Peningkatan Hasil Belajar .... (Nardi) 887 PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI PEMELIHARAAN KESEHATAN TUBUH MANUSIA MELALUI MODEL CTL KELAS IV SD IMPROVING THE SCIENCE LEARNING ACHIEVEMENT THROUGH THE CTL MODEL AT 4TH GRADE STUDENTS Oleh: Nardi, Universitas Negeri Yogyakarta, [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA pada materi pemeliharaan kesehatan tubuh manusia melalui model CTL di kelas IV SD Sawit, Sewon, Bantul. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan subjek siswa kelas IV SD Sawit dan objeknya meningkatkan hasil belajar IPA pada materi pemeliharaan kesehatan tubuh manusia. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah soal tes, observasi dan catatan lapangan. Hasil penelitian menunjukan dengan model CTL dapat meningkatkn hasil belajar IPA. Hal ini ditujukan dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II dimana siklus I nilai rata-ratanya adalah 74,09 meningkat pada siklus II menjadi nilai rata-ratanya 86,66. Selain itu menggunakan model CTL dapat membantu guru dalam melaksanakan pembelajan sehigga siswa tidak mudah bosan dalam mengikuti pembelajaran dan mengkaitkan materi yang dipelajari dalam kehidupan nyata. Dengan demikinan model CTL meningkatkan hasil belajar IPA. Kata kunci: Hasil belajar IPA, Model contextual teaching learning (CTL) Abstract This study aims at improving the Science learning achievement in the topic of human health maintenance through the CTL model in Grade IV of SD Sawit, Sewon, Bantul. This was a classroom action research (CAR) study involving the subjects who were Grade IV students of SD Sawit and the object was the improvement of the Science learning achievement in the topic of human health maintenance. The data were collected through tests, observations, and field notes. The results of the study show that the CTL model was capable of improving the Science learning achievement. This was indicated by the improvement of the students’ learning achievement from Cycle I to Cycle II. In Cycle I the mean score was 74.09 and in Cycle II it improved to 86.66. In addition, the use of the CTL model helped the teacher to implement learning so that the students did not get bored easily in learning and to relate the learning materials to real life. Therefore, the CTL model improved the Science learning achievement. Keywords: Science learning achievement, contextual teaching learning (CTL) model 2011: 54), pendidikan adalah proses dimana PENDAHULUAN Menurut ki Hajar Dewantara (dalam potensi-potensi, kemampuan- Dwi Siswoyo, dkk 2011: 54) yang dinamakan kapasitas-kapasitas pendidikan dipengaruhi yaitu tuntunan didalam hidup oleh manusia kemampuan, yang kebiasaan- mudah kebiasaan, tumbuhnya anak-anak. Adapun maksudnya disempurnakan dengan kebiasan-kebiasan yang pendidikan yaitu, menuntun segala kekuatan baik, kodrat yang ada pada anak itu, agar mereka sedemikian rupa, dan digunakan oleh manusia sebagai manusia dan sebagai anggota dengan alat (media) yang disusun untuk menolong orang lain atau dirinya sendiri masyarakat dapat mencapai keselamatan dan dalam mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan. kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Pembelajaran merupakan suatu proses yang Sedangkan menurut pendapatnya jhon S. Brubacher (dalam Dwi Siswoyo, dkk mencakup kegiatan belajar dan mengajar. Keberhasilan dalam proses pembelajaran pada 888 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 9 Tahun ke-6 2017 umumnya ditunjukkan dengan dikuasainya dalam konteks keseharian mereka, yaitu dengan tujuan konteks keadaan pribadi, sosial dan budaya pembelajaran pada siswa. Semua mengakui bahwa salah satu faktor dari keberhasilan pembelajaran adalah mereka. faktor Pembelajaran CTL mengarahkan kemampuan guru dalam merencanakan dan pembelajaran kepada upaya untuk membangun melaksanakan pembelajaran. Hal ini oleh kemampuan berpikir dan kemampuan menguasi guru sering disepelekan, sehingga dampaknya materi terlihat sekali pada siswa yaitu menurunnya sumbernya dari luar diri, dikonstruksi dalam diri tingkat penguasaan dan pemahaman materi. individu siswa. Dalam hal ini pengetahuan tidak Wina 52) diperoleh dengan cara di berikan atau di mengemukakan bahwa guru adalah komponen transfer dari orang lain, tetapi dibentuk dan yang sangat menetukan dalam implementasi dikonstruksi oleh individu itu sendiri. Guru juga suatu dituntut model Sanjaya (2013: pelajaran, dimana pengetahuan yang pembelajaran. Keberhasilan dapat implementasi suatu model pembelajaran akan pembelajaran tergantung pada kemampuan guru dalam kemampuan menggunakan model, teknik, dan taktik pengalaman, yang siswa berbagai dapat untuk model meransang belajar dengan perencanaan pengajaran yang matang. pembelajaran. Diyakini, setiap guru akan memiliki memahami Berdasarkan hasil dari nilai ulangan pengetahuan, tengah semester dan hasil wawancara dengan kemampuan, gaya, dan bahkan pandangan guru kelas IV di SD Sawit diperoleh informasi yang berbeda dalam mengajar. bahwa dalam pembelajaran IPA dalam materi Model pembelajaran yang digunakan “pemeliharaan kesehatan manusia” tubuh oleh guru harus memberi kemungkinan agar beberapa siswa masih berada di bawah nilai siswa dapat ikut aktif dalam pembelajaran. ketuntasan minimum (KKM=75). Dari 33 siswa Selain itu guru juga harus menciptakan yang mendapat nilai kurang dari 75 sebanyak 22 suasana pembelajaran yang menyenangkan siswa, sedangkan siswa yang sudah mencapai sehingga siswa dapat belajar dengan nyaman KKM sebanya 11 siswa. dan mengkaitkan suatu materi yang di ajarkan Berdasarkan observasi pada tanggal 21 dengan dunia nyata dalam kehidupan siswa. september sampai dengan 2 okteber 2015 yang Dengan begitu pembelajaran IPA dikelas dilakukan untuk mengamati proses pembelajaran lebih bermakna dan tujuan pembelajaran yang dapat dicapai. belum dapat memahami materi yang diajarakan Sistem CTL menurut Johnson (dalam berlangsung dikelas, sebagian siswa guru. Setelah melakukan pengamatan selama Tukiran Taniredja, dkk 2013: 49) merupakan proses proses pendidikan yang bertujuan menolong permasalahan-permasalahan para siswa melihat makna didalam materi model yang digunakan guru kurang bervariasi, akademik dan yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik pembelajaran guru selalu maka sebagai menggunakan ditemukan berikut: metode ceramah, dan menyuruh siswa membaca buku Peningkatan Hasil Belajar .... (Nardi) 889 sesudah itu Tanya jawab atau pemberian Pengetahuan demikian akan mudah diupakan dan tugas, seharusnya guru menggunakan metode tidak fungsional. yang membangkitkan keaktifan siswa. Menurut pembelajaran CTL, pengetahuan Guru belum memanfaatkan alat peraga itu akan bermakna manakalah ditemukan dan siswa, dibangun sendiri oleh siswa. Pengetahuan yang contohnya, media kerangka manusia. Hal diperoleh dari hasil pemberitahuan orang lain, tersebut tidak yang dapat menarik perhatian menyebabkan: a. Kurangnya akan menjadi pengetahuan yang kemampuan siswa dalam memahami konsep bermakna. Pengetahuan demikian akan mudah pemeliharaan kesehatan tubuh manusia. b. diupakan dan tidak fungsional. Guru seharusnyamembimbing siswa dalam Peroses pembelajaran akan tercapai dengan baik melakukan jika siswa dapat mengalami langsung dengan pengamatan sehingga siswa memiliki rangkuman. apa yang akan di pelajari, dan siswa dapat Berdasarkan permasalahan di atas maka peneliti perpikir dengan sendirinya agar pengetahuannya memperbaiki pembelajaran pada permasalahan dapat terbangun dengan sendiri. Seperti pada tersebut dengan model CTL. Pembelajaran pembelajaran model CTL yang akan membantu CTL antara guru mengkaitkan materi yang diajarkan dengan materi yang diajarkan dengan situasi dunia kehidupan nyata dalam kehidupan siswa dan nyata siswa dapat mengerti tentang apa makna belajar dan membuat hubungan antara pengetahuan yang dapat mencapai tujuan yang akan dicapai membantu dinilai guru dengan dengan dimilikinya mengaitkan mendorong penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu pilar CTL inkuiri adalah merupakan yaitu bagian menemukan, inti dari yang kegiatan dengan begitu siswa dapat membangun pengetahuannya dengan sendiri bukan di peroleh dari orang lain. Oleh karena penelitian bermaksud yang tersebut dengan mengadakan suatu Penelitian siswa diharapkan dari menemukan sendiri. mengatasi ini pembelajaran. Pengetahuan dan keterampilan diperoleh untuk itu permasalahan Tindakan Kelas (PTK) dengan tujuan untuk Piaget (dalam Wina Sanjaya. 2006: peningkatkan hasil belajar IPA pada materi bagaimana pemeliharaan kesehatan tubuh manusia melalui sebenarnya pengetahuan itu terbentuk dalam model Contextual Teaching Learning (CTL) di struktur kongnitif anak, sangat perpengaruh kelas IV SD Sawit Sewon Bantul. 259) berpandangan terhadap beberapa tentang model pembelajaran, diantaranya model pembelajaran CTL. Menurut pembelajaran CTL, pengetahuan itu akan bermakna manakalah ditemukan dan dibangun sendiri oleh siswa. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil pemberitahuan orang lain, tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakna. METODE PENELITIAN JENIS PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. 890 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 9 Tahun ke-6 2017 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini penting dilaksanakan pada di dalam kelas selama peruses pembelajaran mengajar berlangsung. bulan Maret sampai April tahun ajaran 2015/2016 di kelas IV SD Sawit Sewon Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan Bantul pada mata pelajaran IPA. dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif Subjek Penelitian kuantitatif dan kualitatif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD sawit tahun ajaran 2015/2016, Hasil Penelitian dan Pembahasan Pada pembahasan hasil penelitian Tindakan dengan jumlah siswa 33 siswa, terdiri dari 16 kelas yang telah terlaksana terdiri atas aktivitas dan 17 siswa perempuan. guru dan aktivitas siswa dalam kegiatan proses Metode Pengumpulan Data Dan Instrumen Metode pengumpulan data yang belajar mengajar didalam kelas IV SD Sawit dengan menerapkan model pembelajaran digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai contextual berikut: Pelaksanaan 1. Observasi dilaksanakan dengan dua siklus yaitu siklus I Dalam dilakukan penelitian bersamaan ini, pada Observasi saat proses pembelajaran berlangsung untuk mendapatkan yang data peneliti perlukan dengan dan teaching siklus learning penelitian II. Pada (CTL). kelas siklus I tersebut ditemuakan beberapa hal dari hasil penelitian pada setiap Tindakan adalah hasil belajar siswa yang diperoleh setelah dilaksanakan siklus I dalam menggunakan lembar observasi yang telah pembelajaran dipersiapkan. untuk pertemuan yaitu pertemuan pertama dengan mengamati aktivitas siswa dan guru pada saat materi rangka kepala manusia dan pertemuan pembelajaran kedua yaitu materi rangka badan manusia dalam Observasi melalui dilkukan model contextual IPA dimana terlaksana dua teaching learning (CTL). kegiatan proses pembelajaran tersebut pada akhir 2. Tes pembelajaran dilaksanakan tes untuk mengetahui peneliti penguasaan materi yang telah diperoleh maka untuk skor yang diperoleh siswa adalah skor tertinggi mengukur sejauh mana pemahaman siswa pada siklus I yaitu 90 dan skor terendah yaitu terkait dengan pembelajaran IPA pada materi 60 dengan skor rata – rata yaitu 74,09. Dan siswa pemelihaan kesehatan tubuh manusia. yang 3. Dokumentasi 36%Jumlah siswa yang tuntas yaitu 21 orang Dalam penelitian menggunakan soal Dokumentasi tes ini, evaluasi digunakan untuk tuntas 64% sedangkan tidak tuntas siswa sementara siswa yang tidak tuntas yaitu 12 meberikan gambaran secara kongkret mengenai orang siswa. keberhasilan belajar siswa pada saat proses Hasil tes siklus I digambarkan dalam diagram pembelajaran belangsung. Dokumentasi berupa dibawah ini: foto untuk merekam berbagai kegiatan Peningkatan Hasil Belajar .... (Nardi) 891 70% masing, guru 60% memberikan pertanyaan mengenai materi yang 50% belum dipahami, dan guru membagi siswa dalam 40% Tidak Tuntas 30% Tuntas mendorong kelompok secara siswa heterogen untuk dari kemampuan yang tinggi hingga kemampuan yang rendah. 20% Pada 10% pelaksanaan siklus II yang dilaksanakan dengan dua kali pertemuan seperti 0% TuTnitdaask tuntas pada siklus I dimana pada siklus II siswa mulai Gambar 1. Diagram Nilai siswa setelah dilakukan tindakan pada siklus I Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu, kurangnya pengetahuan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dalam kelas, kurangnya keaktifan siswa, keseriusan siswa pemelajaran, kurangnya kurangnya dalam mengikuti motivasi belajar siswa, dan adapun siswa yang masih kurang mampu walaupun telah tercantum langkah – langkah yang ada. Sehingga dari beberapa masalah tersebut berdampak pada hasil belajar siswa adapun masalah – masalah lain yang terdapat pada diri siswa yaitu siswa tidak bekerja sama dalam kelompoknya hanya memperhatikan teman yang menulis hasil terlihat keaktifannya dalam proses pembelajaran siswa sudah mulai aktif dalam kelompoknya, berani mengajukan pertanyaan, mulai berani memberikan kesimpulan walaupun belum dikatakan baik. Hal tersebut dapat dilihat pada hasil pekerjaan yang telah dikerjakan dimana hasil kerjanya meningkat sehingga menunjukan hasil yang baik. Dilihat dari hasil tes yang dilaksanakan, nilai rata – rata kelas menunjukan adanya peningkatan hasil belajar dari siklus I yaitu 74,09 dan siklus II nilai rata – rata kelas yang diperoleh yaitu 86,66 dengan ketuntasan belajar mencapai 89% dengan nilai tertinggi 100 dan terendah 65. Hasil tes siklus II digambarkan dalam diagramdibawah ini: laporan kelompok, ketika guru memberikan LKS untuk mengerjakan LKS tersebut selalu saja siswa yang diangap mampu yang mengerjakan LKS tersebut sementara siswa yang lain merasa tidak mampu menyelesaikan Tidak Tuntas dalam pekerjaan yang ada. Oleh Tuntas 30% karena itu untuk mengatasi masalah yang ada guru memberikan beberapa solusi seperti memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar bersama, guru selalu mendorong siswa untuk memberikan pendapat ketika bekerja sama dalam kelompok masing- 0% TuTnitdaask tuntas Gambar 2. Diagram Nilai siswa setelah dilakukan tindakan pada siklus II 892 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 9 Tahun ke-6 2017 Dari diagram diatas diketahui bahwa ketika peneliti melakukan guru menerapkan langkah – langkah model pelaksanaan pembelajaran CTL dengan baik sehingga dapat tidakan pada siklus II dapat dilihat bahwa meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD ada perkembangan pada hasil belajar siswa Sawit dengan baik. Seperti yang dikemukakan dibandingkan siklus I dan sebelum dilakukan jhonson (dalam Hosnan 2014: 268) bahwa CTL tindakan kelas. Jadi ada perbedaan yang adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan begitu jelas antara hasil belajar siswa dari menolong para siswa melihat makna di dalam siklus II dengan siklus I. Untuk mengetahui materi akademik yang mereka pelajari dengan lebih jelasnya hasil belajar siswa kelas IV cara SD Sawit dari pra siklus, siklus I dan siklus dengan konteks dalam kehidupan keseharian II maka dapat dilihat pada diagram dibawah mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, ini: sosial dan budaya mereka. Keberhasilan ini Tabel 1. Pebandingan Nilai Prasiklus, silus I dikarenakan adanya perhatian dan kerjasama Siklus I BT 77% T 64% akademik Sewon, Bantul dan peneliti serta keaktifan Presentase T 33% subjek-subjek yang baik antara guru kelas IV SD Sawit, dan Siklus II. Pra siklus menghubngkan siswa dalam proses pembelajaran. Dimana siswa Siklus II BT 36% T 89% BT 11% mengikuti arahan dan bimbingan guru dalam kegiatan pembelajaran. Dari uruaian tersebut dapat disimpulkan bahwa KESIMPULAN DAN SARAN siswa dalam mengikuti proses belajar dalam KESIMPULAN kelas pada mata pelajaran IPA menunjukan Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan hasil yang baik karena hasil belajar siswa maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model mengalami pembelajaran perubahan dari pembelajaran Contextual Teaching Learning sebelumnya pada siklus I ke siklus II hasil (CTL) dalam mata pelajaran IPA pada Materi belajarnya sangat baik dikataan sangat baik Pemeliharaan Kesehatan Tubuh Manusia dapat karena adanya perubahan dari hasil belajar meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD ketika dilakukan tindakan kelas. Hal ini Sawit, Sewon, Bantul. Hal tersebut dapat dilihat disebabkan penciptaan kondisi belajar yang pada ketuntasan siswa dalam mengikuti proses sangat pembelajaran yang dilaksanakan. Peningakatan memungkinkan siswa memperoleh pengalaman belajar yang baik dan melibatkan hasil siswa dalam proses pembelajaran sehingga yaitu pada siklus I keberhasilan siswa 64% siswa mengalami pengalaman belajar melalui sedangkan pada siklus II keberhasilan siswa 89% aktivitas belajarnya. Keberhasilan penelitian adanya peningkatan hasil belajar siswa ka rena Tindakan kelas siklus II karena dalam proses didasari oleh langkah- langkah pembelajaran Contextual Teaching pembelajaran guru menerapkan contextual teaching model learning (CTL) yang digunakan dengan baik diamana belajar siswa yang cukup singnifikan pembelajaran Learning (CTL) yaitu, kontruktivisme (contructivism), inkuiri (inquiry), Peningkatan Hasil Belajar .... (Nardi) 893 (questioning), masyarakat belajar 3. Guru harus selalu menggunakan model (community learning), Pemodelan (modeling), pembelajaran yang berpariasi agar siswa Refleksi (refleksi). Selain itu juga aktivitas guru tidak dan siswa juga mengalami peningkatan dalam pembelajaran. Bertanya menerapkan model pembelajaran Contextual 4. Bagi mudah peneliti bosan dalam mengikuti yang ingin melakukan Teaching Learning (CTL), aktivitas guru pada penelitian yang sama dengan hendaknya siklus sedangkan hasil penelitian yang telah ada dijadikan aktivitas guru pada siklus II dikategorikan sebagai panduan, dimana kekurangan dan baik karena sudah melaksanakan pembelajaran kelebihan dalam penelitian ini bisa dapat sesuai dijadikan I dikategorikan rencana cukup pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan baik, Sementara aktivitas siswa sebagai bahan refleksi demi penyempurnaan pada penlitian berikutnya. pada siklus I dikategorikan cukup sedangkan pada siklus II dikategorikan baik. Hal ini dikarenakan siswa melakukan aktivitasnya sesuai dengan petunjuk guru dengan baik. Penelitian Tindakan kelas tersebut berakhir pada siklus II karena telah ketuntasan mnimum KKM=75. SARAN Sesuai dengan kesimpulan yang ada maka dapat diperoleh data dalam penelitian tersebut, maka diajukan beberapa saran sebagai berikut: 1. Bagi pemimpin sekolah yaitu kepala sekolah hendaknya selalu memberikan pembinaan dan pengawasan yang lebih baik kepada semua guru yang ada sehingga dalam kegiatan mengajar dapat mengunakan model pembelajaran yang menyenangkan sehingga dapat mengaktifkan siswa. 2. Kepala sekolah harus lebih tegas dalam megawasi guru tugasnya sebagai benar – benar dalam menjalankan pendidik guru tugasnya dengan baik. sehingga menajalankan DAFTAR PUSTAKA Dwi Siswoyo, dkk. (2011). Ilmu pendidikan. Yogyakarta: UNY Press. Wina Sanjaya. (2006). Strategi Pembeajaran (Berorientasi Standar Proses Pendidikan). Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. Tukiran Taniredja, dkk. (2013). Model- Model Pembelajaran Inovatif dan Efektif. Bandung: Alfabeta. Hosnan. (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia.