kajian beberapa tumbuhan obat yang digunakan dalam pengobatan

advertisement
SPIRAKEL, Vol.7 No.2, Desember 2015: 28-37
DOI : 10.22435/spirakel.v7i2.6125.28-37
Kajian Beberapa Tumbuhan …(Ira dan Mefi)
KAJIAN BEBERAPA TUMBUHAN OBAT YANG DIGUNAKAN
DALAM PENGOBATAN MALARIA SECARA TRADISIONAL
Ira Indriaty Paskalita Bule Sopi1*, Mefi Mariana Tallan1
1
Loka Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Waikabubak
Jl. Basuki Rahmat Km 5. Puweri, Waikabubak-Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur, Indonesia
Abstract
Malaria is one of community health problems that could be fatal especially to high risk group.
Malaria treatment with some antimalarial drugs have shown resistance so there is need to use
medicinal plants into traditional antimalarial treatment that have been tested scientifically. Many
people still rely on traditional treatment for healing the diseases, showing that there’s still strong
of community tradition about looking for treatment, and malaria is one of concrete example. This
review aimed to describe medicinal plants that used on traditional antimalarial treatment.
Review of the literature with search and date collection from various references about medicinal
plants which used in traditional antimalarial treatment. The methods used in this study is
reviewing literature with search references related with medicinal plants used in traditional
medicine for malaria. Collected data then described to be an information about kind of medicinal
plants and its use. There are some plants that is those are lime tree (Harmsiopanax aculeatus
Harms), red fruit (Pandanus conoideus Lam.), bark of jack fruit (Artocarpus champedem), fruit
betel (Piper betle (L.) R. Br.), bark of mundu (Garcinia dulcis Kurz), benalu (Dendrophthoe
pentandra), mangosteen (Garcinia mangostana Linn.), fruit of Morinda citrifolia L, and sunflower
(Helianthus annuus L.). From the result show that active compound from medicinal plants can
treat and cure malaria.
Keywords: Plant, medicinal, traditional, malaria
STUDY SOME MEDICINAL PLANTS WHICH USED IN MALARIAL
TREATMENT BY TRADITIONAL
Abstrak
Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat menyebabkan
kematian terutama pada kelompok berisiko tinggi. Pengobatan malaria dengan penggunaan
beberapa obat anti malaria sudah mengalami resistensi sehingga perlu adanya pemanfaatan
tumbuhan obat dalam pengobatan tradisional anti malaria yang teruji secara ilmiah. Masih
banyaknya masyarakat yang menggunakan pengobatan tradisional untuk penyembuhan
penyakit, menunjukkan masih kuatnya tradisi masyarakat dalam hal pencaharian pengobatan.
Tujuan penulisan adalah untuk menggambarkan tumbuhan obat yang dimanfaatkan dalam
pengobatan tradisional anti malaria. Metode dilakukan melalui tinjauan literatur dengan
penelusuran dan pengumpulan data dari berbagai referensi mengenai tumbuhan obat yang
dimanfaatkan dalam pengobatan tradisional anti malaria. Data yang telah terkumpul kemudian
dideskripsikan menjadi suatu informasi yang menggambarkan jenis tumbuhan obat tradisional
dan hasil uji tumbuhan obat. Terdapat beberapa tanaman yang diuji yaitu daun pohon kapur
(Harmsiopanax aculeatus Harms), buah merah (Pandanus conoideus Lam.), benalu mangga
(Dendrophthoe pentandra), manggis (Garcinia mangostana Linn.), cempedak (Artocarpus
champedem), buah sirih (Piper betle (L.) R. Br), mundu (Garcinia dulcis Kurz), dan bunga
matahari (Helianthus annuus L.). Dari hasil yang diperoleh menunjukan kandungan senyawa
*
Alamat korespondensi penulis pertama: e-mail : [email protected], Telp: 085253108775
28
SPIRAKEL, Vol.7 No.2, Desember 2015: 28-37
DOI : 10.22435/spirakel.v7i2.6125.28-37
Kajian Beberapa Tumbuhan …(Ira dan Mefi)
aktif yang terdapat pada jenis tumbuhan obat tersebut telah teruji dalam pengobatan tradisional
anti malaria.
Kata Kunci : Tumbuhan, obat, tradisional, malaria
Naskah masuk: tanggal 11 Agustus 2015; Review I: tanggal 11 Agustus 2015; Review II: tanggal 7 Desember 2015;
Layak terbit: tanggal 31 Desember 2015
PENDAHULUAN
Sumber pengobatan di Indonesia
mencakup tiga sektor yang saling
berhubungan, yaitu pengobatan rumah
tangga
atau
pengobatan
sendiri,
pengobatan
medis
profesional,
dan
pengobatan tradisional. Upaya pencarian
pengobatan
umumnya
dimulai
dari
pengobatan sendiri, kemudian apabila tidak
sembuh dilanjutkan kepada pengobatan
medis
atau
pengobatan
tradisional.
Demikian juga dari pengobatan medis dapat
dilanjutkan ke pengobatan tradisional atau
sebaliknya. Pengobatan sendiri dalam
pengertian umum adalah upaya yang
dilakukan
orang
awam
untuk
menanggulangi sendiri keluhan sakitnya
menggunakan obat, obat tradisional, atau
cara lain tanpa petunjuk tenaga kesehatan.
Tujuan pengobatan sendiri adalah untuk
peningkatan kesehatan, pengobatan sakit
ringan, dan pengobatan rutin penyakit
kronis setelah perawatan dokter. Alasan
pengobatan sendiri adalah kepaktisan
waktu, kepercayaan pada obat tradisional,
masalah privasi, biaya, jarak, dan kepuasan
terhadap pelayanan kesehatan.1
Dalam Undang Undang Republik
Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
kesehatan pada Pasal 1 antara lain
dinyatakan “Obat tradisional adalah bahan
atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral,
sediaan sarian (galenik), atau campuran
dari bahan tersebut yang secara turun
temurun telah digunakan untuk pengobatan,
dan dapat ditetapkan sesuai dengan norma
yang berlaku di masyarakat”. Dalam
keputusan Menteri Kesehatan Nomor
131/Menkes/SK/II/2004 tentang Sistem
Kesehatan Nasional (SKN) disebutkan
bahwa pengembangan dan peningkatan
obat tradisional ditujukan agar diperoleh
obat tradisional yang bermutu tinggi, aman,
memiliki khasiat nyata yang teruji secara
ilmiah dan dimanfaatkan secara luas baik
untuk pengobatan sendiri oleh masyarakat
atau
digunakan
dalam
pelayanan
kesehatan formal.2
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
381/Menkes/SK/II/2007 tentang Kebijakan
Obat Tradisional Nasional (KOTRANAS)
antara lain disebutkan penggunaan obat
tradisional di Indonesia merupakan bagian
dari
budaya
bangsa
dan
banyak
dimanfaatkan masyarakat sejak berabadabad yang lalu. Mengingat hal tersebut dan
menyadari bahwa Indonesia sebagai mega
senter tumbuhan obat dunia, maka
ditetapkan KOTRANAS sebagai acuan bagi
semua pihak yang terkait didalamnya.
Tujuan KOTRANAS antara lain adalah
mendorong pemanfaatan sumber daya
alam dan ramuan tradisional secara
berkelanjutan yang digunakan dalam upaya
peningkatan pelayanan kesehatan.3 Riset
Kesehatan
Dasar
(Riskesdas)
2013
menunjukkan bahwa 30,4% rumah tangga
di Indonesia memanfaatkan pelayanan
kesehatan tradisional yang diantaranya
terdapat
77,8%
rumah
tangga
memanfaatkan jenis pelayanan kesehatan
tradisional keterampilan tanpa alat dan
49,0% rumah tangga memanfaatkan
ramuan.4
Malaria merupakan salah satu
masalah kesehatan masyarakat yang dapat
menyebabkan kematian terutama pada
kelompok risiko tinggi.5 Di wilayah Asia
Tenggara, Indonesia dilaporkan peringkat
ketiga tertinggi jumlah kasus malaria,
sebesar 229.819 kasus, dengan jumlah
kematian sebesar 432 jiwa.6 Berdasarkan
data Balitbangkes RI (2013), prevalensi
malaria di Indonesia adalah 6,0 persen dan
15 provinsi mempunyai prevalensi malaria
di atas angka nasional yang sebagian besar
berada di Indonesia Timur.4
Tantangan terbesar dalam upaya
pengobatan malaria di Indonesia adalah
penurunan efikasi pada penggunaan
beberapa obat anti malaria saat ini yang
29
SPIRAKEL, Vol.7 No.2, Desember 2015: 28-37
DOI : 10.22435/spirakel.v7i2.6125.28-37
sudah mengalami resistensi terhadap
kloroquin.7 Keterbatasan obat anti malaria
dapat
meningkatkan
intensitas
penggunaannya sehingga menyebabkan
resistensi.8
Adanya
kasus resistensi
terhadap
kloroquin
disebabkan
oleh
penggunaan obat yang tidak terkontrol oleh
masyarakat
sehingga
mengakibatkan
perubahan pada jalur metabolik kloroquin.
Selain itu epidemik dan penyebaran malaria
ke daerah-daerah baru salah satunya
disebabkan karena resistensi obat anti
malaria.9
Penggunaan obat anti malaria baru
telah
beralih
dengan
menggunakan
Artemisinin Combination Treatment (ACT)
dengan efek samping obat ACT bersifat
probable dan telah mengalami resistensi.10
Mengingat akan resistensi obat malaria
tersebut khususnya di daerah endemik
malaria, maka diperlukan pula adanya
tumbuhan obat yang dapat dimanfaatkan
dalam pengobatan tradisonal anti malaria.
Tumbuhan obat tersebut tersebar di wilayah
Indonesia,
mudah
diperoleh
oleh
masyarakat setempat, telah teruji secara
ilmiah melalui beberapa penelitian dan
umumnya dimanfaatkan oleh masyarakat
lokal
setempat
dalam
pengobatan
tradisional anti malaria. Adapun salah satu
strategi yang digunakan dengan melakukan
eksplorasi tumbuhan obat yang dapat
digunakan untuk pengobatan tradisional
anti malaria. Oleh karena itu, berdasarkan
latar belakang tersebut di atas, maka perlu
adanya kajian untuk menggambarkan jenis
tumbuhan obat tersebut dalam pengobatan
tradisional anti malaria. Hasil kajian ini
diharapkan bermanfaat terutama bagi
masyarakat sebagai salah satu informasi
tumbuhan obat yang dapat digunakan
dalam upaya pengobatan malaria secara
tradisional ilmiah.
METODE
Tulisan ini disusun berdasarkan studi
kepustakaan jurnal cetak maupun online
(internet). Bahan atau artikel diperoleh
melalui studi kepustakaan terkait tumbuhan
obat yang dimanfaatkan dalam pengobatan
anti malaria secara tradisional berupa artikel
ilmiah hasil penelitian, artikel ilmiah populer
Kajian Beberapa Tumbuhan …(Ira dan Mefi)
yang ditulis dalam majalah, jurnal ilmiah
atau ilmiah populer, dan laporan hasil
penelitian. Bahan yang diperoleh dari hasil
studi kepusakaan dilakukan kajian melalui
metode meta analisis. Meta analisis
merupakan suatu metode penggabungan
berbagai hasil studi sejenis yang diperoleh
dari berbagai artikel dan publikasi ilmiah
lainnya, sehingga dari kajian ini akan
diperoleh suatu paduan data dan informasi
yang menggambarkan jenis tumbuhan obat
yang dapat digunakan dalam pengobatan
anti malaria secara tradisional.
HASIL
Tumbuhan obat yang biasanya
digunakan dalam pengobatan malaria
secara tradisional seperti pohon kapur,
buah merah, benalu mangga, manggis,
cempedak, sirih buah mundu, bunga
matahari. Bagian tanaman yang digunakan
antara lain bagian daun, buah, kulit buah
dan kulit batang. Kandungan senyawa yang
terdapat pada tubuhan tersebut bermanfaat
dalam
pengobatan
malaria
secara
tradisional. Berikut daftar tumbuhan obat
untuk pengobatan malaria terlihat dalam
Tabel 1.
BAHASAN
Keadaan tanah dan iklim di Indonesia
sangat baik untuk pengembangan beberapa
jenis tumbuhan obat.11 Di Indonesia
terdapat lebih dari 1000 spesies tumbuhan
obat
yang
sebagian
besar
belum
teridentifikasi secara ilmiah. Hampir semua
daerah di Indonesia memiliki tumbuhan
obat yang telah dibuktikan kemanjurannya
secara empiris.12 Pengobatan tradisional
banyak digunakan
oleh
masyarakat
khususnya masyarakat menengah kebawah
dalam upaya preventif, promotif dan
rehabilitatif. Diketahui bahwa pengobatan
tradisional relatif lebih aman dibandingkan
obat sintesis, tidak memiliki efek samping
yang merugikan bila penggunaannya
kurang tepat. Putri (2015) menyatakan
bahwa
tanaman
herbal
mempunyai
berbagai manfaat untuk penyembuhan
dalam pengobatan tradisional karena
30
Kajian Beberapa Tumbuhan …(Ira dan Mefi)
SPIRAKEL, Vol.7 No.2, Desember 2015: 28-37
DOI : 10.22435/spirakel.v7i2.6125.28-37
Tabel 1. Daftar tumbuhan obat untuk pengobatan anti malaria secara tradisional
Nama Tanaman
Nama Daerah
Nama Latin
Famili
Bagian
yang
digunakan
Kandungan
pohon kapur
Harmsiopanax
aculeatus harms
Araliaceae
daun
 flavanoid,
 fenolik,
 saponin,
 antrakinon
tawi/
sauk ekendi/
kuasu
Pandanus
conoideus lam.
Pandanaceae
buah
 karotoid,
 betakaroten,
 alfa tokoferol,
 asam oleat,
 asam linoleat
 dekanoat
api-api/
dalu-dalu/
dedalu/
kemendalu/
akar api-api/
telinga kera
Dendrophthoe
pentandra
Loranthaceae
daun
 alkaloida,
 saponin,
 flavonoid
 kuersetin,
 meso-inositol,
 rutin,
 tanin
manggu/
manggus/
manggusto/
manggista/
mangih/
mangustang
Garcinia
mangostana linn
Clusiaceae
kulit buah
 xantone,
 isoflavon,
 tannin,
 flavonoid
suruh/
seureuh/
sedah/
sireh/suruh/
nahi/kuta/
mota/uwit/
dontile/
gamjeng/
amu/bido
Piper betle
Piperaceae
buah
 steroid,
 tannin,
 terpenoid,
 flavonoid
campedak/
chempedak/
bangkong/
baroh/nangka
beurit/
nongko cino/
cubadak
hutan/tiwadak
Artocarpus
champedem
Moroceae
Pohon Kapur
Buah merah
Benalu mangga
Manggis
Sirih
Cempedak
kulit batang  heterollavanon
C,
 Artoindonesiani
R,
 heterofilin,
 Artoindonesiani
A-2,
 Sikloheterofilin
 artonin A,
 artokarpon A,
 artokarpon B,
 morachalkon A
31
Kajian Beberapa Tumbuhan …(Ira dan Mefi)
SPIRAKEL, Vol.7 No.2, Desember 2015: 28-37
DOI : 10.22435/spirakel.v7i2.6125.28-37
Nama Tanaman
Nama Daerah
apel jawa/
rata/
baros/
klendeng/
jawura/
golodogpato
Nama Latin
Garcinia
kurz
Famili
dulcis
Bagian
yang
digunakan
Kandungan
Clusiaceae
Kulit
batang,
kulit buah
 flavonoid,
 saponin,
 tannin,
 xantone,
Asteraceae
daun
 terpenoid,
 seskuiterpenoi
 triterpen
Mundu
Bunga matahari
sungege/
panca mato ari/
kembang
srengenge/
kembang mata
are/ bungong
matuhari/ panca
mata hari/
bunga telung
matoari/
kembang
sungenge/
bunga ledomata
Helianthus
annuus l.
kandungan senyawa aktif dan khasiat yang
terkandung didalamnya.13 Dibandingkan
obat-obat modern, memang obat tradisional
memiliki beberapa kelebihan antara lain
efek samping yang relatif rendah. Dalam
suatu ramuan dengan komponen berbeda
memiliki efek saling mendukung dimana
pada satu tanaman bisa memiliki lebih dari
satu efek farmakologi serta lebih sesuai
untuk penyakit-penyakit metabolik dan
degenerative.14
Dalam pembangunan nasional peran
pengobatan tradisional semakin diperlukan
pada aspek kesehatan, kesejahteraan
masyarakat dan aspek ekonomi. Sejalan
dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang menyebabkan perubahan
pola pikir dan perilaku budaya, terjadi pula
perubahan konsep pada penggunaan obat
tradisional. Obat tradisional yang ada saat
ini terutama dalam pengobatan malaria
harus
memenuhi
persyaratan
mutu,
keamanan dan efektifitas.15
Hasil pengujian tumbuhan obat
sebagai obat tradisional anti malaria antara
lain daun pohon kapur merupakan famili
Araliaceae yang banyak tumbuh di hutan
terbuka di Asia Tenggara termasuk
Indonesia. Oleh masyarakat
Maluku
tumbuhan ini dikenal dengan sebutan
“pohon kapur”. Pohon kapur banyak
ditemukan di daerah Maluku dan daunnya
sudah sejak lama digunakan secara
tradisional untuk mengobati malaria. Cara
pengobatan dengan menggunakan pucuk
muda daun kapur yang diminum oleh
penderita malaria. Pada penelitian Turalely
(2011), ditemukan bahwa ekstrak metanol
daun
pohon
kapur
(Harmsiopanax
aculeatus
Harms)
memiliki
aktivitas
antiplasmodium paling baik.16 Begitu pula
pada penelitian Wijaya, Jusuf dan Jacky
(2013) yang membuktikan kandungan
ekstrak daun kapur tua mengandung
senyawa aktif ekstrak metanol sebagai obat
anti malaria.17
Benalu (Dendrophthoe pentandra)
merupakan tumbuhan liar dan belum
dibudidayakan, bercabang kuat, tinggi bisa
lebih dari 1 meter dan tumbuhan berambut.
Benalu (Dendrophthoe pentandra) adalah
tumbuhan parasitik yang termasuk dalam
3000 spesies tumbuhan lain yang memiliki
potensi sebagai tumbuhan obat. Benalu
banyak ditemukan di setiap daerah di
Indonesia dan dapat dijumpai dengan
mudah pada pohon-pohon besar di daerah
tropis.18 Penelitian Faiqoh Z. dkk (2013)
menemukan bahwa ekstrak etanol benalu
memiliki aktivitas antiplasmodium yang
baik.19 Selain itu penelitian Budi DS, dkk
(2013), dari hasil penelitian tersebut
32
SPIRAKEL, Vol.7 No.2, Desember 2015: 28-37
DOI : 10.22435/spirakel.v7i2.6125.28-37
membuktikan pula bahwa benalu memiliki
aktivitas
antiplasmodium
yang
baik
terhadap P. falciparum.20
Manggis (Garcinia mangostana Linn.)
merupakan tumbuhan yang hidup di daerah
tropis dan dikenal sebagai pohon hijau
abadi dari daerah tropika. Buah manggis
dikenal sebagai ratu buah yang mempunyai
aktivitas antiinflamasi dan antioksidan yang
tinggi di dunia. Ekstrak kulit manggis
mengandung xantone yang merupakan
bahan aktif antioksidan yang sangat tinggi.21
Menurut Kumar A (2012), ekstrak kulit
manggis
mengandung
95%
xanton,
22
isoflavon, tannin dan flavonoid.
Pada
penelitian Iqbal M, dkk (2013), menunjukkan
bahwa ekstrak kulit buah manggis
mempunyai potensi paling baik sebagai anti
malaria.
Pada
penelitian
tersebut
membuktikan fraksi etil asetat ekstrak kulit
manggis mempunyai potensi paling baik
sebagai anti malaria dengan ED50 63,272
mg/Kg BB.23 Penelitian Diana (2012),
menyimpulkan bahwa fraksi air kulit
manggis berpengaruh pada penurunan
kadar ICAM-1 serum. ICAM-1 (Intercellular
Adhesion Molecule-1) merupakan salah
satu contoh reseptor yang berperan dalam
patogenesis malaria terutama pada malaria
serebral.24
Buah merah merupakan sejenis buah
tradisional yang banyak ditemukan di
daerah Papua yang oleh masyarakat
Wewena disebut Kuansu. Buah merah
termasuk tumbuhan keluarga pandanpandanan dengan pohon menyerupai
pandan, tinggi mencapai16 meter dengan
tinggi batang bebas cabang setinggi 5-8
meter dengan akar tunjang pada batang
sebelah bawah. Antioksidan buah merah
dapat mengurangi respons biomolekuler
yang berkaitan dengan malaria parah dalam
dosis tertentu. Pemberian sari buah merah
pada mencit dengan malaria berghei dapat
menurunkan persentase parasitemia, kadar
serum TNF-a dan ICAM 1. Sari buah merah
memiliki potensi dalam pengobatan malaria
dan menghambat terjadinya malaria
cerebral.25 Begitu pula pada penelitian Okto
(2009), menunjukkan sari buah merah pada
dosis 0,2 ml/mencit/hari merupakan dosis
optimal yang dapat mengurangi jumlah
perdarahan pada otak mencit yang
diinokulasi P. berghei.26
Kajian Beberapa Tumbuhan …(Ira dan Mefi)
Cempedak (Artocarpus champeden)
adalah
tanaman
buah-buahan
yang
merupakan salah satu jenis tanaman asli
Indonesia dengan bentuk buah, rasa dan
keharumannya seperti nangka. Cempedak
banyak tumbuh di daerah Sumatera
Selatan, Sumatera Utara, Pulau Bangka,
Pulau Belitung, Kalimantan Timur dan
Kalimantan Tengah. Cempedak pohonnya
selau hijau dan tinggi mencapai 20 meter.
Ranting-ranting dan pucuk dengan rambut
halus, kaku dan kecoklatan.27 Hasil isolasi
tanaman
ini
pada
penelitian
Widyawaruyanti, dkk diperoleh kandungan
artoindonesianin E (1), Heterollavanon C
(2), Artoindonesianin R (3), heterofilin(4),
Artoindonesianin A-2 (6) dan Sikloheterofilin
(7) artonin A (9), dua senyawa baru (5)
artokarpon A dan artokarpon B (8).
Kesembilan senyawa tersebut memiliki
aktivitas anti malaria, kecuali senyawa
artoindonesianin
E.
Senyawa
Heterollavanon C mempunyai potensi yang
paling kuat dibanding senyawa lainnya.28
Sirih merupakan tumbuhan asli
Indonesia yang tumbuh merambat atau
bersandar pada batang pohon lain. Sirih
digunakan sebagai tumbuhan obat dan
dapat dimanfaatkan juga sebagai tanaman
hias. Tanaman ini merambat bisa mencapai
tinggi 15 meter, buah sirih berbentuk bulat
dan berwarna hijau keabu-abuan. Akarnya
tunggang, bulat dan berwarna coklat
kekuningan. Pada penelitian Yun (2009),
ramuan
buah
sirih
juga
efektif
menghilangkan parasit malaria dalam darah
sebesar 91,4% tidak menunjukkan adanya
parasit malaria.15 Selain itu bahwa
pemberian ramuan buah sirih dan daun
miyana,
madu
dan
kuning
telur
mempengaruhi
aktivitas anti malaria.
Ramuan tersebut mengandung beberapa
senyawa antiplasmodial.29
Mundu (Garcinia dulcis Kurz) adalah
sejenis pohon asli Indonesia yang banyak
terdapat di Jawa dan Kalimantan dan
dikenal sebagai apel jawa. Pohon mundu
berukuran sedang, batangnya tegak,
berwarna coklat dan tingginya mencapai 20
meter. Buah mundu berwarna kuning, berair
dan jumlah bijinya 1-4 butir. Kulit batang
mundu juga dapat digunakan sebagai obat
anti malaria. Tumbuhan ini memiliki ciri ciri
berbatang pendek tinggi maksimal 13-15
33
SPIRAKEL, Vol.7 No.2, Desember 2015: 28-37
DOI : 10.22435/spirakel.v7i2.6125.28-37
meter. Batangnya berwarna coklat dan
bergetah putih. Penelitian Widodo dan
Rahayu (2010), dengan menggunakan
ekstrak etil asetat kulit batang mundu
dengan dosis 50 mg/kgBB menunjukkan
aktivitas anti malaria paling tinggi terhadap
mencit yang diinduksi P. berghei. Golongan
senyawa yang teridentifikasi dalam ekstrak
etil asetat dan diduga berperan dalam
aktivitas anti malaria adalah flavonoid,
saponin, dan tannin.30 Penelitian Rahayu,
dkk (2014) dengan pengujian aktivitas
antiplasmodium ekstrak etil asetat kulit
batang mundu diperoleh dosis ED50 adalah
5,01 mg/kg BB. Berdasarkan data tersebut
ekstrak etil asetat kulit batang mundu
memiliki aktivitas antiplasmodium.
Bunga matahari (Helianthus annuus
L.) adalah tumbuhan semusim yang popular
sebagai tanaman hias dan tanaman
penghasil minyak. Bunga tumbuhan besar,
berwarna kuning terang dengan kepala
bunga diameter mencapai 30 cm. Bunga ini
tersusun majemu dan selalu menghadap
kearah
matahari.
Bunga
matahari
(Helianthus annuus L.) sering juga dijadikan
sebagai obat tradisional salah satunya
untuk pengobatan malaria. Pada penelitian
Hayati (2010) membuktikan bahwa Bunga
Matahari
(Helianthus
annuus
L.)
Mengandung senyawa seskuiterpenoid
yang berpotensi sebagai anti malaria.32
Kandungan senyawa aktif yang
terdapat berbagai jenis tanaman tersebut
dapat bermanfaat sebagai obat anti malaria.
Tumbuhan obat sebagai bahan baku obat
sangat dibutuhkan di Indonesia dengan
perkembangan industri obat tradisional dan
meningkatnya pemasaran industri obat
tradisional merupakan peluang dalam
pengembangan tumbuhan obat khususnya
obat anti malaria.11
Dari beberapa
penelitian di atas membuktikan bahwa
kandungan senyawa aktif pada jenis
tumbuhan obat tersebut telah teruji secara
ilmiah, sehingga dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat dalam upaya pengobatan
tradisional anti malaria. Menurut Abdul dkk
(2013) hingga saat ini pengobatan
tradisional
malaria
menjadi
pilihan
masyarakat, karena berbagai pengalaman
dan informasi yang diperoleh masyarakat
akan kemanjuran pengobatan tersebut.33
Kajian Beberapa Tumbuhan …(Ira dan Mefi)
Pengembangan tumbuhan obat yang
telah teruji dari beberapa penelitian ilmiah
dirasa perlu kiranya upaya lebih lanjut
pemberian
obat
tradisional
malaria
dimasukkan dalam playanan kesehatan.
Salah satu persyaratan agar obat
tradisional dapat masuk dalam pelayanan
kesehatan
tersebut
adalah
tingkat
keamanan dan kemanfaatannya telah
dibuktikan secara ilmiah serta bersifat dapat
diulang (reproducible) baik dalam bentuk
sediaan, keamanan maupun manfaat
penggunaan. Agar obat tradisional teruji
khasiat, manfaat dan keamanannya maka
perlu persiapan-persiapan berupa informasi
mengenai kemanfaatan secara empiris, luas
jangkauan
masyarakat
pengguna,
tekhnologi farmasi yang digunakan (cara
pembuatan,
bentuk
sediaan,
cara
pemakaian,
bahan
yang
digunakan,
identitas dan cara perolehan serta
ketersediaan bahan sumber simplisia).12
KESIMPULAN
Dari uraian tersebut di atas maka
dapat
diambil
kesimpulan
bahwa
pengobatan malaria secara tradisional
menggunakan tumbuhan obat relatif lebih
aman dan memiliki efek samping yang
rendah. Kandungan senyawa aktif pada
jenis tumbuhan obat antara lain daun pohon
kapur (Harmsiopanax aculeatus Harms),
buah merah (Pandanus conoideus Lam.),
benalu mangga (Dendrophthoe pentandra),
manggis (Garcinia mangostana Linn.),
cempedak (Artocarpus champedem), buah
sirih (Piper betle (L.) R. Br), mundu
(Garcinia dulcis Kurz), bunga matahari
(Helianthus annuus L.) telah teruji pada
beberapa penelitian dalam pengobatan anti
malaria secara tradisional. Selain itu bahwa
pengobatan tradisional menjadi pilihan
masyarakat, karena berbagai pengalaman
dan informasi yang diperoleh masyarakat
akan kemanjuran pengobatan tersebut.
SARAN
Berdasarkan analisis dalam kajian ini,
maka disarankan beberapa hal antara lain
perlu informasi dan sosialisasi lebih optimal
dan berkesinambungan kepada masyarakat
mengenai jenis tumbuhan obat yang dapat
dimanfaatkan
sebagai
pengobatan
34
SPIRAKEL, Vol.7 No.2, Desember 2015: 28-37
DOI : 10.22435/spirakel.v7i2.6125.28-37
tradisonal anti malaria. Memasukkan jenis
tumbuhan obat tersebut dalam pengobatan
tradisional anti malaria pada pemberian
pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Dianjurkan adanya penelitian mengenai
kandungan senyawa aktif jenis tumbuhan
obat lainnya yang bermanfaat dalam
pengobatan anti malaria dan dibuatkan
dalam bentuk ekstrak sehingga dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudibyo Supardi, dkk. The hierarchy of
resort to medical care among the
Serpong villagers in West Java.
Seminar peranan universitas dalam
pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi untuk menunjang sistem
kesehatan nasional. Buletin Penelitian
Kesehatan. 2009; 37(2): 92.
2. Kementerian Kesehatan RI. Keputusan
Menteri
Kesehatan
Nomor
131/Menkes/SK/II/2004 tentang Sistem
Kesehatan Nasional. Jakarta. 2004.
3. Kementerian Kesehatan RI. Keputusan
Menteri
Kesehatan
Nomor
381/Menkes/SK/II/2007
tentang
Kebijakan Obat Tradisional. Jakarta.
2007.
4. Badan Litbang Kesehatan RI. Laporan
Nasional Riskesdas 2013. Jakarta.
2013.
5. Direktorat
Pengendalian
Penyakit
Bersumber
Binatang.
Epidemiologi
malaria di Indonesia. Buletin Jendela
Data dan Informasi Kesehatan Triwulan
I.
Pusat
Data
dan
Informasi
Kementerian Kesehatan RI. Jakarta.
2011.
6. World Health Organization. Disease
Burden in SEA Region. [internet] 2012.
[disitasi tanggal
23 Januari 2015]
diakses
dari
http://
ww.searo.who.int/LinkFiles/Malaria_in_t
he_SEAR_Map_SEAR_Endemicity_10.
pdf.
7. Mustofa. Obat anti malaria baru - antara
harapan dan kenyataan. Fakultas
Kedokteran. Yogyakarta. Universitas
Gadjah Mada. 2009.
Kajian Beberapa Tumbuhan …(Ira dan Mefi)
8. Handayani, D. Identifikasi mutasi gen
Pfert pada Plasmodium falciparum yang
berhubungan
dengan
terjadinya
resistensi
kloroquin
di
Sumatera
Selatan.
Fakultas
Kedokteran
Universitas Sriwijaya. 2013.
9. Rumagit N.A, Heedy MT, Weny W.
Studi penggunaan antimalaria pada
penderita malaria di instalasi rawat inap
BLU RSUP Dr. RP Kandou Manado
periode Januari-Mei 2013. Jurnal Ilmiah
Farmasi Universitas Sam Ratulangi
(Unsrat). Agustus 2013; 2(3).
10. Basuki
dan
Miko
H.
Evaluasi
penggunaan artemisinin (ACT) pada
penderita malaria di Puskesmas Sioban
Kecamatan
Sipora
Kabupaten
Kepulauan Mentawai. Jurnal Ekologi
Kesehatan. Juni 2011;10(2): 14-120.
11. Mutiatikum D, Sukmayati A, Yun A.
Standarisasi simplisia dari buah miana
(Plectranthus Seutellaroides (L) R.Bth)
yang berasal dari tiga tempat Manado,
Kupang dan Papua. Buletin Penelitian
Kesehatan. 2010; 38(1):1-16.
12. Pudjiati S, Bambang S, Hayati S.
Deskripsi dan manfaat tumbuhan obat di
pedesaan
sebagai
upaya
pemberdayaan apotik hidup (studi kasus
di kecamatan wonokerto). Pena Jurnal
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. 2011;
21(1): 20-32.
13. Clarissa
Puteri.
Balai
Penelitian
Tumbuhan
obat
Tawangmangu.
[internet]. [disitasi tanggal 9 Januari
2015]
diakses
dari
http://www.scribd.com/doc/37481110/Ba
lai-Penelitian-Tanaman-ObatTawangmangu.
14. Katno S Pramono. Tingkat manfaat dan
keamanan tumbuhan obat dan obat
tradisional. [internet]. [disitasi tanggal 8
Januari
2015]
diakses
dari
http://cintaialam.tripod.com/keamanan_
obat%20tradisional.pdf.
15. Yun AN. Pembuatan formula dan uji
aktivitas obat anti malaria berbasis buah
sirih menggunakan teknologi vacuum
drying. Laporan Penelitian. Pusat
Penelitian Pengembangan Biomedis
Dan
Farmasi
Badan
Penelitian
35
SPIRAKEL, Vol.7 No.2, Desember 2015: 28-37
DOI : 10.22435/spirakel.v7i2.6125.28-37
Pengembangan
2009.
Kesehatan.
Jakarta.
16. Turalelly. Fraksi antiplasmodium paling
aktif dari daun kapur (Harmsiopanax
aculeatus Harms) dan identifikasi
beberapa
kandungan
senyawanya
menggunakan GC-MS. Yogyakarta.
Universitas Gadjah Mada. [internet]
2011. [disitasi tanggal 8 Januari 2015]
diakses
dari
http://etd.ugm.ac.id/index.php?mod=pen
elitian_deta.
17. Wijaya J, Jusuf S, Jacky M. Potensi
ekstrak
metanol
daun
kapur
(Harmsiopanax
aculeatus,
Harms)
sebagai obat antimalaria. Prosiding
Elektronik PIMNAS. [internet] 2013.
[disitasi tanggal 13 Februari 2015]
diakses
dari
http://artikel.dikti.go.id/index.php/PKMP/search/search.
18. Wikipedia. Benalu. [internet] 2015.
[disitasi tanggal 14 Februari 2015]
diakses
dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Benalu.
19. Faiqoh
Z,
dkk.
Uji
aktivitas
antiplasmodium ekstrak benalu secara
in vivo pada mencit galur swiss.
Prosiding Elektronik PIMNAS. [internet]
2013. [disitasi tanggal 13 Februari 2015]
diakses
dari
http://artikel.dikti.go.id/index.php/PKMP/search/search.
20. Budi DS , Agung ANB, Pramana PP,
Zulfa F, Eti NS. Saat parasit membasmi
parasit: Uji efektivitas ekstrak benalu
sebagai terapi malaria baru. Prosiding
Elektronik PIMNAS. [internet] 2013.
[disitasi tanggal 13 Februari 2015]
diakses
dari
http://artikel.dikti.go.id/index.php/PKMP/article/view/21.
21. Penelitian ilmiah kulit manggis. [internet]
2013. [disitasi tanggal 10 Februari 2015]
diakses
dari
http://ahliherbal.com/jurnal/penelitianilmiah-kulit-manggis-293.html.
22. Kumar A. Review on hepatoprotective
herbal drugs. International Journal of
Research in Pharmacy and Chemistry.
2012; 2(1): 94.
Kajian Beberapa Tumbuhan …(Ira dan Mefi)
23. Iqbal M, Zulham E, Yaum A, Suryawati
S. Uji aktivitas antimalaria in vivo dari
beberapa fraksi ekstrak kulit buah
manggis (Garcinia manggostana Linn)
pada mencit (Mus musculus) yang
diinfeksi dengan Plasmodium berghei.
Prosiding Elektronik PIMNAS. [internet]
2013. [disitasi tanggal 13 Februari 2015]
diakses
dari
http://artikel.dikti.go.id/index.php/PKMP/article/view/55.
24. Diana LL. Pengaruh fraksi air kulit
manggis (Garcinia mangostana L) dan
kombinasi dengan artemisinin terhadap
kadar ICAM-1 serum pada mencit yang
diinokulasi
Plasmodium
berghei.
[internet] 2012. [disitasi tanggal 14
Februari
2015]
diakses
dari
http://repository.maranatha.edu/2627/1/
0910054_Abstract_TOC.pdf.
25. Tjahjani S, Khie K. Potensi buah merah
sebagai antioksidan dalam mengatasi
malaria berghei pada mencit strain
Balb/C. Majalah Kedokteran Indonesia.
2010; 60(12): 571-5.
26. Okto R. Pengaruh sari buah merah
(Pandanus conoideus Lam) terhadap
gambaran histopatologi otak mencit
galur Balb/C jantan yang diinokulasi
Plasmodium berghei. [internet] 2009.
[disitasi tanggal 12 Februari 2015]
diakses
dari
http://repository.maranatha.edu/2123/1/
0610115_Abstract_TOC.pdf.
27. Arif AB, Wahyu D, Enrico S, Suyanti dan
Setyadjit. Optimalisasi cara pemeraman
buah
cempedak
(Artocarpus
champeden).
Jurnal
Informatika
Pertanian. 2014; 23(1):35-46.
28. Widyawaruyanti A, Zaini NC, dan
Syafruddin. Mekanisme dan aktivitas
antimalaria dari senyawa flavonoid yang
diisolasi dari cempedak (Artocarpus
champeden). Jurnal Berkala Akutansi
dan Bisnis Universitas Airlangga. 2011;
13(2): 67-77.
29. Nugroho YA. Aktivitas antimalaria
(invivo) kombinasi buah sirih (Piper
betle L), daun miana (Plectranthus
scutellarioides (l.) R. Br.), madu dan
kuning telur pada mencit yang diinfeksi
36
SPIRAKEL, Vol.7 No.2, Desember 2015: 28-37
DOI : 10.22435/spirakel.v7i2.6125.28-37
Kajian Beberapa Tumbuhan …(Ira dan Mefi)
Plasmodium berghei. Buletin Penelitian
Kesehatan. 2011; 39(3):129-37.
30. Widodo GP dan Rahayu MP. Aktivitas
antimalaria ekstrak etil asetat kulit
batang mundu (Garcinia dulcis Kurz).
Majalah Farmasi Indonesia. 2010.
21(4):238-42.
31. Rahayu MP, Reslely H, dan Gunawan.
Aktivitas penurunan parasitemia ekstrak
kulit
batang
mundu
sebagai
antiplasmodium secar in vivo dengan
parameter Ed50. Jurnal Fakultas Ilmu
Kesehatan. 2014; 7(1).
32. Hayati EK dan Muti’ah R. Potensi
senyawa seskuiterpenoid ekstrak daun
bunga matahari (Helianthus annuus L.)
sebagai anti malaria pada mencit jantan
dan mencit bunting galur balb/C yang
diinfeksi Plasmodium berghei. Laporan
Penelitian. Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim. Malang. 2010
33. Gazali AK, Fajarwati II, Suriah. Perilaku
pencarian
pengobatan
terhadap
kejadian penyakit malaria pada Suku
Mandar di Desa Lara Kecamatan
Karossa Kabupaten Mamuju Provinsi
Sulawesi Barat. Universitas Hasanudin.
[internet] 2013. disitasi tanggal 19
Januari
2015]
diakses
dari
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/h
andle/123456789/5699/JURNAL.pdf?se
quence=1.
37
Download