliran ini memandang kenyataan harus diperiksa secara
kritis agar dapat dipahami sesempurna mungkin serta memandang sama bahwa
realitas memang ada dalam kenyataan sesuai dengan hukum alam, tetapi suatu hal
yang mustahil bila suatu realitas dapat dilihat secara benar. Oleh karena itu secara
metodelogis pendekatan eksperimental melalui observasi tidaklah cukup, tetapi
harus menggunakan metode triangulasi yaitu penggunaan bermacam-macam
metode, sumber data, peneliti dan teori untuk menggambarkan pola pencarian
informasi orang tua anak Down Syndrome di Sekolah Kebutuhan Khusus AlKautsar.
Realitas dalam paradigma post positivisditemukan apabila peneliti dan
objek penelitian atau realitas yang diteliti merupakan realitas yang tidak
terpisahkan. Hubungan antara peneliti dan objek harus bersifat interaktif dan
netral, sehingga tingkat subjektifitas dapat dikurangi secara minimal. Oleh
karena itu, Peneliti harus mampu mengungkap data yang sebenarnya melalui
kegiatan observasi dan wawancara. .
3.3 Tehnik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
31
Norman K. Denzin & Egon Guba. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial.2001. Hal:41
42
a. Observasi
Obeservasi merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan peneliti
untuk mengamati atau mencatat suatu peristiwa dengan penyaksian langsung, dan
biasanya peneliti dapat sebagai partisipan atau obsever dalam menyaksikan atau
mengamati suatu objek peristiwa yang sedang ditelitinya.32 Dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan obseravasi partisipatif ,menurut Sugiyono dalam bukunya
memahami penelitian kualitatif sebagai berikut: “dalam observasi ini peneliti
terlibat dalam kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang
digunakan sebagai sumber data penelitian.33
Dengan menggunakan metode observasi partipatif, peneliti memahami
objek penelitian dengan terlibat dalam kegiatan sehari-hari orang yang menjadi
objek penelitian sebagai sumber data penelitian. Peneliti telibat dalam kegiatan
orang tua dengan anak Down Syndrome dan kegiatan di lingkungan Sekolah
Kebutuhan Khusus Al-Kautsar. Dari kegiatan obsevasi ini, peneliti dapat
mendapatkan data-data mengenai bagaimana pencarian informasi orang tua
dengan anak Down Syndrome termasuk informasi apa yang didapatkan, dan media
apa yang digunakan orang tua serta respon orang tua terhadap informasi.
b. Wawancara
Tehnik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif ini adalah
wawacara mendalam. Wawancara merupakan proses atau upaya yang dilakukan
untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan melalui tanya jawab
32
33
Sugiyono ,2008,Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif dan R&D,Alfabeta:Bandung,hal.233
Ibid Sugiono hal.220
43
langsung dengan pihak-pihak yang terkait. Untuk mendapatkan data yang
diinginkan, dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara mendalam
(Indepth Interview) terhadap orang-orang yang berkompeten. Wawancara
mendalam adalah suatu cara mengumpulkan data atau informasi dengan cara
langsung bertatap muka dengan informan agar mendapatkan data lengkap dan
mendalam.34
Teknik wawancara yang dilakukan adalah teknik wawancara mendalam
(depth interview) atau wawancara secara intensif (intensive-interview) dan
kebanyakan tidak terstruktur yang bertujuan untuk mengetahui pandangan dari
orang tua dan guru anak Down Syndrome. Dimana responden dapat memberikan
jawaban-jawaban secara menyeluruh dan mendalam tentang pencarian informasi
orang tua. Informan tersebut diantaranya dua pasang orang tua dengan anak Down
Syndrome, dua guru di Sekolah Kebutuhan Khusus Al-Kautsar.
Adapun maksud mengadakan wawancara seperti ditegaskan Licoln dan
Guba dalam Moleong, antara lain untuk mengkontruksi mengenai karakteristik
orang
tua
dalam
cara
yang
ditempuh
untuk
memperoleh
informasi,
mengumpulkan informasi, menyeleksi informasi, memantau perkembangan
informasi, memanfaatkan informasi dan mengatasi hambatan dalam pencarian
informasi.
34
RachmatKriantono. 2008. Teknis Praktis Komunikasi. Jakarta : Kencana. Hal 100
44
3.4 Tehnik Pemilihan Informan Penelitian
Dalam penelitiian kualitatif, istilah sampel yang sering digunakan dalam
penelitian yang berasumsi statistik dan mekanistis tidak lagi berlaku karena dalam
penelitian kualitatif istilah ini diganti dengan istilah informan. Hal ini seperti
diutarakan oleh Sjoberg & Nett dalam Metode Penelitian Public Relations dan
Komunikasi yang ditulis oleh Rosady Ruslan bahwa penelitian kualitatif
mengunakan pendekatan humanistic untuk memahami realitas sosial dan
dipandang sebagai kreativitas bersama. Dengan kata lain, subjek penelitian dalam
penelitiian kualitatif memiliki peranan yang sangat penting dalam penelitian
sehingga posisi subjek penelitian tidak hanya sekedar sampel untuk pemenuhan
data statistik tetapi lebih berperan sebagai informan dimana penelitian kualitatif
dapat berkembang lebih dinamis.35
Pada istilah kualitatif juga tidak mengunakan istilah sample. Sample pada
penelitian kualitatif disebut sebagai informan atau subjek penelitian, yaitu orangorang yang dipilih diwawancari atau diobservasi sesuai tujuan penelitian.
Informan disebut sebagai subjek penelitian karena informan dianggap aktif
mengkontruksi realitas bukan sekedar objek yang hanya mengisi kuesioner.36
Untuk menentukan informan, peneliti menggunakan teknik purposive
sampling, yaitu tehnik pengambilan sample semua data dengan pertimbangan
tertentu. Pertimbangan tertentu ini misalnya orang tersebut dianggap paling tahu
mengenai bagimana pencarian informasi mengenai anak Down Syndrome. Peneliti
35
36
Ibid Rachmat hal 214
Ibid Rachmat hal 296
45
memilih pihak-pihak yang berperan aktif, untuk mengetahui perilaku pencarian
informasi orang tua dengan anak Down Syndrome di Sekolah Kebutuhan Khusus
Al- Kautsar.
Dalam pelaksanaan penelitian ini akan menetapkan satu atau dua orang
informan kunci (key informants) dan juga beberapa informan pendukungnya yang
kemungkinan akan semakin lengkap informannya, dan kemudian mengadakan
interview terhadap mereka yang memiliki pengetahuan, pengalaman, dan
informasi yang dicari untuk memperoleh data.37 Oleh karena itu, informan dalam
penelitian ini merupakan seseorang yang memiliki karakteristik yang mampu
memberikan data yang dibutuhkan dari apa yang ingin diteliti oleh peneliti yaitu
tentang pola pencarian informasi orang tua dengan anak Down Syndrome di
Sekolah Kebutuhan Khusus Al-Kautsar. Informan penelitian adalah pihak-pihak
yang memiliki karateristik dari apa yang ingin diteliti oleh peneliti. Adapun
kriteria-ktriteria yang menjadi acauan peneliti dalam menentukan informan
diantaranya :
1. Mereka yang merupakan pihak yang terlibat aktif dalam pencarian
informasi yaitu orang tua dengan anak Down Syndrome.
2. Mereka yang memiliki informasi menyeluruh mengenai perilaku
pencarian informasi mengenai Down Syndrome.
3. Mereka yang berada dilingkungan anak Down Syndrome.
Ada dua penentu yang dijadikan sumber dalam mendukung penelitian ini,
yaitu key informan dan informan.
37
Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. 2008. Hal:218
46
1) Key informants (informan kunci) yaitu informan yang dianggap paling
banyak memberi bantuan dan jawaban yang dibutuhkan atas pertanyaanpertanyaan atau masalah penelitian dan yang mendukung penelitian.
Untuk itu penentuan key informants dalam penelitian ini adalah pasangan
orang tua anak Down Syndrome di Sekolah Kebutuhan Khusus Al-Kautsar
yang dianggap sebagai pihak utama yang mengetahui dan dapat
menjelaskan informasi kunci mengenai masalah ini.
2) Informan, yakni informan yang dianggap tahu atau memberi bantuan dan
dapat memberi jawaban atas pertanyaan atau masalah penelitian tapi tidak
lebih dari informan kunci. Sebagai informan, dalam penelitian ini telah
ditentukan yaitu dua guru Sekolah Kebutuhan Khusus Al-Kautsar. Guru
mempuanyai peranan penting dalam pengawasan anak Down Syndrome di
lingkungan sekolah.
Informan dalam penelitian ini dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan
dan permasalahan peneliti.
3.5 Analisis Data
Teknis analisis data dalam penelitian ini menggunakan model millers and
huberman, mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif
dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas,
sehingga datanya sudah jenuh.38 Aktifitas analisis data, yaitu:
1. Data reduction (reduksi data)
38
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif. Bandung : R&D Alfabeta. 2008. Hal. 220
47
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu
perlu dicatat secara teliti dan rinci, mereduksi data bererti merangkum,
memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting
dicari tema dan polanya.
2. Data display (penyajian data)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan
data. Dalam penelitian kualitatif penyajian data bisa dilakukan dalam
bentuk uraian singkat, hubungan antar katagori dan lainnya. Yang paling
sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif
adalah dengan teks yang bersifat naratif. Penyajian data merupakan
upaya penyusunan, pengumpulan informasi kedalam suatu matrik atau
konfigurasi yang mudah dipahami. Konfigurasi semacam ini akan
memungkinkan
adanya
penarikan
kesimpulan
dan
pengambilan
tindakan. Kecenderungan kognitif manusia adalah penyederhanaan
informasi yang komplek kedalam suatu bentuk yang dapat dipahami
secara gambling. Penyajian data yang sederhana dan mudah dipahami
adalah cara utama untuk menganalisis data deskriptif kualitatif yang
valid. Penyajian ini bisa dalam bentuk grafik, matrik atau baganh yang
dirancang untuk menghubungkan informasi. Penyajian data yang penulis
lakukan adalah mengenai pencarian informasi orang tua dengan anak
Down Syndrome.
3. Conclusion drawing / verivication
48
Dalam hal ini setelah dilakukan reduksi data, dan menyajikan data yang
didapat dari lapangan maka langkah terakhir adalah penarikan
kesimpulan verivikasi terhadap data-data yang ada. Data inilah yang
kemudian disusun kedalam satuan-satuan, kemudian dikatagorikan
sesuai dengan masalah-masalahnya. Data tersebut dihubungkan dan
dibandingkan antara satu sama lain sehingga mudah ditarik kesimpulan
sebagai jawaban dari sikap permasalahan yang ada.39 kesimpulan yang
ingin peneliti sampaikan adalah mengenai pola pencarian informasi
orang tua dengan anak Down Syndrome.
3.6. Uji Validitas Data
Dalam metode penelitian kualitatif, hasil temuan atau data yang diperoleh
peneliti dapat dinyatakan valid apabila hasil temuan atau data yang diperoleh dan
dikemukakan peneliti sesuai dengan temuan atau data yang sebenarnya terjadi
pada objek yang diteliti. Demikian juga halnya dengan penelitian mengenai pola
pencarian informasi orang tua dengan anak Down Syndrome di Sekolah
Kebutuhan Khusus Al-Kautsar. Penelitian ini dianggap valid apabila hasil temuan
yang diperoleh peneliti sesuai atau sama dengan yang sebenarnya terjadi pada
objek penelitian. Untuk itu diperlukan uji validitas data.
Untuk menguji validitas data dalam penelitian mengenai perilaku
pencarian informasi orang tua dengan anak Down Syndrome
di Sekolah
Kebutuhan Khusus Al-Kautsar, peneliti menggunakan cara uji kredibilitas atau
39
Matthew B. Milles, A Michael Huberman. Analisis Data Kualitatif. Penerjemah Tjejep Rohendi
Rosidi. Jakarta: Universitas Indonesia Press. 1992. Hal 25
49
kepercayaan terhadap data yang dilakukan menggunakan teknik triangulasi data,
yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di
luar data itu untuk keperluan pengecekkan atau sebagai pembanding terhadap data
itu.40 Dalam melakukan triangulasi, peneliti mengecek kebenaran data kepada
sumber lain dengan menggunakan teknik yang berbeda. Misalnya data yang
diperoleh dari hasil wawancara peneliti dengan informan kunci (key informan),
yaitu pasangan orang tua dari siswa Sekolah Kebutuhan Khusus Al-Kautsar, dicek
kembali dengan melakukan wawancara dengan informan-informan pendukung,
yaitu Guru Sekolah Kebutuhan Khusus Al-Kautsar.
Selain itu, teknik triangulasi juga dilakukan dengan teknik yang berbeda.
Misalnya data yang peneliti dapatkan melalui teknik wawancara mengenai pola
pencarian informasi orang tua dengan anak Down Syndrome di Sekolah
Kebutuhan Khusus Al-Kautsar, kemudian dicek atau disesuaikan dengan
menggunakan teknik observasi. Jika dalam proses pengecekkan tersebut
menghasilkan data yang berbeda, maka peneliti akan melakukan diskusi lebih
lanjut kepada sumber data untuk memastikan data mana yang sekiranya lebih
tepat dan benar.
3.7. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini di Kota Cilegon dan juga Sekolah Kebutuhan Khusus AlKautsar , Jalan Arjuna Kav. Blok J No. 101-102 Cilegon dan beberapa tempat lain
karena penelitian ini tidak bisa fokus disatu tempat. Dengan tujuan untuk
menggambarkan pola pencarian informasi yang dilakukan orang tua dengan anak
40
Lexy J. Moleong.Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2000.Hal 178
50
Down Syndrome di Kota Cilegon. Adapun waktu pelaksanaan penelitian ini
direncanakan berlangsung selama kurang lebih satu bulan.
51
BAB IV
PEMBAHASAH
4.1 Deskripsi Subjek Penelitian
Informan 1
Nining Purwaningsih, seorang ibu rumah tangga yang lahir di Serang, 9
Agustus 1969. Ibu dengan pendidikan tamatan SLTA ini mempunyai hobi
memasak dan makan. Ibu ini tinggal di Sumampir Cilegon sejak lahir. Ibu ini
merupakan orang tua dari anak Down Syndrome yang bernama Nita.
Informan 2
Muhamad Taufik merupakan suami dari ibu Nining yang menikah pada
tahun 1989. Bapak ini lahir di Bojonegoro, 17 Desember 1961. Bapak Taufik
merupakan karyawan swasta di PT. Karakatu Steel. Hobi dari Bapak Taufik ialah
berenang. Bapak Taufik merupakan ayah dari anak Down Syndrome bernama
Nita.
52
Informan 3
Hernady Chaniago, bapak yang lahir di Cianjur, 6 Februari 1994 merupakan
ayah dari anak Down Syndrome bernama Aliya Putri. Bapak ini merupakan
pensiunan BUMN dengan riwayat pendidikan S2 Magister Management. Hobinya
ialah memancing sebagai pengisi waktu luang. Bapak Heriady tinggal di Kavling
GM KS Blok F No 3 Damkar Komplek Karaakatau Steel Cilegon.
Informan 4
Ibu Endang Hamdanah Setiawati merupakan istri dari Bapak Hernady
Chaniago. Ibu Endang lahir di Serang, 9 September 1959. Riwayat pendidikan ibu
Endang tamatan SLTA dan sekarang menjadi ibu rumah tangga. Hobi dari Ibu
Endang ialah memasak. Ibu Endang tinggal di Kavling GM KS Blok F No 3
Damkar Komplek Krakatau Steel Cilegon.
53
Informan 5
Ibu Asrofiyah, S.Pd merupakan nama lengkap dari Ibu yang akrab di
panggil Ibu Asrof oleh murid-muirdnya. Ibu Asrof merupakan seorang guru sejak
5 Juni 2002 di Sekolah Kebutuhan Khusus Al-Kautsar. Ibu Asro merupakan
Sarjana Akta IV Pendidikan Luar Biasa. Hobinya berjalan-jalan dan berbelanja.
Ibu Asrof tinggal di Jalan Sunan Bonang Lingkungan Pananuan Rt/Rw 02/03
Cilegon.
Informan 6
Ibu Cicih Susilawti, merupakan tamatan dari S1 A IV Jurusan Pendidikan
Luar Biasa. Ibu Cicih lahir di Serang, 5 November 1997. Ibu Cicih berprofesi
sebgai guru untuk anak berkebutuhan khusus di Sekolah Kebutuhan Khusus ALKautsar, ibu Cicih menajar mulai tanggal 01 Januari tahun 2003. Hobi dari Ibu
Cicih ialah memasak di rumahnya di Jalan Cengkeh Kavling Blok F Ciwaduk
Gede No. 99 Cilegon.
54
4.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan
Dalam bab ini peneliti akan menguraikan hasil dari penelitian mengenai
pola pencarian informasi orang tua dengan anak Down Syndrome di sekolah
Kebutuhan Khusus Al-Kautsar Cilegon. Hasil penelitian tersebut diperoleh dari
wawancara mendalam dan observasi yang dilakukan peneliti.
Fokus pada penelitian ini mengenai pencarian informasi orang tua dengan
anak Down Syndrome di Sekolah Kebutuhan Khusus Al-Kautsar. Dalam
penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu wawancara
dan observasi. Adapun data-data yang dicari dalam penelitian ini adalah datadata yang menjawab identifikasi masalah penelitian yang telah dipaparkan di
bab 1, yaitu mengenai bagaimana pola pencarian informasi orang tua dengan
anak Down Syndrome di Sekolah Kebutuhan Khusus Al-Kautsar dalam
memenuhi kebutuhan informasi, serta penggunaan media pencarian informasi
apa saja yang digunakan orang tua anak Down Syndrome sebagai alat pemenuh
kebutuhan informasi. Peneliti ini menggunakan teknik purposive sampling jadi
peneliti menentukan informan kunci dan informan yang paling dianggap tahu
tentang apa yang diteliti oleh peneliti.
Peneliti melakukan wawancara dengan cara mendatangi dan menanyakan
langsung kepada infroman kunci dan infroman mengenai hal-hal yang peneliti
telah sebutkan di atas. Peneliti mencatat hasil wawancara dengan menggunakan
alat tulis dan rekaman. Wawancara yang peneliti lakukan adalah wawancara tidak
tersruktur dan semiterstruktur. Wawancara dilakukan terhadap infroman kunci
55
yaitu dua pasang orang tua dengan anak Down Syndrome yaitu pasangan Bapak
Hernadi dan ibu Endang, serta pasangan Bapak Taufik dan Ibu Nining dan dua
informan tambahan Ibu Asrof dan Ibu Cici.
Selain wawancara, tehnik pengumpulan data yang juga dilakukan peneliti
adalah obsrvasi. Selama kegiatan observasi peneliti mengikuti kegitan yang
dilakukan oleh orang tua dengan anak Down Syndrome di kediaman orang tua
anak Down Syndrome dan sekolah tempat anak Down Syndrome bersekolah.
Data-data yang diperoleh peneliti dari hasil wawancara dan observasi
kemudian di kategorisasikan sesuai dengan identifikasi masalah. Kemudian, datadata tersebut dijabarkan dan dianalisa dengan jelas sehingga dapat ditarik
kesimpulan dari hasil penelitian mengenai pencarian informasi orang tua dengan
anak Down Syndrome di Sekolah Kebutuhan Khusus Al-Kautsar.
4.2.1
Pola Pencarian Informasi Orang Tua Dengan Anak Down Syndrome
Di Sekolah Kebutuhan Khusus Al-Kautsar Cilegon
4.2.1.1 Tahap Initiation (Insiasi) yang Dilakukan Orang Tua dengan
Anak Down Syndrome
Setiap orang tua dalam kehidupanya memiliki kebutuhan yang harus
terpenuhi, salah satunya kebutuhan akan informasi mengenai anak mereka.
Bagi orang tua dengan anak normal, pemenuhan kebutuhan informasi
mengenai anaknya mungkin tidak mengalami banyak masalah dibandingkan
dengan orang tua dengan anak Down Syndrome. Hal ini dikarena anak
Down Syndrome memiliki pola asuh yang berbeda dengan anak normal.
56
Menurut Kuhlthau, tahap initiation (inisiasi) yaitu ketika seseorang
menjadi sadar dari kurangnya pengetahuan atau pemahaman, perasaan
ketidakpastian dan ketakutan41. Tahap ini orang tua dengan anak Down
Syndrome sadar tetapi masih ragu terhadap inti permasalahan. Contohnya :
Orang tua dengan anak Down Syndrome mengetahui bahwa anak mereka
yang baru lahir mengalami keterbelakangan mental, tetapi tidak mengetahui
bahwa anak mereka mengalami Down Syndrome dan apa penyebabnya.
Terbatasnya informasi terhadap Down Syndrome memerlukan usaha
yang lebih untuk memenuhi kebutuhan informasi, membuat orang tua anak
dengan Down Syndrome menjadi sadar dari kurangnya pengetahuan dan
pemahaman, dan mengalami perasaan ketidakpastian dan ketakutan. Seperti
yang dikatakan, Ibu Nining :
“Keterbelakanangan mental ya salah satunya, pokoknya ada kelainan di anak
ibu lah, awalnya saya ga tau, lagi itu saya periksanya ke bidan belum ada
spesialis, mungkin kalau ada terdeteksi sejak dini gitu ya, jadi USG dari
umur 7 bulan dan 9 bulan aja, jadi saya ga tau kalau akan begini.
Orang tua anak Down Syndrome menyampaikan pesan atau menerima
pesan dari seseorang atau jumlah orang yang lebih banyak (sumber
informasi) untuk mengetahui informasi tentang anak Down Syndrome.
Seperti Bapak Hernandy yang menerima pesan dari dokter anak, selain itu
dimana didalamnya terdapat proses penyampaian dan penerimaan pesan :
41
Kulthhau, Carol C.2000. “inside the searching Process :information seeking From the User’s
perpective. Journal Of the American Society and Information Science vo 42(5):49
57
“Kan pertama dari dokter, anak ini kelainan
tetapi dia ga begitu jelas
dokternya karena dokter anak taunya global ga spesialis. Dari situ dia
menyarankan yang lengkap tau itu dokter Cipto RSCM itu pusat seindonesia.
Dikonsul periksa aja ke pusat yaitu RSCM itu ada bagian tumbuh kembang,
jadi Poliklinik Tumbuh Kembang, suatu poliklinik tersendiri di RSCM
Jakarta. Kosul sama dokter itu, tapi initinya dokter itu bahwa ini ada
kelainan. Kelainan apanya informasinya ga bisa lengkap karena dia belum
menguasai.”
Down Syndrome ialah kondisi yang disebabkan oleh adanya kelebihan
kromosom pada pasangan ke-21 dan ditandai dengan retradasi mental serta
anomali fisik yang beragam.
42
Down Syndrome (mongoloid) merupakan
suatu kondisi dimana genetik tambahan menyebabkan keterlambatan
perkembangan anak dan kadang mengacu pada retradasi mental.
Senada yang disampaikan Bapak Taufik mengenai Down Syndrome :
“ Sudah tahu, bahwa Down Syndrome itu keterbelakangan mental, atau
kecerdasanya kurang gitu ya, ya tapi hanya itu saja waktu itu.
Kurangnya informasi ini membuat orang anak Down Syndrome
menjadi merasa bingung dan perasaan awal bahwa mengetahui anak mereka
mengalami Down Syndrome. Mendapatkan anak Down Syndrome
merupakan pukulan tersendiri bagi orang tua. Sebagian besar memiliki
perasaan yang hampir sama yaitu : sedih, merasa bersalah, rasa tidak
percaya, dan kaget. Seperti yang diungkapkan ibu Nining :
42
Jeffrey S, Nevid Spencer A Rathus, Beverly Green. Psikologo Abnormal. Jakarta: Erlangga. Hal
150
58
“Bener-bener shock, terus terang shock banget, jadi pikiranya ya ga karuan,
nantinya anak saya gimana, kalau nektekin suka ngalir ja air mata, nanti
anak saya bisa ngomong apa engga, ya tetep rasa shcok itu pasti ada. Ibu kan
aga lama punya anak, nikahnya tahun 88, tahun 92 baru, kosong 3 tahun 3
bulan, ini didalam kandungan 10 bulan pas.”
Kondisi psikologis seseorang, bahwa seseorang yang sedang risau
akan memperlihatkan perilaku informasi yang berbeda dibandingkan
seseorang yang sedang gembira.43 Kodisi psikologis orang tua anak Down
Syndrome inilah yang akan mempengaruhi bagaimana akhirnya mereka
mewujudkan kebutuhan informasi dalam bentuk pencarian informasi.
Senada yang disampaikan Bapak Hernady dalam wawancara :
“ Depresi kan, jadi apah bukan ketakutan tapi aduh lemes lah ya frustasi
apalah macem-macem jadi schok lah istilahnya, manusiawi dan normal
seluruh orang tua gitu. Makanya kata dokter atau psikologi yang ahli untuk
mengobati anak Down Syndrome sebetulnya nomer satu bukan anaknya
yang diobati tapi orang tuanya, karena orang tua nya ngerti anak itu kan
belum ngerti apa-apa, supaya siap mental. Ya kalau percaya agama, ya
penenangnya agama, istilahnya berserah diri.”
Penerimaan merupakan salah satu yang dapat mengurangi tingkat
kecemasan orang tua. Pengurangan terhadap perasaan shock orang tua dapat
dikurangin dengan penerimaan orang tua anak Down Syndrome dengan
ikhlas karena mereka beragama. Seperti yang Bapak Taufik utarakan :
“Ya Aga down juga sih, tapi kan karena kita sebagai orang beragama kita
harus mengebalikan bahwa itu memang yang diberikan, titipian saya itu
begitu, kita terima dengan iklas.
43
Pendit, Putu Laxman. 2003. Penelitian Ilmu Perpustakaan dan Informasi: Suatu Pengantar
Diskusi Epistemologi dan Matodologi. Jakarta: JIP-FSUI. Hal 3-4
59
Keraguan terhadap inti permasalahan orang tua anak Down
Syndrome masih ada walaupun penerimaan dapat mengikis sedikit perasaan
ketakutan orang tua dengan anak Down Syndrome membuat orang tua
memutuskan untuk mencari informasi.
4.2.1.2 Tahap Selection (seleksi) yang Dilakukan Orang Tua Anak
Down Syndrome
Kuthlau mengatakan, tahap selection (seleksi) ini ketika sebuah topik
atau masalah yang diidentifikasi dan ketidakpastian awal sering memberi
cara untuk rasa singkat optimisme dan kesiapan untuk memulai pencarian
atau penelusuran.44
Pencarian informasi menurut Pannen adalah keadaan ketika orang
bergerak melewati ruang dan waktu dan menemukan dirinya pada suatu
keadaan dimana dia harus menjawab pertanyaan, memecahkan masalah,
melihat suatu faka, agar dapat mengetahui sesuatu yang terus bergerak.45
Orang tua anak Down Syndrome memutuskan mencari infromasi
dengan berkomunikasi dengan sumber informasi. Menurut Steven dalam
buku Hafied, bahwa komunikasi terjadi kapan saja dimana suatu organisme
44
Kulthhau, Carol C.2000. “inside the searching Process :information seeking From the User’s
perpective. Journal Of the American Society and Information Science vo 42(5):49
45
http://funnymustikasari.wordpress.com/2010/07/26/perilaku-pencarian-informasi/ diakses
pada tanggal 9 September 2012 pukul 09.00.
60
memberika reaksi terhadap suatu objek atau stimuli. Apakah itu berasal dari
seseorang atau lingkunganya.46 Seperti yang diungkapkan Ibu Nining :
“Iya , saya merasa bingung bagaimana, saya ke dokter Maas di Rumah Sakit
Karakatau Steel itu untuk konsultasi karena bidan tidak tahu jelas.
Dimana
orang
tua
dengan
anak
Down
Syndrome
merasa
ketikdakpastian informasi di awal dan perasaan ragu orang tua, sehingga
menimbulkan perasaan ingin tahu lebih banyak dan kesiapan untuk mencari
informasi sebagai reaksi dari stimuli guna menunjang pengetahuan pola
asuh terhadap anak Down Syndrome. Senada dengan yang dikatakan oleh
Bapak Taufik.
“Ya, pengen tahu dan mencari informasi sebanyak-banyaknya masalah
Down Syndrome, itu saja yang dipikiran saya waktu itu”
Hal yang sama diungkapkan Bapak Hernady saat wawancara :
“ Memutuskan mencari informasi ke Cipto karena di Cipto apapun nanya
pasti diterangin sama dokternya, jadi satu poliklinik dokternya banyak , ada
semua , THT, ini, itu termasuk patologi anatomi diambil, diperiksa bayarnya
mahal sekali.
Perasaan ingin tahu yang lebih, mendorong orang tua anak Down
Syndrome untuk mencari informasi kepada ahli yang lebih mengetahui,
guna mengurangi rasa kecemasan yang mereka alami. Orang tua anak
Down Syndrome mulai merancang langkah-langkah untuk memenuhi
kebutuhan informasi anak Down Syndrome.
Seperti yang di ungkapkan Bapak Hernady :
“.. Di bawa ke sana anaknya , disana di periksa semua, anaknya di bawa
ke bagian tumbuh kembang, disana banyak sekali dokter spesialis
46
Hafied Canagara. 2008. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Hal 19
61
diperiksa semua, telinga, hidung, jantung, terus riwayat. Jadi Down
Syndrome itu kata dokter salah satu kemungkinanya terjadi karena
perkawinan sedarah. Jadi ditanya “ apakah bapa ibu nikah ada hubungan
sedarah” jawabnya engga. Jadi rata-rata yang Down Syndrome itu yang
jelas itu kelainan bawaan kalau kata orang islam mah takdir, jadi bukan
obat, ga bisa disembuhkan kata dokter, jadi kalau anda percaya islam
jangan coba-coba ke alternatif paranormal nanti musrik syirik, jangan,
abisin duit ga akan sembuh karena itu takdir. Makanya disebutnya Down
Syndrome itu bahasa umum atau bahasa gaulnya mongolid, kaya orang
mongol ciri khasanya alis golok. Selain itu mencari infromasi SLB di
Citanggkil, tapi anaknya tidak kekontrol kebersihanya, main tanah, cari
lagi di Al-Kautsar itu dari umur 7 tahun sampai umur 21 tahun, sampai
SMA , sampai lulus dan mendapatkan ijazah pendidikan luar biasa.”
Dahulu orang-orang dengan Down Syndrome ini disebut sebagai
penderita mongolisme atau mongol. Istilah ini muncul karena penderita ini
mirip dengan orang-orang Asia (oriental). Istilah sindrome ini telah usang,
sehingga saat ini kita menggunakan isilah Down Syndrome. Setiap manusia
mempunyai 23 pasang kromosom (46 buah kromosom) terdiri atas 22
pasang autosom (nomor 1-22) dan 1 pasangan kromosom seks. Down
Syndrome muncul bila terdapat kelebihan sebuah kromosom nomr 21.
Kromosom tambahan ini, karena gen-gen yang terkandung di dalamnya,
menyebabkan protein-protein tertentu terbentuk secara berlebihan di dalam
sel. Hal ini mengganggu pertumbuhan normal di dalam tubuh janin47.
Seperti yang diungkapkan Ibu Endang :
“Jam 5 undah ngongkrong ja nunggu bis , berobat ke Cipto selama
setahun ngebis. Kita tidak langsung diberi tahu cuma hanya kelainan ,
dalam hati ibu kok anak ini beda sama kakanya , kok lidahnya panjang
ya. Akhirnya di kirim tumbuh kembang ke rumah sakit Cipto itu, di
tumbuh kembang di bagi-bagi , ibu nanti ke sini-kesini, itu seminggu 2
kali, janjian dulu sama dokter, kalu ga janji mah susah ke Cipto itu. Dari
47
Jeffrey S, Nevid Spencer A Rathus, Beverly Green. Psikologo Abnormal. Jakarta: Erlangga. Hal
150
62
tumbuh kembang pertama di kirim ke ahli saraf, terakhir-terakhir terapi,
jadi kirimnya ke ahli saraf, dokter alergi, ahli jantung, teling, mata,
rambut, patologi anatomi. Diambil darah untuk pemeriksaan alergi, ampe
kapok anaknya, rambut dulu botak sering rontok , rambutnya di cabut trus
ditumbuhin dengan cari ambil jaringan kulit kepala. Kita di ambil darah ,
Jadi kromosomnya lebih satu Putri dari yang normal .
Banyak anak Down Syndrome hanya mempunyai enam sampai tujuh
ciri. Kecuali kecakapan intelektual dalam derajat tertentu, tidak ada ciri
Down Syndrome yang terdapat pada semua individu penderita Down
Syndrome. Namun ada ciri-ciri minor untuk mengenali apakah seorang anak
menderita Down Syndrome atau tidak. Ciri –ciri tersebut yaitu :48 salah
satunnya mulut anak Down Syndrome sedikit lebih kecil dari rata-rata, dan
lidahnya sedikit lebih besar. Kombinasi ini membuat sebgaian anak
mempunyai kebiasaan untuk menjulurkan lidah.
Dalam proses awal pencarian Bapak Taufik mengungkapkan dia
berkonsultasi dan membaca buku maupun artikel untuk memulai pencarian
infromasi mengenai anaknya :
“ Konsultasi ke doktor, baca buku juga, ya artikel mengenai Down
Syndrome kalau kami tahu kami baca.
Ibu Nining menambahkan lebih jelas tentang bagaimana perasaan
kebingungan dan keputusanya untuk mengunjungi sumber ahli untuk
mengatasi kebingunganya :
“Saya menanyakan kesehatan anak dan dimana sekolah untuk Mba Nita. ...
mendekati masa-masa sekolah , saya tuh udah ga mungkin memasukan ke
sekolah dasar normal udah langsung ke SLB Damkar. Saya pun ke Doktor
Maas untuk menanyakan , apakah harus ke psikolog, tetapi dokter “tidak
perlu bu, anak ibu sudah bagus”, Cuma di kasih perangsang otak sampai
umur 4 tahun.”
48
Mark Selikowitz.2001. Mengenal sindroma down. Jakarta:Arcan. Hal 41
63
Orang tua anak Down Syndrome lebih dominan dalam mencari
informasi dengan cara menghubungi dokter ahli dan guru di sekolah,
mereka merasa lebih percaya dan tidak terkecoh. Selain menghubungi ahli,
orang tua anak Down Syndrome menggunakan sumber informasi tambahan
sepertu buku, majalah , koran, artikel atau informasi dari sesama orang tua
anak Down Syndrome.
Bapak Taufik mengungkapkan :
“ Waktu itu sementara dokter ahli, buku, majalah , di koran kadang-kangan
ada di artikel ya kita baca, tayangan-tanyangan di televisi, dan bertanyatanya kepada orang lain, ya saya pikir semua anak Down Syndrome pasti
kendalaya itu di sini, sini, ini masalah cara pola asuh. Saya disini ga
bergabung, karena kita hanya bertemu di sekolah, mengobrol jadi ga
sampai membikin komunitas sendiri. Kayanya belum ada juga disini, kalau
disini ada mungkin ikut, perasaan disini belum ada.
Dari hasil penelitian, orang tua anak Down Syndrome mencari
informasi kepada dokter atau guru serta melalui buku, majalah, koran ,
artikel, dan tanyangan televisi serta perbincangan sesama orang tua anak
dengan Down Syndrome di sekolah, namun belum ada kelompok khusus
orang tua anak Down Syndrome yang di dibentuk.
Orang tua anak Down Syndrome lebih memilih untuk mencari
informasi mengenai anaknnya melalui sumber ahli atau yang mereka yakini
sumber informasi seperti guru di sekolah, dan bahan bacaan seperti majalah.
Senada yang dikatakan Ibu Nining :
“Ke dokter Maas itu, ke guru di sekolahnya, sama membaca majalah
64
Karakter media yang akan digunakan dalam mencari dan menemukan
informasi, berkaitan dengan butir 2 di atas, orang-orang yang terbiasa
dengan media elektronik dan datang dari strata sosial atas pastilah
menunjukkan perilaku informasi berbeda dibandingkan mereka yang sangat
jarang terpapar media elektronik, baik karena keterbatasan ekonomi maupun
karena
kondisi
sosial-budaya.49
Bapak
Hernady
tidak
mengalami
keterbatasan ekonomi, tetapi dahulu akses internet belum banyak dan
memilih untuk ke sumber ahli yaitu dokter, seperti yang dia ungkapkan
dalam wawancara :
“Ke Cipto saja, karena 25 tahun lalu belum ada internet dan buku. Jadi di
situ itu poliklinik seindonesia jadi seluruh indonesia ke situ semua, disana
nanya ke ahli dan ke sesama orang tua anak Down Syndrome yang berobat
tuker pikiran aja., anak saya gini gitu.”
Ibu Endang menambahkan yang dikatakan oleh bapak Hernady saat
wawancara dilangsungkan :
“pada waktu itu informasi terbatas sekali, ibu mah ikut anjuran dokter. Ibu
mah ga kemana-mana ke Cipto aja, kedua kita udah percaya diri, yakin dari
pusat, jangan sampe goyah.
Dari hasil wawancara ,orang tua anak Down Syndrome mengakses
beberapa sumber informasi, seperti mengunjungi
ahli, membaca buku,
majalah, koran, artikel mengenai anak Down Syndrome, dan melihat
tanyangan di televisi serta perbincangan sesama orang tua anak Down
Syndrome di lingkungan sekolah.
49
Ibid Pendit
65
4.2.1.3 Tahap Exploration (Eksplorasi) yang Dilakukan Orang Tua
dengan Anak Down syndrom
Explorasi (eksplorasi) merupakan tahap ketiga, yaitu ketika tidak
konsisten, informasi yang tidak kompatibel, kebingungan, dan keraguan
sering membuat tidak percaya diri pada mereka. Tahap ini sering merupakan
tahap paling sulit bagai pemakai dan perantara (intermediatli) atau petugas
lembaga informasi.50 Orang anak Down Syndrome akan memenuhi
kebutuhan informasinya dengan menemui sumber ahli dan dipengaruhi oleh
beberapa faktor pencari infromasi.
Terciptanya suatu kebutuhan terhadap informasi tentunya disebabkan
oleh beberapa faktor. Menurut Wilson yang dikutip oleh Pendit, ada
beberapa faktor yang akan sangat mempengaruhi bagaimana akhirnya
seseorang mewujudkan kebutuhan informasi dalam bentuk perilaku
informasi yaitu :51 kondisi psikolois seseorang, demografis, peran seseorang
dimasyarakatnya, lingkungan dan karateristiksumber informasi.
Faktor lain yang ikut menentukan pencarian informasi orang tua
yaitu pandangan orang tua terhadap resiko dan imbalan yang akan diperoleh
jika ia benar-benar melakukan pencarian informasi. Resiko yang
dimaksudkan yaitu hambatan yang dihadapi untuk memperoleh informasi
50
Kulthau, Carol C. 2000. “Inside the Searching Process: Infromation Seeking From teh User’s
Perspective. Journal Of the American Society and Infromation Science vol 42 (5) : 49.
51
Pendit, Putu Laxman. 2003. Penelitian Ilmu Perpustakaan dan Informasi: Suatu Pengantar
Diskusi Epistemologi dan Matodologi. Jakarta: JIP-FSUI. Hal 3-4
66
yang dibutuhkan diantaranya biaya, kemudahan akses, dan waktu untuk
memperoleh yang dibutuhkan.
Kondisi psikologis seseorang, bahwa seseorang yang sedang risau
akan memperlihatkan prilaku informasi yang berbeda dibandingkan dengan
seseorang yang sedang gembira. Kondisi psikologis orang tua yang cemas
dan kebingungan akan mempengaruhi pencarian informasi guna memenuhi
kebutuhan informasi. Seperti yang diungkapkan ibu Nining :
“iya, saya merasa bingung bagaimana cari informasinya, konsultasi ke
bidan kurang jelas ya, akhirnya saya ke Dokter Maas di Rumah Sakit
Karakatau Steel.
Demografi,dalam arti
luas menyangkut
kondisi
sosial-budaya
seseorang sebagai bagian dari masyarakat tempat ia hidup dan berkegiatan.
Ini menyangkut kemudahan mencapai sumber informasi. Orang tua anak
Down Syndrome mengalami kesulitan mencapai sumber informasi karena
jarak antara tempat tinggal dan sumber informasi yang di tuju.Seperti yang
diungkapkan Bapak Hernady :
“Karena udah tau, bahwa ini mongolid semua sama, takdir, trus kata
dokter ini tidak bisa diobatin, tidak bisa sembuh paling didik untuk
mandiri. Yang jadi hambatan itu masalahnya loket Cipto itu tutup jam 10
pagi, kalau sudah tutup kita sampe Jakarta sudah tidak bisa berobat. Kedua
jalan tol Jakarta itu belum ada, macet, itu yang dag deg di jalan, telat
macet, telat macet, perjalanan jauh. Itu yang bikin stress. Serta keterbatasan
informasi dahulu. ”
Kita dapat menduga bahwa kemudahan mencapai sumber informasi
juga dapat mempengaruhi pencarian informasi seseorang, walau mungkin
pengaruh tersebut lebih banyak ditentukan oleh akses seseorang ke sumber
informasi.
67
Peran seseorang di masyarat, khusus dalam hubungan interpersonal,
ikut mempengaruhi perilaku informasi. Latar belakang pendidikan orang tua
anak Down Syndrome akan mempengaruhi cara mereka bertanya, bersikap,
dan bertindak dalam kegiatan mencari informasi. Seperti yang di ungkapkan
bapa Hernady :
“Engga, jadi orang tua itu actionnya mencari jalan keluar kan tergantung
dari pendidikan dan iman, kalau pendidiknnya maksimal dan imamnya
bagus ga akan gampang terpengaruh informasi yang sesat , pengaruh atau
tetek bengek, Ga pernah ngalor ngiidul. Ada dengar, tetangga di sekolah
Putri , udah sekolah 5 tahun ko gini-gini ja, marahin orang tuanya ke guru
itu karena dia sangkanya sekolah nambahnya signifikan , padahal engga.
Makannya tergantung background pendidikan orang tuanya untuk mencari
infromasi satu, kedua keiklasan tergantung iman.
Bapak Taufik menyampaikan hal serupa, bahwa ia tidak mudah
mempercayai informasi yang ia dapat.
“ ... tidak terlalu banyak saya tanggapi informasi yang tidak akurat,
karena saya langsung menanyakan ke dokter dan guru
Lingkungan, dalam hal ini adalah lingkungan terdekat maupun
lingkungan yang lebih luas. Lingkungan yang mendukung akan memberika
hal positif kepada orang tua anak Down Syndrome. Di mana saaat observasi
berlangsung, anggota keluar ikut mendukung pencarian informasi dan
menerima anak Down Syndrome.
Karateristik sumber informasi, karakter media yang akan digunakan
dalam mencari dan menemukan informasi. Orang-orang yang terbiasa
dengan media eletronik pastilah menunjukan perilaku infromasi yang
berbeda dibandingkan mereka yang sangat jarang terpapar media elektronik.
Selain itu pencarian informasi dari kelompok masyarakat dahulu yang
68
kesulitan mengakses internet pastilah berbeda dari orang yang hidup dalam
fasilitas teknologi yang melimpah, seperti yang diutarakan Bapak Taufik :
“Iya, karena sumbernya sedikit karena internet belum, kalau sekarang
mungkin sudah gampang, 20 tahun yang lalu informasi itu terbatas sekali.
Pekerjaan saya yang shift aga ada hambatan dalam mencari informasi tapi
tidak begitu.”
Yang menjadi hambatan orang tua dengan anak Down Syndrome
yaitu kemudahan mengakses infromasi. Seperti yang dikatakan Bapak
Herniady bahwa loket RSCM yang tutup jam sepuluh menjadi kandala
karena jarak tempuh dan kondisi jalan yang macet. Sedangkan menurut
Bapak Taufik keterbatasan sumber informasi menjadi suatu hambatan.
4.2.1.4 Tahap Formulation (Perumusan) yang Dilakukan Orang Tua
dengan Anak Down Syndrome
Kutlau mengatakan , formulation (perumusan) yaitu ketika suatu
perspektif yang difokuskan dibentuk dan mengurangi ketidakpastian ketika
keyakinan mengingkat.52 Pola pikir menjadi lebih jelas dan terpusat pada
masalah
yang ditekuni. Proses pencarian informasi sifatnya berjenjang,
dimulai dari suatu yang tidak jelas, sampai pada tahap kejelasan dari
informasi yang dicarinya. Menurut Davis seperti yang dikutip Kadir dalam
bukunya Pengenalan Sistem Informasi, “informasi adalah data yang telah
52
Kulthau, Carol C. 2000. “Inside the Searching Process: Infromation Seeking From teh User’s
Perspective. Journal Of the American Society and Infromation Science vol 42 (5) : 49.
69
diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan
bermanfaat bagi pengambilan keputusan saat ini atau saat mandatang”.53
Informasi dapat dikatakan bernilai apabila dapat memberikan
manfaat kepada pengguna. Menurut Sutanta ada beberapa manfaat informasi
yaitu :54 menambah pengetahuan, mengurangi ketidakpastian pemakai
informasi, mengurangi resiko kegagalan, mengurangi keanekaragaman yang
tidak di perlukan, dan memberikan standar, atauran-atauran, ukuran-ukuran
dan keputusan untuk menentukan pencapaian , sasaran dan tujuan,
Orang tua akan merasa perasaan ketidakpastian dan ketidak
percayaan diriya berkurang karena orang tua anak dengan Down Syndrome
pola pikirnya mejadi lebih jelas dan terpusat pada masalah pola asuh anak
Down Syndrome. Orang tua mulai yakin bahwa informasi yang mereka
dapatkan benar dan mulai memahami pola asuh anak.
Adanya informasi tambahan yang didapatkan orang tua anak Down
Syndrome sehingga menambah pengetahuan yang digunakan sebahai bahan
pertimbangan yang mendukung proses pengambilan keputusan dalam pola
asuh anak Down Syndrome. Sepeti yang di ungkapkan Bapak Taufik :
“Iya, karena saya menanyakan ke ahli, kalau masalah kesehatan ke dokter
Maas sedangkan kejiawaanya ke gurunya di sekolah. Ini jelas ya
mengurangi ketidakpastian dalam diri. Setelah saya mendapatkan banyak
informasi saya mengetahui bagaimana pola asuh anak.
Informasi yang didapat tidak hanya menambah pengetahuan
melainkan dapat mengutangai ketidakpastian, karena apa yang terjadi dapat
53
Abdul Kadir.2003. Pengenalan Sistem informasi. Yogyakarta : Andi. Hal 28
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28705/4/Chapter%20II.pdf diakses pada 10 Juli
2012 , pukul 23.43 WIB
54
70
diketahu sebelumnya, sehingga kemungkinan menghindari keraguan pada
saat pengambilan keputusan. Sepert yang diutarakan ibu Nining :
“ Iya memang kenyaataanya seperti itu, ya dengan cara beginilah. Ya
mengurangi ketidakpastian. Ya seperti berdasarkan informasi yang saya
dapat, seperti dahulu saya baca kalau anak seperti ini jangan
disembunyikan, harus sering dibawa sosialisasi, saya ajak ke mol, Mol Edi
dulu yang ada, beli apa aja saya ajak.”
Hal senada dikatakan Bapak Hernady saaat wawancara :
“... jadi orang tua itu actionnya mencari jalan keluar kan tergantung dari
pendidikan dan iman, kalau pendidiknnya maksimal dan imamnya bagus
ga akan gampang terpengaruh informasi yang sesat, pengaruh atau tetek
bengek, Ga pernah ngalor ngiidul. Pokoknya begitu yakin ga bisa diobatin,
titik dokter ngomong gitu. Istilah mongolid dari tv, dari kaka juga. Jadi
mongolid seperti ini sama dan jadi ini takdir, ga nayari informasi lain,
sehingga alhamdulillah jadi ga sesat. Kita yakin tidak bisa sembuh, hanya
supaya bisa mandiri. Ketika kita yakin dan iklas yaudah kedepannya
gampang. Ada dengar tetangga di sekolah Putri, udah sekolah 5 tahun ko
gini-gini ja, marahin orang tuanya ke guru itu karena dia sangkanya
sekolah nambahnya signifikan, padahal engga. Makannya tergantung
background pendidikan orang tuanya untuk mencari infromasi satu, kedua
keiklasan tergantung iman. Kita mah iklas ini mah titipan , tapi intinya kita
iklas makanya kita bawa keman-mana, umur 7 tahun ke mol itu suka ada
musik pelan dia joget jadi pusat perhatian, kita acuh aja, ayah ikut joget
kadang-kadang joget berdua sama Putri.
Adanya infromasi akan resiko kegagalan karena apa yang terjadi dapat
dengan baik, sehingga kemungkinan terjadinya kegagalan akan dapat
dikurangi dengan pengambilan keputusan yang tepat dan tentu mengurangi
keanekaragaman informasi yang tidak diperlukan akan menghasilkan
tindakan yang lebih terarah bagi orang tua anak Down Syndrome.
Ibu Endang menambahkan :
“Ibu mah ga malu, Putri di bawa ke kantor , kemana gitu , jadi emang
semua dokter pesen nitip, jangan dibeda-bedaain kasian. Kalau yang ga
terima dikirim ke neneknya, ibu mah bawa ke pasar, ke mol, bawa kemana,
71
jemput kakaknya ke sekolah. Ibu suka ga tega kalau anak kaya gitu dikirim
ke asramah. Dokter juga berpesan kalau dimasukin sekolah biar
bersosialisai , kita ke Cipto sebulan sekali untuk sekolah atau terapi sampe
7 tahun. Ibu beli alat-alat untuk latihan di rumah. Ibu mah sesuain anjuran
perawat dan dokter dari sana yaudah dijalanin , itu ja ibu mah. Ada
perkumpulan di Jakarta, tapi kan ibu kerja jadi ga gabung. Cuma
menanamkan ke kaka adiknya, kalau ada yang meledek terangnin Putri
kenapa, jangan gini-gini, tapi alhamdulillah teman-temanya biasa, ga gitu.
Kita jangan malu ini kan titipan tuhan bukan keinginan kita , jangan
minder. Sabtu, Minggu dibawa ke sini ke sana, jadi banyak yang mengenal.
Kendalanya ibu ga berani ninggalin sendiri diruamah , ibu ngerasa stres
takut dia ngapain.-ngapain. Selain itu dokter ahli gizi bilang , bu titip tuhan
itu kadang bagus ada yang engga, bukan berarti Putri itu jelek jadi
kebetulan ini kya gini, ibu kan bukan pernikahan sedarah, ini mah kelainan
sedunia tuhan ngasih itu sama, titip ya bu jangan dibawa-bawa ke
paranormal jangan minum jamu, ini itu kasihan anaknya . Jangan di bawa
kemana-mana, bukan saya memponis Putri ga bakalan sembuh bu, Putri
mah kesini bukan untuk sembuh bu untuk mandiri aja, siapa tau , umur
mah ga da yang tahu, ibu di ini dulu, Putri sama siapa kalu belum bis apaapa.
Orang tua anak Down Syndrome merasa informasi yang mereka
dapatkan membuat ketidakpastian dalam diri mereka menjadi berkurang.
Rasa penerimaan dengan keadaan anaknya ini mempermudah orang tua
anak Down Syndrome mengurangi rasa ketidakpastian. Orang tuapun
merasa lebih paham, mengetahui bagaimana pola asuh anak Down
Syndrome dan memperdalam informasi.
4.2.1.5 Tahap Collection (Koleksi) yang Dilakukan Orang Tua
dengan Anak Down Syndrome
Tahap collection (koleksi) ialah ketika infromasi yang berhubungan
dengan fokus perspektif dan ketidakpastiaan dikumpulkan berhenti dan
72
ketika minat diperdalam.
55
Pada tahap ini interaksi antara pemakai dan
sistem informasi menjadi efektif atau efisien.56
Pada tahap ini, orang tua mulai fokus terhadap inti permasalahan
dan pencarian informasi lebih efektif dan efisien karena orang tua dengan
anak sudah mengetahui sumber informasi mana yang tepat untuk memenuhi
kebutuhan informasi sekaligus memperdalam minat terhadap informasi.
Seperti yang diungkapkan Bapak Taufik :
“iya saya menanyakan ke ahli, kalau untuk masalah informasi untuk
pendidikanyaya gurunya , tapi untuk masalah kesehatannya untuk anak
kaya gini, harus ada perawan khususnya, saya ke dokter. Saya sering
mengunjungi doktor. Setelah saya mendapatkan banyak infromasi, Kalau
Mba nita ngambek, rayuan segala macem cara dikeluarkan, yang jelas ga
pernah pake kekerasan.”
Ibu Nining menambahkan :
“ Ya yang prtama itu bidan itu, Dokter Maas itu untuk kontrol mba Nita,
tetapi guru-guru di sekolah paling sering, terutama ibu Elis. Saya sering
berkomunikasi menanyakan mba Nita. Kata Bu Elis, Nita tidak dituntut
untuk menjadi anak yang normal , yang penting menjadi mandiri. Seperti
dahulu sya baca, jangan menyembunyikan anak seperti ini, harus sering
berkomunikasi, sering dibawa sosialisai, saya ajak ke mol, mol Edi dulu
yang ada.
Peran
seserang
dimasyarakat,
khususnyan
dalam
hubungan
interpersonal ikut memperngaruhi pencarian infromasi. Dimana orang tua
anak Down Syndrome menganggap dokter, bidan dan guru merupakan orang
yang tepat sebagai narasumber untuk mendapatkan informasin tentang anak
mereka. Senada yang dikatakan Bapak Hernady :
55
Kulthau, Carol C. 2000. “Inside the Searching Process: Infromation Seeking From teh User’s
Perspective. Journal Of the American Society and Infromation Science vol 42 (5) : 49.
73
“ Dokter ahli di Poliklinik Tumbuh Kembang di Cipto, di situ lengkap mau
nanya apapun di terangkan dan kita paling sering bertanya ke dokter-dokter
Di Poliklinik Tumbuh Kembang.
Ibu Endang mengungkapkan hal serupa saat wawancara :
“... ibu mah ga kemana-mana ke Cipto aja, kedua kita udah percaya diri,
yakin dari pusat, jangan sampai goyah.”
Pencarian informasi orang tua lebih efektif dan efisien karena
masing-masing orang tua sudah mengetahui mana narasumber yang tepat
bagi pemenuhan informasi yang mereka butuhkan dan bagaimana pola asuh
diterapkan, seperti halnya pasangan orang tua Nita yang mempercayakan
kesetahan Nita kepada Dokter Maas, dan kejiwaanya kepada guru mereka di
sekolah. Pencarian informasi lebih diperdalam sehingga mengurangi
ketidakpastian dalam diri orang tua anak Down Syndrome.
4.2.1.6 Tahap Presentation (Presentasi) yang Dilakukan Orang Tua
dengan Anak Down Syndrome
Tahap terakhir ialah tahap presentation (presentasi), yaitu ketika
pencarian dilengkapi pemahaman baru yang memungkinkan orang untuk
menjelaskan pelajarannya kepada orang lain atau meletakan pelajaran yang
digunakan57. Yang terjadi adalah tugas melengkapi penelusuran yang telah
dilakukan. Disini orang tua anak Down Syndrome saling bertukar informasi
dan berbagi pengalaman dengan sesama orang tua dengan anak Down
Syndrome dan guru. Seperti yang Ibu Nining ungkapkan :
57
Kulthau, Carol C. 2000. “Inside the Searching Process: Infromation Seeking From teh User’s
Perspective. Journal Of the American Society and Infromation Science vol 42 (5) : 49.
74
“Ya.. Paling ngobrol-ngobrol kecil sama mamah Karin, mamah Debi di
Sekolah, pernah juga ketemu mamah debi saat di rumah sakit , ketemu pas
berobat.”
Dalam penyampaian pesan, seorang komunikator dituntut untuk
memiliki kemampuan ataupun kesamaan dalam hal agar dapat umpan balik
dari komunikan, sehingga maksud dari pesan tersebut dapat dipenuhi
dengan baik dan efektif.
Seperti yang dikatakan Bapak Taufik :
“Iya , tukar pengaaman juga , kan wajar saling menanyakan perkembangan
anak kita. Kadang mengobrol saat menunggu di sekolah dengan sesama
orang tua dengan anak Down Syndrome saat menggu Nita. Saya kalau mau
menanyakan , saya langsung ke sekolah saja ke Gurunya.
Komunikasi tatap muka (face-to-face) dilakukan anatara komunikator
dengan komunikan secara langsung, tanpa menngunakan media apapun
kecuali bahasa sebagai lambang atau simbol komunikasi bermedia yang
dilakukan oleh komunikator sebagai alat bantu dalam menyampaikan
pesannya. Orang tua anak Down Syndrome menggunakan komunkasi tatap
muka anatar sesama orang tua anak Down Syndrome, guru disekolahnya,
dan narasumber yang berkaitan dengan Down Syndrome. Seperti yang
Bapak Hernady ungkapkan :
“ Ya, bertukar informasi saat berobat di Cipto, disini mengobrol saat di
sekolah gimana perkembangan anak ibu. Tukar pikiran saja, ada yang pergi
ke paranormal, itu karena salah informasi. medianya tatap muka langsung
dengan sesama orang tua anak Down Syndrome dan guru.
Ibu Asrof selaku guru Sekolah Kebutuhan Al-Kautsar membenarkan
pernyataan orang tua anak Down Syndrome saat ditemui di sekolah :
75
“ Iya, menanyakan saat kesini pas anter, kalau kunjungan ke rumah pasti
orang tua ngobrolin anaknya. Gimana disekolah, mauga belajar, bu anak
saya ngambek ga?,ibu kalau di rumah ga mau belajar iqro kalau disekolah
mau, gimana caranya.”
Ibu Cici menambahkan pernyataan ibu Asrof saat wawancara :
“iya, setiap saat bila diperlukan, menanyakan sehabis pulang sekolah atau
mengantar ke sekolah. ... ya mengobrol ja disekolah terutama orang tua,
belajar apa tadi, ini kenapa cemberut aja, tadi belajar ga ?”
Orang tua anak Down Syndrome melakukan pertukaran infromasi
dengan sesama orang tua dan guru seperti yang dikatakan bapak Hernady,
bapak Taufik dan ibu Nining. Guru disekolah pun mengatakan hal yang
sama mengenai pertukarang informasi di sekolah.
4.2.2 Media Komunikasi yang Digunakan Orang Tua dengan Anak Down
Syndrome dalam Memenuhi Kebutuhan
Dalam proses komunikasi, media merupakan salah satu komponen
yang penting. Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk
meyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak. Beberapa pakar
psikologi, memandang bahwa dalam komunikasi antarmanusia, media yang
paling dominan dalam berkomunikasi adalah pancaindra manusia. Pesan –
pesan yang diterima pancaindra selanjutnya diproses dalam pikiran manusia
untuk mengontrol dan menentukan sikapnya terhadap sesuatu, sebelum
dinyatakan dalam tindakan.
Dalam penyampaian pesan, seorang komunikator (pengirim) dituntut
untuk memiliki kemampuan dan sarana agar mendapat umpan balik
(Feedback) dari komunikan (penerima), sehingga maksud dari pesan
76
tersebut dapat di penuhi dengan baik dan berjalan efektif. Komunikasi
dengan tatap muka (face-to-face) dilakukan antara komunikator dengan
komunikan secara langsung, menggunakan bahasa sebagai lambang atau
simbol
komunikasi
bermedia dilakukan oleh komunikator kepada
komunikan, dengan menggunakan media sebagai alat bantu dalam
menyampaikan pesannya. Ibu Endang mengungkapkan :
“Tatap muka langsung dengan sesama orang tua anak Down Syndrome ,
kita hanya mencari informasi ke dokter poliklinik Cipto dan mengobrol
dengan orang tua sesama anak Down Syndrome.
Sama halnya yang dilakukan Ibu Nining, yang mencari informasi
melalui komunikasi langsung terhadap sumber ahli menggunakan media
panca indra :
“ Ya yang pertama itu bidan itu, dokter Maas itu untuk kontrol mba Nita,
tetapi guru-guru di sekolah paling sering, terutama ibu Elis. Saya sering
berkomunikasi menanyakan mba nita.
Orang tua Down Syndrome menggunakan komunikasi dengan tatap
muka (face-to-face)
saat mencari informasi dengan berbicang dengan
dokter ahli maupun sesama orang tua dengan anak Down Syndrome serta
guru-guru di Sekolah Kebutuhan Khsusu Al-Kautsar. Selain itu orang tua
dengan anak Down Syndrome menggunakan media pendukung lainnya
dalam mencari informasi. Media pendukung dalam proses pencarian
informasi dapat berupa media cetak, media elektronik, atau melalui alamat
situs internet. Seperti yang diungkapkan oleh bapak Taufik:
Dokter ahli, buku , majalah , di koran kadang-kangan ada di artikel-artikel
ya kita baca , tayangan-tanyangan di televisi, dan bertanya-tanya kepada
orang lain, ....
77
Media yang banyak digunakan orang tua anak Down Syndrome ialah
media tatap muka, dimana orang tua lebih banyak menemui ahli dan
berkomunikasi langsung dengan ahli. Komunikasi tatap muka memudahkan
untuk mendapatkan efek (feedback) langsung. Orang tua mendapatkan
feedback langsung dari ahli sehingga pesan pun cepat dimengerti dan
komunikasi lebih efektif. Media pendukung seperti koran, majalah, artikel,
dan tanyangan televisi merupakan komunikasi satu arah dimana orang tua
berperan sebagai komunikasi dan media pendukung sebagai komunikator.
78
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti mengenai pola
pencarian informasi orang tua dengan anak Down Syndrome di Sekolah
Kebutuhan Khusus Al-Kautsar, peneliti dapat memberikan kesimpulan sebagai
berikut :
1. Pola Pencarian Informasi Orang Tua dengan Anak Down
Syndrome di Sekolah Kebutuhan Khusus Al-Kautsar
Proses pencarian infromasi yang dilakukan orang tua dengan anak
Down Syndrome di Sekolah Kebutuhan Khusus pada saat itu dilakukan
melalui beberapa langkah , inisiasi, seleksi, eksplorasi, formulasi, koleksi
dan presentasi. Faktor pribadi turut menentukan pola pencarian infromasi
karena diri individu merupakan asal munculnya berbagai permasalah
situsional. Umumnya disebabkan oleh faktor internal (dari dalam
individu) dan eksternal. Dengan demikian pola pencarian infromasi orang
tua dengan anak Down Syndrome mengunakan sumber infromasi seperti
ahli, guru, media cetak dan sesama orang tua dengan anak Down
Syndrome.
79
2. Media Pencarian Infomasi Yang Digunakan Orang Tua
dengan Anak Down Syndrome di Sekola Kebutuhan Khusus
Al-Kautsar
Media pencarian informasi yang utama digunakan orang tua
dengan anak Down Syndrome ialah media pancaindra dan media
pendukung.
Media
pancaindra
digunakan
saat
melakukan
komunikasi dua arah antara orang tua dengan anak Down Syndrome
dengan dokter ahli , guru, maupun sesama orang tua anak Down
Syndrome secara tatap muka (face-to-face). Media pendukung yang
digunakan orang tua anak Down Syndrome berupa komuikasi satu
arah saat orang tua anak Down Syndrome mengakses sumber
infromasi seperti koran, majalah, artikel dan tayangan televisi.
3. Saran
Peneliti telah menyimpulkan hasil penelitian berdasarkan identifikasi masalah
terlebih dahulu. Selanjutnya peneliti membuat beberapa saran yang diharapkan
dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi orang tua dengan anak Down Syndrome
khususnya mengenai pengembangan pola pencarian infromasi. Berikut saransaran tersebut :
1. Diharapkan orang tua dengan anak Down Syndrome saat ini mencari
informasi dengan maksimal , tidak bergantung kepada satu sumber
infromasi saja karena sekarang banyak media informasi yang
memuai tentang anak Down Syndrome.
80
2. Bergabung dengan komunitas, karena saat ini orang tua anak don
syndrome lebih terbukan dan menerima keadaan anak mereka di
bandinggkan
saat
itu.
Bergabung
dengan
komunitas
guna
perkembangan pencarian informasi dan membagi pengalaman
dengan sesama orang tua anak Down Syndrome agar tidak keliru
dalam menerima informasi, khususnya bagi orang tua dengan anak
dwon syndrome yang baru mengalami.
3. Peroses pencarian informasi tidak sampai berhenti ketika anak sudah
besar, tetapi proses pencarian infromasi terus menerus guna
kemandirian anak Down Syndrome.
4. Orang tua anak Down Syndrome yang sudah berpengalaman bisa
berbagi pengalaman dimedia baru misalnya membuat website
komunitas, menulis di blog, dan grup mailing list sesuai dengan
tahap terakhir yaitu presentation (presentasi).
81
POLA PENCARIAN INFROMASI ORANG TUA DENGAN ANAK DOWN
SYNDROME
Orang Tua Anak
Down Syndrome
Kebutuhan
Informasi
Pencarian
Informasi
Iniasi : Perasaan kebingungan, penerimaan
orang tua dan baru mengatahui anak mereka
Down Syndrome
Seleksi : Memulai seleksi sumber infromasi
seperti dokter, guru, buku, majalah, tayangan
televisi, dan artikel
Ekplorasi : rasa kebingungan
informasi yang yang relevan
dan mencari
Formulasi : menemukan kejelasan informasi,
timbul rasa percaya diri dan keyakinan.
Koleksi : menentukan sumber informasi yang
dipercaya : dokter dan guru di sekolah.. Muncul
rasa keyakinan dan kepercaayan yang lebih
Presentasi : Perasaan lega dan puas, kebutuhan
informasi terpenuhi dan adanya pertukaran
informasi.
Orang tua anak Down Syndrome mengalami kebingungan, karena anaknya
berbeda, mempunyai kebutuhan khusus yang tidak sama dengan anak lainnya.
Kurangnya media informasi yang
berisikan informasi tentang anak Down
82
Syndrome saat itu, meminbulkan kesenjangan. Kesenjangan ini berupa kurangnya
pengetahuan orang tua anak Down Syndrome mengenai Down Syndrome yang
dialami anak mereka. Kesenjangan informasi dalam diri orang tua anak Down
Syndrome memunculkan kebutuhan informasi. Pada akhirnya kebutuhan
informasi inilah yang mendorong orang tua anak Down Syndrome melakukan
pemenuhan kebutuhan informasi dengan cara pencarian informasi.
Ada enam tahap dalam pencarian informasi yaitu, inisiai, seleksi,
eksplorasi, formulasi, koleksi dan presentasi. Pada tahap inisiasi orang tua anak
Down Syndrome mengalami kebingungan pada keadaan awal mereka mengetahui
anak mereka mengalami kelainan. Pola pikir yang masih samar-samar dan mereka
baru mengetahui anak mereka merupakan anak Down Syndrome serta rasa
penerimaan terhadap keadaan. Tahap selanjutnya adalah seleksi, dimana orang tua
anak Down Syndrome memiliki rasa optimisme dan memulai menentukan sumber
informasi seperti dokter, bidan, guru, buku, majalan, artikel dan tanyangan
televisi. Eksplorasi merupakan tahap ketiga, orang tua merasa kebingungan,
keraguaan dan membuat rasa tidak percaya diri pada diri orang tua. Orang tua
anak Down Syndrome mencari informasi yang lebih dan mulai menemukan
informasi yang relevan. Tahap ke empat adalah formulasi, orang tua anak Down
Syndrome menemukan kejelasan informasi dan timbulnya rasa percaya diri dan
keyakinan. Selanjutnya tahap koleksi, orang tua anak Down Syndrome mentukan
sumber informasi yang mereka yakini dan pencarian informasi lebih terfokus.
Tahap terakhir dari presentasi adalah perasaan lega atau kepuasan atas informasi
83
yang didapat, kebutuhan informasi terpenuhi dan adanya pertukaran informasi
antar sesama orang tua anak Down Syndrome maupun sumber informasi.
84
85
DAFTAR PUSTAKA
Ardianto, Elvinaro. 2010. Metodologi Penelitian ntuk PR. Bandung :Remaja
Rosdakarya.
Canagara, Hafied. 2008.
Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Rajagrafindo
Persada.
Dani, Vardiansyah. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Bogor : Ghalia Indonesia.
Effendy, Onong Uchjana. 2006. Teori Komunikasi.Bandung :Rosda.
. 2008. Dinamika Komunikasi. Bandung: Remaja
Rosdakarya. H.A.W.
Jalaludin, Rakhmad.2005. Metode Penelitian Komunikasi.Bandung :PT. Remaja
Rosdakarya.
Jeffrey S, Nevid Spencer A Rathus, Beverly Green. Psikologo Abnormal. Jakarta:
Erlangga.
Kadir, Abdul.2003. Pengenalan Sistem informasi. Yogyakarta : Andi.
Komala, Lukiati. 2009. Ilmu Komunikasi, Perspektif, Proses, dan Konteks.
Bandung : Widya Padjajaran,
Kriantono, Rachmat. 2008. Teknis Praktis Komunikasi. Jakarta : Kencana.
Matthew B. Milles, A Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif.
Penerjemah Tjejep Rohendi Rosidi. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kuaitatif. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
M. Burhan Bungin. 2009. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana.
Norman K. Denzim & Egon Guba. 2001. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial.
Olii, Helena. 2007. Berita dan Informasi. Jakarta : Indeks.
Mark Selikowitz. 2001. Mengenal Sindroma Down. Jakarta:Arcan
Pawit,
M Yusuf. 2009.Ilmu Informasi, Komunikasi dan Kepustakaan.
Jakarta:Bumi Aksara.
86
Pendit, Putu Laxman. 2003. Penelitian Ilmu Perpustakaan dan Informasi: Suatu
Pengantar Diskusi Epistemologi dan Matodologi. Jakarta: JIP-FSUI.
Ruslan, Rosady. 2003. Metode Penelitian PR dan Komunikasi. Jakarta. PT
Rajawali Pers.
Satori, jaman dan Aan Komariah. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung : Alfabeta.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif. Bandung : R&D
Alfabeta.
Widjaja, H.A.W. 2000. Ilmu komunikasi Pengantar Studi. Jakarta : Rineka Cipta.
Sumber lain :
Juwanah. Dukungan Sosial Keluarga Terhadap Anak Down Syndrome di Yayasan
Pembinaan
Anak
Cacat
(YPAC)
Medan.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30426/5.pdf diakses 7 Juni
2012 , 15.46 WIB.
Emlia, Sari. Perilaku Pencarian Informasi Mhasiswa Magister Agroteknologi
Universitas
Sumatra
Utara.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28705/4/Chapter%20II.pdf
diakses pada 10 Juli 2012 , pukul 23.43 WIB
http://encangsaepudin.wordpress.com/2009/01/10/prilaku-pencarian-dalammemenuhi-kebutuhan-informasi-bagian-2/ diakses pada 13 Juli 2012 pukul
8.16 WIB
http://funnymustikasari.wordpress.com/2010/07/26/perilaku-pencarian-informasi/
diakses pada tanggal 9 September 2012 pukul 09.00.
87
LAMPIRAN
88
89
PEDOMAN PENELITIAN UNTUK ORANG TUA ANAK DOWN
SYNDROME

Initiation (inisiasi)

Kapan mulai mengetahui anak Anda mengalami keterbelakangan
mental/kelaianan ?

Apa saja yang Anda ketahui mengenai Down syndrome ?

Apa saja yang ada lakukan saat mengetahui keadaan tersebut ?

Apakah
Anda merasa ketakutan karena kurang nya informasi
tentang Down syndrome?

Selection (seleksi)

Kapan Anda mulai memutuskan mencari informasi ?

Langkah-langkah apa saja yang Anda tempuh untuk mendapatkan
informasi ?

Sumber informasi apa saja kah yang ada gunakan ?

Apakah
Anda bergabung dengan komunitas orang tua dengan
anak Down syndrome ?

Exploration (eksplorasi)

Apakah dalam proses pencarian informasi Anda menemukan
hambatan ? ceritakan

Apakah Anda mengalamu keragu-raguan informasi yang Anda
dapatkan?

Apakah
hambatan dan keragu-raguan itu membuat ibu tidak
percaya diri ?


Apakah Anda menghubungi ahli yang dapat membantu Anda?
Formulation (perumusan)

Apakah Anda yakin dengan informasi yang Anda dapatkan itu
benar ?

Apakah
informasi
yang
Anda
ketidakpastian dalam diri Anda?
kumpulkan
mengurangi
90

Apakah Anda sudah memiliki pemahaman yang jelas tentnag
Down syndrome dan pola pengasuhan yang tepat ?

Collection (koleksi)

Siapa atau dari mana Anda mendapatkan informasi yang paling
tepat ?


Sumber informasi apa yang paling sering Anda gunakan ?
Presentation (presentasi)

Apakah Anda bertukar informasi dengan sesama orang tua dengan
anak Down syndrome ?

Apakah Anda berbagi pengalaman dengan sesama orang tua
dnegan anak Down syndrome ?

Kalau iya, melalui media apa Anda bertukar dan berbagi
pengalaman ?
91
PEDOMAN PENELITIAN UNTUK GURU AL-KAURSAR

Sudah berapa lama Ibu mengajar di Sekolah Al-Kautsar ?

Sudah berapa kali Ibu mengajar anak Down synrome ?

Apa yang Ibu rasakan saat mengajar anak Down syndrome?

Apa perbedaan mengajar anak Down syndrome dengan anak yang lain ?

Bagaimana langkah awal Ibu mengajar anak Down syndrome ?

Adakah hambatan saat mengajar anak Down syndrome ?

Bagaimana strategi Ibu dalam melewati hambatan dalam pengajar ?

Bagaimana Ibu mengemas pesan saat mengajar anak Down syndrome ?

Media aja apa yang Ibu gunakan saat mengajar anak Down syndrome ?

Apakan Ibu pun melakukan pencarian informasi mengenai anak down
sydrome ?

Sumber informasi apa yang Ibu gunakan dalam mendapatkan informasi ?

Apakah orang tua siswa melakukan komunikasi dengan Ibu ?

Apa yang biasa mereka tanyaakan kepada Ibu ?

Apakah
ibu bergabungan dengan komunitas sesama guru Down
syndrome?

Apakah Ibu melakukan pertukaan informasi dengan orang tua siswa atau
sesama guru Down syndrome ?
92
HASIL WAWANCARA DENGAN ORANG TUA ANAK DOWN
SYNDROME
Nama
: Muhamad Taufik (Orang tua anak down syndrome)
Tempat/tanggal lahir : Bojonegoro, 17 Desember 1961
Pendidikan
: SLTA
Pekrjaan
: Karyawan swasta
Hobi
: Berenang
Alamat
: Sumampir
 Kapan mulai mengetahui anak Anda mengalami keterbelakangan mental?
Jawab:
Sejak lahir saya mengetahuinya, dokter langsung kasih tahu
 Apa saja yang Anda ketahui mengenai down syndrome ?
Jawab :
Sudah tahu, bahwa ya down syndrome itu keterblakangan mental, atau
kecerdasanya kurang ya. Ya hanya itu saja waktu itu
 Apa saja yang ada lakukan saat mengetahui keadaan tersebut ?
Jawab :
Ya Pengen tahu dan mencari informasi sebanyak-banyaknya masalah down
syndrome itu.
 Apakah Anda merasa ketakutan karena kurang nya informasi tentang
down syndrome?
Jawab :
Ya aga down juga sih, tapi kan karena kita sebagai orang beragama kita harus
mengebalikan bahwa itu memang yang diberikan titipian saya itu begitu, kita
terima dengan iklas.
 Kapan Anda mulai memutuskan mencari informasi ?
Jawab :
Ya sejak dia lahir kita langsung mencari informasi, yang terbaik apa untuk
anak ini, pendidikan gimana, kita harus tahu dimana ada SLB.
 Langkah-langkah apa saja yang Anda tempuh untuk mendapatkan
informasi ?
93
Jawab :
Konsultasi ke dokter, baca buku juga, ya artikel mengenai down syndrome
kalau kami tahu kami baca.
 Sumber informasi apa saja kah yang ada gunakan ?
Jawab:
Waktu itu sementara dokter ahli, buku, majalah, di koran kadang-kangan ada di
artikel ya kita baca, tayangan-tanyangan di televisi, dan bertanya-tanya kepada
orang lain, ya saya pikir semua ada down syndrome pasti kendalanya itu di sini,
sini, ini masalah cara pola asuh .
 Apakah Anda bergabung dengan komunitas orang tua dengan anak down
syndrome ?
Jawab :
Kalau disini gak bergabung, karena kita hanya bertemu di sekolah, mengobrol
jadi ga sampai membikin komunitas sendiri. Kayanya belum ada juga sini,
kalau disini ada mungkin ikut, perasaan disini belum ada kayanya.
 Apakah dalam proses pencarian informasi Anda menemukan hambatan ?
ceritakan
Jawab :
Iya, karena sumber nya sedikit karena internet belum, kalau sekarang mungkin
sudah gampang cari informasi di Internet, dulu 20 tahun yang lalu informasi itu
terbatas sekali. Pekerjaan saya yang shift aga ada hambatan dalam mencari
informasi tapi tidak begitu.
 Apakah
Anda mengalami keragu-raguan informasi yang Anda
dapatkan?
Jawab :
Tidak, karena tidak terlalu banyak saya tanggapi informasi yang tidak akurat.
 Apakah hambatan dan keragu-raguan itu membuat ibu tidak percaya
diri ?
Jawab:
Iya tapi tidak terlalu , karena saya langsung menanyakan ke dokter dan guru
 Anda menghubungi ahli yang dapat membantu Anda?
Jawab :
Saya ke dokter langsung, dokter Maas di rumah sakit KS, dan tidak
menghubungin ahli lain, paling sama guru itu ya yang tau permasalahan
kejiwaan, yang pendidikanya ke arah sana.
 Apakah Anda yakin dengan informasi yang Anda dapatkan itu benar ?
94
Jawab :
Iya karena saya menanyakan ke ahli, kalau masalah kesehatan ke dokter Maas
sedangkan ke kejiwaanya ke guru nya di sekolah.
 Apakah informasi yang Anda kumpulkan mengurangi ketidakpastian
dalam diri Anda?
Jawab :
Oh iya jelas mengurangi.
 Apakah Anda sudah memiliki pemahaman yang jelas tentanag down
syndrome dan pola pengasuhan yang tepat ?
Jawab:
Iya jelas, setelah saya mendapatkan banyak informasi. kalau lagi ngambek
rayunya segala macem cara, yang jelas ga penah pake kekerasan.
 Siapa atau dari mana Anda mendapatkan informasi yang paling tepat ?
Jawab:
Kalau untuk masalah informasi untuk pendidikanya gurunya, tapi untuk
masalah kesehatannya untuk anak kaya gini, harus ada perawatan khususnya
saya ke dokter.
 Sumber informasi apa yang paling sering Anda gunakan ?
Jawab :
Ya dokter paling sering saya kunjungi.
 Apakah Anda bertukar informasi dengan sesama orang tua dengan anak
down syndrome ?
Jawab :
Iya, tukar pengaaman juga, kan wajar saling menanyakan perkembangan anak
kita.
 Apakah Anda berbagi pengalaman dengan sesama orang tua dengan anak
down syndrome ?
Jawab :
Iya, kadang mengobrol saat menunggu di sekolah dengan sesama orang tua
anak down syndrome.
 Kalau iya, melalui media apa Anda bertukar dan berbagi pengalaman ?
Jawab :
Ya waktu di sekolah saat nungguin. kalau mau menanyakan saya langsung ke
sekolah saja, ngobrol langsung.
95
HASIL WAWANCARA DENGAN ORANG TUA ANAK DOWN
SYNDROME
Nama
: Nining Purwaningsih
Tempat/tanggal lahir : Serang, 9 Agustus1969
Pendidikan
: SLTA
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Hobi
: memasak dan makan
Alamat
: Sumampir Cilegon
 Kapan mulai mengetahui anak Anda mengalami keterbelakangan mental?
Jawab:
Sejak lahir, bidanya itu ngomong pas mau pulang dari rumah sakit itu, dari 0
bulan sampe 4 tahun kontrol ke dokter di rumah sakit.
 Apa saja yang Anda ketahui mengenai down syndrome ?
Jawab :
Keterbelakanngan mental ya salah satunya, pokonya ada kelainan di anak ibu
lah, awalnya saya gak tau, lagi itu kan saya periksanya ke bidan belum ada
spesialis, mungkin kalau ada terdeteksi sejak dini gitu ya, jadi USG umur 7
bulan dan 9 bulan aja, jadi saya gak tau kalau akan begini.
 Apa saja yang ada lakukan saat mengetahui keadaan tersebut ?
Jawab :
Bener-bener shock, terus terang Shock banget, jadi pikiranya ya gak karuan,
nantinya anak saya gimana, kalau nektekin suka ngalir aja air mata, nanti anak
saya bisa ngomong apa engga, ya tetep rasa shcok itu pasti ada. Ibu kan agak
lama punya anaknya, nikahnya tahun 88 tahun 92 baru dapet kosong 3 tahun 3
bulan, ini dalam kandungan 10 bulan pas.
96
 Apakah Anda merasa ketakutan karena kurang nya informasi tentang
down syndrome?
Jawab :
Iya, saya merasa bingung bagaimana, saya ke dokter Maas di Rumah Sakit KS
itu untuk konsultasi karena bidan tidak tahu jelas.
 Kapan Anda mulai memutuskan mencari informasi ?
Jawab :
Kalau mencari informasi tentang sekolah, mendekati masa-masa sekolah, saya
tuh udah ga mungkin kan saya masukan ke SD yang normal udah langsung ke
SLB Damkar. Saya pun ke dokter Mass untuk menanyakan, apakah harus ke
psikolog, tetapi kata dokter tidak perlu bu, anak ibu sudah bagus, cuma di kasih
perangsang otak sampe umur 4 tahun.
 Langkah-langkah apa saja yang Anda tempuh untuk mendapatkan
informasi ?
Jawab :
saya menanyakan kesehatan anak dan dimana sekolah untuk mba nita ini
 Sumber informasi apa saja kah yang ada gunakan ?
Jawab :
Ke dokter Maas itu, ke guru di sekolahnya, sama membaca majalah.
 Apakah Anda bergabung dengan komunitas orang tua dengan anak down
syndrome ?
Jawab :
Tidak, karena belum ada di sini, hanya mengobrol saja dengan orang tua di
sekolah.
 Apakah dalam proses pencarian informasi Anda menemukan hambatan ?
ceritakan !
Jawab :
97
Ya Karena dari udah awal bidan sudah memberitahukan itu saya menerima
apa adanya keadaan anak saya intinya, mau gak mau ya saya jalanin, karena
keiklasan tidak merasa tidak ada hambatan.
 Apakah
Anda mengalami keragu-raguan informasi yang Anda
dapatkan?
Jawab :
iya, saya merasa bingung bagaimana cari informasinya, konsultasi ke bidan
kurang jelas ya, akhirnya saya ke Dokter Maas di Rumah Sakit Karakatau
Steel.
 Apakah hambatan dan keragu-raguan itu membuat ibu tidak percaya
diri ?
Jawab :
Iya kadang saya merasa bingung, tapi saya langsung menanyakan ke dokter
Maas atau bu guru, biar gak ragu-ragu.
 Apakah Anda menghubungi ahli yang dapat membantu Anda?
Jawab:
Iya saat itu yang megang dokter Mass sampe 4 tahun. Umur 5 tahun setengah
baru masuk sekolah.
 Apakah Anda yakin dengan informasi yang Anda dapatkan itu benar ?
Jawab :
Iya memang kenyataanya seperti itu, yaudahlah, ya yakin dengan cara
beginilah.
 Apakah informasi yang Anda kumpulkan mengurangi ketidakpastian
dalam diri Anda?
Jawab :
Ya mengurangi, seperti dahulu saya baca kalau anak seperti ini harus sering
dibawa sosialisai, saya ajak ke mol, Mol Edi dulu yang ada.
 Apakah Anda sudah memiliki pemahaman yang jelas tentang down
syndrome dan pola pengasuhan yang tepat ?
98
Jawab :
Ya
seperti
berdasarkan
informasi
yang
saya
dapatkan,
jangan
menyembunyikan anak seperti ini, harus sering bersosialisasi.
 Siapa atau dari mana Anda mendapatkan informasi yang paling tepat ?
Jawab :
Ya yang pertama itu bidan itu, Dokter Maas itu untuk kontrol mba Nita, ke
guru yang paling sering terutama ibu gurunya
 Sumber informasi apa yang paling sering Anda gunakan ?
Jawab:
Bu Elis, saya sering berkomunikasi menanyakan mba Nita. Kata bu Elis tidak
dituntut menjadi anak yang normal, yang penting manjadi mandiri.
 Apakah Anda bertukar informasi dengan sesama orang tua dengan anak
down syndrome ?
Jawab :
Ya paling ngobrol-ngobrol kecil ya sama mamah Karin, mamah Debi samasama di sekolah.
 Apakah Anda berbagi pengalaman dengan sesama orang tua dengan anak
down syndrome ?
Jawab :
Iya sama mamah Debi saat di rumah sakit, ketemu pas berbobat. Berobat
bareng, ngomongin masalah anak, gimana gitu.
 Kalau iya , melalui media apa Anda bertukar dan berbagi pengalaman ?
Jawab :
Ya pertemuan langsung aja di sekolah dan waktu itu di rumah sakit.
99
HASIL WAWANCARA DENGAN ORANG TUA ANAK DOWN
SYNDROME
Nama
: Hernady Chaniago
Tempat/tanggal lahir : Cianjur,6 Februari 1994
Pendidikan
: S2 Magister Management
Pekerjaan
: Pensiunan BUMN
Hobi
: Mancing
Alamat
: Kavling GM KS Blok F 3 No. 3 Komplek Krakatau Steel
Damkar Cilegon

Kapan mulai mengetahui anak Anda mengalami keterbelakangan mental?
Jadwal :
Jadi begitu lahir di Karakatau Steel, 2 minggu pertama sudah ketahuan oleh
dokter ahli anak sudah ketahuan. Ketahuannya itu dari garis tangan, garis
tangan down syndrome itu beda dengan anak normal yang tahu itu dokter
anak dan dokter spesial garis tangan dengan garis kaki. Jadi garis tangan ini
sama garis kaki ini anak down syndrome beda dengan anak normal, yang
secara umum dokter anak tau, tapi secara khusus ada dokter spesial garis
tangan dan kaki. Jadi tau sedini mungkin.

Apa saja yang Anda ketahui mengenai down syndrome ?
Jadwal :
Kan dari pertama dokter, anak ini ada kelainan, tapi dia ga begitu jelas tahu
dokternya, karena dokter anak taunya global ga spesial. Dari situ dia
menyarankan yang lengkap tau itu adalah dokter Cipto RSCM itu pusatnya di
Indonesia. Di konsul periksa aja ke pusat yaitu ke RSCM itu ada bagian
namanya tumbuh kembang, jadi Poliklinik Tumbuh Kembang, suatu poliklinik
tersendiri di RSCM Jakarta. Konsul sama dokter itu, tapi intinya dokter itu
bahwa ini ada kelainan, kelainan apanya informasinya ga bisa lengkap karena
100
dia belum menguasai. Dibawa ke sana anaknya, disana diperiksa semua,
anaknya dibawa ke bagian tumbuh kembang, disana banyak sekali dokter
spesialis diperiksa semua, telinga, hidung, jantung, terus riwayat. Jadi down
syndrome itu kata dokter salah satu kemungkinanya terjadi karena perkawinan
sedarah. Jadi ditanya “apakah bapak ibu nikah ada hubungan sedarah”
jawabnya engga. Jadi rata-rata yang down syndrome
itu yang
jelas itu
kelainan bawaan kalau kata orang islam mah takdir, jadi bukan obat, ga bisa
disembuhkan kata dokter, jadi kalau anda percaya islam jangan coba-coba ke
alternatif paranormal nanti musrik, syirik. Jangan ! abisin duit ga akan sembuh,
karena itu takdir. Makanya disebutnya down syndrome itu bahasa umum atau
bahasa gaulnya mongolid, kaya orang mongol ciri khasanya alis golok. Jadi
kromosomnya lebih satu sehingga menghambat. Mau orang Irina, mau orang
negro,
orang Afrika
sama putih, ga da orang negro item terus Down
syndrome. Lidah lebih panjang, rahang kotak, ciri khasnya ya itu hampir sama
sedunia anak orang manapun negara manapun. Mongolkan cikal bakal orang
Cina.

Apa saja yang ada lakukan saat mengetahui keadaan tersebut ?
Jawab :
Nah waktu down syndrome, depresi kan istilahnya, jadi apa bukan ketakukan
merasa aduh lemas lah ya, frustasi, putus asa, macem-macem pertama, jadi
shock ya istilahnya, itu manusiawi dan normal seluruh orang tua itu.

Apakah Anda merasa ketakutan karena kurangnya informasi tentang
down syndrome ?
Jawab :
Depresi kan, jadi apah bukan ketakutan tapi aduh lemes lah ya frustasi apalah
macem-macem jadi schok lah istilahnya, manusiawi dan normal seluruh orang
tua gitu. Makannya kata dokter atau psikologi yang ahli untuk mengobati anak
down syndrome sebetulnya nomer satu bukan anaknya yang diobati tapi orang
tuanya, karena orang tuanya ngerti anak itu kan belum ngerti apa-apa, orang
101
tuanya supaya siap mental. Ya kalau percaya agama, ya penenangnya agama,
istilahnya berserah diri .

Kapan Anda mulai memutuskan mencari informasi ?
Jawab :
Memutuskan mencari informasi ke Cipto karena di Cipto apapun nanya pasti
diterangin sama dokternya, jadi satu poliklinik dokternya banyak, ada semua
THT, ini, itu termasuk patologi anatomi diambil, diperiksa, bayarnya mahal
sekali. Trus di jaringan kulit kepala diambil diperiksa juga. Jantungan bocor
diperiksa, telinganya juga berfungsi cuma separo 50 persen, di periksa 3 bulan
baru selesai sangking mendalamnya. Khusus untuk telinga itu Cipto
mengonsulkan ke RSPAD Gatot Subroto di Jakarta. Karena untuk telingan
selain paling lengkap alatnya di Indonesia itu di RSPAD Gatot Subroto. Dan
untuk memastikanya juga itu, dikirimkan bagian patologi anatomi kedokteran
UI sebelah Cipto. Satu lagi diperiksa ke ahli telapak tangan dan kaki ada doktor
S3 spesialis, baru masuk ruangan itu gambar tangan gambar kaki, kelainan
down syndrome telapak tangan kakinya ya gitu, normal kaya gitu itu di UI
sebelahan Cipto.

Langkah-langkah apa saja yang Anda tempuh untuk mendapatkan
informasi ?
Jawab :
Selain itu mencari infromasi SLB di Citanggil tapi anaknya tidak terkontrol
kebersihannya, cari lagi di Al-Kautsar dari umur 7 tahun sampe umur 21 tahun,
sampe SMA, sampe lulus dan mendapatkan ijasah pendidikan luar biasa.

Sumber informasi apa saja kah yang ada gunakan ?
Jawab :
Ke Cipto saja, karena 25 tahun lalu belum ada internet dan buku. Jadi di situ
itu poli jadi se Indonesia ke sana , disana nanya ke ahli dan ke sesama orang
tua anak down syndrome yang berobat tuker pikiran aja, anak saya gini gitu.
102

Apakah Anda bergabung dengan komunitas orang tua dengan anak down
syndrome ?
Jawab :
Engga, karena komunitasnya di Jakarta, satu. tapi juga belum banyak dulu ,
kedua ayah kerja, ibu kerja, internet belum ada, handphone belum ada, dulu
adanya nya telephone mobil. Bertukar informasi saat kontrol berobat. Itu waktu
pertama berobat seminggu 2 kali mungkin selama 4 tahun, setelah itu seminggu
sekali sampe 7 tahun, terus 2 minggu sekali dan sebulan sekali kontrolnya.
Jadi bukan berobat, jadi kontrol kemampuan dan latihan di tumbuh kembang,
jadi umur sekian anak itu harus kaya gini, tahun ini harus mampu begini.
Disana anak dilatih untuk mandiri. Jadi selain itu anak down syndrome itu
tidak bisa konsentrasi, mata dan keseimbangan tubuh mungkin, ke RSPAD
periksa telinga, telinganya kelainan. Kan keseimbangan orang jalan di telinga
juga. Kalau telinga ada kerusakan pada telinga gak seimbang. Tidak
seimbangan karena ada ganguan pada fungsi telinga, jadi mengikuti terapi
keseimbangan dan konsentrasi, terapi bicara. Kelaianan jantung bawaan
jantung bocor, berkali-kali dan terus. Periksa jantung cukup lama sampe
ukuran bocoran jantung cukup konstan, tidak membesar dengan bantuan obat,
tidak sampai dioprasi. Putri keahlianya joget, dia nomer dua se Provinsi Banten
untuk lomba SLB se Provinsi Banten, joget badanya luwes. Kalau hobby
bersih-bersih dan mewarrnai. Putri itu tingkat IQ nya C1 putri, tetapi daya
ingatnya lumayan dan bertahan lama. Jadi jika sudah berulang-ulang, kira-kira
tiga kali melewati jalan itu Putri mengingatnya.

Apakah dalam proses pencarian informasi Anda menemukan hambatan ?
ceritakan !
Jawab :
Karena udah tau, bahwa ini mongolid semua sama takdir, trus kata dokter ini
tidak bisa diobatin, tidak bisa sembuh paling didik untuk mandiri. Yang jadi
hambatan itu masalahnya loket Cipto itu tutup jam 10 pagi, kalau sudah tutup
kita sampe Jakarta sudah tidak bisa berobat. Kedua jalan tol Jakarta itu belum
103
ada, macet, itu yang dag deg di jalan, telat macet, telat macet, perjalanan jauh.
Itu yang bikin stress. Serta keterbatasan informasi dahulu

Apakah
Anda mengalami keragu-raguan informasi yang Anda
dapatkan?
Jawab :
Engga, jadi orang tua itu actionnya mencari jalan keluar kan tergantung dari
pendidikan dan iman, kalau pendidiknnya maksimal dan imamnya bagus gak
akan gampang terpengaruh informasi yang sesat, pengaruh atau tetek bengek,
Gak pernah ngalor ngidul. Pokoknya begitu yakin gak bisa diobatin, titik
dokter ngomong gitu. Istilah mongolid dari tv, dari kaka juga. Jadi mongoloid
seperti ini sama dan jadi ini takdir, gak nyari informasi lain, sehingga
alhamdulillah jadi ga sesat. Kita yakin tidak bisa sembuh, hanya supaya bisa
mandiri. Ketika kita yakin dan iklas yaudah kedepannya gampang. Ada dengar
tetangga di sekolah Putri, udah sekolah 5 tahun ko gini-gini ja, marahin orang
tuanya ke guru itu karena dia sangkanya sekolah nambahnya signifikan ,
padahal engga. Makannya tergantung background pendidikan orang tuanya
untuk mencari informasi satu, kedua keiklasan tergantung iman. Kita mah
iklas ini mah titipan, tapi intinya kita iklas makanya kita bawa keman-mana,
umur 7 tahun ke mol itu suka ada musik pelan dia joget jadi pusat perhatian ,
kita acuh aja, ayah ikut joget kadang-kadang joget berdua sama Putri.

Apakah hambatan dan keragu-raguan itu membuat Anda tidak percaya
diri ?
Jawab :
Informasi awal down syndrome tidak bisa disembuhin, takdir. Di hati tek,
sudah. Jadi begitu tau itu percuma cari informasi. Tidak, karena kita cepet
iklas. Karena kita berobat ke Cipto, Cipto itu pusat seIndonesia dari
Kalimantan, dari mana-mana, naik pesawat, ngontrak rumah, menyewa hotel,
banyangin berapa juta, ah kita mah encer. Kedua lebih banyak yang lebih parah
dari Putri, alhamdulillah anak saya mah cuma segini, itu yang menguatkan kita
104
membuat kita cepet iklas dan tambah percaya diri karena sudah tahu ini
mongolid tidak bisa sembuh dan hanya dididik mandiri.

Apakah Anda menghubungi ahli yang dapat membantu Anda?
Jawab :
Kita ke dokter nya putri di Cipto

Apakah Anda yakin dengan informasi yang Anda dapatkan itu benar ?
Jawab :
Yakin, dari dokter ahli di poliklinik tumbuh kembang Cipto itu lengkap ,
diterangin dan yakin bahwa tidak bisa sembuh, hanya bisa mandiri.

Apakah informasi yang Anda kumpulkan mengurangi ketidakpastian
dalam diri Anda?
Jawab :
Iya dan kita yakin bahwa ini takdir.

Apakah Anda sudah memiliki pemahaman yang jelas tentang down
syndrome dan pola pengasuhan yang tepat ?
Jawab :
Kita yakin tidak bisa sembuh, hanya supaya bisa mandiri. Ketika kita yakin
dan iklas yaudah kedepannya gampang. Ada dengar tetangga di sekolah Putri ,
udah sekolah 5 tahun ko gini-gini ja, marahin orang tuanya ke guru itu karena
dia sangkanya sekolah nambahnya signifikan, padahal engga. Makannya
tergantung background pendidikan orang tuanya untuk mencari informasi satu,
kedua keiklasan tergantung iman.

Siapa atau dari mana Anda mendapatkan informasi yang paling tepat ?
Jawab :
Dokter ahli di poliklinik tumbuh kembang di Cipto, disitu lengkap mau nanya
apapun di terangkan.

Sumber informasi apa yang paling sering Anda gunakan ?
Jawab :
Kita paling sering bertanya ke dokter di politik tumbuh kembang
105

Apakah Anda bertukar informasi dengan sesama orang tua dengan anak
down syndrome ?
Jawab :
Ya, bertukar informasi saat berobat, disini mengobrol saat di sekolah, anak
saya gini, gimana perkembangan anak ibu. Tukar pikiran saja. Ada pula yang
kadang menyarankan untuk ke paranormal, itu karena salah informasi.

Apakah Anda berbagi pengalaman dengan sesama orang tua dengan anak
down syndrome ?
Jawab :
Iya, saat pertemuan dan mengobrol di sekolah dan berobat waktu itu.

Kalau iya , melalui media apa Anda bertukar dan berbagi pengalaman ?
Jawab :
Ya , waktu itu cuma ngobrol langsung saat berobat sama di sekolah.
106
HASIL WAWANCARA DENGAN ORANG TUA ANAK DOWN
SYNDROME
Nama
: Endang H S
Tempat/tanggal lahr : Serang, 9 September 1959
Pendidikan
: SLTA
Pekerjaan
: Ibu rumah tangga
Hobi
: Memasak
Alamat

: Kavling GM KS Blok F 3 No. 3 Komplek Krakatau Steel
Damkar Cilegon
Kapan mulai mengetahui anak Anda mengalami keterbelakangan
mental ?
Jawab :
Dua minggu itu, dikasih tahu dokter kalau anak ibu itu kelainan, tapi belum di
beritau kalau itu down syndrome.

Apa saja yang Anda ketahui mengenai Down syndrome?
Jawab :
Jadi kromosomnya lebih satu Putri dari yang normal. Mukanya mirip-mirip
sesama anak down syndrome.

Apa saja yang ada lakukan saat mengetahui keadaan tersebut?
Jawab :
Jam 5 undah ngongkrong aja nunggu bis, berobat ke Cipto selama setahun
ngebis. Kita tidak langsung diberi tahu cuma hanya kelainan, dalam hati ibu
kok anak ini beda sama kakanya, kow lidahnya panjang ya. Akhirnya di kirim
tumbuh kembang ke rumah sakit Cipto itu, di tumbuh kembang di bagi-bagibagi, ibu nanti ke sini-kesini. Dari tumbuh kembang pertama di kirim ke ahli
saraf, terakhir-terakhir terapi, jadi kirimnya ke ahli saraf, dokter alergi, ahli
jantung, teling, mata, rambut, patologi anatomi. Diambil darah untuk
pemeriksaan alergi, ampe kapok anaknya, rambut dulu botak sering rontok ,
rambutnya di cabut trus ditumbuhin dengan cari ambil jaringan kulit kepala.
107

Apakah Anda merasa ketakutan karena kurang nya informasi tentang
down syndrome?
Jawab :
Bingung ja, gimana yah nanti putri tapi untungnya dokter Putri yang Di Cipto
membantu.

Kapan Anda mulai memutuskan mencari informasi ?
Jawab :
Waktu pertamakan kita taunya hanya kelainan, trus kita ke Cipto itu, untuk
memeriksa keadaan sebenarnya putri. Trus waktu masuk masa sekolah, kita
juga cari sekolah untuk Putri, kita masukin ke Al-Kautsar.

Langkah-langkah apa saja yang Anda tempuh untuk mendapatkan
informasi ?
Jawab :
Selain itu dokter ahli bilang, bu titip tuhan itu kadang bagus ada yang engga,
bukan berarti Putri itu jelek jadi kebetulan ini kaya gini, ibu kan bukan
pernikahan sedarah, ini mah kelainan sedunia tuhan ngasih itu sama, titip ya
bu jangan dibawa-bawa ke paranormal jangan minum jamu, ini itu kasihan
anaknya. Jangan dibawa kemana-mana, bukan saya memponis Putri gak
bakalan sembuh bu, Putri mah kesini bukan untuk sembuh bu untuk mandiri
aja, siapa tau, umur mah gak ada yang tahu, ibu ini dulu, Putri sama siapa
kalau belum bis apa-apa.

Sumber informasi apa saja kah yang ada gunakan ?
Jawab :
ibu mah ikut anjuran dokter, ibu mah gak kemana-mana ke Cipto aja,

Apakah Anda bergabung dengan komunitas orang tua dengan anak
Down syndrome?
Jawab :
Engga, dulu belum ada di sini, adanya di Jakarta. Ayah kerja ibu kerja jadi
tidak bisa, ibu mah ke Cipto aja.

Apakah dalam proses pencarian informasi Anda menemukan hambatan
? ceritakan
108
Jawab :
Ga cuma itu seminggu 2 kali, janjian dulu sama dokter, kalau ga janji mah
susah ke Cipto itu. Kalau gak janjian suka gak ketemu sama dokternya kan
percuma.

Apakah
Anda mengalami keragu-raguan informasi yang Anda
dapatkan?
Jawab :
Pada waktu itu informasi terbatas sekali, ibu mah ikut anjuran dokter. Ibu mana ke Cipto aja, kedua kita udah Percaya diri, yakin dari pusat, jangan
sampe goyah.

Apakah hambatan dan keragu-raguan itu membuat ibu tidak percaya
diri ?
Jawab :
Engga, kita udah percaya diri.

Apakah Anda menghubungi ahli yang dapat membantu Anda?
Jawab :
Kita ke Dokter di Cipto aja konsultasi Putri.

Apakah Anda yakin dengan informasi yang Anda dapatkan itu benar ?
Jawab :
Yakin, karena Cipto kan pusat, dari mana-mana berobat ke Cipto.

Apakah informasi yang Anda kumpulkan mengurangi ketidakpastian
dalam diri Anda?
Jawab :
Iya, Jadi gak ngerasa bingung lagi, tahu gimana ke Putrinya.

Apakah Anda sudah memiliki pemahaman yang jelas tentang Down
syndrome dan pola pengasuhan yang tepat ?
Jawab :
Ibu mah gak malu, Putri dibawa ke kantor, kemana gitu, jadi emang semua dokter
pesen nitip, jangan dibeda-bedaain kasian. Kalau yang gak terima dikirim ke
neneknya, ibu mah bawa ke pasar, ke mol, bawa kemana, jemput kakaknya ke
sekolah. Ibu suka gak tega kalau anak kaya gitu dikirim ke asramah. Dokter juga
109
berpesan kalau dimasukin sekolah biar bersosialisai, kita ke Cipto sebulan sekali
untuk sekolah atau terapi sampe 7 tahun. Ibu beli alat-alat untuk latihan di rumah.
Ibu mah sesuai anjuran perawat dan dokter dari sana yaudah dijalanin, itu ja ibu
mah. Ada perkumpulan di Jakarta, tapi kan ibu kerja jadi gak gabung. Cuma
menanamkan ke kaka adiknya, kalau ada yang meledek terangin Putri kenapa,
jangan gini-gini, tapi alhamdulillah teman-temanya biasa ga gitu. Kita jangan
malu ini kan titipan tuhan bukan keinginan kita, jangan minder. Sabtu minggu
dibawa ke sini ke sana, jadi banyak yang mengenal. Kendalanya ibu ga berani
ninggalin sendiri, ibu ngerasa stress takut ngapain.-ngapain.

Siapa atau dari mana Anda mendapatkan informasi yang paling tepat ?
Jawab :
Ya Dokter-dokter di Cipto

Sumber informasi apa yang paling sering Anda gunakan ?
Jawab :
Dokter Cipto, khususnya di Poliklinik tumbuh kembang.

Apakah Anda bertukar informasi dengan sesama orang tua dengan anak
Down syndrome?
Jawab :
Iya, sewaktu di rumah sakit, sama-sama nunggu kita ngobrol, saling bertanya
gimana keadaan anaknya, ya cerita-cerita pengalaman masing-masing.

Apakah Anda berbagi pengalaman dengan sesama orang tua dnegan
anak Down syndrome?
Jawab :
Iya, ngobrol-ngobrol waktu berobat sama di sekolah pas nganter Putri ke
Sekolah.

Kalau iya , melalui media apa Anda bertukar dan berbagi pengalaman ?
Jawab :
Tatap muka langsung dengan sesama orang tua anak Down syndrome, kita
hanya mencari informasi ke dokter poliklinik Cipto dan mengobrol dengan
orang tua sesama anak Down syndrome.
110
HASIL WAWANCARA DENGAN GURU SEKOLAH
Nama
: Asrofiyah, S.Pd
Pendidikan
: S1 A IV Pendidikan Luar Biasa
Mengajar sejak
: 01 Januari 2003
Hobi
: traveling
Alamat
: Jalan Sunan Bonang Lingkungan Penauan Rt/RW 02/03
Cilegon

Sudah berapa lama Ibu mengajar di Sekolah Al-Kautsar ?
Jawab :
10 tahun sudah mengajar disini ibu,

Sudah berapa kali Ibu mengajar anak Down synrome ?
Jawab :
Sudah 5 tahun, sejak 2004- 2009

Apa yang Ibu rasakan saat mengajar anak down syndrome?
Jawab :
Seneng, karena kebanyakan anak down syndrome itu lucu dan ramah
menyenangkan, tapi kalau lagi ngambek semua rayuan dikeluarkan

Apa perbedaan mengajar anak down syndrome dengan anak yang lain ?
Jawab :
Mereka lebih mudah karena mereka lebih ramah dibanding dengan anak yang
lain. Tetapi tingkatan kecerdasan yang menjadi hambatan, mereka diajarkan
untuk kemandiriaan mereka.

Bagaimana langkah awal Ibu mengajar anak down syndrome ?
Jawab :
Sama seperti anak yang lainya, dimulai dari perkenalan, disini kelas dibagi
berdasarkan tingkat kecerdasanya.

Adakah hambatan saat mengajar anak down syndrome ?
Jawab :
111
Kalau lagi ngambek, moodnya saat di rumah jelek, dibawa kesekolah sampai
pulang lagi masih begitu

Bagaimana strategi Ibu dalam melewati hambatan dalam pengajar ?
Jawab :
Selain reward, dengan bahasa yang lembut, atau saya mengatakan “ ibu asrof
mau pindah aja ah ga lagi ngajar lg “

Bagaimana Ibu mengemas pesan saat mengajar anak down syndrome ?
Jawab :
Bahasa yang paling sederhana agar bisa sampai ke anak

Media aja apa yang Ibu gunakan saat mengajar anak down syndrome ?
Jawab :
Gambar, tapi kalau benda aslinya ada saya kasih

Apakan Ibu pun melakukan pencarian informasi mengenai anak down
sydrome ?
Jawab :
Iya, Menbaca buku
berkebutuhan khusus tapi tidak ada yang membahas
secara langsung.

Sumber informasi apa yang Ibu gunakan dalam mendapatkan
informasi?
Jawab :
Buku, sesama guru, internet, dan kelurga anak DS

Apakah orang tua siswa melakukan komunikasi dengan Ibu ?
Jawab :
Iya, mananyakan saat kesini pas anter, kalau kunjungan ke rumah pasti orang
tua ngobrolin anak.

Apa yang biasa mereka tanyakan kepada Ibu ?
Jawab :
Gimana di sekolah ,mau ga belajar, bu anak saya ngambek ga? bu kalo di
sekolah ga mau belajar duduk, kalau di sekolah mau, gimana caranya,

Apakah
syndrome ?
ibu bergabungan dengan komunitas sesama guru down
112
Jawab :
Tidak, paling ada untuk anak autis, ada juga FKDOAC ( Forum Komunikasi
dengan Orang tua Anak Cacat) kami bergabung sering ikut seminar di Cilegon

Apakah Ibu melakukan pertukaan informasi dengan orang tua siswa
atau sesama guru down syndrome ?
Jawab :
Iya , terutama saat mengobrol dengan orang tu anak down syndrome.
113
HASIL WAWANCARA DENGAN GURU SEKOLAH
Nama
: Cicih Susilawati, S.Pd
Tempat/tanggal lahr
: Serang, 5 November 1997
Pendidikan
: S1 A IV Pendidikan Luar Biasa
Mengajar sejak
: 01 Januari 2003
Hobi
: memasak
Alamat
: Jalan Cengkeh Kavling Blok F Ciwaduk Gede No. 99
Cilegon
 Sudah berapa lama Ibu mengajar di Sekolah Al-Kautsar ?
Jawab :
Sejak tanggal 1 bulan 6, 2003.
 Sudah berapa kali Ibu mengajar anak Down syndrome ?
Jawab :
3 tahun terakhir ini mengajar anak Down syndrome
 Apa yang Ibu rasakan saat mengajar anak Down syndrome?
Jawab:
Seneng, happy, karena anaknya unik, secara fisik unik, anak Down syndrome
kan unik
 Apa perbedaan mengajar anak Down syndrome dengan anak yang lain ?
Jawab :
Secara fisik dia berbeda dengan anak keterbelakangan mental, tapi dari sosial
hampir sama dengan anak yang lain, ada yang aktif ada juga yang engga
 Bagaimana langkah awal Ibu mengajar anak Down syndrome ?
Jawab :
Perlakukanya sama dengan anak yang lain dilihat dahulu kemampuanya, dan
dibentuk berdasarkan rombel (rombongam belajar), dikelas saat ini adanya
anak c1
 Adakah hambatan saat mengajar anak Down syndrome ?
114
Jawab :
Oh pasti, kalau anak baru pertama sosialisasi, perkenalan, karena sulit
berosialiasasi dilingkunganya. dan untuk menarik perhatiannya, kalau saya
mengimingi’ reward, liat kesuakaan anaknya. Kadang juga ada yang ngambek
tidak mu belajar.
 Bagaimana strategi Ibu dalam melewati hambatan dalam pengajar ?
Jawab :
Kasih reward, memang mungkin kurang bagus dari pada siswanya ngamuk
atau gak mau belajar sama sekali.
 Bagaimana Ibu mengemas pesan saat mengajar anak Down syndrome ?
Jawab :
Seefisien dan seefektif mungkin, kalau materi sesederhana mungkin. Tidak
bisa dipaksakan pelan tapi pasti, tetapi tergantung anak, kalau anaknya yang
harus ditegasin ya harus ditegatin, pertama pasti berontak. Tapi kebanyakan
anak itu lebih bisa itu dengan cara yang lembut.
 Media apa saja yang Ibu gunakan saat mengajar anak Down syndrome ?
Jawab :
Saya, gambar, puzzle, musik. anak DS kalau dengar musik, dia aktif, tepuk
tangan, tapi ada pula yang melongo saat mendengarkan karena anak seperti
itu individu.
 Apakan Ibu pun melakukan pencarian informasi mengenai anak down
sydrome ?
Jawab :
Iya, terutama dari keluarga.
 Sumber informasi apa yang Ibu gunakan dalam
mendapatkan
informasi ?
Jawab :
Ilmu yang didapat dari kuliah, dari orang tua anak Down syndrome terutama,
untuk mendekati anak biar bisa masuk ke anak, kebiasaan anak, kesukaan
apa, yang gak di suka apa.
 Apakah orang tua siswa melakukan komunikasi dengan Ibu ?
115
Jawab:
Iya setiap saat bila diperlukan, menanyakan sehabis pulang sekolah atau
mengantar.
 Apa yang biasa mereka tanyakan kepada Ibu ?
Jawab :
Belajar apa gitu ini kenapa cemberut aja, tadi belajar ga.
 Apakah
ibu bergabungan dengan komunitas sesama guru Down
syndrome ?
Jawab :
Tidak, Iya berbagi pengalaman, selain di sekolah dan lain sekolah tapi tidak
di khususkan saat pertemuan guru, tukar pengaman aja.
 Media Ibu melakukan pertukaan informasi dengan orang tua siswa atau
sesama guru Down syndrome ?
Jawab :
Yaa saat mengobrol di sekolah, dan kadang kala ada yang lewat telepon
kadang berkunjung.
116
RIWAYAT HIDUP
Nama lengkap
: Kinanthi Dyah Arini
Tempat,tanggal, lahir
: Serang, 12 Mei 1990
Jenis kelamin
: Perempuan
Kewarganegaraan
: Indonesia
Agama
: Islam
Status
: Belum menikah
Alamat
: Perumnas Ciracas Blok A No.171
RT/RW : 003/008 Serang, Banten
Telpon/Hanphone
: 085710319961
Email
: [email protected]
Pendidikan Formal
1996-2002
: SD Negeri Ciracas
2002-2005
: SMP Negeri 4 Serang
2005-2008
: SMA Negeri 1 Taktakan
2008-sampai sekarang
: Kuliah Di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Pengalaman Kerja
2009- sampai sekarang
: Tenaga pengajar dan Staf TU di SMP BCK
Cilegon
2011
: Magang di divisi Customer Affair PT. Garuda
Indonesia.
Download